Anda di halaman 1dari 20

RANAH

PENGEMBANGAN
KEPROFESIAN
GURU
Kelompok 3
Arian Sultan Wahyuda
Desi Syamsul
Fradinata Ummi
PENGANTAR
Beberapa hal yang menunjang ranah pengembangan keprofesian guru

1.      Issu-issu : Kebijakan Membentuk Pendidikan Yang Bermutu Bersifat universal atau menyeluruh. Seperti yang tercantum

pada UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 5 ayat 1, yaitu “setiap Warga Negara Indonesia mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Jadi pendidikan yang bermutu sudah ada secara eksplisit dalam Undang-

undang.
LANJUTAN
2. Konggres Guru Sedunia di Berlin (Hotel Estrel, 22-26 Juli 2007) melontarkan beberapa isu-isu dalam pendidikan, misalnya :

A ) Perlu diusahakan penyediaan guru yang profesional dalam jumlah yang cukup agar semua siswa mendapat pelayanan.

B ) Perlu adanya aturan yang jelas tentang penempatan dan penugasan agar tidak terjadi diskriminasi dalam akses layanan

kependidikan bagi mereka yang berada di titik terluar dari suatu negara.

C ) Perlu adanya komitmen untuk mewujudkan semua hak warga negara atas pendidikan yang bermutu melalui pendanaan dan

pengaturan atas sistem pendidikan.

D ) Diperlukan peningkatan kesejahteraan dan status guru.

E ) Menghilangkan segala bentuk diskriminasi (pengangkatan, penempatan, dll.)


• UU No. 14 Tahun
2005 tentang guru
PENYEDIAAN GURU dan dosen

• PP No.74 Tahun
2008
PENYEDIAAN GURU
Beberapa amanat penting yang dapat diterima dari dua produk hukum ini.

1. calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV.

2. sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh masyarakat.

3. sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secra objektif, transparan, dan akuntabel.

4. jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri.

5. program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik.

6. uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. 

7. ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan:


LANJUTAN
(1)   Wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,

perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar;

(2)   Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran dan

program; dan

(3)   Konsep-konsep disiplin keilmuwan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran. kedelapan,

ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktek pembelajaran yang mencerminkan penguasaan

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
• UU No. 14 Tahun
2005 tentang guru
INDUKSI GURU PEMULA dan dosen

• PP No.74 Tahun
2008
INDUKSI GURU PEMULA
• Program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan
ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning
teacher) terhitung mulai dia pertama kali menginjak kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar
layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.

• Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru dikampus, ketika menghadapi realitas kehidupan dunia kerja, suasananya
akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan di ajarkan dan bagaimana
mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata
yang harus ditampilkan oleh guru, baik didalam maupun di luar kelas.
• UU No. 14 Tahun
2005 tentang guru
PROFESIONALISASI dan dosen
GURU BERBASIS
LEMBAGA • PP No.74 Tahun
2008
PROFESIONALISASI GURU BERBASIS
LEMBAGA
• Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional,
profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus
menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas
prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting.

• karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya. Namun,
yang tidak kalah pentingnya adalah prakarsa personal guru untuk menjalani profesionalisasi.

• Kegiatan pembinaan dan pengembangan itu dilaksanakan secara sistematis dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu, seperti
analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan deliveri program, dan evaluasi program.
Ini berarti bahwa kegiatan pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru secara berkelanjutan harus dilaksanakan
atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi yang sistematis.
LANJUTAN
Di banyak negara, saat ini berkembang kecenderungan-kecenderungan baru dalam pembinaan dan pengembangan tenaga

kependidikan, terutama tenaga guru. Kecenderungan-kecenderungan baru dimaksud adalah:

1. Berbasis pada program penelitian

2. Menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan praktis dirinya

3. Diorganisasikan dengan pendekatan kolegalitas

4. Berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu esensial di lingkungan sekolah
• UU No. 14 Tahun
2005 tentang guru
PROFESIONALISASI dan dosen
GURU BERBASIS
INDIVIDU • PP No.74 Tahun
2008
PROFESIONALISASI GURU BERBASIS
INDIVIDU
• Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang menjalani profesionalisasi atas prakarsa institusi atau
lembaga. Untuk indonesia, data statistik menunjukkan bahwa setiap tahunnya hanya sekitar 5 persen guru yang berpeluang
mengikuti aneka program pengembangan yang dilembagakan sejenis penataran atau pelatihan dilembaga-lembaga pelatihan
atau lembaga sejenisnya.

• Kenyataan dilapangan, begitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan secara Lembaga.

• Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan birokrasi pendidikan dan pusat-pusat
kekuasaan lainnya. Mereka memiliki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya dibidang pendidikan dan
pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian masyarakat dean kegiatan penunjang lainnya.
LANJUTAN
• Dengan demikian, dari sisi kepribadian untuk tumbuh
6. melakukan pengembangan diri,
menjalani profesionalisasi, ciri-ciri umum guru professional
antara lain:
7. menjadi pembelajar,

1. melakukan profesionalisasi-diri,
8. melakukan hubungan efektif,

2. memotivasi diri,
9. berempati tinggi, dan

3. memiliki disiplin diri,


10. taat asa pada kode etik

4. mengevaluasi diri,

5. memiliki kesadaran diri,


LANJUTAN
• Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka.
Dengan sikap dan sifat semacam itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara terus-
menerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri, mengevaluasi-diri, kesadaran-diri, mengembangkan-diri,
berempati, menjalin hubungan yang efektif. Guru profesionalpun adalah pembelajar sejati dan menjunjung tinggi kode etik
dalam bekerja.
LANJUTAN
Sejalan dengan uraian sebelumnya, guru profesional bercirikan sebagai berikut:

1) Mempunyai kemampuan profesional dan siap diuji atas kemampuannya,

2) Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang “seprofesi” dengan mereka melalui kontrak dan aliansi social,

3) Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna etika kerja dan tata santun berhubungan dengan
atasannya,

4) Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi dan gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok
seminar untuk merangsang pertumbuhan diri,

5) Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran,
termasuk dalam penyusunan kebijakan bidang pendidikan
LANJUTAN
6) Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan mendisiplinkan diri sendiri

7) Siap bekerja tanpa disuruh atau diancam, karena sudah bisa mengatur dan memotivasi dirinya

8) Secara rutin melakukan evaluasi diri untuk mendapatkan umpan balik demi perbaikan diri

9) Memiliki empati yang kuat

10) Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas,sekolah, dan masyarakat
LANJUTAN
11) Menjunjung tinggi etika kerja dan kaedah-kaedah hubungan kerja

12) Menjunjung tinggi kode etik organisasi tempatnya bernaung

13) Memiliki kesetiaan (loyalitas), dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut mengakui keterkaitannya dengan orang lain

dan tidak mementingkan diri sendiri

14) Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.
TANYA JAWAB
1.
KESIMPULAN
Tenaga kependidikan yang profesional merupakan sumber daya yang paling utama dalam usaha mencerdaskan kehidupan

bangsa, serta menciptakan generasi- generasi penerus bangsa yang lebih baik dan bertanggung jawab. terdapat empat ranah

yang tersedia untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional yaitu penyediaan guru yang berbasis perguruan tinggi,

induksi guru pemula berbasis sekolah, profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan profesionalisasi guru berbasis

individu. Semoga dengan kehadiran guru profesional, senantiasa dapat meningkatkan kualitas generasi penerus

bangsa  yang lebih baik untuk masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai