Anda di halaman 1dari 13

Situs - Situs Sejarah di Madinah

1. Masjid Nabawi

Masjid Nabawi, tempat paling suci kedua bagi umat Islam, setelah Masjidil
Haram di Mekah, adalah masjid yang dibangun langsung oleh Nabi Muhammad. Nabi
tiba di Madinah (dahulu bernama Yatsrib), membeli lahan seharga 10 Dinar, yang
dipakai untuk mengeringkan kurma, dari dua orang yatim yaitu Sahl and Suhail.
Lahan itu merupakan tempat pertama unta Nabi Muhammad berhenti di Madinah.
Nabi ikut serta secara langsung dalam pembangunan masjid, membuat dinding
lumpur di atas fondasi batu. Pelepah kurma digunakan untuk menutup sebagian atap.
Awalnya masjid itu memiliki tiga pintu dan menghadap Masjid Al-Aqsa -- kiblat
pertama -- sebelum diubah menghadap Kabah di Mekkah. Di bagian belakang masjid
ada tempat yang teduh untuk menampung orang miskin dan orang asing, namanya
"Al-saffa". Ketika para sahabat meminta Nabi untuk memperkuat atap dengan lumpur,
beliau menolak. Lantai masjid tidak ditutupi dengan apa pun hingga tiga tahun
kemudian. Ukuran awal masjid ketika dibangun oleh Nabi Muhammad di tahun
pertama Hijriah adalah sekitar 30x35 meter atau 1.050 meter persegi, dan diperluas
hingga 1.452 meter persegi atas perintah Nabi ketika beliau baru kembali dari
Khaybar, pada tahun 7 Hijriah.

Al-Masjid Al-Nabawis, nama Arab masjid ini adalah tempat ibadah kedua yang
dibangun di Madinah. Pahala salat di Masjid Nabawi 1.000 kali lipat dibandingkan
dengan di masjid lain - kecuali di Masjidil Haram di Mekah. Makam Nabi
Muhammad dan dua sahabat Abu bakar dan Umar serta rumah-rumah istri nabi dan
juga Raudhah - tempat yang diyakini sebagai taman surga- dipadukan di dalam masjid
melalui perluasan yang dilakukan berabad-abad. Masjid ini pada awalnya dibangun di
samping rumah Nabi Muhammad pada tahun 632, 1441 tahun lalu, dan telah melaui
berbagai perencanaan dan perluasan selama lebih dari 1.400 tahun. Tambahan lagi,
Masjid Nabawi adalah satu dari tiga masjid yang dianjurkan dikunjungi oleh Muslim
dengan menempur perjalanan jauh. Jutaan Muslim mengunjungi masjid ini dalam
kesempatan menunaikan ibadah Haji dan Umrah.
Renovasi dan pengembangan terus dilakukan sejak masa Umar bin Khattab,
kemudian ke khalifah Usman, pemerintahan Bani Umayyah, Abbasiah, hingga masa
kekhalifahan Usmani dan era Arab Saudi. Selain peningkatan populasi di Madinah,
landasan asli masjid dipertahankan sebagai sumbu dalam perluasan ke berbagai arah.
Dr. Zarewa mencatat bahwa Khalifah Umar pernah mengatakan tak apa memperluas
masjid ini bahkan hingga sampai Suriah, selagi masih di atas fondasi awalnya. Masjid
ini kini luasnya 100 kali lipat ukuran aslinya dan tersebar hingga hampir menutupi
kota tua Madinah. Pagar luar masjid kini merupakan batas Janatul Baqi, pemakaman
yang pada masa Nabi terletak di kawasan luar kota Madinah.

Perluasan pertama dilakukan di era khalifah Umar, dengan membeli lahan di


kawasan barat, selatan dan utara masjid. Penerus Umar, Usman, juga melakukan
perluasan masjid setelah melakukan konsultasi dengan para sahabat pada 29 H atau
pada tahun 650. Perluasan terus dilakukan di era kekhalifahan Umayyah dan
Abbasiyah yang membuat luas masjid bertambah menjadi 8.890 meter persegi dengan
60 jendela dan 24 pintu. Di era Usmani, juga dilakukan renovasi dan perluasan.
Masjid ini pertama kali dipasangi listrik pada 1909 bersamaan dengan pemasangan
lampu di Semenanjung Arab. Pada era Saudi, Raja Abdulazeez Al-saud pada 1950
memerluas masjid menjadi 16.327 meter persegi, dengan 706 tiang dan 170 kubah.
Terus bertambahnya pengunjung mendorong Raja Faisal pada 1973 mengalokasikan
area seluas 35.000 meter persegi di barat masjid untuk mendukung kegiatan di masjid
tersebut.

