3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam proses pemijahan ikan lele secara alami adalah sebagai berikut:
1. Kolam pemijahan, sebagai tempat untuk melakukan pemijahan dan biasa juga sebagai tempat untuk
penetasan telur.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemijahan ikan lele secara alami adalah sepasang induk ikan
lele yang sudah matang gonad.
3.2. Metode
Lele dumbo jantan dan betina yang akan dijadikan indukan harus benar-benar dewasa yang
telah matang gonad. Oleh karena itu, terlebih dahulu harus dilakukan seleksi agar tidak terjadi stres
akibat induk yang terpilih belum siap pijah.
Adapun cici-ciri induk lele yang telah matang gonad adalah sebagai berikut
Tabel 1. Ciri ciri Lele Dumbo betina dan Jantan yang matang gonad
3.2.2. Pemberokan Induk
Setelah seleksi induk dilakukan langkah selanjutnya adalah memasukkan induk hasil seleksi
tersebut kedalam kolam pemberokan. Induk jantan dan induk betina harus dipisahkan dalam kolam
yang berbeda. Pemberokan ini merupakan pemisahan induk jantan dan betina sementara waktu
dengan tidak diberi pakan. Biasanya pemberokan dilakukan selama 1-2 hari. Adapun tujuan dari
pemberokan adalah untuk mengurangi lemak pada tubuh induk agar telur mudah dikeluarkan,
menambah daya rangsang pada saat dipertemukan jika menggunakan pemijahan alami, serta
membersihkan saluran pencernaan/ isi perut.
Sterilisasi Alat dan media yang digunakan untuk pemijahan buatan sangat menunjang
keberhasilan pemijahan karena penggunaan alat dan media yang terkontaminasi oleh bibit penyakit
( jamur, bakteri, virus dan parasit) maupun kotoran yang akan berpengaruh terhadap pembuahan.
Air merupakan media yang paling vital bagi kehidupan larva maupun benih ikan. Kualitas dan
kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.
3.2.4. Pemijahan Alami
Setelah disiapkan kolam pemijahan kita bisa memulai proses persiapan pemijahan antara
lain :
kakaban yang telah disiapkan diatur didalam kolam pemijahan secara teratur dan rapat
sehingga semua telur bisa menempel dengan bagus di kakaban tersebut dan juga agar indukan lele
tidak stres. Kakaban yang sudah diatur di dasar kolam selanjutnya ditahan bambu dengan maksud
agar kakaban setelah diisi air tidak naik keatas.
b. Mengisi kolam pemijahan dengan air bersih.
Kolam yang sudah terisi air berarti telah siap untuk diisi indukan, indukan yang sudah
kita siapkan baik jantan atau betina segera dipindahkan ke dalam kolam pemijahan dengan
menggunakan seser secara pelan-pelan agar lele tidak stres. Pemindahan indukan sebaiknya
dilakukan pada sore hari sekitar jam 16.00.
d. Proses Perkawinan.
Selama indukan didalam kolam pemijahan jangan sekali-kali membuat kegaduhan di sekitar
kolam karena menyebabkan lele tidak akan bertelur dengan baik, lele baru akan bertelur kurang
lebih setelah subuh sampai pagi hari apabila kondisi lingkungan tenang.
e. Pemindahan Telur
Biasanya pagi hari sekitar jam 6-7 pagi telur sudah bisa dilihat dengan mata kita ditandai
adanya butiran warna hujau gelap diatas kakaban dan akan terlihat banyak sekali karena satu
indukan bisa bertelur sampai 30.000 butir, selanjutnya pada sore harinya bisa diipindahkan masing-
masing kakaban yang berisi telur ke masing-masing kolam penetasan.
IV. PENUTUP
4.1.Kesimpulan
3.1 Saran
Saran yang dapat penulis berikan setelah melaksanakan teknik kawin suntik dengan hormon
ovaprim adalah :
1. Saat melakukan seleksi induk harus benar-benar induk yang sudah matang gonad, karena apabila
induk ikan belum benar-benar matang gonad kemungkinan ikan tidak mau memijah dan akhirnya
malah berkelahi dan salah satu ada yang terluka,bahkan bisa sampai mati.Media yang digunakan
untuk penetasan harus memiliki kualitas air yang baik, terutama kandungan O2 , pH dan suhu harus
sesuai dengan batasan parameter kualitas air untuk pemeliharaan larva.
http://nanangchasim.blogspot.com/2011/11/i.html?m=1
3.3 Metode Kerja
Di siapkan kolam pemijahan dengan diletakkan kakaban dan diisikan air
Di berokkan induk jantan dan betina ikan lele selama 2 hari
Di seleksikan induk lele jantan dan betina yang sudah matang dengan perbandingan 2:1
Di pisahkan induk lele jantan dan betina kedalam wadah masing-masing
Di timbang induk lele jantan dan betina untuk mengetahui berapa ovaprim yang digunakan
Di siapkan suntikan dan ovaprim sesuai dengan dosis yang akan dipakai
Induk jantan/betina diangkat dari wadah, di ambil suntikan yang sudah diisi dengan hormone
ovaprim dan disuntikkan pada masing-masing induk (sebelum disuntik bagian kepala ditutupi dengan
kain basah)
Induk betina dan jantan disuntik dengan ovaprim sebanyak 0,2 ml/kg bobot lele jantan,
sedangkan induk betina 0,5 ml/kg . Tujuan dari penyuntikan ini adalah untuk memacu pematangan
peningkatan gonad
Penyuntikan dilakukan kira-kira 2 cm dibawah sirip punggung dengan kemiringan 45 derajat.
Setelah disuntikkan induk betina ditempatkan kembali kedalam bak
Setelah induk jantan dan betina disuntik, segera keduanya dipindahkan ke kolam pemijahan dan
disatukan
Ditutup dengan menggunakan terpal agar gelap karena sifat aslinya pemijahan dalam keadaan
gelap
Pemijahan yang terjadi secara alami, induk betina akan mengeluarkan sel telur dan induk jantan
akan mengeluarkan sperma, pembuahan terjadi diluar tubuh/di dalam air dan telur menetas selama
24 jam.
Seleksi induk dilakukan dengan tujuan untuk memilih calon induk yang baik dan sehat, serta untuk
melihat tingkat kematangan gonad apakah calon induk tersebut layak untuk dipijahkan atau tidak.
Induk ikan lele sangkuriang yang baik harus dinyatakan lolos seleksi baik dari segi umur, berat,
kesehatan maupun kematangan telurnya. Sebab jika kurang hati-hati memilih induk, maka keturunan
yang dihasilkan jumlahnya akan lebih sedikit atau kualitas benihnya kurang baik. Kegiatan seleksi
induk yang dilakukan di BBI dengan cara menangkap induk dengan menggunakan jaring dimana
jaring ditarik oleh beberapa orang untuk mempersempit ruang gerak induk agar induk mudah di
tangkap . Berdasarkan pengamatan pada seleksi induk didapat 1 pasang induk yang sudah matang
gonad. Ciri –ciri induk matang gonad yaitu induk jantan berumur ± 1 tahun dan betina 1,5 tahun,
berat badan jantan ± 2 kg dan betina 2,5 kg, panjang jantan 48 cm dan betina 50 cm dan kelamin
pada ikan berwarna merah.
– Pemberokan
Menurut Hernowo (2003), pemberokan adalah memuasakan induk selama 12-24 jam dengan tujuan
agar kotoran (feses) keluar dan sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina. Di BBI jantho induk
jantan dan betina yang sudah diseleksi kemudian di istirahatkan pada bak pemberokan selama 10
jam.
Pemberokan bertujuan untuk memuasakan induk ikan lele karena jika induk lele diberi makan perut
induk ikan lele kelihatan besar dan itu akan mempersulit untuk mengetahui induk yang matang gonad,
serta sulit dalam ovulasi. Selama proses pemberokan induk jantan dan induk betina dipisahkan agar
tidak memijah secara liar. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahyudin (2008), pemberokan adalah
tahapan dalam pemijahan yang dilakukan dengan cara ikan atau induk dipuasakan saat induk ikan
selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan selama 1-2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina
dilakukan pada wadah terpisah.
– Penetesan telur
Setelah proses pembuahan selesai langkah selanjutnya adalah penetasan telur. Penetasan telur
dilakukan pada happa. Penetasan telur berlangsung selama 3 hari terhitung sejak pembuahan dari
wadah penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa telur
ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu
air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah
suhu air maka semakin cepat waktu penetasan. bahwa Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas
dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 ˚C, telur menetas dalam 3 hari.
Sebelum telur menetas terlebih dahulu telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang
terbuahi dengan telur yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang
terbuahi akan berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu
bewarna putih susu dan berjamur. Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui secara pasti
karena sifat telur ikan lele yang menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode
sampling tidak memungkinkan dilakukan.
Dalam kegiatan praktek, tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga digunakan untuk
pemeliharaan larva. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa
happa penetasan sekaligus digunakan sebagai bak pemeliharaan larva.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh dari praktikum ini adalah :
– Pemberokan adalah memuasakan induk selama 12-24 jam dengan tujuan agar kotoran (feses)
keluar dan sekaligus meyakinkan hasil seleksi induk betina
– Pada pemijahan semi buatan hanya dilakukan penyuntikan opafrin pada induk jantan yaitu 0.2 ml
dan induk betina 0.5 ml
– Digunakan kakaban pada kolam guna untuk tempat penempelan pada telur saat lele melakukan
pemijahan
– Guna penutupan kolam pada terpal pada proses pemijahan semi-buatan adalah dikarnakan ikan
lele merupakan hewan nocturnal.
DAFTAR PUSTAKA