METODE PENELITIAN
23
e. Botol sampel, digunakan untuk mengambil sampel air pada kedalaman
tertentu.
f. Botol sampel airtanah, digunakan untuk menyimpan dan membawa
sampel air dari lapangan ke laboratorium.
g. Bor sampel mineral, digunakan untuk mengambil sampel mineral pada
kedalaman tertentu.
h. Peralatan analisis laboratoium.
i. Perangkat keras, (CPU, komputer, monitor, printer) dan alat tulis.
24
2.2. Cara Penelitian
2.2.1. Pemilihan Daerah Penelitian
Berdasarkan geomorfologi, daerah penelitian merupakan daerah yang
memiliki variasi bentuklahan kompleks. Bentuklahan asal proses struktural
Perbukitan Baturagung, bentuklahan dataran koluvial dari rombakan Perbukitan
Baturagung, dan bentuklahan dataran aluvial asal proses fluvial dari Sungai Oyo
dan Opak. Daerah penelitian memiliki variasi kondisi batuan penyusun, yaitu
Formasi Semilir, Aluvium, Endapan Gunungapi Merapi, Sambipitu, Wonosari dan
Nglanggeran. Kondisi geomorfologi berdasarkan variasi batuan dan bentuklahan
yang terdapat di daerah penelitian, memiliki komposisi kimia airtanah dari kontak
mineral batuan yang menentukan tipe kimia airtanah dengan proses reaksi kimia
berbeda. Proses hidrogeokimia tersebut dapat diketahui dari nilai indeks
kejenuhan airtanah.
Alasan lain dipilihnya Kecamatan Imogiri sebagai daerah penelitian adalah
ingin mengetahui informasi berbagai kondisi akuifer di setiap perlapisan batuan
yang mengandung airtanah (hidrostratigrafi) dan jaring-jaring airtanah selama
pengalirannya. Dalam sistem aliran airtanah dalam berbagai kondisi akuifer
terjadi proses hidrogeokimia airtanah. Kegunaan airtanah salah satunya untuk
pemenuhan kebutuhan air minum, maka dibuat arahan pemanfatan airtanah untuk
kebutuhan air minum di daerah penelitian.
25
tersebut, maka dilakukan teknik pengukuran sampel dari sumur gali di daerah
penelitian.
Pengukuran sumur gali bertujuan untuk memperoleh data kedalaman muka
airtanah. Data kedalaman muka airtanah ini diperlukan untuk mengetahui tinggi
muka airtanah, sehingga didapatkan nilai hydraulic head (h) = elevasi-muka
airtanah (TMA), menghubungkan tinggi muka air yang sama selanjutnya dibuat
arah aliran airtanah, arah tersebut dibuat tegak lurus kontur airtanah. Jaring-jaring
airtanah yang diilustrasikan pada Gambar 2.1.
A. Sampel Airtanah
Pengambilan sampel airtanah didapatkan dari sumur gali warga setempat.
Sampel airtanah tersebut merupakan airtanah dalam kondisi segar yaitu air yang
berasal dari akuifer tanpa adanya kontak langsung dengan udara luar, karena
airtanah yang mengalami kontak dengan udara akan mengalami proses oksidasi.
26
Airtanah yang diambil pada sumur terbuka, dimana kondisi sumur gali yang
demikian akan mudah terjadinya penambahan volume oleh air hujan yang akan
mengubah komposisi kimia airtanah pada akuifer.
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sejumlah volume air di
dalam badan air kedalam botol sampel. Pengambilan sampel airtanah pada lokasi
sumur dapat pula dilakukan dengan pemompaan. Pemompaan bertujuan agar
terjadi aliran yang konstan antara debit dengan laju penambahan volume airtanah
yang berasal dari akuifer.
Pertimbangan pengambilan sampel airtanah memperhatikan batas pada
satuan pemetaan airtanah pada satuan perlapisan penyusun akuifer pada setiap
satuan bentuklahan. Penyusun akuifer tersebut memiliki lapisan-lapisan tertentu,
terutama mineral batuan mudah terlarut yang masih segar/singkapan batuan.
