Anda di halaman 1dari 5

Pengapuran Kolam Tanah

Kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman tanahnya
meningkat (pH-nya turun). Oleh karena itu perlu dinetralkan dengan memberikan
kapur pertanian atau dolomit. Derajat keasaman ideal bagi perkembangan ikan
biasanya berkisar pH 7-8. Bila derajat keasaman tanah kurang dari itu perlu
pengapuran.

Jumlah kapur yang diberikan untuk menetralkan pH sekitar 2 ton/ha. Namun


jumlah pastinya harus disesuaikan dengan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis
tanah liat berlumpur, takaran pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah
sebagai berikut:

 pH kurang dari 4,0 jumlah kapur 4 ton/ha


 pH 4,0 – 4,4 jumlah kapur 3 ton/ha
 pH 4,5 – 5,0 jumlah kapur 2,5 ton/ha
 pH 5,1 – 5,5 jumlah kapur 2 ton/ha
 pH 5,6 – 6,5 jumlah kapur 1 ton/ha

Dosis di atas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat.
Sedangkan untuk tanah yang semakin berpasir, dosis pengapurannya dikurangi.

Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah. Kapur diaduk


dengan tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur
hingga kedalaman 10 cm. Setelah itu, kolam didiamkan selama 2-3 hari.

Pemupukan Kolam Tanah

Setelah proses pengapuran selesai, langkah selanjutnya adalah pemupukan.


Sebaiknya gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar. Apabila dirasa kurang,
bisa ditambahkan pupuk kimia atau penyubur tanah lainnya. Pupuk organik mutlak
diperlukan untuk mengembalikan kesuburan tanah.

Pupuk organik akan merangsang aktivitas kehidupan dalam tanah. Tanah yang
kaya bahan organik merupakan surga bagi berbagai macam organisme untuk
berkembang biak. Organisme tersebut nantinya sangat bermanfaat sebagai pakan
alami ikan.

Jenis pupuk organik yang digunakan bisa pupuk kompos atau pupuk kandang.
Dosisnya sekitar 1-2 ton per hektar. Pupuk ditebarkan secara merata di permukaan
dasar kolam. Bila dirasa kurang, bisa ditambahkan pupuk kimia. Pupuk kimia yang
sering dipakai untuk dasar kolam adalah urea dan TSP. Setelah dipupuk, kolam
dibiarkan selama 1-2 minggu. Selanjutnya, kolam siap untuk diisi air.

1. Pengeringan kolam budidaya ikan


Pengeringan dasar kolam sangat dibutuhkan oleh ikan agar bakteri pembusuk yang dapat
menyebabkan ikan sakit, racun sisa dekomposisi selama budidaya terbuang. Pada kolam
pemijahan budidaya ikan pengeringan dasar kolam bertujuan agar ikan dapat memijah
karena tanah yang dikeringkan dan diairi akan melepaskan bau tertentu yang disebut
petrichor, selain itu pengeringan dasar kolam dapat membunuh hama dan penyakit yang
ada di dalam kolam Gambar1.

Gambar 1. Pengeringan dasar kolam budidaya ikan

2. Perbaikan pematang kolam budidaya ikan

Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam dapat
diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya. Pematang
kolam budidaya ikan bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak
yang keluar kolam. Perbaikan pematang ini hanya dilakukan pada kolam tanah, sedangkan
pada kolam tembok dilakukan perawatan dan pengecekan kebocoran pada setiap bagian
pematang.

3. Pengolahan dasar kolam budidaya ikan

Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif dimana
dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan mencangkul dasar
kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5 hari.

Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi


(penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawa senyawa yang
beracun yang terdapat di dasar kolam budidaya ikan akan menguap. Tanah yang baru
dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam.
Saluran ini disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan
sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan
pengeluaran air dilengkapi dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada
hama yang masuk ke dalam kolam dan benih ikan budidaya yang ditebarkan tidak kabur
atau keluar kolam (Gambar 2).

Gambar 2. Pengolahan tanah dasar kolam budidaya ikan

4. Pengapuran kolam budidaya ikan.

Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat tanah
dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan.
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman
(pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit dalam kolam budidaya ikan.
Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya
adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur
tohor / kapur aktif (CaO).

Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya
dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian
ada dua yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung
karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak
mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit
merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur lahan  kolam budidaya
ikan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses
pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor
dari gunung dan kulit kerang.

Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur
akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam
akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan
kapur pada kolam budidaya ikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tetapi ada juga para petani
menggunakan dosis kapur berkisar antara 100 - 200gram/m2 hal ini dilakukan
bergantung kepada keasaman tanah kolam.

Tabel 1. Dosis kapur Tohor (CaO) menurut jenis tanah dan macam kolam dengan luas 100
meterpersegi

 5. Pemupukan kolam budidaya ikan.

Pemupukan tanah dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam,


memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang
porous serta menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton yang digunakan sebagai pakan
alami benih ikan dalam kolam budidaya ikan. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah
pupuk kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran
ternak besar (sapi, kerbau, kuda dan lain-lain) atau kotoran unggas (ayam, itik dan lain-
lain) yang telah dikeringkan.

Sedangkan pupuk buatan berupa bahan-bahan kimia yang dibuat manusia dipabrik pupuk
yang berguna untuk menyuburkan tanah. Jenis pupuk buatan yang dapat digunakan
antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor (TSP), pupuk kalium (KCl)
dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara tunggal. Dosis pupuk kandang
juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-150
gram/m2 sedangkan untuk kolam budidaya ikan yang kurang kesuburannya dapat
ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2 . 
Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2.
Kolam dapat juga dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10
gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat
kesuburan lahan budidaya ikan.

6. Pengairan kolam budidaya ikan

Kolam yang telah dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan alami
di kolam tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari
sebelum larva/benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan budidaya ikan agar pakan
alami tumbuh dengan sempurna. Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis
kolam, untuk kolam pemijahan ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m
(Gambar 3).

Gambar 3. Mengairi kolam Wadah budidaya ikan (kolam) yang sudah dipersiapkan dan
siap untuk dipergunakan sebagai wadah untuk kegiatan budidaya.

Agar kolam budidaya ikan yang dipergunakan senantiasa baik untuk kegiatan budidaya
maka harus selalu dilakukan pengelolaan terhadap kolam budidaya baik kolam
pemeliharaan, pemijahan, penetasan telur dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai