Anda di halaman 1dari 18

HAKIKAT DAN PERAN MANUSIA

A.      Hakikat Manusia

Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat menarik untuk selalu diperbincangkan, diteliti,
dan diamati. Masing-masing dari kita terlahir sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah
pergaulan manusia lainnya. Namun demikian, ktia tidak mengenal karakter manusia lainnya
secara rinci sehingga tidak ada manusia yang sama walaupun ia terlahir kembar dari rahim
wanita. Menurut Sumaatmadja (2000 : 7) bahwa manusia sebagai makhluk hidup yang ada di
tengah-tengah manusia lain (lingkungan sosial), dalam konteks budaya (lingkungan budaya), dan
alam semesta (lingkungan alam), di samping memiliki sifat-sifat yang berbeda juga memiliki
hal-hal yang sama selaku manusia, makhluk hidup, bagian dari alam serta sebagai ciptaan Tuhan.

Dalam konteks perbandingan dengan bagian-bagian alam lainnya, para ahli telah banyak
mengkaji perbedaan antara manusia dengan makhluk-makhluk lainnya terutama dengan makhluk
yang agak dekat dengan manusia yaitu hewan. Secara umum komparasi manusia dengan hewan
dapat dilihat dari sudut pandang Naturalis/biologis dan sudut pandang sosio psikologis. Secara
biologis pada dasarnya manusia tidak banyak berbeda dengan hewan, bahkan Ernst
Haeckel (1834-1919) mengemukakan bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh adalah
binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui, demikian juga Lamittrie (1709-1751)
menyatakan bahwa tidaklah terdapat perbedaaan antara binatang dan manusia karenanya
manuisa itu adalah suatu mesin.

Jika manusia itu sama dengan hewan, tetapi mengapa manusia bisa bermasyarakat dan
berperadaban yang tidak bisa dilakukan oleh hewan? Pertanyaan ini telah melahirkan berbagai
pemaknaan tentang manusia, seperti manusia adalah makhluk yang bermasyarakat (Sosiologis),
manusia adalah makhluk yang berbudaya (Antroplogis), manusia adalah hewan yang dapat
bertaqwa, semua itu jika dicermati tidak lain karena manusia adalah hewan yang
berpikir/bernalar (the animal that reason) atau Homo Sapien.

Dengan memahami uraian diatas, nampak bahwa terdapat sudut pandang yang cenderung
merendahkan manusia, dan ada juga yang mengagungkannya, semua sudut pandang tersebut
memang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dalam memaknai seorang manusia. Blaise
Pascal (1623-1662) menyatakan bahwa berbahaya bila dengan tidak menunjukan kebesaran
manusia sebagai manusia. Sebaliknya adalah bahaya untuk menunjukan manusia sebagai
mahkluk yang besar dengan tidak menunjukan kerendahan, dan lebih berbahaya lagi bila tidak
menunjukan sudut kebesaran dan kelemahannya sama sekali (Rasjidi, 1970 : 8). Guna
memahami lebih jauh siapa itu manusia, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi.

a.         Plato (427 – 348). Dalam pandangan Plato manusia dilihat secara dualistik yaitu unsur
jasad dan unsur jiwa, jasad akan musnah sedangkan jiwa tidak, jiwa mempunyai tiga fungsi
(kekuatan) yaitu logystikon (berpikir/rasional, thymoeides (Keberanian),
dan epithymetikon (keinginan).

b.        Aristoteles (384-322 SM). Manusia itu adalah hewan yang berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatanya, yang berbicara berdasarkan akall pikirannya. Manusia itu adalah
hewan yang berpolitik (Zoon Politicon/Political Animal), hewan yang membangun masyarakat
diatas famili-famili menjadi pengelompokan impersonal dari pada kampun dan negara.

c.         Ibnu Sina (980 – 1037 M). Manusia adalah makhluk yang mempunyai kesanggupan : 1)
makan, 2) tumbuh, 3) berkembang biak, 4) pengamatan hal-hal yang istimewa, 5) pergerakan
dibawah kekuasaan, 6) ketahuan (pengetahuan tentang) hal-hal yang umum, dan 7) kehendak
bebas. Menurut dia, tumbuhan hanya mempunyai kesanggupan 1, 2, dan 3, serta hewan
mempunyai kesanggupan, 1, 2, 3, 4, dan 5.

d.        Ibnu Khaldun (1332 – 1406). Manusia adalah hewan dengan kesanggupan berpikir,


kesanggupan ini merupakan sumber dari kesempurnaan dan puncak dari segala kemuliaan dan
ketinggian diatas makhluk-makhluk lain.

e.         Ibnu Miskawaih.  Menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai kekutan-
kekuatan yaitu : 1) Al Quwwatul Aqliyah (kekuatan berpikir atau akal), Al Aquwwatul
Godbhiyah (Marah), 3) Al Quwwatu Syahwiyah (sahwat).

f.          Harold H. Titus menyatakan : Man is an animal organism, it is true but he is able to


study himself as organism and to compare and interpet living forms and to inquire about the
meaning of human existance. Selanjutnya dia menyebutkan beberapa faktor yang berkaitan
(Menjadi karakteristik) dengan manusia sebagai pribadi yaitu :

i.                    Self consciouness

ii.                  Reflective thinkin, abstract thought, or the power of generalization.

iii.                Ethical discrimination and the power of choice.

iv.                Aesthetic appreciation.

v.                  Worship and Faith in a higher power.

vi.                Creativiti of a new order.

g.        William E. Hocking menyatakan : Man can be defined as the animal who thinks in term
of totalities.

h.        C.E.M. Joad). Menyatakan :  Every thing and every creature in the world except man acts
as it must, or act as it pleased, man alione act on occasion as he ought.

i.          R.F. Beerling. Menyatakan bahwa manusia itu tukang bertanya.

