Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN

BEKU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

Garin Janur H1), M. Nur Ihsan2), and Nurul Isnaini2)


1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang
Jl. Veteran, Malang, Indonesia 65145, Email : Garinhamangkutama@ymail.com

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Januari sampai 30 Januari 2015 di
Laboratorium Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari (BBIB). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh berbagai metode thawing terhadap kualitas
semen beku kambing PE. Materi penelitian ini adalah 40 straw semen beku kambing PE yang
diperoleh dari BBIB Singosari yang dithawing dengan menggunakan air suhu 370C (P1),
290C (P2), 250C (P3) dan air es dengan suhu 50C (P4), masing-masing dithawing dengan
menggunakan waktu 30 detik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan
laboratorium menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
10 ulangan. Data yang diperoleh di analisis menggunakan analisis ragam (ANNOVA) dan
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan’s apabila diperoleh hasil yang berbeda atau
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode thawing yang berbeda dapat
mempengaruhi kualitas semen beku kambing PE yang meliputi motilitas, viabilitas dan
abnormalitas berbeda sangat nyata (P<0,01), sehingga hasil analisis dilanjutkan dengan uji Uji
Jarak Berganda Duncan’s. Penggunaan metode thawing dengan suhu 370C selama 30 detik
(P1) memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya dalam segi
motilitas sebesar 43±2,58%, viabilitas sebesar 74,7±1,56%, dan abnormalitas sebesar
6,8±1,39%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan
metode thawing dengan suhu 370C selama 30 detik dapat meningkatkan nilai motilitas
(43±2,58%), meningkatkan nilai viabilitas (74,7±1,56%) dan menurunkan nilai abnormalitas
(6,8±1,39%).

Kata kunci : motilitas, viabilitas, abnormalitas

EFFECT OF VARIOUS THAWING METHODS ON THE QUALITY OF ETAWA


CROSSBREED GOAT FROZEN SEMEN

Garin Janur H1), M. Nur Ihsan2), and Nurul Isnaini2)


1)
Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang
2)
Lecturer of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang
Veteran street, Malang, Indonesia 65145, Email : Garinhamangkutama@ymail.com

Abstract
The research was conducted on January 5th – 30th January, 2015 in the Laboratorium
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB). The purpose of this study was to determine and assess
the influence of various thawing methods on the quality of etawa crossbreed goat frozen
1
semen. This research material was 40 straws of crossbreed etawa goat frozen semen which
were obtained from BBIB Singosari thawed using a water temperature of 370C (P1), 290C
(P2), 250C (P3) and ice water with a temperature of 50C (P4), respectively thawed within 30
seconds. The method was used in this research was laboratory experiments using completely
randomized design (CRD) with 4 treatments and 10 replications. The data obtained were
analyzed using analysis of variance (Annova) and continued with Duncan's Multiple Range
Test if obtained different results or significant. Results showed that different methods of
thawing were able to affect the quality of crossbreed etawa goat frozen semen which include
motility, viability and abnormalities were highly significant different (P <0.01), so that the
test results of the analysis followed by Duncan's Multiple Range Test. Use of thawing method
with a temperature 370C for 30 seconds (P1) provided the best results compared to other
treatments in terms of motility by 43±2.58%, viability of 74.7±1.56%, and the abnormality of
6.8±1.39. Result showed that the use of methods of thawing at temperature of 370C for 30
second increased motility (43±2.58%), to increased viability (74.7±1.56%) and can decreased
abnormality (6.8±1.39).

