FKH 529
Industri dan Produk Veteriner (16/08/2021 -12/09/2021)
Disusun oleh:
Nutrient Agar
Media nutrient agar dapat dipersiapkan dari berbagai jenis sumber-sumber
komersial dengan instruksi pabrik yang tertulis, atau dapat disiapkan di
laboratorium dengan metode sebagai berikut:
Casein hydrolysate 6g
Meat extract 2g
Tryptone 8g
Peptone 4.0 g
Yeast extract 2 g L-cysteine hydrochloride 1.0 g
Na2HPO4.12H2O 0.4 g
Distilled water 1 000 ml
pH 7.2
Semua bahan dilakukan penghalusan dan pencampuran di mortar. Semua
bahan kemudian diaduk dan ditambahkan sedikit demi sedikit air hangat,
dipanaskan dengan menggunakan mesin uap (Steam jacketed media
vessel). Pemanasan perlu diperhatikand engan hati-hati agar komponen L-
cystein dapat larut dengan seluruhnya. pH diatur 7,4, disaring,
didistrubiskan dalam container yang diinginkan, dan disterilisasi pada
suhu 121 C selama 40 menit di autoklaf. Sebelum inokulasi, media harus
ditambahkan larutan glukosa 50%, dengan jumlah 20 ml tiap liternya.
L-cysteine 0.5 g
Sodium chloride 2.5 g
Glucose 5.5 g
Agar 0.75 g
Yeast extract (Difco) 5.0 g
Pancreatic digest of casein 15.0 g
Aquadest 1 000 ml
Sodium thioglycolate 0.5 g
Resazurin sodium (0.1% fresh solution 1.0 ml
Final pH 7.0–7.2
Karakteristik Seed
Karakteristik Biologi
Pembuatan vaksin antraks dilakukan dengan sistem seed-lot. Seed-lot
adalah jumlah spora dengan komposisi seragam yang diproses pada satu waktu
dan dipelihara untuk tujuan pembuatan vaksin. Setiap seed-lot tidak lebih dari tiga
bagian dari kultur induk dan harus menghasilkan vaksin yang manjur dan aman
untuk digunakan pada hewan. Direkomendasikan bahwa seed-lot besar disiapkan
dari galur induk dan diawetkan dengan liofilisasi untuk lot produksi selanjutnya.
Hasil kultur dari induk dapat dibeli.
Safety test
Seed-lot wajib diuji untuk keamanannya dengan mempersiapkan seluruh
batch vaksin dari seed-lot tersebut. Uji keamanan seharusnya dilakukan pada
domba berdasarkan rekomendasi WHO untuk produksi vaksin live anthrax
(1967).
Tiga ekor domba berumur 1-2 tahun yang tidak divaksinasi terhadap
anthrax, diinokulasikan dengan 5000 juta spora anthrax secara subkutan dan
diamati selama 10 hari. Suhu tubuh diamati dua kali sehari pada saat pagi dan sore
hari. Seed-lot dapat dikatakan aman apabila tidak ada domba yang menunjukkan
gejala yang parah disamping perubahan 2-3 C suhu tubuh yang menetap selama 4-
5 hari. Pada situs inokulasi terdapat pembengkakan edematous yang akan
menghilang setelah 6-7 hari.
Imunogenicity test
Seed-lot wajib diuji sifat imunogenisitasnya dengan mempersiapkan batch
vaksin dari seed-lot tersebut berdasarkan rekomendasi WHO untuk produksi
vaksin live anthrax (1967).
Berdasarkan rekomendasi oleh British Pharmacopoeia (Veterinary), 1985,
jenis hewan yang digunakan dalam pengujian potensi vaksin anthrax tergantung
pada jenis strain yang digunakan dalam produksi vaksin. Apabila strain yang
digunakan untuk produksi vaksin tidak lethal pada marmut atau tikus, maka uji
potensi dilakukan apda marmut. Apabila strain lethal pada marmut atau tikus
tetapi tidak untuk kelinci, maka uji potensi dilakukan pada kelinci. Apabila strain
lethal pada kelinci, maka uji potensi dilakukan di domba. Strain 34 F 2 (Sterne)
tidak lethal terhadap marmut, sehingga direkomendasikan untuk melakukan uji
pada marmut.
Inokulasi
Media berupa casein digest agar dipersiapkan dalam roux flask. Sebanyak
100.000 dosis dari spora anthrax vaksin dapat diperoleh dari 50 roux flask standar.
Roux flask yang mengandung medium diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam
sebelum diinokulasi untuk mempertahankan sterilitas. Semua Roux flask
diletakkan di ruang inokulasi, kemudian disterilirasi lagi menggunakan lampu
ultraviolet selama 30 menit. Cairan yang terkondensasi dikoleksi menggunakan
pipet secara steril.
Working seed dipersiapkan dari master seed-lot sebelum memulai
produksi vaksin. 10 ml larutan fisiologis saline dimasukkan ke dalam tiap tabung
working seed. Pengadukan dilakukan menggunakan pipet. 2 ml suspensi bakteri
diinokulasikan ke tiap flask secara hati-hati dengan cara mendekatkan mulut dari
flask ke sisi dari pemanas burner. Flask digoyangkan perlahan untuk meratakan
suspensi bakteri (inokulum) hingga ke seluruh bagian dari flask. Bagian mulut
dari flask ditutup menggunakan paper cap. Flask kemudian diinkubasi pada suhu
37 C selama tiga hari. Tahap berikutnya flask didiamkan di suhu ruang selama
tujuh hari. Flask dipilih secara acak untuk dilakukan pemeriksaan pertumbuhan
sporulasi bakteri. Pemanenan dapat dilakukan apabila 90% organisme yang
tumbuh sudah menunjukkan sporulasi.
Harvesting
20 ml larutan fisiologi dipipet ke dalam tiap flask. Batu didih (glass beads)
juga ditambahkan di tiap flask. Flask digoyang-goyangkan untuk meratakan
suspensi spora bakteri. Kemudian flask diletakkan di working bench dalam
kondisi berdiri. Spora dipanen dengan menggunakan pipet dibawah kondisi yang
sangat steril. Pemanenan 10 buah Roux flask dapat ditampung pada satu
Erlenmeyer flask dengan kapasitas 250 ml.
Uji kemurnian
0,1 ml suspensi spora pada tiap erlenmeyer flask diinokulasikan ke dalam
100 ml nutrient broth media dan diinkubasi pada suhu 37 C selama satu malam.
Kemurnian diuji dengan membuat preparat bakteri ulas (pewarnaan Gram) dan
diamati di bawah mikroskop. Pengamatan meliputi motilitas dan identifikasi
bakteri gram. Suspensi spora akan dibuang apabila ditemukan terdapat
kontaminasi.
Gliserinasi
Bobot dari suspensi spora dihitung dengan cara penimbangan. Gliserol
murni ditambahkan ke dalam flask sebesar dua kalid ari bobot suspensi spora.
Batu didih (glass beads) ditambahkan untuk proses mixing suspensi gliserin dan
spora. Flask dikocok dengan ccepat untuk memastikan pencampuran. Suspensi
gliserin+spora ini kemudian disebut sebagai konsentrat vaksin.
Freeze-drying
Pada beberapa laboratorium,vaksin anthrax dipersiapkan dalam bentuk
freeze-dry. Pada proses ini, suspensi spora dicampurkan dengan stabilizer yang
sesuai. Vaksin freeze-dry ini didistribusikan dalam 1 ml tiap vial. Primary drying
dilakukan selama 18 jam dan secondary drying selama 4 jam. Penyegelan
kontainer vaksin freeze-dried dilakukan dalam kondisi vakum (kedap udara) atau
dibawah dry oxygen-free nitrogen. Tiap seal kontainer dicek terhadap kerusakan
dan kebocoran, dan akan dibuang apabila terdapat kecacatan. Vaksin disimpan
pada suhu 4 C atau lebih rendah.
Pengujian terhadap pH
pH meter distandardisasi menggunakan larutan buffer standard pada pH 5.0
hingga 7.0. Elektroda dibilas menggunakan akuades, kemudian dikeringkan. pH
vaksin anthrax sebaiknya menunjukan angka sebesar 7.0±0.3
Uji Inokulasi
Dua marmut diinokulasikan dengan 0,2 ml vaksin secara intraperitoneal, dan dua
marmut diinokulasikan dengan 1 ml. Pengamatan dilakukan pada keempat
marmut. Vaksin akan lolos uji apabila tidak ada hewan yang menunjukkan gejala
sakit. Apabila salah satu hewan meneunjukkan gejala sakit atau mati, dilakukan
pengulangan uji. Final lot vaksin akan lolos uji setelah tidak ada hewan dalam
pengujian ulang kedua yang tidak menunjukkan gejala sakit atau mati.
Uji Stabilitas
Stabilitas dari vaksin freeze-dried Anthrax diuji dengan uji percepatan degradasi.
Lima vial vaksin final lot disimpan dalam suhu 37 C selama empat minggu.
Jumlah spora dihitung pada setelah periode penyimpanan empat minggu, dan
dibandingkan dengan vaksin yang tidak disimpan dan juga dibandingkan dengan
referensi. Hasil yang baik adalah tidak ada penurunan jumlah spora dibawah batas
jumlah yang diperlukan dalam vaksinasi. Pengujian stabilitas dapat dilanjutkan
dengan menyimpan vaksin yang sudah direkonstitusi (liquid) pada suhu 4 C
selama 180 hari atau lebih. Jumlah spora dihitung dan dibandingkan dengan
jumlah spora pada vaksin sebelum dimasukkan ke dalam penyimpanan dan juga
dibandingkan dengan referensi. Vaksin sebaiknya mengandung jumlah sporayang
cukup untuk melakukan vaksinasi pada hewan.
Potensi batch
Kemanjuran atau imunogenisitas diuji pada jumlah akhir sebagai berikut:
setidaknya sepuluh ekor babi guinea 300-500 g yang sehat diinokulasi dengan
vaksin dosis domba. Kelinci percobaan diamati selama 21 hari, dan setidaknya
80% hewan harus selamat selama periode pengamatan. Babi guinea yang
diimunisasi dan tiga kontrol yang tidak divaksinasi yang masih hidup ditantang
dengan dosis B. anthracis yang virulen. Tantangan yang direkomendasikan adalah
200 LD50 dari galur Pasteur II (17JB). Jika, dalam 10 hari setelah tantangan,
semua marmot yang divaksinasi bertahan dan hewan kontrol mati, jumlah akhir
dianggap memuaskan. Jika hewan yang divaksinasi mati selama periode
pengamatan pascatantangan karena penyebab selain antraks, dan kematian tidak
terkait dengan vaksin, pengujian dapat diulang.
Persyaratan Otorisasi
Pertimbangan lingkungan
Sisa vaksin, botol kosong, dan peralatan yang digunakan untuk vaksinasi
terkontaminasi dengan spora hidup dan harus diautoklaf, didesinfeksi, atau
dibakar.
Persyaratan Efikasi
Dosis yang direkomendasikan untuk sapi dan kuda adalah minimal 2–10 ×
6
10 spora yang dapat dibiakkan; untuk domba, kambing dan babi, itu adalah 1-5 ×
106 spora yang dapat dibiakkan. Vaksin harus mengandung spora ini dalam
volume yang sesuai, mis. 2 × 106/ml. Kekebalan harus baik setidaknya selama 1
tahun dan dianjurkan agar diberikan booster tahunan. Kuda mungkin lambat untuk
mengembangkan kekebalan setelah vaksinasi awal; Oleh karena itu, beberapa
produsen merekomendasikan vaksinasi awal dua dosis, yang diberikan dengan
interval 1 bulan, diikuti dengan booster tahunan tunggal.
Spora Bacillus anthracis stabil dalam vaksin yang tidak diliofilisasi atau
diliofilisasi dan tidak memerlukan pengawet. Penyimpanan di bawah pendingin
dianjurkan (4°C).
DAFTAR PUSTAKA
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1991. Manual for the production of
anthrax and blackleg vaccines. Rome (ITA): Food and Agriculture
Organization
[OIE] World Organisation for Animal Health. 2018. Manual of Diagnostic Tests
and Vaccine for Terrestrial Animals. Paris (FR): World Organisation for
Animal Health.
Bielinska AU, Janczak KW, Landers JJ, Makidon P, Sower LE, Peterson JW,
Bater JR. 2007. Mucosal immunization with a novel nanoemulsionbased
recombinant anthrax protective antigen vaccine protects against Bacillus
anthracis spore challenge. Infect. Immunol. 75: 4020-4029.
Boyaka PN, Tafaro A, Fischer R, Leppla SH, Fujihashi A, Mcghee JR. 2003.
Effective mucosal immunity to anthrax: neutralizing antibodies and Th
cell responses following nasal immunization with protective antigen. J.
Immunol. 170: 5636-5643.
Davis SS. 2001. Nasal vaccines. Adv. Drug Deliv. Rev. 51: 21-42.
Hardjoutomo S, Poerwadikarta MB, Patten BE, Barkah K. 1993. The application
of ELISA to monitor the vaccinal response of anthrax vaccinated
ruminants. Penyakit Hewan. Ed khusus 46A. 25: 7-10.
Mikszta JA, Sullivan VJ, Dean C, Waterston AM, Alarcon JB, Dekker JPR,
Brittingham JM, Huang J, Hwang CR, Ferrier M, Jiang G, Mar K, Saikh
KU, Stiles BG, Roy CG, Ulrich RG, Harvey NG. 2005. Protective
immunization against inhalational anthrax: a comparison of minimally
invasive delivery platforms. J. Infect. Dis. 191: 278-288.
Sloat BR, CUI Z. 2006. Nasal immunization with a dual antigen anthrax vaccine
induced strong mucosal and systemic immune responses against toxins
and bacilli. College of Pharmacy, OSU, Corvallis, OR 97331. USA. p. 32-
33.
Siregar EA. 2002. Antraks: Sejarah masa lalu, situasi pada saat ini, sejarah
diagnosa dan kecenderungan perkembangan ilmu di masa depan.
Simposium Sehari Penyakit Antraks: Antraks di Indonesia, Masa lalu,
Masa kini dan Masa Depan. Bogor 17 Juli 2002. Balitvet, Bogor.
Wimer-Mackin S, Hinchcliffe M, Petrie R, Warwood SJ, Tino WJ, Williams MS, Stenz
JP, Cheff A, Richardson C. 2006. An intranasal vaccine targeting both the
Bacillus anthracis toxin and bacterium provides protection against aerosol spore
challenge in rabbits. Vaccine 24: 3953-3963.
XU Q, Zeng M. 2008. Detoxified lethal toxin as a potential mucosal vaccine against
anthrax. Clin. Vacc. Immunol. 15: 612-616.