Anda di halaman 1dari 444

Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan
Alam
Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Konsorsium Sertifikasi Guru
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta, 2015

Kebijakan Pengembangan Profesi Guru


1–78

Model-Model Pembelajaran
79–170

Penelitian Tindakan Kelas


171–224

Pendalaman Materi Ilmu Pengetahuan Alam: Fisika


225–326

Pendalaman Materi Ilmu Pengetahuan Alam: Biologi


327–402

Pendalaman Materi Ilmu Pengetahuan Alam: Kimia


403–442
Kebijakan
Pengembangan
Profesi Guru
DAFTAR ISI

Pendahuluan
3

Bab I
Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru
5

Bab II
Peningkatan Kompetensi
16

Bab III
Penilaian Kinerja
30

Bab IV
Pengembangan Karier
42

Bab V
Perlindungan dan Penghargaan
50

Bab VI
Etika Profesi
67

Refleksi Akhir
76
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna
strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk
nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14
Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus
menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat
sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan, yang
diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk menyediakan
guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang
memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan
pendidikan dan pembelajaran yang buruk. Kedua, regulasi yang implementasinya taat
asas dalam penempatan dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses
layanan pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di
tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang
penuh konflik. Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan. Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan
profesional mereka. Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender,
ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik
atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong
pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas. Keenam,
mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan yang fair, layanan
sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan kerjasama di antara
anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional,
dan masyarakat madani.
Beranjak dari pemikiran teoretis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan
kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat
dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan
dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi,
penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karier, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah
khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan
kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan profesi guru.

2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke
dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 3


lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru,
kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut ini.
a. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.
c. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan
konversi nilai penilaian kinerja guru.
d. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya
berkaitan dengan keprofesian dan karier.
e. Memahami konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan
kepada guru, termasuk kesejahteraannya.
f. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan
proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas,
maupun di masyarakat.

3. Deskripsi Bahan Ajar


Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang
menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru, deskripsi umum bahan ajarnya disajikan berikut ini.
a. Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan
dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi,
prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji
kompetensi guru dan dampak ikutanya.
c. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna, persyaratan,
prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
d. Pengembangan karier guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi dan
ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian
dan karier.
e. Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada guru,
termasuk kesejahteraannya.
f. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru
dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di
kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

4. Langkah-langkah Pembelajaran
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari
oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihak-
pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat dominan
aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan
kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing
aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun demikian,
melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara relatif luas dan
mendalam tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

4 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


BAB I
KEBIJAKAN UMUM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU

Materi sajian pada Bab I ini berupa pengantar umum yang mengulas serba sekilas
mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sajian materi ini dimaksudkan sebagai
pengantar materi utama yang disajikan pada bab-bab berikutnya, yaitu peningkatan
kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karier, perlindungan dan penghargaan,
serta etika profesi.

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran
baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka
menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon
kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa
depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan
untuk mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif,
menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi
kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi
pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi
pecundang.
Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling
konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus
perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang
kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi
diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya
mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,
pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis
profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki
kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-
undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal
pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.
Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah
menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun
2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan
beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada
Gambar 1.1.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 5


Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan
profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga
profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi
guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan,
penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya.
Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang
sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi
yang terkait.

B. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional


Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional
sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah

6 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan
substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1)
penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3)
profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis
individu atau menjadi guru madani.
Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan
bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan,
yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut
dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah
perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program
pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV
dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui
oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang
berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat
sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan
profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi
ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.
Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat
disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi
berkualifikasi S1/D-IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program
pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi
pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh
Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik.
Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai
dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif
yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam
sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program
yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau
program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam
bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa
ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-
IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini
dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk
bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun
demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru, yang dalam skema
kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil
(PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki
pertama kali di kampus sekolah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase
prakondisi yang disebut dengan induksi.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 7


Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan dipandu
oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap
menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran
atau pada sekolah-sekolah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi tidak
jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem itu.
Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat
pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan
penuh, masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi guru yang
benar-benar profesional.
Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang
harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru.
Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung
mulai dia petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-
benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara
mandiri.
Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris
lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di
kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan
mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan di masyarakat
ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam
maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di
dalam buku ini.
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian
menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan
pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus
agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan
dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi,
seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah
penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki
keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.

C. Alur Pengembangan Profesi dan Karier


Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata.
Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada
prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
(3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan
yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
(8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan
pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran,
maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan
sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada

8 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi
dan karier profesi guru di masa depan.

Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada
pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang
bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada
sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan
yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi
menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan,
perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan
profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan
upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan
dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi,
seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain.
Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan,
baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau
D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau
program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga
kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau
olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui
sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan
dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 9


dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya
pembinaan dan pengembangan karier guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan
fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru tersebut,
sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi
terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karier guru.

Pengembangan profesi dan karier diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan


kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan
di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan
dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan terhadap guru.
Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru
mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru,
yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karier.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun
demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam
sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman
tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode
mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi
pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau
satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru
pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik
dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran,
desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat
ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program
sejenis.

10 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Pembinan dan pengembangan karier guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karier, kenaikan
pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan
pangkat ini termasuk ranah peningkatan karier. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui
dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua,
kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa.

D. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan


Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian,
kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu,
dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen,
penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karier (lihat Gambar 1.4), hingga
menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.
Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara
komprehensif, dan daya intelektual tinggi.
Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan
uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja
dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan
kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan
kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi
salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru.

Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu


langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan
efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No.
16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang
sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga
akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya
masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 11


Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi
kerjanya, termasuk potensi pengembangannya
Di samping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui
tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru
menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji
kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum
dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan
kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja
dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang
aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan,
kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa
depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama
sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karier, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.

E. Kebijakan Pemerataan Guru


Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal
tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan
pemerataan guru di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk
memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan
menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB,
Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri
Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2
Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk
menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya mewujudkan
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian
tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada
satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain.

F. Kebijakan dan Pemerataan Guru


Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu,
dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3
Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan
bahwa:
a. Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan
Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan
pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding
dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan
pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional
berkoordinasi dengan Menteri Agama.
b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang
menjadi tanggung jawabnya.

12 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan
guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.
d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian
dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang
pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.
f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat
perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-
masing.

G. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota


a. Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur
bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau
kekurangan guru PNS.
b. Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS.
c. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
d. Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS
untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
e. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan
antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi.
f. Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru
sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional.
g. Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada
Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya
masing-masing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri
Keuangan.

Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi.


Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam
kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara
bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri,
Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masing-

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 13


masing.Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota
dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya.
Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan.
Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini.
a. Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri.
b. Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri
Pendidikan Nasional.
c. Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
di lingkungan Kementerian Agama.
d. Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di pemerintah kabupaten/kota.

Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS


antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau
antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi.
Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan
pada APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini.
a. Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan
menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan.
Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan
perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan
Nasional melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama
sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun
berjalan.
b. Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan
menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan.
Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS
kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-
masing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam
Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Keuangan.
c. Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri

14 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan.
d. Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan informasi
dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional melakukan
evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS secara
nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan.
e. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri
Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan.
Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai
berikut:
a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan
finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait
sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota
atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau
antarjenis pendidikan di daerahnya.
b. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan
penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian
kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru
PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 15


BAB II
PENINGKATAN KOMPETENSI

Topik ini berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama
berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. Peserta PLPG diminta
mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok,
menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, mengerjakan latihan, dan melakukan
refleksi.

A. Esensi Peningkatan Kompetensi


Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar
maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini
menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu
mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan
berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu
guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik
memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya.
Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan
kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi
salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang
meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain
yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini
cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih
banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi
ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di
beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup
mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih
didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini
mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan
memutakhirkan profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK
membawa dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya
terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan
dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah. Kedua,
pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya
tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh
penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada
kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus
berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning),
kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin

16 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan
teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran
dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama.
Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan secara
menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan
ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu mengembangkan sekolah
sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar
adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya
penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya.

B. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kompetensi dan Karier


A. Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
• Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
• Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
• Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung
sepanjang hayat.
• Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
guru dalam proses pembelajaran.
• Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

B. Prinsip-pinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
• Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi
dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
• Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga
pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
• Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
• Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan
indikator.
• Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti
perkembangan Ipteks.
• Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan jaman.
• Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan
melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara
individual maupun institusional.
• Objektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan kariernya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator
terukur dari kompetensi profesinya.
• Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan kariernya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan
pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan,
kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani
hidup bersama orang lain.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 17


• Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu
meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki
kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
• Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan
dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
• Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru
dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang
dimiliki oleh guru.
• Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan
secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan
kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
• Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan
sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya
kebutuhan penyegaran kompetensi guru;
• Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
• Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru harus
mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karier lebih
lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
• Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru harus
didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal.

C. Jenis Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1. Pendidikan dan Pelatihan
a. In-house Training (IHT)
Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara
internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan
berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan
kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat
dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum
memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu
dan biaya.
b. Program Magang
Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang
relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program
magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama
priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program
magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan
tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman
nyata.
c. Kemitraan Sekolah
Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan
institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat
dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah
diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki
mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi profesionalnya.

18 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


d. Belajar Jarak Jauh
Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan
instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak
jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah
terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk
seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi.
e. Pelatihan Berjenjang dan Pelatihan Khusus
Pelatihan jenis ini dilaksanakan di P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain
yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai
dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun
berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi)
disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan
baru dalam keilmuan tertentu.
f. Kursus Singkat di LPTK atau Lembaga Pendidikan Lainnya
Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk
melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti
melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya.
g. Pembinaan Internal oleh Sekolah
Pembinaan internal dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang
memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar,
pemberian tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.
h. Pendidikan Lanjut
Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif
bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di
dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan
lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru
lain dalam upaya pengembangan profesi.

2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan


a. Diskusi Masalah Pendidikan
Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai dengan
masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru
dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran
di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan
kariernya.
b. Seminar
Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi
ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam
meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada
guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan
hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
c. Workshop
Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan kariernya.
Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis
kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
d) Penelitian
Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 19


e. Penulisan Buku/Bahan Ajar
Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun
buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat
praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).
g. Pembuatan Karya Teknologi/Karya Seni
Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang
bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki
nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.

D. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran
strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan
mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009
dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru
yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis, kuantitatif,
dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk
meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan
fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan
Guru Utama.
Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja
Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan
melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib
melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan kepangkatan
IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1. menunjukkan
keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karier guru.

PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru
dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah
standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk
mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai
kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya
telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan

20 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam
pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka
memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik.
Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah
satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karier guru dan
kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan
dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Kegiatan PKB
diharapkan dapat menciptakan guru yang profesional, yang bukan hanya sekadar
memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang.
Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru diharapkan
terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan
bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikan di sekolah/madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini.
1) Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
2) Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi
proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni di masa mendatang.
3) Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional.
4) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
5) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan
pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara
optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk
berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan
profesinya; sehingga selama kariernya mampu menghadapi perubahan internal dan
eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di
masa datang.
Dengan PKB untuk guru, bagi sekolah/madrasah diharapkan mampu menjadi
sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga sekolah/madrasah dapat menjadi
wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan
layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat,
PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di sekolah akan
memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan
masing-masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru dimungkinkan dapat memetakan
kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan
pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan
pendidikan; sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas,
kompetitif dan berkepribadian luhur.
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan
meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang
berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat
memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta
didik.
PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 21


siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru
secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan
pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan kariernya.

Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh guru
secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah.
Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus),
antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui
jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan industri, baik
secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan
antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan
ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari
sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari
instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan
pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih
lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar
lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan
Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar
negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual
atau TIK.
Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat
dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan
berikut ini.
1) Dilakukan oleh guru sendiri, yaitu:
a) menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya;
b) menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll);
c) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran;
d) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan
e) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.

2) Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain, yaitu:


a) mengobservasi guru lain;
b) mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar;
c) mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);

22 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


d) bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap
permasalahan yang dihadapi di sekolah;
e) membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan
f) merancang persiapan mengajar bersama guru lain.

3) Dilakukan oleh sekolah, yaitu:


a) training day untuk semua sumber daya manusia di sekolah (bukan hanya guru);
b) kunjungan ke sekolah lain; dan
c) mengundang nara sumber dari sekolah lain atau dari instansi lain.

Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian


berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1) Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri.
Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan.
2) Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang
tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari sekolah. Sekolah
wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB
minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah
alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau sekolah berhak
menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk
kegiatan PKB.
3) Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan secara
berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga
guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut.
Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang
diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi
kinerja tahunannya.
4) Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak bisa
‘dikembangkan’ oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihak-pihak
yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari
guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya,
pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan
masukan/saran.
5) Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan guru
secara aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam
penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan
tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak
melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktik-praktik


pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan
ketentuan tersebut mencakup antara lain sebagai berikut.
1) Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang
berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (guru
pendamping).
2) Guru pendamping tersebut berasal dari sekolah yang sama dengan guru binaannya
atau dipilih dari sekolah lain yang berdekatan, apabila di sekolahnya tidak ada guru
pendamping yang memenuhi kompetensi.
3) Setiap sekolah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat sekolah, yaitu seorang
guru yang berpengalaman. Sekolah yang mempunyai banyak guru boleh membentuk
sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan sekolah kecil dengan
jumlah guru yang terbatas, terutama sekolah dasar, sangat dianjurkan untuk bekerja

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 23


sama dengan sekolah lain di sekitarnya. Dengan demikian, seorang Koordinator PKB
bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di beberapa sekolah.
4) Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menunjuk dan menetapkan seorang
Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung jawab
untuk gugus sekolah tertentu).
5) Sekolah, KKG/MGMP serta Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus merencanakan
kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB
harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
6) Sekolah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas tambahannya
sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat sekolah maupun dalam
mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas pembelajaran siswa.
PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar
kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan
layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut
akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan
angka kredit bagi pengembangan karier guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16
tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka
kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.

1. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional
dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas
tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan
bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan
yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun
waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa
contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama
untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran,
penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar,
koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas
maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan
diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1)
penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan
kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses
dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi
informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7)
peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8)
penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan

24 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas,
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di sekolah secara sistematik dan
terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat fungsional
harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan yang
disahkan oleh kepala sekolah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang berupa
kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan
yang disahkan oleh kepala sekolah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala
sekolah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas
pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi.
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada
guru-guru yang lain, minimal di sekolahnya masing-masing, sebagai bentuk kepedulian
dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan
dapat mempercepat proses peningkatan dan pengembangan sekolah secara
utuh/menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan
sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.

2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
a. Publikasi ilmiah mencakup tiga kelompok, yaitu: Presentasi pada forum ilmiah. Dalam
hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar,
lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat
sekolah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang
pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau
minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen karya
ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi guru
yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus
disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat. Publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku
pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat
pembelajaran per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan
buku pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat
guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari
kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.

3. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni.
Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau
pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun
provinsi.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan
secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu,

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 25


meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan
PKB.

E. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil
kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah
guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris
yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun
keprofesian. Dengan demikian, di samping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi
salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi
esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang
telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi
profesional.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena
peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat
satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki
guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:
a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan
tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa
depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang
pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui

26 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses
itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi
perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan
disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan
kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta
didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu,
belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus
berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan
rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh
dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki
kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan
masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua
peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,
bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam
kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama,
ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update,
dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan
dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku
terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir
tentang materi yang disajikan.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai
sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan
mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses
pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang
tidak pernah putus.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 27


Keaktifan pesertadidik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan
menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana
yang dapat mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan
eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus
melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana
belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai
kontek materinya.
Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan.
Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan
prinsip-prinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan
untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat
menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi
pesertadidik belajar.
Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau
akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini.
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang
pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.

Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji


kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi
nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji
kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru.
Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan
materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil
kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan
demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah
kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji
kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang
dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
b. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang
relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda.
c. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan
kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi.
d. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana mereka
harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari
kelompok mana dia berasal.
e. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan waktu
yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang
ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan
mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.

Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan
seperti berikut ini.

28 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


1) Dilakukan secara berkesinambungan bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme
sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja.
2) Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
3) Memberi perlakauan khusus untuk jenis guru tertentu, misalnya guru produktif,
normatif, guru TK/LB, atau melalui tes kinerja atau performance test.
4) Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas tertentu,
khusus untuk ranah pengetahuan.
5) Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi.

Latihan dan Renungan


1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru?
2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi
guru!
4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1
5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan?
6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru!
7. Apa esensi uji kompetensi guru?
8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 29


BAB III
PENILAIAN KINERJA

Topik ini berkaitan dengan penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai
penilaian kinerja guru. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran secara
individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang
terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi.

A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan
YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan
berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru.
Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional
menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan
fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan
penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang
berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional,
karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru.
Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya
dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan
terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang
bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan
Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai
masukan dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar
penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karier guru
sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan objektif, maka cita‐cita pemerintah untuk menghasilkan
”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan.

B. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan,
dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari
kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan
kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan
tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru
dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk
mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran
penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.

30 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi.
Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu: (1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan
(2) guru yang belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan.
Guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimum yang ditetapkan diberi
kesempatan untuk mengikuti PK Guru. Sebaliknya, guru yang belum mencapai standar
minimum yang ditetapkan, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui
multimode, untuk kemudian mengikuti uji kompetensi.
Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi
peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru (kehadiran,
ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke
siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi
belajar siswa.
Guru yang sudah mengikuti PK Guru, akan dihitung angka kredit yang diperoleh
atas kinerjanya pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut.
Kegiatan penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses
pengembangan karier dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsionalnya.
Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan
yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif,
dan berdaya saing tinggi. PK Guru merupakan acuan bagi sekolah/madrasah untuk
menetapkan pengembangan karier dan promosi guru. Bagi guru, PK Guru merupakan
pedoman untuk mengetahui unsur‐unsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas
kinerjanya, khususnya pada empat fokus utama, seperti disebutkan di atas.

C. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur
komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan,
dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 31


b. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika
proses yang dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai
kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
c. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif
mudah, dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi tanpa
memerlukan persyaratan tambahan.

D. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sehari‐hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah meliputi:
• disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
• efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),
• keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan
• motivasi belajar siswa.
c. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus memahami
semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan penilai harus
memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga
keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang
digunakan dalam penilaian.
d. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun
dengan memperhatikan hal‐hal berikut.
1) Objektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari‐hari.
2) Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru yang
dinilai.
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karier profesinya.
5) Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan,
untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut.
6) Mudah tanpa mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya.
7) Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
8) Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni
bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang
menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang berkepentingan.

E. Aspek yang Dinilai


Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga
dimungkinkan memiliki tugas‐tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
Oleh karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah
sebagai berikut.
a. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru
mata pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru
(kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas

32 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan
berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
b. Penilaian kinerja dalam melaksanakan proses pembimbingan bagi guru Bimbingan
Konseling (BK)/Konselor meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan
pembimbingan, mengevaluasi dan menilai hasil bimbingan, menganalisis hasil evaluasi
pembimbingan, dan melaksanakan tindak lanjut hasil pembimbingan. Seperti halnya
guru mata pelajaran, fokus utama PK bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor
juga mencakup (1) disiplin guru (kehadiran, ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas
pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa), (3) keteladanan guru (berbicara,
bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
c. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu
tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam
mengajar tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala sekolah/madrasah per tahun; (2)
menjadi wakil kepala sekolah/madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program
keahlian/program studi atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau
(5) menjadi kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas
tambahan yang tidak mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi
dua, yaitu tugas tambahan minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, guru
pembimbing program induksi, dan sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu
tahun (misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan
kurikulum, dan sejenisnya).
Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai jam
mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang dirancang
berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan
tersebut. Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru dihargai
langsung sebagai perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku.

F. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian
formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertama kalinya. PK
Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan
dalam kurun waktu enam minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini
dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri, sekolah/madrasah
menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru dengan PK Guru di bawah standar, maka
program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut.
Sementara itu, bagi guru‐guru dengan PK Guru yang telah mencapai atau di atas
standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif
digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru
sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam
pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai
standar, atau melebihi standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah
dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru.
Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran
atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan
penilaian PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam empat tahapan berikut.

1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru
yang akan dinilai, yaitu: (a) memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 33


yang diterapkan dan posisi PK Guru dalam kerangka pembinaan dan pengembangan
profesi guru; (b) memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam
bentuk indikator kinerja; (c) memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara
penilaian yang akan dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan dan
pemantauan, serta mengumpulkan dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat
hasil penilaian; dan (d) memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru
yang akan dinilai sekaligus menentukan rentang waktu jadwal pelaksanaannya.

2. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum menetapkan
nilai untuk setiap kompetensi sebagai berikut.
1) Sebelum Pengamatan
Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum dilakukan
pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada
pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi
tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua
hasil diskusi, wajib dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi
sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak
ada format khusus yang disediakan untuk proses pencatatan ini.
2) Selama Pengamatan
Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib mencatat
semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing‐masing penilaian
kinerja. Untuk menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau
pembimbingan, penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau
pembimbingan.
Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses
tatap muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan
pembimbingan dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan
dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun
kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan pada format laporan
dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian
kinerja. Jika diperlukan, proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali
untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja
seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan.
Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui pencatatan terhadap
semua bukti yang teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masing‐masing
kriteria penilaian. Bukti‐bukti ini dapat diperoleh melalui pengamatan, wawancara
dengan pemangku kepentingan pendidikan (guru, komite sekolah, peserta didik,
dunia usaha dan dunia industri mitra).
3) Setelah Pengamatan
Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang
masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format
laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti
penilaian kinerja. Pertemuan dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh
penilai dan guru yang dinilai. Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya
dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja.

34 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


3. Tahap Penilaian
a. Pelaksanaan Penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala
nilai 1, 2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu
memberikan skor 0, 1, atau 2 pada masing‐masing indikator untuk setiap
kompetensi. Pemberian skor ini harus didasarkan kepada catatan hasil pengamatan
dan pemantauan serta bukti‐bukti berupa dokumen lain yang dikumpulkan selama
proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap kompetensi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.
1) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masing‐masing indikator setiap kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara membandingkan rangkuman catatan
hasil pengamatan dan pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi per
kompetensi dengan indikator kinerja masing‐masing kompetensi.
2) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil penilaian
kinerja guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru
dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, nilai
untuk setiap kompetensi direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi penilaian
kinerja untuk mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan
ke dalam skala nilai sesuai Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009.
3) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai dengan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan
persentase angka kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit
Nilai Hasil PK Guru Sebutan Persentase angka audit
90 – 100 Amat baik 125%
76 – 90 Baik 100%
61 – 75 Cukup 75%
51 – 60 Sedang 50%
≤ 50 Kurang 25%
4) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan kepada guru
yang dinilai tentang nilai hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap
kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi terhadap hasil PK
Guru, sebagai upaya untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode
berikutnya.
5) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil penilaian kinerja,
maka keduanya menandatangani format laporan hasil penilaian kinerja guru
tersebut. Format ini juga ditandatangani oleh kepala sekolah.
6) Khusus bagi guru yang mengajar di dua sekolah atau lebih (guru multi
sekolah/madrasah), maka penilaian dilakukan di sekolah/madrasah induk.
Meskipun demikian, penilai dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan
data dan informasi dari sekolah/madrasah lain tempat guru mengajar atau
membimbing.

b. Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian


Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai dapat
mengajukan keberatan terhadap hasil penilaian tersebut. Keberatan disampaikan
kepada Kepala Sekolah dan/atau Dinas Pendidikan, yang selanjutnya akan
menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak sebagai moderator. Dalam hal ini
moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 35


tidak disepakati atau mengulang penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan
usul penilaian ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai PK
Guru dari moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian ulang hanya
dapat dilakukan satu kali dan moderator hanya bekerja untuk kasus penilaian
tersebut.

4. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan
hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru
tersebut. Hasil PK Guru formatif dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB
sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif
dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat
pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim
penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan
penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan
evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii)
dokumen pendukung lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua
instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii)
instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan
digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan
sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku.

G. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit


Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya. Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan
hasil PK Guru dan persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan
fungsional guru. Sebelum melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim
penilai harus melakukan verifikasi terhadap hasil PK Guru. Kegiatan verifikasi ini
dilaksanakan dengan menggunakan berbagai dokumen (Hasil PK Guru yang
direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan hasil pengamatan, studi
dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format Laporan dan Evaluasi
per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan oleh sekolah untuk
pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan dimungkinkan, kegiatan
verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke sekolah/madrasah oleh tim penilai
tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.
Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai Angka
Kredit kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.
Penghitungan angka kredit dapat dilakukan di tingkat sekolah, tetapi hanya untuk
keperluan estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil
perhitungan PK Guru yang dilaksanakan di sekolah, selanjutnya dicatat dalam format
penghitungan angka kredit yang ditanda‐tangani oleh penilai, guru yang dinilai dan
diketahui oleh kepala sekolah. Bersama‐sama dengan angka angka kredit dari unsur
utama lainnya (pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur
penunjang, hasil perhitungan PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan direkap dalam daftar usulan penetapan angka
kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka kredit kenaikan jabatan fungsional guru.
1. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.

36 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4. Berdasarkan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka kredit untuk
pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan
menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang
pangkat dan jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus
memiliki angka kredit kumulatif minimal sebagai berikut.
Tabel 3.4
Persyaratan Angka Kredit untuk
Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru
Persyaratan Angka Kredit
Kenaikan Pangkat dan Jabatan
Jabatan Guru Pangkat dan Golongan Ruang
Kumulatif Kebutuhan
Minimal per Jenjang
Guru Pertama Penata Muda, III/a 100 50
Penata Muda Tingkat I, III/b 150 50
Guru Muda Penata, III/c 200 100
Penata Tingkat I, III/d 300 100
Guru Madya Pembina, IV/a 400 150
Pembina Tingkat I, IV/b 550 150
Pembina Utama Muda IV/c 700 150
Guru Utama Pembina Utama Madya IV/d 850 200
Pembina Utama IV/e 1050
Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah angka
kredit minimal yang dimiliki untuk masing‐masing jenjang jabatan/pangkat; dan (2)
Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi.

2. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru.
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Laboratorium,
Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka
diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan
dan persentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut.
a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke skala 0 ‐ 100.
b. Masing‐masing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur pembelajaran/
pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah,
kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%),
Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan
RB No. 16 Tahun 2009.
c. Angka kredit per tahun masing‐masing unsur pembelajaran/ pembimbingan dan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diperoleh oleh
guru dihitung menggunakan rumus tertentu.
d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya
untuk memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya =
25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 37


2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah total angka kreditnya
= 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas
Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah.
3) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan/laboratorium/
bengkel, atau ketua program keahlian; total angka kredit = 50% angka kredit
pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit Tugas Tambahan sebagai
Pustakawan/Laboran.

3. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang
tidak mengurangi jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai
perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan
untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang
diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
a. Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim kurikulum,
pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh
= Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru
selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.
b. Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas‐tugas sementara
(misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing peserta didik
dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah
dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka
Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.

H. Penilai PK Guru
1. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah
tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai terlalu
banyak), maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator
PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas
Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat
guru/kepala sekolah yang dinilai.
b. Memiliki Sertifikat Pendidik.
c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas
Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai.
d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran.
e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk
menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan
Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru
yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau
Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau oleh Pengawas Sekolah dari
kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memahami PK
Guru.
2. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas
Pendidikan paling lama tiga tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh
Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan prinsip‐prinsip

38 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


penilaian yang berlaku. Untuk sekolah yang berada di daerah khusus, penilaian
kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Guru Pembina setempat.
Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10
guru per tahun.

I. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti
melanggar prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan
Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas sekolah.
2) Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan
proses PK Guru.
3) Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan
memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.

J. Tugas dan Tanggung Jawab


Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan
semangat otonomi daerah serta mengutamakan prinsip‐prinsip efisiensi, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihak‐pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan PK Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan sekolah. Konsekuensi dari
adanya keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak‐ pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
PK Guru melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masing‐masing pihak dirinci
berikut ini.
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
a. Menyusun dan mengembangkan rambu‐rambu pengembangan kegiatan PK Guru.
b. Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
c. Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
d. Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat
pusat.
e. Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
f. Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional.
g. Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada Dinas
Pendidikan dan sekolah sebagai umpan balik untuk ditindak lanjuti.
h. Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakan‐kebijakan terkait PK Guru.
2. Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP
a. Menghimpun data profil guru dan sekolah yang ada di daerahnya berdasarkan hasil
PK Guru di sekolah.
b. Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk melatih penilai PK
Guru tingkat Kabupaten/Kota.
c. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada di bawah
kewenangan provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.
d. Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang ada di
bawah kewenangannya.
e. Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di
bawah kewenangannya.
f. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah
yang ada di bawah kewenangannya.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 39


g. Dinas Pendidikan Provinsi bersama‐sama dengan LPMP membuat laporan hasil
pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada sekolah,
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan/atau Kemdiknas, cq. unit yang menangani
Pendidik.
3. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di wilayahnya
berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
b. Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan
LPMP melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
c. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah
yang ada di wilayahnya.
d. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di
sekolah‐sekolah yang ada di wilayahnya.
e. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang berada di
bawah kewenangannya dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas.
f. Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru yang diajukan
sekolah.
g. Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan
kegiatan PK Guru di sekolah‐sekolah yang ada di daerahnya.
h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk menjamin
pelaksanaan yang efektif, efisien, objektif, adil, akuntabel, dan sebagainya.
i. Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru di sekolah‐
sekolah yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya kepada sekolah, dan/atau
LPMP dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi masing‐masing.
4. UPTD Dinas Pendidikan
a. Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan sekolah yang ada di kecamatan
wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di sekolah.
b. Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di wilayah
kecamatannya.
c. Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di wilayah
kecamatannya.
d. Menetapkan dan mengesahkan penilai PK Guru dalam bentuk Keputusan
penetapan sebagai penilai.
e. Menyediakan pelayanan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada
di daerahnya.
f. Memantau dan mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan kegiatan PK Guru di
tingkat kecamatan untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
5. Satuan Pendidikan
a. Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
b. Menyusun program kegiatan sesuai dengan Rambu‐Rambu Penyelenggaraan PK
Guru dan prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru.
c. Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota.
d. Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara efektif,
efisien, objektif, adil, akuntabel, dsb.
e. Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas.
f. Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota jika terjadi
permasalahan dalam pelaksanaan PK Guru.
g. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan (jika ada)
dan pelaksanaan program.
h. Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun
berikutnya.

40 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


i. Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, LPMP, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, UPTD Dinas Pendidikan Kabupaten di Kecamatan, dan Pengawas
Sekolah.
j. Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim penilai
tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya sebagai
dasar penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan
pangkat dan jabatan fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan
menetapkan angka kredit, terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap berbagai
dokumen hasil PK Guru. Pada kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang
dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi sekolah. Sekolah juga menyampaikan
laporan tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke UPTD
Pendidikan Kecamatan.
k. Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang
memperoleh hasil PK Guru di bawah standar yang ditetapkan.

Latihan dan Renungan


1. Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu?
2. Apa tujuan utama penilaian kinerja guru?
3. Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian kinerja guru!
4. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja guru!
5. Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru!
6. Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka penilaian kinerja
guru?

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 41


BAB IV
PENGEMBANGAN KARIER

Topik ini berkaitan dengan pengembangan karier guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan
dengan keprofesian dan karier. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran
secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi
yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi.

A. Ranah Pengembangan Guru


Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas
tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang
memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-
1/D-IV dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-
guru yang memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi
utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan
pembelajaran sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan dan
pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-
IV, seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi
akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui
pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program
pendidikan nonkependidikan.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah
raga (PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud
dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan
yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.

42 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang meningkatkan
kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi
ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum
ilmiah, publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku
pengayaan, publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas
prestasi atau dedikasi sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah
daerah.
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan
dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karier, seperti
disajikan pada Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi
pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan
fungsional.

Profesi

Pembinaan dan Guru profesional


pengembangan dengan aksesibilitas
profesi guru pengembangan
k

Karier

Gambar 4.2
Jenis Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru

Pembinaan dan pengembangan karier meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan


pangkat, dan (3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karier guru ini harus
sejalan dengan jenjang jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan
profesi dan karier guru tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di
dalam melaksanakan tugasnya.
Pengembangan profesi dan karier tersebut diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan
pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan
profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya memberikan penghargaan, peningkatan
kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan.

B. Ranah Pengembangan Karier


Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi profesi guru,
serta guru secara pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi,
memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan dan pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar
siswa. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan pengembangan karier guru
terdiri dari tiga ranah, yaitu: penugasan, promosi, dan kenaikan pangkat.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 43


1. Penugasan
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru
melakukan kegiatan pokok yang mencakup: merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih
peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan
kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.
Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu
sekolah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas sekolah.
Baik bertugas pada satu sekolah atau lebih, guru dituntut melaksanakan tugas
pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu:
a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada
satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan
paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu pada satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar yang
setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus
lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.
d. Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar yang
setara, yaitu jika paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu.
e. Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan
beban kerja dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan
pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional.
Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut
secara efektif, maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan jenisnya.
Pengaturan tugas guru tersebut dilakukan dengan melibatkan individu dan/atau
institusi dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran
1) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat memenuhi
beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Apabila pada satuan
administrasi pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala
sekolah/madrasah melaporkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/
Kota atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan
guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka
per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit
24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan
kewenangannya.
4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban
mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan
yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
5) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi,
instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk

44 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


mengatur penugasan guru pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun
swasta.
6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi
terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru wajib
memenuhi beban mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan
administrasi pangkal guru dan menugaskan guru pada sekolah/madrasah lain,
baik negeri maupun swasta untuk dapat memenuhi beban mengajar paling
sedikit 24 jam tatap muka per minggu.
7) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa
guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang
dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional apabila beban
kerjanya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu dapat diberi tugas
ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru yang
bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri Pendidikan Nasional.
b. Penugasan sebagai Guru Bimbingan dan Konseling
1) Kepala sekolah/madrasah mengupayakan agar setiap guru bimbingan dan
konseling dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik
per tahun. Apabila pada satuan administrasi pangkalnya guru tidak dapat
memenuhi beban membimbing tersebut, kepala sekolah/madrasah melaporkan
kepada dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/Kota atau Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota.
2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan
guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi beban membimbing
bimbingan dan konseling paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang belum memenuhi
beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun ke satuan
pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kementerian Agama mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling yang
belum memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta didik per tahun
ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
5) Apabila pengaturan penugasan guru bimbingan dan konseling pada butir 2), 3),
dan 4) belum terpenuhi, instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-
masing berkoordinasi untuk mengatur penugasan guru bimbingan dan konseling
pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta.
6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi
terkait sesuai kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru
bimbingan dan konseling wajib memenuhi beban membimbing paling sedikit 40
peserta didik pada satuan administrasi pangkal guru dan menugaskan guru
bimbingan dan konseling pada sekolah/madrasah lain, baik negeri maupun
swasta untuk dapat memenuhi beban membimbing paling sedikit 150 peserta
didik per tahun.
Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa
guru yang bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang
dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban
mengajarnya kurang dari 24 jam tatap muka per minggu atau sebagai guru
bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari 150 peserta didik per tahun
dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi tempat tugas guru
yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan kementerian pendidikan. Hal ini
masih dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak dan wajib
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 45


IPTEKS. Kepala sekolah/madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan
merata kepada guru untuk mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan.
c. Guru dengan Tugas Tambahan
1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib mengajar
paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing
40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari
guru bimbingan dan konseling atau konselor.
2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan wajib
mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu
atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan
pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling atau konselor.
3) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib mengajar
paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
4) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan pendidikan
wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
5) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium, bengkel, atau
unit produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam
tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
6) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas mata
pelajaran, atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan tugas
pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pengawasan yang ekuivalen
dengan paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam
1 (satu) minggu.
7) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib
melaksanakan tugas sebagai pendidik, dengan ketentuan berpengalaman
sebagai guru sekurangkurangnya delapan tahun atau kepala sekolah sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik sebagai guru
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memiliki Sertifikat Pendidik, dan
melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas
pengawasan.
Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam
aneka jenis. Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang diangkat
oleh pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penempatan guru pada
jabatan struktural dimaksud dapat dilakukan setelah yang bersangkutan bertugas
sebagai guru paling singkat selama delapan tahun. Guru yang ditempatkan pada
jabatan struktural itu dapat ditugaskan kembali sebagai guru dan mendapatkan hak-
hak guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk
memperoleh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
maslahat tambahan. Hak-hak guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan
tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan profesi dan tunjangan fungsional
berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan ditempatkan pada
jabatan struktural.

2. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karier yang kedua adalah promosi.
Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti,
instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya.
Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu
yang dimiliki oleh guru.

46 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa
dalam melaksanakan tugas keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. Promosi dimaksud meliputi kenaikan
pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
3. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karier guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16
Tahun 2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terrendah sampai dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru
Madya, dan Guru Utama. Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang
terendah sampai dengan yang tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan
angka kredit untuk kenaikan pangkat dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan
karier merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan
sesuai dengan Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru
yang dapat dinilai dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau
jabatan fungsional guru mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama
kegiatan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri
atas: (a) pendidikan, (b) pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau
tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, dan (c) pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB).

a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam
kenaikan pangkat guru sebagai berikut.
1) Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah. Angka kredit
gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan sesuai
dengan bidang tugas guru, yaitu:
a) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
b) 150 untuk Ijazah S-2; atau
c) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan
sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang
diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan
berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi
tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi
atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan.
2) Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi. Sertifikat pelatihan
prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan
pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda
tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala
sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi
yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang
disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan.

b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan
keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 47


golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat Pembina Utama
golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau pengembangan
karya inovatif.
Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi
pengembangan diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi ilmiah
(hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan buku
teks pelajaran, buku pengayaan dan pedoman guru), karya inovatif (menemukan
teknologi tepat guna; menemukan atau menciptakan karya seni; membuat atau
memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal, dan sejenisnya).
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik
jabatan/pangkat dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk
masing-masing pangkat/golongan adalah sebagai berikut:
1) Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengembangan diri sebesar 3
(tiga) angka kredit.
2) Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengembangan diri sebesar 3
(tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar
4 (empat) angka kredit.
3) Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengembangan diri sebesar 3
(tiga) angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar
6 (enam) angka kredit.
4) Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 8 (delapan) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurang-
kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi
ilmiah.
5) Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-
kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
6) Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4
(empat) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif
sebesar 12 (dua belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-
kurangnya mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
7) Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengembangan diri sebesar 5
(lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar
14 (empat belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya
dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1
(satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran
atau buku pendidikan yang ber ISBN.
8) Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengembangan diri sebesar 5
(lima) angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar
20 (dua puluh) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya
dari subunsur publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1
(satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran
atau buku pendidikan yang ber ISBN.
9) Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama,
golongan IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g di atas juga wajib
melaksanakan presentasi ilmiah.

48 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


c. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seorang guru untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai
pendidik. Unsur penunjang tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini.
1) Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang
diampunya diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka kredit
sebagai berikut.
a) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;
b) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
c) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan
oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi atau direktur
politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan
belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi
pendidikan atau pejabat yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya
Eselon II. Bagi guru di lingkungan Kementerian Agama, surat keterangan
belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut berasal dari pejabat yang
berwenang serendah-rendahnya Eselon II.
2) Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru. Kegiatan yang mendukung
tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai dengan kriteria dan
dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya:
a) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler
dan yang sejenisnya
b) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat nasional.
c) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi
d) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya
e) Menjadi tim penilai angka kredit
f) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.
3) Memperoleh penghargaan/tanda jasa. Penghargaan/tanda jasa adalah tanda
kehormatan yang diberikan oleh pemerintah atau negara asing atau organisasi
ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai seorang guru dalam
pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan. Tanda jasa
dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan
kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu
tertentu. Penghargaan lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam
pengabdiannya kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan/
kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut dicapai karena
pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang
relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi
tingkat nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan
jabatan/pangkat.

Latihan dan Renungan


1. Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan pengembangan karier
guru?
2. Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan fungsionalnya?
3. Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV dan belum
bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya?
4. Sebutkan jenis-jenis pengembangan karier guru!
5. Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga dengan yang
berbasis individu?

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 49


BAB V
PERLINDUNGAN DAN PENGHARGAAN

Topik ini berkaitan dengan perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama
berkaitan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan
perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya. Peserta PLPG diminta
mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok,
menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan
refleksi.

A. Pengantar
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi
bagi mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa batas
akses geografis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang
menyebakan sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis,
ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.
Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap guru
belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum
optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang
cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak zaman
pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk terus
mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan
mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya Undang-Undang (UU) Nomomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang
perlindungan hukum bagi mereka. Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai
mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini
diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu pernah
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk
rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi
perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum
bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya
dengan diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan
terhadap guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak
atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan
sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan komprehensif
mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar
yang memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas
Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.

B. Definisi
1. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum,
perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta

50 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


perlindungan HaKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS
maupun bukan PNS.
2. Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan kepada guru dari
tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlindungan
hukum atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
3. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang mencakup
perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian
pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
4. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru mencakup
perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
risiko lain.
5. Perlindungan HaKI adalah pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai karya
atau prestasi yang dicapai oleh guru dengan cara melegitimasinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
6. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama antara
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan dengan guru.
7. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang dibuat dan disepakati
bersama secara tripartit, yaitu penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, guru,
dan Dinas Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada wilayah administratif
tempat guru bertugas.
8. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan secara cuma-cuma dalam
bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru,
dan pihak lain kepada guru.
9. Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka pemberian
perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan
melalui kolaborasi beberapa lembaga, organisasi, atau asosiasi yang memiliki
kepedulian dan semangat kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan.
10. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa guru berdasarkan perundingan yang
melibatkan guru LKBH mitra, asosiasi atau organisasi profesi guru, dan pihak lain
sebagai mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa untuk membantu
mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bersengketa.
Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama perundingan.

C. Perlindungan Atas Hak-hak Guru


Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan
perlakuan yang sama di depan hukum. Sesuai dengan politik hukum UU tersebut, bahwa
manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas
mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab
untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh pencipta-Nya, manusia dianugerahi hak asasi
untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat, kemuliaan dirinya serta keharmonisan
lingkungan.
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang
secara koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena
itu hak-hak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati, dipertahankan
dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa
Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 51


jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan deklarasi universal
tentang hak asasi manusia yang ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen
internasional lainnya mengenai HAM yang telah diterima oleh Indonesia. Di samping hak
asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar manusia yang meliputi: (1) kepatuhan
terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam upaya pembelaan negara, (3) wajib
menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan reformasi
(demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam UUD
1945.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan
tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak
pihak wajib memberikan perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya
seperti berikut ini.
1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak
peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan
dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan
tugas.
5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap
resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam, kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru.
Frasa perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang
terkait dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan
kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
1. Perlindungan Hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan
semena-mena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang
muncul akibat tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,
birokrasi atau pihak lain, berupa:
a. tindak kekerasan,
b. ancaman, baik fisik maupun psikologis
c. perlakuan diskriminatif,
d. intimidasi, dan
e. perlakuan tidak adil
2. Perlindungan Profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hukubungan
kerja (PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian
imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan
terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan
berikut ini.

52 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian,
minat, dan bakatnya.
b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas
profesional dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan
kerja bersama.
d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja
atau kesepakatan kerja bersama.
e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari
praktik pembayaran imbalan yang tidak wajar.
f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan.
g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
 mengungkapkan ekspresi,
 mengembangkan kreatifitas, dan
 melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses
pendidikan dan pembelajaran.
h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta
didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai ancaman,
tekanan, dan rasa tidak aman.
j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi:
 substansi,
 prosedur,
 instrumen penilaian, dan
 keputusan akhir dalam penilaian.
k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
 penetapan taraf penguasaan kompetensi,
 standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
 menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus.
l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi:
 mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan
akademik,
 memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru, dan
 bersikap kritis dan objektif terhadap organisasi profesi.
m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal,
meliputi:
 akses terhadap sumber informasi kebijakan,
 partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan formal, dan
 memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi
atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan
terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Berikut ini
beberapa hal krusial yang terkait dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas.
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas
harus mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan
pemerintah daerah.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 53


b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan
fisik dari peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman
sejawat, dan masyarakat luas.
c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
 resiko gangguan keamanan kerja,
 resiko kecelakaan kerja,
 resiko kebakaran pada waktu kerja,
 resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
 resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
ketenagakerjaan.
4) Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang
tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
5) Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan
akibat:
 kecelakaan kerja,
 kebakaran pada waktu kerja,
 bencana alam,
 kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.
6) Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, akibat:
 bahaya yang potensial,
 kecelakaan akibat bahan kerja,
 keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
 frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
 resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
 resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-
undangan, antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-
Undang Hak Cipta. HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan
Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. Bagi guru,
perlindungan HaKI dapat mencakup:
a. hak cipta atas penulisan buku,
b. hak cipta atas makalah,
c. hak cipta atas karangan ilmiah,
d. hak cipta atas hasil penelitian,
e. hak cipta atas hasil penciptaan,
f. hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan;
g. hak paten atas hasil karya teknologi
Sering kali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka itu seakan-akan
menjadi seakan-akan makhluk tak bertuan, atau paling tidak terdapat potensi untuk itu.
Oleh karena itu, dimasa depan pemahaman guru terhadap HaKI ini harus dipertajam.

D. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru


Upaya perlindungan hukum bagi guru meliputi: (1) konsultasi, (2) mediasi, (3)
negosiasi dan perdamaian, (4) konsiliasi dan perdamaian, (5) advokasi litigasi, dan (6)
advokasi nonlitigasi.
1. Konsultasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru dapat berkonsultasi
kepada pihak-pihak yang kompeten. Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan

54 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


hukum, penegak hukum, atau pihak-pihak lain yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan yang dihadapi oleh guru tersebut.
Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak
tertentu yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang merupakan konsultan,
yang memberikan pendapatnya kepada klien untuk memenuhi keperluan dan
kebutuhan kliennya. Konsultan hanya bersifat memberikan pendapat hukum,
sebagaimana diminta oleh kliennya. Keputusan mengenai penyelesaian sengketa
tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak meskipun adakalanya pihak konsultan
juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa
yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.
Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah satu LKBH,
penegak hukum, orang yang ahli, penasehat hukum, dan sebagainya berkaitan dengan
masalahpembayaran gaji yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji,
pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai
pendapat oleh guru ketika berkonsultasi tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan
keputusan, melainkan sebatas memberi pendapat atau saran, termasuk saran-saran
atas bentuk-bentuk penyelesaian sengketa atau perselisihan.
2. Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, pihak-pihak lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat
membantu memediasinya.
Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas
kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan pendapat antara guru
dengan penyelenggara/satuan pendidikan dapat diselesaikan melalui bantuan
“seorang atau lebih penasehat ahli” maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan
penyelesaian sengketa atau perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan
mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan iktikad baik. Kesepakatan tertulis
antara guru dengan penyelenggara/satuan pendidikan wajib didaftarkan di Pengadilan
Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan,
dan wajib dilakasanakan dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.
Mediator dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) mediator yang ditunjuk secara
bersama oleh para pihak, dan mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau
lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak.
3. Negosiasi dan Perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya
dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara
atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang
negosiasi kepada guru atau kelompok guru.
Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, pada dasarya
para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan pendidikan dan guru, berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengket yang timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para
pihak. Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851 sampai
dengan Pasal 1864 KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan
dengan mana kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan
suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung atau mencegah
timbulnya suatu perkara. Persetujuan harus dibuat secara tertulis dan tidak di bawah
ancaman.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 55


Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang membedakan antara
negosiasi dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian
paling lama 14 hari, dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk
pertemuan langsung oleh dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain
adalah bahwa negosiasi merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian
sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan, sedangkanperdamaian dapat
dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun setelah sidang peradilan
dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar pengadilan.
4. Konsiliasi dan Perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan
profesi, perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya
dengan pihak lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara
atau satuan pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang
konsiliasi atau perdamaian.
Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas,
konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang Nomor 30 tahun
1999. Konsiliasi atau perdamaian merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk mencapai
perdamaian di luar pengadilan. Untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi, dalam
setiap tingkat peradilan yang sedang berjalan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat dilakukan, dengan pengecualian
untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
5. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau
satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi litigasi.
Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan pekerjaan
pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini
kemudian melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai
advokasi. Seolah-olah, advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari
organisasi yang berkaitan dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya
benar. Mungkin pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat
dari padanan kata advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain
berarti pengacara hukum atau pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata
advocate dalam pengertian bahasa Inggris, maka pengertian advokasi akan menjadi
lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan, memajukan (to promote), menyokong
atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa diartikan melakukan
‘perubahan’ secara terorganisir dan sistematis.
6. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan
pihak lain, misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau
satuan pendidikan, pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru
seharusnya dapat memberikan advokasi nonlitigasi.
Dengan demikian, di samping melalui litigasi, juga dikenal alternatif penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif penyelesaian
sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan

56 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


atau dengan cara mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri. Dewasa ini cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang
cukup tajam, baik dari praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan,
dianggap mengalami beban yang terlampau padat (overloaded), lamban dan buang
waktu (waste of time), biaya mahal (very expensive) dan kurang tanggap
(unresponsive) terhadap kepentingan umum, atau dianggap terlalu formalistis
(formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1) angka (10) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa masyarakat dimungkinkan memakai
alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif tersebut dapat
dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
E. Asas Pelaksanaan
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan
perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai
berikut.
1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar
budaya, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru
atau lembaga mitra, atau keduanya.
3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki
manfaat bagi peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan
mereka, serta sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.
4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan
dengan menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak
lain yang peduli.
5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau
mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah
yang dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan.
7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat
dilakukan dengan pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.

F. Penghargaan dan Kesejahteraan


Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru yang berprestasi,
berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus.
Penghargaan kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan,
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau internasional.
Penghargaan itu beragam jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa,
kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural,
bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa pemerintah
kabupaten wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya perjalanan untuk
pemakaman guru yang gugur di daerah khusus. Guru yang gugur dalam melaksanakan
pendidikan dan pembelajaran di daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak
mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.
Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik berupa gaji maupun
penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji dan penghasilan lainya. Gaji adalah hak
yang diterima oleh guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau satuan
pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak atas tunjangan yang melekat pada gaji.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 57


Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh
pemerintah dan pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan peraturan penggajian yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang
melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja
bersama. Penghasilan adalah hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai
imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan
atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan dalam
UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain yang menjadi
ikutannya, memiliki hak atas aneka tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan
kesejahteraan dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan
fungsional, subsidi tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Khusus berkaitan
dengan jenis-jenis penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan berikut ini.
1. Penghargaan Guru Berprestasi
Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui proses
pemilihan yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat satuan pendidikan,
kecamatan dan/atau kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Pemilihan guru
berprestasi dimaksudkan antara lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan
profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan
prestasi kerjanya. Prestasi kerja tersebut akan terlihat dari kualitas lulusan satuan
pendidikan sebagai SDM yang berkualitas, produktif, dan kompetitif.
Pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk
memberdayakan guru, terutama bagi mereka yang berprestasi. Seperti disebutkan di
atas, Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa ”Guru yang
berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak
memperoleh penghargaan”.
Secara historis pemilihan guru berprestasi adalah pengembangan dari
pemberian predikat keteladanan kepada guru melalui pemilihan guru teladan yang
berlangsung sejak tahun 1972 hingga tahun 1997. Selama kurun 1998-2001, pemilihan
guru teladan dilaksanakan hanya sampai tingkat provinsi. Setelah dilakukan evaluasi
dan mendapatkan masukan-masukan dari berbagai kalangan, baik guru maupun
pengelola pendidikan tingkat kabupaten/kota/provinsi, maka pemilihan guru teladan
diusulkan untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru berprestasi.
Frasa “guru berprestasi” bermakna “prestasi dan keteladanan” guru. Sebutan
guru berprestasi mengandung makna sebagai guru unggul/mumpuni dilihat dari
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru berprestasi
merupakan guru yang menghasilkan karya kreatif atau inovatif antara lain melalui:
pembaruan (inovasi) dalam pembelajaran atau bimbingan; penemuan teknologi tepat
guna dalam bidang pendidikan; penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau
sastra Indonesia dan sastra daerah; penciptaan karya seni; atau karya atau prestasi di
bidang olahraga. Mereka juga merupakan guru yang secara langsung membimbing
peserta didik hingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau
ekstrakurikuler.
Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 2002.
Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi dilakukan secara bertingkat, dimulai dari
tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional.
Secara umum pelaksanaan pemilihan guru berprestasi berjalan dengan lancar sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Melalui pemilihan guru berprestasi ini telah
terpilih guru terbaik untuk jenjang Taman-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, atau yang sederajat.
Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru berprestasi dilakukan secara
ketat, yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian, presentasi karya akademik, wawancara,

58 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


dan penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai prestasi terbaik melalui
beberapa jenis teknik penilaian inilah yang akan memperoleh predikat sebagai guru
berprestasi tingkat nasional.
2. Penghargaan bagi Guru SD Berdedikasi di Daerah Khusus/Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir ini, pemberian
penghargaan kepada mereka dilakukan secara rutin baik pada peringatan Hari
Pendidikan Nasional maupun pada peringatan lainnya.
Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan martabat
guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai pendidik
bangsa dihormati dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan
masyarakat Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan
prestasi, pengabdian, loyalitas dan dedikasi serta darma baktinya pada bangsa dan
negara melalui pelaksanaan kompetensinya secara profesional sesuai kualifikasi
masing-masing. Ketiga, meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam
melaksanakan pekerjaan/jabatannya sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di
daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang
terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami bencana
alam; bencana sosial; atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain yang
mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin.
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil bukanlah merupakan suatu kegiatan yang bersifat seremoni belaka.
Penghargaan ini secara selektif dan kompetitif diberikan kepada dua orang guru
sekolah dasar (SD) Daerah Khusus dari seluruh provinsi di Indonesia.
Masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi diminta dan diharuskan menyeleksi
dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus, terdiri dari satu laki-laki dan satu
perempuan yang berdedikasi tinggi untuk diberi penghargaan, baik yang berstatus
sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun guru bukan PNS. Untuk dapat
menerima penghargaan, guru SD berdedikasi yang bertugas di Daerah
Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan khusus. Kriteria umum dimaksud
antara lain beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; setia dan taat
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; memiliki moralitas,kepribadian
dan kelakuan yang terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan
masyarakat sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya.
Kriteria khusus bagi guru SD Daerah Khusus untuk memperoleh penghargaan
antara lain, pertama, dalam melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi
luar biasa, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta mempunyai
komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan
segala keterbatasan yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi
hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru di daerah
khusus/terpencil sekurang-kurangnya selama lima tahun secara terus menerus atau
selama delapan tahun secara terputus-putus. Keempat, berusia minimal 40 tahun dan
belum pernah menerima penghargaan yang sejenis di tingkat nasional. Kelima,
responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam masyarakat. Keenam,
dengan keahlian yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah sosial
sehingga usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalah-
masala tersebut. Ketujuh, menunjukkan kepemimpinan dalam kepeloporan serta
integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya dalam masyarakat.
Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada
masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 59


3. Penghargaan bagi Guru PLB/PK Berdedikasi
Penghargaan bagi guru Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Khusus (PLB/PK)
berdedikasi dilakukan sejak tahun 2004. Penghargaan ini diberikan kepada guru
dengan maksud untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme
guru PLB/PK, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi
kerjanya. Guru PLB/PK berdedikasi adalah guru yang memiliki dedikasi dan kinerja
melampaui target yang ditetapkan satuan Pendidikan Khusus mencakup kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan/atau menghasilkan karya kreatif
atau inovatif yang diakui baik pada tingkat daerah, nasional dan/atau internasional;
dan/atau secara langsung membimbing peserta didik yang berkebutuhan khusus
sehingga mencapai prestasi di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Seleksi pemilihan guru berdedikasi tingkat nasional dilaksanakan di Jakarta.
Mereka berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Pemilihan guru PLB/PK berdedikasi
ini dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Pemberian penghargaan
ini diharapkan dapat mendorong guru PLB/PK dalam meningkatkan kemampuan
profesional yang diperlukan untuk membantu mempersiapkan SDM yang memiliki
“kelainan” tertentu untuk siap menghadapi tantangan kehidupan masa depannya.
Dalam penetapan calon guru PLB/PK yang berdedikasi untuk diberi
penghargaan, kriteria dedikasi dan prestasi yang menonjol bersifat kualitatif. Kriteria
tersebut dapat dijadikan acuan atau pertimbangan dasar, sehingga guru PLB/PK
berdedikasi yang terpilih untuk menerima penghargaan benar-benar layak dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Kriteria dedikasi dan prestasi dimaksud meliputi pelaksanaan tugas, hasil
pelaksanaan tugas, dan sifat terpuji. Dimensi pelaksanaan tugas mencakup, pertama,
konsisten dalam membuat persiapan mengajar yang standar bagi anak berkebutuhan
khusus. Kedua, kecakapan dalam melaksanakan pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus. Ketiga, keterampilan mengelola kelas sehingga tercipta
suasana tertib. Keempat, kemampuan melaksanakan komunikasi yang efektif di kelas.
Kelima, konsisten dalam melaksanakan evaluasi dan analisis hasil belajar peserta didik
berkebutuhan khusus. Keenam, objektivitas dalam memberikan nilai kepada peserta
didik berkebutuhan khusus.
Dimensi kemampuan menunjukkan hasil pelaksanaan tugas secara baik
mencakup, pertama, penemuan metode/pendekatan yang inovatif, pengembangan/
pengayaan materi dan/atau alat peraga baru dalam khusus. Kedua, dampak sosial/
budaya/ ekonomi/ lingkungan terhadap proses belajar mengajar yang dirasakan atas
penemuan metode/pendekatan yang inovatif, pengembangan/pengayaan materi
dan/atau alat peraga baru dalam pembelajaranb agi anak berkebutuhan khusus.
Ketiga, kemampuan memprakarsai suatu kegiatan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus. Keempat, memiliki sifat inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumber/alat
peraga yang ada di lingkungan setempat untuk kelancaran kegiatan belajar mengajar
bagi anak berkebutuhan khusus. Kelima, mampu menghasilkan peserta didik yang
terampil sesuai dengan tingkat kemampuan menurut jenis kebutuhan peserta didik.
Dimensi memiliki sifat terpuji antara lain mencakup kemampuan menyampaikan
pendapat, secara lisan atau tertulis; kesediaan untuk mendengar/menghargai
pendapat orang lain; sopan santun dan susila; disiplin kerja; tanggung jawab dan
komitmen terhadap tugas; kerjasama; dan stabilitas emosi. Dimensi memiliki jiwa
pendidik mencakup beberapa hal. Pertama, menyayangi dan mengayomi peserta didik
berkebutuhan khusus. Kedua, memberikan bimbingan secara optimal kepada peserta
didik berkebutuhan khusus. Ketiga, mampu mendeteksi kelemahan belajar peserta
didik berkebutuhan khusus.
Pemilihan guru berprestasi serta pemberian penghargaan kepada guru SD di
Daerah Khusus dan guru PLB/PK berdedikasi seperti disebutkan di atas merupakan
agenda tahunan. Namun demikian, meski sifatnya kegiatan tahunan, program ini

60 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


bukanlah sebuah kegiatan yang bersifat seremonial belaka. Pelembagaan program ini
merupakan salah satu bukti kuatnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap
profesi guru. Tentu saja, di masa datang, kualitas dan kuantitas pemberian
penghargaan kepada guru berprestasi dan berdedikasi senantiasa perlu ditingkatkan.
4. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan
Sejalan dengan disahkannya Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak atas penghargaan
sesuai dengan prestasi dan dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada guru
pada satuan pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga, berjasa
pada negara, maupun menciptakan karya yang luar biasa.
Kriteria guru yang berhak menerima penghargaan Satyalancana Pendidikan,
meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan umum antara lain
warga negara Indonesia; berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta mempunyai nilai
dalam DP3 amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya bernilai baik
untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama, diutamakan yang
bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal sekurang-kurangnya
selama lima tahun terus menerus atau selama delapan tahun terputus-putus. Kedua,
diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di daerah perbatasan, konflik, dan
bencana sekurang- kurangnya selama 3 tahun terus menerus atau selama 6 tahun
terputus-putus. Ketiga, diutamakan yang bertugas selain di daerah khusus sekurang-
kurangnya selama 8 tahun terus menerus dan bagi kepala sekolah sekurang-
kurangnya bertugas 2 tahun. Keempat, berprestasi dan/atau berdedikasi luar biasa
dalam melaksanakan tugas sekurang-kurangnya mendapat penghargaan tingkat
nasional. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan organisasi/asosiasi profesi guru,
kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan di berbagai sektor. Keenam, tidak pernah
memiliki catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat menurut
peraturan perundang-undangan.
5. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran
Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba sejenis dapat
memotivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, khususnya dalam
kemampuan perancangan, penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau
proses bimbingan kepada siswa; dan meningkatkan kebiasaan guru dalam
mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan profesinya secara baik dan benar.
Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya dilaksanakan melalui
beberapa tahapan. Pertama, sosialisasi melalui berbagai media, antara lain
penyusunan dan penyebaran poster dan leaflet. Kedua, penerimaan naskah. Ketiga,
melakukan seleksi, baik seleksi administrasi maupun seleksi terhadap materi yang
ditulis.
Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan dewan juri
yang memiliki keahlian di bidang masing-masing. Sejalan dengan itu, aktivitas yang
dilakukan adalah sebagai berikut: penyusunan pedoman lomba keberhasilan guru
dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian naskah lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penilaian
penentuan nominasi pemenang lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau
sejenisnya tingkat nasional; penentuan pemenang lomba keberhasilan guru dalam
pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan pemberian penghargaan
pemenang lomba tingkat nasional.
Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya berbagai
pengalaman guru dalam merancang, menyajikan, dan menilai pembelajaran atau
bimbingan dan konseling yang secara nyata mampu meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh rekan guru yang memerlukan dicetak

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 61


dalam bentuk buku yang berisi model-model keberbasilan dalam pembelajaran
sebagai publikasi.
6. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade
Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik
pada tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan itu, guru-guru
bidang studi yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan
salah satu diterminan utama peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Kegiatan OSN untuk Guru (ONS Guru) merupakan salah satu wahana untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran mata pelajaran yang tercakup
dalam kerangka OSN.
Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk Guru merupakan wahana bagi guru
menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan meningkatkan kompetensi
profesional atau akademik untuk memotivasi peningkatan kompetensinya dalam
rangka mendorong mutu proses dan luaran pendidikan. Tujuannya adalah (1)
menumbuhkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan
wawasan pengetahuan, motivasi, kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras untuk
mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan kesadaran ilmiah untu
mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masa kini dan yang akan datang;
(4) mengangkat status guru sebagai penyandang profesi yang terhormat, mulia,
bermartabat, dan terlindungi; dan (5) membangun komitmen mutu guru dan
peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran secara lebih merata.
Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional. Hadiah dan
penghargaan diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai motivasi untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya. Hadiah bagi
para pemenang tingkat kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya diserahkan
sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kepada pemenang di tingkat nasional diberi hadiah dan penghargaan dari kementerian
pendidikan.
7. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru Berdedikasi
Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing
peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru
sering dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya,
seorang guru tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus
memiliki kepribadian yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi
siswa, keluarga maupun masyarakat.
Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan
sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional, kedudukan dan peran
guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam menghadapi era global. Untuk itu, kemampuan profesional guru
harus terus menerus ditingkatkan.
Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi perlu terus dijaga dan
dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru lainnya. Oleh karena itu, sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan pemilihan guru berprestasi, perlu dilaksanakan pembinaan dan
pemberdayaannya agar pengetahuan dan wawasan mereka selalu berkembang sesuai
dengan kemajuan ipteks.
Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara Asia, dalam hal ini
dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan kelanjutan program-program
yang telah dilaksanakan sebelumnya. Program kerjasama ini dilaksanakan untuk
memberikan penghargaan kepada guru berprestasi dengan memberikan pengalaman
dan wawasan tentang penyelenggaraan pendidikan dan budaya di negara maju seperti
Jepang untuk dijadikan bahan pembanding dan diimplementasikan di tempat tugas
mereka.Kontinuitas pelaksanaan program kerjasama ini sangat penting, karena sangat

62 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuannya dalam melaksanakan
tugas profesionalnya.
8. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama
pendidikan antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama
antarnegara ini dilakukan, baik di kawasan Asia maupun di kawasan lainnya.
Kerjasama antarnegara bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan saling
pengertian antaranggotanya.
Melalui kerjasama ini, guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan
untuk mengikuti pelatihan singkat bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi
kebudayaan, studi banding, dan sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan
dengan negara-negara Asean, Jepang, Australia, dan lain-lain.
Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah Konstitusi
tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan
jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi
secara berjenjang mulai dari tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke
tingkat nasional.

G. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh penghasilan di
atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus,
dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas pertimbangan
prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian, penghasilan
dimaksud merupakan hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai
imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan
atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul
lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan guru selain gaji
pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.
1. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional
atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat
pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara
atas derajat keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan
profesi kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa “Pemerintah memberikan
tunjangan profesi kepada guruyang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat
oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat”.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan
memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya
dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 63


Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru yang
sudah bersertifikat akan menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan
mampu membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap muka per minggu
dan persyaratan lainnya.
Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan berumur 60
tahun. Usia ini adalah batas pensiun bagi PNS guru. Setelah berusia 60 tahun guru
tetap berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap
yayasan untuk sekolah swasta, dan menyandang predikat guru bersertifikat, namun
tidak berhak lagi atas tunjangan profesi. Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat
profesi pendidik, mereka hanya berhak atas “satu” tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal ini bermakna,
bahwa guru bukan PNS pun akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS
dengan kualifikasi akademik, masa kerja, serta kompetensi yang setara atau ekuivalen.
Bagi guru bukan PNS, tunjangan profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan
disesuaikan jenjang jabatan dan kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi
tersebut dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen.
2. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17 ayat
(1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan tunjangan
fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa
subsidi tunjangan fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, tunjangan
fungsional dan subsidi tunjangan fungsional ini dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
(Pasal 17 ayat (3).
Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS seharusnya
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. Namun saat ini baru diberikan
tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan pada golongan/ruang
kepangkatan/jabatannya. Khusus mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional
bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan tersendiri, berikut persyaratannya.
3. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta
Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk terus
mengupayakan peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, di samping peningkatan
profesionalismenya. Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan ditugaskan di di daerah khusus berhak
memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara dengan satu kali gaji pokok
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru di
Daerah Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di daerah khusus.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang
dimaksudkan dengan Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang,
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan

64 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


negara lain, daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang
berada dalam keadaan darurat lain.
a. Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang
relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman,
perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil; dan daerah
dengan faktor geomorfologis lainnya yang sulit dijangkau oleh jaringan transportasi
maupun media komunikasi, dan tidak memiliki sumberdaya alam.
b. Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah yang
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah
serta tidak dilibatkan dalam kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan
pembangunan yang mengakibatkan daerah belum berkembang.
c. Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang
terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain,
dalam hal batas wilayah negara di darat maupun di laut kawasan perbatasan
berada di kecamatan; dan pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama
dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar
koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai
dengan hukum Internasional dan Nasional.
d. Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah yang
terkena bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang berdampak
negatif terhadap layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
e. Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat menyebabkan
terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi yang membahayakan
guru dalam melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
f. Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam keadaan
yang sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya, kelaparan dan
sebagainya yang memerlukan penanggulangan dengan segera.
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan
Daerah Khusus ini rumit dan tentatif adanya. Sebagai “katup pengaman” sejak tahun
2007, pemerintah memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di
Daerah Khusus atau Daerah Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun
2010 tunjangan tersebut mencapai Rp 1.350.000 per bulan.
Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini adalah selain
meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati sangat
sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di sekolah tersebut. Pada sisi lain,
pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar
di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil diharapkan
juga semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini.
4. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka
implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah
pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang
ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1).
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru,
serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan
kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru
dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
19 ayat (2), dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 65


maslahat tambahan bagi guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk:
(1) memberikan penghargaan terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan guru dalam
melaksanakan tugas; (2) memberikan penghargaan kepada guru sebelum purna tugas
terhadap pengabdiannya dalam dunia pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan
memperoleh pendidikan yang lebih baik dan bermutu kepada putra/putri guru yang
memiliki prestasi tinggi. Dengan demikian, pemberian maslahat tambahan akan
bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru; (2)
memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru; (3)
merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap profesi guru
hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.

Latihan dan Renungan


1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan contohnya?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan contohnya?
3. Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan contohnya?
4. Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan contohnya?
5. Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
6. Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
7. Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan kepada guru
atas dasar prestasi kerja?
8. Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil
perlu diberi tunjangan khusus?

66 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


BAB VI
ETIKA PROFESI

Topik ini berkaitan dengan etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran
secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. Peserta PLPG
diminta mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi
kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan
melakukan refleksi.

A. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa


Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh
masyarakat sebagai “profesi kelas dua”. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi guru
adalah “panggilan jiwa” untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia dengan
mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui proses belajar-
mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa agar mencapai
kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak cukup sekadar
untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat keterampilan dan
kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills
(1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan
intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan
untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis
pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-nilai
profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam itu, guru
profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terus-menerus,
memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri,
mengembangkan-diri, berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru profesional
adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim
(2010) secara akademik guru profesional bercirikan seperti berikut ini.
1. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu.
2. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang “seprofesi”
dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
3. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna
etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya.
4. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan gemar
melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk merangsang
pertumbuhan diri.
5. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan kebijakan
bidang pendidikan.
6. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan
dirinya.
7. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan mengatur
dirinya.
8. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan-
diri.
9. Memiliki empati yang kuat.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 67


10. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas sekolah, dan
masyarakat.
11. Menunjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
12. Menunjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
13. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
14. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial
dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang
penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah
menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa hasil
studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi seperti berikut
ini.
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan dimaksud
adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan
khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang
profesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah
kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi “guru”,
akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi (subject matter)
dan penguasaan metodologi pembelajaran.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau
klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas kerangka
teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam
pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien. Dokter
umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman praktisnya dengan
dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda pengetahuan teoritis dan
praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga akademik biasa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang guru
harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang disampaikannya
dapat dipahami oleh peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization.
Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat pada dirinya.
Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan orang lain, meski
tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat kolegialitas.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap
memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan, apakah
di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan di luar sekolah. Di dunia kedokteran, seorang
dokter harus siap memberikan bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi,
maupun kebetulan, bahkan saat dia sedang istirahat sekalipun.
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam
bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi “malpraktik”, seorang
guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau sanksi dari
atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab kepada komunita,
terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam bentuk disiplin
mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-
tugas pembelajaran.
i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar gaji. Di
dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif yang ditetapkan
dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan darinya.

68 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol yang
berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.

B. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan
kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan etika
profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu
didefinisikan.
1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk
mengembangkan profesionalitas anggotanya.
2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang
dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional.
3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi
profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran,
pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi
dan etika profesi guru.
5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru
yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan
tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam
dan di luar sekolah.
6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis untuk
menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan
dan menghindari norma-norma yang dilarang dalam proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di masyarakat.
C. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan
organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, bahwa guru wajib:
1. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan Ikrar
atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.
3. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan dan
disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.
4. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif.
5. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
dimana dia terdaftar sebagai anggota.
6. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai
anggota.
7. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota.
8. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
terdaftar sebagai anggota.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 69


9. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru harus
memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

D. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi


Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang
terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka harus
menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam
melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Untuk itu, pihak-pihak yang
berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar
bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju,
baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya
bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan
guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang tercermin dalam tindakan nyata
itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan profesi secara beretika. Di Indonesia,
guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik
harus mengintegral pada perilaku guru. Di samping itu, guru dan organisasi guru
berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh
dilanggar, baik sengaja maupun tidak.
Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode Etik.
Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi
guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi guru.
Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa “Guru
membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat independen.” Organisasi atau
asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi,
karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian
kepada masyarakat.
Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi.
Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi
guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat
perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.

70 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


E. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia
Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari
sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama
lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan
pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral
dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka
merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah
esensi bahwa guru harus mampu memahami, menghayati, mengamalkan, dan
menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan menjalani
kehidupan di masyarakat.
Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh
etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota
masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses
pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika akan
terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran yang
memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan efisien di sekolah.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang disebut
dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil Konferensi Pusat
PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di Jakarta yang disahkan pada
Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli 2008 di Palembang.
KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang menyandang profesi
guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi profesi guru selain
PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen
Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam kata
pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa “semua
guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku
keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.” Berikut ini
disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI sebagaimana
dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI
telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati. Kalau memang demikian,
itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan tugas keprofesian.
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran.
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan
hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota
masyarakat.
c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual
dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk
kepentingan proses kependidikan.
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta
didik.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 71


f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang
dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah
pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat
mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya.
i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya.
j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan
hak-hak peserta didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.
n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan
kemanusiaan.
o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada
peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral,
dan agama.
p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta
didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa
a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan
orangtua/walinya.
d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam
memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan
pendidikan.
g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
3. Hubungan Guru dengan Masyarakat
a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan
martabat profesinya.
e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.

72 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat
a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
e. Guru menghormati rekan sejawat.
f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-
pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan
keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
pendidikan dan pembelajaran.
l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah
agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan
kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar
pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
5. Hubungan Guru dengan Profesi
a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan
bidang studi yang diajarkan.
c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi
keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 73


h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-
tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan
dan pembelajaran.
6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi
a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan
manfaat bagi kepentingan kependidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi
dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Hubungan Guru dengan Pemerintah
a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang
pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan
perundang-undangan lainnya.
b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau
satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada
kerugian negara.

F. Pelanggaran dan Sanksi


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman sikap
dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan
bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru, karenanya, berfungsi
sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan
layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa,
sekolah dan rekan seprofesi, organisasi atau asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu,
Kode Eik Guru dikembangkan atas dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber utamanya,
yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2) kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional; dan (3) nilai jatidiri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi
perkembangan kesehatan jasmaniah. emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk Kode

74 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesian.
Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana
KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.
Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara.
Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan melanggar
Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi objektif.
Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap
KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI). Pemberian
sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan
dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu saja,
istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya pembinaan kepada
guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran KEGI wajib melapor
kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. Tentu saja, setiap
pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi
guru dan/atau penasehat hukum menurut jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan
DKGI.

Latihan dan Renungan


1. Apa esensi etika profesi guru?
2. Sebutkan karakteristik utama profesi guru!
3. Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik?
4. Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota organisasi
profesi?
5. Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru?
6. Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru?

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 75


REFLEKSI AKHIR

Materi sajian pada bagian ini berupa refleksi akhir Sajian materi ini dimaksudkan
sebagai penutup dan refleksi atas materi utama yang disajikan pada bab-bab
sebelumnya. Oleh karena kebijakan pembinaan dan pengembangan guru senantiasa
bermetamorfosis, peserta PLPG yang sudah dinyatakan lulus sekalipun diharapkan
tetap mengikuti perkembangan kebijakan lanjutan.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan
fungsi dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas.
Peserta didik sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter
kebangsaan, serta menjadi insan agamais.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat
yang multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan
tugas-tugas guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia
mencukupi, peran guru yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di
Indonesia telah mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari
pentingnya dan diakui peran strategisnya bagi pembangunan masa depan bangsa.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan sejenis
bagi tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum
profesi kependidikan itu sendiri. Frasa “tenaga kependidikan” ini sangat dikenal baik
secara akademik maupun regulasi.
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis
“profesi” atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat
profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa
dukungan tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali
pun tidak bisa berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional
sebagai aktor langsung di dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium sekolah.
Karenanya, ketika berbicara mengenai “profesi kependidikan”, semua orang akan
melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya
termasuk pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam “rumpun pendidik”, kini telah memiliki
definisi tersendiri.
Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah
sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga
kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik,

76 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi
sumber belajar, dan penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan
pelatih; dan (3) pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua,
rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Termasuk dalam jenis tenaga
kependidikan adalah pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan
di tingkat provinsi atau kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan
sesungguhnya termasuk tenaga administratif bidang pendidikan, dimana mereka
berfungsi sebagai subjek yang menjalankan fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi
empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan
pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan,
terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan,
terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar
sekolah; dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalah-masalah manajerial atau
administratif kependidikan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul
beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru
sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan
kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana
pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku
yang dipublikasikan minimal setiap tiga tahun. Kedua, memperhitungkan keseimbangan
antara penyediaan dan kebutuhan (supply and demand) atau keseimbangan antara
kebutuhan guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru
dan rasio guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di
sekolah sebenarnya terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di sekolah
merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus. Ketiga, merealisasikan pemerataan guru
yang efektif dan efisien di semua satuan pendidikan di kecamatan, kabupaten/kota, dan
provinsi. Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang Pemindahan
Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian telah terbit, maka berangsur-angsur
akan terjadi pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota dipindahkan ke
kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat dan
cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru yaitu
pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain.
Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg PAN dan
RB Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karier guru
pascasertifikasi guru, yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja rendah,
pengembangan keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru.
Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas
sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi,
penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan,
pembinaan karier, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di
daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan
pengembangan profesi guru. Beranjak dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini
memerlukan perhatian dan priotitas utama.
1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara
komprehensif berkaitan dengan:
a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan
kebutuhan satuan pendidikan.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU 77


b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan bidang
keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.
d. Menata dan mendistribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui
aspek pendanaan bidang pendidikan.
e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas objektifitas, transparan dan
akuntabel.
f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas
objektifitas, transparan dan akuntabel
g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan
memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan
intektual.
i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah.
j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karier guru.
3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan
gubernur/ peraturan bupati/peraturan walikota
Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan
yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama
berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem
distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi,
penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karier, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan
tuntutan kekinian dan masa depan.
Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di
muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa
calon guru. Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat,
ciri-ciri fisik, dan sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia
calon guru dan/atau difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Dengan demikian, ke depan hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan
direkruit sebagai calon guru.
Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran sekolah. Dalam
kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional
yang tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian dan
kariernya. Atas dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau merevitalisasi manajemen
guru yang mampu mensinergikan lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya.
Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia
bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai
calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas
profesinya itu, guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan
KEGI sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk
nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.
Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan
kehormatan yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar
organisasi profesi guru. Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi
atas pelanggaran kode etik oleh guru. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru
harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar
organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

78 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


Model-Model
Pembelajaran
DAFTAR ISI

Model Pembelajaran
81

Media Pembelajaran
107

Asesmen Pembelajaran
125

Pengembangan Silabus
143

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


152

Pengembangan Silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
156

Latihan
160

Lampiran
162
MATERI PEMBELAJARAN 1
MODEL PEMBELAJARAN

1. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami model-model
pembelajaran, yang rinciannya adalah:
a. mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
b. mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-model PAIKEM;
c. mengidentifikasi model-model pembelajaran berbasis PAIKEM sehingga dapat mem-
bedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain;
d. mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis PAIKEM.
e. Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
dan menyenangkan yang sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.
2. Uraian Materi
Pernahkah Anda mendengar kata PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan) dalam dunia pendidikan? Pasti, Anda pernah mendengarnya;
bahkan, mendapatkan informasinya melalui berbagai pelatihan. Nah, dalam modul ini,
dikupas tentang PAIKEM beserta teori belajar yang melatarinya dan model
pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu saat ini tentang pergeseran paradigma
mengajar dari guru sentris ke siswa sentris. Isu tersebut sejalan dengan perkembangan
zaman, yakni proses transformasi pendidikan menuju pada learning to know, learning to
do, learning to be, dan learning to live together. Pada modul ini, Anda akan mengenali
konsep dasar PAIKEM, selayang pandang teori belajar, model-model pembelajaran, dan
contoh pembelajaran PAIKEM.

TEORI BELAJAR
Sebenarnya siapa siswa itu? Semua yang terlibat dalam pendidikan harus sadar bahwa
(1) setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan
membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar
dapat lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir
anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. Yang terjadi justru sebaliknya, pendidik
memberikan materi pelajaran lewat ceramah seperti yang mereka peroleh dari bangku
sekolah yang pernah diikuti; (3) dunia anak adalah dunia bermain tetapi materi pelajaran
banyak yang tidak disajikan lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh
pemberian materi pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang
mengandung nuansa filsafat pendidikan; (4) Usia anak merupakan usia yang paling
kreatif dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan tidak memberikan kesempatan
bagi kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia belajar aktif. Banyak guru yang tidak
mampu mengaktifkan belajar siswa karena menganggap siswa sebagai objek yang tidak
dapat bertindak, berpikir, dan berlaku seperti yang diharapkan guru.
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai teori belajar yang lain,
misalnya Gagne (1985) yang menekankan pada behavior development atau
perkembangan perilaku sebagai produk dari cumulative effects of learning atau efek
komulatif. Menurut Gagne bahwa belajar adalah proses perubahan dalam kemampuan
yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Learning is a change in
human disposition of capability that persists over a period of time and is not simply
ascribable to processes of growth. Pendapat Gagne telah mempengaruhi pandangan
tentang bagaimana menata lingkungan belajar.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 81
Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari pandangan teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik dan teori belajar
humanistik. Selesai belajar modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan dalam
pembelajaran. Tujuan khusus yang dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda
dapat:
1. menjelaskan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, teori belajar
Konstruktivistik, dan teori belajar Humanistik; dan
2. memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.

A. Teori Belajar Behavioristik


Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan tidak
serta merta dapat dilakukan jika siswa belum memiliki stock of knowledge atau prior
knowledge dari hal yang sedang dipelajarinya. Pemberian pengalaman belajar sebagai
previous experience sangat dibutuhkan. Teori Behavioristik memiliki andil besar terhadap
hal tersebut. Proposisi-proposisi Behavioristik menjadi landasan logika pengorganisasian
pembelajaran yang beraksentuasi pada terbentuknya prior knowledge.
Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan hubungan
antara stimuli (S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya kebiasaan. Watson
mengemukakan ada dua prinsip dalam pembentukan kebiasaan yaitu kekerapan dan
kebaruan. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu bertindak balas
terhadap suatu stimuli, apabila kelak muncul lagi stimuli itu maka akan lebih besar
kemungkinan individu memberikan respon yang sama terhadap stimuli tersebut.
Edwin Guthrie berdasarkan konsep contiguity menyatakan bahwa suatu kombinasi
stimuli yang dipasangkan dengan suatu gerakan akan diikuti oleh gerakan yang sama
apabila stimuli tersebut muncul kembali. Pergerakan ini diperoleh melalui latihan. Guthrie
juga mengemukakan prinsip tentang pembinaan dan perubahan kebiasaan. Pada
dasarnya pembinaan dan perubahaan kebiasaan dapat dilakukan melalui threshold
method (metode ambang), the fatigue method (metode meletihkan), dan the incompatible
response method (metode rangsangan tidak serasi).
Thorndike berpendapat bahwa belajar pada dasarnya merupakan pembinaan
hubungan antara stimuli tertentu dengan respon tertentu. Semua proses belajar dilakukan
dengan coba-salah (trial and error). Ada tiga hukum dalam hal tersebut yaitu (1) hukum
hasil (law of effect), (2) hukum latihan (law of exercise), (3) hukum kesiapan (law of
readiness). Skinner menyatakan bahwa peneguhan (reinforcement) memegang peran
penting dalam mewujudkan tindak balas baru. Peneguhan diartikan sebagai suatu
konsekuensi perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Kegiatan belajar mengajar berdasarkan prinsip-prinsip Behavioristik merupakan
kegiatan belajar figuratif. Belajar seperti ini hanya menekankan perolehan informasi dan
penambahan informasi. Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog
interaktif. Belajar bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses mekanik.
Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.

B. Teori Belajar Kognitif


Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan
peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir
dalam setiap peristiwa belajar. Perilaku siswa bukan semata-mata respon terhadap yang
ada melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif
adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh Jerome Bruner,

82 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
reception learning oleh Ausubel. Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget dapat
digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Perkembangan Kognitif Anak Menurut Jean Piaget


TAHAP UMUR CIRI POKOK PERKEMBANGAN
SENSORIMOTORIK 0-2 Tahun Berdasarkan tindakan langkah demi
langkah
PRAOPERASIONAL 2 – 7 Tahun Penggunaan simbol/bahasa
tanda
konsep intuitif
OPERASI KONKRET 8 – 11 Tahun Pakai aturan jelas/logis
reversibel dan kekelan
OPERASI FORMAL 11 Tahun ke atas Hipotesis
abstrak
deduktif dan induktif
logis dan probabilitas

Perkembangan kognitif yang digambarkan oleh Peaget merupakan proses


adaptasi intelektual. Proses adaptasi tampak pada asimilasi, akomodasi, dan
equilibration. Asimilasi ialah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan
struktur kognitif (skemata) yang ada sebelumnya. Pengintegrasian informasi baru ke
dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Akomodasi adalah proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi. Equilibration adalah pengaturan diri secara
mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Dengan
demikian proses belajar terjadi jika mengikuti tahap-tahap tersebut.
Menurut Bruner, kognitif berkembang melalui tiga tahap yaitu, enaktif (melakukan
aktivitas memahami lingkungan), ikonik (memahami objek melalui gambar dan visualisasi
verbal), dan simbolik (memiliki ide abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa
dan berlogika).
Jika Jean Peaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa seseorang, Bruner menyatakan perkembangan bahasa
besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Dalam memahami dunia sekitarnya
orang belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika. Komunikasinya dilakukan
dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses
berpikirnya semakin dominan sistem simbolnya.
Meskipun teori belajar sosial dari Albert Bandura menekankan pada perubahan
perilaku melalui peniruan, banyak pakar tidak memasukkan teori ini sebagai bagian dari
teori belajar behavioristik. Sebab, Albert Bandura menekankan pada peran penting proses
kognitif dalam pembelajaran sebagai proses membuat keputusan yaitu bagaimana
membuat keputusan perilaku yang ditirunya menjadi perilaku miliknya.

C. Teori Belajar Konstruktivistik


Belajar menurut perspektif Konstruktivistik adalah pemaknaan pengetahuan. Hal
tersebut didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan bukanlah gambaran dunia
kenyataan belaka. Pengetahuan merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan
subjek. Pikiran berfungsi sebagai alat menginterpretasi, sehingga muncul makna yang
unik. Teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu pengetahuan harus dibangun oleh
siswa di dalam benak sendiri melalui pengembangan proses mentalnya. Dalam hal ini
iswalah yang membangun dan menciptakan makna pengetahuannya (Nur, 2000).
Konstruktivistik menekankan pada belajar sebagai pemaknaan pengetahuan
struktural, bukan pengetahuan deklaratif sebagaimana pandangan behavioristik.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 83
Pengetahuan dibentuk oleh individu secara personal dan sosial. Pemikiran
Konstruktivisme Personal dikemukakan oleh Jean Peaget dan KOnstruktivisme Sosial
dikemukakan oleh Vygotsky.
Belajar berdasarkan Konstruktivistik menekankan pada proses perubahan
konseptuall (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri siswa ketika peta
konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi dunia nyata. Dalam proses ini siswa
melakukan analisis, sintesis, berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik
kesimpulan sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan bersifat
viabilitas, artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep lain yang
lebih dapat diterima. Degeng (2000) memaparkan hasil ananlisis komparatif pandangan
Behavioristik-konstruktivistik tentang belajar dikemukakan dalam tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Perbandingan Pandangan Behavioristik-Konstruktivik tentang Belajar


Behavioristik Konstruktivistik
Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan Pengetahuan adalah non-objective,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan temporer, selalu berubah, dan tidak menentu
telah terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah perolehan pengetahuan, Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari
sedang mengajar adalah memindah pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif,
pengetahuan ke orang yang belajar. dan refleksi serta interpretasi. Mengajar
adalah menata lingkungan agar siswa
termotivasi dalam menggali makna dan
menghargai ketidakmampuan
Siswa diharapkan memiliki pemahaman Siswa akan memiliki pemahaman yang
yang sama terhadap pengetahuan yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami pada pengalamannya, dan perspektif yang
oleh pengajar itulah yang harus dipakai dalam menginterpretasikannya.
dipahami oleh siswa.
Fungsi mind adalah menjiplak struktur Mind berfungsi sebagai alat untuk
penge-tahuan melalui proses berpikir menginterpretasi peristiwa, objek, atau
yang dapat dianalisis dan dipilah perspektif yang ada dalam dunia nyata
sehingga makna yang dihasilkan dari sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik
proses berpikir ditentukan oleh dan individualistik.
karakteristik struktur pengetahuan.

Berikutnya, bagaimana implikasi proposisi-proposisi tersebut dalam kegiatan belajar


mengajar ? Silakan Anda refleksikan bagaimana Anda mengajar selama ini! Demikian
juga, refleksikan cara mengajar Anda selama ini dengan teknik pengaorganisasian
pembelajaran Konstuktivistik? Bandingkan hasil refleksi Anda dengan rumusan-rumusan
di bawah ini. Secara hirarki Driver dan Oldham memberikan strategi pembelajaran
konstruktivistik sebagai berikut.

84 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
ORIENTATION

ELICITATION OF IDEAS

RESTRUCTURING OF
IDEAS
Clarification and Exchange

COMPARISON
WITH PREVIOUS Exposure to conflict
IDEAS situation

Construction of new ideas

Evaluation

APPLICATION OF IDEAS

REVIEW CHANGE IN
IDEAS

1. Orientasi merupakan fase untuk memberi kesempatan kepada siswa memperhatian


dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi pembelajaran.
2. Elicitasi merupakan fase untuk membantu siswa menggali ide-ide yang dimilikinya
dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan atau
menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka melalui poster, tulisan yang
dipresentasikan kepada seluruh siswa.
3. Restrukturisasi ide dalam hal ini siswa melakukan klarifikasi ide dengan cara
mengkontraskan ide-idenya dengan ide orang lain atau teman melalui diskusi.
Berhadapan dengan ide-ide lain seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi
gagasannya, kalau tidak cocok. Sebaliknya menjadi lebih yakin jika gagasannya cocok.
Membangun ide baru hal ini terjadi jika dalam diskusi idenya bertentangan dengan
ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
teman-temannya. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Jika dimungkinkan,
sebaiknya gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau
persoalan yang baru.
4. Aplikasi ide dalam langkah ini ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu
diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat
pengetahuan siswa lebih lengkap bahkan lebih rinci.
5. Review dalam fase ini memungkinkan siswa mengaplikasikan pengetahuannya pada
situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya dengan menambah suatu
keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi lebih lengkap. Jika hasil review
kemudian dibandingkan dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki maka akan
memunculkan kembali ide-ide (elicitasi) pada diri siswa.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 85
D. Teori Belajar Sosial (Humanistik)
Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977--1986)
yang menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri atau lingkungan seorang
siswa. Aktivitas kognitif dalam diri siswa (kemampuan) belajar iswa dilaului dengan cara
“modelling” atau mencontoh perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan pribadi,
kreativitas, dan aktualisasi dari setiap individu yang belajar.
Bandura mengemukakan ada enam prinsip yang mendasar dalam menerapkan
teori belajar Humanistik, yaitu (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau
memahami simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan
untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan
mengatur diri sendiri dan (6) kemampuan untuk berefleksi.
1. Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Dalam hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a) perilaku, (b)
berbagai faktor yang ada pada pribadi seseorang dan (c) peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada lingkungan diri orang tersebut. Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama saling
bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lain.
2. Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini secara
simbolis melalui gambar-gambar kognitif (cognitive representation). Oleh karena itu
seseorang termasuk Anda lebih cepat bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia
sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri. Artinya Anda memiliki kemampuan berpikir
dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir yang kemudian tersimpan dalam
ngatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula diuji coba secara simbolis dalam pikiran.
Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran kognitif dari masa lalu maupun
masa depan yang dapat memengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku tertentu.
3. Kemampuan Berpikir ke Depan
Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan masa depan. Anda dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi
terhadap Anda berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, merencanakan tindakan-
tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Kondisi inilah yang disebut
berpikir ke depan, dan cenderung tindaakan diawali oleh pikiran.
4. Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang Dialami Orang Lain
Anak-anak maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara memperhatikan
perilaku orang lain dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Keadaan inilah
yang disebut belajar berdasarkan apa yang dialami orang lain. Selain itu seseorang
belajar dengan melakukan sendiri dalam berbagai hal dan terjadi konsekuensi dari
perbuatan/perilakunya. Cara belajar dari pengalaman orang lain merupakan upaya
seseorang untuk mengembangkan sesuatu yang dipikirkan.
5. Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan perilaku diri
sendiri. Anda telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya kapan harus memeriksa
kesehatan secara rutin, berapa jam harus tidur, jam berapa harus berangkat mengajar,
kapan harus menyiapkan perangkat pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap
mata pelajaran, kapan Anda mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas
sebagai guru secara optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya masih banyak
kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala prioritas. Perilaku-
perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan kewajiban sebagai guru, juga
berdasarkan standard an motivasi yang telah anda tetapkan sendiri.
6. Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung melakukan
refleksi atau perenungan untuk memikirkan tentang kemampuan pribadi masing-masing.
Mereka umumnya mampu memantau ide-ide, dan kepantasan menilai ide tersebut serta
menilai dirinya dengan memperhatikan konsekuensi dari perilakunya. Berdasarkan semua

86 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
penilaian dirinya itu, yang paling penting adalah penilaian terhadap tingkat kompetensi
atau kemampuan mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian
terhadap diri sendiri disebut keyakinan akan kemampuan diri (self efficacy) yang ternyata
memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan yang akan dilakukan, besarnya usaha
yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, besarnya tantangan saat
menghadapi kesulitan, dan kemungkinan muncul rasa khawatir menghadapi suatu tugas,
bahkan ada rasa takut ataupun kurang percaya diri.

D. Rangkuman
1. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan
hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya
kebiasaan.
2. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral
meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap
peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, danmenggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah
perceptual.
3. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu
pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri melalui
pengembangan proses mentalnya, dan siswalah yang membangun dan
menciptakan makna pengetahuannya.
4. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu proses di
mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.
5. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan
teori belajar humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat
atau memahami simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4)
kemampuan untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5)
kemampuan mengatur diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM


Salah satu kelemahan sistem pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi
pada input dan output, kurang memperhatikan aspek proses. Padahal, proses akan
sangat menentukan hasil. Salah satu upaya meningkatkan kualitas proses belajar itu ialah
melalui PAIKEM. Apa yang dimaksud dengan PAIKEM? Mengapa harus PAIKEM? Apa
ciri-ciri PAIKEM? Apa yang harus dipersiapkan dalam PAIKEM? Model-model
pembelajaran apa saja yang menggunakan pendekatan PAIKEM?
Anda dapat menjawab semua pertanyaan tersebut dengan memelajari dan
menelaah penjelasan yang disajikan berikut.

A. Konsep dan Ciri-ciri PAIKEM


Sebenarnya, guru termasuk orang yang kreatif. Berarti, guru mempunyai sikap
kreatif. Sikap kreatif ditandai dengan (a) keterbukaan terhadap pengalaman baru, (b)
kelenturan dalam berpikir, (c) kebebasan dalam ungkapan diri, (d) menghargai fantasi, (e)
minat terhadap kegiatan kreatif, (f) kepercayaan terhadap gagasan sendiri, dan (g)
kemandirian dalam memberikan pertimbangan sendiri.
Sebagai modal melaksanakan PAIKEM, tentunya guru mempunyai ciri-ciri:
• rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,
• sering mengajukan pertanyaan yang baik,
• memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 87
• bebas dalam menyatakan pendapat,
• mempunyai rasa keindahan yang mendalam,
• menonjol dalam salah satu seni,
• mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang,
• mempunyai rasa humor yang luas,
• mempunyai daya imajinasi, dan
• orisinal dalam gagasan dan pemecahan masalah.
Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap apatis tersebut
biasanya dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun, kondisi tempat mengajar yang
tidak mendukung, teman-teman lain yang juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak
menuntut apa-apa dari guru. Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa
bersusah payah, kan sebentar lagi pensiun", jawabnya dengan enteng ketika ditanya
tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar dijalaninya seperti biasanya.
Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi, gaya mengajar saat ini
sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu. Padahal, rentang tahun yang begitu
panjang amat baik jika diisi dengan perubahan positif gaya mengajar.
Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya tidak sedikit
pun mencerminkan perubahan karena teman guru di sekolahnya tidak aktif dan tidak
berprestasi. "Maunya sih kreatif dan kepingin berprestasi, tapi teman lain juga biasa-biasa
saja. Saya ya ngikut aja", ujarnya tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut tampaknya
juga dilakukan oleh guru-guru yang lainnya.
Budi (lagi-lagi nama samaran) sangat jengah karena kreativitas yang pernah
dimunculkannya suatu waktu tidak mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya.
Sejak kejadian itu, Budi pasif dan apatis. Tidak ada satu pun pembaharuan dilakukannya.
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat berkomunitas
teramat kuat. Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan, pengaruh diri sendiri tenggelam
jauh di lubuk hati. Untuk itu, agar dapat kreatif, Anda harus berani menutup kran
pengaruh dari luar. Guru kreatif menggunakan kata jangan berikut.
• Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui kegagalan sebelum Anda
mencoba beberapa kali.
• Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
• Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
• Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang banyak.
• Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan pemikiran yang
mendalam.
• Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
• Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
• Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
• Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
• Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends (dalam Kardi
dan Nur, 2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat sebagai
berikut.
a. Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia mengembangkan
hubungan kemanusiaan yang tulus dengan siswa, orang tua, dan kolega-koleganya.
b. Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu pengetahuan. Mereka
menguasai dasar-dasar pengetahuan tentang belajar dan mengajar; menguasai
pengetahuan tentang perkembangan manusia dan cara belajar; dan menguasai
pengajaran dan pengelolaan kelas.
c. Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar yang telah dikenal di
dunia pendidikan untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar.

88 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
d. Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong siswa untuk
berpikir reflektif dan mampu memecahkan masalah. Mereka memahami bahwa belajar
pengelolaan pembelajaran yang baik merupakan proses yang amat panjang sama
halnya dengan profesi lain, yang memerlukan belajar dan interaksi secara
berkelanjutan dengan kolega seprofesi.
Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru agar
menggunakan enam kiat mengajar dengan efektif apabila mengharapkan hasil belajar
siswa secara maksimal. Keenam kiat mengajar dengan efektif di kelas sebagai berikut.
a. Ciptakan kondisi yang benar
1) Orkestrakan lingkungan;
2) Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;
3) Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
4) Tentukan hasil dan sasaran; AMBAK—Apa Manfaatnya Bagiku?
5) Visualisasikan tujuan Anda;
6) Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik;
7) Pasanglah poster di sekeliling dinding.
b. Presentasikan dengan benar
1) Dapatkan gambar menyeluruh dahulu, termasuk perjalanan lapangan;
2) Gunakan semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan;
3) Gambarlah, buatlah pemetaan pikiran, dan visualisasikan;
4) Gunakan konser musik aktif dan pasif.
c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritis—konseptual, analitis, dan reflektif;
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi secara permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwara—untuk melayani semua
gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.
e. Praktikkan
1) Gunakan di luar sekolah;
2) Lakukan;
3) Ubahlah murid menjadi guru;
4) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
f. Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
1) Sadarilah apa yang Anda ketahui;
2) Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
3) Lakukan evaluasi berkelanjutan.
Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah pendekatan
PAIKEM. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Disebut demikian
karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan
inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana
menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut pembelajaran CTL.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 89
menanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses
aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang
hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan
gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga
memperoleh kemajuan hasil belajar. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di
masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip: (1)
pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3)
siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan
manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna
bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif.
Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan karakteristik
siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter menyatakan, “bawalah dunia mereka ke dunia
kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, siswa dapat
menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya. Artinya, siswa kretaif dalam memahami
masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih
mudah diterima, dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan
masalah.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang
menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang
sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologis. Jika pembelajaran berada
dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan
apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning
climate) yang kondusif.
Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM? Dapatkah Anda
menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan pemahaman Anda tentang PAIKEM
dengan uraian berikut. PAIKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara untuk
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
peserta didik.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ dan memajang hasil karya siswa.
4. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran
tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan
guru yang berkesesuaian.

90 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam Pembelajaran
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik
mengelola pembelajaran berperan aktif dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
yang mendorong peserta • Percobaan
didik untuk berperan aktif • Diskusi kelompok
dalam pembelajaran. • Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan media • Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
pembelajaran dan sumber - media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
belajar yang beragam. - gambar
- studi kasus
- nara sumber
- lingkungan
3. Guru memberi kesempatan Peserta didik:
kepada peserta didik untuk • melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
mengembangkan • mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
keterampilan. sendiri
• menarik kesimpulan
• memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
• menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
4. Guru memberi kesempatan Melalui:
kepada peserta didik untuk • diskusi
mengungkapkan • pertanyaan terbuka
gagasannya sendiri secara • hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik
lisan atau tulisan. sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan • Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan
dan kegiatan belajar kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
dengan kemam-puan • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
peserta didik. kelompok tersebut.
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan • Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan
pembelajaran dengan pengalamannya sendiri.
pengalaman peserta didik • Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam
sehari-hari. kegiatan sehari-hari
7. Menilai proses • Guru memantau kerja peserta didik
pembelajaran dan • Guru memberikan umpan balik
kemajuan belajar peserta
didik secara terus menerus.
Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori, model pembelajaran
PAIKEM, dan CTL dapat digambarkan sebagai berikut.

B. Model-model PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacam-macam
pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diuraikan di dalam modul ini
didasarkan pada konsep model pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh
Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan Showers, 1992) dan diberi nama model

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 91
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik
yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Berikut ini disajikan model-model pembelajaran.

1. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert
Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan masyarakat yang lebih
besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa
bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang
mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik.
Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran kooperatif haruslah diciptakan
setting kelas dan proses pengajaran yang mensyaratkan adanya kontak langsung,
berperan serta dalam kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota dalam
kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri
khususnya. Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan
perilaku laku guru pada setiap sintaks.

Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Fase Perilaku Guru
Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar.

Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan


Menyajikan informasi jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara
Mengorganisasi siswa ke dalam membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok-kelompok belajar kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok bekerja saat mereka mengerjakan tugas mereka.
dan belajar

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


Evaluasi telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student
Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan
struktural.

a. Student Teams-Achievement Division (STAD)


Pada Kooperatif tipe STAD siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas
laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

92 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
rendah. Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian
saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis,
atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya dua minggu siswa diberi
kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.

b. Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok dengan 5 atau 6
orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa
dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu
dari bahan yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah
hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang populasi, siswa
lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar tentang ekosistem, dan yang
terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topic
yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut
kelompok ahli. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu,
setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang
telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada teman-temannya dalam kelompok asal.
Evaluasi dilakukan pada kelompok asal (lihat gambar 1.2)

1 2 1 2 1 2 1 2
3 3 3 3 Kelompok asal

1 1 2 2 3 3
Kelompok ahli
1 1 2 2 3 3

Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal.

c. Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk beberapa kasus,
kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
dan diteruskan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.

Tabel 2.3 Perbandingan Empat Tipe Pembelajaran Kooperatif


Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
Tujuan Informasi akademik Informasi akademik Informasi Informasi
kognitif sederhana sederhana akademik tingkat akademik
tinggi & ketr. inkuiri sederhana
Tujuan Kerja kelompok dan Kerja kelompok dan Kerjasama dalam Keterampilan
sosial kerja sama kerja sama kelompok kelompok dan
kompleks keterampilan sosial

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 93
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
Struktur tim Kelompok heterogen Kelompok belajar Kelompok belajar Bervariasi, berdua,
dengan 4-5 orang heterogen dengan 5- dengan 5-6 bertiga, kelompok
anggota 6 orang anggota anggota heterogen dengan 4-6
menggunakan pola anggota.
kelompok ”asal” dan
kelompok ”ahli”
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
topik
Tugas Siswa dapat Siswa mempelajari Siswa Siswa
Utama menggunakan materi dalam menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan dan kelompok” ahli” inkuiri kompleks tugas-tugas yang
saling membantu kemudian membantu diberikan sosial
untuk menuntaskan anggota kelompok dan kognitif
materi belajarnya asal mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes mingguan proyek dan
menulis laporan,
dapat meng-
gunakan tes essay
Pengakuan Lembar pengetahuan Publikasi lain Lembar penge- Bervariasi
dan publikasi lain tahuan dan
publikasi lain

2. Inkuiri atau Belajar Melalui Penemuan


Para siswa dapat belajar menggunakan cara berpikir dan cara bekerja para ilmuwan
dalam menemukan sesuatu. Tokoh-tokoh dalam belajar melalui penemuan ini antara lain
adalah Bruner, yang merupakan pelopor pembelajaran penemuan. Pembelajaran
penemuan merupakan suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu
siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif
terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang
sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi. Tokoh lain adalah Richard Suchman
yang mengembangkan suatu pendekatan yang disebut latihan inkuiri.
Sintaks belajar melalui penemuan tidak jauh berbeda dengan langkah-langkah kerja
ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuwan dalam menemukan sesuatu yang dapat
dicermati dalam tabel 2.4 berikut ini.

Tabel 2.4 Sintaks Model Belajar melalui Penemuan


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang
Observasi menemukan masalah memungkinkan siswa menemukan masalah.
Tahap 2 Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian
Merumuskan masalah berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.
Tahap 3 Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis
Mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya.
Tahap 4 Guru membimbing siswa untuk merencanakan peme-
Merencanakan pemecahan masalah cahan masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan
(melalui eksperimen atau cara lain) yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.

94 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 5 Selama siswa bekerja guru membimbing dan
Melaksanakan eksperimen (atau cara memfasilitasi.
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang
Melakukan pengamatan dan hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan
pengumpulan data mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data supaya
Analisis data menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau penemuan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang
ingin ditanamkan.

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah


Model pengajaran berdasarkan masalah lebih kompleks dibandingkan dua model
yang telah diuraikan sebelumnya. Model pengajaran berdasarkan masalah mempunyai
ciri umum, yaitu menyajikan kepada siswa tentang masalah yang autentik dan bermakna
yang akan memberi kemudahan kepada para siswa untuk melakukan penyelidikan dan
inkuiri. Model ini juga mempunyai beberapa ciri khusus yaitu adanya pengajuan
pertanyaan atau masalah, berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, penyelidikan
autentik, menghasilkan produk/karya dan memamerkan produk tersebut serta adanya
kerja sama. Sebagai contoh masalah autentik adalah ”bagaimanakah kita dapat
memperbanyak bibit bunga mawar dalam waktu yang singkat supaya dapat memenuhi
permintaan pasar” Apabila pemecahan terhadap masalah ini ditemukan, maka akan
memberikan keuntungan secara ekonomis. Masalah seperti ”bagaimanakah kandungan
klorofil daun pada tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tingkat intensitas
cahanyanya berbeda” merupakan masalah akademis yang apabila ditemukan
jawabannya belum dapat memberi manfaat praktis secara langsung.
Landasan teoretik dan empirik model pengajaran berdasarkan masalah adalah
gagasan dan ide-ide para ahli seperti Dewey dengan kelas demokratisnya, Piaget yang
berpendapat bahwa adanya rasa ingin tahu pada anak akan memotivasi anak untuk
secara aktif membangun tampilan dala otak mereka tentang lingkungan yang mereka
hayati, Vygotsky yang merupakan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme
yang merupakan konsep yang dianut dalam model pengajaran berdasarkan masalah.
Model pengajaran berdasarkan masalah juga mempunyai sintaks tertentu yang
merupakan ciri khas dari model ini. Tabel 2.5 berikut ini adalah sintaks model pengajaran
berdasarkan masalah dan tingkah laku guru pada setiap tahap sintaks.

Tabel 2.5 Sintaks Model Pengajaran Berdasarkan Masalah


Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik
Orientasi siswa kepada masalah yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi siswa untuk mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan
belajar dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
individual maupun kelompok untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 95
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
hasil karya video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan mengevaluasi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan.

4. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga sering
disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya sebagai teori
pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang menyumbang dasar pengembangan model
pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang
mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif
dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar
dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas
dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model
pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu
kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6 berikut ini
akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan oleh guru
pada tiap-tiap sintaks.

Tabel 2.6 Sintaks Model Pengajaran Langsung


Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
mempersiapkan siswa. informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Mendemonstrasikan keterampilan Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
(pengetahuan prosedural) atau benar, atau menyajikan informasi tahap demi
mempresentasikan pengetahuan tahap.
(deklaratif)
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan Guru mengecek apakah siswa telah berhasil
memberikan umpan balik melakukan tugas dengan baik, memberi umpan
balik.
5. Memberikan kesempatan untuk Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan dan penerapan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks
dan kehidupan sehari-hari.

5. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif
terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara
dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa.
Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang

96 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak
digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi
kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya
diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi
dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki
siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu
dikemas secara menarik.

6. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke
dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa
tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret,
dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan
siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian.
Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang
terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-
konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke
konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam
mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru bahasa
Indonesia diharapkan sebagai berikut.
• Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Keterampilan
berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa.
• Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
• Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu minat,
keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
• Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru tidak perlu
monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
• Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum
memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.

7. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di
Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan
Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan
perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992).
Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning
(Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan
Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson
dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks
dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum
menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 97
dirayakan. QL menutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang
memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan
rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2)
fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan
belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip
tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman
sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran
kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap
sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan
penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup.
Kerangka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan istilah
TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman
dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-
saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
• perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
• ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
• bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri;
• ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar
mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
• berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
• bersenang-senanglah bersama mereka.

8. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara
penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai
subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru
hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator. Berkaitan dengan penyikapan guru
kepada siswa, partisipatori beranggapan sebagai berikut.
(1) Setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh
keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat
lebih berkembang.
(2) Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama
dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa
dan berpikir anak-anak.
(3) Dunia anak adalah dunia bermain.
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek.
Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar
siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai

98 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif.
Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak
sebagai berikut.
• Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan persetujuan
dan apa yang dipahami partisipan.
• Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara
bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
• Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama
proses berlangsung.
• Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
• Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan
agar partisipan menemukan jalannya.
• Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
• Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
• Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
• belajar dari realitas atau pengalaman,
• tidak menggurui, dan
• dialogis.
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari
pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle). Proses
tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan
partisipatori. Berikut rincian proses tersebut.
• Rangkai-Ulang
• Ungkapan
• Kaji-Urai
• Kesimpulan
• Tindakan
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah siswa
sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya
sebagai berikut.
• Persepsi
• Identifikasi diri
• Aplikasi diri
• Penguatan diri
• Pengukuhan diri
• Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media
atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu.

8. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang
selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan
masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan
pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey sudah mengemukakan
pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey &
Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah
sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 99
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang
memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran
kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi
pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran
merupakan proses kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh melampaui drill
oriented dan metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual
memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar
sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington (2001) mengembangkan
metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis
inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual
dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga
menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning,
constructivism, metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection.
Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.

1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat
seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan. Tentunya,
pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat menemukan
sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan

2) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal dari
sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul pertanyaan Siapa
Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang membuka buku, bertanya, dan mendiskusikan
Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek
informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan penemuan yang
dilakukannya.

100 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


3) Konstruktivistik
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-idenya. Dengan begitu, siswa dapat
mengkonstruksikan gejala-gejala dengan pemikirannya sendiri. Konstruktivistik
merupakan landasan berpikir (filosofis) metode kontekstual, yaitu bahwa pengetahauan
dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak seketika. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan dan memberi makna
melalui pengalaman tidak melalui ingtana dan hafalan saja.

4) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa agar siswa
tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara dari rekaman? Jika
pernah, berarti Anda telah melakukan pemodelan. Pemodelan adalah pemberian model
agar siswa dapat belajar dari model tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya
tulis, model paragraf, model kalimat, dan seterusnya. Dari model itu, siswa
mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang ditunjukkan. Dalam
kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana saja.

5) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.
Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi dengan
temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar pendapat dengan
temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang kelas,
di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun. Dalam kelas yang kontekstual, Anda
disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran dalam kelompok belajar. Siswa belajar di
kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang
lemah. Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap berada
satu kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan dapat selalu bervariasi
dari segi apapun.

6) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam kontekstual,
perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan data dari aktivitas
belajar siswa secara langsung di kelas. Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di
rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada
komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak banyak omong di kelas ternyata
nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat, berbicara, dan bercerita
mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.

Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, aktivitas
yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan merefleksikan
sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang
baru dipelajari. Refleksi tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di
akhir bab/tema, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat berupa
pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu, lagu, puisi, kata kunci,
cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang lain-lainnya.
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran menulis.
Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol besar. Tulisan yang
muncul adalah aha saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya.
Bisa juga siswa menulis puisi yang isinya tenatang pembelajaran yang baru saja

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 101


dilakukan. Misalnya puisi menulis itu gampang/ seperti makan pisang/ kita tidak perlu
bimbang/ karena hati senang.

STANDAR PROSES
Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan prinsip-prinsip
pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan mengaturnya dalam kebijakan
Standar Proses (Permendiknas 41/2007 Tanggal 23 November 2007). Dalam standar
tersebut diatur bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran. Diatur pula
bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.

A. Perencanaan Proses Pembelajaran


Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).

1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pen-
capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan
oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan
divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA,
dan MAK.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berikutnya,
informasi detail tentang kebijakan penyusunan silabus dan RPP terdapat pada modul
”Pengembangan Silabus Dan RPP”

B. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran


a. Rombongan Belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
• SD/MI : 28 peserta didik
• SMP/MTs : 32 peserta didik
• SMA/MA : 32 peserta did 1k
• SMK/MAK : 32 peserta didik

102 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


b. Beban Kerja Minimal Guru
1) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih
peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;
2) beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se kurang-
kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

c. Buku Teks Pelajaran


1) buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui
rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari bukubuku teks
pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
2) rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;
3) selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
4) guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber belajar lain
yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
d. Pengelolaan Kelas
1) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
2) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar
dengan baik oleh peserta didik;
3) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar
peserta didik;
5) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan,
dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
6) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7) guru menghargai pendapat peserta didik;
8) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran
10) yang diampunya; dan
11) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.

C. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 103


Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.

a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.

b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-
tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6) rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun
kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk
yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan
dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang
baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;

104 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

C. Rangkuman
1. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Disebut
demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik,
mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif
dalam suasana menyenangkan.
2. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu,
pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran,
(2) guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan
objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani,
(6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan
sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif.
3. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi
atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang
apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
4. Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran kooperatif, (b)
pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran melalui penemuan, (d)
pembelajaran langsung, (e) pembelajaran komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h)
kuantum, (i) partisipatori, dan (j) kontekstual.
5. Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a) tipe STAD, (b)
tipe Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe Pendekatan Struktural.
6. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan teori belajar konstruktivis. Selain keterampilan akademik, model
pembelajaran kooperatif menekankan pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya
bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa diberi ruang yang sangat luas untuk berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan
sumber belajar. Guru diharapkan selalu memberikan penghargaan kepada
kelompok kooperatif yang paling kinerjanya bagus.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 105


7. Pembelajaran berdasarkan masalah menekankan pada pemecahan masalah
autentik, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata, yang
dirasakan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
8. Belajar melalui penemuan (inkuiri) memberikan pengalaman kepada siswa
sebagaimana ilmuwan membangun pengetahuan. Secara garis besar tahapannya
meliputi: menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
merancang dan melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis, menganalisis data
hasil eksperimen, dan menarik kesimpulan.
9. Secara umum pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
10. Pembelajaran langsung sangat cocok diberikan pada penguasaan keterampilan
prosedural terutama yang mengandung resiko (berbahaya) tetapi model ini kurang
merangsang penalaran tingkat tinggi, keterampilan sosial dan kreativitas.

106 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


MATERI PEMBELAJARAN 2
MEDIA PEMBELAJARAN

1. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan:
a. Mampu memahami konsep dan prinsip media pembelajaran, serta fungsi media
pembelajaran;
b. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis dan mengklasifkasikan jenis media
pembelajaran;
c. Mampu memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran.

2. Uraian Materi

PENGERTIAN, RASIONAL, DAN FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN


a. Pengertian Media
Medium atau media (jamak) berasal dari kata Latin “medium” yang berarti “di
antara”, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber dan penerima (Soekamto, 1993). Martin dan Briggs (1986) menyatakan
bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk
melakukan komunikasi dengan siswa, dapat berupa perangkat keras, seperti
komputer, televisi, projektor, dan perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat-
perangkat keras tersebut. Dengan menggunakan batasan Martin dan Briggs, guru atau
pengajar juga termasuk media pembelajaran (Degeng, Tanpa Tahun).
Dengan demikian, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan pebelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Tidak dapat dipisahkannya antara materi, media, dan sumber, dilihat dari
pengertian dan klasifikasi media pembelajaran. Dalam Dictionary of Education
dikemukakan bahwa instructional media is devices and other materials which present a
complete body of information and are largely self-supporting rather than supplementary
in the teaching-learning process. Media pembelajaran adalah alat atau materi lain yang
menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan dapat menunjang proses belajar
mengajar. Ruseffendi (1982) menyatakan bahwa media pendidikan adalah perangkat
lunak (software) dan atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat
belajar dan alat bantu belajar. Sementara itu, Brown, dkk. (1977) membuat klasifikasi
media pembelajaran yang sangat lengkap yang mencakup sarana belajar (equipment
for learning), sarana pendidikan untuk belajar (educational media for learning), dan
fasilitas belajar (facilities for learning). Sarana belajar mencakup tape recorder, radio,
OHP, video player, televisi, laboratorium elektronik, telepon, kamera, dan lain-lain.
Sarana pendidikan untuk belajar mencakup buku teks, buku penunjang, ensiklopedi,
majalah, surat kabar, kliping, program TV, program radio, gambar dan lukisan, peta,
globe, poster, kartun, boneka, papan planel, papan tulis, dan lain-lain. Fasilitas belajar
mencakup gedung, kelas, ruang diskusi, laboratorium, studio, perpustakaan, tempat
bermain, dan lain-lain.
Meskipun dari pengertian dan klasifikasi di atas tampak bahwa pengertian
materi, media, dan sumber bahan sulit dipisahkan, tetapi rambu-rambu pertanyaan
berikut kiranya dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya.
Pertama, apa yang Anda ajarkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 107


masukkan dalam kategori materi pembelajaran. Kedua, dari mana materi pembelajaran
itu Anda dapatkan? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan dalam
kategori sumber bahan atau sumber materi. Ketiga, dengan alat bantu apa Anda
mengajarkan materi itu? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat Anda masukkan
dalam kategori media pembelajaran.
Untuk memperjelas perbedaan konsep ketiganya dapat Anda ikuti contoh
uraian berikut ini. Ketika Anda akan mengajar dengan kompetensi dasar membaca
cepat 250 kata per menit, gunakan ketiga pertanyaan tersebut. Pertama, apa yang
Anda ajarkan? Jawabannya adalah teks bacaan. Dengan demikian, teks bacaan dalam
pembelajaran Anda ini adalah materi pembelajaran. Kedua, dari mana teks bacaan
tersebut Anda peroleh? Jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah dari surat kabar
Kompas, dari buku paket, dari majalah Intisari, dan lain-lain. Dengan demikian, surat
kabar Kompas, buku paket, majalah Intisari, dan lain-lain merupakan sumber bahan
atau sumber materi. Dengan alat apa Anda mengajarkan materi tersebut agar siswa
memiliki kompetensi dasar itu? Mungkin jawabannya adalah arloji atau stop watch,
handphone, dan tabel isian yang berisi nama siswa, jumlah kata, dan lama waktu
membaca. Dalam hal ini, arloji, stopwatch, handphone, dan tabel isian tersebut dapat
Anda kategorikan sebagai media pembelajaran.

b. Rasional Penggunaan Media


1) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Komunikasi
Mengapa dalam proses pembelajaran diperlukan media? Proses
pembelajaran pada dasarnya mirip dengan proses komunikasi, yaitu proses
beralihnya pesan dari suatu sumber, menggunakan saluran, kepada penerima,
dengan tujuan untuk menimbulkan akibat atau hasil (Gafur, 1986, p.16). Model
komunikasi terebut dikenal dengan nama model: Source – Message – Channel –
Reciever – Effect. Dalam proses pembelajaran, pesan itu berupa materi pelajaran,
sumber diperankan oleh pendidik, saluran berupa media, penerima adalah siswa,
sedangkan hasil berupa bertambahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Informasi


Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap
kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi
pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada
saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan
proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian
atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran
manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman,
perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak
melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alasan tersebut, maka
media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media
audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep
multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih dari satu media dalam proses
komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas
pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh
banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran
lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses
pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam
proses komunikasi, misalnya: a) Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar
menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit

108 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang
dipelajari, dan sebagainya; b) Ditinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir
mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidakajegan, dan
sebagainya; dan c) Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaikan, misalnya:
materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar,
berbahaya kalau disentuh, dan sebagainya.

3) Rasional Penggunaan Media Menurut Teori Kerucut Pengalaman (Cone of


Experience)
Berdasar alasan bahwa tidak semua pengalaman dapat diberikan secara
langsung, maka diperlukan media. Dengan menggunakan media, diharapkan
masalah-masalah komunikasi dan masalah pembelajaran dapat diatasi. Kerucut
Pengalaman Edgar Dale sebagaimana pada Gambar 1 menggambarkan semakin
ke atas semakin abstrak, semakin ke bawah semakin konkret. Dalam proses
pembelajaran, manakala pendidik dapat memberikan pengalaman langsung, nyata,
dan konkret kepada peserta didik adalah ideal. Jika tidak mungkin, maka diberikan
berturut-turut pengalaman tiruan, dramatisasi, demonstrasi, pengalaman lapangan,
pameran, gambar bergerak, gambar mati, rekaman radio/audio, lambang visual, dan
lambang verbal.
Teori kerucut pengalaman tersebut dikembangkan Edgar Dale. Berdasar
kerucut pengalaman tersebut, dalam pembelajaran mula pertama kita mengajak
siswa terlibat dalam pengalaman nyata atau pengalaman langsung. Jika tidak
memungkinkan, kita mengajak siswa untuk mengamati peristiwa yang dimediakan
(peristiwa yang disajikan dengan menggunakan media), dan akhirnya kita mengajak
siswa mengamati lambang atau simbul yang merupakan representasi kejadian.

c. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan, antara
lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan
kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan,
atau direkam kemudian disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi
dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat
menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan
dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-
ubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c)
Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian
dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan media TV atau
radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas
untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat
dikemukakan sebagai berikut, yakni (1) menghindari terjadinya verbalisme, (2)
membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa, (4) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

JENIS, KLASIFIKASI, DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN


a. Jenis dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, secara umum, ada 4 klasifikasi,
yakni: (a) media visual, (b) media audio (c) media audio visual, dan (d) multi media.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 109


1) Media Visual
Ada beberapa jenis media visual, di antaranya adalah media grafis, media
cetak, dan media OHP.
a) Media Grafis
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan simbol/gambar.
Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan
mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan mudah diingat orang.
Yang termasuk media grafis antara lain : (1) grafik, yaitu penyajian data
berangka melalui perpaduan antara angka, garis, dan simbol, (2) diagram, yaitu
gambaran yang sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan
timbal balik yang biasanya disajikan melalui garis-garis simbol, (3) bagan, yaitu
perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu
proses, perkembangan, atau hubungan-hubungan penting, (4) sketsa, yaitu
gambar yang sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok
dari suatu bentuk gambar, (5) poster, yaitu sajian kombinasi visual yang jelas,
menyolok, dan menarik dengan maksud untuk menarik perhatian orang yang
lewat, (6) papan flanel, yaitu papan yang berlapis kain flanel untuk menyajikan
gambar atau kata-kata yang mudah ditempel dan mudah pula dilepas, (7) bulletin
board, yaitu papan biasa tanpa dilapisi kain flanel. Gambar-gambar atau tulisan-
tulisan biasanya langsung ditempelkan dengan menggunakan lem atau alat
penempel lainnya.

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale

110 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


b) Media Cetak
Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui
proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesan
melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas
pesan atau informasi yang disajikan.
Jenis media bahan cetak ini di antaranya: a) Buku teks, yaitu buku
tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan
para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan
buku teks ini disesuaikan dengan urutan (sequence) dan ruang lingkup (scope)
GBPP tiap bidang studi tertentu; b) Modul, yaitu suatu paket progaram yang
disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna
kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen
petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja siswa, kunci lembaran
kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes; dan c) Bahan pengajaran
terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan
modul. Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun
dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya. Satu bingkai biasanya
berisi informasi yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/respons
dari pertanyaan bingkai lain.
c) Media OHP
OHT (Overhead Transparency) adalah media visual yang diproyeksikan
melalui alat proyeksi yang disebut OHP (Overhead Projector). OHT terbuat dari
bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 X 11 inci.
Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, yaitu: a) Write on
film (plastik transparansi), yaitu jenis transparansi yang dapat ditulisi atau
digambari secara langsung dengan menggunakan spidol; b) PPC transparancy
film (PPC= Plain Paper Copier), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan
atau gambar dengan menggunakan mesin fotokopi; dan c) Infrared transparancy
film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau gambar dengan
menggunakan mesin thermofax.
OHP (Overhead Projector) adalah media yang digunakan untuk
memproyeksikan program-program transparansi pada sebuah layar. Biasanya
alat ini digunakan untuk menggantikan papan tulis.
Ada dua jenis model OHP, yaitu: a) OHP Classroom, yaitu OHP yang
dirancang dan dibuat secara permanen untuk disimpan di suatu kelas atau
ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP
jenis portable; dan b) OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah
dibawa ke mana-mana, ukurannya lebih kecil dan bobot beratnya lebih ringan.

2) Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan
dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan
sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media audio
yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung
dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang
kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang
elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi
tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di
ruang-ruang kelas.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 111


3) Media Audio Visual
Media audio-visual diam adalah media yang penyampaian pesannya dapat
diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan tetapi gambar yang
dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak. Salah satu
jenis media itu adalah televisi. Televisi adalah media yang dapat menempilkan
pesan secara audio-visual dan gerak (sama dengan film). Jenis media televisi di
antaranya: televisi terbuka (open boardcast television), televisi siaran terbatas/TVST
(Cole Circuit Televirion/CCTV), dan video-cassette recorder (VCR).
Berbeda dengan media televisi, media VCR dengan menggunakan kaset
video, dan penayangannya melalui pesawat televisi. Secara umum, kelebihan
media VCR sama dengan kelebihan yang dimiliki oleh media televisi. Selain itu,
media VCR ini memiliki kelebihan lainnya yaitu programnya dapat diulang-ulang.
Akan tetapi kelemahannya adalah jangkauannya terbatas.

4) Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media
yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier yaitu
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan).
Contoh multimedia linier: film dan TV; dan b) Multimedia interaktif yaitu suatu
multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasionalkan
oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk
proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya
memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi
selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam interaksi. Interaksi
yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program,
misalnya siswa diminta mengisi blangko pada bahan belajar terprogram. Bentuk
interaksi yang kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin
pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi di
antaranya yang berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah mengatur
interaksi antarsiswa secara teratur tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat
dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi yang melibatkan siswa
dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka untuk membalas
serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam memecahkan
masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang benar. Jadi
permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada masalah memiliki
potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat dan
realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki lebih
dari satu media yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan unsur
audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki kemampuan untuk
mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member kemudahan
dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan media
tanpa bimbingan orang lain.

d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan guru
dalam rangka mempermudah pembelajaran.

112 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Berkaitan dengan media pembelajaran itu, berikut dikemukakan beberapa
prinsip yang dapat Anda gunakan sebagai pertimbangan untuk memilih dan
menentukan media pembelajaran.
1) Sesuai dengan Tujuan dan Fungsional
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang
secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas
yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan
kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti
sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep
atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang
melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
Di samping sesuai dengan tujuan, aspek yang perlu Anda pertimbangkan
dalam memilih dan menentukan penggunaan media pembelajaran adalah
kefungsionalan media tersebut. Media pembelajaran yang baik adalah media
pembelajaran yang benar-benar fungsional dalam arti cocok dengan tujuan
pembelajaran dan benar-benar berfungsi untuk menunjang ketercapaian tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran yang Anda gunakan bukan sekadar sebagai
pelengkap proses pembelajaran, tetapi benar-benar merangsang siswa untuk
berlatih, berlatih, dan berlatih.
2) Tersedia
Pertimbangan lain dalam pemilihan dan penentuan media pembelajaran
adalah ketersediaan media itu. Artinya, pada saat Anda perlukan dalam
pembelajaran, media itu dapat Anda dapatkan. Misalnya, ketika Anda akan melatih
siswa agar siswa Anda memiliki kompetensi tertentu dan Anda memutuskan untuk
menggunakan media pembelajaran yang berupa kaset rekaman berita dan tape
recorder, kaset rekaman berita dan tape recorder itu benar-benar tersedia.
Seandainya tidak tersedia, kaset rekaman berita dan tape recorder itu dapat Anda
upayakan sehingga pada saat Anda perlukan media itu tersedia. Ternyata, di
sekolah Anda kaset rekaman berita, tape recorder, beserta perangkat
pendukungnya (misalnya listrik) tidak tersedia. Dengan demikian, kaset rekaman
dan tape recorder bukan media pembelajaran yang tepat Anda gunakan saat itu.
3) Murah
Media pembelajaran yang Anda gunakan untuk melatih siswa tidak harus
yang mahal. Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di lingkungan siswa, di
lingkungan sekolah, dan di lingkungan Anda dapat Anda gunakan untuk media
pembelajaran. Misalnya, pada saat tertentu Anda membeli surat kabar. Dalam surat
kabar itu ada berita, ada iklan, ada surat pembaca, dan lain-lain. Koran yang Anda
beli itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran. Di sekolah Anda terdapat
taman atau pohon besar dengan berbagai jenisnya. Taman dan berbagai pohon
besar di sekolah Anda itu dapat Anda gunakan sebagai media pembelajaran.
Bahkan, Anda dapat meminjam alat peraga mata pelajaran yang lain, misalnya IPA,
untuk Anda gunakan sebagai media pembelajaran bahasa. Hal ini dapat dipahami
karena membicarakan tentang apa pun melibatkan kemahiran berbahasa dalam
proses komunikasi. Oleh karena itu, Anda tidak perlu memikirkan media
pembelajaran yang mahal yang memang tidak dapat Anda dapatkan di sekolah
Anda. Bungkus obat, bungkus roti, bungkus makanan, slogan di sekolah, dan lain-
lain dapat pula Anda manfaatkan sebagai media pembelajaran.
4) Menarik
Pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan dan
penentuan media pembelajaran adalah tingkat kemenarikan. Artinya, media

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 113


pembelajaran yang Anda gunakan dalam pembelajaran Anda adalah media yang
menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses
pembelajaran Anda secara lebih inten. Untuk dapat memilih dan menentukan media
pembelajaran yang menarik, setidaknya Anda perlu mempertimbangkan (1)
kesesuaian media itu dengan kebutuhan siswa, (2) kesesuaian media pembelajaran
itu dengan dunia siswa, (3) baru, (4) menantang, dan (5) variatif.
5) Guru Terampil Menggunakannya
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apapun media itu, guru harus
mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Peralatan di laboratorium,
peralatan multimedia tidak akan berarti apa-apa jika guru belum mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media
antara lain: a) Karakteristik materi pembelajaran; b) Media yang paling praktis untuk
dipilih; c) Ketersediaan perlengkapan yang diperlukan; dan d) Harus sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik ditinjau dari budaya, usia, kebiasaan, pengalaman
dasar, minat dan perhatian siswa; e) Seberapa jauh media tersebut mampu
membawa peserta didik mencapai sasaran belajarnya; dan f) Apakah media yang
dipilih guru cukup memadai dengan hasil yang akan dicapai, termasuk dana yang
diperlukan, waktu yang dipergunakan dan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam hal ini akan berhadapan dengan masalah “sejauh mana proses
encoding dan decoding dapat terjadi secara tepat sehingga mampu mengefektifkan
dan mengefisienkan proses pencapaian tujuan”. Peranan perangkat akal (brain
ware) sangat menentukan dalam menganalisis hubungan fungsional antara
karakteristik materi pelajaran dengan karakteristik metode transmisi, perangkat
media, dan karakteristik penerima pesan (peserta didik).
Ketidakberhasilan melakukan analisis ini akan terjadi “barier” atau “noices”
yang sering disebut sebagai hambatan komunikasi. Hambatan dapat berbentuk
hambatan psikologis (minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensia,
pengetahuan), hambatan fisik (kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera), serta
hambatan kultural seperti perbedaan adat, nilai, kebiasaan, dan kepercayaan. Juga
dapat terjadi hambatan pada lingkungan. Pada hakikatnya media pembelajaran
harus mampu mengatasi hambatan tersebut.
Masalah yang mungkin terjadi dalam memilih media pembelajaran antara
lain: a) Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk pembuatan media dan
perlengkapan yang diperlukan; b) Perangkat media yang mudah out of date akibat
kemajuan teknologi yang cepat; c) Tidak memungkinkannya memilih media yang
sesuai dengan tuntutan karakteristik materi dan kebutuhan belajar; d) Terbatasnya
kemampuan, pengetahuan, keterampilan dalam memilih, mengembangkan,
mengopersionalkan media dalam pembelajaran; dan e) Orientasi berfikir terhadap
konsep media pembelajaran yang selalu berorientasi pada media perangkat keras
daripada media perangkat lunak.
Asumsi yang perlu dikembangkan dalam memilih media antara lain: a)
Pemilihan media merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
pengembangan pembelajaran; b) Dalam proses pemilihan media pembelajaran
yang efektif dan efisien, makna isi dan tujuan haruslah sesuai dengan karakteristik
media tertentu khususnya media perangkat lunak; c) Dalam proses pemilihan sering
diperlukan kompromi dan dilakukan sesuai dengan kepentingan, kondisi serta
fasilitas dan sarana yang ada; d) Dalam membicarakan media pembelajaran, kita
harus mengacu pada konsep pengertian media pada media perangkat keras dan
media perangkat lunak; e) Pengembangan media perangkat lunak akan memiliki
peranan yang lenih fungsional dibandingkan pengembangan media perangkat
keras; dan f) Pengembangan media perangkat keras harus dilakukan secara
kondisional sesuai dengan tersedianya fasilitas, sarana dan dana yang ada.

114 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN
a. Pembuatan Media Visual
Media visual yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain benda
aslinya, prototipe alat atau alat peraga, dan grafis. Alat-alat di laboratorium, benda-
benda yang ada di sekitar kita merupakan merupakan media pembelajaran. Benda-
benda tersebut dapat dibawa ke kelas untuk memperjelas konsep yang diajarkan. Jika
media tersebut tidak memungkinkan di bawa ke kelas, guru dapat mengajak siswa ke
tempat media tersebut berada, misalnya ke kebun, ke pasar.
Ketika benda aslinya sulit diperoleh dengan alasan tertentu misalnya harga
terlalu mahal, ketersediaan terbatas, terlalu rumit, benda tersebut dapat digantikan
dengan prototipe. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prototipe
suatu alat adalah: a) Jika prototipe dari suatu alat ukur, maka prinsip kerja harus
sesuai dengan benda aslinya; b) Jika prototipe suatu alat untuk menjelaskan
komponen-komponen alat tersebut, maka komponen penting dari alat tersebut harus
terwakili dalam prototipe tersebut; dan c) Jika prototipe berupa maket, maka
perbandingan ukuran benda asli dan prototipe harus mengacu pada skala tertentu.
Prinsip-prinsip pembuatan media visual dalam bentuk grafis yaitu:
kesederhanaan, kesatuan, penekanan, dan keseimbangan serta dilengkapi dengan
garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang.
1. Kesederhanaan. Bentuk media harus diringkas, sederhana, dan dibatasi pada hal
hal yang penting saja. Konsep tergambar dengan jelas, tulisan jelas, sederhana dan
mudah dibaca.
2. Kesatuan. Adanya hubungan antara unsur-unsur visual yang ada dalam kesatuan
fungsinya secara keseluruhan. Bentuk kesatuan ini dapat dinyatakan dengan unsur-
unsur yang saling menunjang. Kesatuan dapat ditunjukkan dengan alur-alur
tertentu, misalnya dengan garis, anak panah, bentuk, warna, dan sebagainya.
3. Penekanan. Media visual ditunjukkan sebagai suatu gagasan tunggal, yang
dikembangkan secara sederhana, merupakan suatu kesatuan, dan diperlukan
penekanan pada bagian-bagian tertentu untuk memusatkan perhatian. Penekanan
dapat ditunjukkan melalui penggunaan ukuran tertentu, warna tertentu, dan
sebagainya.
4. Keseimbangan. Ada dua macam yaitu: keseimbangan formal, ditunjukkan dengan
pembagian secara simetris, sedang keseimbangan informal, yang ditunjukkan
dengan pembagian yang asimetris.
Prinsip-prinsip pembuatan media, keberhasilannya ditunjang dengan unsur-
unsur visual seperti: garis, bentuk, tekstur, dan ruang.
1. Garis, dalam media visual dapat menghubuingkan unsur-unsur bersama dan akan
membimbing pemirsa untuk mempelajari media tersebut dalam suatu urutan
tertentu.
2. Bentuk yang aneh (tidak biasa) dapat menimbulkan suatu perhatian khusus pada
suatu yang divisualkan.
3. Ruang terbuka diiringi dengan unsur-unsur visual dan kata-kata akan mencegah
rasa berjejal dalam suatu media visual. Kalau ruang itu digunakan dengan cermat,
maka unsur-unsur yang dirancang menjadi efektif.
4. Tekstur, adalah unsur visual yang disajikan sebagai pengganti sentuhan rasa
tertentu dan dapat juga dipakai sebagai pengganti warna, memberikan penekanan,
pemisahan atau untuk meningkatkan kesatuan.
5. Warna. Warna merupakan unsur tambahan yang terpenting dalam media visual,
tetapi harus digunakan secara hati-hati untuk memperoleh pengaruh terbaik.
Digunakan pada unsur-unsur visual untuk memberikan penekanan, pemisahan atau
meningkatkan kesatuan. Dipilih warna yang merupakan kesatuan harmonis, dan
jangan terlalu banyak macam warna akan mengganggu pandangan dan dapat

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 115


menimbulkan salah persepsi pada pesan yang dibawakan. Hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : warna (merah, biru, dan lain-lain.), nilai
warna (gelap, terang), kekuatan warna (efeknya).
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip di atas, dapat dibuat lay-out atau
susunan suatu media grafis dengan baik. Lay-out dibuat jika akan menyusun beberapa
benda, gambar, atau tulisan menjadi satu kesatuan. Prinsip umum dan pembuatan lay-
out digunakan sebagai pedoman berbagai media grafis yang tidak diproyeksikan,
misalnya: gambar, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, transparansi, dan lain-
lain.
Dengan kemajuan teknologi komputer, pembuatan media grafis dapat
dilakukan dengan bantuan komputer. Beberapa software yang dapat digunakan adalah
powerpoint, adobe photoshop, frehand, dan lain-lain. Sumber gambar dapat diperoleh
dengan cara scaner gambar, kamera, download dari internet, dan lain-lain.

b. Pembuatan Media Audio


1) Penyusunan Naskah
Beberapa langkah yang harus dilalui dalam penyusunan naskah audio:
a) Menentukan topik program dan sasarannya. Untuk media audio yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran sehingga berkaitan dengan bisdang
studi tertentu, maka harus memperhatikan materi yang telah tersusun di dalam
GBPP yang berlaku.
b) Merumuskan tujuan program audio. Dalam merumuskan tujuan program maka
dapat memakai acuan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum.
c) Melakukan penelitian mengenai pokok permasalahannya. Dengan melakukan
penelitian banyak diperoleh informasi, mengkaji bahan-bahan baik yang tertulis
dari suatu kepustakaan atau sumber lain, atau saran dan kritik dari pakar yang
memahami. Hal lain yang diperhatikan adalah pengamatan terhadap siswa yang
akan menjadi sasaran atau pendengarnya.
d) Membuat garis besar atau out-line program audio. Garis besar program audio
berisi tentang isi dari program yang akan dibuat.
e) Menentukan format program. Pemilihan format program berdasarkan : tujuan,
bahan yang disajikan, pendengar yang mengikuti, kemampuan peyusun
program, dan fasilitas yang tersedia.
f) Membuat draft atau naskah kasar
g) Mengevaluasi naskah kasar
h) Menulis naskah jadi. Naskah program media audio bermacam-macam, setiap
jenis mempunyai bentuk yang berbeda. Akan tetapi pada dasarnya sama, yaitu
sebagai penuntun dalam mengambil gambar dan merekam suara. Naskah berisi
urutan gambar dan grafis yang harus diambil oleh kamera serta bunyi dan suara
yang harus direkam.
2) Pemberian Suara
Pemberian suara dapat berasal dari suara manusia, musik, atau suara efek
(sound-effect ). Pemberian suara manusia dapat dilakukan oleh penyiar
(announcer), yang di dalam penulisan naskah dengan istilah ANN yaitu penyiar
yang tugasnya memberitahukan bahwa suatu acara atau program akan
disampaikan. Selain itu dapat dilakukan oleh narator, yang di dalam penulisan
naskah dengan istilah NAR yaitu hampir sama dengan penyiar, bedanya apa yang
dibaca narator sudah memasuki program. Yang akan disampaikan mungkin tentang
pokok bahasan, tujuan, dan sebagainya. Untuk membedakan pembaca narasi laki-
laki atau perempuan, pada penulisan naskah ditulis NAR 1 dan NAR 2.
Pemberian suara berbentuk musik dalam program audio berfungsi untuk:
a) Menggambarkan suasana, yaitu membantu melukiskan suasana atau situasi
yang dikehendaki dalam naskah.

116 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


b) Melatar belakangi suatu adegan agar dapat merangsang emosi pendengar.
c) Jembatan, untuk menyambung bagian yang satu dengan yang lain, sehingga
mempercepat kelangsungan cerita dan memperjelan kesan yang sedang
dirangsang.
d) Pemersatu, sehingga cerita atau pesan yang disampaikan merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
Pemberian suara berupa efek suara (sound-effect). Efek suara adalah bunyi
benda, gerakan, dan suara yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu, yang
dalam penulisan naskah ditulis dengan FX. Ada dua jenis efek suara, yaitu: pertama
adalah bunyi dan suara tiruan, yang kedua adalah bunyi barang, gerakan atau
suara yang sesungguhnya. Efek suara ada yang sudah tersedia dalam bentuk
rekaman, tetapi ada juga efek suara yang dibuat di luar studio dan dibuat di dalam
studio secara hidup dengan alat-alat yang tersedia, misalnya membuka dan
menutup pintu, orang berjalan mendekat dan menjauh, orang berteriak dan
sebagainya.

3) Format Program Audio


Format program berkaitan dengan bentuk pengajaran yang pemilihannya
berdasarkan pada: tujuan, sasaran, kemampuan menyusun naskah, dan fasilitas
yang tersedia.
Beberapa macam format yang sering digunakan dalam media audio, antara
lain sebagai berikut.
a) Format Uraian: sering disebut “talk” atau “single voicing”. Program audio tanpa
adanya uraian maka tidak dapat ditayangkan, karena uraian di perlukan untuk
memberi penjelasan agar masalah mudah dimengerti. Agar format uraian
menghasilkan naskah yang baik, perlu diperhatikan beberapa penjelasan hal,
yaitu: uraian yang bentuknya sederhana, singkat, bersikap akrab, dan hendaknya
menggunakan narasi yang bervariasi. Sebagai cara untuk mengutarakan
informasi secara langsung, maka uraian tidak memerlukan persiapan yang terlalu
rumit, dan tidak menuntut hiasan musik atau efek suara.
b) Format Dialog: merupakan format program yang berupa percakapan dua pihak
mengenai satu masalah yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda. Jika
penyajian program disampaikan dengan naskah yang lengkap, biasa disebut
percakapan, dan apabila disampaikan dengan naskah yang tidak lengkap atau
garis besarnya, biasa disebut obrolan. Agar dialog menjadi hidup, perlu
diperhatikan beberapa hal, yaitu: harus dibawakan oleh pelaku yang baik, lincah,
hidup, sehingga seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. Selain itu
hendaknya pelaku mempunyai dua tipe suara yang berbeda, dan naskah
menunjukkan kesinambungan argumentasi.
c) Format Wawancara: merupakan format percakapan antara dua pihak yang
berbeda kedudukannya. Yang satu berperan sebagai pewawancara yang
bertugas untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, dan yang satu sebagai
yang diwawancarai. Jika wawancara dlakukan di luar studio, maka diperlukan
peralatan untuk merekam.
d) Format Diskusi: merupakan bentuk pembicaraan yang khusus dimana masing-
masing pembicara mempertahankan pernyataannya tentang suatu masalah
rasional dalam suatu tempat, waktu, dan bentuk tertentu. Agar dapat dibedakan
antara format wawancara dan format diskusi.
Perangkat keras yang biasa digunakan untuk merekam audio adalah tape
recorder. Pada saat ini proses merekam audio banyak dilakukan dengan bantuan
komputer. Dengan bantuan komputer proses editing dapat dilakukan lebih mudah.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 117


c. Pembuatan Media Audio-Visual
Pembuatan media audio-visual pada umumnya sama dalam perencanaannya,
yang berbeda adalah teknik-teknik yang dilakukan selama produksi. Misalnya saja
untuk pembuatan slide – suara, seperti pada pembuatan media audio sebelum
memproduksi diperlukan penyusunan naskah.
Langkah-langkah dalam pembuatan slide suara adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan ide. Ide yang akan dituangkan ke dalam slide harus diolah sehingga
mudah dicerna secara visual. Cara penyajiannya dapat dengan urutan kronologis,
flash back, membandingkan, menguraikan dari keseluruhan menjadi bagian-
bagiannya atau sebaliknya.
2. Visualisasi ide. Merupakan terjemahan ide dalam bentuk gambar. Dalam hal ini
dapat disajikan bentuk aslinya (non dramatis), atau dramatis di mana objek tersebut
mampu menyajikan ilusi arti tersendiri.
3. Penyusunan naskah kasar. Dapat secara kronologis (disusun secara berutan
mulai dari awal akhir program). Atau babak demi babak dimana setiap babak
(sequence) terdiri dari beberapa adegan (scene), dan setiap adegan memerlukan
satu atau lebih satu pemotretan (shoot). Dengan demikian dapat diketahui jumlah
pemotretan dalam satu progam.
4. Penyusunan narasi untuk ide visual. Narasi merupakan kalimat untuk
mendukung penampilan slide. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun narasi adalah: jangan terlalu panjang/pendek, gunakan kat-kata yang
mudah dimengerti, kata-kata/kalimatnya jangan diulang-ulang, kalimat ditujukan
kepada pendengar. Perlu pula diingat bahwa narasi bukan sekedar kometar slide,
tetapi merupakan penjelasan slide.
5. Pengerjaan kelengkapan grafis. Perlu diperhatikan untuk memberi pengarahan
kepada juru potret tentang obyek yang diperlu diambil.
6. Pemilihan musik untuk ilustrasi. Fungsi musik dalam progam slide suara agak
berbeda dengan progam audio. Di sini musik biasanya dipakai pada awal dan akhir
progam, sedang di tengah digunakan sebagai selingan atau untuk mengiringi
gambar/grafis yang disajikan tanpa narasi. Efek suara (FX) yang digunakan pada
progam audio tidak begitu banyak digunakan.
7. Penuangan naskah kasar (draft) ke dalam blanko naskah. Naskah kasar yang
telah selesai dibuat, disusun dalam format naskah slide. Hasil pemotretan ditandai
dengan beberapa istilah, yaitu: life (berasal dari objek sesungguhnya), caption
(berasal dari tulisan yang dibuat pada kertas karton), grafis (berasal dari gambar
yang dibuat dengan tangan atau komputer).

d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes,
simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini mula-mula
menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya komputer memberikan suruhan-
suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila siswa menjawab degan benar maka
komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak
menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa agar mendapat
jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari dan
merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal dari
yang seerhana sampai kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui papan
ketik, komputer segera memberi umpan balik yang berupa penguatan jika siswa

118 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


menjawab benar atau dapat berupa informasi lain yang dapat membimbing siswa
untuk menjawab dengan benar pada akhir latihan. Siswa juga mendapatkan informasi
yang jelas tentang kemampuannya dalam menerima pelajaran, sehingga dapat segera
dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau langsung melanjutkan ke materi
selanjutnya.
Tes. Tes hanya berisi pertanyaan-pertanyaan. Perbedaan dengan latihan
adalah pada tes tidak tidak diberikan umpan balik pada siswa, tidak peduli jawaban
siswa benar atau salah, pertanyaan berikutnya segera muncul setelah pertanyaan
berikutnya selesai dijawab. Rangkaian tes yang biasanya digunakan adalah tes objektif
atau isian singkat. Sampai saat ini pemeriksaan jawaban soal-soal esai dengan
komputer masih belum berhasil dengan memuaskan.
Simulasi. Paket program digunakan sebagai model di suatu proses atau sistem
dan siswa mencobanya. Di sini komputer dapat digunakan untuk memperagakan untuk
hal-hal yang tidak mungkin diperagakan secara langsung seperti reaksi kimia yang
menimbulkan ledakan, mengukur ledakan laut, mengukur tinggi menara atau
menentukan proses suatu tempat pada pola bumi.
Permainan. Paket program permainan ini diarahkan agar siswa dapat belajar
sambil bermain, karena isinya dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-
unsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan dan fantasi tanpa mengabaikan
unsur mendidik. Paket program ini dapat mengembangkan daya pikir siswa.
Pemecahan Masalah. Paket program ini diarahkan agar siswa dapat belajar
berbuat karena siswa dituntut dapat memecahkan permasalahan secara aktif. Paket
program ini bervariasi dari yang sederhana sampai dengan yang rumit. Tergantung
pada rumitnya permasalahan dan kecanggihan respon komputer terhadap respon
siswa. Misalnya; persoalan pemacahan terhadap pencemaran lingkungan. Bentuk
penyajian materi, digunakan bentuk tutorial, yaitu menyampaikan materi pelajaran
setahap demi setahap meliputi materi, contoh soal latihan, dan kesimpulan.
Sebuah media pembelajaran berbasis komputer tidak hanya menuangkan teks
atau buku ke dalam medium elektronik. Jika hal itu dilakukan maka akan mengkasilkan
“buku elektronik” yang manfaatnya tidak jauh berbeda dengan membaca buku secara
langsung.
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik diperlukan
kerjasama yang baik antara guru, desainer, analis, image supplier, programer, dan
maintenance, dengan tugas masing-masing: a) Guru: sebagai orang yang menguasai
materi pelajaran dan teori belajar; b) Desainer: sebagai penerjemah ide guru ke dalam
skenario atau skrip media; c) Analis: melakukan analisis skenario/skrip media dalam
hal: kelengkapan komponen skenario, struktur skenario, dan dapat tidaknya skenario
dipahami oleh programer; d) Image supplier: sebagai pemasok gambar ( foto, ilustrasi,
grafik) dan audio; e) Programer: merupakan pekerjaan inti dalam membuat media
berbasis komputer, yang bertugas menuangkan skenario/skrip media ke dalam
komputer dengan bahasa pemrograman tertentu; dan f) Maintenance: bertugas
menjaga keberlangsungan program yang dihasilkan agar tetap up to date.
Idealnya, keenam pihak tersebut duduk bersama untuk menghasilkan media
yang baik. Tetapi hal tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu diusahakan syarat
minimal yang harus dipenuhi agar pemrograman dapat dilakukan. Salah satu alternatif
adalah membekali orang yang mempunyai salah satu keahlian dengan keahlian yang
lain. Membekali seorang programer dengan materi-materi bidang studi dan teori belajar
tentu sangat tidak mungkin. Alternatif yang lebih mungkin adalah membekali seorang
guru bidang studi tertentu dengan pengetahuan pembuatan skrip media dan bahasa
pemrograman sederhana atau guru didampingi seorang programer yang sekaligus
dapat memasok gambar, sehingga tim yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
Program aplikasi yang memungkinkan digunakan para guru (khususnya untuk
pemula) untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis komputer adalah

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 119


Microsoft PowerPoint. Namun untuk menghasilkan media yang lebih baik, diperlukan
software lain sesuai keperluan, antara lain yakni (1) Macromedia Flash, Gif Animator
untuk membuat animasi benda, (2) Macromedia FreeHand, Photoshop,
UnleadPhotoImpac, untuk mengolah gambar 2D, (3) Maya, 3Dmax, untuk mengambar
dan animasi 3D, (4) Adobe premier, VCD Cutter, sebagai program mengolah movie,
dan (5) Program Sound Forge, untuk mengolah suara. Untuk keperluan praktis,
gambar, animasi, efek suara dapat diperoleh di toko-toko penjual software komputer.

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN


Ada 3 format pembelajaran, yakni (1) belajar secara individual, (2) belajar secara
klasikal, dan (3) belajar secara kelompok. Ketiga format pembelajaran itu berpenggaruh
terhadap penggunaan media pembelajaran. Berikut diuraikan penggunaan media
berdasarkan format pembelajarannya.

a. Penggunanan Media dengan Format Belajar Individual.


Pola komunikasi dalam belajar individual sangat dipengaruhi oleh peranan
media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Penekanan proses pembelajaran
adalah pada siswa, sedang guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian maka
peranan media sangat penting karena dapat membantu menentukan keberhasilan
belajar siswa. Penggunaan media dalam belajar secara individual disajikan pada
Gambar 1 sebagai berikut :

Media Siswa

Guru
Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual

Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga
dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi belajarnya
tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau cra belajar individual yang
banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah belajar jarak jauh.

b. Penggunaan Media dengan Format Belajar Secara Klasikal


Pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi langsung antara guru dan
siswa. Keberhasilan belajar amat ditentukan oleh kualitas guru, karena guru
merupakan media utama. Media lain seolah-olah tidak ada perannya karena frekuensi
belajar dengan guru hampir 90% dari waktu yang tersedia. Bentuk komunikasinya
dapat disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut:

120 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Guru Siswa

Media Lain
Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal

c. Penggunaan Media dengan Format Belajar Kelompok


Dalam kenyataannya teknik-teknik yang digunakan dalam belajar kelompok
dapat merangsang kreativitas, aktivitas dan interaksi setiap anggota kelompok. Untuk
menjamin mutu dalam belajar kelompok maka perlu ditentukan besar kecilnya
kelompok sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajarnya.
Berikut ini disajikan penggunaan media dalam belajar kelompok seperti pada
Gambar 3 sebagai berikut.
G • Pada pola a) guru mengontrol kegiatan
diskusi siswa. Pola dasarnya adalah
serangkaian dialog antara guru dan setiap
individu, dengan cara seperti ini maka
interaksi antara siswa yang satu dan siswa
yang lain relatif lebih kecil dibandingkan
S S dengan pola b).
S S
S
• Pada pola b) dapat disebut sebagai pola
multi komunikasi, karena komunikasi dapat
G dilakukan dari dan ke berbagai arah.
S S
• Pengendalian diri dan kontrol dilakukan
oleh anggota masing-masing dengan cara
menahan diri dan memberi kesempatan
kepada anggota lain.

• Keterangan:
S S G : Guru
S : Siswa
S : Arus interaksi

Gambar 3: Penggunaan Media dalam Belajar Kelompok


d. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran
Terdapat berbagai macam strategi yang dapat dipergunakan dalam
pembelajaran. Pada modul ini dikemukakan tiga jenis strategi pembelajaran, masing-
masing sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu pada pembelajaran
dengan karakteristik tertentu.
1) Strategi untuk pembelajaran yang bersifat teoretik dan media dipergunakan
oleh guru untuk membantu proses mengajarnya
Jika materi yang akan disajikan bersifat teoretik dan media yang digunakan
(kebanyakan bersifat by design) terutama untuk membantu guru dalam proses

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 121


mengajarnya, strategi yang dikembangkan oleh Ivor K. Davies ini dapat
dipertimbangkan untuk digunakan, meliputi:
a) Tahap Pendahuluan
Tahap ini umumnya terdiri atas 3 peristiwa pembelajaran, yakni (1)
pembukaan pelajaran, (2) pemberitahuan tujuan pembelajaran, dan (3) menarik
perhatian siswa ke arah materi baru yang akan disajikan dengan cara
memberikan bahan pengait. Media yang dapat digunakan pada tahapan ini,
misalnya media cetak, medis grafis, media audio, media audio-visual, atau
pengamatan di lingkungan dan berbagai media tiga dimensi.
b) Tahap Pengembangan
Pada tahap ini materi baru disajikan. Disarankan agar materi baru
tersebut dibagi dalam beberapa unit. Pada akhir setiap unit atau bagian materi,
diadakan tanya jawab (review) untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas
materi yang baru disajikan. Dengan demikian kesalahpahaman atau
kekurangjelasan materi dapat segera diatasi. Pada tahap pengembangan ini
sebaiknya digunakan berbagai media seperti halnya pada tahap pendahuluan,
yang disesuaikan dengan karakteristik tujuan pembelajaran, materi dan siswa.
c) Tahap konsolidasi
Tahap ini merupakan akhir pembelajaran. Ada 3 peristiwa pembelajaran
yang hendaknya dilaksanakan pada tahap ini, yakni (1) penyimpulan seluruh
materi yang telah disajikan, (2) pemberian tugas/latihan, (3) pemberian umpan
balik atas tugas/pelatihan yang telah dikerjakan siswa, dan (4) pemberian
pekerjaan rumah jika diperlukan. Pada tahap ini dapat digunakan media, media
cetak (bagan), OHP atau papan tulis dan beberapa media yang lain.
2) Strategi untuk pembelajaran yang memerlukan praktik, atau yang memerlukan
banyak berlatih
Jika pembelajaran yang dilaksanakan lebih banyak berorientasi kepada
kegiatan belajar mandiri oleh siswa, strategi yang disarankan ialah strategi yang
dikembangkan berdasarkan teori Galperin yaitu Pendekatan Terapan, meliputi:
a) Tahap Orientasi
Pada tahap ini seperti halnya strategi Davies (1986) dilaksanakan
beberapa peristiwa pembelajaran, pemberian bahan pengait, kemudian disusul
dengan penyajian materi baru terutama ditinjau dari aspek teoretiknya. Atau
dengan kata lain, landasan teoretik yang merupakan rasional serta akan menjadi
acuan dalam pengerjaan tugas/latihan, disajikan pada tahap ini. Selain itu
diintermasikan juga prosedur kerja serta jika diperlukan, cara berpikir ilmiah
dalam pengerjaan tugas/pelatihan.
b) Tahap berlatih/pengerjaan tugas
Pada tahap ini siswa mengerjakan tugas/pelatihan yang diberikan guru.
Pengerjaan bisa di laboratorium, bengkel, lingkungan sekolah. Di dalam kelas,
perpustakaan, ruang audio visual atau di mana saja. Semua media dan peralatan
yang diperlukan oleh siswa untuk memfasilitasi belajar mereka hendaknya sudah
disiapkan sebelumnya. Selama siswa mengerjakan tugas/pelatihan, guru
hendaknya berkeliling melihat apakah siswa telah melakukan prosedur kerja
yang benar.
c) Tahap pemberian umpan balik kepada siswa
Setelah tahap berlatih/pengerjaan tugas selesai, siswa perlu mendapat
informasi tentang hasil belajarnya atau sekurang-kurangnya, kesalahan-
kesalahan yang telah mereka lakukan. Dengan demikian siswa mendapat umpan
balik yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar mereka.

122 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


d) Tahap evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan
siswa atas materi yang telah disajikan, juga seberapa jauh siswa telah memilih
keterampilan/kemampuan yang diajarkan. Hasil evaluasi akan dapat memberikan
gambaran tentang keberhasilan pembelajaran guru.

3) Strategi pembelajaran yang berpusat pada media tertentu


Jika penyaji materi dalam suatu pembelajaran bukan guru tetapi media
tertentu seperti TV, Film atau Slide, maka strategi yang disarankan untuk digunakan
adalah strategi pembelajaran bermedia, yang meliputi empat tahap, yaitu:
a) Tahap persiapan
Pada tahap ini yang perlu dipersiapkan adalah: media yang akan
digunakan yang meliputi baik bahan (software) dan peralatan (hardware) yang
akan digunakan. Perlu diteliti apakah media dalam kondisi baik dan siap untuk
dioperasikan.
1) Kelas, apakah memenuhi syarat untuk pembelajaran bermedia. Misalnya,
sarana dan prasarananya memungkinkan. Juga perlu sebelumnya dipikirkan,
di mana tempat duduk siswa akan diatur sehingga siswa akan dapat melihat
tayangan media dengan jelas.
2) Siswa, terutama jika mereka belum pernah mendapat pengalaman belajar
dengan media. Dalam hal seperti ini perlu disediakan waktu sekitar beberapa
menit untuk memperkenalkan siswa dengan media yang akan digunakan.
Dengan demikian kemungkinan bahwa siswa akan lebih tertarik pada
medianya daripada materinya dapat dihindarkan.
3) Guru juga perlu mempersiapkan dirinya untuk pembelajaran bermedia.
Persiapan meliputi, misalnya, belajar mengoperasikan media yang akan
digunakan, mempelajari bahan (materi) yang akan ditayangkan,
mengantisipasi kegiatan yang akan dilakukan siswa setelah penayangan, dan
lain-lain yang terkait.
b) Tahap pelaksanaan
Prosedur pembelajaran pada tahap pelaksanaan tak berbeda dengan
pelaksanaan pada strategi lain, ialah meliputi: pendahuluan, penyajian
isi/pengembangan, umpan balik, dan evaluasi. Yang perlu diperhatikan pada
pembelajaran bermedia ialah, agar guru tidak memberitahukan garis besar isi
tayangan kepada siswa sebelum program ditayangkan. Yang perlu diberitahukan
kepada siswa adalah bagaimana cara menonton yang benar, kegiatan yang akan
dilakukan siswa setelah menonton, dan apa yang perlu disiapkan siswa untuk
menonton.
c) Tahap tindak lanjut
Pembelajaran bermedia akan lebih bermakna jika setelah menonton, siswa
melakukan kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan materi tontonan.
Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain, berupa membuat laporan, melakukan
pengamatan di lapangan, dan sebagainya.
d) Tahap evaluasi
Pada tahap evaluasi akhir ini, semua kegiatan yang telah dilakukan siswa
yang berpusat pada pembelajaran bermedia yang telah dilaksanakan, dievaluasi.
Jadi tidak hanya meliputi penguasaan siswa akan materi tontonan saja, tetapi juga
hasil kegiatan tindak lanjut. Dengan demikian apa yang diperoleh siswa akan benar-
benar bermakna.
Prosedur penggunaan media pembelajaran (baik audio, audio visual, maupun
media grafis) secara klasikal terdiri dari 4 kegiatan, yakni (1) persiapan, (2)

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 123


pelaksanaan, (3) evaluasi, dan (4) tindak lanjut. Keempat kegiatan itu disajikan dalam
Gambar 4 sebagai berikut.

Kegiatan Persiapan
1. Guru mempersiapkan diri dalam penguasaan materi pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa

Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran


Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan media

Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas

Kegiatan Tindak Lanjut


Guru mengadakan evaluasi kegiatan yang mengarahkan kepada
pemhaman lebih luas dan mendalam terhadap materi pembelajaran
Gambar 4:
Prosedur Penggunaan Media Pembelajaran

B. LEMBAR LATIHAN
1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya,
jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih
dan menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam
memilih dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media audio
untuk pembelajaran.

124 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


MATERI PEMBELAJARAN 3
ASESMEN PEMBELAJARAN

1. Tujuan
a. Menjelaskan karakteristik asesmen dalam KBK/KTSP
b. Menerapkan berbagai teknik asesmen
c. Membandingkan pengukuran, asesmen, dan evaluasi
d. Menjelaskan berbagai metode asesmen
e. Peserta mampu memanfaatkan hasil asesmen untuk meningkatkan proses
pembelajaran dan mampu menyusun laporan hasil asesmen.

2. Uraian Materi

HAKIKAT ASESMEN
A. Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua
istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal ketiga
istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang
hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu hierarki.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria
atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment)
berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak
seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan pengukuran dan penilaian terlebih
dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik formal
maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi.
Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002; Gronlund, 2003; Oosterhof,
2003). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai
asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan
menjadi asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah
melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-peserta didik
tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan
informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal, asesmen
proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 125


B. Metode Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes
dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (Djemari,
2008). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah
digunakan metode nontes.
Menurut Gronlund (2008), metode tes dapat berupa tes tulis (paper and pencil)
atau tes kinerja (performance test). Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih
jawaban yang tersedia (selected-response), misalnya soal bentuk pilihan ganda,
benar-salah, dan menjodohkan; ada pula yang meminta peserta menuliskan sendiri
responsnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai, baik esai isian singkat
maupun esai bebas.
Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu restricted performance, yang
meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang
terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang
sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan extended
performance, yang menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih
komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu
hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk
menguji hipotesis tersebut.
Dari segi otentisitas dan kompleksitas tugas, selected response memiliki
cakupan aspek yang lebih sederhana dibandingkan supply response dan performance
assessment. Hal ini antara lain dikarenakan pada selected response: (a) alternatif
pilihan jawaban sudah disediakan, (b) pada umumnya hanya berkaitan dengan tugas-
tugas yang dapat diselesaikan dengan bekal pengetahuan dan pemahaman; dan (c)
tugas-tugas direspons secara tidak langsung. Hal yang sebaliknya terjadi pada
penilaian kinerja, tugas-tugas yang dinilai dengan penilaian kinerja menuntut respons
yang murni dan aktual dari peserta, juga membutuhkan berbagai keterampilan di
samping bekal pengetahuan dan pemahaman. Penilaian kinerja juga direspons peserta
dengan cara mendemonstrasikan kemampuannya secara langsung. Oleh karena itu,
penilaian kinerja lebih rumit dibandingkan dengan selected response baik dari segi
cakupan tugasnya maupun cara atau struktur mengasesnya.
Meskipun selected response memiliki berbagai keterbatasan, tetapi memiliki
keunggulan dalam hal penskoran jika dibandingkan supply-response, apalagi jika
dibandingkan dengan penilaian kinerja. Karena respons peserta pada selected
response hanyalah berdasar pilihan-pilihan yang telah disediakan, maka skor yang
diberikan menjadi lebih pasti, lebih objektif, lebih mudah dilakukan, dan relatif bebas
dari bias atau subjektivitas penilai. Sebaliknya, pada supply response dan penilaian
kinerja meskipun telah disediakan rubrik yang harus diacu saat melakukan penskoran,
tetapi masalah krusial yang selalu muncul adalah rendahnya kekonsistenan antar
penilai (interater reliability) ketika kemampuan yang sama dinilai oleh lebih dari satu
penilai. Metode selected response juga memiliki kelebihan dalam hal waktu. Karena
tugas yang dinilai tidak begitu kompleks, maka waktu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan tes menjadi relatif lebih singkat. Karena penskorannya relatif
mudah dilakukan, maka waktu penskoran dan pengolahannya juga menjadi relatif lebih
cepat. Kelebihan dalam hal penskoran dan waktu itulah yang menyebabkan metode
selected response utamanya bentuk pilihan ganda tetap dipilih untuk melakukan
penilaian-penilaian dalam skala besar, misalnya ujian semester, ujian kenaikan kelas,
ujian sekolah, seleksi masuk perguruan tinggi, dan ujian akhir nasional (Dittendik,
2003; Oosterhof, 2005; Rodriguez, 2005).
Metode nontes digunakan bila kita ingin mengetahui sikap, minat, atau
motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif dan
lazimnya menggunakan instrumen angket atau kuisioner. Respons yang dikumpulkan

126 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


melalui angket atau kuisioner tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori benar atau
salah.
Berdasar uraian di atas, setiap metode asesmen memiliki keunggulan dan
keterbatasan, sehingga tidak ada satu pun metode yang selalu cocok untuk semua
keperluan, kondisi, situasi, cakupan, dan karakteristik kemampuan yang hendak
diukur. Karena itu, untuk melakukan asesmen yang lengkap, utuh, dan akurat
sebaiknya dipergunakan berbagai metode sesuai dengan karakteristik dan tujuannya.

Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan kegiatan
pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?

KARAKTERISTIK DAN TEKNIK ASESMEN


A. Karakeristik Asesmen dalam KBK/KTSP
1. Belajar Tuntas (mastery learning)
Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya,
sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil
yang baik. Asumsi yang digunakan dalam mastery learning adalah peserta didik
dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik
yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan
peserta didik pada umumnya.
2. Otentik
Memandang asesmen dan pembelajaran secara terpadu. Asesmen otentik
harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan
berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap). Asesmen otentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik.
3. Berkesinambungan
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah
Semester, Ulangan Akhir Semester, atau Ulangan Kenaikan Kelas.
4. Berdasarkan acuan kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi
dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya KKM (kriteria ketuntasan
minimal)
5. Menggunakan teknik asesmen yang bervariasi
Teknik asesmen yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,
unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.

B. Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan
berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik
mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 127


indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :

1. Penilaian Unjuk Kerja


a. Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek
olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca
puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua
dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

b. Teknik Penilaian Unjuk Kerja


Untuk menilai unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan daftar cek
(check-list) dan skala penilaian (rating scale).
1) Daftar Cek (Check-list)
Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga
kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategorikan
saja, ya atau tidak. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan check-list.

Penilaian Kedisiplinan
Nama peserta didik: _______________________ _______ Kelas: _____
No. Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Datang tepat waktu
2. Pakaian sesuai aturan
3. Bertanggungjawab pada tugas
4. Pulang tepat waktu
Nilai

2) Skala Penilaian (Rating Scale)


Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau
merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau
tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Karena itu dapat dipilih skala penilaian
lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Tetapi setiap kategori harus
dirumuskan deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat
kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya
itu disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 =
kurang, 2 = cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria
kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu
deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk
kerja dengan rating scale beserta rubriknya.

128 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum
Penilaian
No. Aspek yang Dinilai
1 2 3
1 Merangkai alat
2 Pengamatan
3 Data yang diperoleh
4 Kesimpulan

Rubriknya
Aspek yang Penilaian
Dinilai 1 2 3
Merangkai Rangkaian Rangkaian alat benar, Rangkaian alat
alat alat tidak tetapi tidak rapi atau benar, rapi, dan
benar tidak memperhatikan memperhatikan
keselamatan kerja keselamatan kerja
Pengamatan Pengamatan Pengamatan cermat, Pengamatan cermat
tidak cermat tetapi mengandung dan bebas
interpretasi interpretasi
Data yang Data tidak Data lengkap, tetapi Data lengkap,
diperoleh lengkap tidak terorganisasi, terorganisasi, dan
atau ada yang salah ditulis dengan benar
tulis
Kesimpulan Tidak benar Sebagian kesimpulan Semua benar atau
atau tidak ada yang salah atau sesuai tujuan
sesuai tujuan tidak sesuai tujuan

2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan
akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan
cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik
yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 129


3) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap
positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran
mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi).
Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif
terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan
lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap
program perlindungan satwa liar.
b. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-
teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan
pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami
sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru
dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku
catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama
di sekolah.
2) Pertanyaan Langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang
kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat
dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap
peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai
sikap dan membina peserta didik.
3) Laporan Pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek
sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang
“Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang
dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.

130 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta didik

Hormat pada orang tua


Ramah dengan teman
Sikap

Ketekunan belajar

Tanggung jawab
Tenggang rasa

Menepati janji
No.

Keterbukaan

Kedisiplinan

Kepedulian
Kerjasama
Kerajinan

Kejujuran
Nama
1
2
3
4
5
6
7

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.

3. Tes Tertulis
a. Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
b. Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan ganda,
benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari
berbagai bentuk soal penilaian.

4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 131


mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan
dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan
dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen
penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek


Mata Pelajaran :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Guru Pembimbing :

Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan
sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan
cheklist

132 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


5. Penilaian Produk
a. Pengertian
1) Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap
tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
2) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
3) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
4) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
2) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar :
Nama Proyek :
Alokasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
No. Tahapan Skor ( 1 – 5 )*
1 Tahap Perencanaan Bahan
2 Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
3 Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 sampai dengan 5, dengan
ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan
maka semakin tinggi nilainya.

6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 133


informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta
didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan
penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik itu sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik
Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang
dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta
didik.
8) Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat
berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

b. Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat
portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder
di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

134 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


5) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta
didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru
perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan,
misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang
orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan
portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

Berikut Ini Contoh Penilaian Portofolio


Sekolah :
Mata Pelajaran :
Durasi Waktu :
Nama Peserta didik :
Kelas / SMT :
KRITERIA
No. SK/KD/PI Waktu Pronoun- Ket.
Speaking Grammar Vocab
ciation
1 Introduction 16/07/13
24/07/13
17/08/13
Dst....
2 Writing 12/09/13
22/09/13
15/10/13
3 Memorize 15/11/13
Vocab 12/12/13
Catatan : PI = Pencapaian Indikator
Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai
bukti pekerjaan sesuai dengan SK/KD/PI, yang masuk dalam portofolio. Skor
yang digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 -10
atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk menggambarkan
karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.

7. Penilaian Diri (self assessment)


a. Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan
untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi
kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata
pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 135


atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi
psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di
kelas antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

b. Teknik Penilaian Diri


Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda
cek, atau skala penilaian.
4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta
didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian
terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Contoh Format Penilaian Konsep Diri Peserta Didik
Nama sekolah :
Mata Ajar :
Nama :
Kelas :
Alternatif
No Pernyataan
Ya Tidak
1 Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan YME agar mendapat ridho-Nya dalam belajar
2 Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh
3 Saya optimis bisa meraih prestasi
4 Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
5 Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan
masyarakat
6 Saya suka membahas masalah politik, hukum dan
pemerintahan
7 Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku
8 Saya berusaha membela kebenaran dan keadilan
9 Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa
dan negara
10 Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab
JUMLAH SKOR

136 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik. Rentangan nilai yang
digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban
TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0 – 5
dikategorikan tidak positif; 6 – 10 kurang positif; 11 – 15 positif dan 16 – 20 sangat
positif.

Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen sesuai dengan
karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!

PEMANFAATAN DAN PELAPORAN HASIL ASESMEN


Penilaian kelas menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta didik yang
dapat digunakan antara lain: (1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum
mencapai kriteria ketuntasan, (2) pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria
ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses
pembelajaran, (4) pelaporan, dan (5) penentuan kenaikan kelas.
A. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1. Bagi peserta didik yang memerlukan remedial
Remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh guru lain
yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui kekurangan
peserta didik. Remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat berupa tatap muka dengan guru atau
diberi kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara:
menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas
mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara
peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam efektif.
Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
2. Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan
Pengayaan dilakukan bagi peserta didik yang memiliki penguasaan lebih
cepat dibandingkan peserta didik lainnya, atau peserta didik yang mencapai
ketuntasan belajar ketika sebagian besar peserta didik yang lain belum. Peserta
didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat
mengembangkan potensi secara optimal.
3. Bagi Guru
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan
kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan
cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai
kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang
pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program
pembelajarannya.
4. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja guru
dan tingkat keberhasilan peserta didik.

B. Pelaporan Hasil Penilain Kelas


1. Laporan Sebagai Akuntabilitas Publik
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai
pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta didik, komite
sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan
sarana komunikasi dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 137


bermanfaat baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan
sekolah.
Pelaporan hasil belajar hendaknya:
a. Merinci hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan
dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik
b. Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat.
c. Menjamin orangtua mendapatkan informasi secepatnya bilamana anaknya
bermasalah dalam belajar

2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), misalnya
seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Namun,
makna nilai tunggal seperti itu kurang dipahami peserta didik maupun orangtua
karena terlalu umum. Hal ini membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah
anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri, statistika, atau hal
lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan
komprehensif agar “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah
terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih mudah
mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta didik, sehingga dapat
menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak anak, ia dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu
ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai
berikut;
• Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial
dan emosional?
• Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
• Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
• Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan
prestasi anak lebih lanjut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada
orang tua hendaknya;
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
• Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
• Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum.
• Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.

3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi
informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam
kurun waktu 1 semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru
tentang perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta
didik memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek
penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif, hasil
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai tugas perseorangan
maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai
pencapaian kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.

138 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


4. Rapor
Rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam kurun waktu
satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang
pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Untuk model rapor, masing-masing sekolah boleh menetapkan sendiri
model rapor yang dikehendaki asalkan menggambarkan pencapaian kompetensi
peserta didik pada setiap matapelajaran yang diperoleh dari ketuntasan kompetensi
dasarnya.
Nilai pada rapor merupakan gambaran kemampuan peserta didik, karena itu
kedudukan atau bobot nilai harian tidak lebih kecil dari bobot nilai sumatif.
Kompetensi yang diuji pada penilaian sumatif berasal dari SK, KD dan indikator
semester bersangkutan. Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, hasil penilaian
oleh pendidik dan satuan pendidika disampaikan dalam bentuk satu nilai
pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.

e. Penentuan Kenaikan Kelas


Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila: 1) memperoleh nilai kurang
dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2) Jika
peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK lebih dari 3 mata
pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun
ajaran, dan 3) Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan
fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai
kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas
diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan indikatornya dan
sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan indikator yang telah
tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Apabila setiap anak bisa dibantu secara optimal sesuai dengan
keperluannya mencapai kompetensi tertentu, maka tidak perlu ada anak yang tidak
naik kelas (automatic promotion). Automatic promotion apabila semua indikator,
kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah
terpenuhi ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak naik ke kelas
berikutnya.

Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan Permendiknas No
20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?

CONTOH ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Contoh 1:
Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja
Materi Pokok : Segitiga dan segiempat
Kelas : VII SMP
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat
menentukan besaran-besaran yang ada di dalamnya.
Kompetensi Dasar : Mengenali sifat-sifat dan melukis segitiga
Tujuan : Siswa dapat melukis segitiga samasisi dengan menggunakan
penggaris dan jangka.

TUGAS : Lukis ∆ABC samasisi dengan panjang sisi 5 cm. Tuliskan langkah-
langkah kalian dalam melukis ∆ABC.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 139


Rubrik
Tingkatan (Level) Kriteria Khusus Catatan
4 • Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep
Superior segitiga samasisi.
• Sangat terampil menggunakan jangka dan penggaris
• Ukuran tepat (sesuai permintaan)
• Tulisan penjelasan lukisan patut dicontoh.
• melebihi permintaan yang diinginkan.

3 • Menunjukkan pemahaman terhadap konsep segitiga


Memuaskan dengan samasisi.
sedikit kekurangan • Terampil menggunakan jangka dan penggaris
• Ukuran sebagian besar tepat
• Tulisan penjelasan lukisan efektif.
• Memenuhi semua permintaan yang diinginkan.
2 • Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar
Cukup memuaskan konsep segitiga samasisi.
dengan banyak • Kurang terampil menggunakan jangka dan penggaris
kekurangan • Ukuran kurang tepat
• Tulisan penjelasan lukisan cukup memuaskan.
• Memenuhi sebagian permintaan yang diinginkan.
1 • Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman
Tidak memuaskan terhadap konsep segitiga samasisi.
• Tidak terampil menggunakan jangka dan penggaris
• Ukuran tidak tepat
• Tulisan penjelasan lukisan tidak memuaskan.
• Tidak memenuhi permintaan yang diinginkan.

Jika menggunakan bantuan kartu penilaian seperti berikut.


Penilaian
No. Standar Unjuk Kerja
4 3 2 1
1. Menunjukkan pemahaman terhadap konsep segitiga
samasisi.
2. Keterampilan menggunakan jangka dan penggaris.
3. Ukuran sesuai permintaan
4. Tulisan penjelasan lukisan
5. Permintaan tugas terpenuhi

Dengan tugas yang sama seperti di atas khususnya di matematika, dapat pula kegiatan
unjuk kerjanya tidak diamati secara langsung. Dengan mengubah perintah tugasnya,
maka kegiatan untuk tugas di atas dapat diamati secara tak langsung. Karena
pengamatannya tak langsung, maka standar unjuk kerjanya sedikit berbeda dengan yang
pengamatan langsung. Misal dalam pengamatan tidak langsung, diperlukan siswa
menulis urutan kerjanya atau memberi nomor urut yang dikerjakan.

140 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Contoh 2:
Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja
Materi Pokok : Fungsi Kuadrat
Kelas : X SMA
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan
dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadrat
Indikator : Siswa dapat menggambar grafik fungsi kuadrat.

TUGAS : Gambarlah grafik fungsi y = x2 + x – 12 dengan langkah-langkah


yang sistematis.

Rubrik
Tingkatan (Level) Kriteria Khusus Catatan
4 • Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap
Superior konsep persamaan dan fungsi kuadrat.
• Sangat terampil menyelesaikan tiap langkah
menentukan bagian-bagian grafik.
• Ukuran tepat (sesuai permintaan)
• Tulisan penjelasan grafik patut dicontoh.
• melebihi permintaan yang diinginkan.
3 • Menunjukkan pemahaman konsep persamaan
Memuaskan dan fungsi kuadrat.
dengan sedikit • Terampil menyelesaikan tiap langkah menentukan
kekurangan bagian-bagian grafik
• Ukuran sebagian besar tepat
• Tulisan penjelasan grafik efektif.
• Memenuhi semua permintaan yang diinginkan.
2 • Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian
Cukup besar konsep fungsi dan persamaan kuadrat.
memuaskan • Kurang terampil menyelesaikan tiap langkah
dengan banyak menentukan bagian-bagian grafik
kekurangan • Ukuran kurang tepat
• Tulisan penjelasan grafik cukup memuaskan.
• Memenuhi sebagian permintaan yang diinginkan.
1 • Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman
Tidak memuaskan terhadap konsep fungsi dan persamaan kuadrat.
• Tidak terampil menyelesaikan tiap langkah
menentukan bagian-bagian grafik
• Ukuran tidak tepat
• Tulisan penjelasan grafik tidak memuaskan.
• Tidak memenuhi permintaan yang diinginkan.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 141


Jika menggunakan bantuan kartu penilaian seperti berikut.
Penilaian
No. Standar Unjuk Kerja
4 3 2 1
1. Menunjukkan pemahaman terhadap konsep fungsi
dan persamaan kuadrat.
2. Keterampilan menyelesaikan tiap langkah
menentukan bagian-bagian grafik.
3. Ukuran sesuai permintaan
4. Tulisan penjelasan grafik
5. Permintaan tugas terpenuhi

Dengan tugas yang sama seperti di atas khususnya di matematika, dapat pula kegiatan
unjuk kerjanya tidak diamati secara langsung. Dengan mengubah perintah tugasnya,
maka kegiatan untuk tugas di atas dapat diamati secara tak langsung. Karena
pengamatannya tak langsung, maka standar unjuk kerjanya sedikit berbeda dengan yang
pengamatan langsung. Misal dalam pengamatan tidak langsung, diperlukan siswa
menulis urutan kerjanya atau memberi nomor urut yang dikerjakan.

142 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


MATERI PEMBELAJARAN 4
PENGEMBANGAN SILABUS

Standar Kompetensi
Menguasai kompetensi pedagogik pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran yang
mendidik
Kompetensi Dasar
Merancang pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak
mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1)
juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua
undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan
dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di
setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim
Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa
berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan
terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah.
Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang
dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian
hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar
kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan
dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus dengan cara

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 143


melakukan penjabaran dan penyesuaian Standar Isi yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang ditetapkan
dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan dijelaskan:
1. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD,
SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di
bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
2. Perencanan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan ketentuan di atas, daerah atau sekolah memiliki ruang gerak yang
luas untuk melakukan modifikasi dan mengembangkan variasi-variasi penyelengaraan
pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi, dan kebutuhan daerah, serta kondisi
siswa. Untuk keperluan di atas, perlu adanya panduan pengembangan silabus untuk
setiap mata pelajaran, agar daerah atau sekolah tidak mengalami kesulitan.

B. Pengertian, Prinsip, Komponen, Pengembang dan Tahap-Tahap Silabus


1. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan
Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),
Materi Pokok/Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi
Waktu, dan Sumber Belajar. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab
permasalahan-permasalahan sebagai berikut.
a. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan
oleh Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
b. Materi Pokok/Pembelajaran apa saja yang perlu dibahas dan dipelajari peserta
didik untuk mencapai Standar Isi.
c. Kegiatan Pembelajaran apa yang seharusnya diskenariokan oleh guru sehingga
peserta didik mampu berinteraksi dengan sumber-sumber belajar.
d. Indikator apa saja yang harus dirumuskan untuk mengetahui ketercapaian KD
dan SK.
e. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator
sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.
f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Standar Isi tertentu.
g. Sumber Belajar apa yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar Isi
tertentu.
2. Prinsip Pengembangan Silabus
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar
dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spiritual peserta didik.

144 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau
memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan
peserta didik tidak tercerabut dari lingkungannya.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).

3. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dibawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.
a. Sekolah dan Komite Sekolah
Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk menghasilkan
silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta bimbingan
teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang
Depdiknas.
b. Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat
mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran
untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut
c. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung
untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena sekolah dan komite sekolah
karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok
sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan
lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
d. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya
masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru,
atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi,
LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 145


C. Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
1. Identitas silabus
2. Standar Kompetensi
3. Kompetensi Dasar
4. Indikator
5. Materi Pembelajaran
6. Kegiatan Pembelajaran
7. Penilaian
8. Alokasi waktu
9. Sumber BelajarKomponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan
dalam contoh format silabus secara horisontal atau vertikal sebagai berikut.

D. Langkah-langkah Pengembangan Silabus


1. Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester.
Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari
Standar Isi Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun
terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
3. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus
dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.
Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum
menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
Kompetensi Dasar;
b. keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata
pelajaran; dan
c. keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antarmata pelajaran.
4. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
a. potensi peserta didik
b. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
d. peserta didik;
e. kebermanfaatan bagi peserta didik;
f. struktur keilmuan;
g. kedalaman dan keluasan materi;
h. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
i. alokasi waktu.

146 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Selain itu harus diperhatikan:
a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
b. kesahihannya;
c. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar
diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;
d. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan
dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
e. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat
kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;
f. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya
untuk mempelajari lebih lanjut.
5. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang
perlu dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan
proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi
dasar secara utuh.
c. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
d. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus
selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi
yang telah ditetapkan.
e. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap (termasuk
karakter yang sesuai), dan keterampilan yang sesuai dengan KD.
f. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus
dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
g. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
mata pelajaran.
h. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran
materi tertentu).
i. Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran siswa, yaitu
kegiatan dan objek belajar.
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
b. mencerminkan ciri khas dalam pengembangan kemampuan mata pelajaran;
c. disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang
tersedia;
d. bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
e. memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat,
minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta
masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 147


6. Merumuskan Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur mencakup ranah atau dimensi pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Ranah kognitif meliputi pemahaman
dan pengembangan keterampilan intelektual, dengan tingkatan: ingatan,
pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Indikator kognitif
dapat dipilah menjadi indikator produk dan proses. Ranah psikomotorik
berhubungan dengan gerakan sengaja yang dikendalikan oleh aktivitas otak,
umumnya berupa keterampilan yang memerlukan koordinasi otak dengan beberapa
otot. Ranah afektif meliputi aspek-aspek yang berkaitan dengan hal-hal emosional
seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Ranah afektif
terentang mulai dari penerimaan terhadap fenomena, tanggapan terhadaap
fenomena, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakterisasi. Berkaitan
dengan hal ini, maka karakter merupakan bagian dari indikator pada ranah afektif.
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Untuk
mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh
karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini.
a. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator (lebih dari dua)
b. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
c. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja
dalam KD maupun SK
d. Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi),
kesinambungan (Kontinuitas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual
e. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-
lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap,
berpikir, dan bertindak secara konsisten.
f. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
g. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
h. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
i. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif,
afektif, dan psikomotor).
j. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
k. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
l. Menggunakan kata kerja operasional.

7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta
didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah
(kognitif, psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat
pada saat melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini
terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk
instrumen, dan (c) contoh instrumen.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik

148 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


tes dan teknik nontes. Penggunaan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek
atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Dalam melaksanakan penilaian, penyusun silabus perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut ini.
1) Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan
dinilai sehingga memudahkan dalam penyusunan soal.
2) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
3) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
4) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang
belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
5) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Pada bagian
indikator yang belum tuntas perlu dilakukan kegiatan remidi.
6) Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model
penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
7) Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-
bukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
8) Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar
siswa.
9) Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai
perkembangan pencapaian kompetensi.
10) Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus
menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan
penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect)
maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
11) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan
yang berupa informasi yang dibutuhkan.
b. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.
Berikut ini disajikan ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat
digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik Bentuk Instrumen
• Tes tulis • Tes isian
• Tes uraian
• Tes pilihan ganda
• Tes menjodohkan
• Dll.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 149


Teknik Bentuk Instrumen
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes unjuk kerja • Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Uji petik kerja produk
• Uji petik kerja prosedur
• Uji petik kerja prosedur dan produ
• Penugasan • Tugas proyek
• Tugas rumah
• Observasi • Lembar observasi
• Wawancara • Pedoman wawancara
• Portofolio • Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi siswa
• Penilaian diri • Lembar penilaian diri
c. Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya.
Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak
mencukupi, selanjutnya contoh instrumen penilaian diletakkan di dalam lampiran.
8. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian
suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
a. minggu efektif per semester,
b. alokasi waktu mata pelajaran per minggu, dan
c. jumlah kompetensi per semester.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam.
9. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara
sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

E. Contoh Format Silabus


Dengan memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus dan
komponen-komponen yang terdapat dalam silabus, berikut ini diberikan beberapa
contoh format silabus.
Format 1: Horizontal
SILABUS
Nama Sekolah : ........
Mata Pelajaran : .........
Kelas / Semester : .........
Standar Kompetensi : .........

Kompe- Kegiatan Penilaian


Materi Pokok/ Alokasi Sumber
tensi Pembel- Indikator Bentuk Contoh
Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Dasar ajaran Instrumen Instrumen

150 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Format 2: Vertikal
SILABUS

Nama Sekolah : ...............


Mata Pelajaran : ...............
Kelas / semester : ...............
1. Standar Kompetensi : ..............
2. Kompetensi Dasar : ..............
3. Materi Pokok/Pembelajaran : ..............
4. Kegiatan Pembelajaran : ..............
5. Indikator : ..............
6. Penilaian : ..............
7. Alokasi Waktu : ..............
8. Sumber Belajar : ..............

Catatan:
• Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan siswa
untuk mencapai SK dan KD
• Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran
• Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau lainnya.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 151


MATERI PEMBELAJARAN 5
PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah
dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, di laboratorium, dan/atau di lapangan untuk setiap
Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, RPP harus memuat hal-hal yang langsung berkait
erat dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penguasaan satu Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian, dalam menyusun RPP
guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar
dan indikator ketercapaian KD. Secara terinci RPP minimal harus memuat Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian.

B. Pengertian dan Prinsip Pengembangan RPP


1. Pengertian RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan
dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu)
kali pertemuan atau lebih.
Khusus untuk RPP Tematik, pengertian satu KD adalah satu KD untuk setiap
mata pelajaran. Maksudnya, dalam menyusun RPP Tematik, guru harus
mengembangkan tema berdasarkan satu KD yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran yang dianggap relevan.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
c. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.

152 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


e. Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan memper-timbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.

C. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah sejumlah
guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika terdapat empat guru
matematika dalam satu sekolah maka yang bertanggung jawab menyusun silabus
adalah keempat guru tersebut. Selanjutnya, yang bertanggung jawab dalam menyusun
RPP adalah guru mata pelajaran tertentu secara individu, di bawah koordinasi Kepala
Sekolah atau MGMP. Oleh karena itu, setiap guru secara individu dituntut untuk
memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menyusun atau mengembangkan RPP.

D. Komponen/Sistematika dan Langkah-langkah Pengembangan RPP


1. Komponen/Sistematika RPP
RPP memuat komponen yang terdiri atas:
Identitas, terdiri atas:
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Kognitif
Psikomotor
Afektif (termasuk perilaku berkarakter)

A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan
bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 153


E. Media/Alat/Sumber Belajar
a) Media
b) Alat/Bahan
c) Sumber Belajar
F. Penilaian
1) Jenis/teknik penilaian (harus dibedakan untuk ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif)
2) Bentuk instrumen dan instrumen (disertai kunci jawaban atau rambu-rambu
jawaban
3) Pedoman penskoran (untuk penilaian ranah afektif digunakan lembar
observasi/lembar pengamatan)

2. Langkah-Langkah Pengembangan/Penyusunan RPP


a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: Sekolah, Kelas/Semester, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator, Alokasi Waktu.
b. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan
dengan mengacu pada rumusan yang terdapat dalam indikator, dalam bentuk
pernyataan yang operasional. Dengan demikian, jumlah rumusan tujuan
pembelajaran dapat sama atau lebih banyak dari pada indikator.
Mengapa guru harus merumuskan Tujuan Pembelajaran? dalam hal ini
terdapat beberapa alasan, yaitu: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan
materi, metode, media, dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen
untuk menciptakan lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu
mereka dalam menjamin evaluasi yang benar. Guru tidak akan tahu apakah
siswanya telah mencapai sebuah tujuan kecuali guru itu mutlak yakin apa tujuan
yang hendak dicapai.
Tujuan pembelajaran mengandung unsur audience (A), behavior (B),
condition (C), dan degre (D). Audience (A) adalah peserta didik yang menjadi
subyek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior (B) merupakan kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan audience setelah pembelajaran. Kata kerja ini
merupakan jantung dari rumusan tujuan pembelajaran dan HARUS terukur.
Condition (C) merupakan situasi pada saat tujuan tersebut diselesaikan. Degree (D)
merupakan standar yang harus dicapai oleh audience sehingga dapat dinyatakan
telah mencapai tujuan. Perhatikan contoh tujuan pembelajaran berikut ini:
Diperdengarkan sebuah cerita rakyat, siswa dapat mengidentifikasikan
paling sedikit lima unsur cerita dengan benar. Berdasarkan contoh tersebut, maka
A: siswa, B: mengidentifikasikan unsur cerita, C: diperdengarkan sebuah cerita
rakyat, D: lima unsur cerita (dari enam unsur) dengan benar.
c. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP merupakan
pengembangan dari materi pokok yang terdapat dalam silabus. Oleh karena itu,
materi pembelajaran dalam RPP harus dikembangkan secara terinci bahkan jika
perlu guru dapat mengembangkannya menjadi Buku Siswa.
d. Mencantumkan Model/Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil
bergantung pada karakteristik pendekatan dan atau strategi yang dipilih. Selain itu,

154 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


pemilihan metode/pendekatan bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan
kepada peserta didik. Ingatlah, tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan
untuk mengajarkan semua materi.
e. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai satu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat
pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan masing-
masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan. Akan tetapi, dimungkinkan dalam
seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model yang dipilih,
menggunakan sintaks yang sesuai dengan modelnya. Selain itu, apabila kegiatan
disiapkan untuk lebih dari satu kali pertemuan, hendaknya diperjelas pertemuan ke-
1 dan pertemuan ke-2 atau ke-3 nya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
f. Mencantumkan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang terdapat dalam
silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media, alat/bahan,
dan sumber belajar. Apabila ketiga aspek ini dipenuhi maka penyusun harus
mengeksplisitkan secara jelas: a) media, b) alat/bahan, dan c) sumber belajar yang
digunakan. Oleh karena itu, guru harus memahami secara benar pengertian media,
alat, bahan, dan sumber belajar (lihat contoh komponen/sistematika RPP).
g. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrument yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan
pembelajaran. dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matriks horisontal
maupun vertikal. Dalam penilaian hendaknya dicantumkan: teknik/jenis, bentuk
instrumen dan insrumen, kunci jawaban/rambu-rambu jawaban dan pedoman
penskorannya (lihat contoh komponen/sistematika RPP).

E. Contoh Format RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Mata Pelajaran : …………
Kelas / Semester : …………
Pertemuan ke- : ...............
Alokasi Waktu : ...............
Standar Kompetensi : ...............
Kompetensi Dasar : ...............
Indikator : ...............

I. Tujuan Pembelajaran : ...............


II. Materi Ajar : ...............
III. Metode Pembelajaran : ...............
IV. Langkah-langkah Pembelajaran : ...............
A. Kegiatan Awal : ..........
B. Kegiatan Inti : ..........
C. Kegiatan Akhir : ..........
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar : .............
VI. Penilaian : .............

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 155


MATERI PEMBELAJARAN 6
PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

A. Latar Belakang
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan
seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya
tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)
serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses
pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang
dialami secara langsung. Oleh sebab itu sesuai dengan tahapan perkembangan anak
yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) tersebut,
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi
peserta didik
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi
yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas
awal sekolah dasar yakni kelas I, II, dan III lebih sesuai jika dikelola dalam
pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Landasan psikologis: dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis: dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

B. Pengertian dan Prinsip Pembelajaran Tematik, dan Tahap-Tahap Pengembangan


Silabus dan RPP Tematik
1. Pengertian
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan
pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai

156 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang
lebih abstrak.
c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-
tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

2. Prinsip Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) Tematik
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Berdasar
pada pengertian tersebut, silabus menjawab pertanyaan: (a) Apa kompetensi yang
harus dikuasai siswa?, (b) Bagaimana cara mencapainya?, dan (c) Bagaimana cara
mengetahui pencapaiannya?
Prinsip pengembangan silabus tematik, sama dengan prinsip
pengembangan silabus secara umum, yakni (a) ilmiah, (b) relevan, (c) sistematis,
(d) konsisten, (e) memadai, (f) aktual, (g) fleksibel, dan (h) menyeluruh. (Uraian
lebih lanjut lihat subbab A).
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik, adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
beberapa kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipayungi dalam
satu tema. Lingkup Rencana Pembelajaran tematik mencakup beberapa materi
pelajaran di SD antara lain Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKN. Setiap
satu RPP memuat 1 (satu) kompetensi dasar dari tiap mata pelajaran yang
dipadukan yang masing-masing mata pelajaran terdiri atas 1 (satu) atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Prinsip pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tematik
sama dengan prinsip pengembangan RPP secara umum (lihat subbab II).
Rambu-Rambu
1) Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2) Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 157


3) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk
dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara
tersendiri.
4) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan
baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta penanaman nilai-nilai moral dan perilaku berkarakter.
6) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat,
lingkungan, dan daerah setempat

3. Tahap-Tahap Pengembangan Silabus dan RPP Tematik


Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal
yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi
dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran.

C. Tahap Pengembangan Silabus RPP


Dalam pelaksanaan pengembangan silabus tematik, langkah yang harus
dilakukan, adalah (1) menentukan tema (2) memetakan kompetensi dasar, (3)
mengembangkan jaringan tema,(3) mengembangan silabus dan (4) penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran.

1. Menentukan Tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
b. Dari yang termudah menuju yang sulit
c. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

2. Pemetaan Kompetensi Dasar


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
3. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam Indikator
Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
b. Indikator dikembangkan sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir peserta
didik
c. Berkaitan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
d. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skill)
e. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
f. Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif,
psikomotorik, dan afektif).
g. Indikator dikembangkan meliputi kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), dan afektif (sikap) yang terdiri atas perilaku berkarakter dan
keterampilan sosial.
h. Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.

158 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


4. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
5. Menetapkan Jaringan Tema
Membuat jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat
kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran.
Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
6. Menyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan
penilaian.
7. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari
pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran.
Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
a. Identitas mata pelajaran
• Nama sekolah,
• Tema (tema yang digunakan untuk memadukan mata pelajaran)
• Nama mata pelajaran yang akan dipadukan
• Kelas/ semester,
• Alokasi waktu,
• Waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Standar Kompetensi : ditulis sesuai standar kompetensi dari beberapa mata
pelajaran yang dipadukan.
c. Kompetensi dasar : ditulis sesuai kompetensi dasar dari beberapa mata
pelajaran yang dipadukan ( masing-masing mata pelajaran hanya satu KD)
d. Indikator yang akan dilaksanakan( dijabarkan dari KD mata pelajaran yang
dipadukan)
e. Materi Pembelajaran beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
f. Metode pembelajaran/Model Pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara
konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan
indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
g. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi
dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
h. Penilaian
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang
terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam tematik tidak lagi
terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah sesuai dengan
Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 159


LATIHAN

1. Komponen-komponen dalam silabus harus saling berhubungan secara fungsional


dalam rangka mencapai kompetensi tertentu. Pernyataan tersebut merupakan prinsip
pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual

2. Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian perlu
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan
nyata. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. aktual dan kontekstual

2. Koordinator dan supervisor pengembangan silabus dilakukan oleh...


A. kepala sekolah
B. Ketua KKG
C. KKKS
D. Dinas Pendidikan

3. Untuk mengimplementasikan program pembelajaran yang tertuang dalam silabus, guru


mengembangkan....
A. RPP
B. Media pembelajaran
C. Bahan pembelajaran
D. Penilaian pembelajaran

4. Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah....


A. Siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
B. Ditampilkan peta siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa Timur.
C. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa
Timur.
D. Ditampilkan peta Pulau Jawa siswa dapat menunjukkan ibu kota Provinsi Jawa
Timur dalam waktu 5 menit.

5. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,


pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Pernyataan tersebut menyatakan prinsip pengembangan silabus....
A. Ilmiah
B. fleksibel
C. sistematis
D. Aktual dan kontekstual

160 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


6. Rumusan tujuan pembelajaran yang tepat adalah....
A. Melalui diskusi siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau
dorongan dengan tepat.
B. Diberikan gambar, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau
dorongan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
C. Siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa tarikan atau dorongan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan.
D. Setelah pembelajaran selesai siswa dapat mengidentifikasi kegiatan yang berupa
tarikan atau dorongan dengan tepat.

7. Kegiatan pembelajaran dalam Silabus memuat kegiatan yang berfokus pada....


A. kegiatan siswa
B. kegiatan guru
C. kegiatan siswa dan guru
D. pengalaman guru

8. Berikut ini merupakan prinsip pengembangan indikator, KECUALI....


A. sesuai dengan SK dan KD
B. menggunakan kata kerja operasional yang terukur
C. memperhatikan tingkat perkembangan berpikir siswa
D. kata kerja operasionalnya lebih tinggi dari kata kerja dalam SK/KD

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan


prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai....
A. satu SK
B. satu KD
C. satu tujuan
D. satu indikator

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 161


Lampiran

Klasifikasi Kata Kerja Operasional Sesuai dengan Tingkat Berpikir

Berhubungan dengan Mencari Keterangan (Dealing with Retrieval)


1. Menjelaskan (describe) 5. Mendefinisikan (define)
2. Memanggil kembali (recall) 6. Menghitung (count)
3. Menyelesaikan/ menyempurnakan 7. Mengidentifikasi (identify)
(complete) 8. Menceritakan (recite)
4. Mendaftarkan (list) 9. Menamakan (name)

Memproses (Processing)
1. Mengsintesisikan (synthesize) 8. Mengkategorisasikan (categorize)
2. Mengelompokkan (group) 9. Menganalisis (analyze)
3. Menjelaskan (explain) 10. Membandingkan (compare)
4. Mengorganisasikan (organize) 11. Mengklasifikasi (classify)
5. Meneliti/melakukan eksperimen 12. Menghubungkan (relate)
(experiment) 13. Membedakan (distinguish)
6. Membuat analog (make analogies) 14. Menyatakan sebab-sebab (state
7. Mengurutkan (sequence) causality)

Menerapkan dan Mengevaluasi


1. Menerapkan suatu prinsip (applying a 9. Menggeneralisasikan (generalizing)
principle) 10. Mempertimbangkan /memikirkan
2. Membuat model (model building) kemungkinan-
3. Mengevaluasi (evaluating) kemungkinan(speculating)
4. Merencanakan (planning) 11. Membayangkan /mengkhayalkan
5. Memperhitungkan / meramalkan (Imagining)
kemungkinan (extrapolating) 12. Merancang (designing)
6. Meramalkan (predicting) 13. Menciptakan (creating)
7. Menduga / Mengemukan pendapat / 14. Menduga /membuat
mengambil kesimpulan (inferring) dugaan/kesimpulan awal
8. Meramalkan kejadian alam /sesuatu (hypothezing)
(forecasting)

162 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Kata Kerja Operasional sesuai dengan Karakteristik Objek
(Mata Pelajaran)

1. Perilaku yang Kreatif


a. Mengubah (alter) m. Mengelompokkan kembali
b. Menanyakan (ask) (regroup)
c. Mengubah (change) n. Menamakan kembali (rename)
d. Merancang (design) o. Menyusun kembali (reorder)
e. Menggeneralisasikan (generalize) p. Mengorganisasikan kembali
f. Memodifikasi (modify) (reorganize)
g. Menguraikan dengan kata-kata q. Mengungkapkan kembali
sendiri (paraphrase) (rephrase)
h. Meramalkan (predict) r. Menyatakan kembali (restate)
i. Menanyakan (question) s. Menyusun kembali (restructure)
j. Menyusun kembali (rearrange) t. Menceritakan kembali (retell)
k. Mengkombinasikan kembali u. Menuliskan kembali (rewrite)
(recombine) v. Menyederhanakan (simplify)
l. Mengkonstruk kembali w. Mengsintesis (synthesize)
(reconstruct) x. Mengsistematiskan (systematize)

2. Perilaku-perilaku Kompleks, Masuk Akal, dan bisa mengambil/pertimbangan/


keputusan (complex, logical, judgmental behaviors)
a. Menganalisis (analyze) m. Mencari /menjelajah (discover)
b. Menghargai (appraise) n. Mengevaluasi (evaluate)
c. Menilai (assess) o. Merumuskan (formulate)
d. Mengkombinasikan (combine) p. Membangkitkan/menghasilkan
e. Membandingkan (compare) /menyebabkan (generate)
f. Menyimpulkan (conclude) q. Membujuk/menyebabkan
g. Mengkontraskan (contrast) (induce)
h. Mengkritik (critize) r. Menduga/Mengemukan
i. Menarik kesimpulan (deduce) pendapat/mengambil
j. Membela/mempertahankan kesimpulan (infer)
(defend) s. Merencanakan (plan)
k. Menunjukkan / menandakan t. Menyusun (structure)
(designate) u. Menggantikan (substitute)
l. Menentukan (determine) v. Menyarankan (suggest)

3. Perilaku-perilaku yang Membedakan-bedakan secara umum (General


Discrimination behaviors)
a. Memilih (choose) j. Mengindikasi (indicate)
b. Mengumpulkan (collect) k. Mengisolasi (isolate)
c. Mendefinisikan (define) l. Mendaftarkan (list)
d. Menjelaskan sesuatu (describe) m. Memadukan (match)
e. Mendeteksi (detect) n. Meniadakan (omit)
f. Membedakan antara 2 macam o. Mengurutkan (order)
(differentiate) p. Mengambil (pick)
g. Membedakan/Memilih-milih q. Menempatkan (place)
(discriminate) r. Menunjuk (point)
h. Membedakan sesuatu s. Memilih (select)
(distinguish) t. Memisahkan (separate)
i. Mengidentifikasi (identify)

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 163


4. Perilaku-perilaku Sosial
a. Menerima (accept) o. Memaafkan (excuse)
b. Mengakui/menerima sesuatu p. Memaafkan (forgive)
(admit) q. Menyambut/ menyalami (greet)
c. Menyetujui (agree) r. Menolong/membantu (help)
d. Membantu (aid) s. Berinteraksi/melakukan interaksi
e. Membolehkan/menyediakan/ (interact)
memberikan (allow) t. Mengundang (invite)
f. Menjawab (answer) u. Menggabung (joint)
g. Menjawab/mengemukakan v. Menertawakan (laugh)
pendapat dengan alasan-alasan w. Menemukan (meet)
(argue) x. Berperanserta (participate)
h. Mengkomunikasikan y. Mengizinkan/membolehkan
(communicate) (permit)
i. Memberi pujian/ mengucapkan z. Memuji-muji (praise)
selamat (compliment) aa. Bereaksi (react)
j. Menyumbang (contribute) ab. Menjawab/menyahut (reply)
k. Bekerjasama (cooperate) ac. Tersenyum (smile)
l. Berdansa (dance) ad. Berbicara (talk)
m. Menolak /menidaksetujui ae. Berterimakasih (thank)
(disagree) af. Berkunjung (visit)
n. Mendiskusikan (discuss) ag. Bersukarela (volunteer)

5. Perilaku-perilaku berbahasa
a. Menyingkat/memendekkan l. Mengucapkan/melafalkan/
(abbreviate) menyatakan (pronounce)
b. Memberi tekanan pada sesuatu m. Memberi atau membubuhkan
/menekankan (accent) tanda baca (punctuate)
c. Mengabjad/menyusun menurut n. Membaca (read)
abjad (alphabetize) o. Mendeklamasikan/
d. Mengartikulasikan/ mengucapkan membawakan/menceritakan
kata-kata dengan jelas (recite)
(articulate) p. Mengatakan (say)
e. Memanggil (call) q. Menandakan (sign)
f. Menulis dengan huruf besar r. Berbicara (speak)
(capitalize) s. Mengeja (spell)
g. Menyunting (edit) t. Menyatakan (state)
h. Menghubungkan dengan garis u. Menyimpulkan (summarize)
penghubung (hyphenate) v. Membagi atas suku-suku kata
i. Memasukkan (beberapa spasi) (syllabicate)
/melekukkan (indent) w. Menceritakan (tell)
j. Menguraikan / memperlihatkan x. Menerjemahkan (translate)
garis bentuk/ menggambar denah y. Mengungkapkan dengan kata-
atau peta (outline) kata (verbalize)
k. Mencetak (print) z. Membisikkan (whisper)
aa. Menulis (write)

6. Perilaku-perilaku Musik
a. Meniup (blow) e. Menyentuh (finger)
b. Menundukkan kepala (bow) f. Memadankan/berpadanan
c. Bertepuk (clap) (harmonize)
d. Menggubah /menyusun g. Menyanyi kecil/bersenandung
(compose) (hum)
h. Membisu (mute) m. Memetik/mengetuk-ngetuk
i. Memainkan (play) (strum)
j. Memetik (misal gitar) (pluck) n. Mengetuk (tap)
k. Mempraktikkan (practice) o. Bersiul (whistle)
l. Menyanyi (sing)

7. Perilaku-perilaku Fisik
a. Melengkungkan (arch) s. Berbaris (march)
b. Memukul (bat) t. Melempar/memasangkan/ me-
c. Menekuk/melipat/ mancangkan/menggantungkan
membengkokkan (bend) (pitch)
d. Mengangkat/membawa (carry) u. Menarik (pull)
e. Menangkap (catch) v. Mendorong (push)
f. Mengejar/memburu (chase) w. Berlari (run)
g. Memanjat (climb) x. Mengocok (shake)
h. Menghadap (face) y. Bermain ski (ski)
i. Mengapung (float) z. Meloncat (skip)
j. Merebut/menangkap/ mengambil aa. Berjungkirbalik (somersault)
(grab) ab. Berdiri (stand)
k. Merenggut/memegang/ ac. Melangkah (step)
menyambar/merebut (grasp) ad.Melonggarkan/merentangkan
l. Memegang erat-erat (grip) (stretch)
m. Memukul/menabrak (hit) ae. Berenang (swim)
n. Melompat/meloncat (hop) af. Melempar (throw)
o. Melompat (jump) ag. Melambungkan/melontarkan
p. Menendang (kick) (toss)
q. Mengetuk (knock) ah.Berjalan (walk)
r. Mengangkat/mencabut (lift)

8. Perilaku-perilaku Seni
a. Memasang (assemble) w. Melekatkan/menempelkan/
b. Mencampur (blend) merekatkan (paste)
c. Menyisir/menyikat (brush) x. Menepuk (pat)
d. Membangun (build) y. Menggosok (polish)
e. Mengukir (carve) z. Menuangkan (pour)
f. Mewarnai (color) aa. Menekan (press)
g. Mengkonstruk/ ab. Menggulung (roll)
membangun(construct) ac.Menggosok/ menyeka(rub)
h. Memotong (cut) ad.Menggergaji (saw)
i. Mengoles (dab) ae. Memahat (sculpt)
j. Menerangkan(dot) af. Menyampaikan/melempar (send)
k. Menggambar (draw) ag. Mengocok (shake)
l. Mengulang-ulang/melatih (drill) ah. Membuat sketsa (sketch)
m. Melipat (fold) ai. Menghaluskan (smooth)
n. Membentuk (form) aj. Mengecap/menunjukkan (stamp)
o. Menggetarkan/memasang (frame) ak. Melengketkan (stick)
p. Memalu (hammer) al. Mengaduk (stir)
q. Menangani (handle) am.Meniru/menjiplak (trace)
r. Menggambarkan (illustrate) an. Menghias/memangkas (trim)
s. Mencair (melt) ao. Merengas/memvernis (varnish)
t. Mencampur (mix) ap. Menyeka/menghapuskan/
u. Memaku (nail) membersihkan (wipe)
v. Mengecat (paint) aq. Membungkus (wrap)

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 165


9. Perilaku-perilaku Drama
a. Berakting/berperilaku (act) m. Berpantomim/Meniru gerak tanpa
b. Menjabat/mendekap/ suara (pantomime)
menggengam (clasp) n. Menyampaikan/menyuguhkan/
c. Menyeberang/melintasi/ mengulurkan/melewati(pass)
berselisih (cross) o. Memainkan/melakukan (perform)
d. Menunjukkan/mengatur/ p. Meneruskan/memulai/beralih
menyutradarai (direct) (proceed)
e. Memajangkan (display) q. Menanggapi/menjawab/
f. Memancarkan (emit) menyahut (respond)
g. Memasukkan (enter) r. Memperlihatkan/Menunjukkan
h. Mengeluarkan (exit) (show)
i. Mengekspresikan (express) s. Mendudukkan (sit)
j. Meniru (imitate) t. Membalik/memutar/
k. Meninggalkan (leave) mengarahkan/mengubah/
l. Menggerakkan (move) membelokkan (turn)

10. Perilaku-perilaku Matematika


a. Menambah (add) p.Memadukan/mengintegrasikan
b. Membagi dua (bisect) (integrate)
c. Menghitung/mengkalkulasi q. Menyisipkan/menambah
(calculate) (interpolate)
d. Mencek/meneliti (check) r. Mengukur (measure)
e. Membatasi (circumscribe) s. Mengalikan/memperbanyak
f. Menghitung/mengkomputasi (multiply)
(compute) t. Menomorkan (number)
g. Menghitung (count) u. Membuat peta (plot)
h. Memperbanyak (cumulate) v. Membuktikan (prove)
i. Mengambil dari (derive) w. Mengurangi (reduce)
j. Membagi (divide) x. Memecahkan (solve)
k. Memperkirakan (estimate) y. Mengkuadratkan(square)
l. Menyarikan/menyimpulkan z. Mengurangi (substract)
(extract) aa. Menjumlahkan (sum)
m. Memperhitungkan (extrapolate) ab. Mentabulasi (tabulate)
n. Membuat grafik (graph) ac. Mentally (tally)
o. Mengelompokkan (group) ad. Memverifikasi (verify)

11. Perilaku-perilaku Sains


a. Menjajarkan (align) n. Menambahkan/meningkatkan
b. Menerapkan (apply) (increase)
c. Melampirkan (attach) o. Memasukkan/menyelipkan
d. Menyeimbangkan (balance) (insert)
e. Mengkalibrasi (calibrate) p. Menyimpan (keep)
f. Melaksanakan (conduct) q. Memanjangkan (lenghthen)
g. Menghubungkan (connect) r. Membatasi (limit)
h. Mengganti (convert) s. Memanipulasi (manipulate)
i. Mengurangi (decrease) t. Mengoperasikan (operate)
j. Mempertunjukkan/ u. Menanamkan (plant)
memperlihatkan (demonstrate) v. Menyiapkan (prepare)
k. Membedah (dissect) w. Menghilangkan (remove)
l. Memberi makan (feed) x. Menempatkan (replace)
m. Menumbuhkan (grow) y. Melaporkan (report)
z. Mengatur ulang (reset)
aa. Mengatur (set) ad. Mengukur waktu (time)
ab. Menentukan/menetapkan ae. Mentransfer (transfer)
(specify) af. Membebani/memberati (weight)
ac. Meluruskan (straighten)

12. Perilaku-perilaku Penampilan Umum, Kesehatan, dan Keamanan


a. Mengancingi (button) o. Mengikat tali/menyusuri (lace)
b. Membersihkan (clean) p. Menumpuk/menimbun (stack)
c. Menjelaskan (clear) q. Berhenti (stop)
d. Menutup (close) r. Merasakan (taste)
e. Menyikat/menyisir(comb) s. Mengikat/membebat (tie)
f. Mencakup (cover) t. Tidak mengancingi (unbutton)
g. Mengenakan/menyarungi (dress) u. Membuka/menanggalkan
h. Minum (drink) (uncover)
i. Makan (eat) v. Menyatukan (unite)
j. Menghapus (eliminate) w. Membuka(unzip)
k. Mengosongkan (empty) x. Menunggu (wait)
l. Mengetatkan/melekatkan (fasten) y. Mencuci (wash)
m. Mengisi/memenuhi/melayani z. Memakai (wear)
/membuat (fill) aa.Menutup (zip)
n. Melintas/berjalan (go)

13. Perilaku-perilaku Lainnya


a. Bertujuan (aim) z. Membimbing /memandu (guide)
b. Mencoba (attempt) aa. Memberikan menyampaikan
c. Memulai (begin ) (hand)
d. Membawakan (bring ) ab. Menggantung (hang)
e. Mendatangi (come ) ac. Menggenggam/ memegang(hold)
f. Menyelesaikanmemenuhi ad. Mengail/memancing/menjerat
(complete) /mengait (hook)
g. Mengkoreksi/membenarkan ae. Memburu (hunt)
(correct) af. Memasukkan/melibatkan
h. Melipat (crease) (include)
i. Memeras buah/ menghancurkan ag. Memberitahu (inform)
(crush) ai. Meletakkan/memasang (lay)
j. Mengembangkan (develop) aj. Memimpin (lead)
k. Mendistribusikan (distribute) ak. Meminjam (lend)
l. Melakukan (do) al. Membiarkan/memperkirakan (let)
m. Menjatuhkan (drop) am.Menyalakan/menerangi (light)
n. Mengakhiri (end) an. Membuat (make)
o. Menghapus (erase) ao. Memperbaiki/menambal (mend)
p. Memperluas (expand) ap. Tidak mengena/ tidak paham
q. Memperpanjang (extend) (miss)
r. Merasakan (feel) aq. Menawarkan (offer)
s. Menyelesaikan (finish) ar. Membuka (open)
t. Menyesuaikan/ memadankan(fit) as. Membungkus/mengepak (pack)
u. Memperbaiki (fix) at. Membayar (pay)
v. Mengibas/melambungkan/ au. Mengupas/menguliti (peel)
menjentik (flip) av. Menyematkan/menjepit/
w. Mendapatkan (get) menggantungkan (pin)
x. Memberikan (give) aw.Menempatkan/mengatur posisi
y. Menggiling/ memipis/ mengasah (position)
(grind)

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 167


ax. Menyajikan/memperkenalkan bv.Meluncur (slide)
(present) bw.Menyelipkan (kertas) (slip)
ay. Menghasilkan (produce) bx.Membentangkan / menyebarkan
az. Mengusulkan (propose) (spread)
ba. Menyediakan (provide) by. Memancangkan/
bb. Meletakkan (put) mempertaruhkan (stake)
bc. Mengangkat/membangkitkan bz. Memulai (start)
(raise ) ca.Menyimpan (store)
bd. Menghubungkan (relate) cb.Memukul/menabrak/ menyerang
be. Memperbaiki (repair) (strike)
bf. Mengulang (repeat) cc.Memasok (supply)
bg. Mengembalikan (return) cd. Mendukung (support)
bh. Mengendarai (ride) ce. Mengganti (switch)
bi. Menyobek/mengoyakkan (rip) cf. Mengambil (take)
bj. Menyelamatkan (save) cg. Merobek/mengoyak (tear)
bk. Menggaruk/menggores (scratch) ch. Menyentuh (touch)
bl. Mengirim (send) ci. Mencoba (try)
bm.Melayani/memberikan (serve) cj. Memintal/memilin/menjalin (twist)
bn. Menjahit (sew) ck. Mengetik (type)
bo. Membagi (share) cl. Menggunakan (use)
bp. Menajamkan (sharpen) cm.Memilihmemberi suara (vote)
bq. Menembak (shoot) cn.Memperhatikan/menonton (watch)
br. Memperpendek (shorten) co. Menenun/menganyam/
bs. Menyekop/menyodok (shovel) merangkai/menyelip (weave)
bt. Menutup/membuang (shut) cp. Mengerjakan (work)
bu.Menandakan/mengartikan /
memberitahu (signify)

168 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Lampiran

NILAI-NILAI KARAKTER

NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 169


NILAI DESKRIPSI
16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa.

170 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


Penelitian
Tindakan Kelas
DAFTAR ISI

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


173

Metode Penelitian
179

Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas


185

Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas


195

Contoh Penelitian Tindakan Kelas


198
MATERI 1
KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian


formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan ex
post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu.
Beberapa karakteristik PTK antara lain:
• Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual.
• Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah.
• Data diambil dari berbagai sumber.
• Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
• Partisipatif, dilakukan sendiri.
• Kolaboratif, dibantu rekan sejawat.
Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:
PTK:
• Dilakukan sendiri oleh guru
• Memperbaiki pembelajaran secara langsung
• Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan
• Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit
• Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
• Sampel tidak perlu representatif
Penelitian Formal:
• Dilakukan oleh orang lain
• Mengembangkan teori, melalui generalisasi
• Biasanya mempersyaratkan hipotesis
• Menuntut penggunaan analisis statistik
• Instrumen harus valid dan reliabel
• Sampel harus representatif

Cara Memulai PTK


Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda
tentang prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan
hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran
secara sistematis. Jadi Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari
Anda akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah
menyelesaikan bagian ini Anda akan dapat menulis “proposal sederhana” berbentuk
matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”. Dengan proposal
sederhana sebenarnya Anda sudah dapat memulai PTK.

Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan
kegiatan Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan
Tabel berikut ini.
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No. Dokter Guru Peneliti PTK
1 Menanyakan gejala penyakit Mendeskripsikan masalah
2 Mendiagnosis penyakit Menemukan akar masalah

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 173


No. Dokter Guru Peneliti PTK
3 Menulis resep Menyusun hipotesis tindakan
Menentukan tema pengobatan, misalnya Menuliskan judul penelitian
4
“Mengobati sakit perut”

Mendeskripsikan Masalah
Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di hadapannya? Ia
akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?" Maksudnya adalah untuk meminta
Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali
sebanyak mungkin dengan berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu
apa saja terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana hasilnya?"
Belum cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan.
Kemudian ia menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan dan
mengetuk-ngetuk perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda
dengan senter, dan sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu
ia masih menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda.
Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah
untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi gejala penyakit
Anda akan makin mudah ia mendiagnosis penyakit Anda itu.
Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus
dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan “akar
masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah
Anda menemukan akar masalah.
Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan
PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-buru memberikan
tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter yang mengobati rasa
pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburu-
buru sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah
minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis
ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah gigi dirawat,
lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai, rasa pusing itupun
hilang.
Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah
penelitian Anda secara rinci:
1. Mulailah dengan satu kalimat masalah.
2. Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini:
a. Dari mana tahunya?
b. Bagaimana datanya?
c. Upaya apa yang telah dilakukan?
d. Bagaimana hasilnya?
3. Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman; setelah itu
biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya.

Contoh
(Kalimat masalah) ”Nilai fisika siswa kelas I SMA X Jakarta pada umumnya rendah.” (Dari
mana tahunya?) Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan
guru; tetapi ketika soal diganti sedikit saja, mereka menjadi bingung dan tidak mampu
mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang sudah dijelaskan;
hal-hal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi.
Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir-

174 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


semester skor rata-rata juga 5. (Bagaimana datanya?) Hal itu dialami oleh sekitar 60%
siswa dalam kelas, terjadi pada hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun ke
tahun. (Upaya yang sudah dilakukan) Agar pemahaman siswa lebih mantap, guru sering
menggunakan alat-alat untuk demonstrasi di kelas maupun eksperimen di laboratorium.
Guru juga sudah menggunakan media Power Point dalam menerangkan; sekali dua kali
penjelasan diselingi dengan program animasi flash. Siswa-siswa yang bernilai rendah
sudah diberi program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. (Bagaimana
hasilnya?) Kegiatan demonstrasi/praktikum itu tampaknya belum berhasil menanamkan
konsep-konsep fisika secara mantap kepada siswa. Program remedial juga tidak banyak
menolong karena siswa yang nilainya rendah pada umumnya berusaha untuk
menghindar.

Menemukan Akar Masalah


Deskripsi masalah yang rinci sebanyak 1/2 -- 1 halaman itu biasanya sudah dapat
mengantarkan Anda ke penemuan akar masalah. Dari deskripsi masalah di atas jelas
sekali bahwa akar masalahnya adalah ”pemahaman siswa yang kurang mantap”.

Menyususun Hipotesis Tindakan


Dalam kasus di atas, metode demonstrasi/eksperimen dan media pembelajaran yang
interaktif jelas bukan merupakan “obat” bagi akar masalah ”kurang mantapnya
pemahaman siswa”. Guru sudah melakukan hal itu dan ternyata tidak berhasil. Program
remedial juga bukan merupakan obat yang tepat; guru sudah melakukannya dan tidak
berhasil. Guru harus menemukan ”obat” atau ”tindakan” lain.
Marilah sejenak kita berpikir tentang hal lain, yaitu pemahaman kita atas konsep "kursi".
Begitu mantapnya pemahaman kita sehingga ditunjukkan kursi model apapun--berkaki
empat, berkaki tiga, berkaki satu, pendek, sedang, tinggi, bersenderan, tanpa senderan,
berbentuk bulat, berbentuk segi empat, berbentuk sembarang, bahan kayu, bahan logam,
ditambahi busa agar empuk, dengan pegangan tangan, tanpa pegangan tangan, dsb.--
kita tidak akan pernah terkecoh, selalu dapat membedakan antara kursi dan bukan kursi.
Hal itu kontras sekali dengan pemahaman konsep fisika oleh siswa dalam kasus di atas,
diubah sedikit saja mereka sudah bingung. Apa rahasia penanaman konsep yang mantap
tentang kursi itu?
Dalam menanamkan konsep, pemberian "contoh" yang terbatas jenisnya akan membuat
siswa mengalami under-generalization atau generalisasi yang terlalu sempit. Sebaliknya
lupa memberikan "noncontoh" akan membuat siswa mengalami over-generalization atau
generalisasi yang terlalu luas. Baik under-generalization maupun over-generalization dua-
duanya akan mengganggu pemahaman konsep siswa secara mantap. Pemberian contoh
yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh diduga akan dapat memantapkan
pemahaman siswa ketika diterangkan. Dalam literatur, cara itu dikenal dengan metode
concept attainment atau metode pencapaian konsep.
Hipotesis-tindakan penelitian ini menjadi: "Metode concept attainment akan
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta."
Secara operasional tindakan yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan metode concept
attainment, dengan pemberian contoh-contoh yang cukup banyak dan disertai dengan
noncontoh.
2. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan barvariasi, disertai dengan
jawaban.
3. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi ”pemberian soal latihan dan PR
yang terlalu banyak”.

Catatan: Penggunaan alat-alat untuk demonstrasi/praktikum tetap dilakukan karena


merupakan karakteristik pembelajaran fisika. Program remedial bagi siswa-siswa yang

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 175


lambat juga terus dilakukan karena merupakan prinsip pembelajaran yang sudah baku.
Jadi tindakan dalam PTK tidak dimaksudkan untuk “menggantikan” metode dan prinsip
sudah baku, melainkan “menambahkan” metode-metode baru.

Menuliskan Judul Penelitian


Akhirnya Anda tinggal menuliskan judul penelitian, secara singkat tetapi jelas. Isi judul
sama dengan isi hipotesis tindakan, tetapi redaksinya diubah dari kalimat menjadi frasa.
Hipotesis tindakan, kalimat: "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar
fisika siswa kelas I SMA X Jakarta."
Judul penelitian, frasa: “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas I SMA X melalui
Metode Concept Attainment”
Penulisan frasa untuk judul penelitian menggunakan huruf besar pada tiap kata, dan tidak
diakhiri dengan titik; sedangkan penulisan kalimat untuk hipotesis tindakan hanya
menggunakan huruf besar di awal kalimat, dan diakhiri dengan titik.
Dari uraian di atas jelas bahwa judul penelitian datang "paling akhir", setelah deskripsi
masalah, penemuan akar masalah, dan penyusunan hipotesis tindakan. Sangat aneh
kalau ada peneliti PTK yang langsung ingin menemukan judul. Analoginya adalah dokter
yang begitu bersemangat dengan obat barunya, baru kemudian mencari orang yang sakit.
Penelitian harus dimulai dari masalah, karena pada dasarnya penelitian adalah
pemecahan masalah.
Catatan: Analogi guru-dokter dalam penelitian PTK tidak seluruhnya benar. Minimal ada
dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, dalam dunia kedokteran setelah pasien
sembuh pemberian obat dihentikan; dalam PTK setelah perlakuan berhasil akan
dilanjutkan terus sebagai metode baru yang lebih efektif. Kedua, dalam dunia kedokteran
pengobatan pada umumnya hanya berfungsi untuk mengembalikan pasien ke kondisi
awal/normal, yaitu sehat; dalam PTK dapat dicobakan hal-hal baru yang melebihi
keadaan awal/normal.

Proposal Sederhana
Dari hasil analisis di atas dapatlah dirangkum proposal sederhana dalam bentuk matriks
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel Proposal Sederhana dalam Pelajaran Fisika SMA
Aspek-aspek
No Uraian
Penelitian
1 Kalimat Masalah Nilai fisika siswa Kelas I SMA X Jakarta pada umumnya rendah.
2 Akar Masalah Pemahaman siswa kurang mantap ketika diterangkan.
3 Hipotesis "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar
Tindakan fisika siswa kelas I SMA X Jakarta."
Tindakan Operasional:
a. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan
metode concept attainment, dengan pemberian contoh-
contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh.
b. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan
barvariasi, disertai dengan jawaban.
c. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi
”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”.
4 Judul Penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas I SMA X melalui
Metode Concept Attainment”

176 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Dengan berbekal proposal sederhana ini Anda sudah dapat mulai melakukan PTK di
kelas Anda. Tindakan yang akan Anda lakukan sudah jelas karena bersifat operasional.
Ukuran operasional adalah dapat dilakukan oleh orang lain yang membaca hipotesis itu.
Analoginya dengan dunia kedokteran, hipotesis tindakan "Metode concept attainment
akan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas I SMA X Jakarta" adalah sebagai obat,
sedangkan ”tindakan operasional” yang terdiri dari tiga butir itu adalah cara meminum
atau dosisnya.

Contoh Proposal Sederhana Lainnya

Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran IPS SMP


Aspek-aspek
No. Uraian
Penelitian
Kalimat Para siswa cepat lupa dalam pelajaran IPS Kelas VII SMP Y
1
Masalah Bekasi.
2 Akar Masalah Siswa kurang berkesan dalam tiap peristiwa pembelajaran.
3 Hipotesis "Cerita-cerita yang aneh akan meningkatkan daya ingat siswa
Tindakan dalam pelajaran IPS Kelas VII SMP Y Bekasi."
Tindakan Operasional:
a. Tiap pembelajaran tatap muka, guru menyiapkan beberapa
cerita aneh yang relevan, dapat diambil dari surat kabar atau
artikel internet.
b. Dalam membahas konsep penting, cerita aneh itu dibacakan.
Satu pertemuan tatap muka cukup 1—2 cerita aneh.
c. Siswa diminta menanggapi cerita aneh itu secara kelompok;
.yang baik diberi pujian.
4 Judul Penelitian “Peningkatan Daya Ingat Siswa melalui Pembacaan Cerita-cerita
Aneh dalam Pelajaran IPS Kelas VII SMP Y Bekasi”

Tabel Proposal Sederhana dalam Mata Pelajaran Matematika SD


Aspek-aspek
No. Uraian
Penelitian
Kalimat Siswa yang lemah tidak peduli dengan nilai rendah dalam mata
1
Masalah pelajaran matematika di Kelas VI SD Z Depok.
Persepsi diri siswa rendah, merasa dirinya sebagai siswa yang
2 Akar Masalah
bodoh.
3 Hipotesis "Pemberian Pengalaman Sukses akan Meningkatkan Kepedulian
Tindakan Siswa terhadap Nilai Matematika Kelas VI SD Z Depok."
Tindakan Operasional:
a. Dalam pembelajaran, guru memberi perhatian lebih besar
kepada siswa-siswa yang lemah.
b. Tiap pertemuan tatap muka, satu dua orang siswa yang lemah
diberi tugas yang mudah. Setelah yakin dapat mengerjakan,
mereka diminta maju ke papan tulis, diikuti dengan pujian.
c. Siswa yang pandai tetap diberi tugas, seperti biasanya.
4 Judul Penelitian “Peningkatan Kepedulian Siswa terhadap Nilai Matematika
melalui Pemberian Pengalaman Sukses dalam Pelajaran
Matematika Kelas VI SD Z Depok”

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 177


Masalah yang Layak Diteliti dan Profesionalisme Guru
Masalah yang Layak Diteliti
Tidak semua masalah dapat dipecahkan melalui PTK, hanya masalah yang berada dalam
kendali guru. Rendahnya "input siswa" yang masuk sekolah Anda, suara berisik karena
"sekolah Anda berada di pinggir jalan", dan "status ekonomi sosial orang tua siswa"
adalah contoh-contoh masalah yang berada di luar kendali guru, tidak layak untuk diteliti.
Sebaliknya masalah yang sudah terlalu jelas juga tidak layak diteliti karena tidak perlu.
Misalnya selama ini Anda mengajar secara monoton, menggunakan metode ceramah
sepanjang hari, dan siswa merasa jenuh. Kemudian Anda akan menerapkan metode
bermain peran agar siswa lebih aktif. Hal itu sudah terlalu jelas, siswanya pasti akan
menjadi aktif. Anda tinggal melaksanakan secara langsung. Analoginya adalah upaya
Anda menyiram tanaman di pot yang layu karena tidak disiram. Anda tinggal langsung
meyiram, tidak perlu meneliti dulu; hasilnya sudah jelas, tanaman pasti akan menjadi
segar. Penelitian diawali dengan masalah, yang masih meragukan.

Profesionalisme Guru
Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian ”Mendeskripsikan Masalah”
di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu menandakan bahwa Anda seorang guru
profesional, yang telah menerapkan berbagai metode secara kreatif tetapi belum berhasil.
Bagian yang belum berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan tanaman
di pot tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah itu
merupakan masalah penelitian yang sangat menarik.
Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan tindakan secara
sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak banyak berbeda dengan
pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan melakukan PTK setiap saat; dan
Anda akan mendapat predikat sebagai guru profesional yang reflektif.

178 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


MATERI 2
METODE PENELITIAN

Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK, disertai
model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan Model Kemmis & Taggart
seperti gambar di bawah ini.

Gambar PTK Model Kemmis & Taggart

Siklus Penelitian
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus. Menurut Kemmis dan McTaggart siklus
terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan,
dan (4) Refleksi. Analoginya dengan pengobatan oleh dokter, satu siklus adalah
rangkaian empat kegiatan: (1) Pemberian resep kepada pasien, (2) Peminuman obat oleh
pasien, (3) Pengukuran peningkatan kesehatan pasien ketika kembali lagi ke dokter, dan
(4) Analis dan evaluasi kesehatan pasien. Siklus PTK sebenarnya adalah satu satuan
penelitian yang lengkap, karena komponen-komponennya lengkap dari perencanaan
sampai refleksi. Jadi kalau Anda melakukan PTK dengan lima siklus, sebenarnya Anda
melakukan lima penelitian secara berkelanjutan. PTK sebaiknya minimal terdiri dari tiga
siklus; kalau baru satu siklus sudah berhasil kemungkinan masalahnya terlalu sederhana.
Satu siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan perlakuan yang sama,
agar intensif. Misalnya Anda melakukan siklus dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan
pertama Anda menggunakan metode concept attainment pada konsep-konsep penting
yang diajarkan, diikuti dengan pemberian contoh soal yang bervariasi, dan PR yang
bervariasi juga. Pada pertemuan kedua dan ketiga Anda melakukan hal yang sama
secara konsisten. Analoginya adalah proses minum obat oleh pasien; selama tiga hari ia
meminum obat yang sama dengan dosis yang sama, berulang-ulang. Hal itu dilakukan
agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap. Kalau perlakukan hanya
dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi
kalau perlakuan sudah dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 179


Perencanaan
Perencanaan pada siklus pertama tidak lain adalah hipotesis-tindakan yang telah Anda
tetapkan sebelumnya. Perencanaan adalah variabel bebas penelitian Anda. Perencanaan
pada siklus kedua, ketiga, dan selanjutnya belum dapat ditentukan karena harus dibuat
berdasarkan hasil refleksi terhadap siklus sebelumnya. Dalam RPP, hipotesis-tindakan itu
harus dapat dilihat posisinya, bisa di pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti,
dan/atau di pembelajaran penutup. Ada baiknya dalam RPP hipotesis tindakan itu Anda
cetak tebal agar posisinya dalam pembelajaran-biasa terlihat dengan jelas. Seperti telah
disinggung sebelumnya, sebaiknya hanya bagian tertentu dari pembelajaran yang Anda
diperbaiki melalui PTK. Analoginya dengan badan kita, hanya bagian-bagian tertentu
yang diobati oleh dokter.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah uraian tentang implementasi perencanaan Anda, masih berbicara
tentang variabel bebas. Kalau seluruh perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik
sepanjang siklus, Pelaksanaan hanya akan berisi satu kalimat, yaitu: "Seluruh
perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik." Tetapi hal itu jarang terjadi; yang sering
terjadi adalah sebaliknya: "Perencanaan sih boleh, tetapi pelaksanaannya?" Analoginya
dengan dokter, pelaksanaan adalah uraian tentang kegiatan minum-obat pasien. Mungkin
saja pertama kali minum obat pasien merasa mual dan muntah, sehingga obat belum bisa
masuk. Yang kedua dan ketiga masih mengalami hal serupa. Baru pada peminuman
keempat, pada hari kedua, obat itu bisa masuk. Cerita yang ingin didengar dokter dalam
Pelaksanaan berkisar pada hal itu, belum berbicara tentang peningkatan kesehatan
pasien.
Uraian Pelaksanaan sifatnya holistik, mencakup ketiga pertemuan dalam satu siklus,
tetapi tidak menceritakan pertemuan per pertemuan. Agar uraian menjadi sistematis dan
tidak terjebak pada pertemuan per pertemuan, Anda perlu membuat unsur-unsur variabel
bebas itu, kemudian diuraikan keberhasilan dan kegagalannya. Dalam hal penggunaan
metode concept attainment misalnya, unsur-unsurnya adalah langkah-langkah metode itu
sendiri. Contoh uraian Pelaksanaan Siklus 1: "Ketika diberikan dua kolom berisi daftar
istilah fisika, yang satu diberi judul YA dan satu lagi BUKAN, sebagian besar siswa
memperhatikan sambil berpikir. Perhatian siswa meningkat ketika mereka diminta
menambahkan istilah baru di kolom YA. Mereka mulai berdiskusi dengan teman
kelompoknya dan berusaha menemukan istilah-istilah baru. Masih ada beberapa siswa di
barisan belakang yang belum terfokus perhatiannya. Ketika diminta memberi nama
konsep yang mewakili semua istilah yang berada di kolom YA, mereka lebih tertantang
lagi. Beberapa siswa tunjuk tangan dan menyebutkan konsep; guru menuliskan di papan
tulis. Tetapi ketika diminta menyebutkan atribut kritikal dari konsep yang diajukan mereka
mendapat kesulitan. Dst., dst...."
Pengamatan
Pada bagian inilah Anda mulai memaparkan perubahan-perubahan yang terjadi pada
variabel terikat, yaitu variabel yang Anda tingkatkan melalui PTK ini. Seluruh hasil
pengukuran menggunakan instrumen, disajikan datanya di bagian Pengamatan ini. Dalam
PTK instrumennya bermacam-macam, tidak hanya tes; semua datanya disajikan di sini.
Tampilan yang khas di bagian Pengamatan ini adalah tabel, diagram, dan grafik; tetapi
uraian naratif juga ada, yaitu untuk menyajikan hasil wawancara atau catatan lapangan.
Refleksi
Dalam refleksi, Anda akan membahas data yang telah tersaji dalam Pengamatan di atas.
Baik keberhasilan maupun kegagalan semuanya dibahas. Keberhasilan perlu dibahas
untuk mengetahui apakah benar penyebabnya adalah tindakan yang Anda berikan. Jika
benar berarti hipotesis-tindakan Anda benar. Tetapi Anda harus jeli, belum tentu
keberhasilan itu akibat dari hipotesis-tindakan. Sebagai contoh dalam metode concept
attainment, setelah berlangsung satu siklus ternyata pemahaman siswa tidak meningkat.

180 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Kemudian pada siklus berikutnya Anda sebagai peneliti memberikan tambahan drill
sebanyak-banyaknya sehingga siswa hafal akan tipe-tipe soal yang keluar dalam tes.
Pada akhir siklus-kedua pemahaman siswa meningkat. Apakah peningkatan itu akibat
dari hipotesis penelitian? Boleh jadi bukan; peningkatan itu lebih banyak disebabkan oleh
metode drill and practice daripada metode concept attainment.
Terutama kegagalan, harus dibahas secara sungguh-sungguh, sebaiknya bersama
kolaborator Anda. Langkah-langkahnya sama dengan pada awal siklus pertama:
mendeskripsikan masalah secara rinci, menemukan akar masalah, bertanya mengapa
dan mengapa, dan mencari alternatif tindakan. Ingat bahwa siklus pertama sebenarnya
adalah satu penelitian. Pada siklus kedua Anda melakukan satu penelitian lagi. Tujuan
utama refleksi adalah mencari alternatif tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya.
Sebaiknya Anda bukan mengganti tindakan melainkan melengkapi atau memodifikasi
tindakan; tindakan utamanya concept attainment masih tetap.
Pergantian Siklus
Pergantian dari satu siklus ke siklus berikutnya dapat dilakukan berdasarkan jumlah
pertemuan, seperti telah disinggung di atas. Tetapi Anda dapat menggunakan dasar lain,
misalnya jumlah minggu, kompetensi dasar, atau pokok bahasan. Tindakan pada siklus
berikutnya ditentukan berdasarkan refleksi terhadap hasil siklus sebelumnya. Analoginya
dengan dokter, resep-baru dibuat berdasarkan hasil penilaian terhadap resep
sebelumnya. Tindakan pada siklus baru harus berbeda secara signifikan dengan siklus
sebelumnya. Kalau hanya pengulangan berarti masih bagian dari siklus sebelumnya.
Instrumen Penelitian
Karena PTK mengandung unsur inovasi, biasanya ada hal-hal tertentu yang perlu
dipersiapkan secara khusus. Salah satunya adalah instrumen penelitian, yang berbeda
dengan instrumen yang biasa Anda pakai sehari-hari. Tes hasil belajar yang biasanya
cukup dengan C1, C2, ... s.d. C6 misalnya, sekarang akan terfokus pada C2 saja, tetapi
dirinci menjadi tujuh komponen, yaitu: (1) menginterpretasi, (2) memberi contoh, (3)
mengklasifikasi, (4) merangkum, (5) menginferensi, (6) membandingkan, dan (7)
menjelaskan. Wawancara dengan siswa yang biasanya Anda lakukan secara spontan,
sekarang dibuat pedomannya dulu agar lebih terfokus; demikian juga kegiatan observasi,
Anda buat lembar observasinya. Catatan lapangan perlu Anda siapkan dulu
penulisannya; ini paling mudah karena tidak perlu ada instrumen khusus. Catatan
lapangan tidak lain adalah catatan harian atau diary, untuk menuangkan hal-hal yang
sangat berkesan. Kalau penelitian dilakukan dengan penuh antusiasme, Anda akan
menemukan hal-hal yang sangat berkesan dan secara mudah dapat dituliskan dalam
catatan lapangan.
Agar lebih sederhana kita sepakati dulu bahwa yang dimaksud dengan instrumen dalam
PTK adalah alat untuk mengukur keberhasilan tindakan pada variabel yang ingin Anda
tingkatkan, yaitu variabel terikat. Agar lebih ilmiah, setiap instrumen yang Anda buat harus
dibuat kisi-kisinya dulu; dan kisi-kisi itu dibuat berdasarkan teori yang ada di bagian Kajian
Pustaka. Oleh karena itu, teori dalam Kajian Pustaka hendaknya sedemikian rupa
sehingga dapat mengarahkan pembuatan instrumen. Sangat kurang baik teori yang
diuraikan secara panjang lebar tetapi tidak memberikan petunjuk apapun untuk
pembuatan instrumen.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Yang sudah Anda kenal dengan baik tentu saja instrumen untuk mengukur hasil belajar,
yang biasa disebut tes. Tes yang baik harus valid, yaitu mengukur apa yang harus diukur.
Validitas tes biasanya didekati dengan kisi-kisi, yang akan menjamin keterwakilan
kompetensi dan tingkat kognisi yang akan diukur. Validitas seperti itu disebut validitas isi,
karena penekanannya pada keterwakilan isi. Syarat lainnya, tes yang baik harus reliabel
atau ajeg, yaitu jika digunakan dengan cara yang sama hasilnya akan sama. Reliabilitas
tes diketahui setelah tes diuji coba; koefisiennya dihitung dengan rumus-rumus statistik,

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 181


seperti rumus split half test, KR-20, atau Alfa Chronbach. Dalam PTK uji reliabilitas tes
seperti itu tidak dilakukan karena jarang guru yang mengujicobakan tes sebelum
menggunakan. Tetapi penggunaan kisi-kisi untuk menjamin validitas tes seperti dijelaskan
di atas sebaiknya dilakukan oleh peneliti PTK.
Di samping tes, dalam PTK digunakan berbagai jenis instrumen, di antaranya: (1) Lembar
observasi, (2) Pedoman wawancara, (3) Pedoman telaah dokumen, (4) Kuesioner, (5)
Rating scale, (6) Portofolio, (7) Skala sikap, dan (8) Catatan lapangan. Seperti halnya tes,
instrumen-instrumen itu harus dibuat berdasarkan kisi-kisi agar validitas-isi nya terjamin.
Di samping itu masih ada validitas lain yang harus dipenuhi oleh instrumen-instrumen itu,
yaitu validitas konstruk. Untuk memperoleh validitas konstruk, kisi-kisi instrumen harus
dibuat berdasarkan teori yang telah dibahas di Kajian Pustaka. Singkatnya, "Instrumen
harus dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan kisi-kisi harus dibuat berdasarkan teori."
Triangulasi
Sebagai ganti penghitungan menggunakan rumus-rumus, reliabilitas instrumen dalam
PTK didekati dengan teknik triangulasi. Artinya, satu variabel terikat (yang akan
ditingkatkan) diukur dengan beberapa instrumen. Motivasi siswa misalnya, tidak cukup
diukur dengan kuesioner, tetapi ditambah dengan wawancara dan observasi. Jika ketiga
instrumen itu menghasilkan data yang sama atau mirip, barulah dapat ditafsirkan bahwa
data itu benar. Reliabilitas instrumen dalam PTK juga dapat didekati dengan pengamatan
yang cukup lama sehingga datanya mencapai tingkat jenuh atau mencukupi. Lamanya
pengamatan harus dibarengi dengan tingkat ketelitian dan keseksamaan.
Pelanggaran Validitas Instrumen
Seringkali peneliti PTK secara tidak sadar telah melanggar validitas instrumen, yaitu
membuat instrumen tanpa didasari kisi-kisi dan teori. Serinkali instrumen bahkan tidak
mengukur yang harus diukur. Mengukur motivasi misalnya, menggunakan tes hasil
belajar.
Instrumen Spontan
Peneliti sering membuat instrumen secara spontan yang diperkirakan dapat mengukur
keberhasilan penelitiannya. Dasarnya lebih banyak perasaan daripada penalaran yang
sistematis. Setelah instrumen jadi dan ditanyakan kisi-kisinya, peneliti itu tidak dapat
menjawab. Hampir dapat dipastikan bahwa instrumen seperti itu tidak ada dasar teorinya.
Spontanitas itu seringkali menghasilkan bermacam-macam instrumen, untuk mengukur
berbagai variabel. Maksud hati mungkin ingin menerapkan triangulasi, tetapi kurang tepat
arahnya. Kalau triangulasi adalah mengukur satu variabel dengan beberapa macam
instrumen, dalam instrumen spontan itu mengukur banyak variabel dengan banyak
instrumen yang tidak jelas dasar teorinya.
Instrumen ”Teh Botol”
"Apapun makanannya, minumannya Teh Botol"; begitulah bunyi iklan di televisi. Hal
serupa sering terjadi dalam PTK. "Apapun masalahnya, instrumennya tes hasil belajar."
Masalah rendahnya motivasi misalnya, instrumennya tes hasil belajar, seperti telah
disinggung sebelumnya. Dasar pemikirannya, kalau motivasi meningkat siswa akan
belajar lebih aktif sehingga hasil belajarnya meningkat. Hal itu bisa benar, tetapi bisa juga
tidak. Peningkatan hasil belajar itu bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti minat, media,
dan tingkat kesulitan soal. Yang jelas teori tentang motivasi berbeda dengan teori tentang
hasil belajar. Kalau teorinya berbeda kisi-kisinya harus berbeda, dan instrumennya
dengan sendirinya akan berbeda. Jadi mengukur motivasi dengan hasil belajar dapat
dikatakan mengukur variabel lain.
Kisi-kisi Instrumen
Yang paling mudah adalah membuat kisi-kisi tentang hasil belajar; Anda sudah terbiasa
melakukannya. Berikut ini diberikan beberapa contoh instrumen untuk mengukur hasil
belajar atau pemahaman siswa.

182 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Tabel Contoh Kisi-kisi Tes Pemahaman Siswa
Proses Kognitif dan Jumlah Butir Soal
Kompetensi Meng-
Memberi Mengkla- Me- Meng- Memban- Men-
dan Indikator inter-
Contoh sifikasi rangkum inferensi dingkan jelaskan
pretasi
KD 1
Indikator 1
Indikator 2
KD 2
Indikator 1
Indikator 2
Keterangan: KD = kompetensi dasar

Tabel Contoh Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pemahaman Siswa


Kompetensi Sangat Sangat
Kriteria Kurang Baik
dan Indikator Kurang Baik
KD 1
Indikator 1 Interpretasi tentang Indikator 1
Indikator 2 Kemampuan klasifikasi
tentang indikator 2
KD 2
Indikator 3 Inferensi tentang indikator 3
Indikator 4 Kemampuan membandingkan
tentang indikator 4
Indikator 5 Kemampuan menjelaskan
tentang indikator 5

Tabel Contoh Kisi-kisi Lembar Observasi Pemahaman Siswa


Sangat Sangat
No Indikator Pemahaman Kurang Baik
Kurang Baik
1 Menginterpretasi
2 Memberi contoh
3 Mengklasifikasi
4 Merangkum
5 Menginferensi
6 Membandingkan
7 Menjelaskan

Perlu diperhatikan bahwa ketiga kisi-kisi di atas mengukur variabel yang sama, yaitu
pemahaman siswa, secara triangulatif. Artinya variabel yang sama diamati dari berbagai
sudut pandang.

Instrumen untuk Variabel Bebas?


Perlukah variabel bebas (metode yang digunakan) diukur-ukur menggunakan instrumen
seperti halnya variabel terikat (variabel yang ditingkatkan)? Marilah kita bandingkan
dengan pekerjaan dokter. Apakah yang biasanya diukur oleh seorang dokter, kegiatan
minum obat pasien sesuai resep (variabel bebas) atau peningkatan kesehatan pasien
(variabel terikat)? Tentu saja yang terakhir. Ketepatan pemakaian metode memang perlu

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 183


diperhatikan dalam PTK, tetapi tidak perlu diukur-ukur menggunakan instrumen. Jika
dilakukan, pekerjaan peneliti akan bertambah banyak, yang akan membuatnya stress dan
lelah. Setelah selesai penelitian ia akan mengatakan dalam hati: "Sekali ini saja saya
melakuan penelitian." Hal ikhwal variabel bebas cukup disampaikan secara naratif di
bagian "Pelaksanaan" dari siklus penelitan (yang terdiri dari Perencanaan, Pelaksanaan,
Observasi, dan Refleksi). Ada kerugian lain jika variabel bebas diukur-ukur dengan
instrumen dan disajikan datanya dalam bentuk tabel-tabel. Benang merah laporan
penelitian menjadi kabur dan hasil penelitian sukar dipahami oleh pembaca.

Kolaborasi
Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan waktu
pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru semata pelajaran.
Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan proposal dan pembuatan instrumen.
Pada saat implementasi, pertemuan dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk
membicarakan masalah-masalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana
untuk minggu berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran
menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus. Kolaborator ekternal
adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada penulisan proposal.

184 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


MATERI 3
PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda akan sangat
mudah mengembangkannya menjadi proposal lengkap. Hal-hal yang esensial telah
tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi masalah, rumusan masalah, dan
hipotesis tindakan.
Sistematika Proposal Penelitian
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.

Judul
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Bab 3 Metodologi Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Keberhasilan
E. Instrumen Penelitian
F. Anallisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadwal Penelitian
Daftar Pustaka

Judul PTK
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat tetapi jelas.
Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan yang berbeda. Judul harus
mengandung variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variable terikat (variabel yang
akan ditingkatkan). Contohnya adalah sebagai berikut:

“Peningkatan Hasil Belajar Fisika SMA Kelas I SMA X Jakarta


Melalui Metode Concept Attainment”

Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil belajar
sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok bahasan kurang
perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan “Fisika Siswa Kelas I SMA “
sudah cukup spesifik. Jika topik dicantumkan, misalnya “Kemagnetan”, seolah-olah
metode concept attainment itu hanya berlaku pada topik Kemagnetan. Masalah yang
dipecahkan dalam PTK seharusnya yang bersifat lintas pokok bahasan, seperti: hasil

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 185


belajar, motivasi, dan kreativitas. Dengan demikian penggunaan siklus akan lebih leluasa,
tanpa dibatasi oleh topik.
Judul sebaiknya menampilkan hal-hal yang inovatif untuk menarik pembaca; pertama kali
orang membaca hasil penelitian Anda adalah pada judulnya. PTK pada dasarnya adalah
sarana untuk melakukan inovasi pembelajaran. Sejak munculnya PTK orang
menganggap bahwa cooperative learning merupakan pembelajaran inovatif. Hampir
semua peneliti PTK memilih judul itu kalau diminta membuat proposal. Akibatnya
cooperative learning sudah diteliti oleh banyak orang, dan menjadi hal yang biasa.
Sayangnya PTK yang mereka lakukan bersifat semu; setelah selesai PTK mereka
kembali ke pembelajaran biasa.

Pendahuluan (Bab 1)
Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian
Anda perlu dilakukan. Sampai halaman kedua, pendahuluan harus sudah dapat
mengemukakan masalah penelitian secara jelas. Uraian di halaman-halaman berikutnya
masih dapat ditambahkan, tetapi sifatnya hanya menegaskan dan melengkapi. Sebaiknya
dihindarkan uraian kesana-kemari sampai berhalaman-halaman, dan baru
mengemukakan masalah penelitian di bagian akhir.
Latar belakang masalah berfungsi untuk membuat masalah penelitian Anda terlihat lebih
menonjol, penting, dan mendesak. Masalah penelitian tidak lain adalah deskripsi masalah
yang sudah Anda tulis sebelumnya, di Bagian A; sifatnya mikro, yaitu tentang
pembelajaran di kelas Anda. Agar terlihat penting, masalah mikro itu harus dibingkai
dengan masalah makro yang berskala nasional. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa
Anda sebagai peneliti memahami isu-isu nasional yang relevan. Namun perlu dihindari
kesan bahwa penelitian Anda berskala nasional; kenyataannya penelitian Anda hanya
berskala kelas. Oleh larena itu uraian latar belakang maksimal dua alinea, dan segera
disambung dengan masalah mikro yang berupa deskripsi masalah itu. Berikut ini adalah
contohnya.

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Standar kompetensi luluan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) melalui Permendiknas Nomor 22 Tahun 2002 tentang Standar Isi untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah menuntut kompetensi yang tinggi dari para lulusan
sekolah menengah. Bersamaan dengan itu dikeluarkan juga Standar Proses yang
menuntut proses pembelajaran yang berkualitas, menuju lulusan yang “cerdas dan
komprehensif”, sesuai dengan moto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Implikasinya guru harus senantiasa meningkatkan kompetensi agar kualitas pembelajar-
annya terus meningkat.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah tenaga
profesional yang dilatih secara khusus melalui pendidikan profesi, untuk mendapatkan
sertifikat sebagai pendidik profesional. Salah satu ciri guru profesional adalah bersifat
reflektif. Setiap kali melaksanakan pembelajaran ia selalu melakukan refleksi untuk
mengetahui kelemahan-kelemahannya, dan selanjutnya berusaha untuk memperbaiki.
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara yang sistematis untuk melakukan refleksi
secara intensif dan melakukan perbaikan pembelajaran secara sistematis. Di SMA Negeri
X Jakarta nilai sejarah Kelas I pada umumnya rendah. Mereka tampak mengerti
penjelasan dan contoh soal yang diberikan guru, tetapi ketika soal diganti sedikit saja
mereka menjadi bingung dan tidak dapat mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya

186 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


mengerti tentang hal yang dijelaskan; hal-hal baru sekecil apapun akan menimbulkan
kebingungan, tidak mampu diatasi. Pemahamannya barulah sampai di permukaan,
belum mendalam. Pada ulangan akhir yang mencakup satu standar kompetensi nilai rata-
rata siswa 5; pada ulangan akhir semester rata-rata juga 5. Hal itu dialami oleh sekitar
60% siswa dalam kelas, terjadi di hampir seluruh SK, dan sudah berlangsung dari tahun
ke tahun.
Berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mengatasi masalah itu. Guru telah
menggunakan salat-alat peraga untuk demonstrasi di kelas, dan melakukan eksperimen
di laboratorium. Guru juga sudah menggunakan media Power Point untuk menjelaskan;
sekali-sekali penjelasan guru diselingi dengan program animasi flash. Tetapi hasilnya
belum seperti yang diharapkan. Siswa-siswa yang hasil belajarnya rendah sudah
disediakan program remedial; waktunya di luar jam pelajaran tatap muka. Tetapi
hasilnya juga belum seperti yang diharapkan; siswa yang nilainya rendah cenderung ingin
menghindar dari kegiatan itu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep
siswa kurang mantap ketika diterangkan. Kemungkinan contoh-contoh yang diberikan
guru kurang banyak sehingga siswa mengalami under-generalization; noncontoh juga
tidak disertakan sehingga siswa mengalami over-generalization. Kedua-duanya membuat
pemahaman siswa tidak mantap. Perlu dicarikan metode alternatif yang membuat siswa
belajar secara mantap.

Rumusan masalah penelitian telah tersirat dalam hipotesis tindakan yang ada dalam
proposal sederhana yang telah Anda buat di Bagian A; Anda tinggal memindahkan ke
sini. Masalah penelitian biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi tidak harus.
Inilah contohnya.

B. Rumusan Masalah
Apakah metode concept attainment dapat meningkatkan hasil belajar sejarah kelas I
SMA Negeri X Jakarta?

Bagian terakhir pendahuluan adalah tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan PTK tidak
sekedar ingin “mengetahui peningkatan” variabel terikat (yang akan ditingkatkan), tetapi
lebih pada “meningkatkan” variabel terikat itu. Ingin “mengetahui peningkatan”
mempunyai konotasi “setelah tahu akan selesai” sehingga peneliti PTK banyak yang
kembali ke metode semula setelah penelitian selesai; sedangkan “meningkatkan”
mempunyai arti ingin menggunakan metode baru yang ditemukan untuk seterusnya.
Manfaat penelitian sebaiknya dirinci untuk berbagai pihak agar makna penelitian menjadi
lebih besar, misalnya bagi siswa, guru, dan sekolah. Inilah contohnya.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sejarah siswa.

D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahamannya. Bagi guru
penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan
diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 187


pembelajaran. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan citra sebagai
sekolah yang efektif, yang membimbing siswa menjadi insan yang cerdas dan
komprehensif.

Kajian Pustaka (Bab 2)


Deskripsi teori memberikan dasar teori pada variabel-variabel yang Anda teliti. Baik
variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variabel terikat (yang ditingkatkan) dua-
duanya harus didukung dengan teori. Ini sejalan dengan ciri seorang profesional, yang
setiap tindakannya didukung dengan teori yang sudah mantap. Analoginya dengan
dokter, setiap obat yang diresepkan harus didukung dengan teori atau hasil penelitian
yang sudah mantap. Jika tidak, dokter itu akan lebih tepat disebut dukun.
Namun fungsi teori dalam PTK agak berbeda dengan fungsinya dalam penelitian formal.
Asumsinya, peneliti PTK adalah guru profesional yang sudah berusaha menerapkan teori-
teori yang sudah mantap itu dalam pembelajaran, tetapi belum berhasil. Sebagaimana
kita ketahui banyak sekali teori-teori yang mantap itu berasal dari negara Barat, yang
berbeda budaya dengan kita. Dalam PTK Anda dapat saja menemukan teori yang sama
sekali baru—disebut grounded theory—yang sesuai dengan konteks sekolah Anda. Jadi
teori yang dirujuk dalam PTK sifatnya hanya sebagai bahan pertimbangan.
Kata “pustaka” digunakan untuk membedakan dengan “teori’ yang bersifat akademis.
Pustaka lebih bersifat umum; Undang-Undang dan Peraturan Menteri dapat dimasukkan
ke dalamnya. Dokumen-dokumen itu merupakan kebijakan sehingga tidak dapat
dimasukkan dalam kategori teori.
Selain variabel bebas dan variabel terikat, Anda perlu mencari teori yang berkenaan
dengan pembelajaran khusus, untuk mata pelajaran Anda. Gunanya agar temuantemuan
yang Anda peroleh nanti tidak menyimpang dari karakteristik mata pelajaran yang Anda
ampu. Sebaiknya penyajian hakikat variabel bebas didahulukan agar pembaca langsung
dapat mengetahui inovasi yang ditawarkan pada kesempatan pertama. Berikut ini adalah
contoh deskripsi teori untuk judul “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas I SMA
X Jakarta melalui Metode Concept Attainment”.

Bab 2 Kajian Pustaka


A. Deskripsi Teori
1. Concept Attainment
Pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi dengan model concept
attainment menurut Uno (2008) dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner,
dkk. yang yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam dan sebagai manusia kita
harus mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu.
Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan
sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Concept attainment adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu siswa memahami suatu konsep tertentu.
Metode ini dapat diterapkan untuk semua umur, dari anak-anak sampai orang
dewasa. Untuk taman kanak-kanak, tentunya, pendekatan ini dapat digunakan untuk
memperkenalkan konsep yang sederhana. Pendekatan ini, lebih tepat digunakan
ketika penekanan pembelajaran lebih pada pengenalan konsep baru, melatih
kemampuan berpikir induktif dan melatih berpikir analisis.

188 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Prosedur pembelajarannya melalui tiga tahap yaitu: kategorisasi, penemuan
konsep, penyimpulan. Kategorisasi adalah upaya mengkategorikan sesuatu yang sama
atau tidak sesuai dengan konsep yang diperoleh. Setelah kategori yang tidak sesuai
disingkirkan, kategori yang sesuai digabungkan sehingga membentuk suatu konsep.
Setelah itu, suatu konsep tertentu baru dapat disimpulkan. Tahap terakhir inilah yang
dimaksud dengan concept attainment.

2. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari dalam diri
sesorang (individu). Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang
seperti kelelahan dan pengaruh obat (Purwanto, 2003). Jadi perubahan perilaku
adalah hasil belajar (Munir, 2008); perilaku itu meliputi aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar pada aspek
pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi tahu, pada aspek keterampilan dari tidak
mampu menjadi mampu.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. Proses
belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap,
yaitu: perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding), dan
mendapatkan kembali informasi (retrieval). Mengajar merupakan upaya dalam rangka
mendorong (menuntun dan menemukan hubungan) antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang telah ada.

3. Pembelajaran Sejarah
Sesuai dengan yang disampaikan Suparno (2005) bahwa selama proses
pembelajaran terjadi interaksi yang khas antara siswa dan guru, siswa berupaya
menyerap informasi dan guru bertugas mendampingi siswa dalam belajar. Dalam
filsafat pendidikan modern, siswa dipandang bukan sebagai objek dalam
pembelajaran tetapi juga sebagai subjek. Siswa tidak dipandang sebagai orang yang
tidak tahu, tapi dipandang sebagai orang yang tahu meskipun belum sempurna.
Sejarah merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia
pada masa lampau yang mencakup konsep ruang dan waktu serta perubahan. Dalam
standar isi mata pelajaran sejarah dijelaskan bahwa pembelajaran.
Pembelajaran sejarah dengan pendekatan proses sains baik bagi saintis
maupun guru-guru sains karena dirasakan sebagai yang paling baik dan tepat (Druxes,
1996). Di samping itu siswa dapat menikmatinya sebab mereka adalah subjek belajar
yang aktif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menimbulkan suasana yang
menyenangkan. Melihat pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran fisika merupakan rangkaian pengembangan, pengetahuan dan
keterampilan yang menekankan proses berpikir dengan menggunakan keterampilan
sains.

Penelitian yang relevan diperlukan untuk mengetahui state of the art atau perkembangan
terbaru tentang masalah yang diteliti. Penelitian seperti itu dapat diperoleh dari jurnal

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 189


ilmiah. Berbeda dengan buku, jurnal ilmiah menyajikan informasi yang relatif lebih baru.
Berikut ini adalah contohnya.

B. Penelitian yang Relevan


Concept attainment didesain untuk memberi latihan pada siswa menganalisis data
dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis tanpa menggunakan alat-alat lab. yang
merepotkan. Struktur pelajaran induktif membimbing siswa untuk memahami materi
pelajaran tahap demi tahap menuju pemahaman yang mendalam atas ide-ide baru dan
memberi kerangka berpikir sistematis seiring dengan proses menggabung-gabungkan
atribut-atribut esensial dari konsep yan dituju. (Reid, 2010).
Rerata hasil belajar kelas yang diajar menggunakan model concept attainment
berbantuan CD Interaktif yaitu X1= 75,83 jauh lebih besar dari kelas yang diajar
menggunakan model konvensional yaitu X2 = 67,93. Berdasarkan hal tersebut maka
dapat diperoleh bahwa kelas yang diajar menggunakan model concept attainment
berbantuan CD Interaktif lebih baik dari pada kelas yang diajar menggunakan model
konvensional (Winasmadi, 2011).

Setelah mendeskripsikan berbagai teori tentang concept attainment berdasarkan buku


teks dan temuan-temuan terbaru dari artikel jurnal, Anda perlu mengemukakan kerangka
berpikir. Isinya adalah uraian singkat, sekitar 2—3 paragraf, untuk meyakinkan pembaca
bahwa metode concept attainment memang efektif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Kerangka berpikir merupakan hasil pemikiran Anda sendiri, yang merupakan
sintesis dari berbagai teori yang Anda rujuk sebelumnya. Kerangka berpikir yang baik
dapat membuat pembaca mengemukakan sendiri kesimpulannya sebelum Anda
menuliskan di bagian akhir. Berikut ini adalah contohnya:

C. Kerangka Berpikir
Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika dilibatkan secara aktif
dalam pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Contoh-contoh
yang cukup banyak akan menghindarkan siswa dari under-generalization atau
penyimpulan terlalu sempit. Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan
siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu luas. Baik under-generalizatin
maupun over-generalization dua-duanya akan membuat pemahaman konsep siswa
menjadi lemah.
Metode concept attainment memberi contoh yang cukup banyak kepada siswa,
disertai dengan noncontohnya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk berpikir secara
aktif dalam mengelompokkan contoh-contoh itu ke dalam konsep-konsep yang
dipelajari. Karena masing-masing siswa mempunyai pendapat sendiri yang dipercayai
kebenarannya, proses pengelompokkan itu akan menimbulkan perbedaan pendapat
yang mendorong terjadinya diskusi yang seru dan menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa metode concept attainment akan meningkatkan
pemahaman siswa.

Hipotesis tindakan merupakan bagian akhir dari kajian teori di Bab 2. Isinya sama dengan
kalimat terakhir kerangka berpikir, yang merupakan kesimpulan. Dalam proposal
sederhana yang sudah Anda buat di pasal sebelumnya, sudah terdapat hipotesis
tendakan. Anda tinggal memindahkannya ke sini. Seperti telah dijelaskan, hipotesis

190 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


tindakan sebaiknya disertai dengan tindakan operasional, yang merupakan
operasionalisasi dari hipotesis itu. Analoginya dengan kedokteran, hipotesis tindakan
adalah resepnya; tindakan operasional adalah dosis atau aturan minumnya. Inilah
contohnya.

D. Hipotesis Tindakan
Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas I SMA X
Jakarta.
Tindakan Operasional:
1. Tiap peristiwa yang esensial disajikan menggunakan metode concept attainment.
Sejumlah contoh yang berupa nama-nama peristiwa diletakkan dalam kolom-kolom
yang diberi kata “Ya” dan “Tidak”. Siswa kemudian diminta menambahkan tiga nama
peristiwa lain di masing-asing kolom. Di antara contoh-contoh itu disertai noncontoh.
2. Contoh soal yang diberikan guru harus cukup banyak dan bervariasi.
3. Dihindari pemberian contoh soal yang terbatas tetapi pemberian PR yang terlalu
banyak.

Metodologi Penelitian (Bab 3)


Metodologi penelitian diawali dengan mendeskripsikan setting; sebagaimana sudah
disinggung sebelumnya. Gunanya adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca
tentang konteks penelitian Anda. Setelah itu uraian Bab 3 ini disusul berturut-turut
dengan: metode penelitian, siklus penelitian, kriteria keberhasilan, instrumen penelitian,
analisis data, kolaborasi, dan jadwal penelitian. Berikut ini adalah contohnya.

Bab 3 Metodologi Penelitian


A. Setting
Penelitian ini akan dilakukan dalam mata pelajaran sejarah pada semester ke ... tahun ...
di SMA X Jakarta. Subjek penelitian adalah siswa kelas I yang berjumlah 32 orang siswa.
Sekolah ini merupakan Sekolah Standar Nasional yang berukuran besar, mempunyai 27
kelas. Gurunya 80% berkualifikasi S1 dengan program studi yang relevan dengan mata
pelajaran yang diampu. Yang sudah memperoleh Sertifikat Pendidik Profesional sekitar
50%.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan
McTaggart yang prosesnya disajikan seperti pada Gambar berikut.

Gambar. PTK Model Kemmis & McTaggart

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 191


Penelitian direncanakan akan berlangsung selama tiga siklus, yang masing-masing
terdiri dari: perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi
(reflect). Tiap siklus minimal akan terdiri dari tiga pertemuan tatap muka sehingga
keseluruhan penelitian akan terdiri dari sekitar sembilan pertemuan tatap muka.

C. Siklus Penelitian
Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan dilaksanakan secara berulang-
ulang dalam siklus I, sebanyak beberapa kali pertemuan tatap muka. Pelaksanaan
tindakan akan diamati dan dicatat dengan seksama.
Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat dilakukan dengan tes.
Data hasil tes dianalisis atau direfleksi untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan tindakan alternatif atau revised
plan, yang akan diterapkan pada siklus II.
Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus I; demikian
juga plan untuk siklus III sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus II.
D. Kriteria Keberhasilan
Siklus “plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus sampai criteria
keberhasilannya tercapai, yaitu skor rata-rata kelas mencapai 75, yang disebut kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Walaupun penelitian telah berlangsung sebanyak tiga siklus,
akan terus dilanjutkan selama KKM belum tercapai.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa (variable yang ditingkatkan)
akan dilakukan dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut.
Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Proses Kognitif
Kompetensi dan Indikator Pema-
Ingatan Aplikasi Analisis Evaluasi Kreasi
haman
KD 1
Indikator 1.1
Indikator 1.2
KD 2
Indikator 2.1
Indikator 2.2

Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur juga dengan menggunakan lembar
observasi dan pedoman wawancara atau tes lisan. Kedua instrumen itu akan dibuat
berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas. Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi,
yaitu melihat satu variabel dari berbagai instrumen yang berbeda. Pengukuran akan
dilakukan secara sampling, yaitu terhadap beberapa orang siswa yang dipilih secara
acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap seluruh siswa akan memakan
waktu yang lama; peneliti praktis akan sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk
membimbing siswa secara intensif.
Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variabel bebas atau tindakan yang
diberikan, tidak akan diukur secara kuantitatif, tetapi cukup secara kualitatif
menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih global dan fleksibel dengan
memperhatikan hal-hal yang penting, yaitu:
1. Kemampuan siswa menambahkan nama-benda baru pada kolom “ya” dan “Tidak”

192 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


2. Kemampuan siswa menemukan konsep yang ada pada kolom “Ya” dan “Tidak”
3. Kemampuan siswa berargumentasi dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas.
Data tidak akan ditabulasi seperti halnya skor hasil belajar, tetapi cukup dituliskan
secara naratif berupa catatan lapangan, seperti telah disinggung di atas, sebanyak ½--1
halaman tiap akhir pertemuan tatap muka.
F. Analisis Data
Data hasil belajar siswa akan dianalisis dengan statistik deskriptif, seperti rata-rata dan
persentase. Peningkatan hasil belajar akan dilihat dari kecenderungan kenaikan skor
rata-rata dari siklus ke siklus. Data dari lembar observasi dan pedoman wawancara akan
dianalisis secara kualitatif, kemudian dilihat juga kecenderungannya dari siklus ke siklus.
G. Kolaborasi
Kolaborator penelitian adalah teman sejawat, semata pelajaran, di SMA X Jakarta.
Proses kolaborasi dilakukan pada saat penulisan proposal penelitian dan
pengembangan perangkat-perangkat pembelajaran. Pada saat-saat tertentu,
kolaborator ikut masuk kelas untuk membantu mengamati pelaksanaan metode
concept attainment, sebagai variable bebas atau tindakan dalam PTK, dan pada akhir
pembelajaran diadakan diskusi singkat. Pada akhir minggu pertemuan kolaborasi
kembali dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan penelitian dalam
satu minggu, dan merencanakan tindakan untuk minggu berikutnya.
H. Jadwal Penelitian
Tabel Jadwal Penelitian
Minggu ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
a. Menyusun RPP
b. Membuat Perangkat
Pembelajaran
c. Membuat Media
d. Menyusun Jadual
e. Menyusun Instrumen
2. Pelaksanaan
a. Menyiapkan Siklus 1
b. Membuat Laporan Siklus 1
c. Melaksanakan Siklus 2
d. Membuat Laporan Siklus 2
e. Melaksanakan Siklus 3
f. Membuat Laporan Siklus 3
3. Pelaporan
a. Membuat Laporan Gabungan
Siklus 1, 2, dan 3
b. Membuat Makalah Seminar
c. Seminar hasil penelitian
d. Merevisi Laporan Berdasarkan
Hasil Seminar
e. Menulis Artikel Jurnal

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 193


Berbeda dengan penelitian formal, pada penelitian tindakan kelas laporannya sebaiknya
dibuat secara bertahap, per siklus. Maksudnya agar hal-hal yang bersifat kualitatif tidak
terlupakan; dengan demikian laporan akan bersifat lebih holistik, melihat berbagai aspek
pembelajaran. pembuatan laporan secara bertahap juga akan membuat pekerjaan terasa
lebih ringan. Laporan akhirnya lebih berupa kompilasi dari laporan per siklus.
Bagian terakhir dari Bab 3 adalah Daftar Pustaka. Semua referensi yang ada dalam
proposal harus didukung dengan daftar pustaka. Daftar pustaka hendaknya bersifat asli
dan baru. Asli artinya diambil dari penulisnya secara langsung; baru artinya tahun
penerbitan sedapat mungkin 10 tahun terakhir. Satu atau dua yang usianya lebih dari 10
tahun masih dapat diterima. Anda bebas memilih cara penulisan daftar pustaka asalkan
konsisten. Berikut ini adalah contoh dari daftar pustaka.

Daftar Pustaka

Druxes, Herbert, dkk. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Alih Bahasa: Soeparno.
Bandung: CV Remadja Karya
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta
Purwanto, Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
Reid, Barbara. (2010). The Concept Attainment Strategy. The Science Teacher, Vol. 078
Issue 1
Suparno, Paul. (2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo
Uno, Hamzah B. (2008). Model Pembelajaran. diakses dari http://asepawaludinfajari.
wordpress.com/2011/11/22/concept-attainment-model-model-pembelajaran-
perolehan-konsep/ tanggal 22 Maret 2012
Winasmadi, Praja Achsani. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga Kelas VII.
Jurnal PP, No. 1 Vol. 2 Desember 2011.

194 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


MATERI 4
PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Untuk menyusun laporan akhir penelitian harus mengikuti acuan penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/golongan guru melalui pengembangan
profesi.
Kelengkapan laporan dan sistematika sebagai berikut.

SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA)
DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Settin Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Analisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
B. Pembahasan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Contoh perangkat pembelajaran
2. Instrumen

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 195


3. Personalia
4. Data
5. Bukti lain pelaksanaan (foto, CD, hasil pekerjaan siswa, berita acara
seminar hasil penelitian)

Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas adalah sebagai berikut.

SAMPUL LAPORAN
Format sampul laporan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian Pendidikan
Nasional

HALAMAN PENGESAHAN
Format halaman pengesahan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian
Pendidikan Nasional

ABSTRAK
Abstrak berisi ringkasan permasalahan dan cara pemecahan masalahnya, tujuan,
prosedur, dan hasil penelitian. Abstrak diketik satu spasi dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris (lebih baik bila ada). Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi 200 kata
(ada juga yang menetapkan 250 kata) dan dilengkapi dengan kata kunci 3 – 5 kata

KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan
pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan penelitian.

DAFTAR ISI
Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir, disertai
pencantuman nomor halamannya.

DAFTAR TABEL
Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam laporan disertai
pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di bagian atas tabel.
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam laporan disertai
pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada di bagian bawah gambar.
Gambar yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses penelitian
berlangsung dan berguna antara lain untuk menggambarkan situasi
kelas/laboratorium,respon/mimik siswa selama dilaksanakan tindakan, hasil karya siswa,
grafik/diagram batang yang menggambarkan data hasil penelitian.

BAB 1 – 3
Isi sama dengan proposal Penelitian Tindakan Kelas pada pembahasan sebelumnya.

BAB 4 HASIL PENELITIAN


Pada awalnya dideskripsikan setting penelitian secara lengkap kemudian uraian masing-
masing siklus dengan desertai data lengkap beserta aspek-aspek yang direkam/diamati
tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan terjadinya perubahan akibat tindakan yang
diberikan. Ditunjukkan adanya perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada
refleksi diakhir setiap siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan
yang terjadi ke dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/ perbaikan
yang terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan
hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil keseluruhan

196 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


siklus kedalam suatu ringkasan tabel/grafik. Dari tabel/grafik rangkuman itu akan dapat
memperjelas adanya perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


Sajikan simpulan dari hasil penelitian sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian yang
disampaikan sebelumnya. Berikan saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan
yang diperoleh baik yang menyangkut segi positif maupun segi negatifnya.

DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang benar-benar dirujuk dalam
naskah. Daftar pustaka ditulis secara konsisten dan alphabetis. Daftar pustaka dapat
bersumber dari buku, jurnal, majalah, dan internet.

LAMPIRAN
Lampiran memuat contoh perangkat pembelajaran: RPP, kurikulum, silabus, instrumen
yang digunakan, personalia, data, foto pelaksanaan penelitian dan bukti lain pelaksanaan
termasuk berita acara seminar hasil penelitian.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 197


CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“PENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 6-7 TAHUN


MELALUI PERMAINAN TEKA-TEKI
(PENELITIAN TINDAKAN DI SDN 05 UTAN KAYU, JAKARTA TIMUR)”

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Masa usia dini merupakan masa anak mulai mengenal diri dan lingkungan. Masa usia
dini merupakan masa berlangsungnya proses pendidikan, yaitu sejak anak berada dalam
kandungan, masa bayi hingga anak berumur delapan tahun. Masa usia dini merupakan masa
keemasan untuk mengembangkan berbagai aspek kemampuan anak dengan memberikan
berbagai rangsangan atau stimulasi yang positif. Usia dini merupakan usia anak membutuhkan
berbagai stimulasi positif yang dapat diberikan baik dari keluarga maupun lingkungan
sekitarnya. Anak usia dini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dengan
anak yang usianya berada di atas delapan tahun, baik dari segi fisik, intelektual, emosi,
kreativitas, bahasa dan sosial.
Banyak aspek kemampuan dalam diri anak yang perlu mendapat stimulasi agar dapat
teraktualisasikan. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan yang harus
dikembangkan pada usia dini disamping aspek kemampuan yang lain, seperti kognitif, motorik
dan sosial emosional. Kemampuan berbahasa memungkinkan manusia untuk dapat saling
berkomunikasi, baik itu mengkomunikasikan pikiran, perasaan maupun sikap dan dengan
bahasa pula manusia dapat meningkatkan kemampuan intelektual. Tanpa memiliki
kemampuan berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak akan dapat
dilakukan. Tanpa bahasa manusia juga tidak akan dapat mengembangkan diri dan
lingkungannya, karena tanpa bahasa tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan yang
dimiliki pada orang lain.
Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Bahasa merupakan salah satu alat
komunikasi. Semiawan menyatakan bahwa bahasa berfungsi untuk menyatakan diri (fungsi
ekspresi), menyampaikan pendapat, menangkap pikiran dan perasaan orang lain (fungsi
sosial). 1 Fungsi tersebut dapat dimiliki seseorang terutama jika anak mempunyai ragam
kemampuan terutama kemampuan berbahasa. Mampu berbahasa, berarti mampu
mengekspresikan suatu hal dengan mempergunakan kosa kata yang dimiliki. Semakin banyak
kosa kata yang dimiliki anak, semakin besar kemungkinan anak mampu berbicara.
Pengembangan dan penguasaan berbagai macam kosa kata merupakan sarana untuk
membantu anak untuk terampil berbahasa terutama dalam terampil berbicara, maka tidaklah
mengherankan jika anak-anak banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada orang di
sekitarnya (misalnya: orang tua, guru) tentang hal-hal yang dilihat, serta akan memberikan
wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam segala hal akan lebih
mudah.
Penguasaan kosa kata merupakan unsur penting dalam usaha peningkatan kemampuan
berbahasa. Pembelajaran kosa kata merupakan penguasaan sejumlah kosa kata yang harus
dikuasai anak sesuai dengan jenjang pendidikan di kelas. Penguasaan kosa kata dapat
membantu anak dalam meningkatkan pemahamannya, sehingga memudahkannya dalam
menjalankan proses belajar mengajar. Semakin meningkatnya kosa kata, maka anak akan

1
Conny R Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), h. 49

198 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


memahami banyak hal dan dapat mempergunakan kosa kata tersebut dalam berbagai bentuk
dan situasi, misalnya dalam bentuk kalimat ketika anak ingin mengungkapkan perasaannya
atau ingin menyampaikan informasi. Dengan demikian pembelajaran kosa kata perlu
mendapat perhatian khusus dalam proses pembelajaran anak usia dini.
Banyak hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran kosa kata pada anak berhasil
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, diantaranya dalam sistem pembelajaran harus
menggunakan dan mengoptimalkan berbagai macam strategi dan metode agar dapat berhasil
melakukan perbaikan bahasa anak khususnya kosa kata. Guru, terutama guru kelas satu harus
selalu berusaha memperkaya kosa kata anak didiknya. Penggunaan media secara efektif harus
selalu diterapkan agar tujuan pembelajaran kosa kata tercapai. Penerapan metode dan teknik
yang tepat bagi anak juga harus diperhatikan karena usia antara 6-7 tahun merupakan masa
peralihan dari prasekolah ke masa Sekolah Dasar (SD), dimana pada masa ini kemampuan
berbahasa anak berkembang pesat. Pemilihan media dan teknik yang tepat dalam
pembelajaran akan membantu pengembangan kosa kata anak.
Salah satu teknik pengembangan pembelajaran kosa kata adalah dengan permainan.
Permainan merupakan kebutuhan bagi anak usia dini, mengingat bermain merupakan
kebutuhan dasar bagi anak. Permainan adalah suatu bentuk kegiatan yang memiliki aturan dan
peserta. Peserta yang terlibat didalamnya atau pemain-pemainnya bertindak sesuai dengan
aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Permainan juga merupakan
selingan dari kegiatan-kegiatan belajar secara rutin yang dapat menghilangkan kejenuhan,
membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, santai, bahagia, namun tetap memiliki
tujuan untuk meningkatkan kemampuan anak pada berbagai aspek perkembangan.
Masa bermain adalah masa yang cocok untuk usia dini, tidak hanya senang dengan
permainan fisik, tetapi juga dengan keterampilan intelektual, bahasa, fantasi, serta mulai
terlibat dalam permainan kelompok atau tim untuk belajar memahami tentang persaingan
alamiah. Freud menyatakan bahwa perasaan orang yang terlibat dalam bermain diwarnai oleh
emosi-emosi yang positif. 2 Anak didik, terutama dalam masa pertumbuhan segera secara
langsung menanggapi dengan positif bila ada ajakan bermain. Sebagai salah satu kebutuhan,
maka dengan berbagai teknik dan cara anak akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
bermainnya. Ada banyak cara dan alat yang dapat digunakan anak untuk bermain. Dengan
demikian, akan ditemukan keanekaragaman teknik dan alat bermain anak. Oleh karena itu,
pengembangan teknik dan alat permainan sangat dibutuhkan untuk peningkatan kualitas
bermain anak usia dini.
Bermain tidak akan berhasil jika tidak ada interaksi dan komunikasi baik secara aktif
maupun pasif, karena kedua hal tersebut merupakan sarana efektif dalam proses terjadinya
kegiatan bermain ataupun permainan (selain media yang digunakan dalam kegiatan bermain).
Dengan berinteraksi dan berkomunikasi dalam bermain, secara tidak langsung dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak, karena bahasa merupakan
sarana komunikasi bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun
kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik umumnya memiliki
kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta tindakan
interaktif dengan lingkungannya.
Permainan yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbahasa
anak dapat disebut permainan bahasa. Melalui permainan bahasa anak dapat memperluas
kosa kata, bercerita secara sederhana serta lancar dalam mengeluarkan kata-kata sederhana
yang bermakna. Perkembangan kemampuan berbahasa anak secara tepat dapat dilihat dari
kemampuan anak dalam menggunakan kalimat dengan baik dan benar. Kegiatan yang dapat

2
Robyn Gee dan Susan Meredith, Entertaining and Educating Your Preschool Child (London: Usborne
Publishing Ltd, 1997), h. 94

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 199


dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa diantaranya adalah bercakap-cakap,
bercerita dan tanya jawab.
Kegiatan permainan bahasa sangat bermanfaat bagi anak usia dini, karena pada masa
tersebut anak mengalami peningkatan kosa kata yang sangat pesat, baik yang didapat melalui
pengalaman baru, pengajaran langsung, membaca pada waktu senggang, ataupun
mendengarkan radio dan menonton televisi. Melalui kegiatan permainan bahasa, anak dapat
mengembangkan berbagai aspek yang ada dalam dirinya. Permainan bahasa yang dilakukan
akan dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak dalam berkreasi membuat
kata-kata sederhana, mencari sebanyak-banyaknya kosa kata baru serta merangkai kata-kata
yang ada menjadi suatu kalimat sederhana atau bahkan membuat suatu cerita sederhana yang
dibuat sendiri oleh anak.
Salah satu teknik pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa adalah
permainan bahasa, khususnya permainan teka-teki yang dapat dimodifikasi menjadi beberapa
jenis permainan, yaitu tebak benda, tebak gambar, dan tebak kata. Pembelajaran dengan
konsep bermain yang menarik dan sesuai dengan perkembangan anak tanpa melepaskan
proses pembelajaran dibutuhkan dalam pengembangan kemampuan bahasa anak. Permainan
bahasa dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan informal, bebas dari
ketegangan dan kecemasan namun terarah. Dalam permainan teka teki anak dilibatkan dan
dituntut untuk aktif dalam memberikan hasil pemikiran, tanggapan dan membuat keputusan
dalam permainan tersebut.
Namun, kenyataannya berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Negeri 05 Utan Kayu
khususnya kelas 1 bahwa kemampuan berbahasa anak masih kurang memadai dan permainan
teka teki belum di terapkan dalam pembelajaran bahasa di sekolah. Hal ini terlihat masih
banyak anak yang belum mampu: (1) mengembangkan kosa kata dalam berbicara, (2)
bertanya dan menjawab pertanyaan, (3) mengembangkan karangan yang dibuatnya, dan (4)
mengungkapkan tentang sesuatu hal yang diketahui dari apa yang dilihat dan didengarnya. Hal
ini berarti anak kurang mampu mengungkapkan suatu hal dengan baik dan benar mengingat
kemampuan berbahasa anak kurang terutama dalam penguasaan kosa kata. Bahkan ada yang
tidak berani berbicara sama sekali, padahal kemampuan berbicara ini sangat penting bagi anak
sebagai generasi bangsa dan negara, karena kualitas bangsa dan negara ditentukan oleh
sumber daya manusianya.
Menyadari kelemahan-kelemahan tersebut peneliti terdorong untuk mengembangkan
kosa kata anak khususnya kosa kata Bahasa Indonesia yang harus bertambah, baik yang
berasal dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Hal ini tentu akan berdampak pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu bertambahnya kosa kata yang harus dikuasai anak.
Untuk itu diperlukan cara agar anak mau ikut aktif dalam proses pembelajaran. Berbagai
kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan harus disiapkan untuk merangsang
keaktifan anak.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk membahas penerapan permainan
teka teki untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia 6-7 tahun. Peneliti mencoba
untuk terjun langsung dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberikan stimulasi melalui
kegiatan bermain teka teki untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, khususnya
kemampuan mendengar atau menyimak dan kemampuan berbicara pada anak usia 6-7 tahun
di SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
anak.

200 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


D. Manfaat Penelitian
Bagi Sekolah, memberikan masukan pada pihak sekolah dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berbahasa anak, seperti media, metode, proses pembelajaran,
perpustakaan, area bahasa, dan seni serta area lain yang dapat menunjang kemampuan anak
dalam berkreasi. Bagi pendidik, dapat memotivasi guru dalam berkreasi guna membantu anak
mengembangkan kemampuan berbahasa anak melalui berbagai kegiatan permainan bahasa.
Bagi orang tua, memberikan informasi tentang upaya pengembangan berbahasa anak dengan
penerapan permainan teka-teki. Bagi masyarakat umum, memberikan informasi
pengembangan kemampuan berbahasa anak agar dapat diterapkan di lingkungan masing-
masing.Bagi peneliti selanjutnya, menjadi acuan untuk meneliti kembali bagaimana cara yang
dapat dilakukan dalam upaya peningkatan kemampuan berbahasa anak selain permainan teka
teki.

