MODUL
BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015
DRAFT OUTLINE MODUL SKI 2015
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TRANSLITERASI
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. ISI MODUL:
A. Peta Konsep
B. Dasar Hukum
C. Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan
D. Strategi dan Media Pernbelajaran
E. Uraian Materi
F. Rangkuman
G. Latihan (Tugas dan bentuk soal pilihan ganda dan essay)
H. Daftar Pustaka
A. Peta Konsep
Rasional dan elemen perubahan kurikulum
SKL, KI, KD dan strategi
Struktur kurikulum
Prinsip-prinsip pembelajaran
B. Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan
C. Strategi dan Media Pernbelajaran
D. Uraian Materi
E. Rangkuman
F. Latihan (Tugas dan bentuk soal pilihan ganda dan essay)
G. Daftar Pustaka
A. Peta Konsep
Konsep dasar PTK
Prinsip PTK
Model PTK
Metodologi
Sistematika proposal
B. Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan
C. Strategi dan Media Pernbelajaran
D. Uraian Materi
E. Rangkuman
F. Latihan (Tugas dan bentuk soal pilihan ganda dan essay)
G. Daftar Pustaka
A. Peta Konsep
Materi SKI MI
Materi SKI MTS
Materi SKI MA
B. Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan
C. Strategi dan Media Pernbelajaran
D. Uraian Materi
Materi SKI MI
Materi SKI MTS
Materi SKI MA
E. Rangkuman
F. Latihan (Tugas dan bentuk soal pilihan ganda dan essay)
G. Daftar Pustaka
A. Peta Konsep
Penilaian autentik
Penilaian portofolio
Penilaian Kinerja
Penilaian project
Penilaian tertulis
B. Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan
C. Strategi dan Media Pernbelajaran
D. Uraian Materi
E. Rangkuman
F. Latihan (Tugas dan bentuk soal pilihan ganda dan essay)
G. Daftar Pustaka
A. Peta Konsep
Analisis buku guru dan siswa
Silabus
RPP
Media
Bahan Ajar
B. Tujuan Pembelajaran : Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan
C. Strategi dan Media Pernbelajaran
D. Uraian Materi
E. Rangkuman
F. Latihan (Tugas dan bentuk soal pilihan ganda dan essay)
G. Daftar Pustaka
A. Peta Konsep
Etika profesi guru berkaitan dengan Kebijakan umum pembinaan dan
esensi etika profesi guru dalam pengembangan profesi guru, upaya
pelaksanaan proses pendidikan dan peningkatan kompetensi, penilaian
pembelajaran secara profesional, kinerja, pengembangan karir, perlindungan
dan penghargaan
B. Tujuan Pelatihan
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini dan mengikuti pembelajaran dalam PLPG,
peserta dapat menunjukkan sikap positif, menguasai wawasan dan keterampilan yang terkait
dengan :
1. Kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru, upaya peningkatan
kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan di
lingkungan Kementerian Agama, serta etika profesi guru dalam pelaksanaan tugasya
2. Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan
dampak ikutanya.
3. Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap
pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
4. Pengembangan karir guru terutama berkaitan dengan esensi dan ranah
pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
5. Perlindungan dan penghargaan guru terutama berkaitan dengan konsep, prinsip atau
asas, dan jenisjenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk
kesejahteraannya.
6. Etika profesi guru terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di
luar kelas, maupun di masyarakat.
C. Uraian Materi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran
baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan
peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan
yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk
mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif,
menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan,
menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang.
Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang. Aneka
perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia
modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan.
Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap
menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur
peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban
tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan
pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam
realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala
tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru
sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala
dimensinya.
Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial
fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan
kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang
tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya.
2. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan
penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian
kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Prinsip-pinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan
indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik
profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator.
e. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti
perkembangan Ipteks.
f. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan jaman.
g. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui
proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun
institusional.
h. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu
kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari
kompetensi profesinya.
i. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai
kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam
rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi,
mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
j. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan
kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam
melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
k. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan
mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan
berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
m. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara
berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada
standar kompetensi.
n. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan
dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan
penyegaran kompetensi guru;
o. A k u n t a b e l , p e mb i n a a n d a n p e n g e mba n g a n p r o f e s i d a n k a r i r g u r u d a p a t
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
p. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu
memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat
oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan
kompetensi dan kinerja guru.
q. Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari
atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif
guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru
akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya.
Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas
tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, seperti tugas
sebagai kepala Sekolah/Madrasah, wakil kepala Sekolah/Madrasah, kepala laboratorium, dan
kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional
masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat
fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan
untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar
Sekolah/Madrasah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan.
Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan
bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran,
penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar,
koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun
peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri,
baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP,
program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3)
pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik;
(5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam
pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam
menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya
inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan
kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang
relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah.
Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas,
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di Sekolah/Madrasah secara
sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat
fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan
yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang
berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan
yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai
kepala Sekolah/Madrasah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh
kepala dinas pendidikan dan atau bidang pendidikan kementerian agama
Kabupaten/Kota/Provinsi.
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada
guru-guru yang lain, minimal di Sekolah/Madrasah masing-masing, sebagai bentuk kepedulian
dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat
mempercepat proses peningkatan dan pengembangan Sekolah/Madrasah secara
menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan
sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau
nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang
diselenggarakan pada tingkat Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi,
nasional, maupun internasional.
b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang
pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau
minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di Sekolah/Madrasah masing-masing.
Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan disimpan di
perpustakaan Sekolah/Madrasah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
Sekolah/Madrasah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau
bidang pendidikan kementerian agama setempat.
c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku
yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku
pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang
pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus
tersedia di perpustakaan Sekolah/Madrasah tempat guru bertugas. Keaslian buku
harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala Sekolah/Madrasah atau
dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
kepala Sekolah/Madrasah.
c. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan
baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya
inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau
pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara
berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak
sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru
diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional
tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB.
3. Tahap Penilaian
a. Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala nilai 1,
2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1,
atau 2 pada masing‐masing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus
didasarkan kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta bukti‐bukti berupa
dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap
kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing‐masing indikator setiap kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara membandingkan rangkuman catatan hasil
pengamatan dan pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi per
kompetensi dengan indikator kinerja masing‐masing kompetensi
2) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil penilaian kinerja
guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah / Madrasah, nilai untuk setiap
kompetensi direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi
penilaian kinerja yang telah ditetapkan untuk
mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala
nilai sesuai Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009.
3) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai dengan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan persentase angka
kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit
Persentase Angka kredit
Nilai Hasil PK Guru Sebutan
4. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK
Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK
Guru formatif dilaporkan kepada kepala Sekolah/Madrasah/koordinator PKB sebagai masukan
untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim
penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan
kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit
(PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format;
(ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah dan
mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua instrumen,
yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Hasil PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan hasil PK Guru
pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam
aturan yang berlaku.
3.6. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit
Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut Permenneg
PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan
persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru. Sebelum
melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi
terhadap hasil PK Guru. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai
dokumen (Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan
hasil pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format
Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan
oleh Sekolah/Madrasah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan
dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke
Sekolah/Madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.
Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai Angka Kredit
kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan
angka kredit dapat dilakukan di tingkat Sekolah/Madrasah, tetapi hanya untuk keperluan
estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil perhitungan PK
Guru yang dilaksanakan di Sekolah/Madrasah, selanjutnya dicatat dalam format penghitungan
angka kredit yang ditanda‐tangani oleh penilai, guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala
Sekolah/Madrasah. Bersama‐sama dengan angka angka kredit dari unsur utama lainnya
(pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan
PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan
direkap dalam daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka
kredit kenaikan jabatan fungsional guru.
1. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah.
Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4. Berdasarkan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka kredit untuk
pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan
menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang pangkat dan
jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit
kumulatif minimal sebagai berikut.
Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru
Persyaratan Angka Kredit kenaikan
pangkat dan jabatan
Pangkat
Jabatan Guru
dan Golongan Ruang Kumulatif Kebutuhan
minimal Per jenjang
3.6. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar
prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK)
diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Diberhentikan sebagai guru atau kepala Sekolah/Madrasah dan/atau pengawas
Sekolah/Madrasah.
2. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan
semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK
Guru.
3. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan
semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan
mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.
3.7. Tugas dan Tanggung Jawab
Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat otonomi
daerah serta mengutamakan prinsip‐prinsip efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihak‐pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK
Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan Sekolah/Madrasah. Konsekuensi dari adanya
keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak‐ pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru
melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masing‐masing pihak dirinci berikut ini.
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama
a. Menyusun dan mengembangkan rambu‐rambu pengembangan kegiatan PK Guru.
b. Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
c. Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
d. Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat pusat.
e. Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
f. Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional.
g. Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada Dinas
Pendidikan, Kantor Kementerian Agama dan Sekolah/Madrasah sebagai umpan balik
untuk ditindak lanjuti.
h. Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakan‐kebijakan terkait PK Guru.
4. Satuan Pendidikan
a. Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
b. Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu‐Rambu Penyelenggaraan PK Guru dan
prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru.
c. Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota dan atau
ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten//Kota.
d. Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara efektif, efisien,
obyektif, adil, akuntabel, dsb.
f. Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas.
g. Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau ke Bidang
Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam
pelaksanaan PK Guru.
h. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan (jika ada) dan
pelaksanaan program.
i. Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun berikutnya.
j. Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan atau ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota,
dan Pengawas Sekolah/Madrasah.
k. Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim penilai tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan
angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan menetapkan angka kredit,
terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada
kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi
Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah juga menyampaikan laporan tersebut kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama
Kabupaten/Kota..
l. Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang memperoleh
hasil PK Guru di bawah standar yang ditetapkan.
Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan
(3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang
jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut
diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di dalam melaksanakan tugasnya.
Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di
luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan
upaya memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru.
Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan.
b. Promosi Guru
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi
dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala,
kepala, pengawas Sekolah/Madrasah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari
atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru. Peraturan
Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
c. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun
2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang terrendah sampai
dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang
tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat
dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan karir
merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan sesuai dengan
Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang dapat dinilai
dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan fungsional guru
mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai
sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b)
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah, dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
1. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan
pangkat guru terdiri atas:
a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.
Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan
sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:
1) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
2) 150 untuk Ijazah S-2; atau
3) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan
sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang diberikan adalah
sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama
dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar
penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau
ketua Sekolah/Madrasah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
b. Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.
Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti
fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat
tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala
Sekolah/Madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi yang
dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala
Sekolah/Madrasah yang bersangkutan.
3. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang
tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini.
a. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang diampunya
diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka kredit sebagai berikut.
1) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;
2) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
3) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh
pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua Sekolah/Madrasah tinggi atau direktur
politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin
belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi pendidikan atau pejabat
yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan
Kementerian Agama, surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut
berasal dari pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II.
b. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru
Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai
dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya:
1) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan yang
sejenisnya
2) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat
nasional.
3) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi
4) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya
5) Menjadi tim penilai angka kredit
6) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.
c. Memperoleh penghargaan/tanda jasa
Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh pemerintah
atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai
seorang guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan.
Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan
kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu tertentu. Penghargaan
lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada nusa,
bangsa, dan negara di bidang pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut
dicapai karena pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang
relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat
nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan jabatan/pangkat.
2. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak
lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pihak-pihak lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya.
Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas kesepakatan
tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan pendapat antara guru dengan
penyelenggara/satuan pendidikan dapat diselesaikan melalui bantuan “seorang atau lebih
penasehat ahli” maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau
perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk
dilaksanakan dengan iktikad baik. Kesepakatan tertulis antara guru dengan
penyelenggara/satuan pendidikan wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan
dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran. Mediator dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak, dan
mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa
yang ditunjuk oleh para pihak.
5. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain,
misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan
advokasi litigasi. Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan
pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian
melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-olah,
advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berkaitan
dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mungkin
pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata
advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau
pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris,
maka pengertian advokasi akan menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan,
memajukan (to promote), menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa
diartikan melakukan ‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis.
6. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain,
misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan
advokasi nonlitigasi. Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif penyelesaian
sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dengan
cara mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini cara
penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari praktisi
maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang
terlampau padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya mahal
(very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan umum, atau
dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1)
angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa masyarakat
dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif
tersebut dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli.
5.4. Asas Pelaksanaan Perlindungan Hukum, Profesi, K3 dan HaKI bagi Guru
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan
perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya, tingkat
pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau
lembaga mitra, atau keduanya.
3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki manfaat bagi
peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta
sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.
4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan
menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi
oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.
6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan.
7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan dengan
pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.
Kriteria khusus bagi guru Daerah Khusus untuk memperoleh penghargaan antara
lain, pertama, dalam melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa,pengabdian, kecakapan,kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai
komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan segala
keterbatasan yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya
selama lima tahun secara terus menerus atau selama delapan tahun secara terputus-putus.
Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah menerima penghargaan yang sejenis
di tingkat nasional. Kelima, responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam
masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah
sosial sehingga usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-
masala tersebut. Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan
serta integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam masyarakat.
Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada
masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.
8. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama pendidikan
antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama antarnegara ini dilakukan,
baik di kawasan Asia maupun di kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya. Melalui kerjasama ini,
guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat
bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi kebudayaan, studi banding, dan
sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara Asean, Jepang,
Australia, dan lain-lain. Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah
Konstitusi tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan
jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara berjenjang
mulai dari tingkat Sekolah/Madrasah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional.
1. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional atau
akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada
mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat
keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan profesi
kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang menamanatkan bahwa "Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat”.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan memotivasi guru
untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya dalam melaksanakan
tugas di Sekolah/Madrasah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan
penilai peserta didiknya. Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah
bersertifikat akan menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan mampu
membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap muka per minggu dan
persyaratan lainnya.
Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan berumur 60
tahun. Usia ini adalah batas pensiun bagi PNS guru. Setelah berusia 60 tahun guru tetap
berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap yayasan untuk
Sekolah/Madrasah swasta, dan menyandang predikat guru bersertifikat, namun tidak
berhak lagi atas tunjangan profesi. Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi
pendidik, mereka hanya berhak atas “satu” tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal ini bermakna, bahwa guru bukan
PNS pun akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik,
masa kerja, serta kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS, tunjangan
profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan jenjang jabatan dan
kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi tersebut dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
2. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17
ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan tunjangan
fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi tunjangan
fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di Sekolah/Madrasah yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan
subsidi tunjangan fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3).
Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS seharusnya
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. N amun saat ini baru diberikan
tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan pada golongan/ruang kepangkatan/jabatannya.
Khusus mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan
tersendiri, berikut persyaratannya.
3. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan
Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk terus mengupayakan
peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, di samping peningkatan profesionalismenya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dan ditugaskan di di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara
dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru di Daerah
Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di daerah khusus. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan
Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi
masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang
mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat
lain.
a. Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang relatif sulit
dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan,
pesisir, dan pulau-pulau terpencil; dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang
sulit dijangkau oleh jaringan transportasi maupun media komunikasi, dan tidak
memiliki sumberdaya alam.
b. Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah yang mempunyai
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta tidak
dilibatkan dalam kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan
yang mengakibatkan daerah belum berkembang.
c. Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang terletak
pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas
wilayah negara di darat maupun di laut kawasan perbatasan berada di kecamatan; dan
pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu
kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan
garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional.
d. Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah yang terkena
bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
e. Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat menyebabkan
terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi yang membahayakan
guru dalam melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
f. Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam keadaan yang
sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya, kelaparan dan sebagainya yang
memerlukan penanggulangan dengan segera.
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan Daerah Khusus ini rumit
dan tentatif adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun 2007, pemerintah
memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah Khusus atau Daerah
Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp
1.350.000 per bulan. Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini
adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati
sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di Sekolah/Madrasah tersebut. Pada
sisi lain, pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar
di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil diharapkan juga
semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini.
4. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka
implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah
pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan,
asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk
memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk
kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru dari
pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2),
dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi
guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk : (1) memberikan penghargaan
terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2) memberikan
penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya dalam dunia
pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik dan
bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi. Dengan demikian, pemberian
maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan martabat
profesi guru; (2) memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi
guru; (3) merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi
guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
6. Etika Profesi
6.1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh
masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah
“panggilan jiwa” untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan mendidik,
mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-mengajar
serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai kedewasaan masing-
masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar untuk memenuhi panggilan
jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills
(1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan
intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk
menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang
lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-
nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam itu, guru
profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terus-menerus,
memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri,
mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru profesional
adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim (2010)
secara akademik guru profesional bercirikan seperti berikut ini.
1. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu.
2. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang “seprofesi”
dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
3. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna etika kerja
dan tata santun berhubunngan dengan atasannya.
4. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan gemar
melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk merangsang pertumbuhan
diri.
5. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan.
6. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan
dirinya.
7. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan mengatur
dirinya.
8. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan-
diri.
9. Memiliki empati yang kuat.
10. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas Sekolah/Madrasah,
dan masyarakat.
11. Men unjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
12. Men unjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
13. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
14. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai seperangkat
elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang penyandang profesi
dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah menjadi bagian integral dari
kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat
atau karakteristikkarakteristik profesi seperti berikut ini.
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud
adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan
khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah kekhususan
penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”, akan tetapi guru
yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter) dan penguasaan
metodologi pembelajaran.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau
klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka teori
yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam pengetahuannya di
bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter umum, misalnya,
berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan dokter spesialis.
Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan
dengan dosen atau tenaga akademik biasa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru
harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya dapat
dipahami oleh peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization.
Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. Pekerjaan
yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski tidak berarti
menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap memberikan
layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah di kelas, di
lingkungan Sekolah/Madrasah, bahkan di luar Sekolah/Madrasah. Di dunia kedokteran,
seorang dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi,
maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun.
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam
bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang
guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari atasannya.
Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita, terutama anak didiknya.
Replika tanggungjawab ini menjelma dalam bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam
melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar gaji. Di
dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan dan
harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.
j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang
berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.
6.Rangkuman
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik
sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan agamais.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas
guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru
yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah
mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui
peran strategisnya bagi pembangunan masa depan bangsa.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi
tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi
kependidikan itu sendiri. Frasa “tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik secara akademik
maupun regulasi.
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis “profesi”
atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat
profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan
tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun tidak bisa
berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional sebagai aktor langsung di
dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium Sekolah/Madrasah.
Karenanya, ketika berbicara mengenai “profesi kependidikan”, semua orang akan
melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya termasuk
pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan
lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke
dalam “rumpun pendidik”, kini telah memiliki definisi tersendiri.
Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah
sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga
kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan
penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola
satuan pendidikan terdiri atas kepala Sekolah/Madrasah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan
satuan pendidikan luar Sekolah/Madrasah. Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah
pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi atau
kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga
administratif bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan
fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi
empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan
pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan,
terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri
atas kepala Sekolah/Madrasah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar
Sekolah/Madrasah; dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalahmasalah manajerial atau
administratif kependidikan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul
beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru
sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan
kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana
pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku
yang dipublikasikan minimal setiap tiga tahun. Kedua, memperhitungkan keseimbangan
antara penyediaan dan kebutuhan (supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan
guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio
guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di
Sekolah/Madrasah sebenarnya terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di
Sekolah/Madrasah merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus. Ketiga, merealisasikan
pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua satuan pendidikan di kecamatan,
kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang
Pemindahan Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian telah terbit, maka
berangsur-angsur akan terjadi pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota
dipindahkan ke kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat
dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru yaitu
pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain.
Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru pascasertifikasi guru,
yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan
keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru.
Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas
sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian
kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang
relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak
dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas utama.
1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara komprehensif
berkaitan dengan:
a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan kebutuhan
satuan pendidikan.
b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan bidang
keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.
d. Menata dan mend istribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan
bidang pendidikan.
e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan
akuntabel.
f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas
obyektifitas, transparan dan akuntabel
g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan
memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan
intektual.
i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah.
j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru.
3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan
gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota/kepala kkantor wilayah kementerian agama
provinsi
Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan
yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan
dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan,
kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan
guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.
Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di
muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru.
Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan
sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia calon guru dan/atau
difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke
depan hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru.
Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran Sekolah/Madrasah. Dalam
kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang
tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karirnya. Atas
dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu
mensinergikan lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya.
Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia
bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon
pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu,
guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai
pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.
Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan kehormatan
yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru.
Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik
guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.
Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
Daftar Pustaka
Dian Mahsunah, dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag
tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011
Produk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan Keprofesian
Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung, 2010
-------, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media
Perhalindo, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982
MODUL 2:
KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA
A. Peta Konsep
Landasan
Kurikulum 2013 Struktur SKL,
KI dan KD SKI
B. Tujuan Pelatihan
C. Uraian Materi
1. Pendahuluan
a. Kerangka Umum
Kerangka dasar kurikulum Madrasah merupakan landasan filosofis, sosiologis,
psikopedagogis dan yuridis yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur
kurikulum. Sedang struktur kurikulum Madrasah merupakan pengorganisasian
kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar dan kompetensi dasar pada setiap
Madrasah.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam segala urusan yang menjadi
tanggung jawabnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, madrasah adalah salah satu bagian penting dari
sistem pendidikan di Indonesia. Lebih khusus lagi porsi bidang studi Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang cukup besar, dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.
c.Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
3) Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);
4) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
5) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;
6) Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;
7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan;
11) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
12) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
13) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah.
14) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum Sekolah /Madrasah
15) Keputusan Menteri Agama RI nomor 165 tahun 2014 tentang Pedoman
Kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran PAI dan Bahasa Arab
5. Struktur Kurikulum
1. Kompetensi Inti Kurikulum
Sejalan dengan filosofi progresivisme dalam pendidikan, Kompetensi Inti
ibaratnya adalah anak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada
kompetensi lulusan jenjang Madrasah Aliyah. Kompetensi Inti (KI) meningkat seiring
dengan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas.
Melalui Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar (KD) pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.
Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi, Kompetensi
Inti juga memiliki multidimensi. Untuk kemudahan operasionalnya, kompetensi
lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua. Pertama, sikap spiritual yang terkait
dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang beriman dan
bertakwa. Kedua, sikap sosial yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional
membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab.
Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui
pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan.
Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber kompetensi. Apapun yang
diajarkan pada mata pelajaran tertentu pada suatu jenjang kelas tertentu hasil akhirnya
adalah Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang kelas
tersebut. Tiap mata pelajaran harus tunduk pada Kompetensi Inti yang telah
dirumuskan. Karena itu, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada
kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan Kompetensi Inti.
Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang dapat
dikontribusikannya dalam membentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik. Ibaratnya, Kompetensi Inti adalah pengikat berbagai kompetensi dasar
yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai
integrator horizontal antar mata pelajaran.
Dalam konteks ini, kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena
tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi Inti menyatakan kebutuhan
kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi.
Dengan demikian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi
(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi
Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal
kompetensi dasar.
Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan kompetensi dasar satu
kelas dengan kelas di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antar kompetensi yang dipelajari peserta didik.
Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara kompetensi dasar satu mata pelajaran
dengan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Rumusan Kompetensi Inti dalam buku ini menggunakan notasi: 1) KI-1 untuk
Kompetensi Inti sikap spiritual, 2) KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap sosial, 3) KI-3
untuk Kompetensi Inti pengetahuan (pemahaman konsep), 4) KI-4 untuk kompetensi
inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada urutan yang disebutkan dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan
bahwa kompetensi terdiri dari kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan untuk
jenjang satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs)
dan Madrasah Aliyah (MA) dipergunakan untuk merumuskan kompetensi dasar (KD)
yang diperlukan untuk mencapainya. Mengingat standar kompetensi lulusan harus
dicapai pada akhir jenjang. Sebagai usaha untuk memudahkan operasional perumusan
kompetensi dasar, diperlukan tujuan antara yang menyatakan capaian kompetensi
pada tiap akhir jenjang kelas pada setiap jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA). Capaian kompetensi pada tiap
akhir jenjang kelas dari Kelas I sampai VI, Kelas VII sampai dengan IX, Kelas X
sampai dengan Kelas XII disebut dengan Kompetensi Inti. (Isi KI-KD di Modul 7)
Kelas IV,V,VI
jelas, sistematis dan sistematis, logis dan kritis bahasa yang jelas,
logis, dalam karya yang dalam karya yang estetis, sistematis, logis dan
estetis, dalam gerakan dalam gerakan yang kritis,dalam karya yang
yang mencerminkan mencerminkan anak sehat, estetis, dalam gerakan
anak sehat, dan dalam dan dalam tindakan yang yang mencerminkan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak sehat, dan dalam
mencerminkan perilaku anak beriman dan tindakan yang
anak beriman dan berakhlak mulia. mencerminkan perilaku
berakhlak mulia. anak beriman dan
berakhlak mulia.
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN BELAJAR PER-MINGGU
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an Hadis 2 2 2 2 2 2
b. SKI 2 2 2 2 2 2
c. Fikih 2 2 2 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2 2 2
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 5 5 6 5 5 5
3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4. Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2
5. Matematika 5 6 6 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5
2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 34 36 40 43 43 43
ALOKASI WAKTU
MATA PELAJARAN PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an Hadis 2 2 2
b. SKI 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2. Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Arab 4 2 2
5. Matematika 4 4 4
6. Sejarah Indonesia 2 2 2
7. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
1. Seni Budaya 2 2 2
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3
3. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumalah Jam Kelompok A dan B Per Minggu 33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4
Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu 51 51 51
Alokasi Waktu
MATA PELAJARAN Per Minggu
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an Hadis 2 2 2
b. SKI 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2. Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Arab 4 2 2
5. Matematika 4 4 4
6. Sejarah Indonesia 2 2 2
7. Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
1. Seni Budaya 2 2 2
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 3 3 3
3. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu 33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4
Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu 51 51 51
B. RANGKUMAN
1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah:
a. Landasan Yuridis adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah
nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
b. Landasan Teoritis kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori pendidikan
berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi.
c. Landasan Filosofis adalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Landasan Empiris adalah ditemukan banyak bukti empiris bahwa Indonesia berada
pada level yang rendah pada aspek prestasi pendidikannya.
D. DAFTAR PUSTAKA
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta dapat :
1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas
2. Menjelaskan prinsip penelitian tindakan kelas.
3. Menjelaskan karakteristik PTK.
4. Menjelaskan model PTK
5. Menjelaskan Sistematika Proposal PTK
PTK Karakteristik PTK
Model PTK
Sistematika Proposal PTK
C. Uraian Materi
1. Konsep dasar PTK
Istilah penelitian tindakan kelas atau PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan.
Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan
tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendetaksi dan memecahkan
masalah. Dengan demikian, beberapa pengertian tentang Penelitian Tindakan kelas (PTK)
yang diungkap oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis,
1983)
b. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta
pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988)
c. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melakasanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki
kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM Diknas, 1999)
d. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-
masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).
e. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih proporsional (Sukidin dkk
2002:16).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research, saat ini
berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan
Kanada. Apabila dicermati kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini
mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak
langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola
proses pembelajaran mengajar di kelas. Konsep penelitian tindakan bermula dari pandangan
seorang ahli psikologi sosial yang bermana Kurt Lewin (1946). Lewin menggunakan
pendekatan penelitian tindakan setelah usainya perang dunia ke dua dalam usaha
menyelesaikan berbagai masalah sosial. Lewin pada saat itu mengemukakan dua ide pokok
penelitian tindakan yaitu; (1) keputusan bersama, dan (2) komitment untuk meningkatkan
dan memperbaiki prestasi kerja. Kedua ide pokok tersebut sekarang menjadi karakteristik
dasar penelitian tindakan yang menegaskan perlunya usaha kolaboratif atau usaha secara
bersama-sama dalam meningkat mutu prestasi kerja.
Pada tahun 1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York sebagai
pendekatan penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon
Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha inkuiri
dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal dengan penelitian
tindakan kelas (PTK). Di Indonesia, PTK baru dikenal akhir dekade 80-an.
Secara bahasa penelitian atau research (bahasa Inggris) menurut The Advanced
Learner’s Dictionary of Current English (1961) berarti penyelidikan atau pencarian yang seksama
untuk memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan. Menurut Fellin, Tripodi dan
Meyer (1969) penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan,
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan (dikomunikasikan)
dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Ciri-ciri riset adalah sebagai berikut, yaitu bahwa riset: (Abisujak, 1981) (1) Dilakukan
dengan cara-cara yang sistematik dan seksama; (2) Bertujuan meningkatkan, memdofikasi
dan mengembangkan pengetahuan (menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan); (3)
Dilakukan melalui pencarian fakta yang nyata; (4) Dapat disampaikan (dikomunikasikan) oleh
peneliti lain; dan (5) Dapat diuji kebenarannya (diverifikasi) oleh peneliti lain.
Menurut Ebbut dan Hopkin (1993), penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari
upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan tersebut. Bagi Carr & Kemmis, 1986 dalam Burns (1999) berpendapat
bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri kolektif yang
dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka serta pemahaman mereka terhadap
praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.
Bila digabungkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh
batasan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur
ulang (bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaiakan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi. Proses
daur ulang (siklus) kegiatan dalam penelitian tindakan divisualisasikan pada Gambar 1.
Perencanaan
Pengamatan
Perancanaan
Pengamatan
?
Gambar 1
Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Dari gambar 1 tersebut terlihat dengan jelas bahwa daur ulang (siklus) di atas memberi
gambaran bahwa prosedur dalam PTK memiliki kesamaan. Ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan dalam melakukan PTK, yaitu diawali dengan perencanaan tindakan (planing)¸
penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan
(observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.
2. Prinsip PTK
Secara umum prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut adalah :
a. Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan;
c. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi
serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;
d. Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;
e. Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas guru;
f. Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah
secara menyeluruh;
g. Tidak mengenal populasi dan sampel;
h. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control;
i. Tidak untuk digeneralisasikan.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006) prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas
adalah :
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian yang dilakukan peneliti tidak boleh mengubah suasana rutin, penelitian harus
dalam situasi yang wajar, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini
berkaitan erat dengan profesi guru yaitu melaksanakan pembelajaran, sehingga tindakan
yang cocok dilakukan oleh guru adalah yang menyangkut pembelajaran.
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kerja
Kegiatan penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena keterpaksaan, akan tetapi
harus berdasarkan keinginan guru, guru menyadari adanya kekurangan pada dirinya atau
pada kinerja yang dilakukannya dan guru ingin melakukan perbaikan. Guru harus
berkeinginan untuk melakukan peningkatan diri untuk hal yanglebih baik dan dilakukan
secara terus menerus sampai tujuannya tercapai
c. SWOT Sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yang terdiri atas unsur-
unsur, yaitu :
- Strength : Kekuatan
- Weaknesses : Kelemahan
- Opportunity : Kesempatan
- Threat : Ancaman
Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang
dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal-hal tersebut penelitian tindakan dapat
dilaksanakan hanya bila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga
siswa. Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri peneliti dan subjek tindakan
diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain.
d. Upaya Empiris dan Sistemik
Dengan telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian
tindakan, berarti guru sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan
sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait
dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait mengkait. Jika guru
mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung
yang berbeda, mengubah jadwal pelajarandan semua yang terkait dengan hal-hal yang
baru diusulkan tersebut.
e. Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
Ketika guru menyusun rencana tindakan, hendaknya mengingat hal -hal yang terkandung
dalam SMART yang merupakan singkatan dari Spesifik, Managable, Aceptable, Realistic dan
Time Bound. Adapun makna dari masing-masing kata tersebut adalah:
- Spesifik : khusus, permasalahan tidak terlalu umum
- Managable : dapat dikelola, dilaksanakan. Penelitian tindakan kelas hendaknya tidak
sulit, baik dalam menentukan lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi,
atau kesulitan dalam bentuk lain
- Acceptable : dapat diterima, dalam konteks ini dapat diterima oleh subjek yang
dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara guru
memberikan tindakan-tindakan tertentu dan juga lingkungan tidak
terganggu.
- Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan. Penelitian tindakan kelas tidak
menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi diri guru dan
siswa.
- Time-Bound : diikat oleh waktu, terencana, artinya tindakan-tindakan yang dilakukan
terhadap siswa sudah tertentu jangka waktunya. Batasan waktu ini
penting agar guru mengetahui betuk hasil yang diberikan kepada
siswanya.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan
dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus :
a. Khusus specific, masalah yang diteliti tidak terlalu luas, ambil satu aspek saja sehingga
langkah dan hasilnya dapat jelas dan spesifik.
b. Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi
mengumpulkan hasil, mengoreksi dan lainnya.
c. Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-gara
guru memberikan tindakan dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
d. Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan.
Adapun manfaat PTK adalah tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak
dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya
inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai
prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya
diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem
pembelajaran.
3. Karakteristik PTK
Berdasar uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati
karakteristik penelitian tindakan kelas, yang berbeda dari karakteristik penelitian formal, yaitu bahwa PTK
merupakan;
b. Collaborativ
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh pendidik, tetapi
harus berkolaborasi dengan teman sejawatnya. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari
berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Nuansa kolaborasi ini harus tertampilkan
dalam keseluruhan proses mulai dari identifikasi masalah bersama, perencanaan, pelaksanaan penelitian
tindakan kelas, observasi dan evaluasi, dan refleksi, sampai dengan penyusunan laporan akhir penelitian.
Ada beberapa model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain: (1)
model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis & McTaggart; (3) model Dave Ebbut; (4) model John Elliot;
dan (5) model Hopkins (Depdiknas, 1999:18). Sebagaimana akan diuraikan secara ringkas berikut ini:
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang diperkenalkan pada tahun
1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain.
Menurut konsep Lewin bahwa siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan
(planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4) refleksi (reflecting).
Model Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:
Acting
Planning observing
reflecting
Reflect
Act &
Revised
Reflect
c. Model John Elliot
Model John Elliot dikembangkan dari model Kurt Lewin, tetapi nampak lebih detail dan
rinci. Pada model John Elliot dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah
tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah tindakan 3 (Depdiknas, 1999:22).
Model ini jika digambarkan sebagai berikut:
Ide Awal
Temuan dan Analisis
Perencanaan Umum
Langkah Tindakan
1,2,3
Implementasi Langkah
Tindakan
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
Penjelasan Revisi Perencanaan
Kegagalan Tentang Umum
Implementasi
Perbaikan
Perencanaan Langkah
Tindakan 1,2,3
Implementasi dan
Langkah Berikutnya
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
Penjelasan Revisi Ide Umum
Perbaikan
Perencanaan Langkah
Implementasi dan
Langkah Berikutnya
Monitoring
Implementasi dan
Efeknya
Perencanaan Tindakan,
Target, Tugas, Kriteria Implementasi Evaluasi
Keberhasilan
Menopang Komitmen
Cek Kemajuan
Mengatasi Problem
Perencanaan Konstruk Cek Hasil
Pengambilan Stok
Pelaporan
Audit
Ambil Start
Rencana
REFLEKSI
Siklus 1
Observasi dan
Rencana Tindakan
Pelaksanaan
REFLEKSI
Siklus 2
Observasi dan
Pelaksanaan Rencana Tindakan
REFLEKSI
Siklus 3
Observasi dan
Pelaksanaan
2. Pelaksanaan / Tindakan
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa
suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh
mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya
juga akan diperguna-kan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. Pengamatan
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendoku-mentasikan pengaruh-pengaruh yang
diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya
refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari
tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
4. Refleksi
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian),
menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap
perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja
guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, PTK tidak dapat dilaksanakan dalam
sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai
planning untuk siklus selanjutnya.
b. Bidang Kajian
Bidang kajian penelitian tindakan kelas meliputi; (1) masalah belajar siswa di kelas; (2) desain
dan strategi pembelajaran; (3) alat bantu; (4) media dan sumber belajar; (5) sistem asesmen dan
evaluasi; (6) pengembangan pribadi peserta didik; (7) pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; (8)
masalah kurikulum.
c. Pendahuluan
Dalam pendahuluan, kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah
masalah yang nyata di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru di sekolah. Masalah yang akan
diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat
dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat
memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya
perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga
digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab
munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah perlu
dikemukakan secara jelas dan sestematis.
j. Biaya Penelitian
Kemukakan biaya–biaya penelitian secara rinci mengacu pada kegiatan penelitian (kondisional
menurut keperluan peneliti/lembaga).
k. Personalia Penelitian
l. Daftar Pustaka
m. Lampiran-lampiran
- Instrumen Penelitian
- Curriculum Vitae semua peneliti
- Surat keterangan dari kepala sekolah/lokasi PTK
Secara garis besar, rincian dari setiap Laporan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
1) Abstrak. Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (a) permasalahan
khususnya rumusan masalah, (b) tujuan, (c) prosedur pelaksanaan PTK, dan (d) hasil
penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi, maksimal tiga alinea atau hal ini tergantung
pada sumber data atau ketentuan dari lembaga pemesan.
2) Pendahuluan. Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan
pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta definisi istilah, bila dianggap perlu.
3) Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan. Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang
relevan yang memberi arah kepelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen
teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Dalam uraian bab
ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan hipotesis tindakan.
4) Pelaksanaan Penelitian. Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran,
karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan,
pelaksanakaan, cara pemantauan, beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dengan
cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Berikan
gambaran kondisi lapangan saat tindakan dilakukan, secara kuantitatif maupun kualitatif
tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian. Pada saat pelaksanaan
penelitian, Instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data memiliki peran yang sangat
penting dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan dari suatu penelitian ditentukan oleh
data yang terjaring melalui instrumen penelitian. Sedangkan bentuk instrumen penelitian
sangat ditentukan oleh teknik pengumpulan datanya. Oleh karena itu, pemilihan teknik
pengumpulan data harus dapat mencapai tujuan untuk menjawab rumusan masalah. Jadi
teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian mestilah bersesuaian.
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, paparan data, dan penyimpulan
hasil analisis, (1) Reduksi Data, adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui
seleksi, pengelompokkan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi
bermakna, (2) Paparan Data, merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan
mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, grafik, atau perwujudan lainnya, (3)
Penyimpulan, merupakan pengumpulan intisari dari sajian data yang telah terorganisasikan
dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.
5) Hasil penelitian dan Pembahasan. Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data
lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan. Baik data pra PTK , data setelah siklus I maupun data-data
siklus berikutnya. Sajian data dalam bab ini mendeskripsikan secara jelas
perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, yang dapat dibuat dalam
bentuk grafik/tabel dengan berikan berbagai penjelasan dan analisis data. Bila hasil perbaikan
yang diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka diperlukan langkah lanjutan pada siklus
2. Satu siklus kegiatan merupakan kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi.
Banyaknya siklus tidak dapat ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan semacam kriteria
keberhasilan. Kriteria keberhasilan dapat ditetapkan, misalnya dengan menggunakan prinsip
belajar tuntas. Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, Atau jika
merujuk kepada permasalahan yang disbutkan di atas tentang peningkatan minat belajar SKI
melalui penerapan strategi Role Play pada siswa kelas VII MTs Surabaya, maka kegiatan
pembelajaran itu dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria apabila penerapan strategi role
play sudah dianggap sempurna penerapannya dan pencapaian minat belajar meningkat
memenuhi standar minimal sesuai dengan rancangan PTK sebelumnya
6) Simpulan dan Saran.
Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan
memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Utarakan keterbatasan
penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Ada dua macam saran: (a) saran untuk penelitian
lanjut, dan (b) saran untuk penerapan hasil penelitian.
D. Rangkuman
Penelitian Tindakan terdiri dari empat model yaitu Partisipatory Action Research (PAR), Critical
Action Research (CAR), Institusional Action Research (IAR) dan Classroom Action Research
(PTK). Secara umum tahapan dari penelitian tindakan ini hampir sama. Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) merupakan sebuah kajian reflektif dari kerisauan pendidik terhadap persoalan
pengajaran dan pembelajaran di kelas kemudian memiliki semangat untuk memperbaiki proses
pembelajarannya. Karakteristik PTK agak berbeda dengan penelitian secara umum. PTK
memiliki karakteristik antara lain; An inquiry on pratice from within, Collaborativ, Reflective, Practice,
Made Public, Every Day Pratical Problems, Teori menuju aksi. PTK juga memiliki prinsip yang berbeda
dengan penelitian penelitian secara umum dan penelitian model ini termasuk jenis penelitian
kualitiatif.
Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat tahap yaitu: perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah pokok
yang umumnya ditempuh dalam melakukan PTK adalah: 1) penetapan fokus masalah penelitian,
2) perencanaan tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan
interpretasi, 4) analisis dan refleksi, dan 5) perencanaan tindak lanjut.
Lampiran 1
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian sejalan dengan rumusan masalah.
Contoh: Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam
pembelajaran SKI dengan menerapkan metode small group discussion.
......................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
E. Manfaat/Kegunaan Penelitian
Manfaat Penelitian diuraikan lebih rinci dan jelas . Manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan pihak-pihak
terkait.
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
……………
F. Kerangka Teoretis dan Hipotesis Tindakan
1. Kerangka Teoretis
Landasan teoretik tentang urgensi tindakan diuraikan secara jelas dalam dukungan pustaka terakhir.
(kemukakan teori-teori yang terkait dengan masalah dan solusinya yang sudah di pilih). Dalam kerangka teori
minimal menjelaskan dua hal pokok, apa yang akan ditingkatkan dan metode/strategi apa yang akan
diterapkan. Contoh:
a) Minat Belajar. Minat belajar adalah….. Fungsi minat dalam belajar ……Ciri-ciri seseorang yang
berminat dalam belajar adalah…. Dst.
b) Metode small group discussion. Metode small group discussion adalah…. Langkah-langkah penerapannya
adalah…. Kelebihannya adalah… kekurangannya adalah…. Dst.
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………
2. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan berisi pernyataan secara jelas tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
akar masalah yang didukung oleh kerangka teoritik.
Contoh Hipotesis Tindakan:
Dengan diterapkannya metode….. motivasi belajar siswa dalam pembelajaran SKI dapat
ditingkatkan. Atau, Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran SKI dapat ditingkatkan melalui
penerapan metode….. Atau, jika metode …diterapkan, maka motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran SKI dapat ditingkatkan
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………
G. Metode Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan beberapa hal, antara lain:
1. Setting Penelitian.
Setting penelitian memuat tempat penelitian dilaksanakan, siapa yang diteliti, berapa orang yang
diteliti, berapa lamanya penelitian akan dilaksanakan, siapa yang akan melaksanakan tindakan,
siapa yang diajak kerjasama dalam penelitian.
2. Variabel penelitian, jelaskan variabel penelitiannya apa saja.
3. Prosedur Penelitian, di sini dijelaskan komponen-komponen atau unsure-unsur PTK
(perencanaan/planning, tindakan/action, observasi dan refleksi. Rencananya penelitian akan
dilakukan berapa siklus.
4. Rencana Tindakan
Cara pemecahan masalah harus menunjukkan akar masalah, bentuk intervensi yang diusulkan diuraikan
dalam tahap-tahap, dari:
Perencanaan………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………
Tindakan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………
Observasi/pengamatan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………
Refleksi
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………
5. Pengembangan Instrumen
Perlu diuraikan jenis data yang akan dikaji serta instrumen apa yang cocok untuk
mengumpulkannya.
Contoh: dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah:
a. Data tentang penerapan metode small group discussion, data ini dikumpulkan melalui
observasi
b. Data tentang minat belajar/aktifitas belajar siswa, data ini akan dikumpulkan melalui
observasi
c. Data tentang…… dikumpulkan melalui ….. dst.
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………
6. Analisis Data
Perlu diuraikan pada bagian ini bagaimana data yang telah dikumpulkan itu, dicek validitasnya,
kemudian dianalisis secara desktiptif.
Contoh: data yang telah terkumpul akan dipisah-pisahkan menurut kelompoknya kemudian akan
dianalisis secara deskriptif.
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………
H. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan ada dua bagian, jelaskan kedua bagian tersebut. Pertama indikator kinerja,
maksudnya langkah-langkah penerapan metode atau strategi atau teknik betul-betul
dilaksanakan/diterapkan oleh guru (peneliti). Kedua indikator Hasil, contohnya minat belajar yang
meningkat, keaktifan belajar yang meningkat, motivasi belajar yang meningkat…. Uraikan apa tanda-
tanda peningkatannya.
I. Jadwal penelitian (harus dibuat dalam bentuk Gantt Chart (tindakan dimulai bulan Juli)
J. Daftar Pustaka, dibuat harus mengikuti aturan.
K. Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tulisan mengikuti kaedah EYD.
LAMPIRAN
CONTOH USULAN/PROPOSAL PTK
JUDUL PENELITIAN:
PENERAPAN PEMBELAJARAN MELALUI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PAI
MATERI PENTINGNYA MENUNTUT ILMU
A. LATAR BELAKANG
Nilai rata-rata mata pelajaran PAI pada siswa kelas X MA Surabaya masih belum memuaskan.
Salah satu kelemahan yang cukup mendasar adalah minat dan kemampuan siswa untuk memahami
ayat Quran dan Hadist tentang menuntut Ilmu. Salah satu indikasinya adalah rendahnya hasil Ujian
Semester Ganjil. Sebagian besar (60%) siswa tidak mencapai nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal)
PAI yang ditetapkan, yaitu 75. Indikasinya lainnya adalah rendahnya skor nilai ketika mereka
diberikan contoh soal atau contoh latihan yang berbeda dengan apa yang ada di buku. Sebagian besar
(65%) siswa tidak bisa menyelesaikan soal atau latihan sesuai waktu.
Metode problem solving merupakan di antara metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi-materi terapan yang didasarkan pada Al-
Qur’an dan Hadits. Metode ini dianggap mampu karena metode problem solving ini, sebagaimana
yang pernah diteliti penerapan metode ini untuk IPS oleh Tin Rustini (2008) memiliki kelebihan-
kelebihan sebagai berikut:
a. Model Problem Solving mampu melatih siswa mengembangkan kemampuan berfikir
reflektif, kritis, dan kreatif
b. Model Problem Solving berhasil dengan baik bila menggunakan strategi yang bervariatif
c. Model problem solving dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam melaksanakan
pembelajaran
d. Model pembelajaran dengan menerapkan problem solving dapat meningkatkan kualitas
proses maupun hasil belajar siswa.
Dengan kelebihan yang dimiliki dan telah dibuktikan bahwa metode ini mampu meningkatkan
partisipasi dan kemampuan berfikir siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses maupun hasil
belajar siswa, diharapkan metode ini juga terbukti mampu untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa pada materi-materi pentingnya menuntut Ilmu. Karena alasan ini, penting adanya
penelitian tindakan kelas untuk mengetahui bagaimana Penerapan Pembelajaran Melalui Metode
Problem Solving untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Materi
Pentingnya Menuntut Ilmu pada siswa Kelas X MA Surabaya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan minat siswa dalam pelajaran PAI
pada materi pentingnya menuntut ilmu?
2. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran
PAI pada materi pentingnya menuntut ilmu?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan minat siswa melalui metode problem solving dalam
pelajaran PAI pada materi pentingnya menuntut ilmu
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui metode problem solving dalam
pelajaran PAI pada materi pentingnya menuntut ilmu
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran
Minat memiliki peran yang sangat besar terhadap belajar dan hasil belajar. Karena minat adalah
kecenderungan terhadap sesuatu. Ada minat terhadap belajar berarti adanya kecenderungan siswa
untuk belajar. Siswa yang memiliki kecenderungan kuat untuk belajar akan mempengaruhi hasil
belajar yang dicapainya
Lebih rincinnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian tentang minat dan minat
belajar:
a. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau gairah atau keinginan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007).
b. Minat merupakan aspek kognitif dari motivasi, atau merupakan gambaran kognitif yang
memberikan arah pada suatu tindakan (Franken dalam Nurhayani, 2012:61)
c. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan atau
kehendak. Di mana anak dengan minatnya itu bisa melihat bahwa sesuatu yang dilihatnya itu
akan mendatangkan keuntungan atau faidah sehingga dapat menimbulkan kepuasan jika
melakukan atau mendapatkannya (Surya, 2010:27).
d. Minat dapat diartikan juga sebagai kecenderungan hati terhadap sesuatu. Semakin besar
minat seseorang terhadap sesuatu, semakin perhatiannya tercurah pada sesuatu itu. Sehingga
dikatakan seseorang memiliki minat di antaranya dapat dilihat seberapa perhatiannya tercurah
untuk apa yang diminatinya (Fitriani, 2010).
e. Minat berarti kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang diminati
yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan tersebut (Fitriani,
2010).
f. Minat belajar dipahami sebagai ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan
jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh (Olivia,
2011:37).
g. Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan
yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik
berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berarti minat belajar adalah perhatian, rasa
suka, ketertarikan seseorang terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan,
partisipasi, dan keaktifan dalam belajar (Fitriani, 2010).
Dalam bukunya Hendra Surya (2010:26-27), ada tiga faktor utama yang menggerakkan anak
untuk melakukan aktifitas belajar, yaitu: minat, motivasi, dan perhatian merupakan faktor utama yang
menggerakkan anak untuk melakukan suatu aktifitas belajar. Menurutnya, untuk memperoleh suatu
aktifitas belajar yang optimal, ketiga komponen ini harus memiliki kekuatan yang sinergis. Jika
kemauan belajar anak lemah, berarti ketiga komponen penggerak belajar anak inipun memang sangat
lemah. Dan untuk meningkatkan minat belajar, beberapa faktor alasan dapat ditelusuri, seperti rasa
ingin tahu, rasa ingin menyenangkan orang tua, menjadi juara kelas, dikenal sebagai pelajar teladan
atau sebagai pakar mata pelajaran tertentu, dan lainnya (Olivia, 2011:37).
Selain dari faktor-faktor di atas, ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan minat belajar. Dalam tulisannya Idli Fitriani (2010), minat dipengaruhi oleh:
1) Motivasi
2) Keterampilan menggunakan variasi mengajar
3) Faktor intern, seperti faktor kesehatan, bakat, dan perhatian
4) Faktor ekstern, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat
5) Usia
6) Jenis kelamin
Sedangkan menurut Keke T Aritongan (2008:17-21), ada empat faktor yang dapat meningkatkan
minat belajar:
1) Faktor cara mengajar guru;
2) Faktor karakter guru;
3) Faktor suasana kelas tenang dan nyaman; dan
4) Faktor fasilitas belajar.
Apabila tingkat perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, maka kegiatan pembelajaran itu
dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria.
G. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yang setara dengan 12 minggu. Dilaksanakan
mulai bulan Oktober 2013 hingga bulan Desember 2013.
Jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
X
Persiapan
1
a. Penyusunan Pedoman Kerja
a. Perencanaan X
b. Tindakan
2 X
X
d. Analisis dan Refleksi
Pelaksanaan Siklus II
X
a. Perencanaan
3 X
b. Tindakan
a. Perencanaan
4 X
b. Tindakan
5 Analisis Data X
H. BIAYA PENELITIAN
RAB PENELITIAN
Judul Penelitian :…………………………………..
Peneliti :…………………………………..
Sumber Dana :…………………………………..
Jumlah :…………………………………..
A. Peta Konsep
B. Pengantar
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran penting bagi peserta didik di
lembaga pendidikan Islam di samping matapelajaran lain seperti Al-Qur'an-Hadis,
Akidah-Akhlak, dan Fikih. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan peristiwa dan fakta serta
kisah tentang perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah. Aspek Sejarah
Kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-
peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Penyusunan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran ini
dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan mendasarkan pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
SD/MI, dan peraturan Menteri Agama Nomor 912 tahun 2013 tentang Kurikulum
Madrasah serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor:
DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 , tanggal 1 Agustus 2006, tentang Pelaksanaan Standar Isi,
yang intinya bahwa Madrasah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan
mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata
pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban
Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari
sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad
SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah
Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,
watak, dan kepribadian peserta didik.
1. Menerima dan menghayati 1.1 Meyakini Nabi Muhammad SAW adalah utusan
ajaran agama Islam Allah SWT
1.2 Mengambil ibrah dari kebiasaan Nabi Muhammad
SAW dalam menghindari kebiasaan buruk
masyarakat di sekitar Makkah.
1.3 Mengikuti cara-cara Nabi Muhammad SAW dalam
menghindari kebiasaan buruk masyarakat di
sekitarnya.
2. Memiliki akhlak (adab) yang 2.1. Mengambil ibrah dari kehidupan masa remaja
baik dalam beribadah dan Nabi Muhammad SAW dengan berperilaku
berinteraksi dengan diri bekerja keras, mandiri dan bijaksana.
sendiri, sesama dan 2.2 Mencintai Nabi Muhammad SAW sebagai teladan
lingkungannya . (uswah hasanah) dan Nabi yang Agung.
3. Memahami pengetahuan 3.1 mendeskripsikan bukti-bukti kerasulan Nabi
faktual dengan cara Muhammad SAW
mengamati [mendengar, 3.2 Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad
melihat, membaca] dan SAW.
menanya berdasarkan rasa 3.3 Memahami bukti-bukti kerasulan Nabi
ingin tahu tentang al-Qur’an, Muhammad SAW.
Hadis, fiqih, akidah, akhlak,
dan sejarah kebudayaan
Islam.
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menceritakan masa remaja atau masa muda
faktual terkait dengan Nabi Muhammad SAW.
pengembangan dari materi 4.2 Menghubungkan karakteristik jahiliyah masa
yang dipelajari di madrasah. Nabi Muhammad SAW dengan kehidupan
sekarang.
1.1 Menceritakan bukti-bukti kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
SKI KELAS IV SEMESTER GANJIL
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menerima dan menghayati 1.1 Meyakini kebenaran dari Allah SWT walaupun
ajaran agama Islam banyak tantangan yang harus dihadapi sebagai
implementasi nilai-nilai dakwah Rasulullah di
tahun-tahun awal kenabian.
1.2 Santun dalam menyampaikan kebenaran sebagai
implementasi nilai dakwah Rasulullah.
2. Memiliki akhlak (adab) yang 2.1 Bersikap tabah menghadapi cobaan dalam
baik dalam beribadah dan menyampaikan kebenaran sebagai bentuk
berinteraksi dengan diri meneladani ketabahan Nabi Muhammad SAW
sendiri, sesama dan dan para sahabatnya dalam berdakwah.
lingkungannya . 2.2Mengutamakan kemuliaan akhlak dalam
menyampaikan kebenaran sebagai implementasi
keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam
berdakwah.
3. Memahami pengetahuan 3.1 Menunjukkan contoh-contoh ketabahan Nabi
faktual dengan cara Muhammad SAW dan para sahabat dalam
mengamati [mendengar, berdakwah
melihat, membaca] dan 3.2 Mengidentifikasi cirri-ciri kepribadian Nabi
menanya berdasarkan rasa Muhammad SAW sebagai rahmad bagi seluruh
ingin tahu tentang al-Qur’an, alam
Hadis, fiqih, akidah, akhlak,
dan sejarah kebudayaan
Islam.
4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Menceritakan ketabahan Nabi Muhammad SAW
faktual terkait dengan dan sahabat dalam berdakwah
pengembangan dari materi 4.2 Menceritakan kemuliaan akhlak Nabi Muhammad
yang dipelajari di madrasah. SAW dan sahabat dalam berdakwah
1 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah dan Analisis Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986),
hal.3
Setelah tiga tahun Nabi mengadakan dakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian
turunlah ayat AL Qur’an yang menyuruh nabi untuk mendakwakan secara terang-terangan,
Allah menyuruh Nabi untuk menyampaikan ajaran Islam dan menyuruh untuk
memalingkan dari orang-orang musyrik.
Mulai saat itulah Nabi Muhammad saw. Menyebarkan Islam secara terang-
terangan. Islam didakwakan kepada seluruh ummat manusia, meskipun dakwahnya ini
banyak mendapat rintangan dan perlawanan dari suku Quraisy dan bangsa Arab umumnya.
Nabi dan sahabatnya sering dihina, diancam, diserang fisik. Namun kesabaran Nabi dalam
menghadapi semua itu, justru menimbulkan jumlah pengikutnya semakin bertambah,
walaupun pada akhirnya atas ijin Allah mengadakan hijrah ke Yasrib (Madinah) sebagai
suatu strategi untuk menaklukkan bangsa Arab yang sombong di kemudian hari2.
Di tengah-tengah kemelut yang berkembang, desakan kaum Quraisy semakin besar,
Nabi ditinggal oleh istrinya tercinta, kemudian ia ditinggal oleh pamannya, Abu Thalib,
yang selama hidupnya menjadi penopang utama dalam menyebarkan ajaran Islam.
Jika diperhatikan secara teliti perjuangan Nabi Muahmmad Saw. Dalam
menyebarkan agama Islam begitu banyak sekali ujian dari Tuhan. Beliau seperti tidak
pernah diberi kesempatan mendapatkan kasih sayang dari orang-orang yang dicintainya.
Juga seperti tidak pernah diberi kesempatan mendapat perlindungan orang-orang yang
kuar. Namun jika diperhatikan secara teliti, ini semua akan memberi arti bahwa, Nabi
Muhammad disuruh hanya untuk mengoksentrasikan dirinya kepada Allah SWT. Allah
menjadi pelindung dan pemelihara yang paling utama dan sekaligus sebagai tempat
meminta pertolongan yang paling sempurna.
Ajaran yang diberikan Nabi Muhammad Saw. Ketika berada di Makkah adalah
ajaran tentang tauhid. Umat manusia yang akan memeluk ajaran Islam diharuskan untuk
mengosongkan dan merenungkan, mengapa alam ini tercipta dengan susunan yang sangat
rapi? Mengapa manusia itu tercipta?, mengapa matahari dan bulan tidak berbenturan?,
mengapa antara satu makhluk dengan makhluk lainnya saling membutuhkan?.
Dari sini niscaya akan tumbuh suatu pemikiran, siapa yang mengurus dan
menciptakannya? Kemudian akan mendapatkan jawaban, bahwa semua itu adalah ciptaan
Tuhan dan peraturannya semuanya diciptakan Tuhan, karena itu makhluk untuk mengabdi
kepadanya dan menghilangkan seluruh keyakinan selain kepadanya, kepadanya kita
meminta pertolongan, hanya kepada Dzat itulah jiwa raga manusia di persembahkan. Jadi
seluruh sembahan berupa patung, api, fir’aun-fir’aun hanyalah ilusi saja, tidak sesuai
dengan martabat dan harga diri manusia. Jika manusia menyembah kepada sesuatu yang
diciptakan. Ajaran tauhid ini merupakan ajaran yang essensial dari yang diajarkan Nabi
Muhammad di Makkah. Karena ajaran ini, ummat manusia menjadi terbebas dari segala
tirani yang diajarkan orang-orang tertentu. Dan karena ajaran inilah sangat wajar, jika
jumlah yang masuk Islam di periode ini secara kwantitatif kebanyakan dari kelompok
lemah, yang sering mendapat perlakuan ketidakadilan dari penguasa yang ada pada waktu
itu.
Ajaran Muhammad memberikan kebebasan kepada umat manusia, dan menjadikan
manusia sederajat antara yang satu dengan lainnya. Orang yang selama ini mendapat
tekanan dan ketidakadilan, berduyun-duyun memasuki Islam. Dan karena inilah suku
2 Syeh Mahmuddunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung,: Rosdakarya, 1994), hal. 124-125.
Quraish yang berkuasa merasa kekuasaan dan pengaruhnya mulai dieliminir oleh pengaruh
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.3
Penekanan yang dilakukan suku Quraish terhadap Nabi Muhammad dan
pengikutnya semakin ditingkatkan, mereka mengadakan penindasan dan intimidasi,
sekalipun terintimidasi itu tidak memberikan pengaruh terhadap keimanan para sahabat
Nabi yang telah memeluk Islam. Namun penindasan itu tidak ujung mengalami
penghentian, mereka terus melakukan penindasan, karena seperti diungkapkan oleh
sejarawan, bahwa kaum Quraisy melakukan penentangan diakibatkan karena pengaruh
revolusi Rasulullah dalam mengubah cara pandang masyarakat, mengakibatkan secara
politik kaum Quraisy akan kehilangan pamor kekuasaannya.
Sebagai akibat dari penindasan dan intimidasi kaum Quraisy terhadap Nabi dan
sahabatnya mengadakan hijrah ke Yasrib. Semula sebagian sahabat sedikit demi sedikit
dikirim ke Yasrib secara sembunyi-sembunyi, kemudian disusul oleh Nabi setelah
mengalami satu ujian. Suku Quraisy dan bangsa Arab pada umumnya tahu bahwa Nabi
akan mengadakan Hijrah, maka atas kesepakatan kaum Quraisy tidak ada jalan lain kecuali
Nabi dibunuh. Tapi dalam sejarah diceritakan, Nabi lolos dari kepungan suku Quraisy
dengan selamat dan sampai di Yasrib.
Memehami beberapa uraian mengenai perjalanan Nabi Muhammad di Makkah,
maka fungsinya hanya terbatas kepada kepemimpinan keagamaan, belum menyentuh ke
aspek yang lebih luas, kondisi ini terjadi karena secara politik ummat Islam di Mekkah
masih kalah oleh kekuatan dan kekuasaan serta pengaruh kaum Quraish. Muhammad
belum mengibarkan bendera Islam secara politik dan pemerintahan, Beliau hanya sebatas
sebagai kepala agama.
Hijrah Ke Madinah dan Terbentuknya Negara Islam
Nabi dan sahabatnya mengadakan hijrah ke Yasrib (Madinah) setelah sebelumnya
mengadakan perjanjian dengan penduduk Madinah. Nabi dan sahabatnya disambut dengan
sambutan yang cukup menggembirakan. Orang Madinah dengan penuh harapan atas
kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan suku Aus dan Khajraj yang telah lama
berselisih. Mereka selalu berselisih terutama disebabkan dari sikap mereka yang selalu
menonjolkan masing-masing golongan mana yang harus menjadi pemimpin, karena itu
kehadiran Nabi diharapkan menjadi penengah.
Nabi mulai menata di bidang politik dimulai dengan memupuk rasa persaudaraan
antara sesama umat Islam dengan umat lainnya, Beliau berhasil mendirikan suatu
persekutuan dari berbagai unsur da etnis serta agama yang berbeda. Kaum kaya dan miskin
bersatu dan mempunyai derajat yang sama.4
Nabi Muhammad mendirikan negara atas dasar persamaan, kebebasan dan
persaudaraan. Mereka bersatu atas persemakmuran Islam, dan karena kejadian ini umat
manusia dewasa ini menyebutnya dengan panji Madinah.
Di awal tahun hijriyah, Nabi Muhammad mendirikan sebuah masjid sebagai tempat
melaksanakan ritual dan kegiatan sosial. Di masjid ini Nabi memulai karir lengkapnya
sebagai kepala agama dan kepala pemerintahan. Di masjid ini pula Nabi mengajarkan
praktek sosial yang tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan yang mana hak, dia
memimpin umat Islam dan umat lainnya. Perbedaan agama bukan merupakan sesuatu yang
3 Husien Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Trj. Ali Audah, (Jakarta: Intermasa, 1993), hal.102-103.
4 Montgomery Watt, Muhammad at Mecca ( Oxford: Oxsford University Press, 1961), hal. 95-96.
harus dihilangkan. Mereka rukun berdasarkan kepercayaan dan keagamaan masing-
masing, bagi kamu agamamu dan bagi kami agamaku, mereka hidup berdampingan.
Meskipun terkadang terjadi konflik diakibatkan oleh kaum Yahudi yang suka mengadu
domba dan menghianati perjanjian yang sudah disepakati, namun konflik yang terjadi di
Madinah relatif lebih kecil dibandingkan konflik-konflik yang tumbuh di Makkah.
Menurut ahli sejarah, kurang lebih dalam jangka waktu dua tahun di awal
kehijrahannya, ia mempermaklumkan sebuah piagam yang mengatur hubungan komunitas-
komunitas yang ada di Madinah. Piagam tersebut biasanya dikenal piagam Madinah.
Piagam ini merupakan konstitusi dari sebuah dasar negara Islam pertama yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw.
Dokumen politik Islam itu mengatur tentang kondisi sosial ekonomi, serta
kehidupan militer dan keagamaan bagi segenap penduduk Madinah, baik muslim ataupun
bukan. Misalnya dalam bidang perekonomian, Nabi menganjurkan kepada orang kaya
untuk membayar utang orang miskin. Dalam kehidupan sosial, Nabi menyuruh untuk
memelihara kehormatan keluarga dan tetangga, jaminan keselamatan jiwa dan harta bagi
segenap penduduk. Bagi bidang agama Nabi membebaskan beragama sesuai dengan
kepercayaan dan keimanannya masing-masing. Juga pelaksanaan hukum tidak pandang
bulu, pengadilan akan menghukum siapa saja yang bersalah. Karena itu menurut Philip K.
Hitti, fungsiNabi ini di Madinah adalah sebagai hakim, pemimpin agama, pemberi
kebijakan, dan panglima tertinggi.5
5 Philip K. Hitti, History of Arab (The Macmilian Press Ltd. 1970), hal. 113.
Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam
semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan
kemajuan masyarakat.
3. Memahami pengetahuan 3.1.Menjelaskan pengertian kebudayaan Islam
(faktual, konseptual dan 3.2.Menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari
procedural) berdasarkan rasa sejarah kebudayaan Islam
ingin tahunya tentang al- 3.3 Mengidentifikasi bentuk/wujud kebudayaan
Qur’an, Hadis, Fikih , akidah, Islam
akhlak, dan sejarah Islam. 3.4 Mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad dalam
membangun masyarakat melalui kegiatan
ekonomi dan perdagangan
3.5 Mendeskripsikan misi Nabi Muhammad SAW
sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa
kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan
masyarakat.
3.6 Mendeskripsikan pola dakwah Nabi Muhammad
di Makkah dan Madinah
3.7 Mengklasifikasikan pola dakwah Nabi
Muhammad di Makkah dan Madinah
4 Mengolah, dan menyaji dalam 4.1. Melafalkan QS. Al -Alaq 1-5 dan QS. Al-
ranah konkret (menggunakan, Mudatsir 1-7 yang merupakan wahyu pertama
mengurai, merangkai, dan kedua yang diterima Nabi Muhammad SAW
memodifikasi, dan membuat) 4.2. Menyajikan QS. Al -Alaq 1-5 dan QS. Al-
dan ranah abstrak (menulis, Mudatsir 1-7 yang merupakan wahyu pertama
membaca, menghitung, dan kedua yang diterima Nabi Muhammad SAW
menggambar, dan mengarang) 4.3. Menyajikan QS. Asy Syuáro 154 dan al-Hijr:94
terkait dengan pengembangan sebagai dasar untuk berdakwah secara sembunyi-
dari yang dipelajarinya di sembunyi dan terang-terangan.
madrasah dan mampu
menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
4. Mengolah, dan menyaji dalam 4.1 Menceritakan alur perjalanan para pedagang Arab
ranah konkret (menggunakan, dalam berdakwah di Indonesia
mengurai, merangkai, 4.2 Menceritakan perjuangan walisongo dalam
memodifikasi, dan membuat) dan menyebarkan agama Islam di Indonesia
ranah abstrak (menulis, membaca, 4.3 Menyajikan kisah perjuangan walisongo dalam
menghitung, menggambar, dan menyebarkan agama Islam di Indonesia
mengarang) terkait dengan 4.4 Menyajikan biografi Abdurrauf Singkel,
pengembangan dari yang Muhammad Arsyad Al Banjari, KH. Ahmad
dipelajarinya di madrasah dan Dahlan dan KH. Hasyim Asyári dalam
menyebarkan agama Islam di Indonesia
mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan.
6Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islami al-Siyasi wa al-Tsaqafi, wa al-Ijtima’I (Kairo: an-Nadrah, tt), hal.
440-443.
Beranjak dari ilmu Mustalahul Hadis dan ilmu Jarhi Wata’dil ini para ulama’ Hadis
berhasil mengkodifikasi Hadis ke dalam kitab secara teratur dan sistemik.
