Kimia
Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru
Mata Pelajaran Kimia
Konsorsium Sertifikasi Guru
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta, 2015
Model-Model Pembelajaran
79–170
Pendahuluan
3
Bab I
Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru
5
Bab II
Peningkatan Kompetensi
16
Bab III
Penilaian Kinerja
30
Bab IV
Pengembangan Karier
42
Bab V
Perlindungan dan Penghargaan
50
Bab VI
Etika Profesi
67
Refleksi Akhir
76
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna
strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan,
pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna
strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk
nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14
Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus
menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat
sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan, yang
diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.
Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk menyediakan
guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang
memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan
pendidikan dan pembelajaran yang buruk. Kedua, regulasi yang implementasinya taat
asas dalam penempatan dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses
layanan pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di
tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang
penuh konflik. Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem
pendidikan. Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan kebebasan
profesional mereka. Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender,
ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik
atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong
pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas. Keenam,
mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan yang fair, layanan
sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan kerjasama di antara
anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional,
dan masyarakat madani.
Beranjak dari pemikiran teoretis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan
kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat
dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan
dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi,
penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karier, pengembangan
keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah
khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan
kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan profesi guru.
2. Standar Kompetensi
Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke
dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi
4. Langkah-langkah Pembelajaran
Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari
oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihak-
pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat dominan
aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan
kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing
aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun demikian,
melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara relatif luas dan
mendalam tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Materi sajian pada Bab I ini berupa pengantar umum yang mengulas serba sekilas
mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sajian materi ini dimaksudkan sebagai
pengantar materi utama yang disajikan pada bab-bab berikutnya, yaitu peningkatan
kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karier, perlindungan dan penghargaan,
serta etika profesi.
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran
baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka
menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon
kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa
depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan
untuk mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif,
menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi
kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi
pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi
pecundang.
Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling
konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus
perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang
kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi
diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya
mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,
pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis
profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki
kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-
undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal
pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.
Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah
menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun
2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan
beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada
Gambar 1.1.
Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan
profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga
profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi
guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan,
penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya.
Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang
sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi
yang terkait.
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada
pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang
bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada
sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan
yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi
menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan,
perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan
profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan
upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan
dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi,
seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain.
Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan,
baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau
D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau
program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga
kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau
olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui
sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan
dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan
Topik ini berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama
berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. Peserta PLPG diminta
mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok,
menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, mengerjakan latihan, dan melakukan
refleksi.
B. Prinsip-pinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
• Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi
dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
• Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga
pendidik profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
• Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
• Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan
indikator.
• Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti
perkembangan Ipteks.
• Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan jaman.
• Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan
melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara
individual maupun institusional.
• Objektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan kariernya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator
terukur dari kompetensi profesinya.
• Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan kariernya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan
pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan,
kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani
hidup bersama orang lain.
C. Jenis Program
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1. Pendidikan dan Pelatihan
a. In-house Training (IHT)
Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara
internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan
berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan
kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat
dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum
memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu
dan biaya.
b. Program Magang
Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang
relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program
magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama
priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program
magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan
tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman
nyata.
c. Kemitraan Sekolah
Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan
institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat
dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan melalui mitra sekolah
diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki
mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi profesionalnya.
PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru
dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah
standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk
mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai
kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya
telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan
Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di sekolah, baik oleh guru
secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu sekolah.
Kegiatan PKB melalui jaringan sekolah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus),
antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui
jaringan kerjasama sekolah antarnegara serta kerjasama sekolah dan industri, baik
secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan
antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan
ke sekolah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari
sekolah lain, komite sekolah, dinas pendidikan, pengawas, asosiasi profesi, atau dari
instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di sekolah dan jaringan sekolah belum memenuhi kebutuhan
pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih
lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar
lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan
Tinggi atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar
negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual
atau TIK.
Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat
dilakukan oleh guru dan di sekolah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan
berikut ini.
1) Dilakukan oleh guru sendiri, yaitu:
a) menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya;
b) menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll);
c) mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran;
d) membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan
e) mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
1. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional
dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas
tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, seperti tugas sebagai kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan
bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan
yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun
waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa
contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama
untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran,
penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar,
koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas
maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan
diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1)
penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan
kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses
dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi
informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7)
peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8)
penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan
2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
a. Publikasi ilmiah mencakup tiga kelompok, yaitu: Presentasi pada forum ilmiah. Dalam
hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar,
lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat
sekolah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang
pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau
minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen karya
ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan sekolah. Bagi guru
yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, karya ilmiahnya harus
disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat. Publikasi buku teks pelajaran, buku
pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku
pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat
pembelajaran per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan
buku pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat
guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari
kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
3. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni.
Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau
pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun
provinsi.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan
secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan
profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu,
E. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil
kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah
guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris
yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun
keprofesian. Dengan demikian, di samping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi
salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi
esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang
telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi
profesional.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena
peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat
satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian
terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki
guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:
a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan
tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa
depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang
pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui
3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh
dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki
kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan
masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua
peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,
bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam
kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama,
ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update,
dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan
dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku
terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir
tentang materi yang disajikan.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai
sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan
mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses
pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang
tidak pernah putus.
Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan
seperti berikut ini.
Topik ini berkaitan dengan penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai
penilaian kinerja guru. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran secara
individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang
terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi.
A. Latar Belakang
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan
YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan
berkepribadian.
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru.
Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional
menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan
fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan
penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang
berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional,
karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru.
Untuk memberi pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya
dan sebagai penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan
terhadap guru di semua satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang
bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, tetapi juga mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan
Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai
masukan dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar
penetapan perolehan angka kredit guru dalam rangka pengembangan karier guru
sebagaimana diamanatkan dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat
dilaksanakan dengan baik dan objektif, maka cita‐cita pemerintah untuk menghasilkan
”insan yang cerdas komprehensif dan berdaya saing tinggi” lebih cepat direalisasikan.
B. Pengertian
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan,
dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari
kemampuannya dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan
kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan
tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru
dengan tugas tambahan. Sistem PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk
mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran
penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
C. Persyaratan
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis.
a. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur
komponen-komponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan,
dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
D. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
a. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang dilakukan guru dalam
melaksanakan tugasnya sehari‐hari, yaitu dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah meliputi:
• disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
• efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),
• keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan
• motivasi belajar siswa.
c. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus memahami
semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan penilai harus
memahami pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga
keduanya mengetahui tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang
digunakan dalam penilaian.
d. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun
dengan memperhatikan hal‐hal berikut.
1) Objektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari‐hari.
2) Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru yang
dinilai.
3) Dapat dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karier profesinya.
5) Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan,
untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut.
6) Mudah tanpa mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya.
7) Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
8) Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni
bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
9) Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang
menjadi guru.
10) Boleh diketahui oleh pihak‐pihak terkait yang berkepentingan.
F. Prosedur Pelaksanaan
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian
formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertama kalinya. PK
Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan
dalam kurun waktu enam minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini
dan hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri, sekolah/madrasah
menyusun rencana PKB. Bagi guru‐guru dengan PK Guru di bawah standar, maka
program PKB diarahkan untuk pencapaian standar kompetensi tersebut.
Sementara itu, bagi guru‐guru dengan PK Guru yang telah mencapai atau di atas
standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif
digunakan untuk menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru
sumatif juga digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam
pelaksanaan PKB, baik bagi guru yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai
standar, atau melebihi standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah
dilaksanakan 6 (enam) minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru.
Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran
atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan
penilaian PK Guru di tingkat sekolah dilaksanakan dalam empat tahapan berikut.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal‐hal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru
yang akan dinilai, yaitu: (a) memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem
2. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum menetapkan
nilai untuk setiap kompetensi sebagai berikut.
1) Sebelum Pengamatan
Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum dilakukan
pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada
pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi
tentang berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua
hasil diskusi, wajib dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi
sebagai bukti penilaian kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak
ada format khusus yang disediakan untuk proses pencatatan ini.