Bab 2 Kajian Pustaka

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti


1. Hakikat Kemampuan Berbahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai
keingintahuan maupun kebutuhannya. Anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada
umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta
tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa anak tidak hanya mengarah
pada kemampuan membaca saja, namun didukung oleh kemampuan menguasai kosa kata,
pemahaman serta kemampuan berkomunikasi.
Bahasa merupakan tanda atau simbol dari benda-benda serta menunjukkan pada maksud
tertentu. Menurut Hurlock, bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan
pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya
perbedaan bentuk komunikasi yang luas, seperti tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka,
isyarat, pantomim, dan seni. 3 Pendapat tersebut menyatakan bahwa kata dan kalimat di dalam
bahasa selalu menyampaikan arti-arti tertentu di dalam komunikasi dengan orang dewasalah
bahasa anak itu muncul dan bisa berkembang.
Bahasa adalah alat transformasi yang merupakan cermin peradaban. Montessori
berpendapat ”language is an instrument of collective thought”. 4 Pendapat ini mengandung arti
bahwa bahasa adalah alat bagi sekelompok masyarakat untuk mengekspresikan pemikirannya.
Manusia berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan manusia lain. Proses komunikasi
terjadi melalui perantara bahasa. Hal-hal yang akan diungkapkan manusia antara lain pikiran,
perasaan, kebutuhan, dan keinginan kepada orang lain diutarakan melalui perantara bahasa.
Chaer mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,
yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan
diri. 5 Pendapat ini mengandung arti bahwa bahasa sebagai sistem terdiri atas beberapa subsistem
(fonologi, sintaksis dan leksikon) yang dalam kinerjanya bersifat sistematis. Sistem lambang
bahasa berupa bunyi yang dihasilkan dari alat ucap manusia. Sistem bahasa bersifat arbitrer
mempunyai arti bahwa antara lambang yang berupa bunyi tidak memiliki keterkaitan atau

3
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak I (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 176
4
Maria Montessori, Curriculum Planning (London: Modern Montessori International, 2002), h. 74
5
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 30

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 201


hubungan dengan konsep yang dilambangkan atau diwakili. Sistem bahasa mempunyai fungsi
sosial sebagai alat untuk berinteraksi atau berkomunikasi di dalam masyarakat.
Bahasa pada anak meliputi kemampuan mendengar atau menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Berbicara dan mendengar atau menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah
yang langsung dan merupakan komunikasi tatap muka. 6 Pada usia awal sekolah dasar yang paling
umum dikuasai anak yaitu kemampuan mendengar atau menyimak dan berbicara. Berbicara
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada individu yang didahului
keterampilan mendengar atau menyimak.
Banyak pihak menganggap bahwa mendengar atau menyimak merupakan keterampilan
yang paling penting diantara keterampilan lain. Pada usia ini anak mudah sekali beraksi terhadap
suara atau bunyi yang didengar, isyarat atau perkataan dan gambar yang menarik. Kemampuan
membaca dan menulis biasanya berawal ketika anak senang melihat gambar melalui buku-buku
cerita bergambar. Pada masa ini anak-anak senang sekali meniru baik meniru tulisan maupun
gambar yang dilihatnya.
Bahasa merupakan sesuatu yang berlaku umum dan dimiliki setiap orang. Bahasa
merupakan kesepakatan bersama yang berlaku secara universal. Bahasa merupakan kemampuan
yang harus dikembangkan untuk menunjang kemampuan berkomunikasi. Pengembangan
kemampuan bahasa dapat dilakukan melalui permainan-permainan yang sifatnya menyenangkan
bagi anak.

b. Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat berpikir
dan belajar dengan lebih baik. Bahasa memungkinkan manusia dapat mengekspresikan sikap dan
perasaan. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan dan dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Menurut Bromley, bahasa adalah “an ordered system of symbols for transmitting
meaning. Language is a refinement of communication that involves a specified symbol system
recognized and used by a certain group to communicate ideas and information.” 7 Pendapat ini
mengandung arti bahwa bahasa adalah sistem simbol yang ditata untuk menyampaikan arti.
Bahasa adalah suatu kehalusan tutur kata dalam komunikasi yang meliputi suatu simbol yang
telah ditetapkan, dikenali dan digunakan oleh kelompok tertentu untuk mengkomunikasikan ide-
ide dan informasi. Bahasa sebagai sistem yang mengandung simbol, tanda aturan tertentu
disusun secara sistematis dan telah disepakati dalam suatu kelompok tertentu yang
menggunakannya. Bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok sosial dapat berbeda dengan
kelompok lainnya.
Bahasa mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan. Lubis menjelaskan bahwa bahasa
mempunyai tiga fungsi, yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi, alat untuk mempengaruhi orang
lain, alat untuk memberi nama. 8 Berdasarkan fungsi di atas dapat dikatakan bahwa bahasa
berfungsi untuk menyatakan ekspresi seseorang akan suatu hal, mempengaruhi orang lain, dan
memberikan nama untuk mewakili benda.
Bahasa memungkinkan seseorang untuk dapat menyatakan ekspresi, keinginan,
permohonan, alasan, perasaan atau empati, menunjukkan kepunyaan, mempengaruhi orang lain,
berfantasi, dan sebagai alat penghubung sosial. Heyster berpendapat bahwa fungsi bahasa bagi
anak dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu bahasa sebagai pernyataan jiwa, bahasa sebagai
peresapan atau mempengaruhi orang lain dan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan

6
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 28
7
Karen D. Bromley, Language Arts: Exploring Connections Second Edition (New York: Simon and Schuster,
1992), h. 15
8
Zulkifli Lubis, Psikologi Perkembangan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), h. 34

202 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


pandapat. 9 Selanjutnya Michel yang dikutip Chaer mengemukakan bahwa fungsi bahasa terdiri
dari fungsi ekspresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi
entertainmen. 10 Dari dua kutipan tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa fungsi bahasa.
Fungsi tersebut berkaitan dengan diri sendiri dan diri orang lain di lingkungannya. Fungsi tersebut
berguna untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri dalam berinteraksi dalam
lingkungan. Fungsi ekspresi berkaitan dengan pernyataan perasaan misalnya perasaan senang,
benci, kagum, marah, dan sedih. Fungsi informasi berkaitan upaya penyampaian pesan atau
amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi berkaitan upaya menjelaskan suatu hal, perkara dan
keadaan. Fungsi persuasi berkaitan dengan penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi dan
mengajak orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Fungsi entertainmen berkaitan
penggunaan bahasa untuk menghibur dan menyenangkan orang lain. Dengan demikian bahasa
sangat berguna untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri dalam berinteraksi dalam
lingkungan. Kemampuan bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia baik orang dewasa
maupun anak-anak, dengan demikian kemampuan berbahasa harus diasah dan dikembangkan
sejak usia dini, khususnya pada masa peka sehingga kemampuan bahasa anak dapat berkembang
dengan optimal.

c. Komponen Bahasa
Keterampilan berbahasa berkaitan erat dengan komponen bahasa. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan tentang bahasa mencakup diantaranya
komponen bahasa dan kosa kata. Pada aliran linguistik mana pun bahasa selalu dikatakan
memiliki tiga komponen, yaitu sintaktik, fonologi dan semantik.11 Fonologi atau suara adalah
sistem suara yang membentuk kata. Sintaktik adalah tata bahasa atau susunan kata yang
membentuk kalimat. Sematik merupakan hubungan antara ide dan kata yang membentuk arti
dari kata-kata yang disusun.
Pendapat di atas mengandung arti bahwa fonem merupakan suara atau bunyi untuk
membentuk kata atau unit bahasa terkecil yang disebut morfem. Morfem dapat berupa
keseluruhan kata atau bagian dalam satu kata. Morfem disusun dalam susunan kata atau sintaksis
sehingga menjadi kalimat yang disusun oleh kata-kata. Dengan demikian dapat dideskripsikan
secara singkat bahwa bahasa memiliki tiga komponen, yaitu fonologi (suara), semantik (arti), dan
sintaksis (aturan tata bahasa). Ketiga komponen bahasa saling berkaitan dalam penggunaannya
sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan sosial.

d. Tahapan Perkembangan Bahasa


Berpijak pada pemikiran kaum behavioris bahwa bahasa merupakan sesuatu yang
dipelajari dari lingkungan, maka faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa adalah
faktor lingkungan. Lingkungan yang pertama dan utama bagi setiap anak (individu) adalah
Iingkungan keluarga. Artinya, di dalam keluarga itulah terjadi interaksi antara orang tua (ayah dan
ibu) dan anak dalam proses pengasuhan. Semua anak mempelajari bahasa ibu. Pada usia yang
kira-kira sama, anak mewujudkan pola perkembangan bicara yang hampir sama, walaupun
berbeda latar belakang budaya.
Tugas-tugas perkembangan bahasa tidak hanya meliputi pengendalian mekanisme suara
tetapi juga kemampuan untuk memperluas arti dan menghubungkannya dengan kata-kata yang
berfungsi sebagai simbol arti. Tugas-tugas perkembangan ini jauh lebih sulit daripada apa yang
tampak mula-mula, maka dapat dimengerti bahwa yang akan diletakkan hanyalah dasar-dasar
9
RP. Tambunan, Ilmu Jiwa Berkembang (Jakarta: IKIP,1978), h.13
10
Abdul Chaer, op. cit., h. 33
11
Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003), h. 18

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 203


keterampilan yang terlibat dalam bicara. Pola perkembangan bahasa secara umum, yaitu belajar
mengenal suara baik vokal maupun konsonan, belajar penggabungan suara, belajar kata-kata,
belajar fungsi kata yaitu kata benda, kata kerja, dan kata sifat lalu dilanjutkan dengan belajar
penggabungan kata dan yang terakhir adalah membuat kalimat. Pola perkembangan bahasa
dimulai dari urutan yang termudah yaitu, belajar mendengar sampai pada kemampuan berbicara
yang melibatkan kemampuan mendengar dan membuat kata-kata dalam sebuah kalimat.
Tugas dan pola perkembangan bahasa masing-masing individu memiliki irama dan waktu
yang berbeda. Namun, secara umum beberapa pakar dapat mengidentifikasi dalam beberapa
tahap. Dalam pola belajar berbicara biasanya terdapat empat bentuk prabicara: menangis,
bergumam (bubling), berceloteh, isyarat, dan mimik serta untuk pengungkapan emosi. Menangis
amat sering dilakukan selama bulan-bulan pertama, meskipun dari sudut pandang jangka panjang,
mengoceh atau berceloteh merupakan tindakan yang paling penting karena sebenarnya inilah
yang mengembangkan kemampuan berbicara.
Belajar berbicara mencakup tiga tugas yang sulit dan tidak saling berhubungan. Bayi
belajar bagaimana mengucapkan kata-kata, menggunakan kosa kata dengan rnenghubungkan
pengertiannya dengan kata-kata yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan maksudnya pada
orang lain, dan menggabungkan kata-kata menjadi kali mat yang dimengerti oleh orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan bahwa tahapan
perkembangan bahasa terdiri dari pengucapan huruf, membangun kosakata, dan membangun
kalimat. Pengucapan dimulai dari saat bayi belajar mengucapkan kata-kata sebagian melalui coba-
coba tetapi terutama dengan meniru ucapan orang dewasa. Huruf mati dan campuran huruf mati
lebih sulit diucapkan bayi daripada huruf hidup dan diftong. Anak-anak sulit belajar mengucapkan
bunyi tertentu dan kombinasi bunyi, seperti dua huruf mati , w, d, s, dan g dan kombinasi huruf
rnati st- str, dr, dan fl. Ada anak usia dua tahun telah dapat membunyikan huruf [p], [b], [t], [d],
[h], fm], [n], [1L [wj, [y], [k], [s], [rj]. Banyak ucapan bayi yang tidak dapat dimengerti sampai usia
delapan belas bulan, setelah itu berangsur-angsur terjadi kemajuan yang mencolok.
Membangun kosa kata dimulai saat bayi mulai belajar nama-nama orang dan benda.
Sesaat sebelum masa bayi belajar beberapa kata sifat seperti "manis" dan "nakal," dan juga bebe-
rapa kata keterangan. Kata depan, kata penghubung dan kata ganti umumnya belum dipelajari
sampai awal masa kanak-kanak. Kosa kata meningkat dengan bertambahnya usia. Kosa kata
anak-anak rneningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata
lama. Peningkatan kosa kata yang pesat selama awal rnasa kanak-kanak. Dalam menambah kosa
kata anak-anak mudah belajar kata-kata yang umum seperti "baik" dan "buruk," "memberi" dan
"menerima" dan juga banyak kata-kata dengan penggunaan khusus seperti bilangan dan nama-
nama warna. Anak usia tiga tahun telah dapat menyebutkan kata sebagai berikut dengan bunyi
[datal] "gatal", [ladi] "lagi", [dalpu] [galpu] "garpu", [dulita] [gulita] "gurita".
Menyusun kalimat dengan "kalimat" bayi yang pertama muncul antara usia dua belas dan
delapan belas bulan, biasanya terdiri dari satu kata yang disertai dengan isyarat. Lambat laun
kata-kata merambat dalam kalimat, tetapi isyarat masih banyak digunakan sampai memasuki
masa kanak-kanak. Kalimat biasanya terdiri dari tiga atau empat kata sudah mulai disusun oleh
anak usia dua tahun dan biasanya oleh anak usia tiga tahun. Kalimat ini banyak yang tidak
lengkap, terutama terdiri dari kata benda dan kurang kata kerja, kata depan dan kata
penghubung. Sesudah usia tiga tahun, anak membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai
delapan kata.
Pada mulanya, isi pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam arti ia terutama
bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat, keluarga, dan miliknya. Menjelang akhir awal
masa kanak-kanak mulailah pembicaraan yang bersifat sosial dan anak berbicara tentang orang
lain di samping dirinya sendiri. Namun banyak dari pembicaraan sosial awal ini sebenarnya tidak
bersifat sosial karena isinya lebih banyak mengarah pada kritik kepada orang lain dalam bentuk

204 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


pengaduan atau keluhan. Kebanyakan anak-anak juga memberi komentar buruk, komentar yang
merendahkan orang lain, mengenal perilaku dan miliknya.
Lain halnya dengan Piaget dalam Sinolungan mengajukan pola perkembangan bahasa
sebagai berikut :
(1) Tahap sensori motor usia 0-2 tahun, bergantung para refleks dan bawaan, (2) Tahap
fungsi semiotis usia 2 – 4 tahun, dengan kemampuan berpikir simbolis, (3) Tahap
egosentris 4 – 7 tahun, yang berpusat pada aku (ego) dimana anak belum memperhatikan
pendapat orang lain. Mereka yang berusia 7 tahun atau lebih mampu berkomunikasi
secara verbal. 12

Secara umum setiap anak pada usia tertentu mempunyai pola perkembangan bahasa
yang sama meskipun ada perbedaan individu. Pola tersebut meningkat secara bertahap dan
berkesinambungan, dimulai dengan menangis, mengoceh, membentuk satu kata, banyak kata dan
kalimat. Oleh karena itu, anak selalu terlibat dalam berbagai peristiwa, banyak melihat
(mengamati), belajar mendengar dan mengekspresikan berbagai keinginan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa.

e. Aspek Kemampuan Bahasa


Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi mempunyai beberapa aspek. Sower
menyatakan bahwa aspek bahasa dapat dibagi menjadi jenis yaitu aspek reseptif dan aspek
ekspresif/produktif. Jika ditinjau dari cara penyampaiannya maka aspek bahasa dibedakan
menjadi dua, yaitu secara lisan dan secara tertulis. 13 Aspek reseptif (menerima informasi) bahasa
meliputi keterampilan menyimak dan membaca. Aspek ekspersif/ produktif (menyampaikan
informasi) bahasa meliputi keterampilan berbicara dan menulis.
Kemampuan mendengar atau menyimak adalah kemampuan pertama yang dimiliki oleh
anak, bahkan sejak dalam kandungan. Jalongo menerangkan bahwa 80 persen informasi yang ada
kita peroleh dengan kemampuan mendengar. 14 Kemampuan mendengar merupakan salah satu
pintu gerbang masuknya pengetahuan. Oleh karena itu kemampuan ini harus distimulasi sedini
mungkin dengan cara yang tepat. Salah satunya dengan adanya anjuran bagi para orang tua untuk
sesering mungkin berkomunikasi dengan anak mereka sedini mungkin, bahkan sejak anak berada
dalam kandungan. Mengajak anak berbicara adalah stimulasi yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan mendengar anak.
Kemampuan berbahasa yang berkembang setelah kemampuan mendengar adalah
kemampuan berbicara. Ketika anda mengajak anak anda berbicara, ia akan menyerap semua
kata-kata yang anda ucapkan. Setelah alat berbicaranya matang maka anak akan mengeluarkan
semua informasi berupa kata-kata yang didengarnya. Jalongo menerangkan bahwa berbicara
berkaitan dengan interaksi sosial. Ketika di dalam kelas, bagaimanapun juga guru secara
keseluruhan mengumpulkan penggunaan bahasa anak dengan mendefinisikan ketika anak
berbicara, apa yang mereka bicarakan dan untuk berapa lama. 15 Dengan demikian, untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang
melibatkan anak dalam interaksi sosial.
Kemampuan berbahasa dapat dikaitkan dengan aspek perkembangan yang lain.
Membaca, menulis, dan bahasa lisan bukanlah komponen yang terpisah satu sama lain dalam
kurikulum atau merupakan komponen yang berdiri sendiri, namun komponen tersebut ada dalam

12
A. E. Sinolungan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Manado: Universitas Negeri Manado, 2001), h.
139
13
Jayne Sower, Language Art in Early Education (Georgia: George Fox University, 2000), h. 2
14
Mary Renck Jalongo, Early Childhood Language Arts (USA: Pearson Education, Inc., 2007), h. 76
15
Ibid., h. 102

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 205


setiap kegiatan yang dilakukan anak usia dini, seperti sains dan pelajaran sosial, serta juga dapat
terintegrasi dengan kegiatan seni. 16
Aspek dalam kemampuan berbahasa tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Mengenai hubungan antara kemampuan berbahasa, Zuchdi dan Budiasih menyatakan bahwa
empat kemampuan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki
hubungan yang sangat erat, meskipun masing-masing keterampilan memiliki ciri tertentu. Oleh
karena itu, adanya hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan
sering meningkatkan keterampilan lain. 17 Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang
dalam menggunakan pengetahuan tentang bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampaun bahasa.
Pengetahuan tentang bahasa mencakup komponen bahasa dan kosakata. Semua keterampilan
berbahasa bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang
dimiliki seseorang.

2. Karakteristik Kemampuan Bahasa Anak Usia 6-7 Tahun


Perkembangan bahasa pada anak mempunyai bentuk yang berbeda-beda tiap masanya.
Papilaya menguraikan tentang kemampuan berbahasa anak sebagai berikut:
Anak usia 5-7 tahun sudah dapat mengartikan kata sederhana, tahu beberapa lawan kata.
Anak sudah dapat menggunakan beberapa kata sambung, kata depan dan kata sandang
dalam pembicaraan sehari-hari. Bahasa egosentrisnya mulai berkembang dan lebih
banyak bahasa sosial. Pada usia ini anak sudah memiliki kurang lebih 2000-25.000
perbendaharaan kata. 18
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa anak usia 6-7 tahun masuk ke
dalam masa kalimat majemuk dimana kemampuan berbahasa anak mulai meningkat. Anak
mampu mengucapkan kalimat yang panjang, dapat menyatakan pendapatnya dengan kalimat
majemuk dan mempunyai perbendaharaan kata yang cukup tinggi. Hurlock secara terperinci juga
memperkirakan bahasa anak usia kurang lebih 7 tahun (kelas satu) memiliki 20.000-24.000
perbendaharaan kata, anak kelas enam mengetahui kira-kira 50.0000 kata. 19 Kutipan tersebut
menunjukkan tingginya perbedaharaan kata yang dimiliki anak usia 6 – 7 tahun dilihat dari
perbedaharaan kata. Kemampuan tersebut akan berkembang optimal bila memperoleh motivasi
yang tepat.

B. Acuan Teori Rancangan-rancangan atau Disain-disain Alternatif Intervensi Tindakan yang


Dipilih
1. Hakikat Permainan
a. Pengertian Permainan
Bermain merupakan bagian yang penting dalam seluruh kehidupan anak. Bermain bersifat
alamiah, menyenangkan, sukarela, spontan dan tidak mempunyai tujuan secara langsung. 20 Istilah
permainan berasal dari kata “main-main”, yang berarti perbuatan untuk menyenangkan hati yang
dilakukan baik menggunakan alat atau tidak. Bermain dan permainan pada dasarnya mengandung
makna yang sama, namun permainan lebih ditekankan pada kegiatan yang dilakukan dengan
aturan-aturan yang telah disepakati bersama.

16
Weafer, Constance, Reading Process and Practice: From Socio-psycholinguistic to Whole Language
(Portsmouth, N.H.: Heinemann, 1988), h. 44-45
17
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah (Jakarta:
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h. 100
18
Diane E Papilaya, A Child World Infancy Through Adolescence (New York: Mc Graw Hill, 1982), h. 318
19
Elizabeth Hurlock, op. cit., h. 189
20
George W. Maxim, The Very Young (USA: Macmillan Publishing Company, 1993), h. 144

206 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Bermain adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena terdapat
unsur kegembiraan. Bermain merupakan cara bagi anak untuk meniru dan menguasai perilaku
orang dewasa untuk mencapai kematangan, dalam hal ini bukan hanya terkait dengan
pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan sosial dan mentalnya.
Para ahli menyatakan bahwa bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang
dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. 21 Anak-anak tidak pernah
merencanakan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ketika melihat objek yang menarik maka
saat itu juga dapat timbul minat untuk bermain, dengan kata lain kapan saja, dimana saja, dan
dengan objek apa saja anak dapat bermain.
Setiap permainan yang dilakukan anak mempunyai makna dan fungsi sendiri bagi anak
yang akan berguna dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang. Menurut Gross, permainan
dipandang sebagai latihan fungsi-fungsi yang sangat penting dalam kehidupan dewasa nanti. 22
Sebagai contoh, permainan peran, anak perempuan yang bermain dengan bonekanya dianggap
sebagai latihan bagi perannya kemudian sebagai seorang ibu. Dari contoh tersebut dapat dilihat
bahwa permainan yang dilakukan anak merupakan latihan yang akan berguna di masa yang akan
datang.
Hurlock mengemukakan bahwa bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan
secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar. 23 Didalam permainan terdapat
unsur rintangan atau tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu kadang berupa masalah
kadang pula berupa suatu kompetisi. Bermain memberikan anak kesempatan untuk menghadapi
tantangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Bermain dapat memberikan dampak dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Dockett
dan Fleer berpendapat bahwa pendidik perlu memahami mengapa bermain mempunyai potensi
untuk menjadi faktor yang penting dalam pengajaran dan pembelajaran dan perlu menyadari
dampak dari perbedaan pandangan secara teoretik tentang bermain . 24 Pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa bermain mempunyai potensi besar dan dampak yang berarti dalam proses
pengajaran dan pembelajaran.
Bermain tidak hanya berfungsi sebagai metode pembelajaran. Schaller mengutarakan
pendapatnya bahwa permainan sebagai kelonggaran seseorang sesudah melakukan tugasnya dan
sekaligus mempunyai sifat membersihkan. 25 Maksud dari pendapat tersebut bahwa permainan
dapat berfungsi sebagai alat untuk menghilangkan lelah atau relaksasi saat seseorang berada
dalam situasi yang membosankan, dengan demikian bukan hanya anak-anak yang membutuhkan
permainan untuk mendapatkan kesenangan tetapi juga orang dewasa.
Permainan berisi aktivitas yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk
memperoleh suatu kemampuan dengan cara yang menggembirakan. Aktivitas dalam bermain
dapat berbentuk menagkap, mengejar, melempar, berbicara, mendengarkan dan memecahkan
masalah. Aktivitas-aktivitas tersebut kadang kala dapat dilakukan dengan mudah, namun juga
mempunyai kesulitan dan unsur rintangan berbeda yang harus dihadapi oleh anak saat bermain.
Situasi ketika melakukan aktivitas tersebut memberikan latihan yang menyenangkan dan akhirnya
membentuk pengalaman. Melalui aktivitas dan pengalaman yang dilakukan, anak akan memiliki
keterampilan atau kemampuan tertentu.

21
Seto Mulyadi, Bermain dan Kreativitas (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004), h. 54
22
F.J. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu, op.cit., h. 129
23
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 320
24
Sue Dockett dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogyin Early Childhood (Australia: Nelson Australia Pty
Limited, 2002), h. 14
25
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Main dan Permainan (Jakarta: Grasindo Widia Sarana Indonesia, 2001),
h. 6

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 207


b. Manfaat Bermain dan Permainan
Semakin banyak kegiatan bermain yang dilakukan anak, maka semakin banyak manfaat
yang diperoleh anak. Kegiatan bermain yang dilakukan anak memberikan begitu banyak manfaat
untuk pengembangan berbagai aspek perkembangan diri antara lain fisik, motorik kasar dan
motorik halus, sosial, emosi atau kepribadian, kognisi, mengasah ketajaman penginderaan serta
mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. 26 Bermain merupakan kegiatan yang
menyenangkan. Kegiatan bermain sangat digemari oleh anak-anak pada masa usia dini dan
sebagian waktu anak digunakan untuk bermain sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa usia
dini adalah usia bermain.
Anak yang mendapatkan kesempatan bermain dengan melibatkan gerakan-gerakan tubuh
akan membuat tubuhnya menjadi sehat dan akan melatih serta menguatkan otot-ototnya.
Dengan menggerakkan tubuh secara optimal, anak akan dengan mudah menyalurkan energi yang
berlebihan sehingga tidak membuat anak merasa gelisah, seperti yang diungkapkan oleh Spencer
bahwa dalam diri anak terdapat kelebihan tenaga, sehingga kelebihan tenaga tersebut harus
dilepaskan dalam kegiatan bermain. 27 Bermain merupakan salah satu sarana untuk melepaskan
energi. Semua kegiatan yang dilakukan anak ketika bermain membutuhkan energi, baik itu untuk
bergerak atau untuk berpikir.
Dari segi aspek perkembangan sosial, permainan dapat melatih anak untuk belajar
berbagi, menggunakan mainan secara bergantian, melakukan kegiatan bersama,
mempertahankan hubungan yang sudah terbina, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi
oleh teman mainnya serta dapat belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal
mengemukakan pikiran dan perasaan maupun memahami perkataan yang diucapkan oleh teman
tersebut, sehingga hubungan dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi.
Bermain juga dapat menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan menyalurkan dorongan-
dorongan yang muncul dalam diri anak, yang dapat membuat anak merasa lebih nyaman dan
relaks, misalnya jika anak merasa sering gagal untuk meraih prestasi yang bagus, ia dapat
menyalurkan keinginannya dengan bermain dengan boneka-bonekanya seolah-olah ia adalah
anak terpandai di kelasnya, dan sebagainya.
Manfaat yang paling penting saat melakukan kegiatan bermain adalah mengembangkan
kemampuan kognitif anak, seperti kemampuan berbahasa, kreativitas, daya pikir serta daya ingat.
Cara paling mudah dalam meningkatkan kemampuan yang ada dalam diri anak adalah dengan
memberikan kebebasan dan membiarkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya
melalui bermain, dengan bermain akan lebih mudah bagi anak untuk menyerap dan menyimpan
informasi yang diterima daripada mengajarkan anak secara formal karena rentang perhatian anak
usia prasekolah sangat singkat, sehingga anak akan merasa cepat bosan. Beda halnya jika
pengetahuan yang akan disampaikan dilakukan sambil bermain. Dengan bermain, akan mudah
melihat minat dan kemampuan anak tanpa harus bersusah payah mengajarkannya.
Senada dengan Tedjasaputra, Hurlock mengemukakan bahwa:
Bermain dapat memberikan berbagai manfaat bagi anak, seperti: mengembangkan aspek
fisik, dorongan komunikasi, penyaluran energi emosional yang terpendam, penyaluran
bagi kebutuhan dan keinginan, sumber belajar, rangsangan bagi kreativitas,
perkembangan wawasan diri, belajar bermasyarakat, standar moral, belajar bermain
sesuai dengan peran jenis kelamin dan perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan. 28

Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan kembali bahwa
kegiatan bermain dapat membantu anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan

26
Ibid., h. 39-46
27
Zulkifli Lubis, op. cit., h. 39
28
Hurlock, loc.cit.

208 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


yang ada dalam dirinya, serta dapat memberikan kebebasan pada anak untuk menjelajah
lingkungannya sehingga akan menghadirkan kesenangan tersendiri bagi anak serta dapat
menumbuhkan kreativitasnya.
Mulyadi mengemukakan manfaat kegiatan bermain bagi anak dari segi yang tidak jauh
berbeda dengan pendapat ke dua ahli sebelumnya, yaitu bermain memberikan manfaat bagi fisik,
terapi, edukatif, kreativitas, pembentukan konsep diri, sosial serta moral anak. 29 Dari pendapat di
atas dapat diutarakan bahwa dengan bermain akan meningkatkan potensi-potensi kritis dalam
diri anak, mempersiapkan fungsi intelektual serta mempersiapkan aspek emosi dan sosial anak
pada saat memasuki masa sekolah. Dengan demikian, bermain berkembang bukan hanya menjadi
sarana yang dapat dinikmati dan menyenangkan saja tetapi juga bersifat mendidik anak sejak dini.

c. Tahap-tahap Perkembangan Bermain


Bermain, selain berfungsi penting bagi perkembangan pribadi juga memiliki fungsi sosial
dan emosional. Melalui bermain, anak merasakan berbagai pengalaman emosi, senang, sedih,
bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Melalui bemain pula anak memahami kaitan
antara dirinya dan lingkungan sosialnya, belajar bergaul dan memahami aturan ataupun tata cara
pergaulan. Selain itu, kegiatan bermain berkaitan erat dengan perkembangan kognitif anak.
Sejalan dengan jalannya kognitif anak Jean Piaget mengemukakan tahap bermain sebagai
berikut: “(1) sensory motor play, (2) symbolic atau make belive play, (3) social play games rules,
(4) games with rules and sport.” 30 Pada tahap sensor motor/sensory motor play (3,4 bulan-1
bulan), bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensor motor, sebelum usia 3-4
bulan. Pada tahap ini anak belum mampu bermain. Kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan sehari-hari. Namun pada usia 7-11 bulan kegiatan yang dilakukan adalah berupa
pengulangan dan disertai dengan variasi. Pada masa ini adalah masa kreativitas, pada bulan ini
bayi mulai belajar mengembangkan minat dan sikap yang disebut kreativitasnya kemudian dan
untuk penyesuaian dirinya dengan pola-pola yang diletakkan orang lain/orang tua. Masa ini
disebut sebagai masa kritis dalam perkembangan kepribadian karena masa ini merupakan periode
dimana dasar-dasar kepribadian pada masa ini diletakkan. Tahap yang kedua adalah tahap pra
operasional/symbolic atau make believe play (2-7 tahun). Pada masa ini menjadikan anak bersikap
egosentris. Dan anak dapat menggunakan berbagai benda-simbol. Bermain simbol dapat
berfungsi untuk mengasimilasikan dan mengkonstruksikan atau menggabungkan pengalaman
emosional anak. Bermain simbol juga merupakan latihan berpikir serta mengarahkan anak untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Tahap yang ketiga adalah tahap konkrit operasional
atau social play games rules (8-11 tahun). Berdasarkan teori di atas, tahap perkembangan
bermain akan terlihat bahwa bermain yang tadinya sekedar kesenangan lambat laun mengalami
pergeseran. Bukan hanya rasa sayang yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil akhir yang
diinginkan yang ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.
Setiap anak pada usia yang berbeda mempunyai tahapan bermain yang berbeda pula. Hal
ini juga menjadi dasar pemilihan jenis dan konsep permainan yang akan diterapkan. Apabila jenis
dan konsep bermain tidak disesuaikan dengan tahapan bermain anak, maka tujuan bermain anak
tidak akan tercapai. Oleh karena itu pendidik harus memahami tahapan perkembangan bermain
anak yang akan melakukan kegiatan bermain.

d. Karakteristik Permainan Anak Usia 6-7 Tahun


Memasuki masa sekolah bukan berarti anak berhenti bermain. Aktivitas bermain masih
terus dilakukan dalam berbagai kesempatan. Pada saat itu anak bermain dengan bersunggguh

29
Seto Mulyadi, op.cit., h. 60-62.
30
Meyke Tejdasaputra, op. cit., h. 24-27

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 209


dengan lebih mengembangkan daya imajinasinya. 31 Bila memperhatikan defenisi tersebut dapat
dinyatakan bahwa dengan bermain tersebut justru anak dapat belajar.
Ada beberapa asumsi yang secara khusus mendasari bermain bersungguh-sungguh
sebagai model pembelajaran, yaitu :
(1) desain dimaksudkan sebagai pembelajaran yang alami, (2) materi pelajaran selalu
digunakan dalam lingkungan pendidikan formal, (3) lingkungan belajar termasuk guru
yang profesional yang bekerja berkaitan dengan siswa, (4) desain selalu berdasarkan pada
teknologi yang ada, (5) sekolah yang menggunakan karya kita memiliki infrastruktur yang
memadai. 32

Semakin jelas bahwa bermain pada masa usia sekolah juga dapat dijadikan sebagai situasi
belajar. Bahan-bahan material yang digunakan untuk memunculkan kegiatan bermain yang
mendukung perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik kelompok
masih tetap sama. Namun jenis dan jumlahnya sudah semakin bervariasi. Hal ini tentu disesuaikan
dengan tingkat perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik yang
dikembangkan.
Pada aspek motorik rentang kegiatan yang diharapkan dilaksanakan anak berada pada
kegiatan melibatkan diri dalam aktivitas yang berkaitan dengan otot besar, seperti melompat,
memanjat, main bola dan lainnya sampai anak termotivasi untuk aktif terlibat dalam kegiatan
pertandingan atau peningkatan keterampilan. Pada aspek perseptual kognitif berbagai kegiatan
dilakukan antara lain mulai dari dapat memusatkan perhatian secara langsung pada satu objek
dalam beberapa tahapan kegiatan sampai menunjukkan perhatian yang besar pada berbagai
waktu dan tempat. Pada aspek sosial linguistik ditunjukkan dalam kegiatan yang menaruh minat
pada teman sebaya dan merasa bagian dari kelompok itu, memiliki teman spesial dalam
kelompok, ada kecocokan antar kelompok dan simbol-simbol khusus kelompok sampai mulai
menunjukkan minat yang besar pada masyarakat dan merasa menjadi bagian dari masyarakat.
Bahan bermain digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan konsep,
seperti adanya kegiatan menimbang untuk mengetahui ukuran berat, menentukan mana yang
lebih berat dan lainnya. Pada aspek seni juga ditunjukkan dengan melakukan aktivitas yang
menghasilkan karya seni yang lebih membutuhkan perhatian dan ketelitian yang lebih banyak.
Kegiatan ini selain melatih imajinasi juga melatih perkembangan motorik halus dan perseptual
kognitif. Dengan demikian, semakin banyak bahan atau objek bermain yang dapat dieksplorasi
anak maka akan semakin banyak aspek kemampuan yang dapat dikembangkan.

2. Hakikat Permainan Bahasa


a. Pengertian Permainan Bahasa
Permainan bahasa adalah suatu metode yang kuat untuk mengajarkan keterampilan
berbahasa kepada anak-anak. Anak-anak memperluas kosa kata dan meningkatkan keterampilan
berbahasa reseptif dan ekspresif melalui interaksi dengan anak-anak yang lain maupun orang
dewasa dalam situasi permainan yang alamiah. 33 Interaksi dan komunikasi memungkinkan anak
mempelajari kosa kata baru tentang berbagai hal. Dengan demikian, interaksi dan komunikasi
dengan lingkungan juga akan mendukung perkembangan bahasa anak.
Permainan bahasa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
kemampuan berbahasanya dalam berbagai aspek dengan cara yang menyenangkan. Carton
mendefinisikan bahwa permainan bahasa adalah sebagai alat untuk mengajar atau
mengembangkan kemampuan bahasa anak. 34 Dalam permainan bahasa anak dapat memperluas
31
Rieber, L P., Smith, L, & Noah, D.. The Value of Serious Play. Educational Technology (1998), h. 29-37
32
Ibid. p. 34
33
Carol E. Catron, Jean Allen, op.cit., h. 25.
34
Ibid,.h. 25.

210 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


kosa kata dan meningkatkan bahasa yang bersifat ekspresif. Permainan bahasa dikembangkan
sejak anak usia dini atau dikembangkan oleh individu sepanjang proses belajar terutama melalui
pengalaman berkomunikasi dengan lingkungan.
Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa permainan bahasa adalah permainan yang
dapat menyenangkan dan dapat menggembirakan anak tanpa ada unsur paksaan. Permainan
bahasa dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak melalui kegiatan bercerita, bermain
peran atau bermain kartu huruf/kata, bernyanyi, mendongeng, dan sebagainya, sehingga dapat
menambah perbendaharaan kata dalam berbicara atau berkomunikasi dengan teman sebaya.
Permainan bahasa akan memunculkan kreativitas anak, dimana dengan sendirinya akan keluar
ide-ide baru yang ada dalam pikirannya yang dapat berkembang dengan baik, anak juga
berkesempatan mengembangkan imajinasinya sehingga anak menjadi kreatif dalam permainan
bahasa, oleh karena itu anak harus diberi kesempatan. Sebagai penunjang kreativitas anak dalam
permainan, bahasa dapat merangsang keinginan anak untuk mencoba dan menjajakinya, dengan
bahan yang ada, anak dapat menyalurkan keinginan dan menambah rasa ingin tahu dan
pengetahuannya, selain itu juga menunjang kreativitas anak jika anak dibimbing dan didorong
untuk mengeksplorasi bahan permainan yang telah disiapkan.
b. Jenis Permainan Bahasa
Agar anak tertarik dalam mengembangkan kemampuan bahasanya diperlukan stimulasi
yang menarik misalnya melalui permainan bahasa. Permainan bahasa diperlukan karena biasanya
anak-anak senang dengan aktivitas yang menyenangkan bagi mereka. Pernyataan Kemp yang
dikutip oleh Soeparno mengklasifikasikan permainan bahasa menjadi 14 macam, yaitu: (1) bisik
berantai, (2) simon says, (3) sambung suku, (4) kategori bingo, (5) silang datar, (6) teka teki, (7)
scable, (8) sramble, (9) 20 pertanyaan, (10) spelling bee, (11) piramid kata, (12) berburu kata, (13)
mengarang bersama, (14) ambil-ambilan.35 Dari jenis permainan bahasa yang diuraikan di atas
dapat dilihat bahwa dalam mengembangkan bahasa anak dapat dilakukan dengan berbagai
macam permainan dan dengan permainan bahasa tersebut kreativitas anak dapat dikembangkan
dengan optimal. Melalui permainan di atas, pendidik dapat melatih anak dalam perkembangan
mendengar, bicara, menulis, dan membaca.
Pelaksanaan permainan berbahasa membutuhkan perencanaan. Kaufman mengatakan
bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai
tujuan absah dan bernilai. 36 Pelaksanaan permainan bahasa memerlukan perencanaan dalam hal
materi, media, metode dan evaluasi. Oleh karena itu dalam melaksanakan permainan bahasa
harus memperhatikan komponen-komponen tersebut. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam
setiap komponen tersebut meliputi:
1) Materi
Materi kegiatan permainan bahasa pada masa usia dini merupakan dasar
pengembangan dari kemampuan dasar berbahasa yang dijadikan pedoman guru dalam
rangka kegiatan permainan bahasa pada masa usia dini. Menyusun materi kegiatan
permainan bahasa berorientasi pada kemampuan-kemampuan dan kebutuhan anak di
usianya. Kemampuan-kemampuan yang dikembangkan disesuaikan dengan prinsip dasar
pembelajaran pada masa usia dini yaitu bermain sambil belajar.
Persiapan kegiatan pelaksanaan permainan bahasa yang melatih motorik anak antara
lain menjejak huruf, kata dan kalimat sederhana, menjejak dan menjiplak huruf, mengurutkan
dan menceritakan gambar seri, bercerita secara sederhana melalui gambar yang
diperlihatkan, menirukan kembali urutan kata, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama

35
Soeparno, Media Pengajaran Bahasa (Jakarta: Intan Pariwara, 1988), h. 61
36
Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1972), h. 6-8

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 211


benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ciri-ciri tertentu, bicara
lancar dengan kalimat sederhana, bernyanyi dan mengucapkan syair.
Bentuk permainan bahasa meliputi mencontoh dan melukis bentuk huruf secara
bertahap, menjiplak huruf dan kata yang sesuai dengan gambar, mengurutkan dan
menceritakan gambar seri, menyebutkan kembali kata-kata melalui gambar yang
diperlihatkan, bercerita gambar yang dibuat sendiri, mengenal suara huruf awal dari kata yang
berarti, menyebutkan sebanyak-banyaknya nama benda, binatang, tanaman yang mempunyai
warna, bentuk atau ciri-ciri tertentu, memberikan keterangan, bicara lancar dengan kalimat
sederhana, bernyanyi dan mengucapkan syair. 37 Dengan demikian, variasi kegiatan
pembelajaran yang diterapkan dapat menghindarkan anak dari kejenuhan dalam belajar.
Semua aspek perkembangan anak pada masa usia dini dikembangkan melalui tema
yang berdekatan dengan lingkungan anak, termasuk juga dalam kegiatan permainan bahasa.
Decker and Decker menerangkan bahwa tema pembelajaran harus berkaitan dengan
pengalaman kehidupan anak setiap harinya, pembelajaran yang diberikan harus meliputi
objek yang nyata. 38 Pemilihan tema yang dekat dengan kehidupan anak akan memudahkan
anak dalam memahami materi.

2) Metode
Dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat menggunakan
beberapa metode/teknik mengajar, seperti metode bercerita, sandiwara boneka, bercakap-
cakap, dramatisasi, bermain peran/sosiodrama, mengucapkan syair, dan karyawisata. 39
Keseluruhan metode mengembangkan keaktifan dan memunculkan minat serta
motivasi yang tinggi pada anak. Moeslichatoen mengungkapkan, guru mengembangkan
kreativitas anak, metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk
meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. 40 Metode yang
diterapkan harus dapat melibatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang berlangsung,
agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak.
Metode atau teknik yang diterapkan dapat dipilih dari salah satu metode atau
gabungan dari beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan yang ingin dicapai, fasilitas,
kegiatan belajar mengajar yang disajikan dan disesuaikan pula dengan bahan pengembangan
dan kebutuhan minat, kemampuan anak serta lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas,
dapat diutarakan bahwa permainan bahasa adalah suatu reaksi yang menyenangkan pemain
dengan menggunakan kegiatan bahasa dan seperangkat aturan permainan dan bertujuan
untuk menyenangkan pemain.
3) Media
Salah satu upaya yang dilakukan dalam permainan bahasa adalah dengan
menyediakan pojok bahasa/sentra bahasa sebagai tempat untuk memotivasi anak
bereksplorasi secara alami dengan menyediakan perangkat-perangkat yang dapat mendorong
dan merangsang tumbuh dan kembang anak melalui komunikasi yang bermakna
menggunakan media.
Media yang akan digunakan dalam pembelajaran adalah media yang dapat
mendukung atau memperlancar proses pembelajaran. Menurut Harjanto menerangkan
bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media
antara lain: media hendaknya menunjang pengajar yang telah dirumuskan, tepat dan berguna
bagi pemahaman bahan yang dipelajari, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta dan

37
Ibid., h. 15-16
38
Anita Decker and John Decker, Administering Early Childhood Programs (Ohio: Merril Publishing
Company, 1988), h. 248
39
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h.28
40
Ibid., h. 20

212 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


besar kecilnya kelemahan peserta didik, memperhatikan ketersediannya di sekolah serta sulit
dan mudahnya memperoleh media tersebut, memiliki kejelasan dan kualitas yang baik, dan
ada keseimbangan antara biaya yang dikaluarkan dengan hasil yang akan didapat. 41 Adanya
pemiliham media yang tepat dalam bermain, maka akan menunjang pelaksanaan bermain
dan tercapainya tujuan bermain.
Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap
pemilihan kegiatan permainan bahasa. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak
tergantung dari modern atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan
keefektifan media yang digunakan oleh guru.
4) Evaluasi
Tujuan kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui ketercapaian kemampuan yang
telah direncanakan sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini berguna sebagai upaya untuk
mengadakan perbaikan kegiatan belajar mengajar, menentukan kemampuan yang didasari
oleh minat anak dan memberikan informasi kepada orangtua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak didik.
Bentuk evaluasi yang digunakan harus disesuaikan dengan proses dan situasi
pembelajaran. Bentuk kegiatan evaluasi dapat berupa pengamatan, catatan anekdot, dan
pemberian tugas. 42 Pengamatan dilakukan selama proses interaksi edukatif berlangsung dari
awal hingga akhir pembelajaran, kejadian-kejadian yang menarik pada perkembangan dan
pola perilaku anak yang memerlukan stimulasi yang sifatnya segera ataupun tertunda dapat
dicatat di catatan anekdot, sedangkan pemberian tugas merupakan upaya untuk mengetahui
sampai sejauh mana pemahaman anak terhadap pembelajaran yang diberikan.

3. Hakikat Permainan Teka Teki


Pada hakikatnya permainan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau
kelompok untuk memperoleh hiburan. Permainan merupakan suatu bentuk kegiatan yang
pemainnya bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Permainan tidak hanya
memperoleh kesenangan, namun permainan yang ada hubungannya dengan pembelajaran
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adenan mengatakan ”Puzzles and games are
obvious motivating material. They have strong an appeal”. 43 Teka teki juga dapat menimbulkan
minat dan motivasi dalam mengikuti mata pelajaran, karena teka teki merupakan suatu bentuk
permainan. Bermain teka-teki dapat dilakukan anak dengan berbagai cara, seperti tebak benda,
tebak gambar dan tebak kata.
Permainan teka teki dapat mengembangkan kemampuan anak usia dini dalam berbagai
aspek, termasuk aspek bahasa. Jeffree, McConkey dan Hewson mengemukakan bahwa bermain
teka-teki bermanfaat bagi perkembangan anak khususnya untuk mengembangkan keterampilan
berpikir anak, menimbulkan rasa ingin tahu anak, membangun kemandirian anak 44 Inti dari
permainan teka teki adalah menggabungkan bagian-bagian yang terpisah menjadi sesuatu yang
utuh, bagian itu dapat berupa benda maupun informasi. Bermain teka-teki dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Misalnya kepada anak diberikan beberapa potong yang dapat disusun
menjadi sesuatu dalam berbagai bentuk. Anak diminta untuk menyusun potongan-potongan
benda tersebut.
Pada anak-anak di Indonesia, bermain teka teki dapat dilakukan untuk mengembangkan
aspek kemampuan yang lain, misalnya matematika. Permainan teka teki dapat dilakukan dengan

41
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 238-239
42
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 9
43
Ferry Adenan, Puzzles and Games (Bandung: Kanijiwa 1984), h. 9
44
Jeffree, Dorothy, M,. Mcconkey, Roy, dan Hewson, Simon, Let me play (Kanada: A Condor Book Souvenir
Press (E&A) Ltd, 1988), h. 22

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 213


menggunakan guli atau kelereng, batu atau apa saja. Anak diminta menebak berapa banyak
benda yang disimpan. Atau bentuk permainan teka taki yang lain, anak diminta untuk menebak
ada pada siapa benda yang tadi dilihat setelah ia menutup mata (dalam permainan daerah,
seperti cublek-cublek sueng).
Permainan ini dilakukan dalam situasi gembira dan bahkan dapat diiringi nyanyian. Anak
bersama-sama bernyanyi sambil melakukan aktivitas sesuai dengan bentuk teka-teki yang
diberikan. Permainan teka teki melalui menyusun bangunan di dalamnya terdapat unsur
kebebasan dan berkreasi. Anak bebas menyusun dalam berbagai bentuk. Bila ini dilakukan
berulang kali akan memunculkan kreasi bentuk yang baru. Dengan demikian permainan ini dapat
mengembangkan kreativitas anak.
Permainan ini pada dasarnya dapat dilakukan pada anak usia sekitar satu tahun sampai
dengan delapan tahun. Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesulitan teka-tekinya. Anak-
anak yang masih sangat kecil diminta atau diberi tebakan yang sangat sederhana, misalnya ada
pada siapa benda yang tadi ditunjukkan. Kalau membuat bangunan tentu alat yang digunakan
harus sesuai ukurannya dengan kondisi fisik anak.
Banyak permainan yang termasuk dalam jenis permainan teka-teki. Permainan maze dan
puzzle menurut Jeffree, McConkey dan Hewson juga termasuk dalam kelompok permainan teka-
teki.45 Permainan sudah lebih terikat menggunakannya dibanding dengan alat untuk menyusun.
Anak sudah harus mengikuti aturan dari maze atau puzzle yang digunakan. Pada bentuk
permainan ini lebih mengasah ketepatan dan keterampilan berpikir anak.
Bermain teka-teki dapat dilakukan anak dengan berbagai cara. Jeffree, McConkey dan
Hewson mengemukakan bahwa bermain teka-teki bermanfaat bagi perkembangan anak
khususnya untuk: (1) mengembangkan keterampilan berpikir anak; (2) menimbulkan rasa ingin
tahu anak; (3) membangun kemandirian anak. 46 Misalnya kepada anak diberikan beberapa potong
yang dapat disusun menjadi sesuatu dalam berbagai bentuk. Anak diminta untuk menyusun
potongan-potongan benda tersebut. Permainan teka teki dapat divariasi dan dimodifikasi sesuai
dengan kebutuhan anak.

C. Hasil Penelitian yang Relevan


Teka-teki dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan kosa-kata.
Wittizar dalam Project Paper-nya mengemukakan bahwa karena dalam teka-teki ada unsur
permainan dan daya tarik, maka kemungkinan teka-teki akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar. 47
Susanti pada skripsinya mengemukakan bahwa terdapat pengaruh yang positif permainan
teka-teki silang pada penguasaan kosakata bahasa Indonesia dengan menunjukan bahwa
penguasaan kosakata siswa yang dibelajarkan dengan teka-teki silang lebih tinggi dari pada siswa
yang tidak dibelajarkan teka-teka teki silang. 48 Dengan demikan bahwa permaianan teka-teki
silang dapat berpengaruh positif untuk mengembangkan kosakata siswa sekolah dasar.
Teka-teki silang dapat digunakan juga sebagai media peningkatan kemampuan verbal
dalam menulis. Purwatiningsih dalam skripsinya menyimpulkan bahwa media teka-teki silang
berpengaruh pada penalaran verbal dalam penulisan karangan. 49 Untuk meningkatkan penalaran
verbal dalam menulis karangan, guru perlu mengefektifkan penggunaan media teka-teki silang.

45
Ibid., h. 40
46
Ibid., h. 41
47
Wittizar, Pengajaran Kosakata melalui Teka-teki, Project Paper (Jakarta: IKIP Jakarta, 1983) h.24
48
Indah Susanti, “Pengaruh Permainan Teka-Teki Silang terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 05 Rawa Barat, Jakarta Selatan”, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2001), h.i
49
Purwatiningsih, Pengaruh Penggunaan Media Teka-teki Silang terhadap penalaran verbal dalam karangan
siswa kelas V SDN Sempur Kaler Bogor, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2006), h.65

214 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan
Anak usia dini mempunyai banyak kemampuan potensial yang perlu diaktualisasikan
melalui stimulus yang tepat. Salah satu kemampuan potensial tersebut adalah kemampuan
berbahasa. Kemampuan berbahasa tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis
saja, namun termasuk juga kemampuan menyimak dan berbicara. Untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa, anak perlu mempelajari tentang penguasaan kosa kata dan maknanya.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif diterapkan pada anak adalah melalui
kegiatan bermain. Bermain adalah kegiatan yang memberi kesenangan dalam diri anak dan
menjadi bagian dalam keseharian anak. Bermain menjadi tempat untuk menyalurkan semua
imajinasi anak dan merupakan sarana untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak.
Melalui bermain secara tidak sadar anak juga sedang melakukan proses belajar. Dengan demikian
proses pembelajaran dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
Ketika anak melakukan kegiatan bermain, maka akan terjadi interaksi dan komunikasi
dengan lawan mainnya. Dengan terjadinya interaksi dan komunikasi tersebut berarti anak juga
sedang mengembangkan kemampuan berbahasa yang dimiliki. Peran serta dan kerja sama
pendidik atau orang dewasa dalam pengembangan kemampuan berbahasa anak sangat
dibutuhkan, yaitu dengan memberikan permainan yang bermanfaat untuk proses pembelajaran
anak. Dengan menerapkan konsep bermain sambil belajar, diharapkan informasi yang diberikan
dapat lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak.
Kegiatan bermain juga dapat diterapkan dalam usaha pengembangan kemampuan
berbahasa anak usai dini. Salah satu permainan bahasa yang dapat diterapkan dalam rangka
mengembangkan kemampuan bahasa anak usia dini adalah dengan permainan teka teki.
Permainan teka teki memungkinkan anak untuk mengembangkan penguasaan kosakata,
mengembangkan kemampuan membentuk kalimat, serta kemampuan komunikasi anak, selain itu
dengan konsep bermain yang diterapkan, permainan teka-teki dapat memberikan suasana yang
menyenangkan dalam proses pembelajaran bahasa anak.
Permainan teka teki dapat dilakukan dalam berbagai bentuk permainan, seperti tebak
benda, tebak gambar atau pun tebak kata. Penyajian permainan dengan cara yang beragam ini
dapat mengindarkan anak dari rasa bosan. Modifikasi permainan juga dapat dilakukan sesuai
dengan perkembangan kemampuan bahasa anak. Pendidik dapat menerapkan permainan teka
teki dengan berbagai variasi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak, khususnya pada kemampuan menyimak dan berbicara.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengembangan konseptual perencanaan tindakan, maka hipotesis tindakan
dari penelitian ini adalah jika permainan teka teki diberikan, maka kemampuan berbahasa anak
dapat ditingkatkan. Dengan kata lain permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak usia 6-7 tahun.

Bab 3 Metodologi Penelitian


A. Setting
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur pada bulan April-
Juni 2007. Peneliti memilih SD tersebut karena masalah pada penelitian ini ditemukan pada anak-
anak kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur.

B. Metode dan Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian


1. Metode Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 215


Metode penelitian yang digunakan adalah metode action research atau penelitian
tindakan. Menurut Ebbut, seperti dikutip oleh Rochiati menjelaskan penelitian tindakan adalah
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru
dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 50 Dari pengertian tersebut dapat diterangkan
bahwa dalam penelitian tindakan dilakukan upaya perbaikan suatu praktek pendidikan melalui
pemberian tindakan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan tersebut.
Arikunto menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam penelitian tindakan ini, peneliti
melakukan suatu tindakan, eksperimen yang secara khusus diamati terus menerus, dilihat
kelebihan dan kekurangannya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya
maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. 51 Bentuk penelitian tindakan pada penelitian
ini yaitu dengan memberikan suatu tindakan pada subjek yang diteliti dalam bentuk permainan
teka teki (variabel bebas) untuk diketahui pengaruhnya dalam bentuk kemampuan berbahasa
(variabel terikat) yang timbul karena adanya pemberian tindakan yang dilakukan.
2. Disain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian
Disain penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan Taggrat. 52
Rancangan ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c)
pengamatan (observing); dan (d) refleksi (reflecting). Berdasarkan refleksi, peneliti mendapatkan
peningkatan hasil intervensi tindakan dan memungkinkan untuk melakukan perencanaan
tindakan lanjutan dalam siklus selanjutnya.

Sumber : David Hopkins, A Teacher’s guide to classroom research (Buckingham: Open University
Press, 2002), h. 28
Gambar 2. Desain Penelitian
Subjek dan Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anak-anak kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu,
Jakarta Timur dengan rentangan usia 6-7 tahun.
2. Partisipan yang Terlibat
a. Guru kelas
Ibu Karti, beliau adalah guru di SD Negeri 05 Utan Kayu. Selama proses
pelaksanaan penelitian beliau akan berperan sebagai kolaborator.

50
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 12
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 2
52
Wiriaatmadja, op. cit., h. 66

216 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


b. Teman Sejawat
Nesna Agustriana, beliau adalah mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini. Selama
proses pelaksanaan penelitian beliau akan berperan sebagai kolaborator.

C. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian


1. Peran Peneliti
Dalam penelitian tindakan tersebut, peneliti berperan sebagai pemimpin
perencanaan (planner). Peneliti melakukan persiapan-persiapan pra penelitian seperti
membuat surat perizinan penelitian, menentukan waktu penelitian, menentukan subjek
penelitian, mencari sumber data dan membuat perencanaan tindakan penelitian.
2. Posisi Peneliti
Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti ikut
serta dalam melakukan pengamatan selain juga memberikan tindakan pada subjek penelitian.
Peneliti membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan secara sistematik, lalu
memberikan tindakan pada subjek yang diteliti. Selama menjalani proses penelitian, peneliti
dan kolaborator melakukan pengamatan yang hasil dari pengamatan tersebut akan dievaluasi
secara kolaboratif. Hasil pengamatan dan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan dapat
digunakan sebagai bahan analisis data dan perencanaan untuk siklus selanjutnya.

D. Tahapan Intervensi Tindakan


1. Kegiatan Pra-Penelitian
Sebelum peneliti melakukan siklus I, peneliti melakukan persiapan-persiapan pra-
penelitian sebagai berikut:
a. Mencari dan mengumpulkan informasi atau data anak yang menjadi subjek dalam
penelitian. Informasi atau data tersebut diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap
anak-anak yang menjadi subjek dalam konteks pembelajaran. Berdasarkan observasi awal
ke sekolah dapat diketahui bahwa kemampuan berbahasa anak belum berkembang baik
yang dapat dilihat dari perbendaharaan kata dan kemampuan menangkap isi
pembicaraan atau petunjuk.
b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian, yaitu pada bulan April-Juni dengan waktu
pelaksanaannya sebanyak 4 kali pertemuan dalam setiap siklus.
c. Mempersiapkan media dan alat yang akan digunakan selama penelitian, seperti benda
tiruan ’si mulut besar’, alat tulis perlengkapan sekolah, kartu bergambar, kartu kata,
papan planel, tape recorder dan kaset.
2. Kegiatan Siklus I
Setelah melakukan persiapan-persiapan pra penelitian, selanjutnya peneliti
melakukan langkah-langkah penelitian tindakan yang dimulai dari siklus I dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Dari hasil observasi pra-penelitian, peneliti menyusun perencanaan untuk
pelaksanaan penelitian tindakan siklus I, yaitu:
1) Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan pada anak pada siklus I.
Pada siklus I ini ditekankan pada pemberian tindakan, yaitu kegiatan permainan teka
teki dengan menggunakan benda konkret (tebak benda) dan dengan menggunakan
kartu kata (tebak kata). Satuan perencanaan disusun berdasarkan tujuan, kegiatan,
media, dan alat pengumpul data yang terbagi dalam 4 kali pertemuan yang
direncanakan.
2) Menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan yang akan diberikan, yaitu alat
permainan tebak benda yang terdiri dari ”si mulut besar” dan benda-benda konkret
dan alat permainan tebak kata, yaitu kartu kata.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 217


3) Menyiapkan alat yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data, yaitu catatan
lapangan dan lembar pedoman observasi.

b. Tindakan (acting)
Dalam tahapan ini peneliti bersama dengan kolaborator melaksanakan satuan
perencanaan tindakan yang telah dibuat, yaitu permainan teka teki yang mencakup
permainan tebak benda dan tebak kata.

Tabel 1. Satuan Perencanaan Tindakan Siklus I


Materi : Kegiatan bermain teka teki dengan menggunakan alat permainan
Tujuan : Mengembangkan kemampuan berbahasa anak
Waktu : 4 x pertemuan (@ 35 menit)
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Media Alat Pengumpul
Data
1. Pertemuan ke-1 Permainan Tebak Benda Benda tiruan ”si mulut • Pedoman
(8 Mei 2007) besar” dan benda Observasi
konkret • Catatan
Lapangan
2. Pertemuan ke-2 Permainan Tebak Benda Benda Tiruan ”si mulut • Tape recorder
(9 Mei 2007) besar” dan benda • Kaset
konkret

3. Pertemuan ke-3 Permainan Tebak Kata Kartu kata


(10 Mei 2007)

4. Pertemuan ke-4 Permainan Tebak Kata Kartu kata


(11 Mei 2007)

c. Pengamatan (observing)
Selama kegiatan permainan teka teki berlangsung, peneliti dan kolaborator
mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan-tindakan tersebut sesuai
dengan yang direncanakan. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk uraian pada lembar
catatan lapangan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator
secara langsung. Selain itu mengamati setiap kemampuan berbahasa yang muncul baik
pada saat pemberian tindakan maupun di luar tindakan selama waktu pembelajaran
berlangsung dengan memberi tanda cek list (√) pada lembar pedoman observasi
kemampuan bahasa.

d. Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengematan, peneliti bersama
kolaborator mengadakan refleksi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan, yaitu
permainan teka teki yang mencakup permainan tebak benda dan tebak kata, apakah
kegiatan permainan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Peneliti
melakukan perbandingan antara kemampuan berbahasa anak sebelum diberikan tindakan
dengan sesudah diberikan tindakan pada akhir siklus I. Hasil dari pengamatan tersebut
kemudian dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari seluruh
pelaksanaan siklus I. Refleksi tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk merevisi
perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna merencanakan tindakan lanjutan
pada siklus selanjutnya.

218 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


E. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dari penelitian tindakan yang dilakukan ini
adalah meningkatnya kemampuan berbahasa anak, yang mencakup kemampuan mendengar atau
menyimak dan kemampuan berbicara sesudah tindakan diberikan pada anak, yaitu permainan
teka teki. Berdasarkan hasil observasi dan skor yang diperoleh, kemampuan menyimak anak
sebelum tindakan masih rendah. Hal tersebut dilihat dari ketidaksanggupan anak dalam
mengulang kalimat yang diberikan dalam satu kali kesempatan, ketidaksanggupan anak dalam
membedakan bunyi, ketidaksanggupan anak menjawab tebakan dalam satu kali kesempatan dan
ketidaksanggupan anak mencari kata kunci pada kalimat dalam satu kali kesempatan. Setelah
diberikan tindakan, yaitu permainan teka teki diharapkan kemampuan menyimak anak lebih
meningkat. Indikator keberhasilan tindakan hasil kesepakatan antara kolaborator meliputi
kesanggupan membedakan bunyi, menangkap isi kalimat pernyataan yang diberikan,
mengidentifikasi kata-kata kunci dalam kalimat pernyataan dan menemukan jawaban yang benar
dari kalimat-kalimat pernyataan yang diberikan dalam satu kali kesempatan. Berdasarkan hasil
observasi dan skor yang diperoleh kemampuan berbicara sebelum mendapatkan tindakan juga
masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidaksanggupan anak mengucapkan bunyi benda
sesuai dengan nama benda, menyebutkan deskripsi benda dengan kalimat lebih dari tiga kata dan
menyebutkan kalimat dengan intonasi berita. Namun, setelah mendapatkan tindakan, diharapkan
kemampuan berbicara dapat berkembang. Indikator keberhasilan tindakan hasil kesepakatan
antara kolaborator meliputi kemampuan anak mengucapkan bunyi benda dengan benar,
kesanggupan menggunakan kata-kata kunci objek dan menggunakan kalimat yang benar dan
intonasi yang benar pada saat mendeskripsikan benda yang diminta dengan kalimat yang terdiri
lebih dari tiga kata dalam satu kali kesempatan.
Secara keseluruhan keberhasilan tindakan tersebut dilihat dari adanya peningkatan skor
yang diperoleh dari hasil observasi. Peningkatan ini 60 % dari rata-rata sebelum penelitian.
Signifikansi peningkatan diuji dengan menggunakan uji t. Dengan demikian dapat terlihat dengan
jelas adanya peningkatan yang diperoleh dan seberapa besar peningkatan tersebut baik pada
akhir siklus I maupun pada akhir siklus II.

F. Data dan Sumber Data


1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tindakan berupa hasil observasi
kemampuan berbahasa anak meliputi kemampuan mendengar atau menyimak dan
kemampuan berbicara, serta rekaman hasil kegiatan anak dalam dalam mengucapkan nama
benda dan mendeskripsikan benda.

2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan ini adalah anak-anak kelas 1 dan guru kelas 1
SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur, hasil observasi kemampuan anak sebelum diberikan
tindakan, hasil observasi pelaksanaan tindakan dan hasil observasi kemampuan anak setelah
diberikan tindakan.
G. Instrumen-instrumen Pengumpul Data
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan tentang bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampuan bahasa,
yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

2. Definisi Operasional
Kemampuan berbahasa adalah skor yang diperoleh dari hasil tes dan pengamatan
terhadap perilaku anak yang meliputi kemampuan menyimak dan berbicara sebagai respon

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 219


yang ditimbulkan dari tindakan yang diberikan. Kemampuan menyimak meliputi kesanggupan
menangkap isi kalimat pernyataan yang diberikan, mengidentifikasi kata-kata kunci dalam
kalimat pernyataan, menemukan jawaban yang benar dari kalimat-kalimat pernyataan yang
diberikan. Kemampuan berbicara meliputi kesanggupan menggunakan kata-kata kunci objek
dan menggunakan kalimat yang benar dan intonasi yang benar pada saat mendeskripsikan
benda yang diminta.

3. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen dipakai, maka terlebih dahulu dilaksanakan uji keabsahan data.
Uji keabsahan data yang digunakan adalah uji validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesasihan suatu instrumen. 53 Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya yang kurang valid berarti
validitasnya rendah.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal yang
berdasarkan pada kesesuaian dengan kemampuan berbahasa anak. Arikunto menyatakan
bahwa validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung ”misi” instrumen secara
keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud. 54 Setiap bagian instrumen yang
dibuat mewakilkan tujuan utama dari instrumen tersebut sehingga data yang diperoleh sesuai
dengan variabel yang diteliti.
4. Kisi-kisi Instrumen
Indikator kemampuan bahasa yang akan diteliti, dikembangkan berdasarkan teori dari
aspek-aspek perkembangan bahasa pada rentang usia 6-7 tahun yang difokuskan pada
kemampuan menyimak dan berbicara.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berbahasa


No. Aspek Kemampuan Indikator Subindikator Sebaran Soal
1 Kemampuan 1. Menangkap isi • Mengenal bunyi 1, 2, 4
Menyimak • Membedakan bunyi 5, 7, 8
• Memberi tanda sesuai 3, 6, 9
dengan informasi
2. Mengidentifikasi • Menentukan nama 10, 15
kata kunci benda 11, 13
• Meniru atau mengulang
deskripsi benda 12, 14, 18
• Mendeskripsikan benda
lain
2. Kemampuan 3. Menggunakan kata • Melafalkan bunyi kata 20, 23
Berbicara kunci kunci
• Menyebutkan nama 21, 24
benda 17, 25
4. Membunyikan • Menyebutkan ciri benda
deskripsi benda 19, 22
• Menyebutkan benda
5. Menggunakan dengan kalimat
kalimat sederhana sederhana

53
Arikunto, op. cit., h. 144
54
Ibid., h. 147-148

220 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


No. Aspek Kemampuan Indikator Subindikator Sebaran Soal
16
• Membunyikan kalimat
6. Menggunakan dengan intonasi berita
intonasi

H. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.
Teknik non tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksaaan tindakan dan data
kemampuan berbahasa (variabel terikat) yaitu observasi. Observasi adalah metode atau cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. 55 Berdasarkan keterlibatan
peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipan. Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan
bagian dari mereka. 56 Teknik observasi yang digunakan adalah observasi berstruktur (structured
or controlled observation), yaitu observasi yang direncanakan dan terkontrol. Pada observasi
berstruktur, biasanya pengamat blanko-blanko daftar isian yang tersusun dan di dalamnya telah
tercantum aspek-aspek atau pun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu
pengamatan itu dilakukan. 57 Dengan teknik seperti ini observasi yang dilakukan lebih terarah dan
pencatatan hasil observasi partisipan menjadi lebih teliti.
Dalam pengisian lembar observasi, pengamat memberikan tanda check list (√) pada skala
kemunculan kemampuan berbahasa yang sesuai. Model yang digunakan adalah model skala
Likert, yaitu untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek-objek tertentu. Setiap butir
indikator diberikan tanda check list (√) pada kolom baik, cukup dan kurang. Setiap butir indikator
diberi skor 1-3 sesuai dengan tingkat jawabannya.

Tabel 4. Skala Kemunculan Kemampuan Bahasa


No. Pilihan Jawaban Skor
1. Baik 3
2. Cukup 2
3. Kurang 1

Teknik tes yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbahasa
anak, khususnya kemampuan menyimak adalah tes tertulis. Teknik tes tertulis merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang terdiri dari soal-soal yang menghendaki jawaban tertulis dari
peserta tes. Soemanto menyatakan bahwa tes tertulis adalah seperangkat soal atau pertanyaan
yang disusun secara sistematis yang menghendaki jawaban peserta tes secara tertulis. 58 Dengan
adanya tes tertulis ini dapat memberikan data yang lebih konkret tentang kemampuan bahasa
anak. Jenis tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah tes isian, sehingga terlihat
dengan jelas kemampuan anak dalam menyimak dan menebak suatu benda.

55
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 149.
56
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 70.
57
Purwanto, log. cit.
58
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 14.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 221


I. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trustworthiness) Studi
Kriteria teknik pemeriksaan keterpercayaan (trustworthiness) studi yang digunakan dalam
penelitian tindakan ini adalah credibility (kepercayaan), transferability (keteralihan), dependability
(kebergantungan), confirmability (kepastian). Penerapan kriteria credibility (kepercayaan)
berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya
dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.59 Teknik pemeriksaan
keabsahan data penelitian ditempuh dengan memperpanjang waktu keikutsertaan, melakukan
pengamatan secara terus-menerus, melakukan tanya jawab dengan teman sejawat, mengecek
keanggotaan, membuat bukti-bukti yang terstruktur atau koheren, membuat referensi yang
memadai dan menerapkan teknik triangulasi yang terdiri dari peneliti dan kolaborator dengan
menggunakan data berupa lembar pedoman observasi dan lembar kerja yang dilakukan anak.
Transferability (keteralihan) merupakan keabsahan hasil penelitian terhadap kelompok yang
diteliti. Teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian dilakukan dengan mengoleksi deskripsi
data secara detail dan mengembangkan secara detail deskripsi data setiap konteks yang diteliti
untuk membuat keputusan tentang ketidakcocokan dengan konteks lain yang mungkin.
Dependability (kebergantungan) berkenaan dengan keseimbangan data penelitian. Teknik
pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan metode yang overlaping yang sama artinya
dengan proses triangulasi dan mengadakan jejak audit. Confirmability (kepastian) berkenaan
dengan kenetralan dan objektivitas data penelitian yang dikumpulkan. Teknik pemeriksahan
keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dan membuat refleksi. Setelah melaksanakan
tindakan, peneliti dan kolaborator merefleksi pemberian tindakan yang telah dilakukan dan
memeriksa perkembangan bahasa anak berdasarkan lembar observasi dan lembar kerja yang
telah diberikan.

J. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis


1. Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah dalam bentuk data
kuantitatif, yaitu data mengenai kemampuan berbahasa anak ditambah dengan data
pelaksanaan permainan teka teki. Analisis data ini dilakukan dalam setiap siklus dengan
pengolahan data mentah dan uji hipotesis tindakan. Teknik analisis data yang digunakan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan berupa permainan teka teki
terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak usia 6-7 tahun.

a. Pengolahan Data Mentah


Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari (1) data maksimum
dan data minimum dari seluruh data; (2) rentangan, yaitu selisih antara data maksimum dan
data minimum; (3) rata-rata atau mean, yaitu skor rata-rata data tunggal; (4) modus, yaitu
data yang paling sering muncul; (5) median, yaitu skor tengah dari data yang telah
diurutkan;(6) varians, yaitu jumlah kuadrat data dikurangi rata-rata dibagi banyak data
dikurangi satu; (7) simpangan baku, yaitu akar dari varians.
b. Uji Hipotesis Tindakan
Untuk menguji hipotesis tindakan dilakukan dengan menggunakan pengukuran
prosentase kenaikan.

K. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan


Jika pelaksanaan siklus I dan siklus II pada penelitian ini belum menunjukkan peningkatan
hasil yang optimal, maka dilakukan pengembangan perencanaan tindakan untuk penelitian

59
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2004), h. 324

222 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


tindakan selanjutnya. Pengembangan perencanaan tindakan ini lebih dikhususkan pada kegiatan-
kegiatan pengembangan bahasa, seperti permainan teka teki, anagram dan bisik berantai yang
memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menyimak dan berbicara kepada
anak usia 6-7 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Adenan, Ferry. Puzzles and Games. Bandung: Kanijiwa 1984.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Bromley, Karen D. Language Arts: Exploring Connections Second Edition. New York: Simon and
Schuster, 1992.
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Decker, Anita and Decker, John. Administering Early Childhood Programs. Ohio: Merril Publishing
Company, 1988.
Gee, Robyn dan Meredith, Susan. Entertaining and Educating Your Preschool Child. London:
Usborne Publishing Ltd, 1997.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Hopkins, David. A Teacher’s guide to classroom research. Buckingham: Open University Press,
2002.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga, 1995.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga, 1997.
Jalongo, Mary Renck, Early Childhood Language Arts, USA: Pearson Education, Inc., 2007.
Jeffree, Dorothy M, Mcconkey, Roy, dan Hewson, Simon. Let me play. Kanada: A Condor Book
Souvenir Press (E&A) Ltd, 1988.
L.P., Rieber, Smith, L, & Noah, D. The Value of Serious Play, Educational Technology. 1998.
Lubis, Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
Maxim, George W. The Very Young. USA: Macmillan Publishing Company, 1993.
Monks, F.J, Knoers, A.M.P. dan Rahayu, Siti. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai
bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University, 1994.
Montessori, Maria. Curriculum Planning. London: Modern Montessori International, 2002.
Mulyadi, Seto. Bermain dan Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004.
N.K, Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 2000.
Papilaya, Diane E. A Child World Infancy Through Adolescence. New York: Mc Graw Hill, 1982.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT Prenhalindo,
2002.
Sinolungan, A.E. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Manado: Universitas Negeri Manado,
2001.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS 223


Soemanto,Wasty. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Soeparno. Media Pengajaran Bahasa. Jakarta: Intan Pariwara, 1988.
Sower, Jayne. Language Art in Early Education. Georgia: George Fox University, 2000.
Tambunan, RP. Ilmu Jiwa Berkembang. Jakarta: IKIP,1978.
Tedjasaputra, Mayke S. Bermain, Main dan Permainan. Jakarta: Grasindo Widia Sarana Indonesia,
2001.
Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.

224 PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Pendalaman Materi
Ilmu Pengetahuan
Alam

Fisika
DAFTAR ISI

Prosedur Ilmiah untuk Mempelajari Benda-Benda Alam


dengan Menggunakan Peralatan
227

Wujud Zat dan Perubahannya


235

Kinematika Partikel
249

Gaya dan Tekanan


264

Usaha, Daya, dan Energi


269

Getaran dan Gelombang


282

Optik
289

Kelistrikan
301

Kemagnetan
317

Sistem Tata Surya


323
KEGIATAN BELAJAR 1
PROSEDUR ILMIAH UNTUK MEMPELAJARI BENDA-BENDA ALAM
DENGAN MENGGUNAKAN PERALATAN

A. Pendahuluan
Dalam KTSP Mata Pelajaran IPA untuk SMP/MTs disebutkan bahwa IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar melalui
proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat
tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “inquiry skills”
yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan,
menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi
baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam
berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui
keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur,
sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap
lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya memberikan
pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai
besaran fisis. Para ilmuwan melakukan penyelidikan ilmiah untuk mempelajari benda-
benda alam dengan menggunakan peralatan. Banyak peralatan yang harus digunakan
dalam penyelidikan ilmiah. Banyaknya peralatan yang digunakan, perlu dipilih
disesuaikan dengan tahap pembelajaran dan materi yang diberikan kepada siswa.
Masalah yang timbul dalam pengukuran ilmiah adalah: besaran apa yang akan diukur;
bagaimana cara melakukan pengukuran yang benar; indikator apa yang digunakan
untuk menentukan pengukuran; dan bagaimana cara menuliskan atau melaporkan
hasil pengukuran yang benar.

B. Metode Ilmiah
IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga
kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2)
kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk
menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan
pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan
pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 227


tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik
alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan
teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode ilmiah.
Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu
tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA
bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;
metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, pengukuran, evaluasi, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa
fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan (4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu
diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran
secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah,
metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenaran melalui prosedur/metode ilmiah, dengan ciri: (1) objektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, maksudnya adalah bahwa
kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris; (2) metodik,
artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol; (3) sistematis, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam
suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh; (4) berlaku
umum (universal), artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi
yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Salah satu syarat ilmu pengetahuan adalah bahwa materi pengetahuan itu
harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara memperoleh
pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah atau tidak.
Metode ilmiah tentu saja harus menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang
ilmiah, yaitu yang bercirikan objektivitas, konsisten, dan sistematik.
Langkah-langkah operasional metode ilmiah adalah:
1. Perumusan masalah, merupakan pertanyaan apa, mengapa, ataupun bagaimana
tentang objek yang diteliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya, serta dikenal
faktor-faktor yang mempengaruhinya;
2. Penyusunan hipotesis, yang dimaksud hipotesis adalah suatu pernyataan yang
menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah
yang telah ditetapkan. Hipotesis merupakan dugaan yang didukung oleh
pengetahuan yang ada. Hipotesis dapat dipandang sebagai jawaban sementara dari
permasalahan yang harus diuji kebenarannya melalui suatu eksperimen;
3. Pengujian hipotesis, yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Pada dasarnya,
pengujian hipotesis ini merupakan proses eksperimentasi. Dalam pelaksanaan

228 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


eksperimen ini juga akan dilakukan suatu pengamatan. Pengamatan terhadap suatu
objek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan indera atau
dengan menggunakan alat ukur.
4. Penarikan kesimpulan, didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta
(data) yang diperoleh selama proses eksperimen, untuk melihat apakah hipotesis
yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta-fakta
yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak
mendukung, maka hipotesis ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu
pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan
Keseluruhan langkah tersebut di atas ditempuh melalui urutan yang teratur,
dimana langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari uraian
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan
yang disusun secara sistematik, berlaku umum, dan kebenarannya telah teruji secara
empiris.
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan ilmu pengetahuan yang ilmiah seperti
IPA. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan
ilmiah berasal dari pengamatan, dengan menggunakan panca indera kita. Panca
indera kita mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta yang
objektif dan kuantitatif. Untuk menghindari keterbatasan kemampuan ini diperlukan
alat bantu berupa peralatan (alat ukur).

C. Besaran Pokok dan Besaran Turunan


Untuk melakukan suatu pengukuran para ilmuwan menentukan berbagai
besaran fisis yang dapat diukur di laboratorium.
Hasil pengukuran selalu mengandung dua hal, yaitu nilai dan satuan. Sesuatu yang
dapat diukur dan memiliki satuan disebut besaran. Besaran fisika dibedakan menjadi
dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan atau
ditetapkan dengan baku. Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran ke-14
(1971), berdasarkan hasil-hasil pertemuan sebelumnya dan hasil-hasil Panitia
Internasional, menetapkan tujuh besaran sebagai dasar. Ketujuh besaran ini
merupakan dasar bagi Sistem Satuan Internasional, disingkat SI, berasal dari
bahasa Perancis Le Systeme Internasionald’Unites, seperti ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Besaran dan Satuan Dasar SI
No. Besaran Nama Simbol
1 Panjang meter m
2 Massa kilogram kg
3 Waktu sekon s
4 Arus Listrik ampere A
5 Suhu kelvin K
6 Jumlah Zat mole mol
7 Intensitas Cahaya kandela cd

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 229


Awalan-awalan untuk faktor yang lebih dari satu berasal dari bahasa
Yunani, sedangkan yang kurang dari satu berasal dari bahasa Latin (kecuali untuk
femto dan atto, yang ditambahkan belakangan, berasal dari bahasa Denmark).
Seringkali dijumpai besaran fisis seperti jari-jari bumi dan selang waktu
antara dua kejadian nuklir dalam satuan SI berupa bilangan-bilangan yang sangat
besar atau sangat kecil. Agar lebih sederhana dianjurkan penggunaan awalan
seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Awalan-awalan SI
No. Faktor Awalan Simbol No. Faktor Awalan Simbol
1
1 10 deka (deca) Da 9 10-1 desi (deci) d
2 102 hekto (hecto) H 10 10-2 senti (centi) c
3 103 Kilo K 11 10-3 mili (milli) m
4 106 Mega M 12 10-6 mikro (micro) µ
9 -9
5 10 Giga G 13 10 nano n
6 1012 Tera T 14 10-12 piko (pico) p
7 1015 peta P 15 10-15 femto f
8 1018 Eksa (exa) E 16 10-18 atto a

Satuan pengukuran ada yang baku dan ada yang tidak baku. Di negara
kita sering dikenal satuan yang tidak baku, misalnya hasta, depa, jengkal, kilan,
dan sebagainya. Satuan ini sangat menyulitkan dalam komunikasi apalagi untuk
kepentingan ilmiah.
Untuk menentukan satuan standar dari suatu besaran, harus dipenuhi
syarat-syarat standar yang baik yaitu:
a. tetap, tidak mengalami perubahan dalam keadaan apapun;
b. dapat digunakan secara internasional;
c. mudah ditiru.
Ada dua sistem satuan lain yang sering dijumpai di samping SI yaitu:
a. Sistem Gaussian, banyak literatur fisika masih dinyatakan dalam sistem ini.
b. Sistem British, sampai sekarang masih banyak dipakai di daerah bekas
jajahan Inggris (Amerika, Inggris, Australia, dan tempat-tempat lain).
Satuan dasarnya adalah panjang (foot), gaya (pound), dan waktu (second).
Dengan diterimanya SI secara resmi, sistem British sedang dihilangkan di
Inggris.

2. Standar untuk SI
Definisi standar dari 7 besaran pokok panjang, massa, waktu, arus listrik,
suhu, jumlah zat, dan intensitas cahaya, sebagai berikut:
a. Panjang
Satuan standar panjang adalah meter (m).
Awalnya, yang dimaksud dengan satu meter adalah sepersepuluh juta kali
jarak dari kutub utara ke katulistiwa sepanjang garis bujur (meredian)
yang melalui Paris. Setelah batang standar meter dibuat dan dilakukan

230 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


pengukuran yang teliti, ternyata ada perbedaan sedikit (sekitar 0,023%)
dari harga yang dimaksud.
Standar panjang internasional yang pertama adalah sebuah batang
terbuat dari platinum iridium yang disebut sebagai meter standar. Standar
meter ini disimpan di The International Bureau of Weights and Measures,
Sevres, Paris.
Dalam pertemuan ke-11 Konferensi Umum Mengenai Berat dan Ukuran
(1960), satu meter didefinisikan sebagai 1.650.763,73 kali panjang
gelombang sinar jingga yang dipancarkan oleh atom-atom gas Krypton-86
pada suatu peristiwa lucutan listrik di ruang hampa.
Pada tahun 1983, definisi satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya
dalam ruang hampa selama selang waktu 1/299 792 458 sekon.
b. Massa
Satuan standar massa adalah kilogram (kg).
Standar SI untuk massa adalah sebuah silinder platina iridium yang disebut
kilogram standar, yang disimpan di The International Bureau of Weights and
Measures, Sevres, Paris. Berdasarkan perjanjian internasional massa kilogram
standar ini ditetapkan memiliki massa satu kilogram.
Berdasarkan kilogram standar ini dibuat tiruannya yang dikirimkan ke berbagai
negara. Massa dari benda-benda lain dapat ditentukan dengan menggunakan
teknik neraca berlengan sama (equal-arm balance) dengan ketelitian 2 bagian
adalah 108.
c. Waktu
Satuan standar waktu adalah sekon (s), atau detik (det).
Satu detik didefinisikan selang waktu yang diperlukan atom Caesium 133
(Cs133) untuk melakukan getaran 9.192.631.770 kali.
d. Suhu
Satuan standar suhu adalah kelvin (K), yaitu 1/273,16 dari temperatur
termodinamika dari titik triple air. Nol kelvin (0oK) disebut nol mutlak. Satu
kelvin sama dengan satu derajat pada skala suhu Celcius.
e. Kuat Arus Listrik
Satuan standar kuat arus listrik adalah ampere (A), yaitu arus pada dua kawat
panjang paralel yang terpisah sejauh 1 meter dan menimbulkan gaya magnetik
per satuan panjang sebesar 2x10-7 N/m.
f. Jumlah Zat
Satuan standar jumlah zat adalah mol, yaitu jumlah zat yang berupa wujud
elementer dalam 0,012 kilogram carbon-12. Wujud elementer ini mungkin
atom, molekul, ion, elektron, foton, dan sebagainya. Satu mol mengandung
6,02252 x 1023 partikel elementer. Satu mol dari unsur dengan massa atom
relatif A mempunyai massa A gram (disebut gram atom). Satu mol senyawa
dengan massa molekuler relatif M mempunyai massa M gram (disebut gram
molekul).
g. Intensitas Cahaya
Satuan standar intensitas cahaya adalah kandela (cd) yaitu intensitas cahaya,
dalam arah tegak lurus permukaan benda hitam seluas 1/600.000 m2 pada
temperatur beku platinum dengan tekanan 1 atmosfer.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 231


3. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran-
besaran pokok. Contoh: volume (m3) diturunkan dari satuan panjang, massa jenis
(kg/m3) diturunkan dari satuan massa (kg) dan satuan panjang (m), kecepatan
(m/s) diturunkan dari satuan panjang (m) dan waktu (s), dan sebagainya.

D. Pengukuran Dasar
1. Ketelitian dalam Pengukuran
Dalam memahami fenomena alam sekitar, para ilmuwan selalu mencari
keterkaitan antara berbagai besaran fisis secara kuantitatif dalam bentuk
persamaan dengan menggunakan simbol-simbol yang mewakili besaran-besaran
tersebut.
Untuk menentukan besaran fisis dilakukan pengukuran secara teliti melalui suatu
percobaan di laboratorium. Dalam melakukan pengukuran, selalu akan muncul
kesalahan atau ketidakpastian. Oleh karena itu ketika melaporkan hasil
pengukurannya harus disertakan pula kesalahannya. Berdasarkan kesalahannya
itu dapat diketahui seberapa tepat dan teliti hasil eksperimen yang diperoleh.
Contoh, hasil pengukuran panjang balok, dituliskan (7,2 ± 0,1) cm. Artinya,
panjang balok tersebut berada antara (7,2 – 0,1) cm, dan (7,2 + 0,1) cm. Jadi hasil
pengukurannya tidak tepat 7,2 cm, melainkan antara 7,1 cm dan 7,3 cm. Angka ±
0,1 menyatakan kesalahan/ketidakpastian.
Ketelitian dan ketepatan hasil suatu pengukuran bergantung kepada alat ukur
yang digunakan. Makin kecil pembagian skala suatu alat ukur, semakin besar
ketelitian hasil pengukurannya atau semakin kecil kesalahannya. Mengukur
menggunakan jangka sorong (dengan skala terkecil 0,1 mm), lebih teliti
dibandingkan dengan menggunakan mistar (dengan skala terkecil 1 mm).
Meskipun kita dapat memilih alat ukur dengan skala sangat kecil sekalipun, tidak
mungkin diperoleh hasil yang tepat secara mutlak, pasti ada kesalahan.
Sumber utama yang menimbulkan kesalahan dalam pengukuran adalah:
a. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik berasal dari alat ukur yang digunakan atau kondisi yang
menyertai saat pengukuran. Termasuk kesalahan sistematik adalah:
1 Kesalahan alat
Kesalahan ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angka pada alat
tidak tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan
sebenarnya.
Untuk mengatasi kesalahan alat, harus dilakukan kalibrasi setiap alat
tersebut digunakan.
2 Kesalahan nol
Kesalahan penunjukan alat pada skala nol. Untuk mengatasi kesalahan ini,
sebelum alat ini digunakan harus diatur dulu titik nol alat, dan
diperhitungkan dalam menentukan hasil pengukurannya.
3 Waktu respon yang tidak tepat
Kesalahan pengukuran ini muncul akibat waktu pengukuran tidak
bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur,
sehingga data yang diperoleh bukan data sebenarnya.

232 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Untuk mengatasi kesalahan ini, pengukuran yang dilakukan harus tepat
seperti apa yang seharusnya diukur.
4 Kondisi yang tidak sesuai
Kesalahan pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi
oleh kejadian yang hendak diukur.
Untuk mengatasi kesalahan ini kondisinya disesuaikan dengan aturan yang
harus dilakukan terhadap alat ukur yang digunakan.
b. Kesalahan Kebetulan (random)
Kesalahan kebetulan umumnya bersumber dari dua hal, yaitu:
1 Pada gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara pasti. Gejala tersebut
umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga
pengaturannya diluar kemampuan kita. Misalnya: fluktuasi pada besaran
listrik, getaran landasan pesawat, getaran KA, dan lain-lain.
2 Pada pengukuran berulang, sehingga hasil-hasil yang diperoleh bervariasi
dari harga rata-ratanya. Hasil pengukurannya menjadi berbeda antara
yang satu dengan yang lain, karena kondisi pengukuran memang
sebenarnya telah berbeda antara satu pengukuran dengan pengukuran
yang lain; kesalahan alat ukur yang digunakan; dan bersumber dari
kesalahan lain yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran.

c. Kesalahan Pengamatan
Kesalahan pengamatan merupakan kesalahan pengukuran yang bersumber
dari kekurang terampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran.
Misalnya: cara pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks); salah dalam
membaca skala, dan pengetesan alat ukur yang kurang tepat.

2. Angka Penting
Dalam suatu pengukuran dengan menggunakan alat ukur, akan diperoleh hasil
pengukuran yang mengandung kesalahan. Angka pada skala yang dilihat pada
alat ukur mengandung angka pasti dan angka taksiran. Angka-angka hasil
pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran ini disebut angka
penting. Jumlah angka penting yang diperoleh tergantung kepada jenis dan
ketelitian alat ukur yang digunakan.
Aturan untuk menentukan suatu angka penting sebagai berikut:
a. Semua angka bukan nol termasuk angka penting
Contoh: 5,35 mempunyai 3 angka penting
b. Semua angka nol yang tertulis setelah titik desimal termasuk angka penting
Contoh: 3,60 mempunyai 3 angka penting
27,00 mempunyai 4 angka penting
c. Angka nol yang tertulis diantara angka-angka penting, juga termasuk angka
penting
Contoh: 508 mempunyai 3 angka penting
20,70 mempunyai 4 angka penting
d. Angka nol yang tertulis sebelum angka bukan nol dan hanya berfungsi sebagai
penunjuk titik desimal, tidak termasuk angka penting
Contoh: 0,4 mempunyai 1 angka penting

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 233


0,0760 mempunyai 3 angka penting
Jumlah angka penting dalam penulisan hasil pengukuran dapat dijadikan indikator
tingkat ketelitian pengukuran yang dilakukan. Semakin banyak angka penting yang
dituliskan, berarti pengukuran yang dilakukan semakin teliti.
Contoh penulisan hasil pengukuran dengan memperhatikan angka penting:
a. Satu angka penting : 3; 0,5; 0,004; 0,01 x 10-3
b. Dua angka penting : 2,8; 3,0; 0,020; 0,10 x 102
c. Tiga angka penting : 303; 2,25; 0,0856; 4,02 x 104
d. Empat angka penting : 1,000; 0,2030; 2,001 x 108

3. Pengukuran Menggunakan Alat Ukur


Dalam fisika (IPA) banyak sekali alat-alat yang digunakan untuk penelitian ilmiah
di laboratorium. Dalam uraian di bawah ini dibatasi pada alat-alat berkait dengan
besaran panjang, massa, waktu, dan suhu.
a. Alat Ukur Panjang
Alat ukur panjang adalah penggaris/mistar, meteran rol (measuring tape),
jangka sorong, mikrometer, dan spherometer (untuk kelengkungan).
1) Mistar dan meteran rol, mempunyai ketelitian pengukuran 1 mm.
2) Jangka sorong, mempunyai ketelitian 0,1 mm (yang memiliki 10 skala
nonius), 0,05 mm (yang memiliki 20 skala nonius), dan 0,02 mm (yang
memiliki 50 skala nonius).
Alat ini digunakan untuk mengukur panjang, dan kedalaman suatu benda.
3) Mikrometer, mempunyai ketelitian 0,01 mm.
Alat ini digunakan untuk mengukur panjang/tebal suatu benda.
4) Spherometer, mempunyai ketelitian 0,01 mm
Alat ini digunakan untuk mengukur kelengkungan suatu benda.
b. Alat Ukur Massa
Alat untuk mengukur massa adalah neraca.
Beberapa jenis neraca adalah: neraca pasar, neraca dua lengan, neraca tiga
lengan, neraca kamar mandi, neraca elektronik, dan lain-lain.
c. Alat Ukur Waktu
Alat untuk mengukur waktu adalah stopwatch, arloji, jam dinding, jam atom.
Dulu dikenal pula dengan jam matahari, dan jam pasir.
d. Alat Ukur Suhu
Alat untuk mengukur suhu adalah termometer.

TUGAS
Sediakan alat-alat ukur: mistar, jangka sorong, mikrometer, stopwatch, dan neraca
lengan.
1) Diskusikan dengan kelompok Anda berapa skala terkecil masing-masing alat ukur
tersebut?
2) Gunakan alat ukur tersebut untuk mengukur besaran suatu benda yang sesuai
dan laporkan hasil pengukurannya dengan menyertakan kesalahannya.

234 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 2
WUJUD ZAT DAN PERUBAHANNYA

A. Pendahuluan
Dalam pembelajaran ini Anda akan belajar tentang perubahan wujud air dari
bentuk cair ke bentuk padat yang disebut membeku, dari bentuk cair ke bentuk gas
yang disebut menguap dan dari bentuk gas ke bentuk cair yang disebut mengembun.
Lewat percobaan dan peragaan, Anda akan berusaha memahami peristiwa
perubahan wujud tersebut sehingga dapat menjelaskan peristiwa itu secara
sederhana.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, udara di sekitar kita kadang-kadang
terasa panas, kadang-kadang terasa dingin. Pada siang hari udara terasa panas,
pada tengah malam hari terasa dingin. Air dalam bak kamar mandipun kadang-kadang
terasa dingin dan kadang-kadang terasa hangat. Keadaan ini berkaitan dengan
konsep suhu dan kalor. Untuk memahami lebih mendalam tentang konsep suhu dan
kalor perlu melakukan kegiatan-kegiatan dan mengenali konsep-konsep lain yang
terkait dengan suhu dan kalor. Pada bagian ini akan diinformasikan beberapa kegiatan
yang harus dilakukan dan pendalaman konsep-konsep sebagai informasi latar
belakang materi.
Standar kompetensi yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari sub
bagian modul ini adalah memahami wujud zat dan perubahannya. Adapun kompetensi
dasar yang seharusnya Anda miliki setelah mempelajari modul ini, antara lain:
1) Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari.
3) Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Wujud Zat
Semua zat terdiri dari gabungan banyak partikel. Hal yang membedakan zat padat,
cair atau gas adalah jarak antar partikel dan kekuatan yang mengikatnya.
Zat padat : jarak antar partikelnya sangat berdekatan, jadi ikatannya paling kuat.
Zat cair : jarak antar partikelnya lebih renggang dibanding zat padat, sehingga
ikatan antar partikelnya kurang kuat dibandingkan dengan zat padat.
Zat gas : jarak antar partikelnya sangat renggang dibanding zat cair, sehingga
ikatan antar partikelnya sangat lemah dibandingkan dengan zat cair.
Suatu zat yang dipanaskan (diberi panas), gerakan partikel-partikelnya menjadi
semakin cepat, ini berarti memerlukan ruang lebih banyak untuk bergetar. Jika suatu
saat gerakan semakin kuat, maka jarak antar partikel menjadi semakin renggang dan
yang diamati adalah benda tersebut berubah wujud. Begitu pula sebaliknya, jika suatu
benda didinginkan (diambil panasnya), maka gerakan partikel benda itu semakin
lemah, akibatnya jarak antar partikel menjadi semakin dekat dan yang diamati adalah
benda tersebut berubah wujud.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 235


Contoh :
Air padat (es, zat padat), jika dipanaskan akan berubah wujud menjadi air cair (air,
zat cair). Jika air itu dipanaskan terus akan berubah wujud menjadi uap air (gas).
Sebaliknya uap air jika didinginkan akan berubah wujud menjadi air dan jika terus
didinginkan akan berubah wujud menjadi es.
Semua proses yang berhubungan dengan perubahan wujud dapat dirangkum
dalam Gambar 1 berikut.

Gas
menguap
menyublim

menghablur mengembun

mencair Cair
Padat
membeku

Gambar 1. Perubahan wujud zat.

TUGAS
1. Bagaimana Anda membuktikan bahwa semua zat (padat, cair, dan gas menempati
ruang dan memiliki massa!
2. Jelaskan sifat zat padat, cair dan gas berdasarkan bentuk dan volumenya!
3. Berilah contoh-contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan
adanya perubahan wujud zat!

C. Suhu dan Peran Kalor dalam Mengubah Wujud Zat


1. Pengertian Suhu
Suhu (temperatur) menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda.
Makin tinggi suhu suatu benda, makin tinggi derajat panas yang dimilikinya. Suhu
suatu benda berkaitan dengan gerakan partikel-partikel benda tersebut. Jika suhu
suatu benda tinggi, partikel-partikel penyusun benda tersebut bergerak dengan
kecepatan tinggi. Demikian juga bila suhu rendah, partikel-partikel penyusun
benda bergerak dengan kecepatan rendah pula.
Secara lebih tepat, suhu merupakan ukuran energi kinetik molekuler
internal rata-rata sebuah benda. Definisi dan penentuan suhu merupakan suatu
hal yang sulit. Sebagai contoh, cukup sulit untuk mendefinisikan suhu agar
termometer yang berbeda akan saling sesuai dalam pengukuran suhu suatu zat.
Besaran suhu sangat terkait erat dengan kalor. Namun, benda yang
mempunyai suhu tinggi tidak dapat dikatakan mempunyai kalor yang tinggi. Kalor
dapat menyebabkan perubahan suhu. Contoh: Air dingin mempunyai suhu lebih
rendah daripada air panas. Bila wadah air panas dimasukkan ke dalam air dingin,
diperoleh keseimbangan suhu pada air campuran. Air campuran tadi menjadi
hangat. Suhu air hangat ada di antara suhu air dingin dan suhu air panas. Pada
waktu dicampur, air dingin menerima kalor dari air panas sehingga suhunya

236 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


bertambah. Sebaliknya, air panas suhunya berkurang. Pada proses itu terjadi
perpindahan energi panas yang disebut kalor. Jadi yang berpindah bukan suhu.
Suhu menyatakan tingkat energi kinetik partikel-partikel zat. Makin tinggi
suhu benda makin besar energi kinetik partikel tersebut. Makin besar energi
kinetik partikel, energi panas makin besar. Energi panas berbeda dengan kalor.
Energi panas merupakan bentuk energi potensial yang disimpan oleh suatu
benda. Sementara kalor adalah energi panas yang berpindah antara dua benda
yang suhunya berbeda. Secara spontan, kalor berpindh dari benda bersuhu tinggi
ke benda bersuhu rendah. Kalor bukan zat dan bukan energi yang tersimpan pada
benda.
James Joule (1818-1889), menemukan kesetaraan antara kalor dan energi
mekanik. Ia memperkuat temuan Thomson, bahwa kalor adalah bentuk energi.
Kalor sebesar 1 kalori setara dengan 4,2 joule energi mekanik. Dalam SI, satuan
kalor sama dengan satuan energi yaitu joule (J). Kalor tidak dapat berpindah dari
benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi, kecuali dengan alat. Alat yang
dapat memindahkan kalor dari suhu rendah ke suhu tinggi, adalah lemari es dan
AC.

2. Termometer
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu dengan tepat dan
menyatakannya dengan suatu angka.
Saat ini terdapat beberapa termometer. Jenis termometer yang akan digunakan
bergantung pada jangkauan suhu yang akan diukur, ketelitian yang diinginkan,
sifat-sifat-sifat fisik, dan bahan yang digunakan.
Termometer dibuat berdasarkan perubahan fisis benda. Bila sebuah benda
dipanaskan atau didinginkan sebagian dari sifat fisisnya berubah. Sebagai contoh,
kebanyakan benda padat dan cair memuai bila dipanaskan. Gas juga akan
memuai bila dipanaskan, atau jika volumenya dijaga konstan, tekanannya akan
naik. Jika sebuah konduktor listrik dipanaskan, resistansi listriknya juga berubah.
Sifat fisis yang berubah dengan temperatur ini dinamakan sifat termometrik.
Perubahan sifat termometrik menunjukkan perubahan temperatur benda itu. Sifat
termometrik benda ini yang digunakan untuk menetapkan suatu skala temperatur
dan membentuk sebuah termometer.
Beberapa sifat yang dibutuhkan termometer adalah: skalanya mudah
dibaca, aman untuk digunakan, kepekaan pengukurannya, dan lebar jangkauan
suhu yang mampu diukur.

a. Skala beberapa termometer


Penetapan skala pada termometer diawali dengan pemilihan dua titik
tetap, yaitu titik lebur es sebagai titik tetap bawah dan titik didih air sebagai titik
tetap atas. Kedua titik tetap tersebut diberi angka, kemudian dibagi-bagi dalam
beberapa skala yang disebut derajat. Berdasarkan prinsip inilah dibuat skala
Celcius (C), skala Reamur (R), skala Fahrenheit (F), skala Kelvin (K), dan
skala Rankine(Rn).
Perbandingan pembagian skala C, R, F, K dan Rn

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 237


100 80 212 373 672

0 0 32 273 492

C R F K Rn

Dari illustrasi gambar di atas didapat konversi dan hubungan skala suhu
Celcius, Reamur, Fahrenheit, Kelvin, dan Rankine sebagai berikut:

C = R = F – 32 = K – 273 = Rn-492 ………………..(1)


5 4 9 5 9

C : R : F : K : Rn = 5 : 4 : 9 : 5 : 9 ..………………(2)

Jika diperhatikan pembagian skala-skala di atas dapat dinyatakan bahwa:


a) satu skala Kelvin = satu skala Celcius ( 1 K = 1oC )
b) satu skala Fahrenheit = satu skala Rankine ( 1oF = 1 Rn )
Jadi:
Hubungan antara skala Celcius dengan Reamur adalah :

toC = 5 toR atau toR= 4 toC ……………………………(3)


4 5

Hubungan antara skala Celcius dengan Fahrenheit adalah :

toF = 9 toC + 32 atau toC = 5 ( toF – 32 ) ..............………………(4)


59

Hubungan antara skala Reamur dengan Fahrenheit adalah :

toF = 9 toR + 32 atau toR = 4 ( toF – 32 ) .............…………(5)


4 9

Hubungan antara skala Celcius dengan Kelvin adalah :

toC = T(K) - 273 atau T (K) = toC + 273 ........………………(6)

Hubungan antara skala Rankine dengan Kelvin adalah :

T(Rn) = 9 T(K) ..…………………….(7)


5

238 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Berdasarkan penetapan titik tetap atas dan titik tetap bawah masing-masing
skala di atas, maka dapat dibuat hubungan secara umum antara skala-skala
termometer sebagai berikut:
X − X o Y − Yo
=
X t − X o Yt − Yo
Keterangan :
X : Skala termometer 1
Xo : suhu pada titik beku termometer 1
Xt : suhu pada titik didih termometer 1
Y : Skala termometer 2
Yo : suhu pada titik beku termometer 2
Yt : suhu pada titik didih termometer 2

TUGAS:
1. Carilah temperatur dalam skala Celcius yang ekivalen dengan 41oF dan 68oF.
2. Carilah temperatur Fahrenheit yang ekivalen dengan 81 oC dan 65 oR

b. Beberapa jenis termometer


Semua jenis termometer berdasarkan pada gejala suatu besaran fisis
tertentu berubah apabila suhu berubah (sifat termometrik). Apabila suhu suatu
zat berubah, maka ada beberapa sifat zat berubah, antara lain: warnanya
(misalnya besi panas), volumenya, tekanannya, dan daya hantar listriknya
(hambatannya). Dengan memanfaatkan sifat termometrik zat, dapat dibuat
beberapa jenis termometer antara lain: termometer cairan (termometer kaca),
termometer gas, termometer hambatan listrik (pirometer), termokopel, dan
sebagainya.

3. Ekspansi Termal (Pemuaian Zat)


Salah satu sifat zat pada umumnya adalah mengalami perubahan
dimensi/ukuran (panjang,luas, dan volume) jika dikenai perubahan suhu. Jika suatu
zat diberi kalor/panas, maka zat tersebut mengalami:
a) perubahan suhu (mengalami kenaikan suhu)
b) perubahan wujud/fase
c) pemuaian/ekspansi (mengalami pertambahan ukuran)
Besarnya pertambahan ukuran/dimensi benda ditentukan oleh:
a) jenis benda
b) ukuran benda mula-mula
c) jumlah kalor yang diberikan
Benda padat, cair, maupun gas semuanya terdiri dari partikel-partikel atau
molekul-molekul yang senantiasa bergerak dan saling menarik satu sama lain.
Kenaikan suhu menyebabkan jarak rata-rata antara atom-atom bertambah sehingga
menyebabkan benda berekspansi/memuai, sedangkan kebalikannya adalah
menyusut. Jadi semua benda, baik padat, cair, maupun gas pada umumnya

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 239


memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan, kecuali airpada suhu antara
0oC-4oC, justru menyusut jika suhu dinaikkan.
Perubahan ukuran benda karena kenaikan suhu biasanya tidak besar kadang-
kadang tidak dapat diamati terutama pada zat padat, namun akibatnya dapat
dirasakan.

celah
(a) (b)

Pemuaian zat padat


Bila zat padat dipanaskan, maka suhunya naik dan memuai. Pemuaian yang
dialami oleh zat padat adalah pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian
volume.
Pemuaian panjang
Beberapa zat padat seperti besi, aluminium, dan tembaga ternyata mengalami
pemuaian yang berbeda ketika dipanaskan. Batang aluminium dan batang besi
yang panjangnya sama, ketika dipanaskan dengan kenaikkan suhu yang sama,
aluminium memuai lebih dari dua kali pemuaian besi.
Perbedaan sifat muai berbagai zat ditentukan oleh koefisien muai panjang dari
masing-masing zat .

L0 ∆L

LT

Koefisien muai panjang (α) didefinisikan sebagai perbandingan antara


pertambahan panjang zat (∆L) dengan panjangnya semula (Lo), untuk setiap
kenaikkan suhu sebesar satu satuan suhu (∆T). Definisi ini ditulis dalam bentuk
persamaan seperti berikut:

α = ∆L / ( Lo∆T ) ...................................................………………… (8)

atau dapat ditulis :

∆L = αLo ∆T ..............................................………………………(9)

dengan ∆L = pertambahan panjang (m)

∆L = LT - Lo .......................................……………………………(10)

240 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Bila persamaan (9) disubtitusikan pada persamaan (10), maka diperoleh:

LT = Lo (1 + α ∆T) .............................................…………………..…(11)

Pemuaian luas
Benda padat yang berbentuk bidang seperti pelat-pelat besi atau lembaran
kaca, lebih tepat ditinjau muai luasnya atau muai bidangnya. Pemuaian luas
berbagai zat bergantung pada koefisien muai luasnya.
Koefisien muai luas suatu zat (β) adalah perbandingan antara pertambahan
luas zat (∆A) dengan luas semula (Ao), untuk setiap kenaikkan suhu sebesar satu
satuan suhu (∆T).Perhatikan gambar berikut:

At A0 ∆A

Definisi tersebut di atas dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut:

β = ∆A/ (Ao∆T) .......................................………….……(12)

Atau :

∆A= β. (Ao ∆T) ………............................………………….(13)

dengan ∆A= pertambahan luas (m2)

∆A=AT –Ao ..................................……………………………………...(14)

Dengan penalaran yang sama, seperti pada pemuaian panjang, pada


pemuaian luas berlaku persamaan:

AT = Ao ( 1 + β . ∆T ) ..............................………………………….(15)

Hubungan koefisien muai luas (β) dengan koefisien muai panjang (α ) adalah
sebagai berikut:

β= 2 α ....................................……………………………………….(16)

Pemuaian volume
Benda yang berbentuk kubus, balok, bola dan sebagainya, ketika dipanaskan
akan mengalami pemuaian volume. Pemuaian volume berbagai zat (padat, cair dan
gas) bergantung pada koefisien muai volumenya.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 241


Koefisien volume suatu zat (γ) adalah perbandingan antara pertambahan
volume (∆V) dengan volume mula-mula (Vo), untuk tiap kenaikkan suhu sebesar
satu satuan suhu (∆T) dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

γ= ∆V/(Vo ∆T) ..............................................…………………(17)

Atau :

∆V= γ. (Vo. ∆T) .........................………………………………….(18)

dengan ∆V= pertambahan volume (m3)

∆V=VT –Vo ....................……………………………………...(19)

Dengan penalaran yang sama, seperti pada pemuaian panjang dan luas,
pada pemuaian volume berlaku persamaan:

VT = Vo (1 + γ ∆T) ......................................………………………….(20)

β= 3 α .......................…………………………………….(21)

Pemuaian zat cair dan gas


Zat cair atau gas selalu mengikuti bentuk wadah zat cair atau gas dimasukkan
ke dalam botol, maka bentuknya menyerupai botol. Karena mempunyai sifat tersebut,
maka zat cair dan zat gas hanya mengalami muai volume saja.
Secara umum, pada pemuaian zat cair dan gas berlaku:

γ= ∆V/(Vo ∆T) ....................................……………………………(22)

Atau :

∆V = γ(Vo∆T) ..............................…………………………………(23)

dengan ∆V= pertambahan volume (m3)

∆V=VT –Vo ...............………………………………………….(24)

dan

VT = Vo (1 + γ ∆T) .........................………………………….(25)

Pada pemuaian gas tidaklah sesederhana muai zat padat dan muai zat cair.
Pada sistem gas juga hanya terdapat koefisien muai ruang saja.
Untuk menentukan koefisien muai volume karena kenaikan suhu, maka
tekanan gas harus dijaga tetap dan untuk menentukan koefisien muai tekanan
karena kenaikan suhu maka volume gas dijaga tetap.

242 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Jadi pada hakekatnya, akibat kenaikan suhu di dalam gas tertentu akan
terdapat perubahan volume dan tekanan.
Pada pembahasan yang berkaitan dengan sejumlah massa gas, ada hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain:
1 volume (V)
2 tekanan (P)
3 suhu (T)
Ketiga hal itu saling berkaitan, berhubungan dan dapat berubah-ubah. Adapun
hubungan-hubungan yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:

P V = C T atau P V = C ....................…………………………….. (26)


T

Sehingga berlaku : P1 V1 = P2 V2 ..............…………………………(27)


T1 T2

Dari pengukuran tekanan, volume, suhu, dan jumlah mol gas didapat
kesimpulan yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai persamaan
keadaan gas ideal sebagai berikut:

PV=nRT ...............................……………………………… (28)

Dalam persamaan (28) tersirat suatu hubungan ideal yang diwujudkan oleh
model matematika sederhana yang menggambarkan perilaku gas.
Gas idealadalah gas yang memenuhi persamaan P V = n R T untuk semua
tekanan dansuhu. Umumnya perilaku gas riil mendekati model gas ideal pada
tekanan rendah ( saat molekul-molekul gas terpisah cukup jauh).
Semula diduga bahwa tiap gas memiliki nilai R tertentu, tatapi hasil
eksperimen menunjukkan bahwa nilai R tersebut besarnya sama untuk semua gas
sehingga disebut sebagai konstanta gas universal/konstanta gas umum.
ILustrasi tingkah laku gas sempurna keadaan ideal.

PV/nT
Gas sempurna

T3
T2
T1
P
Pada gambar di atas Nisbah (ratio) PV/RT digambarkan sebagai fungsi P
untuk berbagai T. Untuk gas ideal, nilai nisbah tersebut adalah konstan, namun
untuk gas riil nilainya bertambah untuk suhu-suhu yang semakin rendah. Pada suhu
yang cukup tinggi dan tekanan yang cukup rendah, nisbah itu mendekati nilai R
untuk gas ideal.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 243


Akan ditinjau hubungan antara:
1 Perubahan volume gas dan perubahan suhu gas pada tekanan gas dibuat
tetap. Pada muai volume gas, koefisien muai volume (γp) untuk semua gas
pada tekanan tetap adalah γp yang besarnya:
γp =1/273 (o C)-1 atau (K)-1 .......................................…………………………(29)
Jadi secara khusus untuk pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku:
∆V = γpVo ∆T ............………………….…………………………(30)
atau:
VT = Vo (1+∆T/273) ..................................………………..……….....(31)

2 Perubahan tekanan gas dan perubahan suhu gas pada volume gas dibuat
tetap. Pada perubahan tekanan gas, koefisien tekanan gas (γv) untuk semua
gas pada volume tetap adalah γv yang besarnya:

γv =1/273 (o C)-1 atau (K)-1 ....................................……………………………(32)

Untuk pemuaian gas pada volume tetap berlaku :

PT = Po (1+∆T/273) ............……………....................….................(33)

Anomali Air
Di atas telah disebutkan bahwa setiap zat bila dipanaskan volumenya akan
bertambah besar karena pemuaian, tetapi hal ini tidak berlaku untuk air pada suhu
antara 0oC-4oC. Pada suhu 0oC- 4oC , bila air dipanaskan maka volumenya akan
berkurang . Penyimpangan sifat air dari sifat umum ini disebut anomali air.
Hubungan perubahan suhu dengan perubahan volume air dan perubahan
suhu dengan massa jenis air ditunjukkan oleh grafik pada gambar di bawah ini.

V V

0 4 t 0 4 T

Es dan air

244 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Nampak pada gambar di atas, bahwa volume air mencapai nilai minimum
(paling kecil) pada suhu 4oC dan massa jenis air maksimum pada suhu 4oC.

3 Pengaruh pemuaian pada massa jenis zat


Pada umumnya pemanasan pada suatu zat akan menyebabkan volume
zat bertambah, sedangkan massa zat tetap. Bertambahnya volume akan
mempengaruhi massa jenis atau kerapatan zat.

ρt = ρo/(1+ γ∆T) .............................................................................…(34)

D. Kalorimetri
1. Konsep Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Berarti kalor merupakan besaran
fisika yang dapat diukur. Kegiatan pengukuran-pengukuran kalor (kalorimetri) dalam
fisika, berkaitan dengan penentuan kalor jenis suatu zat. Alat yang digunakan untuk
mengukur kalor disebut kalorimeter. Istilah kalor, pertama kali diperkenalkan oleh
seorang ahli kimia dari perancis bernama A.L.Lavoisier (1743-1794). Kalor berasal
dari kata caloric. Para ahli kimia dan fisika, semula menganggap bahwa kalor
merupakan jenis zat alir yang tidak terlihat oleh manusia. Berdasarkan anggapan
inilah, satuan kalor ditetapkan dengan nama kalori disingkat kal.
Satu kalori (kal) didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 gram air sehingga suhunya naik 1oC.
Kalor merupakan bentuk energi sehingga satuan kalor adalah sama dengan
satuan energi, yaitu joule atau J. Akan tetapi dewasa ini banyak kalangan yang
menggunakan kalori sebagai satuan kalor, misalkan di kalangan kesehatan.
Konversi satuan kalor dalam SI dengan satuan kalor yang lain:
1 joule= 0,24 kalori atau 1kal= 4,2 joule

2. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor


Jika 1 kg air dan 1kg minyak tanah masing-masing diberi kalor yang sama
(misalnya Q joule). Minyak tanah ternyata mengalami perubahan suhu kira-kira dua
kali perubahan suhu air. Hal ini menggambarkan bahwa antara zat yang satu
dengan yang lainnya dapat mengalami perubahan yang berbeda, meskipun diberi
kalor yang sama. Perbedaan kenaikkan suhu tersebut, terjadi karena zat yang satu
dengan yang lain berbeda kalor jenisnya. Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai
banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan (Q) untuk menaikkan atau
menurunkan suhu satu satuan massa zat itu (m) sebesar satu satuan suhu (∆T).
Dinyatakan dalam bentuk persamaan:
c = Q / (m.∆T) .............................…………………………………………..(35)
Q = m. c. ∆T .............................………………………………………..…(36)
Faktor m . c pada persamaan di atas diberi nama khusus yaitu kapasitas kalor
dengan lambang C. Jadi,
C=mc .......................................................…………………….(37)

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 245


Kapasitas kalor (C) dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan atau dilepaskan (Q) untuk mengubah suhu benda sebesar satu satuan
suhu (∆T).
Sehingga dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
m c = Q / ∆T …………..…………………….………………………….(38)
atau
C=Q/∆T .……………………………………………..……………(39)

3. Kalorimeter Sebagai Alat Pengukur Kuantitas Panas


Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuantitas
panas/kalor, menentukan kapasitas panas, dan panas jenis suatu zat. Gambar
skematis kalorimeter dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Termometer Pengaduk

Penyekat/ Gabus

Prinsip kerja kalorimeter didasarkan pengamatan Josep Black (1720-1799),


seorang ilmuan Inggris yang dikenal dengan Azas Black yang dinyatakan sebagai
berikut:
a. Jika dua benda yang mempunyai suhu berbeda didekatkan sehingga terjadi
kontak termis, maka zat yang suhunya lebih tinggi akan melepaskan kalor yang
sama banyaknya dengan kalor yang diserap oleh zat yang suhunya lebih rendah
sehingga suhu akhir kedua benda setelah kesetimbangan termis tercapai adalah
sama
b. Jumlah kalor yang diterima = jumlah kalor yang diberikan

Qterima = Qlepas .........................…………………….………………...(40)

Azas black ini merupakan bentuk lain dari perumusan hukum kekekalan
energi. Untuk menentukan panas jenis suatu bahan dengan menggunakan
kalorimeter adalah sebagai berikut:
a. Sepotong bahan yang akan dicari panas jenisnya (cb) ditimbang massanya,
misalnya mb kemudiandipanaskan di dalam tungku atau di dalam uap air sampai
suhu tertentu, misalnya tb
b. Menimbang massa kalorimeter kosong (mk), memasukkan air ke dalam
kalorimeter kemudian ditimbang massanya (mk+a), sehingga massa air dapat
diketahui yaitu ma = (mk+a) - mk
c. Air di dalam kalorimeter diaduk pelan-pelan dan diukur suhunya, misalnya t1.
d. Potongan bahan yang akan ditentukan panas jenisnya setelah dipanaskan
dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat lalu diaduk dan suhunya dicatat,
misalnya t2.

246 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


e. Jika panas jenis kalorimeter dan air diketahui masing-masing ck dan ca serta
selama percobaan tidak ada panas yang hilang dari kalorimeter, maka
berdasarkan azas Black:
Panas yang dilepaskan = panas yang diterima

mb cb ( tb - t2 )= mk ck ( t2 - t1 ) + ma ca ( t2 - t1 )

• Karena ca = 1 kal/goC maka :

mb cb ( tb - t2 )=( mk ck + ma ) ( t2 - t1 )

Dengan demikian:

cb = ( mk ck + ma ) ( t2 - t1 ) ...............................……….(41)
mb ( tb - t2 )

4. Kalor Pada Perubahan Wujud Zat


Zat dapat mempunyai beberapa tingkat wujud yaitu padat, cair, dan gas.
Dalam perubahan dari wujud yang satu ke wujud yang lain disertai penyerapan kalor
atau pelepasan kalor dan biasanya diikuti perubahan volume. Perubahan wujud zat
sering disebut juga sebagai perubahan fase. Peristiwa penyerapan kalor atau
pelepasan kalor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

GAS

a f
b e
c
PAD CAIR
d

Keterangan gambar:
a = menyerap kalor d =melepas kalor
b = melepas kalor e =melepas kalor
c = menyerap kalor f =menyerap kalor

Ketiga wujud zat tersebut diilustrasikan pada gambar berikut

Padat Cair Gas

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 247


5. Diagram Fase
Pada uraian ini akan ditinjau suatu benda dalam keadaan padat dengan suhu
T1 akan diubah menjadi fase gas dengan suhu T2.
Proses perubahan benda dari fase padat ke fase gas dapat dijelaskan dengan
skema diagram perubahan fase sebagai berikut

suhu

T2 U T2
Q4 Q5
T4 Q2 Q3
TL
Cair
T1 Q1
Padat t

RANGKUMAN
1. Zat adalah segalasesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang.
2. Berdasarkan wujudnya zat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu zat padat, zat cair
dan zat gas
3. Sifat partikel-partikel zat padat, zat cair dan zat gas yaitu
Zat padat : jarak antar partikelnya sangat berdekatan, jadi ikatannya paling kuat.
Zat cair : jarak antar partikelnya lebih renggang dibanding zat padat, sehingga
ikatan antar partikelnya kurang kuat dibandingkan dengan zat padat.
Zat gas : jarak antar partikelnya sangat renggang dibanding zat cair, sehingga
ikatan antar partikelnya sangat lemah dibandingkan dengan zat cair.
4. Proses perubahan wujud dari zat cair menjadi zat gas disebut menguap.
Proses perubahan wujud dari zat gas menjadi zat cair disebut mengembun.
Proses perubahan wujud dari zat cair menjadi zat padat disebut membeku.
Proses perubahan wujud dari zat padat menjadi zat cair disebut melebur.
Proses perubahan wujud dari zat gas menjadi zat padat disebut menghablur.
Proses perubahan wujud dari zat padat menjadi zat gas disebut menyublim.

248 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 3
KINEMATIKA PARTIKEL

A. Pendahuluan
Dalam bab ini akan dibahas tentang kinematika partikel. Cabang ilmu mekanika
yang meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya disebut sebagai
kinematika. Setelah mempelajari Kinematika Partikel ini, diharapkan Anda dapat:
1) menjelaskan fungsi kerangka acuan.
2) menjelaskan perbedaan posisi, kecepatan, dan percepatan.
3) menjelaskan perbedaan faktor yang mempengaruhi gerak dengan kecepatan
konstan dan percepatan konstan.
4) menjelaskan hubungan akibat dari beberapa kombinasi gerak.
5) menganalisis penyebab gerak melingkar beraturan.
6) menjelaskan hubungan kerangka acuan dengan gerak relatif.

B. Beberapa Pengertian dalam Gerak


Sebelum mendiskusikan tentang gerak secara mendalam, ada beberapa hal
penting akan kita diskusikan lebih dahulu, yaitu: kerangka acuan, jarak, perpindahan,
kelajuan, kecepatan, dan percepatan.

1. Kerangka Acuan, Sistem Koordinat, dan Pengertian Gerak


Misalnya kereta pada Gambar 1 melintas dengan kecepatan 80 km/jam. Ketika
Anda sedang duduk dalam kereta api tersebut, Anda melihat seorang penumpang
lain berjalan ke arah gerbong depan dengan kecepatan 5 km/jam, seperti terlihat
pada Gambar 1. Titik acuan gerak orang tersebut adalah kereta api. Orang lain
yang berada di luar kereta api akan melihat orang tersebut berjalan dengan
kecepatan 85 km/jam (Mengapa?) Bagaimana bila orang tersebut berjalan ke
arah gerbong belakang?

Gambar 1
Seseorang berjalan
dalam kereta api
yang melaju.

Setiap gerak didefinisikan sebagai perubahan posisi relatif terhadap titik acuan
tertentu. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan bumi
(tanah) sebagai titik acuan umum.
Banyak besaran fisis lain yang pengukuran kuantitasnya juga menggunakan titik
acuan, contohnya jarak. Anda menyebut perjalanan menuju Jakarta, menempuh
jarak 800 km. Pertanyaan yang muncul, dari mana titik acuannya? Kalau dari

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 249


Surabaya, mungkin benar, tetapi kalau dari Semarang apakah juga 800 km?
Selain jarak, bila kita menyatakan selang waktu dan arah juga harus
menggunakan titik acuan.
Untuk mempermudah penentuan jarak dan arah, kita sering menggunakan
sumbu-sumbu koordinat seperti ditunjukkan pada Gambar 2, yang lazim disebut
sistem koordinat Cartesius dua dimensi (2D). Dengan sistem koordinat tersebut
akan lebih mudah untuk menentukan titik acuan.

B
Gambar 2
Sistem koordinat Cartesius dua dimensi
(2D)

Posisi yang terletak di sebelah kanan titik asal koordinat -titik (0,0)- pada sumbu-x
diperjanjikan memiliki nilai x positif; yang berada di sebelah kiri titik asal pada
sumbu-x memiliki nilai x negatif. Posisi titik-titik di atas titik asal pada sumbu-y
memiliki nilai y positif, sedangkan titik-titik yang berada di bawah titik asal pada
sumbu-y diperjanjikan memiliki nilai y negatif. Sebarang titik yang lain dapat
ditentukan posisinya dengan menggunakan sumbu-sumbu x dan y, misalnya
posisi titik A pada Gambar 2 adalah (2, 3). Artinya, titik tersebut berada 2 satuan
di sebelah kanan titik asal, searah sumbu-x dan 3 satuan di atas titik asal, searah
sumbu-y. Tentukan posisi titik B, pada Gambar 2!

2. Vektor dan Skalar


Dalam mendiskusikan besaran-besaran fisis, selain titik acuan ada hal lain yang
juga harus kita perhatikan, yaitu jenis besaran vektor dan skalar. Menurut aturan
matematika 10 ditambah 5, hasilnya pasti 15. Tetapi di fisika, belum tentu. Gaya
10 N dan 5 N dikenakan pada suatu benda, berapakah gaya total yang dialami
benda tersebut? Apakah pasti 15 N? Jawabnya belum tentu, bergantung pada
arah kedua gaya tersebut. Bila kedua gaya tersebut searah, gaya totalnya
memang 15 N, tetapi bila keduanya berlawanan arah, maka gaya totalnya, 5 N?
Mengapa?
Besaran fisis yang memiliki besar dan arah, seperti gaya di atas, disebut vektor.
Sedangkan besaran yang hanya memiliki besar, tidak memiliki arah, disebut
skalar, contohnya massa. Posisi termasuk vektor sedangkan jarak tergolong
skalar.
Pengungkapan vektor dalam sistem koordinat Cartesius dinyatakan dalam bentuk
vektor satuan. Vektor satuan ke arah sumbu-x diberi simbol î , vektor satuan ke

250 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


arah sumbu-y diberi simbol ĵ , sedangkan vektor satuan ke arah sumbu-z diberi
simbol k̂ .
Marilah kita nyatakan posisi titik A dan B pada gambar 2 di atas secara vektor
rA= 2 î + 3 ĵ
rB= - î + 5 ĵ
Representasi rAdan rBdi atas secara grafis terlihat di bawah ini

rA
X

rB

Gambar 2a
Vektor posisi A dan B dalam sistem koordinat
Cartesius 2D

3. Kecepatan dan Kelajuan, Jarak dan Perpindahan


Bila kita mendiskusikan gerak, kita pasti sampai pada istilah kecepatan. Misalnya,
mobil bergerak ke timur menempuh jarak 240 km dalam waktu 3 jam, berapakah
kecepatan mobil tersebut?
Dalam percakapan sehari-hari kata kecepatan (velocity) sering dirancukan
penggunaannya dengan kata kelajuan (speed). Pada fisika, ada perbedaan yang
jelas antara kecepatan dan kelajuan. Kecepatan memiliki dua hal, yaitu besar dan
arah, sedangkan kelajuan hanya memiliki besar tetapi tidak memiliki arah.
Seseorang bersepeda 5 km/jam. Hal ini menyatakan kelajuan. Tetapi bila disertai
arah, misalnya: seseorang bersepeda 5 km/jam ke arah utara, informasi yang
diungkapkan adalah kecepatan. Jadi, kecepatan dapat pula dinyatakan sebagai
kelajuan yang disertai arah.
Selain kecepatan dan kelajuan, dalam kehidupan sehari-hari sering juga dianggap
sama antara jarak dan perpindahan. Bila suatu benda bergerak, jarak
menyatakan panjang lintasan yang ditempuh benda itu selama geraknya,
sedangkan perpindahan menyatakan perbedaan posisi akhir benda dibandingkan
posisi awalnya. Untuk memperjelas perbedaan antara jarak dan perpindahan,
pada Gambar 3 diilustrasikan suatu benda bergerak 70 meter ke timur kemudian
berbalik ke barat sejauh 30 meter.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 251


Gambar 3
barat timur Perbedaan antara
perpindahan jarak dengan
perpindahan

Jarak (distance) yang ditempuh benda di atas adalah 100 meter ditunjukkan oleh
garis putus-putus, sedangkan perpindahannya (displacement) 40 meter,
ditunjukkan garis sambung, ke arah timur.
Seandainya gerak benda pada Gambar 3 membutuhkan waktu 20 sekon,
kelajuan orang tersebut adalah 5 m/s, sedangkan besar kecepatannya 2 m/s.
Bagaimanakah hal ini diperoleh? Diskusikan paparan di bawah ini.

a. Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata menyatakan perpindahan yang dialami sesuatu
setelah bergerak selama selang waktu tertentu.
Misalnya, suatu benda mula-mula (t1) berada di x1, beberapa saat
kemudian (t2) berada di x2, seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Untuk
melakukan perpindahan (x2 - x1), waktu yang dibutuhkan oleh benda
tersebut (t2 - t1), sehingga besar kecepatan rata-rata secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
(x2 - x1)
v = ....................................................(1)
(t2 - t1)

x1
x2
X

Gambar 4
Panjang dan arah anak
panah menunjukkan
perpindahan

252 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Bila perubahan disimbolkan dengan ∆, perubahan posisi (x2 - x1)
dapat ditulis ∆x dan perubahan waktu (t2 - t1) dapat ditulis ∆t, sehingga
kecepatan rata-rata dapat dinyatakan secara matematis:
∆x
v= ..................................................... (2)
∆t

Bagaimanakah bila x2 lebih kecil dibanding x 1? Perubahan posisi


(∆x) akan bertanda negatif, artinya benda berpidah ke kiri pada sumbu-x
menjauhi titik asal.

Soal Contoh
Seseorang berlari selama 10,0 sekon posisinya berubah dari 30,0 m menjadi 50,0 m,
seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Berakah kecepatan rata-rata orang berlari
tersebut?

X
30,0 50,0 Gambar 5
Pelari melakukan
perpindahan 20,0 m,

Penyelesaian
Kecepatan rata-rata menyatakan perpindahan dibagi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan perpindahan tersebut.
Perpindahan ∆x = x2- x1 = 50,0 - 30,0 = 20,0 m, searah sumbu-x positif.
Selang waktu untuk melakukan perpindahan tersebut, ∆t = 10,0 s.
Maka kecepatan rata-ratanya :

20,0 m
v= = 2,0 m/s
10,0 s

Ternyata kecepatan rata-ratanya bertanda positif, berarti arah geraknya ke kanan


sepanjang sumbu-x.

b. Kecepatan Sesaat
Jika Anda mengendarai mobil sepanjang lintasan lurus 150 km
selama 2 jam, kecepatan rata-rata Anda adalah 75 km/jam. Ini bukan
berarti, bahwa kecepatan mobil Anda setiap saat selama dua jam tersebut
adalah 75 km/jam. Untuk mengetahui kecepatan setiap saat selama suatu
benda bergerak, kita gunakan konsep kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat
adalah kecepatan yang terukur pada satu saat tertentu. Untuk
mengekspresikan satu saattertentu digunakan limit selang waktu (∆t)
mendekati nol. Sehingga pengertian kecepatan sesaat dapat diungkapkan
sebagai

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 253


∆x
v = limit ..................................................... (3)
∆t0 ∆t
atau

dx
v = ..................................................... (4)
dt

c. Kelajuan rata-rata
Kelajuan rata-rata menyatakan jarak total yang ditempuh sesuatu
yang bergerak selama selang waktu yang dibutuhkan. Bila jarak total yang
ditempuh diberi notasi ∆x dan waktu total yang dibutuhkan diberi notasi ∆t,
dan kelajuan rata-rata v , maka secara matematis dipenuhi:
(x2 - x1) ∆x
v== .......................................... (5)
(t2 - t1) ∆t

Soal Contoh
Seseorang bersepeda dari tempat A ke tempat B yang berjarak 1 km dalam waktu 15
menit, dari tempat B ke tempat C yang berjarak 3 km dalam waktu 30 menit, dan dari
tempat C ke tempat D yang berjarak 4 km dalam waktu 30 menit. Berapakah
kelajuan rata-rata orang tersebut bersepeda?

Penyelesaian:
Jarak total x = (1 + 3 + 4) km = 8 km
Waktu total t = (15 + 30 + 30) menit = 75 menit = 1,25 jam
Kelajuan rata-rata = jarak total : waktu total
x 8 km
v= = = 6,4 km/jam
t 1,25 jam

Diskusikan!
Apakah dibenarkan bila kelajuan rata-rata ditentukan dengan persamaan berikut?
x ab x bc x cd
+ +
t ab t bc t cd
v=
3
Berikan argumentasi Anda!

Soal Latihan
1. Bila orang bersepeda pada soal contoh di atas beristirahat selama 15 menit di tempat
C, berapakah kelajuan rata-rata orang tersebut bersepeda?
2. Diameter Bumi kira-kira 12.700 km. Kala rotasi Bumi 24 jam. Bila manusia (kita)
berada relatif tetap di permukaan Bumi, berapakah kelajuan rotasi kita? (Bahan
renungan: Apakah kita merasakan kelajuan tersebut? Mengapa)?

254 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


4. Percepatan
Kecepatan benda yang mengalami perubahan semakin besar dinamakan
dipercepat, misalnya mobil A mula-mula diam kemudian kecepatannya menjadi
80 km/jam. Bila mobil B mengalami perubahan kecepatan sama dengan mobil A,
yakni 80 km/jam tetapi membutuhkan waktu lebih sedikit, berarti percepatan mobil
B lebih besar dibanding percepatan mobil A. Dengan demikian apakah yang
dimaksud dengan percepatan?
Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perubahan kecepatan yang terjadi
selama selang waktu tertentu.

perubahan kecepatan
percepatan rata-rata =
selang waktu yang dibutuhkan

Bila perubahan kecepatan (v2 - v1) disimbolkan ∆v, perubahan waktu (t2 - t1)
disimbol-kan ∆t, dan percepatan diberi simbol a , maka dapat ditulis:

( v2 - v1 ) ∆v
a = = ..........................................(5)
(t2 - t1 ) ∆t

Analogi dengan kecepatan sesaat, percepatan sesaat juga dinyatakan dalam limit
selang waktu (∆t) infinitisimal mendekati nol, sehingga dituliskan sebagai
∆v dv
a= limit = ..........................................(6)
∆t0 ∆t dt

Dengan demikian kita dapat menyatakan bahwa percepatan merupakan laju


perubahan kecepatan. Bagaimana bila kecepatan benda tidak berubah semakin
besar, tetapi justru semakin kecil? Hal ini menunjukkan bahwa benda tersebut
mengalami percepatan negatip (lazim disebut perlambatan). Perlambatan terjadi
ketika kecepatan dan percepatan memiliki arah yang berlawanan.
Pemahaman terhadap percepatan sering dirancukan dengan kecepatan. Untuk
memahami perbedaan keduanya, kita diskusikan contoh soal di bawah ini.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 255


Soal Contoh
Mobil dipercepat sepanjang jalan lurus dari diam hingga berkecepatan 60 km/jam
dalam waktu 5,0 sekon. Berapakah percepatan rata-rata mobil tersebut?

Penyelesaian
Percepatan rata-rata dinyatakan
( v2 - v1 ) 60 km/jam - 0 km/jam
a = =
(t2 - t1 ) 5,0 s

= 12 km/jam/s
= 3,3 m/s/s
= 3,3 m/s2

Hal ini menunjukkan, bahwa terjadi perubahan kecepatan 3,3 m/s setiap sekon.
Bila percepatan dianggap konstan, pada satu sekon pertama, kecepatan mobil
naik dari 0 m/s menjadi 3,3 m/s. Pada satu sekon berikutnya, kecepatan mobil
naik dari 3,3 m/s menjadi 6,6 m/s, dan seterusnya. Bila percepatan sesaatnya
tidak konstan, maka besar perubahan kecepatan tiap sekon juga tidak konstan.

Soal Latihan
Mobil bergerak pada lintasan lurus dengan kecepatan 15,0 m/s. Dalam selang waktu
5,0 sekon, kecepatan mobil tinggal 5,0 m/s. Berapakah percepatan rata-rata mobil
tersebut? Berilah penjelasan!

5. Pengaruh percepatan terhadap gerak


Meskipun gerak yang terjadi dalam kehidupan sesungguhnya sangat
kompleks, namun dalam berbagai kasus, perubahan percepatan yang sangat
kecil dapat diabaikan, sehingga percepatannya dianggap konstan. Selanjutnya
kita akan mendiskusikan bagaimanakah karakteristik gerak dengan percepatan
konstan.

5.1 Gerak dengan percepatan konstan


Untuk penyederhanaan simbol, posisi awal = x0, dan kecepatan awal = v0.
Setelah selang waktu ∆t detik, kecepatannya menjadi vt dan posisinya menjadi
xt. Sehingga setelah ∆t sekon kecepatan rata-ratanya dapat dituliskan:
(xt - x0)
v =
∆t

Bila ∆t = (t- t0) dan t0 = 0, maka persamaan di atas dapat ditulis:


(xt - x0)
v = ..........................................(7)
t

256 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


dan percepatan rata-rata dinyatakan sebagai

(vt - v0)
a = ..........................................(8)
t
Persamaan (8) dapat diubah menjadi

vt - v0 = a t

untuk percepatan konstan a = a, maka dapat juga dinyatakan:

vt = v0 + at ..........................................(9)

Persamaan (9) bermanfaat seandainya percepatan suatu benda diketahui


kemudian kita ingin mengetahui berapa kecepatannya setelah selang waktu
tertentu. Misalnya, kecepatan awal benda 6,0 m/s, mengalami percepatan
sebesar 4,0 m/s2. Setelah 6,0 sekon kecepatan benda menjadi berapa?
Berdasar persamaan di atas,

vt = v0 + at
= 6,0 m/s + (4,0 m/s2) 6,0 s
= 30 m/s

Sekarang bagaimana menentukan posisi benda yang bergerak dengan


percepatan konstan? Dari persamaan (6) diperoleh hubungan antara kecepatan
rata-rata dan posisi dinyatakan dengan persamaan

(xt - x0)
v=
t

Untuk menentukan posisinya, persamaan di atas dapat pula ditulis

xt = x 0 + v t ..........................................(10)

Bila perubahan kecepatan terjadi secara seragam (karena percepatannya


konstan), maka besar kecepatan rata-rata dalam sebarang selang waktu sama
dengan setengah dari jumlah kecepatan awal dan kecepatan akhir untuk selang
tersebut, dinyatakan sebagai berikut

vt + v0
v= (percepatan konstan) ..........................................(11)
2

Substitusi pers. (9) dan (11) ke dalam pers. (10), diperoleh


xt = xo + vot + 1 at 2 ..........................................(12)
2

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 257


Persamaan (9), (11), dan (12) merupakan tiga persamaan dari empat persamaan
yang sering digunakan untuk memecahkan permasalahan gerak dengan
percepatan konstan. Sekarang kita akan menurunkan persamaan keempat yang
sangat berguna bila percepatan, posisi, dan kecepatan awal sudah diketahui, kita
ingin mengetahui kecepatan saat t sekon (vt), tetapi waktunya tidak diketahui.
Pers. (9) diubah dulu menjadi
(vt - v0)
t= ..........................................(13)
a
Substitusikan pers. (9) dan (11) ke pers. (10) diperoleh
vt2 = v02 + 2 a(xt - x0) ..........................................(14)

Sekarang telah kita peroleh empat persamaan penting yang sangat bermanfaat
untuk menyelesaikan permasalahan gerak dengan percepatan konstan, yaitu:

vt = v0 + at ..........................................(15a)
2
xt = xo + vot + 1 at ..........................................(15b)
2
vt2 = v02 + 2 a(xt - x0) ..........................................(15c
vt + v0
v= ..........................................(15d)
2
Empat persamaan di atas hanya berlaku untuk gerak dengan percepatan
konstan. Gerak benda yang memiliki percepatan konstan disebut gerak lurus
berubah beraturan (GLBB). Contoh GLBB adalah gerak benda vertikal ke atas di
dekat permukaan bumi. Gerak ini mendapat pengaruh percepatan gravitasi,
yang besarnya relatif tetap untuk tempat-tempat di sekitar permukaan bumi, yaitu
sekitar 9,8 m/s2.

Soal Contoh
Seorang arsitek merancang lapangan terbang untuk pesawat-pesawat kecil.
Panjang landasan terbang yang dibuat 150 meter. Suatu pesawat yang
membutuhkan kelajuan minimal 100 km/jam atau 27,8 m/s agar dapat takeoff,
menggunakan lapangan terbang ini dengan percepatan rata-rata 2,0 m/s2. Apakah
pesawat tersebut dapat terbang?
Penyelesaian
Diketahui:xt - x0 = 150 m
a = 2,0 m/s2
v0 = 0 m/s
Menggunakan persamaan (15c) kita peroleh
vt2 = v02 + 2 a (xt - x0)
= 0 + 2 (2,0 m/s2)(150 m)
= 600 m2/s2
Sehingga diperoleh vt = 24,5 m/s.

258 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Ternyata kelajuan maksimal yang dapat dihasilkan lebih kecil dari kelajuan
minimal untuk terbang. Berarti pesawat tersebut gagal takeoff (tidak dapat
terbang) di lapangan ini. Berapakah panjang landasan terbang yang dibutuhkan
pesawat ini agar dapat takeoff? Bila tetap menggunakan landasan tersebut,
berapakah percepatan minimum yang harus diberikan pada pesawat?

5.2 Gerak dengan kecepatan konstan


Gerak benda yang tidak memiliki percepatan (percepatannya = 0), kecepatannya
akan selalu tetap. Gerak dengan kecepatan tetap semacam ini disebut gerak
lurus beraturan (GLB). Sehingga untuk GLB, a = 0 dan vt = konstan maka pers.
(9a), (9b), (9c), dan (9d) memberikan
vt = v0 = v
x t = xo + vt atau
xt - x0 = vt ..........................................(16)
Pada berbagai kasus, mungkin posisi awal benda x0 = 0 atau kecepatan awalnya
v0=0, bila terjadi demikian persamaan-persamaan pada GLB dan GLBB di atas
menjadi lebih sederhana.

B. Grafik Gerak
Selain dalam bentuk uraian kata-kata, sketsa, diagram, dan tabel, gerak
dapat dinyatakan dalam bentuk grafik. Dengan grafik dapat diprediksikan posisi,
kelajuan, dan percepatan gerak.

1. Grafik GerakLurus Beraturan


Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya bahwa pada gerak lurus
beraturan, kecepatannya selalu konstan. Berarti perbandingan perubahan
posisi dengan perubahan waktu selalu tetap. Misalnya grafik pada Gambar 8.
Saat t0= 0 s posisinya x0= 40 m, saat t1= 1 s posisinya x1= 115 m, saat t2= 2 s
posisinya x2= 190 m. Dari data-data di atas, diperoleh kelajuan rata-rata:

∆x x1 - x0x2 - x1 X (m)
v = = =
∆t t1 - t0 t2 - t1

115 - 40 190 - 115


= = = 75 m/s
1-0 2-1
190
Gambar 6
Grafik posisi terhadap waktu
untuk gerak dengan kelajuan
konstan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 259


Semakin besar perubahan posisi (∆x) dibanding perubahan waktu (∆t ) akan
dihasilkan grafik dengan kemiringan (slope/gradien) semakin curam. Hal ini
menunjukkan kelajuan rata-rata gerak semakin besar.

Soal Latihan
Jelaskan gerak benda A, B, dan C pada grafik di bawah ini!

2. Grafik Gerak Lurus Berubah Beraturan

Gerak lurus berubah beraturan (untuk selanjutnya disingkat GLBB) memiliki


percepatan tetap, sehingga kecepatannya berubah secara teratur. Misal,
GLBB memiliki grafik kelajuan rata-rata terhadap waktu sebagai berikut:

Perbandingan perubahan kecepatan terhadap perubahan waktu menyatakan


percepatan. Percepatan gerak pada grafik di atas:
∆v v1 - v0 v2 - v1
a = ----- = --------- = ---------
∆t t1 - t 0 t2 - t1

260 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


74 - 70 78 - 74
= ------------ = -------------- = 4 m/s2
1-0 2-1

Semakin besar perubahan kecepatan dibanding perubahan waktu


menghasilkan kemiringan garis (slope/gradien) semakin curam. Hal ini juga
menunjukkan bahwa percepatannya semakin besar.
Sebagaimana grafik kelajuan terhadap waktu (v-t) pada GLB, pada GLBB ini
juga dapat digunakan untuk menentukan jarak yang telah ditempuh, yaitu
ekuivalen dengan luasan di bawah grafik.

C. Gerak Jatuh Bebas


Gerak jatuh bebas di dekat permukaan bumi merupakan contoh populer dan
alami untuk gerak dengan percepatan konstan. Gerak jatuh bebas terjadi bila benda
dari keadaan diam (v0 = 0) pada ketinggian tertentu mendapat pengaruh gaya
gravitasi bumi sehingga jatuh dengan percepatan konstan. Percepatan ini disebut
percepatan gravitasi bumi , diberi simbol g besarnya kira-kira 9,8 m/ s2 dengan arah
menuju permukaan bumi.
Bila arah vertikal dinyatakan dengan sumbu-y, maka untuk gerak jatuh bebas,
persamaan (9b) dan (9c) menjadi

1 2
yt - y0 = gt
2
vt2 = 2g(yt - y0)

Bila y0 = 0, menyatakan permukaan tanah, maka persamaan di atas menjadi


lebih sederhana.

1 2
yt = gt ..........................................(17)
2

vt2 = 2gyt ..........................................(18)

Meskipun secara matematis persamaan (17) dan (18) mudah dipahami dan tidak
rumit, tetapi secara fisis sering menimbulkan miskonsepsi.
Pada penelitian diagnosis miskonsepsi hampir selalu dilontarkan pertanyaan
sebagai berikut, dua benda A dan B massanya berbeda, benda A lebih berat
dibanding benda B, bila kedua benda dijatuhkan dari ketinggian yang sama, benda
manakah yang akan jatuh lebih dulu? Mayoritas jawaban responden (terdiri dari siswa
dan guru) mengatakan bahwa benda A pasti jatuh lebih dulu karena benda A lebih
berat. Apakah memang demikian?
Galileo Galilei (1564-1642) dengan teknik penyederhanaan yang kreatif
menyampaikan postulatnya, bahwa pada gerak jatuh bebas semua benda tanpa
pengaruh gesekan udara akan mengalami percepatan yang konstan dan sama.
Galileo memprediksi bahwa benda yang jatuh akan menempuh jarak sebanding

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 261


dengan kuadrat waktu yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan persamaan (17).
Galileo menjelaskan bahwa semua benda, berat atau ringan, akan jatuh dengan
percepatan yang sama bila tidak mendapat pengaruh gesekan udara. Berdasar uraian
ini, bila gesekan udara diabaikan, apakah waktu yang dibutuhkan oleh benda yang
jatuh bebas dari ketinggian tertentu untuk sampai di tanah bergantung pada
massanya? Berdasar persamaan (18), faktor apakah yang mempengaruhi besarnya
waktu yang dibutuhkan?

Soal Contoh 1
Bola jatuh bebas dari atas menara tingginya 70 meter. Berapakah jarak yang
ditempuh bola setelah jatuh 1 sekon, 2 sekon, dan 3 sekon?

Penyelesaian
Percepatan gravitasi dianggap g = 9,8 m/ s2. Untuk menentukan jarak (y) setelah t
sekon, kita pergunakan persamaan (11),
1 2
yt = gt
2
setelah 1 s :
1
yt = ( 9,8) 12 = 4,90 meter
2
setelah 2 s :
1
yt = (9,8) 22 = 19,60 meter
2
setelah 3 s :
1
yt = (9,8) 32 = 44,1 meter
2

(Jarak tempuh (yt ) diukur dari tempat bola dijatuhkan)

Latihan
1. Apakah yang dimaksud dengan gerak? Apakah arti penting kerangka acuan dalam
memahami gerak? Jelaskan!
2. Bandingkan antara jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan, dan percepatan!
3. Mungkinkah suatu benda yang bergerak dengan kelajuan konstan memiliki kecepatan
bervariasi? Berikan penjelasan dan contoh gerak tersebut dalam kehidupan!
4. Setelah meloncat keluar, seorang penerjun meluncur turun sejauh 20 meter tanpa
gesekan. Setelah payung (parachute) terbuka, ia mengalami perlambatan 2 m/s2, dan
tiba di tanah dengan laju 5 m/s. Bila percepatan gravitasi di daerah tersebut 10 m/ s2,
tentukan:
a. berapa lama penerjun berada di udara?
b. dari ketinggian berapa ia terjun?
6. Benda bergerak selama 5,0 sekon. Kedudukan benda pada tiap-tiap sekon
sebagaimana tertulis dalam tabel di bawah ini.

262 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Waktu Keduduka
(s) n (m)
0,0 30
1,0 30
2,0 35
3,0 45
4,0 60
5,0 70

Berdasar data di atas,


a. buatlah grafik posisi terhadap waktu!
b. buatlah grafik kelajuan terhadap waktu!
c. berapakah kelajuan rata-rata benda selama 5 sekon?

7. Dua buah benda A dan B bergerak menghasilkan grafik posisi terhadap waktu
sebagai berikut:
Posisi (m)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Waktu (s)

Bila satu kotak vertikal sama dengan 1 meter,


a. Deskripsikan gerak benda A dan B!
b. Berdasar grafik di atas, buatlah grafik kelajuan terhadap waktu!

Daftar Pustaka
Giancoli, D.C. 1995. PHYSICS (Fourth Edition). New Jersey: Prentice Hall.
Halliday, D., Resnick, R. 1994. PHYSICS, terjemahan: Pantur Silaban dan Erwin Sucipto.
Jakarta: Erlangga.
Yos Sumardi, dkk. 1995. Materi Pokok MEKANIKA, Modul 1-9. Jakarta: PPMG SLTP,
Direktorat Dikdasmen.
Zitzewitz, P.W., Davids, M., Guitry, N.D., Hainen, N.O., Kramer, C.W, Nelson, J.B.,
Nelson, Jim, 1999, PHYSICS, Principles and Problems (Teacher Wraporound
Edition), USA, Glencoe-McGraw-Hill

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 263


KEGIATAN BELAJAR 4
GAYA DAN TEKANAN

A. Pendahuluan
Dalam bab akan dibahas tentang gaya dan tekanan. Diharapkan Anda dapat
mengidentifikasi jenis-jenis gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai
gaya, Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari. Tekanan pada zat padat, tekanan pada zat cair dan tekanan udara.

B. Gaya
Gaya adalah segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya perubahan mekanis
pada suatu benda, misalnya pecah, patah, berubah bentuk, berubah posisi.
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang dikerahkan sebuah benda terhadap
benda lain. Besar gaya diukur dengan neraca pegas, diukur dalam satuan newton
(N). Berdasarkan sumbernya, ada gaya otot, gaya pegas, gaya mesin, gaya listrik,
gaya magnet, dan gaya gravitasi.
Gaya otot adalah gaya yang dihasilkan oleh kontraksi dan relaksasi berbagai otot,
misalnya kontraksi otot bisep dan relaksasi otot trisep lengan menimbulkan gaya
(untuk mengangkat barbel, misalnya). Gaya pegas dihasilkan oleh benda-benda
elastis, misalnya pegas dan karet. Gaya mesin dihasilkan oleh mesin atau pesawat.
Gaya listrik dihasilkan oleh muatan listrik, misalnya sisir plastik sehabis digunkana
untuk menyisir rambut kering dapat menarik kertas-kertas kecil. Gaya magnet
dihasilkan oleh magnet terhadap benda-benda yang dapat ditarik magnet (misalnya
besi dan nikel). Gaya gravitasi berupa tarik menarik antar benda, gaya ini relatif
sangat kecil, sehingga gaya gravitasi yang kita rasakan adalah gaya gravitasi dari
bumi terhadap benda-benda (walaupun sebenarnya antar benda juga terjadi tarik
menarik, namun gaya tersebut sangat kecil).
1. Gaya Sentuh dan Gaya Tak Sentuh
Pada saat anda mendorong meja, anda harus menyentuh meja itu untuk
mengerahkan gaya kepadanya. Demikian pula jika anda hendak melontarkan batu
dengan menggunakan ketapel. Gaya otot pada saat anda mendorong meja dan
gaya pegas pada saat anda melontarkan batu dengan ketapel termasuk gaya
sentuh. Disebut gaya sentuh karena sebuah benda yang memberikan gaya harus
menyentuh benda lain yang dikenai gaya tersebut.
Jika anda melepaskan kapur dari ketinggian tertentu, maka kapur itu akan
jatuh ke bawah, ditarik oleh gaya gravitasi Bumi. Gaya gravitasi termasuk gaya tak
sentuh, karena tanpa harus melalui sentuhan kapur dan Bumi. Gaya listrik dan
gaya magnet adalah contoh-contoh lain gaya tak sentuh.
2. Akibat Gaya terhadap Benda
Misalkan anda menendang bola. anda mengerahkan gaya terhadap bola.
Bola yang mula-mula diam, setelah anda tendang menjadi bergerak. Jadi gaya
dapat mengubah kecepatan benda. Jika anda menekan plastisin, tangan itu
memberikan gaya kepada plastisin itu. Bagaimana bentuk tanah plastisin setelah
ditekan? Ternyata gaya juga dapat menyebabkan bentuk benda berubah.

264 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


3. Hukum Newton tentang Gerak
a. Hukum I Newton
Benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan (mempertahankan
diri) bila tidak ada gaya yang bekerja pada benda (gaya resultan yang bekerja
pada benda sama dengan nol)
Bila ∑F = 0 (nol) maka benda tetap diam atau bergerak lurus beraturan.
b. Hukum II Newton
Bila gaya resultan yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol maka pasti
ada perubahan gerak benda. Dimana besarnya gaya penggerak (∑F) sama
dengan hasil kali massa (m) dan percepatan (a)
∑F = m.a
c. Hukum III Newton
Bila suatu benda dikenai gaya (aksi) oleh benda lain maka benda tersebut
akan memberikan gaya (reaksi) pada benda yang lain dengan arah yang
berlawanan dan besarnya sama.
Gaya aksi = - gaya reaksi
F aksi = - F reaksi
Catatan :
- tanda – (minus) menyatakan arahnya berlawanan
- Pasangan gaya aksi dan gaya reaksi selalu terjadi pada dua benda yang
berbeda
- Pasangan gaya aksi dan reaksi tidak bisa diresultankan

Soal Contoh:

F
A B C

Perhatikan gambar di atas. Balok A, B, dan C memiliki massa berturut-turut 5 kg, 3


kg, dan 2 kg, ditarik dengan gaya 200 N ke kanan. Jika lantai licin, tentukan:
a. Percepatan yang terjadi
b. Gaya tegang tali yang menghubungkan balok B dan C

Jawab:
a. Lihat sistem secara keseluruhan. Terapkan hukum II Newton.
� 𝐹𝐹 = 𝑚𝑚 × 𝑎𝑎
∑ 𝐹𝐹 200
𝑎𝑎 = = = 20 m/s2
𝑚𝑚 (5 + 3 + 2)
b. Lihat balok C:

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 265


F
T C

� 𝐹𝐹 = 𝑚𝑚 × 𝑎𝑎
𝐹𝐹 − 𝑇𝑇 = 𝑚𝑚𝐶𝐶 × 𝑎𝑎, maka 𝑇𝑇 = 200 𝑁𝑁 − 40 N = 160 N

C. Tekanan
Efek gaya pada suatu permukaan juga bergantung pada luas sentuh gaya terhadap
permukaan
Pengertian
Tekanan adalah gaya persatuan luas

F
P=
A

1. Tekanan Pada Benda Padat


Tekanan adalah gaya persatuan luas

gaya tekan F
P= =
luas bidang tekan A
1 newton
2
= 1 N / m 2 = 1 pascal = 1 Pa
1m

Satu pascal (1 Pa) adalah tekanan yang dilakukan oleh gaya satu newton pada
luas permukaan 1 meter persegi.

Gambar 1. Tekanan pada luas bidang tekan yang berbeda


(dengan hak sepatu yang lancip dan hak yang datar)

266 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


2. Tekanan Zat Cair
Zat cair juga mengalami gaya gravitasi bumi. Gaya ini menyebabkan zat cair
mempunyai tekanan.
Sifat-sifat tekanan zat cair
a. Zat cair menekan ke segala arah
b. Makin dalam, tekanan zat makin besar
c. Tekanan zat cair bergantung pada massa jenis (ρ) zat cair
d. Tekanan zat cair tidak tergantung pada bentuk wadahnya
P = ρgh
Bagaimanakah arah tekanan zat cair terhadap wadahnya?

a. Hukum Pascal : Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam suatu ruang
(wadah) tertutup diteruskan ke segala arah dengan sama besar (sama kuat)
Contoh alat yang menggunakan prinsip Pascal antara lain : dongkrak hidrolik ,
mesin hidrolik pengangkat mobil, pompa hidrolik ban sepeda, dan konsep
bejana berhubungan

Gambar 2. Mesin hidrolik pengangkat mobil dam Alat suntik

Gambar 3. Dongkrak Hidrolik


Gambar 4. Tekanan yang dilakukan
di A sama dengan di B.

b. Hukum Archimedes
Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya di dalam zat cair akan
mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan (didesak) oleh benda tersebut.
Gaya apung = berat zat cair yang dipindahkan oleh benda

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 267


Penerapannya pada konsep :
1) terapung,
2) melayang
3) tenggelam
Produk teknologi dalam keseharian yang menerapkan konsep ini adalah
:jembatan pontoon, hydrometer, kapal laut, galangan kapal, kapal selam, balon
udara, dan lain-lain.

3. Tekanan Udara
Gaya gravitasi partikel-partikel udara menimbulkan tekanan udara. Tekanan udara
ternyata cukup besar. Tekanan udara di suatu tempat tertentu sedikit bervariasi
menurut cuaca. Pada permukaan laut, rata-rata tekanan atmosfir adalah 1,013x10
3
N / m 2 . Nilai ini digunakan untuk mendefinisikan satuan tekanan lain yang sering
digunakan , atmosfir (disingkat atm)
1 atm = 1,013 x10 5 N / m 2 = 101,3kPa
Satuan tekanan lain yang kadang-kadang digunakan (pada meterologi dan peta
cuaca)adalah bar, yang didefinisikan sebagai 1 bar = 1,00 x 10 5 N / m 2 = 100 kPa
Contoh keseharian yang memanfaatkan sifat ini :
1) menghisap minuman dengan sedotan
2) alat suntik
3) penghisap karet

268 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 5
USAHA, DAYA, DAN ENERGI

A. Pendahuluan
Energi merupakan konsep yang sangat penting, dan pemahaman terhadap
energi merupakan salah satu tujuan pokok fisika. Sebagai Gambaran akan
pentingnya konsep energi, dengan mengetahui energi sistem, maka gerak sistem
tersebut dapat ditentukan.
Melalui bahan pelatihan ini Anda akan mempelajari antara lain usaha oleh gaya
tetap. Pemahaman tentangenergi kinetik, energi potensial, dan energi mekanik pada
sebuah benda. Kaitanusaha yang dilakukan oleh gaya konservatif dengan perubahan
energi kinetik dan energi potensial suatu sistem dan menerapkankaitan tersebut.
Kaitanusaha yang dilakukan oleh gaya nonkonservatif dengan perubahan energi
kinetik dan energi potensial suatu sistem dan menerapkan kaitan tersebut.
Mendiskusikan cara memudahkan kita melakukan usaha, yakni dengan
menggunakan pesawat. Dan menghitung keuntungan mekanik ideal dan
sesungguhnya pada pesawat sederhana dan gabungan pesawat.

B. Usaha
Kata “usaha” atau “kerja” memiliki berbagai arti dalam percakapan sehari-hari.
Namun dalam fisika, usaha memiliki arti khusus, untuk memaparkan bagaimana
dikerahkannya gaya pada benda, hingga benda berpindah

Gambar 1. Seseorang menarik peti di lantai. Usaha


yang dilakukan oleh gaya F adalah W = F s cosθ

Usaha yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya tetap,F, (baik besar
maupun arahnya) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan,s, dengan
komponen gaya yang sejajar dengan perpindahan itu.
Dalam bentuk persamaan, kita dapat menulis
W = F// s
Dengan F// adalah komponen F yang sejajar dengan perpindahan benda, s.
Secara umum, kita dapat menulis:

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 269


W = F s cosθ ............................................. (1)
dengan θ adalah sudut antara arah gaya dengan perpindahan. Faktor cos θ
pada Pers. (1) dapat Anda peroleh dengan memperhatikan Gambar 4.1.
Usaha adalah besaran skalar. Usaha hanya mempunyai besar; karena tidak
mempunyai arah seperti besaran vektor, usaha lebih mudah diterapkan dalam
persoalan sehari-hari.
Pertama, kita tinjau kasus gerak dan gaya yang berarah sama, sehingga
θ = 0 , dan cos θ = 1 . Maka usaha adalah W = F s . Sebagai contoh, jika Anda
mendorong gerobak ke arah horizontal dengan gaya 60 N, hingga gerobak
berpindah sejauh 50 m, Anda melakukan usaha 60 N × 50 m = 3000 N.m terhadap
gerobak.
Seperti yang telah kita lihat, dalam SI, usaha diukur dalam N.m. Nama khusus
untuk satuan ini adalah joule (J). 1 J = 1 N.m. Dalam sistem cgs, usaha diukur
dalam satuan erg, dan 1 erg = 1 dyne.cm.
Gaya yang dikerahkan kepada sebuah benda
belum tentu menghasilkan usaha. Sebagai contoh,
jika Anda mendorong tembok, Anda tidak melakukan
usaha terhadap tembok tersebut. Anda mungkin
menjadi lelah (karena membebaskan energi melalui
otot), namun karena tembok tidak bergerak (s = 0),
maka W = 0 . Anda juga tidak melakukan usaha, jika
Anda memindahkan benda dengan mendukung atau
memondong benda itu (gaya Anda vertikal ke atas) Gambar 2. Usaha yang dilakukan
dan Anda berjalan horizontal, seperti Gambar 5.2. orang itu sama dengan nol, karen F
tegak lurus dengan d.
Hal ini terjadi karena θ = 90o, sehingga cos θ = cos
90o = 0, sehingga W = 0 .
Bila Anda membicarakan usaha, perlu Anda perjelas apakah Anda berbicara
tentang usaha yang dilakukan oleh suatu benda, ataukah usaha pada suatu benda.
Penting pula untuk memperjelas apakah usaha tersebut dilakukan oleh sebuah
gaya, ataukah oleh gaya total (beberapa gaya) pada sebuah benda.

x FO

37o
Fges s = 40 m

Gambar 3. Untuk contoh: peti 50 kg ditarik ssepanjang


mg
lantai.

270 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Contoh Soal
Sebuah peti bermassa 50 kg ditarik sepanjang lantai datar dengan gaya
100 N, yang dikerahkan membentuk sudut 37o, seperti Gambar 3. Lantai kasar,
dan gaya gesek yang terjadi Fges = 50 N. Hitunglah usaha yang dilakukan
masing-masing gaya yang bekerja pada peti, dan usaha yang dilakukan gaya
total pada peti itu.
Penyelesaian
Kita pilih sistem koordinat, dengan s menyatakan vektor perpindahan yang
besarnya 40 m. Terdapat 4 gaya yang bekerja pada peti, seperti Gambar 3: Gaya
yang dikerahkan orang, FO, gaya gesek, Fges, berat kotak, mg, dan gaya normal
FN yang dikerahkan lantai. Usaha yang dilakukan gaya normal dan gaya gravitasi
adalah nol, kerena gaya-gaya tersebut tegak lurus dengan perpindahan s.
Wgrav = 0
WN = 0
Usaha yang dilakukan FO:
WO = FO s cos 37 O = 100 N × 40 m × 0,8 = 3200 J
Usaha yang dilakukan Fges:
Wges = Fges s cos 180 O = 50 N × 40 m × (- 1) = −2000 J

Kita dapat melihat ternyata usaha yang dilakukan gaya gesek, Fges, negatif.
Jika kita amati, sudut antara Fges dengan perpindahan adalah 180o atau Fges
berlawanan dengan perpindahan.
Akhirnya, usaha total pada peti tersebut adalah jumlah usaha masing-masing
gaya
WTOTAL = Wgrav + WN + WO + Wges
= 0 + 0 + 3200 J + (- 2000 J )
= 1200 J

Usaha total dapat pula dihitung dengan menentukan gaya total ke arah
perpindahan:

(FTOTAL )x = FP cos θ - Fges

sehingga usaha total

WTOTAL = (FTOTAL )x s = (FP cos θ - Fges )s


( )
= 100 cos 37 O - 50 N × 40 m
= 30 N × 40 m
= 1200 J

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 271


C . Daya
Misalkan Anda mengangkat kotak bermassa 30 kg dari lantai ke atas meja yang
tingginya 2 m. Untuk melakukan hal ini Anda memerlukan waktu 4 s, sementara
teman Anda melakukan hal yang sama dalam waktu 2 s. Usaha yang Anda lakukan
dan yang dilakukan teman Anda sama. Tetapi, karena teman Anda dapat melakukan
usaha dalam waktu yang lebih singkat, maka teman Anda lebih cepat melakukan
usaha dibanding Anda. Laju dilakukannya usaha disebut daya. Dengan kata lain daya
adalah cepatnya energi dipindahkan.
Sesuai pengertian tentang daya tersebut, daya, P, dapat dihitung dengan
membagi usaha dengan waktu, atau
W
P= ............................................................... (2)
t
Dalam SI daya diukur dalam satuan joule/s yang disebut watt (W). Watt
merupakan satuan daya yang relatif kecil. Sebagai contoh, berat segelas air sekitar 3
N. Jika Anda mengangkatnya dari meja ke mulut Anda (yang jaraknya 0,5 m) dalam
3 N × 0,5 m
waktu 1 s, daya yang Anda keluarkan adalah = 1,5 W . Karena watt satuan
1s
yang relatif kecil, biasanya daya dinyatakan dalam satuan kilowatt (kW). Satu kW
sama dengan 1000 W.

Contoh Soal
Sebuah motor listrik digunakan untuk mengangkat benda seberat 1,20 ×
104 N setinggi 9,00 m dalam waktu 15 s. Berapakah daya motor listrik itu?

Penyelesaian
W Fs 1,20 × 10 4 N
P= = = = 7 ,20 × 10 3 W atau 7,20 kW
t t 15 s

D. Energi
1. Energi Kinetik dan Prinsip Usaha-Energi
Sebuah benda yang bergerak dapat melakukan usaha pada benda yang
ditumbuknya. Palu yang bergerak melakukan usaha pada paku saat palu itu
mengenainya. Dalam kasus lain, benda yang bergerak mengerahkan gaya pada
benda lain yang diam, sehingga benda yang diam itu menjadi bergerak. Benda
yang bergerak memiliki kemampuan untuk melakukan usaha, sehingga dapat
dikatakan memiliki energi. Energi gerakan ini disebut energi kinetik (dari bahasa
Yunani kinetikos yang berarti “gerakan”).
Untuk mendapatkan besar energi kinetik, kita tinjau benda bermassa m yang
bergerak lurus dengan kelajuan mula-mula v1. Untuk mempercepat benda itu,
gaya F dikerahkan pada benda itu, sehingga kelajuannya menjadi v2 setelah
menempuh jarak s. Usaha yang dilakukan terhadap benda itu: W = F s . Sesuai
dengan persamaan dalam gerak lurus berubah beraturan, jika benda bergerak
dengan percepatan tertentu, kelalajuan akhir dapat diperoleh melalui hubungan
v2 = v1 + 2as
2 2

272 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


atau
v − v1
2 2

a= 2 .
2s

Dengan mengingat F = m a, maka usaha dapat ditulis


 v 2 2 − v1 2 
W = Fs = mas = m s ,

 2s 
Atau W = 12 mv 2 − 12 mv1 .................................
2 2
(3)
Besaran 1
2 mv 2 ini kita sebut (namai) energi kinetik (EK). Sesuai penamaan
ini, maka
EK = 12 mv 2 ........................................... (4)

Kita dapat menuliskan Pers. 3 dalam pernyataan EK


W = ∆EK .............................................. (5)
Persamaan 5 dapat dinyatakan dalam kalimat:
Usaha total yang dilakukan pada sebuah benda sama dengan perubahan
energi kinetik benda itu.
Pernyataan ini dikenal sebagai prinsip usaha-energi. Anda perhatikan, saat
kita menuliskan F = ma pada penurunan prinsip ini, F memiliki arti gaya total yang
bekerja pada benda. Jadi prinsip usaha-energi hanya benar jika W adalah usaha
total yang dilakukan terhadap benda, yakni usaha yang dilakukan semua gaya
yang bekerja pada benda.
Perlu dicatat pula, EK berbanding lurus dengan massa benda dan kuadrat
kelajuannya. Jadi untuk dua buah benda yang berkelajuan sama, benda yang
bermassa 2 kali massa benda lain akan memiliki EK 2 kali pula. Namun jika
kelajuan sebuah benda menjadi 2 kali semula, EK benda itu menjadi 4 kali
semula.
Prinsip usaha-energi (Pers. 5) berlaku untuk usaha positif maupun negatif. Jika
usaha, W, yang dilakukan terhadap benda positif (arah gaya total searah dengan
perpindahan), maka EK meningkat. Namun jika usaha yang dilakukan negatif
(arah gaya total berlawanan dengan arah perpindahan), maka EK mengecil.
Jika usaha total pada benda nol, berarti EK benda itu tetap. Sesuai Pers. 5,
energi diukur dalam satuan yang sama dengan satuan usaha, yaitu joule (J).
Seperti halnya usaha, energi merupakan besaran skalar. EK total dari sekumpulan
benda merupakan penjumlahan (secara aljabar) dari EK masing-masing benda.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 273


Contoh Soal
1. Seorang atlet melontarkan bola tolak peluru bermassa 4,2 kg dengan
kelajuan 12 m/s. Berapakah energi kinetik benda itu? Berapakah usaha
yang dilakukan atlet itu?
Penyelesaian
EK = 12 mv 2 = 12 × 4 ,2 kg × (12 m/s ) = 302 ,4 J
2

Sesuai prinsip energi usaha, usaha sama dengan perubahan energi kinetik,
sehingga W = 302,4 J.
2. Mobil yang bergerak dengan kelajuan 60 km/jam direm, dan berhenti pada
jarak 20 m. Berapakah jarak berhentinya mobil itu, jika bergerak dengan
kelajuan 120 km/jam? (Gaya pengereman pada sebuah mobil relatif tetap.)
Penyelesaian
Karena gaya pengereman tetap, usaha yang diperlukan untuk
memberhentikan mobil itu sebanding dengan perpindahannya. Kita
terapkan prinsip usaha energi, dengan memperhatikan bahwa F dan s
berlawanan arah, dan kelajuan akhir mobil itu nol.
W = − Fs = ∆EK = 0 − 12 mv1
2

− Fs = − 12 mv1
2

Kita lihat, ternyata s ∝ v1 . Jadi jika kelajuan awal mobil itu menjadi 2 kali,
2

jarak berhentinya menjadi 4 kali atau 80 meter.

2. Energi Potensial Gravitasi


Kita telah membahas bahwa benda dapat memiliki energi karena gerakan
benda itu. Namun benda juga dapat memiliki energi potensial, yakni energi yang
berkaitan dengan gaya yang bergantung pada posisi benda atau susunan benda.
Contoh yang paling umum energi potensial adalah energi potensial
gravitasi. Bata yang terletak pada ketinggian tertentu dari tanah (katakanlah di
atas atap rumah) memiliki energi potensial (EP) gravitasikarena posisi relatif
benda ini terhadap Bumi. Bata tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan
usaha, dan usaha ini muncul pada saat benda itu jatuh ke tanah.

Gambar 4. Benda
bermassa m dan terletak
h pada ketinggian h dapat
melakukan usaha
sebesar W = mgh saat
jatuh.

274 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Marilah kita cari EP gravitasi pada benda di dekat permukaan Bumi. Untuk
mengangkat benda bermassa m, gaya ke atas yang harus dikerahkan sedikitnya
harus sama dengan berat benda, mg. Usaha untuk mengangkat beban setinggi h
(arah ke atas kita pilih positif) adalah
W = Fs = mgh
Jika benda tersebut jatuh bebas, maka usaha oleh gravitasi:
Wgrav = mgh ................................................. (6)
Sesuai pengertian kita tentang energi sebagai kemampuan melakukan
usaha, akhirnya kita dapat mendefinisikan energi potensial gravitasi sebuah
benda sebagai perkalian berat benda, mg, dan ketinggian h dari titik acuan
tertentu (misalnya tanah):
EPgrav = mgh .................................................. (7)
Semakin tinggi sebuah benda dari tanah, semakin besar EP gravitasi yang
dimilikinya. Jika benda berpindah dari ketinggian h1 menuju h2, kita dapatkan
Wgrav = mg (h1 − h2 ) = mgh1 − mgh2 = EP1 − EP2 = − ∆EP .......... (8)

Jadi usaha yang dilakukan oleh gravitasi dalam menggerakkan benda


bermassa m dari titik 1 ke titik 2 sama dengan perbedaan EP titik 1 dan titik 2
(awal dikurangi akhir).
Anda perhatikan bahwa EP gravitasi bergantung pada ketinggian benda
dari acuan tertentu. Sebagai contoh, EP gravitasi sebuah benda yang terletak di
atas meja bergantung pada ketinggian, h (dari permukaan meja sampai dengan
lantai). Namun, secara fisis yang penting pada berbagai situasi adalah perubahan
energi potensial, ∆EP, karena terkait dengan usaha yang dilakukan (Pers.6) dan
dengan ini ∆EP dapat diukur. Perubahan EP antara 2 titik tidak bergantung pada
pemilihan titik acuan kita.
Hal penting lainnya adalah, karena gaya gravitasi berarah vertikal, usaha
yang dilakukan oleh gaya gravitasi hanya bergantung pada ketinggian benda, dan
tidak bergantung bentuk lintasan gerak benda.

3. Energi Potensial Pegas


Kita tinjau satu lagi jenis energi potensial, yakni energi yang berkaitan dengan
bahan elastis. Sebagai contoh sederhana, kita tinjau pegas seperti gambar 5.

Gambar 5. Pegas (a) dapat menyimpan energi


(potensial pegas) saat dirapatkan(b), dan dapat
melakukan kerja saat dilepas (c)

Pegas memiliki EP saat dirapatkan (atau direnggangkan), karena saat


dilepaskan pegas itu dapat menghasilkan usaha pada bola, seperti Gambar 3.9.
Semakin besar pegas dirapatkan (atau direnggangkan) dari posisi biasanya,

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 275


semakin besar gaya yang diperlukan. Dengan kata lain besar gaya yang
diperlukan untuk memampatkan (atau merenggangkan) pegas, F, sebanding
dengan perubahan panjang pegas, x; atau F = kx dengan k suatu konstanta yang
disebut konstanta pegas. Pegas tersebut mengerahkan gaya yang besarnya
sama, namun arahnya berlawanan, atau

F = −kx

Gaya ini sering disebut “gaya pemulih” karena gaya yang dikerahkan
pegas berlawanan arah dengan arah perubahan panjang pegas. Persamaan
pegas ini sering disebut hukum Hooke, berlaku selama x tidak terlalu besar.
Untuk menghitung EP pegas, kita perlu menghitung usaha yang diperlukan
untuk merapatkannya (Gambar 3.9b). Seperti yang telah Anda ketahui, usaha
yang dilakukan pegas W = Fx , dengan x adalah perubahan panjang pegas dari
keadaan normalnya. Namun besar gaya pegas (= kx ) berubah-ubah sesuai x,
seperti grafik pada Gambar 6.

F F

Gambar 6. Saat pegas dira-


patkan atau direnggangkan,
gaya bertambah secara linear
sesuai pertambahan x, diperli-
F = ½ kx hatkan grafik F = kx terhadap x.

Kita dapat menggunakan gaya rata-rata, F , dengan mengingat F berubah


secara linear (dari nol saat belum dirapatkan hingga kx saat dirapatkan penuh).
Gaya rata-rata tersebut adalah F = 1
2
(0 + kx ) = 12 kx . Usaha yang dilakukan
menjadi
W = F x = ( 12 kx )( x ) = 12 kx 2 .
Sehingga energi potensial pegas, dapat ditulis
EP pegas = 12 kx 2 ................................................. (9)
Hal yang sama juga berlaku untuk pegas yang terenggang.

4. Gaya-gaya Konservatif dan Nonkonservatif


Usaha yang dilakukan pada sebuah benda untuk mengatasi gaya gravitasi dari
satu titik ke titik lain tidak bergantung pada lintasan yang dipilih. Sebagai contoh,
untuk mengangkat benda ke atas (langsung) maupun melewati bidang miring licin
hingga ketinggian tertentu memerlukan usaha yang sama. Gaya-gaya seperti

276 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


gravitasi ini disebut gaya konservatif, yakni usaha yang dilakukan oleh gaya
tersebut tidak bergantung pada lintasannya, namun hanya pada posisi awal dan
akhir. Gaya pegas (F = kx ) juga gaya konservatif. Sebaliknya, gaya gesekan
bukan gaya konservatif (nonkonservatif), karena usaha yang dilakukan gaya itu
(misalnya saat mendorong kotak dilantai kasar) bergantung pada lintasan yang
dipilih.

Gambar 7. Peti di atas lantai


kasar yang ditarik pada
lintasan yang berbeda, lurus
dan melengkung. Usaha oleh
gaya gesek untuk dua
keadaan itu berbeda.

Sebagai contoh, seperti Gambar 7, jika kotak didorong pada lintasan setengah
lingkaran, lebih banyak usaha yang diperlukan untuk mengatasi gesekan, karena
jaraknya lebih besar dan arah gaya gesek selalu berlawanan arah dengan arah
gerak (cos θ selalu –1). Karena EP adalah energi yang berkaitan dengan posisi
atau susunan benda, EP hanya memiliki arti jika dapat diketahui harganya pada
titik-titik tertentu.
Hal ini tidak berlaku untuk gaya nonkonservatif, karena usaha yang dilakukan
antara dua titik juga bergantung pada lintasan yang dipilih. Sehingga, energi
potensial dapat didefinisikan hanya untuk gaya konservatif.
Kita dapat memperluas prinsip usaha-energi dengan memasukkan energi
potensial. Misalkan beberapa gaya bekerja pada sebuah benda dan beberapa
diantaranya adalah gaya konservatif.
Kita dapat menentukan usaha total, WTOTAL, yakni penjumlahan usaha yang
dilakukan oleh gaya konservatif, WK, dan oleh gaya nonkonservatif, WNK:
WTOTAL = WK + WNK
Dari prinsip usaha-energi, didapatkan
WTOTAL = 12 mv 2 − 12 mv1
2 2

WK + WNK = 12 m v 2 − 12 mv1
2 2

WNK = 12 m v 2 − 12 mv1 − WK
2 2

Dari Pers. 8 didapatkan persamaan usaha oleh gaya konservatif


WK = EP1 − EP2
Jika persamaan ini kita sulihkan (substitusikan) pada persamaan WNK di
atas, kita dapatkan
WNK = 12 m v 2 − 12 mv1 + EP2 − EP1 ..................................
2 2
(10a)
atau
WNK = ∆EK + ∆EP ....................................................... (10b)

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 277


Jadi, usaha yang dilakukan oleh gaya nonkonservatif pada sebuah benda
sama dengan perubahan energi kinetik dan energi potensial benda itu.
5. Energi Mekanik dan Kekekalannya
Jika sebuah benda hanya dikenai gaya-gaya konservatif, kita sampai pada
hubungan energi yang sederhana dan indah. Bila WNK = 0 dalam Pers. 10, kita
dapatkan

∆EP + ∆EK = 0 .................................. (11a)


atau
EK 2 − EK 1 + EP2 − EP1 = 0 ...................... (11b)
Kita dapat menyusun ulang persamaan itu, sehingga menghasilkan
EK 2 + EP2 = EK 1 + EP1 ............................. (11c)
Kita definisikan besaran E sebagai penjumlahan EK dan EP sistem pada saat
tertentu, dan kita sebut energi mekanik.
E = EK + EP
Persamaan di atas menyatakan Hukum Kekekalan Energi Mekanik untuk
gaya-gaya konservatif: Jika hanya gaya-gaya konservatif yang bekerja, energi
mekanik total suatu sistem tidak akan bertambah atau berkurang selama
prosesnya.
Energi mekanik tersebut besarnya tetap (kekal). Kini kita dapat melihat alasan
penggunaan istilah “gaya konservatif”, karena untuk gaya-gaya tersebut energi
mekaniknya kekal (conserved).
Sebagai contoh sederhana, misalkan Anda menjatuhkan batu dari ketinggian
h, seperti Gambar 8.

Gambar 8. EP batu berubah


menjadi EK saat batu jatuh.

Gesekan udara dengan batu kita abaikan. Saat dijatuhkan, batu itu hanya
memiliki EP gravitasi. Seiring dengan jatuhnya batu, EP tersebut mengecil (karena
h mengecil), namun sebagai kompensasinya EK membesar, sehingga jumlah
keduanya tetap. Pada setiap titik pada lintasannya, energi mekaniknya adalah
E = EK + EP = 12 mv 2 + mgh ,
dengan h adalah ketinggian batu (diukur dari tanah). Jika kita menandai 2 titik
pada lintasan itu, maka kita dapat menulis:
energi mekanik pada titik 1 = energi mekanik pada titik 2
atau 12 mv1 + mgh1 = 12 mv 2 + mgh2 .........................
2 2
(12)
Tepat saat menyentuh tanah, semua EP gravitasi berubah menjadi EK.

278 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Contoh soal
Misalkan ketinggian mula-mula batu adalah 3,0 m. Hitunglah kelajuan batu itu
saat tepat menumbuk tanah

Penyelesaian
Dari Pers. 12, dan memilih indeks 1 sebagai posisi batu saat dilepas
dan 2 sebagai posisi batu saat tepat mengenai tanah, kita dapatkan:
0 + mgh1 = 12 mv 2 + 0
2

sehingga
( )
v 2 = 2 gh = 2 × 9 ,8 m/s 2 × (3,0 m ) = 7 ,7 m/s

E. Pesawat Sederhana
Setiap orang menggunakan pesawat (mesin) setiap hari. Beberapa di antara
pesawat-pesawat itu merupakan perangkat yang sederhana, seperti pembuka botol
dan obeng, pengungkit, tuas; lainnya perangkat yang kompleks, seperti sepeda dan
mobil. Pesawat, baik diberi tenaga oleh motor maupun tenaga manusia, membuat
tugas kita menjadi lebih mudah.Pesawat memudahkan usaha dengan mengubah
besar atau arah gaya, namun tidak mengubah usaha yang dilakukan.

1. Kekekalan Energi dan Keuntungan Mekanik

Gambar 9. Pembuka botol merupakan


contoh pesawat sederhana. Alat ini
mumudah kan kerja kita, namun tidak
membuat usaha yang harus kita
lakukan lebih kecil.

Anda perhatikan pembuka botol pada Gambar 9. Jika Anda menggunakan


pembuka botol, Anda mengangkat pegangan, melakukan usaha pada pembuka
botol itu. Pembuka itu mengangkat tutup botol, melakukan usaha padanya. Usaha
yang Anda lakukan disebut usaha masukan, Wi. Usaha yang dilakukan pesawat
disebut usaha keluaran, Wo. Gaya yang Anda kerahkan pada pesawat disebut gaya
kuasa, Fk. Gaya yang dikerahkan pesawat terhadap beban disebut gaya beban, Fb.
Perbandingan gaya beban terhadap gaya kuasa, Fb/Fk, disebut keuntungan
mekanik, KM, pesawat itu, atau:

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 279


Fb
KM = ...................................................... (14)
Fk
Kita dapat menghitung keuntungan mekanik pesawat dengan menggunakan
definisi usaha. Usaha masukan, Wi, adalah hasil kali gaya kuasa, Fk, dengan
perpindahan tangan Anda, dk, Wi = Fk d k
Usaha keluaran, Wo, adalah hasil kali gaya beban, Fb, dengan perpindahan
beban (tutup botol dalam Gambar 9), db,

Wo = Fb d b

Untuk pesawat yang ideal, tidak ada gaya disipasi (misalnya tidak ada energi
yang diubah menjadi energi panas karena gesekan), sehingga
Wi = Wo
Fk d k = Fb d b
Persamaan ini dapat ditulis ulang
Fb d k
=
Fk d b
Jadi untuk pesawat yang ideal kita dapat menentukan keuntungan mekanik
ideal, KMI, yaitu
dk
KMI = ............................................. (15)
db
Pada pesawat yang sebenarnya, tidak semua usaha masukan menjadi
usaha keluaran (sebagian menjadi energi panas).
Efisiensi sebuah pesawat didefinisikan sebagai perbandingan usaha
keluaran terhadap usaha masukan, atau

Wo
efisiensi = × 100% ................................. (16a)
Wi

Untuk pesawat ideal, Wo = Wi, sehingga Wo/Wi = 1, dan efisiensinya 100%.


Kita dapat pula menyatakan efisiensi ini dalam bentuk keuntungan mekanik.
Fb Fk
efisiensi = × 100%
dk db
..........................(16b)
KM
efisiensi = × 100%
KMI
KMI sebuah pesawat ditentukan oleh rancangan pesawat itu. Pesawat
yang efisien memiliki KM yang hampir sama dengan KMI.

2. Pesawat Sederhana dan Pesawat Gabungan


Semua pesawat, bagaimanapun kompleksnya, merupakan gabungan dari 6 jenis
pesawat sederhana yang ditunjukkan Gambar 10.

280 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Gambar 10. Enam jenis
pesawat sederhana: (a)
pengungkit, (b) katrol, (c)
roda dan poros, (d)
bidang miring, (e) baji,
dan (f) sekrup

Pesawat tersebut adalah pengungkit, katrol, roda dan poros, bidang miring, baji,
dan sekrup. Pedal sepeda merupakan sistem roda dan poros. KMI semua
pesawat ini adalah perbandingan jarak gerakan titik kuasa dengan titik beban.
Sebagai contoh, KMI pengungkit dan roda dan poros adalah perbandingan jarak
gaya kuasa terhadap titik tumpu dengan jarak beban terhadap titik tumpu. Bentuk
umum roda dan poros adalah pasangan gir. KMI pasangan gir ini adalah
perbandingan jejari dua gir tersebut.
Pesawat gabungan mengandung dua atau lebih pesawat sederhana yang
berhubungan, sehingga gaya beban pada pesawat pertama menjadi gaya kuasa
pada pesawat kedua. Sebagai contoh, pada sebuah sepeda (Gambar 11), pedal
dan porosnya (atau gir depan) berlaku sebagai roda dan poros.

Gambar 11. Sekumpulan


pesawat sederhana
bergabung untuk
memindahkan gaya
pengendara pada pedal ke
roda belakang.

Gaya kuasa adalah gaya kaki kita terhadap pedal, Fpada pedal. Gaya bebannya
adalah gaya gir depan yang bekerja pada rantai, Fpada rantai. Rantai mengerahkan
gaya kuasa pada gir belakang, Foleh rantai. Gir belakang dan roda belakang berlaku
sebagai roda dan poros.
Gaya bebannya adalah gaya yang dikerahkan roda terhadap jalan, Fpada jalan.
Berdasarkan hukum III Newton, jalan mengerahkan gaya ke depan terhadap roda,
sehingga sepeda bergerak maju.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 281


KEGIATAN BELAJAR 6
GETARAN DAN GELOMBANG

1. Orientasi
Di sekitar kita banyak benda-benda yang dapat bergetar, misalnya bedug setelah
ditabuh akan bergetar. Getaran bedug sampai ke telinga manusia merambat
berbentuk gelombang. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat
merambat dalam ruang hampa udara. Getaran, gelombang, dan cahaya merupakan
gejala-gejala alam yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.Setelah
menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu memahami konsep dan
penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Secara
lebih rinci Anda diharapkan dapat: menguasai tujuan tersebut, Anda akan dapat
memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk
teknologi sehari-hari

2. Materi
Getaran
Getaran atau osilasi adalah gerakan benda yang berulang-ulang secara teratur,
bolak-balik, melewati lintasan yang sama. Gerakan tersebut berlangsung secara
periodik. Bentuk paling sederhana gerak periodik ditunjukkan oleh benda yang
bergetar di ujung pegas. Pada gambar 1, jika benda ditarik pada posisi 2 dan
dilepaskan, maka akan bergerak naik dan turun di sekitar ttitik kesetimbangan.
1. Getaran pada Pegas

Gambar 1. Getaran partikel pada sebuah pegas.

Satu getaran lengkap (penuh) telah terjadi jika benda telah bergerak melalui posisi
2-1-3-1-2 atau telah menempuh 1-2-1-3-1, yaitu ketika benda ada pada posisi
semula dan sedang bergerak dalam arahnya semula.

2. Ayunan Sederhana
Sistem yang terdiri dari sebuah benda yang diikat pada ujung tali, disebut ayunan
sederhana.

282 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Gambar 2. Pendulum sederhana

Periode ayunan sederhana dapat ditemukan dengan menggunakan persamaan


periode untuk ayunan pegas dengan k kita ganti mg/L.
m
T=2π
mg / L
L
T = 2π …………………………………… (1)
g
Dan frekuensinya
1 1 g
f= = ……………………………… (2)
T 2π L

Gelombang
a. Gelombang pada Tali
Jika kita mengikatkan tali pada tiang dan kemudian kita sentakan tangan kita
yang memegang tali ke atas 30 cm. Kemudian kembali ke posisi semula. Apa
yang terjadi? Gambar 3 menunjukkan bahwa sentakan atau gangguan yang kita
berikan menjalar ke kanan. Gangguan tunggal yang tidak terulang lagi disebut
pulsa gelombang.

Gambar 3. Gangguan yang dirambatkan tali

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 283


b. Gelombang Permukan Air
Ambilah sebuah ember dan isilah air sampai kira-kira 2/3 nya. Masukkan jari
telunjuk ke dalam air dan dengan cepat tariklah. Perhatikan apa yang terjadi?
Terjadi gelombang berupa lingkaran-lingkaran yang makin menjauh dari jari
sebagai pusatnya.
Apakah medium atau zat antara ikut menjalar dalam gelombang?
Tempatkanlah gabus pada gelombang permukaan air yang telah kita buat.
Apakah gabus ikut menjalar (menjauh dari titik pusat?) Gabus hanya naik turun
dan tidak ikut menjalar. Jelaslah bahwa : dalam peristiwa menjalarnya
gelombang, hanya gangguan atau getaran yang menjalar sedang medium atau
zat antaranya tidak ikut menjalar
Apakah yang dibawa oleh gelombang sewaktu menjalar?
Kalau kita memperhatikan gelombang air laut (ombak) maka gelombang
tersebut mampu menghancurkan sebuah kapal atau apa saja yang
menghalanginya. Ini menunjukkan bahwa ada energi yang dibawa oleh ombak.
Selama menjalar dari satu tempat ke tempat lainnya gelombang memindahkan
energi. Dari manakah energi yang dimiliki gelombang? Dalam gelombang pegas,
energi berasal dari energi potensial yang dimiliki pegas saat diberi simpangan
(digetarkan). Pada gelombang air laut (ombak), energi itu berasal dari hembusan
angin di atas permukaan laut.

c. Gelombang Transversal dan Longitudinal


Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus
pada arah penjalarannya. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah
getarnya searah dengan arah penjalarannya.
1) Gelombang Transversal
Kita tinjau kembali gelombang pada tali di atas. Kita memberi getaran
dalam arah vertical (naik dan turun) tetapi arah penjalaran gelombang
mendatar atau horizontal ke kanan. Jadi arah getar tegak lurus terhadap arah
penjalaran gelombang. Gelombang yang arah getarnya tegak lurus pada arah
penjalarannya disebut gelombang transversal.
Gelombang permukaan air, arah getarannya vertical (jari kita naik dan
turun) tetapi arah penjalaran gelombang mendatar yakni makin menjauh dari
jari kita. Gelombang inipun tergolong gelombang transversal karena arah
getannya tegak lurus pada arah rambatnya.

284 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Gambar 5. Gelombang Transversal
2) Gelombang Longitudinal
Letakkan slinki di lantai, gerakkan ujung slinki maju mundur. Apa yang
terjadi? Akan terjagi rapatan dan renggangan yang menjalar maju-mundur.
Kita memberikan gerakan horizontal maju mundur dan arah penjalaran
gelombang juga horizontal (maju mundur). Arah getar searah dengan arah
penjalaran gelombang. Gelombang yang arah getarnya searah dengan arah
penjalarannya disebut gelombang longitudinal.

Gambar 6. Gelombang Longitudinal

Panjang gelombang ( λ ) adalah jarak antara dua rapatan atau dua


renggangan yang berurutan. Sedangkan jarak antara rapatan dan renggangan
yang berturutan adalah seengah panjang gelombang ½ λ .

d. Hubungan antara cepat rambat, frekuensi, dan panjang gelombang.


a) Periode atau Waktu Getar
Periode adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu gelombang. .
Periode diberi lambang T, dan satuannya dalam SI adalah detik.
b) Frekuensi
Frekuensi adalah banyak gelombang yang terjadi dalam satu detik. Frekuensi
diberi lambang f dan satuannya dalam sistem SI adalah hertz (Hz).
Hubungan frekuensi dan periode yaitu :
1 1
f = atau T =
T f
Gelombang menjalar dengan kecepatan tertentu, disebut cepat rambat.
Bagaimanakah hubungan antara cepat rambat gelombang, panjang
gelombang dan frekuensi ?

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 285


Dari rumus gerak didapatkan hubungan rumus :
jarak
kecepa tan =
waktu
Bila kita tentukan jarak = panjang gelombang, dan waktu = periode maka
panjang gelombang
cepatrambat =
periode
diperoleh :

λ
v= …………………………………………….... (3)
T
1 1
Karena f = atau T = , maka kita dapat hubungan
T T
λ
v=
T
1
v=λ
T
v
v = λ. f atau λ =
f

Dengan :
λ = panjang gelombang (m)
T = Periode (detik)
f = frekuensi (Hz)
v = cepat rambat (m/dt)

Contoh soal
Cepat rambat gelombang yang berfrekuensi 300 Hz ialah 75 m/dt. Berapakah
panjang gelombangnya?

Jawab :
Frekuensi = f = 300 Hz
Cepat rambat = v = 75 m/dt
Gunakan hubungan v, λ dan f di dapat :
v
λ=
f
75 m / dt
λ=
300 Hz
1
λ= m = 25 cm
4

286 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


e. Gelombang bunyi
Bunyi adalah salah satu contoh gelombang longitudinal, dalam
perambatannya gelombang bunyi berbentuk rapatan dan renggangan yang
dibentuk oleh partikel-partikel perantara bunyi. Apabila gelombang bunyi
merambat di udara perantaranya adalah partikel-partikel udara. Gelombang bunyi
tidak dapat merambat di dalam ruang hampa udara karena dalam ruang hampa
udara tidak partikel-partikel udara.
Bunyi yang merambat melalui medium yang berbeda memiliki cepat
rambat bunyi yang berbeda pula. Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu dan
medium yang dilaluinya. Di udara pada suhu 0𝑜𝑜 C dan tekanan 1 atm, cepat
rambat bunyi sebesar 331 m/s. Cepat rambat bunyi di udara akan bertambah 0,60
m/s untuk tiap kenaikan suhu 1𝑜𝑜 C. Contohnya, cepat rambat bunyi di udara pada
suhu 20𝑜𝑜 C adalah 340 m/s.
Dalam zat padat, cepat rambat bunyi bergantung pada kekakuan zat
padat. Semakin kaku suatu zat, semakin cepat gelombang bunyi yang
melewatinya. Cepat rambat bunyi dalam berbagai medium ditunjukkan dalam
tabel 1 berikut.

Tabel 1 cepat rambat bunyi dalam berbagai medium ( 1 atm, 20𝑜𝑜 C )


Medium Cepat rambat bunyi (m/s)
Udara 340
Udara (0 ≈ C )
o
331
Helium 1.005
Hidrogen 1.300
Air 1.440
Air laut 1.560
Besi 5.000
Gelas 4.500
Plastik 2.680
Alumunium 5.100
Kayu keras 4.000

Sejumlah faktor yang mempengaruhi kecepatan bunyi di dalam suatu gas


a) Efek tekanan
Suatu perubahan dalam tekanan akan diikuti dengan peruabahan rapat-
massa. Kecepatan tidak bergantung pada tekanan selama suhu gas tetap
konstan.
b) Efek suhu
Kecepatan bunyi bertambah dengan pertambahan suhu. Ia berbanding lurus
dengan akar suhu absolut.
c) Efek berat molekul
Untuk bermacam gas, yang jumlah atom per molekulnya sama, kemudian
suhu dan tekanannya sama, maka kecepatan bunyi di dalam gas berbanding
terbalik dengan akar dari berat molekul.
d) Efek kelembaban

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 287


Efek adanya uap air akan mengakibatkan menurunnya sedikit harga rapat
massa udara. Jadi, kecepatan bunyi di udara lembab akan lebih besar dari
pada kecepatan bunyi di udara kering dalam keadaan suhunya sama.
e) Efek frekuensi
Kecepatan bunyi yang didengar oleh telinga manusia tidak bergantung pada
frekuensi gelombangnya.
f) Efek amplitudo
Untuk amplitudo kecil, kecepatan bunyi tidak bergantung pada amplitudo tetapi
gelombang bunyi dengan amplitudo besar akan merambat dengan kecepatan
yang bergantung pada dan bertambah dengan amplitudo, yang secara
bertahap akan mengecil sampai ke batas harga normalnya.
Cepat rambat gelombang bunyi dalam medium sama dengan cepat rambat
gelombang longitudinal. Jika udara dianggap sebagai gas ideal , capat rambat
bunyi di udara dapat dihitung dengan rumus:
𝛾𝛾𝛾𝛾
𝑣𝑣 = �
𝜌𝜌
Dengan 𝛾𝛾 adalah tetapan Laplace, P adalah tekanan udara, dan 𝜌𝜌 adalah
massa jenisnya. Tetapan laplace 𝛾𝛾 merupakan rasio antara kalor jenis zat
pada tekanan tetap 𝐶𝐶𝑝𝑝 dan kalor jenis zat pada volume tetap 𝐶𝐶𝑣𝑣 .
Dalam gas ideal berlaku persamaan PV = nRT, dengan V adalah volume gas,
n adalah jumlah mol gas, R adalah tetapan umum gas (R = 8,314 J/mol.K),
dan T adalah suhu mutlak. Jika massa total gas nM (massa molekul relative M
dikalikan jumlah mol n ), maka berlaku
𝛾𝛾𝛾𝛾𝛾𝛾
𝑣𝑣 = �
𝑀𝑀

288 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 7
OPTIK

1. Hakekat cahaya
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik.Gelombang elektromagnetik
merupakan gelombang tranversal karena arah rambatnya tegak lurus arah getarnya.

Gambar 7. Kuat medan listrik dan medan magnet pada gelombang


elektromagnet E dan B saling tegal lurus (Giancoli, 2001 : 223)

a. Sifat - Sifat Cahaya :


1) Cahaya Merambat Lurus
2) Cahaya dapat di pantulkan
3) Cahaya dapat di biaskan
4) Cahaya dapat berinterferensi
5) Cahaya dapat mengalami defraksi
6) Cahaya dapat mengalami polarisasi

Gambar 8. Hukum Snellius

Pemantulan cahaya mengikuti hukum pemantulan: (1) sinar datang, garis normal,
dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar, dan (2) sudut datang sama dengan
sudut pantul.

d. Jenis-jenis pemantulan cahaya

Gambar 9 (a).Pemantulan teratur, (b).Pemantulan


Baur

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 289


Pemantulan cahaya pada permukaan benda yang tidak rata/teratur menghasilkan
pemantulan baur, cahaya menyebar ke segala arah. Pemantulan cahaya pada
permukaan rata menghasilkan pemantulan teratur.

2. Cermin
a. Cermin Datar
Cermin
Datar

Gambar 10.
Pembentukan
bayangan pada
cermin datar

Sifat :
a. Benda riil bila berada di depan cermin terbentuk bayangan maya
b. Ukuran (besar,tinggi,jarak) bayangan benda = ukuran (besar, tinggi,
dan jarak) benda.
c. Jika dua buah cermin datar membentuk sudut α ,
360
maka jumlah bayangan yang dibentuk adalah n = −1
α

b. Cermin Lengkung (Sferis)


2) Cermin Cekung
Sinar- sinar istimewa pada cermin cekung

Gambar 11. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung

290 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


3) Cermin Cembung
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung

Gambar 12. Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung

Rumus :
1 1 2
+ = …………………………………………… (4)
s s' R
1
panjang fokus (f) f = R;
2
1 1 1
+ = …………………………………………… (5)
s s' f
y' s'
perbesaran lateral : m = =− . …………………… (6)
y s
Perbesaran negatif terjadi jika s dan s’ keduanya positif, yang menunjukkan
bahwa bayangan tersebut terbalik

3. Pembiasan Cahaya
Cahaya dapat mengalami pembiasan. Pembiasan cahaya terjadi bila cahaya
melewati batas dua medium yang berbeda kerapatannya (misalnya udara dengan
air), ditandai dengan pembelokan cahaya pada bidang batas tersebut.
Hukum pembiasan cahaya (Hukum Snellius) yaitu
a. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
b. Perbandingan sinus sudut datang (θi) dan sinus sudut bias (θr) merupakan
bilangan konstan. Secara matematis dapat dinyatakan :
Sin θ i n2
= .....................….(7)
Sin θ r n1

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 291


Garis
normal
Sinar
datang
S
u
d
B
i
d
Si
u
d

Sin

Gambar 13. Diagram hukum pembiasan cahaya

4. Lensa
Ada 2 jenis lensa yakni : lensa cembung dan lensa cekung.
Ciri-ciri suatulensa cembung
a). bagian tengah lensa lebih tebal dibandingkan bagian tepinya.
b). bersifat mengumpulkan sinar.
c). titik fokusnya bernilai positif.

Sementara ciri-ciri lensa cekung :


a). bagian tengah lensa lebih tipis dibandingkan bagian tepinya.
b). bersifat menyebarkan sinar.
c). titik fokusnya bernilai negatif.

a. Lensa cembung :

(1) (2) (3) (4)

Gambar 14. macam-macam bentuk lensa cembung

Keterangan gambar: lensa (1) cembung-cembung(bi-convex),


lensa (2) disebut lensa cembung-datar(convex-plano),
lensa (3) disebut lensa datar-cembung(plano-convex),
lensa (4) disebut lensa cembung-cekung (convex-concave).

292 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


b. Lensa cekung :

(1) (2) (3) (4)


Gambar 15. macam-macam bentuk lensa cekung
Keterangan gambar: Lensa (1) cekung-cekung(bi-concave),
Lensa (2) cekung-datar(concave-plano),
Lensa (3) datar-cekung(plano-concave)
Lensa(4) cekung-cembung(concave-convex )
5. Bagian-Bagian Lensa

Gambar 16. Bagian-bagian dari suatu lensa cembung-cembung

Bagian-bagian suatu lensa : V :pusat lensa(vertex).


R1 : radius kelengkungan permukaan 1.
R2 : radius kelengkungan permukaan 2.
C1: pusat kelengkungan permukaan 1.
C2 : pusat kelengkungan permukaan 2.
F1 : titik fokus 1.
F2: titik fokus 2.
6. Aturan dalam menentukan besarnya radius kelengkungan
Diasumsikan bahwa sinar datang dari arah kiri:
a. Permukaan yang titik pusatnya ada di sebelah kanan vertex memiliki R positif.
b. Permukaan yang titik pusatnya ada di sebelah kiri vertex memiliki R negatif.
c. Permukaan datar memiliki R tak berhingga.

Gambar 17. Lensa cembung-datar memiliki R1 negatif dan R2 positif

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 293


7. Sifat-Sifat Lensa Cembung
Lensa cembung bersifat mengumpulkan sinar. Lensa cembung memiliki sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Sinar-sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan oleh
lensa cembung melewati titik fokus.
b. Sinar-sinar yang datang dari titik fokus dibiaskan sejajar dengan sumbu
utama.
c. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) tidak akan dibiaskan melainkan
diteruskan tanpa mengalami pembiasan. Sifat-sifat di atas berlaku hanya bagi
lensa tipis dan sinar-sinar merupakan sinar paralax.
Perhatikan gambar-gambar di bawah ini :

Gambar 18. Sinar-sinar sejajar sumbu utama dibiaskan lensa cembung


melewati titik fokus

Gambar 19. Sinar-sinar yang berasal dari titik fokus akan


dibiaskan sejajar sumbu utama

Gambar 20. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex)


akan diteruskan tanpa dibiaskan.

294 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


8. Titik Fokus Lensa Cembung
Titik fokus lensa cembungdapatditentukan dengan suatu rumus yang
disebutrumus pembuat lensa(lens maker equation) seperti tertulis di bawah ini :

1 1 1
= (n − 1)( − ) ....................................... (8)
f R1 R2
Keterangan : f = jarak titik fokus lensa cembung.
n = indeks bias lensa.
R1= radius kelengkungan permukaan 1 lensa.
R2= radius kelengkungan permukaan 2 lensa.

9. Kekuatan LensaCembung
Kekuatan lensaadalahbesarnya ukuran suatu lensa membelokkan sinar yang
datang padanya.
Perhatikan gambar 21:

Gambar 21. Arah jalannya sinar dalam lensa cembung

10. Rumus Kekuatan Lensa


Rumus kekuatan lensa (berbanding terbalik dengan jarak titik fokus) adalah :
1
P= ……………………………………… (9)
f
f dalam satuan m, dan P dalam satuan dioptri.
Kekuatan lensa berbanding terbalik dengan jarak titik fokusnya. Rumus di atas
hanya berlaku bila satuan f dinyatakan dalam m.

11. Sifat-Sifat Lensa Cekung


Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar, dan memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :
a. Sinar-sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan oleh
lensa cekung seolah-olah berasal dari titik fokus.
b. Sinar-sinar yang menuju titik fokus dibiaskan oleh lensa cekung sejajar sumbu
utama.
c. Sinar yang melewati pusat lensa (vertex) tidak akan dibiaskan melainkan
diteruskan tanpa mengalami pembiasan.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 295


a). Titik Fokus Lensa Cekung
Titik fokus lensa cekung dapat ditentukan dengan suatu rumus yang disebut
rumus pembuat lensa (lens maker equation) seperti tertulis di bawah ini :

di mana : f = jarak titik fokus lensa cekung.


n = indeks bias lensa.
R1= radius kelengkungan permukaan 1 lensa.
R2= radius kelengkungan permukaan 2 lensa.

Cara menentukan nilai R1 dan R2 apakah positif atau negatif dapat dilihat
pada aturan lensa. Berapapun nilai R1 dan R2 titik fokus dari lensa cekung
selalu negatif.
b). Kekuatan LensaCekung
Kekuatan lensaadalahbesarnya ukuran suatu lensa membelokkan
sinar yang datang padanya. Dengan demikian semakin besar kekuatan
suatu lensa maka sudut bias yang dihasilkan semakin besar. Sebaliknya
semakin kecil kekuatan suatu lensa maka sudut bias yang dihasilkan
semakin kecil.
Lensa dengan kekuatan yang besar bukan berarti akan
menghasilkan bayangan dengan perbesaran yang lebih besar
dibandingkan lensa dengan kekuatan kecil. Kekuatan di sini adalah
ukuran besarnya sudut bias yang dihasilkan oleh lensa.
Rumus kekuatan lensa (berbanding terbalik dengan jarak titik fokus)
adalah:

Keterangan: f dalam satuan m, dan P dalam satuan dioptri.

Setelah anda melihat gambar-gambar di atas atau setelah


mencoba percobaan (3) pada simulasi 2 maka tampak jelas bahwa
kekuatan lensa berbanding terbalik dengan jarak titik fokusnya. Rumus di
atas hanya berlaku bila satuan f dinyatakan dalam m.

c). Menentukan Bayangan dengan Rumus Lensa Tipis (Lensa Cembung)


Bayangan suatu objek yang dibentuk oleh suatu lensa cembung dapat
diperoleh dengan bantuan rumus lensa tipis (thin lens formula) :

……………………. (10)

296 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Keterangan:
s = jarak objek
s' = jarak bayangan
f = jarak titik fokus (selalu bernilai positif untuk lensa cembung).

Sementara perbesaran dari bayangan diperoleh dengan rumus :

………………………… (11)
Keterangan: m = perbesaran.
Rumus-rumus di atas hanya berlaku untuk lensa tipis dan sinar-sinar paralax.
s' dapat bernilai positif atau negatif. s' positif artinya bayangan adalah nyata,
sementara negatif artinya bayangan adalah maya.
Perbesaran (m) dapat bernilai positif atau negatif. m bernilai positif bila
bayangan tegak dan negatif bila bayangan terbalik.
d). Menentukan Bayangan dengan Rumus Lensa Tipis (Lensa Cekung)
Bayangan suatu objek yang dibentuk oleh suatu lensa cekung dapat
diperoleh dengan bantuan rumus lensa tipis :

Keterangan:
s = jarak objek
s' = jarak bayangan
f = jarak titik fokus (selalu bernilai negatif untuk lensa cekung).

Sementara perbesaran dari bayangan diperoleh dengan rumus :

Rumus-rumus di atas hanya berlaku untuk lensa tipis dan sinar-sinar


paralax.
Untuk menentukan apakah s dan s' bernilai positif atau negatif coba lihat
aturan lensa.
s' dapat bernilai positif atau negatif. s' positif artinya bayangan adalah
nyata, sementara negatif artinya bayangan adalah maya.
Perbesaran (m) dapat bernilai positif atau negatif. m bernilai positif bila
bayangan tegak dan negatif bila bayangan terbalik.

e). Bayangan Nyata dan Maya.


Bayangan nyata terbentuk dari pertemuan sinar-sinar utama yang nyata.
Bayangan maya terbentuk dari pertemuan sinar-sinar utama yang maya.
Perhatikan contoh-contoh di bawah ini :

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 297


Gambar 26. Pertemuan sinar-sinar utama yang nyata
menghasilkan bayangan nyata.

Gambar 27. Pertemuan sinar-sinar utama yang maya menghasilkan bayangan maya

Pada gambar 25 nampak dengan jelas bahwa sinar-sinar utama


setelah dibiaskan oleh lensa cembung saling bertemu pada suatu titik
yang merupakan lokasi dari bayangan. Karena sinar-sinar utama
merupakan sinar-sinar yang nyata maka bayangan yang terbentuk
merupakan bayangan nyata.
Kita bandingkan sekarang dengan gambar 26. Sinar-sinar utama
setelah dibiaskan oleh lensa cembung tidak saling bertemu karena
ketiganya menyebar. Tetapi bila kita tarik perpanjangan dari masing-
masing sinar pada bagian kiri lensa akan kita dapatkan titik temu
yang merupakan lokasi dari bayangan. Karena titik pertemuan ini
merupakan pertemuan tiga sinar yang maya (hanya perpanjangan
dari sinar yang sesungguhnya) maka bayangan yang terbentuk
adalah bayangan maya.
Dalam kenyataan sehari-hari bayangan nyataadalah bayangan yang
dapat ditangkap (diproyeksikan) oleh suatu media (layar).
Sementarabayangan mayaadalahbayangan yang tidak dapat
ditangkap oleh suatu media.

Latihan
1. Gambarkan terbentuknya bayangan dari sebuah benda berbentuk anak panah yang
terletak 4 cm di depan cermin datar. Jelaskan siat-sifat bayanganya
2. Lukiskan sinar pantul yang datang seperti pada gambar di bawah ini

298 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


3. Sebuah benda berjarak 10 cm di depan cermin cekung yang memiliki fokus 15 cm.
Dimanakah letak bayangannya dan berapa perbesarannya?

4. Gambar di bawah ini adalah gambar peristiwa pembiasan cahaya yang datang dari
medium udara ( n=1) ke medium air (n=4/3). Diantara gambar A dan gambar B, mana
yang benar? Jelaskan.

5. Sebuah benda terletak pada jarak 30 cm dari lensa cembung yang jarak fokusnya 15
cm. Lukiskan terbentuknya bayangan, kemudian tentaukan berapa jarak dan perbesan
bayangannya.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 299


LEMBAR KERJA

Tujuan : Membuat Kamera Lubang Jarum


Masalah : Bagaimanakah sinar cahaya merambat ?
Alat dan Bahan
• kaleng kopi besar dengan tutup yang tembus cahaya
• selotip
• bola lampu 40 watt (bukan dengan pelapis kaca baur) atau nyala lilin.
• paku kecil dan paku besar
Langkah Kegiatan 1
1. Buat satu lubang di dasar kaleng kopi dengan paku kecil dan paku besar.
2. Tempatkan selotip untuk menutupi lubang yang lebih besar.
3. Tempatkan tutup tembus cahaya pada bagian atas kaleng kopi.
4. Nyalakan bola lampu 40 watt dan matikan cahaya-cahaya dalam ruangan.
5. Luruskan lubang dengan cahaya (bolam) dan tandai bayangan yang terbentuk
pada tutup tembus cahaya di kaleng.
6. Gambar garis cahaya untuk menunjukkan posisi bayangan.
Data dan Pengamatan
1. Bagaimana bayangan yang terjadi ? Rancang kegiatan untuk menemukannya.
Catat hasilmu.
2. Pindahkan kaleng menjauhi bola lampu. Catat bagaimana perubahan bayangan
yang terjadi ?
3. Untuk variasi tempat, ukur jarak dari lubang ke benda do, dan jarak dari lubang ke
bayangan di,. tinggi benda ho,, tinggi bayangan, hi.
Analisis dan Kesimpulan
1. Analisis Data.
Buat gambar untuk menunjukkan mengapa bayangan yang diperoleh lebih kecil
seiring dengan semakin dijauhkannya kaleng dari sumber cahaya.
2. Pengujian hipotesis.
Ramalkan bagaimana bayangan yang dibentuk oleh lubang besar
(menggunakan paku besar) bila dibandingkan dengan bayangan yang dibentuk
oleh lubang kecil (menggunakan paku kecil). Catat persamaan dan
perbedaannya. Uji hipotesisnya dan catat hasilnya.
3. Inferensi suatu keterkaitan.
Cobalah untuk menentukan hukum/rumus secara matematika hubungan antara
hi, ho, di, dan do. Tunjukkan hasilnya.

300 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 8
KELISTRIKAN

1. Pendahuluan
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan, salah
satunya adalah masalah kelistrikan. Dalam persoalan kelistrikan banyak masalah-
masalah yang harus disampaikan kepada siswa agar mereka dapat memahami konsep
tentang kelistrikan dan mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
kelistrikan tersebut.

2. Listrik Statik
a. Pengertian Muatan Listrik
Muatan listrik hanya dimiliki oleh proton yang bermuatan listrik positif dan
elektron yang bermuatan listrik negatif. Besarnya muatan positif yang dimiliki
proton sama dengan besarnya muatan negatif yang dimiliki elektron. Oleh karena
pada inti atom terdiri dari proton dan neutron sedangkan neutron tidak bermuatan
(netral), maka pada inti atom diwarnai oleh muatan proton akibatnya inti atom
bermuatan positif. Kalau suatu atom mempunyai jumlah muatan positif sama
dengan jumlah muatan negatifnya, atom tersebut dikatakan atom netral. Keadaan
tersebut menyebabkan kebanyakan benda juga bersifat netral, misalnya atom
karbon yang netral karena mempunyai enam proton dan enam elektron. Benda-
benda yang mempunyai atom karbon adalah matahari, batubara, berlian, polimer
dan makanan.
Suatu benda dikatakan bermuatan listrik apabila mempunyai kelebihan atau
kekurangan elektron dalam atomnya. Benda yang kelebihan elektron dikatakan
sebagai benda bermuatan negatif dan yang kekurangan elektron akan menjadi
benda bermuatan positif. Dalam Satuan Internasional (SI) muatan listrik adalah
coulomb di singkat C. Satu coulomb sama dengan muatan total yang dimiliki oleh
6,24 x 1018 buah elektron atau 6,24 x 1018 buah proton. Jadi besarnya muatan satu
elektron ialah – 1,6 x 10-19C dan untuk muatan proton ialah + 1,6 x 10-19C.
Elektron yang mengelilingi inti atom dapat bergerak meninggalkan atom untuk
bergabung dengan atom lain. Dengan demikian sebuah atom yang semula netral
akibat ditinggalkan elektronnya, maka atom tersebut akan bermuatan positif,
demikian pula sebaliknya sebuah atom yang semula netral karena memperoleh
tambahan elektron maka atom tersebut akan bermuatan negatif. Kenapa atom
cenderung kehilangan atau kelebihan elektron? Hal tersebut karena proton terikat
sangat kuat di dalam inti atom akibat adanya gaya inti atom. Inilah yang mendasari
pembahasan tentang kelistrikan selalu mengacu pada persoalan kehilangan atau
kelebihan elektron dari pada kehilangan atau kelebihan proton. Hal lain yang perlu
diingat bahwa atom yang bermuatan listrik disebut juga ion. Ion ada dua macam
yaitu ion positif yang berarti atom yang bermuatan positif dan ion negatif adalah
atom yang bermuatan negatif.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 301


b. Konduktor dan Isolator
Sebuah benda ada yang mempunyai kemampuan dapat menghantarkan listrik
dan ada pula benda yang tidak mempunyai kemampuan menghantarkan listrik.
Benda yang mempunyai kemampuan menghantarkan listrik disebut konduktor
(penghantar), artinya benda yang mengandung pembawa muatan sehingga
partikel-partikelbermuatan dapat bergerak bebas. Dalam pelajaran termodinamika
konduktor dikatakan sebagai zat yang mempunyai daya hantar kalor (panas) yang
baik. Contoh dalam kehidupan sehari-hari benda yang bersifat konduktor dapat
ditemui pada semua jenis logam dan larutan garam. Sedangkan benda yang tidak
mempunyai kemampuan menghantarkan listrik disebut isolator (penghambat),
artinya bahwa benda tersebut tidak mengandung pembawa muatan. Contoh dalam
kehidupan sehari-hari isolator adalah udara kering, gelas, plastik dan karet. Pada
pelajaran termodinamika isolator adalah zat yang mempunyai daya hantar kalor
yang buruk.
Perlu diketahui pula bahwa selain logam dan larutan garam yang dapat
berfungsi sebagai konduktor, bagian tubuh manusia dan air juga berfungsi sebagai
konduktor listrik yang baik (air mengandung ion), karena 70% tubuh terdiri dari air.
Ketika bagian tubuh terkena aliran listrik secara langsung, ia akan mengalir melalui
tubuh.

c. Memberi Muatan Listrik


Seperti dijelaskan sebelumnya, benda akan bermuatan listrikjika kekurangan
atau kelebihan elektron. Keadaan ini menunjukkan bahwa elektron mempunyai
peranan yang penting dalam hal terjadinya apakah benda tersebut dapat
bermuatan listrik atau tidak. Kita dapat memberi muatan listrik pada suatu benda
dengan menambah atau mengurangi jumlah elektron yang dimilikinya.
Beberapa cara untuk memberi muatan listrik pada suatu benda yaitu dengan
cara: penggosokan, penyentuhan dan induksi.

1) Penggosokan
Apabila dua buah benda yaitu benda A dan benda B yang terbuat dari bahan
yang berbeda saling digosokkan, maka sejumlah kecil elektronnya akan
berpindah dari benda A ke benda B atausebaliknya.

Gambar 1. Proses
peggosokan pada
listrik statis

Benda A yang kehilangan elektron akan menjadi bermutan positif sedangkan


benda B yang mendapat tambahan elektron akan menjadi bermutan negatif.
Perpindahan elektron tersebut bergantung pada jenis bahan yang digosokkan.

302 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


2) Penyentuhan
Jika suatu konduktor yang bermuatan disentuhkan
dengan konduktor lain yang tidak bermuatan, kedua
konduktor akan saling berbagii muatan. Akibatnya
konduktor yang tidak bermuatan sekarang menjadi
bermuatan. Proses mengalirnya muatan listrik itu
berlangsung sangat singkat. Besarnya muatan listrik
yang mengalir bergantung pada kemampuanbenda untuk
menyimpannya, dan perbedaan muatan pada masing-
Gambar 2 masing benda. Aliran muatan listrik ini menimbulkan arus
Penyentuhan membuat
listrik yang akan dibahas pada bagian selanjutnya pada
konduktor saling berbagi
muatan pembahasan ini.

3) Induksi
Sebuah benda yang bermuatan dapat memberikan
muatannya kepada benda didekatnya tanpa menyentuh.
Sebagai contoh, sebuah benda bermuatan listrik positif
didekatkan pada konduktor yang tidak bermuatan dan
terisolasi. Elektron-elektron yang terkandung dalam
konduktor netral akan tertarik kearah benda bermuatan
tadi. Sebagian akan berpindah kebagian yang terdekat
Gambar 3 dengan benda, berkumpul pada bagian tertentu sehingga
Proses terjadinya induksi pada saatnya akan bermuatan negatif.
listrik

Bagian yang ditinggalkan elektron-elektron tersebut menjadi bermuatan


positif. Peristiwa induksi merupakan pemisahan muatan di dalam suatu benda
konduktor akibat konduktor itu didekati benda bermuatan listrik. Muatan yang
terdapat di dalam konduktor itu kemudian disebut muatan induksi. Muatan
induksi selalu berlawanan tanda dengan muatan benda pengiduksi. Muatan
hasil induksi dapat bersifat permanent tidak muncul secara permanen karena
begitu benda bermuatan dijauhkan, elektron-elektronnya akan kembali
tersebar merata ke seluruh bagian benda sehingga benda tersebut akan
kembali menjadi netral.
d. Gaya Interaksi pada Muatan Listrik
Benda-benda bermuatan mempunyai sifat khusus yang saling menolak
apabila muatannya sama dan saling menarik apabila muatannya berbeda.
Dua benda yang bermuatan lisrtik akan menimbulkan gaya tolak-menolak
atau gaya tarik-menarik apabila didekatkan. Gaya inilah yang disebut sebagai
gaya listrik statis.
Dalam menentukan besarnya gaya listrik statis, Coulomb menemukan
hubungan antara gaya listrik dengan besar muatan masing-masing listrik dan
jarak pisah kedua muatan. Hubungan tersebut dikenal dengan hukum
Coulomb yang menyatakan bahwa besarnya gaya tarik-menarik atau gaya
tolak-menolak dua benda bermuatan listrik berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara kedua muatan listrik tersebut.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 303


Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

𝑘𝑘 𝑞𝑞 1 𝑞𝑞 2
𝐹𝐹 = 𝑟𝑟 2
...............................................(1)

Di mana :
F = gaya interaksi muatan listrik (newton)
k = 1/4πԐo = 9 x 109 Nm2/C2
q1 dan q2= muatan 1 dan 2 ( coulomb )
r2 = kuadrat jarak antara kedua muatan ( meter ).

Contoh soal:
Berapa besar gaya elektrostatika pada elektron atom hidrogen yang di
akibatkan oleh proton tunggal intinya, jika orbit elektron terhadap intinya
rata-rata berjarak 0,53 x 1010 m.
Jawaban:
𝑄𝑄1 = −1,6 𝑥𝑥 10−19 𝐶𝐶
𝑄𝑄2 = 16 𝑥𝑥 10−19 𝐶𝐶
𝑟𝑟 = 0,53 𝑥𝑥 10−10 𝑚𝑚
𝑄𝑄1 𝑄𝑄2 (9𝑥𝑥109 𝑁𝑁𝑚𝑚 2 /𝐶𝐶 2 )(−1,6𝑥𝑥10−19 𝐶𝐶 )(1,6𝑥𝑥10−19 𝐶𝐶 )
𝐹𝐹 = 𝐾𝐾 2 =
𝑟𝑟 {(0,53𝑥𝑥10−10 )𝑚𝑚 2 }

𝐹𝐹 = −8,2𝑥𝑥10−8 𝑁𝑁
Tanda (-) minus menunjukkan gaya interaksi yang terjadi adalah gaya tarik
menarik.

e. Gejala dan Penerapan Listrik Statis


Listrik statis sangat mudah terbentuk oleh gesekan. Proses ini akan
berjalan dengan baik jika udara dan benda yang bergesekan dalam keadaan
kering. Muatan yang sangat besar dapat terbentuk pada isolator atau
konduktor yang terisolasi, muatan yang besar ini dapat menimbulkan
bencana.
1) Petir ( Halilintar )
Udara panas yang naik kelangit ketika hari cerah
dapat menjadi bermuatan dengan cepat. Muatan
tersebut akan diberikan ke butir-butir air di awan.
Kalau melintas di atas gedung, awan yang memiliki
muatan negatif besar dapat menimbulkan induksi
pada atap gedung.
Karena muatan induksi berlawanan dengan muatan
awan, terjadilah tarik-menarik antara kedua muatan.
Jika kedua muatan itu cukup besar,makaakan terjadi
aliran elektron dalam jumlah besar ke arah atap
Gambar 4. Penangkal petir untuk gedung. Aliran itu terbentuk loncatan bunga api listrik
melindungi bangunan yang
yang disebut petir.
tinggi

304 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Petir yang sampai ke tanah disebut kilat, yang dapat menimbulkan
panas yang sangat besar. Akibatnya udara yang dilalui kilat memuai dengan
sangat cepat. Jika pemuaian itu terjadi dengan tiba-tiba, maka akan timbul
suara seperti ledakan yang sangat keras. Suara itulah yang disebut guruh
atau guntur. Dengan demikian guruh selalu terjadi bersamaan dengan
terjadinya kilat. Alat yang digunakan untuk menghindari sambaran petir adalah
penangkal petir.
2) Ledakan atau Kebakaran Tangki Minyak
Bila terdapat sebuah tanggki minyak yang kosong mengandung banyak
uap gas yang mudah terbakar kalau ada loncatan bunga api yang ditimbulkan
oleh listrik statis. Oleh karena itu, orang yang bekerja di dalam atau di dekat
tangki tersebut harus memakai pakaian khusus anti listrik statis.
1. Generator Van de Graaff
Generator Van de Graaff merupakan sebuah alat yang
dirancang oleh Robert Jemison Van de Graaff (1901-
1967) pada tahun 1931 di MIT (Massachusset Institute of
Technology). Alat tersebut dapat menghasilkan muatan
listrik dalam jumlah yang sangat besar melalui cara
penggosokan. Gesekan antara gelang karet dengan
silinder logam akan menhasilkan muatan negatif.
Muatan negatif tersebut dikumpulkan pada bola logam
besar berbentuk kubah yang terdapat di atap generator.
Gesekan yang berlangsung secara terus menerus akan
Gambar 5. menghasilkan muatanyang semakin besar. Sementara
Generator Van de Graaff gesekan antara gelang karet dengan silinder politen
menimbulkan muatan positif pada gelang karet.
Dengan begitu, gelang karet membawa muatan positif itu ketika
bergerak dari bawah ke atas. Jika seseorang yang memegang kepala
kubah, muatannya semakin besar sebagai akibat dari kejadian tersebut,
maka rambut orang akan berdiri tegak. Hal ini terjadi karena setiap helai
rambut akan saling bertolak akibat muatan yang sama.

3) Penggumpal Asap
Pada tahun 1906, Frederick Gardner Cottrel, seorang
ahli kimia Amerika membuat suatu alat sederhana utuk
mengumumpulkan asap yang keluar dari cerobong asap
pabrik sehingga dapat mengurangi polusi udara. Alat
tersebut menggunakan prinsip induksi muatan dan gaya
coulomb. Caranya dengan memasang dua logam yang
memiliki muatan besar tetapi berlawanan tanda pada
Gambar 6. Penggumpalan
cerobong asap pabrik. Partikel asap yang mengalir
asap guna mengurangi
melalui cerobong akan terinduksi sehingga memiliki
polusi udara dari asap
muatan induksi. Muatan yang dihasilkan ada yang positif
pabrik
dan ada yang negatif. Akibatnya partikel asap akan tarik-
menarik sehingga membentuk partikel yang lebih berat.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 305


Bertambah beratnya partikel tersebut mengakibatkan partikel tidak lagi
mengalir ke atas bersama asap melainkan jatuh di dasar cerobong. Dengan
demikian gumpalan itu mudah dibersihkan dan polusi udara dapat dikurangi.

3. Listrik Dinamis
a. Pengertian Arus Listrik
Bagaimana benda isolator dan benda konduktor menjadi bermuatan listrik
setelah digosok dan diinduksi, muatan listrik pada isolator dan konduktor yang
terisolasi tersebut tidak bergerak atau statis dan hanya berada pada permukaan
yang digosok atau diinduksi. Namun demikian muatan listrik tersebut akan
bergerak atau mengalir jika diberi media konduktor. Aliran muatan inilah yang
kemudian dinamakan sebagai arus listrik. Dengan demikian arus listrik adalah
aliran muatan listrik yang mengalir dari suatu tempat ke tempat yang lain. Jenis
listrik yang mengalir inilah yang kemudian dinamakan sebagai listrik dinamis.

b. Arus Konvensional
Sebelum elektron ditemukan, arus listrik dinyatakan sebagai partikel-
partikel bermuatan positif yang bergerak dari kutub positif baterai ke kutub negatif
baterai. Dengan demikian aliran muatan listrik positif selalu mengalir dari titik
dengan muatan positif lebih banyak ke titik dengan muatan positif yang lebih
sedikit. Aliran muatan positif inilah yang disebut sebagai arus konvensional.
Pembahasan sebelumnya telah diperoleh konsep bahwa muatan listrik
yang mengalir adalah partikel negatif atau elektron dengan arah yang berlawanan
dengan arah aliran arus konvensional. Muatan positif tidak dapat berpindah atau
mengalir dan hanya muatan negatif (elektron) yang mengalir”. Aliran elektron
tersebut dikenal juga sebagai arus elektron.

c. Kuat Arus
Suatu besaran yang menggambarkan jumlah muatan listrik yang mengalir
yang mengalir tiap satuan waktu. Besaran tersebut adalah kuat arus listrik. Kuat
arus listrik merupakan salah satu dari tujuh besaran pokok. Satuan besaran pokok
ini adalah ampere disingkat A.
Dari definisi kuat arus listrik I, maka secara matematis dapat dinyatakan
dengan persamaan:

𝑄𝑄
𝐼𝐼 = 𝑡𝑡
..........................................................(2)

dengan I = kuat arus listrik (ampere)


Q = muatan listrik (coulomb)
t = waktu (sekon)
Konsep yang dapat diangkat dalam persoalan ini adalah bahwa “arus
listrik mengalir dari potensial tinggi kepotensial rendah” harus diingat pula
bahwa “arus listrik mengalir karena adanya beda potensial”. Artinya bahwa
“beda potensial akan timbul/terjadi hanya jika terdapat sumber tegangan
listrik”.

306 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


d. Beda Potensial Listrik/Tegangan Listrik
Pengertian beda potensial dapat diberikan contoh sebagai dua buah tandon air
yaitu tandon air A dan dan tandon air B yang kapasitas isinya sama. Kalau tandon
air A berisi air 500 liter dan tandon B berisi 100 liter dan keduanya terletak pada
ketinggian masing-masing 4 m (untuk tandon A) dan 1 m (untuk tandon B), maka
air akan mengalir dari A ke B. Tapi kalau tandon A dan B masing-masing berisi
100 liter, sedangkan keduanya terletak pada lantai yang sama tinggi, maka air
tidak akan mengalir dari A ke B atau sebaliknya dari B ke A.
Aliran listrik mirip dengan contoh tandon di atas. Agar arus listrik dapat terus
mengalir maka harus dipasang alat pembuat beda potensial yang disebut sumber
tegangan listrik. Dengan demikian agar arus listrik dapat selalu mengalir dari A ke
B, maka potensial A harus selalu berada lebih tinggi dari pada potensial B. Jadi
sumber tegangan hanya berfungsi untuk memindahkan muatan-muatan listrik
sehingga terjadi beda potensial antara titik A dengan titik B.
Untuk dapat mengalirkan arus listrik, sumber tegangan harus mengeluarkan
energi. Jika sumber tegangan mempunyai energi sebesar 1 joule, maka dapat
memindahkan muatan listrik sebanyak 1 coulomb dan dikatakan beda potensial
sebesar 1 volt.
Beda potensial adalah energi yang berfungsi untuk mengalirkan muatan listrik
dari satu titik ke titik yang lainnya. Beda potensial 1 volt adalah energi sebesar 1
joule yang dikeluarkan oleh sumber tegangan dan berfungsi untuk memindahkan
muatan sebanyak 1 coulomb.

𝑊𝑊
𝑉𝑉 = 𝑄𝑄
dan 𝑊𝑊 = 𝑉𝑉 𝑥𝑥 𝑄𝑄 ................................(3)

di mana : V = beda potensial (Volt)


W = energi (joule)
Q = muatan listrik(coulomb)

e. Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik terdiri dari berbagai komponen listrik seperti resistor,
baterai, lampu, dan saklar yang dihubungkan dengan sebuah konduktor, akan
menyebabkan arus listrik dapat mengalir dalam rangkaian tersebut. Apabila kita
tinjau tingkat kesulitan didalam rangkaian listrik, ada rangkaian sederhana seperti
rangkaian pada senter dan rangkaian yang sulit seperti radio, televisi dan
komputer, serta ada rangkaian yang rumit. Baik rangkaian sederhana maupun
rangkaian yang rumit, dibedakan menjadi dua macam yaitu rangkaian terbuka dan
rangkaian tertutup. Jika sepanjang rangkaian ada bagian yang terputus (bagian
yang tidak terhubungkan), rangkaian tersebut dinamakan rangkaian terbuka, tapi
kalau sepanjang rangkaian tidak ada yang terputus (semua bagian rangkaian
terhubungkan satu dengan yang lain) dinamakan rangkaian tertutup. Arus listrik
hanya dapat mengalir pada rangkaian tertutup.
Alat yang digunakan untuk menghentikan arus listrik pada rangkaian
tertutup dan menjadikannya rangkaian terbuka adalah saklar dan sekring.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 307


f. Saklar
Komponen listrik yang dirancang agar berfungsi untuk menyambung dan
memutuskan suatu rangkaian listrik. Saklar juga merupakan alat pemutus
aliran listrik yang aman digunakan pada saat terjadi kecelakaan, misalnya
menyelamatkan orang yang tersengat listrik.
Jika saklar dalam keadaan terbuka atau off maka arus terputus,
sedangkan kalau saklar dalam keadaan terbuka atau on maka arus mengalir
atau tersambung.
g. Sekring
Sekring atau fuse merupakan komponen pengaman
jaringan/rangkaian listrikyang terbuat dari kawat tipis
dengan titik lebur yang rendah. Apabila kawat tipis ini
dialiri listrik melebihi kekuatannya maka kawat akan
mudah meleleh atau putus.
Komponen tersebut memang dirancang sedemikian
karena sekring mempunyai fungsi yang sama dengan
saklar otomatis. Ksama dengan saklar otomatis.
Bila di rumah terjadi hubungan pendek maka sekring
Gambar 7. Sekring
pengaman rangkaian listrik
yang berfungsi sebagai pengaman jaringan/rangkaian
listrik akan memutus jaringan/rangkaian listrik secara
otomatis.
h. Rangkaian Seri dan Paralel
Hambatan yang dihubungkan seri akan mempunyai arus yang sama, dengan
tegangan yang berbeda.

Rs = R1 + R2 + R3

I = I1 = I 2 = I 3

Hambatan yang dihubungkan paralel, tegangan antara ujung-ujung hambatan


adalah sama, sebesar V dan arus yang melalui titik percabangan berbeda.
1 1 1 1
= + +
Rp R1 R2 R3

V V V V
I1 = ; I2 = ; I3 = ; I=
R1 R2 R3 Rp

308 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


1) Rangkaian Seri
Jika beberapa komponen listrik dihubungkan sehingga
membentuk suatu rangkaian tanpa adanya percabangan
diantara kutub-kutub sumber listrik, maka rangkaian itu
dinyatakan sebagai rangkaian yang terhubung seri.
Elektron-elektronmengalirdari kutub negatif sumber arus
listrik melalui kabel konektor dan masing-masing
komponen secara berurutan dan akhirnya kembali
kesumber arus listrik melalui kutub positif. Kuat arus
Gambar 8. Rangkaian seri yang mengalir sama besarnya di setiap titiksepanjang
dari dua lampu rangkaian.Lampu senter sebagai contoh yang paling
sederhana yang dirangkai secara seri. Kelemahan
rangkaian seri pada jaringan listrik adalah kalau
komponen-komponen yang terhubung salah satunya
putus, maka akan memutus sumber arus listrik jaringan
tersebut.
b) Rangkaian Paralel
Jika berbagai komponen listrik dihubungkan sehingga
membentuk suatu jaringan/ rangkaian percabangan di
antara kutub-kutub sumber arus listrik, rangkaian ini
disebut rangkaian paralel. Setiap bagian dari
percabangan itu disebut rangkaian percabangan.
Arus listrik yang mengalir dari sumber arus listrik akan
terbagi-bagi begitu memasuki titik percabangan.
Setelah keluar melalui kutub negatif sumber arus listrik
Gambar 9. Rangkaian dan melalui berbagai rangkaian percabangan, arus listrik
paraleldari dua lampu akan menyatu kembali sebelum menuju kutub positif
sumber arus listrik.
Contoh rangkaian paralel, yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari
adalah rangkaian/jaringan listrik PLN di rumah, di kantor, industri dan lain
sebagainya.
Keuntungannya rangkaian paralel adalah kalau ada salah satu komponen
listrik di rumah putus, maka putusnya lampu tersebut tidak mempengaruhi
kerja jaringan listrik PLN yang lain.

i. Hukum Ohm
Perubahan beda potensial menyebabkan perubahan arus listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian. Semakin besar beda potensial, semakin
besar arus listrik mengalir dalam rangkaian.
Nilai perbandingan antara beda potensial (V) dengan kuat arus listrik (I)
atau V/I adalah relatif sama atau tetap. Analisis matematis ini sebagai hasil
penelitian seorang fisikawan dari Jerman yang bernama George Simon Ohm,
yang menyatakan tetapan tersebut sebagai hambatan listrik (R) dan secara
matematis adalah:
I ≈ V atau V / I = Konstan
karena tetapan sama dengan R maka,

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 309


𝑉𝑉
𝐼𝐼 = 𝑅𝑅
...........................................(4)

dengan : I = kuat arus listrik ( A )


V = beda potensial listrik ( V )
R = hambatan listrik ( Ω ).
Persamaan tersebut dikenal sebagai persamaan Ohm yang disebut dengan
Hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa besar arus listrik yang
mengalir dalam suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial
antara kedua ujung penghantar dan berbanding terbalik terhadap
hambatannya.

j. Energi Listrik dan Daya Listrik


Energi listrik sebagai wujud keberhasilan jaringan listrik dinamis yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Lain halnya ketika
membahas listrik statis yang hanya terdiri dari beda potensial dan muatan
listrik, sedangkan kalau listrik dinamis terdapat beda potensial, muatan listrik
dan arus listrik.
Energi listrik dapat diperoleh dari hasil perubahan berbagai macam
bentuk energi lain. Mengingat energi tidak dapat diciptakan, pastilah energi
berasal dari energi lain.
Dalam ilmu kelistrikan jika arus
listrik mengalir pada suatu
rangkaian seperti gambar di
beterai samping maka dalam hal itu
plastik terjadi perubahan antara energi
listrik menjadi enegi kalor.
kawat Energi kalor yang muncul dari
energi listrik disebut kalor joule.

Gambar 10. Rangkaian listrik


Besarnya energi listrik yang diubah menjadi energi kalor berbanding lurus
dengan beda potensial, arus listrik dan lamanya aliran arus listrik dalam
rangkaian tersebut. Secara matematis dapat dijabarkan sebagai berikut.

𝑊𝑊 = 𝑉𝑉. 𝐼𝐼. 𝑡𝑡 … … … … … … … . (5)

W = energi listrik yang diubah menjadi kalor ( joule )


V = beda potensial listrik (volt)
I = kuat arus listrik (ampere)
t = lama aliran arus listrik (sekon)

Untuk menentukan besarnya energi listrik yang diubah menjadi kalor, selain
perlu menentukan beda potensial dan arus listrik, juga perlu ditentukan
lamanya proses itu berlangsung. Makin lama arus listrik mengalir makin
banyak energi listrik yang diubah menjadi kalor.

310 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Pada kenyataannya tidak semua orang mau mencatat waktu aliran arus listrik.
Oleh karena itu, besarnya energi listrik jarang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Orang cenderung menggunakan besaran daya listrik untuk
menyatakan energi listrik yang digunakannya.
Daya listrik (P) menyatakan laju aliran energi listrik, sama dengan jumlah
energi listrik (E) yang digunakan selama selang waktu tertentu dibagi dengan
lama penggunaan (t).Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Daya Listrik = (Energi listrik)/(Lama penggunaan)
𝐸𝐸
𝑃𝑃 = … … … … … … … … . . (6)
𝑡𝑡
Realisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika menghitung pemakaian
listrik (PLN) dan berapa yang harus dibayar atas pemakaian tersebut pada
PLN.

Contoh soal :
Misalnya di rumah dipasang tiga buah lampu.Lampu pertama memiliki
daya listrik 100 W, lampu kedua 50 W, dan lampu ketiga 25 W. Ketiga
lampu itu dinyalakan 13 jam setiap harinya.
a. Berapa energi yang digunakan ketiga lampu tersebut selama sebulan
(30 hari)?
b. Jika biaya yang harus dibayar ke PLN untuk setiap 1 KWh Rp
495,00, berapa yang harus dibayar ?
c. Jika bea beban PLN sebesar R 39.163,00 dan PPN sebesar 10%,
berapakah yang harus dibayar tiap bulan (30 hari) ?
Jawaban :
a. Daya lampu pertama P1 = 100 W = 0,1 kW.
Daya lampu kedua P2 = 50 W = 0,05 kW
Daya lampu ketiga P3 = 25 W = 0,025 kW
Daya total P = P1 + P2 + P3
= 0,1 + 0,05 + 0,025 = 0,175 kW
Lama pemakaiaan setiap hari = 13 jam
Lama pemakaian sebulan t = 30 x 13 = 390 jam
Energi yang digunakan selama sebulan W = P x t
= 0,175 x 390 = 68,25 kWh.
b. Harga per kWh = Rp 495,00
Biaya energi listrik yang harus dibayar = W x harga per k Wh
= 68,25 x Rp 495,00
= Rp 33.783,75
c. Bea beban = Rp 39.163,00
Biaya subtotal = Rp 33.783,75 + Rp 39.163,00
= Rp 72.942,75
PPN = 10% x Rp 72.946, 75 = Rp 7. 294, 675
Biaya total yang harus dibayar = Biaya subtotal + PPN
= Rp 72.942,75 + Rp 7.294.675
= Rp 80.241,425
Jika dibulatkan biaya yang harus dibayar selama 30 hari = Rp 80.250,00

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 311


k. Alat Ukur Listrik
Alat ukur listrik dasar ada 2 macam, yaitu; amperemeter sebagai alat
ukur arus listrik dan voltmeter sebagai alat ukur tegangan listrik.

1) Amperemeter
Amperemeter adalah alat untuk mengukur
kuat arus listrik. Alat ini biasanya menjadi
satu dalam multitester atau AVOmeter
(Amperemeter, Voltmeter, dan Ohmmeter).
Amperemeter sering digunakan di labora-
torium sekolah. Kemampuan pengukuran-
nya terbatas sesuai dengan nilai
maksimum yang tertera dalam alat ukur itu.
Ada yang maksimumnya 5A, 10A, dan
Gambar 11. Alat Ukur
Amperemeter.
20A.

Amperemeter bisa jadi tersusun atas mikroamperemeter dan shunt.


Mikroamperemeter berguna untuk mendeteksi ada tidaknya arus yang melalui
rangkaian karena nilai kuat arus yang kecilpun dapat terdeteksi. Untuk
mengukur kuat arus yang lebih besar dibantu dengan hambatan shunt
sehingga kemampuan mengukurnya disesuaikan dengan perkiraan arus yang
ada. Jika arus yang digunakan diperkirakan dalam rentang milliampere, dapat
digunakan shunt misalnya 100 mA atau 500 mA.

a) Cara Penggunaan Amperemeter


Untuk mengukur arus yang melewati penghantar dengan
menggunakan Amperemeter, maka harus dipasang seri dengan cara
memotong penghantar agar arus mengalir melewati amperemeter. Perhatikan
gambar 11.

Gambar 12. Cara Penggunaan


Amperemeter

Setelah saklar S dibuka kemudian penghantar diputus, kemudian


sambungkan amperemeter di tempat itu. Setelah amperemeter terpasang,
dapat diketahui besar kuat arus yang mengalir melalui penghantar dengan
membaca jarum penunjuk amperemeter. Dalam membaca amperemeter
harus diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum penunjuk tidak selalu
menyatakan angka apa adanya.

312 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Gambar 13. Alat ukur Amperemeter

Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus:

𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝐼𝐼 = 𝑥𝑥 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

b) Prinsip Kerja Amperemeter


Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (gaya
Lorentz). Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh
medan magnet timbul gaya Lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk
menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya
yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan
jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat
arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula
oleh pegas. Besar gaya Lorentz:

𝐹𝐹 = 𝐵𝐵. 𝐼𝐼. 𝐿𝐿

Kemampuan amperemeter dapat ditingkatkan dengan memasang


hambatan shunt secara paralel terhadap amperemeter. Besar hambatan
shunt tergantung pada beberapa kali kemampuannya akan ditingkatkan.
Misalnya mula-mula arus maksimumnya adalah I, akan ditingkatkan
menjadi I’ = n . I, maka besar hambatan shunt

𝑅𝑅𝑔𝑔
𝑅𝑅𝑠𝑠ℎ =
(𝑛𝑛 − 1)

dimana Rg = Hambatan galvanometer

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 313


Contoh soal:
Sebuah amperemeter dengan hambatan Rg = 100 Ohm dapat mengukur
kuat arus maksimum 100 mA. Berapa besar hambatan shunt yang
diperlukan agar dapat mengukur kuat arus sebesar 10A ?
R
h

R
G
Penyelesaian :
n = 10 A = 10.000mA : 100 mA = 100

100 RG
Rsh = = 100/99 Ohm.
100-1 (n − 1)

2) Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan
listrik. Alat ini biasanya menjadi satu dalam
Multitester atau AVO seperti pada Amperemeter.
Kemampuan pengukuran dengan voltmeter
terbatas sesuai dengan nilai maksimum yang
tertera dalam alat ukur itu, yaitu 5V, 10V, 20V,
dan seterusnya.
Gambar 14. Voltmeter
a) Cara Penggunaan Voltmeter
Untuk mengukur tegangan listrik digunakan voltmeter yang
dipasang paralel terhadap komponen yang diukur beda potensialnya. Jadi
tidak perlu dilakukan pemutusan penghantar seperti pada amperemeter.
Untuk mengukurtegangan listrik seperti terlihat pada gambar 14.

Gambar 15. Cara Penggunaan Voltmeter


Pada rangkaian arus searah, pemasangan kutub-kutub voltmeter
harus sesuai. Kutub positif dengan potensial tinggi dan kutub negatif
dengan potensial rendah. Biasanya ditandai dengan kabel yang berwarna

314 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


hitam, merah, atau biru. Bila pemasangan terbalik akan terlihat
penyimpangan ke arah kiri. Sedangkan pada rangkaian arus bolak-balik
tidak menjadi masalah.
Setelah voltmeter terpasang dengan benar, maka hasil pengukuran
harus memperhatikan bagaimana menuliskan hasil pengukuran yang
benar.
Tegangan yang terukur (V) adalah:
𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑉𝑉 = 𝑥𝑥 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Contoh soal :
Jika angka yang ditunjuk jarum = 2, dan batas ukur yang digunakan 2V,
berapakah hasil pengukurannya?
Penyelesaian :

V=
(2x 2) = 0,8 V.
5

b) Prinsip Kerja Voltmeter


Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan amperemeter karena
designnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier.
Galvanometer menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana
interaksi antara medan magnet dan kuat arus akan menimbulkan gaya
magnetik. Gaya magnetik inilah yang menggerakkan jarum penunjuk
sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan.
Makin besar kuat arus, makin besar pula penyimpangannya.

Gambar 16. Prinsip kerja Galvanometer


Gambar penyusunan Galvanometer dengan hambatan multiplier
menjadi voltmeter seperti pada Gambar 16.

Rm Rg

Gambar 17. Design Penyusunan Galvanometer

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 315


Fungsi dari multiplier adalah menahan arus agar tegangan yang
terjadi pada galvanometer tidak memenuhi kapasitas maksimumnya,
sehingga sebagian tegangan akan berkumpul pada multiplier. Dengan
demikian kemampuan mengukurnya menjadi lebih besar. Jika
kemampuannya ingin ditingkatkan menjadi n kali maka dapat ditentukan
berapa besar hambatan multiplier yang diperlukan.

V
n=
VG
Rm = (n - 1) . RG

dengan V = tegangan yang akan diukur


VG = tegangan maksimum galvanometer
RG = hambatan Galvanometer
Rm = hambatan Multiplier

Contoh Soal :
Sebuah galvanometer yang memiliki hambatan dalam 10 Ohm dan
tegangan maksimum 10 mV akan dipakai untuk mengukur tegangan
maksimum 20 V. Berapa besar hambatan multiplier yang diperlukan ?
Penyelesaian :
n = 10 : 0,01 = 1000
Rm = (n - 1) . RG
= 999 . 10 = 9990 Ohm

316 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 9
KEMAGNETAN

1. Pendahuluan
Standar kompetensi yang disampaikan kepada siswa tentang kemagnetan
adalah memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari. Kompetensi dasarnya adalah:
1. menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet
2. mendeskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi
3. menerapkan konsep induksi elektromagnetik untuk menjelaskan prinsip kerja
beberapa alat yang memanfaatkan prinsip induksi elektromagnetik.
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu memahami konsep
tentang kemagnetan. Secara lebih rinci Anda diharapkan dapat:
1. menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet
2. mendeskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi
3. menerapkan konsep induksi elektromagnetik untuk menjelaskan prinsip kerja
beberapa alat yang memanfaatkan prinsip induksi elektromagnetik.
Dengan menguasai tujuan tersebut, Anda akan dapat memahami konsep
kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Materi
a. Benda Bersifat Magnetik dan Non Magnetik
Istilah magnet, kemagnetan dan magnetik berasal dari nama suatu wilayah di
Yunani kuno, yaitu Magnesia. Pada tahun 600-an SM, bangsa Yunani sudah
mengenal suatu bahan yang mempunyai sifat dapat menarik besi. Bahan tersebut
dinamakan bahan magnetik.
Berbagai macam alat yang menggunakan magnet, adalah kompas, alat
pengukur listrik (AVO meter), telepon, dinamo, bel listrik.
Apakah magnet itu? Bagaimana cara membuatnya? Apa artinya benda
bersifat magnetik dan non magnetik?
Sifat kemagnetan suatu benda seperti berikut:
1. Benda yang ditarik kuat oleh magnet disebut ferromagnetik. Termasuk
golongan ferromagnetik adalah besi, baja, kobalt dan nikel.
2. Benda yang ditarik lemah oleh magnet disebut paramagnetik. Bahan yang
termasuk golongan paramagnetik adalah aluminium dan platina.
3. Benda yang mengalami tolakan terhadap magnet disebut diamagnetik. Bahan
termasuk golongan diamagnetik adalah bismut, timah dan molekul organik
seperti bensin dan plastik.
Benda magnetik yaitu benda yang dapat ditarik magnet, sedangkan benda
non magnetik yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Magnet adalah
logam atau batuan yang dapat menarik feromagnetik seperti besi atau baja.
b. Cara Membuat dan Menghilangkan Kemagnetan
Dalam kehidupan sehari-hari jarang digunakan magnet alam, tetapi lebih
banyak menggunakan magnet buatan. Beberapa cara membuat magnet adalah:

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 317


1) Dengan Arus Listrik
Sediakan sebuah paku besar atau sepotong besi beton, beberapa
paku kecil atau, jarum pentul, kawat berisolasi (kawat transformator/kawat
tembaga) dan sebuah batu baterai. Dekatkan paku besar pada paku kecil,
apakah paku-paku kecil dapat ditarik oleh paku besar?

Gambar 1. Proses pembuatan magnet dengan arus listrik

Lalu kemudian lilitkan kawat pada paku besar dan masing-masing ujung
pakunya hubungkan dengan kutub-kutub baterai. Sekarang dekatkan paku-
paku kecil dengan paku besar yang telah terliliti kawat dan telah terhubung
dengan baterai. Apa yang terjadi? Ternyata paku-paku kecil akan ditarik
oleh paku besar tersebut.

2) Dengan Cara menggosokkan Magnet Tetap


Kalau salah satu ujung sebuah magnet
tetap digosok dengan sebuah batang besi
atau baja yang tidak mengandung magnet,
dengan arah gosokan tetap sepanjang
batang besi atau baja berulang kali, maka
batang besi atau baja tersebut akan
menarik paku-paku kecil yang ada di
dekatnya.
Gambar 2. Proses pembuatan
magnet dengan menggosok

3) Dengan Induksi ( Influensi = Imbas )


Suatu benda logam yang tidak bermuatan
magnet didekatkan dengan magnet yang
kuat, maka benda logam tersebut akan
bersifat magnet, magnet yang diturunkan
pada logam tersebut akibat terkena imbas
dari benda magnet tersebut.

Gambar 3. Proses pembuatan


magnet dengan induksi

318 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


c. Menghilangkan Kemagnetan
Sebuah Elektromagnet atau magnet yang
diperoleh dengan cara induksi magnet
seperti selenoida jika dibandingkan dengan
magnet permanen mempunyai kelemahan,
yaitu harus selalu dialiri arus listrik.
Walaupun demikian elektromagnet juga
mempunyai kelebihan yang menguntungkan,
yaitu sifat magnetiknya dapat dibuat dan
dihilangkan sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu kekuatan magnetik elektromagnet
Gambar 4. Memanaskan, memukul dan dapat diperbesar dengan menambah arus
mengalirkan arus bolak-balik
merupakan cara menghilangkan sifat
listrik dan jumlah lilitan kawatnya.
kemagnetan bahan

d. Pemanfaatan Elektromagnet
Elektromagnet atau magnet yang diperoleh dengan cara induksi magnet
seperti solenoida jika dibandingkan dengan magnet permanen mempunyai
kelemahan, yaitu harus selalu dialiri arus listrik. Walaupun demikian,
elektromagnet juga mempunyai kelebihan yang menguntungkan, yaitu sifat
magnetiknya dapat dibuat dan dihilangkan sesuai kebutuhan. Selain itu, kekuatan
magnetik pada bahan elektromagnet dapat diperbesar dengan menambah arus
listrik dan jumlah lilitan kawatnya. Elektromagnet banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-harisebagai berikut :
1) Bel Listrik
Bel listrik terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut. :
a. Besi U yang diteliti kawat dengan arah yang berlawanan.
b. Interuptor yang berfungsi sebagai pemutus arus listrik.
c. Besi lunak yang dilekatkan pada sebuah pegas baja.
d. Bel sebagai sumber bunyi.
Cara kerja bel listrik sebagai berikut:
Ketika saklar ditekan hingga menutup
rangkaian, arus listrik mengalir dari sumber arus
listrik (biasanya berupa baterai) menuju interuptor.
Kemudian, arus itu menuju pegas baja dan
selanjutnya menuju ke kumparan di besi U. Adanya
arus listrik yang mengalir melalui kumparan
mengakibatkan besi U berubah menjadi magnet dan
menarik besi lunak yang diletakkan pada pegas baja.
Tertariknya besi lunak beserta pegas baja
mengakibatkan pegas baja memukul bel hingga Gambar 5
berbunyi. Pada saat yang sama hubungan pegas Skema Bel Listrik
baja dengan interuptor terputus sehingga arus listrik
berhenti mengalir. Berhentinya aliran arus itu menyebabkan besi U kehilangan
sifat magnetnya. Akibatnya, pegas baja kembali ke keadaan semula. Pegas

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 319


baja kembali berhubungan dengan interuptor, dan seterusnya berulang kali.
Karena proses itu terjadi berulang kali maka bel akan terdengar nyaring.

2) Relay
Alat ini berfungsi untuk menghubungkan
atau memutuskan arus listrik yang besar
dengan menggunakan arus listrik yang kecil.
Jadi, relay memiliki fungsi seperti saklar untuk
rangkaian listrik yang berarus besar. Cara kerja
relay adalah sebagai berikut:
Ketika ada arus listrik lemah pada
kumparan, inti besi lunak menarik lempeng.
Lempeng yang bergerak pada poros akan
menghubungkan saklar. Akibatnya, terjadi
rangkaian tertutup. Jika arus listrik lemah Gambar 6. Skema relay
diputuskan, saklar menjadi terputus yang
mengakibatkan rangkaian listrik menjadi
rangkaian terbuka.

3) Pesawat Telepon
Pada era globalisasi ini pesawat telepon
merupakan salah satu sarana komunikasi
sangat penting. Dengan pesawat telepon,
orang tidak perlu menempuh jarak ratusan dan
bahkan ribuan kilometer untuk sekedar
berkomunikasi. Telepon mempunyai dua
bagian penting, yaitu bagian pengirim
(pemancar) dan bagian penerima.

Prinsip kerja telepon: Gambar 7. Skema telepon


Mengubah gelombang suara yang merupakan gelombang mekanik
menjadi getaran-getaran listrik dalam rangkaian listrik. Prosesnya adalah
ketika seseorang berbicara maka gelombang suara dapat menggetarkan
selaput alumunium. Akibatnya, serbuk-serbuk karbon menjadi tertekan pula.
Tekanan pada karbon menyebabkan hambatan serbuk menjadi kecil sehingga
sinyal listrik dapat mengalir melalui rangkaian.
Proses tersebut terjadi di dalam pesawat pengirim. Sinyal listrik yang
dihasilkan oleh pesawat pengirim (mikrofon) diterima oleh pesawat penerima
(telepon). Sinyal tadi diubah menjadi tekanan-tekanan suara.
Proses pengubahan sinyal menjadi suara berlangsung sebagai berikut:
Akibat sinyal listrik yang diterima oleh elektromagnet, selaput besi yang
ada di dalam pesawat penerima akan tertarik atau terdorong. Tertarik atau
terdorongnya selaput besi akan membuatnya bergetar dan menghasilkan
tekanan-tekanan suara yang sama dengan tekanan suara yang dikirim oleh

320 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


mikrofon. Oleh karena itu, semua informasi yang dikirim akan terdengar
secara jelas dan tepat.
Telepon genggam tidak lagi menggunakan elektromagnet atau bubuk
karbon. Telepon jenis ini menggunakan bahan piezoelektrik. Jika dikenai
tekanan, misalnya tekanan suara, bahan ini menghasilkan arus listrik. Sifat ini
dapat menggantikan peranan selaput dan bubuk karbon pada bagian
pengirim, jika dikenai arus listrik yang besarnya berubah-ubah, bahan ini akan
bergetar mengikuti perubahan kuat arus. Sifat ini dapat menggantikan
peranan elektromagnet dan selaput pada bagian penerima. Arus listrik yang
dihasilkan ataupun yang digunakan untuk menggetarkan bahan piezoelektrik
cukup kecil sehingga telepon genggam hemat listrik.

e. Transformator (trafo)
Transformator atau trafo adalah alat yang berfungsi untuk mengubah
tegangan arus listrik bolak-balik (AC). Transformator terdiri atas kumparan
primer, kumparan sekunder serta inti besi lunak. Kumparan primer adalah
kumparan yang dihubungkan dengan tegangan sumber, sedangkan kumparan
sekunder adalah kumparan yang dihubungkan dengan beban.

Inti besi
lunak

Gambar 8. Bagan transformator

1) Prinsip kerja transformator


Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
(Hukum Faraday). Tegangan AC yang dihubungkan dengan kumparan
primer disebut dengan tegangan primer (Vp), menimbulkan fluks magnetik
yang berubah-ubah pada inti besi. Fluks magnetik yang timbul tersebut
dapat dinyatakan dengan garis-garis gaya magnetik. Garis-garis gaya
magnetik ini memotong lilitan-lilitan kumparan sekunder dan
menghasilkan GGL induksi yang disebut tegangan sekunder (Vs). Jadi
kumparan primer selalu menerima tegangan dari suatu sumber dan
menghasilkan GGL induksi pada kumparan sekunder.
Karena kumparan transformator selalu berada dalam keadaan diam
selama beroperasi, tidak berputar seperti halnya generator. Maka
transformator lebih efisien dan membutuhkan perawatan yang jauh lebih
sederhana dibandingkan generator.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 321


2) Jenis transformator
a) Transformator Step-Up
Transformator step-up berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik.
Bagan sederhana transformator step-up ditunjukkan pada gambar
berikut:

Gambar 9.Bagan transformator step-up

Pada transformator step-up jumlah lilitan sekunder lebih banyak


daripada jumlah lilitan primer (Np < Ns).

b) Transformator Step-down
Transformator step-down berfungsi untuk menurunkan tegangan
listrik. Bagan sederhana transformator step-down ditunjukkan pada
gambar berikut:

Gambar 10.Bagan transformator step-down


Pada transformator step-down jumlah lilitan sekunder lebih kecil
daripada jumlah lilitan primer (Np > Ns).
3) Efisiensi transformator

Keterangan:
Ps = Daya listrik sekunder/output (watt)
Pp = Daya listrik primer/input (watt)
Vs = Tegangan sekunder (volt)
Vp = Tegangan primer (volt)

322 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


KEGIATAN BELAJAR 10
SISTEM TATA SURYA

1. Pendahuluan
Tata Surya sebagai suatu sistem dengan matahari sebagai pusatnya, dikelilingi
oleh planet-planet dan benda-benda antar planet. Bumi yang kita tempati merupakan
salah satu planet yang mengelilingi tata surya. Tata surya kita adalah salah satu
anggota galaksi Bima Sakti, sebagai kumpulan suatu sistem bintang yang jumlahnya
bermilyar-milyar.
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu memahami sistem
tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya. Secara lebih rinci Anda diharapkan
dapat:
1. Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya
2. Mendeskripsikan matahari sebagai bintang dan bumi sebagai salah satu planet
3. Mendeskripsikan gerak edar bumi, bulan, dan satelit buatan serta pengaruh
interaksinya
4. Mendeskripsikan proses-proses khusus yang terjadi di lapisan lithosfer dan
atmosfer yang terkait denganperubahan zat dan kalor
5. Menjelaskan hubungan antara proses yang terjadi di lapisan lithosfer dan atmosfer
dengan kesehatan dan permasalahan lingkungan
Dengan menguasai tujuan tersebut, Anda akan dapat memahami sistem tata surya
dan proses yang terjadi di dalamnya.

2. Materi
a. Sistem Tata Surya
1) Tata Surya
Surya adalah kata lain dari Matahari. Tata surya berarti adanya suatu sistem
yang teratur pada matahari sebagai pusat yang dikelilingi planet-planet dan
benda-benda antar planet. Alam semesta (jagad raya) yang maha luas ini terdiri
dari milyaran galaksi (merupakan kumpulan bintang-bintang). Tiap galaksi
mengandung milyaran bintang. Salah satu dari milyaran galaksi yang terdapat
dalam jagad raya, bernama galaksi Milky Way (warna galaksi ini mirip seperti
warna susu/milk). Kita menyebut galaksi ini Bima Sakti. Pada pinggiran galaksi
terdapat Matahari sebagai pusat dari tata surya.
Matahari dikelingi oleh planet-planet. Planet-panet memiliki satelit alamiah
(ada yang tidak memiliki) disebut bulan, bergerak mengelilingi Matahari. Planet-
planet tersebut adalah: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus. Susunan tata surya seperti pada Gambar 1.
2) Pengelompokan Planet
Planet merupakan suatu benda gelap dan padat yang mengorbit mengitari
Matahari. Untuk tata surya kita, bintangnya adalah Matahari. Sebagai benda
gelap (termasuk Bumi), planet-planet tidak memiliki sumber cahaya sendiri.
Karena itu planet bukanlah bintang. Sinarnya yang nampak kemilau dari bumi
adalah cahaya Matahari yang dipantulkannya, jadi tak ubahnya seperti bulan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 323


purnama. Planet-planet yang dapat dilihat dengan mata (tanpa teleskop) dari
Bumi adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus.

Gambar 1. Sistem Tata surya

Tabel 1. Karakteristik Planet-planet


Jarak dari Massa
Garis Massa
Nama Matahari Jenis Periode Periode
tengah (Bumi =
Planet (Bumi= (Air = 1 Rotasi Revolusi
(ribuan km) 5,98x1024 kg 3
149,6 jt km) gr/cm )
Merkurius 0,39 4,9 0,055 5,40 59 hr 88 hr
Venus 0,72 12,1 0,82 5,25 -243 hr 225 hr
Bumi 1,0 12,7 1,0 5,52 23,9 jam 365 hr
Mars 1,52 6,8 0,11 3,93 24,6 jam 687 hr
Jupiter 5,20 143 318 1,33 9,8 jam 11,9 th
Saturnus 9,54 120 95 0,71 10,2 jam 29,5 th
Uranus 19,2 51 15 1,27 -10,8 jam 84 th
Neptunus 30,1 50 17 1,70 15,8 jam 248,4 th

Untuk memahami karakteristik planet-planet ditentukan berdasarkan jarak


rata-rata dari Matahari, garis tengah, massa, massa jenis, periode rotasi, dan
periode revolusi, seperti pada Tabel 1 .

3) Mataharisebagai Bintang
Seperti dijelaskan sebelumnya, Matahari adalah pusat tata surya yang
dikelilingi oleh anggota-anggota tata surya, yaitu ke delapan planet (termasuk
Bumi) dan benda-benda antar planet seperti komet, asteroid, dan meteorid. Tidak
seperti planet-planet, Matahari bersinar karena sumber cahaya (sumber energi)
yang ada di dalam Matahari itu sendiri. Oleh karena itu Matahari tergolong suatu
Bintang.

324 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Proses pembentukan energi matahari. Matahari adalah bola gas besar yang
pijar dan sangat panas, bentuknya tidak bulat betul, dan ukurannya sejuta kali
lebih besar dari Bumi. Pembentukan energi Matahari dihasilkan dari reaksi fusi di
dalam inti Matahari. Reaksi fusi yang terjadi di dalam inti Matahari adalah reaksi
bergabungnya dua inti hidrogen membentuk satu inti Helium. Massa satu inti
Helium hasil fusi lebih kecil dari pada jumlah massa dua inti Hidrogen. Untuk
terjadinya reaksi fusi diperlukan suhu yang sangat besar.
Menurut Einstein, besar energi yang dihasilkan inti Matahari, sebanding
dengan massa yang hilang selama proses penggabungan inti atom. Massa yang
hilang (∆m) diubah menjadi energi (E) yang menghasilkan energi sangat besar,
sesuai dengan persamaan Einstein E = (∆m)c2 (E energi yang dihasilkan, ∆m
massa yang hilang, dan c kecepatan cahaya 3.108 m/s.)

Contoh soal:
Setiap sekon dalam initi Matahari, 630 juta ton inti hidrogen diubah menjadi
625,4 ton inti Helium. Jadi ada kehilangan massa sebesar: (630 juta - 625,4 juta)
ton = 4,6 juta ton = 4.600.000.000 kg.
Kehilangan massa menghasilkan energi sebesar = (4.600.000.000 kg ) x (3.108
m/s)2 = 1,4 x 1026 J. Energi ini setara dengan 30 juta truk tangki BBM.

4) Hukum Kepler
Matahari, benda terbesar dalam tata surya kita dan bergerak jauh lebih lambat
daripada planet-planet. Matahari merupakan pusat acuan kerangka inersial hal ini
merupakan usulan Copernicus yang membantu seorang astronom bernama
Johannes Kepler untuk membuktikan hukum-hukum gerakan planet sebagai hasil
analisisnya. Hukum-hukum inilah yang disebut hukum-hukum kepler.
a) Hukum kepler 1
Planet-planet bergerak membentuk
orbit elips dengan matahari pada salah
satu fokus (titik apinya).

Gambar 2.
Orbit planet berbentuk elips

b) Hukum kepler 2
Kedudukan suatu planet relatif
terhadap matahari menyapu luasan
yang sama dari elipsnya dalam waktu
yang sama.

Gambar 3. Luasan yang disapu


dari elips sama

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA 325


c) Hukum kepler 3
Kuadrat periode revolusinya sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata
planet-planet dari matahari.

4 𝜋𝜋 2 3
𝑇𝑇 2 = � � 𝑟𝑟
𝐺𝐺 𝑀𝑀𝑠𝑠

4 𝜋𝜋 2
𝐾𝐾𝑠𝑠 = = 2,97 𝑥𝑥 10−19 𝑠𝑠 2 /𝑚𝑚 3
𝐺𝐺 𝑀𝑀𝑠𝑠

Karena nilai Ks konstan maka perbandingan rumus untuk hukum kepler 3


adalah:

𝑇𝑇12 𝑟𝑟 3
𝑇𝑇22
= 𝑟𝑟13
2

326 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: FISIKA


Pendalaman Materi
Ilmu Pengetahuan
Alam

Biologi
DAFTAR ISI

Organisasi Tubuh Manusia Bioteknologi


329 363

Sistem Regulasi Manusia Peredaran Darah


332 368

Kepadatan Populasi dan Ketersediaan Fotosintesis dan Respirasi


Bahan Pangan 373
339
Struktur dan Fungsi Tumbuhan
Rantai Makanan 379
341
Hubungan Kerja Otot Bisep dan Trisep
Pembuahan Tunggal serta Pergerakan Tulang
343 384

Golongan Darah Kelainan Pembentukan Urine


346 387

Proses Pertukaran Gas pada Sistem Fungsi dari Bagian Bunga


Respirasi 392
349
Jenis Sendi
Organisme Sesuai Tingkat Trofik 394
351
Daerah Rasa pada Lidah
Gerak pada Tumbuhan 396
355
Hipotesis dari Percobaan Faktor yang
Sistem Pernafasan Mempengaruhi Pertumbuhan Tumbuhan
358 398

Teknik Rekayasa Genetika Membuat Preparat Basah


361 401
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
ORGANISASI TUBUH MANUSIA

1. Orientasi
Tujuan kegiatan pembelajaran ini meliputi mendeskripsikan tingkatan
organisasi kehidupan serta memberi contoh masing-masing tingkatan organisasi
kehidupan. Masing-masing tingkatan organisasi kehidupan tentu saja mempunyai
ciri-ciri yang khas, sehingga mendeskripsikan ciri masing-masing tingkatan
organisasi kehidupan juga merupakan tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan
pembelajaran 1 ini. Pada beberapa tingkatan organisasi kehidupan sangat
memungkinkan untuk kita observasi dengan alat bantu sederhana dan mudah
diperoleh misalnya mikroskop cahaya yang di sekolah-sekolah banyak tersedia. Oleh
sebab itu supaya anda dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan anda dapat
bekerja dan belajar dalam kelompok kecil untuk mempelajari uraian materi. Anda
juga disarankan untuk melakukan kegiatan pengamatan supaya pemahaman anda
tentang tingkatan organisasi kehidupan semakin mantap. Berikut ini adalah uraian
materi tentang tingkatan organisasi kehidupan.

2. Inti
Hewan mempunyai lima Kegiatan Laboratorium
organisasi tingkatan yang masing-
masing terbangun atas bagian Jika kalian menginginkan melihat sel
yang kompleks, mempunyai pada jaringan otot, saraf ataupun tulang
struktur organisasi dengan fungsi dapat dengan mengamati secara lang-
tersendiri. Lima tingkatan tersebut sung preparat jadi yang ada di Lab.
adalah sel, jaringan, organ, dan Biologi dengan bantuaan mikroskop.
sistem organ. Gunakan mikroskop cahaya dengan
Tingkatan yang pertama baik dan benar. Letakkan preparat pada
merupakan merupakan organisasi meja mikroskop lakukan dengan
protoplasmik, yang biasanya pembesaran lemah dahulu kemudian
organisasi tingkat ini terdapat pada gambarlah hasil pengamatanmu!
organisme unisellular seperti
protozoa dimana seluruh fungsi kehidupan terjadi di dalam sel tunggal ini. Tingkatan
kedua adalah organisasi sellular, Flagellata seperti volvok dan sponge dapat
termasuk tingkatan ini dimana agregasi sel-sel mempunyai fungsi sel yang berbeda.
Tingkatan ketiga adalah jaringan, ubur-ubur mempunyai agregasi sel yang
terorganisasi dalam pola-pola lapisan yang berbeda-beda membentuk jaringan.
Tingkatan keempat adalah organ. Organ tersusun dari satu atau beberapa jaringan
dan mempunyai beberapa fungsi spesialis pada masing–masing jaringan. Tingkatan
ini pertama ditemukan pada cacing pipih, dimana stuktur spesifik terdiri atas organ
reproduktif, bintik mata, dan stuktur pencernaan. Tingkatan ke lima atau tertinggi dari
organisasi kehidupan adalah sistem organ. Tingkatan ini organ bekerja sama
membentuk suatu sistem seperti sistem sirkulasi, pencernaan, reprodukstif dan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 329


respirasi. Tingkatan ini mulai ditemukan pada cacing nematoda sampai pada philum
animal vertebrata.

A. Jaringan
Pada hewan, diferensiasi sel-sel pada individu selama perkembangan
membentuk fungsi khusus yang disebut jaringan. Jaringan merupakan kumpulan sel-
sel yang sejenis untuk membentuk fungsi tertentu. Jaringan pada hewan dibedakan
atas jaringan epitel, konektif, otot dan saraf.
1. Jaringan Epitel: Bentuk dan Fungsi
Epithelium, secara anatomi merupakan, sebuah lapisan yang terdiri atas sel-sel
yang dapat membantu melindungi, menutupi seluruh permukaan, seperti sisi luar dari
suatu organ atau membatasi lapisan tubuh dari rongga di dalam tubuh. Sel-sel Epitel
umumnya mempunyai nuklues yang panjang, batas yang jernih, dan granula-granula
panjang di dalam protoplasma. Beberapa sel disebut columnar, karena berbentuk
panjang dan berdekatan biasanya ditemukan pada sistem respirasi seperti organ
trakea, mempunyai serupa rambut cilia yang melekat pada permukaan luar sel. Kulit
terdiri atas beberapa sel-sel epitel, dengan bentuk dan sel-sel kolumnar pada bagian
bawah, sel-sel squamousa pada bagian atas, dan sel cuboidal pada lapisan tengah.
Beberapa kelenjar sekrotoris juga tersusun atas sel-sel epithel yang juga ditemukan
pada kelenjar endokrin.
2. Jaringan Konektif : Penghubung dan pendukung
Jaringan konektif ini, mampu menyokong dan merupakan bagian yang dapat
menunjang tubuh secara bersama, dapat terdiri dari fibrosa dan jaringan elastik,
jaringan adiposa atau lemak, tulang rawan dan tulang keras. Berbeda pada jaringan
epithelium, Sel pada jaringan ini tampak terpisah dengan substansi interseluler
diantara sel-selnya. Sel-sel dengan jaringan fibrosa, ditemukan di seluruh tubuh,
Jaringan ini saling berhubungan membentuk jaringan yang irregular dimana bentukan
ini tampak lunak, membentuk lapisan jaringan yang menunjang jaringan pada
pembuluh darah, saraf dan organ lain
3. Jaringan Otot: Membantupergerakan
Jaringan otot ini, membantu saat kontraksi dan relaksasi, terdiri atas jaringan
otot polos, jaringan otot lurik dan otot jantung. Otot lurik juga disebut, otot rangka,
Aktivitas ini termasuk gerak somatik, atau gerak pernafasan, sistem saraf. Mereka
berhubungan dan bekerjasama tanpa lapisan sel dan mempunyai beberapa nuklues.
4. Jaringan Saraf : Komunikasi
Sel yang mengkhususkan diri untuk penerimaan dan transmisi rangsangan
disebut neuron. Satu neuron terdiri atas badan sel yang membesar secara khas dan
mempunyai nukleus dan dua penjuluran sitoplasma atau lebih serabut saraf. Lebar
serabut saraf berkisar antara beberapa mikrometer sampai 30-40 mikrometer dan
panjangnya berkisar dari satu milimeter sampai 1 m lebih. Ada 2 jenis serabut saraf:
akson yang meneruskan rangsangan menjauhi badan sel dan dendrit yang
membawanya ke badan sel. Pertautan antara akson suatu neuron dan dendrit neuron
lainnya di dalam rantai itu disebut sinaps.

330 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


B. Organ
Organ berasal dari kata organnon yang berarti bagian tubuh yang berdiri
sendiri berfungsi sebagai bagian dari tubuh hewan yang tersusun atas jaringan.
Contoh organ adalah hati, paru-paru, hati , dan ginjal.
1. Rongga Tubuh dan membran tubuh
Tubuh pada manusia terbagi atas dua bagian yaitu rongga ventral dan rongga
dorsal. Rongga ventral disebut sebagai coelom yang sejak pengembangannya terbagi
atas rongga dada dan rongga abdomen. Kedua rongga ini terpisah oleh otot horizontal
yang disebut diafragma. Rongga dada terdapat organ paru-paru kanan dan kiri serta
jantung. Sedangkan rongga abdomen terdapat usus, lambung, hati, kelenjar pankreas
dan empedu merupakan organ atas rongga abdomen sedangkan bagian bawah
terdapat rektum, ginjal, organ reproduksi dan anus. Hewan jantan mempunyai organ
luar dari lapisan abdominal yang disebut scrotum yang di dalamnya terdapat testes.
Rongga dorsal juga mempunyai dua bagian yaitu rongga cranial dengan tengkorak
yang terdiri atas otak, saluran canal, terbentuk dari tulang belakang terdiri atas batang
spinal.
C. Sistem Organ
Tingkatan organisasi structural yang tertinggi dari hewan adalah sistem
organ. Sistem Organ ( Sytema artinya bersama) adalah gabungan dari organ yang
berkerja sama membentuk suatu fungsi. Sistem organ pada hewan tingkat tinggi
adalah rangka, muscular, sistem saraf, sirkulasi, endocrine, pencernaan, urinaria,
dan sistem reproduksi.
Hewan membutuhkan energi untuk hidup. Beberapa reaksi kimia untuk
memproduksi energi mampu meregulasi dengan bantuan enzim. Secara bersama
energi dan enzim mengatur dan mengontrol otot pada hewan. Energi dalam bentuk
ATP sangat dibutuhkan bagi sel-sel untuk pergerakkan. Sel-sel saraf dalam jaringan
saraf membentuk organ koordinasi seperti otak, medulla oblongata dan saraf tepi
membentuk sistem saraf yang membantu menghantarkan rangsangan dan stimulus
dari sel dari sistem lain menuju organ yang berfungsi sama atau berbeda dalam
mengatur metabolisme di dalam tubuh.
Sistem pencernaan mempunyai mekanisme yang melibatkan saluran organ
dan kelenjar pencernaan dalam menjalankan fungsinya mencerna, mengabsorbsi
dan mengedarkan zat hasil.
D. Penutup
Tubuh mahluk hidup dalam menjalankan sistem metabolismenya membutuhkan
bagian yang disebut sebagai sistem organ dan organ. Dimana Organ tersusun atas
beberapa lapisan jaringan yang mempunyai fungsi tertentu, dan jaringan tersusun
atas sel-sel sejenis. Didalam sel itu sendiri juga terjadi suatu sistem dalam
pengendalian sifat, dan dasar dari proses sistem metabolism yang ada di tubuh.

3. Perlatihan
1. Sebutkan tingkatan organisasi dalam tubuh manusia dan berikan contoh untuk
masing-masing tingkatan organisasi!
2. Berikan diskripsi ciri-ciri masing tingkatan organisasi dalam tubuh manusia!

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 331


KEGIATAN BELAJAR 2
SISTEM REGULASI MANUSIA

1. Orientasi
Pada kegiatan belajar 2 tujuan yang harus anda capai adalah mendeskripsikan dua
sistem regulasi pada manusia, perbedaan antara kedua sistem regulasi pada tubuh
manusia, komponen-komponen yang membangun sistem saraf, cara kerja sistem
saraf dalam menjalankan pengaturan di tubuh manusia. Hal yang harus anda capai
dalam sistem hormone meliputi menjelaskan karakteristik organ penghasil hormone,
cara kerja hormone dan contoh-contoh hormone. Pada kegiatan belajar ini anda juga
mempelajari sistem indera. Anda harus dapat mendeskripsikan bagian-bagian mata
dan fungsi masing-masing bagian, bagian-bagian telinga dan fungsinya, bagian-
bagian lidah dan fungsinya, bagian-bagian hidung dan fungsinya serta bagian-bagian
kulit dan fungsinya. Anda juga harus dapat menjelaskan proses melihat, mendengar,
merasa/meraba, membau dan mengecap. Pada kegiatan belajar 2 anda juga harus
dapat menyebutkan gangguan/penyakit pada indera dan yang lebih penting adalah
anda dapat mendeskripsikan cara pencegahan dan pengobatannya. Tujuan-tujuan
yang bersifat kognitif ini dapat anda capai dengan membaca uraian materi dengan
seksama, berdiskusi dengan teman atau instruktur anda.Selain tujuan yang bersifat
kognitif anda juga dituntut untuk dapat mendemostrasikan cara memperagakan
terjadinya gerak reflex. Cara mencapai tujuan yang bersifat psikomotorik ini adalah
anda harus melakukan kegiatan seperti yang terdapat dalam uraian materi ini.

2. Inti
Aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah
makanan, dan lainnya, diatur dan dikendalikan oleh satu sistem yang disebut sistem
pengatur (regulasi). Sistem pengatur yang ada pada tubuh manusia adalah sistem saraf,
sistem endokrin, dan sistem indra kelenjar endokrin.

A. Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun atas berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi. Rasa nikmat dan lezat dari setiap makanan yang dirasakan dipengaruhi oleh
adanya rangsangan pada lidah. Ungkapan rasa sakit seperti mengucapkan kata “aduh”
juga terkait rangsangan pada bagian tertentu tubuh kita. Oleh karena itu, rangsangan
(stimulus) diartikan sebagai segala sesuatu yang menyebabkan perubahan pada tubuh
atau bagian tubuh tertentu. Sedangkan alat tubuh yang menerima rangsangan tersebut
dinamakan indra (reseptor). Adanya reseptor, memungkinkan rangsangan dihantarkan
menuju sistem saraf pusat. Di dalam saraf pusat, rangsangan akan diolah untuk dikirim
kembali menuju efektor, seperti otot dan tulang oleh suatu sel saraf sehingga terjadi
tanggapan (respons). Sementara itu, rangsangan yang menuju tubuh dapat berasal dari
luar dan dalam tubuh. Rangsangan yang berasal dari luar tubuh misalnya bau, rasa
(seperti pahit, manis, asam, dan asin), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan, dan gaya
berat. Rangsangan semacam ini akan diterima oleh indra penerima yang disebut
reseptor luar (eksteroseptor).

332 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh misalnya rasa lapar,
kenyang, nyeri, maupun kelelahan akan diterima oleh indra yang dinamakan reseptor
dalam (interoseptor). Tentu semua rangsangan ini dapat kita rasakan karena pada
tubuh kita terdapat sel-sel reseptor. Untuk mengenal lebih dalam, mari kita simak
bahasan tentang sel saraf.

1. Sel Saraf (Neuron)


Sistem saraf tersusun atas miliaran sel yang sangat khusus yang disebut sel
saraf (neuron). Setiap neuron tersusun atas badan sel, dendrit, dan akson (neurit).
Dalam kegiatannya, sel saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai
(berurutan) antara reseptor, sistem saraf, dan efektor. Dendrit berfungsi mengirimkan
impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari
badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit
pendek.

D
Ak

Badan sel

Nukleus
Gambar1 . Struktur Neuron
(Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer,2004)

Sistem saraf terdiri atas 3 macam sel, yaitu:


a. Neuron, bertugas mengantarkan impuls.
b. Sel Schwann, merupakan pembungkus sebagian besar akson pada sistem saraf
perifer (sistem saraf tepi).
c. Sel penyokong (neuroglia), merupakan sel yang terdapat di antara neuron dan
sistem saraf pusat.
Fungsi sistem saraf pada manusia adalah sebagai berikut:
a. Mengatur organ-organ atau alat-alat tubuh agar terjadi keserasian kerja.
b. Menerima rangsangan sehingga dapat mengetahui dengan cepat keadaan dan
perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar.
c. Mengendalikan dan memberikan reaksi terhadap rangsangan yang terjadi pada
tubuh.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
a. Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung
akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b. Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot
atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 333


sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan
dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c. Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukandi
dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motordengan sel
saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yangada di dalam sistem
saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel
saraf asosiasi lainnya.
2. Terjadinya Gerak Biasa dan Gerak Refleks
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun
ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari, yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan
sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor ke saraf sensori dibawa ke otak untuk
selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan
dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Impuls gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan
gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.
Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari diterimanya impuls oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di
dalam otak kemudian langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan
ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak
bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip
atau mempersempit pupil bila ada sinar, dan refleks sumsum tulang belakang bila sel
saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang, misalnya refleks pada
lutut.

KEGIATAN
GERAK REFLEKS

Tujuan: menyelidiki gerak refleks pada manusia.


Alat dan Bahan
1. Palu karet
2. Es batu
3. Kantung plastik
Cara Kerja
1. Masukkan es batu ke dalam kantung plastik, kemudian tempelkan kantung tersebut ke
pipi teman kalian!
a. Amati dan catat reaksi yang terjadi pada teman kalian!
b. Apakah reaksi yang terjadi pada teman kalian tersebut disadari?
c. Catatlah data yang kalian peroleh!
2. Pukullah lutut teman kalian dengan menggunakan palu karet! (Lakukan dengan hati-
hati, jangan terlalu keras!) . Lakukan hal yang sama pada cara kerja nomor 1,
kemudian catatlah data yang kalian peroleh!

334 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


B. SISTEM HORMON
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar
buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga
sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh.
Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya
perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Hormon mengatur
aktivitas seperti metabolisme, reproduksi, dan pertumbuhan. Organ yang berperan
dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin.
Adapun ciri-ciri hormon adalah sebagai berikut:
1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam
jumlah yang sangat sedikit.
2. Diangkut oleh darah menuju ke sel/jaringan target.
3. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.
4. Mempunyai pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
5. Mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target tetapi dapat juga
memengaruhi beberapa sel target yang berlainan.
Hormon akan dikeluarkan oleh kelenjar endokrin bila ada rangsangan (stimulus).
Hormon tersebut akan diangkut oleh darah menuju elenjar yang sesuai. Akibatnya,
bagian tubuh tertentu yang sesuai akan meresponnya. Sebagai contoh, hormon insulin
disekresikan pankreas saat ada rangsangan gula darah yang tinggi, hormon adrenalin
disekresikan medula adrenal oleh stimulasi saraf simpatik, dan lain-lain. Walaupun
jumlah yang diperlukan sedikit, namun keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah
penting. Ini dapat diketahui dari fungsinya yang berperan antara lain dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat, dan lain
sebagainya. Ada dua faktor yang berfungsi mengatur sekresi hormon, yaitu saraf dan
faktor bahan kimia.
1. Faktor saraf
Bagian medula kelenjar suprarenal mendapat pelayanan dari saraf otonom. Oleh
karena itu sekresinya diatur oleh saraf otonom.
2. Faktor kimia
Susunan bahan kimia atau hormon lain dalam aliran darah memengaruhi sekresi
hormon tertentu. Contohnya, sekresi insulin dipengaruhi oleh jumlah glukosa di dalam
darah.

C. SISTEM INDRA
Alat indra merupakan suatu alat tubuh yang mampu menerima rangsang tertentu.
Indra mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan lingkungan
sehingga fungsi utama indra adalah mengenal lingkungan luar atau berbagai rangsang
dari lingkungan di luar tubuh kita. Dengan memiliki indra kita mampu mengenal
lingkungan dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Oleh
karena itu, kita dapat melindungi tubuh kita terhadap gangguan-gangguan dari luar
tubuh.
Setiap indra yang kita miliki terdiri dari alat penerima rangsang dan urat saraf.
Alat indra terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi menerima, mengolah, dan
menjawab rangsang. Manusia memiliki lima macam indra, yaitu: (1) indra penglihatan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 335


(mata), (2) indra pendengaran (telinga), (3) indra peraba (kulit), (4) indra pengecap
(lidah), dan (5) indra pembau (hidung). Uraian lebih lanjut sajikan sebagai berikut.

1. Indra penglihatan (mata)


a. Fungsi mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan
lima kali, yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueous humor, lensa, dan
vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-
bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka
terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan
sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi
pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama
pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel
basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus
berfungsi lebih pada suasana terang, yaitu untuk membedakan warna, makin ke
tengah maka jumlah sel batang makin berkurang, sehingga di daerah bintik kuning
hanya ada sel konus saja. Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut
rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar,
misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A.
Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan
kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi
rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat. Pigmen lembayung dari
sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin
dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah,
hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap
spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.

b. Gangguan pada mata


Mata manusia dapat mengalami kelainan atau gangguan. Gangguan atau
kelainan tersebut dapat diakibatkan karena penyakit, kebiasaan yang
buruk,defisiensi, dan faktor usia. Berikut ini akan dijelaskan beberapa gangguan dan
kelainan pada mata.
1) Miopi adalah cacat mata yang disebabkan oleh lensa mata terlalu cembung
sehingga bayangan dari benda yang jauh jatuh di depan retina. Miopi disebut
pula rabun jauh, karena tidak dapat melihat benda yang jauh dengan jelas.
Penderita miopi hanya mampu melihat jelas benda yang dekat. Untuk
menolong penderita miopi dipakai kacamata lensa cekung (lensa negatif).
2) Hipermetropi adalah cacat mata yang disebabkan oleh lensa mata terlalu pipih
sehingga bayangan dari benda yang dekat jatuh di belakang retina.
Hipermetropi disebu juga rabun dekat karena tidak dapat melihat benda yang
jaraknya dekat. Penderita hipermetropi hanya mampu melihat benda yang jauh.
Untuk menolongnya digunakan kacamata lensa cembung.
3) Presbiopi umumnya terjadi pada orang berusia lanjut. Keadaan ini disebabkan
lensa mata terlalu pipih. Selain itu, daya akomodasi mata sudah lelah sehingga
tidak dapat memfokuskan bayangan benda yang berada dekat mata.

336 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


4) Astigmatisma adalah cacat mata yang disebabkan oleh kecembungan
permukaan kornea atau permukaan lensa mata yang tidak rata sehingga sinar
yang datang tidak difokuskan pada satu titik. Untuk menolong orang yang cacat
mata seperti ini dipakai kacamata lensa silindris yang memiliki beberapa fokus.
5) Katarak adalah cacat mata yang disebabkan adanya pengapuran pada lensa
mata sehingga daya akomodasi berkurang dan penglihatan menjadi kabur.
Katarak umumnya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut dan dapat
menimbulkan kebutaan.
6) Hemeralopi (rabun senja) adalah penyakit pada mata yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin A. Penderita rabun senja tidak dapat melihat dengan jelas
pada senja hari. Bila keadaan demikian dibiarkan berlanjut akan mengakibatkan
kornea mata rusak dan dapat menyebabkan kebutaan.
7) Buta warna merupakan kelainan penglihatan mata yang bersifat menurun.
Penderita buta warna tidak mampu membedakan warna-warna
tertentu,misalnya warna merah, hijau, atau biru. Seseorang yang buta warna
total hanya dapat membedakan warna hitam dan putih saja.
8) Keratomalasia timbul karena kornea menjadi putih dan rusak.

2. Indra pendengaran (telinga)


Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian
telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga luar ke telinga
dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima rangsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
Cara kerja indra pendengaran Gelombang bunyi yang masuk ke dalam
telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga
tulang pendengaran ke jendela oval. Getaran struktur koklea pada jendela oval
diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan
tadi akan menggerakkan membran Reissner dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basiler yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan
dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada
jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-
selaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah.
Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan
(impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel
sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke
pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

3. Indra peraba (kulit)


Kulit pada manusia dapat berfungsi sebagai organ ekskresi maupun sebagai
indra peraba. Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai
alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 337


dilengkapi dengan bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan;
sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan
reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke
daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan (korpuskula Pacini) ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas
(korpuskula Ruffini) ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Kemudian
reseptor untuk rangsang dingin (ujung saraf Krause) dan reseptor yang lain
misalnya korpuskula Meissner.

4. Indra pengecap (lidah)


Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan
kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi
dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Permukaan atas lidah penuh
dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk
jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila bentuk dataran, di bagian
samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang.

5. Indra pembau (hidung)


Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam
hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol
seperti tunas pengecap. Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori
yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf
pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung
beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan
di udara.

3. Perlatihan
1. Jelaskan mekanisme terdengarnya suatu bunyi oleh telinga!
2. Bandingkan jalannya rangsang pada gerak reflek dan gerak nonrefleks!

338 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 3
KEPADATAN POPULASI DAN KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN

1. Orientasi
Tujuan yang harus anda capai dalam kegiatan belajar ini adalah anda harus dapat
mendeskripsikan pengertian populasi, kepadatan populasi, memberi contoh populasi,
dan menjelaskan hubungan antara kepadatan populasi dan ketersediaan bahan
pangan. Tujuan tersebut dapat anda capai dengan membaca secara cermat uraian
materi dalam kegiatan belajar ini, berdiskusi dengan teman sejawat atau instruktur
apabila anda mengalami kesulitan.

2. Inti
A. Populasi
Sekumpulan domba di padang rumput disebut dengan populasi domba.
Sekumpulan ikan nila di dalam kolam air tawar disebut dengan populasi ikan nila. Jika
di dalam kolam tersebut juga ditumbuhi sekumpulan tumbuhan teratai, berarti dalam
kolam tersebut juga terdapat populasi tumbuhan teratai. Kumpulan individu-individu
yang sama dapat membentuk populasi. Populasi adalah sekumpulan individu sejenis
yang hidup dalam suatu habitat tertentu. Dari contoh di atas, dapatkah kalian
menyebutkan contoh-contoh populasi yang lain?

Gambar 2.Populasi domba (Sumber:


B. Kepadatan populasi
Besarnya populasi ditunjukkan oleh jumlah individu di dalam suatu populasi per
satuan luas. Besarnya populasi per satuan luas ini disebut kepadatan populasi.
Misalkan, satu areal perkebunan murbai luasnya 1.000 m2. Dalam kebun tersebut
terdapat 1.000 pohon murbai dan 20.000 ekor ulat sutra. Itu berarti kepadatan populasi
pohon murbai adalah 1.000 pohon/1.000 m2 atau 1 pohon/m2 dan kepadatan populasi
ulat sutra adalah 20.000 ekor/1.000 m2 atau 20 ekor/m2.
Satu organisme dikenal sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan
organisme sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah
individu sejenis yang terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan
populasi. Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu terjadi interaksi,

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 339


baik secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas.Dalam suatu
komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi
kehidupan yang merupakan kesatuan komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik
(fisik) tempat hidupnya membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di
dunia ini membentuk biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dihuni oleh suatu
kehidupan.
Kepadatan populasi sangat berpengaruh pada ketersediaan bahan pangan.
Semakin tinggi kepadatan populasi suatu makhluk hidup maka akan semakin
memperkecil tingkat ketersediaan bahan pangan.

3. Perlatihan
1. Tuliskan definisi populasi?
2. Berilah contoh minimal 3 macam populasi!
3. Jelaskan dimaksud dengan kepadatan populasi?
4. Tuliskan 3 penyebab terjadinya perubahan populasi?
5. Bagaimanakah hubungan antara kepadatan populasi dengan ketersediaan bahan
pangan?

340 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 4
RANTAI MAKANAN

1. Orientasi
Pada kegiatan belajar ini anda harus dapat mendeskripsikan pengertian rantai
makanan, ciri-ciri rantai makanan, membuat contoh-contoh rantai makanan pada
lingkungan tertentu, memprediksi apa yang terjadi pada suatu rantai makanan bila
salah satu komponennya hilang. Uraian modul pada kegiatan belajar ini tidak terlalu
sulit barangkali dengan belajar mandiri anda akan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi anda untuk berdiskusi dengan
teman sejawat dan instruktur anda.

2. Inti
A. Makanan
Setiap makhluk hidup tidak dapat hidup sendiri, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan. Selain makhluk hidup (komponen biotik), di sekitar kita terdapat makhluk tak
hidup (komponen abiotik) seperti cahaya, udara, air, tanah, dan sebagainya. Komponen
biotik dan abiotik saling berinteraksi membentuk ekosistem. Ekosistem merupakan suatu
sistem yang dinamis, hal itu ditandai dengan adanya aliran energi, daur materi, dan
produktivitas. Interaksi dapat terjadi antara komponen biotik dengan abiotik dan di
antara komponen biotik dalam bentuk aliran energi dan siklus materi. Bentuk aliran
energi bersifat satu arah. Dari sinar matahari yang dimanfaatkan tumbuhan hijau
kemudian melalui serangkaian peristiwa memakan dan dimakan membentuk suatu
rantai makanan, rantai-rantai makanan itu saling Berhubungan satu dengan lain yang
membentuk jaring-jaring makan. Sedangkan pada bentuk daur materi yang melibatkan
unsur senyawa kimia seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan air yang mengalami
perpindahan lewat organisme (biotik) dan beredar kembali ke lingkungan fisik (abiotik)
disebut daur biogeokimia.
Lingkungan atau tempat hidup suatu makhluk hidup disebut habitat, namun
setiap makhluk hidup memerlukan tempat yang sesuai dengan cara hidupnya yang
disebut niche. Seekor burung elang bertengger di pelepah pohon kelapa disebut
sebagai individu. Tetapi banyak tanaman kelapa sedang berbunga dengan beberapa
kupu-kupu yang terbang di kebun disebut sebagai populasi karena terdiri atas kelompok
individu lebih dari satu species yang menduduki areal tertentu. Semua populasi berbagai
macam species yang menempati suatu habitat disebut komunitas.

B. Rantai Makanan
Untuk kelangsungan hidupnya, makhluk hidup memerlukan makanan. Dalam
satu ekosistem terdapat hubungan makan dan dimakan sehingga terbentuklah rantai
makanan. Rantai makanan dapat diartikan pula sebagai pengalihan energi dari
tumbuhan melalui beberapa makhluk hidup yang makan dan dimakan. Sebagai contoh,
marilah kita menuju ke dalam ekosistem sawah. Di sawah terdapat tanaman padi,
tanaman padi dimakan oleh belalang, belalang dimakan oleh katak, katak dimakan ular,

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 341


setelah ular mati, bangkainya akan dimakan dan diuraikan oleh dekomposer,
dekomposer akan menyuburkan tanah dan memberikan makanan bagi tumbuh-
tumbuhan. Begitu seterusnya hingga siklus berulang kembali.

3. Perlatihan
1. Tuliskan definisi daur biogeokimia?
2. Jelaskan dimaksud dengan komunitas?
3. Apa yang dimaksud dengan populasi?
4. Tuliskan definisi dengan rantai makanan?
5. Buatlah rantai makanan pada ekosistem kolam!
6.

342 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 5
PEMBUAHAN TUNGGAL

1. Orientasi
Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini anda harus dapat
menjelaskan pengertian pembuahan tunggal dan pembuahan ganda,
mendeskripsikan proses pembuahan tunggal maupun pembuahan ganda. Anda juga
harus dapat menjelaskan karakteristik proses pembuahan yang terjadi baik pada
hewan maupun pada tumbuhan. Tujuan tersebut dapat anda capai dengan membaca
uraian materi dan mencermati gambar-gambarnya.

2. Inti
A. Pendahuluan
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat
berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau
peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan
penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri
fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet
yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka
fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam
bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar)
dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan
sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak
berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.

B. Fertilisasi pada hewan


1. Fertilisasi eksternal (khas pada hewan-hewan akuatik): gamet-gametnya
dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebelum fertilisasi.
2. Fertilisasi internal (khas untuk adaptasi dengan kehidupan di darat): sperma
dimasukkan ke dalam daerah reproduksi betina yang kemudian disusul dengan
fertilisasi. Setelah pembuahan, telur itu membentuk membran fertilisasi untuk
merintangi pemasukan sperma lebih lanjut. Kadang-kadang sperma itu diperlukan
hanya untuk mengaktivasi telur.

C. Pembuahan Tunggal Dan Pembuahan Ganda


1. Pembuahan Tunggal
Pembuahan ini terjadi pada tumbuhan berbiji tertutup (Gymnospermae ), dikatakan
pembuahan tunggal karena hanya ada 1 sel sperma yang membuahi satu sel telur
membentuk zigot. Alat reproduksi gymnospermae berupa strobilus jantan dan strobilus
betina. Proses penyerbukan pada gymnospermae umumnya dibantu oleh angin.
Pembuahan tunggal terjadi bila setiap pembuahan (satu kali pembuahan) menghasilkan
embrio. Tumbuhan yang melaksanakan pembuahan ini mempunyai alat perkembang
biakan yang berkumpul pada satu badan yang disebut strobilus (kerucut). Strobilus
jantan kecil disebut mikrosporofil, sedangkan strobilus betina besar disebut
makrosporofil. Jalannya pembuahan tunggal.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 343


a. Serbuk sari (mikrospora) yang sampai di tetes penyerbukan (pada strobilus betina)
terisap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikropil. Serbuk sari ini terdiri dari sel
generatif atau sel anteridium (kecil) dan sel vegetatif atau sel tabung (besar).
b. Serbuk sari yang berada di ruang serbuk kemudian tumbuh membentuk buluh
serbuk sari menuju ruang arkegonium. Pada saat itu sel generatif membelah
menjadi dua yaitu sel dinding (dislokator) dan sel spermatogen.Sel
spermatogenkemudian membelah lagi membentuk dua sperma yang berambut
getar.
c. Selanjutnya sel vegetatif lenyap, sedangkan sel sperma yang berambut getar
membuahi ovum yang terdapat pada ruang arkegonium dan akhirnya terbentuklah
zigot.

2. Pembuahan ganda
Terjadi pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Dinamakan pembuahan
ganda karena ada dua inti sperma ( gamet jantan ) yang melebur. Yaitu inti sperma I
melebur dengan sel telur membentuk zigot dan inti sperma II melebur dengan inti
kandung lembaga sekunder membentuk endosperma (keping biji) sebagai cadangan
makanan.Pembuahan ganda terjadi dua kali pembuahan yang menghasilkan satu
embrio dan endosperm.
Jalannya pembuahan ganda Sebelum pembuahan ini terjadi, terlebih dahulu ada
perubahanperubahan pada benang sari dan pada putik, antara lain:
a. Di ruang bakal biji (ovul) sel kandung lembaga dalam nuselus membelah menjadi 4, 3
di antaranya kemudian menyusut
dan yang satu lagi menjadi sel
calon kandung lembaga primer. Inti
sel calon kandung lembaga primer
membelah menjadi 2 dan masing-
masing menuju kutub. Kemudian
masing-masing membelah lagi 2
kali berturut-turut sehingga
terbentuk 8 inti.
b. Di dekat mikropil terdapat 3 inti
yang menempatkan diri pada
dinding disebut antipoda.
Sedangkan inti yang satu lagi
menuju ke tengah bergabung
dengan satu inti yang lain dan
membentuk inti kandung lembaga
sekunder (polar nuclei = inti polar).
c. Di dekat mikropil terdapat 3 inti
yang menempatkan diri pada
dinding bagian tengah disebut sel
telur, sel pengapitnya disebut
sinergid. Dalam keadaan seperti
inilah putik siap dibuahi.
Gambar 3. Proses pembuahan ganda

344 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Mekanisme pembuahan ganda yaitu: Inti serbuk sari setelah sampai di kepala putik
akan membelah menjadi 2 yaitu inti vegetatif dan inti generatif yang kemudian
membelah menjadi inti sperma I dan inti sperma II, sedang inti vegetatif akhirnya
mati.
Di dalam bakal biji, sel nukleus membelah menjadi 4 sel, 3 diantaranya mati
sedang 1 sel yang hidup membelah menjadi dua sel. Satu sel menuju kalaza, satu
lagi menuju mikrofil, dan masing-masing membelah 2 kali berturut-turut sehingga
terbentuk 8 inti. Di kalaza, 3 sel menempatkan diri pada dinding kalaza disebut
antipoda, dan 1 sel menuju ke tengah. Di mikrofil 3 inti menempel dekat mikrofil, yang
tengah menjadi sel telur ( ovum ), sedang Dua di kanan dan kiri disebut sinergid.
yang satu menuju ke tengah bergabung dengan 1 sel yang berasal dari kalaza
membentuk sel kandung lembaga sekunder.

3. Perlatihan
1. Tuliskan definisi pembuahan?
2. Tuliskan tahapan pembuahan tunggal!
3. Bedakan pembuahan tunggal dan pembuahan ganda?

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 345


KEGIATAN BELAJAR 6
GOLONGAN DARAH

1. Orientasi
Pada kegiatan belajar ini anda akan mempelajari golongan darah khususnya
penggolongan darah system ABO dan system rhesus. Setelah mempelajari uraian
materinya anda diharapkan dapat menjelaskan dasar penggolongan darah system
ABO dan system rhesus, menyebutkan antigen dan antibody yang dimiliki individu
dengan golongan darah tertentu pada system rhesus dan system ABO,
mendeskripsikan transfusi darah yang aman, menggambarkan pewarisan golongan
darah dari tetua kepada keturunannya. Anda dapat berdiskusi dengan teman sejawat
dan instruktur anda untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan itu.

2. Inti
A. Pendahuluan
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan
yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
B. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
1. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
3. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan
golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-
positif.
4. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan
darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-
negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.

346 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan
darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah
jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner,
memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun
1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.

C. Pewarisan golongan darah kepada anak


Pewarisan golongan darah kepada anak dapat dilihat pada tabel berikut ini.

D. Kecocokan Golongan Darah


Kecocokan golongan darah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

E. Tabel Kecocokan Plasma


Kecocokan plasma darah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan system rhesus terdapat dua


kelompok manusia yaitu rhesus positip dan
rhesus negatip. Pada orang yang
bergolongan darah rhesus positip pada
permukaan sel darah merahnya terdapat
protein rhesus (sejenis protein yang sama
dengan protein yang terdapat pada
permukaan sel darah merah kera Maccacus
rhesus). Sedangkan pada orang bergolongan darah rhesus negatip protein tersebut
tidak ditemukan. Rhesus positip dikontrol oleh gen dominan, sedangkan alel
resesifnya mengontrol rhesus negatip.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 347


3.Perlatihan
1. Tuliskan macam-macam golongan darah berdasarkan system ABO dan system
rhesus!
2. Buatlah table transfuse darah yang aman berdasarkan system ABO!
3. Bagaimanakah golongan darah anak-anak hasil pernikahan wanita bergolongan
darah A dengan laki-laki bergolongan darah B?

348 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 7
PROSES PERTUKARAN GAS PADA SISTEM RESPIRASI

1. Orientasi
Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini, anda diharapkan dapat
menjelaskan proses pernapasan dada dan proses pernapasan perut yang terjadi
pada manusia. Selanjutnya anda juga harus dapat menjelaskan terjadinya proses
pertukaran zat pada saat kita bernapas. Bacalah dengan cermat uraian materi pada
kegiatan belajar ini dan berdiskusilah dengan teman sejawat dan instruktur anda
untuk memperkuat pemahaman anda.

2. Inti
A. Mekanisme pertukaran oksigen dan karbondioksida
Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) terjadi dalam
alveolus dan jaringan secara difusi. Udara masuk paru-paru saat kamu berinspirasi.
Karena tekanan parsial O2 (PO3) dalam atmosfer lebih tinggi, maka udara masuk ke
alveoli. Karena PO2 di alveoli lebih tinggi daripada kapiler-kapiler darah alveoli, maka
O2 masuk secara difusi ke kapiler darah. O2 yang berada di kapiler darah diikat oleh
hemoglobin darah (oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh tubuh menuju
jaringan-jaringan. Setelah sampai di jaringan, O2 akan berdifusi masuk ke sel-sel
tubuh. Di dalam sel O2 digunakan untuk proses oksidasi sel. Gas sisa yang
dihasilkan dari proses oksidasi sel adalah CO2. Jika O2 digunakan makin banyak,
maka CO2 yang dihasilkan makin banyak pula.

Skema reaksi Hb dan O2 : Hb + O2 Hb (O2)4


Oksihemoglobin

Reaksi Hb dan CO2 : CO2 + H2O H2 CO3


asam karbonat

B. Mekanisme Pernapasan
Dalam pernapasan terjadi proses inspirasi dan ekspirasi. Berdasarkan proses ini,
pernapasan pada manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernapasan dada
dan pernapasan perut.

1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada melibatkan otot antartulang rusuk (interkortalis). Saat
inspirasi (udara dihirup), otot interkostalis berkontraksi → tulang rusuk terangkat →
rongga dada membesar → tekanan udara dalam dada (toraks) menurun → paru-paru
mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih rendah daripada tekanan luar
sehingga udara masuk ke paru-paru.
Saat ekspirasi (udara diembuskan), otot interkostalis berelaksasi → tulang
rusuk turun → rongga dada mengecil →tekanan udara dalam torak meningkat →

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 349


paru-paru mengempis → tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan udara luar sehingga udara keluar dari paruparu.

2. Pernapasan perut
Dalam pernapasan perut, otot yang terlibat adalah otot diafragma. Saat inspirasi, otot
diafragma berkontraksi →diafragma menjadi datar → rongga dada membesar →
paruparumengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebihrendah daripada
tekanan udara luar sehingga udara masuk ke paru-paru. Saat ekspirasi, otot
diafragma berelaksasi → diafragma melengkung ke arah rongga dada → rongga
dada mengecil →paru-paru mengempis → tekanan dalam paru-paru lebih tinggi dari
tekanan udara luar sehingga udara keluar dari paru-paru.

3. Perlatihan
1. Jelaskan proses terjadinya pertukaran gas-gas pernapasan pada alveolus!
2. Jelaskan mekanisme pernapasan dada!
3. Jelaskan mekanisme pernapasan perut!

350 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 8
ORGANISME SESUAI TINGKAT TROFIK

1. Orientasi
Terdapat beberapa tujuan yang harus anda capai dalam kegiatan belajar 8. Anda
harus dapat mendeskripsikan keanekaragaman tumbuhan di Indonesia, penyebaran
hewan di Indoesia, menjelaskan berbagai tingkatan trofik dan menjelaskan berbagai
jenis piramida ekologi. Tujuan tersebut dapat anda capai dengan mempelajari modul
ini secara cermat dan berdiskusi dengan teman sejawat.

2. Inti
A. Pendahuluan
Kamu boleh berbangga karena Indonesia merupakan salah satu dari tiga
Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Negara lain yang memiliki
hal serupa adalah Brazil dan Zaire. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terletak di daerah katulistiwa dengan keadaan geografis yang beraneka ragam,
sehingga keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Sekitar
30% spesies yang hidup di bumi berada di Indonesia. Indonesia memiliki jenis
makhluk hidup dari berbagai tipe wilayah yaitu tipe Indomalaya, tipe Oriental,
Australia, dan peralihannya. Beberapa di antaranya merupakan hewan dan
tumbuhan langka dan endemik yang penyebaran terbatas. Tingginya
keanekaragaman hayati terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di
Indonesia, seperti ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang
rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, dan
ekosistem sabana. Masing-masing ekosistem memiliki keanekaragaman hayati
tersendiri.

B. Keanekaragaman Tumbuhan
Tumbuhan di Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Papua Nugini
membentuk kawasan tumbuhan yang disebut Malesia (flora Malesiana). Terdapat
sekitar 248.000 jenis tumbuhan di daerah flora Malesiana yang didominasi oleh
pohon dari familia Dipterocarpaceae (pohon dengan biji bersayap) misalnya keruing,
meranti, gaharu, dan kayu kapur. Pola penyebaran tumbuhan ditentukan oleh
keadaan tanah, iklim, dan ketinggian. Berdasarkan komunitas tumbuhan yang
tumbuh, di Indonesia terdapat empat kelompok utama ekosistem yaitu sebagai
berikut.
1. Ekosistem bahari/pantai, terdiri dari ekosistem laut dalam, pantai pasir dangkal,
pantai berbatu, terumbu karang, pantai lumpur, hutan bakau, dan hutan air payau.
2. Ekosistem darat alami, meliputi vegetasi dataran rendah, vegetasi pegunungan, dan
vegetasi monsum (hutan monsum, savanna, dan padang rumput.
3. Ekosistem suksesi, yaitu ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi
sekunder.
4. Ekosistem buatan, misalnya danau, hutan taman, hutan kota, dan agroekosistem
seperti sawah, kolam, tambak, pekarangan, dan perkebunan.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 351


Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis tumbuhan. Semua suku utama
tumbuhan yang hidup di Bumi dapat ditemukan di Indonesia. Indonesia memiliki
sekitar 38.000 jenis tumbuhan,3.000 jenis lumut, 4.000 jenis paku, dan 20.000 jenis
tumbuhan biji (8% dari dunia) yang telah diselidiki. Dari sekian ribu jenis tumbuhan
yang ada, diperkirakan hanya 10% yang telah dimanfaatkan masyarakat sebagai
bahan pangan, tanaman hias, obat-obatan, bahan bangunan, bahan industri, dan
sebagainya. Ironisnya banyak jenis tanaman yang dibudidayakan diIndonesia
didatangkan dari luar negeri, bukan hasil pemuliaan sumber daya hayati asli,
misalnya kentang, singkong, wortel, kopi, karet, dan kelapa sawit. Hal ini bukan
berarti keanekaragaman hayati di Indonesia tidak dapat dimanfaatkan, namun karena
upaya pengembangannya belum optimal.
Banyak sekali jenis tumbuhan yang belum diteliti yang diyakini berpotensi
sebagai sumber obat, gizi, dan plasma nutfah. Tugasmu sebagai generasi muda
adalah berupaya keras untuk mengembangkan penelitian itu demi kesejahteraan
bangsa dan negara. Oleh karena itu kamu harus memperjuangkan agar setiap jenis
tumbuhan dapat dilestarikan, meskipun saat ini belum diketahui manfaatnya.
Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan di Indonesia
termasuk bioma hutan hujan tropis yang dicirikan oleh kanopi yang rapat dan banyak
tumbuhan liana (tumbuhan memanjat). Hutan hujan primer dataran rendah di
Kalimantan memiliki kekayaan jenis tumbuhan yang paling tinggi. Di daerah ini
terdapat sekitar 10.000 tumbuhan biji, 34% diantaranya adalah tumbuhan endemik.
Hutan diSumatra dan Irian Jaya juga kaya akan jenis-jenis tumbuhan,
sedangkan hutan di Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Kepulauan Sunda relatif lebih
miskin jenis tumbuhan. Tumbuhan endemik adalah jenis-jenis yang sebarannya
terbatas, hanya dapat ditemukan secara alami di daerah tertentu saja. Salah satu
jenis tumbuhan endemik di Indonesia yang terkenal adalah berbagai bunga Rafflesia,
misalnya Rafflesiaarnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R.
borneensis (Kalimantan), R. cilliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma
(Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R.
contleyi(Sumatra bagian timur). Selain tumbuhan endemik, ada banyak jenis
tumbuhan di Indonesia dikategorikan langka, bahkan banyak di antaranya yang telah
punah. Contoh tumbuhan langka adalah bedali, putat, kepuh, kluwak, bendo, mundu,
sawo kecik, winong, bayur, gaharu, dan cendana. Kamu harus ikut menjaga agar
tumbuhan langka itu tetap lestari di Indonesia dan tidak menjadi punah.

C. Keanekaragaman Hewan
Indonesia juga terkenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman
hewan dan banyak di antaranya merupakan hewan endemik. Dari hasil survei IBSAP
pada tahun 2003 diketahui bahwa di Indonesia terdapat 515 jenis mamalia (36%
endemik, peringkat pertama dunia), 35 jenis primate (25% endemik), 511 jenis reptil,
1.531 jenis burung (sebagian jenis endemik), 270 jenis amfibi, dan 212 jenis kupu-
kupu (44% endemik). Hewan yang endemik misalnya harimau jawa, jalak bali putih di
Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon (Jawa Barat), binturong, monyet, tarsius di
Sulawesi Utara, kukang dan maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan
sekitarnya.

352 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Jenis hewan langka di Indonesia juga sangat banyak, misalnyababirusa,
harimau sumatra, harimau jawa, macan kumbang,harimau tutul, orangutan, badak
sumatra, tapir, gajah, bekantan,komodo, banteng, elang jawa, trulek jawa,
cendrawasih, kangurupohon, maleo, kakatua raja, rangkong, kasuari, buaya muara,
buaya irian, penyu hijau, dan ular sanca.
Keanekaragaman jenis hewan di Indonesia telah banyak diteliti oleh pihak
asing sejak zaman penjajahan. Alferd RusselWallace yang mengadakan penelitian
pada tahun 1856
menemukan bahwa jenis hewan di wilayah Indonesia bagian barat berbeda
dengan jenis hewan di wilayah Indonesia timur. Oleh karena itu Wallace membuat
garis pemisah yang memanjang dari selat lombok, selat Makasar, dan Filipina
Selatan yang disebut garis Wallace. Hewan di sebelah barat garis Wallace disebut
bertipe oriental dan hewan di bagian timur bertipe australia. Hal ini berkaitan dengan
sejarah pembentukan wilayah Indonesia, yaitu Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan
dahulu merupakan satu daratan dengan Benua Asia yang disebut dangkalan Sunda,
sedangkan Maluku dan Papua dahulu merupakan satu daratan dengan Benua
Australia.
Weber yang mengadakan penelitian keanekaragaman hewan di Indonesia
setelah Wallace, menemukan bahwa hewan-hewan di Sulawesi tidak sepenuhnya
bertipe australia, karena ada jenisjenis hewan yang mempunyai sifat seperti hewan
oriental. Oleh karena itu Weber menganggap Sulawesi merupakan daerah peralihan
antara hewan tipe oriental dan hewan tipe australia. Weber membuat garis pemisah
yang memanjang di sebelah
timur pulau Sulawesi yang disebut garis Weber. Berdasarkan garis Wallace dan
garis Weber, persebaran hewan-hewan di Indonesia meliputi daerah oriental di
kawasan barat, daerah australia di kawasan timur, dan daerah peralihan.
1. Hewan di daerah oriental, meliputi berbagai hewan asia seperti primata (kera,
monyet, bekantan, orangutan, tarsius, dan sebagainya), berbagai mamalia besar
(gajah, banteng, orangutan, kera, tapir, badak, harimau, rusa, babi hutan), dan
berbagai jenis burung berkicau (jalak, perkutut, kutilang, dan sebagainya).
2. Hewan di daerah australia, meliputi berbagai mamalia kecil, marsupalia atau mamalia
berkantung (kangguru, oposum, wallabi, dan sebagainya), dan berbagai jenis burung
yang warnanya mencolok (cendrawasih, kakatua, dan sebagainya)
3. Hewan di daerah peralihan, meliputi berbagai jenis hewan dari tipe asia dan australia,
misalnya tarsius, anoa, babi, boposum, babirusa, burung hantu, dan burung maleo.

D. Tingkatan Trofik
Piramida ekologi adalah gambaran susunan antar trofik dapat disusun
berdasarkan kepadatan populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan
energi pada tiap trofik. Struktur trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan
makan dan dimakan antar trofik yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut
atau piramid. Piramida ekologi ini berfungsi untuk menunjukkan gambaran
perbandingan antar trofik pada suatu ekosistem. Pada tingkat pertama ditempati
produsen sebagai dasar dari piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer,
sekunder, tersier sampai konsumen puncak.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 353


Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh herbivora (konsumen I),
maka energi yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan) berpindah ke tubuh
konsumen I (pemakannya) dan konsumen II akan mendapatkan energi dari
memakan konsumen I, dan seterusnya. Setiap tingkatan pada rantai makanan itu
disebut taraf trofi. Ada beberapa tingkatan taraf trofik pada rantai makan sebagai
berikut.
1. Tingkat taraf trofi 1 : organisme dari golongan produsen (produsen primer)
2. Tingkat taraf trofi 2 : organisme dari golongan herbivora (konsumen primer)
3. Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen sekunder)
4. Tingkat taraf trofi 3 : organisme dari golongan karnivora (konsumen predator)
Di dalam rantai makanan tersebut, tidak seluruh energi dapat dimanfaatkan,
tetapi hanya sebagian yang mengalami perpindahan dari satu organisme ke
organisme lainnya, karena dalam proses transformasi dari organisme satu ke
organisme yang lain ada sebagian energi yang terlepas dan tidak dapat
dimanfaatkan. Misalnya, tumbuhan hijau sebagai produsen menempati taraf trofi
pertama yang hanya memanfaatkan sekitar 1% dari seluruh energi sinar matahari
yang jatuh di permukaan bumi melalui fotosintesis yang diubah menjadi zat organik.
Jika tumbuhan hijau dimakan organisme lain (konsumen primer), maka hanya
10% energi yang berasal dari tumbuhan hijau dimanfaatkan oleh organisme itu untuk
pertumbuhannya dan sisanya terdegradasi dalam bentuk panas terbuang ke
atmosfer. Selama keadaan produsen dan konsumen-konsumen tetap membentuk
piramida, maka keseimbangan alam dalam ekosistem akan terpelihara.

E. Macam-macam piramida ekologi


1. Piramida jumlah merupakan jumlah organisme yang berada di dalam suatu daerah
(areal) tertentu yang dikelompokkan dan dihitung berdasarkan taraf trofi.
2. Piramida biomassa / berat merupakan taksiran berat organisme yang mewakili setiap
taraf trofi dengan cara tiap-tiap individu ditimbang dan dicatat jumlahnya dalam suatu
ekosistem.
3. Piramida energi menggambarkan banyaknya energi yang tersimpan dalam 6 tahun
yang digunakan senyawa organik sebagai bahan makanan.

3. Perlatihan
1. Tuliskan 3 contoh tumbuhan yang endemik di Indonesia!
2. Tuliskan 3 contoh hewan yang endemik di Indonesia!
3. Jelaskan macam-macam tingkatan trofik!
4. Tuliskan dan beri penjelasan macam-macam piramida ekologi!

354 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 9
GERAK PADA TUMBUHAN

1. Orientasi
Uraian materi pada kegiatan belajar 9 relatif panjang, tetapi cakupan materinya
sebenarnya sederhana. Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini
anda diharapkan dapat menjelaskan macam-macam gerak pada tumbuhan dan
member contoh masing-masing gerak. Pelajari dengan cermat uraian materi pada
kegiatan belajar ini supaya anda dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Inti
A. Pendahuluan
Tumbuhan juga melakukan gerak meskipun gerak pada tumbuhan tidak
menghasilkan perpindahan tempat. Gerak tumbuhan hanya dilakukan oleh bagian
tertentu, seperti bagian ujung tunas, ujung akar, dan daun. Tumbuhan tingkat tinggi
dapat merespon rangsangan tertentu dari lingkungannya dengan melakukan gerak.
Gerak tumbuhan umumnya sangat lambat sehingga perlu ketelitian tinggi untuk
dapat mengamatinya. Gerak pada tumbuhan terbagi menjadi tiga yaitu gerak
endonom, esionom, dan higroskopis.
B. Gerak Higroskopis
Gerak higroskopis yaitu gerak yang ditimbulkan oleh pengaruh perubahan
kadar air. Misalnya: gerak membukanya kotak spora, pecahnya buah tanaman
polong.
C. Gerak Esionom
Gerak etionom merupakan reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh
adanya rangsangan dari luar. Berdasarkan hubungan antara arah respon gerakan
dengan asal rangsangan, gerak etionom dapat dibedakan menjadi gerak taksis,
tropisme, dan nasti. Jika yang bergerak hanya bagian dari tumbuhan maka disebut
gerak tropisme. Jika yang bergerak seluruh bagian tumbuhan maka disebut gerak
taksis. Jika gerakan itu tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan disebut
gerak nasti.
1. Tropisme
Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi arah
datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang , daun, kuncup
bunga atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi tropisme positif apabila
gerak itu menuju sumber rangsang dan tropisme negatif apabila gerak itu menjauhi
sumber rangsang. Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, tropisme dapat
dibedakan lagi menjadi fototropisme, geotropism, hidrotropisme, kemotropisme, dan
tigmotropisme.
a. Fototropisme
Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan cahaya.
Gerak bagian tumbuhan yang menuju kearah cahaya disebut fototropisme positif.
Misalnya gerak ujung batang tumbuhan yang membelok kea rah datangnya cahaya.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 355


b. Geotropisme
Geotropisme adalah gerak bagian
tumbuhan karena pengaruh gravitasi bumi
(geo = bumi). ika arah geraknya menuju
rangsang disebut geotropisme positif,
misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika
arah geraknya menjauhi rangsang disebut
geotropisme negatif, misalnya gerak tumbuh
batang menjauhi tanah.
c. Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerak bagian
tumbuhan karena rangsangan air (hidro = air).
Jika gerakan itu mendekati air maka disebut
hidrotropisme positif. Misalnya, akar tanaman
tumbuh bergerak menuju tempat yang banyak Gambar 4. (a) Gerak akar menuju ke
airnya ditanah. Jika tanaman tumbuh pusat bumi merupakan geotropisme
positif, (b) pertumbuhan batang
menjauhi air disebut hidrotropisme negatif. merupakan geotropisme negatif.
Misal, gerak pucuk batang tumbuhan yang
tumbuh ke atas air.
d. Kemotropisme
Kemotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan zat kimia.
Jika gerakannya mendekati zat kimia tertentu disebut kemotropisme positif. Misalnya,
gerak akar menuju zat didalam tanah. Jika gerakannya menjauhi zat kimia tertentu
disebut kemotropisme negatif, contohnya gerak akar menjauhi racun.
e. Tigmotropisme
Gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan satu sisi atau
persinggungan disebut trigmotropisme. Gerakan ini tampak jelas pada gerak
membelit ujung batang ataupun ujung sulur dari Cucurbitaceae dan Passiflora.
Contoh tanaman yang bersulur adalah ercis, anggur, markisa, semangka, dan
mentimun.

2. Nasti
Nasti adalah gerak tumbuhan yang arahnya tidak dipengaruhi oleh arah
datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri.
a. Fotonasti
Fotonasti gerak nasty yang disebabkan oleh rangsangan cahaya. Misal, gerakan
mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) di sore hari.
b. Niktinasi
Niktinasi (nyktos = malam) merupakan gerak nasty yang disebabkan oleh
suasana gelap, sehingga disebut juga gerak tidur. Misalnya, pada malam hari daun-
daun tumbuhan Leguminosae atau polong-polongan seperti bunga merak
(Caesalpinia pulcherrima) dan daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) akan menutup
dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari terbit.

356 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


c. Tigmonasti atau Seismonasti
Tigmonasti / seismonasti adalh gerakan nasty yang disebabkan oleh rangsang
sentuhan atau getaran. Contoh gerak menutupnya daun sikejut atau putrid malu
(Mimosa pudica), jika disentuh. Jika hanya satu anak daun dirangsang dengan
sentuhan, rangsangan itu diteruskan ke seluruh tumbuhan sehingga anak daun lain
ikut mengatup.
d. Termonasti
Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsan suhu, seperti
mekarnya bunga tulip dan crocus. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak
mengalami kenaikan temperature, dan akan menutup kembali bila temperatur
menurun.
e. Haptonasi
Haptonasi merupakan gerak nasti yang terjadi pada tumbuhan insektivora yang
disebabkan oleh sentuhan serangga. Daun pada tumbuhan insektivora misalnya
Dionaea, sejenis tumbuhan perangkap lalat (Venus”s flytrap) sangat sensitif terhadap
sentuhan. Bila ada serangga yang menyentuh bagian dalam daun, daun akan segera
menutup sehingga serangga akan terperangkap di antara kedua belahan daun.
f. Nasti Kompleks
Nasti komoleks merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh beberapa factor
sekaligus, seperti karbondioksida, pH, temperature, dan kadar kalsium. Contohnya
gerak membuka dan menutupnya stomata pada daun.

3. Taksis
Taksis adalah gerak seluruh tubuh atau bagian dari tubuh tumbuhan yang
berpindah tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi rangsangan. Gerakan yang
arahnya mendekati sumber rangsangan disebut sebagai taksis positif dan yang
menjauhi sumber rangsangan disebut taksis negatif. Sedangkan macam atau sumber
rangsangan taksis meliputi cahaya, zat kimia, dan rangsang listrik.
Bila rangsangan berupa zat kimia, gerak yang timbul disebut kemotaksis.
Contohnya gerak gamet jantan berflagela (spermatozoid) yang dihasilkan oleh
anteridium lumut kearah gamet betina (sel telur) di dalam arkegonium.Bila rangsangan
berupa cahaya disebut fototaksis, rangsangan listrik disebut galvanotaksis.Fototaksis
dan galvanotaksis biasanya terjadi pada organisme tingkat rendah.
D. Gerak Endonom
yaitu gerak yang belum/tidak diketahui sebabnya. Karena belum diketahui
sebabnya ada yang menduga tumbuhan itu sendiri yang menggerakkannya gerak
otonom, misalnya aliran plasma sel.

3.Perlatihan
1. Gerakan spermatozoid, penyerbukan dan pembuahan yang diakibatkan oleh
rangsangan zat kimia termasuk gerak ....
2. Gerakan tumbuhan karena pengaruh rangsangan dari luar termasuk gerak ....
3. Contoh gerakan higroskopis adalah ....
4. Gerak sebagian tubuh tumbuhan yang arah geraknya tidak ditentukan oleh arah
datangnya rangsang adalah ....
5. Gerakan kloroplas di dalam sel ketika menerima cahaya termasuk gerak ...

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 357


KEGIATAN BELAJAR 10
SISTEM PERNAPASAN

1. Orientasi
Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar 10 anda diharapkan dapat
menyebutkan organ-organ pernapasan pada tubuh manusia dan fungsi masing-
masing organ. Hal mendasar yang juga harus anda kuasai adalah menjelaskan
perbedaan antara pernapasan dan respirasi. Anda dapat mencermati uraian materi,
mengamati dengan seksama gambar-gambar yang ditampilkan dan berdiskusi
supaya tujuan yang telah ditetapkan dapat anda capai.

2. Inti
A. Pendahuluan
Makhluk hidup tidak akan ada karena tidak bisa melakukan proses
pernapasan. Pernapasan adalah proses pertukaran gas antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat
kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari lingkungan sekitar.
Oksigen diperlukan untuk oksidasi (pembakaran) zat makanan, yaitu gula (glukosa).
Proses oksidasi makanan bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi yang
dihasilkan digunakan untuk aktivitas hidup, misalnya pertumbuhan, mempertahankan
suhu tubuh, pembakaran sel-sel tubuh, dan kontraksi otot. Selain menghasilkan
energi, pernapasan juga menghasilkan karbon dioksida, dan uap air. Bagaimanakah
proses ini berlangsung?
B. Sistem Pernapasan Manusia
Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi, walaupun secara
harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing) artinya
menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan sebagai
proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan
udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration) berarti
suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel
sehingga diperoleh energi. Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang
sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan dan
respirasi sebenarnya saling berhubungan. Proses pernapasan pada manusia
berjalan secara tidak langsung, artinya udara tidak berdifusi langsung masuk ke
dalam sel tubuh melalui permukaan kulit.
1. Alat Pernapasan
a. Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir. Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang
masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat
konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara

358 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


yang masuk. Jadi, rongga hidung berfungsi untuk: menyaring udara, melembapkan
udara, dan memanaskan udara.
b. Faring
Setelah melewati hidung, udara masuk menuju faring. Faring adalah hulu
tenggorokkan atau disebut juga tekak. Saat udara melewati faring, antara rongga
hidung dengan tenggorokan ada bagian yang selalu terkoordinasi dengan baik.
Bagian penting tersebut adalah semisal katup penutup rongga hidung yang disebut
anak tekak. Anak tekak berperan menutup faring saat kita sedang menelan
makanan. Apabila makanan kita telan dan katup belum menutup, maka makanan
masuk ke tenggorokan, akibatnya kita pun tersedak.
c. Pangkal tenggorokan (Laring)
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut
juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun.
Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan,
piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh
katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak
melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga
membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut
menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.
d. Batang tenggorokan (Trakea)
Di dalam tubuh, batang tenggorokan terletak pada daerah leher, tepatnya di
bagian depan kerongkongan (esofagus). Batang tenggorokan berbentuk pipa yang
terdiri atas gelang-gelang tulang rawan dengan panjang sekitar 10 cm. Dinding
dalamnya terlapisi oleh selaput lendir dengan sel-selnya yang memiliki rambut getar.
Rambut-rambut getar tersebut berfungsi menolak debu atau benda-benda asing. Jika
tiba-tiba kita batuk atau bersin, dipastikan ada lendir atau debu pada saluran batang
tenggorokan sehingga mengganggu pernapasan terganggu.
e. Cabang batang Tenggorokan (Bronkus)
Setelah melalui trakea, udara akan terus masuk menuju cabang batang
tenggorokan atau dinamakan bronkus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua
bronkus, yakni bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Pada kedua bronkus
terdapat saluran yang menuju paru-paru. Apabila bronkus mengalami infeksi, maka
timbullah suatu penyakit yang disebut bronkitis. Di dalam paru-paru, bronkus
bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga
bronkeolus, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Bronkiolus masih bercabang-cabang lagi membentuk pembuluh-pembuluh yang
halus. Cabang-cabang yang terhalus masuk ke dalam gelembung paru-paru atau
alveolus. Adanya dinding alveolus membuat oksigen berdifusi ke dalam darah,
sebaliknya karbon dioksida (CO2) dan air dilepaskan.
f. Paru-paru (pulmo)
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru.
Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas
sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga
dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-
paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar
daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 359


Gambar 5. Struktur paru-paru manusia

Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura.
Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang
disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah.
Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas
permukaan paru-paru sekitar 160 m2. Dengan kata lain paru-paru memiliki luas
permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh. Dinding
alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi
menembus dinding alveolus, lalu menembus dinding kapiler darah yang mengelilingi
alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin
yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2).
Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam
sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi
hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi. Karbon dioksida yang dihasilkan
dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke
paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan
dinding alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk
dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.

3. Perlatihan
1. Bagaimanakah proses oksigen diangkut ke seluruh tubuh?
2. Apa sajakah organ-organ pernapasan pada manusia ? Jelaskan fungsi masing-
masing organ pernapasan!
3. Apakah perbedaan antara rspirasi dan pernapasan?

360 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 11
TEKNIK REKAYASA GENETIKA

1. Orientasi
Tujuan dan cara belajar diintegrasikan dalam teks/narasi
2. Inti
A. Pendahuluan
Perkembangan ini memungkinkan bagi kita untuk mengidentifikasi, mengisolasi,
mengalihkan, dan mengguna-kan gen-gen spesifik yang mengendalikan sifat-sifat
individu pada suatu organisme. Sebagai contoh di bidang pertanian, terjadi
kemampuan yang meningkat untuk memperbaiki dan mengendalikan sifat tanaman,
pohon, hewan, ikan, dan mikroorganisme yang membantu perbaikan genetik yang
telah dilakukan selama berabad-abad oleh petani melalui teknik pemuliaan tanaman
dan hewan secara konvensional.
Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti paling luas adalah
penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan
pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan.
Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan.
B. Tahapan DNA Rekombinan
Dengan ditemukannya teknik rekayasa genetika melalui teknologi DNA
rekombinan pada tahun 1973, mengakibatkan perkembangan bioteknologi semakin
pesat. Tidak diragukan lagi bahwa teknologi DNA rekombinan merupakan penyebab
utama ketenaran bioteknologi.
Teknologi rekayasa genetika merupakan contoh bioteknologi modern dengan
tehnik DNA rekombinan. Adapun pengertian DNA itu adalah zat kimia yang
menyusun sifat pada mahluk hidup. Teknik DNA rekombinan dibuat dengan
mengkombinasikan materi genetik dari dua sumber yang berbeda. Berikut penjelasan
tahapan DNA Rekombinan:
a. Mencari gen yang ada pada
Diisolasi
DNA unggul yang dinginkan
dan mengisolasinya
Gen yang
b. Menyiapkan tempat untuk diinginkan
memasukkan DNA
rekombinan, yaitu mahluk
Plasmid sebagai
hidup yang akan diubah wahana dipotong
menggunakan enzim
sifatnya misalnya plasmid. endonuklease restriksi
c. Memasukan DNA unggul ke
dalam plasmid Gen asing yang telah diisolasi,
disambungkan dengan plasmid
d. Mengkloning DNA rekombinan,
yaitu dengan pemeliharan Plasmid rekombinan kemudian
sedemikian rupa DNA dimasukkan ke dalam sel
bakteri.
rekombinan yang sudah
dimasukkan pada plasmid Gambar 10:
Langkah-Langkah Pembuatan DNA Rekombinan
e. Memelihara sel agar menghasilkan Sumber: Ibrahim, 2004: 52
produk yang diinginkan.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 361


Bilamana materi genetik dari dua sumber berbeda dikombinasikan, hasilnya adalah
bertambahnya variasi genetik. Variasi genetik yang ada di alam merupakan bahan
baku perubahan evolusioner yang dikendalikan oleh seleksi alam atau seleksi buatan
yang dilakukan oleh manusia. Objek rekayasa genetika mencakup hampir semua
golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat
tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak
berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu
pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta
teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang
masing-masing.

3. Perlatihan
1. Tuliskan definisi rekayasa genetika
2. Bagaimanakah tahapan pembuatan DNA Rekombinan?

362 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 12
BIOTEKNOLOGI

1. Orientasi
Tujuan dan cara belajar diintegrasikan dalam teks/narasi
2. Inti
A. Pendahuluan
Bioteknologi seringkali juga dikaitkan dengan penyelamatan lingkungan,
sumber energi yang bersih, metode-metode untuk membersihkan kontaminasi
lingkungan, begitu pula produk dan proses yang berwawasan lingkungan lebih
menonjol dilakukan daripada sebelumnya.
Mendefinisikan bioteknologi sesungguhnya sangat mudah. Uraikan kata
bioteknologi menjadi akar kata: bio dan teknologi. Maka kita akan memperoleh
definisi sebagai berikut: Bioteknologi: pemanfaatan makhluk hidup untuk memecah-
kan masalah atau menghasilkan produk bermanfaat. Menurut kamus bahasa
Indonesia definisi bioteknologi, yaitu: teknologi yang menyangkut jasad hidup.
Bioteknologi dalam istilah baru dapat didefinisikan sebagai berikut:
pemanfaatan sel atau molekul biologi untuk memecahkan masalah atau membuat
produk-produk bermanfaat. Tidak semua orang sepakat dengan definisi tersebut,
beberapa pihak mencoba mengembangkan definisi sendiri-sendiri. Shiva (1994
dalam Ibrahim 2004) mendefinisikan bioteknologi sebagai teknologi pemanfaatan
organisme atau produk organisme yang bertujuan menghasilkan bahan atau jasa.
Definisi-definisi di atas memiliki cakupan yang luas yang meliputi hampir semua
aspek dengan adanya ciri khas keterlibatan katalisator biologi.
Istilah bioteknologi saat ini semakin dikenal dan menimbulkan kesan seolah-
seolah telah timbul ilmu baru. Tetapi benarkah bahwa bioteknologi bukan merupakan
ilmu baru? Kalau bukan, sejak kapan bioteknologi lahir, mengapa dalam beberapa
tahun terakhir ini bioteknologi begitu populer? Faktor apa saja yang menjadi pemicu?
Kita akan mencoba mencari jawabannya di dalam uraian berikut
Bioteknologi secara sederhana atau bioteknologi konvensionalsudah dikenal oleh
manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan
adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19,
pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian,
serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di
masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin
walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak
sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis
Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara
masal.
Pada masa kini, bioteknologi berkembang sangat pesat yang dikenal dengan
bioteknologi moderen, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai
dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur
jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit
genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 363


AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para
penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau
kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan,
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA
rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih
tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa
kini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai
contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan
menggunakan bakteri jenis baru.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas suatu organisme
melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat memodifikasi fungsi
biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari organisme lain atau
merekayasa gen pada organisme tersebut. Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa
genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk bioteknologi
dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk bioteknologi antara
lain jagung dan kapas resisten hama serangga, papaya resisten virus, enzim pemacu
produksi susu pada sapi, padi mengandung vitamin A, pisang mengandung vaksin
hepatitis.
B. Bioteknologi dalam teknologi Fermentasi
Banyak mikroorganisme yang telah dimanfaatkan untuk produk fementasi (Tabel
2.1). Mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi pangan tradisional umumnya
merupakan kultur campuran yang diperoleh dari bahan baku ataupun lingkungan dan
sering tidak Teoridentifikasi. Pada industri fermentasi tradisional yang telah maju,
mulai digunakan kultur mikrobia hasil penelitian untuk menunjang penjaminan mutu
produk.
Mikrobia yang sering digunakan dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan
jamur. Bakteri banyak digunakan dalam fermentasi pangan dalam bentuk cair,
misalnya asam asetat dan nata de coco. Khamir selain digunakan dalam substrat
cair, misalnya pada pembuatan bir dan wine, juga pada medium padat untuk
pembuatan roti. Jamur umumnya digunakan dalam substrat cair, misalnya untuk
produksi asam sitrat dan tempe atau produksi jamur itu sendiri.
Tabel 2.1 Contoh produk fermentasi dan mikrobia yang menghasilkannya

Produk Mikrobia
Roti, bir, wine Saccharomyces cerevisiae
Kecap Aspergillus oryzae,
Tempe Rhizopus sp
Tapai Saccharomyces
.Asam Cuka Acetobacter aceti
Asam Sitrat Aspergillus niger
Asam Laktat Lactobacilus Sp
Nata Acetobacter xylinum
Asam glutamat Corynebacterium glutamicum
Penisilin Penicillium chrysogenum

364 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


C. Mikrobia dalam Teknologi Medis
Adalah cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioeknologi di bidang
medis. Cakupannya meliputi seluruh spektrum pengobatan manusia, mulai dari tahap
preventif, diagnosis, dan pengobatan. Contoh penerapannya adalah pemanfaatan
organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin, penggunaan sel induk untuk
pengobatan regeneratif, serta terapi gen untuk mengobati penyakit genetik dengan
cara menyisipkan atau menggantikan gen abnomal dengan gen yang normal. Contoh
beberapa produk bioteknologi yang telah dihasilkan dalam bidang medis adalah :
1. Biotransformasi
Merupakan teknik pemakaian enzim dalam sel tanaman untuk mengubah gugus
fungsional dari komponen kimia luar yang ditambahkan dan menghasilkan produk
berupa senyawa baru yang diharapkan aktifitas biologiknya meningkat. Biotransformasi
dapat dilakukan dengan sistem kultur jaringan tanaman seperti kultur kalus dan kultur
sel amobil.Biotransformasi dapat dimanfaatkan untuk memodifikasi struktur senyawa
obat agar diperoleh aktivitas terapi yang lebih baik. Biotransformasi asam orto amino
benzoat dengan kultur suspensi sel Solanum mammosumyang menghasilkan dua
senyawa baru yang diharapkan mempunyai efektifitas lebih tinggi sebagai bahan obat
dibandingkan senyawa aslinya.Contoh lainnya adalah pembuatan obat antitumor yang
harganya sangat mahal yaitu vinblastin. Perusahaan Allelix Inc. di Kanada
menggunakan metode biotransformasi dalam produksi vinblastin dari catharantine dan
vindolin. Hasil yang didapat dari penerapan metode tersebut ternyata sangat baik.
Karena itu biotransformasi seringkali dianggap sebagai salah satu dari beberapa
metode dalam kultur jaringan tanaman yang paling menjanjikan dan cukup realistis
untuk dikembangkan. Namun, mahalnya harga substrat yang diperlukan dalam proses
biotransformasi masih menjadi kendala pengembangan metode tersebut.
2. Plant Made Pharmaceutical (PMP),
merupakan generasi ketiga dari Bioteknologi yaitu memanfaatkan tanaman seperti
jagung, tembakau, padi dan kacang sebagai pabrik penghasil protein untuk keperluan
pengobatan seperti antibody monoclonal,, enzim dan protein darah. Protein terapeutik
ini dikenal sebagai PMP. Gen pengkode protein yang berfungsi medis dimasukkan ke
dalam suatu tanaman, sehingga tanaman tersebut digunakan sebagai mesin produksi.
Protein terapeutik yang dihasilkan berfungsi antara lain untuk pengobatan penyakit
Alzheimer, kanker, diabetes, jantung .
3. Sel Punca
adalah jenis sel khusus dengan kemampuan membentuk ulang dirinya dan dalam
saat yang bersamaan membentuk sel yang terspesialisasi. Aplikasi terapeutik sel stem
embrionik pada berbagai penyakit degeneratif dalam dunia kedokteran, meskipun
kebanyakan sel dalam tubuh seperti jantung maupun hati telah terbentuk khusus untuk
memenuhi fungsi tertentu, stem cell selalu berada dalam keadaan tidak terdiferensiasi
sampai ada sinyal tertentu yang mengarahkannya berdiferensiasi menjadi sel jenis
tertentu. Kemampuannya untuk berproliferasi bersamaan dengan kemampuannya
berdiferensiasi menjadi jenis sel tertentu inilah yang membuatnya unik. Sel punca
dewasa adalah sel yang berasal dari jaringan dewasa dengan kemampuan
memperbaharui diri dan berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan
asalnya. Walaupun pada umumnya sel punca dewasa hanya menghasilkan satu atau
beberapa jenis sel yang berhubungan dengan jaringan asalnya, beberapa penelitian

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 365


menunjukkan bahwa sel punca dewasa juga dapat dimanipulasi untuk menjadi
berbagai macam sel lainnya. Definisi lain dari sel punca dewasa adalah sel yang
terletak pada jaringan dewasa dan membelah secara otomatis atau karena respon
terhadap sinyal regulasi, untuk memproduksi sel-sel yang berperan dalam homeostasis
mahluk hidup. Salah satu sifat sel punca dewasa adalah mereka dapat diambil dan
ditransplantasikan dari individu yang sama sehingga terapi imunosupresi (penekanan
sistem imun) dapat dihindari.. Berbeda halnya dengan sel punca dari sumber lain yang
masih membutuhkan terapi imunosupresi (penekanan sistem imun) untuk menghindari
reaksi penolakan dan intoleransi sistem imun akibat dari ketidakcocokkan antara
jaringan donor dengan jaringan resipien. Sel punca dewasa dapat diambil dari
berbagai sumber seperti otak, sumsum tulang belakang, darah tepi, pembuluh darah,
saluran pencernaan, kornea, hati dan pankreas.
D. Mikrobia dalam teknologi produksi senyawa baru
Adalah bioteknologi yang diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan
produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi terbarukan. Dengan
memanipulasi mikroorganisme seperti bakteri dan khamir/ragi, enzim-enzim juga
organisme-organisme yang lebih baik telah tercipta untuk memudahkan proses
produksi dan pengolahan limbah industri. Pelindian (bleaching) minyak dan mineral
dari tanah untuk meningkatkan efisiensi pertambangan, dan pembuatan bir dengan
khamir.Penerapan bioteknologi yang diperantarai mikrobia dalam produksi protein sel
tunggal atau single cell protein (SCP), merupakan sumber protein alternatif atau
tambahan untuk mengatasi keterbatasan yang disebabkan oleh produksi tumbuhan
atau hewan yang terbatas. Protein sel tunggal berguna untuk memasok seluruh asam
amino esensial untuk mengatasi masalah malnutrisi dan digunakan utamanya untuk
pakan ternak yang berfungsi meningkatkan daging dan produksi susu.
E. Bioteknologi dalam Bidang Pertanian dan Peternakan
Mempelajari aplikasi bioteknologi di bidang pertanian dan peternakan. Di bidang
pertanian, bioteknologi telah berperan dalam menghasilkan tanaman tahan hama,
bahan pangan dengan kandungan gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan
obat atau senyawa yang bermanfaat. Sementara itu, di bidang peternakan, binatang-
binatang telah digunakan sebagai "bioreaktor" untuk menghasilkan produk penting
contohnya kambing, sapi, domba, dan ayam telah digunakan sebagai penghasil
antibodi-protein protektif yang membantu sel tubuh mengenali dan melawan senyawa
asing (antigen).Tanaman produk bioteknologi yang telah disetujui untuk pangan
merupakan tanaman yang dimodifikasi untuk memiliki sifat-sifat seperti ketahanan
terhadap penyakit, ketahanan terhadap herbisida, perubahan kandungan nutrisi, dan
peningkatan daya simpan.Beberapa contoh tanaman produk bioteknologi yang telah
dipasarkan yaitu: kedelai, jagung , kapas toleran herbisida; jagung, kapas, kentang,
apel tahan hama; kentang papaya, strawberi tahan virus. Selain hal di atas mikrobia
seperti Escheria coli bila gen produksi pati disisipkan pada tanaman kentang akan
menyebabkan kandungan pati pada kentang 30-60% naik dan kelembaban lebih
rendah sehingga ketika digoreng kentang akan lebih sedikit menyerap lemak dan
menghasilkan keripik kentang rendah lemak.
F. Bioteknologi dalam bidang pengendalian aquatic
Disebut juga bioteknologi akuatik/kelautan yang mengendalikan proses-proses
yang terjadi di lingkungan akuatik. Salah satu contoh yang paling tua adalah

366 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


akuakultura, menumbuhkan ikan bersirip atau kerang-kerangan dalam kondisi
terkontrol sebagai sumber makanan, (diperkirakan 30% ikan yang dikonsumsi di
seluruh dunia dihasilkan oleh akuakultura). Perkembangan bioteknologi akuatik
termasuk rekayasa genetika untuk menghasilkan tiram tahan penyakit dan vaksin
untuk melawan virus yang menyerang salmon dan ikan yang lain. Contoh lainnya
adalah salmon transgenik yang memiliki hormon pertumbuhan secara berlebihan
sehingga menghasilkan tingkat pertumbuhan sangat tinggi dalam waktu singkat.
G. Bioteknologi dalam bidang lingkungan
Bioteknologi lingkungan penggunaannya banyak melibatkan mikroorganisma
untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan alam sekitarnya.
Peningkatan kualitas lingkungan tersebut meliputi pencegahan terhadap masuknya
berbagai polutan agar lingkungan tidak terpolusi; membersihkan lingkungan yang
terkontaminasi oleh polutan; dan membangkitkan serta memberdayakan sumber daya
alam yang masih memiliki nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Essensi kajian bioteknologi lingkungan sesungguhnya untuk meningkatkan
kesejahteraan taraf kehidupan manusia melalui pemberdayaan lingkungan secara
teknik.Bioteknologi lingkungan kelihatannya seperti kajian yang sangat menjanjikan
kepada kita semua terutama menjanjikan kesejahteraan dalam meningkatkan
kehidupan modern yang mengarah kepada kehidupan modern yang lebih baik lagi.
Perlakuan teknologi secara mikrobiologi telah dikembangkan sejak awal abad ke-20-
an, seperti mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan juga manusia) untuk produksi
biogas. Pada waktu yang sama, teknologi-teknologi baru secara konstan ditujukan
untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang trend sekarang ini , terutama
masalah lingkungan hidup, seperti detoksifikasi zat-zat kimia yang berbahaya yang
sudah banyak menyatu ke dalam berbagai tumbuhan dan hewan peliharaan kita.
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi masalah lingkungan adalah :
1. Bioremediasi
Sebagai contoh pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh
bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut
dengan menggunakan bakteri jenis baru. Menggunakan tumbuhan yang dapat
mengakumulasi logam berat yang mencemari lingkungan perairan maupun tanah
(phytoremediasi).
2. Pemanfaatan bakteri Rhodococcus rhodocrous
Enzimisolate bakteri ini dapat mengeluarkan sulfur dari minyak mentah tanpa
mencerna hidrokarbon yang dapat terbakar, sehingga diharapkan dapat mengurangi
terjadinya hujan asam. Kandungan sulfur yang tinggi ketika bahan bakar tersebut
digunakan di pabrik, kendaraan, pembangkit listrik dsb akan mengemisi sulfur
dioksida pada asapnya dan akan terkumpul di atmosfer, akhirnya terlarut pada tetes-
tetes air di udara membentuk asam sulfat yang jatuh ke tanah sebagai hujan asam.
3. Perlatihan
1. Apakah bioteknologi itu?
2. Bagaimanakah ciri khas bioteknologi konvensional?
3. Tuliskan 3 contoh produk bioteknologi konvensional!
4. Bagaimanakah ciri khas bioteknologi mogeren?
5. Tuliskan beberapa produk bioteknologi modern!
6. Deskripsikan implikasi bioteknologi pada berbagai bidang kehidupan manusia!

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 367


KEGIATAN BELAJAR 13
PEREDARAN DARAH

1. Orientasi
Tujuan yang harus anda capai pada kegiatan belajar ini adalah mendeskripsikan
organ-organ yang terlibat dalam system peredaran darah manusia, menjelaskan
fungsi masing-masing organ, menjelaskan jalur beredarnya darah pada tubuh
manusia, mendeskripsikan proses pengakutan gas-gas pernapasan oleh darah dan
menjelaskan beberapa gangguan dan penyakit pada system peredaran darah.
Berdiskusilah anda dengan teman sejawat dan instruktur anda supaya pemahaman
anda tentang uraian materi pada kegiatan belajar ini semakin mantap. Percobaan
kecil tentang pengukuran tekanan darah menggunakan stetoskop sangat baik
dilakukan supaya proses belajar yang anda alami lebih menggairahkan.

2. Inti
A. Pendahuluan
Zat cair bersifat mengalir dari tekanan yang tinggi menuju ke tekanan yang
lebih rendah, pernahkah kalian melihat aliran air dari hulu ke hilir? Tapi bagi darah,
mengapa darah bisa sampai ke otak? Padahal darah juga sebagai zat cair seperti air.
Apa yang terjadi jika darah tidak bisa menuju otak?
B. Mengapa orang Bisa terkena penyakit stroke?
Gambar ini adalah gambar otak penderita stroke karena penyumbatan pada
pembuluh darah. Pembuluh darah manusia seperti selang/pipa yang berisi air yang
mengalir. Jika di dalam selang/pipa terdapat sumbatan seperti kotoran, lumut, pasir,
dan lain-lain, maka itu akan menyebabkan aliran air akan macet. Untuk memudahkan
air itu mengalir secara normal dengan cara membersihkan selang tersebut.

Gambar 7. Otak penderita stroke


Sumber:
www googlegambar co id
Analogi ini seperti pembuluh darah yang seperti pipa. Darah pada manusia
mengalir di pembuluh darah. Terjadinya penyakit stroke ini karena aliran darah
menuju otak tidak lancar akibat penyumbatan di pembuluh darah. Bisa berupa
kolesterol ataupun zat karsinogenik (penyebab kanker) yang lain. Penyumbatan ini
menyebabkan luas pembuluh darah meyempit sehingga kecepatan aliran darah
meningkat akhirnya tekanan darah akan meningkat juga.
C. Tekanan yang Terjadi pada Darah
Kamu tentu sering mendengar istilah tekanan darah, bukan? Bahkan mungkin
kamu pernah diperiksa tekanan darahnya oleh dokter. Sebenarnya apa tekanan darah

368 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


itu? Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi saat darah dipompa oleh jantung
guna dialirkan ke tempat tertentu.
Tinggi rendahnya tekanan (P) dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: luas penampang
pembuluh darah (A) dan gaya tekan (F). Pada gambar 3, terdapat gambar pembuluh
darah yang normal dan tidak. Pembuluh darah yang menyempit tersebut akan
menyebabkan tekanan darah meninggi.
Tekanan pada darah dapat dicari dengan persamaan di bawah ini:

𝐹𝐹
𝑃𝑃 =
𝐴𝐴

Keterangan:
P = Tekanan
F = Gaya
A = Luas Penampang
Adapun proses terjadinya tekanan darah pada jantung adalah sebagai berikut.
1. Jantung berkerut darah dipompa masuk ke dalam pembuluh nadi
tekanan darah menjadi maksimum. Tekanan darah maksimum disebut dengan sistol.
2. Jantung mengendur/relaksasi darah tidak dipompa tekanan darah minimum.
Tekanan darah minimum disebut sebagai tekanan diastol.
Tekanan darah normal bagi individu berusia antara 20-35 tahun adalah sebagai
berikut.
a. Sistol : 120 mmHg
b. Diastol : 80 mm Hg

Gambar 8. Alat
pengukur tekanan darah
Sedangkan tekanan darah tidak normal antara lain: S b l
a. Tekanan darah tinggi (Hipertensi): sistol atau diastol atau keduanya di atas batas
normal, misalnya 170/100 mmHg (sistol 170 mmHg; diastol 100 mmHg). Hipertensi
disebabkan adanya penyempitan pada luas pembuluh darah seperti kolesterol atau
zat karsinogenik yang lain sehingga kecepatan aliran darah meningkat dan tekanan
akan meningkat pula. Di samping itu jantung penderita akan bekerja lebih keras
bahkan dapat memecahkan pembuluh darah karena sifat zat cair salah satunya bisa
menekan ke segala arah. Penyebab lain adalah faktor keturunan, stress, usia,
kebiasaan merokok, dan minuman beralkohol.
b. Tekanan darah rendah (Hipotensi): sistol atau diastol atau keduanya di bawah
batas normal, misalnya 100/60 mmHg (sistol 100 mmHg; diastol 60 mmHg).
Pengembalian darah ke jantung berkurang akibat kerja jantung menurun.
Penyebabnya antara lain perubahan posisi dari jongkok, darah tertimbun di pembuluh
balik pada kaki sehingga pengembalian darah ke jantung lambat. Selain itu, dapat
disebabkan oleh berkurangnya volume darah akibat pendarahan atau muntaber.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 369


Gejala yang biasa timbul adalah pusing, lesu, penglihatan berkunang-kunang, dan
sering pingsan.
Darah merupakan fluida zat cair yang mengalir melalui pembuluh darah.
Pembuluh darah manusia seperti selang/pipa yang berisi air yang mengalir. Jika
terdapat zat cair dalam suatu tabung maka dinding tabung akan mendapat tekanan
dari zat cair. Sifat-sifat tekanan zat cair pada dinding tabung antara lain sebagai
berikut:
1. Zat cair menekan ke segala arah
2. Semakin dalam letak suatu dari permukaan zat cair, tekanannya semakin besar.
3. Tekanan zat cair bergantung pada massa jenis zat cair. Pada darah keenceran
atau kekentalan juga mempengaruhi tekanan darah, karena darah kental akan
menyebabkan tekanan darah membesar.
Mengingat darah merupakan zat cair yang memiliki tingkat kekentalan/ viskositas
yang bisa mengalir sebagai fluida zat cair. Darah begitu penting bagi manusia. Darah
mempunyai sifat-sifat yang perlu kita ketahui bersama.

D. Alat Peredaran Darah


Darah dapat mengalir di dalam tubuh karena ada mesin pemompanya, yaitu
jantung. Di dalam tubuh, darah berada di dalam pembuluh-pembuluh darah, baik itu
pembuluh yang besar maupun pembuluh yang kecil.
1. Jantung
Zat cair yang mengalir dari tekanan
tinggi menuju ke tekanan yang lebih rendah
adalah salah satu sifat zat cair. Tetapi
darah berbeda, darah juga bisa mengalir ke
otak yang tempatnya lebih tinggi dari
jantung, mengapa ini bisa terjadi? Sistem
aliran darah dalam tubuh ini dipengaruhi
oleh sebuah pompa yang luar biasa.
Pompa yang bekerja tanpa perintah
kesadaran diri manusia. Pompa ini
berdenyut sekitar seratus ribu kali setiap
hari selama 20, 40, 60, 100 tahun atau
berapapun lama umur sesorang. Pompa
yang menakjubkan ini adalah jantung.
Gambar 9. Jantung
Jantung tiap 2 menit memompa dan Sumber: www.googlegambar.co.id
menyirkulasikan (mengedarkan) darah
sebanyak 5,6 liter, melintasi pembuluh darah di sekujur tubuh mulai aorta (arteri
besar), menuju arteri, cabang arteri, kapiler, dan sampai cabang kapiler yang terhalus.
Panjang total sistem perpipaan tersebut adalah 96.000 km (123teknik.com). Pembuluh-
pembuluh darah tersebut mempunyai elastisitas yang memungkinkan menerima
semburan aliran darah dari jantung serta ikut berdenyut untuk membantu mendorong
darah mengalir ke bagian tubuh yang paling jauh.
Jantung berperan sebagai pemompa dalam sistem peredaran darah. Berat
jantung sekitar 335 gram, terletak di antara paru-paru kanan dan kiri. Jantung manusia
dibagi menjadi empat ruangan, yaitu serambi kanan dan serambi kiri serta bilik kiri dan

370 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


bilik kanan. Bagian bilik (ventrikel) jantung berdinding lebih tebal dibandingkan serambi
(atrium) jantung. Hal ini berhubungan dengan fungsinya untuk memompa darah ke
seluruh tubuh sehingga harus lebih kuat. Adapun dinding bilik kanan lebih tipis karena
fungsinya hanya memompakan darah ke paru-paru.
Alat pengukur tekanan darah disebut sphygmomanometer. Tekanan darah
seseorang biasanya dinyatakan dengan dua angka, misalnya 120/80 mmHg. Apakah
arti angka tersebut? Angka yang pertama (120) menujukkan tekanan jantung pada
saat jantung sedang berkontraksi untuk memompa darah atau disebut tekanan sistol.
Tekanan jantung yang cukup kuat, bisa diukur pada pembuluh nadi yang ada di
lengan. Angka yang di bawah (80) menunjukkan tekanan jantung pada saat jantung
sedang berelaksasi (beristirahat) atau disebut tekanan diastole. Tekanan darah
seseorang bisa berubah, baik naik maupun turun, karena dipengaruhi oleh usia,
makanan, berat badan, dan penyakit.
2. Pembuluh Darah
Berdasarkan aliran darahnya, pembuluh
darah dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pembuluh darah nadi atau arteri yang berfungsi
mengalirkan darah dari jantung dan pembuluh
balik atau vena yang berfungsi mengalirkan
darah menuju jantung. Pembuluh vena
mempunyai dinding yang lebih tipis dari
pembuluh nadi tetapi elastis, sedangkan dinding
pembuluh nadi lebih tebal namun kurang elastis.
Baik pembuluh nadi maupun pembuluh balik
masing-masing memiliki cabang terkecil yang
disebut pembuluh kapiler. Gambar 10. Pembuluh darah
Sumber: www.googlegambar.co.id

3. Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
peredaran darah paru-paru (peredaran darah kecil) dan peredaran darah sistemik
(peredaran darah besar). Karena dua sistem peredaran darah ini, sistem peredaran darah
pada manusia disebut sistem peredaran darah ganda.
a) Jantung paru-paru Jantung (serambi kiri)
b) Jantung Seluruh tubuh Jantung (serambi kanan)

Reaksi pada saat darah beredar


Pada saat darah beredar terjadi proses pengangkutan Oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Oksigen beredar ke sel-sel tubuh dibawa oleh hemoglobin
dengan ikatan yang sederhana bukan sebagai ikatan oksida, sesuai persamaan
berikut:
Hb + O2 HbO2 Hb : Hemoglobin tereduksi
HbO2 : Oksihemoglobin
Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen mempunyai warna yang lebih
gelap dibandingkan dengan oksihemoglobin, sehingga warna darah arteri lebih cerah
daripada warna vena. Oksihemoglobin adalah hemoglobin yang banyak
mengandung oksigen.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 371


3. Perlatihan
1. Apa sajakah organ-organ system peredaran darah? Jelaskan fungsi masing-masing
organ!
2. Deskripsikan jalur beredarnya darah di tubuh manusia!
3. Seorang pasien mengalami pendarahan selama 30 menit. Pendarahan tersebut
mengakibatkan tekanan darahnya turun dari 90 mmHg menjadi 75 mmHg. Detak
jantungnya meningkat dari 70 detak per menit menjadi 150 detak per menit. Kulitnya
juga menjadi dingin. Setelah 30 menit mengalami pendarahan, apa yang sedang
terjadi pada pasien itu?

372 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 14
FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI

1. Orientasi
Tujuan yang harus anda capai dalam pembelajaran ini adalah mendeskripsikan
proses fotosintesis khususnya tahapan-tahapan dalam reaksi fotosintesis,
menjelaskan proses respirasi, menuliskan perbandingan antara proses fotosintesis
dan respirasi dan kaitan diantara keduanya. Percobaan kecil tentang fotosintesis
dapat anda lakukan untuk mengetahui zat-zat yang dikeluarkan pada proses
fotosintesis. Anda dapat memanfaatkan cermin, dan segelas air kapur bening untuk
mengetahui zat-zat yang dikeluarkan saat respirasi. Selain melakukan percobaan
tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan belajar ini dapat anda capai dengan
cara mempelajari uraian materi dengan cermat, mencermati gambar-gambarnya dan
berdiskusi dengan teman sejawat maupun instruktur anda.

2. Inti
A. Pendahuluan
Fotosintesis merupakan proses kimia-fisika dengan menggunakan energi cahaya
matahari yang berlangsung di dalam kloroplas. Hasil fotosintesis berupa karbohidrat
dan oksigen. Karbohidrat inilah yang menjadi nutrisi bagi tumbuhan.
B. Fotosintesis
Fotosintesis merupakan sumber energi untuk berbagai kegiatan organisme. Hasil
penting lainnya yang diperoleh dari fotosintesis adalah oksigen, yang diperlukan bagi
organisme hidup. Reaksi yang terjadi pada proses fotosintesis secara keseluruhan
adalah:
klorofil
6CO2 + 6 H2O C6H1206 + 6O2
cahaya
Dari reaksi di atas, dapat diketahui syarat-syarat agar berlangsung proses
fotosintesis, yaitu sebagai berikut.
a) Karbon dioksida (CO2), diambil oleh tumbuhan dari udara bebas melalui stomata
(mulut daun).
b) Air, diambil dari dalam tanah oleh akar dan diangkut ke daun melalui pembuluh kayu
(xilem).
c) Cahaya matahari.
d) Klorofil (zat hijau daun), sebagai penerima energi dari cahaya matahari untuk
melangsungkan proses fotosintesis.
Menurut planck dan Einstein cahaya terdiri dari partikel-partikel kecil yang disebut
foton, Foton mempunyai sifat materi dan gelombang. Foton memiliki energi yang
dinyatakan dengan kuantum.
e=h.f h = 6,62 . 10 (tetapan planck)
f = frekuensi (banyaknya getaran/detik)
Banyaknya energi yang digunakan untuk mengubah satu molekul CO2 menjadi
gula diperkirakan 10 kuantum. Energi sinar matahari yang diguanakan tumbuhan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 373


untuk fotosintesis adalah 0,1 - 2 % dari energi sinar matahari yang tersedia.
Spektrum sinar terdiri dari dua yaitu sinar tampak dan sinar tak atampak. Yang
termasuk sinar tampak adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Semakin ke kanan gelombang makin pendek dan energinya makin besar. Sinar tak
tampak terdiri dari infra merah dan ultra ungu. Sinar yang digunakan dalam
fotosintesis adalah sinar tampak. Berdasarkan j sinar kegiatan fotosintesis tergantung
pada kualitas dan kuantitas cahaya. Kualitas cahaya dipengaruhi oleh spektrum
warna. Hasil tertinggi terjadi pada warana merah dan nila. Sedangkan kuantitas
cahaya dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya penyinaran.: Intensistas cahaya,
diukur dengan laight meter, sedangkan lamanya penyinaran berpengaruh terhadap
temperatur.

C. Reaksi Utama Fotosintesis


1. Reaksi terang
Dalam Fotosistem II, energy pada elektron yang tereksitasi di berbagai pigmen
sampai pusat reaksi dipindahkan ke rantai transport elektron.Selain itu elektron yang
lain diperoleh melalui proses fotolisis, yang mana air dioksidasi menjadi molekul
oksigen.Persamaan reaksinya adalah:
2H2O O2 + 4H+ + 4 e.
Proton yang diperoleh akan dilepaskan ke lumen tilakoid, sementara electron
yang berenergi tinggi dipindahkan ke P 680 di pusat reaksi. Elektron kemudian
bergerak pada rantai transport electron yang berlokasi di membrane tilkoid. Dimulai
dari plastoquinon yang menerima dua electron dan dua proton untuk membentuk
PQH2. Elektron kemudian dipindahkan ke sitokrom b/f kompleks.Disini terdapat
pompa proton dan pompa H+ menuju lumen tilakoid. Elektron kemudian dipindahkan
ke plastocyanin, protein berisi Cu yang menangkap electron melalui siklus diantara
Cu2+dan Cu+ dan kemudian memberikannya ke PS-1.Disini diperoleh lagi energy dari
cahaya dan electron ditransport oleh aseptor electron yang lain yaitu feredoksin,
suatu protein. Elektron kemudian digunakan oleh enzim NADP reduktase untuk
mereduksi NADP (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) menjadi NADPH.
Jadi pada akhirnya di reaksi terang : dua foton diserap melalui PS II hasilnya:
oksidasi molekul air untuk memberikan O2 dan dilepaskannya H+ menuju lumen
dalam tilakoid; pembentukan NADPH melalui reduksi NADP dan transport H+
memasuki lumen pada tilakoid melalui sitokrom b/f kompleks.Proses tersebut
dinamakan aliran electron non siklik, dihasilkannya NADPH dan gradient proton di
membrane tilakoid.NADPH digunakan untuk Siklus Calvin, sementara gradin proton
digunakan oleh ATP (Adenosine triphosphate) synthase,enzim yang membuat ATP.
Fotosistem I dapat bekerja sendiri tanpa PS II, hal ini dapat terjadi ketika
aliran electron kembali lagi ke P700 melalui plastosianin.Prosesnya disebut aliran
electron siklik .Elektron tidak mereduksi NADP, hanya diperoleh gradient proton.
ATP diproduksi oleh ATP Sintase, suatu protein kompleks yang terdapat di
membrane tilakoid.Aliran proton terjadi akibat gradient elektrokimia dari lumen
tilakoid ke stroma.Ion H+ dilumen tilakoid berasal dari oksidasi H2O dan
PQH2.Oksidasi ini menyebabkan konsentrasi H+ dilumenmenjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan stroma,jadi ada perbedaan konsentrasi H+ yang tajam menuju
stroma,tetapi tilakoid tidak permeable terhadap H+ kecuali bila diangkut oleh ATP

374 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Sintase.Pergerakan H+ melalui ATP sintase menyebakan perubahan struktur pada
beberapa polipeptida sehingga mereka dapat mengikat ADP dan Pi cukup kuat yang
memungkinkannya bereaksi membentuk ATP.. Sisntesis ATP melalui aliran elektron
siklis disebut fotofosforilasi siklik, sedangkan sintesis ATP melalui aliran electron non
siklik (PS I dan PS II) desebut fotofosforilasi non siklik.

ATP
S h
Gambar 11. Sintesis ATP

2. Reaksi Fiksasi Carbon


Tahap berikutnya dari fotosintesis adalah reaksi yang tidak bergantung cahaya dan
disebut reaksi fiksasi karbon.Energi dalam bentuk ATP dan NADPH yang dihasilkan
pada reaksi cahaya digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi karbohidrat.Reaksi
fiksasi CO2 berlangsung di dalam stroma kloroplas melalui siklus Calvin.Siklus Calvin
terdiri dari tiga tahap,yaitu karboksilasi,penambatan CO2 ; reduksi, penggunaan ATP
dan NADPH; regenerasi, dimana aseptor CO2 dibentuk kembali.
Tahap 1. Karboksilasi, dalam tahap ini sebuah atom carbon dari CO2 ditambahkan
ke satu molekul 5-C ribulosa bisphosphat oleh enzim ribulose bisphosphat
carboxylase/oxygenase (Rubisco) untuk memperoleh dua molekul 3-C 3-
phosphoglycerat. Rubisco adalah aseptor CO2.
Tahap 2. Reduksi, proses ini melibatkan 2 enzim, 3-phosphoglycerat kinase dan
NADP glyceraldehydes-3-phosphate dehydrogenase.Reaksi enzimatik
pertama, satu molekul ATP digunakan dan yang kedua,satu molekul
NADPH digunakan untuk masing-masing molekul 3
phosphoglycerat.Glyceraldehyde-3 phosphat adalah 3 carbon gula.
Beberapa digunakan untuk tahap siklus selanjutnya dan beberapa
diteruskan sebagai produk dari siklus (karbohidrat)
Tahap 3. Regenerasi,adalah tahapan dari Glyceraldehyde-3 phosphat menjadi
ribulosa 1,5-bisphosphat yang kemudian siap digunakan kembali untuk
karboksilasi.
3. ATP sintase
Kompleks ATP sintase adalah gugus polipeptida yang mengubah ADP dan fosfat
anorganik (Pi) menjadi ATP dan H2O.Disebut juga dengan factor penggandeng
karena menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan electron dan H+
melintasi membrane tilakoid. Kompleks ATP sintase terdapat bersama dengan
fotosistem I di tilakoid stroma dan di daerah tengah tilakoid grana.Kompleks ini
mengandung dua bagian utama sebuah tangkai yang dinamakan CFo yang meruak

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 375


dari lumen menembus membrane tilakoid sampai stroma dan bagian yang berbentuk
seperti bola yang disebut CF1 yang terletak di stroma.Sembilan polipeptida terdapat
di ATP sintase beberapa diantaranya disandi oleh DNA kloroplas dan sebagian lagi
oleh DNA nucleus.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis


1. Faktor Luar : Cahaya : Intensitas, kualitas, lama penyinaran; Temperatur :
Temperatur optimum disekitar 35 oC;Air : Pengaruhnya terhadap membuka
menutupnya stomata;Oksigen : dalam jumlah yang besar akan menghambat
fotosintesis (reaksi fotorespirasi);Karbondioksida : Sebagai substrat fotosintesis, dalam
jumlah besar akan menyebabkan kecepatan fotosintesis berkurang ;Unsur hara :
Diperlukan untuk sintesis klorofil dan koenzim berbagai enzim fotosintesis.
2. Faktor dalam
Kandungan klorofil, morfologi dan anatomi daun serta akumulasi hasil fotosintesis

E. Respirasi
Respirasi merupakan salah satu proses metabolisme yang terjadi pada sel
tumbuhan. Metabolisme adalah istilah umum untuk semua reaksi kimia yang
berlangsung dalam sel hidup. Proses metabolisme terdiri dari dua jenis yaitu
katabolisme (proses pemecahan/disimilasi) seperti proses respirasi dan anabolisme
(penyusunan/asimilasi) misalnya proses fotosintesis.
Proses respirasi ialah proses pemecahan/pembongkaran suatu senyawa kimia
dengan menghasilkan energi. Reaksi kimia yang terjadi pada proses metabolisme sel
sejumlah besar terdiri dari reaksi reduksi dan oksidasi. Sebelum membahas tentang
proses respirasi kita perlu memahami tentang reaksi oksidasi dan reduksi.
Terdapat beberapa pengertian tentang reaksi oksidasi. Yang pertama, reaksi
oksidasi adalah seatu reaksi yang menggabungkan suatu zat dengan oksigen.
Sebagai contoh reaksi pembentukan asam lemak dari suatu senyawa aldehid yang
digabungkan dengan oksigen. Kedua, reaksi oksidasi merupakan suatu reaksi
pengambilan hidrogen dari suatu zat (dehidrogenase). Sebagai contoh pengambilan
hidrogen dari katekol menjadi ortoquinon. Ketiga, reaksi oksidasi adalah reaksi
hilangnya elektron dari suatu unsur atau senyawa.
Dalam hal ini bahan pengoksidasi merupakan akseptor elektron, sebagai contoh
pelepasan elektron dari ion fero menjadi ion feri.
Fe Fe + e
Reaksi ini sesuai dengan dehidrogenase.
AH A + 2 H + 2 e
Contoh bahwa reaksi oksidasi merupakan pemindahan elektron dapat dilihat pada
pembentukan air dari atom oksigen dan hidrogen.
2H2H+2e
2e+OO
2 H + O H2O

Reaksi reduksi merupakan kebalikan dari reaksi oksidasi. Maka reaksi reduksi
dapat dinyatakan sebagai reaksi penambahan elektron oleh sebuah unsur atau
senyawa. Dalam hal ini bahan reduktan sebagai donor elektron. Karena reaksi

376 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


reduksi merupakan proses kebalikan dari reaksi oksidasi maka setiap oksidasi pasti
diikuti oleh reduksi yang simultan. Pada proses pembentukan air dari oksigen dan
hidrogen, oksigen direduksi dengan cara memperoleh elektron dari hidrogen dan
hidrogen di oksidasi dengan cara melepaskan elektron.
Dalam proses respirasi juga melibatkan senyawa-senyawa yang berenergi tinggi,
baik dalam proses perombakannya maupun energi yang dihasilkannya. Senyawa-
senyawa yang berenergi tinggi diantaranya ATP (Adenosin Tri Phospat), ADP
(Adenosin Di Phospat), AMP (Adenosin mono Phospat). Bentuk ATP merupakan
senyawa Phospat yang sangat berperanan sebagai perantara reaksi berpasangan
dalam proses metabolisme. Selain itu ATP juga berfungsi sebagai pengikat antara
sumber energi yang tersedia bagi sel hidup dan proses kimia serta proses lain yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi sel.
Sistem ADP-ATP dapat diibaratkan sebagai rekening bank yang beredar. Dalam
memindahkan energinya ke molekul lain ATP kehilangan phospat terujungnya dalam
bentuk phospat anorganik (Pi) dan berubah menjadi ADP. Sintesis kembali ADP
menjadi ATP melalui proses phosporilasi ADP dapat dicapai dengan menggunakan
energi dari makanan atau cahaya matahari melalui tiga cara yaitu phosporilasi tingkat
substrat, phosporilasi oksidatif dan phosporilasi fotosintetik.
Phosporilasi tingkat substrat dilakukan dengan cara melaksanakan hidrolisis
senyawa kaya energi seperti phospo enol piruvat (suksinil Co A) yang dirangkaikan
dengan proses phosporilasi ADP. Tipe ini tidak memerlukan oksigen. Bagi jasad
renik yang melaksanakan respirasi an aerob cara ini merupakan satu-satunya cara
pengawetan energi yang tersedia. Pada tumbuhan dan hewan dalam proses ini
melibatkan pemecahan karbohidrat.
Phosporilasi oksidatif yaitu pembentukan ATP dari ADP yang dihubungkan
dengan reaksi oksidasi. Proses ini terjadi pada mitokondria sel tumbuhan dan hewan.
Phosporilasi oksidatif merupakan cara utama pengawetan energi bagi sel-sel non
fotosintetik yang hidup dalam lingkungan aerob.
Phosporilasi fotosintetik dilakukan dengan cara merubah energi cahaya menjadi
energi kimia dalam bentuk ATP. Proses ini terjadi pada tumbuhan hijau yang
melakukan proses fotosintetis.
Respirasi Sel Tumbuhan merupakan oksidasi molekul organik dengan
menghasilkan energi. Respirasi sel tumbuhan yang akan dibahas adalah proses
pemecahan glukosa dengan menghasilkan energi. Reaksi respirasi glukosa secara
keseluruhan adalah :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 686 kkal
Sejumlah energi yang sama akan diperoleh dengan cara membakar glukosa sampai
menjadi CO2 dan H2O yang menghasilkan energi berupa panas. Perbedaan antara
pembakaran gram molekul glukosa dengan respirasi sel secara aerob untuk molekul
glukosa ialah pada proses respirasi sel tidak memerlukan suhu tinggi melainkan
berlangsung pada suhu biasa dan energi yang dibebaskan terjadi secara sedikit demi
sedikit, sebagian hilang dalam bentuk panas dan sebagian disimpan dalam bentuk
ATP. Fungsi utama respirasi sel adalah menghasilkan ATP yang sangat berfungsi
dalam proses-proses metabolisme lainnya dalam sel.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 377


3. Perlatihan
1. Tuliskan tahapan reaksi terang fotosintesis!
2. Tuliskan tahapan reaksi gelap fotosintesis!
3. Tuliskan tahapan respirasi yang ditandai dengan elektron terakhir ditangkap oleh
oksigen!
4. Buatlah table perbedaan antara respirasi dan fotosintesis!

378 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 15
STRUKTUR DAN FUNGSI TUMBUHAN

1. Orientasi
Setelah anda mempelajari uraian materi padakegiatan belajar ini anda harus dapat
mendeskripsikan struktur dan fungsi akar, menjelaskan system perakaran pada
tumbuhan, menjelaskan macam-macam/jenis-jenis akar pada tumbuhan beserta
fungsinya, mendeskripsikan struktur dan fungsi batang, mendeskripsikan struktur dan
fungsi daun serta mendeskripsikan struktur dan fungsi bunga. Gambar-gambar yang
disajikan dapat membantu anda mencapai tujuan yang ditetapkan apabila anda
pelajari secara cermat. Anda dipersilahkan membaca uraian materinya dan
berdiskusi dengan teman sejawat supaya semua tujuan dapat anda pakai.

2. Inti
A. Pendahuluan
Akar merupan bagian tumbuhan yang
arah tumbuhnya ke dalam tanah. Oleh
karena itu, umumnya akar berada di dalam
tanah. Akar biasanya berwarna keputih-
putihan atau kekuning-kuningan. Bentuk
akar sebagian besar meruncing pada
ujungnya.
B. Struktur Akar dan Fungsinya
Bentuk runcing memudahkan akar
menembus tanah. Secara umum, akar
memiliki beberapa bagian utama. Bagian-
bagian tersebut adalah inti akar, rambut
akar, dan tudung akar. Perhatikan gambar Gambar 12
berikut! Bagian-bagian akar
1. Inti Akar
Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi
mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
2. Rambut Akar
Rambut akar atau bulubulu akar berbentuk serabut
halus. Rambut akar terletak di dinding luar akar. Fungsi
rambut akar adalah mencari jalan di antara butiran tanah.
Hal inilah yang menyebabkan akar dapat menembus
masuk ke dalam tanah. Selain itu, rambut akar juga
berfungsi menyerap air dari dalam tanah.
3. Tudung Akar
Tudung akar terletak di ujung akar. Bagian ini
melindungi akar saat menembus tanah. Akar dikelompok- Gambar 13. Akar
kan menjadi dua, yaitu akar serabut dan akar tunggang. serabut

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 379


Bagaimanakah ciri-ciri akar serabut dan akar tunggang? Untuk lebih jelasnya,
pelajarilah materi berikut ini dengan saksama!
a. Akar Serabut
Akar serabut berbentuk seperti serabut. Ukuran akar serabut relatif kecil, tumbuh
di pangkal batang, dan besarnya hampir sama.
Akar semacam ini dimiliki oleh tumbuhan berkeping satu (monokotil). Misalnya
kelapa, rumput, padi, jagung, dan tumbuhan hasil mencangkok.

b. Akar Tunggang
Akar tunggang adalah akar yang terdiri atas satu akar
besar yang merupakan kelanjutan batang, sedangkan akar-
akar yang lain merupakan cabang dari akar utama.
Perbedaan antara akar utama dan akar cabang sangat
nyata. Jenis akar ini dimiliki oleh tumbuhan berkeping dua
(dikotil). Misalnya, kedelai, mangga, jeruk, dan melinjo. Ada
beberapa akar khusus yang hanya terdapat pada
tumbuhan tertentu, antara lain, akar isap, contohnya akar
benalu; akar tunjang, contohnya akar pandan; akar lekat,
contohnya akar sirih; akar gantung, contohnya akar pohon
beringin; akar napas, contohnya akar pohon kayu api.
Gambar 14.
4. Fungsi Akar
Bagi tumbuhan akar memiliki beberapa kegunaan, antara lain, untuk menyerap air
dan zat hara, untuk menunjang berdirinya tumbuhan, serta untuk menyimpan
cadangan makanan.
a. Menyerap air dan zat hara (mineral).
b. Menunjang berdirinya tumbuhan.
c. Sebagai alat pernapasan.
d. Sebagai penyimpan makanan cadangan.

C. Struktur Batang dan Fungsinya


1. Struktur Batang
Batang dapat diumpamakan sebagai
sumbu tubuh tumbuhan. Bagian ini umumnya
tumbuh di atas tanah. Arah tumbuh batang
tumbuhan menuju sinar matahari. Umumnya
batang bercabang, tetapi pada tumbuhan
tertentu batangnya tidak memiliki cabang
seperti pada tumbuhan pisang, kelapa, dan
pepaya. Struktur batang terdiri atas epidermis,
korteks, endodermis, dan silinder pusat
(stele). Silinder pusat pada batang ini terdiri
atas beberapa jaringan yaitu empulur,
Gambar 15.
perikardium, dan berkas pengangkut yaitu
Struktur batang
xilem dan floem. Untuk lebih jelasnya akan

380 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


kamu pelajari saat duduk di bangku SMP kelas VIII. Batang tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu batang berkayu, batang rumput, dan batang
basah. Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar 16. Beberapa jenis batang tumbuhan yang masih muda dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain, (a) batang berkayu, (b) batang
rumput, dan ( c) batang basah.

Batang berkayu memiliki kambium. Kambium mengalami dua arah pertumbuhan,


yaitu ke arah dalam dan ke arah luar. Ke arah dalam, kambium membentuk kayu,
sedangkan ke arah luar membentuk kulit. Karena pertumbuhan kambium inilah batang
tumbuhan bertambah besar. Contoh tumbuhan yang memiliki batang jenis ini, antara
lain, jati, mangga, dan mranti. Tumbuhan batang rumput memiliki ruas-ruas dan
umumnya berongga. Batang jenis ini mudah patah dan tumbuhannya tidak sebesar
batang berkayu. Misalnya, tanaman padi, jagung, dan rumput. Tumbuhan batang
basah memiliki batang yang lunak dan berair. Misalnya, tumbuhan bayam dan patah
tulang.

2. Fungsi Batang
Umumnya, warna batang muda adalah hijau muda, sedangkan warna batang yang
telah tua adalah kecokelat-cokelatan. Bagi tumbuhan, batang memiliki beberapa
kegunaan, antara lain sebagai penopang, pengangkut air dan zat-zat makanan,
penyimpan makanan cadangan, serta sebagai alat perkembangbiakan.
a. Penopang.
b. Pengangkut.
c. Penyimpan.
d. Alat perkembangbiakan.

D. Struktur Daun dan Fungsinya


Tumbuhan memiliki daun. Daun merupakan bagian tumbuhan yang tumbuh dari
batang. Daun umumnya berbentuk tipis dan berwarna hijau. Warna hijau tersebut
disebabkan warna klorofil yang ada pada daun. Namun, daun ada juga yang berwarna
kuning, merah, atau ungu.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 381


1. Struktur Daun

Bagian-bagian daun lengkap terdiri


atas tulang daun, helai daun, tangkai daun,
dan pelepah daun. Contoh daun yang
memiliki bagian-bagian lengkap, antara
lain daun pisang dan daun bambu. Di
alam, kebanyakan tumbuhan memiliki
daun yang tidak lengkap. Misalnya, ada
daun yang hanya terdiri atas tangkai dan Gambar 17.
helai daun saja, contohnya daun mangga;
ada pula daun yang hanya terdiri atas pelepah dan helai daun saja, contohnya daun
padi dan jagung. Selain itu, daun juga memiliki urat. Urat daun adalah susunan
pembuluh pengangkut pada daun. Tumbuhan monokotil memiliki urat daun yang
memanjang dari pangkal ke ujung daun secara sejajar. Tumbuhan dikotil memiliki urat
daun yang membentuk jaringan. Urat daun tersebut bercabang-cabang hingga menjadi
percabangan kecil dan membentuk susunan seperti jaring atau jala.

2. Fungsi Daun
Bagi tumbuhan, daun memiliki beberapa kegunaan. Misalnya, sebagai tempat
pembuatan makanan, pernapasan, dan penguapan.
a. Pembuatan makanan.
b. Pernapasan.
c. Penguapan.

E. Struktur Bunga dan Fungsinya


Kamu telah mempelajari tiga bagian pokok tumbuhan, yaitu akar, batang, dan daun.
Sekarang, kita akan mempelajari bagian tumbuhan yang banyak di sukai dan
memiliki beribu makna bagi manusia. Bagian apakah itu? Ya, bagian tersebut adalah
bunga. Bunga apakah yang paling kamu sukai?
a. Struktur Bunga
Perhatikan gambar di samping! Bunga lengkap memiliki
bagian-bagian sebagai berikut.
1. Kelopak, umumnya berwarna hijau dan berfungsi
menutup bunga di saat masih kuncup.
2. Mahkota, merupakan bagian bunga yang indah dan
berwarnawarni.
3. Benang sari dengan serbuk sari sebagai alat kelamin
jantan.
4. Putik sebagai alat kelamin betina.
Gambar 18. Bunga 5. Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan
bunga.
dan bagian-

382 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Bunga yang memiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, dasar bunga,
dan putik disebut bunga sempurna. Jika memiliki semua bagian kecuali putik, maka
disebut bunga jantan. Jika memiliki semua bagian kecuali benang sari, maka disebut
bunga betina. Bunga yang memiliki benang sari dan putik disebut bunga hemafrodit.
b. Fungsi Bunga
Fungsi bunga yang utama adalah sebagai alat perkembangbiakan generatif .
Perkembangbiakan generatif merupakan perkembangbiakan yang didahului
pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi didahului dengan
penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya kepala serbuk sari ke kepala
putik. Bagian bunga yang paling menarik adalah mahkota. Mahkota yang indah dan
berbau menyengat menarik perhatian serangga, seperti kupu-kupu, kumbang, dan
lebah. Akibatnya, tanpa disadari proses penyerbukan terjadi. Sedangkan bagi
manusia, bunga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, perlengkapan upacara adat,
dan bahan rempah-rempah. Dapatkah kamu menyebutkan fungsi bunga yang lain?
3. Perlatihan
1. Gambarkan system perakaran serabut dan jelaskan fungsinya!
2. Gambarkan system perakaran tunggang dan jelaskan fungsinya!
3. Tuliskan bagian-bagian daun dan fungsi masing-masing bagian!
4. Apakah bagian-bagian bunga dan fungsi masing-masing bagian?

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 383


KEGIATAN BELAJAR 16
HUBUNGAN KERJA OTOT BISEP DAN TRISEP SERTA PERGERAKAN TULANG

1. Orientasi
Tujuan yang harus anda capai dalam kegiatan belajar ini adalah menyebutkan jenis-
jenis otot, mendeskripsikan cirri-ciri masing-masing jenis otot, dan mendeskripsikan
sifat kerja otot dalam menggerakkan tulang. Peragaan sederhana menggunakan
tubuh anda sendiri sangat membantu penguatan konsep penting dalam uraian materi
ini. Anda harus mempelajari uraian materi dengan cermat, mempelajari gambar-
gambarnya secara cermat dan berdiskusi dengan teman sejawat supaya sukses
mencapai semua tujuan yang ditetapkan.
2. Inti
A. Pendahuluan
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi . oto memendek
jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika
otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang
beristirahat. Dengan demikian otot memiliki 3 karakter, yaitu:
1. Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih pendek dari
ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang melakukan kegiatan.
2. Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari
ukuran semula.
3. Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament
miosin. Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun
miofibril. Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun
satu otot.
B. Jenis – Jenis Otot
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot
dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
1. Otot lurik (Otot Rangka)

Gambar 19. Struktur otot


lurik
Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di
bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang
gelap (anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya

384 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


berbentuk silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi
dengan cepat dan mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangka ini memiliki
kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis. Gabungan otot berbentuk
kumparan dan terdiri dari bagian:
a. ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung
b. urat otot (tendon), merupakan kedua ujung yang mengecil.
Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut ini:
a. Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi.
b. Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot
berkontraksi.
Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi,
Sebaliknya jika otottidak digunakan (tidak ada aktivitas) akan menjadikisut atau
mengalami atrofi.
2. Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot
polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing – masing sel
memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kontraksi otot polos tidak menurut
kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-alat
dalam tubuh, misalnya pada
a. Dinding saluran pencernaan.
b. Saluran-saluran pernapasan
c. Pembuluh darah.
d. Saluran kencing dan kelamin

Gambar 20. Tiga tipe jaringan otot: (1) otot


skelet, (2) otot jantung, dan (3) otot polos
3. Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja
serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 385


oleh saraf otonom.Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut
juga otot lurik yang bekerja tidak menurut kehendak. Otot dapat berkontraksi karena
adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan karena satu rangsangan,
melainkan karena suatu rangkaian rangsangan berurutan.rangsangan kedua
memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga memeprkuat rangsangan
kedua . dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus yang maksimum. tonus
yang maksimum terus– menerus disebut tetanus.

C. Sifat Kerja Otot


Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan
menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama
berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke
posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep adalah
otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang dan terletak di
lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki tiga ujung (tiga
tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk
mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk
menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.
Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek gerak
berlawanan, contohnya adalah:
1. Ekstensor ( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot trisep dan otot
bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya gerak tangan
sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor ( ke atas), misalnya gerak kepala merunduk dan
menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak tangan
menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.

3. Perlatihan
1. Tuliskan 3 macam jenis otot yang kita punyai! Deskripsikan cirri-ciri masing-masing
jenis otot!
2. Jelaskan 4 macam sifat kerja otot!

386 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 17
KELAINAN PEMBENTUKAN URINE

1. Orientasi
Pada kegiatan belajar ini tujuan yang harus anda capai adalah mendeskripsikan
proses pembentukan urin, memberi contoh penyakit dan gangguan pada system
ekskresi, cara pencegahan dan pengobatannya. Supaya anda dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara tuntas pelajari dengan cermat uraian materi ini dan
berdiskusilah dengan teman sejawat .

2. Inti
A. Uraian Materi
Memeriksa warna urine adalah kebiasaan kecil yang penting bagi kesehatan ginjal.
Bila kita mengonsumsi cukup cairan, warna urine akan kuning bening. Warna urine
yang pekat bisa memicu pembentukan kristal sehingga lebih berisiko menderita batu
ginjal. Apabila kita kurang minum, garam, kalsium, asam urat, cystine, dan bahan lain
di dalam urine bisa mengkristal dan membentuk endapan mineral, bahkan hingga
berukuran batu kerikil. Batu ginjal ini akan menimbulkan nyeri yang hebat ketika batu
bergerak menuju kandung kemih.
B. Proses Pembentukan Urine
Di dalam ginjal terjadi serangkaian proses pembentukan urine. Proses pembentukan
urine meliputi 3 tahap yaitu :
1. Tahap penyaringan (filtrasi)
2. Tahap penyerapan kembali (reabsorpsi)
3. Tahap pengeluaran zat (augmentasi)
C. Kelainandan penyakit yang menyerang sistem ekskresi
Kelainan dan penyakit yang menyerang sistem ekskresi dapat disebabkan oleh
banyak hal. Misalnya virus, bakteri, jamur. Efek samping obat atau pola makan yang
tidak sehat. Beberapa penyakit pada sistem ekskresi antara lain sebagai berikut.
1. Albuminuria
Albuminuria adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai dengan urine
penderita mengandung albumin. Albumin merupakan protein yang bermanfaat bagi
manusia karena berfungsi untuk mencegah agar cairan tidak terlalu banyak keluar dari
darah. Penyakit ini rnenyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan ginjal
dan terbuang bersama urine. Penyakit ini antara lain disebabkan oleh kekurangan
protein. penyakit ginjal. dan penyakit hati.
2. Hematuria
Hematuria (kencing darah) adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai
dengan urine penderita mengandung darah. Penyakit ini antara lain disebabkan oleh
peradangan gnjal, batu ginjal, dan kanker kandung kemih.
3. Nefrolitiasis
Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai
dengan adanya batu pada ginjal. saluran ginjal, atau kandung kemih. Batu ginjal pada
umumnya mengandung garam kalsium ( zat kapur) antara lain kalsium oksalat, kalsium

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 387


fosfat, atau campurannya. Batu ginjal terbentuk karena konsentrasi unsur-unsur
tersebut dalam urine tinggi. yang dipercepat dengan infeksi dan penyumbatan pada
ureter. Penyakit ini diobati dengan cara mengeluarkan batu ginjal. Apabila batu ginjal
masih berukuran kecil, dapat dihancurkan dengan obat-obatan. Apabila batu ginjal
sudah berukuran besar, harus dikeluarkan dengan tindakan operasi. Dengan kemajuan
ilmu dan teknologi, batu ginjal dapat dihancurkan dengan gelombang suara yang
berintensitas tinggi tanpa perlu tindakan operasi.
4. Nefritis
Nefritis adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai dengan peradangan
ginjal. khususnya nefron. Proses peradangan biasanya berasal dari glomerulus,
kemudian menyebar ke jaringan sekitarnya. Penyakit ini harus segera ditangani dokter.
5. Gagal Ginjal
Gagal ginjal adalah ketidakmampuan, ginjal menjalankan fungsinya, akibatnya zat-
zat yang seharusnya dapat dikeluarkan rnelalui ginjal menjadi tertumpuk di dalam
darah. Salah satu contohnya adalah timbulnya uremia, yaitu peningkatan kadar urea di
dalam darah. Kadar urea darah yang tinggi dapat menimbulkan keracunan dan
mengakibatkan kematian. Gagal ginjal antara lain disebabkan oleh nefritis. Penyakit ini
dapat diatasi dengan dua alternatif. Pertama melakukan dialisis ginjal (cuci darah)
yang diIakukan secara rutin. Kedua dengan transplantasi (cangkok) ginjal dari donor.
Cangkok ginjal dapat dilakukan jika ada kecocokan antara organ donor dan jaringan
penderita sehingga tidak terjadi penolakan.
6. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah urine sampai 20-30 kali lipat karena kekurangan hormon
antidiuretika (ADFI). Penyakit ini dapat diatasi dengan pemberian ADH sintetik.
7. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (kencing manis) adalah penyakit pada sistem ekskresi yang
ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal karena kekurangean hormon
insulin. Kelebihan glukosa darah akan dikeluarkan bersama urine. Diabetes melitus
pada anak diatasi dengan penyuntikan insulin secara rutin. Diabetes melitus pada
orang dewasa dapat diatasi dengan mengatur diet, olahlaga. dan pemberian obat-
obatan penurun kadar glukosa darah.
8. Hepatitis
Hepatitis adalah radang hati yang umumnya disebabkan oleh virus. Penyakit ini
dapat dicegah dengan vaksin hepatitis, menjaga kebersihan lingkungan. menghindari
kontak langsung dengan penderita hepatitis dan tidak menggunakan jarum suntik
untuk pemakaian lebih baik satu kali. Beberapa hepatitis. antara lain hepatitis A dan B.
Penderita hepatitis mengalami perubahan warna kulit dan putih mata menjadi
berwarna kuning. Urine penderita pun berwarna kuning. bahkan kecokelatan seperti
teh.
9. Sirosis Hati
Sirosis hati adalah kelainan pada hati yang ditandai dengan timbulnya jaringan
parut dan kerusakan sel-sel normal hati. Sirosis hati sering terjadi pada peminum
alkohol, keracunan obat-obatan, infeksi bakteri. atau komplikasi hepatitis. Karena hati
merupakan organ yang mempunyai banyak fungsi vital, sirosis hati akan menimbulkan
beberapa akibat, antara lain gangguan kesadaran, koma, dan kematian. Pengobatan

388 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


sirosis hati ditujukan pada penyebab utamanya, pemulihan fungsi hati. sampai
transplantasi hati.
10. Gangren
Gangren adalah kematian jaringan lunak yang disebabkan oleh gangguan
pengaliran darah ke jaringan tersebut. Gangren sering terjadi di tangan dan kaki
karena gangguan aliran darah. Ganggren banyak terjadi pada penderita diabetes
melitus dan aterosklerosis yang sudah lanjut. Jaringan yang terkena mula-mula
menjadi kebiruan dan terasa dingin jika disentuh. kemudian menghitam dan berbau
busuk. Untuk mengatasi infeksi diperlukan antibiotik. Pada keadaan yang tidak
tertolong bagian tubuh yang terkena gangren harus diamputasi.
11. Kencing Batu
Kencing batu disebabkan pembentukan endapan zat kapur (kalium) dalam ginjal.
Endapan ini dapat terjadi pada rongga ginjal atau dalam kantong kemih. Jika endapan
terbentuk di dalam rongga ginjal disebut batu ginjal. Jika terbentuk di dalam kantong
kemih disebut kencing batu. Baik batu ginjal maupunpun kencing batu dapat
dihilangkan dengan pembedahan {operasi), pengobatan, atau penembakan dengan
sinar lase

3. Perlatihan
1. Jelaskan proses pembentukan urin pada manusia!
2. Sebutkan minimal 5 macam penyakit/gangguan pada sistem ekskresi! Jelaskan
gangguannya, cara mencegahnya dan cara penyembuhannya!

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 389


KEGIATAN BELAJAR 18
FUNGSI DARI BAGIAN BUNGA

1. Orientasi
Pada kegiatan belajar ini anda akan mempelajari bunga lebih mendalam. Tujuan yang
harus anda capai adalah menyebutkan bagian-bagian bunga dan fungsi masing-
masing bagian, melakukan percobaan pengamatan pada bunga, menjelaskan makna
bunga sempurna/tidak sempurna, menjelaskan makna bunga lengkap dan bunga tidak
lengkap, menjelaskan simetri bunga, menjelaskan tipe seks pada bunga. Aktivitas
pada kegiatan belajar ini sangat membantu anda dalam memperkuat konsep bunga
sebagai alat reproduksi tumbuhan. Maka lakukanlah aktivitas yang disarankan, cermati
gambar yang ditampilkan dan bacalah teksnya serta berdiskusilah dengan teman
anda. Semoga anda sukses mempelajari modul ini.

2.Inti
A. Pendahuluan
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada
tumbuhan berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji
tertutup"). Pada bunga terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga
secara sehari-hari juga dipakai untuk menyebut struktur yang secara botani disebut
sebagai bunga majemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulan
bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga
yang menyusun bunga majemuk disebut floret.
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji. Penyerbukan dan pembuahan
berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi
buah. Buah adalah struktur yang membawa biji.

Gambar 21. Bagian-bagian bunga lengkap 1. Bunga sempurna, 2. Kepala putik (stigma),
3. Tangkai putik (stilus), 4. Tangkai sari (filament, bagian dari benang sari), 5.
Sumbu bunga (axis), 6. artikulasi, 7. Tangkai bunga (pedicel), 8.Kelenjar nektar,
9. Benang sari (stamen), 10. Bakal buah (ovum), 11. Bakal biji (ovulum), 12. ,
13. Serbuk sari (pollen), 14. Kepala sari (anther), 15. Perhiasan bunga
(periantheum), 16. Mahkota bunga (corolla), 17. Kelopak bunga (calyx)

390 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


B. Kelopak bunga (calyx)
a. Fungsi : melindungi bagian-bagian bunga lainnya sebelum kuncup itu mekar
b. Terdiri atas beberapa helai daun kelopak (sepalum)
c. Pada beberapa spesies, di bawah daun kelopak terdapat kelopak tambahan
(epicalyx); misalnya pada Kapas (Gossypium acuminatum Roxb), Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinnensis L.)

C. Tajuk/mahkota bunga (corolla)


a. Fungsi : (1) membungkus dan melindungi putik dan benang sari selama kuncup
bunga belum mekar; (2) menjadi atraktan (daya tarik) bagi serangga penyerbuk,
saat bunga mencapai reseptif dan siap melakukan penyerbukan
b. Terdiri dari beberapa helai daun tajuk (petalum)
c. Daun kelopak (sepalum) dan daun tajuk (petalum) bersama-sama membentuk
perhiasan bunga (perianthium)

D. Benang sari (stamen)


a. Fungsi : alat perkembangbiakan jantan
b. Terdiri dari : (1) Tangkai sari (filamentum); (2) Kepala sari (anthera)
c. Kepala sari mempunyai 2 ruang serbuk sari (theca), dan di dalam ruang ini
terdapat serbuk sari (pollen)

E. Putik (pistillum)
a. Fungsi : alat perkembangbiakan betina
b. Terdiri dari : (1) Kepala putik (stigma); (2) Tangkai putik (stylus), (3) Bakal
buah (ovarium) , dan (4) Bakal biji (ovulum)
c. Berdasar jumlah daun buah (carpellum) yang membentuknya, bakal buah
dibedakan menjadi:
1) Unilocularis/beruang tunggal : bakal buah terbentuk dari sehelai daun buah
(carpellum) dan membentuk sebuah ruangan
2) Bilocularis/beruang dua : bakal buah terbentuk dari 2 helai daun buah
(carpellum) dan membentuk 2 buah ruangan
3) Trilocularis/beruang tiga : bakal buah terbentuk dari 3 helai daun buah
(carpellum) dan membentuk 3 buah ruangan
4) Multilocularis/beruang banyak : bakal buah terbentuk dari banyak daun buah
(carpellum) dan membentuk banyak ruangan
d. Berdasar letak bakal buah pada dasar bunga (receptaculum), bakal buah
dibedakan menjadi:
 Superus : bakal buah menumpang di atas dasar bunga
 Inferus : bakal buah tenggelam di dalam dasar bunga
 Semi inferus : bakal buah setengah tenggelam
e. Ruangan dalam bakal buah (ovarium) berisi bakal biji (ovulum). Ovulum tersusun
sepanjang papan bakal biji (placenta), dan dihubungkan oleh tangkai tali pusat
(funiculus)
1) Bakal biji (ovulum) terdiri dari :
 Nucellus : inti bakal biji
 Integumentum : lapisan kulit bakal biji

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 391


 Chalaza : pangkal dari nucellus, tempat melekatnya integumentum
 Funiculus : tangkai tempat menggantungnya bakal biji
 Hilum/pusat biji : tempat melekatnya ujung funiculus
 Micropyle : liang kecil pada bagian ujung integumentum
2) Tipe bakal biji :
 Atropus : lurus
 Anatropus : terbalik
 Campylotropus : melengkung
1. Beberapa tipe seks pada bunga
a. Androecium : seluruh alat kelamin jantan yang terdapat pada bunga, yaitu: (1)
benang sari (stamen), (2) Tepung sari (pollen) : mengandung inti sperma
b. Gynaecium : seluruh alat kelamin betina yang terdapat pada bunga, yaitu: (1)
bakal buah (ovarium), (2) bakal biji (ovulum) : mengandung sel telur (ovum)
c. Berdasarkan keberadaan alat kelamin, bunga dibedakan menjadi :
1) bunga jantan (masculus :  ) : hanya punya androecium
2) bunga betina (femineus : ) : hanya memiliki gynaecium
3) hermaphroditus ( ) : memiliki keduanya

F. Tipe simetri
Bidang simetri : bid. vertikal yang membagi bentuk bunga menjadi 2 bagian yang
sama & sebangun.
1. Radial simetri (actinomorphus/regularis) : banyak bidang simetri
Misal : Lombok (Capsicum annuum L), tembakau (Nicotiana tabaccum L)
Tipe simetri (kiri) dan bentuk bunga (kanan) actinomorphus
2. Bilateral simetri (zygomorphus): hanya dapat dibagi oleh bidang simetri dalam satu
jurusan
Misal : Anggrek (Orchidaceae), kacang-kacangan (Papilionaceae)
Tipe simetri (kiri) dan bentuk bunga (kanan) zygomorphus
3. Asimetri (asymmetrus) : tidak mempunyai bidang simetri sama sekali
Misal : Cannaceae dan Marantaceae

G. LKS STRUKTUR BUNGA


1. Tujuan: Mengamati dan mengidentifikasi struktur bunga
2. Bahan dan Alat:
Bunga kembang sepatu atau berbagai bunga yang lain, selotipe, jarum pentul, lup
3. Prosedur:
a. Amati berbagai bunga yang ada, dan tentukan bagian-bagian bunga seperti
mahkota, kelopak, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina.
b. Ambil sebuah bunga (misalnya kembang sepatu), pisahkan bagian-bagian bunga
tersebut, kemudian tempel pada kertas putih kemudian tentukan bagian-bagian
bunganya.
c. Gambarkan bagian-bagian bunga tersebut pada tempat yang sudah disediakan
berikut ini.

392 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Hasil Pengamatan:

4. Analisis:
1. Apa fungsi bunga bagi tumbuhan? Sebagai.................................
2. Kemukakan bagian bunga mana yang memiliki fungsi seperti pada tabel berikut
ini.
Bagian Bunga Fungsi
Menarik serangga untuk proses
penyerbukan
Melindungi bunga selama masih
kuncup
Memegang kepala putik
Menghasilkan serbuk sari
Menerima serbuk sari

3. Di mana gamet jantan dan gamet betina ditemukan pada bunga?


a. Gamet jantan: ...................................................
b. Gamet betina: ...................................................
4. Mengapa permukaan kepala putik mengandung zat yang bila diraba terasa
lengket?
Untuk menangkap ................... yang dapat terperangkap selama proses
.........................................
5. Kesimpulan
Organ reproduksi pada tanaman adalah
........................................................................................
Organ reproduksi jantan adalah ........................... yang terdiri dari ......................... dan
............................
Organ reproduksi betina adalah ........................... yang terdiri dari ......................... dan
............................

3.Perlatihan
1. Sebutkan bagian-bagian bunga dan fungsi masing-masing bagian!
2. Apa yang dimaksud bunga sempurna, bunga tidak sempurna, bunga lengkap dan
bunga tidak lengkap?
3. Apa sajakah simetri bunga itu? Jelaskan !
4. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe seks pada bunga!

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 393


KEGIATAN BELAJAR 19
JENIS SENDI

1. Orientasi
Tujuan yang harus anda capai dalam kegiatan pembelajaran ini adalah menyebutkan
komponen-komponen penunjang sendi dan menjelaskan fungsi masing-masing
komponen, serta menyebutkan macam-macam persendian dan contoh masing.
Gambar-gambar yang disajikan dapat anda cermati supaya anda mempunyai
gambaran yang lebih jelas. Selain membaca teksnya. Berdiskusi dengan teman tetap
harus anda lakukan.

2. Inti
1. Pengertian sendi
Sendi merupakan hubungan antartulang sehingga tulang dapat digerakkan.
Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi).
2. Komponen penunjang
Beberapa komponen penunjang sendi:
a. Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian
dalamnya terdapat rongga.
b. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan berbentuk pita yang
c. tersusun dari serabut-serabut liat yang mengikat tulang satu dengan tulang lain
pada sendi
d. Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi
kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
e. Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
3. Macam-macam persendian
Ada berbagai macam tipe persendian:
a. Sinartrosis
Sinartrosis adalah persendian yang tidak memperbolehkan pergerakan. Dapat
dibedakan menjadi dua:
1) Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan jaringan ikat
fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak.
2) Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang rawan.
Contoh: hubungan antarsegmen pada tulang belakang.

Gambar 22. Tipe-tipe sendi pada manusia

394 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


b. Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan. Dapat
dikelempokkan menjadi:
1) Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala arah.
Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang belikat.
2) Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan rotasi, namun
tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang telapak tangan dan jari tangan.
3) Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar (rotasi). Contoh:
hubungan tulang tengkorak dengan tulang belakang I (atlas).
4) Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang
datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
5) Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh: sendi
siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.
c. Amfiartosis
Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga memungkinkan
terjadinya sedikit gerakan.
1) Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.
Contoh:persendian antara fibula dan tibia.
2) Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang berbentuk seperi
cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang belakang.
3.Perlatihan
1. Sebutkan komponen penunjang sendi dan sebutkan fungsi masing-masing
komponen!
2. Sebutkan macam-macam sendi berdasarkan kemampuan geraknya dan beri
penjelasan!

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 395


KEGIATAN BELAJAR 20
DAERAH RASA PADA LIDAH

1. Orientasi
Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini anda harus dapat
menggambarkan peta kepekaan rasa pada lidah dan menunjukkan kuncup-kuncup
perasa pada lidah. Uraian dan gambar harus anda cermati secara seksama supaya
anda mencapi tujuan yang telah ditetapkan.
2. Inti
a. Uraian Materi
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai
indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut
membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam
mulut.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual, dari bahasa
Latinlingua atau glossal
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang hyoideus,
tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat dua jenis
otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat tiga jenis papila yaitu:
1) papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus;
2) papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di
belakang lidah;
3) papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.
Lidah di dalam mulut berfungsi untuk mengecap rasa makanan,
memindahkan makanan pada saat dikunyah dan membantu menelan makanan.

Gambar 24. Bagian-bagian lidah

Kuncup pengecap di lidah disebut papilla. Daerah lidah yang peka terhadap
rasa manis terletak di bagian ujung lidah, peka asam dan asin di pinggir lidah serta
yang peka terhadap rasa pahit terletak di pangkal lidah. Saliva atau air ludah yang

396 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


dihasilkan oleh kelenjar ludah, berfungsi untuk melunakkan makanan serta
membantu dalam menelan makanan. Saliva mengandung enzim ptialin.

Gambar 25. Bagian-bagian lidah


3.Perlatihan
1. Gambarkan peta kepekaan lidah!
2. Tunjukkan nama dan posisi kuncup perasa pada lidah!

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 397


KEGIATAN BELAJAR 21
HIPOTESIS DARI PERCOBAAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TUMBUHAN

1. Orientasi
Pada kegiatan belajar ini anda akan melakukan metode ilmiah, maka setelah
mempelajarinya anda harus dapat mendeskripsikan langkah-langkah metode ilmiah
dan mengimplementasikannya dalam merancang suatu percobaan. Lakukan aktivitas
dalam kegiatan belajar ini supaya anda dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Inti
a. Uraian Materi
Semula istilah hipotesis dari bahasa Yunani yang mempunyai dua kata ialah kata
”hupo” (sementara) dan ”thesis (pernyataan ayau teori).Karena hipotesis merupakan
pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya.Kemudian para ahli
menafsirkan arti hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua
variable atau lebih (Kerlinger,1973:18 dan Tuckman,1982:5). Selanjutnya Sudjana
(1992:219) mengartikan hipotesis adalah asmusi atau dugaan mengenai suatu hal
yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan
pengecekannya.
Atas dasar definisi diatas,sehingga dapat diartikan bahwa hipotesis adalah
jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
kebenarannya.Hipotesispenelitian adalah hipotesis kerja (Hipotesis Alternatif Ha atau
H1) yaitu hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan
menggunakan teori-teori yang ada hubungannya (relevan) dengan masalah
penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata
dilapangan.Hipotesis yang berguna akanmemungkinkanprediksiberdasarkandeduksi.
Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium
ataupengamatan suatu fenomena di alam.Prediksi tersebut dapat
pulabersifatstatistikdan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh
prediksitersebutharuslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan
terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut
menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika
hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya
sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat
diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode
bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang.

b. Rumusan Masalah:
Apakah volume penyiraman air berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung?
c. Hipotesis :
Volume penyiraman air berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

398 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


d. Variabel :
1) dimanipulasi : volume penyiraman air
2) respon : pertumbuhan tanaman jagung
3) dijaga tetap konstan : jenis jagung, jenis media tanam, umur tanaman, jenis
air, volume media tanam (variabel kontrol)
e. Definisi variabel:
Volume air (variabel manipulasi) dimanipulasi dengan cara meningkatkan volume air
dari 0 mL, 5 mL, 10 mL dan 20 mL yang diberikan setiap hari sekali sejak tanam,
pada waktu yang sama, diukur dengan gelas ukur.
Pertuhan tanaman jagung (variabel respon), diukur berdasarkan berat basah
tanaman (dari akar, batang dan daun) dan panjang koleoptil (diukur dari batas antara
akar dan batang ke ptanaman) serta panjang akar setelah 7 hari setelah tanam.

f. Alat
Gelas ukur, Timbangan/Neraca, Cetok, Gelas kimia ukuran 250 mL sebanyak 2 buah
g. Bahan
Kecambah jagung dengan umur, ukuran, dan kondisi yang sama, Air dengan rentang
penyiraman, Media tanam berupa tanah pasir, Gelas plastik (bekas Aqua) ukuran
220 mL sebanyak 8 buah (untuk 2 kali ulangan), dengan dua lubang di dasar gelas
h. Langkah Kerja
1. Siapkan kecambah jagung dengan cara merendam biji jagung yang memiliki ukuran
dan kondisi yang sama dalam air selama 2 jam. Selanjutnya letakkan diantara kertas
saring (kertas tissue/kapas) basah. Diamkan selama kurang lebih 2-3 hari sampai
calon akar keluar sekitar 2-3 mm.
2. Siapkan media tanam dalam gelas plastik dengan volume yang sama, dilakukan
dengan penimbangan menggunakan neraca. Perhatikan, media tanam ketika diisikan
harus dalam kondisi kering.
3. Berilah tanda pada pot dengan angka 1, 2, 3 dan 4 yang menunjukkan volume air
yang disiramkan berturut-turut 0, 5, 10 dan 20 mL. Ulangi setiap perlakuan sebanyak
2 kali.
4. Pilih kecambah jagung yang memiliki ukuran dan kondisi yang sama. Untuk masing-
masing pot tanam 4 kecambah jagung.
5. Siram masing-masing pot plastik sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Lakukan
penyiraman setiap harinya pada jam yang sama sampai dengan hari ke-7 setelah
tanam.
6. Rancanglah tabel data untuk merekam data hasil percobaan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 399


7. Pada hari ke-7, lakukan pengukuran terhadap tinggi tanaman dan berat basah
tanaman yang ada di dalam pot. Tinggi tanaman diukur dari batas antara batang dan
akar sampai pucuk tanaman. Untuk berat besah tanaman dilakukan dengan
menimbang tanaman (baik akar, batang dan daun). Dalam mengeluarkan tanaman
dari dalam pot harus dilakukan secara hati-hati. Pertama-tama guntinglah pot plastik
kemudian rendam dalam ember berisi air sampai tanah bisa dengan mudah
dipisahkan dari akar. Selanjutnya, cuci secara hati-hati bagian akarnya.
8. Rekam data hasil pengamatan dalam tabel data yang sudah dirancang.

3. Perlatihan
1. Buatlah hipotesis tentang pengaruh cahaya matahari terhadap arah gerak
tumbuhan!
2. Tuliskan rumusan masalah untuk hipotesis pada soal no.1!
3. Identifikasilah variable-variabel penelitian untuk hipotesis pada soal no. 1!

400 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


KEGIATAN BELAJAR 22
MEMBUAT PREPARAT BASAH

1. Orientasi
Tujuan kegiatan belajar 22 lebih bersifat psikomotorik daripada konseptual. Setelah
melalui kegiatan belajar ini anda harus terampil menggunakan mikroskop dan
membuat preparat basah baik dari materi hewan maupun materi tumbuhan. Tidak
ada cara yang lebih baik dalam mencapai tujuan itu selain anda melakukan aktivitas
yang telah ditetapkan. Lakukanlah kegiatannya dengan cermat agar anda mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

2.Inti
Mikroskop merupakan alat optik yang digunakan sebagai alat bantu untuk
mengamati benda-benda yang berukuran sangat kecil.
Dengan mikroskop kita dapat melihat benda-benda yang berukuran kecil
dengan jelas karena di dalam mikroskop terdapat lensa yang dapat memperbesar
objek pengamatan dengan pembesaran tertentu.
Komponen mikroskop terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian optik dan
bagian mekanik. Bagian optik terdiri dari lensa okuler, lensa objektif, diafragma,
kondensor, cermin, dan kaca filter. Sedangkan bagian mekanik terdiri dari revolver,
tubus, statif, makrometer, mikrometer, meja sediaan, penggerak sediaan, pengatur
kondensor, dan kaki (alas). Dalam melakukan pengamatan benda-benda kecil, tentu
saja dibutuhkan keterampilan khusus dalam menggunakan mikroskop. Oleh karena
itu, siswa harus mengenal dan dibiasakan untuk menggunakan mikroskop dengan
baik dan benar.

A. Lensa okuler
B. Tabung mikroskop
C. Revolver
D. Lensa objektif perbesaran
lemah
E. Lensa objektif perbesaran
kuat
F. Meja mikroskop
G. Klip
H. Kaki mikroskop
I. Cermin
J. Diafragma
K. Lengan mikroskop atau
pegangan
L. Pemutar halus

Gambar 26. Mikroskop dan


bagian-bagiannya
Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu,
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan
kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya,

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI 401


mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian
permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam
sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler
dan binokuler memiliki 2 lensa okuler.
Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan, mikroskop
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana (yang umumnya digunakan
pelajar) dan mikroskop riset (mikroskop dark-field, fluoresens, fase kontras, Nomarski
DIC, dan konfokal).
Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu (1) bagian
optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler. (2) bagian non-
optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek, pemutar
halus dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.

A. Lembar Kerja
1. Alat
Mikroskup, silet, kaca objek
2. Bahan
cover kaca objek. bawang merah air, Rhoeo discolor, metilen blue.
3. Langkah Kerja
a. Struktur Tumbuhan
1) Pembuatan preparat segar : Sel epidermis bawang merah (Allium cepa)
a) Potonglah sebutir bawang merah menjadi 4 bagian, sehingga tampak lapisan-
lapisan umbi bawang.
b) Ambil satu lapis dan ambil lapisan epidermis bagian dalam.
c) Letakkan pada kaca objek yang telah ditetesi air, kemudian tutup dengan kaca
penutup.
d) Amati dengan mikroskop: sel epidermis, dinding sel dan inti sel.
2) Pembuatan preparat segar daun Rhoeo discolor
a) Sayatlah bagian bawah daun Rhoeo discolor setipis mungkin dengan
menggunakan silet tajam.
b) Letakkan sayatan pada kaca objek yang telah ditetesi air, kemudian tutup
dengan kaca penutup.
c) Amati di bawah mikroskop : sel epidermis, dinding sel, vakuola, antosianin, dan
stoma.
b. Struktur hewan
a. Pembuatan preparat segar epitel pipi
1) Dengan bantuan tusuk gigi, ambil epitel dari bagian rongga pipi.
2) Letakkan diatas kaca objek yang telah ditetesi 1 tetes metilen blue, kemudian
tutup dengan kaca penutup.
3) Amati dengan mikroskop : sel epitel pipih, membran sel, dan inti sel.
b. Pengamatan kehidupan dalam setetes air
1) Ambilah dengan menggunakan pipet air kolam atau sawah yang sudah
disiapkan dalam botol.
2) Teteskan pada kaca objek, kemudian tutup dengan gelas penutup
3) Amati dengan mikroskop.

402 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: BIOLOGI


Pendalaman Materi
Ilmu Pengetahuan
Alam

Kimia
DAFTAR ISI

Atom, Ion, dan Molekul


405

Bahan Kimia dalam Kehidupan


418

Lembar Kerja
435

Daftar Pustaka
440
MATERI 1
ATOM, ION, DAN MOLEKUL

A. ATOM
Semua yang ada di alam baik yang hidup maupun tak hidup dibangun atas
materi dan energi. Materi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai
massa dan menempati ruang (matter anything which occupies space and has mass,
Heyworth, 1990, p.2).
Menurut teori atom Dalton bahwa materi yang tidak dapat dibagi menjadi
menjadi zat yang lebih sederhana disebut atom (dari kata atomos berarti tidak
dapat dibagi). Sekitar 90 jenis atom pada saat ini telah ditemukan di alam dan 16
unsur dibuat oleh manusia, jadi jenis atom yang ditemukan diperkirakan ada 106
unsur.
1. Teori Atom Dalton
Masa modern kimia diawali sejak proposal John Dalton tentang teori atom
dalam bukunya “New system of chemical philosophy” 1808. Teori atom Dalton
mampu menumbuhkan ilmu kimia.
Beberapa postulat teori Dalton dapat dituliskan sebagai berikut.
a. Materi terdiri atas partikel terkecil yang disebut atom. Atom tidak dapat dibagi
lagi dan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
b. Atom digambarkan dengan bola pejal yang sangat kecil. Atom suatu unsur
yang sama memiliki sifat yang sama dalam segala hal (ukuran, bentuk, dan
massa) tetapi berbeda sifat-sifatnya dari atom unsur lain.
c. Reaksi kimia adalah penggabungan, pemisahan, atau penyusunan kembali
atom-atom.
d. Atom suatu unsur dapat bergabung dengan atom unsur lain membentuk
senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.

Gambar 1. Model atom Dalton atom seperti bola pejal

2. Teori Modern Struktur Atom


Ditemukan adanya elektron dan gejala radioaktif menjelang abad ke-9,
maka atom bukan lagi partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, melainkan atom
itu mengandung sejumlah partikel sub-atomik. Partikel sub atomik yang
dimaksud ialah elektron, proton, dan netron. Partikel lain yang terdapat di dalam
atom ialah positron, neutrino dan meson.
a. Elektron
Tabung Geisler yang berisi gas dengan tekanan sangat rendah bila
dilewatkan pada suatu muatan listrik, maka akan diemisikan seberkas sinar

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 405


dari katoda. Sinar ini biasa disebut sinar katoda yang ditemukan oleh Plucker
(1859) dan diteliti oleh Hittorf (1869) dan William Crookes (1879 – 1885).
Thomson (1897) berhasil menentukan harga perbandingan e/m,
yaitu perbandingan muatan listrik dengan massa. Stoney (1874) memberikan
nama partikel tersebut sebagai elektron yang selalu dikandung oleh semua
materi dengan harga e/m yang sama. Harga e/m yang terbesar dimiliki oleh
atom hidrogen, yaitu harga e = 1,602 x 10-19 C dan m = 9,11 x 10-34 g.

Gambar 2. Pembuktian sinar katoda

Kode C = Katoda; A = Anoda; E = lempeng kondensor bermuatan listrik;


M = magnet; F = layar berfluoresens.
Berkas 1 : Hanya dengan adanya medan listrik, berkas sinar katoda
dibelokkan keatas menyentuh layar pada titik 1.
Berkas 2 : Hanya dengan adanya medan magnit, berkas sinar katoda
dibelokkan kebawah menyentuh layar pada titik 2.
Berkas 3 : Berkas sinar katoda akan lurus dan menyentuh layar dititik 3, bila
medan listrik dan medan magnit sama besarnya

b. Proton
Elektron yang merupakan penyusun atom yang bermuatan negatif,
bila materi harus netral, maka materi harus mengandung penyusun lain yang
bermuatan positif. Pembuktian adanya partikel tersebut dilakukan oleh
Goldstein (1886) dan Wien yang juga disebut sinar terusan atau sinar kanal.
Partikel positip ini terjadi karena tabrakan antara partikel gas dalam tabung
dengan elektron berenergi besar yang bergerak dari katoda ke anoda dalam
tabung gas.

Gambar 3. Percobaan Goldstein membuktikan bahwa di dalam atom terdapat proton


yang bermuatan positif.

Berdasarkan eksperimen tersebut diperoleh dua perbedaan terpenting dari


pengukuran e/m terhadap elektron.

406 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


a. Perbandingan muatan/massa untuk ion positip berbeda, jika gas dalam tabung
berbeda. Pada massa pengukuran e/m elektron diperoleh harga yang sama
apapun jenis gas yang terdapat di dalamnya.
b. Harga muatan/massa untuk ion positip jauh lebih kecil dari harga untuk elektron.
Fakta ini menunjukkan bahwa ion positip terbentuk dari gas yang terdapat dalam
tabung dan memiliki massa lebih besar dari massa elektron.
Berdasarkan fakta tersebut dipostulatkan, bahwa H+ adalah suatu partikel dasar atom
yang besar muatannya sama dengan muatan elektron tetapi tandanya berlawanan.
e/m elektron = 1,76 x 108 Coulomb/g
+
e/m ion H = 96520/1,008 Coulomb/g
massa elektron 96520 1
+
= 8
=
massa H 1,76.10 .1,008 1837

Gambar 4. Pembuktian sinar positip


c. Netron
Rutherford (1920) meramalkan bahwa kemungkinan besar di dalam
inti terdapat partikel dasar yang tidak bermuatan atau netral, maka partikel
ini sukar dideteksi. James Chadwick (tahun 1932) telah melakukan
percobaan dari reaksi inti, partikel α dengam massa 4 dapat ditangkap oleh
Boron (Ar = 11) menghasilkan Nitrogen (Ar = 14) dan netron dengan massa
1. Reaksi inti ini ditunjukkan oleh persamaan
4 11 14
2He + 5B 7N + 0n1
Berdasarkan bercobaan tersebut dapat menemukan partikel netral
yang disebut netron. Dengan demikian partikel dasar penyusun materi
adalah elektron, proton dan netron.
Tabel 1. Beberapa Sifat Partikel Sub-atomik
Partikel Simbol Massa Massa Muatan
(sma) (gram)
28 30 19
Elektron e 1/1837 9,11 x 10- -4,803 x 10- esu (-1,9 x 10-
atom H c)
(=0.00055)
14
Proton p 1,0073 1,763 x 10- +4,803 x 10- esu (+1,6 x 10-
24 19
c)
Neutron n 1,0087 1,765 x 10- 0
24

d. Inti Atom
Inti atom ditemukan oleh Rutherford pada tahun 1911. Ia menemukan
bahwa apabila partikel α yang bermuatan positip yang berasal dari sumber
radioaktif menumbuk lembar tipis logam, partikel itu banyak yang mengalami

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 407


penyimpangan (deflection). Selain itu sebagian besar partikel α juga
diteruskan dan sebagian lagi mengalami penolakan. Rutherford
menyimpulkan, bahwa atom sebagian besar berupa ruang kosong dan di
pusatnya merupakan partikel yang bermuatan positip yang selanjutnya
disebut inti. Selama atom bersifat netral, berarti besarnya muatan (+)
seimbang dengan banyaknya elektron yang bermuatan (-).

Gambar 5. Diagram yang menunjukkan adanya penyimpangan bila partikel α


menumbuk inti atom

3. Model Atom Rutherford dan Kelemahannya


Menurut Rutherford, muatan positip inti suatu atom seimbang dengan
elektronnya yang berada di luarnya. Elektron ini akan bergerak di sekeliling inti
atom dalam orbit yang terdekat dengan kecepatan yang tinggi. Gaya sentrifugal
yang timbul dari gerakannya seimbang dengan gaya tarik-menarik elektrostatis
antara inti yang bermuatan positip dengan muatan elektron yang negatip dan
mencegah elektron untuk jatuh ke inti.

Gambar 6. Model Atom Rutherford

Satu keberatan dari postulat Rutherford adalah selama elektron


bergerak dalam suatu orbit, maka ada percepatan menuju ke pusat, elektron
ini secara kontinyu mengemisikan radiasi dan secara berangsur-angsur akan
melepaskan energi yang akhirnya akan jatuh ke dalam inti. Hal ini adalah tidak
mungkin terjadi karena atom itu stabil, lagi pula model ini tidak dapat
memperoleh data dari penelitian spektrum atom unsur-unsur.

Gambar 7. Lintasan Spiral kelemahan Rutherford

408 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


4. Model Atom Bohr
Tahun 1913 Bohr mengusulkan suatu model atom yang dapat dijelaskan
melalui spektra hidrogen. Ia menerima konsep ini seperti yang diusulkan oleh
Rutherford,akan tetapi dengan menerapkan teori kuantum radiasi seperti yang
dikembangkan oleh Planck dan Einstein dalam menrangkan sifat-sifat sistem
planet elektron.

Gambar 8. Model Atom Bohr


Postulat Bohr berbunyi:
a. Elektron dalam suatu atom bergerak mengitari sekeliling inti pada orbit
tertentu. Setiap orbit mempunyai tingkat energi tertentu dan energi suatu
elektron adalah tetap selama berada pada orbitnya. Elektron yang berada
pada tingkat ini disebut tingkat stasioner dan setiap tingkat energi dinamakan
tingkat energi atau kulit. Elektron pada tingkat energi ini tidak meradiasikan
energi.
b. Emisi dan absorpsi energi dalam bentuk radiasi hanya dapat dihasilkan jika
suatu elektron pindah dari tingkat stasioner ke tingkat lainnya.
c. Energi tidak diemisikan atau diabsorpsi secara pelan-pelan, tetapi dalam
satuan/paket (hν, disebut kuantum), dengan h adalah tetapan Planck dan
νadalah frekuensi energi yang diradiasikan.
d. Lebih jauh tingkat energi dari inti, maka lebih besar pula energinya. Energi
diabsorpsi bila elektron melompat dari orbit bagian dalam ke orbit yang lebih
luar. Energi akan diemisikan bila elektron bergerak dari orbit yang luar ke
orbit yang lebih dalam. Besarnya kuantum yang diemisikan atau
diabsorpsikan dapat ditentukan dari tingkat energi elektron mula-mula dan
tingkat akhir setelah mencapai keadaan stasioner. Bila E2 dan E1 masing-
masing adalah tingkat energi awal dan akhir, sedang ν adalah frekuensi
maka:
∆ E = E1 - E2 = hν
e. Energi yang ada pada setiap orbit dipengaruhi oleh kondisi dimana
momentum anguler (m vr) elektron yang bergerak dalam orbitnya
mempunyai nilai tertentu yang secara sederhana merupakan kelipatan dari
h/2π
m = massa elektron, v = kecepatan, r = jari-jari orbit, h = tetapan Planck, dan
= orbit yang ditempati elektron (1, 2, 3, …… atau sesuai huruf K, L, M, N…).

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 409


Gambar 9. Atom terdiri dari inti atom terdiri dari proton dan mnetron dan dikelilingi
oleh elektron

5. Teori Atom Hidrogen Bohr


Dengan menggunakan konsep kuantisasi energi dari hukum mekanika
klasik, Bohr menggunakan matematika pada energi elektron yang bergerak pada
orbit tertentu untuk atom hidrogen atau yang menyerupai hidrogen, yaitu atom
yang mempunyai sebuah elektron seperti He+, Li2+, atau Be3+.

a. Jari-jari orbit Bohr

Gambar 10. Sebuah elektron mengitari inti.

Sebuah elektron bermuatan e mengitari sekeliling inti yang


bermuatan Ze dengan Z adalah nomor atom dan e adalah muatan proton.
Bila Z = 1, atomnya adalah hidrogen netral R adalah jari-jari orbit, v =
kecepatan tangensial elektron yang bergerak, dan m = massa elektron.
Gaya sentrifugal mv2/r yang mengusahakan elektron menjauhi inti sehingga
keluar dari orbitnya, sedang gaya elektrostatis tarik-menarik antara inti
dengan elektron (Ze2/r2) berusaha menarik elektron ke arah inti. Dengan
maksud agar elektron selalu bergerak pada orbitnya, kedua gaya yang
arahnya berlawanan tadi harus saling seimbang.

410 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Tabel 2. Beberapa harga jari-jari atom hidrogen Bohr
Bilangan kuantum Harga rn (Å)
utama, n
1 0,529 x 12 = 0,529 Å
2 0,529 x 22 = 2,116 Å
3 0,529 x 32 = 4,761 Å
4 0,529 x 42 = 8,464 Å
5 0,529 x 52 = 13,225 Å
6 0,529 Ao x 62 = …… Ao

Gambar 11. Harga ulang orbit ke-5 atom hidrogen Bohr. Masing masing
menunjukkan bagian orbit sirkulernya
b. Energi elektron
Energi total sebuah elektron yang mengelilingi orbit tertentu dapat
dihitung dengan menjumlahkan energi kinetik (EK) dan energi potensialnya
(EP). Energi kinetik ditunjukkan dengan formula ½ mv2, sedang energi
potensial suatu elektron pada jarak r dari inti adalah sebesar –Ze2/r.
E total = EP + EK
= ½ mv2 – Ze2/r ………. (1)

Jika mv2 sama dengan Ze2/r (lihat persamaan 1) maka diperoleh


Ze 2 − Ze 2 − Ze 2
Etotal = = ………. (2)
2r r 2r
Substitusi harga r dari persamaan (2) diperoleh
− Ze 2 4π 2 mZe 2
En = x 2 ………. (3)
2 n h2
− 2π 2 mZ 2 e 4
Atau En = ………. (4)
n2 h2
Tanda negatif untuk energi menunjukkan adanya tarik-menarik antara inti
dengan elektron. Karena nomor atom hidrogen adalah 1 (Z = 1), maka
energi elektron dalam sebuah atom hidrogen adalah
2π 2 me 4
En = ……… (5)
n2 h2
Dengan mensubstitusi harga π = 3,1416, e = 4,8029 x 10-10 esu, m = 9,1085
x 10-28 g, dan h = 6,6252 x 10-27 erg.detik ke dalam rumus di atas, maka
diperoleh

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 411


− 21,79.10−12
En = erg.atom-1 ………… (6)
n2
bila 1 erg = 6,2419 x 1011 ev, maka
13,6
En = - ev atau ……….. (7)
n2
313,5208
En = kkal.mol-1 (1 ev = 23,03 kkal)……..… (8)
n2
Dengan memasukkan harga bilangan kuantum n = 1, 2, 3, ….. ke dalam
persamaan (6), (7), (8) maka energi suatu elektron pada orbit yang berbeda
dapat dihitung.

Tabel 3. Harga energi pada keadaan dasar dan tereksitasi


Tingkat En (erg.atom-1) En (ev.atom-1) En (kkal.mol-1)
Energi
n = 1 (tk. dasar) -21,79 x 10-12 - 13,6 313,52
n = 2 (eksitasi I) -5,4 x 10-12 - 3,4 78,4
n = 3 (eksitasi II) -2,42 x 10-12 - 1,51 34,84
n = 4 (eksitasi III) -1,36 x 10-12 - 0,85 19,6
n = 5 (eksitasi V) -0,872 x 10-12 - 0,544 12,54

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan berikut:


i) Harga En untuk semua tingkat hanya tergantung pada n. Ini berarti energi akan
konstan selama elektron bergerak pada orbit yang tertentu (atau n tak berubah).
ii) Tanda negatip yang ada pada persamaan (4) menunjukkan kalau En∞ n2 dan
energi ini dikaitkan dengan orbit ke 1, 2, 3, …… n, sehingga menjadi E1, E2, E3,
….. En, maka diperoleh E1< E2 < E3< ….. < En.
iii) Perbedaan energi antara dua tingkat energi berturut-turut akan menurun dengan
naiknya n, misalnya (E2 – E1) > (E5 – E4). Ini berarti harga n akan menaikkan
energinya untuk orbit yang lebih dekat satu dengan lainnya dan n yang mendekati
tingkat “tak hingga” akan mendekati suatu paket deret limit.
iv) Sebuah elektron dalam atom hidrogen akan mempunyai energi tertentu dan tidak
mungkin mempunyai energi yang berada di antara dua harga. Untuk tingkat energi
terendah, yakni n = 1 disebut tingkat dasar. Tingkat energi pertama yang lebih
tinggi, n = 2 disebut tingkat tereksitasi pertama dan berikutnya, n = 3 disebut
tingkat eksitasi kedua.
a. Beberapa fakta teori Bohr
Beberapa butir yang cukup valid pernyataan Bohr dapat disimpulkan berikut:
i. Frekuensi garis-garis spektral spektrum hidrogen yang ditetapkan secara
eksperimen sangat dekat dengan frekuensi yang diperoleh melalui
perhitungan.
ii. Harga tetapan Rydberg untuk atom hidrogen (RH) yang dihitung melalui
teori Bohr (R = 109,679 cm-1) sangat sesuai dengan harga eksperimen
spektroskopi (R = 109,678 cm-1).
iii. Emisi dan absorpsi spektra atom sejenis hidrogen dapat diterangkan
dengan baik melalui konsep Bohr tentang elektron pada tingkat stasioner.

412 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


iv. Jari-jari dan energi pada orbit atom hidrogen yang dihitung melalui teori
Bohr sama dengan harga yang diperoleh melalui eksperimen.
b. Kelemahanteori Bohr
i. Teori Bohr dapat menjelaskan eksistensi bermacam-macam garis dalam
spektrum H, ini hanya meramalkan adanya satu deret garis. Pada
kenyataan melalui instrumen yang lebih baik dapat menunjukkan bahwa
garis spektral itu sebenarnya merupakan kumpulan beberapa garis
tunggal yang sangat berdekatan satu sama lain. (Selanjutnya disebut
struktur halus = fine structure). Sebagai contoh, garis tunggal Ha pada
deret Balmer mengandung banyak garis yang sangat berdekatan satu
sama lain. Dengan adanya beberapa garis halus ini menunjukkan
kepada kita, bahwa ada beberapa tingkat energi yang sangat dekat satu
sama lain untuk setiap bilangan kuantum utama, n. Ini juga berarti
menunjukkan adanya bilangan kuantum yang baru.
ii. Bila teori Bohr mampu menjelaskan dengan baik spektra atom H dan
ion-ion sejenis hidrogen (He+, Li2+, Be3+), maka teori ini tidak mampu
menjelaskan deret spektral atom yang berelektron banyak.

Gambar 12. Pemisahan garis spektrum hidrogen menjadi struktur halus

iii. Tidak dapat membuktikan terhadap asumsi, bahwa elektron dapat


berotasi hanya pada orbit dimana momentum sudut elektron (mvr)
adalah kelipatan bilangan bulat dari h/2p. Bohr tidak menjelaskan
penggunaan prinsip kuantifikasi dari momentum sudut yang telah
dikenalkan secara intuisi.
iv. Bohr beranggapan, bahwa sebuah elektron dalam suatu atom
dilokalisasikan pada jarak tertentu dari inti dan berputar mengelilingi inti
dengan kecepatan tertentu, yaitu sesuai dengan harga momentum yang
tertentu. Hal ini bertentangan dengan prinsip ketidak-tentuan
Heisenberg yang menyatakan, bahwa tidak mungkin untuk menentukan
kedudukan dan momentum elektron dengan pasti secara serentak
dalam satu tempat.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 413


v. Tidak dapat menjelaskan adanya efek Zeeman. Bila suatu zat yang
menghasilkan emisi spektrum ditempatkan pada medan magnet, maka
garis-garis spektrum dipisahkan menjadi sejumlah garis yang
berdekatan.
vi. Tidak dapat menjelaskan efek Stark. Bila suatu zat yang menghasilkan
emisi spektrum ditempatkan pada medan elektromagnet, maka garis-
garis spektrum dipisahkan menjadi sejumlah garis yang berdekatan
jaraknya.

6. Konfigurasi elektron dalam atom


Elektron dalam mengelilingi inti selalu berada dalam orbitnya, bila
electron tersebut tidak menerima atau melepaskan elektron. Jumlah elektron
maksimal dalam pada tiap-tiap kulit mengelilingi inti sebanyak 2n2 di mana n
merupakan bilangan kuantum utama dan bilangan bulat yaitu 1, 2, 3 .. dst.
Kedudukan elektron yang mengelilingi inti dalam atom disebut konfigurasi
elektron. Secara lengkap jumlah elektron pada tiap kulit adalah sebagai berikut

Tabel 4. hubungan antara bil. Kuantum Utama (n), kulit dan jumlah elektron
Bil kuantum Utama (n) Kulit Jumlah elektron
1 K 2
2 L 8
3 M 18
4 N 32
5 O 50

B. ION
Suatu atom pada umumnya memiliki kecenderungan ingin memiliki konfigurasi
yang stabil seperti gas mulia, yaitu memiliki elektron terluar 8 elektron.
Kecenderungan tersebut dilakukan dengan cara melepas dan menerima elektron.
Atom yang bermuatan listrik disebut dengan ion. Atom bila menerima elektron, akan
bermuatan negatif dan berbentuk ion negatif yang disebut anion (X-) sedangkan atom
yang melepaskan elektron akan bermuatan positip yang disebut kation (X+).
Banyak muatan negatif dan positip tergantung pada jumlah elektron yang
diterima (Xn+) atau elektron yang dilepaskan (Xn+), misalnya
a. 11Na  2, 8, 1  melepaskan 1 elektron akan menjadi ion 11Na+ 2, 8 + e
b. 12Mg  2, 8, 2  melepaskan 2 elektron akan menjadi ion 11Mg2+ 2, 8 + 2e
c. 16S  2, 8, 6  menerima 2 elektron akan menjadi ion 16S2- 2, 8, 8
d. 17Cl  2, 8, 7  menerima 1 elektron akan menjadi ion 17Cl-2, 8, 8

C. MOLEKUL
Molekul merupakan gabungan dua atau lebih atom yang saling berikatan
secara kimia. Molekul dapat terbentuk dengan cara: (1) atom yang satu melepaskan
elektron sedangkan yang lainnya menerima elektron, (2) dua buah elektron yang
berasal dari dua buah atom digunakan bersama, dan (3) dua buah elektron yang
berasal dari satu atom digunakan bersama. Contoh unsur dalam kehidupan sehari-
hari: Emas (Au), Al ( Aluminium), Fe (Besi), Cu (Cupper) dan juga Si (Silicon)

414 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Emas
Be (A )
i Alumuni
(Al)

Tembaga( Cu) Silicon (Si)


Gambar 13. Berbagai macam unsur

Unsur- unsur diatas terdapat dialam sebagai unsur tunggal, yang dialam tapi ada juga
unsur dialam yang dalam bentuk molekul, tidak sebagai unsur tunggal.
Terdapat dua jenis molekul menurut jenis atom yang menyusunnya, yaitu:
1. molekul unsur yaitu molekul yang terbentuk dari atom-atom yang sejenis
Misalnya: C12,02, N2, Br2, H2, dan sebagainya.
2. molekul senyawa yaitu molekul yang terbentuk dari atom-atom yang berbeda.
Misalnya: NH3, CO2, NaCl, H2O, H2SO4, CaCO3, CH3COOH, dan sebagainya.
Molekul yang stabil dapat terbentuk jika pada elektron kulit terluar terisi penuh yaitu
sebanyak 8 elektron (Oktet), kecuali H2 hanya membentuk ikatan dengan terisi 2
elektron (Duplet). Untuk lebih memahami tentang bagaimana terbentuknya molekul
melalui ikatan kimia, sebelumnya harus tahu terlebih dahulu bagaimana penulisan
konfigurasi elektron pada pelajaran sebelumnya. Jika Anda sudah mengerti tentang
konfigurasi elektron sekarang coba pahami beberapa contoh dibawah ini: CO2, CH4,
NO2, SO2 yang berada dialam dalam bentuk gas, HCl, H2SO4,HCN, CH3COOH (asam
cuka) yang dalam kehidupan sehari hari kita jumpai dalam bentuk cair, ada juga yang
dalam bentuk padatan contohnya NaCl, FeCL2, dan juga Sukrosa (gula pasir).

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 415


Gambar 14.Pembentukan ikatan kimia dalam pembentukanmodel atom H2O

D. RUMUS KIMIA DAN PENAMAAN RUMUS KIMIA


Rumus kimia adalah rumus yang menunjukkan perbandingan jumlah atom
yang menyusun zat tunggal. Zat tunggal tersebut bisa terdiri dari unsur, rumus unsur,
ataupun molekul senyawa.
1. Penulisan rumus kimia unsur
a. Unsur tunggal yang berdiri sendiri cukup ditulis sesuai dengan lambang
unsurnya, misalnya besi (Fe), Tembaga (Cu), Perak (Ag), Emas (Au).
Penamaannya sesuai dengan nama dari unsurnnya.
b. Unsur yang tidak dapat berdiri sendiri ditulis dalam bentuk molekul unsur.
Penulisan dilakukan sesuai dengan keadaan unsur tersebut misalnya, gas
Oksigen (O2), gas Klorida (Cl2), dan gas Nitrogen (N2).
Penamaannya sesuai dengan wujud dan nama unsurnya.
2. Penulisan Rumus Kimia Senyawa
a. Rumus kimia suatu senyawa ditulis dengan cara menuliskan lambang-lambang
unsur yang membentuk zat tunggal secara berdekatan tanpa diberi jarak
(spasi) antara lambang unsur yang satu dengan yang lain.
b. Jika dalam suatu senyawa ada beberapa atom, maka jumlah atom dituliskan
dibelakang lambang unsur tersebut yang ditempatkan agak turun dibawah
(subskirb).
Contoh:
Rumus kimia dari Kalium klorida dituliskan sebagai KCl, rumus KCL
mempunyai arti dalam satu molekul KCl terdiri dari 1 atom Kalium (K) dan 1
atom klorida (Cl).
Rumus kimia karbondioksida dituliskan sebagai CO2, artinya adalah terdiri dari
1 atom karbon (C) dan 2 atom Oksigen (O).
Penamaan rumus kimia adalah sebagai berikut:
1) Jika terdiri dari dua buah unsur logam dan logam contoh KCl, atau HF
maka nama unsur yang di depan biasanya logam diikuti dengan nama
unsur kedua (non logam) dan diakhiri dengan akhiran ida.
2) Jika jumlah unsurnya lebih dari satu maka disebutkan jumlah atom pertama
dan keduannya.

416 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


c. Jika zat tunggal mengandung gugusan (kumpulan) atom atau gugusan ion,
maka gugusan atom tersebut diletakkan berdekatan dengan lambang unsur
yang lain tanpa spasi. Namun jika gugusan atom tersebut lebih dari satu, maka
gugusan atom dikurung diikuti dengan penulisan nomor yang menunjukkan
jumlah gugusan agak kebawah (subkrib).
Contoh:
Asam sulfat H2SO4
Asam Fosfat H3PO4
Kalsium fosfat Ca3(PO4)2
Penamaan rumus kimianya, nama atom diikuti dengan nama gugus tersebut.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 417


MATERI 2
BAHAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan produk-


produk industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang
telah diketahui manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang
berguna untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu
mengetahui jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita
gunakan atau kita lihat sehari-hari.

A. Bahan Kimia dalam Rumah Tangga


Zat-zat yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam
keadaan murni, melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya. Campuran
suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu, suatu
bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat yang
menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada
kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada modul ini hanya akan dibahas beberapa
kelompok bahan kimia saja, meliputi: pembersih; pemutih; pewangi; pestisida; zat aditif
makanan; zat adiktif dan zat psikotropika.

1. Bahan Pembersih
Bahan pembersih merupakan bahan/produk yang dibuat dari zat-zat yang dapat
membantu menghilangkan kotoran dari suatu benda. Contoh bahan pembersih adalah
sabun, detergen, sampo, pembersih lantai dan lain-lain.
a. Sabun
Sabun merupakan produk bahan pembersih
yang paling sering kita gunakan. Sabun memiliki
kemampuan untuk menghasilkan busa dan
mengikat/melarutkan kotoran dalam air, sehingga
memiliki daya bersih yang lebih kuat.
Sabun terbuat dari lemak hewan atau
tumbuhan yang direkasikan dengan natrium Gambar 1. sabun
hidroksida atau atau kalium hidroksida yang Produk rumah tangga yang
digunakan sebagai pembersih
bersifat basa. Reaksi pembuatan sabun disebut
saponofikasi atau penyabunan.
Struktur molekul sabun C17H35COO-Na+ (Natrium stearat). C17H35 bersifat sebagai
hidrofob, COO-Na+ bersifat sebagai hidrofil. Sifat dari kedua bagian ini dapat
mengangkat kotoran lemak dari pakaian atau kulit. Kotoran diikat oleh molekul
sabun dan dilarutkan dalam air. Buih pada sabun berfungsi mencegah kotoran yang
sudah terangkat tidak menempel lagi pada kain.

418 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


b. Deterjen
Deterjen mempunyai daya bersih lebih baik dibanding
sabun. Komponen utama deterjen adalah surfaktan,
yang mempunyai kemampuan membasahkan,
mengendurkan dan mengangkat kotoran. Deterjen
dilengkapi bahan pengharum dan builder yang mampu
mengikat mineral dalam air sehingga tidak mengganggu
kerja surfaktan. Deterjen banyak digunakan sebagai
pembersih barang pecah belah, sampo mobil dan
sampo rambut.
Beberapa jenis detergen sukar diuraikan oleh pengurai,
oleh sebab itu kita perlu hati-hati dalam memilih bahan
pembersih. Jika detergen ini bercampur dengan air Gambar 2. Deterjen.
Produk rumah tangga yang
tanah yang dijadikan sumber air minum manusia atau
digunakan sebagai pembersih
binatang ternak, maka air tanah tersebut akan
membahayakan kesehatan.
Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen yang limbahnya dapat
diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable). Pengaruh buruk yang dapat
ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak selektif atau tidak hati-hati adalah
rusaknya keindahan lingkungan perairan, terancamnya kehidupan hewan-hewan
yang hidup di air, dan merugikan kesehatan manusia.

2. Bahan Pemutih
Bahan pemutih digunakan untuk membersihkan noda-
noda yang sulit dibersihkan oleh sabun atau detergen.
Pemutih memiliki daya urai yang lebih baik daripada
sabun atau detergen, karena mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (NaCIO). Manfaat lain dari
penggunaan pemutih adalah kemampuan dalam
membunuh kuman dan bibit penyakit yang menempel
pada pakaian (disinfektan). Pemutih dapat ditemukan
dalam dua wujud, yaitu padat dan cair. Pemutih padat Gambar 3.
(bubuk putih) adalah kalsium hipoklorit dengan rumus Produk rumah tangga yang
digunakan sebagai pemutih
kimia Ca(OCI)2, yang dikenal di masyarakat sebagai pakaian.
kaporit.
Kaporit lazim dipakai untuk membersihkan air ledeng dan kolam renang.
Pemutih cair dapat berupa natrium hipoklorit (NaOCI).
Bahan pemutih umumnya dibuat dari bahan-bahan seperti berikut ini: 1) natrium
hipoklorit, NaOCl (12,5%), 2) Emal-70, 3) Parfum, dan 4) Air. Pada umumnya,
produk pemutih dipasaran mengandung NaOCI dengan konsentrasi 12%-13%.
Mengapa tidak disediakan konsentrasi yang lebih tinggi? Ini semata-mata demi
pertimbangan keselamatan dan teknis. Umumnya pemutih tidak hanya dijumpai
pada produk pemutih pakaian saja, tetapi juga ditemukan dalam produk yang lain,
seperti pasta gigi, dan pembersih wajah.
Meskipun sama-sama pemutihnya, bahan pemutih pada pasta gigi dan
pembersih wajah tersusun dari bahan kimia yang berbeda. Sebagai contoh, pada

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 419


pasta gigi terdapat bahan aktif yang berfungsi sebagai pemutih seperti natrium
monoflurofosfat, kalsium gliserofosfat dan triclosan. Sedangkan pada bahan
pembersih wajah kita mengenal AHA (alpha hydroxyl acid) yaitu senyawa asam
yang mengangkat kotoran atau debu pada kulit tanpa menimbulkan kekeringan
pada kulit.
3. Bahan Pewangi
Pada sabun, detergen, pembersih lain, hair spray dan bahan kosmetik sering
ditambahkan bahan pewangi yang terbuat dari aroma bunga dan buah sekitar 0,5-5%.
Aroma wangi diperoleh melalui cara esterifikasi dan ekstraksi. Esterifikasi merupakan
reaksi yang menghasilkan senyawa-senyawa ester, dengan aroma buah dan bunga.
Beberapa senyawa hasil esterifikasi adalah geraniol beraroma mawar, amil kaproat
beraroma nanas dan apel. Ekstraksi merupakan proses pemisahan campuran dengan
cara penyulingan (destilasi). Contoh bahan yang biasa diekstraksi adalah melati,
mawar, dan sedap malam.
4. Pestisida
Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan
para petani. Pestisida dipakai untuk memberantas hama
tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi
pertanian. Pestisida meliputi semua jenis obat (zat/bahan
kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi
tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus,
tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Pestisida yang biasa
digunakan para petani dapat digolongkan menurut fungsi
dan sasaran penggunaannya, yaitu:
a. Insektisida
Pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga,
seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Beberapa jenis
insektisida juga dipakai untuk memberantas sejumlah
serangga pengganggu yang ada di rumah, perkantoran,
atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan Gambar 4
semut. Contoh insektisida adalah basudin, basminon, Insektisida kemasan yang
dapat digunakan setiap
tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon. Gambar 4
saat dengan mudah
merupakan contoh produk insektisida untuk memberantas
nyamuk.

b. Fungisida
Pestisida yang dipakai untuk memberantas dan
mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak
yang ada pada daun, karat daun, busuk daun, dan cacar
daun disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa contoh
fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I) oksida,
karbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
Gambar 5
Peralatan pembasmi hama
yang digunakan petani

420 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


c. Bakterisida
Pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Pada umumnya, tanaman
yang sudah terserang bakteri sukar untuk disembuhkan. Oleh karena itu,
bakterisida biasanya diberikan kepada tanaman yang masih sehat. Salah satu
contoh dari bakterisida adalah tetramycin, sebagai pembunuh virus CVPD yang
menyerang tanaman jeruk.
d. Rodentisida
Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat, seperti tikus. Rodentisida dipakai dengan cara mencampurkannya
dengan makanan kesukaan tikus. Dalam meletakkan umpan tersebut harus hati-
hati, jangan sampai termakan oleh binatang lain. Contoh dari pestisida jenis ini
adalah warangan
e. Nematisida
Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman jenis cacing
(nematoda). Hama jenis cacing biasanya menyerang akar dan umbi tanaman. Oleh
karena pestisida jenis ini dapat merusak tanaman maka pestisida ini harus sudah
ditaburkan pada tanah tiga minggu sebelum musim tanam. Contoh dari pestisida
jenis ini adalah DD, vapam, dan dazomet.
f. Herbisida
Pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma),
seperti alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok. Contoh dari herbisida adalah
ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

B. Zat Aditif Makanan


Kita memperoleh energi dari makanan dan minuman. Semua makanan dan minuman
adalah bahan kimia, contohnya beras, jagung, air kelapa, susu, dan sebagainya.
Seiring perkembangan jaman, makanan dituntut tidak sekedar menyehatkan, tetapi
harus lebih enak, harum, menarik, dan tahan lama. Karena hal inilah, manusia mulai
menggunakan bahan aditif makanan.
L ili Andajani, S .P d,
M.P d

Gambar 6. Zat aditif pada makanan

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 421


1. Pengertian Zat Aditif
Zat aditif adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan, baik yang bergizi maupun tidak. Zat aditif makanan
diberikan untuk meningkatkan kualitas, menambah rasa, membuat lebih menarik,
dan memantapkan kesegaran produk makanan.

2. Penggolongan Zat Aditif


Berdasarkan asalnya, zat aditif dibedakan menjadi dua, yaitu zat aditif alami berasal
dari sumber alami dan zat aditif buatan berasal dari bahan-bahan kimia (buatan
pabrik). Berdasarkan fungsinya, zat aditif digolongkan pewarna, pemanis, pengawet,
dan penyedap rasa.
a. Bahan Pewarna
Bahan pewarna alami
a) Kunyit
Kunyit merupakan tanaman khas Asia Tenggara. Tanaman ini juga
banyak digunakan masyarakat Indonesia untuk bumbu masakan dan
obat. Kandungan bahan kimia yang terdapat dalam kunyit adalah
kurkumin, zat ini memberikan warna kuning.
b) Wortel
Wortel banyak digunakan sebagai sayuran dan pewarna pada makanan,
Bahan kimia yang terkandung dalam wortel adalah beta karoten,
sehingga wortel dapat menghasilkan warna jingga.
c) Daun Pandan
Daun pandan telah dikenal masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Bahan kimia yang terkandung dalam daun pandan adalah klorofil,
sehingga menghasilkan warna hijau.
d) Cabe Merah
Manfaat cabe merah selain memberikan rasa pedas juga untuk
menghasilkan warna merah pada makanan. Bahan kimia yang
terkandung dalam cabe adalah kapsantin.
Bahan pewarna buatan
Saat ini, penggunaan pewarna buatan sering digunakan masyarakat,
baik untuk kepentingan pewarnaan makanan ataupun industri. Beberapa
alasan penggunaan pewarna buatan adalah karena beberapa kelebihan
yang dimiliki, antara lain: warnanya seragam, tajam, mengembalikan warna
asli yang mungkin hilang selama proses pengolahan, melindungi zat-zat
vitamin yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan, dan hanya
diperlukan dalam jumlah sedikit. Seiring dengan meluasnya pemakaian
pewarna buatan, sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan.
Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga
membahayakan konsumen. Zat pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya
mengandung logam berat, seperti: arsen, timbal, dan raksa sehingga
bersifat racun.Beberapa pewarna buatan yang sering digunakan dalam
makanan adalah sunsetyellow FCF (orange), carmoisine (merah),
briliantblue FCF (biru), tatrazine (kuning).

422 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


b. Bahan Pemanis
Bahan pemanis alami
a) Gula tebu
Gula tebu merupakan ekstrak dari batang tebu. Hasil ekstrak tersebut
adalah sari tebu yang mengandung kira-kira 50% air, 15% gula, dan 35%
zat lain. Sari tebu tersebut kemudian dipisahkan sehingga diperoleh
kristal gula.
b) Gula kelapa
Gula kelapa diperoleh dari hasil sadapan kelapa yang diolah lebih lanjut
sehingga diperoleh gula dengan warna coklat. Dalam kehidupan sehari-
hari gula ini dinamakan dengan gula Jawa.
c) Gula kurma
Gula ini sering dijumpai di Negara-negara Arab dan Afrika. Gula kurma
diperoleh dari ekstrak buah kurma.
d) Gula aren
Gula aren diperoleh dari hasil olahan air sadapan aren. Prinsip
pembuatan gula aren hampir sama dengan gula kelapa. Gula yang
didapatkan lebih manis dan lebih coklat dibandingkan dengan gula
kelapa.
Bahan pemanis buatan
Pemakaian gula secara berlebih memberikan dampak negatif bagi
kesehatan, salah satunya adalah bagi penderita diabetes mellitus. Oleh
sebab itu, para ahli kimia berupaya mencari bahan pemanis buatan dengan
kadar kalori yang rendah. Beberapa contoh pemanis tercantum dalam Tabel
5
Tabel 5. Contoh Pemanis
Nama Bahan Pemanis Kemanisan Relatif*
Sukrosa (gula tebu) 100
Laktosa (gula susu) 16
Glukosa (gula darah) 74
Fruktosa (gula tebu) 173
Siklamat 3.500
Sakarin 50.000
Aspartam 20.000
Asesulfam K 20.000
* Kemanisan relatif terhadap sukrosa dengan nilai 100

Agar aman bagi tubuh, pemakaian bahan


pemanis buatan hendaknya mengikuti aturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sebagaimana dalam Permenkes No.
722/MenKes/Per/DC/88. Batas penggunaan
pemanis yang diijinkan pemerintah tercantum
dalam Tabel 6.
Gambar 7. Pemanis buatan
jenis aspartam sering dipakai
dalam pembuatan es krim

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 423


Tabel 6. Batasan penggunaan pamanis yang diijinkan pemerintah
Nama Bahan Batasan Permenkes Batasan ADI
Pemanis per kg Bobot Badan per kg Makanan
Sakarin 50 mg - 300 mg 0-5mg
Siklamat 500 mg - 3000 mg 0-50mg
Sorbttol 5g-300g -
Aspartam - 0-40mg
Acesulpame K - 0-9mg
C. Bahan Pengawet
Bahan pengawet alami
Sejak zaman dahulu, pengawet alami sudah dikenal luas oleh masyarakat.
Salah satu contoh penggunaan bahan pengawet alami adalah garam. Garam
biasanya digunakan untuk mengawetkan ikan yang dalam kehidupan sehari-hari
dikenal dengan ikan asin.
Gula juga merupakan pengawet, biasanya digunakan untuk mengawetkan buah-
buahan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenalnya dengan manisan. Bahan yang
lain adalah es. Es ternyata dapat menghambat aktivitas bakteri pada sayur, ikan, buah
dan sebagainya.
Bahan pengawet buatan
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan
manusia yang tidak terbatas maka manusia berupaya untuk mencari bahan-bahan
pengawet buatan yang salah satu manfaatnya adalah agar bahan-bahan yang ada di
sekitar kita bisa lebih tahan lama/awet sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu
yang panjang.
Penggunaan bahan pengawet tentunya tidak sebebas-bebasnya, hal ini
dimaksudkan agar konsumen bisa mendapatkan rasa aman dari bahaya yang
ditimbutkan. Untuk itu pemerintah melalui Departemen Kesehatan membuat aturan
batasan pemakaian bahan pengawet buatan sebagaimana dalam Permenkes
No.722/Menkes/ Per/IX/88.
Tabel 3. Batasan bahan pengawet yang diijinkan pemerintah
Nama Bahan Pengawet Batasan Permenkesper kg Makanan
Asam Benzoat 600mg-1000mg
Asam Sorbat 500 mg - 3000 mg
Asam Propionat 2g–3g
Natrium Nitrit 50 mg- 125 mg
Natrium Nitrat 50 mg - 500 mg
1. Asam benzoat
Asam benzoat (C6H5COOH) adalah bahan pengawet yang sudah umum
digunakan dan sering untuk mengawetkan makanan yang asam. Bahan ini
digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif
pada pH 2,5 - 4,0. Dalam tubuh manusia terdapat mekanisme detoksifikasi
terhadap asam benzoat, sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoat.
Asam benzoat akan bereaksi dengan glisin menjadi asam hipurat yang akan
dibuang oleh tubuh. Secara alamiah asam benzoat terdapat dalam rempah-
rempah seperti cengkeh dan kayu manis.

424 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


2. Asam sorbat
Asam sorbat tergolong asam lemak monokarboksilat yang berantai lurus dan
mempunyai ikatan tidak jenuh (diena). Sorbat biasa digunakan untuk
menghambat pertumbuhan kapang dan bakteri. Sorbet aktif di atas pH 6,5
dan kereaktifannya menurun dengan meningkatnya pH.
Mekanisme kerja asam sorbat dalam mencegah pertumbuhan mikroba
adalah dengan mencegah kerja enzim dehidrogenase terhadap asam lemak.
3. Asam propionate
Asam propionate (CH3CH2OOH) yang memiliki struktur yang terdiri atas tiga
atom karbon tidak dapat di metabolisme oleh mikroba. Propionat efektif
terdapat kapang dan beberapa khamir pada pH di atas 5.
4. Natrium nitrit dan Natrium nitrat
Garam nitrit dan nitrat umumnya digunakan dalam proses curing
(perawatan)daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah
pertumbuhan mikroba.

d. Bahan Penyedap
Bahan penyedap alami
Dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengenal bahan penyedap
alami diantaranya: garam dapur yang berfungsi untuk meningkatkan rasa
pada makanan sehingga menjadi lebih gurih dan lezat. Kunyit selain untuk
pewama juga berfungsi sebagai penyedap atau bumbu makanan. Kunyit
berfungsi untuk menghilangkan bau amis pada ikan, daging dan bahan
makanan yang lain. Bawang (merah, putih, bombay) berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa/penguat rasa. Bahan-bahan lain yang berfungsi
serupa dianataranya adalah jahe, daun salam, daun pandan dan lain
sebagainya.
Bahan penyedap buatan
Bahan penyedap makanan yang lazim
dijumpai di masyarakat adalah Monosoidium
Glutamat (MSG) atau popular dengan nama
vetsin. Vetsin adalah garam natrium dari asam
glutamate. Di pasaran senyawa tersebut
terdapat dalam bentuk kristal monohidrat dan
dikenal sebagai Ajinomoto, Miwon, Sasa, semua Gambar 8
nama-nama tersebut merupakan nama merk MSG biasanya tercantum pada
penyedap rasa
dagang untuk MSG.
Asam glutamate sebagai komponen terbesar dari MSG merupakan
asam amino yang tidak pokok dan terdapat secara alami dalam protein
nabati dan hewani. Daging, susu, ikan dan kacang-kacangan yang rata-rata
mengandung 20% asam glutamate. Dalam 100 mL ASI rata-rata
mengandung kira-kira 0,22 g asam glutamate bebas. MSG murni tidak
berbau, tetapi memiliki rasa yang nyata yaitu campuran rasa manis dan
asin.Asam glutamate diperoleh dari bahan yang mengandung banyak
protein dandapat dibuat secara hidrolisis asam dari bahan-bahan seperti
gandum, jagung atau molase. Sebenarnya asam glutamate bukan tanpa

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 425


guna sama sekali. Asam glutamate bermanfaat untuk merangsang dan
menghantar pesan-pesan antar sel otak akan tetapi glutamate juga dapat
bersifat neurotoksik (bersifat racun pada saraf) jika konsentrasi dalam darah
meningkat setelah pemberian dalam dosis tinggi.
Chinese restaurant syndrome
Istilah Chinese restaurant syndrome (CRS) mula-mula dikenalkan oleh
Dr. Ho Man Kwok (1969) yaitu suatu gejala yang timbul setelah
mengkonsumsi makanan yang dihidangkan di restoran Cina. Gejala tersebut
antara lain: merasa kesemutan pada punggung leher, rahang bawah, serta
leher bagian bawah yang kemudian terasa panas. Gejala lain adalah wajah
berkeringat, sesak dada bagian bawah dan pusing kepala.

3. Dampak Penggunaan Bahan Makanan Tambahan


Penggunaan bahan makanan tambahan di samping bermanfaat juga
memberikan dampak negatif bagi kesehatan diantaranya:
Pengaruh penggunaan pewarna buatan
a) Briliant Blue FCF dapat menyebabkan produksi tumor, reaksi alergi, hiperaktif
pada anak. WHO telah merekomendasikan bahan ini untuk tidak digunakan.
b) Tatrazine dapat menyebabkan reaksi alergi, menyebabkan asma, hiperaktif pada
anak-anak.
c) Erythrosin dapat menyebabkan reaksi alergi pada pernafasan, hiperaktif pada
anak-anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak dan perilaku.
Pengaruh penggunaan pemanis buatan
a) Aspartam mengakibatkan penyakit phenilketourea, menyebabkan sakit kepala,
pusing-pusing, dapat mengubah fungsi otak dan perilaku.
b) Xylitol, bersifat karsinogenik tetapi dapat mencegah kerusakan gigi.
c) Siklamat, hasil metabolismenya bersifat karsinogenik.
d) Sakarin, merangsang terjadinya tumor kandung kemih
Pengaruh penggunaan bahan pengawet
a) Asam benzoate dan natrium benzoate menyebabkan penyakit syaraf, reaksi
alergi pada manusia.
b) BHT, kegagalan reproduksi, efek pada perilaku, perubahan sel darah, tumor
pada saluran pernafasan.
c) Nitrit, menyebabkan methemoglobinemia, khususnya pada bayi dapat
membentuk nitrosamine yang bersifat karsinogenik
Pengaruh penggunaan penyedap
MSG, dapat menyebabkan sakit kepala, jantung berdebar, menjadi lemah, mati rasa
pada manusia (Chinese restorant syndrome) kerusakan saraf dan efekpsikologi.

4. Penyalahgunaan Bahan Kimia dalam Makanan


Penggunaan bahan makanan telah diatur oleh pemerintah, di antaranya
melalui peraturan menteri kesehatan RI No. 722/Men.Kes/Per/IX/88. Peraturan
tersebut memuat:
a) Jenis bahan makanan yang diijinkan pada makanan, maupun yang dilarang
untuk digunakan
b) Batas penggunaan bahan tambahan pada masing-masing makanan yang
diijinkan.

426 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Meskipun peraturan tersebut sudah dibuat jauh-jauh hari, namun saat ini
masih banyak ditemukan penyalahgunaanya. Bahan-bahan yang sering
disalahgunakan antara lain; formalin, borak, dan Rhodamin B
Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di
dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya
ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam
industri. Nama lain formalin: Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform,
Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide.
Penggunaan formalin biasanya untuk:
a. Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal,
gudang dan pakaian.
b. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
c. Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
d. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas.
e. Bahan pembuatan pupuk urea.
f. Bahan pembuatan produk parfum.
g. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
h. Pencegah korosi untuk sumur minyak.
i. Bahan untuk insulasi busa.
j. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
k. Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet
untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan
pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet.
Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa: lukabakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan,
reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia.
Bahaya jangka pendek (akut)
1. Bila terhirup
a. Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada
hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.
b. Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru,
pembengkakan paru.
c. Tanda-tada lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit
dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah.
d. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan wama, yakni kulit menjadi
merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.
3. Bila terkena mata
a. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah,
rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 427


b. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan
pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.
4. Bila tertelan
a. Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut
yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar
hingga koma.
b. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas,
sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.
Bahaya jangka panjang (kronis)
1. Bila terhirup
a. dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit
kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual,
mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru.
b. Efek neuropsikubisogis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.
c. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan.
d. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.
2. Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,
kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi
radang kulit yang menimbulkan gelembung.
3. Bila terkena mata
Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput
mata.
4. Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah
dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan
rasa gataf di dada.
Boraks
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq.
Merupakan kristal lunak yang mengandung unsur
boron, berwarna putih dan mudah larut dalam air.
Boraks merupakan garam Natrium Na2B4O7.10H20 yang
banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan
khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan
keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan
campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat
untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau
Gambar 9
kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut Sebelum boraks dilarang untuk
"Karak" atau "Lempeng". Di samping itu boraks pengawet, ada bakso yang
digunakan untuk industri makanan seperti dalam mengandung boraks sebagai
pengawet atau penambah
pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan
kekenyalan.
dalam pembuatan kecap.

428 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk,
namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit demi sedikit dalam organ hati, otak
dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat
diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan
dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks
bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu alat
reproduksi pria.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing,
muntah, diare, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan.
Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna yang berbahaya yang sering
disalahgunakan mewarnai berbagai makanan dan minuman. Rhodamin B demikian
juga Methanil Yellow dan Amaranth telah dilarang penggunaannya dalam makanan.

D. Zat Adiktif dan Psikotropika


1. Pengetian Zat Adiktif
L ili A ndajani, S .P d,

Zat adiktif adalah zat-zat yang dapat M.P d

membuat pemakainya kecanduan (adiksi).


Kecanduan adalah suatu keadaan fisik
(jasmani) maupun nonfisik (psikologis) dari
seseorang yang merasa tidak normal jika tidak
menggunakan zat tertentu. Pada mulanya, zat
adiktif digunakan untuk memenuhi kebutuhan
medis, misalkan saat operasi untuk
menghilangkan rasa sakit. Pemakaian obat atau
zat adiktif ini dengan dosis sesuai kebutuhan Gambar 10
dan dalam pengawasan ketat. Sumber zat adiktif dan berbagai jenisnya
Bahan adiktif, awalnya berasal dari tumbuhan, misalnya ganja (Cannabis
sativa), opium (Papaver somniferum), kokain (Erythroxylum coca). Akan tetapi
seiring perkembangan ilmu pengetahuan alam, manusia membuat bahan adiktif
buatan yang berkemampuan sama dengan zat adiktif alami.
Semua zat adiktif, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun bahan
adiktif buatan, disebut Narkoba(narkotika dan obat-obatan terlarang) atau
Napza(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya).
2. Jenis Zat Adiktif
Jenis zat adiktif, dibedakan ke dalam narkotika dan psikotropika, serta zat
adiktif lain. Narkotika digolongkan ke dalam golongan I, II, dan III. Golongan I terdiri
dari 26 macam, antara lain opium mentah, candu, kokain, ganja, THC, dan heroin.
Golongan II terdiri dari 87 macam, contohnya morfin dan opium. Golongan III terdiri
dari 14 macam, contohnya etil morfin dan kodein. Psikotropika golongan I terdiri
dari 26 macam, golongan II terdiri dari 14 macam, golongan III terdiri 9 macam,
dan golongan IV terdiri 60 macam.
A. Narkotika
Zat yang tergolong narkotika adalah opium, ganja, kokain, heroin, morfin, dan
kodein.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 429


1) Opium
L ili A ndajani, S .P d,

Buah opium yang dilukai dengan M.P d

pisau sadap akan mengeluarkan getah


kental berwarna putih. Setelah kering dan
berubah warna menjadi cokelat, getah ini
dipungut dan dipasarkan sebagai opium
mentah (Papaver somniferum). Opium
diolah menjadi morfin dan kodein yang
diperlukan dalam bidang kedokteran
sebagai obat analgesik (penghilang rasa Gambar 11 Opium
sakit).
Opium mentah ini bisa diproses secara sederhana hingga menjadi candu
siap konsumsi. Kalau getah ini diekstrak lagi, akan dihasilkan morfin.
Morfin yang diekstrak lebih lanjut akan menghasilkan heroin. Limbah
ekstrasi ini kalau diolah lagi akan menjadi narkotik murah seperti "sabu".
2) Ganja
Dari tumbuhan (Cannabis sativa)
yang mengandung zat psikoaktif
yang dapat mempengaruhi
mental dan tingkah laku.
3) Kokain
Bubuk putih dari daun koka
(Erythroxylum) Digunakan dalam
bidang medis sebagai anestesi Gambar 12.Erythroxylum
(obat pembius) lokal.
4) Heroin
Zat yang dapat memberikan rasa senang yang luar biasa pada
pemakainya. Tergolong zat psikoaktif yang banyak disalahgunakan orang.
Dalam dosis tinggi dapat menimbulkan kematian.
5) Morfin
zat yang tergolong opioida alami yang berasal dari getah buah opium.
Berupa kristal putih yang menyerupai kokain. Morfin dapat menekan pusat
pernapasan sehingga mengalami gangguan pernapasan yang fatal.
6) Kodein
Zat analgesik yang lemah. Kekuatan kodein sekitar seperdua belas
kekuatan morfin. Digunakan sebagai analgesik pada obat batuk yang kuat.

3. Psikotropika
Berdasarkan tujuan penggunaan dan tingkat ketergantungan, psikotropika
dibedakan menjadi:

430 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


PSIKOTROPIKA

GOLONGAN I : GOLONGAN II : GOLONGAN III : GOLONGAN IV :


Tujuan iptek  Tujuan iptek & Obat, terapi dan Obat, terapi dan
potensi kuat untuk terapi  Tujuan iptek  Tujuan iptek 
mengakibatkan potensi kuat potensi sedang potensi ringan
sindrom mengakibatkan dalam mengakibatkan
ketergantungan sindrom mengakibatkan sindrom
ketergantungan sindrom ketergantungan
ketergantungan

Zat adiktif hampir semuanya termasuk ke dalam psikotropika, tetapi tidak


semua psikotropika menimbulkan ketergantungan. Berikut ini termasuk ke dalam
golongan psikotropika, yaitu Amfetamin dan LSD (Lysergic Acid Diethylamide).
Penyalahgunaan kedua golongan psikotropika ini sudah meluas di dunia.
A. Amfetamin
Zat adiktif yang tergolong stimulan karena dapat mempercepat proses tubuh
melalui sistem saraf pusat.
Amfetamin sering disalahgunakan sebagai obat penurun berat badan dan
doping bagi olahragawan. Hasil sintesisnya berupa ekstasi dan sabu. Gejala
yang ditimbulkan siaga, percaya diri, gembira berlebihan, banyak bicara, tidak
mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-debar, tensi menurun, napas cepat
B. LSD (Lysergic Acid Diethylamide)
Termasuk dalam golongan halusinogen, dengan nama jalanan: acid, trips,
tabs, kertas.Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak keci!
sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga
yangberbentuk pil, kapsul.
Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan
bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam.
Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi
terhadap tempat warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi
satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan
untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah ataubahkan menyeramkan
dan lama-lama membuat paranoid.
L ili A ndajani, S .P d,
M.P d

Gambar 13. Amphetamin Gambar 14. Lysergic Acid Diethylamide

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 431


4. Zat Adiktif Lain
Bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan
Psikotropika, meliputi:
a. Minuman berakohol
Mengandung etanol (etil alcohol), yang bepengaruh menekan susunan syaraf
pusat, dan sering menjadi bagian dan kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau
psikotropika, snemperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
1) Golongan A: kadar etanol 1-5%, (Bif)
2) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
3) Gotongan C: kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House,
Johny Walker, Kamput.)
b. Inhalansia
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor dan mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : lem,
thinner, penghapus cat kuku, bensin.
c. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkoholterutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
karena rokok dan alkohol seeing menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA
lain yang lebih berbahaya.
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai
berikut:
1 Sama sekali dilarang : Narkotika golongan I dan Psikotropika Golongan
I.
2 Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
3 Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-iain.
4 Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

5. Efek Zat Adiktif dan Psikotropika terhadap Perilaku


Efek yang ditimbulkan zat adiktif dan psikotropika dapat digolongkan menjadi tiga
golongan :
a. Golongan Depresan (Downer}
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk
Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot
tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
b. Golongan Stimulan(Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain

432 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


c. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk
kanabis (ganja), LSD, dan mescalin.
6. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Zat Adiktif dan Psikotropika
Zat adiktif dan psikotropika akan memberikan manfaat jika dipakai untuk tujuan
yang benar, misalnya untuk ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Dalam
bidang kedokteran, misalnya satu jenis narkotika diberikan kepada pasien yang
menderita rasa sakit luar biasa karena suatu penyakit atau setelah menjalani suatu
operasi. Contoh lain, satu zat jenis psikotropika diberikan kepada pasien penderita
gangguan jiwa yang sedang mengamuk dan tak dapat ditenangkan dengan cara-
cara lain. Jika pemakaian zat adiktif dan psikotropika dipakai di luar tujuan yang
benar, itu sudah termasuk penyalahgunaan dan harus diupayakan
pencegahannya.
Penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika sangat berbahaya bagi diri
sendiri, keluarga, maupun kehidupan sosial di sekitar kita. Dampak negatif
pemakaian zat adiktif dan psikotropika pada diri sendiri, yaitu rusaknya sel saraf,
menimbulkan ketergantungan, perubahan tingkah laku, dan menimbulkan penyakit
(jantung, radang lambung dan hati, merusak pankreas, dan berisiko mengidap HIV
positif).
Pada dosis yang tidak tepat akan mengakibatkan kematian. Dalam kehidupan
sosial, penyalahgunaan pemakaian zat adiktif dan psikotropika, di antaranya:
sering membuat onar atau perkelahian (misalnya, perkelahian pelajar), melakukan
kejahatan (pencurian dan pemerkosaan), kecelakaan, timbulnya masalah dalam
keluarga, dan mengganggu ketertiban umum. Kita semua harus berupaya untuk
terhindar dari penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Pencegahan
penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika memerlukan peran bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
a. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada
anggota keluarga yang terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan
psikotropika. Kalangan remaja ternyata merupakan kelompok terbesar yang
menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu, setiap orang tua memiliki
tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan YME. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi
perisai ampuh untuk membentengi anak dari menyalahgunakan obat-obat
terlarang dan pengaruh buruk yang mungkin datang dari lingkungan di luar
rumah.
b. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan
pengetahuan setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan
obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi
informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan pengedar narkoba
di lingkungan tempat tinggal.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 433


c. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada para siswa
tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi,
keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa
untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat
adiktif dan psikotropika di lingkungan sekolah. Sekolah perlu memberikan
sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau
pengedar narkoba.
D. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di
samping itu, setiap penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan
penyimpan narkoba perlu diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera
bagi si pelaku dan mencegah yang lain dari kesalahan yang sama.

Gambar 15. Bahan-bahan narkotika dan psikokropika yang harus dihindarkan

434 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Lembar kerja 1
A. Alat dan Bahan
• Molimot
• Alat tulis
B. Langkah-langkah kegiatan
a. Menyiapkan kotak model molekul
b. Merangkaikan atom-atom sesuai dengan rumus molekul seperti H2, O2, H2O,
dll
C. Tuliskan data hasil pengamatanmu dalam bentuk tabel data yang meliputi
gambar molekul-molekul!
Tabel 1. Pengaruh sudut terhadap molekul yang terbentuk
Rumus Molekul
Gambar
molekul Unsur Senyawa

O2

H2

H2O

NaCl

NO2

D. Analisis Data dan Kesimpulan


a. Jelaskan struktur ikatan yang dibentuk oleh molekul unsur?
b. Jelaskan struktur ikatan yang dibentuk oleh molekul senyawa?
c. Rumuskan kesimpulanmu berdasarkan data yang ada!
Tuliskan laporan hasil kegiatan ini
Dartar Pustaka
Steve Setford.1996. Science Facts.Dorling Kindersley Book: London.
( Hariani. 1997. Fakta Sains. Erlangga: Jakarta. )

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 435


Lembar kerja 2
A. Alat dan Bahan
Bermacam-macam minuman isotonik
B. Langkah Kerja
1. Bekerjalah dalam kelompok (masing-masing 5 orang)
a. Menyiapkan sedikitnya 3 macam minuman isotonic dalam satu kelompok
b. Mengamati berbagai macam minuman isotonic
c. Mengidentifikasi tiap kandungan ion dan molekul pada masing-masing
minuman isotonik
d. Membandingkan kandungan ion dan molekul yang telah diamati.
2. Tuliskan data hasil pengamatanmu dalam bentuk tabel data yang meliputi
kandungan ion dan molekul
Tabel Kandungan ion dan molekul pada minuman isotonik.
Minuman Ion
Molekul
Isotonik Kation Anion
A
B
C
D
E

b. Analisis Data dan Kesimpulan


d. Dari pengamatan diatas, bagaimanakah ion yang terbentuk pada minuman
isotonik?
e. Apa sajakah ion-ion yang berguna bagi tubuh?
f. Molekul apa sajakah yang terdapat pada minuman isotonik?
g. Minuman isotonik manakah yang paling tinggi kandungan ion dan
molekulnya?
h. Apakah semakin banyak kandungan ion dan molekul pada suatu minuman
isotonik berpengaruh pada kesehatan tubuh?
i. Rumuskan kesimpulanmu berdasarkan data yang ada!
Tuliskan laporan hasil kegiatan ini!

Daftar Pustaka
Steve Setford.1996. Science Facts.Dorling Kindersley Book: London.
( Hariani. 1997. Fakta Sains. Erlangga: Jakarta. )

436 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Lembar kerja 3
KARTU IDENTITAS
BAHAN KIMIA YG ADA DI RUMAH TANGGA

Nama Bahan Kimia : Deterjen


Rumus Kimia (General/Spesifik) :

1. Karakter (sifat-sifat Fisik)

Daftar Pustaka

2. Reaksi-reaksi yang Relevan (Karakter Kimia)

Daftar Pustaka

3. Perubahan-perubahan Spesies (Karakter Kimia)

Daftar Pustaka

4. Perpindahan (Jejak di Sistem & Lingkungan air, udara, atau tanah)

Daftar Pustaka

6. Efek Toksikologi

Daftar Pustaka

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 437


7. Identifikasi (Kualitatif)

Daftar Pustaka

8. Identifikasi (Kuantitatif, termasuk prinsip dasar reaksi dan kerja


instrumen/alat)

Daftar Pustaka

9. Perundang-undangan yang Terkait dan Tuntutan yang diberlakukan

Daftar Pustaka

10. Ide-ide Penanganan (preventif dan kuratif)

Daftar Pustaka

Latihan
1. Berikan tiga nama partikel dasar yang ada dalam atom.
2. Susunlah konfigurasi elektron pada atom di bawah ini
a. Al yang mempunyai nomer atom 13
b. P yang mempunyai nomer atom 15
c. Br yang mempunyai nomer atom 35
d. Ca yang mempunyai nomer atom 20
3. Jelaskan bagaimana pembentukan Ion dan berikan contohnya
4. Jekaskan tentang pembentukan molekul dan berikan contohnya
5. Berikan contoh masing-masing 5 buah molekul unsur dan molekul senyawa.
6. Klasifikasi kemasan

Di hadapan kelompok anda disediakan kemasan 11 produk yang dapat digolongkan


bahan pembersih (lihat tabel 1). Dengan mengidentifikasi komposisi kimia
(Ingredients) yang tercantum pada kemasan tiap-tiap produk, anda diminta
melakukan pemilahan mana produk yang tergolong sabun, mana yang tergolong
deterjen, dan yang tidak termasuk keduanya (beri tanda √ )

438 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


TABEL 1
BEBERAPA PRODUK BAHAN PEMBERSIH
No. Nama Produk Sabun Deterjen Lain-lain
1. Lifebuoy
2. Cussons Baby
3. Daia
4. Surf
5. Soklin Power
6. Attack
7. Bukrim
8. Pepsodent
9. Bayclin
10. Sunclin
11. Sunsilk Shampo

Pertanyaan :
1. Bahan kimia yang anda pakai sebagai pertimbangan untuk memvonis bahwa produk
tertentu tergolong sabun adalah?
2. Bahan kimia yangg anda pakai sebagai pertimbangan untuk memvonis bahwa produk
tertentu tergolong deterjen adalah?
3. Apakah jawaban anda pada pertanyaan no. 1 dan 2 sejalan dengan kerangka
konseptual sebagaimana ditulis dalam bagian A di atas. Jelaskan!
4. Adakah produk yang tergolong lain-lain (tidak termasuk sabun atau deterjen)?
Mengapa?
5. Pada kemasan biasanya tertera tulisan LAS. Singkatan dari LAS adalah?
6. Fragmen kimia LAS yang akan berkontribusi mencemari lingkungan dan
membahayakan kesehatan adalah? Jelaskan!
7. Tuliskan mekanisme kerja sabun dan deterjen. Lebih baik jika dilengkapi dengan
visualisasi gambar.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 439


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. (2003). Classroom assessment, enhancing the quality of teacher


decision making. Marwah: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and
assessing. New York:
Ardiana, Leo Idra, 2001. Pembelajaran Kontekstual. Makalah.
Arends, Richard I. 2002. Classroom Management. New York: McGrawhill Book Co.
______________, (1998), Learning to Teach, The Mc.Graw-Hill Companies.
Arends, Richard I, (1997), Classroom Instruction and Management, The Mc.Graw-Hill
Companies.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
B. Johnson, Elaine, (2006), Contextual Teaching & Learning, terj. Ibnu Setiawan,
Bandung:MLC.
Bailey, D. Kenneth. 1982. Methods of Social Research (second edition). New York. The
Free Press.
Bandura, A., & cervone, D. (1986). Social Foundation of thought and Action. Englewood
Cliffs, NJ: prientice Hall
Brown, D.H. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White
Plains, NY: Pearson Education, Inc.
Brown, H. Douglas. 1987. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey:
Prentice-Hall.
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press
Cohen, Louis and Lawrence Manion. 1990. Research Methods in Education (third edition).
London: Routledge.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Davies, Ivor K. 1986. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
De Porter, Bobbi dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1998. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program Magister
Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka.
Depdikbud. 1993. Kurikulum Bahasa Indonesia di MA/MA. Jakarta: Depdikbud.
---------. 1999. Quantum Bussines. Bandung: Kaifa.
Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta:
Mitra Cendekia
Donovan, M.Suzanne, (2005), How Student Learn Science in The Classroom,
Washington DC: National Research Council.

440 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA


Dryden, Gordon dan Vos, Jeanette. Revolusi Cara Belajar (bagian I dan II). Bandung:
Kaifa.
Fairclough, Norman. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis (terj. Hartoyo). Semarang: IKIP
Semarang Press.
Fakih, Mansur, dkk. 2001. Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis. Jogyakarta:
Insist dan Read Book.
Fraenkel, Jack R and Norman E Wallen. 2011. How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill High Education.
Gardner, Howard. 2003. Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara.
Heinich, R., et al. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open
University.
Johnson D.W. dan Johnson R.T. (2002). Meaningful assessment. Boston: Allyn and
Bacon.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press,
Inc.
Kaufman, R. & Thomas, S. (1980). Evaluation without fear. New York: NewViewpoints.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1992). The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University Press.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, M.R. Ross. 1991. Designing Effective Instruction. New York:
Macmillan College Publishing Company.
Mettetal, Gwyn.”The What, Why, and How of Classroom Action Research, JoSoTL
Volume 2 Number 1, 2001. pp
National Research Council (2000). The assessment of science meets the science of
assessment. Washington, D.C.: National Academy Press. Diambil pada tanggal 27
September 2002 dari http://www.nap.edu
Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan
Konstruktivistik dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Nur, Mochamad, (2001). Penelitian Tindakan Kelas. Kumpulan Makalah Teori
Pembelajaran MIPA. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.
Nurhadi, Buhan Yasin, Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And
Learning (CTL)) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang : UM PRESS.

PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA 441


Phillips, J.J. (1991). Handbook of evaluation and measurement methods. Houston: Gulf
Publishing Company.
Pribadi, Benny Agus dan Dewi Padmo Putri. 2001. Ragam Media dalam Pembelajaran.
Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional,
2006. Model Penilaian Kelas KTSP SMP/MTs.
Rooijakkers, 1982. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.
Sadiman, Arief S., dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Saekhan, Muchith, 2008, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: Rasail
Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung: Nusa Media.
Sindhunata (ed.). 2000. Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Mencari Kurikulum
Pendidikan Abad XXI. Jogyakarta: Kanisius.
Soekamto, Toeti. 1993. Perancangan dan Pengembangan Sistem Instruksional. Jakarta:
Intermedia.
Stufflebeam, D.L. dan Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer-
Nijhoff Publishing.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Suyatno dan Subandiyah, Heny. 2002. Metode Pembelajaran. Jakarta: Modul Pelatihan
Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi.
Tierney, R.J., M.A. Carter, dan L.E. Desai. 1991. Portfolio Assessment in the Reading-
Writing Classroom. Norwood, MA: Christopher-Gordon.
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Proyek
Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher Development
Project) IBRD Loan No. 3979-Ind.
Tuckman, Bruce W. 1975. Measuring Educational Outcomes: Fundamentals of Testing.
New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
________. 2007. Permendiknas No 20 tentang Standar Penilaian.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wardani, I.G.A.K, Wilhardit, K. & Nasution, N. 2004. Penelitian Tindkaan Kelas. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

442 PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN ALAM: KIMIA

Anda mungkin juga menyukai