Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME DOSEN

I.

Pendahuluan
Menurut UU No. 14 Tahun 2005, Dosen merupakan tenaga pendidik profesional dan
ilmuwan yang memiliki tugas utama dalam pengembangan dan penyebaran ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Dosen memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan
perkembangan pendidikan tinggi. Peran dosen yang dimaksud meliputi dosen sebagai
pendidik dan pengajar yang profesional, sebagai motivator, sebagai pembimbing, sebagai
fasilitator, dan sebagai penilai. Oleh karena itu, peran dosen yang baik akan sangat
menentukan kualitas output dari proses belajar mengajar yang dilakukan.
Dalam bidang kedosenan, dikenal dua jenis pendekatan pembelajaran yaitu
pembelajaran yang berpusat pada dosen, yang sering disebut dengan teacher centered, dan
pembelajaran yang berpusat atau berfokus pada kepentingan mahasiswa, yang dikenal dengan
istilah student centered. Pendekatan yang semula dianut oleh dosen yaitu pendekatan teacher
centered, yang mana hal terpenting bagi dosen adalah dalam menjalankan tugas
membelajarkan. Pada pendekatan ini, para dosen menganut paradigma yang menganggap
dirinya sebagai mereka yang menguasai materi disiplin ilmu dan bertugas mentransfer
pengetahuannya kepada mahasiswa. Paradigma ini dipandang memiliki banyak kelemahan
yang menimbulkan banyak persepsi untuk membenahinya. Dengan bangkitnya kepedulian
masyarakat untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan, maka timbullah paradigma
baru yang berfokus pada kepentingan mahasiswa atau peserta didik (student centered). Dari
perubahan paradigma ini, maka istilah pengajaran yang merupakan ciri utama dari
pendekatan teacher centered, berubah menjadi pembelajaran yang berfokus pada
kepentingan peseta didik. Paradigma inilah yang melahirkan dan mendorong pengembangan
profesionalisme dosen.
Perubahan paradigma ini menuntut para dosen untuk dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai tuntutan perubahan yang ada. Salah satu cara yang yang dapat dilakukan untuk
menghadapi berbagai tuntutan perubahan yang ada yaitu dengan cara belajar terus menerus.
Dari tuntutan ini maka timbul persepsi bahwa belajar tidak hanya terjadi pada peserta didik
yang dibelajarkannya, tetapi peningkatan kompetensi juga senantiasa dituntut untuk terjadi
pada dosen itu sendiri.

Sebagai ujung tombak perguruan tinggi, dosen sangat menentukan mutu pendidikan
dan lulusan yang dilahirkan perguruan tinggi tersebut, di samping secara umum dipengaruhi
oleh kualiatas perguruan tinggi itu sendiri. Jika para dosen dari suatu perguruan tinggi
memiliki mutu yang baik dan tinggi, maka kualitas perguruan tingginya juga akan tinggi,
demikian juga sebaliknya. Sebaik apapun program pendidikan yang direncakanan, bila tidak
didukung oleh para dosen yang bermutu tinggi, maka akan berakhir pada hasil yang tidak
memuaskan.Oleh karena itu, untuk menjalankan program pendidikan yang baik, maka
diperlukan dosen yang bermutu baik. Dengan memiliki dosen yang baik dan bermutu tinggi,
perguruan tinggi tersebut akan dapat merumuskan program dan kurikulum yang termodern,
sehingga dapat menjamin lahirnya lulusan-lulusan yang berkualitas dan bermutu tinggi. Atas
dasar inilah, pengembangan profesionalisme dosen menjadi upaya yang sangat penting dalam
rangka peningkatan kualitas pendidikan tinggi.
Pengembangan mutu dosen telah dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi di
Indonesia sejak awal tahun 70-an. Beberapa kegiatan telah dilakukan sebagai upaya
pengembangan mutu para dosen yaitu seperti penataran khusus untuk semua dosen baru.
Sebagai upaya melangsungkan kegiatan penataran dosen baru ini, beberapa universitasuniversitas di Indonesia bahkan mendirikan pusat pelatihan staf dosen dan menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan pembinaan dosen dalam level regional maupun nasional.
Walaupun kegiatan-kegiatan pembinaan dosen sebagai upaya pengembangan
profesionalisme dosen telah berlangsung hampir empat dekade, akan tetapi program
pengembangan profesionalisme dosen belum mencapai hasil yang memuaskan. Beberapa
perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia memang sudah masuk dalam daftar perguruan
tinggi terbaik di dunia, meskipun masih berada di urutan yang masih cukup jauh. Demikian
halnya dengan beberapa perguruan tinggi swasta yang kualitasnya bisa diandalkan dan setara
dengan perguruan tinggi luar negeri. Hal ini tentunya tidak bisa terlepas dari kualitas mutu
yang dimiliki oleh dosen itu sendiri. Para dosen saat ini memiliki beberapa kelemahan yang
memiliki pengaruh negatif terhadap pengembangan kualitas mutunya. Menurut (Romli SyZain, 2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa kritik yang sering dilontarkan terkait
dengan kualitas perguruan tinggi di Indonesia, yaitu: Pertama menurunnya minat dosen
untuk terus membaca dan melakukan riset ilmiah di bindang keilmuannya; Kedua, tidak
sedikit para dosen yang beranggapan bahwa tugas utamanya hanya menyampaikan
pengetahuan atau menugaskan penelitian ilmiah kepada mahasiswanya; Ketiga, banyak dosen
yang menghindarkan diri dari tugas utamanya sebagai pendidik dengan berbagai cara untuk
menutupi kekurangannya.
Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

Berdasarkan kondisi ini maka cita-cita ideal yang diharapkan dari proses
pengembangan profesionalisme dosen belum dapat terealisasi dengan baik. Berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi munculnya kondisi seperti ini yaitu, seperti manajemen
pendidikan, ekonomi, realitas sosial, dan lain-lain. Dalam membenahi kondisi yang seperti
ini, maka harus dilakukan program pengembangan profesionalisme dosen yang komprehensif
serta melibatkan berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi, pemerintah, hingga masyarakat.
Setiap universitas akan memiliki cara-cara yang berbeda dalam melaksanakan
program pengembangan profesionalisme dosen. Universitas Pendidikan Ganesha, yang
merupankan salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bali, melaksanakan program
profesionalisme dosen dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan dosen muda pola 90
jam dengan maksud untuk meningkatkan kualitas mutu setiap dosennya. Program ini tidak
akan terhenti saat kegiatan pelatihan ini berakhir, akan tetapi dilakukan berkelanjutan di
masing-masing jurusan tempat dosen tersebut ditugaskan. Peningkat mutu yang dilakukan
tidak hanya dalam kegiatan belajar mengajar, namun juga dalam bidang riset dan publikasi
hasil-hasil penelitian. Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan dalam
melaksanakan program pengembangan profesionalisme dosen di Universitas Pendidikan
Ganesha, maka dilakukan wawancara dengan beberapa dosen di wilayan Universitas
Pendidikan Ganesha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Makalah ini merupakan sebuah upaya dalam memahami program pengembangan
profesionalisme dosen yang terdiri dari kajian ilmiah tentang pengembangan profesionalisme
dosen dan upaya yang dilakukan Universitas Pendidikan Ganesha dalam melaksanakan
program ppengembangan profesionalisme dosen yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
beberapa dosen di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha.

II.

Profesi dan Profesionalisme


Profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut suatu keahlian tertentu dari seseorang
yang melakukan pekerjaan tersebut. Berdasarkan pengertian ini, maka dapat diasumsikan
bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau
yang disbebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan
suatu pendidikan dan pelatihan yang dirancang khusus untuk itu. Oleh karena itu, tidak
semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut sebagai profesi karena profesi tersebut menuntut
keahlian dari yang memegangnya.

Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

Secara umum, terdapat beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu
sebagai berikut:
1.

Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dapat
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang bertahun-tahun.

2.

Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3.

Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus


meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4.

Ada ijin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu
profesi harus terlebih dahulu ada ijin khusus.
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang

dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi dengan penuh ketekunan dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang diambilnya.
Seorang yang profesional dapat dibedakan dari penampilan atau performancenya dalam
melakukan pekerjaan di profesinya. Dari kata profesional maka muncullah kata kata
profesionalisme yang mengandung arti suatu klmitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Selain kata-kata tersebut terdapat juga kata profesionalisasi yang merupakan proses
atau perjalanan waktu yang membuat seseorang atau kelompok orang menjadi profesional.
Dengan demikian seorang profesional jelas harus meiliki profesi tertentu yang diperoleh
melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula ada
unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) di dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja.
Amanah dari Undang-undang Guru dan Dosen mensyarakatkan guru dan dosen harus
profesional. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan pinsip:
1.

Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2.

Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan


akhlak mulia;

3.

Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas;

4.

Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

5.

Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesinalan;


Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

6.

Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan presatsi kerja;

7.

Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan


dengan belajar sepanjang hayat;

8.

Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;

9.

Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang


berkaitan dengan tugas keprofesionalan.
Dengan disahkannya PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

dan UU tentang guru dan dosen, tuntutan profesionalisme bagi sosok pendidik pada setiap
jenjang pendidikan semakin berat. Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mesti
mengamalkan peraturan dan undang-undang ini antara lain dengan mengangkat tenaga
pengajar minimal S2 dengan kepakaran yang relevan. Guru profesional yang tersertifikasi itu
minimal S1 dan telah menempuh 36 SKS bidang kependidikan. Dengan demikian, pada
tataran pokok bahwa hal penting yang harus diperhatikan dalam profesionalisme staf
pengajar adalah agar mereka bangga akan profesinya sebagai pengajar.
Guru dan dosen, keduanya dituntut untuk bekerja secara profesional pada tataran yang
berbeda. Profesionalisme guru terletak pada intensitas pedagogi, yakni keterlibatan dalam
membelajarkan siswa. Sementara itu profesionalisme dosen terletak pada intensitas inquiry
dan andragogi yakni kegiatan penelitian dan keilmuan dan interaksinya dengan pembelajar
dewasa. Berdasarkan uraian tersebut maka terlihat sangat jelas bahwa variabel pembedanya
yaitu penelitian. Oleh karena itu, selain melaksanakan pendidikan, dalam melaksanakan tugas
keprofesioanalan, dosen juga berkewajiban untuk melaksanakan penelitian dan pengabdian
masyarakat yang dikenal dengan istilah Tri Dharma Perguruan Tinggi.

III.

Pengembangan Profesionalisme Dosen


Istilah pengembangan profesi dosen menunjukkan usaha yang luas dalam
meningkatkan pembelajaran dan kinerja di perguruan tinggi. Menurut Gaff (1975) dan
Doughty (2006), terdapat tiga usaha lain yang saling berkaitan, yaitu pengembangan
instruksional (Instructional Development = ID), pengembangan organisasi (organization
development = OD), dan pengembangan profesional (profesional development = PD).
Dengan demikian, istilah pengembangan profesionalisme dosen dapat didefinisikan sebagai
suatu usaha terintegrasi dan terorganisasikan untuk membantu dosen memperoleh
kesejahteraan, pengetahuan, keterampilan, keselarasan, dan kepekaan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dan penelitian. Usaha ini mengandung pengertian yang komprehensif,

Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

karena tujuan yang paing utama adalah meningkatnya belajar mahasiswa sehingga mereka
mampu melaksanakan tugas pembangunan di masa depan.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 69 menyatakan Pembinaan dan
pengembangan profesi dosen meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Hal ini sejalan dengan Nur Syam (2006) yang
menegemukakan bahwa pengembangan profesi dosen meliputi empat kompetensi, yaitu:
1.

Kompetensi pedagogis atau kemampuan dosen mengelola pembelajaran;

2.

Kompetensi kepribadian atau standar kewibawaan, kedewasaan, dan keteladanan;

3.

Kompetensi profesional atau kemampuan dosen untuk menguasai content dan


metodologi pembelajaran; dan

4.

Kompetensi sosial atau kompetensi dosen untuk melakukan komunikasi sosial, baik
dengan mahasiswa maupun masyarakat luas.
Selanjutnya,

Romli

Sy-Zain

(2010)

menyatakan

terdapat

tujuh

program

pengembangan profesionalisme dosen sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas


mutu perguruan tinggi di Indonesia. Ketujuh program tersebut yaitu sebagai berikut:
1.

Pengembangan Kompetensi Pedagogis

2.

Pengembangan Kompetensi Teknik Informasi

3.

Pengembangan Kompetensi Manajemen/Administrasi

4.

Pengembangan Komptensi Kurikulum

5.

Pengembangan Kompetensi Ilmiah

6.

Pengembangan Kompetensi Evaluasi

7.

Pengembangan Kompotensi Personal

Ke tujuh kemungkinan fokus program di atas sebenarnya saling berkaitan dan sebaiknya
dilakukan semua secara terintegrasi dan berkesinambungan. Tentu saja hal itu tergantung
pada kondisi dan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi.

