Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Januari sampai 30 Januari 2015 di
Laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari (BBIB). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh berbagai metode thawing terhadap kualitas
semen beku kambing PE. Materi penelitian ini adalah 40 straw semen beku kambing PE yang
diperoleh dari BBIB Singosari yang dithawing dengan menggunakan air suhu 370C (P1),
290C (P2), 250C (P3) dan air es dengan suhu 50C (P4), masing-masing dithawing dengan
menggunakan waktu 30 detik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan
laboratorium menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
10 ulangan. Data yang diperoleh di analisis menggunakan analisis ragam (ANNOVA) dan
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s apabila diperoleh hasil yang berbeda atau
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode thawing yang berbeda dapat
mempengaruhi kualitas semen beku kambing PE yang meliputi motilitas, viabilitas dan
abnormalitas berbeda sangat nyata (P<0,01), sehingga hasil analisis dilanjutkan dengan uji Uji
Jarak Berganda Duncan’s. Penggunaan metode thawing dengan suhu 370C selama 30 detik
(P1) memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam segi
motilitas sebesar 43±2,58%, viabilitas sebesar 74,7±1,56%, dan abnormalitas sebesar
6,8±1,39%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan
metode thawing dengan suhu 370C selama 30 detik dapat meningkatkan nilai motilitas
(43±2,58%), meningkatkan nilai viabilitas (74,7±1,56%) dan menurunkan nilai abnormalitas
(6,8±1,39%).
Abstract
The research was conducted on January 5th – 30th January, 2015 in the Laboratorium
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB). The purpose of this study was to determine and assess
the influence of various thawing methods on the quality of etawa crossbreed goat frozen
1
semen. This research material was 40 straws of crossbreed etawa goat frozen semen which
were obtained from BBIB Singosari thawed using a water temperature of 370C (P1), 290C
(P2), 250C (P3) and ice water with a temperature of 50C (P4), respectively thawed within 30
seconds. The method was used in this research was laboratory experiments using completely
randomized design (CRD) with 4 treatments and 10 replications. The data obtained were
analyzed using analysis of variance (Annova) and continued with Duncan's Multiple Range
Test if obtained different results or significant. Results showed that different methods of
thawing were able to affect the quality of crossbreed etawa goat frozen semen which include
motility, viability and abnormalities were highly significant different (P <0.01), so that the
test results of the analysis followed by Duncan's Multiple Range Test. Use of thawing method
with a temperature 370C for 30 seconds (P1) provided the best results compared to other
treatments in terms of motility by 43±2.58%, viability of 74.7±1.56%, and the abnormality of
6.8±1.39. Result showed that the use of methods of thawing at temperature of 370C for 30
second increased motility (43±2.58%), to increased viability (74.7±1.56%) and can decreased
abnormality (6.8±1.39).
2
perkawinan yang tinggi. Peternak juga thawing adalah peningkatan suhu semen
menjadi faktor yang penting, karena secara gradual. Perubahan suhu yang
pengamatan birahi yang tepat oleh mendadak akan menyebabkan kematian
peternak akan menghasilkan ketepatan pada spermatozoa. Hal ini dikarenakan
waktu perkawinan. Pelaksana IB penggunaan metode thawing yang tidak
mempunyai peran besar dalam tepat akan menyebabkan kerusakan
keberhasilan IB, karena prosedur spermatozoa sehingga menurunkan
pelaksanaan IB mulai dari pengamatan kualitas semen dari segi motilitas,
birahi, handling semen beku, thawing viabilitas dan abnormalitas.
semen beku sampai dengan pelaksanaan Metode thawing di Indonesia
inseminasi sangat mempengaruhi sangat beragam pula, untuk menghasilkan
keberhasilan perkawinan. Rizal, Toelihere, kualitas semen yang baik Direktorat
Yusuf, Purwantara dan Situmorang (2003) Jenderal Peternakan membuat standarisasi
menjelaskan bahwa setiap pejantan metode thawing yaitu penggunaan air suhu
kambing memiliki kemampuan melayani 370C selama 30 detik karena pada suhu ini
sekitar 35 ekor betina jika menggunakan sama dengan suhu fisiologis ternak dan
program IB, dengan menggunakan semen sesuai standart Standart Operasional
beku yang dikemas dalam straw mini. Pekerjaan (SOP) Balai Besar Inseminasi
Berbagai laporan hasil penelitian di luar Buatan (BBIB). Namun, faktor kemudahan
negeri menunjukkan angka konsepsi yang pelaksanaan menjadi pertimbangan
diperoleh dari hasil IB pada kambing PE inseminator dalam pelaksanaan thawing.
bervariasi antara 33,3% sampai 84% Beberapa metode thawing yang
(Tambing, Toelihere, Yusuf dan Sutama, dilaksanakan di lapangan antara lain
2001). penggunaan air es, penggunaan air sumur,
Semen beku adalah semen yang penggunaan es lilin dan penggunaan
telah diencerkan dan selanjutnya pelepah pisang.
dibekukan jauh di bawah titik beku air Uraian diatas menjadi dasar
yang bertujuan untuk penghentian diadakannya penelitian mengenai berbagai
sementara kegiatan hidup dari sel tanpa metode thawing terhadap kualitas semen
mematikan fungsi sel. Thawing beku kambing PE yang dapat memberi
dimaksudkan mencairkan kembali semen solusi bagi peternak maupun inseminator
beku dengan menggunakan media. Guna guna meningkatkan kualitas semen beku
menghasilkan semen yang berkualitas sesuai dengan syarat IB.
dibutuhkan metode thawing yang benar
dan tepat berdasarkan standar yang telah MATERI DAN METODE
ada.
Metode thawing semen beku Tempat dan waktu
menjadi salah satu faktor yang sangat
menentukan program IB karena thawing Penelitian ini dilaksanakan di
semen beku merupakan prosedur yang Laboratorium Balai Besar Inseminasi
paling penting dalam IB jika menggunakan Buatan (BBIB) Singosari, 5 Januari sampai
metode thawing yang salah akan dengan 30 Januari 2015.
mempengaruhi kualitas spermatozoa yang
akan berdampak pada hasil IB. Prinsip
3
Semen Beku HASIL DAN PEMBAHASAN
6
persentase spermatozoa hidup daripada spermatozoa lebih dari 20% akan
thawing selama 15 detik. menurunkan fertilitasnya. Ditambahkan
dengan pendapat Ariantie dkk. (2013)
Abnormalitas Spermatozoa menjelaskan bahwa semen dengan
Tabel 3. Abnormalitas spermatozoa persentase abnormalitas cukup tinggi
kambing PE pada metode thawing yang cenderung memiliki fertilitas yang rendah
berbeda karena berkaitan dengan kemampuan
mengawali fertilisasi atau memelihara
Perlakuan Rataan perkembangan embrio.
P1 6,8±1,39a Hasil diatas juga menunjukkan
P2 12,1±1,19b adanya peningkatan abnormalitas setelah
P3 16,1±1,28c dilakukan thawing dengan berbagai
P4 22,6±1,07d metode. Pada hasil pengamatan nilai
Ket : Superskrip yang berada pada kolom
abnormalitas spermatozoa nilai terendah
yang sama menunjukkan perbedaan sangat
terdapat pada P4 (dithawing dengan air es
nyata (P<0,01).
50C selama 30 detik) mendapatkan nilai
Berdasarkan hasil pengamatan 22,6±1,07% dari hasil tersebut
abnormalitas spermatozoa setelah disimpulkan bahwa semen beku yang
dilakukan thawing dengan metode yang dithawing dengan air es 50C selama 30
berbeda pada semen beku kambing PE detik tidak layak untuk diinseminasikan,
didapatkan hasil sebesar 6,8±1,39%, dikarenakan suhu yang lebih rendah akan
12,1±1,19%, 16,1±1,28% dan 22,6±1,07%. menyebabkan kerusakan pada morfologi
Hasil ini menunjukkan adanya penurunan spermatozoa meskipun waktu yang
nilai abnormalitas setelah dilakukan digunakan sesuai dengan standart. Menurut
thawing dengan metode yang berbeda pada Putranti dkk., (2010), bahwa tingkat
semen beku kambing PE. Pada hasil abnormalitas merupakan salah satu faktor
pengamatan di atas bahwa semen beku yang paling penting karena hanya
pada perlakuan thawing dengan air es suhu spermatozoa yang normal atau utuh yang
50C selama 30 detik memiliki nilai memiliki peluang besar dalam keberhasilan
22,6±1,07% (memiliki nilai persentase fertilisasi.