2) Selama Pengamatan
Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib mencatat
semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan
dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk masing‐masing penilaian
kinerja. Untuk menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau
pembimbingan, penilai menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau
pembimbingan.
Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses
tatap muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan
pembimbingan dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan
dalam kelas maupun di luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun
kelompok. Penilai wajib mencatat semua hasil pengamatan pada format laporan
dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian
kinerja. Jika diperlukan, proses pengamatan dapat dilakukan lebih dari satu kali
untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan konsisten tentang kinerja
seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau pembimbingan.
Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui pencatatan terhadap
semua bukti yang teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masing‐masing
kriteria penilaian. Bukti‐bukti ini dapat diperoleh melalui pengamatan, wawancara
dengan pemangku kepentingan pendidikan (guru, komite sekolah, peserta didik,
dunia usaha dan dunia industri mitra).
3) Setelah Pengamatan
Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang
masih diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format
laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti
penilaian kinerja. Pertemuan dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh
penilai dan guru yang dinilai. Untuk penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya
dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja sebagai deskripsi penilaian kinerja.
4. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan
hasil PK Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru
tersebut. Hasil PK Guru formatif dilaporkan kepada kepala sekolah/koordinator PKB
sebagai masukan untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif
dilaporkan kepada tim penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat
pusat sesuai dengan kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim
penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan
penetapan angka kredit (PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan
evaluasi per kompetensi sesuai format; (ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii)
dokumen pendukung lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
dan mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua
instrumen, yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii)
instrumen PK Guru pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Hasil PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan
digabungkan dengan hasil PK Guru pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan
sesuai persentase yang ditetapkan dalam aturan yang berlaku.
2. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru.
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah (Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Laboratorium,
Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar tatap muka
diperhitungkan berdasarkan prosentase nilai PK Guru pembelajaran/pembimbingan
dan persentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan tersebut.
a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor, atau PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke skala 0 ‐ 100.
b. Masing‐masing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur pembelajaran/
pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah,
kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%),
Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan
RB No. 16 Tahun 2009.
c. Angka kredit per tahun masing‐masing unsur pembelajaran/ pembimbingan dan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diperoleh oleh
guru dihitung menggunakan rumus tertentu.
d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan
yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya
untuk memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah total angka kreditnya =
25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas
tambahan sebagai kepala sekolah.
3. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang
tidak mengurangi jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai
perolehan angka kredit guru pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan
untuk seorang guru maksimum dua tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang
diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
a. Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim kurikulum,
pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh
= Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru
selama setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.
b. Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugas‐tugas sementara
(misalnya menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing peserta didik
dalam kegiatan ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah
dan karya inovatif, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka
Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.
H. Penilai PK Guru
1. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah. Apabila Kepala Sekolah
tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai terlalu
banyak), maka Kepala Sekolah dapat menunjuk Guru Pembina atau Koordinator
PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah dilakukan oleh Pengawas
Sekolah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat
guru/kepala sekolah yang dinilai.
b. Memiliki Sertifikat Pendidik.
c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas
Guru/Kepala Sekolah yang akan dinilai.
d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran.
e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk
menilai kinerja Guru/Kepala Sekolah.
Dalam hal Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Guru Pembina, dan
Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru
yang akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau
Guru Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah lain atau oleh Pengawas Sekolah dari
kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memahami PK
Guru.
2. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah atau Dinas
Pendidikan paling lama tiga tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh
Kepala Sekolah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan prinsip‐prinsip
I. Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti
melanggar prinsip‐prinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan
Angka Kredit (PAK) diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Diberhentikan sebagai guru atau kepala sekolah dan/atau pengawas sekolah.
2) Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan
proses PK Guru.
3) Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional,
dan semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan
memperoleh dan mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.
Topik ini berkaitan dengan pengembangan karier guru. Materi sajian terutama berkaitan
dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan
dengan keprofesian dan karier. Peserta PLPG diminta mengikuti materi pembelajaran
secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi
yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan refleksi.
Profesi
Karier
Gambar 4.2
Jenis Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru
2. Promosi
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karier yang kedua adalah promosi.
Promosi dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti,
instruktur, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya.
Kegiatan promosi ini harus didasari atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu
yang dimiliki oleh guru.
a. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam
kenaikan pangkat guru sebagai berikut.
1) Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah. Angka kredit
gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan sesuai
dengan bidang tugas guru, yaitu:
a) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
b) 150 untuk Ijazah S-2; atau
c) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan
sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang
diberikan adalah sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan
berdasarkan gelar/ijazah lama dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi
tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua sekolah tinggi
atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan.
2) Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi. Sertifikat pelatihan
prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti fisik keikutsertaan
pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat tanda
tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala
sekolah/madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi
yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang
disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang bersangkutan.
b. Pengembangan Profesi
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan
keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama dengan pangkat Penata Muda
Topik ini berkaitan dengan perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama
berkaitan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan
perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya. Peserta PLPG diminta
mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok,
menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan melakukan
refleksi.
A. Pengantar
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi
bagi mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa batas
akses geografis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang
menyebakan sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis,
ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.
Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap guru
belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum
optimum. Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang
cenderung diskriminatif terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak zaman
pemerintah kolonial Belanda. Hal ini membangkitkan kesadaran untuk terus
mengupayakan agar guru mempunyai status atau harkat dan martabat yang jelas dan
mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya Undang-Undang (UU) Nomomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
langkah maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang
perlindungan hukum bagi mereka. Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai
mengemuka dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini
diperbaharui dan kemudian diganti dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru itu pernah
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga
Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru meliputi perlindungan untuk
rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan perlindungan
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi
perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum
bagi guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya
dengan diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan
terhadap guru meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak
atas Kekayaan Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan
sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan komprehensif
mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar
yang memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas
Kekayaan Intelektual atau HaKI bagi guru.
B. Definisi
1. Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum,
perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
G. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh penghasilan di
atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus,
dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas pertimbangan
prestasi dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian, penghasilan
dimaksud merupakan hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai
imbalan melaksanakan tugas keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan
atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru sebagai pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
merupakan tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul
lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan guru selain gaji
pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.
1. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional
atau akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat
pendidik kepada mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara
atas derajat keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan
profesi kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen yang menamanatkan bahwa “Pemerintah memberikan
tunjangan profesi kepada guruyang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat
oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat”.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan
memotivasi guru untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya
dalam melaksanakan tugas di sekolah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
pengarah, pelatih, dan penilai peserta didiknya.
Topik ini berkaitan dengan etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan
esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran
secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. Peserta PLPG
diminta mengikuti materi pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi
kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, menjawab soal latihan, dan
melakukan refleksi.
B. Definisi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan
kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan etika
profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan ini perlu
didefinisikan.
1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk
mengembangkan profesionalitas anggotanya.
2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang
dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan nasional.
3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi
profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran,
pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin organisasi
dan etika profesi guru.
5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru
yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan
tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam
dan di luar sekolah.
6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis untuk
menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan norma-norma yang dibolehkan
dan menghindari norma-norma yang dilarang dalam proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah, serta menjalani kehidupan di masyarakat.
C. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan
organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, bahwa guru wajib:
1. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan Ikrar
atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.
3. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan dan
disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.
4. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif.
5. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
dimana dia terdaftar sebagai anggota.
6. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar sebagai
anggota.
7. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota.
8. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
terdaftar sebagai anggota.
Materi sajian pada bagian ini berupa refleksi akhir Sajian materi ini dimaksudkan
sebagai penutup dan refleksi atas materi utama yang disajikan pada bab-bab
sebelumnya. Oleh karena kebijakan pembinaan dan pengembangan guru senantiasa
bermetamorfosis, peserta PLPG yang sudah dinyatakan lulus sekalipun diharapkan
tetap mengikuti perkembangan kebijakan lanjutan.
Model Pembelajaran
81
Media Pembelajaran
107
Asesmen Pembelajaran
125
Pengembangan Silabus
143
Pengembangan Silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
156
Latihan
160
Lampiran
162
MATERI PEMBELAJARAN 1
MODEL PEMBELAJARAN
1. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami model-model
pembelajaran, yang rinciannya adalah:
a. mengenali PAIKEM baik dari segi konsep dan ciri-ciri nya;
b. mengenali selayang pandang teori belajar yang melandasi model-model PAIKEM;
c. mengidentifikasi model-model pembelajaran berbasis PAIKEM sehingga dapat mem-
bedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain;
d. mengenali contoh-contoh kegiatan pembelajaran yang berbasis PAIKEM.
e. Peserta diklat mampu menerapkan berbagai model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
dan menyenangkan yang sesuai dengan karaktersitik siswa dan materi ajar serta taat
asas pada teori belajar yang relevan dan mutakhir.
2. Uraian Materi
Pernahkah Anda mendengar kata PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan) dalam dunia pendidikan? Pasti, Anda pernah mendengarnya;
bahkan, mendapatkan informasinya melalui berbagai pelatihan. Nah, dalam modul ini,
dikupas tentang PAIKEM beserta teori belajar yang melatarinya dan model
pembelajarannya. PAIKEM menjawab isu saat ini tentang pergeseran paradigma
mengajar dari guru sentris ke siswa sentris. Isu tersebut sejalan dengan perkembangan
zaman, yakni proses transformasi pendidikan menuju pada learning to know, learning to
do, learning to be, dan learning to live together. Pada modul ini, Anda akan mengenali
konsep dasar PAIKEM, selayang pandang teori belajar, model-model pembelajaran, dan
contoh pembelajaran PAIKEM.
TEORI BELAJAR
Sebenarnya siapa siswa itu? Semua yang terlibat dalam pendidikan harus sadar bahwa
(1) setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan
membunuh keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar
dapat lebih berkembang; (2) anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir
anak tidak selalu sama dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat
menyelami cara merasa dan berpikir anak-anak. Yang terjadi justru sebaliknya, pendidik
memberikan materi pelajaran lewat ceramah seperti yang mereka peroleh dari bangku
sekolah yang pernah diikuti; (3) dunia anak adalah dunia bermain tetapi materi pelajaran
banyak yang tidak disajikan lewat permainan. Hal itu salah satunya disebabkan oleh
pemberian materi pelajaran yang jarang diaplikasikan melalui permainan yang
mengandung nuansa filsafat pendidikan; (4) Usia anak merupakan usia yang paling
kreatif dalam hidup manusia. Namun, dunia pendidikan tidak memberikan kesempatan
bagi kreativitas; dan (5) dunia anak adalah dunia belajar aktif. Banyak guru yang tidak
mampu mengaktifkan belajar siswa karena menganggap siswa sebagai objek yang tidak
dapat bertindak, berpikir, dan berlaku seperti yang diharapkan guru.
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan berbagai teori belajar yang lain,
misalnya Gagne (1985) yang menekankan pada behavior development atau
perkembangan perilaku sebagai produk dari cumulative effects of learning atau efek
komulatif. Menurut Gagne bahwa belajar adalah proses perubahan dalam kemampuan
yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan. Learning is a change in
human disposition of capability that persists over a period of time and is not simply
ascribable to processes of growth. Pendapat Gagne telah mempengaruhi pandangan
tentang bagaimana menata lingkungan belajar.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 81
Dalam modul ini Anda diajak membahas konsep belajar dari pandangan teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar konstruktivistik dan teori belajar
humanistik. Selesai belajar modul ini, diharapkan Anda dapat menerapkan dalam
pembelajaran. Tujuan khusus yang dapat Anda peroleh setelah belajar modul ini, Anda
dapat:
1. menjelaskan hakikat teori belajar Behavioristik, teori belajar Kognitif, teori belajar
Konstruktivistik, dan teori belajar Humanistik; dan
2. memilih di antara pandangan teori belajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.
82 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
reception learning oleh Ausubel. Perkembangan kognitif menurut Jean Peaget dapat
digambarkan dalam tabel 1.1 berikut.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 83
Pengetahuan dibentuk oleh individu secara personal dan sosial. Pemikiran
Konstruktivisme Personal dikemukakan oleh Jean Peaget dan KOnstruktivisme Sosial
dikemukakan oleh Vygotsky.
Belajar berdasarkan Konstruktivistik menekankan pada proses perubahan
konseptuall (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri siswa ketika peta
konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan situasi dunia nyata. Dalam proses ini siswa
melakukan analisis, sintesis, berargumentasi, mengambil keputusan, dan menarik
kesimpulan sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi pengetahuan yang dihasilkan bersifat
viabilitas, artinya konsep yang telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep lain yang
lebih dapat diterima. Degeng (2000) memaparkan hasil ananlisis komparatif pandangan
Behavioristik-konstruktivistik tentang belajar dikemukakan dalam tabel 1.2 berikut ini.
84 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
ORIENTATION
ELICITATION OF IDEAS
RESTRUCTURING OF
IDEAS
Clarification and Exchange
COMPARISON
WITH PREVIOUS Exposure to conflict
IDEAS situation
Evaluation
APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 85
D. Teori Belajar Sosial (Humanistik)
Teori belajar sosial (Humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977--1986)
yang menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar diri atau lingkungan seorang
siswa. Aktivitas kognitif dalam diri siswa (kemampuan) belajar iswa dilaului dengan cara
“modelling” atau mencontoh perilaku orang lain. Teori ini mementingkan pilihan pribadi,
kreativitas, dan aktualisasi dari setiap individu yang belajar.
Bandura mengemukakan ada enam prinsip yang mendasar dalam menerapkan
teori belajar Humanistik, yaitu (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau
memahami simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4) kemampuan
untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5) kemampuan
mengatur diri sendiri dan (6) kemampuan untuk berefleksi.
1. Faktor-faktor yang Saling Menentukan
Dalam hal ini ada tiga faktor yang saling menentukan, yaitu (a) perilaku, (b)
berbagai faktor yang ada pada pribadi seseorang dan (c) peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada lingkungan diri orang tersebut. Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama saling
bertindak sebagai penentu atau penyebab yang satu terhadap yang lain.
2. Kemampuan Membuat atau Memahami Simbol/Tanda/Lambang
Bandura berpendapat bahwa seseorang dalam memahami dunia ini secara
simbolis melalui gambar-gambar kognitif (cognitive representation). Oleh karena itu
seseorang termasuk Anda lebih cepat bereaksi terhadap gambaran kognitif dari dunia
sekitar daripada terhadap dunia itu sendiri. Artinya Anda memiliki kemampuan berpikir
dan memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk berpikir yang kemudian tersimpan dalam
ngatan dan hal-hal yang akan datang dapat pula diuji coba secara simbolis dalam pikiran.
Pikiran-pikiran merupakan simbol-simbol atau gambaran kognitif dari masa lalu maupun
masa depan yang dapat memengaruhi atau menyebabkan munculnya perilaku tertentu.
3. Kemampuan Berpikir ke Depan
Kemampuan berpikir atau mengolah simbol dapat dimanfaatkan untuk
merencanakan masa depan. Anda dapat menduga bagaimana orang lain akan bereaksi
terhadap Anda berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, merencanakan tindakan-
tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan tersebut. Kondisi inilah yang disebut
berpikir ke depan, dan cenderung tindaakan diawali oleh pikiran.
4. Kemampuan untuk Seolah-olah Mengalami Sendiri apa yang Dialami Orang Lain
Anak-anak maupun orang dewasa mampu belajar dengan cara memperhatikan
perilaku orang lain dan memperhatikan konsekuensi dari perilaku tersebut. Keadaan inilah
yang disebut belajar berdasarkan apa yang dialami orang lain. Selain itu seseorang
belajar dengan melakukan sendiri dalam berbagai hal dan terjadi konsekuensi dari
perbuatan/perilakunya. Cara belajar dari pengalaman orang lain merupakan upaya
seseorang untuk mengembangkan sesuatu yang dipikirkan.
5. Kemampuan Mengatur Diri Sendiri
Setiap orang pada umumnya memiliki kemampuan mengendalikan perilaku diri
sendiri. Anda telah mengatur kegiatan sehari-hari, misalnya kapan harus memeriksa
kesehatan secara rutin, berapa jam harus tidur, jam berapa harus berangkat mengajar,
kapan harus menyiapkan perangkat pembelajaran, kapan melakukan evaluasi setiap
mata pelajaran, kapan Anda mengajukan kenaikan pangkat, Anda melaksanakan tugas
sebagai guru secara optimal, kapan melaksanakan penelitian dan tentunya masih banyak
kegiatan yang Anda atur baik yang yang bersifat rutin, maupun skala prioritas. Perilaku-
perilaku ini Anda kerjakan selain untuk melaksanakan kewajiban sebagai guru, juga
berdasarkan standard an motivasi yang telah anda tetapkan sendiri.
6. Kemampuan untuk Berefleksi
Prinsip ini menjelaskan bahwa sebagian besar orang cenderung melakukan
refleksi atau perenungan untuk memikirkan tentang kemampuan pribadi masing-masing.
Mereka umumnya mampu memantau ide-ide, dan kepantasan menilai ide tersebut serta
menilai dirinya dengan memperhatikan konsekuensi dari perilakunya. Berdasarkan semua
86 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
penilaian dirinya itu, yang paling penting adalah penilaian terhadap tingkat kompetensi
atau kemampuan mereka dapat mengerjakan suatu tugas dengan sukses. Penilaian
terhadap diri sendiri disebut keyakinan akan kemampuan diri (self efficacy) yang ternyata
memengaruhi pilihan seseorang terhadap kegiatan yang akan dilakukan, besarnya usaha
yang akan ditunjukkan untuk menyelesaikan tugas tersebut, besarnya tantangan saat
menghadapi kesulitan, dan kemungkinan muncul rasa khawatir menghadapi suatu tugas,
bahkan ada rasa takut ataupun kurang percaya diri.
D. Rangkuman
1. Belajar menurut perspektif Behavioristik adalah perubahan perilaku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses interaksi tersebut merupakan
hubungan antara stimuli (S) dan respon (R). Muara belajar adalah terbentuknya
kebiasaan.
2. Teori Kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral
meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap
peristiwa belajar. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai,
mengingat, danmenggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah
perceptual.
3. Pandangan belajar menurut teori Konstruktivistik memandang bahwa ilmu
pengetahuan harus dibangun oleh siswa di dalam benaknya sendiri melalui
pengembangan proses mentalnya, dan siswalah yang membangun dan
menciptakan makna pengetahuannya.
4. Belajar menurut pandangan teori sosial (Humanistik) merupakan suatu proses di
mana siswa mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa tersebut
mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.
5. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinip yang mendasar dalam menerapkan
teori belajar humanistik yaitu: (1) menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat
atau memahami simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4)
kemampuan untuk seolah-olah mrngalami sendiri apa yang dialami orang lain, (5)
kemampuan mengatur diri sendiri, dan (6) kemampuan untuk berefleksi.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 87
• bebas dalam menyatakan pendapat,
• mempunyai rasa keindahan yang mendalam,
• menonjol dalam salah satu seni,
• mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang,
• mempunyai rasa humor yang luas,
• mempunyai daya imajinasi, dan
• orisinal dalam gagasan dan pemecahan masalah.
Banyak guru yang apatis untuk terus membangun prestasi. Sikap apatis tersebut
biasanya dipengaruhi oleh usia yang menjelang pensiun, kondisi tempat mengajar yang
tidak mendukung, teman-teman lain yang juga apatis, serta kepala sekolah yang tidak
menuntut apa-apa dari guru. Hilman (sebut saja begitu) suatu saat berkata, "Mengapa
bersusah payah, kan sebentar lagi pensiun", jawabnya dengan enteng ketika ditanya
tentang mengapa tidak kreatif. Kebiasaan mengajar dijalaninya seperti biasanya.
Kebiasaan itu telah dibangunnya dari 20 tahun yang lalu. Jadi, gaya mengajar saat ini
sama dengan gaya mengajar 20 tahun yang lalu. Padahal, rentang tahun yang begitu
panjang amat baik jika diisi dengan perubahan positif gaya mengajar.
Lain lagi dengan Dewi (nama disamarkan), apa yang dilakukannya tidak sedikit
pun mencerminkan perubahan karena teman guru di sekolahnya tidak aktif dan tidak
berprestasi. "Maunya sih kreatif dan kepingin berprestasi, tapi teman lain juga biasa-biasa
saja. Saya ya ngikut aja", ujarnya tanpa beban. Ungkapan seperti tersebut tampaknya
juga dilakukan oleh guru-guru yang lainnya.
Budi (lagi-lagi nama samaran) sangat jengah karena kreativitas yang pernah
dimunculkannya suatu waktu tidak mendapatkan tanggapan dari kepala sekolahnya.
Sejak kejadian itu, Budi pasif dan apatis. Tidak ada satu pun pembaharuan dilakukannya.
Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pengaruh lingkungan tempat berkomunitas
teramat kuat. Pengaruh diri sendiri tidak muncul. Bahkan, pengaruh diri sendiri tenggelam
jauh di lubuk hati. Untuk itu, agar dapat kreatif, Anda harus berani menutup kran
pengaruh dari luar. Guru kreatif menggunakan kata jangan berikut.
• Jangan membayangkan sesuatu itu sulit dan akan menemui kegagalan sebelum Anda
mencoba beberapa kali.
• Jangan takut dengan alat dan bahan yang sulit didapat
• Jangan berpikiran bahwa kreatif itu berkaitan dengan dana besar
• Jangan beranggapan bahwa kreativitas itu membutuhkan waktu yang banyak.
• Jangan percaya dengan anggapan bahwa untuk kreatif dibutuhkan pemikiran yang
mendalam.
• Jangan memvonis bahwa kreativitas itu milik orang-orang tertentu.
• Jangan menuduh bahwa diri Anda tidak dapat kreatif.
• Jangan takut bertanya kepada siapa saja.
• Jangan terlalu asyik dengan kebiasaan selama ini
• Jangan mudah putus asa, mudah jenuh, mudah marah, dan mudah mengatakan gagal.
Mengajar merupakan tugas yang sangat kompleks. Menurut Arends (dalam Kardi
dan Nur, 2000:6), menjadi seorang guru yang berhasil memerlukan sifat-sifat sebagai
berikut.
a. Guru yang berhasil memiliki kualitas pribadi yang memungkinkan ia mengembangkan
hubungan kemanusiaan yang tulus dengan siswa, orang tua, dan kolega-koleganya.
b. Guru yang berhasil mempunyai sikap yang positif terhadap ilmu pengetahuan. Mereka
menguasai dasar-dasar pengetahuan tentang belajar dan mengajar; menguasai
pengetahuan tentang perkembangan manusia dan cara belajar; dan menguasai
pengajaran dan pengelolaan kelas.
c. Guru yang berhasil menguasai sejumlah keterampilan mengajar yang telah dikenal di
dunia pendidikan untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar.
88 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
d. Guru yang berhasil memiliki sikap dan keterampilan yang mendorong siswa untuk
berpikir reflektif dan mampu memecahkan masalah. Mereka memahami bahwa belajar
pengelolaan pembelajaran yang baik merupakan proses yang amat panjang sama
halnya dengan profesi lain, yang memerlukan belajar dan interaksi secara
berkelanjutan dengan kolega seprofesi.
Dryden dan Vos (2000:296) secara khusus menyarankan kepada guru agar
menggunakan enam kiat mengajar dengan efektif apabila mengharapkan hasil belajar
siswa secara maksimal. Keenam kiat mengajar dengan efektif di kelas sebagai berikut.
a. Ciptakan kondisi yang benar
1) Orkestrakan lingkungan;
2) Ciptakan suasana positif bagi guru dan murid;
3) Kukuhkan, jangkarkan, dan fokuskan;
4) Tentukan hasil dan sasaran; AMBAK—Apa Manfaatnya Bagiku?
