PEMBAHASAN
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum dan
bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang
memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara
efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Guru profesional adalah hasil ciptaan manusia (teacher is made) yang aktif pada
institusi penyedia, seperti lembaga pendidikan prajabatan dan dalam jabatan. Di Indonesia,
institusi tersebut dinamakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau LPTK atau
balai-balai penataran dan pusat-pusat pelatihan yang relevan. Ada faktor-faktor pembangun
guru profesional yang dibawa sejak lahir (teacher is born), seperti seni dan motivasi
mengajar, kapasitas verbal, kewibawaan, dan sejenisnya yang sudah diterima dalam
kesadaran sejarah serta merupakan realitas.
Bukti bahwa techer is made telah teruji secara empiris meskipun pembuktian itu sering
didasari atas kajian ex post facto, observasi, atau keluhan dari mulut ke mulut yang
dikemukakan oleh masyarakat seprofesi. Di Amerika misalnya, muncul keluhan bahwa guru-
guru baru umumnya jauh untuk disebut sebagai profesional. Dalam laporan yang ditulis
oleh The Association of Teacher Educator’s Commission on the Education of
Theacher (1991), direkomendasikan secara spesifik empat substansi utama restrukturisasi
pendidikan guru (restructuring the education of teacher), yaitu:
Rekomendasi ini dimuarakan kepada seluruh fase dan aspek-aspek pendidikan guru,
mulai dari rekrutmen dan seleksi, pendidikan persiapan prajabatan, penempatan sebagai
guru, pengembangan lebih lanjut, riset, dan akuntabilitas yang diperlukan. Rekomendasi ini
disusun oleh komisi itu setelah selama sekitar 18 bulan mengkaji secara intensif mengenai
faktor-faktor yang kompleks yang mempengaruhi kualiatas pendidikan guru, seperti mutu
pendidikan, persiapan yang tidak memadai, terbatasnya bantuan pada veteran guru,
keterbatasan sumber-sumber di kelas yang dapat diakses, dan pemahaman budaya setempat
sangat minimal.
Program Induksi dilaksanakan dalam rangka menyiapkan guru pemula agar menjadi
guru profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran. Melalui program induksi
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru
pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,
peserta didik, kondisi sekolah, dan lingkungannya. Selama masa induksi ini guru bersama
mentor melakukan diskusi dan perbaikan terhadap rencana-rencana pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru pemula. Program induksi adalah semacam orientasi bagi guru
pemula untuk mengenal dan memahami tugas-tugasnya sebagai pendidik, dengan
mengedepankan pengenalan lingkungan dan siswa yang akan dihadapi. Program yang akan
diterapkan selama setahun tersebut melibatkan kepala sekolah maupun guru senior untuk
menjadi mentor saat guru pemula melakukan tugas pengajaran di kelas.
Kegiatan pengembangan sistem induksi dan penilaian kinerja bagi guru pemula ini
ditekankan pada dua hal, yaitu penyusunan kebijakan sistem induksi dan penilaian kinerja
guru pemula; serta penyusunan manual/modul induksi dan penilaian kinerja guru pemula.
Dengan naskah akademik dan kertas kerja yang dimiliki selanjutnya perlu diperkaya dengan
adanya berbagai masukan, ide, serta saran untuk mendudukkan konsep induksi ini ke dalam
khasanah “keIndonesiaan” demi suksesnya gagasan program induksi bagi para guru pemula
yang ditawarkan oleh Depdiknas. Dengan harapan semoga dapat semakin memperkokoh
penguasaan kompetensi bagi para guru yang bersangkutan. Melalui program induksi ini
diharapkan dapat terlahir guru-guru konstruktivis yang mampu membangun dan
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki peserta didiknya.
Konsep induksi sebagai sebuah sistem perlu mendapatkan pemikiran yang luas
dari stakeholder pendidikan agar pada implementasinya dapat berjalan dengan baik.
Hadirnya kebijakan yang menaungi sistem ini diharapkan dapat menjadi pegangan dalam
pelaksanaan induksi. Selain kebijakan perlu pula dukungan modul agar memudahkan guru
pemula, kepala sekolah, pengawas sekolah, guru mentor, dan pihak lainnya untuk
memahami konsep induksi serta penilaiannya secara komprehensif.
PIGP adalah kegiatan orientasi pelatihan di tempat kerja, pengembangan dan praktik
pemecahan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran/bimbingan dan konseling
bagi guru pemula pada sekolah/madrasah di tempat tugasnya.
f. Terbuka; proses dan hasil kerja diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan;
Program induksi dilaksanakan dalam rangka menyiapkan guru pemula agar menjadi
guru profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian program
induksi senantiasa dipantau dan dievaluasi agar dapat diperbaiki di masa depan. Pemantaun
dan evaluasi sebagai salah satu bagian proses penjaminan mutu pendidikan terutama dalam
pemenuhan standar kompetensi guru sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Selain itu, melalui program induksi diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru
pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,
peserta didik, kondisi sekolah, dan lingkungannya
a. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , bagian V: tentang
Pembinaan dan Pengembangan, pada Pasal 32 dan 33.
b. Permenpaan No.16 Tahun 2009 tentang Jabatan fungsional Guru dan Angka
kredirnya, bagiaqn V tentang Pembinaan dan Pengembangan, pada pasal 30.
c. Permen Diknas No. 27 Tahun 2010 tentang Program Induksi bagi Guru Pemula.
4. Tujuan PIGP
b. Menuntut peran kepala sekolah dan mentor untuk menciptakan hubungan yang
kuat, professional, dan positif dengan guru pemula serta pegawai sekolah lain
d. Mengintegrasikan refleksi dan evaluasi diri untuk guru pemula, mentor dan
kepala sekolah
b. Kepala Sekolah
c. Pengawas Sekolah
Aturan Nilai:
76-90 : Baik
61-75 : Cukup
51-60 : Sedang
< 50 : Kurang
Nilai di atas 76 maka akan diterbitkan Sertifikat Guru Induksi Guru Pemula
oleh Dinas Pendidik. Jika Kurang nilai 76 maka akan diperpanjang 1 Tahun lagi.
Program PIGP dilaksanakan di sekolah selama 1 tahun.
Tiap titik poin dalam kotak PIGPBS menunjukkan modul untuk pembelajaran
professional bagi guru pemula, kepala sekolah dan mentor. Program PIGP merupakan
kelanjutan dari proses pembelajaran di universitas (pendidikan guru pre-service) dan
Pendidikan Profesi Guru (PPG). Kepala sekolah harus melakukan analisis kebutuhan terhadap
guru pemula dan sekolah. Program induksim guru pemula berbasis sekolah hendaknya dapat
memenuhi kebutuhan individual guru pemula dengan memperhatikan aspek-aspek unik dan
khas dari sekolah. Proses assessmen bagi guru pemula meliputi observasi mengajar dan
pekerjaan lain yang terkait dengan pengajaran. Tahap 1 dilaksanakan dari bulan 2-9 pada
tahun pertama mengajar. Assessmen tahap 1 merupakan penilaian untuk pengembangan-
difokuskan pada penilaian untuk pembelajaran. Assessmen tahap 2 – penilaian untuk
pembelajaran. Penilaian tahap 2 (bulan 10-12) dapat dilaksanakan setelah dilaksanakannya
PIGP dan assessmen tahap-1. Pada assessmen tahap 2, kinerja guru dinilai berdasarkan
elemen kompetensi yang tercantum dalam Standar Guru (Regulasi menteri 16/2007). Kepala
sekolah harus membuat keputusan tentang kompetensi professional guru pemula setelah
dilaksanakan proses penilaian Tahap 2. Proses ini meliputi pembuatan laporan tertulis
secara formal tentang guru yang ditandatangai oleh guru pemula dan kepala sekolah.
Pengawas sekolah akan mengesahkan laporan tersebut setelah malakukan wawancara dan
observasi terhadap guru pemula pada waktu yang telah ditentukan (bulan 10-12).
Tugas dan tanggungjawab guru pemula dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
kegiatan minggu pertama, kegiatan awal, dan kegiatan pengelolaan kelas, yaitu :
1) Guru pemula/ baru melapor kepada kepala sekolah, tetapi apabila guru
pemula/baru tersebut belum dapat bertemu dengan kepala sekolah, maka
harus melapor ke petugas administrasi atau kantor kepala sekolah dan
melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan sekolah.
9) Menyiapkan tata tertib kelas termasuk tata cara masuk dan keluar kelas.
4) Membuat siswa selalu aktif belajar, kumpulkan dan periksala pekerjaan siswa
seawal mungkin, jangan lupa memberikan masukan atas pekerjaan tersebut,
dengan cara demikian akan ingat nama-nama siswa.
Bila guru pemula/baru tersebut adalah orang baru di masyarakat sekitar sekolah,
maka sebaiknya memahami secara umum tentang masyarakat itu serta tempat tinggal siswa.
Kehidupan anak di rumah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pembelajaran
mereka. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi siswa di rumah akan sangat
membantu guru pemula/baru dalam mengajar di sekolah. Sebaiknya guru pemula/baru juga
membicarakan dengan kepala sekolah dan mentor tentang masyarat lokal dan harapan guru
pemula/baru tersebut terhadap siswa di kelas. Karena guru pemula/baru merupakan
pendatang baru di sekolah, siswa terkadang “menguji” guru pemula/baru di kelas dengan
menanyakan/melakukan hal-hal tertentu baik terkait dengan pelajaran maupun tidak, maka
sebaiknya guru pemula/baru melakukan tindakan sebagai berikut:
a) menjelaskan harapan dan standard kerja siswa serta perilaku mereka, tuliskan
dan pajanglah peraturan yang telah disepakati bersama.
b) menjelaskan apa yang Anda harapkan dari siswa tentang kegiatan dan tugas-
tugas belajar siswa termasuk kegiatan membaca dan menulis.
f) menegakkan disiplin siswa tetapi dengan cara-cara yang ramah. Selalu ingat
akan posisi Anda sebagai guru.
Keberadaan program induksi memiliki tujuan dalam rangka menyiapkan guru pemula
agar menjadi guru profesional dalam mengelola pembelajaran di kelasnya. Dengan demikian
program induksi perlu senantiasa dipantau dan dievaluasi agar dapat diperbaiki di masa
depan sebagai salah satu bagian proses penjaminan mutu pendidikan agar terpenuhi
ketentuan sebagaimana telah ditentukan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Selain itu, melalui program induksi
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru
pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,
siswa, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
9. Pelaporan
Laporan ditulis oleh guru pemula, mentor, kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Masing-masing laporan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Laporan yang ditulis oleh guru pemula berisi tentang kemajuan pekerjaannya
sehubungan dengan modul yang telah ditentukan untuk dipelajari dan
dilaksanakan.
b) Laporan yang ditulis oleh mentor berisi tentang kemajuan hasil bimbingan yang
dilakukkannya terhadap guru pemula.
c) Laporan yang ditulis oleh kepala sekolah berisi tentang hasil evaluasi terhadap
guru pemula.
d) Laporan yang ditulis oleh pengawas sekolah berisi tentang hasil evaluasi terhadap
guru pemula
Hasil pemantauan dan evaluasi yang dituangkan dalam laporan dapat berisi hal-hal
yang positif maupun hal yang negatif tentang keberhasilan program induksi yang dilakukan
oleh guru pemula. Dengan demikian terdapat potensi adanya permasalahan yang ditemui
dalam sebagai hasil pemantauan dan evaluasi. Untuk menangani permasalahan tersebut
maka dapat diuraikan:
b) Kepala Sekolah, menangani masalah pada level sekolah atau masalah teknis
yang tidak dapat ditangani oleh mentor, termasuk perijinan, pelaksanaan
evalluasi dan pelaporan.
Guru pemula biasanya melihat kelas sebagai fenomena kehidupan baru, kecuali guru
pemula itu benar-benar berbakat dan menguasai substansi pembelajaran, maka dipastikan
pada tahap awal guru tersebut dapat menyesuaikan diri. Guru dituntut harus mampu
mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar terjadi perilaku belajar yang efektif
dalam diri siswa. Di samping itu, guru diharapkan mampu menciptakan interaksi
pembelajaran agar siswa mampu mewujudkan kualitas perilaku belajarnya secara efektif.
Guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.
Guru harus mampu meningkatkan kualitas belajar para siswa dalam bentuk kegiatan
belajar yang dapat menghasilkan pribadi yang mandiri, pelajar yang efektif, dan pekerja
yang produktif. Dalam hubungan ini, guru memegang peranan yang amat penting dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang sebaik-baiknya. Guru tidak terbatas hanya sebagai
pengajar, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pembelajaran, manajer
pembelajaran, penilai hasil belajar, dan direktur belajar.
a. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang
diajarkannya.
e. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya baik isi maupun metode.
f. Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dalam metode, model, dan teknik.