abnormalitas terendah) dan sangat berbeda Abnormalitas spermatozoa pada
nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,01). penelitian ini terdapat beberapa macam
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan yaitu kepala kecil, ekor melingkar, ekor
bahwa abnormalitas spermatozoa pada putus dan ekor patah. McPeake dan
metode thawing P1, P2 dan P3 yaitu Pennington (2009), mengelompokkan
thawing dengan menggunakan air suhu abnormalitas dalam dua katagori, yaitu
370C selama 30 detik, air suhu 290C abnormalitas primer yang terjadi pada saat
selama 30 detik dan air es suhu 250C spermatogenesis yaitu di dalam tubulus
selama 30 detik masih layak digunakan seminiferi yang meliputi abnormalitas
untuk melakukan IB. Hal ini sesuai dengan kepala macrocephalic (kepala besar),
pendapat Ihsan (2009) yang menjelaskan microcephalic (kepala kecil), kepala dua,
bahwa semen yang dapat dipakai IB ekor dua, ekor melingkar dan abnormalitas
memiliki abnormalitas spermatozoa tidak sekunder yang terjadi setelah sperma
boleh lebih dari 20% dan jika abnormalitas meninggalkan tubulus seminiferus, selama
7
perjalanan di epididimis, ejakulasi dan abnormalitas disebabkan pada saat
faktor-faktor lain (suhu tinggi, tempat pembuatan preparat sebelum dilakukan
penampungan tidak bersih) meliputi kepala pengamatan dan juga disebabkan
normal yang terputus, dan ekor yang peroksidasi lipid
terputus.
Hasil analisis ragam juga KESIMPULAN
menunjukkan bahwa dengan suhu dan
waktu thawing yang sesuai tidak Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
berpengaruh nyata terhadap abnormalitas disimpulkan :
spermatozoa. Abnormalitas yang terjadi Bahwa dengan penggunaan metode
bisa diduga disebabkan karena kesalahan thawing dengan suhu 370C selama 30 detik
dalam preparasi ataupun ejakulasi. dapat meningkatkan nilai motilitas
Arifiantini dkk., (2006) menjelaskan (43±2,58%), meningkatkan nilai viabilitas
bahwa abnormalitas sekunder (74,7±1,56%) dan menurunkan nilai
kemungkinan disebabkan karena kesalahan abnormalitas (6,8±1,39%).
dalam preparasi atau ejakulasi.
Abnormalitas pada ekor bisa disebabkan DAFTAR PUSTAKA
karena ejakulasi yang tidak sempurna dan
shock terhadap suhu. Ansary, M.S., A. Bushra, Rakha and S.
Pada hasil pengamatan Akher. 2010. Effect of Straw
abnormalitas spermatozoa terjadi Size and Thawing Time on
penyebabnya karena pada suhu dan durasi Quality of Cryopreserved
thawing pada semua perlakuan belum Buffalo (Bubalus bubalis)
memberikan tekanan atau pengaruh yang Semen. J Reproductive
besar secara mekanis sehingga Biology. 11(1): 49-54.
spermatozoa menjadi abnormal seperti
halnya ciri khas suatu spermatozoa yang Arifiantini, R. I., T. Wresdiyati dan E.F.
mengalami abnormalitas tersier. Salah satu Retnani. 2006. Pengujian
ciri spermatozoa yang mengalami Morfologi Spermatozoa Sapi
abnormalitas tersier yaitu ekor atau Bali (Bos sondaicus)
kepalanya yang terputus. Sesuai hasil Menggunakan Pewarnaan
pengamatan kebanyakan abnormalitas “Williams”. J. Indontrop.
yang terjadi yaitu spermatozoa yang ekor Anim. Agric. 31 (2) : 105-
atau kepalanya terputus atau patah. Namun 110.
kondisi ini bukan disebabkan karena Hardijanto dan Aiman. 2010. Ilmu
thawing, melainkan diduga karena proses Inseminasi Buatan. Fakultas
preparasi seperti pembuatan preparat ulas. Kedokteran Hewan.