Perluasan terbesar dilakukan pada 2012 atas perintah mendiang Raja Abdullah
agar masjid bisa menampung sekitar dua juta jemaah. Kini gabungan luas masjid dan
plaza luasnya 1.020.500 meter persegi (1.300 x 785 meter), dengan rincian kapasitas
masjid dan plaza masing-masing satu juta dan 800.000 jemaah. Raja Abdullah
memerintahkan pemasangan 250 payung besar yang melindungi area seluas 143.000
meter persegi. Kanopi otomatis ini melindungi jemaah dari terpaan matahari dan
hujan. Kini ada 3.200 pekerja yang membersihkan masjid itu. Fase ketiga
pengembangan masjid sedang dilakukan dan pada tahun 2040 diharapkan bisa
menampung tambahan 1,2 juta jemaah.

Masjid Nabawi kini menjadi salah satu masjid terbesar di dunia ini dibangun
dengan dekorasi megah ini dan dilengkapi dengan teknologi canggih. Arab Saudi
menghabiskan miliaran riyal dalam perluasan ini. Kunjungan ke masjid ini merupakan
bagian dari ibadah haji dan umrah namun sebagian besar jemaah selalu ingin
berziarah ke makam Nabi Muhammad. Ukuran masjid itu kini lokasinya mencakup
hampir semua kawasan kota tua Madinah. Beberapa gedung dan bangunan utama
yang ada di sekeliling Masjid Nabawi adalah pemakaman Jannatul Baqi. Ini
merupakan tempat pemakaman bagi ratusan sahabat Nabi. Bangunan lain di sekitar
masjid adalah berbagai kantor pemerintah dan fasilitas kesehatan, hotel mewah, pusat
perbelanjaan dan jalan-jalan utama.
Masjid dibangun dengan arsitektur dan teknologi yang menakjubkan, dengan
presisi dan kemegahan di seluruh gedung. Keindahan masjid ini ada pada teknologi,
arsitektur, pengelolaan, efisiensi dan presisinya, mulai dari interior sampai bagian
luarnya. Mulai dari dalam gedung hingga ke halaman, dan atap gedung, masjid ini
dipenuhi berbagai ornamen yang memanjakan mata. Dari ukuran dan tinggi, kubah
dan menara, halaman dan kanopi, atap dan langit-langit serta sistem pengeras suara,
pendingin, dinding dan lantai, pintu dan tangga, pilar bahkan karpet. Semuanya
mengandung keindahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Masjid memiliki setidaknya 41 gerbang. Di atas setiap pintu, terdapat plakat batu
dengan aksara Arab: "Masuklah dengan damai dan aman" (diambil dari Surat Al-hijr,
15:46). Jumlah keseluruhan pintu adalah 85. Beberapa gerbang memiliki pintu satu,
dua, tiga atau bahkan lima. Berikut adalah nama-nama gerbang yang ada di Masjid
Nabawi ;
Bab Al-salam
Bab Abubakar Siddiq
Bab Al-rahmah
Bab Al-hijrah
Bab Quba
Bab Al-malik Sa'ud
Babu Imam Al-bukhari
Bab Al-aqiq
Bab Al-sultan Abdulmajid
Bab Umar bn Al-Khattab
Bab Badr
Bab Al-malik Fahd
Bab Uhud
Bab Usman bn Affan
Bab Ali bn Abi-talib
Bab Abu-zar
Bab Al-imam Muslim
Bab Al-malik Abdulaziz
Bab Makka
Bab Bilal
Bab Nisa'
Bab Jibril
Bab Al-baqi'
Bab Al-ana'iz
Bab Al-a'imma

Mimbar Nabi, tempat Nabi Muhammad menyampaikan khotbah, merupakan


salah satu tempat paling dianggap berharga di Masjid Nabawi. Mimar pertama di
masijd dibuat dari kayu kurma dan punya tiga anak tangga. Khalifah penerus Nabi
juga menggunakan mimbar saat menyampaikan khotbah. Pada masa kekhalifahan
Abu Bakar dan Umar, mereka menyampaikan khotbah dari anak tangga kedua.
Khalifah Usman sempat menyampaikan khotbah dari anak tangga pertama, namun
kemudian ia melakukannya dari tangga ketiga, seperti yang dilakukan Nabi
Muhammad. Mimbar Nabi hancur ketika terjadi kebakaran pada 886 H. Kemudian
mimbar dibuat dengan bata, lalu pada Sultan Qaitbay dari dinasti Mamluk
mengirimkan marmer putih untuk menggantinya.

Masjid Nabawi punya beberapa mihrab, tempat imam memimpin salat.


 Yang pertama adalah mihrab asli atau Mihrab Nabawi yang digunakan oleh Nabi
Muhammad saat masjid ini masih dalam keadaan aslinya. Letaknya dekat dengan
mimbar Nabi, dan kini dekat dengan Al Raudah dan Mukabbariyya, tempat
mengumandangkan azan.
 Mihrab kedua adalah Mihrab Usmani, yang masih digunakan sekarang. Mihrab
ini dibangun saat perluasan masjid pada era khalifah Usman, terakhir kalinya
dilakukan perluasan ke arah utara masjid.
 Mihrab ketiga, menurut Dr. Akhter, disebut sebagai Mihrab Suleymaniyah atau
Mihrab Ahnaf, yang dibuat atas perintah Sultan Sulaiman. Imam dari mazhab
Hanafi memimpin salat dari mihrab ini, sementara imam dari mazhab Maliki
memimpin dari Mihrab Nabawi.

Kubah Hijau adalah salah satu monumen paling mencolok di Masjid Nabawi.
Kubah ini dibangun di atas ruang yang menjadi tempat makam Nabi Muhammad. Al
Samhudi dalam "Wafa Al-Wafa" mengatakan kubah pertama dibangun di situ sesudah
650 tahun, pertama kalinya pada tahun 1279 (678 H) oleh Sultan Qalawun, terbuat
dari kayu. Kubah Hijau yang kita lihat sekarang ini sebetulnya adalah kubah bagian
luar. Ada kubah bagian dalam yang lebih kecil, dan ada nama Nabi Muhammad, Abu
Bakar dan Umar terukir di dalamnya. Kubah itu berbentuk persegi di dasar, dan
persegi delapan dari atas serta direnovasi setelah terbakar beberapa kali. Sultan Ghazi
Mahmud pada masa kekhalifahan Usmani sempat membangun ulang kubah itu.
Badan Pengelola mengatakan perpustakaan dibangun di Masjid Nabawi pada
tahun 1352 Hijriah atas usul Direktur Awkaf Madinah, Obaid Madani ketika itu.
Beberapa buku bertarikh sebelum perpustakaan dibangun seperti Maktabah Sheikh
Mohammed Aziz Al-Wazir, tahun 1320 H. Buku ini termasuk yang dibawa ke sana
sesudah perpustakaan dibangun. Selain ruang baca, perpustakaan memiliki Ruang
Audio (Seks i17), untuk menyimpan materi kuliah, khotbah dan salat. Sedangkan
Bagian Teknis (terletak di pintu 22) bertugas dalam penjilidan, restorasi dan sterilisasi
naskah-naskah tua. Seksi Buku Langka menyimpan buku langka dari segi usia
pencetakan, dekorasi, bentuk, gambar dan sebagainya. Seksi lain termasuk juga Seksi
Naskah, Perpustakaan Digital, Riset dan Penerjemahan, Keamanan dan Keselamatan,
Hadiah dan Penukaran serta Seksi Sirkulasi dan seksi-seksi lain. Perpustakaan ini
memiliki ruang baca untuk pria, perempuan dan anak-anak. Terletak di dalam masjid,
di lingkaran kedua Bab Usman, bisa digunakan oleh semua pengunjung.

Masjid Nawabi, salah satu masjid terbesar di dunia, dihias dengan dekorasi
menakjubkan dan teknoogi yang penuh presisi yang memakan biaya miliaran riyal
untuk rekonstruksi, pengembangan dan dekorasi. Masjid ini menampung jutaan
Muslim setiap tahunnya, terutama saat bulan Ramadan dan musim Haji. Penjaga
masjid, raja Arab Saudi, terus berupaya memperindah dan mempernyaman masjid ini.
Kunjungan ke masjid tidak menjadi bagian dari ibadah haji dan umrah, tapi para
jemaah umumnya tidak puas melakukan ibadah tersebut tanpa mengunjungi Masjid
Nabawi, berada di dalamnya dan mengucapkan salam ke arah makam Nabi
Muhammad.

2. Makam Rasulullah

Lokasi rumah Nabi awalnya berada di samping masjid dan di sanalah Nabi wafat
dan dimakamkan - di ruang Aisyah. Kini makam Rasulullah SAW yang berada di
kawasan Raudhah (taman surga) di Madinah tak pernah sepi dari peziarah. Di tempat
ini, setiap peziarah dianjurkan untuk memperbanyak berdoa kepada Allah SWT.
Makam Rasul adalah salah satu tempat teristimewa di tanah suci. Sebab tempat ini
merupakan ruang pribadi (kamar) Rasulullah dan istrinya, Aisyah. Mengapa Rasul
dimakamkan di kamar Aisyah?

Sebenarnya ketika Rasulullah SAW wafat, terjadi perdebatan di antara para


sahabat. Para sahabat berbeda pendapat tentang lokasi pemakaman Rasul. Ada
sahabat yang memberi saran agar Rasulullah SAW dimakamkan di mimbarnya,
tempat Rasul berkhutbah. Ada juga yang menyarankan lokasi makam Rasulullah di
mihrabnya yakni tempat beliau mengimami shalat. Di tengah perdebatan itu, Abu
Bakar datang dan berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, tak
seorang Nabi pun meninggal dunia kecuali dimakamkan di tempat dia meninggal.”

Apa yang disampaikan Abu Bakar pun menjadi penengah perdebatan yang terjadi
di antara para sahabat. Sekaligus menjadi argumen mengapa Nabi Muhamad SAW
dimakamkan di kamar Aisyah. Menurut petunjuk hadis Rasulullah bahwa para nabi
dikuburkan di mana mereka wafat. Oleh sebab itu, disepakatilah untuk menguburkan
Rasulullah di kamar Aisyah itu, di tempat beliau wafat.

Ketika Nabi SAW wafat, para sahabat mencium bau yang sangat harum dari jasad
Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari
tentang kisah wafatnya nabi, bahwa ketika Abu Bakar datang dan membuka penutup
wajah Rasul, Abu Bakar berkata: “Demi Allah dan ibuku, sungguh engkau tetap
harum sewaktu hidup maupun mati.”

Ketika Abu Bakar sakit, ia meminta izin Aisyah agar bisa dimakamkan di dekat
makam Nabi Muhammad, dan Aisyah setuju. Umar bin Khattab -- khalifah kedua --
juga mengajukan permintaan yang sama dan Aisyah, yang merupakan anak Abu
Bakar, juga mengizinkan. Perluasan masjid selama berabad-abad membuat kamar,
makam dan bangunan di samping masjid kini menjadi bagian dari masjid. Kubah
Hijau yang terkenal kini terletak di dalam kamar ini.

Pada masa Al Walid I Sulayman ibn Abdul Malik (715-717 m) dari Dinasti
Umayah Makam Rasulullah saw dimasukan kedalam masjid atas rekomendasi dari
saudara tirinya yaitu Umar ibn Abdul Aziz (kelak menggantikan Al Walid ibn Abdul
Malik sebagai Khalifah Umar II). Perihal dimasukannya makam nabi Muhammad
juga dijelaskan bahwa pada masa itu dibutuhkan penambahan luas masjid Rasul
ketika jumlah kaum muslimin semakin banyak, penambahan itu sampai memasukan
rumah istri-istri nabi ke dalam masjid yang diantaranya adalah kamar Aisyah dimana
terdapat makam Rasulullah dan dua orang sahabatnya, Abu bakar dan Umar ibn
Khattab didalamnya, maka merekapun membangun dinding yang tinggi yang
mengelilingi makam tersebut, agar makam itu tidak tampak di dalam masjid.
3. Raudhah

Surga memang masih belum bisa dinikmati oleh umat Islam di dunia, sebab umat
Islam masih harus melewati berbagai fase di akhirat untuk bisa masuk ke surga.
Meskipun demikian, umat Islam masih bisa berkunjung ke satu-satunya “taman surga”
yang ada di dunia. Lalu dimanakah taman surga tersebut berada? Taman surga yang
dimaksud adalah Raudhah atau Raudhatul Jannah yang terletak di Madinah.