5) Visualisasikan tujuan Anda;
6) Anggaplah kesalahan sebagai umpan balik;
7) Pasanglah poster di sekeliling dinding.
b. Presentasikan dengan benar
1) Dapatkan gambar menyeluruh dahulu, termasuk perjalanan lapangan;
2) Gunakan semua gaya belajar dan semua ragam kecerdasan;
3) Gambarlah, buatlah pemetaan pikiran, dan visualisasikan;
4) Gunakan konser musik aktif dan pasif.
c. Pikirkan
1) Berpikirlah kreatif;
2) Berpikirlah kritis—konseptual, analitis, dan reflektif;
3) Lakukan pemecahan masalah secara kreatif;
4) Gunakan teknik memori tingkat tinggi untuk menyimpan informasi secara permanen;
5) Berpikirlah tentang pikiran Anda.
d. Ekspresikan
1) Gunakan dan praktikkan;
2) Ciptakan permainan, lakon pendek, diskusi, sandiwara—untuk melayani semua
gaya belajar dan semua ragam kecerdasan.
e. Praktikkan
1) Gunakan di luar sekolah;
2) Lakukan;
3) Ubahlah murid menjadi guru;
4) Kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah Anda miliki.
f. Tinjau, Evaluasi, dan Rayakan
1) Sadarilah apa yang Anda ketahui;
2) Evaluasilah diri/teman/dan siswa Anda;
3) Lakukan evaluasi berkelanjutan.
Salah satu bentuk yang diujicobakan dalam sekolah rintisan adalah pendekatan
PAIKEM. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Disebut demikian
karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan
inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana
menyenangkan. Pembelajaran tersebut juga dikenal dengan nama Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lazim disebut pembelajaran CTL.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 89
menanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses
aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang
hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan
gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga
memperoleh kemajuan hasil belajar. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di
masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip: (1)
pembelajaran bukan pengajaran, (2) guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3)
siswa sebagai subjek bukan objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan
manusiawi bukan hewani, (6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna
bagi siswa bukan sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif.
Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruslah seirama dengan karakteristik
siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter menyatakan, “bawalah dunia mereka ke dunia
kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang
beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik, siswa dapat
menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya. Artinya, siswa kretaif dalam memahami
masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih
mudah diterima, dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan
masalah.
Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang
menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di
dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang
sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologis. Jika pembelajaran berada
dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan
apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning
climate) yang kondusif.
Berdasarkan uraian di atas, sudahkan Anda memahami PAIKEM? Dapatkah Anda
menyebutkan ciri-ciri PAIKEM? Cobalah cocokkan pemahaman Anda tentang PAIKEM
dengan uraian berikut. PAIKEM mengambarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai media pembelajaran dan berbagai cara untuk
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
peserta didik.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ dan memajang hasil karya siswa.
4. Guru menerapkan strategi pembelajaran yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong peserta didik untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan
suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam peserta didik
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Gambaran pelaksanaan pendekatan PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai
kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran
tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan
tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan
guru yang berkesesuaian.
90 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Guru yang harus Dikuasai dalam Pembelajaran
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
1. Guru merancang dan Guru melaksanakan KBM, mendorong peserta didik
mengelola pembelajaran berperan aktif dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
yang mendorong peserta • Percobaan
didik untuk berperan aktif • Diskusi kelompok
dalam pembelajaran. • Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
2. Guru menggunakan media • Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
pembelajaran dan sumber - media yang tersedia atau yang dibuat sendiri
belajar yang beragam. - gambar
- studi kasus
- nara sumber
- lingkungan
3. Guru memberi kesempatan Peserta didik:
kepada peserta didik untuk • melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
mengembangkan • mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
keterampilan. sendiri
• menarik kesimpulan
• memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
• menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
4. Guru memberi kesempatan Melalui:
kepada peserta didik untuk • diskusi
mengungkapkan • pertanyaan terbuka
gagasannya sendiri secara • hasil karya yang merupakan pemikiran peserta didik
lisan atau tulisan. sendiri
5. Guru menyesuaikan bahan • Peserta didik dikelompokkan sesuai dengan
dan kegiatan belajar kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
dengan kemam-puan • Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
peserta didik. kelompok tersebut.
• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6. Guru mengaitkan • Peserta didik menceritakan atau memanfaatkan
pembelajaran dengan pengalamannya sendiri.
pengalaman peserta didik • Peserta didik menerapkan hal yang dipelajari dalam
sehari-hari. kegiatan sehari-hari
7. Menilai proses • Guru memantau kerja peserta didik
pembelajaran dan • Guru memberikan umpan balik
kemajuan belajar peserta
didik secara terus menerus.
Berdasarkan paparan tersebut, hubungan antara teori, model pembelajaran
PAIKEM, dan CTL dapat digambarkan sebagai berikut.
B. Model-model PAIKEM
Selama bertahun-tahun telah banyak diteliti dan diciptakan bermacam-macam
pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diuraikan di dalam modul ini
didasarkan pada konsep model pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh
Bruce dan koleganya (Joyce, Weil, dan Showers, 1992) dan diberi nama model
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 91
pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik
yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran
tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Berikut ini disajikan model-model pembelajaran.
1. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh John Dewey dan Herbert
Thelan. Menurut Dewey seharusnya kelas merupakan cerminan masyarakat yang lebih
besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu para siswa
bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon Alport yang
mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih baik.
Menurut Shlomo Sharan dalam model pembelajaran kooperatif haruslah diciptakan
setting kelas dan proses pengajaran yang mensyaratkan adanya kontak langsung,
berperan serta dalam kerja kelompok dan adanya persetujuan antar anggota dalam
kelompok.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai sintaks tertentu yang merupakan ciri
khususnya. Tabel 2.2 berikut ini adalah sintaks model pembelajaran kooperatif dan
perilaku laku guru pada setiap sintaks.
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student
Teams Achievement Division), tipe Jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan
struktural.
92 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
rendah. Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya. Siswa dalam kelompok kemudian
saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis,
atau melakuan diskusi. Setiap periode waktu tertentu, misalnya dua minggu siswa diberi
kuis. Kuis tersebut menghasilkan skor, dan tiap individu dapat diukur skor
perkembangannya.
b. Jigsaw
Tipe Jigsaw diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok dengan 5 atau 6
orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa
dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu
dari bahan yang diberikan tersebut. Sebagai contoh, jika materi yang diajarkan itu adalah
hirarki kehidupan dalam ekosistem, seorang siswa mempelajari tentang populasi, siswa
lain mempelajari tentang komunitas, siswa lain lagi belajar tentang ekosistem, dan yang
terakhir belajar tentang biosfer. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas topic
yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topic tersebut. Kelompok ini disebut
kelompok ahli. Setelah berdiskusi dalam kelompok ahli selama selang waktu tertentu,
setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menyampaikan apa yang
telah didiskusikan di dalam kelompok ahli kepada teman-temannya dalam kelompok asal.
Evaluasi dilakukan pada kelompok asal (lihat gambar 1.2)
1 2 1 2 1 2 1 2
3 3 3 3 Kelompok asal
1 1 2 2 3 3
Kelompok ahli
1 1 2 2 3 3
Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap kelompok asal.
c. Investigasi Kelompok
Dalam penerapan Investigasi Kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Untuk beberapa kasus,
kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau
minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
dan diteruskan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu.
Akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan menyiapkan dan mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 93
Investigasi Pendekatan
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw
Kelompok Struktural
Struktur tim Kelompok heterogen Kelompok belajar Kelompok belajar Bervariasi, berdua,
dengan 4-5 orang heterogen dengan 5- dengan 5-6 bertiga, kelompok
anggota 6 orang anggota anggota heterogen dengan 4-6
menggunakan pola anggota.
kelompok ”asal” dan
kelompok ”ahli”
Pemilihan Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
topik
Tugas Siswa dapat Siswa mempelajari Siswa Siswa
Utama menggunakan materi dalam menyelesaikan mengerjakan
lembar kegiatan dan kelompok” ahli” inkuiri kompleks tugas-tugas yang
saling membantu kemudian membantu diberikan sosial
untuk menuntaskan anggota kelompok dan kognitif
materi belajarnya asal mempelajari
materi itu
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat Menyelesaikan Bervariasi
berupa tes mingguan proyek dan
menulis laporan,
dapat meng-
gunakan tes essay
Pengakuan Lembar pengetahuan Publikasi lain Lembar penge- Bervariasi
dan publikasi lain tahuan dan
publikasi lain
94 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 5 Selama siswa bekerja guru membimbing dan
Melaksanakan eksperimen (atau cara memfasilitasi.
pemecahan masalah yang lain)
Tahap 6 Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang
Melakukan pengamatan dan hal-hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan
pengumpulan data mengorganisasi data.
Tahap 7 Guru membantu siswa menganalisis data supaya
Analisis data menemukan sesuatu konsep
Tahap 8 Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
Penarikan kesimpulan atau penemuan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang
ingin ditanamkan.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 95
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyajikan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
hasil karya video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis dan mengevaluasi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses pemecahan masalah proses-proses yang mereka gunakan.
4. Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung banyak diilhami oleh teori belajar sosial yang juga sering
disebut belajar melalui observasi. Dalam bukunya Arends menyebutnya sebagai teori
pemodelan tingkah laku. Tokoh lain yang menyumbang dasar pengembangan model
pengajaran langsung John Dolard dan Neal Miller serta Albert Bandura yang
mempercayai bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif
dan mengingat tingkah laku orang lain.
Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar
dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Atas
dasar pemikirian tersebut hal penting yang harus diingat dalam menerapkan model
pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu
kompleks.
Pengajaran langsung dicirikan oleh sintaks tertentu. Pada Tabel 2.6 berikut ini
akan diberikan sintaks model pengajaran langsung dan peran yang dijalankan oleh guru
pada tiap-tiap sintaks.
5. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif
terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara
dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa.
Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang
96 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
studi. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi
lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak
digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi
kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya
diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi
dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Pengintegrasian diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki
siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu
dikemas secara menarik.
6. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke
dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah bahwa
tema bukanlah tujuan tetapi alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tema tersebut harus diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret,
dan konseptual.
Tema yang telah ditentukan haruslah diolah dengan perkembangan lingkungan
siswa yang terjadi saat ini. Budaya, sosial, dan religiusitas mereka menjadi perhatian.
Begitu pula, isi tema disajikan secara kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang
terjadi sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara kongkret. Semua
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Konsep-
konsep dasar tidak terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau dari analisis ke
konsep.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa peran guru amat menentukan dalam
mendesain kesuksesan pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru bahasa
Indonesia diharapkan sebagai berikut.
• Guru perlu menekankan bahwa bahasa merupakan sarana berpikir. Keterampilan
berbahasa siswa menjadi tolok ukur kemampuan berpikir siswa.
• Kreativitas siswa perlu diperhatikan oleh guru terutama dalam kreativitas berbahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
• Pembelajaran bahasa Indonesia harus menyenangkan siswa. Oleh karena itu minat,
keingintahuan, dan gairah siswa perlu mendapatkan perhatian.
• Ada banyak metode dan teknik yang cocok yang dapat digunakan. Guru tidak perlu
monoton, klise, jenuh, dan kehabisan teknik pembelajaran bahasa Indonesia.
• Guru harus lebih dahulu memperhatikan apa yang diucapkan siswa sebelum
memperhatikan bagaimana siswa mengungkapkan.
7. Metode Kuantum
Metode Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di
Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan
Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan
perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 1992).
Metode kuantum diciptakan berdasarkan teori pendidikan seperti Accelerated Learning
(Lozanov), Multiple Intellegences (gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan
Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson
dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).
Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks
dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum
menemukan, akui setiap usaha pembelajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 97
dirayakan. QL menutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang (1) suasana yang
memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, dan
rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2)
fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan
belajar. Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip
tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman
sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan. Konteks dan isi sangat mendominasi dalam pelaksanaan pembelajaran
kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap
sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang
mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan
penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup.
Kerangka perancangan pembelajaran kuantum lebih popular dengan istilah
TANDUR, yaitu
1) TUMBUHKAN : sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK
2) ALAMI: berikan pengalaman belajar dan kebutuhan untuk mengetahui
3) NAMAI: berikan data yang tepat saat minat memuncak
4) DEMONSTRASIKAN: kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman
dengan data baru
5) ULANG: rekatkan gambaran keseluruhan”saya tahu”
6) RAYAKAN: jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Oleh metode kuantum, siswa dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-
saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan siswa adalah:
• perlakukan siswa sebagai manusia sederajat;
• ketahuilah apa yang disukai siswa, cara pikir mereka, dan perasaan mereka;
• bayangkan apa yang mereka katakan kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri;
• ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar
mereka inginkan jika guru tidak tahu tanyakanlah ke siswa;
• berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka
mendengarnya dengan jelas dan halus; dan
• bersenang-senanglah bersama mereka.
8. Metode Partisipatori
Metode pembelajaran partisipatori lebih menekankan keterlibatan siswa secara
penuh. Siswa dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai
subjek belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru
hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator. Berkaitan dengan penyikapan guru
kepada siswa, partisipatori beranggapan sebagai berikut.
(1) Setiap siswa adalah unik. Siswa mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan akan membunuh
keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan peluang agar dapat
lebih berkembang.
(2) Anak bukan orang dewasa dalam bentuk kecil. Jalan pikir anak tidak selalu sama
dengan jalan pikir orang dewasa. Orang dewasa harus dapat menyelami cara merasa
dan berpikir anak-anak.
(3) Dunia anak adalah dunia bermain.
(4) Usia anak merupakan usia yang paling kreatif dalam hidup manusia.
Dalam metode partisipatori, siswa aktif, dinamis, dan berlaku sebagai subjek.
Namun, bukan berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam memfasilitasi belajar
siswa dengan suara, gambar, tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan sebagai
98 MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator, dan kreatif.
Konteks siswa menjadi tumpuan utama.
Menurut Freire (dalam Fakih, 2001:58) Pemandu diharapkan memiliki watak
sebagai berikut.
• Kepribadian yang menyenangkan dengan kemampuannya menunjukkan persetujuan
dan apa yang dipahami partisipan.
• Kemampuan sosial dengan kecakapan menciptakan dinamika kelompok secara
bersama-sama dan mengontrolnya tanpa merugikan partisipan.
• Mampu mendesain cara memfasilitasi yang dapat membangkitkan partisipan selama
proses berlangsung.
• Kemampuan mengorganisasi proses dari awal hingga akhir.
• Cermat dalam melihat persoalan pribadi partisipan dan berusaha memberikan jalan
agar partisipan menemukan jalannya.
• Memilki ketertarikan kepada subjek belajar.
• Fleksibel dalam merespon perubahan kebutuhan belajar partisipan.
• Pemahaman yang cukup atas materi pokok kursus.
Berikutnya, metode partisipatori mempunyai ciri-ciri pokok:
• belajar dari realitas atau pengalaman,
• tidak menggurui, dan
• dialogis.
Kemudian, panduan prosesnya disusun dengan sistem daur belajar dari
pengalaman yang distrukturkan saat itu (structural experiences learning cycle). Proses
tersebut sudah teruji sebagai suatu proses yang memenuhi tuntutan pendidikan
partisipatori. Berikut rincian proses tersebut.
• Rangkai-Ulang
• Ungkapan
• Kaji-Urai
• Kesimpulan
• Tindakan
Hal di atas sebagai metode pertama. Kemudian, metode berikutnya adalah siswa
sebagai subjek, pendekatan prosesnya menerapkan pola induktif kemudian tahapannya
sebagai berikut.
• Persepsi
• Identifikasi diri
• Aplikasi diri
• Penguatan diri
• Pengukuhan diri
• Refleksi diri
Semua metode tersebut tentunya memperhatikan tujuan yang akan dicapai,
bentuk pendidikannya, proses yang akan dilakukan, materi yang akan disajikan, media
atau sarana yang perlu disiapkan, dan peran fasilitator/pemandu.
8. Pembelajaran Kontekstual
Sebenarnya, siswa dalam belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang
selalu menyatu dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan
masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan
pembelajaran adalah metode kontekstual. Sebenarnya, metode kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) bukan barang baru. John Dewey sudah mengemukakan
pembelajaran kontekstual pada awal abad 20, diikuti oleh katz (1918) dan Howey &
Zipher (1989). Ketiga pakar itu menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah
sekadar deretan satuan pelajaran (Kasihani dan Astini, 2001).
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 99
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang
memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan
sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Ardiana, 2001). Pembelajaran
kontekstual muncul sebagai reaksi terhadap teori behavioristik yang telah mendominasi
pendidikan selama puluhan tahun. Metode kontekstual mengakui bahwa pembelajaran
merupakan proses kompleks dan banyak faset yang berlangsung jauh melampaui drill
oriented dan metode Stimulus and Response. Menurut Nur (2001) pengajaran kontekstual
memungkinkan siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan di luar
sekolah agar siswa dapat memecahakan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-
masalah yang disimulasikan.
Dalam perkembangannya, metode kontekstual terdiri atas berbagai strategi yang
dikembangkan oleh berbagai institusi. University of Washington (2001) mengembangkan
metode kontekstual dengan strategi (1) pengajaran autentik, (2) pembelajaran berbasis
inkuiri, (3) pembelajaran berbasis masalah, dan (4) pembelajaran berbasis kerja.
Blanchard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual
dengan:
(1) menekankan pemecahan masalah,
(2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti rumah, masyarakat, dan pekerjaan,
(3) mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga
menjadi siswa mandiri,
(4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda,
(5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
(6) menerapkan penilaian autentik.
Dalam strategi ini ada tujuh elemen penting, yaitu: inquiry, questioning,
constructivism, metodeling, learning, community, authentic assesment, dan reflection.
Diharapkan ketujuh unsur ini dapat diaplikasikan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
1) Penemuan
Penemuan (inquiry) merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Siswa tidak menerima pengetahuan dan keterampilan hanya dari mengingat
seperangkat fakta-fakta saja, tetapi berasal dari pengalaman menemukan sendiri. Guru
harus selalu merancang pembelajaran yang bersumber dari penemuan. Tentunya,
pembelajaran dirancang dengan menarik dan menantang. Siswa dapat menemukan
sendiri tanpa harus dari buku.
Berikut ini siklus penemuan:
a) observasi
b) bertanya
c) mengajukan dugaan
d) pengumpulan data
e) penyimpulan
2) Pertanyaan
Biasanya, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang berawal dari
sebuah pertanyaan. Untuk mengetahui Chairil Anwar, biasanya muncul pertanyaan Siapa
Chairil Anwar itu? Barulah, seseorang membuka buku, bertanya, dan mendiskusikan
Chairil Anwar. Pertanyaan berguna untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan siswa. Bagi siswa, pertanyaan berguna untuk menggali informasi, mengecek
informasi yang didapatnya, mengarahkan perhatian, dan memastikan penemuan yang
dilakukannya.
4) Pemodelan
Pernahkah Anda menunjukkan rekaman membaca puisi kepada siswa agar siswa
tahu bahwa membaca puisi yang indah dan bagus itu seperti suara dari rekaman? Jika
pernah, berarti Anda telah melakukan pemodelan. Pemodelan adalah pemberian model
agar siswa dapat belajar dari model tersebut. Bisa jadi, guru memberikan model karya
tulis, model paragraf, model kalimat, dan seterusnya. Dari model itu, siswa
mengidentifikasi selanjutnya membuat seperti model yang ditunjukkan. Dalam
kontekstual, guru bukanlah model satu-satunya. Model dapat diambil dari mana saja.
5) Komunitas Belajar
Kerja sama dengan orang lain dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.
Siswa dapat mengembangkan pengalaman belajarnya setelah berdiskusi dengan
temannya. Masyarakat belajar menyarankan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari bertukar pendapat dengan
temannya, denagan orang lain, antara yang tahu dengan yang belum tahu, di ruang kelas,
di ruang lain, di halaman, di pasar, atau di manapun. Dalam kelas yang kontekstual, Anda
disarankan selalu melaksanakan pemebelajaran dalam kelompok belajar. Siswa belajar di
kelompok yang anggota-anggotanya diharapkan heterogen. Yang pandai mengajari yang
lemah. Yang tahu berada di kelompok yang belum tahu. Yang cepat menangkap berada
satu kelompok dengan yang lambat. Kelompok siswa upayakan dapat selalu bervariasi
dari segi apapun.
6) Penilaian Autentik
Perkembangan belajar siswa tentunya perlu Anda ketahui. Dalam kontekstual,
perkembangan belajar siswa dapat diketahui melalui pengumpulan data dari aktivitas
belajar siswa secara langsung di kelas. Penilaian tidak dilakukan di belakang meja atau di
rumah saja tetapi juga di saat siswa aktif belajar di kelas. Dengan begitu, tidak akan ada
komentar dari siswa bahwa siswa X meskipun tidak banyak omong di kelas ternyata
nilainya bagus. Sedangkan siswa Y yang banyak mendebat, berbicara, dan bercerita
mendapatkan nilai rendah karena dalam ujian tulis bernilai rendah.
Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap pengalaman yang telah dilakukan, aktivitas
yang baru dijalani, dan pengetahuan yang baru saja diterima. Dengan merefleksikan
sesuatu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang
baru dipelajari. Refleksi tersebut dapat dilakukan per bagian, di akhir jam pelajaran, di
akhir bab/tema, atau dalam kesempatan apapun. Realisasi refleksi dapat berupa
pernyataan spontan siswa tentang apa yang diperolehnya hari itu, lagu, puisi, kata kunci,
cerita siswa, cerita guru, catatan di lembar kertas, diskusi, dan yang lain-lainnya.
Contoh refleksi sebagai berikut. Setelah siswa melakukan pembelajaran menulis.
Siswa menuliskan di kertas yang di tempel di tembok dengan spidol besar. Tulisan yang
muncul adalah aha saya bisa, gampang, logis, ide, gabungan kalimat, dan seterusnya.
Bisa juga siswa menulis puisi yang isinya tenatang pembelajaran yang baru saja
STANDAR PROSES
Agar pembelajaran memenuhi teori belajar, karaktersitik siswa, dan prinsip-prinsip
pembelajaran, Kementerian Pendididikan dan Kebudayaan mengaturnya dalam kebijakan
Standar Proses (Permendiknas 41/2007 Tanggal 23 November 2007). Dalam standar
tersebut diatur bagaimana guru menyusun perencanaan pembelajaran. Diatur pula
bagaimana guru melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pen-
capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan
oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan
divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta
departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA,
dan MAK.
C. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan.
b. Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-
tugas tertentu yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6) rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun
kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk
yang dihasilkan;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan
dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang
baku dan benar;
b) membantu menyelesaikan masalah;
c) memberi acuan agar peserta didik dapatmelakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
d) memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
C. Rangkuman
1. PAIKEM adalah sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Disebut
demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik,
mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif
dalam suasana menyenangkan.
2. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu,
pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip: (1) pembelajaran bukan pengajaran,
(2) guru sebagai fasilitator bukan bukan intrukstur, (3) siswa sebagai subjek bukan
objek, (4) multimedia bukan monomedia, (5) sentuhan manusiawi bukan hewani,
(6) pembelajaran induktif bukan deduktif, (7) materi bermakna bagi siswa bukan
sekadar dihafal, dan (8) keterlibatan siswa partisipatif bukan pasif.
3. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi
atau prosedur tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah (1) rasional teoritik yang logis yang
disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (2) landasan pemikiran tentang
apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai.
4. Model PAIKEM beragam banyak, di antaranya (a) pembelajaran kooperatif, (b)
pembelajaran berbasis masalah, (c) pembelajaran melalui penemuan, (d)
pembelajaran langsung, (e) pembelajaran komunikatif, (f) integratife, (g) tematik, (h)
kuantum, (i) partisipatori, dan (j) kontekstual.
5. Model pembelajaran kooperatif beragam tipenya, di antaranya: (a) tipe STAD, (b)
tipe Jigsaw, (c) tipe Investigasi kelompok, dan (d) tipe Pendekatan Struktural.
6. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan teori belajar konstruktivis. Selain keterampilan akademik, model
pembelajaran kooperatif menekankan pada pelatihan keterampilan sosial, misalnya
bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa diberi ruang yang sangat luas untuk berinteraksi dengan siswa lain, guru, dan
sumber belajar. Guru diharapkan selalu memberikan penghargaan kepada
kelompok kooperatif yang paling kinerjanya bagus.
