Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK DASAR PEMBESARAN

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan Pembesaran ikan bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran
konsumsi. Dalam kegiatan pembesaran, ikan didorong untuk tumbuh secara
maksimum hingga mencapai ukuran panen/ukuran pasar melalui penyediaan
lingkungan media hidup ikan yang optimal dan pemberiaan pakan yang tepat, mutu,
cara dan waktu serta pengendaliaan hama dan penyakit. Dalam pembesaran penting
untuk menekan tingkat kematian ikan dalam wadah produksi, supaya produksi
biomassa ikan dapat dicapai setinggi mungkin.

Pada usaha budidaya ikan pembesaran merupakan segmen usaha yang banyak
dilakukan oleh para pembudidaya ikan. Dalam melakukan pembesaran ikan ini relatif
tidak terlalu sulit karena ketrampilan yang dibutuhkan tidak sesulit dalam melakukan
pembenihan ikan. Pada kegiatan pembesaran ikan yang perlu diperhatikan antara lain
adalah wadah yang akan digunakan dalam proses pembesaran, padat penebaran, pola
pemberian pakan, pencegahan terhadap hama dan penyakit ikan, pengontrolan
pertumbuhan (sampling, grading dan sortasi) serta pengelolaan kualitas air.

Berdasarkan jenis pakan yang digunakan dalam melakukan proses pembesaran ikan
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Pembesaran ikan secara tradisional yaitu pembesaran ikan yang hanya
mengandalkan pakan alami yang terdapat dalam kolam budidaya. Padat penebaran
disesuaikan dengan daya dukung kolam dan pakan yang tersedia di kolam
pembesaran. Dalam pembesaran tradisional ini kesuburan perairan akan sangat
menentukan tumbuhnya pakan alami. Misalnya pembesaran ikan pada kolam
tergenang, pembesaran ikan disawah.
2. Pembesaran ikan semiintensif yaitu pembesaran ikan yang lebih
mengutamakan pakan alami yang terdapat pada kolam dan diberi pakan tambahan
yang tidak lengkap kandungan gizi dari pakan tersebut. Pada pembesaran semi
intensif ini padat penebaran lebih tinggi dibandingkan dengan tradisional. Misalnya
melakukan pembesaran ikan pada kolam air tenang dengan memberikan pakan
tambahan berupa dedak selain pakan alami yang terdapat pada kolam
pembesaran.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 1


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

3. Pembesaran ikan intensif yaitu pembesaran ikan yang dalam proses


pemeliharaannya mengandalkan pakan buatan dalam pemberian pakannya serta
dilakukan pada wadah yang terbatas dengan kepadatan maksimal. Dalam
pembesaran secara intensif ini harus diperhitungkan kualitas dan kuantitas air yang
masuk kedalam kolam pembesaran.

B. TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini, peserta diklat diharapkan mampu :
1. Menyiapkan wadah, media dan peralatan pembesaran
2. Menyeleksi benih ikan
3. Mengukur kualitas air media pemeliharaan
4. Memberikan pakan benih
5. Mengendalikan hama penyakit pembesaran ikan
6. Memanen dan menghitung laju pertumbuhan benih ikan

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 2


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN I. MENYIAPKAN WADAH, MEDIA DAN


PERALATAN PEMBESARAN

A. LEMBAR INFORMASI I
Dalam kegiatan membesarkan ikan dengan menggunakan kolam yang biasanya
dilakukan untuk melakukan budidaya ikan air tawar, harus dilakukan persiapan kolam
agar dapat dipergunakan untuk membesarkan ikan. Persiapan kolam meliputi
pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan dasar kolam, pemupukan dan
pengapuran serta mengairi kolam

1. Pengeringan kolam
Persiapan pertama yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam. Langkah ini
dilakukan agar kolam lebih higienis, bersih dan terawat. Pengeringan kolam biasanya
dilakukan setelah panen total untuk penanaman benih kembali. Pengeringan dasar
kolam sangat dibutuhkan oleh ikan agar bakteri pembusuk yang dapat menyebabkan
ikan sakit, racun sisa dekomposisi selama budidaya terbuang. Setelah proses
pengeringan langkah berikutnya adalah penjemuran kolam. Penjemuran biasanya
dilakukan selama 2 -3 hari. Tujuan penjemuran kolam adalah untuk mengurangi
kelembaban kolam dan untuk mematikan lumut-lumut yang tumbuh di dasar dan
dinding kolam. Biasanya lumut-lumut ini sering menjadi sarang penyakit yang dapat
merugikan ikan. Telur-telur pathogen biasanya masih tertinggal di lumut.

2. Perbaikan pematang
Perbaikan pematang bertujuan untuk mencegah kebocoran kolam. Kebocoran kolam
dapat diakibatkan oleh binatang air seperti belut, kepiting dan hewan air lainnya.
Pematang bocor mengakibatkan air kolam tidak stabil dan benih ikan banyak yang
keluar kolam. Perbaikan pematang ini hanya dilakukan pada kolam tanah, sedangkan
pada kolam tembok dilakukan perawatan dan pengecekan kebocoran pada setiap
bagian pematang.

3. Pengolahan dasar kolam


Pengolahan dasar kolam dilakukan pada kolam tradisional dan kolam semi intensif
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 3


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

dimana dasar kolam berupa tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan
mencangkul dasar kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan
kering sampai 3-5 hari. Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat
berlangsungnya proses dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam
tanah sehingga senyawa-senyawa yang beracun yang terdapat di dasar kolam akan
menguap. Tanah yang baru dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat
saluran ditengah kolam. Saluran ini disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk
memudahkan pemanenan dan sebagai tempat berlindung benih ikan pada siang hari.
Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi dengan saringan. Tujuannya untuk
menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam dan benih ikan budidaya
yang ditebarkan tidak kabur atau keluar kolam

Gambar 1. Pengolahan tanah dasar

4. Pengapuran
Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat
tanah dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat
dilakukan. Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan
kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit. Jenis
kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya
adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO 3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur
tohor/kapur akti (CaO).

Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang
bahannya dari batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling.
Kapur pertanian ada dua yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak
mengandung karbonat, magnesiumnya sedikit (CaCO 3), sedangkan dolomit bahan
bakunya banyak mengandung kalsium karbonat dan magnesium karbonat
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 4


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

[CaMg(CO3)]2, Dolomit merupakan kapur karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur


lahan bertanah masam. Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses
pembakaran. Kapur ini dikenal dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan
tohor dari gunung dan kulit kerang.

Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur
akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam
akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Tetapi ada juga para petani
menggunakan dosis kapur berkisar antara 100-200gram/m 2 hal ini dilakukan
bergantung kepada keasaman tanah kolam. Pengapuran dasar kolam sebaiknya
dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat tanah dibalikkan dan sambil menunggu
kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan. Pengapuran merupakan salah
satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH) tanah dan air, sekaligus
memberantas hama penyakit. Jenis kapur yang digunakan untuk pengapuran kolam
ada beberapa macam diantaranya adalah kapur pertanian, yaitu kapur carbonat :
CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor/kapur akti (CaO).

5. Pemupukan
Pemupukan tanah dasar kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam,
memperbaiki struktur tanah dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang
porous serta menumbuhkan phytoplankton dan zooplankton yang digunakan sebagai
pakan alami benih ikan. Jenis pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang dan
pupuk buatan. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak besar
(sapi, kerbau, kuda dan lain-lain) atau kotoran unggas (ayam, itik dan lain-lain) yang
telah dikeringkan. Sedangkan pupuk buatan berupa bahan-bahan kimia yang dibuat
manusia dipabrik pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanah. Jenis pupuk buatan
yang dapat digunakan antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor
(TSP), pupuk kalium (KCl) dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara
tunggal.

Dosis pupuk kandang juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya
berkisar antara 100-150 gram/m2 sedangkan untuk kolam yang kurang kesuburannya
dapat ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m 2 .
Dosis yang digunakan
untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m 2. Kolam dapat juga
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 5


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

dipupuk menggunakan, TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m 2 dan kapur
pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan.

6. Pengairan
Kolam yang telah dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan
alami di kolam tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal
4 –7 hari sebelum larva/benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan agar pakan
alami tumbuh dengan sempurna.

Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis kolam, untuk kolam pemijahan
ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m. Kolam yang telah
dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan alami di kolam
tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari
sebelum larva/benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan agar pakan alami
tumbuh dengan sempurna.

Gambar 2. Mengairi kolam

B. LEMBAR KERJA I
Persiapan wadah, media dan peralatan pembesaran
Alat dan bahan :
 Ember  Papan  Semen
 Timbang  Pasir  Waring
an  Meteran  Papan meter
 Cangkul  Gergaji  Sekop semen
 Golok

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 6


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Langkah kerja :
1. Lakukan pengamatan terhadap sumber air, saluran air dan kontruksi kolam
untuk menarik kesimpulan lokasi budidaya ikan
2. Tentukan jenis kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan
3. Siapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan untuk pembesaran ikan
4. Keringkan kolam pembesaran ikan dengan membuka outlet kolam
5. Gemburkan dasar kolam dengan mencangkul tanah dasar kolam
6. Angkatlah lumpur pada dasar kolam ke pematang kolam
7. Lakukan pembuatan dan perbaikan terhadap bagian-bagian kolam yakni inlet
dan outlet, kemalir dan kobakan serta pematang kolam

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 7


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN II. SELEKSI BENIH IKAN

A. LEMBAR INFORMASI
Benih alam adalah benih yang diperoleh oleh petani dengan cara menangkap di pantai-
pantai sekitar kolam/tambak dengan cara menyeser seperti halnya menangkap nener
bandeng, benih kakap, benih belanak, benih kerapu lumpur, benih gabus, benih
toman, benih betok, dan lain sebagainya.

Benih ikan yang berasal dari alam kurang baik sebagai benih, karena memiliki
kekurangan, antara lain :
 Benih alam memiliki tingkat pertumbuhan yang tidak seragam karena umurnya
berbeda , sehingga menyulitkan dalam persiapan nya.
 Tidak diketahui sifat asalnya, khususnya tentang kelainan sifat jeleknya yang
menurun, seperti pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit, dan lain
sebagainya.
 Tidak diketahui tingkat kedewasaan induk dari benihnya.
 Mortalitasnya relatif tinggi karena benih banyak yang stress akibat penangkapan
menggunakan alat tangkap seperti seser, bubu, jaring, dan sebagainya. Selain
itu benih hasil tangkapan terlalu lama dalam wadah penampungan sehingga
kondisi tubuhnya menurun, yang mengakibatkan benih stress dan akhirnya mati.
 Seringkali benih tidak murni dari spesies ikan yang akan kita besarkan, sehingga
dapat menurunkan tingkat produksi kita.

Benih ikan hasil kegiatan pembenihan di panti pembenihan (hatchery), merupakan


benih yang relatif lebih baik, karena melalui suatu tahapan-tahapan yang selektif
seperti pemilihan induk berkualitas, pemijahan induk, pemeliharaan larva dan benih,
pendederan benih, dan panen benih, dari hasil panen diperoleh benih dilakukan sortasi
dan grading sehingga diperoleh benih-benih dengan kriteria ukuran dan biomassa yang
berbeda. Sortasi adalah memilih benih-benih berdasarkan kriteria kualitas misalnya
baik dan jelek. Pengertian benih jelek apabila benih-benih ada yang badannya cacat,
sangat kecil, dan sakit. Sedangkan grading adalah mengelompokkan benih-benih ikan
berdasarkan kriteria ukuran panjang tubuh, misalnya benih ukuran 3 – 5 cm, 5 – 7 cm,
8 – 10 cm.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 8


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Penebaran benih bertujuan untuk memasukkan ikan dalam wadah budidaya dengan
padat penebaran tertentu. Kriteria benih yang digunakan baik yang berasal dari alam
maupun yang berasal dari produksi pembenihan adalah sebgai berikut.
a. Spesies definitif tidak tercampur dengan spesies lain,
b. Organ tubuh lengkap, tidak cacat,
c. Berukuran seragam,
d. Respon terhadap gangguan,
e. Berenang dengan normal,
f. Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus,
g. Berwarna cerah, dan
h. Tidak membawa penyakit.

Gambar 3. Benih berenang normal, salah satu ciri benih yang baik.

1. Padat tebar
Padat penebaran benih adalah jumlah atau biomassa benih yang ditebar per satuan
luas atau volume sistem teknologi budidaya. Padat penebaran benih akan menentukan
tingkat intensitas pemeliharaan. Semakin tinggi padat penebaran benih berarti semakin
banyak jumlah atau biomassa benih per satuan luas, maka semakin tinggi tingkat
pemeliharaannya. Pada padat penebaran yang tinggi, kebutuhan DO tinggi jumlah
pakan yang besar. Benih ikan melakukan metabolisme, sebagai dampaknya maka
limbah buangannya berupa feses, NH 3, H2S, dan CO2 juga akan banyak. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut pada sistem teknologi budidaya yang berbasis
daratan seperti kolam, tambak, atau bak plastik, maka dibutuhkan suplai air yang
banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi dan membuang keluar wadah
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 9


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

buangan metabolisme tersebut. Kebutuhan DO yang menigkat juga dapat dipenuhi


dengan pemberian aerasi. Setelah kondisi air media kolam/tambak betul-betul siap
untuk dipergunakan untuk kegiatan pembesaran ikan, maka yang kita lakukan adalah
menyiapkan penebaran benih.

Jumlah benih yang ditebar sangat erat kaitannya dengan daya dukung wadah serta
sistem teknologi budidaya yang akan diterapkan. Daya dukung sistem teknologi
budidaya meliputi: kesuburan, sistem pengairannya, kondisi kualitas airnya, serta
kelengkapan sarana prasarana yang digunakan seperti kincir, pompa, dan sebagainya.

Padat penebaran benih ikan yang ditebar di kolam dan tambak bervariasi menurut
pola pemeliharaannya, serta komoditas ikan kulturnya. Di bawah ini padat penebaran
beberapa jenis ikan :
a. Padat penebaran ikan bandeng dalam SNI th 2009 5 – 10 ekor/m 2, dengan
ukuran benih 40 – 70 mm, bobot 8 gram – 15 gram. Dengan lama waktu
pemeliharaan 90 – 120 hari diperoleh hasil panen 8 ekor/kg, atau 125
gram/ekor.
b. Padat tebar lele dumbo 50 ekor/m2, dengan biomasa benih 7 gram- 10 gram.
Lama waktu pembesaran 60 – 75 hari, diperoleh hasil panen 8 – 10 ekor /kg
atau 100 – 125 gram/ekor.
c. Padat tebar ikan mas 5 – 10 ekor/m2, biomassa benih 8 – 10 gram/ekor lama
waktu pemeliharaan 120 hari,
d. Padat tebar ikan nila 5 – 10 ekor/m 2 biomassa benih 8 – 10 gram/ekor lama
waktu pemeliharaan 120 hari,

Padat penebaran benih ikan pada sistem teknologi budidaya intensif seperti kolam air
deras, KJA, karamba dan kombongan, dan lain-lain, umumnya lebih tinggi. Hal ini
karena didukung kelebihan dari sistem teknologi budidayanya yang memiliki kelebihan-
kelebihan seperti DO yang relatif tinggi, bahan-bahan beracun minim, serta kualitas air
lainnya yang juga memenuhi persyaratan bagi kehidupan ikan. Di bawah ini padat
penebaran beberapa jenis ikan pada sistem pembesaran secara intensif:
a. Benih ikan mas yang Kolam air deras ( running water), padat tebarnya 200 –
300 ekor/m2, dengan berat benih rata-rata 40 – 50 gram/ekor.

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 10


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

b. Benih ikan nila yang ditebar Kolam air deras padat tebarnya 300 – 400
ekor/m2, dengan berat benih rata-rata 20 – 30 gram/ekor.
c. Benih ikan mas yang ditebar di KJA, mencapai 50 kg/49 m 2, dimana rata-rata
per kg benih berisi 15 – 20 gram/ekor.
d. Benih ikan nila yang ditebar di KJA, mencapai 75 kg/49 m 2, dimana rata – rata
benih nilanya per kg berbobot 15 – 20 gram/ekor.
e. Benih ikan bandeng di KJA padat tebarnya 200 – 300 ekor/m 2 dengan ukuran
benih (nener) 8 gram.
f. Benih nila merah yang dipelihara di karamba padat tebarnya 200 – 300
ekor/m2, dengan biomasa rata-rata 15 – 20 gram/ekor.
g. Benih ikan baronang, padat tebarnya 250 ekor/m 2, dengan biomasa rata-rata
30 – 50 gram/ekor.
h. Kakap merah, padat tebarnya 100 ekor/m 2 dengan biomassa rata-rata 50 gram.
Untuk benih ukuran lebih besar (200 gram/ekor) padat tebarnya 11 – 12
ekor/m2.

b. Teknik Penebaran Benih


Setelah benih sampai ke lokasi budidaya, maka benih segera akan ditebar ke dalam
wadah. Dalam penebaran benih, hal yang tidak boleh dilewatkan adalah aklimasi dan
aklimatisasi. Aklimasi adalah proses penyesuaian biota air terhadap satu parameter
kualitas air di perairan tempat budidaya. Sedangkan aklimatisasi adalah penyesuaian
biota air terhadap faktor-faktor kualitas air pada lingkungan barunya seperti suhu, pH,
alkalinitas, dan sebagainya. Proses aklimatisasi sebagai berikut.
1) Benih di dalam kemasan kantong plastik diapungkan di dalam wadah. Biarkan
kantong plastik mengapung selama lebih kurang 30 menit agar suhu di dalam
kantong kemasan sama dengan suhu di dalam wadah (proses aklimasi).

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 11


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Gambar 4. Aklimasi (penyesuaian suhu) benih


2) Setelah 30 menit, kantong dibuka satu persatu, tambahkan air dari wadah atau
air lingkungan sebanyak kira-kira 1/4 dari volume air kemasan ke dalam
kantong tersebut, biarkan selama 15 menit. Perlu diperhatikan agar setelah
kantong dibuka posisinya di air tidak miring, sehingga air tidak masuk.
3) Setelah 15 menit, tambahkan lagi air wadah sebanyak 1/4 volume volume air
kantong ke dalam kantong-kantong, lalu biarkan 30 -60 menit. Penambahan
air wadah atau lingkungan wadah ke dalam kantong untuk menyesuaikan pH
dan alkalinitas (salinitas untuk ikan payau dan laut) air dalam kantong dengan
air kolam/tambak secara bertahap.
4) Setelah dilakukan dua kali penambahan air media pada kantong, maka
diperkirakan salinitas air di kedua tempat sudah sama atau mendekati sama.
Bila petani memiliki alat pengukur kadar garam, seyogyanya kadar garam
diukur. Jika ada perbedaan kadar garam antara air kemasan benih dan air
petakan perbedaannya tidak boleh terlalu besar melebihi 5 ppt. Jika ternyata
perbedaan lebih besar, masukkan lagi air kolam/tambak ¼ volume lagi ke
dalam kantung dan biarkan tenang selama 30 menit.
5) Selanjutnya, periksa apakah benih sehat. Benih yang sehat akan berenang
dengan gesit. Apabila sudah dipastikan bahwa benih sudah melakukan aktifitas
berenang dengan aktif, maka saatnya kantong-kantong dimiringkan hingga
benih-benih dapat berenang keluar sendiri dari kantong dan menyebar ke
dalam kolam/tambak. Namun jangan lupa ambillah data tentang waktu
penebaran (hari, tanggal, jam), jumlah populasi benih yang ditebar, biomassa
rata-rata, dan biomassa total, sebagai data awal untuk menentukan kebutuhan
pakan. Ketika sampling data awal ini juga sangat dibutuhkan, karena untuk

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 12


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

menduga pertumbuhan biomassa ikan dan perhitungan FCR harus diketahui


data awal ini.

B. LEMBAR KERJA II
Seleksi benih ikan
Alat dan bahan :
 Ember  Waring
 Timbang  Benih ikan
an  Air
 Penggari  Obat anti jamur (metilen blue)
s
 Seser
benih
Langkah kerja :
1. Ambil benih pada wadah penampungan benih dengan menggunakan seser benih
dan masukan ke dalam ember
2. Lakukan seleksi benih dengan cara memilih benih untuk mendapatkan benih yang
sehat dan baik
3. Timbang dan ukur benih ikan yang akan di tebar
4. Pisahkan benih ikan yang sehat dan baik, masukkan dalam ember penampungan
5. Lakukan treatment benih ikan yang sudah di ukur selama 10 menit
6. Tebar benih ke dalam kolam pemeliharaan

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 13


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN III. PENGELOLAAN KUALITAS AIR MEDIA


PEMELIHARAAN

A. LEMBAR INFORMASI
Pengelolaan suatu kualitas air dengan cara mengamati parameter-parameter kualitas
air yang dibutuhkan ikan. Oleh karena itu dengan pemahaman yang baik tentang
terminologi, karakteristik dan interkoneksi dari parameter-parameter kualitas air akan
membantu dalam melakukan pengelolaan kualitas air yang sesuai untuk pemeliharaan
ikan.

1. Kuantitas air media budidaya


Selama kegiatan pemeliharaan ikan, kuantitas (volume) air harus selalu dipertahankan
sesuai dengan volume yang ditetapkan. Pengaruh dari menyusutnya volume air sistem
teknologi budidaya memang tidak terlalu vital, namun cukup berbahaya apabila tidak
segera diatasi. Dampak dari penurunan volume air sistem teknik budidaya adalah:
a. Suhu air akan berfluktuasi tinggi. Hal ini disebabkan pada volume air yang
sedikit air akan cepat panas, dan akan cepat juga melepas panas.
b. Konsentrasi salinitas air cenderung lebih tinggi, karena penguapan air yang
tinggi menyebabkan partikel-partikel garam yang mengendap semakin banyak.
Sebagai contoh adalah tambak garam yang airnya sengaja dikeringkan untuk
dipanen garamnya.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 14


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

c. Untuk budidaya semi intensif dan intensif, kondisi volume air yang kurang
menyebabkan DO air turun, sehingga ikan-ikan akan mengalami krisis DO yang
berdampak terhambatnya metabolisme pada ikan.

Penggantian air media pembesaran yang dilakukan secara terprogram, akan dapat
menjamin kondisi kualitas air yang optimal seperti DO, pH, alkalinitas, dan gas-gas
beracun lainnya. Pada kondisi kualitas air yang kritis (menurun), maka harus dilakukan
penggantian air baru yang steril dengan volume air yag lebih banyak (penggantian air
baru yang steril bisa mencapai 30%), sehingga dengan kondisi seperti ini harus
ada/tersedia sejumlah air yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas.

Tujuan penambahan volume air pada kolam atau tambak adalah untuk:
a. Menambah air yang hilang akibat rembesan dan penguapan (evaporasi)
b. Mengencerkan plankton apabila kondisi plankton di kolam dalam keadaan
blooming.
c. Memperbaiki kondisi parameter kualitas air, khususnya bahan-bahan organik
yang terlalu pekat dan zat-zat beracun.

2. Mengelola kualitas air secara fisika


Parameter fisika air yang paling berpengaruh dalam pemeliharaan ikan adalah suhu
air, kecerahan/kekeruhan (turbidity) dan warna air.
a) Suhu air
Suhu air merupakan salah satu parameter fisika yang perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi pada laju metabolisme ikan seperti pertumbuhan, perkembangbiakkan,
pernapasan, denyut jantung, kegiatan enzim dan proses fisiologis lainnya pada ikan.
Keadaan ini akan terlihat pada pemeliharaan ikan dengan suhu rendah dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan lambat bahkan terhenti. Selain itu suhu juga akan
mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun suatu bahan
pencemar.

Semakin tinggi suhu suatu perairan semakin sedikit oksigen terlarut di dalamnya
sedangkan kebutuhan oksigen setiap kenaikan suhu 10 ºC, ikan naik hampir dua kali
lipat akan kebutuhan oksigennya. Contoh lain yakni daya racun potasium sianida
terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10 ºC. Hal ini sesuai
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 15


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

hukum Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua
sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10 ºC.

Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan minimum


untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai suhu
tertentu. Secara naluri ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan
suhu. Suhu yang baik untuk pemeliharaan ikan berkisar antara 25 – 31 ºC.

b) Kecerahan/Kekeruhan (turbidity)
Besarnya cahaya matahari langsung yang jatuh pada suatu tempat tergantung pada
musim, letak geografis, waktu, sudut jatuh, tinggi tempat dari permukaan laut dan
keadaan atmosfer. Cahaya yang jatuh pada permukaan air sebagian akan dipantulkan
dan sebagian lagi masuk kedalam air. Cahaya yang masuk inilah yang akan
menentukan kecerahan suatu perairan. Cahaya yang masuk dalam air akan mengalami
pembiasan sehingga kecepatannya cepat menurun kemudian menghilang pada
kedalaman tertentu. Cahaya matahari pada posisi titik kulminasi (jam 12:00 siang)
hanya dapat menembus kedalaman air jernih sampai 100 m.

Kecerahan air sangat dipengaruhi oleh kondisi air seperti adanya kekeruhan,
kekentalan dan gelombang permukaan air. Semakin tinggi tingkat kekeruhan air
semakin dangkal cahaya yang dapat menembus air (penetrasi cahaya). Demikian pula
semakin kental dan bergelombang semakin pendek daya tembus cahaya dalam air.
Oleh karena itu terjadi hubungan terbalik antara kecerahan dengan kekeruhan,
kekentalan dan gelombang permukaan air.

Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah kecerahan dengan jumlah cahaya
matahari yang masuk optimal sehingga proses fotosintesa dapat berjalan seimbang
dan jumlah fitoplankton yang memadai untuk makanan ikan. Kisaran kecerahan
perairan untuk kehidupan ikan adalah 25 – 40 cm untuk air tawar dan 7 - 12 m untuk
air laut

Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton, suspensi partikel tanah atau humus.
Kekeruhan karena suspensi koloid tanah/ lumpur, terlebih lagi bila ditambah dengan
adanya hidroksida besi, maka akan sangat berbahaya bagi ikan karena partikel
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 16


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

tersebut dapat menempel pada insang sehingga insang dapat rusak dan
mengakibatkan terganggunya pernapasan ikan.

Kekeruhan yang diakibatkan oleh partikel zat padat dalam jumlah besar juga dapat
menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga akan mempengaruhi
proses fotosintesis serta pertumbuhan tanaman air dan fitoplankton yang hidup di
dalamnya. Akibatnya tanaman air dan fitoplankton sebagai persediaan pakan alami
ikan dan penyedia oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan untuk proses respirasi
(pernapasan) dalam air berkurang. Kekeruhan yang diharapkan adalah kekeruhan oleh
kepadatan plankton, karena plankton dapat dimanfaatkan ikan sebagai makanan alami,
bahkan plankton kelompok nabati ( phytoplankton) dapat membantu menyerap
senyawa yang berbahaya bagi ikan antara lain menyerap ammonia secara langsung
dan menyerap nitrit secara tidak langsung.
c) Warna Air
Warna air di perairan dipengaruhi oleh faktor kecerahan/ kekeruhan, bahan-bahan
yang melayang baik hidup maupun yang mati, kualitas cahaya yang masuk ke
perairan, warna langit dan warna dasar perairan. Warna air yang terlihat sering tidak
membahayakan kehidupan ikan, kecuali oleh bahan pencemar beracun seperti asam,
humus atau bahan kimia beracun. Komponen-komponen sistem perairan yang
mempengaruhi warna suatu perairan adalah sebagai berikut:
 Warna hijau (hijau tua) sering dipengaruhi oleh alga biru.
 Warna kekuning-kuningan atau coklat oleh diatomae.
 Warna merah oleh zooplankton.
 Warna hijau atau coklat kuning disebabkan oleh humus.
 Warna coklat tua oleh bahan-bahan organik.

Bahan anorganik juga sering memberikan warna-warna tertentu seperti kalsium


karbonat memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat memberikan warna hijau
dan besi oksida memberikan warna merah.

3. Mengelola kualitas air secara kimia


Parameter kimia air yang banyak berperan adalah Oksigen terlarut, Kandungan Karbon
dioksida bebas (CO2 ), pH air (derajat keasaman), Alkalinitas, Ammonia (NH 3 dan NH4),
Asam Sulfida (H2S) dan Salinitas.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 17


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

a) Oksigen terlarut (DO)


Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan ikan, bila kadar oksigen
rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan,
bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Oksigen juga tidak hanya berfungsi
untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan
bahan organik yang ada di dasar kolam. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan
mengalami fluktuasi selama sehari semalam (24 jam). Konsentrasi terendah terjadi
pada waktu subuh (dini hari) kemudian meningkat pada siang hari dan menurun
kembali pada malam hari. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat
pada perairan yang mempunyai kepadatan planktonnya tinggi dan sebaliknya.

Kelarutan oksigen dalam air dipenagruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar
garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah permukaan
perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen sekelilingnya. Bila
pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan jumlah kelarutan
oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah jenuh dengan
oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut daripada yang
seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut sudah lewat jenuh
(super saturasi).

Apabila dikaitkan dengan tekanan udara dan suhu, maka kelarutan oksigen dalam air
akan menurun dengan menurunnya tekanan udara dan suhu. Pada usaha pembenihan
ikan laut di hatchery kadar oksigen terlarut dapat dioptimalkan dengan bantuan aerasi.

b) Karbondioksida bebas (CO2)


Karbondioksida atau dikenal dengan nama zat asam arang dibutuhkan secara tidak
langsung oleh ikan. Dengan kata lain karbon dioksida dibutuhkan pada proses
fotosintesa fitoplankton dan penentu derajat keasaman (pH) pertairan. Karbon dioksida
bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat (H 2CO3) yang menghasilkan kondisi
asam dalam perairan melalui disesiasi menjadi H + dan HCO3- reaksinya adalah sebagai
berikut :
CO3 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- 2H+ + CO3-
Ikan akan mengalami kesulitan pernapasan pada kadar karbondioksida melebihi 15
ppm dan masih dapat hidup dengan meningkatkan oksigen terlarut di dalam air
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 18


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

c) pH air (derajat keasaman)


Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di
dalam perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan menunjukkan
apakah air bereaksi asam atau basa.

Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 dan senyawa-senyawa


yang bersifat asam. Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah menjadi rendah
pada pagi hari, meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari
serta akan menurun kembali pada malam hari. Oleh karena itu pengukuran pH
perairan dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada saat-saat tersebut pH air
mencapai puncak terendah dan tertinggi. Dalam rangka mendukung kehidupan ikan
dan kultur pakan alami (fitoplankton) nilai pH air berkisar antara 6,5 – 8,5
d) Kesadahan Air
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan detergen (sabun). Pada air yang mempunyai kesadahan rendah akan
mudah membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Sedangkan pada air yang
mempunyai kesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa.

Kesadahan sangat penting bagi kehidupan ikan.  Tidak semua ikan dapat hidup pada
nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan nilai
kesadahan pada kisaran tertentu untuk hidupnya.  Disamping itu, kesadahan juga
merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk
mengubah nilai pH.

Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million atau satu 
persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH) atau dengan
menggunakan konsentrasi molar CaCO 3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama
dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air (10 ppm).  Di Amerika, kesadahan
pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO 3, dengan demikian satu satuan
Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,8 ppm CaCO 3.  Sedangkan satuan
konsentrasi  molar dari 1 mili ekuivalen  = 2,8 dH = 50 ppm.  Perlu diperhatikan
bahwa kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan  satuan CaCO3.

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 19


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Berikut adalah kriteria kisaran kesadahan yang biasa dipakai:


 0  -  4 dH,   atau  0 -   70 ppm CaCO3: sangat rendah (sangat lunak)
 4 -   8 dH,  atau   70 - 140 ppm CaCO3: rendah (lunak)

 8 - 12 dH, atau 140 - 210 ppm CaCO3: sedang  


 12 - 18 dH, atau 210 - 320 ppm CaCO3: agak tinggi (agak keras)
 18 - 30 dH, atau 320 - 530 ppm CaCO3: tinggi (keras)

Ketidaksesuaian kesadahan akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi


melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan,  fungsi organ dalam (seperti
ginjal) dan pertumbuhan. 

Setiap jenis  ikan memerlukan  kisaran  kesadahan tertentu untuk hidupnya. Pada
umumnya hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi
kesadahan yang ada. Akan tetapi pada proses pemijahan dapat gagal apabila
dilakukan pada nilai kesadahan yang tidak tepat.  

e) Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan suatu senyawa (karbonat dan bikarbonat) yang ada
dalam air untuk menetralisir asam kuat atau disebut juga sebagai penyangga ( buffer).
Produktifitas pembenihan ikan laut dapat optimal apabila mempunyai alkalinitas 50 –
200 ppm

Pada perairan yang alkalinitasnya rendah, maka nilai pH dan kesadahan air juga
rendah. Hal ini karena dalam perairan tersebut hanya terdapat sedikit ion Ca yang
dapat meningkatkan nilai pH dan kesadahan

f) Ammonia
Ammonia dalam air dapat berasal dari pemupukan, eksresi hewan dan hasil
perombakan komponen nitrogen oleh mikroba. Beberapa jenis tanaman dapat
menyerap ammonia. Bakteri pengurai (nitrobacter) dapat mengoksidasi ammonia
menjadi nitrat. Oleh karena itu ammonia dapat menurun konsentrasinya denga
berbagai cara. Akan tetapi dengan kepadatan ikan yang tinggi dikolam dan pemberian
makanan buatan dapat meningkatkan konsentrasi ammonia.Ammonia sangat beracun
bila dalam bentuk NH3, sedangkan yang sudah terionisai menjadi NH4+ relatif tidak
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 20


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

beracun.
NH3 + H2O  NH4+ + OHˉ
Ammonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik yang
dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air kurang. Di
dalam air ammonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa ammonia bukan
ion (NH3) dan berupa ion amonium (NH4+).

Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan ikan laut, NH 3 akan dapat meracuni ikan
sedangkan NH4+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi sangat tinggi. Konsentrasi
NH3 yang tinggi biasanya terjadi setelah fitoplankton mati kemudian diikuti dengan
penurunan pH air disebabkan konsentarsi CO 2 meningkat. Batas pengaruh yang
mematikan ikan apabila konsentarsi NH 3 pada perairan tidak lebih dari 1 ppm karena
dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen dan ikan akan
mati kartena sesak napas.

Perombakan senyawa nitrogen pada perairan aerob akan menghasilkan senyawa nitrat
yang dapat diserap oleh organisme nabati sampai menjadi senyawa organik berupa
protein

Pengaruh Ammonia Pada Perairan


 Hasil keseimbangan antara ammonia (NH 3) dan ammonium (NH4+) adalah total
ammonia nitrogen.
 Keseimbangan total ammonia nitrogen adalah ammonia (NH 3) akan bertambah
konsentrasinya bila pH dan temperature tinggi. Efek yang paling tinggi adalah
pengaruh pH dibandingkan pengaruh temperature. Sebagai contoh, pada air
yang mempunyai pH 6,8 dan suhu 26 C , 2 mg/l total ammonia nitrogen
mengandung ammonia (NH3) 2 mg/l x 0,006 = 0,12 mg/l, sedangkan pada suhu
dan air yang sama tetapi dengan pH 9 akan mengandung ammonia (NH 3) 2 mg/l
x 0,4123 = 0,823 mg/l. Oleh karena itu dengan kenaikan pH akan menyebabkan
kenaikan ammonia (NH3).
 Sifat ammonia (NH3) pada ikan adalah dapat meningkatkan konsumsi oksigen
dalam jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah untuk
mentranportasi oksigen.

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 21


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

 Konsentrasi ammonia yang dapat membunuh ikan dalam waktu singkat adalah
0,6 – 3,1 mg/l NH3-N untuk semua ikan.
 Daya racun ammonia akan meningkat bila oksigen turun. Konsentrasi kalsium
(Ca) yang tinggi dapat menurunkan daya racun ammonia.
 Pertumbuhan ikan terhambat bila terjadi akumulasi ammonia pada media
pemeliharaan.

Proses biologi menjadi nitrat yaitu nitrification adalah sebagai berikut:


1½ O2 1½ O2
NH3 NO2¯ NO3¯
Nitrosomonas Nitrobacter
Suatu total amoniak 5 ppm pada pH 9 dan 20 oC , maka konsentrasi amoniak un-
ionized adalah (5 ppm total amoniak) x 28.5%= 1.43 ppm.

Tabel 1. Persen dari total amoniak yang un-ionized pada berbagai temperatur dan pH.
pH 12 17 20 24 28 32
o
C o
C C o o
C o
C o
C
7.0 0.2 0.3 0.4 0.5 0.7 1.0
Nitrit (NO2ˉ)
7.4 0.5 0.7 1.0 1.3 1.7 2.4
dan 7.8 1.4 1.8 2.5 3.2 4.2 5.7 Nitrat
(NO3ˉ) 8.2 3.3 4.5 5.9 7.7 11.0 13.2
8.6 7.9 10.6 13.7 17.3 21.8 27.7
Nitrit 9.0 17.8 22.9 28.5 34.4 41.2 49.0
9.2 35.2 42.7 50.0 56.9 63.8 70.8
9.6 57.7 65.2 71.5 76.8 81.6 85.9
10. 68.4 74.8 79.9 84.0 87.5 90.6
0
mempunyai sifat racun bagi ikan. Pada darah yang banyak mengandung nitrit akan
bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin sebagai penyakit darah
coklat. Nitrit terbentuk dari hasil reduksi nitrat oleh bakteri anaerob dalam dasar
perairan. Di perairan nitrit dapat bersifat racun bila konsentrasi lebih dari 5 mg/l NO 2ˉ
- N. Untuk mengatasi tingkat keracunan nitrit dapat ditambahkan calsium dan
klorida pada perairan tersebut.

Amoniak dapat diturunkan konsentrasinya dengan:


 Meningkatkan arator.
 Hentikan pemberian pakan atau mengurangi jumlah pakan yang diberikan.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 22


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

 Periksa keseimbangan mikrobiologi.


 Bila amoniak meningkat 0.1 ppm, lakukan pergantian 10% dan bila amoniak
menjadi 1.0 ppm, lakukan pergantian air 25%. Jangan menggunakan air yang
mengandung klorin.
 Pindahkan ikan bila amoniak > 2,5 ppm.
 Ulangi pemeriksaan setiap 12 – 24 jam
 Dalam keadaan tertentu dengan menurunkan pH, tetapi tidak dibawah 6

g) Asam Sulfida (H2S)


Asam sulfida merupakan hasil perombakan yang belum sempurna dari bahan organik
yang mengandung sulfur akibat perairan yang anaerob. Hasil perombakan tersebut
dapat memperbesar pengurangan oksigen terlarut dan menimbulkan bau busuk.

Senyawa sulfur organik di perairan berasal dari buangan limbah industri dan limbah
rumah tangga atau ada kalanya lahan yang mempunyai kandungan sulfida seperti
daerah pertambangan batu bara. Konsentarsi maksimal asam sulfida yang tidak
membahayakan kehidupan ikan adalah 1 mg/liter.

Di bawah kondisi anaerob heterotropic bacteria dapat menfaatkan sulfat (SO 4=) dan
mengeksresikan dalam bentuk sulfida (S=).
SO4= + 8 H+  S= + 4 H2O (heterotropic bacteria)
H2S  HSˉ + H+
HSˉ  S= + H+

Untuk perkembangan penetasan telur dan perkembangan larva konsentrasi hydrogen


sulfida (H2S) harus kurang dari 0,019 mg/l. Juvenile tidak melebihi 0,045 mg/l H 2S,
sedangkan yang sudah dewasa tidak melebihi 0,048 mg/l H 2S. Pada catfish dapat
bertahan sampai konsentrasi 1,0 – 1,4 mg/l H2S.

h) Salinitas
Salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air.
Salinitas dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu
daerah. Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat
digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil ( Ctenohaline)
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 23


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar ( Euryhaline).

Golongan ikan laut merupakan golongan Ctenohaline yang hanya mampu hidup di
perairan dengan salinitas > 30 o/oo . Umumnya salinitas air laut relatif stabil kecuali
pada muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air laut.

4. Mengelola kualitas air secara biologi


Organisme air dapat digolongkan berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
a) Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan),
dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan
saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
b) Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut
1) Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-
layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
2) Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
3) Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air
atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
4) Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung
pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
5) Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada
endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya
cacing dan remis.

B. LEMBAR EVALUASI
1. Apa yang menjadi tujuan pengelolaan kualitas air?
2. Sebutkan peralatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan kualitas dan
kuantitas air!
3. Sebutkan bahan yang digunakan untuk pengukuran oksigen terlarut!
4. Jelaskan prosedur pengelolaan kualitas dan kuantitas air pada wadah
penampungan air!
5. Sebutkan kemungkinan penyebab ikan mengapung di permukaan dan
alternatif penanggulangannya!

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 24


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN IV. MEMBERIKAN PAKAN BENIH

A. LEMBAR INFORMASI
1. Jenis Pakan
Pakan adalah kebutuhan sangat fital bagi makhluk hidup untuk dapat tumbuh dan
berkembang. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa keberhasilan pembesaran ikan
antara lain sangat ditentukan oleh terpenuhinya akan kebutuhan pakannya. Jenis
pakan untuk pembesaran ikan dapat berupa pakan buatan dan pakan alami. Pakan
alami terdapat di alam sedangkan pakan buatan saat ini sudah banyak beredar di
pasaran sehingga petani ikan tidak harus bersusah payah membuat pakan untuk
benih-benih ikannya.

Pakan buatan dibuat oleh manusia untuk mengantisipasi kekurangan pakan yang
berasal dari alam yang kontinuitas produksinya tidak dapat dipastikan. Dengan
membuat pakan buatan diharapkan jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan akan
terpenuhi setiap saat. Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria-
kriteria seperti:
 Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan
 Diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran bukaan mulut ikan
 Pakan mudah dicerna
 Kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh
 Memiliki rasa yang disukai ikan
 Kandungan abunya rendah
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 25


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

 Tingkat efektivitasnya tinggi

Jenis-jenis pakan buatan berdasarkan bentuk antara lain adalah:


a. Bentuk larutan
Digunakan sebagai pakan burayak ikan (berumur 2 - 20 hari). Larutan ada 2
macam, yaitu: 1) Emulsi, bahan yang terlarut menyatu dengan air pelarutnya; 2)
Suspensi, bahan yang terlarut tidak menyatu dengan air pelarutnya. Bentuk
larutan ini biasanya diberikan pada saat larva dengan komposisi bahan baku
yang utama adalah kuning telur bebek atau ayam dengan tambahan vitamin dan
mineral.

b. Bentuk tepung/meals
Digunakan sebagai pakan larva sampai benih (berumur 2-40 hari). Tepung halus
diperoleh dari remah yang dihancurkan atau dibuat komposisi dari berbagai
sumber bahan baku seperti menyusun formulasi pakan , dan biasanya diberikan
pada larva sampai benih ikan.
b. Bentuk butiran/granules.
Digunakan sebagai pakan benih gelondongan (berumur 40-80 hari). Tepung
kasar juga diperoleh dari remah yang dihancurkan atau dibuat sama seperti
membuat formulasi pakan lengkap dan bentuknya dibuat menjadi butiran.
c. Bentuk remahan/crumble.
Digunakan sebagai pakan gelondongan besar/ikan tanggung (berumur 80-120
hari). Remah berasal dari pellet yang dihancurkan menjadi butiran kasar.
d. Bentuk lembaran/flake.
Biasa diberikan pada ikan hias atau ikan laut dan dibuat dari berbagai bahan
baku disesuaikan dengan kebutuhan dan pada saat akan dibentuk dapat
menggunakan peralatan pencetak untuk bentuk lembaran atau secara sederhana
dengan cara membuat komposisi pakan kemudian komposisi berbagai bahan
baku tersebut dibuat emulsi yang kemudian dihamparkan di atas alas aluminium
atau seng dan dkeringkan, kemudian diremas-remas.
e. Bentuk pellet tenggelam/ sinking.
Biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air tawar maupun ikan air laut
yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut berenang didalam
perairan. Ukuran ikan yang mengkonsumsi pakan bentuk pellet bervariasi dari
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 26


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet yang dibuat biasanya
50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan sebagai pakan ikan
dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari.
f. Bentuk pellet terapung/floating.
Biasa digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan air tawar maupun ikan air laut
yang mempunyai kebiasaan tingkah laku ikan tersebut berenang di permukaan
perairan. Ukuran ikan yang mengkonsumsi pakan bentuk pellet bervariasi dari
ukuran bukaan mulut lebih dari 2 mm maka ukuran pelet yang dibuat biasanya
50%nya yaitu 1 mm. Bentuk pellet ini juga dapat digunakan sebagai pakan ikan
dewasa yang sudah mempunyai berat > 60-75 gram dan berumur > 120 hari.

