Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

PUSAT PELATIHAN DAN PENYULUHAN KELAUTAN & PERIKANAN

Pelatihan Teknis Kelautan Dan Perikanan Penyuluh Budidaya


Model Daring (On Line) Bidang Budidaya Perikanan

MODUL 4

MENGELOLA INDUK DAN BENIH

Tahun 2020
BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Budidaya merupakan kegiatan utama dari agribisnis ikan air tawar.Secara garis
besar, kegiatan budidaya ikan air tawar di mulai dari aspek pembenihan, pembesaran
hingga pasca panen.

Aspek pembenihan sebagai awal kegiatan budidaya berperan penting dalam


menjamin keberlangsungan kegiatan berikutnya, yaitu pembesaran. Kegiatan pembenihan
yang baik akan menghasilkan produk berupa benih ikan yang berkualitas. Dalam budidaya
factor benih memegang peranan hingga 75% terhadap keberhasilan budidaya air tawar.
Benih ikan yang berkualitas baik akan tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap serangan
penyakit merupakan kebutuhan yang mutlak harus disediakan oleh para pakar yang
bergerak di bidang pembenihan maupun panti benih.

Prospek pengembangan budi daya ikan nila juga diperkirakan memiliki peluang
yang sama baiknya dengan pengembangan jenis ikan konsumsi lainnya. Hal ini terkait
dengan peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk dunia yang ikut
meningkat tajam seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan
data FAO, kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun 2010 masih kekurangan
pasokan sebesar 2 juta ton/tahun. Pemenuhan kekurangan pasokan sebesar itu tidak
mungkin dipenuhi oleh hasil tangkapan saja tetapi dipasok dari hasil budidaya salah
satunya budidaya ikan nila.

Selain hal tersebut diatas, ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan air
tawar yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati masalah
perikanan dunia terutama berkaitan dengan usaha peningkatan gizi masyarakat di negara-
negara yang sedang berkembang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11
Juni 2005 telah mencanangkan Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(RPPK). Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah
menetapkan sepuluh komoditas unggulan karena mempunyai potensi untuk eksport.
Komoditas tersebut adalah komoditas udang, rumput laut, ikan gurami, lele (dumbo),
kerapu, nila, bandeng, patin, abalone dan ikan hias. Program revitalisasi ikan nila(budi
daya) diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan

2
ekonomi, perolehan devisa, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pemdapatan
pembudidaya.

Namun, pengembangan budidaya ikan nila tidak akan berhasil apabila ketersediaan
benih tidak terpenuhi, baik pada kualitas benih, ketepatan waktu, ketepatan ukuran dan
pasokan benih yang berkesinambungan.

Pembenihan yang baik perlu didukung oleh adanya ketersedian induk yang
berkualitas unggul sehingga dengan ketersediaan induk yang berkualitas maka akan
dihasilkan benih yang berkualitas juga, oleh sebab itu kita perlu melakukan manajemen
induk dan benih.

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):

Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu mengelola
induk dan benih dengan baik dan benar.

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).

Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu :

1. Meyiapkan calon induk yang berkualitas.


2. Menjelaskan pemeliharaan induk dengan baik.
3. Mempratekkan uji mutu induk dengan benar.
4. Melakukan Pemeliharaan benih dengan benar .
5. Melakukan Pendederan ikan nila dengan benar.

3
BAB II.

Menyiapkan Calon Induk.

Calon induk yang akan digunakan sebagai bakalan penghasil bibit ikan nila
harus diperhatikan kualitasnya. Banyak induk ikan nila yang ada di masyarakat
sudah menurun kualitasnya. Induk yang kualitas genetisnya kurang baik, jika
dipijahkan akan menghasilkan keturunan yang jelek dan kualitas benihnya rendah.
Karena itu sebaiknya menggunakan induk yang berasal dari institusi yang ditunjuk
sebagai penyedia benih, misalnya balai penelitian perikanan.

Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah atau induk yang
belum siap memijah . Jika menggunakan induk yang siap memijah, dana yang
disediakan cukup besar karena harganya relatif mahal. Sebaliknya jika
menggunakan bakalan induk , diperlukan waktu pemeliharaan untuk membesarkan
bakalan induk hingga mencapai ukuran dan umur untuk siap memijah ( matang
kelamin ).

Tanda-tanda induk nila berkualitas baik sebagai berikut :

- Kondisi sehat.
- Bentuk badan normal.
- Sisik besar dan tersusun rapi.
- Kepala relatif kecil jika dibandingkan dengan badan.
- Badan tebal dan berwarna mengkilap ( tidak kusam ).
- Gerakan lincah.
- Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan.
Jumlah induk yang dibutuhkan untuk usaha pembenihan sangat tergantung
dari besar-kecilnya target produksi yang akan dicapai. Artinya semakin tinggi target
produksi yang direncanakan, jumlah induk yang diperlukan juga semakin banyak..
Ikan nila tergolong ikan yang memiliki jumlah telor yang relatif sedikit dalam sekali
memijah, sehingga jumlah larva yang dihasilkan juga sedikit Induk ikan nila betina
sudah matang kelamin pada umur 5 s.d 6 bulan dengan berat 200 s.d 250 gram
mengandung telur 500 s.d 1000 butir. Dari jumlah telur tersebut bisa diperoleh larva
200 s.d 400 ekor larva. Meskipun jumlah telurnya sedikit namun ikan nila
mempunyai frekuensi memijah yang rekatif sering . Hal ini dapat kita lihat dari
rentang waktu antarpemijahan yang singkat, yaitu 3 s.d 6 minggu.

4
Masa produktif ikan nila 1,5 s.d 2 tahun. Jika telah berumur diatas 2 tahun, induk
harus sudah diganti dengan induk baru. Jika induk yang tua tetap dipijahkan
biasanya kualitas benih yang dihasilkan akan menurun.

Berikut ini adalah ciri-ciri induk nila jantan dan induk nila betina :

Ciri-ciri Induk Jantan Induk Betina

Bentuk tubuh Lebih tingi dan Lebih rendah dan memanjang


membulat
Lebih gelap
Lebih cerah
Warna tubuh Dua lubang :
Satu lubang ( untuk
Jumlah lubang - Untuk mengeluarkan telur.
keluar seperma
kelamin - Untuk mengeluarkan urin.
sekaligus urin )
Tidak menonjol dan bentuk bulat.
Tonjolan agak
Bentuk kelamin meruncing

5
BAB III. Memelihara Induk.

Sebelum dipijahkan induk jantan dan induk betina dipelihara dalam kolam
terpisah. Posisi kolam induk dibuat sedemikian rupa sehingga air buangan dari
induk betina tidah mengalir ke kolam induk jantan atau sebaliknya. Jika tidak dibuat
demikian, maka bau tubuh induk betina yang terbawa arus air ke kolam induk
jantan maka akan merangsang induk jantan untuk memijah , sehingga terjadi
pemijahan liar. Keuntungan pemisahan antara induk jantan dengan induk betina
antara alin :

- Kualitas telur yang dihasilkan lebih baik.


- Mudah melakukan seleksi induk.
- Bisa dengan mudah untuk menyeleksi induk yang sudah dengan yang
belum dipijahkan.
Untuk mendukung kondisi induk, diusahakan kondisi lingkungan tempat
pemeliharaan induk dalam keadaan baik. Selain itu pemberian pakan tambahan
harus mencukupi agar perkembangan gonade ( telur dan seperma ) optimal.
Untuk menciptakan kondisi ini kolam pemeliharaan induk air harus mengalir dan
pakan tambahan yang diberikan harus mencukupi, yaitu ± 3 % dari bobot total
indinuk yang dipelihara, dengan kandungan protein tinggi yaitu diatas 35%.

Adapun langkah-langkah penetasan secara intensif sebagai berikut :

a. Pematangan gonad.
Pematangan gonad bertujuan untuk mempercepat perolehan telur
yang berkwalitas agar berdaya tetas tinggi. Artinya, ketika terjadi pemijahan,
telur yang dikeluarkan oleh induk nila adalah telur yang matang dan siap
dibuahi. Pematangan gonad ini dilakukan didalam beton atau di dalam hapa.
Jika menggunakan bak beton, sebaiknya dipilih yang berukuran 20-30 m2.
Namun jika menggunakan hapa, ukuran panjang 6m lebar 4m dan tinggi 1m
. Hapa dipasang di kolam yang cukup luas, sekitar 1000-2000m2 dengan
kedalaman 1-1,5m. Pemasangan hapa dilakukan sedemikian rupa sehingga
mudah dikontrol. Agar posisi hapa kokoh, sebaiknya setiap sudutnya
diikatkan di tiang bambu.

Jumlah pemasangan hapa ada 6 buah (3 untuk induk jantan dan 3


untuk induk betina). Hapa pertama berisi induk yang sudah dipijahkan. Hapa
kedua untuk induk yang hampir matang gonad dan hapa ketiga untuk hapa
yang sudah matang gonad atau siap dipijahkan. Pada penebaran dalam

6
hapa 5-10 ekor /m2. Pematangan gonad terjadi dalam 2 minggu dan harus
didukung dengan pemberian pakan bergizi tinggi dengan dosisi 5% dari
berat total induk/ hari. Selain itu, air kolam harus jernih dan selalu mengalir
agar suplai oksigen induk terpenuhi.

7
BAB IV.
UJI MUTU INDUK IKAN NILA

Kriteria mutu induk ikan nila sesuai dengan standart nasional indonesia (SNI)

4.1. Kriteria kwalitatif


Kriteria Induk

a. Asal Hasil pembenihan dari benih sebar yang berasal dari


induk ikan kelas induk dasar/ Grand Parents Stock
(GPS).

b. Warna Hitam keabuan, perut putih sampai keunguan.

c.Bentuk Tubuh Normal, Compres (pipih) dengan sisik penuh dan


teratur, tidak cacat dan tidak kelainan.

d. Gerakan Bergerak di permukaan sampai dasar wadah.

4.2. Kriteria Kuantitatif


No Parameter Satuan Jantan Betina

1. Umur Bulan Min 6-8 Min 6-8

2. Panjang total Bobot Cm Min 16-25 Min 14-20

3. Linea lateralis Gram Min 400-600 Min 300-400

4. Sirip Buah 28-35 28-35

5. - DXVII13;P11-15 DXVII. 13; P11-15

VI.5;A III.10-11 VI.5;A III.10-11

Fekunditas C II. 18 C II. 18

6. Diameter telur Butir - 1000-2000

7. SL / TB Mm - 2.5-3.1

8. - 2.3-2.5 2.3-2.5

8
BAB V.

PEMELIHARAAN LARVA IKAN

Pemeliharaan larva hasil pemijahan secara outdoor umumnya dilakukan dikolam


pemijahan.Setelah memijah, induk betina dan jantan dipindahkan kembali ke kolam
pemeliharaan induk.Setelah menetas, larva masih mepunyai cadangan makanan
berupa kuning telur (yolk).Umur cadangan makanan tersebut berkisar2 - 4 hari,
tergantung jenis ikan. Kuning telur akan diserap habis dalam waktu antara 3 - 6 hari
setelah menetas.
Fase penting dalam pemeliharaan larva ikan yaitu saat habisnya kuning telur
sebagai cadangan makanannya. Saat kuning telur habis, larva akan mencari pakan
yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Jika pakan tersebut mudah ditemukan,
pertumbuhan larva akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya, larva akan mengalami
kematian jika tidak tersedia pakan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulutnya.

Pada pembenihan di luar ruangan, penyediaan makanan untuk larva sudah


dipersiapkan lewat penyediaan pakan alami melalui pemupukan dengan kotoran
ayam.Ketersediaan pakan alami dalam jumlah terbanyak hendaknya tepat pada saat
kuning telur ikan sudah terserap habis.Setelah 5 - 7 hari, larva mulai memakan pakan
alami yang tersedia.Berkurangnya persediaan pakan ditandai dengan munculnya larva
ikan di permukaan untukmencari makanan.Jika demikian, berikanpakan tambahan
berupa pelet atau tepung halus.

Pemberian pakan tambahan hendaknya merata ke seluruh area kolam. Hal ini
untuk menjamin bahwa semua larva mempunyai kesempatan yang sama dalam
mendapatkan makanannya sehingga tumbuh dengan baik dan mempunyai ukuran
yang relatif seragam.

Tidak seperti pembenihan di luar ruangan (outdoor), pemeliharaan larva di dalam


ruangan ini sangat tergantung pada ketersediaan pakan alami yang diberikan secara
langsung kepada larva.Larva mulai dilatih untuk mengonsumsi pakan berupa artemia
ataupun rebusan kuning telur yang diencerkan dengan air matang pada 2 - 3 hari paska
menetas (saat kuning telur masih tersedia).Tahapan ini dilakukan dalam waktu 3 - 4 hari.

Selanjutnya, larva mulai dilatih untuk mengonsumsi daphnia atau cacing rambut
(tubifex).Agar bersih, tubifex perlu dicucidengan larutan PK (kalium permanganat)
dengan dosis 1 ppm selama 2 - 3 menit dan dibilas dengan air bersih sebelum diberikan
pada larva.Pemberian pakan harus dilakukan secara bertahap dalam jumlah yang tidak
terlampau banyak di awal pemberian.Setelah 5 - 7 hari, larva mulai dilatih untuk
9
mengonsumsi pakan buatan berupatepung pelet yang dibentuk sebagai pastadengan air
hangat.Pasta diletakkan pada tempat pakan berupa piring berlubang yang digantung
dengan kedalaman 10 cm dari permukaan air.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan larva agar angka mortalitas
larva dapat ditekan seminimal mungkin, yaitu sebagai berikut :

5.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan

Persiapan wadah pemeliharaan larva merupakan hal yang harus dilakukan sebelum
memulai pemeliharaan. Kegiatan persiapan tersebut melalui beberapa proses di antaranya
pengeringan, pembersihan, perbaikan (wadah produksi, instalasi air, instalasi listrik,
instalasi udara, serta saluranpembuangan), dan pengisian air. Penyiapan wadah
pemeliharaan larva bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang optimal bagi larva
sehingga bisa hidup, tumbuh dan berkembang, serta mengurangi serangan bakteri atau
jamur.Wadah pemeliharaan larva harus sudah disiapkan 1 - 2 hari sebelum larva
ditebarkan.

Persyaratan untuk pemeliharaan larva adalah air yang digunakan harus bersih dan
jernih serta suhu air dan udaranya harus stabil dan tidak berfluktuasi.Sumber air bersih bisa
berasal dari sumur pompa atau sumur gali. Untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut
dalam air dan menguapkan gas-gas lain yang merugikan, sebelum digunakan sebagai
media pemeeliharaan, air diaerasi terlebih dahulu selama 1 - 2 hari atau dengan
menampungnya terlebih dahulu dalam bak tandon air. Pada bak tandon tersebut juga
dipasang aerasi dari blower atau aerator selama 24 jam.

Untuk mencegah timbulnya jamur dan bibit penyakit pada larva ikan, berikan larutan
larutan methylene blue (MB) pada media pemeliharaan dengan takaran sesuai dengan
aturan yang tercantum pada label kemasan.Perlakuan ini diberikan minimal 1 - 2 hari
sebelum larva ikan dimasukkan.

Untuk menjaga suhu air tetap dalam kondisi stabil, lengkapi wadah pemeliharaan
dengan heater atau sumber panas yang berasal dari pemanas ruangan berupa lampu listrik
atau kompor.Persiapan selanjutnya adalah pemasangan instalasi penetasan.Pada tahapan
ini, penggunaan aerasi dari bloweratau aerator ke dalam wadah pemeliharaandiperlukan
untuk menyuplai oksigen terlarut.Hal ini karena larva patin sangat peka terhadap
kekurangan oksigen.Aerasi dipasang pada setiap bak atau wadah pemeliharaan
larva.Tekanan aerasi dibuatsedemikian rupa agar tidak terlalu kencang sehingga larva tidak
mudah stres.Untuk mengurangi goncangan akibat gelembung air yang terlalu besar, pada

10
ujung selang aerator bisa ditempatkan sebuah batu aerasi.Selama pemeliharaan larva
berlangsung, aerasi harus selalu dihidupkan.

5.2. Macam Wadah Pemeliharaan Larva

Pemeliharaan larva ikan umumnya dilakukan di bak fiberglass, akuarium, dan bak
terpal plastik. Wadah pemeliharaan larva ikan tersebut ditempatkan dalam ruangan yang
terlindungi seperti di hatchery atau ruangan sederhana yang tertutup rapat sehingga bisa
mencegah gangguan dari lingkungan luar seperti perubahan suhu, cuaca, curah hujan,
angin, dan hama predator.

Pemeliharaan larva ikan dilakukan selama 2 1 - 3 0 hari atau jika benih ikan telah
mencapai ukuran 3 / 4 - 1 inci/ekor.Benih ikan yang telah mencapai ukuran 1 inci
selanjutnya didederkan ke kolam atau bak yang lebih luas.

5.2.1. Pemeliharaan larva di bak fiberglass

Fiberglass yang umum dipakai untuk pemeliharaan larva/benih ikan berukuran


panjang 2 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,5 m. atau bak fiberglass bulat berdiameter 1,5
m. Bentuk bak fiberglass ada yang bulat/oval atau empat persegi. Untuk jumlah
larva ikan sebanyak 200.000 ekor, diperlukan bakfiberglass sebanyak 12
buah.Tinggi air pada bak pemeliharaan berkisar 3 0 - 4 0 cm.

Gambar 1. Bak Pemeliharaan Fiberglass

Bak fiberglass bisa diperoleh dengan membeli di toko akuarium atau di toko alat-
alat perikanan.Bak fiberglass tergolong praktis dan mudah dalam pengelolaannya
dan bisa dipindah-pindahkan.Namun, harga sebuah bak fiberglass masih terbilang
mahal.

Seperti halnya di akuarium, pemeliharaan larva di bak fiberglass juga ditempatkan


di dalam ruangan yang tertutup rapat dan terlindung Tujuannya untuk

11
mempertahankan suhu air dan suhu ruangan tetap stabil.Pada bak fiberglass juga
dilengkapi dengan beberapa titikaerasi dan heater.

5.2.2. Pemeliharaan larva di akuarium


Selain berfungsi sebagai tempat penetasan telur, akuarium juga berfungsi sebagai

tempat pemeliharaan larva sampai larva berkembang menjadi benih dengan


ukuran tertentu atau berukuran 3/4-1 inci/ekor.Akuarium yang umum digunakan
untuk pemeliharaan larva ikan antara lain berukuran panjang 8 0 - 1 0 0 m, lebar
4 0 - 6 0 cm, dan tinggi 40 cm. Akuarium ukuran tersebut dapat diisi dengan larva
ikan sebanyak 5.000 ekor.
Gambar 2.Akuarium.Wadah sebagai tempat penetasan telur dan pemeliharaan larva

Untuk larva sebanyak 200.000 ekor, diperlukan akuarium sebanyak 40 buah.


Namun, jumlah akuarium yang dibutuhkan tergantung dari larva yang akan
dipelihara.

Akuarium-akuarium tersebut disusun dan diletakan pada rak-rak yang dibuat dari
besi atau kayu. Setiap akuarium dilapisi dengan styrofoamatau gabus yang
berfungsi untuk mencegah retak dan pecahnya akuarium. Jumlah akuarium yang
dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah telur dan larva yangakan
dipelihara.Setelah menetas menjadi larva, benih tersebut kemudian dijarangkan
menjadi beberapa akuarium.Pada setiap akuarium dilengkapi dengan beberapa
titik aerasi dan heater.

5.2.3. Pemeliharaan larva di bak semen


Bak pemeliharaan untuk larva ikandapat terbuat dari bak semen. Pemeliharaan
larva ikan di bak semen hendaknya dilakukan setelah benih mulai makancacing
sutera atau sekitar umur 10 hari daripenetasan. Jika pemeliharaan larva
dilakukan setelah larva menetas (umur 1 hari) tingkat kematian atau mortalitas
benih sangat tinggi.

12
Bak semen untuk pemeliharaan larva ikan tersebut hendaknya ditempatkan di
dalam ruangan tertutup dan terlindung.Tujuannya untuk mempertahankan suhu
air dan ruangan tetap stabil.Jika pemeliharaan larva berada di ruang terbuka,
maka pada wadah pemeliharaan tersebut di atas dan dindingnya diberi penutup
atau pelindung berupa tutup plastik agar suhu di dalam wadah pemeliharaan
tetap stabil. Pada bak sementersebut dilengkapi dengan beberapa titik aerasi dan
pemanas air (heater).

Bak semen yang umum digunakan untuk pemeliharaan larva ikan


berukuranlebar 1 m, panjang2-4 meter dan tinggi0,8 m. Bak pemeliharaan
dilengkapi dengan saluran pemasukan atau pengeluaran yang terbuat dari pipa
paralon. Fungsi kedua seluran tersebut adalah untuk memudahkan pengeringan
dan pengisianair.Tinggi air pada bak pemeliharaan larvaikan dapat diatur mulai
dari 2 0 - 5 0 cm. Pemeliharaan larva ikan di bak semen dilakukan sampai dengan
benih ukuran 3/4-1 inci/ekor.Setelah benih mencapai ukuran tersebut, benih
dipindahkan ke kolam pendederan yang lebih luas.

5.2.4. Pemeliharaan larva di bak terpal plastik

Terpal plastik bisa dijadikan sebagai alternatif tempat pemeliharaan larva


ikan.Metode pemeliharaan pada terpal sudah banyak dipakai oleh para pembudi
daya patin karena praktis dalam pengelolaannya dan memiliki tingkat
keberhasilan yang tinggi.
Bak terpal plastik yang umum digunakan untuk pemeliharaan larva ikan
berukuran 2m x 1 m x 0,5 m. Pembuatan bakterpal adalahdengan membuat rangka
bak dari bahan kayu, kemudian sebagai dasar bak serta sisi- sisi dinding bak
digunakan plastik terpal. Bak terpal plastik untuk pemeliharaan larva, ditempatkan
dalam ruangan yang tertutup rapat dan terlindung seperti di hatchery.

Padat penebaran larva di bak terpal plastik adalah 40 ekor/l. Untukjumlah larva
ikan sebanyak 200.000 ekor, diperlukan bak terpal plastik sebanyak 12-14 buah.
Waktu pemeliharaan larva ikan di dalam bakterpal plastic yaitu 21-30 hari ataujika
benih ikan telah mencapai ukuran 3/4-1 inci/ekor. Selanjutnya, benih dipindahkan
atau didederkan lebih lanjut ke kolam lain yang lebih luas.

5.3. Penebaran Larva

Agar tidak menyebabkan larva stres, prosesi penebaran larva harus dilakukan
secara hati-hati, yakni dengan cara memperhatikan kondisi air serta kesesuaian pada air
pemeliharaan. Pada saat penebaran larva, aerasi sebaiknya dikecilkan; ketinggian air pada
13
bak pemeliharaan diupayakan 20-50 cm; dan padat penebaran optimal 30 ekor larva/I
dan 50-60 ekor/I. Seiring dengan pertumbuhan larva menjadi benih, perlu dilakukan
pemindahan dan penjarangan kepadatan. Idealnya, penebaran larva dilakukan setelah
larva berumur minimal 5 jam dari penetasan dan larva yang ditebar harus sudah terbebas
dari sisa telur yang tidak menetas.Bila wadah penetasan telur juga difungsikan sebagai
wadah pemeliharaan larva, tidak perlu dilakukan pemindahan larva.

Padat penebaran benih ikan nila dikolam tanah yaitu 5-10 ekor/m2, dengan ukuran
8-12 cm dengan berat rata-rata ± 30 gram/ekor. Padat penebaran benih tergantung dari
tingkat kesuburan kolam, namun padat tebat yang dianjurkan 5-10 ekor/m2 . Benih yang
ditebar sebaiknya berukuran yang sama yaitu berukuran 8-12 cm atau berat lebih kurang
20 gram per ekor.

Penebaran benih ikan nila dapat dilakukan dengan beberapa langkah di bawah ini.

1. Padat penebaran sebaiknya 3 kg/m3 atau 30-40 ekor/m3 dengan ukuran 75-100
gram/ekor.
2. Sebaiknya benih yang akan ditebar, direndam dengan menggunakan garam grosok
dengan dosis 5 gram/10 liter air selama 15 – 30 menit untuk sterilisasi.
3. Sebelum dilakukan penebaran benih perlu dilakukan penyesuaian suhu agar benih
tidak stress (aklimatisasi).
Penebaran benih dapat dilakukan dengan cara :

1. Sebelum ditebar (jika diperlukan) benih disuci hamakan dengan direndam dalam
larutan garam grosok sebanyak 5 gram/10 liter air dalam waktu 15-30 menit.
2. Adaptasi suhu, agar suhu air didalam kemasan ikan sama dengan suhu air di kolam,
yaitu dengan cara wadah/kemasan benih direndam didalam air selama beberapa
waktu sebelum ditebar kedalam wadah.
3. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari.
4. Benih ikan berukuran 20 gram/ekor dengan padat tebar 100 ekor/m2 atau 50
gram/ekor dengan padat tebar 20 ekor/m2.
5.4 Pemberian Pakan Larva

Larva ikan nila akan berkembang menjadi benih yang telah kehabisan kuning telur
makanan cadangan. Sebagai pengganti makanan cadangan tersebut maka perlu diberikan
makanan tambahan. Makanan tambahan ini berupa tepung halus.Makanan ini terbuat dari
campuran tepung ikan, minyak ikan, mineral, dan vitamin. Komposisi setiap bahan
campuran makanan buatan ini dapat dilihat pada tabel di bawa ini.

14
Selain makanan alami yang tersedia dikolam diberikan makanan tambahan pakan
(pelet) dengan kandungan protein minimal 25 %, dengan frekuensi pemberian pakan 2-3
kali sehari yaitu : pagi, siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan 3-5 % dari berat
biomas ikan perhari.

Pakan tambahan yang harus diberikan harus berprotein tinggi minimal 25 %.Pakan
tambahan yang berprotein tinggi adalah pellet, baik berupa tepung maupun butiran.
Walaupun kandungan protein tidak seperti pellet, namun dedak halus sangat disukai oleh
ikan nila.

Pakan tambahan untuk benih gelondongan besar berupa pellet besar dengan kadar
protein 25 %. Benih-benih yang masih kecil pakan tambahannya hanya sedikit, yang utama
adalah pakan alami. Kalau pakan tambahan lebih diutamakan untuk benih yang masih kecil
mengakibatkan pertumbuhannya lambat dan banyak kematian.

5.5. Pengelolaan Air

Pengelolaan air merupakan salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan larva ikan.
Pengelolaan air bertujuan menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi larva agar
dapat hidup, berkembang, dan tumbuh secara optimal. Prinsip pengelolaan air adalah
memasukkan zat yang bermanfaat seperti O2 atau air baru ke dalam wadah budidaya dan
mengeluarkan yang tidak bermanfaat bahkan merugikan seperti sisa pakan, kotoran ikan,
amoniak (NH3), atau CO2.

Pengelolaan air dapat dilakukan dengan melakukan penggantian sebagian air media
pemeliharaan larva. Air merupakan media yang paling vital bagi kelangsungan hidup ikan.
Suplai air yang memadahi akan mencegah berbagai masalah dalam budidaya ikan secara
intesif, yaitu dengan cara menghanyutkan kumpulan dari bahan buangan dan bahan
beracun, sehingga kondisi air tetap terpelihara. Selain jumlahnya, kualitas air yang
memenuhi syarat merupakan salah satu keberhasilan kunci budidaya. Ada beberapa
parameter air yang bisa diamati untuk menentukan kualitas suatu perairan.

5.5.1. Suhu
Setiap ikan mempunyai temperatur tertentu untuk mempertahankan pertumbuhan
ikan agar tetap normal. Di luar kisaran temperatur tersebut ikan akan mengalami gangguan.
Perubahan temperatur yang terlalu drastis dapat menimbulkan gangguan terhadap laju
respirasi, aktifitas jantung, aktifitas metabolisme dan aktifitas lainya.

Pertumbuhan ikan yang baik memerlukan temperatur optimum 25 0C- 29 0C dan


perubahan suhu pada siang hari dan malam hari tidak lebih 5 0C.

15
Suhu air yang optimal untuk ikan nila adalah 250C sampai 30 0C. Perubahan
(fluktuasi) suhu yang terlalu tinggi dapat menggangu kelangsungan hidup ikan nila.
Kehidupan ikan nila mulai tergganggu pada suhu di bawah 14 0C atau diatas 38 0C. Ikan
nila akan mati apabila pada perairan yang suhunya di bawah 6 0C atau di atas 42 0C.suhu
yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila adalah 28 – 32 0C.

5.5.2. pH
Derajat keasaman ditentukan oleh konsentrasi ion H+ yang dinyatakan dalam angka
1-14.Derajad keasaman air sangat berkaitan dengan tingkat kesuburan air untuk
memelihara ikan. pH yang cocok untuk sebagian besar ikan air tawar berkisar antara 6,5-
7,5. Keasaman air yang ideal untuk memelihara ikan berkisar 7,5-8,5. namun pH 6,5–9
masih tergolong baik untuk memelihara ikan dan darajat keasaman dan konsentrasi diatas
11 akan bersifat racun bagi ikan. Ikan nila dapat tumbuh dengan pH optimum yang dapat
menunjang perkembangan dengan baik adalah 6,5 – 8.

16
BAB VI.

PENDEDERAN

Pendederan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih ikan setelah periode larva
sampai dihasilkan ukuran benih tertentu yang slap didederkan kembali atau siap
ditebarkan di kolam pembesaran. Pendederan juga menjadi tahapan yang tepat untuk
menyeleksi benih-benih unggul.

Pendederan benih ikan dimulai dari benih ukuran 3 / 4 - 1 inci (umur 2 1 - 3 0 hari)
dari hasil pembenihan. Namun umumnya pembudi daya ikan mulai melakukan
pendederan dari benih yang berukuran 1 inci/ekor.

6.1. Tahapan Pendederan Benih Ikan

Pendederan benih ikan nila dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap pertama dan tahap
kedua. Pada pendederan tahap pertama, pemeliharaan benih dilakukan hingga benih
mencapai ukuran 2 - 3 inci/ekor, yakni selama 1 bulan pemeliharaan. Sedangkan pada
pendederan tahap kedua, pemeliharaan dilakukan pada benih hasil pendederan
pertama (ukuran 2 inci/ekor) hingga ukuran benih mencapa 3 - 4 inci/ekor, yakni selama
1 bulan pemeliharaan. Selanjutnya, benih ukuran 3 - 4 inci tersebut pun siap untuk
ditebarkan di kolam pembesaran.

6.2. Kolam Pendederan

Pendederan benih ikan dapat dilakukan di kolam tanah, kolam semen, dan bak
terpal plastik.Luas kolam untuk pendederan benih sebaiknya jangan terlalu luas untuk
memudahkan pengelolaan dan pengawasan selama pemeliharaan. Kolam pendederan
idealnya berbentuk empat persegi panjang serta mempunyai saluran pemasukan dan
pengeluaran air. Pada bagian tengah dasar kolam dilengkapi dengan saluran tengah
atau kemalir yang berfungsi untuk memudahkan penangkapan ikan saat dipanen.

6.2.1 Pendederan di kolam tanah

Secara teknis, pendederan di kolam tanah lebih sederhana dengan


investasi yang lebih rendah.Petakan kolam budi daya umumnya berbentuk empat
persegi panjang.Pada kolam tanah, jenis tanah untuk kolam pendederan menjadi
faktor utama.Dasar dan dinding kolam harus kedap air dan kuat menahan air
kolam secara permanen dan tanah dipilih yang tidak porous (dapat menahan air),

17
berstruktur kuat, dan tidak berbatu.Jenis tanah yang baik untuk dijadikan kolam
adalah tanah fiat atau lempung.Secara umum, patin lebih menyukai kolam yang
bersifat alami sehingga sebaiknya dasar kolam tetap dari tanah. Sedangkan untuk
pematang dapat dibuat dari tanah atau semen/tembok.

Kolam pemeliharaan umumnya berukuran 5 0 - 5 0 0 m2 per kolam. Pada


budi daya ikan secara intensif, luas kolam dianjurkan jangan terlalu luas karena
akan mempersulit ketika melakukan pengelolaan air dan pengawasan hama
penyakit. Luas kolam sebaiknya disesuaikan dengan lokasi, ketersediaan
lahan, dan suplai air.

Ketinggian air dari dasar kolam dapat diatur, mulai dari ketinggian 5 0 -
8 0 cm atau tergantung dari ukuran benih dan padat penebaran.Jika benih ikan
yang dipelihara masih berukuran kecil, kedalaman air kolam cukup 4 0 - 5 0 cm.
Semakin besar ukuran ikan dan padat populasinya, ketinggian air harus
ditambah sampai ketinggiannya optimal (kira-kira 8 0 cm).

Tiap petakan kolam mempunyai pintu pemasukan ( i n l e t ) dan pintu


pengeluaran ( o u t l e t ) yang terpisah untuk keperluan penggantian air,
penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan. Dasar kolam dibuat
miring antara3 - 5 % ke arah pintu pembuangan air atau kemalir.

Pada dasar kolam dibuat kemalir, yaitu saluran air tengah dengan ukuran
lebar 50-100 cm dan kedalaman antara 3 0 - 5 0 m dari pelataran kolam.Posisi
kemalir melintang dari pintu pemasukan ke arah pintu pengeluaran. Dasar
kemalir sedikit miring ke arah pembuangan untuk memudahkan pengeringan air
dan pengumpulan patin pada waktu panen. Selain untuk mempermudah
penangkapan ikan pada waktu panen, kemalir berfungsi sebagai tempat
berteduh bagi ikan pada siang hari karena air yang dalam itu menyebabkan suhu
di dasar kemalir tetap dingin.

6.2.2. Pendederan di kolam semen

Kolam pendederan untuk benih patin bisa terbuat dari tembok yang
disemen. Kolam pemeliharaan dapat dibuat dari semen seluruhnya dengan dasar
kolam diberi pasir atau dindingnya saja dari tembok, sedangkan dasarnya masih
tanah.Kolam pemeliharaan umumnya berukuran 2 0 - 2 0 0 m2 per kolam.Maksudnya
agar pengelolaan air dan pengawasannya lebih mudah.

18
Ketinggian air dari dasar kolam bisa diatur, mulai dari ketinggian 5 0 - 8 0
cm atau tergantung dari ukuran benih dan padat penebaran.Jika patin yang
dipelihara masih berukuran kecil, kedalaman airkolam cukup 4 0 - 5 0 cm. Namun,
semakinbesar ukuran ikan dan padat populasinya, ketinggian air harus ditambah
sampai ketinggian optimal (sekitar 8 0 cm). Tiappetakan kolam memiliki pintu
pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet) yang terpisah yang dibutuhkan
untuk beberapa kegiatan seperti penggantian air, penyiapan kolam sebelum
ditebari benih, dan pemanenan.Dasar kolam idealnya dibuat miring antara 3 - 5 %
ke arah pintu pembuangan air atau kemalir.

Seperti halnya di kolam tanah, pada kolam semen juga harus dilengkapi
dengan kemalir, yaitu saluran air tengah kolam yang berukuran lebar 5 0 - 8 0 cm
dengan kedalaman 3 0 - 5 0 m dari pelataran kolam.Posisi kemalir dibuat melintang
dari pintu pemasukan ke arah pintu pengeluaran.Oleh karena disesuaikan dengan
dasar kolam, dasar kemalir juga dibuat sedikit miring, yakni ke arah
pembuangan.Hal ini untuk memudahkan pengeringan air dan pengumpulan patin
ketika panen. Selain itu, kemalir berfungsi sebagai tempat berteduh bagi ikan pada
siang hari karena air yang berada di bagian dalam kemalir suhunya tetap dingin.

Pintu pemasukan dan pengeluaran air pada kolam semen bisa terbuat pipa
paralon PVC (ukuran 2-4 inci) yang disusun sebagai sistem pipa goyang atau sistem
sipon.Sistem ini sudah umum diaplikasikan pada usaha pendederan patin secara
intensif dan modern. Melalui sistem ini, penggantian air, pembuangan kotoran, serta
sisa-sisa pakan di dasar kolam diharapkan akan menjadi lebih mudah.

Pemasangan pipa paralon dan keni dibuat rata dengan dasar kemalir dan
dengan tanah di luar kolam.Ujung pipa paralon yang terdapat di dalam petakan
kolam perlu dibungkus dengan kawat kasa sebagai saringan.Tujuannya agar patin
tidak lolos melalui lubang paralon ketika air diganti atau ketika ikan dipanen.

6.2.3. Pendederan di kolam terpal plastik

Penggunaan kolam terpal untuk pemeliharaan ikan nila merupakan salah


satu alternatif wadah pendederan yang sering digunakan oleh para pembudidaya
ikan nila. Terpal yang digunakan harus berupa plastik kualitas nomor satu, yakni
memilikiketebalanA5 atauA6 dengan ukuran lebar6 - 8 m dan panjang 8-12 m. Ukuran
tersebut dapat menghasilkan sebuah kolam terpal dengan ukuran lebar4-6 m,
panjang 6-10 m, dan tinggi sekitar 1 m.

19
6.2.4. Pendederan di KJA

Pendederan di Keramba Jaring Apung (KJA) bertujuan untuk efisiensi


penggunaan lahan. Pendederan di KJA bisa dilakukan di KJA yang berukuran 7x 7x
1,1 m (54 m2) dibuat dari jaring yang mata jaringnya berukuran kecil (waring). KJA
ditempatkan didalam waduk atau danau.Penebaran ikan nila di KJA dapat dilakukan
dengan kepadatan yang tinggi tetapi kondisi air didanau atau waduk baik.Pendederan
dilakukan untuk menjaga ketersediaan benih tepat waktu untuk pembesaran di
KJA.Dengan demikian, tingkat kelangsungan hidup selama pembesaran di KJA lebih
tinggi dibandingkan benih hasil pendederan yang dilakukan di kolam atau sawah.
Perbedaan yang mendasar yang membedakan pendederan di KJA dan pendederan
II di kolam adalah padat tebar bisa ditingkatkan menjadi 185 ekor/m3 atau 10.000
ekor/petak. Pemeliharaan di KJA pada umunya dilakukan lebih lama yakni 3 bulan
dengan ukuran tebar minimal 15 gram/ekor.Dengan demikian, ukuran panennya akan
lebih besar, yakni 30-50 gram/ekor. Ukuran tersebut cukup ideal untuk pembesaran
lebih lanjut di KJA untuk diperoleh hasil panen ukuran ekspor yakni 500-600 gram/ekor.

Tingkat kelangsungan hidup pada pendederan relatif tinggi, yakni sekitar 70


%. Pada pendederan di KJA, pakan tambahan mutlak diberikan karena jumlah pakan
alami di dalam danau atau waduk relatif sedikit. Pakan tambahan yang diberikan
berupa pelet. Frekwensi pemberiaan pakan dilakukan 3 kali sehari sebanyak 3 % dari
berat total ikan yang dipelihara. Untuk mengetahui berat ikan yang dipelihara, secara
periodik setiap satu minggu dilakukan sampling sehingga jumlah pakan yang diberikan
tepat dan dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanenan di KJA lebih mudah
dilakukan dibandingkan dengan pemanenan disawah, kolam, dan tambak karena tidak
perlu mengeringkan air, tetapi cukup menarik jaring ke atas permukaan dan ikan
terlihat ditangkap dengan menggunakan seser. Cara lain yang dapat diterapkan
adalah menggiring ikan ke salah satu sudut jaring ikan terkumpul dan menangkapnya.
Ikan yang sudah ditangkap selanjutnya dimasukan di dalam ember atau hapa yang
berukuran kecil, kemudian ditebar ke KJA khusus pembesaran (Khairuman dan Amri,
2003).

DAFTAR PUSTAKA

20
Kordika MGH, 1992. Budidaya Ikan Nila , Dara Prize Semarang.
Santoso, B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta
Arie U. 2001. Pembenihan & Pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta
Khairuman dkk, 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif, PT Agro Media Pustaka. Jakarta.
Anonimus, 2005 Standar Prosedur Operasional Teknik Budidaya Ikan Nila, Balai
pengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan Pasuruan.
Jila Suliastini, 2005 Budidaya Ikan Nila Di Tambak . Budidaya Air Tawar Umbulan
Pasuruan.
Jila Suliastini, 2005 Teknologi Produksi Monosex Jantan Ikan Nila. Budidaya Air Tawar
Umbulan Pasuruan.
Suyanto, R. 2005. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta

KATA PENGANTAR
21
BAHAN AJAR

MANAJEMEN BENIH DAN INDUK


22

Anda mungkin juga menyukai