Dahulu Raudhah terletak di luar halaman Masjid Nabawi, yaitu di antara rumah
Rasulullah SAW dan mihrab atau mimbar di Masjid Nabawi. Dengan perluasan dan
renovasi Masjid Nabawi, lokasi Raudhah terletak di dalam masjid, dengan ukurannya
yang hanya 22 x 15 meter. Di area ini selalu ada petugas keamanan dan kebersihan.
Lokasi itulah yang menjadi taman surga yang tak pernah sepi oleh jamaah haji dan
umroh. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tempat yang di antara rumahku
dan mimbarku adalah raudhah (taman) di antara taman-taman surga.” (HR. Bukhari)

Al Raudah kini dihiasi dengan dekorasi seperti karpet dan berbagai ornamen.
Kawasan Raudhah ditandai dengan karpet berwarna hijau muda yang sangat berbeda
dengan warna karpet di ruangan lain di dalam masjid Nabawi. Sebab ruangan lain di
dalam masjid Nabawi didominasi dengan karpet yang berwarna merah. Kawasan
Raudhah juga memiliki 5 pilar atau tiang yang berwarna putih dengan atap yang
berhiaskan ornamen kaligrafi klasik.
Raudhah adalah tempat yang sangat mulia dimana dahulu Rasulullah SAW
melakukan ibadah, memimpin salat, menerima wahyu dan juga menjadi tempat
ibadah bagi para sahabat. Lokasi Raudhah sebenarnya merupakan tempat shaf bagi
para laki-laki dan hanya terbuka bagi kaum perempuan pada jam-jam tertentu. Yaitu
pada saat waktu dhuha, waktu dhuhur, dan waktu isya. Dengan ukuran 22 x 15 meter,
Raudhah pun hanya cukup untuk menampung beberapa puluh jamaah.

Meskipun begitu, Raudhah selalu menjadi salah satu tempat yang diperebutkan
oleh ribuan jamaah haji dan umroh. Lalu mengapa ribuan jamaah tersebut berebut
untuk memasuki Raudhah? Rupanya, Raudhah yang bersebelahan dengan makam
Rasulullah SAW di dalam kompleks Masjid Nabawi merupakan tempat yang sangat
mustajab untuk berdoa. Dengan berdoa di Raudhah, maka doa pun niscaya akan
dikabulkan oleh Allah.

Oleh sebab itulah Raudhah selalu diperebutkan oleh ribuan jamaah yang rela
mengantri untuk melakukan ibadah di Raudhah. Tak hanya itu, beribadah di Raudhah
juga memiliki pahala yang sangat besar. Siapa saja yang salat di sana seakan-akan ia
telah duduk di taman dari taman-taman surga dan pahalanya pun berlimpah.
Sebagaimana melakukan salat di masjid Nabawi yang pahalanya dilipatgandakan
1000 kali dari shalat di masjid lain kecuali Masjidil Haram.

Untuk memasuki kawasan Raudhah, para jamaah harus bersabar mengantri


dengan para jamaah lainnya. Selain itu, datanglah ke masjid pada awal pintu masjid
dibuka agar memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan salat, zikir dan
membaca Alquran di kawasan tersebut. Kawasan Raudhah akan benar-benar terasa
seperti taman surga saat para jamaah melantunkan takbir, tahmid, tahlil, shalawat
kepada Rasulullah SAW dan doa lirih yang dipanjatkan.

Satu hal yang perlu diingat, Raudhah berada di antara makam Rasulullah SAW
dan makam para sahabat. Oleh sebab itu, saat berdoa hendaknya tidak menghadap ke
makam namun menghadap ke kiblat. Selain itu, saat mengunjungi makam Rasulullah
SAW tak perlu mengusap-usap jendela makam ataupun mencium makam Rasulullah
SAW. Sebab hal tersebut tidak dianjurkan dalam syariat Islam, cukup lantunkan saja
shalawat kepada Rasulullah SAW dan para sahabat beserta keluarga.