Dari uraian dan berbagai definisi tersebut diatas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan tentang
siapa itu manusia yaitu :

a.       Secara fisikan, manusia sejenis hewan juga


b.      Manusia memiliki kemampuan untuk bertanya

c.       Manusia memiliki kemampuan untuk berpengathuaan.

d.      Manusia memiliki kemauan bebas.

e.       Manusai dapat berperilaku sesuai normal (bermoral)

f.        Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berbudaya.

g.      Manusia memiliki kemampuan berfikir reflektif dalam totalitas dengan kesaran diri.

h.      Manusia adalah makhluk yang punya kemampuan untuk percaya pada Tuhan

Apabila dibagankan dengan mengacu pada pendapat diatas akan nampak sebagai berikut:

Tabel 1. Dimensi-dimensi manusia

MANUSIA
Hewani basari Insani/manusiawi
Jasad/fisik/biologis Jiwa/akal/rohani
Makan Berfikir
Minum Berpengatahuan
Tumbuh Bermasyarakat
Berkembangbiak Berbudaya/beretika/berTuhan
 

Dengan demikian nampakanya terdapat perbedaan sekaligus persamaan antara manusia dengan
makhluk lain khususnya hewan, secara fisikan/biologis perbedaan manusia dengan hewan lebih
bersifat gradual dan tidak prinsipil, sedangkan dalam aspek kemampuan berfikir, bermasyarakat
dan berbudaya, serta bertuhan perbedaanya sangat asasi/prinsipil, ini berarti jika manusia dalam
kehidupannya hanya berkutat dalam urusan-urusan fisik biologis seeprti makan, minum,
beristirahat, maka kedudukannya tidaklah jauh berbeda dengan hewan, satu-satunya yang bisa
mengangkat manusia lebih tinggi adalah penggunaan akal untuk berfikir dan berpengalaman
serta mengaplikasikan pengetahuannya bagi kepentingan kehidupan sehingga berkembanglah
masyarakat beradab dan berbudaya, disamping itu kemampuan tersebut telah mendorong
manusia untuk berfikir tentang seseuatu yang melebihi pengalamannya seperti keyakinan pada
Tuhan yang merupakan inti dari seluruh ajaran Agama. Oleh karena itu carilah ilmu dan
berfikirlah terus agar posisi kita sebagai manusia menjadi semakin jauh dari posisi hewan daalm
konkonstelasi kehidupan di alam ini. Meskipun demikian penggambaran di atas harus dipandang
sebagai suatu pendekatan saja dala memberi makna manusia, sebab manusia itu sendiri
merupakan makhluk yang sangat multi dimensi, sehingga gambaran yang seutuhnya akan terus
menjadi perhatian dan kajian yang menarik, untuk itu tidak berlebihan apabila Lous
Leahy berpendapat bahwa manusia itu sebagai makhluk paradoksal dan sebuah misteri, hal ini
menunjukan betapa kompleksnya memaknai manusia dengan seluruh dimensinya.
B.       Nilai, Norma, dan Moral Manusia

1.      Nilai

Setiap masyarakat akan menjunjung tiggi suatu nilai, yang berlaku dan yang telah disepakati
bersama. Nilai menjadi suatu halk yang melekat di dalam masyarakat secara turun-temurun, serta
dianggap sebagai kebaikan dan kebenaran itu senndiri. Nilai memegang peranan yang sangat
penting sebagai pengatur tata kehidupan bermasyarakat. Nilai merupakan suatu bentuk abstrak
dari hal-hal yang bersifat ideal dan disepakati bersama dalam masyarakat. Lebih lanjut lagi
diaktakan oleh Munandar Soelaeman (1989) menegaskan bahwa nilai tidak tersebar secara
sembarangan, tetapi menunjukan serangkaian hubungan yang bersifat timbal balik, yang
menjelaskan adanya tata tertib di dalam suatu masyarakat.

Terdapat beberapa definisi tentan nilai sosial yang diberikan oleh ahli ahli sosiologi. Woods
berpendapat bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung
lama yang mengarahkan tingkah laku manusia dalam asumsi-asumsi abstrak mengenai apa yang
benar dan yang penting. Sedangkan M.Z. Lawang berpendapat bahwa nilai sosial merupakan
gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, dan yang mempengaruhi
perilaku sosial. Berdasarkan pada beberapa definisi diatas, nilai sosial merupakan standar
normatif bagi manusia dalam berperilaku sosial. Nilai sosial merupakan sikap dan perasaan yang
diterima. Kimbali Ypung berpendapat bahwa nilai sosial merupakan asumsi-asumsi abstrak
mengenai apa yang beanar dan yang penting. Sedangkan M.Z. Lawang berpendapat bahwa nilai
sosial merupakan gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, dan
yang mempengaruhi perilaku sosial.

Nilai sosial merupakan sikap dan perasaan yang diterima oleh masyarakat sebagai dasar untuk
merumuskan apa yang diaggap benar dan penting. Nilai sosial sangat besar peranannya dalam
membentuk pandangan hidup. Perwujudan nilai-nilai sosial dalam per kehidupan juga akan
membentuk identitas budaya suatu masayarakat tertentu yang membedakan dengan budaya
masyarakat yang lain.

Secara unversal (Kluckhon dalam Koentjaranngrat (1974) telah menyusun kerangka orientasi
nilai budaya manusia yang menyangkut lima masalah pokok kehidupan, yaitu :

a.        Hakikat hidup manusia (MH)

Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berada secara ekstrem; ada yang berusaha untuk
memadamkan hidup (nirvana – meniup habis), ada pula yang dengan pola-pola kelakuan terntetu
menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”.

b.      Hakikat karya manusia (MK)

Setiap kebudayaan hakikatnya berbeda-beda, diantaranya ada yang beranggapan bahwa karya
bertujuan untuk hiduo, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya merupakan gerak
hiduo untuk menambah karya lagi.
c.       Hakikat waktu manusia (MW)

Hakikat waktu untuk kebudayaan berbeda, ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa
lampau, ada yang berpandangan untuk masa kini atau yang akan datang.

d.      Hakikat alam manusia (MA)

Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan
alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan bahwa manusia harus
harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah keapada alam.

e.       Hakikat hubungan manusia (MM)

Dalam hal ini ada yang mementingkan hubunga manusia dengan manusia, baik secara horizontal
(sesamanya) maupun secara vertikal (orientasi kepada tokoh-tokoh). Ada pula yang
berpandangan individualistis (menilai tinggi kekuatan sendiri).

Secara terinci kerangka Kluchon (dalam Koentjaraningrat: 1974) disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 2. Kerangka Kluckhon menenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan
orientasi nilai budaya manusia

Masalah dasar
Orientasi nilai budaya
dalam hidup
Hakikat hidup (MH) Hidup itu buruk Hidup itu baik Hidup itu buruk, tetapi
manusia wajib berikhtiar
supaya hidup itu menjadi
baik.
Hakikat karya Karya itu untuk Karya itu untuk Karya itu untuk
manusia (MK) nafkah hidup kedudukan, menambah karya
kehormatan, dan
  sebagainya
Hakikat waktu Orientasi ke masa Orientasi ke masa lalu Orientasi ke masa depan
manusia (MW) depan
Hakikat alam Manusia tunduk Manusia berusahan Manusia berhasrat
manusia (MA) kepada alam yang menjaga keselarasan menguasai alama
dahsyat dengan alam
Hakikat hubunga Orientasi kolateral Orientasi vertikal, rasa Individualism menilai
manusia (MM) (horizontal), rasa kebergantungan pada tinggi usaha atas
kebergantungan pada tokoh-tokoh atasan da kekuatan sendiri
sesamanya (berjiwa berpangkat
gotong royong)
 

2.      Norma
Norma sosial berkembang bersamaan dengan berkemabangnya kebutuhan masyarakat akan arti
penting keteraturan sosial atau ketertiban sosial. Norma sosial sangat besar perannya di dalam
pembentukan identitas suatu masyarakat. Dengan demikian, norma sosial akan menegaskan
keberadaan (eksistensi) suatu masyarakat. Norma sosial akan mengakar dalam peri kehiduoan
masyarakat melalui proses pelebagaan dan proses internalisasi.

Proses perlembagaan (institutionalization) merupakan proses pengenalan, pengakuan, dan


penghargaan norma okeh masing-masing individu untuk kemudian dijadikan pedoman dalam
proses interaksi sosial. Sedangkan proses (internalisasi internalized) merupakan proses
penjiwaan suatu norma sehingga merasuk sebagai sebuah kepribadian. Norma sosial merupakan
pedoman-pedoman berperilaku dalam bermasyarakat yang berupa aturan-aturan dan sanksi-
sanksi yang dikenakan baik terhadap individu maupun kelompok dalam masyarakat secara
keseluruhan dalam rangka mwujudkan nilai-nilai sosial.

Perwujudan norma sosial dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Berdasarkan kekuatan yang
mengikat sistem nilai dalam kehidupan masyarakat, norma sosial dapat digolongakan dalam
beberapa macam, yaitu :

1.      Cara (Usage)

Cara (usage) terebtnuk melalui proses interaksi yang berlangsung secara konstan sehingga
membentuk sebuah pola perilaku tertentu. Sistem nilai terikat dalam bentuk cara (usage) ini
relatif lemah sehingga sanksi terhadap pelanggaran norma ini hanyalah sebuah predika “ tidak
sopan” saja. Di antara contoh-contoh norma ini adalah berdecak atau bersendawa diwaktu
makan, mengeluarkan ingus disembarang tempat, buang air sambil berdiri di pinggir jalan, dan
sebagainya.

2.      Kebiasaan (Folkways)

Perilaku yang terjadi secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama akan membentuk kebiasaan
(folkways). Norma ini diakui keberadaanya ditengah-tengah masyarakat sebagai salah satu
standar dalam interaksi sosial. Kebiasaan norma ini akan dikenai sanksi berupa gunjingan,
sindirian, teguran. Di antara contoh dari norma ini adalah menerima pemberian dengan tangan
kanan, makan dengan tangan kanan, mengetuk pintuk jika ingin memasuki kamar orang lain,
memberi salam pada saat bertamu, menerima tamu dengan ramah dan sopan.

3.      Adat Istiadat (Customs)

Adat istiadat (customs) adalah tata perilaku yang telah berpola dan terintegrasi secara tetao
dalam suatu masyarakat serta mengikat peri kehidupan masyarakat tersebut dalam atau teguran.
Di antara contoh dari norma ini adalah menerima pemberian dengan tangan kanan, makan
dengan tangan kanan, mengetuk pintu jika ingin memasuk kamar orang lain, memebri salam
pada saat bertamu, menerima tamu dengan ramah dan sopan.

4.      Agama (Religion
Ajaran-ajaran agama memegang peranan yang sangat vital sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan secara benar, yakni mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan , hubunga
antara sesama manusia, dan hubunga antara manusia dengan makhluk lainnya. Pemahaman dan
penerapan ajaran agama secara benar akan menciptakan tata kehidupan yang harmonis.
Sebaliknya, pelanggaran terhadap norma-norma agama akan menimbulkan konflik, baik yang
bersifat individual maupun yang bersifat sosial.

Norma-norma agama dilaksanakan berdasarkan keimanan dan ketakwaan. Pelanggaran terhadap


norma agama akan dikenakan sanksi-sanksi terntetu. Baik sanksi yang dikenakan di dunia
maupun sanksi yang diyakini akan terjadi diakhirat kelah. Agama memang sangat sarat dengan
ajaran-ajaran tentang pola kehidupan yang baik dan benar untuk kebahagiaan di dunia maupun
kebahagiaan diakhirat kelak.

5.      Hukum (Laws)

Hukum (laws) merupakan aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat yang berupa ketentuan,
perintah, kewajiban dan larangan, agar tercipta keamanan, ketertiban, dan keadilan. Berdasarkan
wujudnya, hukum (laws) terdiri atas dua macam, yaitu (1) hukum tertulis, yakni aturan-aturan
yang dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang. Dan (2) hukum tidak tertulis
(konvensi) yakni aturan-aturan yang diyakini keberadaanya secara adat meskipun tidak
dikodifikasikan dalam bentuk kitab undang-undang. Dibandingkan dengan norma-norma
lainnya, hukum merupakan norma yang laing tegas. Pelanggaran terhadap norma hukum ini akan
dikenakan sanksi sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat dalam hukum tersebut. Untuk
menegakkan hukum pemerintah membentuk lembaga penegak hukum seperti mahkamah agung,
lembaga kehakiman, keplisian, dan sebagainya.

6.      Model (Fashion)

Mode (fashion) merupakan gaya hiduo yang berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat
dalam waktu-waktu tertentu. Pada dasarnya gaya hidup merupakan penampilan terntetu yang
sedang trend dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian mode (fasion) dapat dilihat
pada model rambut, model pakaian, model kendaraan, model rumah, model perilaku yang
ditunjukkan dalam acara-acara tertentu, dan sebagainya. Mode (fashion) dianggap sebagai
cermin kehiduoan modern, sehingga orang yang tidak mengikuti mode biasanya dianggap
ketinggalan zaman. Berkembangnya mode yang melampui batas seperti pakaian seksi, rumah
mewah, mobil mewah, kehiduoan seronok, dan sebagainya dapat menciptakan konflik baik yang
bersifat individual maupun bersifat sosial. Oleh karena itu berkembangnya model (fashion) perlu
diimabngi dengan penanaman norma-norma agama yang mantap sehingga masyarakat akan
terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari perkembangan dunia mode (fasion).

3.      Moral

Secara etimologis, akta moral berasal dari kata mos dalam bahasa latin, bentuk jamaknya mores,
yang artinya adalah tata cara atau adat istiada, Widjaja (1985: 154) kelakuan (akhlak). Al-
Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padaan kata moral, sebagai
perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber
timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan
direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang
Daroeso (1986:22) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensif sebagai :

a.       Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warda dasar tertentu
yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.

b.      Moral adalah ajaran tentang perilaku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup agama
tertentu.

c.       Moral sebagai tingkah laku hidup manusia yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia
terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam lingungannya.

Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa substansi materiil dari
ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah laku. Akan tetapi bentuk formal
ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama dan kedua hampir sama, yaitu seperangkat ide
tentang tingkah laku dan ajaran tentang tingkah laku. Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah
lau itu sendiri. Pada batasan pertama dan kedua, moral belum terwujud tingkah laku, tetapi masih
merupakan acuan dan tingkah laku. Pada batasan pertama, moral dapat dipahami sebagai nilai-
nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan ketiga, moral dapat dipahami
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun demikian semua batasan tersebut tidak
salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral sering dimaksudkan masih sebagai
seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akan tetapi lebih kongkrit dari itu moral juga
sering dimaksudkan sudah berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan
pada ajaran, nilai, prinsip, atau norma. Contoh penggunaan dari moral dalam tindakan sehari-hari
adalah, misalkan kita dihadapkan pada situasi dimana pada saat kita jalan, kita menemukan,
sebuah dompet yang ada uangnya sejumlah 500rb dan ada kartu identitasnya. Disinilah moral
kita akan terlihat. Bila moral ktia baik pasti kita akan memberikan dompet itu kepada pihak yang
berwajib atau pu yang lebih baik kita langsung mengembalikan kepada yang memilikinya.
Apakah kalian juga akan melakukan hal yang sama?

C.      Ilmu Pengetahuan Bagi Manusia

Manusia diciptakan dengan bentuk dan wujud yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk
lainnya, kelebihan yang dimiliki manusia terutama dala  mengembangkan pemikiran serta
akalnya, menyebabkan manusia mampu mengembangkan intelektualnya sehingga melahirkan
perkembangan ilmu dan pengetahuan yang pesat. Dengan akal pikirannya manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan himpunan fakta serta aturan yang
menyatakan hubungan satu dengan yang lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis
serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan
dimengerti untuk dikomunikasikan. Sedankgkan pengetahuan merupakan pengetahuan awan
apabila orang hanya sadar saja tentang adanya gejala tersebut; dia dapat mengetahui bahwa
gejala itu ada. Selanjutnya, dari banyak gejala yang disadarinya sebagai pengetahuan awam
tersebut, dapat juga olehnya dirasakan atau dilihat hal lain, yaitu hubungan saling pengaruh yang
ada antara satu gejala dengan gejala lainnya. Sebagai contoh, pengalaman atau pengamatan
bahwa, bila mendung biasanya lalu hujan. Pengetahuan tentang hubungan dua gejala tersebut
juga merupakan pengetahuan awam, walaupun pada tingkat yang lebih tinggi. Pengetahuan
orang tentang suatu gejala merupakan pengetahuan ilmiah apabila dia dapat menjelaskan secara
logsi struktur dari gejala itu, jadi tidak hanya sadar tentang adanya gejala itu. Sedangkan ilmu
pengetahuan, sebagai objek, merupakan himpunan informasi yang berua pengetahuan olmiah
tentang gejala yang dapat dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala tersebut dapat berupa gejala
alam (seperti angin, air, gempa bumi, ombak, gerak benda, dsb.), atau gejala sosial (seperti
masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, keterasingan, dsb.), ataupun gejala
pikir, yang abstrak wujudnya, seperti konsep-konsep tentang bilangan dan himpunan didalam
matematika. Masalah yang menajdi perhatian didalam aktifitas ilmu pengetahuan adalah
pencarian kejelasan dan permusan penjelasan mengenai struktur, fungsi dan pola-laku gejala-
gejala, baik gejala alam, gejala sosiak, maupun gejala pikir. Dengan demikian bentuk-bentuk dari
hasil kegiatan ilmu pengetahuan mencakup dua hal yaitu Penjelasan terhadap suatu gejala, yang
dinyatakan sebagai teori; serta Kesimpulan dari hasil observasi atau hasil penjelasan sesuatu
gejala yang diinyatakan sebagai (i) Hukum, bila gejalanya merupakan gejala alam, (ii) Dalil, bila
gejalanya merupakan gejala pikir atau gejala abstrak.

Disamping hukum atau dalil, theori, yang luas cakupan keberlakuannya, yaitu meliputi suatu
kelas gejala (a class of phenomena), dan karenya berlaku umum dalam lingkup kelas gejala
tersebut, terdapat juga bentuk-bentuk kesimpulan dan penjelasan yang lebih terbatas cakuoan
kebrlakuannya, seperti 

a.         Korelasi, yaitu suatu kesimpulan yang jaminan keberlakuannya terbatas pada selang
liputan observasi yang dilakukan mengenai gejala tersebut.

b.        Hiptesa, yaitu suatu dugaan mula mengenai penjelasan terhadap suatu fenomena, dan
karena itu masi spekulatif sifatnya.

c.         Model, yaitu suatu deskripsi (jadi penjelasan) tentang struktru dan pola-laku suatu
fenomena ditinjau dari suatu titik pandang tertentu.

d.        Conjecture, yaitu suatu kesimpulan yang amsih spekulatif sifatnya ditinjau dari
kelengkapan fakta yang mendukungnya dan kerincian logika yang digunakan untuk
menjelaskannya.

Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan, yaitu:

a.         Pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu
sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia.
b.        Ilmu pengetahuan pragmantis. Aliran ini meyakini bahwa pengembangan ilmu
pengetahuan haruslah dapat memberikan manfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah
kehidupan.

D.      Peran Manusia Sebagai Makhluk Tuhan

Manusia sebagai makhluk individu diartika sebagai perseorangan atau sebagai diri pribadi.
Nanusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran "bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebagik baiknya”.

Al-Qur’an tidak memandang manusia sebagai makhluk yangtercipta secara kebetulan, atau
tercipta dari kumpulan atom, tapi ia diciptakan setelah sebelumnya direncanakan untuk
mengemban satu tugas sebagai khalifah di bumi ini, sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah dibumi(QS. 2:30). Ia dibekali Tuhan dengan potensi dan kekuatan positif untuk
mengubah corak kehidupan didunia kearah yang lebih baik. M. Quraisy Shihab menyimpulkan
bahw a khilafah itu mencakup dua pengertian:

a.         Orang yang diberi kekuasaan untuk mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas.

b.        Khilafah memiliki potensi untuk mengemban tugasnya, namun juga dapat bebuat kesalah
dan kekeliruan

Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan yang ada disekitar kita,
mereka memiliki unsur yang melekat padanya, yaitu unsur berada, hidup, naluri, dan akal budi.
Peran manusia sebagai makhluk Tuhan terdiri dari :

a.         Makhluk Tuhan yang memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja. Misalnya batu,
kayu, dan meja.

b.        Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda, hidup. Misalnya tumbuhan-
tumbuhan dan pepohonan.

c.         Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/instink.
Misalnya binatang, ternak, kambing, kerbau, sapi, dan ayam.

d.        Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan akal
budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang merupakan makhluk yang memiliki
keunggulan dibandingkan dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki emapat unsur,
yaitu benda, hidup, instink, dan naluri.

E.       Peran Manusia Sebagai Makluk Individu


Individu berasal dari bahasa latin indivduum yang artinya tak terbagi. Manusia lahir merupakan
sebagai makhluk individual yang makna tidak terbagi atau tidak terpisah antara jiwa dan raga.
Seorang dilahirkan sebagai suatu sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan (individe) antara
subsistem jasmani dan sumsistem rohani. Dia terlhair sebagai “individu” yang memiliki
kelengkkapan fisik-biologis dan ptensi-potensi yang mempengaruhi seseorang individu yakni,
faktor genotif dan faktor fenotif. Faktor genotif merupakan faktor yang dibawa sejak lahir dari
gen kedua orang tuany atau bahkan leluhur sebelumnya sangat mempengaruhi kelahiran
individu. Kesempurnaan atau kecacatan pada gen, menjadi warisan biologis yang terbawa sejak
lahir, dan akan tumbuh berkembang di hari-hari selanjutnya.

Untuk melhairkan individu yang normal, selain dipengaruhi oleh gen yang menjadi warisan
biologisnya juga sangat tergantung pada kondusi yang sehat ditempat calon individu itu
dilahirkan. Kondsi sehat yang dimaksud adalah kondisi pranatalis di dalam rahim Ibu. Karena
itu, seorang wanita hamil sangat penting menjaga kesehatannya.

Pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya dipengaruhi oleh berbagai masukan dari
lingkungan sekitarnya yang disebut dengan faktor fenotif. Untuk menjadikan anak sebagai
individu yang sehat diperlukan lingkungan yang sehat dala arti seluas-luasnya. Melalui
pendidikan, individu dapat terbina dan telatih potensinya sehingga dapat tumbuh dan
berkembang sebagai individu yang memiliki SDM berkualitas, baik aspek fisik-biologisnya
maupun mental-psikologisnya.

Individu yang kemudian tumbuh berkembang menjadi pribadi yang merupakan suatu keutuhan
mulai dari masa sebelum lahir, menjadi bayi yang selanjutnya berinteraksi dengan
lingkungannya. Secara pribadi, ia memiliki otonomi untuk menentukan jalan hiduonya. Namun,
sebagai makhluk sosial budaya, ia dipengaruhi oleh lingkunngannya. Karena itu, menurut
Smaatmadja (1998) kepribadian merupakan keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian
situasi lingan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental-psikologisnya,
jika mendapat rangsangan dari lingkungannya.

Untuk mendapat gambaran bagaimana proses pembentukan kepribadian dari individu menjadi
seseorang yang memiliki kepribadian, dapat dilihat bagan berikut.
 
 

     Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan drii dari
hubunga dengans esama manusia lain di dalam menjalani kehidupannya. Berbeda dengan
makhluk lainnya (misalnya hewan), tanpa manusia lainnya maka manusia akan mati. Menurut
Fredman (1962: 112) emnyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak dilahirkan
dengan kecakapan untuk “immediate adaption to environment” atau kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan segera terhadap lingungannya. Namun, lebih dari itu manusia diberi
alat yang melebihi kekuatan fisik, yaitu akal, pikiran, dan perasaaan yang tidak dimiliki makhluk
lain. Melalui pikiran dan akal manusia dapat menicptakan kreasi untuk memenuhi kebutuhannya,
baik berupa alat-alat materiil maupun non materiil.

Dapat dikatan bahwa apabila manusia hiduo sendirian akan mengalami ganggua kejiwaan.
Sehingga dengan bergaul bersama manusia lainnya, ia akan merasakan kepuasaan dalam
jiwanya. Naluri manusia untuk selalu berhubungan dengan sesamanya ini dilandasi oleh alasan-
alasan:

a.         Keinginan manusia untuk menajdi satu dengan manusia lain di sekililingnya


(masyarakat).

b.        Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekililingnya.

Keinginan-keinginan tersebut mendorong manusia untuk berinteraksi, beradaptasi dengan


lingungannya dengan menggunakan pikiran, akal dan perasaanya sehingga ia bertahan dan dapat
memenuhi kebutuhan hiduonya. Naluri manusia untuk selalu hiduo dengan yang lainnya disebut
“gregariousness”. Karena itu, manusai juga disbeut “Social Animal” yaitu “hewan sosial” yang
mempunyai naluri untuk senatiasa hiduo bersama

F.       Peran Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Kebutuhan akan orang lain dan interaksi sosial
membentuk kehidupan berkelompok pada manusia. Dan dalam kehiduoannya manusia
membutuhkan norma-norma sosial sebagai patokan dalam bertingakah laku. Manusia diaktan
sebagai makhluk sosial karena karakter setiap manusia berbeda-beda. Setiap manusia tidak
memiliki sifat yang sama dan manusia mempunyai dorongan untuk saling berinteraksi dengan
orang lain. Karena dengan bantuan dari orang lain, manusai bsia saling berkomunikasi, bisa
mengembangkan potensi dan kreatifitas, bertukar informasi dengan orang lain. Manusia diaktan
sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan
tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan sosial.
Sebagai makhluk sosial (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya
sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam
lingkunga manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih
sayang kedua orang taunya agar dapat tumbuh dan berkemabng secari baik dan sehat.

Manusia sebagai makluk sosial manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat,
tidak mungkin manusia diluar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk hidup yang
tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seorang hewan. Di India oleh
MR. Singh didapatkan dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1,5 tahun. Pada waktu masih
bayi anak-anak tersebut diasuh oleh serigala dalam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian
anak yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup
bermasyarakat sifatnya masih seperti serigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam,
suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak
berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5
tahun belum juga dapat berjalan dan bercakap-cakap. Jadi jelas bahwa manusia meskipun
mempunyai bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang. Itula
sebabnya manusia diaktakan sebagai makhluk sosial (Hartomo, 2000: 77).

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lainnnya. Misalnya saja
hubungan sosialisasi antar tetangga, dengan adanya interaksi sosial antar tetangga akan
mempermudah ktia dalam mengatasi masalah di sekitar yang membutuhkan bantuan dari
manusia lainnya. Jadi itulah mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Dibawah ini
merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat. Faktor-faktor itu
adalah :

a.         Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan


atau jenisnya.
b.        Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah.
Karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekuatan bersama, yang terdapat dalam perserikatan
dengan orang lain.

c.         Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarkat karena ia telah
biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.

d.        Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita,


kebudayaan, dan lain-lain.