Yulnawati dkk., (2009) melaporkan Universitas Airlangga.
abnormaltas tersier terjadi kemungkinan Surabaya.
karena pembuatan preparat ulas yang
Hidayanti. 2002. Tingkat libido dan
menyebabkan kepala atau ekor kualitas semen domba
spermatozoa putus. Hal ini juga didukung Komposit dan Garut. J.
oleh pendapat Suyadi dkk., (2012) yang Pengembangan Peternakan
menyatakan bahwa peningkatan angka Tropis. Spesial Edition April
8
2001. Fakultas Peternakan Tengah. Kumpulan Abstrak
Universitas Diponegoro, Skripsi Jurusan Produksi
Semarang. Halm : 249-256. Ternak Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung,
Ihsan, N.M. 2009. Bioteknologi Lampung.
Reproduksi Ternak.
Universitas Brawijaya. Suyadi., A. Rachmawati, N. Iswanto. 2012.
Malang. Pengaruh α-Tocopherol yang
Berbeda dalam Pengencer
Nugroho, W.E. 2003. Efektivitas Dasar Tris Aminomethane-
Konsentrasi Kuning Telur kuning Telur Terhadap
dan Plasma Semen pada Kualitas Semen Kambing
Bahan Pengencer Tris Boer yang Disimpan pada
Terhadap Kualitas Semen Suhu 50C. Jurnal Ilmiah
Beku Saenen. Skripsi. Ilmu-ilmu Peternakan. 22 (3):
Fakultas Kedokteran Hewan. 1-8.
Institut Pertanian Bogor.
Tambing, S.N., M. Gazali dan B.
Oyeyemi, M., M.O. Akusu dan O.E. Ola- Purwantara. 2001.
Davis. 2000. Effect of Pemberdayaan Teknologi
Successive Ejaculations on Inseminasi Buatan pada
the Spermiogram of West Ternak Kambing.Wartazoa
African Dwarf Goats (Capra 11. (1). 1-9.
hircus L.). jurnal Veterinarski
Arhiv. 70(4): 215-221. Widyastuti, E. 2001. Kualitas Semen beku
Sapi PFH dengan
Rizal, M., M.R. Toelihere, T. L. Yusuf, B. Penambahan Antioksidan Vit.
Purwantara dan P. C dan E. Skripsi. Fakultas
Situmorang. 2003. Peternakan. Institut Pertanian
Kriopreservasi Semen Domba Bogor.
Garut dalam Pengencer Tris
dengan Konsentrasi Laktosa Yulnawati., Herdis, H. Maheswari, A.
yang Berbeda. Media Boediono dan M. Rizal. 2009.
Kedokteran Hewan 19: 79- Potensi Reproduksi dan
83. Upaya Pengembangbiakan
Kerbau Belang Tana Toraja.
Samsudewa, D. 2008. Pengaruh Berbagai Seminar dan Lokakarya
Metode Thawing terhadap Nasional Kerbau.
Kualitas Semen Beku Sapi.
Seminar Nasional Teknologi Zelpina, E., B. Rosadi dan T. Sumarsono.
Peternakan dan Veteriner. 2012. Kualitas Spermatozoa
Fakultas Peternakan, Post Thawing Dari Semen
Universitas Diponegoro, Beku Sapi Perah. Jurnal
Semarang. Ilmu-Ilmu Peternakan 15 (2) :
98-100.
Sayoko, Y., M. Hartono, dan Silotonga
2007. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Persentase
Spermatozoa Hidup semen
Beku Sapi Pada Berbagai
Inseminator di Lampung
9