Pada zaman sebelumnya belum ada pembukuan Hadis secara formal seperti
Al Qur’an. Oleh karena itu sejarawan menganggap masa pembukuan Hadis secara
sistemik dimulai pada zaman Daulah Abasiyyah. Penggolongan Hadis dari aspek
periwayatannya, sanad, matan yang akhirnya bisa diketahui apakah Hadis itu
shahih, hasan, dhoif juga terjadi pada masa Abasiyyah.
Dengan demikian kajian yang mendalam serta penyeleksian Hadis pada
Daulah Abasiyyah telah menghasilkan pembukuan Hadis ke dalam bentuk kitab-
kitab yang masih bisa kita pelajari sampai sekarang ini. Di antara kitab-kitab Hadis
yang disusun pada waktu itu ialah kitab Hadis “Kutub as-Sittah” yaitu kitab Hadis
disusun oleh enam ulama’ Hadis, yaitu Imam Muslim (wafat 261 H). beliau
menyusun kitab Shohih Muslim. Kemudian Imam Bukhori (wafat 256 H), Imam
Turmudzi (wafat 279 H), Ibnu Majjah (wafat 273 H), Imam Nasa’i (wafat 303 H),
Abu Daud (wafat 275 H). Dari enam ahli Hadis di atas ada dua yang dianggap
paling otentik (shahih) yaitu Shahih Muslim dan Shahih Bukhari yang lebih dikenal
dengan “Shahihaini”.
c) Ilmu Kalam
Pada zaman al-Ma’mun dan Harun al-Rasyid, ilmu kalam mendaopat
tempat yang luas, bahkan ilmu kalam (teologi) sangat mempengaruhi keadaan
pemerintahan saat itu. Seperti aliran Mu’tazilah dijadikan aliran resmi pemerintah
Bani Abbas. Peran ilmu kalam pada saat itu sangat besar untuk membela Islam dari
paham-paham Yahudi dan Nasrani.
Dalam ilmu kalam para teolog terfokus pada bidang aqidah sebagai obyek
bahasan yang meliputi keesaan Tuhan, sifat-sifat, perbuatan Tuhan dll. Pada masa
ini para Ulama’ kalam terbagi menjadi dua aliran, pertama aliran yang mengikuti
pemikiran salaf yang diwakili oleh Mu’tazilah. Aliran salaf berpegang pada arti
Lafdiyah/tekstual dalam mengartikan ayat-ayat mutasabihat. Sedangkan aliran
rasionalis memakai /ra’yu dalam mengartikan ayat.7
Di antara ulama’ ilmu kalam yang terkenal ialah Abu Huzail al-Allaf (wafat
235 H), An-Nazzam (wafat 835 H), Bisri Ibnu Mu’tamir, Abu Ishaq Ibrahim
mereka dari an Mu’tazila. Sedangkan yang mewakili kelompok salaf adalah Amru
bin Ubaid.
Jadi ilmu kalam (teologi) pada zaman Abasiyyah ini tidak semata
mengembangkan pemikiran agama tetapi mengembangkan juga pemikiran sosial,
politik dan mengembangkan pemikiran umat tidak statis, baik bidang agama
maupun bidang kemasyarakatan yang akhirnya berguna bagi perkembangan dan
kemajuan negara.
d) Ilmu Fiqh
Di antara kebanggan pemerintahan Abasiyyah adalah terdapatnya empat
ulama’ Fiqh yang terkenal pada saat itu dan sampai sekarang, yaitu Imam Abu
Hanifah (wafat 129 H, Imam Malik (wafat 179 H), Imam Syafi’i (wafat 204 H) dan
7 Montgomery Watt, Kejayaan Islam, trj, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hal. 142.
Imam Ahmad bin Hambal (wafat 241 H). keempat ulama’ Fiqh tadi yan paling
terkenal dalam dunia Islam dan penyebarannya paling luas sampai sekarang.
Disamping empat Madhab Fiqih diatas ada beberapa Madhab yang
pengaruhnya cukup terkenal saat itu, yaitu Madhab Jaririyah yang dipelopori oleh
sejarawan dan pengulas Al Qur an yaitu At Tabari (Wafat 923 H),tetapi madhab ini
bertambah hanya dua generasi. Madhab lain adalah madhab Dhahiriyah yang
dipelopori oleh Dawud bin Ali (884), disebut madhab Dhahiriyah karena
pengambilan hukumnya berdasarkan bukti dhahir (bukti tertulis Lughowi Al Qur an
dan Hadis). Madhab ini berkembang di Spanyol, Syuriah dan Mesir.8
Pada masa ini ada dua cara dalam mengambil hukum fiqih yang kemudian
menjadi aliran tersendiri, yaitu:
Ahl al-Hadis: Aliran yang berpegang teguh pada nash-nash Al Qur’an dan Hadis),
karena mereka menghendaki hukum yang asli dari Rasulillah dan mereka menolak
hukum menurut akal. Pemuka aliran ini adalah Imam Malik, Imam Syafi’i dan
pengikut Sufyan As Sauri.
Ahl al-Ra’yi: Aliran yang menggunakan akal pikiran dalam mengistimbatkan
hukum di samping memakai al-Qur’an dan Hadis, Aliran ini dipelopori oleh Imam
Abu Hanifah dan Fuqaha’Irak.
Dari sini kita bisa melihat, bahwa pemikiran umat Islam (Fuqoha’) pada
saat itu sangat maju sekali, dengan bukti lahirnya ulama’ terkenal dan kirab-kitab
termashur seperti yang kita lihat sekarang ini, di antaranya adalah Al-Muwatta’ , Al-
Kharaj, Al-Mustasfa dll.
e) Ilmu Tasawuf
Di samping ilmu Fiqh, pada zaman Abasiyyah juga muncul dan
berkembang ilmu Tasawuf. Ilmu ini telah menaruh pengaruh yang besar bagi
kebudayaan Islam. Perkembangan ilmu ini dimulai dari perkumpulan-perkumpulan
tak resmi dan diskusi keagamaan (Halaqah) dan latihan spiritual dengan membaca
dzikir berulang-ulang. Hal ini berlangsung di mana-mana khususnya di masjid,
kemudian ini menjadi konsep-konsep spiritual yang diberi Tasawuf yang
berkembang sampai abad 9 Hijriyah.
Ilmu Tasawuf ini menyebar di penjuru negeri Islam di wilayah Abasiyyah
yang dibawa oleh para sufi-sufi terkemuka seperti:
Al-Qusyairi, nama lengkapnya Abu Kasim Abdul Karim bin Hawzin al Qusairi
(wafat 465 H). kitabnya yang terkenal adalah Ar-Risalah al-Qusyairiyah.
Abu Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin (wafat 632 H) kitabnya yang
terkanal adalah Awariful Ma’arif.
Imam al Ghazali (wafat 502 H) salah satu Ulama’ Tasawwuf yang terkenal
yang lahir di Thus abad ke-5 Hijriyah. Kitabnya yang terkenal adalah
Ihya’Ulumuddin yang memuat gabungan antara ilmu tasawwuf dan ilmu
kemasyarakatan, kitab-kitabnya yang lain Al Basith, Maqosidu Falsafah, Al
munqizu mina Dhalal dll.
c) Ilmu Astronomi
Ilmu Astronomi pada mulanya dipakai untuk menentukan arah kiblat
kemudian pada perkembamngannya ilmu ini dipakai para pedagang, para pelaut
dan para tentara untuk menyebarkan agama di luar negeri. Ulama’ yang ahli dalam
ilmu astronomi adalah Al-Khawarizmi (wafat 846) Beliau banyak membuat tabel-
tabel tentang letak negara, peta dunia, penetapan bujur-bujur panjang semua tempat
di muka bumi ini sekaligus mengukur jarak antara negara satu dengan negara yang
lain. Teori ini dikumpulkan kemudian disebarkan di masyarakat.
Dengan ilmu Astronomi, sekitar abad ke 7 – 9 H. para pedagang muslim
sudah sampai pada negeri Tiongkok melalui laut, mendarat di pulau Zanzubar,
pesisir Afrika, bahkan sampai pada negeri Rusia.
2. Turki
Setelah perang dunia pertama, keadaan Turki Usmani itu bukan saja kehilangan
daerah-daerah jajahannya, bahkan juga negerinya sendiri terancam puna dari muka bumi.
Tentara sekutu dari Inggris dan Prancis sudah menginjak ibukota Turki Usmani, yaitu
Istambul. Tetapi kebangkitan semangat nasional dapat berhasil menghalaunya. Akhirnya,
pada tanggal 25 Juli 1925 ditandatangani perjanjian Lausanue, dan pemerintah Mustafa
Kemal mendapatkan pengakuan internasional.
3. India-Pakistan
Sejak tahun 1857, setelah hancurnya kerajaan Mughal, India menjadi jajahan
Inggris. Penduduk India yang kebanyaan dari umat Hindu dan Islam. Masing-masing
selalu berusaha untuk melepaskan diri dari jajahan Inggris.
Pembaharu-pembaharu di India mempunyai peranan masing-masing, sengaja atau
tidak, dalam perwujudan Pakistan , Sayyid Ahmad Khan dengan idenya tentang
pentingnya ilmu pengetahuan, Sayyid Amir Ali dengan idenya bahwa Islam tidak
menentan ilmu pengetahuan dab kemajuan modern, dan Iqbal dengan ide dinamikanya,
amat membantu bagi usaha Jinnah dalam menggerakkan umat Islam di India, yang seratus
21 L.Stoddart, The New Worl of Islam, trj. Mulyadi dkk, ( Jakarta: 1975), hal.14.
tahun lalu masih merupakan masyarakat yang berada dalam kemunduran, untuk
menciptakan negara dan masyarakat Islam modern di anak benua India. 22
Gerakan-gerakan pembebasan yang mulai dari Pan Islamisme dan Nasionalisme
kemudian mengilhami umat Islam di seluruh dunia akan pentingnya kebebasan dan
kemajuan diri, baik dari sisi politik kenegaraan maupun sians dan ilmu pengetahuan.
Gerakan-gerakan Ini yang menjadikan Islam begitu diperhitungkan dalam percaturan
politik kenegaraan di dunia.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
MODUL 5
STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
A. Peta Konsep
Strategi Pembelajaran
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini anda sangat diharapkan dapat menggali
informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
D. Uraian Materi
Sebelum membahas tentang pendekatan scientific, akan diuraikan beberapa
istilah yang terkait dengan pelaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu
model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran. Keenam istilah
tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti yang diuraikan Kemp tentang strategi
pembelajaran.
Menurut Kemp (1995) Strategi pembelajaran dalam konsep adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut and Carey
(1985) Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk padapandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu.
3
Metode pembelajaran
Pendekatan pembelajaran
(Student or Teacher Centered)
Metode pembelajaran
(ceramah, diskusi, simulasi,
Metode
Metode
pembelajaran pembelajaran
Strategi pembelajaran
(exposition-discoversi-learningorgroup-
individual learning)
Metode pembelajaran
b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau
materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung -
jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah
yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal
berpikir kritis.
a. Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang
dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering
juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya
didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun
demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
b. Akal sehat.
8
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses pembelajaran,
karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan peserta didik hanya
semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan mereka dalam proses
dan pencapaian tujuan pembelajaran.
c. Prasangka.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal
sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru,
peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu
kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal
khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat
berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau prasangka
itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah menjadi
prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan subjektif
guru dan peserta didik.
d. Penemuan coba-coba.
Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang
bermakna. Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan
dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan
tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya
bahkan mampu mendorong kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan coba-
coba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan,
sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik
mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget
komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang
menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya,
hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti apa
yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.
e. Berpikir kritis.
9
Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang
normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu
umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya
pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu
tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan
reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis semata.
c. Pendekatan Scientific
1. Konsep Pendekatan Scientific
a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.
f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
Langkah-langkah Pembelajaran
10
gf
sikap
(tahu mengapa)
Produktif
Inovatif
Kreatif
Afektif Pengetahuan
Keterampilan
(tahu apa)
(tahu bagaimana)
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik “tahu mengapa.”
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
11
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif
banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-
langkah seperti berikut ini:
12
faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala
atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal berupa catatan yang dibuat
oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan
oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanikal berupa alat mekanik yang
dapat dakidah akhlakkai untuk memotret atau merekam peristiwa-peristiwa tertentu
yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama
observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau
situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati
cara dan prosedur pengamatan.
Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu
dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan
keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-
15
ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat
efektif!
a) Fungsi bertanya
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi
pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisakidah akhlaksi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon
persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati
satu sama lain.
b) Kriteria pertanyaan yang baik
Singkat dan jelas.
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?
16
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini,
seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan
pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan
jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa
orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c) Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk
memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas
pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan
disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang
menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi
disajikan berikut ini.
Pemahaman Terangkahlah...
(comprehension) Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...
Penerapan Gunakanlah...
(application Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih Analisis Analisislah...
tinggi (analysis) Kemukakan bukti-bukti…
Mengapa…
Identifikasikan…
Tunjukkanlah sebabnya…
Berilah alasan-alasan…
Sintesis Ramalkanlah…
(synthesis) Bentuk…
Ciptakanlah…
Susunlah…
Rancanglah...
20
Tulislah…
Bagaimana kita dapat
memecahkan…
Apa yang terjadi seaindainya…
Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
Kembangkan…
Evaluasi Berilah pendapat…
(evaluation) Alternatif mana yang lebih baik…
Setujukah anda…
Kritiklah…
Berilah alasan…
Nilailah…
Bandingkan…
Bedakanlah…
3. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif dari guru akidah akhlak. Penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran
ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013
21
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-
peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal
sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada
koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara
pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara
efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola
ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan
kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi.
Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi,
yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses
pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau
inkremental/bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa
hukum dalam proses pembelajaran.
1) Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus
(S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu dirasa
menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan.
Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka perilaku
peserta didik akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward (akibat yang
menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku peserta didik
dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan) dalam
memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan meningkatkan
22
perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan mengurangi atau
menghilangkan perilakunya.
2) Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari dua jenis,
yang setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia
menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk perilaku.
Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat jika sering
digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu hubungan antara S-
R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang.
Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk dengan menggunakan penguatan
(reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat diberikan, tetapi yang
terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.
3) Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya
apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk
dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses
pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan
belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik
dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan
merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari
Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning
atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta
didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya
dalam menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R
adalah:
a) Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentifikasi berkaitan langsung dengan
motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik.
Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap
23
menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya
pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan saksama.
b) Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan
antara S dengan R makin intensif dan ekstensif.
c) Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan
R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh
peserta didik dirasakan langsung oleh mereka dalam dalam dunia kehidupannya.
Kaidah atau prinsip “pengaruh” dalam pembelajaran berkaitan dengan
kemamouan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan
ganjaran. Teori S – S ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan
mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.
a) Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan
dengan pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi
biasanya menambahkan teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan
oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses peniruan
(imitation). Kemampuan peserta didik dalam meniru respons menjadi pengungkit
utama aktivitas belajarnya. Ada empat konsep dasar teori belajar sosial (social
learning theory) dari Bandura.
b) Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara
meniru perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan
pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain
itu.
c) Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model
(attentional), mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran pebelajar
(retention), menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar (reproduction),
dan motivasi (motivation) ketika peserta didik berkeinginan mengulang-ulang
24
dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan
berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena
atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan bahwa
apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena atau gejala
kedua. Analogi induktif merupakan suatu ‘metode menalar’ yang sangat bermanfaat
untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang
terbukti terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang diperbandingkan.
Analogi deklaratif merupakan suatu ‘metode menalar’ untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar,
dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena
ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui secara nyata dan dipercayai.
Contoh:
Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara
kepala sekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra
sekolah, dan peserta didik. Seperti halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan hasil
yang baik diperlukan sinergitas antara ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
5. Hubungan Antar fenonena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu
akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta
didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya
hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa
fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang
menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari satu
atau beberapa fakta tersebut.
27
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang disebut
dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri dri tiga
jenis.
Hubungan sebab–akibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang
menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang
berupa akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit
yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
Hubungan akibat–sebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang
menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang
merupakan penyebabnya.
Contoh :
Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan
Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antar peserta didik, yang disebabkan
oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga
mengalami dekandensi moral secara massal.
Hubungan sebab–akibat 1 – akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1 –
akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang
pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua
menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu
menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga
muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang ikut
menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang
baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus
berlangsung secara siklikal.
28
6. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada mata pelajaran akidah akhlak, misalnya, peserta didik harus memahami konsep-
konsep akidah akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)
membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan peserta didik (2) Guru
bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan peserta didik (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang
akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada peserta didik (7) Peserta
didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan
hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga
tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
29
a. Persiapan
1) Menentapkan tujuan eksperimen
2) Mempersiapkan alat atau bahan
3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat
atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
4) Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindari risiko yang mungkin timbul
5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.
b. Pelaksanaan
1) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati
proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil
dengan baik.
2) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-
masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c. Tindak lanjut
1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan
30
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang
sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang
tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan
satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan
dapat difahami.
4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam
langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
c. Contoh penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih
dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian
peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik
32
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari
mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar
merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai
penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
Tahapan-tahapan Model Problem base learning
d. Sistem Penilaian
33
1 2 3
PENENTUAN MENYUSUN MENYUSUN
PERTANYAAN PERENCANAAN JADWAL
MENDASAR PROYEK
6 5 4
EVALUASI MENGUJI HASIL MONITORING
PENGALAMAN
36
e. Sistem penilaian
1) Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.
2) Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasi-
kan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan; Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
2) Relevansi; Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian; Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
4. Contextual
a. Latar belakang makro
1) Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional
maupun nasional
2) Kondisi pembelajaran di sekolah secara empiris
b. Latar belakang micro (kondisi empiris)
Berbicara mengenai PBM di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi
bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar.
Mengapa ?
37
1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi
ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataan-nya mereka tidak memahaminya.
2) Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan.
3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana
mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan
metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-
konsep yang berhubung-an dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya
dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Permasalahannya adalah;
a) Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat
menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?
b) Bagaimana setiap individual pada mata pelajaran akidah akhlak sebagai bagian yang
saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh?
c) Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang
selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan
dari apa yang mereka pelajari ?
d) Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa,
sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkait-kannya
dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan
selama hidupnya ?.
Beberapa permasalahan di atas merupakan “Tantangan yang dihadapi oleh guru
setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang kurikulum”.
c. Pengayaan CTL (Contextual Teaching and Learning)
1) Pengajaran dan pembelajaran kontekstual
Suatu konsepsi:
a) Membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia
38
g) Reflection (refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
Mencatat apa yang telah dipelajari
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
d. Karakteristik pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning)
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan
4) Tidak membosankan
5) Belajar dengan bergairah
6) Pembelajaran terintegrasi
7) Menggunakan berbagai sumber
8) Siswa aktif
9) Sharing dengan teman
10) Siswa kritis, guru kreatif
11) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dll
12) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan
hasil praktikum, karangan siswa dll.
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery
ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar
mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.
Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan
peserta didiknya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau
ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut
untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membanding-kan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
b. Keuntungan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
41
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self belief). Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya
dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan
guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam
strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan
kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
c. Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir
2) Interaksi.
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan.
3) Bertanya.
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru
sebagai “penanya”. Mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu
mempertanyakan segala fenomena yang ada.
46
1 2
MERUMUSKAN
ORIENTASI MASALAH
4 3
MENGUMPULKA MERUMUSKAN
N DATA
HIPOTEIS
6
5
MENGUJI MERUMUSKAN
HIPOTESIS KESIMPULAN
1) Orientasi;
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
47
RANGKUMAN
51
LATIHAN
1. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu:
a. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan
b. Spiritual, pengetahuan, dan keterampilan
c. Sikap, pengetahuan, dan kognitif
d. Sikap, dan keterampilan
2. Pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 adalah:
a. Pendekatan based
b. Pendekatan Scientifiec
c. Model scientific
d. Strategi scientific
52
Essay
54
1. apa yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran berbasis
masalah?
2. Apa itu model pembelajaran berbasis proyek?
3. Buatlah proses pembelajaran berbasis masalah ketika membelajarkan materi Etika
jual beli berdasarkan tuntunan quran surah al-muthaffifiin!
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian. ESQ –Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga, 2002
Gordon Dryden & Jeannette Vos. Revolusi Cara Belajar I. Bandung: Kaifa, 2000
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005
-------------- Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006
Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2013. Materi pelatihan guru Implementasi
kurikulum 2013
Moedjiarto. Sekolah Unggul Metodologi untuk Meningkatkan Mutu. TT: Duta Graha
Pustaka, 2002
Patricia Crinton. Planning Intruction for Adult Learners. Kanada: Wall & Emerson,
1989
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Sudiyono, dkk.. Strategi Pembelajaran Partisitori di Perguuan Tinggi. Malang: UIN
Malang Press, 2006
H. Abudin Nata, Pengantar esikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001
A. Lie, Cooerative Learning. Jakarta: PT Grasindo, 2002
MODUL 6:
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
a. Peta Konsep
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SKI
PENILAIAN AUTENTIK
b. Tujuan Pembelajaran
1. mendeskripsikan konsep penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes; dan
2. mendeskripsikan prinsip-prinsip penilaian pada pembelajaran Akidah Akhlak
3. mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil
belajar.
d. Uraian Materi
1. Pengertian Penilaian dan Hasil Belajar
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu pengukuran,
penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik
untuk menunjukkan keadaan individu (Allen & Yen, 1979). Menurut TGAT (1987),
Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar
peserta didik. Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pembelajaran, seperti
karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi.
Menurut Griffin dan Nix (1991), pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki.
Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu
perilaku. Dapat perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarki ini menunjukkan bahwa
setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.
Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran
dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik
akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari
hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk
menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan
perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.
2. Penilaian Autentik
1. Definsi dan Makna Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajarpeserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakansinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakansinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik
keseharian, frasaasesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi,
frasa pengukuranatau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengantes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik
untukmengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang
berkaitandengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai
prestasi luarsekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen
autentik,berikut ini dikemukakan beberapa definisi.Dalam American Librabry
Associationasesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja,
prestasi,motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran.
Dalam Newton PublicSchool, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk
dankinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik.
Wigginsmendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta
didik yangmencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran,seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa
oral terhadapperistiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
Skala Penilaian
Kemampuan mengamati strategi dakwah mubaligh dewasa ini
Kelas/Semester :
Mata Pelajaran :
Aspek Yang Dinilai Total
No. Nama Skor
A B C D
1.
2.
3.
Dst.
Keterangan:
A = Indikator I
B = Indikator II
C = Indikator III
D = Indikator IV
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,khususnya
dalamproses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
memintapara peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakanuntuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini,
gurudapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuklaporan
naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasilpenilaian
berbasis kinerja:
1. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik
peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3. Skala penilaian (ratingscale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 =
kurang sekali.