Faktor-faktor lain yang dapat mengatakan manusia adalah makhluk sosial, yaitu :

a.         Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.

b.         Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.

c.         Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

d.         Potensi manusia akan berkembagn bila ia hiduo di tengah-tengah manusia.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 3 aspek pentin dalam hidunya yaitu :

a.         Aspek Organik

Aspek organik yaitu manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai fisik yang disebut
jasmani. Organ tubuh manusia mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang membuat ia
disebut sebagai manusia.

b.        Aspek Psikologis

Yaitu unsur rohaniah yang terdapat didalam manusia sebagai makhluk sosial. Jiwa atau ruh yang
menjadikan seseorang manusia itu hidup dan memiliki ciriciri hidup. Mulai dari bernafas,
tumbuh, dan berkembang hingga memiliki pemikiran yang bersifat abstrak. Termasuk memiliki
perasaan terhadap segala sesuatu yang dialaminya baik manusia sebagai makhluk individu
maupun makhluk sosial.

c.         Aspek Sosial

Aspek sosial yang dimaksud adalah adanya kebersamaan yang menjadi bagian dari ciri manusia
sebagai makhluk sosial. Dalam situasi atau kondisi terntetu mereka melakukan sesuatu secara
bersama-sama. Mereka melakukan kerjasama dengan manusia lainnya dalam upaya mewujudkan
peranan manusia sebagai makhluk sosial.

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan
sekaligus dipengaruhi oleh lingungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya
sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehiduoannya sendiri. Manusia dapat
Memanfaatkan lingungan tetapi perlu memlihara lingkungan agar tingakt kemanfaatannya bisa
dipertahankan bahkan ditingkatkan.

G.      Peran Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi dan paling beradab dibandingkan
dengan ciptaan Tuhan lainnya. Manusia mempunyai tingkatan lebih tinggi dalam berpikir, dan
mempunyai akal yang dapat mempunyai tingkatan lebih tinggi lagi dalam berpikir, dan
mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui proses belajar terus-
menerus. Sedangkan budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan jamak dari budhi (budi dan akal). Oleh karena itu budaya dapat diartikan
sebagai pikiran atau akal budi, dan dapat kita simpulkan sehingga makkhluk budaya dapat
diartikan sebagai makhluk yang memiliki pikiran atau akal budii.

Manusia senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan karena yang
membahagiakan hiduo manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka manusia
yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menayndang gelar manusia berbudaya. Manusia juga akan mulai berpikir tentang bagaimana
caranya menggunakan hewan atau binatang untuk lebih memudahkan kerja manusia dan
menambah hasil usahanya dalam kaitannya untuk pemenuhan kebutuhan hiduo sehari-ha ri.
Manusia sangat mempunyai hasrat yang tinggi apabila dibandingkan dengan makhluk hidup
yuang lain. Hasrat untuk selalu menambah hasil usahanya guna mempermudah lagi perjuangan
hidupnya menimbulkan perekonomian dalam lingkungan kerja sama yang teratur. Hasrat disertai
rasa kindahan menimbulkan kesenian. Hasrat akan mengatur kedudukannya dalam alam
sekitarnya,dalam mengahadapi tenaga-tenaga alam yang beraneka ragam bentuknya dan gaib,
menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia yang selalu ingin tahu tentang segala
sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu pengetahuan.

Hakekatnya kebudayaan mempunya dua segi, bagian yang tidak dapat dilepaskan hubungannya
satu sama lain yaitu segi kebendaan dan segi kerohanian. Segi kebendaan yaitu meliputi segala
benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya, serta bisa diraba. Segi kerohanian terdiri
atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur. Keduanya tidak bisa diraba.
Manusia adalah makhlu berbudaya. Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding
makhluk lain. Dengan berbudaya, manusai dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Manusia menggunakan akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan merupakan
perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan
dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.

Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Klucholn (1952)
menginventarisasi lebih dari 160 defini tentang kebudayaan, namu pada dasarnya tidak terdapat
perbedaan yang bersifat prinsip. Konsep kebudayaan mebantu dalam membandingkan berbagai
makhluk hidup. Isu yang sangat penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan
aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dam bentuk yang sama.
Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya secara
kontinyu tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk
mengumpukan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dala gen mereka yang
berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan disekitarnya. Perubahan
tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen. Hasilnya adalah tingkah-
laku lebah menjadi tidak fleksibel.

Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya.
Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.

Keudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hiduonya. Manusia


berebeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara
memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memebrikan garis pemisah antara manusia
dan binatang.

Ketidakmampuan manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni
kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-bojek yang bersifat fisik.
Kemampuan untuk belajar dimungkinkan oleh berkemabgnnya inteligensi dan cara berfikir
simbolik. Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan yang di
dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, inting, perasaan, dengan pikiran,
kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberi penilaian
terhadap objek dan kejadian.

Manusai adalah makhluk yang berbudaya. Berbudaya merupaka ciri khas kehidupan manusia
yang membedakannya dari makhluk lain. Manusia dilahirkan dalam suatu budaya tertentu yang
mempengaruhi kepribadiannya. Pada umumnya manusia sangat peka terhadap budaya yang
mendasari sikap dan perilakunya.

Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia dalam hiduo
bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsru kebudayaan. Ukuran etis
dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan
kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup.
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup. Eetika dapat
diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan dengan
persayaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti dukungan politi, kebijakan ,
kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara konsekuen.
Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal maupun nasional dimana etika
diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihak-pihak yang memlihara kehidupan etika.
Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai akomodasi.

Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika didalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dantanggung jawab,
estetika membahas keindahan, bagaiamana ia bisa terbentuk dan bagaiaman seseorang bisa
merasakannya. Hakikat kodrat manusia itu adalah : sebagai individu yang berdiri sendiri
(memiliki cipta, rasa, dan karsa), sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya
(lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya dan alam, dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Perbuatan perbuatan baik manusia haruslah sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.
Manusia dipandang mulia atau terhina tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik
bukanlah tolak ukur bagi derajat kemanusiaany. Hakikat kodrati manusia tersebut akan
mencerminkan kelebihannya dibanding makhluk lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang
bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya
sehingga memerlukan insturmen (homo  faber), manusia mampu berbicara (homo languens),
manusia dapat bermasyarakat (jomo socious) dan berbudaya (homo humains), manusia mampu
menggandakan usaha (homo economicus), serta manusia bekepercayaan da nberagama (homo
religious), sedangkan hewan memiliki daya pikir terbatas dan benda mati cenderung tidak
memiliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.

Keunggulan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan ebradab berkat ketekunannya
emmantau berbagai gejala dan peristiwa alam. Manusia tidak lagi menemukan kenyataan sebagai
sesuatu yang selesai, melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai kemungkinan. Setiap
kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transedensi manusia terhadap kenyataan yang
ditemuinya sebagai pembuka sebagai kemungkinan itu merupakan kemampuanny yang
ditemuinya sebagai pembuka berbagai kemungkinan itu merupakan kemampuannya yang paling
mendasari perkembangan pengetahuannya. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki
dua macam sistem budaya yang sama-sama harus dipelihara dan dikemabngkan, yakni sistem
budaya nasional dan sistem budaya etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang
relatif baru dan sedang berada dalam proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum
untuk selurh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus berada diluar ikatan budaya etnik lokal.

Nilai-nilai budaya yang terbentukd alam sistem budaya nasional bersifat prospekfif, misalnya
kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi melalui jalan
ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan waktu;
penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya;
penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta tolreansi dan simpati terhadap budaya
suku bangsa yang buka suku bangsanya sendiri.

Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai laindari nilai-
nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan
lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasar bagi pembentukan jatidiri bangsa secara
nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar.
Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan
baru, seperti dalam bahasa, seni, tata masyarakt, dan teknologi, yang kemudian ditampilkan
dalam perikehidupan lintas budaya.

H.      Peran Manusia sebagai Makhluk Bagian dari Alam


Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala funsi dan potensinya yang tanduk
kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan
seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubunga
timbal balik positif maupun negatif. Bumi kita dengan segala kekayaan serta makluk hidup yang
ada diatasnya, hanyalah merupakan titik dalam alam raya yang belum kita ketahui ukurannya
secara pasti. Apalagi manusia sebagai penghuni planet bumi.

Pengetahuan, ilmu, dan teknologi telah dapat mengungkapkan rahasia alam. Tetapi seberapa
jauhkan rahasia alam itu yang telah terungkapkan? Mengingat alam raya yang demikian luasnya
itu, apa yang telah manusia capai sampai saat ini amsih belum apa-apa bila diabndingkan dengan
luas alam semesta yang diciptakanoleh Tuhan. Oleh karena itu, mawas dirilah jika kita
memproklamasikan sebagai makhluk penguasa alam. Hanya Tuhan Maha Penciptalah yang
berhak disebut sebagai penguasa Alam.

Manusia wajib mengakui bahwa dengan pengetahua, ilmu dan teknologi, manusia telah dapat
menjelajah ruang angkasa, manusia telah dapat memanfaatkan tenaga nuklir bagi kesejahteraan
manusia. Tetapi tidaklah terduga bahwa pesawat ruang angkasa ulang ali Challangger akan
meledak di hadapan mata para penyaksinya, padahal secara ilmiah telah di perhitungkan dengan
cermat. Apa yang telah manusia perhitungkan, tidak dapat diperhitungkan, bahwa ada kekuatan
lain yang menguasai alam semesta ini. Lihat juga bagaimana kejadian tenggelamnya kapal pesiar
mewah Titanic pada tahun 1912 yang tenggelam akibat menabrak sebuah gunung es. Peristiwa
lainnya bagaiaman didirikan reaktor nulir di Chernobyl (Uni Soviet) bagi kepentingan manusia
khususnya kepentingan Uni Soviet. Terjadi kebocoran yang menggemparkan dunia, khususnya
engara-negara tentagga Uni Soviet yang merupakan rahasia yang tidak mampu diperhitungkan
oleh manusia. Kejadian atau peristiwa lumpur lapindo di Sidoajo yang tak junjung selesai
permasalahannya walaupun manusia semaksimal mungkin mengatasinya. Oleh karena itu, dapat
dikatan manusia jangan terlalu sombong karena manusia memiliki keterbatasan, manusia
hanyalah merupakan sebutir debu di tengah-tengah alam raya yang luas yang belum kita ketahui
secara pasti ukurannya.

Memperhatikan pengalaman dan peristiwa yang menimpa manusia yang diakibatkan oleh gejala
serta peristiwa alam, dapat dinyatakan manusia hanyalah bagian yang sangat kecil di alam yang
luas ini. Manusia hanyalah merupakan makhluk yang teramat kecil di alam raya. Meskipun
demikian, sudah dapat dimanfaatkan sebagian dari alam itu demi kepentingan manusia itu
sendiri. Sampai kaanpun, manusia tidaka akan mampu menguasai alam, hanya barangkali pada
batas-batas tertentu. Manusia mengolahnya sejujur mungkin dengan penuh tanggung jawab.
Bahkan menurut Al-Quran juga dijelaskan bahwa “bila tangan-tangan manusia merusak
lingkungan, maka tunggu saja kehancurannya”

Keberadaan manusia sangat ditentukan oleh sumbangan flora dan fauna. Tanpa mereka (flora
dan fauna) tidak munkin manusia akan eksis, sumber-sumber makanan manusia diperoleh dari
flora dan fauna. Oleh karena itu sepandai apaun manusia, jangan berlaku sombong atau arogan
terhadap lingkungan, sebab kesombongan itulah akan merusak eksistensinya di kemudian hari.
Hal inilah yang wajid disadari oleh setiap individu manusia. Demikianlah hubuhngan dan
kedudukan manusia dengan alam yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai