Anda di halaman 1dari 2

TUGAS P5BK

Nama kelompok:

1. NASWA CAHYA SALSABILLA (19)

2. NURYANI (24)

3. RENI NOVIYANTI (28)

4. YUNITA EKA .R. (35)

Kelas : X Kuliner 1

SEJARAH BERDIRINYA MASJID AL-MUTTAQIN KALIWUNGU

Narasumber : Bapak Nuruddin

Masjid ini didirikan pada tahun 1680 M oleh seorang ulama yang bernama
KH. Asy’ari atau lebih dikenal dengan nama Kyai Guru. Beliau adalah utusan
dari kerajaan Mataram Islam Jogja untuk menyebarkan ajaran Islam di
daerah Kaliwungu dan sekitarnya. Bahkan beliau sempat mendirikan
Pesantren yang diantara santrinya yaitu KH. Sholeh Darat Semarang, KH.
Ahmad Bulkin Mangkang, KH. Musa Kaliwungu (Kyai Musa Bobos) dan KH.
Anwaruddin Kriyan Cirebon.

Menurut versi lain, Masjid Al-Muttaqin Kaliwungu merupakan peninggalan


Panembahan Djoeminah (Pangeran Djoeminah). Hal itu diungkapkan oleh
H. Farchan (warga Krajankulon yang masih keturunan Kyai Asy'ari atau Kyai
Guru), bahwa peresmian Masjid Al-Muttaqin ditandai dengan pemasangan
mustaka sebagai simbol keagungan sebuah masjid yang dilakukan oleh
Pangeran Puger. Bentuk mustaka Masjid Al-Muttaqin semula seperti
mustaka Masjid Agung Demak, dan memang mustaka itu dibawa dari
Demak (duplikat) oleh Pangeran Puger, saudara seayah Panembahan
Djoeminah. Selain Masjid Al-Muttaqin, peninggalan Panembahan
Djoeminah juga berupa tanah perdikan, yaitu ratusan hektar sawah yang
membentang luas dari barat hingga timur. Tanah dan sawah
peninggalannya diwakafkan untuk bondo masjid Kaliwungu dan masjid
Kendal, dan juga upah bagi penjaga masjid dan makam (Makam
Protomulyo, Kuntul Nglayang, dan makam Walijaka Kendal), Secara
material, jumlah harta yang ditinggalkan oleh Panembahan Djoeminah
tidaklah sedikit. Dan secara asas manfaat, betapa besar manfaatnya,
karena bisa menjadi biaya rawat atau pelestarian kedua masjid yang sangat
besar dan megah di Kabupaten Kendal ini.
Masjid ini mengalami beberapa kali renovasi, renovasi pertama dilakukan
oleh putra Kyai Guru, yaitu KH. Muhammad pada tahun 1780 M. KH.
Muhammad merenovasi masjid ini dengan mengganti atap masjid yang
semula memakai alang-alang daun dan kayu digantikan dengan seng.
Adapun renovasi yang kedua pada tahun 1880 M dilakukan oleh KH.
Abdullah yang juga masih keturunan Kyai Guru. KH. Abdullah mengganti
atap yang tadinya dari seng menjadi genteng. Untuk renovasi yang ketiga
dilaksanakan oleh putra Kyai Musa Bobos, yaitu KH. Abdul Rasyid bin Kyai
Musa pada tahun 1922 M. KH. Abdul Rasyid merenovasi masjid Al-Muttaqin
ini dengan menambahkan serambi, halaman dan parkir Masjid Al-Muttaqin.
KH. Abdul Rasyid bin Kyai Musa mewakafkan sebagian tanahnya untuk
perluasan Masjid Al-Muttaqin. Sehingga keadaan Masjid Al-Muttaqin
semakin luas dan megah sampai sekarang. Kemudian renovasi keempat
pada tahun 1952 M. dilakukan oleh KH. Hisyam (Naib).

Renovasi kelima pada tahun 1987 M. dilaksanakan oleh panitia masjid


terkait, yang diketuai oleh KH.M. Aqib Umar. Sedangkan renovasi yang
keenam pada tahun 2009 M. dilaksanakan oleh panitia masjid yang
dipimpin oleh KH. Hafidzin Ahmad Dum juga masih keturunan Kyai Musa.

Anda mungkin juga menyukai