Keywords: motility, viability, abnormalitiy

PENDAHULUAN mutu genetik ternak yang dapat mengatasi


kebutuhan akan daging sapi maupun
Produktivitas peternakan sangat kambing dikarenakan jumlah masyarakat
tergantung pada 3 aspek yaitu pakan, dunia yang terus meningkat dari tahun ke
manajemen, dan reproduksi. Upaya dalam tahun (Hardijanto dan Aiman, 2010). Hal
bidang reproduksi ternak antara lain ini dimungkinkan dari seekor pejantan
dengan pelaksanaan inseminasi buatan. yang dipilih diambil semennya untuk
Pada saat ini pemerintah Indonesia sedang diinseminasikan pada sejumlah betina.
menggalakkan program swasembada program IB juga bisa berfungsi untuk
daging sapi maupun kambing pada tahun mencegah penularan penyakit kelamin
2010. Namun, program ini belum dapat yang mungkin terjadi dalam perkawinan
dicapai sehingga pemerintah kembali alami.
mencanangkan untuk program IB sebagai sebuah teknologi yang
swasembada daging pada tahun 2015, diterapkan dalam bidang peternakan
untuk mencapai program tersebut mempunyai tantangan untuk menunjukkan
pemerintah berusaha meningkatkan keberhasilan kebuntingan yang ditentukan
populasi dan produksi ternak yang dapat beberapa faktor yaitu ternak pejantan,
ditempuh melalui penyediaan bibit ternak ternak betina, peternak dan pelaksana IB.
yang cukup dengan mutu baik, Ternak pejantan mempengaruhi
meningkatkan kelahiran, menekan keberhasilan inseminasi buatan karena
kematian, mencegah penularan penyakit kualitas semen yang dihasilkan oleh ternak
serta meningkatkan produktivitas ternak pejantan merupakan salah satu penentu
dengan salah satu kegiatan pendukungnya keberhasilan perkawinan ternak. Fisiologi
adalah inseminasi buatan (IB). Teknik IB reproduksi ternak betina yang normal akan
adalah suatu teknologi yang diciptakan menghasilkan sel telur yang berkualitas
manusia guna meningkatkan populasi dan baik sehingga diperoleh keberhasilan

2
perkawinan yang tinggi. Peternak juga thawing adalah peningkatan suhu semen
menjadi faktor yang penting, karena secara gradual. Perubahan suhu yang
pengamatan birahi yang tepat oleh mendadak akan menyebabkan kematian
peternak akan menghasilkan ketepatan pada spermatozoa. Hal ini dikarenakan
waktu perkawinan. Pelaksana IB penggunaan metode thawing yang tidak
mempunyai peran besar dalam tepat akan menyebabkan kerusakan
keberhasilan IB, karena prosedur spermatozoa sehingga menurunkan
pelaksanaan IB mulai dari pengamatan kualitas semen dari segi motilitas,
birahi, handling semen beku, thawing viabilitas dan abnormalitas.
semen beku sampai dengan pelaksanaan Metode thawing di Indonesia
inseminasi sangat mempengaruhi sangat beragam pula, untuk menghasilkan
keberhasilan perkawinan. Rizal, Toelihere, kualitas semen yang baik Direktorat
Yusuf, Purwantara dan Situmorang (2003) Jenderal Peternakan membuat standarisasi
menjelaskan bahwa setiap pejantan metode thawing yaitu penggunaan air suhu
kambing memiliki kemampuan melayani 370C selama 30 detik karena pada suhu ini
sekitar 35 ekor betina jika menggunakan sama dengan suhu fisiologis ternak dan
program IB, dengan menggunakan semen sesuai standart Standart Operasional
beku yang dikemas dalam straw mini. Pekerjaan (SOP) Balai Besar Inseminasi
Berbagai laporan hasil penelitian di luar Buatan (BBIB). Namun, faktor kemudahan
negeri menunjukkan angka konsepsi yang pelaksanaan menjadi pertimbangan
diperoleh dari hasil IB pada kambing PE inseminator dalam pelaksanaan thawing.
bervariasi antara 33,3% sampai 84% Beberapa metode thawing yang
(Tambing, Toelihere, Yusuf dan Sutama, dilaksanakan di lapangan antara lain
2001). penggunaan air es, penggunaan air sumur,
Semen beku adalah semen yang penggunaan es lilin dan penggunaan
telah diencerkan dan selanjutnya pelepah pisang.
dibekukan jauh di bawah titik beku air Uraian diatas menjadi dasar
yang bertujuan untuk penghentian diadakannya penelitian mengenai berbagai
sementara kegiatan hidup dari sel tanpa metode thawing terhadap kualitas semen
mematikan fungsi sel. Thawing beku kambing PE yang dapat memberi
dimaksudkan mencairkan kembali semen solusi bagi peternak maupun inseminator
beku dengan menggunakan media. Guna guna meningkatkan kualitas semen beku
menghasilkan semen yang berkualitas sesuai dengan syarat IB.
dibutuhkan metode thawing yang benar
dan tepat berdasarkan standar yang telah MATERI DAN METODE
ada.
Metode thawing semen beku Tempat dan waktu
menjadi salah satu faktor yang sangat
menentukan program IB karena thawing Penelitian ini dilaksanakan di
semen beku merupakan prosedur yang Laboratorium Balai Besar Inseminasi
paling penting dalam IB jika menggunakan Buatan (BBIB) Singosari, 5 Januari sampai
metode thawing yang salah akan dengan 30 Januari 2015.
mempengaruhi kualitas spermatozoa yang
akan berdampak pada hasil IB. Prinsip

3
Semen Beku HASIL DAN PEMBAHASAN

Semen beku dari pejantan kambing


Motilitas Spermatozoa
PE yang digunakan sebanyak 40 straw dari Tabel 1. Motilitas spermatozoa kambing
BBIB Singosari kode kambing 200940. PE pada metode thawing yang berbeda
Thawing
Perlakuan Rataan
Menyiapkan waterbath yang suhu P1 43±2,58c
air di dalamnya sudah ditentukan. P2 37±2,58b
Mengambil straw dengan penjepit (pinset) P3 34±2,11b
dari container dan memasukkannya ke P4 28±2,58a
dalam waterbath selama 30 detik. Ket : Superskrip yang berada pada kolom
yang sama menunjukkan perbedaan sangat
Rancangan Percobaan nyata (P<0,01).

Rancangan penelitian yang Perlakuan metode thawing pada


digunakan adalah rancangan acak lengkap semen beku kambing PE berpengaruh
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. terhadap motilitas spermatozoa (P<0,01).
Perlakuan adalah suhu thawing sebagai Pada hasil pengamatan metode thawing
berikut : dengan air suhu 370C diperoleh nilai
motilitas tertinggi dan optimal dan berbeda
P1 : suhu 370C
sangat nyata yaitu memiliki nilai 43%
P2 : suhu 290C
lebih tinggi dibandingkan P2, P3 dan P4
P3 : suhu 250C
(P<0,01) yaitu secara berurutan 37%, 34%
P4 : suhu 50C
dan 28%. Diduga pada kisaran suhu
Lama thawing seragam pada semua tersebut metabolisme spermatozoa berjalan
perlakuan yaitu 30 detik. sempurna karena sesuai dengan suhu
fisiologis yang normal pada kambing PE.
Peubah yang diamati pada Selain itu pada spermatozoa terjadi proses
penelitian ini adalah motilitas, viabilitas percepatan gliserol intraseluler sekaligus
dan abnormalitas. mencegah terjadinya tekanan osmotik. Saat
pembekuan dan thawing semen terjadi
Analisis Data
peristiwa tekanan osmotik pada
Data yang diperoleh dianalisis spermatozoa sehingga menyebabkan
menggunakan ANOVA. Untuk melihat konfigurasi lipid protein membran
perbedaan antar perlakuan dilakukan uji spermatozoa menjadi tidak seimbang
lanjut Duncan. kemudian mempengaruhi keseimbangan
osmotik. Selanjutnya terlihat persentase
motilitas individu cenderung mengalami
penurunan pada P2, P3 dan P4 pada teknik
thawing dengan suhu 290C, 250C dan 50C
berdurasi 30 detik. Hal ini menunjukkan
bahwa bila suhu thawing semakin rendah
dapat menyebabkan terjadi penurunan daya
motilitas individu.
4
Pada hasil perhitungan perlakuan mengalami penurunan. Pada perlakuan P4
P2 dan P3 tidak memiliki perbedaan antar yaitu dilakukan thawing dengan suhu 50C
perlakuan. Spermatozoa dikatakan selama 30 detik mendapatkan hasil yang
progresif apabila spermatozoa tersebut menurun dari perlakuan P1, P2 dan P3
bergerak kedepan. Motilitas atau daya disebabkan thawing dengan menggunakan
gerak spermatozoa mempunyai peranan suhu rendah juga akan mengakibatkan
penting untuk keberhasilan fertilisasi struktur fosfolipid membran plasma akan
(Widyastuti, 2001). Hal ini didukung berubah dari fase cair menjadi fase gel atau
pendapat Nugroho (2003), bahwa motilitas lebih kental. Selain suhu thawing yang
atau daya gerak dapat dijadikan patokan rendah suhu thawing yang tinggi juga
dalam menilai kualitas semen. Menurut berpengaruh terhadap motilitas
Zelpina dkk., (2012) bahwa thawing yang spermatozoa karena pada proses thawing
dilakukan pada suhu 390C dan 370C metabolisme spermatozoa berjalan dengan
selama 30 detik memperlihatkan hasil optimal tetapi proses pengeluaran
persentase motilitas yang lebih tinggi krioprotektan tidak berlangsung sempurna,
(P<0,05) dibandingkan pada perlakuan hal ini dapat mengakibatkan keracunan
suhu 330C, 350C dan 410C selama 30 detik. bagi spermatozoa dan kerusakan
Sedangkan antara perlakuan yaitu suhu spermatozoa sehingga dapat menyebabkan
390C dan 370C tidak berbeda nyata penurunan motilitas spermatozoa. Menurut
(P>0,05). Zelpina dkk. (2012) suhu yang tinggi
Pendapat Samsudewa (2008) yang dalam media thawing akan menyebabkan
menyatakan bahwa post thawing motility proses metabolisme spermatozoa
(PTM) semen beku yang tidak layak untuk meningkat sehingga memerlukan energi
IB yaitu yang memiliki nilai motilitas yang tinggi pula. Bahwa Kondisi demikian
spermatozoa <40%. Hal ini didukung menyebabkan spermatozoa akan cepat
dengan penelitian sebelumnya yang kehilangan energy sehingga berakibat
dilakukan oleh Ansary et al (2010) kematian pada spermatozoa.
motilitas yang baik yaitu pada teknik
thawing menggunakan air dengan suhu Viabilitas Spermatozoa
370C dengan waktu 30 detik karena suhu Tabel 2. viabilitas spermatozoa kambing
thawing yang lebih rendah akan PE pada metode thawing yang berbeda
menghasilkan angka motilitas yang lebih
rendah. Hal ini sesuai dengan hasil Perlakuan Rataan
penelitian yang dilakukan bahwa metode P1 74,7±1,56d
thawing pada semen kambing PE dengan P2 62,8±1,03c
air suhu 290C, air suhu 250C dan air es P3 56,8±1,39b
suhu 50C menunjukkan nilai motilitas rata- P4 41,9±1,91a
Ket : Superskrip yang berada pada kolom
rata semakin menurun yaitu 37%, 34% dan
yang sama menunjukkan perbedaan sangat
28%.
nyata (P<0,01).
Pada suhu rendah pengeluaran
krioprotektan sempurna tetapi metabolisme Berdasarkan hasil pengamatan
berjalan tidak optimal sehingga motilitas viabilitas spermatozoa setelah dilakukan
berjalan tidak optimal mengakibatkan nilai thawing dengan metode yang berbeda pada
motilitas spermatozoa yang dihasilkan semen beku kambing PE didapatkan hasil
5
sebesar 74,7±1,56%, 62,8±1,03%, spermatozoa biasanya terjadi pada fase
56,8±1,39% dan 41,9±1,91%. Hasil ini transisi.
menunjukkan adanya penurunan nilai Hasil penelitian Hidayanti (2002)
viabilitas setelah dilakukan thawing menyatakan bahwa dibutuhkan 50%
dengan metode yang berbeda pada semen spermatozoa yang hidup untuk dipakai IB.
beku kambing PE. Pada hasil pengamatan Maka viabilitas pada perlakuan thawing
di atas bahwa semen beku pada perlakuan P1, P2 dan P3 yaitu dengan metode
thawing dengan air es suhu 50C selama 30 thawing air suhu 370C selama 30 detik,
detik memiliki nilai 41,9±1,91% (memiliki thawing dengan air suhu 290C selama 30
nilai persentase viabilitas terendah) dan detik dan air suhu 250C selama 30 detik
sangat berbeda nyata dengan perlakuan menunjukkan bahwa persentase viabilitas
lainnya (P<0,01). dalam kisaran normal kecuali P4 dengan
Spermatozoa yang memiliki perlakuan thawing mengunakan air es suhu
persentase hidup yang lebih tinggi 50C selama 30 detik yang mendapatkan
menandakan bahwa membran plasma nilai 41,9±1,91%. Spermatozoa yang
masih utuh secara fisik, sehingga organel memiliki persentase hidup yang tinggi
sel spermatozoa akan terlindungi, menandakan bahwa membran plasma
kebutuhan zat-zat makanan dan ion-ion masih utuh secara fisik, sehingga organel
untuk proses metabolisme tersedia. sel spermatozoa akan terlindungi,
Metabolisme sel akan berlangsung baik kebutuhan zat-zat makanan dan ion-ion
jika membran plasma sel berada dalam untuk proses metabolisme tersedia.
keadaan yang utuh, sehingga mampu Faktor lain yang menyebabkan
dengan baik mengatur lalu lintas substrat rendahnya persentase hidup spermatozoa
dan elektrolit masuk dan keluar dari sel. pasca dilakukan thawing adalah akibat
Oyeyemi dkk., (2000) menyatakan banyaknya asam laktat dari hasil
bahwa bila terjadi perubahan suhu yang metabolisme spermatozoa yang tidak dapat
tidak sesuai secara ekstraseluler, maka dioksidasi. Menumpuknya asam laktat ini
permeabilitas fosfolipid hidrofilik rusak mengakibatkan meningkatnya kadar
dan menyebabkan fluiditas membran keasaman larutan yang berakibat buruk
terganggu sehingga terjadi kematian bagi spermatozoa karena bersifat racun.
spermatozoa. Sayoko dkk., (2007) Pada hasil pengamatan diperoleh
meningkatnya kecepatan perubahan suhu nilai viabilitas tertinggi untuk perlakuan P1
semen pada saat thawing umumnya yaitu 370C selama 30 detik yaitu sebesar
menghasilkan lebih banyak spermatozoa 74,7±1,56% dan berbeda sangat nyata,
yang hidup. Hal ini dapat dicapai apabila lebih tinggi dibandingkan dengan
melakukan thawing dengan temperatur air perlakuan P2, P3 dan P4 (P<0,01) dapat
thawing yang cukup tinggi. Kecepatan disebabkan karena suhu dan waktu tersebut
perubahan selama thawing akan sangat sesuai dengan keadaan spermatozoa
mengurangi tekanan terhadap spermatozoa dan metode thawing tersebut yang paling
karena spermatozoa melewati masa kritis baik dan sesuai standart yang dianjurkan
(fase transisi) dengan cepat pula sehingga oleh Balai Inseminasi Buatan. Hal tersebut
spermatozoa yang hidup dan normal sesuai dengan pendapat Sayoko dkk.,
menjadi lebih banyak dan akibatnya angka (2007), bahwa lama thawing 30 detik
konsepsi menjadi lebih baik. Kerusakan memberikan hasil yang lebih baik terhadap

6
persentase spermatozoa hidup daripada spermatozoa lebih dari 20% akan
thawing selama 15 detik. menurunkan fertilitasnya. Ditambahkan
dengan pendapat Ariantie dkk. (2013)
Abnormalitas Spermatozoa menjelaskan bahwa semen dengan
Tabel 3. Abnormalitas spermatozoa persentase abnormalitas cukup tinggi
kambing PE pada metode thawing yang cenderung memiliki fertilitas yang rendah
berbeda karena berkaitan dengan kemampuan
mengawali fertilisasi atau memelihara
Perlakuan Rataan perkembangan embrio.
P1 6,8±1,39a Hasil diatas juga menunjukkan
P2 12,1±1,19b adanya peningkatan abnormalitas setelah
P3 16,1±1,28c dilakukan thawing dengan berbagai
P4 22,6±1,07d metode. Pada hasil pengamatan nilai
Ket : Superskrip yang berada pada kolom
abnormalitas spermatozoa nilai terendah
yang sama menunjukkan perbedaan sangat
terdapat pada P4 (dithawing dengan air es
nyata (P<0,01).
50C selama 30 detik) mendapatkan nilai
Berdasarkan hasil pengamatan 22,6±1,07% dari hasil tersebut
abnormalitas spermatozoa setelah disimpulkan bahwa semen beku yang
dilakukan thawing dengan metode yang dithawing dengan air es 50C selama 30
berbeda pada semen beku kambing PE detik tidak layak untuk diinseminasikan,
didapatkan hasil sebesar 6,8±1,39%, dikarenakan suhu yang lebih rendah akan
12,1±1,19%, 16,1±1,28% dan 22,6±1,07%. menyebabkan kerusakan pada morfologi
Hasil ini menunjukkan adanya penurunan spermatozoa meskipun waktu yang
nilai abnormalitas setelah dilakukan digunakan sesuai dengan standart. Menurut
thawing dengan metode yang berbeda pada Putranti dkk., (2010), bahwa tingkat
semen beku kambing PE. Pada hasil abnormalitas merupakan salah satu faktor
pengamatan di atas bahwa semen beku yang paling penting karena hanya
pada perlakuan thawing dengan air es suhu spermatozoa yang normal atau utuh yang
50C selama 30 detik memiliki nilai memiliki peluang besar dalam keberhasilan
22,6±1,07% (memiliki nilai persentase fertilisasi.
abnormalitas terendah) dan sangat berbeda Abnormalitas spermatozoa pada
nyata dengan perlakuan lainnya (P<0,01). penelitian ini terdapat beberapa macam
Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan yaitu kepala kecil, ekor melingkar, ekor
bahwa abnormalitas spermatozoa pada putus dan ekor patah. McPeake dan
metode thawing P1, P2 dan P3 yaitu Pennington (2009), mengelompokkan
thawing dengan menggunakan air suhu abnormalitas dalam dua katagori, yaitu
370C selama 30 detik, air suhu 290C abnormalitas primer yang terjadi pada saat
selama 30 detik dan air es suhu 250C spermatogenesis yaitu di dalam tubulus
selama 30 detik masih layak digunakan seminiferi yang meliputi abnormalitas
untuk melakukan IB. Hal ini sesuai dengan kepala macrocephalic (kepala besar),
pendapat Ihsan (2009) yang menjelaskan microcephalic (kepala kecil), kepala dua,
bahwa semen yang dapat dipakai IB ekor dua, ekor melingkar dan abnormalitas
memiliki abnormalitas spermatozoa tidak sekunder yang terjadi setelah sperma
boleh lebih dari 20% dan jika abnormalitas meninggalkan tubulus seminiferus, selama

7
perjalanan di epididimis, ejakulasi dan abnormalitas disebabkan pada saat
faktor-faktor lain (suhu tinggi, tempat pembuatan preparat sebelum dilakukan
penampungan tidak bersih) meliputi kepala pengamatan dan juga disebabkan
normal yang terputus, dan ekor yang peroksidasi lipid
terputus.
Hasil analisis ragam juga KESIMPULAN
menunjukkan bahwa dengan suhu dan
waktu thawing yang sesuai tidak Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
berpengaruh nyata terhadap abnormalitas disimpulkan :
spermatozoa. Abnormalitas yang terjadi Bahwa dengan penggunaan metode
bisa diduga disebabkan karena kesalahan thawing dengan suhu 370C selama 30 detik
dalam preparasi ataupun ejakulasi. dapat meningkatkan nilai motilitas
Arifiantini dkk., (2006) menjelaskan (43±2,58%), meningkatkan nilai viabilitas
bahwa abnormalitas sekunder (74,7±1,56%) dan menurunkan nilai
kemungkinan disebabkan karena kesalahan abnormalitas (6,8±1,39%).
dalam preparasi atau ejakulasi.
Abnormalitas pada ekor bisa disebabkan DAFTAR PUSTAKA
karena ejakulasi yang tidak sempurna dan
shock terhadap suhu. Ansary, M.S., A. Bushra, Rakha and S.
Pada hasil pengamatan Akher. 2010. Effect of Straw
abnormalitas spermatozoa terjadi Size and Thawing Time on
penyebabnya karena pada suhu dan durasi Quality of Cryopreserved
thawing pada semua perlakuan belum Buffalo (Bubalus bubalis)
memberikan tekanan atau pengaruh yang Semen. J Reproductive
besar secara mekanis sehingga Biology. 11(1): 49-54.
spermatozoa menjadi abnormal seperti
halnya ciri khas suatu spermatozoa yang Arifiantini, R. I., T. Wresdiyati dan E.F.
mengalami abnormalitas tersier. Salah satu Retnani. 2006. Pengujian
ciri spermatozoa yang mengalami Morfologi Spermatozoa Sapi
abnormalitas tersier yaitu ekor atau Bali (Bos sondaicus)
kepalanya yang terputus. Sesuai hasil Menggunakan Pewarnaan
pengamatan kebanyakan abnormalitas “Williams”. J. Indontrop.
yang terjadi yaitu spermatozoa yang ekor Anim. Agric. 31 (2) : 105-
atau kepalanya terputus atau patah. Namun 110.
kondisi ini bukan disebabkan karena Hardijanto dan Aiman. 2010. Ilmu
thawing, melainkan diduga karena proses Inseminasi Buatan. Fakultas
preparasi seperti pembuatan preparat ulas. Kedokteran Hewan.
Yulnawati dkk., (2009) melaporkan Universitas Airlangga.
abnormaltas tersier terjadi kemungkinan Surabaya.
karena pembuatan preparat ulas yang
Hidayanti. 2002. Tingkat libido dan
menyebabkan kepala atau ekor kualitas semen domba
spermatozoa putus. Hal ini juga didukung Komposit dan Garut. J.
oleh pendapat Suyadi dkk., (2012) yang Pengembangan Peternakan
menyatakan bahwa peningkatan angka Tropis. Spesial Edition April

8
2001. Fakultas Peternakan Tengah. Kumpulan Abstrak
Universitas Diponegoro, Skripsi Jurusan Produksi
Semarang. Halm : 249-256. Ternak Fakultas Pertanian.
Universitas Lampung,
Ihsan, N.M. 2009. Bioteknologi Lampung.
Reproduksi Ternak.
Universitas Brawijaya. Suyadi., A. Rachmawati, N. Iswanto. 2012.
Malang. Pengaruh α-Tocopherol yang
Berbeda dalam Pengencer
Nugroho, W.E. 2003. Efektivitas Dasar Tris Aminomethane-
Konsentrasi Kuning Telur kuning Telur Terhadap
dan Plasma Semen pada Kualitas Semen Kambing
Bahan Pengencer Tris Boer yang Disimpan pada
Terhadap Kualitas Semen Suhu 50C. Jurnal Ilmiah
Beku Saenen. Skripsi. Ilmu-ilmu Peternakan. 22 (3):
Fakultas Kedokteran Hewan. 1-8.
Institut Pertanian Bogor.
Tambing, S.N., M. Gazali dan B.
Oyeyemi, M., M.O. Akusu dan O.E. Ola- Purwantara. 2001.
Davis. 2000. Effect of Pemberdayaan Teknologi
Successive Ejaculations on Inseminasi Buatan pada
the Spermiogram of West Ternak Kambing.Wartazoa
African Dwarf Goats (Capra 11. (1). 1-9.
hircus L.). jurnal Veterinarski
Arhiv. 70(4): 215-221. Widyastuti, E. 2001. Kualitas Semen beku
Sapi PFH dengan
Rizal, M., M.R. Toelihere, T. L. Yusuf, B. Penambahan Antioksidan Vit.
Purwantara dan P. C dan E. Skripsi. Fakultas
Situmorang. 2003. Peternakan. Institut Pertanian
Kriopreservasi Semen Domba Bogor.
Garut dalam Pengencer Tris
dengan Konsentrasi Laktosa Yulnawati., Herdis, H. Maheswari, A.
yang Berbeda. Media Boediono dan M. Rizal. 2009.
Kedokteran Hewan 19: 79- Potensi Reproduksi dan
83. Upaya Pengembangbiakan
Kerbau Belang Tana Toraja.
Samsudewa, D. 2008. Pengaruh Berbagai Seminar dan Lokakarya
Metode Thawing terhadap Nasional Kerbau.
Kualitas Semen Beku Sapi.
Seminar Nasional Teknologi Zelpina, E., B. Rosadi dan T. Sumarsono.
Peternakan dan Veteriner. 2012. Kualitas Spermatozoa
Fakultas Peternakan, Post Thawing Dari Semen
Universitas Diponegoro, Beku Sapi Perah. Jurnal
Semarang. Ilmu-Ilmu Peternakan 15 (2) :
98-100.
Sayoko, Y., M. Hartono, dan Silotonga
2007. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Persentase
Spermatozoa Hidup semen
Beku Sapi Pada Berbagai
Inseminator di Lampung
9

Anda mungkin juga menyukai