2. Teknik Pemberian Pakan


Pemberian pakan pada ikan-ikan yang dibesarkan harus dilakukan secara tepat,
jumlah, ukuran an sifat pakan, teknik serta waktu pemberian pakan. Hal ini penting
supaya nantinya kita benar-benar mengetahui secara pasti teknik pemberian pakan
yang benar dan baik.

Pemberian pakan adalah kegiatan yang rutin dilakukan dalam suatu usaha budidaya
ikan oleh karena itu dalam manajemen pemberian pakan harus dipahami tentang
beberapa pengertian dalam kegiatan budidaya ikan sehari-hari yang terkait dengan
manajemen pemberian pakan antara lain adalah feeding frekuensi, feeding time,
feeding behaviour, feeding habits, feeding periodicity dan feeding level .

Feeding frekuensi atau frekuensi pemberian pakan mempunyai makna jumlah waktu
ikan untuk makan dalam sehari. Setiap jenis ikan mempunyai kebiasaan makan yang
berbeda. Oleh karena itu dalam melakukan pemberian pakan kepada ikan setiap hari
biasanya bergantung kepada jenis dan ukuran ikan, ketersediaan tenaga kerja, pakan
dan ukuran kolam budidaya. Biasanya semakin kecil ikan frekuensi pemberian
pakannya semakin banyak sedangkan semakin besar ikan frekuensi pemberian
pakannya setiap hari semakin berkurang. Frekuensi pemberian pakan dihitung dalam
waktu sehari (24 jam). Pada ikan air tawar misalnya ikan patin merupakan salah satu
jenis ikan air tawar yang mempunyai fase kritis pada saat berusia larva yaitu 0 – 14
hari. Untuk meningkatkan kelangsungan hidup larvanya salah satu solusinya adalah
memberikan pakan alami selama fase tersebut sebanyak 12 kali sehari dimana pakan
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 27


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

alami tersebut diberikan setiap dua jam sekali selama sehari. Pada ikan laut frekuensi
pemberian pakan pada masa larva lebih banyak dibandingkan pada fase pembesaran.
Oleh karena itu frekuensi pemberian pakan pada masa larva bagi ikan budidaya
mempunyai jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya dan setiap
jenis ikan mempunyai kekhasan dalam frekuensi pemberian pakan.

Feeding time atau waktu pemberian pakan adalah waktu yang tepat untuk melakukan
pemberian pakan pda setiap jenis ikan. Waktu pemberian pakan ini juga sangat khas
untuk setiap jenis ikan. Berdasarkan kapasitas daya tampung lambung setiap jenis ikan
atau biasa disebut juga dengan feeding periodicity jenis ikan dapat dibedakan yaitu
ikan pemakan malam hari atau aktivitas makannya meningkat pada malam hari yang
biasa disebut dengan nocturnal misalnya ikan kelompok catfish, dan ikan pemakan
siang hari atau aktivitas makannya lebih meningkat pada siang hari ( diurnal). Oleh
karena itu pada kelompok ikan yang mempunyai aktivitas makan pada malam hari
maka dalam melakukan pemberian makan, waktu pemberian pakannya sebaiknya lebih
banyak pada malam hari. Agar pakan yang diberikan lebih efisien dan efektif.

Selain itu dalam melakukan pemberian pakan juga harus diperhatikan tentang tingkah
laku ikan dalam kehidupannya di dalam perairan dimana ikan berdasarkan tingkah
lakunya dalam media hidupnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu ikan yang
hidupnya diatas permukaan air, ikan yang hidupnya lebih senang berada ditengah-
tengah air dan ikan yang hidupnya lebih senang di dasar perairan. Oleh karena dalam
melakukan pemberian pakan terhadap jenis-jenis ikan tersebut harus disesuaikan
dengan tingkah laku ikan tersebut.

Gambar 7. Pakan ikan berbentuk pelet

Jumlah pakan ikan yang diberikan setiap hari pada ikan yang dibudidayakan dan
biasanya diekspresikan dalam persen biomas ikan biasa disebut dengan feeding rate.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 28


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Feeding rate pada pemberian pakan ikan berkisar antara 2 – 5% perhari atau bahkan
lebih. Sedangkan biomas adalah jumlah total ikan perunit area pada waktu tertentu
dan diekspresikan dalam kg/ha atau kg/meter persegi. Biasanya dalam pemberian
pakan pada ikan yang berukuran besar jumlah pakan yang diberikan setiap hari
semakin berkurang dan semakin kecil ukuran ikan jumlah pakan yang diberikan
semakin banyak. Hal ini dikarenakan ikan yang berukuran kecil mempunyai masa
pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan ikan berukuran besar. Seperti
yang diketahui bahwa pertumbuhan ikan mempunyai kurva pertumbuhan yang sigmoid
yaitu ada masa dalam kurva tersebut adalah masa pertumbuhan dan itu biasa terjadi
pada ikan yang berukuran larva dan benih. Oleh karena itu dibutuhkan jumlah pakan
yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang berukuran dewasa.

Gambar 9. Memberi pakan

B. LEMBAR KERJA
Memberi pakan benih
Alat dan bahan :
 Ember
 Timbangan
 Pakan benih
 Benih ikan
Langkah kerja :
1. Menghitung dosis pakan yang akan diberikan
2. Ambil pakan benih sesuai dengan hasil perhitungan
3. Sebarkan pakan secara merata pada wadah pemeliharaan benih
4. Lakukan pemberian pakan 3 kali sehari

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 29


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN V. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

A. LEMBAR INFORMASI
Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat budidaya ikan adalah
munculnya serangan penyakit. Serangan penyakit yang disertai gangguan hama dapat
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat (kekerdilan), padat tebar
sangat rendah, konversi ikan manjadi sangat tinggi dan menurunnya hasil panen
(produksi).

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan


pengobatan, Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama
maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar

1. Hama yang menyerang ikan


Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan
mempengaruhi produktivitas ikan lele, baik secara langsung maupun secara bertahap.
Hama yang menyerang ikan lele biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara
atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang
kurang sempurna.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap
pembesaran ikan :
 Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran
sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 30


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

 Pada pintu pemasukan air dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam
kolam.

Hama yang sering menyerang ikan, terutama yang masih berukuran kecil adalah ular,
belut, dan ikan gabus. Tindakan penanggulangan serangan ketiga hama tersebut
sebagai berikut.
a. Penggulangan Ular
1) Ular tidak menyukai tempat-tempat yang bersih. Karena itu, cara
menghindari serangan hama ular adalah dengan mejaga kebersihan
lingkungan kolam.
2) Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya
dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari
serangannya.
3) Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa
langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.
b. Penanggulangan Belut
1) Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20 – 30 cm,
kemudian diberi obat pembasmi hama berupa akodan dengan dosis
rendah, yakni 0,3 – 0,5 cc per meter kubik air.
2) Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga
belut mati. Selanjutnya air dibuang.
c. Penanggulangan Ikan Gabus
1) Memasang saringan di pintu pemasukan air kolam, sehingga hama ikan
gabus tidak dapat masuk.
2) Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran atau kolam
lain tidak dapat loncat ke kolam yang berisi ikan budidaya.