IV.

Program Pengembangan Profesionalisme Dosen di Lingkungan Undiksha


Sebagai dosen baru di lingkungan Uiversitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) maka
sudah sepantasnya untuk mendalami tentang profesionalisme dosen yang terdapat di
lingkungan kampus. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mendalami profesionalisme
dosen adalah dengan melakukan wawancara dengan berbagai sumber informan di lingkungan
kampus, yang dalam hal ini dilakukan dengan beberapa dosen senior di lingkungan Undiksha
guna mencari informasi tentang program pengembangan profesionalisme dosen di
lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha. Hal-hal yang perlu diketahui tentang
Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

pengembangan profesionalisme dosen yaitu menyangkut (1) pengembangan kompetensi


pedagogis, (2) pengembangan kompetensi teknik informasi, (3) pengembangan kompetensi
manajemen/administrasi (4) pengembangan kompetensi kurikulum, (5) pengembangan
kompetensi ilmiah (riset, publikasi, dan pengabdian masyarakat), (6) pengembangan
kompetensi evaluasi, dan (7) pengembangan kompetensi personal.

1.

Pengembangan Kompetensi Pedagogis


Dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan, maka diperoleh pemahaman bahwa

lembaga sangat memperhatikan kompetensi dosen di lingkungan Undiksha. Banyak langkahlangkah dan usaha yang telah dilakukan lembaga agar setiap dosen memiliki kompetensi
yang tinggi sehingga tugas-tugas dosen tersebut dapat terlaksana dengan baik. Seperti halnya
dalam pengembangan profesionalisme yang menyangkut pengembangan kompetensi
pedagogis, lembaga telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi dosen muda yang
diselenggarakan setiap tahunnya. Melaui program ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas para dosen di dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, yang mana dengan
mengikuti program ini, para dosen dapat mengetahui cara mengajar yang baik dan tepat,
sehinggga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Di dalam pelatihan
ini para dosen akan dapat memantapkan pengetahuannya tentang teori-teori dan teknik
pengajaran serta aplikasinya dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Selain melaui
pendidikan dan pelatihan bagi dosen muda yang dilaksanakan di dalam kampus, lembaga
juaga mengijinkan para dosennya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan diluar kampus
guna meningkatkan kompetensi dosen dalam bidang pengajaran di perguruan tinggi.
Sehinggga nantinya, melalui program-program ini, para dosen dapat meningkatkan
kompetensinya dalam bidang pedagogis, karena peningkatan kemampuan di bidang ini
merupakan hal utama dalam pengembangan profesionalisme dosen.

2.

Pengembangan Kompetensi Teknik Informasi


Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mengenai kompetensi teknik informasi

yang dimiliki oleh dosen, diperoleh bahwa secara keseluruhan para dosen telah mampu
meningkatkan kompetensinya di bidang ini. Hal ini terlihat dari media pembelajaran yang
digunakan oleh para dosen yang sangat beragam untuk proses pembelajaran, mulai dari
presentasi, penggunaan iternet, dan teknologi yang lain. Peran penggunaan teknologi ini akan
sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang dilakuakn di dalam kelas.
Meningkatnya kompetensi dosen di bidang teknik informasi ini tentunya tidak terlepas dari
Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

peran lembaga itu sendiri. Berbagai usaha telah dilakukan lembaga dalam meningkatkan
kompetensi dosen di bidang ini yaitu seperti menyediakan fasilitas teknologi berikut
perlengkapannya, baik berupa komputer, video, proyektor, perlengkapan internet,
menyediakan berbagai laboratorium beserta perangkat pendukungnya, dan lain-lain.
Disamping itu berbagai pelatihan-pelatihan mengenai tata cara penggunaan alat-alat
teknologi informasi diselenggarakan setiap periode waktu tertentu. Hal ini dapat membuat
para dosen lebih memahami tentang bagaimana menggunakan teknologi informasi dalam
proses pembelajaran dan akan semakin meningkat di masa depan.

3.

Pengembangan Kompetensi Manajemen/Administrasi


Pengembangan profesionalisme dosen berikutnya yang harus dicermati yaitu

mengenai pengembangan kompetensi manajemen/administrasi. Dari hasil pengamatan dan


wawancara dengan beberapa dosen senior di lingkungan undiksha dapat diketahui bahwa
sistem administrasi di lingkungan undiksha secara keseluruhan tergolong sudah baik. Sistem
administrasi para dosen sudah masuk dalam sistem komputer sehingga administariadministrasi tersebut dapat dengan mudah di akses oleh para dosen itu sendiri. Semua hasil
penelitian dosen juga sudah masuk dalam sistem komputer sehingga dapat langsung dengan
mudah diunduh melalui internet.

4.

Pengembangan Kompetensi Kurikulum


Kurikulum merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas mahasiswa

yang dicetak dari suatu perguruan tinggi. Dalam hal ini, para dosen memiliki tanggung jawab
yang besar dalam pengembangan kurikulum, karena para dosenlah yang paling menguasai
secara mendalam masing-masing disiplin keilmuan. Dari hasil pengamatan dan wawancara
tentang pengembangan kompetensi kurikulum diperoleh bahwa lembaga telah melaksanakan
beberapa kegiatan dalam upaya pengembangan kompetensi kurikulum para dosen. Kegiatan
yang sangat terlihat tiap tahunnya yaitu pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi
dosen muda yang di dalamnya terdapat pelatihan mengenai kurikulum dengan maksud untuk
memperbaharui pengetahuan para dosen tentang perkembangan terbaru di bidang disiplin
ilmu tertentu. Selain itu, terdapat juga pelatihan tentang tata cara menyusun rencana materi
pengajaran. Jenis pelatihan ini sangat membantu para dosen dalam mengatur kisi-kisi
pengajarannya, seperti tujuan, isi, model, strategi, evaluasi dan referensi pengajaran. Selain
mengadakan pelatihan tentang kurikulum, lembaga juga mengharapkan para dosennya untuk
ikut berpartisipasi secara aktif dalam mengevaluasi kurikulum yang telah ada, sehingga
Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

nantinya akan dapat memperbaharui kurikulum yang ada sesuai dengan kompetensi dosen
dan profil lulusan. Semua upaya ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kompetensi para
dosen dalam pengembangan kurikulum, sehingga dapat melahirkan kurikulum yang
berkualitas yang berdampak juga terhadap kualitas lulusan yang dicetak.

5.

Pengembangan Kompetensi Ilmiah (Riset dan Publikasi)


Disamping melaksanakan kegiatan mengajar, seorang dosen juga memiliki kewajiban

dalam melakukan penelitian. Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan yang menjadi tugas pokok dari perguruan tinggi. Dengan demikian para
dosen harus terus melakukan penelitian dan menerbitkan karya-karyanya melalui jurnaljurnal ilmiah atau buku. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mengukur
produktivitas ilmiah seoarng dosen yaitu jumlah dan kualitas publikasi ilmiahnya,
penghargaan dan pengakuan atas karya ilmiahnya, serta tingkat aktivitas ilmiahnya, seperti
partisipasinya dalam kegiatan seminar, lokakarya, dan kegiatan ilmiah lainnya. Dalam
meningkatkan kualitas para dosen di bidang riset dan publikasi, berbagai upaya telah
dilakukan oleh kelembagaan Universitas Pendidikan Ganesha, mulai dari menanamkan
kesadaran para dosen sejak dini akan pentingnya melakukan kegiatan penelitian dan publikasi
hasil penelitian. Berbagai pelatihan tentang metode penelitian dan tata cara menulis artikel
ilmiah telah dilakukan dengan maksud mendorong para dosen muda untuk melakukan
kegiatan-kegiatan penelitian sesuai dengan bidang keilmuannya.
Upaya lain yang telah dilakukan lembaga untuk meningkatkan kompetensi ilmiah
para dosen yaitu dengan mengatur beban jam mengajar para dosen agar mereka mempunyai
kesempatan dalam melakukan proses penelitian, menghadiri dan berpartisipasi dalam
kegiatan seminar, serta memiliki banyak kesempatan dalam menulis buku. Disamping itu
kelembagaan Undiksha juga dapat membantu dalam dukungan dana atau membantu dalam
menghubungkan dengan lembaga yang dapat membiayai proyek penelitian para dosen. Untuk
membantu publikasi hasil-hasil penelitian dan artikel ilmiah yang dibuat para dosen,
kelembagaan Undiksha telah menyediakan beberapa jurnal yang terakreditasi, sehingga para
dosen dapat dengan mudah mempublikasikan karyanya dan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Dengan semua upaya ini, diharapkan dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan ilmiah
para dosen.
6.

Pengembangan Kompetensi Evaluasi


Proses pendidikan tidak bisa terlepas dari kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan hal

yang sangat penting dalam mengukur kulaitas kinerja mahasiswa selama dan sesudah proses
Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

pembelajaran. Para dosen memiliki peran yang sangat penting dalam proses evaluasi karena
merekalah yang berhak menilai kualitas pembelajaran yang mereka berikan. Selain sebagai
pihak yang mengevaluasi, para dosen juga merupakan objek yang dievaluasi, karena kinerja
mereka sebagai tenaga pengajar juga dinilai untuk diperbaiki atau diberi penghargaan berupa
kenaikan pangkat.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh kelembagaan Undiksha dalam meningkatkan
kompetensi para dosen dalam hal evaluasi. Salah satu upaya yang sangat jelas terlihat yaitu
dengan menyisipkan kegiatan pelatihan tentang teknik-teknik dan model-model evaluasi
dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan dosen muda yang diadakan setiap tahun. Dengan
adanya pelatihan ini, maka para dosen muda dapat memahami tentang bagaimana mekanisme
evaluasi pendidikan yang benar. Disamping itu, untuk menilai kinerja para dosen sebagai
tenaga pengajar, kelembagaan Undiksha juga sudah menyiapkan beberapa standar yang dapat
diguanakan sebagai pedoman dalam melaksanakan evaluasi tentang kinerjanya sebagai
tenaga pengajar. Dengan demikian, para dosen dapat meningkatkan kinerjanya sebagai tenaga
pengajar sesuai dengan standar-standar yang telah diberikan.

7.

Pengembangan Kompetensi Personal


Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh bahwa secara umum semua

dosen yang ada di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha sudah memiliki kompetensi
personal yang baik. Kompetensi personal yang lebih ditekankan di sini yaitu bagaimana para
dosen dapat melaksanakan semua tanggung jawabnya dengan baik. Dalam hal ini,
kelembagaan Undiksha, melalui jurusan-jurusan yang ada di lingkungannya akan
mengakomodasi semua kebutuhan dosen dalam proses pembelajaran sehingga para dosen
dapat melaksanakan semua tanggungjawabnya dengan lancar. Dengan upaya lembaga yang
seperti ini, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dosen dalam berkreasi dan mampu
memberikan yang terbaik bagi mahasiswanya.

V.

Kesimpulan
Pengembangan profesi dosen meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Di dalam
pengembangan profesionalisme dosen, terdapat tujuh strategi yang dapat digunakan dalam
meningkatkan kualitas dosen dan juga sebagai uapaya dalam peningkatan mutu perguruan
tinggi, yaitu pengembangan kompetensi pedagogis, pengembangan kompetensi teknik
informasi, pengembangan kompetensi manajemen/administrasi, pengembangan kompetensi
Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

kurikulum, pengembangan kompetensi ilmiah (riset, publikasi, dan pengabdian masyarakat),


pengembangan kompetensi evaluasi, dan pengembangan kompetensi personal.
Strategi pengembangan profesionalisme dosen sesungguhnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari program pembangunan perguruan tinggi secara umum. Keberhasilan dari
program tersebut akan berpengaruh kepada kualitas perguruan tinggi itu sendiri. Programprogram tersebut sangat perlu di implementasikan secara teratur dan berkesinambungan agar
betul-betul tercipta para dosen yang berkualitas tinggi dan mampu mendorong kemajuan
perguruan tinggi.

Daftar Pustaka
Gaff, J. G. 1975. Toward Faculty Renewal: Advances in Faculty Instructional and
Organizational Development. San Fransisco: Jossey-Bass
Suharto. 2011. Pengembangan Profesionalisme Dosen. Ragam Jurnal Pengembangan
Humaniora Vol. 11 No. 1, April 2011.
Syam, Nur. Standardisasi Dosen Perguruan tinggi. http://nursyam.sunan-ampel.ac.id.
Diunduh pada tanggal 17 September 2015.
Sy-Zain, Romli. 2010. Strategi Pengembangan Profesionalisme Dosen di Indonesia (Sebuah
Sumbang Saran). www.dikbudcairo.org/file/makalah_romli_sy_zain.doc. Diunduh
pada 17 September 2015.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan dan Pelatihan Dosen Muda Tahun 2015

10

Anda mungkin juga menyukai