Nama dan susunan kimia seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Deskripsi Mineralogi Berdasarkan Nama dan Susunan Kimia (Doddy, 1987)
Mineral Rumus Kimia Unsur Kimia
Ortoklas K Al Si O8 Kalium, Alumunium, Silisium, Oksigen
Albit Na Al Si3 O8 Natrium, Alumunium, Silisium, Oksigen
Anortit Ca Al2 Si2 O8 Kalsium, Alumunium, Silisium, Oksigen
Kwarsa Si O2 Silisium, Oksigen
R Si O3, R=Mg, Ca, Fe-3, Fe-
Piroksin 2 Kalsium, Magnesium, Besi, Hydrogen, Oksigen
Al
Terdapat air atau gas valatile Kalsium, Magnesium, Besi, Alumunium, Silisium,
Amfibol
(F,Cl) Oksigen, Hydrogen Alkali
Muskovit K Al3 Si 3 O10 (OH)2 Kalium, Alumunium, Silisium, Hydrogen
Kalsium, Besi, Magnesium,Silisium, Oksigen,
Biotit K (Mg,Fe)3 Si3 O10 (OH)2
Hydrogen
Olivin (Mg,Fe)2 Si O4 Magnesium, Besi, Silisium, Oksigen, Alumunium
Pirit Fe S2 Besi, Belerang
R3 R2 (SiO4)3, R3=Ca, Mg, F Kalsium, Magnesium, Alimunium, Besi, Mangan,
Garnet atau Mn Silisium, Oksigen
R2=Al, Fe, Ti atau Cr
Magnetit Fe3 O4 Besi, Oksigen
Hematit Fe2 O3 Besi, Oksigen, Air
Ilmenit Fe Ti O3 Besi, Titanium, Posfor, Oksigen
Opatit Ca (Fe,Cl) (PO4)3 Kalsium, Klorium, Posfor, Oksigen
Flourit Ca F2 Kalsium, Flour
Kaolin Al2Si2 O5 (OH)4 Alimunium, Silisium, Oksigen, Hydrogen
Barit Ba SO4 Barium, Belerang, Oksigen
Kalsit Ca CO3 Kalsium, Karbon, Oksigen
Dolomit Ca Mg (CO3)2 Kalsium, Magnesium, Karbon, Oksigen
Siderit Fe CO3 Besi, Karbon, Oksigen
27
Lanjutan Tabel 2.1.
Mineral Rumus Kimia Unsur Kimia
Klorit (Mg,Fe)5Al(OH)8 Al Si3 O10 Magnesium, Besi, Alumunium, Silisium, Oksigen
Talk Mg (OH)2 Si4 O10 Magnesium, Silisium, Oksigen, Hydrogen
Serpentin Mg6 (OH)8 Si4 O10 Magnesium, Silisium, Oksigen, Hydrogen
Gipsum Ca SO4 2H2O Kalsium, Belerang, Oksigen, Hydrogen
Halit Na Cl Natrium, Klorida
Apatit Ca5 (Cl F) (PO4)3 Kalsium, Klorida, Besi, Posfor, Oksigen
Epidot Ca2 (Al Fe)2 (Al OH) (SiO4)3 Kalsium, Alumunium, Besi, Posfor, Oksigen
Besi, Oksigen, Hydrogen, Silisium, dan
Nontronit Fe2(OH)2 Si 4 O10 nH2O
Mengandung Air
Feldspar K Al Si 3 O8 Kalium, Alumunium, Silisium, Oksigen
B. Kondisi Akuifer
Informasi berbagai kondisi akuifer berasal dari data sekunder. Data
tersebut didapatkan dari data pendugaan geolistrik penelitian sebelumnya dan data
bor atau data litologi dari Proyek Penyediaan Air Baku (P2AB) dan Dinas
Pertambangan Provinsi D. I. Yogyakarta di wilayah administrasi Kecamatan
Imogiri, Provinsi D. I. Yogyakarta.
28
B. Kondisi Akuifer
Pengumpulan data dalam menentukan kondisi akuifer diperlukan data bor
atau model hidrostratigrafi yang diperoleh dari instansional dan penelitian
sebelumnya. Data tersebut merupakan data sekunder. Pengolahan data yang siap
dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta tematik.
29
∑ zmc = ∑ zma
Dimana :
z = Valensi ion
∑mc = Molalitas kation
∑ma = Molalitas anion
ataupun juga dapat ditunjukkan dengan menggunakan prosentase dari tingkat
kesetimbangan beban (charge-balance error) yang ditunjukkan dalam persamaan
berikut :
E=
∑ zmc − ∑ zma
× 100
∑ zmc + ∑ zma
berikut : Q=
[A]a .[B]b
[C ]c .[D]d
Keq = Konstan kesetimbangan mineral seperti ditunjuk pada Tabel 2.2.
30
Tabel 2.2. Reaksi Pemisahan, Keq dan Daya Larut Beberapa Mineral
(Freeze dan Cherry, 1979)
Daya
Konstan
Larut
No Mineral Reaksi Pemisahan Kesetimbangan
pada pH 7
(Keq)
(g/m3)
1 Gibbisite Al2O3.2H2O+H2O = 2Al3++6OH- 10-34 0.001
2 Quartz SiO2+2H2O = Si(OH)4 10-3.7 12
3 Hydroxylapatite Ca5OH(PO4)3 = 5Ca2++3PO43-+OH- 10-55.6 30
4 Amorphous Sillica SiO2+2H2O = Si(OH)4 10-2.7 120
5 Fluorite CaF2 = Ca2++2F 10-9.8 160
6 Dolomite CaMg(CO3)2 = Ca2++Mg2++2CO3- 10-17.0 90, *480
7 Calcite CaCO3 = Ca2++CO32- 10-8.4 100, *500
8 Gypsum CaSO4. 2H2O = Ca2++SO42-+2H2O 10-4.5 2100
9 Sylvite KCl = K++Cl- 10+0.9 264.000
10 Epsomite MgSO4.7H2O = Mg2++SO42-+7H2O - 267.000
11 Mirabilite Na2SO4.10 H2O = 2Na++SO42-+10H2O 10-1.6 280.000
12 Halite NaCl = Na++Cl- 10+1.6 360.000
Sumber : Kodoatie, 1996 * tekanan parsiil CO2 = 10-3 bar
-
tekanan parsiil CO2 = 10-1 bar
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa proses indeks kejenuhan yang terjadi
dalam airtanah menurut Jankowski, 2001 adalah :
SI = 1 Kondisi setimbang atau stabil
SI > 1 terjadi pengendapan
SI < 1 terjadi disolusi atau pelarutan
B. Kondisi Akuifer
Pengolahan data kondisi akuifer menggunakan perangkat lunak IPI2Win.
Pengolahan data pendugaan geolistrik ditabulasikan kedalam basis data IPI2Win.
Hasil dari pengolahan tersebut akan menampilkan 2 bentuk data, pertama data
berupa tabel dan grafik, untuk menentukan profil secara vertikal stratigrafi dari
kondisi titik pendugaan geolistrik; dan kedua berupa penampang melintang
pseudocross-section stratigrafi batuan dari interpolasi titik-titik pendugaan
geolistrik di daerah penelitian.
Hasil tabulasi data dari tiap pendugaan geolistrik dilakukan inversion
penyajian data dalam mengurangi tingkat nilai error tabulasi dapat minimal,
dimana nilai tersebut < 5 %. Sehingga data dari pendugaan geolistrik yang
dilakukan di lapangan dapat akurat. Kekurangan perangkat lunak ini tidak dapat
menyajikan data secara 3 dimensi dari stratigrafi di daerah penelitian dan
31
perangkat tersebut mudah mengalami kondisi error dalam penyimpanan basefile
Ipi-format.
32
asin. Kemudian dibuat penampang secara melintang tegak lurus memotong setiap
bentuklahan.
33
Expanded Square-Piper Diagram
Na + K a v a r a g e s e a w a te r 10 0 %
0 %
VI
Vc
e
lin
III
ng
ixi
IV b Vb
lm
pa
ci
p in
Cl + SO4
II
IV a
I
Va
av arag e c a t io n e x c h a n g e c o n s t a n t ( m e q )
b ic a r b o n a t
w a te r
10 0 % 0 %
Ca + Na
Kelompok I
Airtanah bikarbonat dari kalsium dan magnesium. Ciri-cirinya adanya
kandungan kalsium, magnesium dan karbonat yang tinggi, serta kandungan
natrium dan kalium yang rendah; sedangkan kandungan klorida dan sulfat
berkisar dari rendah hingga sedang. Jumlah zat padat terlarut pHnya relatif
rendah. Biasanya airtanah ini berasal dari kipas aluvial, hasil proses fluvial.
Kelompok II
Airtanah mempunyai komposisi antara kation Ca + Mg dan Na + K
dengan anion Cl + SO4 dan HCO3 + CO3. Kandungan Cl- dan SO42- sedang,
HCO3- sedang hingga cukup tinggi, dalam kelompok ini masih di dominasi oleh
air bikarbonat. Airtanah pada umumnya tawar dengan kualitas cukup baik dan
dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Airtanahnya berasal dari daerah
34
dengan morfologi berupa dataran banjir pada dataran rendah pantai, merupakan
hasil sedimentasi dari proses fluvial.
Kelompok III
Airtanah berasal dari airtanah dangkal. Kandungan Cl + SO4, Ca + Mg
tinggi, kandungan Na + K dan HCO3 + CO3 rendah. Airtanah berasa payau hingga
asin, kadang-kadang berbau. Kandungan sulfatnya tinggi, biasanya melebihi batas
maksimum yang dianjurkan (200 ppm) bahkan sering melebihi batas maksimum
yang dibolehkan untuk keperluan air minum (400 ppm). Airtanah ini berasal dari
daerah rawa dan dataran delta.
Kelompok IV
Komposisi campuran. Kandungan HCO3 + CO3 rendah hingga cukup
tinggi, kandungan Ca + Mg rendah, kandungan Na + K sedang hingga cukup
tinggi terutama dipengaruhi oleh campuran tanpa banyak kontaminasi oleh sulfat.
Selain itu ada unsur yang menunjukkan pertukaran kation. Sub-kelompok IVa
airtanahnya tawar hingga payau dengan kualitas cukup baik. Sub-kelompok IVb-
IVc merupakan airtanah dengan rasa payau hingga asin, kualitasnya cukup baik
hingga buruk, yang disebabkan kandungan Cl- dan SO42- yang tinggi.
Kelompok V
Airtanah kelompok ini merupakan komposisi yang hidrokimianya diatur
oleh proses pertukaran kation dan percampuran dengan air connate asin.
Komposisi hidrokimia yaitu perbandingan antara Na + K dengan Ca + Mg akan
semakin tinggi. Kandungan Cl- yang rendah terdapat pada bagian diagram Piper
segi empat. Peningkatan kandungan Cl- ditunjukkan dalam diagram dengan
perubahan atau pergeseran kearah atas sejajar dengan sisi sebelah kanan diagram.
Perbandingan antara Na + K dengan Ca + Mg yang tinggi dapat diperkirakan
sebagai suatu tingkat terakhir penghabisan dari pertukaran kation. Airtanah
dengan komposisi seperti ini banyak dijumpai pada sumur-sumur dekat pantai,
kualitas airtanahnya baik, dapat di konsumsi untuk keperluan sehari-hari, terutama
35
pada sub-kelompok Va. Rasa airtanah pada sub-kelompok Va, Vb dan Vc
berturut-turut tawar, payau dan asin sesuai dengan peningkatan kandungan Cl-
nya. Pada sub-kelompok Vc, kandungan Cl-nya tinggi dan melebihi batas
maksimum yang dibolehkan untuk keperluan air minum (600 ppm) sehingga
dianjurkan agar air ini tidak dikonsumsi.
Kelompok VI
Airtanah pada kelompok ini tidak boleh di konsumsi manusia, kandungan
Cl- dan SO42- tinggi. Airtanahnya berasa sangat asin yang berasal dari intrusi air
laut.
Berdasarkan tipe kimia airtanah diketahui, maka analisis dilakukan pada
mineral batuan. Sumber unsur kimia utama yang menyusun komposisi airtanah
dari mineral batuan dapat digunakan untuk mencari hubungan antara proses yang
berlangsung dan mineral utama dalam penyusun kimia airtanah. Analisis mineral
adalah diketahuinya kandungan mineral utama penyusun batuan dan komposisi
kimianya, sehingga dapat digunakan untuk mencari hubungan antara proses yang
berlangsung dan mineral utama yang berperan dalam penyusunan komposisi
kimia airtanah dalam suatu kondisi akuifer.
36
b. menyusun kerangka kerja, kerangka pemikiran dan peta dasar, serta
penentuan jenis dan sumber data.
37
Peta RBI Lembar Imogiri Citra Landsat ETM 457 Peta Geologi
dan Bantul, Skala 1:25.000 Daerah Penelitian Daerah Penelitian
Sampel Airtanah
Analisa Laboratorium
Penelitian Sebelumnya
di Daerah Penelitian
Komposisi Kimia
Airtanah
Arahan Pemanfaatan
Airtanah Daerah Penelitian
Keterangan : : Proses
: Input : Output
38