4. Memori atau ingatan (memoryapproach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati
peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru
menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah
berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-
langkahkinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyatauntuk
suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dankelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yangdiperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat,fokus utama dari kinerja yang
akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akandiamati. Kelima, urutan dari kemampuan
atau keterampilan peserta didik yang akandiamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteksuntuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilaiketerampilan berbahasa
peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara,misalnya, guru dapat mengobservasinya pada
konteks yang, seperti berpidato,berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan
diperoleh keutuhan mengenaiketerampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja
peserta didik dapatmenggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi
perilaku,pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
1. Penilaian-diri (selfassessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
3. Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
4. Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif.
Pertama,menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari
kekuatandan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta
didikberperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b. Penilaian Portofolio
Penilaian Portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering
diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju,
Portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas,
daerah, maupun untuk penilaian secara nasional.
Penilaian portofolio didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan
guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika guru melakukan kegiatan
belajar mengajar portofolio siswa dibedakan antara tes dan koleksi yang dilakukan siswa.
Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan kemampuan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan
siswa yang lain.
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus
penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada
satu periode pembelajaran tertentu.
Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan
perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Tujuan portofolio ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang
akan menggunakan jenis portofolio. Beberapa tujuan portofolio diantaranya adalah:
a. Menghargai perkembangan yang dialami siswa;
b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung;
c. Memberi perhatian pada hasil kerja siswa yang terbaik;
d. Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran;
e. Bertukar informasi dengan orang tua dan guru lain;
f. Membina pertumbuhan konsep diri positif pada siswa;
g. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
Prinsip portofolio yang perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah antara lain;
a. Saling percaya antara guru dan siswa;
b. Kerahasiahan bersama antara guru dan siswa;
c. Milik bersama antara guru dan siswa;
d. Kepuasan;
e. Kesesuaian;
f. Penilaian proses dan hasil;
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merancang penilaian portofolio adalah
seperti berikut
1) Menentukan tujuan apakah akan memantau proses atau mengevaluasi hasil akhir
2) Isi portofolio harus sesuai dengan tujuan yang akan dinilai.
3) Guru harus menentukan (seleksi) terhadap hasil kerja siswa, siapa yang menyimpan?
Dan yang mana harus disimpan?
4) Membedakan portofolio kelompok dan individual.
TINGKAT KETERANGAN
PENCAPAIAN / REFLEKSI
No.
UNJUK KERJA TERBAIK Kuan. Kual.
1 Kompetensi Menjelaskan
dasar 1 keadaan adat-
istiadat dan
kepercayaan
masyarakat
Arab pra-
Islam.
2 Kompetensi Menjelaskan
dasar 2 masa kanak-
kanak Nabi
Muhammad
SAW.
3 Kompetensi Menceritakan
dasar 3, dst. kondisi alam,
sosial, dan
perekonomian
masyarakat
Arab pra-
Islam.
TINGKAT KETERANGAN
PENCAPAIAN / REFLEKSI
No.
UNJUK KERJA TERBAIK Kuan. Kual.
TINGKAT KETERANGAN
PENCAPAIAN / REFLEKSI
No.
UNJUK KERJA TERBAIK Kuan. Kual.
1 Bulan ke 1 Kompetensi
dasar 1 dan 2
2 Bulan ke 2 Kompetensi
dasar 3 dan 4
3 Bulan ke 3, Kompetensi
dst. dasar 5 dan 6,
dst.
Ketiga jenis portofolio ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya dalam
melakukan penilaian mata pelajaran pendidikan agama harus menggunakan ketiga
jenis untuk mengetahui perkembangan keberhasilan proses pembelajaran, sekaligus
untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.
Tahapan portofolio adalah:
1) Pengorganisasian dan perencanaan (membangun kesepakatan guru-siswa)
2) Pengumpulan informasi mengenai kemajuan belajar (produk) yang dihasilkan siswa
3) Refleksi, yaitu guru memberikan catatan akhir dari seluruh proses penilaian yang
dilalui siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa berkaitan dengan
mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu
unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara
siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat
melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya di bahas. Karya yang dinilai adalah suatu
metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan
mata pelajaran terkait.
c. Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam penilaian proyek bersumber pada data
primer atau skunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu
sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam suatu bidang. Proyek juga dapat
memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran
tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa
dalam mengkomunikasikan informasi.
Dalam kurikulum 2013 penilaian pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis
proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh
Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek
atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harusdiselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatuinvestigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,pengolahan dan penyajian
data. Penilaian proyek dapat digunakan untukmengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikandan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentusecara jelas. Dalam kurikulum, hasil belajar dapat
dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat:
Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :
Nama :
NIS :
Kelas :
No ASPEK SKOR (1 - 5)
1. PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2. PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber
Data/Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3. LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan
akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist. (Etika berjual beli)
Kelompok
No. Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kreativitas
2 Kejelasan atau keterangan jawaban
lengkap
3 Kebenaran jawaban
4 Kerjasama dengan sesama anggota
kelompok
5 Keakuratan interpretasi
jawaban/gambar
6 Penggunaan strategi benar dan tepat
7 Kerapian atau keindahan
Nilai Kriteria
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulisyang
lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasilpembelajaran tetap lazim
dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau menyuplaijawaban dan uraian. Memilih
jawaban dan menyuplai jawaban. Memilih jawabanterdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-
salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebabakibat. Menyuplai jawaban terdiri dari isian atau
melengkapi, jawaban singkat ataupendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat,memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis,mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentukuraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan
ranahsikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikanjawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbukamemperoleh nilai yang
sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomenakemiskinan dari sisi pandang
kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, ataukelangkaan sumberdaya alam.
Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkanjawaban berbeda, namun tetap terbuka
memiliki kebenaran yang sama, asalkananalisisnya benar. Tes tertulis berbentuk esai
biasanya menuntut dua jenis polajawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau
jawaban terbatas(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang
diberikan olehguru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur
hasilbelajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan
memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,
diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi
yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu,
pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan
semester,ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2. Memperhatikan kompetensi dasar (KD) dan indikator kompetensi. Kompetensi dasar
merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui
setiap indikator kompetensi.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya.
Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung
kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan
urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi
(bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari
tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan
apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka
materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau
uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan:
kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam
menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian
akhir semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
Jumlah soal 40 5 2
Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan
materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang
lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau
matriks seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah : ………………………
Jumlah soal : ………………………
Mata pelajaran : ………………………
Bentuk soal/tes : ..................
Kurikulum : … ……………………
Penyusun : 1. …………………
2. …………………
Alokasi waktu :………………………
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada
kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan
secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
3 2 1
5 4 3 2 1
KARTU SOAL
MATERI
NO SOAL:
INDIKATOR
SOAL
KETERANGAN SOAL
A B C D E OMT
FORMAT PEDOMAN PENSKORAN
NO
KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL
Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2)
pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca,
dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
3. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal
yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan
pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena
itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam
penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah
menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga
menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di
dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya
seperti berikut ini.
KARTU SOAL
Jenis Sekolah : ………………………………. Penyusun : 1.
Mata Pelajaran : ………………………………. 2.
Bahan Kls/Smt : ………………………………. 3.
Bentuk Soal : ……………………………….
Tahun Ajaran : ……………………………….
Aspek yang diukur : ……………………………….
NO SOAL:
MATERI
KUNCI :
INDIKATOR
SOAL
KETERANGAN SOAL
A B C D E OMT
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.
Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan
jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada),
(2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!
a. 470
Pengecoh
Pilihan jawaban
b. 471 (distractor)
(...) tanda ellipsis
(Option) (pernyataan
c. 570 Kunci jawaban
yang sengaja
dihilangkan)
LATIHAN
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Istilah assesment merupakan sinonim dari
a. Penskoran
b. Penilaian atau pengukuran
c. Pelaporan
d. Pengolahan
2. Penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses, dan keluaran (output)pembelajaran disebut:
a. Penilaian diri
b. Penilaian kinerja
c. Portofolio
d. Penilaian Otentik
3. Penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta
didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau diluar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan disebut
a. Penilaian Otentik
b. Penilaian diri
c. Penilaian berbasis portofolio
d. Penilaian Kinerja
4. Yang dimaksudkan dengan penilaian unjuk kerja adalah ….
a. Penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan teori
b. Penugasan yang diberikan oleh guru untuk membuat hasil karya di luar waktu
pembelajaran
c. Teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan secara
langsung
d. Tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik
dengan penguji secara lisan
5. Penilaian yang didasarkan pada koleksi atau kumpulan rekam jejak siswa dalam kurun
waktu tertentu disebut dengan penilaian:
a. Portofolio
b. Kinerja
c. Produk
d. Presentation
6. Contoh kasus: dalam waktu 3 minggu susunlah laporan dengan topik “Hikmah berakhlak
terpuji dalam pergaulan” secara berkelompok. Informasi-informasi mengenai berakhlak
terpuji dapat kalian peroleh dari buku, majalah, internet, dan dengan melakukan
wawancara pada Ustadz/ah yang ada di daerahmu. Jangan lupa menyertakan sumber
informasi pada laporan yang disusun. Apabila guru melakukan penilaian melalui tugas
seperti tersebut diatas, maka penilaian itu disebut dengan:
a. Portofolio
b. Presentation
c. Performance
d. Projek
7. Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman
pengamatan yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, disebut…
a. Rubrik
b. Observasi
c. Jurnal
d. Angket
8. Jenis penilaian yang sesuai untuk menilai bagaimana tanggapan peserta didik tentang
kebijakan yang baru diberlakukan disekolah mengenai “Peningkatan kedisiplinan” dan
tanggapan siswa mengenai perubahan perilaku siswa dalam peningkatan kesadaran
beribadah sunnah siswa.
a. Produk
b. Tugas
c. Unjuk kerja
d. Penilaian sikap
9. Hal-hal yang berhubungan dengan emosi atau perasaan dalam mengukur sikap termasuk
dalam dimensi:
a. Afeksi
b. Kognisi
c. Psikomotor
d. Persepsi
Essay
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?
2. Jelaskan apa itu penilaian proyek!
3. Bagaimanakah langkah-langkah penilaian unjuk kinerja?
4. Buatlah satu contoh rubrik unjuk kinerja!
Daftar Pustaka
Azwar, Syaifuddin. 2008. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2013. Materi pelatihan guru Implementasi
kurikulum 2013
Mehrens, A. William & Lehmann, Irvin J. 1973. Measurement and Evaluation in Education
and Psychology, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran, , Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Peyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta: Mitra
Cendekia
Nasar, 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan kontekstual, , Jakarta: Grasindo
Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, , Jakarta: Bumi Aksara.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, , Jakarta: Grasindo.
Slameto.1988. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara.
Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan, , Surabaya: Usaha Nasional
MODUL 7 :
PERANGKAT PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
A. Peta Konsep
Modul mata diklat perangkat pembelajaran ini didesain dengan sistematika penulisan modul pada umumnya dengan
mengacu pada pencapaian kompetensi mata diklat perangkat pembelajaran SKI. Modul mata diklat ini terdiri dari empat
materi. Materi pertama berkaitan dengan analisis buku guru dan buku siswa berdasarkan Kurikulum 2013. Materi kedua
berkaitan dengan penyusunan silabus. Materi ketiga berkaitan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi
keempat berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran. Materi kelima berkaitan dengan pengembangan bahan ajar.
Lingkup kajian modul ini selanjutnya dapat dipetakan dalam peta konsep berikut.
PERANGKAT
PEMBELAJARAN
182
C. Strategi dan Media Pembelajaran
Strategi pembelajaran dalam diklat ini menggunakan empat pendekatan:
1. Pendekatan Scientifik,
2. Problem Base Learning,
3. Project Based Learning,
4. Contextual,
5. Discovery,
6. Inquiry,
Media pembelajaran yang digunakan Internet and Communication Technology (ICT) mencakup: (1) pembelajaran
berbasis internet dan (2) media slide powerpoint.
D. Uraian Materi
ANALISIS BUKU GURU DAN SISWA
Salah satu perbedaan antara Kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya adanya buku guru dan buku siswa yang telah
disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Dalam Kata Pengantar buku guru maupun
buku siswa dinyatakan bahwa buku siswa menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk
mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Pean guru sangat penting untuk
183
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik denga ketersediaan dalam buku ini. Guru dapat memperkayanya
dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Guru sebagai pengendali utama di dalam proses pembelajaran di kelas perlu mengamati terlebih dahulu terhadap buku siswa
maupun buku pegangan guru yang telah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan karena buku yang disediakan oleh
pemerintah disediakan untuk keperluan skala nasional. Dengan kata lain, buku tersebut dibuat secara umum untuk kondisi
siswa di Indonesia tentu belum mengakomodasi kebutuhan khusus di masing-masing sekolah yang ada kemungkinan
memiliki karakteristik.
Buku pegangan guru maupun buku siswa merupakan ‘dokumen hidup’ yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan
dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan keperluan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas buku ini. Dengan demikian, sebelum menggunakan buku pegangan guru dan siswa di kelas, tentunya
guru telah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan jika terjadi
kekeliruan dan ketidaktapatan dalam buku tersebut dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut mengatasinya lebih awal.
1. Komponen yang/dianalisis dalam Buku Guru dan Siswa
Beberapa hal yang diperlukan dalam melakukan analisis buku pegangan guru dan siswa sebagai berikut:
a. Kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya dengan kurikulum yang digunakan.
Buku guru dan siswa yang telah disediakan pemerintah saat ini untuk menunjang pelaksanaan implementasi
Kurikulum 2013. Oleh karena itu, buku pegangan guru dan siswa yang akan dipergunakan perlu dianalisis apakah
telah sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) yang telah
ditentukan. Jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian, guru dapat menindaklanjutinya lebih awal.
184
b. Kecukupan materi
Materi dalam buku pegangan guru dan siswa perlu dianalisis dari segi kecukupan materi yang ditinjau dari segi
cakupan konsep atau materi esensial, dan alokasi waktu yang dibutuhkan/disediakan.
c. Kedalaman materi
Upaya melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam buku pegangan guru dan siswa
perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik guru dan siswa. Jika dianggap ada yang kurang sesuai dengan
karakteristik guru dan siswa di sekolah, diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan-
tambahan penjelasan seperlunya.
d. Kebenaran materi
Analisi buku juga sekaligus melihat kebenaran materi, contoh, maupun latihan-latihan yang dituliskan. Jika
ditemukan ada materi, contoh, soal yang dituliskan dalam buku terjadi kesalahan, baik kemungkinan salah dalam
penulisan konsep maupun kesalahan ketik, guru diharapkan sesegera mungkin untuk menindaklanjutinya.
Tindaklanjut dapat berupa ralat perbaikan yang segera disampaikan kepada siswa agar tidak berdampak lebih lanjut
kepada siswa (membuat siswa bingung/ragu).
e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, sehingga buku siswa perlu ditinjau dari segi penerapan
pendekatan scientific. Apakah penyajiannya telah memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti
yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum.
f. Kesesuaian penilaian
185
Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini penilaian authentik. Oleh karena itu, buku pegangan
guru dan siswa yang digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian authentik tersebut.
Dari beberapa komponen hasil analisis yang telah dilakukan, jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian atau
ketidaklengkapan, guru perlu menindaklanjutinya dengan membuat tambahan-tambahan materi, contoh atau bentuk penilaian
yang disarankan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah.
187
8. Penilaian Autentik dan Bahan
Remedial Teaching
9. Kolom interaksi antara guru
dengan orangtua
Amat Baik ( AB) 90 < A ≤ 100 Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa dilaksanakan
Baik (B) 75 < B < 90 Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis
Cukup (C) 60 < C < 75 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis
Kurang (K) < 60 Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis
2. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang
Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program. (PP.no.32 tentang SNP). Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar.
192
Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan
ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara
konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata
pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan
(kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan
secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok
3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). (lihat Permendikbud no. 67, 68 dan 69 tahun 2013 tentang
Struktur Kurikulum SD, SMP, SMA) dan KMA RI no. 165 tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum 2013 mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
3. Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta Didik melalui
pembelajaran. (PP. 32 tentang SNP). Kompetensi Dasar adalah merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata
pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan
193
berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat
dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan
menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah
eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum
yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi
Inti.
Pekan efektif adalah hitungan hari-hari efektif yang ada pada tahun pelajaran berlangsung. Untuk menyusun RPE
yang harus dilihat dan diperhatikan adalah kalender akademik yang sedang berlangsung yang menjadi pedoman
sekolah dalam menetapkan jumlah minggu/pekan efektifnya, Jadwal pelajaran definitifnya dan juga kalender atau
almanak secara umum. (contoh kalender akademik ada pada lampiran).
2. Cara menghitung pekan efektif
Untuk lebih memudahkan dalam menghitung jumlah pekan efektif dalam satu semester sebaiknya menentukan
terlebih dahulu jumlah hitungan hari hari efektifnya dalam satu semester. Sebagai contoh format rincian hari efektif
sebagai berikut:
194
RINCIAN HARI/PEKAN EFEKTIF
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Bulan
Smt Hari Jumlah
Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan
Senin
Selasa
Rabu
I Kamis
Jumat
Sabtu
Total
Bulan
Smt Hari Jumlah
Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan
Senin
Selasa
Rabu
II Kamis
Jumat
Sabtu
Total
195
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : /
Alokasi Waktu : x Menit
a. Hari Mengajar ( )
Hari Juli Agu Sep Okt Nop Des Jan Jumlah
5. Silabus
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan
198
media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP
disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. (Permendikbud No.65 Tahun 2013).
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling
sedikit memuat: Identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi Pokok/tema (untuk tingkat SD/MI),
pembelajaran; penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran
tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Silabus mencakup: (1) Identitas Mata Pelajaran, (2) Identitas Sekolah, (3) Kompetensi Inti, (4) Kompetensi Dasar, (5)
Materi Pokok, (6) Pembelajaran, (7) Penilaian, (8) Alokasi Waktu, dan (9) Sumber Belajar. (Contoh silabus terlampir)
199
supervisi guru senior yang ditunjuk, kepala sekolah, pengawas, atau dari LPTK yang relevan. RPP disusun sebelum awal
tahun pelajaran, dan menjadi bagian KTSP Alur RP.
200
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.
b. Komponen dan Sistematika RPP
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 Pasal 20, yang
berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, indikator, metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar. Dengan demikian, RPP minimal harus memuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran,
Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Agar guru mendapatkan manfaat dari RPP yang
dikembangkannya, maka muatan minimal RPP tersebut perlu dilengkapi dengan rincian langkah manajerial guru
dalam pembelajaran.
Komponen RPP terdiri atas: (1) Identitas sekolah, (2) Mata pelajaran atau tema/sub tema, (3) Kelas/semester, (4)
Materi pokok, (5) Alokasi waktu, (6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, (7) Kompetensi dasar
dan indikator pencapaian kompetensi, (8) Materi pembelajaran, (9) Metode pembelajaran, (10) Media pembelajaran,
(11) Sumber belajar, (12) Langkah-langkah pembelajaran, dan (13) Penilaian.
c. Langkah-langkah Pengembangan RPP
1) Mengkaji Silabus pada Kurikulum tingkat nasional
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap
kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD
tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan siswa secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar
proses. Kegiatan siswa ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati
201
(observes), menanya (questions), mengumpulkan informasi, mengolah (associate) dan mengkomunikasikan.
Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang dilakukan
guru dalam pembelajaran, yang membuat siswa aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi
perumusan indikator KD dan penilaiannya.
2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan: a) potensi peserta didik; b) relevansi dengan karakteristik daerah, c) tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; d) kebermanfaatan bagi peserta didik; e) struktur
keilmuan; f) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g) relevansi dengan kebutuhan peserta
didik dan tuntutan lingkungan; dan h) alokasi waktu.
3) Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan
mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek
kemampuan).
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi dari KD
a. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah
c. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
202
Prinsip pengembangan indikator adalah Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan Kontekstual. Keseluruhan
indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, prilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang
merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten.
5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya
dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat
melakukan kegiatan seperti di silabus.
c) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat
siswa aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan
inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni:
mengamati (observes), menanya (questions), mengumpulkan informasi, mengasosiasikan (associates) dan
mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu,
203
kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik,
pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan.
6) Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran siswa didorong untuk
menyajikan karya, maka portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua
indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
204
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi
lapangan.
7) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu
mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
8) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa
media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar cetak
utama adalah Buku Babon (Kurikulum tingkat nasional) dan Buku Suplemen (Kurikulum tingkat daerah). Oleh
karena peserta didik didorong untuk mencari informasi, maka internet juga menjadi sumber.
205
MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT
207
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar
4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang
lebih banyak dalam belajar.
3. Kegunaan Media Pembelajaran
Secara umum media mempunyai kegunaan:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya (self
regulated learning).
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran adalah:
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
208
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8) Peran guru berubah kearah yang positif
Adapun Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantupembelajaran, misalnya dalam mengolah
kata, (2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science), (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk
pembelajaran (literacy).Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu
untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru yang
berfungsi sebagai: fasilitator, motivator, transmitter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT memiliki
tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008).
Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis ICT dalam proses
pembelajaran akan dapat menimbulkan kondisi-kondisi positif, seperti:
1. Belajar lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional yang tradisional.
2. Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan menggunakan teknologi
instruksional.
3. Program instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu pendekatan sistem, seringkali
memudahkan siswa dalam belajar secara lebih efektif.
209
4. Program-program multimedia dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai siswa bila
dibandingkan dengan pengajaran tradisional.
210
c) Ukuran relatif, gambar atau foto bisa menyesuaikan dengan kondisi.
d) Mengandung perbuatan.
e) Harus mencapai tujuan pembelajaran.
f) Tidak setiap yang bagus merupakan media yang bagus.
2) Sketsa
3) Diagram
4) Bagan/Chart
Bagan yang baik: (1) dapat dimengerti, (2) sederhana, dan (3) dapat di-update.
5) Grafik
6) Kartun
7) Poster
8) Peta dan Globe
9) Papan Flanel
10) Papan Buletin
b. Media Audio:
1) Radio
2) Alat perekam pita magnetik
3) Laboratorium bahasa
211
1) Film bingkai
2) Film rangkai
3) Media transparansi
4) Proyektor tidak tembus pandang
5) Mikrofis
6) Film
7) Film gelang
8) Televisi
9) Video
10) Permainan dan simulasi
212
7. Peranan Media dalam Pembelajaran
Peranan beberapa karakteristik tersebut sangan urgent dalam hasil belajar. Edgar Dale memberikan gambaran dari
hasil belajar melalui kerucut pengalamannya atau biasa dikenal corn of experiences. Kerucut tersebut semakin kebawah
semakin kongkrit hasil belajar para siswa.
1. Lambang Kata menempati kerucur yang paling atas yang bermakna bahwa apabila guru hanya menyampaikan pesan maka
hasil belajar hanyalah ruangan yang sempit.
2. Lambang Visual menempati urutan yang kedua, pada lambang visual hasil belajar lebih lebar yang menandakan bahwa
dengan belajar melalui Visualisasi, hasil belajar lebih banyak dibanding dengan kata.
3. Gambar Tetap atau Rekaman, dan Radio menempati urutan yang berikutnya, hasil belajar lebih banyak diperoleh.
4. Gambar Hidup menempati urutan beikutnya, hasil belajar lebih banyak daripada yang di atas.
5. Televisi. Hasil belajar semakin banyak diperoleh melalui layar televisi.
6. Pameran Museum, hasil belajar semakin banyak.
7. Darmawisata, demikian juga darmawisata akan mengahsilkan produk belajar lebih banyak.
8. Percontohan, melalui percontohan hasil yang didapatkan dalam belajar semakin banyak.
9. Pengalaman Dramatisasi. Melalui pengalaman dramatisasi hasil belajar semakin bertambah banyak.
10. Pengalaman Tiruan, demikian juga pengalaman tiruan, hasil belajar semakin bertambah banyak.
11. Pengalaman Langsung, melalui pengalaman langsung ini pembelajaran akan menghasilkan produk pembelajaran yang
efektif.
213
Kerucut pengalaman Edgar Dale
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya
media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media
cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan
video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya,
ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
214
Sumber belajar pengertian sempit misalnya buku-buku atau bahan-bahan cetak atau buku-buku teks yang digunakan
sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Sember belajar dalam pengertian luas adalah sumber belajar yang
dihasilkan oleh Edgar Dale dalam kerucut pengalamannya (Cone of Experience)yaitu menyatkan bahwa pengalamannya itu
adalah sumber belajar (Nana Sujana, 89:76) Sumber belajar tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri,
karena segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar/sebagai media pengajaran ddengan tujuan tertentu yang
telah dirumuskan sebelumnya.
Sumber belajar pada prinsipnya adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan dalam
belajarnya. dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam yaitu:
1). Sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar mengajar, biasa
disebut Learning resources by design (sumber belajar yang dirancang). Misalnya buku, brosur, ensklopedi, film, video,
tipe, slides, film strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang secara sengaja dirancang guna kepentingan kegiatan
pengajaran.
2). Sumber belajar yang dimafaatkan guna memberi kemudhan kepada Seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber
belajar yang ada disekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan
pengajaran. Sumber belajar ini disebut learning resources by ultilization. (Isbani, 87:6). Misalnya, pasar, toko, museum,
toko masyarakat dan sebagainya yang adanya dilingkungan sekitar seperti taman dan sebagainya yang adanya di
lingkungan sekitar seperti taman, gedung lembaga Negara, dan lain-lain. Segenap sumber belajar yang dirancang maupun
yang tidak dirancang diklasifikasikan sebagai orang, peralatan, teknik atau metode dan kondisi atau lingkungan. Dalam
prakteknya, segala macam sumber belajar, baik yang dirancang maupun yang dimanfaatkan, tidak selalu harus dibedakan
karena memang sulit untuk diidentifikasikan secara tegas.
215
b. Klasifikasi Sumber Belajar
Klasifikasi Jenis-Jenis Sumber Belajar
Klasifikasi lain yang bisa dilakukan terhadap sumber belajar sebagai berikut;
1) Sumber belajar tercetak; buku majalah, brosur, koran, poster denah, ensklopedi, kamus, booklet, dan lain-lain.
2) Sumber belajar non cetak; film, slides, video, model, audiocassette, transparasi, reali, obyek, dan lain-lain.
3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas; perpustakaan, ruang belajar, carrel, studio, lapangan olah raga, dan lain-lain.
4) Sumber belajar berupa kegiatan; wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan lain-lain.
5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat; taman, terminal pasar, toko, pabrik, museum, dan lain-lain.
Komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam sumber belajar itu, dan bagian-bagian itu merupkan satu
kesatuan yang suli berdiri sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara terpisah.
a. Komponen-komponen sumber belajar, antara lain:
1) Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar.
2) Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar
3) Pesan yang dibawah oleh sumber belajar
4) Tingkat kesulitan atau koleksitas pemakian sumber belajar
217
b. Faktor-faktor yang berpengaruh kepada sumber belajar, antara lain:
1) Perkembangan teknologi
2) Nilai-nilai budaya setempat
3) Keadaan ekonomi pada umumnya
4) Keadaan pemakai
220
pembelajaran yang memungkin semua orang bisa mengaskesnya. Penggunaan Blog dalam Pembelajaran bisa dijadikan media
interaksi antara guru dan pakar (guru); antara guru dan siswa, antar siswa dan siswa yang berkaitan dengan materi pendidikan.
Blog untuk kuliah maya, memuat:
Daftar mata kuliah
Silabus
Materi kuliah (ppt, pdf, doc, jpg, dll)
Referensi (e-book, url addres)
Pengumuman-pengumuman, tugas-tugas
Forum diskusi (milis, chating, instant messenger)
Profil dan kontak guru
Ujian
e. Media Pembelajaran Berbasis Slide Presentasi
a) Mengenal Program Power Point dan Manfaatnya dalam Pembelajaran
Microsoft Power Point adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang
efektif, professional, dan juga mudah. Microsoft Power Point akan membantu sebuah gagasan menjadi
lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena Microsoft Power Point akan membantu dalam
pembuatan slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clip
art yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer. Manfaat Program Power
Point dalam Pembelajaran: (1) penyampaian materi pembelajaran lebih menarik, (2) menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien, dan (3) materi pembelajaran disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.
221
a. Pengenalan Program Aplikasi Media Pembelajaran
Ada banyak program aplikasi berbasis ICT yang dapat digunakan dalam pembelajaran:
1) Program Al-Qur’an Flash
Program ini adalah mushaf al-Qur’an digital yang dapat dibaca dan dibuka seperti ketika membaca mushaf al-
Qur’an sebagaimana biasa yang dilengkapi dengan ayat-ayat yang berwarna warni sebagai petunjuk hukum
bacaan tajwid, program ini sangat berguna bagi guru yang akan mengajarkan membaca al-Qur’an di kelas
secara klasikal.
2) Program Al-Qur’an in Word
Program al-Qur’an in Word adalah program penulisan teks ayat al-Qur’an lengkap dengan harakat dan
terjemahannya dalam beberapa bahasa yang dipalikasikan pada program MS. Word. Program ini sangat
membantu bagi kita umat Islam yang ingin menulis ayat al-Qur’an dengan mudah tanpa hawatir muncul
kesalahan dalam penulisan ayat karena menulis secara manual menggunakan MS. Word.
3) Program KV-Soft Flipbook
Program ini merupakan program pengembangan media pembelajaran berbasis e-book karena dengan
memahami program ini siapapun dapat membuat buku, kitab, mushaf maupun gambar menjadi format buku
elektronik yang bisa dibuka dan dibaca menggunakan komputer. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis
perangkat lunak profesional untuk mengkonversi file PDF ke bentuk seperti buku. Halaman yang dapat di
tambah fungsi editing memungkinkan Anda untuk menanamkan video, gambar, audio, hyperlink, hotspot dan
objek multimedia ke halaman. Sehingga untuk membuat halaman buku multimedia menjadi begitu mudah
dengan software ini.
222
BAHAN AJAR
223
Bahan ajar umumnya didesain dengan tujuan tertentu (by design) yakni disusun dengan sistematika tertentu untuk
keperluan pembelajaran dan dalam kerangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Berbeda dengan buku teks pada
umumnya yang merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu, dia
tidak berorientasi pada proses pembelajaran atau pencapaian kompetensi sebagaimana bahan ajar.
Perbedaan karakteristik antara bahan ajar dan buku teks antara lain dapat digambarkan di bawah ini:
Bahan ajar Buku Teks
1. Menimbulkan minat baca 1. Mengasumsikan minat dari pembaca
2. Ditulis dan dirancang untuk siswa 2. Ditulis untuk pembaca (guru, dosen)
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran 3. Dirancang untuk dipasarkan secara luas
4. Disusun berdasar kan pola belajar yang 4. Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional
fleksibel 5. Disusun secara linear
5. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa 6. Stuktur berdasar logika bidang ilmu
dan kompetensi akhir yang akan dicapai. 7. Belum tentu memberikan latihan
6. Memberi kesempatan pada siswa untuk 8. Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa
berlatih 9. Belum tentu memberikan rangkuman
7. Mengakomodasi kesulitan siswa 10. Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif
8. Memberikan rangkuman 11. Sangat padat
9. Gaya penulisan komunikatif dan semi 12. Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan
formal umpan balik dari pembaca.
10. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
11. Dikemas untuk proses instruksional
12. Mempunyai mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari siswa
13. Menjelaskan cara mempelajari bahan
ajar.
224
Sebagaimana disebutkan dalam Sisdiknas tahun 2003 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan
siswa dan dengan sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran. Menurut sisdiknas tersebut ada tiga komponen penting
dalam pembelajaran yaitu; guru, siswa dan sumber atau bahan ajar. Kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik kalau
tidak tersedia sumber dan bahan ajar, untuk dapat membelajarkan siswa maka mutlak diperlukan bahan ajar, sehingga
memungkinkan siswa dapat belajar dimana dan kapan saja melalui sumber dan bahan ajar yang disiapkan. Sebab itu
kedudukan bahan ajar sangat penting sekali dalam proses pembelajaran. Hubungan antara komponen tersebut seperti
digambarkan di bawah ini:
Peserta Pendidik
Sumber
Lingkungan Belajar
225
Dalam proses pembelajaran kedudukan bahan ajar sangat penting sekali, manfaat bahan ajar bagi guru antara lain; (1)
menghemat waktu mengajar, (2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan (3) menciptakan suasana pembelajaran lebih
efisien & interaktif.
Sementara bagi siswa dapat; (1) mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri; (2) memperluas waktu belajar kapan
saja bias; (3) bisa belajar tanpa guru; (4) dapat belajar dengan kecepatan masing-masing; (5) dapat belajar dengan urutan
yang dipilih sendiri dan membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan.
Selanjutnya bahan ajar berfungsi untuk:
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk
menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang
kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang
lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. Lebih memantapkan
pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
d. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
226
Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur),
keterampilan, dan sikap atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb.
Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah
tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang
menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar
adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat; langkah-langkah berwudlu. Materi jenis
sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-
menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel
di bawah ini.
Tabel 1
Klasifikasi Materi Pembelajaran Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip
227
Contoh:
Ka’bah terletak di makkah; Masjid terbesar di Asia bernama Istiqlah yang
berada di Jakarta Negara Indonesia.
2. Konsep Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai
sanksi berupa denda atau pidana.
3. Prinsip Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jika…maka….).
Contoh:
Jika kita berbuat kebaikan maka kita akan mendapat pahala dari Allah dan
melalui ridloNya kita akan dimasukkan ke dalam surgaNya
4. Prosedur Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah
mengerjakan sesuatu secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah melakukan wudlu ialah:
1. Niat
2. Membasuh Muka
3. Membasuk kedua tangan sampai ke siku
4. Mengusap rambut
5. Membasuk kedua kaki hingga mata kaki
6. Tertib
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajran.
Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar
berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan
228
siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed);
Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
a. Bahan cetak (printed)
Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaed yaitu : (a) Bahan tertulis biasanya
menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari; (b) Biaya untuk pengadaannya relative sedikit; (c) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah
dipindah-pindahkan; (d) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu; (e) Bahan tertulis relative ringan
dan dapat dibaca di mana saja; (f) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti
manandai, mencatat, membuat sketsa; (g) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, (h)
Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain:
1) Handout: adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout
biasanya diambil dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar
dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara
lain dengan cara download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
2) Buku: adalah adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Oleh pengarangnya isi buku di dapat dari
berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi
229
seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
3) Modul: adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan
sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran
dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
menyelesaikan satu atau lebih kompotensi dasar dibandingkan dengan peserta didik, disajikan dengan menggunakan
bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
4) Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet): adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan
peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas
yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat
digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta
didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-
tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas
membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat
berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu
tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa
akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru
harus cermat dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, karena sebuah lembar harus memenuhi paling
tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapainya atau tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik.
230
5) Brosur: adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya
terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar
yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang
menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat hanya satu
kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya.
6) Leaflet: adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik
biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat
serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk
menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
7) Wallchart: adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi
tertentu. Agar wallchart terlihat menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata
warna dan pengeturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam
hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, wallchart harus memenuhi kriteria
sebagai bahan ajar antara lain harus memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai
oleh peserta didk, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang
siklus makhluk hidup binatang ular, tikus dan lingkungannya.
231
8) Foto: merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit
dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan muda karena hasil yang diragakan lebih mendekati
kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama. Foto ini
dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat yang lain dapat dilihat oleh orang yang berada jauh dari
tempat kejadian dalam bentuk setelah kejadian itu berlalu. Kalau kita memerlukan hasil yang hitam putih pergunakanlah
film hitam putih dan bila kita menghendaki hasil yang berwarna maka gunakan film yang berwarna.
Beberapa alasan penggunaan foto sebagai media pengajaran sebagai berikut:
a) Bersifat konkrit, para siswa akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan
b) Dapat mengatasi batas waktu dan ruang, melalui gambar dapat diperlihatkan kepada siswa foto-foto benda yang jauh
atau yang terjadi beberapa waktu lalu
c) Dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indra manusia. Misalnya benda-benda kecil yang tak dapat dilihat
dengan mata dan diperbesar sehingga dapat dilihat dengan jelas.
d) Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah
e) Mudah didapat dan murah biayanya, karenan dia mengandung nilai ekonomis dan meringankan beban sekolah yang
budgetnya terbatas
f) Mudah digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok
232
1) Kaset/piringan hitam/compact. Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan
kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan jar. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran
bahasa tau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan
alat dan bahan lainnya seperti tape recorder dan lembar skenario guru.
2) Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu.
Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada
jam tertentu guru merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita siaran
langsung suatu kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.
233
tertentu. Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara
baik, maka rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan
hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri
melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.
3) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media
(audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan
perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini sudah mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping
menarik juga memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar
multimedia derancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga penilaian.
3. Konsep Dasar Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Modul
a. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
1) Pengertian, Tujuan dan kegunaan LKS
Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta
didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan
untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secra baik
apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu bahan pembelajaran. Secara umum LKS merupakan perangkat
pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar
kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh
234
peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan
dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar sering dimanfaatkan sebagai buku latihan siswa yang
didalamnya memuat: Ringkasan Materi, dan soal-soal latihan. Dengan adanya ringkasan materi ini, siswa akan lebih mudah
memahami materi, dan melalui soal-soal latihan dapat membantu siswa memahami dan menguasai materi secara terbimbing
(guidance) melalui soal-soal yang diberikan baik berupa uraian singkat atau pilihan ganda.
Adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut:
1) LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai 100 halaman
2) LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu
3) Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum, rangkuman pokok bahasan, puluhan soal-soal
pilihan ganda dan soal-soal isian.
Tujuan dari LKS yaitu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar
mengajar. Selain itu, LKS akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Guru akan memiliki bahan ajar yang siap
digunakan, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis yang
tertuang dalam LKS.
Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
didapat. Dan bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta
mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. Selain itu dengan adanya LKS
siswa tidak perlu mencatat atau membuat ikhtisar atau resume pada buku catatannya lagi, sebab dalam tiap LKS biasanya
sudah terdapat ringkasan seluruh materi pelajaran.
235
Berdasarkan fungsi lembar kerja di atas, guru sebagai pengelola proses belajar, kedudukannya tidak dapat digantikan
oleh adanya lembar kerja. Karena keberadaan lembar kerja siswa ini adalah hanya membantu kemudahan dan kelancaran
aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi antara guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses belajar dapat
tercapai atau berhasil.
Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang
dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah
dengan menerapkan metode SQ3R (survey, Question, Read, Recite, Review atau mensurvei, membuat pertanyaan, membaca,
meringkas, dan mengulang)
Pada kegiatan survey, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika
ringkasan diberikan.
Pada tahap question, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat
membaca materi yang diberikan.
Pada tahap read, siswa dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda-tanda khusus
pada materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggaris bawahi
rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan pada tahap question.
Recite menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta untuk meringkas materi
dalam kalimat mereka sendiri.
Review dimaksudkan agar siswa sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah
selesai mempelajari materi tersebut. Dalam pengembangan LKS kita harus berusaha memasukkan unsur-unsur SQ3R
secara terintegrasi.
236
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai berikut.
1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
6) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara
sistematis. (Suyitno, 1997:40).
Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
1) Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.
Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan
peserta didik yang dipakai untuk menyampaiakn pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai
untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan
untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.
2) Lembar Kerja Siswa Berstruktur.
Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta
didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk
mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan
peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan
pada setiap siswa. (Indrianto, 1998:14-17).
237
2) Langkah-langkah menyusun LKS
1) Tahap Persiapan
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum diamaksudkan untuk menentukan kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Analisis
dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, dan
indicator ketercapaian hasil belajarnya.
b) Menyusun peta kebutuhan LKS
Pada kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan
LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuen LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
c) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar atau materi-materi pokok yang terdapat dalam
kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar,
sedangkan besarnya kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar,
sedangkan besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok
(MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun
apabila diuraikan menjadi lebih dari 4MP, maka perlu dipikirkan apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.
Judul LKS tidak harus sama dengan yang tercantum dalam kurikulum, yang penting adalah bahwa kompetensi dasar
yang harus dicapai secara esensi tidak berubah. Penentuan judul akan menjadi lebih mudah apabila pengalaman belajar
siswa diuraikan terlebih dahulu.
238
d) Penulisan LKS
Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum:
(1) Rumusan kompetensi dasar LKS.
(2) Menentukan alat penilaian.
(3) Menyusun materi.
(4) Menentukan alat penilaian
239
b) Rumusan kompetensi dasar pada suatu LKS diambil dari rumusan yang sudah ada dalam kurikulum atau dalam
silabus yang mengacu pada Permendiknas no.22 tahun 2006.
c) Menentukan alat penilaian
d) Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajarannya yang
digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi.
e) Penyusunan Materi
f) Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi
pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari
berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih
kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih mendalam
tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang
seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan
didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
3) Langkah-langkah Mendesain LKS
Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain LKS yaitu, a) tingkat kemampuan membaca, b)
pengetahuan siswa.
LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara mandiri, dan Guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang
diharapkan berperan aktif dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS adalah siswa. Jika desain LKS yang kita
kembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan kesulitan dalam memahami LKS. Berikut ini beberapa batasan
yang bisa dipakai untuk menentukan desain LKS.
240
a) Ukuran, pergunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan instruksional yang telah ditetapkan. Misalnya
jika menginginkan siswa untuk mampu membuat bagan alur, maka ukuran LKS sebaiknya A4 agar siswa cukup
ruang dan leluasa untuk membuat bagan.
b) Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan
mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu, pengorganisasian halaman juga perlu
diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana judul dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal
ini akan menimbulkan kesulitan siswa untuk memahami materi secara keseluruhan. Hal ini bisa ditanggulangi
dengan memanfaatkan penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan pola penulisan ini harus
konsisten.
c) Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diebrikan dalam LKS dapat dengan jelas dibaca siswa.
Sesempurna apa pun materi yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat membacanya dengan jelas, maka LKS
tidak akan memberikan hasil yang optimal.
Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan
didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,
kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak
pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang
efektif
Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin,
bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap
penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman
241
konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik
dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman
konsep.
b. Modul
1) Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya. Di bawah ini ciri-ciri modul, antara lain:
1) Disusun secara sistematis dan menarik mencakup isi materi, metoda, dan evaluasi yang dapat digunakan secara
mandiri
2) Bahasaannya dibuat sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa
3) Digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif dan efesien.
4) memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain
5) bersahabat dengan user atau pemakai, membantu kemudahan pemakai untuk direspon atau diakses.
6) mampu membelajarkan diri sendiri.
7) Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan terukur,
8) Materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, tersedia contoh-contoh, ilustrasi yang jelas
9) Tersedia soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya
10) Materinya up to date dan kontekstual,
11) Bahasa sederhana lugas komunikatif,
242
12) Terdapat rangkuman materi pembelajaran,
13) Tersedia instrument penilaian yang memungkinkan peserta diklat melakukan self assessment.
14) Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri,
15) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat,
16) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi
17) Dipergunakan untuk oang lain Bukan untuk penulis
3) Karakteristik Modul
1. Self instructional Peserta diklat mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada
pihak lain.
2. Self Contained Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub
kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
243
3. Stand alone Modul manual/multimedia yang dikembangkan tidak tergantung pada
media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
4. Adaptif Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab dengan
pemakainya
4) Bentuk Modul
a) Konsistensi dalam penggunaan:
• Font
• Spasi
• Tata letak (layout)
b) Format
• Format kolom tunggal atau multi
• Format kertas vertikal atau horisontal
• Icon yang mudah ditangkap
c) Organisasi
Tampilkan peta/bagan
244
Antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan susunan dan alur yang mudah dipahami
Judul, sub judul (kegiatan belajar), dan uraian yang mudah diikuti
d) Daya Tarik
Mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi
Menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah
atau warna.
Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
B. Prasarat
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Penjelasan Bagi Peserta diklat
245
2. Peran Guru Antara Lain
D. Kompetensi
E. Tujuan Akhir
II. PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta diklat
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
b. Uraian Materi
c. Rangkuman
d. Tugas
e. Tes Formatif
f. Kunci Jawaban Formatif
g. Lembar Kerja
2. Kegiatan Belajar 2
3. Kegiatan Belajar n
III. EVALUASI
A. Kognitif Skill
B. Psikomotor Skill
C. Attitude Skill
D. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standart
E. Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan
F. Kunci Jawaban
IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
6) Kiat Menyusun Modul
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun modul antara lain dibawah ini:
246
a. Menggunaan Ilustrasi dalam Modul. Ilustrasi dapat berupa: foto, gambar, grafik, tabel, kartun, dsb, yang memiliki fungsi:
Fungsi Ilustrasi, Fungsi deskriptif, Fungsi ekspresif, Fungsi Analitis, Fungsi kuantitatif
b. Merumuskan Tujuan Akhir. Perumusan tujuan akhir berisi pernyataan pencapaian kompetensi sesuai yang ada dalam
kurikulum dan silabus. Rumusan tujuan tersebut harus memuat:
Kinerja yang diharapkan
Kriteria keberhasilan
Kondisi atau variable yang diberikan
Contoh Tujuan Akhir Modul. Peserta diklat dapat menyusun modul belajar (kinerja) berdasarkan prosedur dan langkah-
langkah yang benar (kriteria) dan dapat menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran (kondisi).
c. Tujuan kegiatan pembelajaran.
Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk mencapai satu indikator kompetensi pada kompetensiu dasar setelah
mengikuti satu satuan kegiatan belajar berisikan komponen: kemampuan, kondisi, dan kriteria. Contoh tujuan kegiatan
belajar peserta diklat dapat menerapkan prosedur pengembangan materi dalam penyusunan RPP.
d. MenyusunTugas
Berisi instruksi untuk peserta diklat meliputi:
Tugas-tugas yang harus diketahui dan dikerjakan sesuai kriteria unjuk kerja
247
e. Menyusun Tes Formatif
Berisi tes tertulis sebagai bahan pertimbangan bagi peserta dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan kegiatan
belajar yang telah dicapai sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikut (lembar kerja).
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip
dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Pertama, Prinsip relevansi
artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta,
maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan. Kedua, Prinsip konsistensi artinya keajegan.
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam
248
hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis, materi yang diajarkan juga harus meliputi pengertian thaharah
(bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis. Ketiga, Prinsip kecukupan artinya
materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi
tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu
untuk mempelajarinya.
Ada beberapa kriteria yan dijadikan pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar secara umum dan bahan
ajar PAI khususnya. Menurut Harjanto (1997: 222), materi pelajaran atau bahan ajar berada dalam ruang lingkup isi
kurikulum. Karena itu, pemilihan materi atau bahan ajar tentu harus sejalan dengan ukuran-ukurran (kriteria) yang digunakan
untuk memilih isi kurikulum mata pelajaran bersangkutan. Secara garis besar ada sejumlah kriteria pada tabel berikut:
Kriteria Sasaran
249
Akurat dan up to Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam
date bidang teknologi.
Kemudahan Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data.
Kerasionalan Mengembangkan kemampuan berpikir rasional, bebas, logis.
Essensial Untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan
Kebermaknaan Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial.
Keberhasilan Merupakan ukuran keberhailan untuk mempengaruhi tingkah laku siswa.
Keseimbangan Mengembangkan pribadi peserta didik secara seimbang dan menyeluruh.
Kepraktisan Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjanto (1997), bahwa ada sejumlah kriteria pemilihan materi pelajaran (bahan ajar) yang
akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan sekaligus menjadi dasar penentuan strategi pembelajaran, yaitu: kriteria
tujuan pembelajaran, materi/bahan ajar terjabar, relevan dengan kebutuhan siswa, dan kesesuaian dengan kondisi masyarakat,
mengandung segi-segi etik, urutan yang sistematis dan logis, bersumber dari sumber yang baku.
1) Kriteria tujuan pembelajaran. Suatu materi/bahan ajar yang dipilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan terkait aspek
tertentu (kognitif, afektif, atau psikomotor). Karena itu bahan ajar yang dipilih tentu yang sejalan dengan tujuan tersebut.
Contoh: tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mempraktikkan gerakan shalat dengan baik dan benar. Bahan ajar
yang dipilih tentu yang mendukung kemampuan peserta didik untuk mempraktikkan gerakan shalat, untuk ini jenis bahan
ajarnya dapat dipilih foto atau video yang menunjukkan gerakan shalat yang sempurna. Artinya tidak cukup hanya bahan
250
ajar sebentuk handout yang berisi uraian materi saja tetapi perlu dilengkapi dengan foto atau gambar gerakan shalat yang
sempurna).
2) Materi/bahan ajar terjabar. Perincian bahan ajar berdasarkan pada tuntutan indikator kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Artinya ada keterkaitan yang erat antara
spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi/bahan ajar.
3) Materi relevan dengan kebutuhan Siswa. Kebutuhan pokok siswa adalah agar mereka dapat berkembang berdasarkan
potensi yang dimilikinya. Karena itu bahan ajar yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan upaya untuk
mengembangkan pribadi siswa secara utuh, meliputi aspek kognitif, nilai dan keterampilan. Artinya bahan ajar yang
dikembangkan jangan hanya berorientasi pada pengembangan aspek kognitif saja.
4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan
mampu hidup mandiri. Karena itu bahan ajar yang dipilih hendaknya turut membantu memberikan pengalaman edukatif
yang bermakna bagi perkembangan siswa menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5) Bahan ajar mengandung segi-segi etik. Bahan ajar yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan
moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari bahan ajar yang mereka terima di
arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik, berkarakter sesuai dengan sistem nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakatnya.
6) Bahan ajar tersusun dalam lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Setiap bahan ajar disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu kompetensi dasar tertentu. Bahan ajar disusun secara
berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan demikian diharapkan isi bahan ajar
akan lebih mudah diserap peserta didik dan dapat diamati keberhasilannya segera.
251
7) Bahan ajar bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi pendidik yang ahli dan masyarakat. Ketiga faktor
tersebut perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar. Buku sumber yang baku disusun oleh para ahli dalam bidangnya
dan disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Guru yang ahli penting, karena sumber utama memang pendidik itu
sendiri. Pendidik dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada siswa berdasarkan ukuran
pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, terkait bahan ajar tertentu.
c. Alternatif Tindakan Strategis dalam Memilih dan Menyusun bahan Ajar
Strategi dapat dipahami dalam arti “...sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu” (Sanjaya: 2006, h.125). Ada
beberapa hal yang yang merupakan bagian dari suatu rencana pengembangan dan penyusunan bahan ajar, yaitu: mengenali
unsur-unsur bahan ajar dan kriteria pemilihan bahan ajar yang baik. Dua hal tersebut harus diperhatikan dan dipersiapkan
serta direncanakan terlebih dahulu sebelum menyusun bahan ajar.
a. Mengenali Unsur-Unsur Bahan Ajar
Menurut Zulfiani, dkk. (2009) Untuk membuat bahan ajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka perlu
memperhatian unsur-unsur yang meliputi : (1) Petunjuk Belajar, merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu diketahui baik
oleh siswa maupun pendidik meliputi materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran; (2) Kompetensi Yang Akan
Dicapai, bahwa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik perlu penetapan standar kompetensi yang meliputi
standar materi atau standar isi (content standard) berisikan jenis, kedalaman, & ruang lingkup materi pembelajaran yang
harus dikuasi siswa serta standar pencapaian atau standar penampilan (performance standard) berisikan tingkat penguasaan
yang harus ditampilkan siswa sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang dibahas sehingga jelas indikator pencapaian hasil
dalam pembelajaran; (3) Informasi Pendukung, merupakan informasi-informasi yang harus diketahui atau dijelaskan kepada
siswa yang dapat menambah wawasan maupun pengetahuan siswa. Dalam hal ini diperlukan kemauan dari siswa untuk
252
menambah wawasan, pengetahuan dengan mempelajari materi lain yang senada dengan materi pokok yang dibahas dalam
suatu pengajaran yang pada akhirnya menambah pemahaman siswa. Contoh Foto/ Ilustrasi, Kotak Kecil (insert ) yang
berfungsi untuk memperjelas materi yang perlu dipahami oleh siswa; (4) Latihan-Latihan, merupakan tugas-tugas yang
diberikan oleh pendidik kepada siswa dalam rangka mempraktikkan teori yang telah diberikan sehingga dengan pemberian
latihan akan menambah dan meningkatkan keterampilan siswa terhadap materi ajar yang diberikan dalam proses
pembelajaran; (5) Petunjuk Kerja atau Lembar Kerja adalah form / lembaran yang berisi catatan-catatan sistematis atau
tahapan-tahapan proses kegiatan sebagai langkah prosedural yang ditempuh siswa dalam proses pembelajaran hal ini banyak
dilakukan untuk materi praktik; (6) Evaluasi, merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran artinya
sebagai wahana atau sarana mengukur penilaian terhadap pemahaman dan pekerjaan siswa. Proses evaluasi ini merupakan
komponen terakhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi yang baik maka dapat
dipakai sebagai indikator keberhasilan dan efektifitas pembelajaran dan apabila hasil pengukuran atau penilaian belum
memuaskan maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pola atau strategi yang berbeda.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan: unjuk kerja (performance); penugasan (proyek/project); hasil kerja(produk/product);
tes tertulis (paper & pen); portofolio (portfolio); penilaian sikap.
b. Mengenali Kriteria Bahan Ajar yang Baik
Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria
pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa
materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya
berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya kompetensi inti (standar kompetensi dalam KTSP)
253
dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar.
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi
yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:
1) Sesuai dengan topik yang dibahas
2) Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.
3) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami.
4) Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya.
5) Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu
oleh siswa.
6) Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.
Selain kriteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta pemikiran. Ketika
menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang penyelenggaraannya menggunakan kurikulum,
maka rujukan utama dari bahan ajar yang disusun adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, dan KD; Standar sarana dan
Buku pegangan utama yang digunakan.
1) Memilih sumber bahan ajar
Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau
bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual,
dan sebagainya.
255
tentang rukun shalat; (2) menghafalkan doa’doa dalam shalat; dan selanjtnya (3) penerapan/mempraktikkan shalat
berdasarkan rukun shalat yang benar.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid
terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya.
Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat
(prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari.
Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan
pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
a) Pendekatan prosedural. Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut
sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah berwudlu, langkah-langkah
menghilangkan kotoran najis berat atau mughaladzah.
b) Pendekatan hierarkis. Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang
dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya.
256
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Agar siswa dapat menjalankan sholat dengan benar dan memenuhi syarat dan rukunnya, maka pertama siswa harus
mempelahari dan memahami dulu materi tentang thaharah atau tata cara bersuci terutama yang berkaitan dengan cara
berwudlu. Kemudian siswa mempelajari syarat dan rukun shalat dengan bacaan-bacaan yang ada di dalamnya.
Selanjutnya siswa mempraktikan gerakan-gerakan shalat dengan benar secara tertib.
257
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai
sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya
masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
4) Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai
kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.
5) Profesional
Kalangan profesional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di
bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat
ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.
6) Buku kurikulum
Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar
kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum
hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
a) Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran.
Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu baik
sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.
b) Internet
258
c) Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh segala macam sumber
bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan
tersebut dapat dicetak atau dikopi.
d) Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
e) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat
mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi.
f) Lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
g) Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan
lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai,
jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya
merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber
bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-
buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan
materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya
guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku
teks dan buku penunjang yang lain.
E. Rangkuman
259
1. Guru sebagai pengendali utama di dalam proses pembelajaran di kelas perlu mengamati terlebih dahulu terhadap buku
siswa maupun buku pegangan guru yang telah disediakan pemerintah. Hal ini dimaksudkan jika terjadi kekeliruan dan
ketidaktapatan dalam buku tersebut. Beberapa hal yang diperlukan dalam melakukan analisis buku pegangan guru dan
siswa: (1) kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD, (2) kecukupan materi, (3)
kedalaman materi, (4) kebenaran materi, (5) kesesuaian pendekatan yang digunakan, dan (5) kesesuaian penilaian. Bentuk
penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini penilaian authentik. Buku pegangan guru dan siswa yang digunakan
perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian authentik tersebut. Dari beberapa komponen hasil analisis yang telah dilakukan,
jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian atau ketidaklengkapan, guru perlu menindaklanjutinya dengan membuat
tambahan-tambahan materi, contoh atau bentuk penilaian yang disarankan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah.
2. Silabus termasuk salah satu perangkat pembelajaran. Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
tiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok/tema (untuk tingkat SD/MI), pembelajaran; penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu
yang mencakup: data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; materi pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran,
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan
sumber belajar; langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan penilaian. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
260
peserta didik dalam upaya mencapai KD, sesuai dengan standar proses pembelajaran. RPP minimal harus memuat Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian.
4. Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan standar kompetensi lulusan (SKL) digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Kompetensi inti (KI) adalah tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik di setiap tingkat
kelas atau program. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,
gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
(afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan
(kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan
(kompetensi inti 4). Kompetensi dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh
Peserta Didik melalui pembelajaran. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran.
261
5. RPP dapat dikembangkan melalui langkah-langkah: (1) mengkaji silabus pada kurikulum tingkat nasional, (2)
mengidentifikasi materi pembelajaran, (3) menentukan tujuan, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi dari
KD, (5) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (6) penjabaran jenis penilaian, (7) menentukan alokasi waktu, dan (8)
menentukan sumber belajar.
6. Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Fungsi
media pembelajaran: (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik, (2) melampaui
batasan ruang kelas, (3) media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya, (4) menghasilkan keseragaman pengamatan, (5) menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis, (6) membangkitkan keinginan dan minat baru, (7) membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar,
(8) memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak, dan lain-lain.
7. Secara umum media mempunyai kegunaan: (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (2) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid
dengan sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori &
kinestetiknya (self regulated learning), (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &
menimbulkan persepsi yang sama.
8. Media pembelajaran Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama dalam kegiatan
pembelajaran: (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah
kata, (2) teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science), (3) teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu
untuk pembelajaran (literacy). Terdapat berbagai jenis dan karakteristik media belajar, diantaranya: (1) media grafis, (2)
262
media audio, (3) media proyeksi diam. Di samping itu, ada media teknologi informasi dan komunikasi mencakup: (1)
situs internet Arab, (2) E-Kutub Arabiyah (e-book), (3) CD Multimedia Interaktif, dan (4) games online/offline.
9. Sumber belajar adalah segala daya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran untuk kepentingan proses belajar
mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau secara keseluruhan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam. Pertama, sumber belajar yang dirancang
atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu belajar mengajar, seperti buku, brosur, ensklopedi, film,
video, tipe, slides, film strips, OHP. Kedua, sumber belajar yang dimafaatkan guna memberi kemudhan kepada Seseorang
dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak dirancang
untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran, seperti pasar, toko, museum, toko masyarakat dan sebagainya.
j) Media pembelajaran dapat dikembangkan melalui langkah-langkah: (1) mengkaji standar kompetensi dan kompetensi
dasar, (2) mengkaji media yang cocok dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan bagaimana cara
pencapaiannya, (3) merumuskan strategi dan caranya, (4) mengembangkan naskah atau isi pesan, (5) memilih bentuk dan
jenis media pembelajaran, (6) merancang dan menyelesaikan media pembelajaran, (7) melakukan uji coba dan evaluasi,
(8) melakukan perbaikan, (9) melakukan evaluasi penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar.
k) Pemanfaatan ICT dalam konteks pendidikan pada dasarnya lebih cenderung pada proses pembelajaran itu sendiri. Contoh
pengembangan media pembelajaran, antara lain: (1) membuat synopsis atau story board, (2) membuat flipchart, (3)
membuat poster, dan lain-lain. Pengembangan ICT juga dapat dilakukan untuk: (1) pencarian data melalui Search Engine
(Mesin Pencarian), (2) yahoo Mail, (3) pembuatan blog pembelajaran, dan lain-lain. Ada juga pengembangan media
pembelajaran berbasis slide presentasi, seperti power point dan program aplikasi dalam pembelajaran, seperti: program
Al-Qur’an Flas dan program Al-Qur’an in Word.
263
l) Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Bahan ajar didesain dengan tujuan tertentu (by design) yakni disusun dengan sistematika
tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam kerangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Kedudukan bahan
ajar sangat penting dalam proses pembelajaran. Manfaat bahan ajar bagi guru antara lain; (1) menghemat waktu
mengajar, (2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan (3) menciptakan suasana pembelajaran lebih efisien & interaktif.
Sementara bagi siswa dapat; (1) mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri; (2) memperluas waktu belajar kapan saja
bias; (3) bisa belajar tanpa guru; (4) dapat belajar dengan kecepatan masing-masing; (5) dapat belajar dengan urutan
yang dipilih sendiri dan membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan.
m) Bahan ajar pada dasarnya semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan pembelajaran. Secara umum wujud
bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-
dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif. Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Bahan ajar dengar
adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio. Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio visual
seperti video compact disk, film.
n) Bahan ajar juga mencakup LKS dan modul. Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang
berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang
akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan
tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secra baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain
264
yang terkait dengan materi tugasnya. Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. Bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan
yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri
siswa. Penulisan LKS Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum: (1) rumusan
kompetensi dasar LKS, (2) menentukan alat penilaian, (3) menyusun materi, (4) menentukan alat penilaian. Struktur LKS
secara umum: (1) judul, mata pelajaran, semester, tempat, (2) petunjuk belajar, (3) kompetensi yang akan dicapai, (4)
indicator, (5) informasi pendukung, (6) tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan (7) penilaian.
o) Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi
yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya. Tujuan penulisan modul antara lain: (1)
memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi keterbatasan waktu,
ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun guru/instruktur, (3) dapat digunakan secara tepat dan
bervariasi. Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penyusunan
dan tahap validasi dan penyempurnaan.
p) Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait strategi pemilihan dan penyusunan bahan ajar yang relevan dengan
kebutuhan pembelajaran PAI: (1) prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar; (2) faktor pertimbangan dalam memilih dan
menyusun bahan ajar, (3) alternatif tindakan strategis dalam memilih dan menyusun bahan ajar; (4) alternatif bentuk
penyusunan bahan ajar (LKS dan modul) (5) pendekatan pengembangan strategi pengembangan materi PAI. Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Pertama, prinsip relevansi,
artinya materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar
265
kompetensi dan kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi (keajegan). Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Ketiga, prinsip kecukupan
artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
q) Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pertama, pendekatan subjek akademis. Pendekatan
ini dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing.
Kedua, pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manusia”. Penciptaan
konteks yang akan memberi peluang mausia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan
dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Ketiga, pendekatan teknologis.
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan termasuk mengembangkan materi pelajaran
bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan
disesuaikan dengan analisis tugas (job analysis) tersebut. Keempat, pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan
memerankan ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
r) Langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran, dan (3) memilih jenis
materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
s) Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan.
Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran akan menghindarkan guru
266
dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian
(sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar
sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan
ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan
hierarkis.
8) Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar dapat diperole(1) h. Berbagai sumber dapat digunakan untuk
mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar antara lain: (1) uku teks, (2)
laporan hasil penelitian, (3) jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah), (4) pakar bidang studi, (5)
professional, (6) buku kurikulum, (7) penerbitan berkala, (8) penerbitan berkala, (9) internet, dan lain-lain.
F. Latihan
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah …
a. Buku diberikan kepada seluruh guru
b. Buku diberikan kepada seluruh siswa
c. Buku disiapkan oleh pemerintah pusat
d. Buku diberikan secara cuma-cuma
2. Di bawah ini yang bukan termasuk dalam komponen analisis buku siswa
a. Informasi pembelajaran sesuai standar proses
b. Kesesuaian isi buku dengan tuntutan SKL, KI, dan KD
267
c. Kesesuaian penilaian
d. Kebenaran materi
3. Aspek yang dianalisis dalam buku guru di antaranya kecukupan materi ditijau dari:
a. Pola pikir keilmuan
b. Karakteristik siswa
c. Alokasi waktu
d. Kemampuan guru
4. Ada beberapa alasan guru melakukan analisis terhadap buku pegangan guru dan siswa, yaitu:
a. Buku guru merupakan dokumen hidup
b. Buku siswa merupakan dokumen hidup
c. Buku guru dan siswa merupakan dokumen hidup
d. Kebutuhan dan keperluan zaman selalu dinamis
5. Seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh peserta didik setelah
mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satu pendidikan disebut …
a. Standar Kompetensi Lulusan
b. Kompetensi
c. Kompetensi Inti
d. Kompetensi Dasar
6. Tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik dalam
setiap tingkat atau program disebut …
268
a. Kompetensi Inti
b. Kompetensi Dasar
c. Standar Kompetensi Lulusan
d. Kompetensi
7. Kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan disebut …
a. Kompetensi
b. Standar Kompetensi Lulusan
c. Kompetensi Inti
d. Kompetensi Dasar
8. Kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran disebut …
a. Kompetensi
b. Kompetensi Dasar
c. Kompetensi Inti
d. Standar Kompetensi Lulusan
9. Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru lebih dulu memprogramkan waktu. Pengalokasian waktu
dapat disusun dalam bentuk …
b. Program tahunan
c. Program semester
d. Program kokurikuler
e. Program tahunan dan semester
269
1. Acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata pelajaran disebut …
a. Silabus
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran
c. Kompetensi
d. Kompetensi Inti
2. Rencana pembelajaran rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu disebut …
a. Silabus
b. Rencana pelaksanaan pembelajaran
c. Kompetensi
d. Kompetensi Inti
3. Di bawah ini yang tidak termasuk dalam dalam komponen silabus adalah …
a. Kompetensi Inti
b. Kompetensi Dasar
c. Metode Pembelajaran
d. Sumber Belajar
4. Di bawah ini yang tidak termasuk komponen RPP dalam perencanaan pembelajaran adalah …
a. Materi Pokok
b. Alokasi Waktu
c. Tujuan pembelajaran
d. Tanda tangan kelapa sekolah
270
5. Rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran disebut …
a. Media pembelajaran
b. Alat pembelajaran
c. Perlengkapan pembelajaran
d. Sumber belajar
6. Penentuan alokasi waktu dalam setiap kompetensi dasar didasarkan pada:
a. Program tahunan
b. Program semester
c. Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
d. Silabus pembelajaran
7. Materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
merupakan pengertian dari:
a. Bahan rujukan
b. Bahan ajar
c. Bahan cetak
d. Bahan interaksi
8. Di bawah ini yang tidak termasuk karakterisitik bahan ajar adalah …
a. Menimbulkan minat baca
b. Ditulis dan dirancang untuk siswa
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
271
d. Di tulis untuk pembaca
9. Materi yang berkenaan dengan nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, termasuk
jenis materi
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
10. Materi yang berkenaan dengan dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep merupakan
materi
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
11. Materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas
adalah materi jenis
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
12. Yang tidak termasuk manfaat bahan ajar bagi guru ...
272
a. Menghemat waktu mengajar
b. Membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan
c. Menempatkan guru sebagai fasilitator
d. Menciptakan suasana PBM lebih efisien & interaktif .
13. Yang tidak termasuk manfaat bahan ajar bagi siswa …
a. Bisa belajar tanpa guru
b. Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing
c. Dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri
d. Bisa menghemat waktu belajar
14. Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana. Contoh
tersebut termasuk jenis materi
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
15. Di bawah ini termasuk wujud bahan ajar kecuali
a. Bahan ajar IT
b. Bahan cetak (printed)
c. Bahan ajar lihat-dengar (audio visual)
d. Bahan ajar interaktif.
273
16. Beberapa manfaat atau keuntungan dari bahan ajar kecuali
a. Biaya untuk pengadaannya relative sedikit
b. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti manandai, mencatat,
membuat sketsa
c. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
d. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan jarak jauh
17. Bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik pengertian dari
a. Buku
b. Handout
c. Brosur
d. LKS
18. Bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan merupakan pengertian dari
a. Modul
b. Handout
c. Buku
d. LKS
19. Buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru
pengertian dari
a. Buku
b. Handout
274
c. Modul
d. LKS
20. Dibawah ini macam-macam bahan ajar cetak keculai
a. Buku
b. Handout
c. Brosur
d. Radio
21. Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio termasuk bahan ajar dengan menggunakan
a. Visual
b. Audio
c. Interaktif
d. Audio visual
22. Video/film, orang/nara sumber termasuk bahan ajar dengan menggunakan
a. Visual
b. Audio
c. Interaktif
d. Audio visual
23. Di bawah ini yang tidak termasuk kriteria bahan ajar yang baik adalah …
a. Sesuai dengan topik yang dibahas
b. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas
275
c. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa
d. Menggunakan teknologi yang terbaru dalam proses pembelajaran
24. Rujukan utama dalam penyusunan bahan ajar berikut ini kecuali
a. Standar kompetensi lulusan (SKL),
b. SK, dan KD,
c. Buku pedoman/pegangan
d. Modul
25. Lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik merupakan pengertian dari …
a. Buku
b. Handout
c. LKS
d. Brosur
26. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan buku latihan siswa didalamnya memuat …
a. Rencana pembelajaran guru
b. Ringkasan materi dan soal-soal latihan
c. Keseluruhan sumber belajar bagi siswa
d. silabus
27. Yang tidak termasuk ciri-ciri LKS di bawah ini …
a. LKS terdiri dari beberapa halaman
b. LKS dipergunakan oleh satuan pendidikan tertentu
276
c. Memuat pokok bahasan secara umum
d. LKS terdiri dari 100 halaman lebih
28. Yang tidak termasuk manfaat penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
a. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri
b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran
c. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep
d. Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran
29. Yang tidak termasuk fungsi LKS bagi guru sebagai berikut:
a. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri
b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran
c. Menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya
d. Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran
30. Bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi
merupakan pengertian dari …
a. Buku
b. Modul
c. Handout
d. LKS
31. Yang tidak termasuk tujuan penulisan modul adalah …
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal
277
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera
c. Digunakan secara tepat dan bervariasi
d. Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri
32. Salah satu karakteristik Modul …
a. Komprehensif
b. Adaptif
c. Interaktif
d. Humanistik
33. Yang tidak termasuk kiat-kiat dalam menyusun modul adalah …
a. Menggunakan ilustrasi dalam modul
b. Penggunaan syarat kalimat
c. Tujuan kegiatan pembelajaran
d. Tujuan penyusunan modul
34. Modul mempunyai kerangka dalam penulisan. Dibawah ini yang tidak termasuk kerangka modul adalah …
a. Pendahuluan
b. Pembelajaran
c. Evaluasi
d. Analisis
35. Dibawah ini yang tidak termasuk prinsip-prinsip pemilihan materi pembelajaran adalah …
a. Relevansi,
278
b. Konsistensi
c. Komprehensif
d. Kecukupan.
36. Kriteria pokok pemilihan bahan/materi pembelajaran adalah
a. SKL
b. SK dan KD
c. Indikator
d. Tujuan pembelajaran
37. Berikut yang tidak termasuk langkah-langkah pemilihan bahan …
a. Memilih sumber bahan ajar
b. Memilih bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD
c. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar
d. Menyesuaikan dengan keinginan peserta didik
38. Dalam menentukan ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan aspek-aspek penting. Yang tidak termasuk
aspek penting itu …
a. Fleksibelitas
b. Keluasan
c. Kedalaman
d. Materi
39. Beberapa pendekatan yang dipakai dalam penentuan urutan bahan ajar adalah …
279
a. Pendekatan konsep
b. Pendekatan fakta
c. Pendekatan prinsip
d. Pendekatan prosedural
40. Prinsip relevansi artinya …
a. Keajegan
b. Keterkaitan
c. Memadai
d. Keteraturan
41. Prinsip konsistensi artinya …
a. Keajegan
b. Keterkaitan
c. Memadai
d. Keteraturan
42. Prinsip kecukupan artinya …
a. Keajegan
b. Keterkaitan
c. Memadai
d. Keteraturan
43. Berbagai jenis aspek standar kompetensi materi pelajaran dapat dibedakan menjadi jenis materi …
280
a. Afektif, psikomotorik
b. Kognitif, afektif
c. Kognitif, afketif, psikomotorik
d. Kognitif, psikomotorik
44. Dengan mengacu pada kompetensi dasar kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita ajarkan berupa …
a. Fakta, prinsip, psikomotor
b. Prosedur, psikomotor, konsep
c. Konsep, prosedur, fakta, psikomotr
d. Psikomotorik, fakta, prosedur, konsep, prinsip
45. Suatu pendekatan yang digunakan guru dalam mengorganisasi materi dengan mengaitkan sebagai satu kesatuan utuh
antara tema-subtema satu dengan tema-subtema yang lainnya dalam satu mata pelajaran disebut …
a. Pendekatan sistemik
b. Pendekatan prosedural
c. Pendekatan terjala
d. Pendekatan organik
46. Suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi dengan mempertimbangkan prosedur atau
langkah-langkah yang harus di kerjakan dalam suatu tugas pembelajaranbdisebut …
a. Pendekatan sistemik
b. Pendekatan prosedural
c. Pendekatan terjala
281
d. Pendekatan organik
47. Bentuk pendekatan terpadu (integrated) atau tematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi
pembelajaran dengan cara mengaitkan dan memadukan beberapa tema dari berbagai mata pelajaran yang relevan
disebut …
a. Pendekatan sistemik
b. Pendekatan prosedural
c. Pendekatan terjala
d. Pendekatan organik
48. Yang tidak termasuk strategi penyampaian bahan ajar oleh guru adalah …
a. Strategi urutan penyampaian simultan
b. Strategi urutan penyampaian suksesif
c. Strategi urutan penyampaian mekanisme
d. Strategi urutan penyampaian afektif
49. Menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
282
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes
50. Menurut strategi urutan penyampaian suksesif, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes
51. Menurut strategi urutan penyampaian fakta, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Penyajian materi dengan lisan, tulisan, dan pemberian bantuan siswa untuk menghafal
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes
52. Menurut strategi urutan penyampaian konsep, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
283
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes
53. Menurut strategi urutan penyampaian materi pembelajaran prinsip, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-soal latihan, pemberian umpan balik,
pemberian tes
54. Menurut strategi urutan penyampaian materi prosedur, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi, pemberian latihan, pemberian umpan balik,
pemberian tes
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula
284
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-soal latihan, pemberian umpan balik,
pemberian tes
55. Menurut strategi urutan penyampaian materi aspek afektif, materi secara keseluruhan disajikan secara …
a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi, pemberian latihan, pemberian umpan balik,
pemberian tes
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara
mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), pemberian
latihan (exercise) pemberian umpan balik
d. Penciptaan kondisi, pemodelan, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran
56. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, ada yang tidak termasuk dalam kegiatan siswa yaitu: …
a. Menghafal
b. Menganalisis
c. Menemukan
d. Memilih
57. Yang dimaksud dengan memilih dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa adalah …
a. Menghafal verbal dan menghafal parafrase
b. Menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur
285
c. Menggunakan, mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
d. Memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
58. Suatu model pembelajaran yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya dengan
situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan sebagai anggota masyarakat di mana siswa hidup merupakan pengertian
dari
a. Pembelajaran humanistik
b. Pembelajaran behavioristik
c. Pembelajaran konstruktivistik
d. Pembelajaran kontekstual
59. Pembelajaran kontekstual dilandasi filsafat
a. Behaviorisme
b. Konstruktivistik
c. Humanistik
d. Progresif
286
3. Jelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan jika ditemukan ketidaksesuaian dan ketidaktepatan beberapa hasil
analisis yang telah dilakukan terhadap buku guru dan siswa?
4. Jelaskan perbedaan SKL, KI, dan KD dalam Kurikulum 2013!
5. Jelaskan cara menentukan pekan efektif dalam rencana pembelajaran?
6. Jelaskan perbedaan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)!
7. Sebutkan fungsi dan kegunaan media pembelajaran!
8. Sebutkan jenis dan karakteristik media pembelajaran!
9. Sebutkan langkah-langkah dalam pengembngan media pembelajaran!
10. Berikan contoh bentuk pengembngan media pembelajaran!
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban
yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar
tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
287
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus!
Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.
G. Daftar Pustaka
Abdorrakhman Ginting. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Humaniora
Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala:
Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan Intelektual terhadap Hasil
Belajar Konsep. Jakarta : PAU - UT.
Arsyad Azhar. (2005) Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. Error! Hyperlink reference not valid.didownload pada tanggal 20 Mei 2007.
Asnawir dan Basyirudin, Usman. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers
Blanchard, Alan. (2001). Contextual Teaching and Learning. BEST: USA.
Bloom et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. New York: McKay.
Center for Civics Education (1997). National Standard for Civics and Governement. Calabasas CA: CEC Publ.
CORD. 2001. What is Contextual Learning. World Wide Internet Publishing, Waco Texas.
Degeng, I. Nyoman S. (1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud. Dikti. Proyek P2LPTK.
Dick, W. & Carey L. (1978). The Systematic Desgin of Instruction. Illinois: Scott & Co. Publication.
Dick, W. & Carrey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction. Glenview, Illinois: Scott, Foresman dan Company.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan Pendidikan Menengah umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan
288
Menengah Umum.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Sekolah
Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah (2010): Modul Pengembangan Pendidikan Islam Pada Sekolah, Jakarta,
Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama RI
Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, Teaching, and Evaluating: a Competency Approach. Chicago: Nelson-Hall.
Fowler, J.W. (1995). Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Fraenkel, J.R. (1997). How to Teach About Values: An Analytic Approach. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc.
Gagne, N. L. & Berliner, D. C. (l984). Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.
Gagne, R. M. & Briggs, L. J. (l979). Prinsiples of In-structional Design. New York: Holt, Renehart and Winston.
Gagne, R.M. (l967). The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-Based Education: a Process for the Improvement of Education. New
Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Harjanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hardjito. (2002). Internet Untuk Pembelajaran. Di download pada tanggal 21 Mei 2007.
Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan PAI 2. Semarang: Jurusan PAI UNNES.
Indrianto, Lis. (1998). Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran PAI Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar PAI. Semarang: IKIP Semarang.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Publ.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational Systems Planning. New Jersey: Englewood Cliffs.
289
Kemp, Jerold (1977). Instructional Design: a Plan for Unit and Curriculum Development. New Jersey: Sage Publication.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing Standard-Based Districs, Schools, and Classrooms. Vriginia: Assiciation for
Supervision and Curriculum Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey: Educational Technology
Publications, Engelwood Cliffs.
Muhaimin, 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Nuansa.
Muhaimin, (2005). Pengembangan Kurikulum, sekolah umum, madrasah dan perguruasn tinggi, Bandung: Nuansa.
Muhaimin. (2010). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nana Sudjana. (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: Sinar Baru.
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for Instructional Systems Development. New York: Academic Press.
Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana. com, diakses 14 Desember 2010
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional Theories in Action: Lessons Illustrating Selected Theories and Models. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ.
Russell, James D. (1984). Modular Instruction: a Guide to Design, Selection, Utilization and Evaluation of Modular
Materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September 2010
Sounders, John. (1999). Cotextually Based Learning: Fad or Proven Practice. CORD. Waco, Texas, USA.
S.T. Vebrianto, (1985). Pengantar Pengajaran Modul, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.
Suyitno, Amin, dkk. (1997). Dasar dan Proses Pembelajaran PAI. Semarang: FMIPA Unnes.
Tarmizi Taher, (1996). Prospek Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dalam Pembangunan Pendidikan
290
Nasional..Ujungpandang: Ceramah Menteri Agama pada Konvensi Nasional Pendidikan Nasional III, tanggal 4-7
Maret.
Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Yaniawati, R. Poppy. (2000). Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran PAI Yang Berbasis Kompetensi.
http://www.jurnalkopertis4.org. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.
Zainuddin,M. (2008). Paradigma Pendidikan Terpadu: Menuju Pembentukan Generasi Ulul Albab Malang, UIN Press,
Contoh I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
291
A.Materi Pokok : Kepribadian dan Dakwaah Nabi Muhammad
B. AlokasiWaktu : (3 x 40 menit)
C. TujuanPembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta didik mampu menyebutkan tata cara dakwah Nabi Muhammad,
menjelaskan perbedaan metdoe dakwah Nabi di Makkah dan Madinah dan nilai-nilai dakwah Nabi Muhammad serta
menerapkan tata cara dakwah Nabi di Lingkungan sekitar dengan baik
D. Kompetensi Dasar
1.1 Meyakini kebenaran dari Allah SWT walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi sebagai implementasi nilai-nilai
dakwah Rasulullah di tahun-tahun awal kenabian.
1.2 Santun dalam menyampaikan kebenaran sebagai implementasi nilai dakwah Rasulullah.
293
kepala pemerintahan baru bisa dijalani ketika Nabi berada di Madinah. Masyarakat Madinah memerlukan orang yang
bisa menjembatani konflik berkepanjangan antar etnis dan Nabi sebagai dewa penolong saat itu.1
Sejarah perjalanan Nabi di atas memberikan gambaran, bahwa ajaran Islam baru muncul di usia Muhammad
yang ke-40, atau tepatnya pada tahun 610 Masehi. Dalam sejarah ayat dan surat yang pertama kali turun, yaitu surat Al
Alaq ayat 1 – 5 pada tanggal 17 Ramadhan, dan karenanya bulan ini dianggap sebagai bulan yang penuh berkah bagi
umat Islam. Sejak saat itulah Muhammad mendapat gelar sebagai seorang Nabi dan rasul.
Misi kerasulan pertama kali disebarkan kepada keluarga terdekat. Kemudian kepada saudara-saudaranya juga
pada sahabat-sahabat terdekatnya. Secara perlahan, pengikutnya bertambah. Yang mula-mula sekali melangkahkan
kakinya untuk masuk Islam adalah Abu Bakar As-Shidiq sekaligus menjadi pembantu Nabi dalam menyebarkan
ajaran Islam. Melalui Abu Bakar masuklah Usman bin Affan ke dalam ajaran Islam, Talhah dan Sa’ad dll. Dari
kalangan wanita yang mula-mula masuk Islam adalah Khadijah, istri beliau sendiri yang paling dicintainya. Setelah itu
segera Ali masuk Islam, dari golongan anak-anak yang berumur sekitar delapan tahun, beliau adalah anak Abu Thalib.
Sahabat-sahabat inilah yang membantu Rasulullah mengembangkan sayap-sayap ajaran-ajaran Islam. Hari
berganti hari kaum muslimim pun bertambah besar. Dan yang masuk ajarannya cukup bervariasi, ada yang berasal
dari keturunan yang lemah, ada juga yang berasal dari keturunan yang kaya.
Setelah tiga tahun Nabi mengadakan dakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian turunlah ayat AL Qur’an
yang menyuruh nabi untuk mendakwakan secara terang-terangan, Allah menyuruh Nabi untuk menyampaikan ajaran
Islam dan menyuruh untuk memalingkan dari orang-orang musyrik.
Mulai saat itulah Nabi Muhammad saw. Menyebarkan Islam secara terang-terangan. Islam didakwakan kepada
seluruh ummat manusia, meskipun dakwahnya ini banyak mendapat rintangan dan perlawanan dari suku Quraisy dan
bangsa Arab umumnya. Nabi dan sahabatnya sering dihina, diancam, diserang fisik. Namun kesabaran Nabi dalam
menghadapi semua itu, justru menimbulkan jumlah pengikutnya semakin bertambah, walaupun pada akhirnya atas ijin
Allah mengadakan hijrah ke Yasrib (Madinah) sebagai suatu strategi untuk menaklukkan bangsa Arab yang sombong
di kemudian hari2.
1 Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah dan Analisis Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986), hal.3
2 Syeh Mahmuddunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Bandung,: Rosdakarya, 1994), hal. 124-125.
294
Di tengah-tengah kemelut yang berkembang, desakan kaum Quraisy semakin besar, Nabi ditinggal oleh
istrinya tercinta, kemudian ia ditinggal oleh pamannya, Abu Thalib, yang selama hidupnya menjadi penopang utama
dalam menyebarkan ajaran Islam.
Jika diperhatikan secara teliti perjuangan Nabi Muahmmad Saw. Dalam menyebarkan agama Islam begitu
banyak sekali ujian dari Tuhan. Beliau seperti tidak pernah diberi kesempatan mendapatkan kasih sayang dari orang-
orang yang dicintainya. Juga seperti tidak pernah diberi kesempatan mendapat perlindungan orang-orang yang kuar.
Namun jika diperhatikan secara teliti, ini semua akan memberi arti bahwa, Nabi Muhammad disuruh hanya untuk
mengoksentrasikan dirinya kepada Allah SWT. Allah menjadi pelindung dan pemelihara yang paling utama dan
sekaligus sebagai tempat meminta pertolongan yang paling sempurna.
Ajaran yang diberikan Nabi Muhammad Saw. Ketika berada di Makkah adalah ajaran tentang tauhid. Umat
manusia yang akan memeluk ajaran Islam diharuskan untuk mengosongkan dan merenungkan, mengapa alam ini
tercipta dengan susunan yang sangat rapi? Mengapa manusia itu tercipta?, mengapa matahari dan bulan tidak
berbenturan?, mengapa antara satu makhluk dengan makhluk lainnya saling membutuhkan?.
Dari sini niscaya akan tumbuh suatu pemikiran, siapa yang mengurus dan menciptakannya? Kemudian akan
mendapatkan jawaban, bahwa semua itu adalah ciptaan Tuhan dan peraturannya semuanya diciptakan Tuhan, karena
itu makhluk untuk mengabdi kepadanya dan menghilangkan seluruh keyakinan selain kepadanya, kepadanya kita
meminta pertolongan, hanya kepada Dzat itulah jiwa raga manusia di persembahkan. Jadi seluruh sembahan berupa
patung, api, fir’aun-fir’aun hanyalah ilusi saja, tidak sesuai dengan martabat dan harga diri manusia. Jika manusia
menyembah kepada sesuatu yang diciptakan. Ajaran tauhid ini merupakan ajaran yang essensial dari yang diajarkan
Nabi Muhammad di Makkah. Karena ajaran ini, ummat manusia menjadi terbebas dari segala tirani yang diajarkan
orang-orang tertentu. Dan karena ajaran inilah sangat wajar, jika jumlah yang masuk Islam di periode ini secara
kwantitatif kebanyakan dari kelompok lemah, yang sering mendapat perlakuan ketidakadilan dari penguasa yang ada
pada waktu itu.
Ajaran Muhammad memberikan kebebasan kepada umat manusia, dan menjadikan manusia sederajat antara
yang satu dengan lainnya. Orang yang selama ini mendapat tekanan dan ketidakadilan, berduyun-duyun memasuki
295
Islam. Dan karena inilah suku Quraish yang berkuasa merasa kekuasaan dan pengaruhnya mulai dieliminir oleh
pengaruh ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad.3
Penekanan yang dilakukan suku Quraish terhadap Nabi Muhammad dan pengikutnya semakin ditingkatkan,
mereka mengadakan penindasan dan intimidasi, sekalipun terintimidasi itu tidak memberikan pengaruh terhadap
keimanan para sahabat Nabi yang telah memeluk Islam. Namun penindasan itu tidak ujung mengalami penghentian,
mereka terus melakukan penindasan, karena seperti diungkapkan oleh sejarawan, bahwa kaum Quraisy melakukan
penentangan diakibatkan karena pengaruh revolusi Rasulullah dalam mengubah cara pandang masyarakat,
mengakibatkan secara politik kaum Quraisy akan kehilangan pamor kekuasaannya.
Sebagai akibat dari penindasan dan intimidasi kaum Quraisy terhadap Nabi dan sahabatnya mengadakan hijrah
ke Yasrib. Semula sebagian sahabat sedikit demi sedikit dikirim ke Yasrib secara sembunyi-sembunyi, kemudian
disusul oleh Nabi setelah mengalami satu ujian. Suku Quraisy dan bangsa Arab pada umumnya tahu bahwa Nabi akan
mengadakan Hijrah, maka atas kesepakatan kaum Quraisy tidak ada jalan lain kecuali Nabi dibunuh. Tapi dalam
sejarah diceritakan, Nabi lolos dari kepungan suku Quraisy dengan selamat dan sampai di Yasrib.
Memehami beberapa uraian mengenai perjalanan Nabi Muhammad di Makkah, maka fungsinya hanya terbatas
kepada kepemimpinan keagamaan, belum menyentuh ke aspek yang lebih luas, kondisi ini terjadi karena secara politik
ummat Islam di Mekkah masih kalah oleh kekuatan dan kekuasaan serta pengaruh kaum Quraish. Muhammad belum
mengibarkan bendera Islam secara politik dan pemerintahan, Beliau hanya sebatas sebagai kepala agama.
G. MetodePembelajaran
Tanya jawab
CTL
Diskusi
Learning Start with Question
Visit to Musium
H.Media Pembelajaran
3 Husien Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Trj. Ali Audah, (Jakarta: Intermasa, 1993), hal.102-103.
296
Power Point
Video
Peta Timur Tengah
I.SumberBelajar
Buku Ajara SKI kelas IV semester Ganjil
LKS
Internet
Musium
J.Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
1. Guru mengucapkan salam dan meminta peserta salah satu 10 menit
peserta didik untuk memimpin doa
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan materi
sebelumnya [Appersepsi]
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati 100
1. Peserta didik diminta peserta didik untuk mencermati menit
tayangan video tentang dakwah Nabi Muhammad
2. Peserta didik menyampaikan hasil pengamatannya terhadap
tayangan video yang dilihat.
b. Menanya
297
No. Kegiatan Waktu
1. Melalui pemberian motivasi dari guru peserta didik diminta
bertanya terkait dengan pengamatan tayangan video
tentang perjuangan Nabi muhammad dalam menyebarkan
Islam dan tantangannya
2. Peserta didik yang lain menanggapi pertanyaan
c. Mengexplorasi
1. Mengemukakan hasil pengamatan tentang dakwah Nabi
Muhammad.
2. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan
diberikan tugas untuk berdiskusi tentang bagaimana
metode dan cara Nabi berdakwah.
d. Asosiasi
Dari hasil Diskusi kelompok tentang tata cara dakwah Nabi
Muhammad , peserta didik diminta mengaitkan dengan realitas
dakwah sekarang ini.
e. Komunikasi
1. Menyampaikan hasil diskusi tentang tentang prilaku dan
dakwah Nabi Muhammad
2. Secara kelompok menanggapi hasil presentasi (melengkapi,
mengkonfirmasi, menyanggah)Peserta didik secara bergantian
menyampaiakan pemahaman materi yang diperoleh, keompok
lain diminta mengamati dan memberikan tanggapan
3. Penutup
298
No. Kegiatan Waktu
1. Peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran dengan
dibantu guru
2. Mengadakan evaluasi
3. Menyampaikan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan
secara kelompok
4. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
RubrikPenilaianSikapdalamMengikutiDiskusi
Aspek yang diamati
No Nama Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
Skorpenilaian :
Skor perolehan
Nilai =
............. x 100
Skor Maksimal
Kriteria Nilai
A = 80 – 100 : Baik Sekali
B = 70 – 79 : Baik
C = 60 – 69 : Cukup
D = ‹60 : Kurang
RubrikPenilaianUnjukKerja
No. Nama Peserta Didik Aspek Yang Dinilai Jumlah Skor
1 1 2 3 4
2
3
Dst.
300