Pada bulan Maret 1983, dipimpin oleh Ernest L. Boyer, Presiden Yayasan Carnigie
dalam Sudarwan Danim dan Yunan Danim, untuk peningkatan pembelajaran (Carnigie
Foundation for The Advanchement of Theaching)10 orang anggota Panel on The Preparation
of Beginning Teachers menyajikan materi mengenai tiga area isu krusial dari keahlian yang
perlu dimiliki oleh guru pemula, yaitu :
3. Pembelajaran tentang latar belakang sosiologikal dari para siswa yang dididik atau
diajarnya. Latar belakang sosiologikal yang dimaksud meliputi kondisi sosial
ekonomi, agama, budaya, asal, pekerjaan orang tua, perjalanan hidup peserta didik
dan sebagainya.
Salah satu tugas guru sebagai pendidik di sekolah adalah sebagai manajer. Seorang guru
harus mampu memimpin kelasnya agar tercipta pembelajaran yang optimal. Fasilitas dan
kondisi kelas merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut
Padmono (2011, 23) fasilitas kelas (instrumental in put) berkaitan erat dengan terciptanya
lingkungan belajar (environmental in put), sehingga murid dengan senang dan sukarela
belajar.
Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik. Di sinilah
peran guru SD dapat terlihat, adapun peran guru dalam memanage kelas agar tercipta
pembelajaran yang efektif sebagai berikut:
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang kondusif.
Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi kelas tergantung
guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya.
Pada saat ini telah diketahui bahwa penataan kelas secara tradisional yang menempatkan
satu meja guru berhadapan dengan meja kursi siswa menempatkan guru sebagai pusat
kegiatan dan sentra perhatian murid tampak sebagai objek pengajaran bukan sebagai subjek
yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru sedang murid hanya pasif
menerima. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mengorganisasi kelas agar siswa
mudah dan senang dalam belajar di kelas.
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang
mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat duduk
dapat berbentuk :
a. Seating chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode
waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang
dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak
terganggu. Penataan tempat duduk yang didesain dalam chart dapat digambar
sendiri oleh murid atau sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan
penataan tempat duduk secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh
buruknya. Penataan dan gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga
setiap kelompok mampu menuangkan idenya dan mengembangkan iklim
demokrasi di kelasnya, sehingga sikap menghargai pendapat orang lain akan
muncul yang tidak hanya menggunakan pandangan diri sendiri.
b. Melingkar
Model duduk seperti ini dapat digunakan guru dalam pembelajaran diskusi
kelompok, sehingga ada modifikasi untuk menghilangkan kejenuhan siswa.
c. Tapal kuda
Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru
atau ketua diskusi yang dipilih siswa. Diskusi kelas akan meningkatkan
keberanian dibanding keberanian yang hanya muncul pada kelompok kecil.
b) Menurut fungsinya, alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain;
dan alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
Motto yang menyatakan “bersih adalah sehat dan rapi adalah indah” merupakan hal
yang tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat
keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak
nyaman tinggal di kelas. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk betah berada di
dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki peran untuk
mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah.
Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu:
a. Menata ruangan menjadi rapi, misalnya: menata alat pelajaran sesuai
kelompoknya, menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku,
penataan alat pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior
yang harmonis akan merangsang anak untuk tenggelam dalam suasana akademik
(Immersion). Anak yang tenggelam dalam lautan ilmu pengetahuan akan
mengalami pembelajaran secara alamiah, nyata, langsung, dan bermakna.
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung pembelajaran. Anak
SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu menjaga kesehatan anak
merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru. Kelas harus cukup memiliki
ventilasi untuk pertukaran udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas.
Guru sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta
kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu
memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema suara.
Untuk itu disamping digunakan untuk pertukaran udara, jendela juga berfungsi sebagai
sarana untuk mengurangi gema. Warna disamping memiliki arti juga membawa kesan
terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah atau kelas berpengaruh terhadap siswa.
Pemilihan warna sering tidak melibatkan guru apalagi murid, sehingga kadang guru sendiri
tidak betah tinggal di kelasnya.
Sedangkan menurut Doyle (1986) dalam Sudarwan Danim (2010) pada buku
“Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas”, ada dua peran utama guru kelas (classroom
teacher’s role). Diantaranya adalah menciptakan keteraturan (establishing order) dan
memfasilitasi proses belajar (facilitaiting learning). Keteraturan yang dimaksud mencakup
hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti:
9. Lingkungan belajar.