Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya
meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan
kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan
biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman tanah kurang dari itu perlu
pengapuran.
Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat.
Sedangkan untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.
Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang
kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk
berkembang biak. Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan
alami ikan.
Jenis pupuk organik yang digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang.
Dosisnya sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan
dasar kolam. Bila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang
sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam
dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.
Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat
diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya. Pematang
kolam budidaya ikan bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak
yang keluar kolam. Perbaikan pematang ini hanya dilakukan pada kolam tanah, sedangkan
pada kolam tembok dilakukan perawatan dan pengecekan kebocoran pada setiap bagian
pematang.
Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif dimana
dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar
kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5 hari.
Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat tanah
dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan.
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman
(pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit dalam kolam budidaya ikan.
Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya
adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur
tohor / kapur aktif (CaO).
Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya
dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian
ada dua yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung
karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak
mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit
merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur lahan kolam budidaya
ikan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses
pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor
dari gunung dan kulit kerang.
Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur
akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam
akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan
kapur pada kolam budidaya ikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tetapi ada juga para petani
menggunakan dosis kapur berkisar antara 100 - 200gram/m2 hal ini dilakukan
bergantung kepada keasaman tanah kolam.
Tabel 1. Dosis kapur Tohor (CaO) menurut jenis tanah dan macam kolam dengan luas 100
meterpersegi
Sedangkan pupuk buatan berupa bahan-bahan kimia yang dibuat manusia dipabrik pupuk
yang berguna untuk menyuburkan tanah. Jenis pupuk buatan yang dapat digunakan
antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor (TSP), pupuk kalium (KCl)
dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara tunggal. Dosis pupuk kandang
juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-150
gram/m2 sedangkan untuk kolam budidaya ikan yang kurang kesuburannya dapat
ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2 .
Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2.
Kolam dapat juga dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10
gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat
kesuburan lahan budidaya ikan.
Kolam yang telah dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan alami
di kolam tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari
sebelum larva/benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan budidaya ikan agar pakan
alami tumbuh dengan sempurna. Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis
kolam, untuk kolam pemijahan ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m
(Gambar 3).
Gambar 3. Mengairi kolam Wadah budidaya ikan (kolam) yang sudah dipersiapkan dan
siap untuk dipergunakan sebagai wadah untuk kegiatan budidaya.
Agar kolam budidaya ikan yang dipergunakan senantiasa baik untuk kegiatan budidaya
maka harus selalu dilakukan pengelolaan terhadap kolam budidaya baik kolam
pemeliharaan, pemijahan, penetasan telur dan lain sebagainya.