Demikianlah Raudhah, taman surga yang menjadi salah satu tempat mustajab
untuk berdoa. Sehingga Umat Islam sangat dianjurkan untuk mengunjungi Raudhah
dan berdoa di sana. Selain doa akan mudah dikabulkan, beribadah di Raudhah juga
akan memberikan pahala yang melimpah.
4. Masjid Quba

Bagi jemaah haji dan umrah, mengunjungi Masjid Quba di Madinah dan sholat 2
rakaat di dalamnya sepertinya tak boleh dilewatkan. Tempat ini sangat spesial dan
bersejarah sebab masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Masjid Quba adalah masjid pertama yang
dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba,
letaknya di pinggir kota Madinah sekitar 5 km di sebelah selatan masjid Nabawi.

Dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah dan para sahabat
singgah di Quba selama empat hari. Sebagai pertanda bahwa agama Islam ada di sini,
Rasulullah kemudian memerintahkan para sahabat membangun masjid untuk sholat
berjemaah. Menariknya, dalam proses pembangunan Masjid Quba, Nabi Muhammad
ikut terlibat sendiri membawa bahan-bahan bangunan. Bahkan, badan Rasulullah
dipenuhi debu dan pasir. Setelah masjid Quba selesai dibangun, Nabi Muhammad
turut memimpin salat terbuka untuk para sahabat. Bahkan, Rasulullah semasa
hidupnya selalu pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, Senin, dan Kamis untuk
melaksanakan salat dua rakaat, baik dengan berkendara maupun berjalan kaki

Sejarah Masjid Quba dibangun pada 8 Rabiul Awwal atau 23 September 622
Masehi. Masjid ini berdiri di atas kebun kurma seluas 1.200 meter persegi. Kemudian,
masjid direnovasi sehingga luasnya saat ini mencapai 5.860 meter persegi sehingga
dapat menampung 20 ribu jamaah. Masjid Quba telah mengalami beberapa kali
rerenovasi. Namun nuansa tradisional dalam arsitekturnya tetap dipertahankan.
Masjid ini memiliki enam kubah besar, masing-masing berdiameter 12 meter dan 56
kubah kecil berdiameter enam meter.

Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul
Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Sakarang renovasi
masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Masjid Quba ini telah direnovasi dan
diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini
menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung
hingga 20 ribu jamaah.
Megah, dengan menara menjulang ke langit, Masjid Quba kini menjadi bukti
nyata perjalanan Rasulullah SAW di Madinah. Bercat putih berbentuk segi empat,
seakan menunjukkan tentang jejak suci Nabi Muhammad menyiarkan agama Islam
semasa hidupnya. Masjid Quba, termasuk salah satu masjid yang disebutkan dalam
ayat suci Alquran.
"Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak
hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di
dalamnya....(Surah At Taubah, 108).

Ayat Alquran ini yang terpampang dalam sebuah tulisan di pintu masuk masjid.
Selain merupakan masjid pertama yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah,
Masjid Quba memiliki cerita keistimewaan lain. Mengunjungi Masjid Quba dan
sholat sunnah di dalamnya memiliki keutamaan yang luar biasa. Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan Tirmidzi disebutkan bahwa sholat dua rakaat di Masjid Quba,
pahalanya sama dengan ibadah umrah. Keutamaan salat di Masjid Quba dituliskan
dalam pintu masuk masjid.

5. Masjid Jumah

berjarak sekitar enam kilometer dari Masjid Nabawi, sebuah bangunan masjid
terlihat mencolok di kawasan Al Jomah, Madinah. Persis di sudut perempatan jalan,
masjid itu didominasi warna putih. Dengan pelataran parkir di sisi jalan, masjid cukup
mudah dijangkau. Satu menara menjulang tinggi dengan satu kubah utama yang diapit
empat kubah kecil menjadi cirinya. Terletak di barat daya Madinah, Masjid Jum'ah
juga dekat dengan Masjid Quba'. Hanya berjarak sekitar 900 meter ke arah utara
Masjid Quba'.

Dalam sejarahnya, saat perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah, pada Senin, 12
Rabiul Awal Tahun 1 Hijriah, Rasulullah SAW bersama para Muhajirin singgah di
Quba' selama empat hari. Pada Jumat pagi, Rasulullah dan pengikutnya melanjutkan
perjalanan ke Madinah, dan berhenti di wilayah Wadi Ranuna'. Di wilayah ini,
Rasulullah dan rombongan kemudian menunaikan salat Jumat berjamaah untuk
pertama kalinya. Khutbah yang disampaikan Rasulullah adalah juga merupakan
khutbah Jumat yang pertama kali. Karena itu, wilayah tersebut kini dinamakan Al
Jomah.

Dilihat dari bentuk bangunan, Masjid Jum'ah tidak banyak memiliki ornamen di
bagian eksteriornya. Namun, ciri umum masjid yang biasa ada di Madinah maupun
Arab Saudi, cukup kentara, yakni menara dan kubah. Berbeda dengan Masjid Quba'
dengan empat menara, Masjid Jum'ah hanya memiliki satu menara yang bentuknya
cenderung runcing di atasnya. Sepintas mirip ujung sebuah pensil.
Melingkari kubah besar, beberapa pasang jendela tampak tertata rapi. Dengan
arsitektur yang masih menonjolkan bentuk-bentuk lengkungan di bagian atasnya. Di
atas jendela terdapat semacam garis pembatas ke puncak kubah yang melingkar
dengan ornamen lengkung berwarna abu-abu. Ornamen ini seakan menjadi aksen
pemanis bentuk kubah yang tidak terlalu melengkung tinggi.

Dari beberapa literatur disebutkan, masjid ini pertama kali dibangun dari batu dan
hancur beberapa kali. Masjid pun mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi kedua
sempat dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa Kekhalifahan Abbasiyah
antara tahun 155-159 Hijriah. Pada akhir abad ke-9 Hijriah, direnovasi kembali oleh
Syamsuddin Qawan. Selanjutnya, renovasi pada masa Kekhalifahan Utsmaniyah
dipimpin oleh Sultan Bayazid. Renovasi berikutnya dilakukan oleh Sayyid Hasan
Asy-Syarbatli pada pertengahan abad ke-14 Hijriah. Sebelum renovasi, Masjid Jum'ah
terakhir memiliki panjang delapan meter, lebar 4,5 meter, tinggi 5,5 meter, dan satu
kubah yang terbuat dari bata merah. Di sebelah timur terdapat halaman dengan
panjang 8 meter dan lebar 6 meter. Dengan hanya dapat menampung lebih dari 70
jamaah

Sementara itu pada masa Raja Fahd, renovasi pada 1409 Hijriah oleh
Kementerian Wakaf Arab Saudi, dengan menghancurkan bangunan lama, dan
membuat bangunan baru. Termasuk di antaranya tempat tinggal untuk imam, muadzin,
perpustakaan, Madrasah Tahfidz Al-Quran, ruang salat untuk perempuan dan kamar
mandi. Pada tahun 1412 Hijriah, Masjid Jum'ah dibuka untuk umum dengan kapasitas
650 jemaah.

Saat musim haji, masjid ini memang tidak seramai dikunjungi layaknya Masjid
Quba’. Masjid Al Jum’ah Madinah hingga saat ini mempunyai menara tinggi yang
sangat indah dan megah, sementara kubah berada tepat diatas area shalat dibagian
tengah dengan ditambahkan empat kubah kecil yang sangat indah. Keindahan masjid
inilah yang dapat memikat para jamaah haji atau umrah untuk melakukan shalat di
masjid Al-Jum’ah.
6. Makam Syuhada Uhud

Makam Syuhada Uhud adalah sebuah tempat bersejarah di Madinah, Arab Saudi
terletak 5 kilometer utara Masjid Nabawi tepatnya di antara Gunung Uhud dan Bukit
Rumat. Oleh karena itu, Gunung ini mendapatkan tempat yang istimewa bagi muslim,
sesuai dengan Hadits nabi: Gunung Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan
kami mencintainya. Gunung ini memiliki tinggi sekitar 1.050 meter dengan panjang 7
km, yang terdiri atas batuan granit, marmer merah, serta batu-batu mulia. Jabal Uhud
adalah bukit yang dijanjikan di surga. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan HR
Bukhari, Nabi SAW bersabda, "Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang
ada di surga."

Tempat ini merupakan pemakaman bagi 70 sahabat Nabi Muhammad yang gugur
pada Pertempuran Uhud, antara lain Hamzah bin Abdul Muthalib (Paman Nabi),
Mush'ab bin 'Umair, Hanzholah bin Abi 'Amir, Amru bin al-Jamuh dan Abdullah bin
Amr bin Haram. Rasulullah Shallallahu ' Alaihi wa Sallam memerintahkan jenazah
mereka dimakamkan di lembah Jabal Uhud. Makam ke-70 Syuhada Perang Uhud
tersebut kini dikelilingi pagar yang terbuat dari besi dan kaca transparan. Keputusan
memagar makam tersebut dilakukan untuk menghindari peziarah berlaku berlebihan.

Dari luar pagar, makam ke-70 syuhada itu hanya terlihat berupa hamparan tanah.
Di bagian tengah ada dua batu, yang dalam budaya Arab itu sebagai nisan tanpa nama.
Dua nisan itu diperkirakan adalah tanda dari makam Hamzah bin Abdul Muthalib dan
Mush'ab bin 'Umair. Saat terjadi banjir besar melanda tanah Arab, termasuk lembah
Jabal Uhud. Banjir pada tahun 2013 menyebabkan beberapa jenazah syuhada Uhud
terangkat ke atas. Kaum Muslimin pun memakamkan kembali jenazah para Syuhada
Uhud. Namun mereka tak mengenali identitas jenazah-jenazah tersebut. Hanya ada
dua jenazah yang kemudian diketahui identitasnya yakni: Hamzah bin Abdul
Muthalib dan Mush'ab bin 'Umair.
Mereka mengenali jenazah Hamzah dari posisinya yakni memegang perut ada
luka sayatan di pipi dan dada. Sementara jenazah Mush'ab dikenali karena ada
beberapa bagian tubuhnya yang hilang. Meski sudah 1400 tahun dari kematiannya,
namun jenazah mereka masih utuh. Bahkan disebut masih ada darah mengalir dari
jenazah para Syuhada tersebut. Dua jenazah itu kemudian dimakamkan dan diberi
batu sebagai tanda nisan. Berdasarkan fakta tersebut, maka sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Alquran yang artinya,"Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rezeki." (QS. Ali Imran :169).

Hamzah gugur setelah dilempar tombak dari belakang oleh Wahsyi, seorang
budak pembesar Quraisy Jubair bin Muth'im. Dia dijanjikan akan dimerdekakan jika
berhasil membunuh Hamzah. Wahsyi yang ahli melempar tombak itu pun
menyanggupi. Tatkala terjadi Perang Uhud, dia tak ikut berperang. Dia keluar dari
tenda hanya untuk mencari Hamzah. Maka ketika sudah mengetahui posisi Hamzah,
Wahsy menunggu saat pamanda Rasulullah SAW itu lengah. Kebetulan saat itu
Hamzah sedang bertarung melawan beberapa tentara Quraisy yang mengeroyoknya.
Hamzah berhasil menumbangkan beberapa tentara Quraisy. Namun dia tak sadar ada
musuh yang mengintainya. Saat terlihat ada kesempatan, Wahsy pun melemparkan
tombak ke arah Hamzah yang menembus perut.

Saat tentara Islam terdesak dalam Perang Uhud, Mush'ab didatangi Ibnu Qamaih
yang mengira itu adalah Rasulullah SAW. Ibnu Qamaih mengayunkan pedang ke
tangan kanan Mush'ab yang ketika itu tengah mengangkat tinggi tinggi bendera Islam
untuk menyemangati pasukan Muslim. Terkena sabetan pedang, tangan kanan
Mush'ab pun putus. Tak menyerah, Mush'ab kemudian mengangkat bendera Islam
dengan tangan kiri. Lagi-lagi Ibnu Qamiah mengayunkan pedang dan putuslah tangan
kiri Mush'ab. Mush'ab tetap tak menyerah dan mendekap bendera itu di dadanya.
Hingga akhirnya sebuah anak panah dari tentara Quraisy menembus dadanya.
Mush'ab gugur sebagai Syuhada Perang Uhud.

Anda mungkin juga menyukai