2. Penyakit yang menyerang ikan


Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam
tubuh ikan sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ
tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan lele. Pada
prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui
proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air),
kondisi inang (ikan) dan kondis jasad patogen (jasad penyakit).
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 31


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga
dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam
jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang
ditimbulkannya pun sangat besar.

a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada ikan atau peristiwa yang memicu terjadinya serangan
penyakit antara lain sebagai berikut : 1) Stres; 2) Kekurangan gizi; 3) Pemberian
pakan yang berlebihan; 4) Keracunan; 5) Memar dan luka; 6) Cacat; 7) Hama dan 8)
Jasad patogen (penyakit)

b. Jenis Penyakit
Jasad patogen (penyakit) yang dikenal menyerang ikan, antara lain sebagai berikut :
1) Virus; 2) Parasit; 3) Bakteri dan 4) Jamur

c. Bagian tubuh ikan yang di serang penyakit


Berdasarkan daerah penyerangan penyakit pada tubuh ikan, terutama penyakit infeksi,
dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut.
1) Kulit
Ikan yang terserang penyakit pada kulitnya akan terlihat lebih pucat dan
berlendir. Ikan tersebut biasanya akan menggosok-gosokkan tubuhnya pada
benda-benda yang ada di sekitarnya.
2) Insang
Serangan penyakit pada insang menyebabkan ikan sulit bernafas, tutup insang
mengembang dan warna insang menjadi pucat. Pada lembaran insang sering
terlihat bintik-bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan).
3) Organ Dalam
Penyakit yang menyerang organ dalam sering mengakibatkan perut ikan
membengkak dengan sisik yang berdiri. Sering pula dijumpai perut ikan
menjadi kurus. Jika menyerang usus, biasa nya akan mengakibatkan
peradangan dan jika menyerang gelembung renang, ikan akan kehilangan
keseimbangan pada saat berenang.
d. Pencegahan Penyakit
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 32


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai berikut.


1) Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong
siklus hidup penyakit.
2) Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik.
3) Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika
berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam kolam.
4) Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar ikan tidak
luka-luka.
5) Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit seperti burung, siput atau
keong mas.
B. LEMBAR KERJA
Mengendalikan hama penyakit ikan
Alat dan bahan :
 Ikan  Ember  Kaca
sakit  Air preparat
 Alat  Tisue  Alat tulis
bedah  Kertas/b
 Mikrosko uku
p

Langkah kerja :
1. Tangkap ikan yang terserang penyakit
2. Lakukan pengamatan pada ikan yang sakit
3. Lakukan identifikasi bagian tubuh ikan yang terserang
4. Catat hasil pengamatan dan diskusikan

C. LEMBAR EVALUASI V
1. Apa yang di maksud dengan penyakit dan berikan 3 contohnya ?
2. Apa yang di maksud dengan hama dan berikan 3 contohnya !
3. Sebutkan 5 penyebab terjadinya penyakit ?
4. Sebutkan 4 jenis penyakit !
5. Jelaskan tindakan pencegahan penyakit !

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 33


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN VI. PEMANENAN DAN PERHITUNGAN LAJU


PERTUMBUHAN

A. LEMBAR INFORMASI
Panen merupakan tahap akhir dari suatu proses produksi dalam budidaya ikan. Tidak
sedikit petani atau pengusaha ikan yang gagal dalam usaha budidaya ikan dikarenakan
pada waktu panen, penanganan dan alat kelengkapannya kurang tepat. Penangganan
ikan pada waktu panen bertujuan untuk :
1. Mengurangi atau menghindari kehilangan, kematian dan kerusakan
ikan.
2. Mempertahankan kesegaran ikan setelah dipanen sampai tiba di
konsumen.

1. Waktu Panen
Penentuan waktu panen biasanya diperoleh setelah dilakukan pengukuran berat badan
ikan yang dipelihara. Berat badan ikan yang akan dijual sangat tergantung pada selera
konsumen. Oleh karena itu sebelum melakukan panen harus dilakukan pengamatan
terhadap permintaan pasar tersebut.

Dengan mengetahui data mengenai permintaan konsumen tentang ukuran ikan dan
keadaan ikan (mati segar atau masih hidup) maka akan dapat dilakukan waktu
Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 34


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

pemanenan dan penentuan cara panen yang sesuai. Waktu panen yang tepat adalah
pada pagi hari atau sore hari. Hal ini dilakukan karena pada waktu pagi atau sore hari
suhu air di kolam rendah sehingga ikan tidak stress pada saat dilakukan pemanenan.

2. Cara Panen
Cara panen pada prinsipnya dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Panen selektif
Panen selektif biasa dilakukan jika pada waktu tebar ukuran ikan tidak seragam
atau keinginan petani untuk menjual ikan dengan ukuran yang berbeda-beda.
Alat yang digunakan biasanya lambit dan hapa/waring.
b. Panen total
Panen total dilakukan secara sekaligus dengan cara menguras air kolam dan di
depan pintu pengeluaran telah dipasang waring atau hapa untuk memudahkan
penangkapan ikan pada saat panen.

Untuk menghindari kematian ikan mas pada saat pemanenan, hal yang harus
dilakukan jangan terjadi luka atau banyak sisik lepas karena penggunaan alat saat
panen adalah:
a. Jagalah kondisi air agar tidak terlalu keruh, karena kotoran seperti Lumpur atau
larutan suspensi lainnya dapat menutupi labyrinth sehingga ikan tidak dapat
bernafas.
b. Pemanenan tidak dilakukan pada saat hujan.
c. Waktu pemanenan tidak melebihi dari jam 10.00 atau bila cuaca panas
sebaiknya pada sore hari (lebih dari jam 16.00).

Gambar 11. Panen selektif

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 35


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

B. LEMBAR KERJA III


Pemanenan benih
Alat dan bahan :
 Ember  Waring  Tabung oksigen
 Timbang  Drum plastik  Karet gelang
an  Kantong plastik  Air
 Seser
panen

Langkah kerja :
1. Siapkan alat penampungan dan pemanenan ikan
2. Lakukan pengeringan kolam pembesaran secara bertahap dengan membuka
pintu pengeluaran air kolam
3. Tangkap ikan dengan menggunakan seser secara hati-hati
4. Masukkan ikan dalam wadah penampungan sementara
5. Timbanglah ikan hasil pemanenan
6. Kemas ikan dalam keadaan hidup pada kantong plastik pengemasan dengan
menggunakan air dan oksigen

C. LEMBAR EVALUASI III


1. Apa yang di maksud dengan panen ?
2. Sebutkan tujuan penanganan ikan pada waktu panen !
3. Mengapa waktu panen dilakukan pagi atau sore hari ?
4. Cara panen ikan pada prinsipnya dapat dilakukan dengan 2 cara, jelaskan !
5. Sebutkan peralatan yang digunakan dalam pemanenan ikan !

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 36


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015
TEKNIK DASAR PEMBESARAN

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T.T. 2005. Pedoman praktis Budidaya Ikan Mas. Absolut. Jogyakarta

Heru, S. 2003. Usaha Pembenihan dan Pembesaran Tawes. Penebar Swadaya. Jakarta

Mujiman, A. 2005. Pakan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta

Rochdianto, Agus. 2004. Budidaya Ikan Di Saluran Irigasi. Kanisius. Jogyakarta

Departemen Agribisnis Sumber Daya Perairan, PPPPTK Pertanian Cianjur

Disusun tanggal : 08-02-2015 Edisi : A Hal 37


Revisi : 1 Tanggal : 08-02-2015

Anda mungkin juga menyukai