KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian
ini, guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi untuk
melakukan penelitian di program studi peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok dengan judul penelitian
“Kualitas semen beku sapi limousin produksi BIB Tuah Sakato
Payakumbuh yang di simpan di PKH Peternakan (UPT Pembibitan
Aripan) dengan waktu thawing yang berbeda”.
Dengan selesainya penulisan proposal ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. John Hendri, MP selaku dosen pembimbing
I dan Bapak Harissatria S.Pt, MP selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Pertanian,
Ketua Jurusan Peternakan, seluruh staf pengajar dan tenaga kependidikan
Fakultas Pertanian. Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian UMMY
Solok.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran guna
penyempurnaan proposal ini. Penulis berharap proposal ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri dan perkembangan ilmu peternakan umumnya dimasa
yang akan datang.
29 Januari 2021
BAB I
PENDAHULUAN
daging sapi dari tahun ketahun terus meningkat . Tahun 2019 konsumsi daging di
Indonesia sebanyak 686.270 ton yang dipasok dari ternak lokal sebanyak 58% dan
42% diimpor dari Negara lain. Populasi sapi potong di seluruh Indonesia pada
tahun 2019 sebanyak 18,12 juta ekor (Ditjennak, 2019). Di sisi lain, pemerintah
sapi dalam negeri secara mandiri. Untuk itu salah satu kebijakan penting
inseminasi buatan akan dapat memperbaiki mutu genetik ternak sapi dengan cara
membuat semen beku yang berasal dari pejantan unggul. Inseminasi buatan
merupakan suatu cara atau teknik memasukkan semen yang telah dicairkan dan
telah diproses terlebih dahulu. Semen yang didapat berasal dari ternak jantan
unggul yang bebas dari penyakit dan dimasukkan ke dalam saluran alat kelamin
penggunaan semen karena semen dari seekor pejantan yang unggul dapat
digunakan untuk membuahi sel telur pada banyak betina. Inseminasi buatan
3
proses thawing (pencairan kembali), harus dilakukan dengan benar jika tidak
dilakukan dengan benar maka akan menyebabkan kerusakan dari spermatozoa itu
sendiri, sehingga menyebabkan kualitas dan daya fertilitas menurun, oleh karena
itulah spermatozoa harus tetap terjaga kualitasnya agar dapat menembus sel telur
beku dari BIB Tuah Sakato Payakumbuh. Lalu bibit yang dibawa dari BIB Tuah
belum optimal, dengan indikator setiap ternak betina yang di IB rata-rata dalam
penyebab kegagalan IB mungkin saja dari, petugas IB yang kurang trampil, atau
4
semen beku yang di IB kan tidak bagus lagi dan mungkin saja pelaksaan IB
seperti thawing semen beku yang tidak tepat pelaksanaannya. Sepeti yang
diketahui proses thawing semen beku sebelum di IB merupakan hal penting yang
semen beku dari suhu -1960C ke suhu tubuh. Proses lama dan suhu thawing
sangat mempengaruhi kualitas semen beku, atau bisa menurunkan kualitas semen
beku.
memperhatikan waktu dan suhu pada saat thawing. Biasanya Inseminator hanya
mengkisarkan waktu pada suhu tertentu pada saat thawing. Hal ini merupakan
penyebab rusak nya semen beku yang mengakibatkan kegagalan pada saat IB.
temperatur terlalu tinggi atau terlalu rendah akan merusak pertumbuhan dan
beku dalam nitrogen cair 196°C lebih baik dibanding pada dry ice dengan
temperatur -79°C karena pada temperatur -79°C terjadi perubahan pada sperma
yang tepat (Foote, 1969). Semen beku harus disimpan dalam temperatur dan
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan merusak pertumbuhan dan kemampuan
Kegagalan reproduksi pada ternak bersumber pada faktor yaitu : (1) faktor
melakukan kopulasi secara normal, (3) faktor hewan betina karena kelainan
penyakit kelamin (Toelihere, 1985). Faktor lain pada umumnya ditemukan sangat
sporadis misalnya : distokia, torsio uteri dan faktor hewan betina pada umumnya
nampak jelas misalnya adanya kasus corpus luteum persisten yang dapat
(Partodihardjo, 1992).
yang dilakukan Inseminator, maka kualitas dari semen beku sebelum di IB juga
beragam, maka dari itu, perlu dilakukan penelitian dengan judul “Kwalitas semen
beku sapi limosin produksi BIB Tuah Sakato Payakumbuh yang di simpan di
berbeda”.
Untuk menjaga kualitas semen beku tetap baik, maka perlu penangan
PKH Peternakan (UPT Pembibitan Aripan) dan proses thawing oleh petugas IB di
Kecamatan X Koto Singkarak maka bagaimana kualitas semen beku produksi BIB
6
sapi Limousin produksi di BIB Tuah Sakato Payakumbuh yang disimpan di PKH
waktu thawing, terutama pada semen beku sapi Limosin produksi BIB Tuah
Aripan).
Lama waktu thawing semen beku sapi Limosin yang disimpan di PKH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Prancis. Karakteristik dari sapi limousin adalah pertambahan badan yang cepat
perharinya sekitar 1,1 kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi
seluruh tubuh warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya
berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium (sapi betina dewasa
mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1100 kg), fertilitasnya
cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh anak dengan
beriklim temperatur dengan suhu antara 4-150C dengan mendapat hijauan serta
konsentrat yang bernilai tinggi (Meyn, 1991). Menurut Thomas (1991), Sapi
Limousin memiliki berat lahir rata-rata 39,95 kg dengan berat sapih pada umur
205 hari yaitu 198 kg. Sapi Limousin termasuk ternak potong berkualitas baik,
Madi, 2011).
Semen adalah cairan suspensi seluler yang mengandung gamet jantan atau
jantan. Cairan dari suspensi yang terbentuk saat ejakulasi disebut seminal plasma
tersebut berfungsi sebagai buffer dan medium bagi spermatozoa agar daya
8
Partodihardjo, 1982).
akhirnya membentuk gamet jantan. Bentuk spermatozoa adalah sel lonjong yang
terdiri dari kepala yang berisi nukleus dan ekor yang berisi aparatus yang
dan panjang bagian kepala adalah 8-10 m, lebar 4 m dan tebal 0,5 m (Hafez,
2000).
semen beku adalah kualitas semen beku sesudah thawing sering mengalami
Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai
straw dan dibekukan dengan suhu -1960C. Semen beku tersebut berasal dari
pejantan terpilih dimana pejantan tersebut sudah melewati seleksi pejantan unggul
2.4 Thawing
jumlah spermatozoa yang hidup dan mati serta dapat membuahi sel telur yang
telah diovulasikan Robbins dkk (1976) dalam Frandson (1996). Semen beku yang
di thawing pada suhu yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas spermatozoa
dan mempengaruhi frtilitas. Oleh karena itu perlu diperhatikan suhu thawing agar
Thawing semen beku menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan
karena menurut Evarns dan Maxwell (1976), thawing semen beku merupakan
prosedur yang paling penting dalam inseminasi buatan. Hal ini dikarenakan
diatas 37˚C akan meningkatkan daya hidup spermatozoa, tetapi bila melebihi
batas waktu kritis akan bersifat fatal pada sel spermatozoa (Evarns dan Maxwell,
1987).
umur, bangsa ternak, sifat genetik, suhu dan musim, libido dan frekuensi
55 hari dan berlangsung pertama kali ketika sapi berumur 10-12 bulan
(Nuryadi, 2000).
sampai umur 7 tahun. Pada saat pebertas spermatozoa banyak yang abnormal,
dan total spermatozoa sapi jantan dewasa lebih banyak daripada sapi jantan
tahun.
dibandingkan bangsa sapi Bos indicus. Persilangan dari dua bangsa sapi
tersebut akan mencapai pubertas pada umur yang sama dengan induknya
(Sprott, Thrift dan Carpenter, 1998). Bangsa sapi perah mempunyai libido
dengan sapi potong (Hafez, 2000). Coulter, Cook dan Kastelic (1997) dan
pengaruh heat shock pada persentase spermatozoa yang motil pada Sapi
diestimasi dengan panjang, berat dan lingkar skrotum. Bearden dan Fuquay
rendah. Hal ini disebabkan memburuknya kualitas semen dan didapatkan 10%
Pond and Pond (1999) menyatakan jika suhu lingkungan terlalu panas
sterilitas sapi jantan, sehingga manajemen saat stress perlu dilakukan untuk
musim karena perbedaan lamanya siang hari atau lamanya penyinaran dapat
pada pejantan Holstein lebih baik pada musim dingin dan semi dibandingkan
Libido yang tinggi tidak menjamin kualitas dan kuantitas semen akan lebih
baik, tetapi paling tidak lebih berperan terhadap percepatan dalam proses
jantan muda dan sapi jantan dewasa. Frekuensi ejakulasi yang terlalu sering dapat
semen. Koleksi semen sebaiknya tidak lebih dari dua kali dalam sehari atau
interval 4-7 hari pada pejantan muda dan 5 hari pada pejantan dewasa. (Mathevon,
et al., 1998).
umum sama dengan ternak lainnya yaitu meliputi volume, warna, pH,
inseminasi buatan adalah 40% (Garner dan Hafez, 1993). Susilawati, Srianto,
motilitas 40%.
dengan metode pewarnaan diferensial menggunakan zat warna eosin saja atau
zat warna eosin pada spermatozoa yang mati pada saat pewarnaan tersebut
dilakukan. Hal ini terjadi karena membran pada spermatozoa yang mati tidak
permeabel terhadap zat warna atau memiliki afinitas yang rendah sehingga
yang abnormal. Hal ini tidak menunjukkan fertilitas yang rendah sampai jumlah
spermatozoa abnormal lebih dari 20%. Demikian juga tipe-tipe abnormalitas tidak
1998).
karakteristik semen bangsa sapi eksotis (Bos taurus) yang terlihat pada
rendah dan konsentrasi spermatozoa yang rendah selama musim panas (Salah,
ElNouty dan Al-Hajri, 1992). Sekoni dan Gustafsson (1987) melaporkan bahwa
BAB III
MATERI DAN METODE
Laboratorium .................................
Materi dalam penelitian ini adalah semen beku sapi Limosin Peoduksi
BIB Tuah Sakato yang disimpan di PKH Peternakan (UPT Pembibitan Aripan)
sebanyak 16 straw, dari jenis umur dan kode straw yang sama.
1. Alat
2. Bahan
menit), P3 (45 menit) pada suhu 38oC dan 4 pengambilan semen beku sebagai
ulangan.
16
Yij = µ + σi + ∑ij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang mendapat perlakuan ke-i
Bila F hitung perlakuan besar dari F tabel 5%, maka dilanjutkan dengan uji lanjut
a. Semen beku dari sapi Simmental dalam bentuk straw 0,25 ml yang diperoleh
thawing, yakni 4 straw dithawing dalam air 38°C selama 0 menit, 4 straw di
thawing dalam air 38°C selama 15 menit, 4 straw lainnya di thawing dalam air
38°C selama 30 menit dan 4 straw di thawing dalam air 38°C selama 45 menit.
dengan pipet tetes, diteteskan di atas gelas obyek kemudian ditambah dengan
17
beberapa tetes eosin 2% dan dibuat preparat dan ditutup dengan gelas penutup
warna dalam satu bidang pandang di bagi 200 dikali 100% (Hafez 2000)
100%
Data diperoleh dengan cara meneteskan sampel semen pada kamar hitung
kemudian ditutup dengan cover glass lalu diamati di bawah mikroskop dengan
gelombang besar dengan gerakan massa yang cepat. ......... : Bergerak agak
aktif/agak cepat, terlihat gelombang tipis dan jarang serta gerakan massa yang
lambat. ......... : Bergerak kurang aktif/ kurang cepat, tidak terlihat gelombang,
sekali gerakan individual sperma atau tidak ada gerakan sama sekali (mati)
tetes semen di atas gelas obyek, dan tambahkan beberapa tetes eosin 2%
18
yang dihitung adalah abnormalitas kepala terlalu besar, kepala terlalu kecil,
kepala ganda (duplicate head ), ekor melingkar dan ekor ganda (Hafez, 2000)
dengan rumus :
1. Persentase hidup
2. Persentase motilitas
3. Persentase abnormalitas
Keterangan:
Db : Derajat Bebas
19
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
P : Perlakuan
U : Ulangan
20
DAFTAR PUSTAKA
Cupps, P. T., anderson, L. L. and Cole, H. H., (1969) The Oestrus Cycle, in H. H
Cole and P.T Cupps: Reproduction in Domestic Animal, Second Edition,
Academic Press, New York, Page : 332.
Ditjennak. 2010. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Jakarta:
Direktorat Jenderal Peternakan, Kementan RI
Ditjennak. 2010b. Blue Print Program Swasembada Daging Sapi 2014. Jakarta:
Direktorat Jenderal Peternakan, Kementan RI.
Pond, K. dan W. Pond. 1999. Introduction to Animal Science. John Willey &
Sons, Inc. USA.
Steel, C.J. dan J.H. Torrie.1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. PT. Gramedia.
Jakarta.
Sugeng, B. 1998. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. 60-64.
22
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.