1. Tujuan
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan:
a. Mampu memahami konsep dan prinsip media pembelajaran, serta fungsi media
pembelajaran;
b. Mampu mengidentifikasi jenis-jenis dan mengklasifkasikan jenis media
pembelajaran;
c. Mampu memilih, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran.
2. Uraian Materi
c. Fungsi Media
Menurut Degeng (1998), media-media tertentu memiliki keistimewaan, antara
lain: a) Kemampuan fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan, kemudian menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan
kemampuan ini berarti suatu objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, difilmkan,
atau direkam kemudian disimpan lama dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan lagi
dan diamati seperti keadaan aslinya; b) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat
menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan
dengan keperluan. Maksudnya, penampilan suatu objek atau kejadian dapat diubah-
ubah ukurannya, kecepatannya serta dapat diulang-ulang penampilannya; dan c)
Kemampuan distributif, artinya dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian
dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak, misalnya dengan media TV atau
radio.
Dilihat dari keistimewaan yang dimilikinya, media mempunyai fungsi yang jelas
untuk menghindari atau memperkecil gangguan komunikasi penyampaian pesan
pembelajaran. Secara garis besar, fungsi media menurut (Degeng, 1998) dapat
dikemukakan sebagai berikut, yakni (1) menghindari terjadinya verbalisme, (2)
membangkitkan minat/motivasi, (3) menarik perhatian siswa, (4) mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (5) mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar,
serta (6) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
2) Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan
dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik, dan
sound effect.
Jenis media audio ini di antaranya adalah radio. Radio adalah media audio
yang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran gelombang
elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar) secara langsung
dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui suatu alat (microfon) yang
kemudian diolah dan dipancarkan ke segenap penjuru melalui gelombang
elektromagnetik dan penerima pesan (pendengar) menerima pesan atau informasi
tersebut dari pesawat radio di rumah-rumah atau para siswa mendengarkannya di
ruang-ruang kelas.
4) Multimedia
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media
yang terdiri atas teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua katagori yaitu: a) Multimedia linier yaitu
multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasionalkan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan).
Contoh multimedia linier: film dan TV; dan b) Multimedia interaktif yaitu suatu
multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasionalkan
oleh pengguna sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk
proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif: aplikasi game.
Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya
memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi
selama mengikuti pembelajaran. Sedikitnya ada tiga macam interaksi. Interaksi
yang pertama ialah yang menunjukkan siswa berinteraksi dengan sebuah program,
misalnya siswa diminta mengisi blangko pada bahan belajar terprogram. Bentuk
interaksi yang kedua ialah siswa berinteraksi dengan mesin, misalnya mesin
pembelajaran, simulator, laboratorium bahasa, komputer, atau kombinasi di
antaranya yang berbentuk video interaktif. Bentuk interaksi ketiga ialah mengatur
interaksi antarsiswa secara teratur tapi tidak terprogram; sebagai contoh dapat
dilihat pada berbagai permainan pendidikan atau simulasi yang melibatkan siswa
dalam kegiatan atau masalah, yang mengharuskan mereka untuk membalas
serangan lawan atau kerjasama dengan teman seregu dalam memecahkan
masalah. Dalam hal ini siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
timbul karena tidak ada batasan yang kaku mengenai jawaban yang benar. Jadi
permainan pendidikan dan simulasi yang berorientasikan pada masalah memiliki
potensi untuk memberikan pengalaman belajar yang merangsang minat dan
realistis.
Karakteristik pembelajaran dengan multimedia, antara lain: a) Memiliki lebih
dari satu media yang konvergen, misalnya media yang menggabungkan unsur
audio dan visual; b) Bersifat interaktif, memiliki kemampuan untuk
mengakomodasikan respon pengguna; dan c) Bersifat mandiri, member kemudahan
dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan media
tanpa bimbingan orang lain.
d. Pemilihan Media
Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan pengertian, media
pembelajaran pada dasarnya merupakan semua alat bantu yang dimanfaatkan guru
dalam rangka mempermudah pembelajaran.
d. Pembuatan Multimedia
Berbagai kemungkinan penggunaan komputer meliputi: tutorial, latihan tes,
simulasi, permainan, dan pemecahan masalah (Sudjana dan Rivai, 1989).
Tutorial. Tutorial digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
menguraikan penjelasan setahap demi setahap. Paket program tutorial ini mula-mula
menyajikan materi pelajaran tertentu, adakalanya komputer memberikan suruhan-
suruhan yang harus dijawab oleh siswa. Bila siswa menjawab degan benar maka
komputer akan menyajikan materi berikutnya. Bila siswa menjawab salah atau tidak
menjawab dalam waktu tertentu, maka komputer akan menuntun siswa agar mendapat
jawaban yang benar. Jawaban siswa perlu diketik melalui papan ketik agar dapat
memperoleh umpan balik lebih lanjut dalam komputer.
Latihan. Latihan digunakan memantapkan konsep yang telah dipelajari dan
merangsang siswa untuk bekerja secara tepat dalam menyelesaikan soal-soal dari
yang seerhana sampai kompleks. Setelah siswa selesai menjawab melalui papan
ketik, komputer segera memberi umpan balik yang berupa penguatan jika siswa
Media Siswa
Guru
Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Tugas guru : Fasilitator pembelajaran
Gambar 1:
Penggunaan Media dalam Belajar Individual
Belajar individual adalah tipe belajar yang berpusat pada siswa, sehingga
dituntut peran dan aktivitas siswa secara utuh dan mandiri agar prestasi belajarnya
tinggi. Dalam belajar individual ada tiga pendekatan atau cra belajar individual yang
banyak dikenal sekarang ini, antara lain adalah belajar jarak jauh.
Media Lain
Keterangan :
: komunikasi utama
: konsultatif (kalau perlu saja)
Gambar 2:
Penggunaan Media dalam Belajar Klasikal
• Keterangan:
S S G : Guru
S : Siswa
S : Arus interaksi
Kegiatan Persiapan
1. Guru mempersiapkan diri dalam penguasaan materi pembelajaran
2. Guru menyiapkan media
3. Guru menyiapkan ruangan dan peralatan
4. Guru menyiapkan siswa
Kegiatan Evaluasi
1. Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan dengan menggunakan media
2. Guru menerangkan hal-hal yang belum jelas
B. LEMBAR LATIHAN
1. Setelah membaca deskripsi pengertian media dalam modul ini, selanjutnya,
jelaskan pengertian media pembelajaran menurut Anda secara sederhana.
2. Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian media ini.
Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, sebutkan jenis media pembelajaran?
3. Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memilih
dan menentukan media pembelajaran. Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam
memilih dan menentukan media pembelajaran?
4. Jelaskan langkah-langkah penyusunan dalam pembuatan slide suara media audio
untuk pembelajaran.
1. Tujuan
a. Menjelaskan karakteristik asesmen dalam KBK/KTSP
b. Menerapkan berbagai teknik asesmen
c. Membandingkan pengukuran, asesmen, dan evaluasi
d. Menjelaskan berbagai metode asesmen
e. Peserta mampu memanfaatkan hasil asesmen untuk meningkatkan proses
pembelajaran dan mampu menyusun laporan hasil asesmen.
2. Uraian Materi
HAKIKAT ASESMEN
A. Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Istilah asesmen (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua
istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Padahal ketiga
istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan.
Menurut Oosterhof (2003), pengukuran dan asesmen memiliki makna yang
hampir serupa walaupun tidak mutlak sama. Griffin & Nix (1991) memberikan
gambaran yang lebih konkret tentang kaitan antara pengukuran, asesmen, dan
evaluasi. Menurut Griffin dan Nix, ketiga kegiatan tersebut merupakan suatu hierarki.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria
atau ukuran; asesmen adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui
pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil
pengukuran, sedangkan evaluasi adalah proses mengambil keputusan (judgment)
berdasarkan hasil-hasil asesmen. Johnson & Johnson (2002) menegaskan tidak
seharusnya melakukan evaluasi tanpa melakukan pengukuran dan penilaian terlebih
dulu.
Cakupan asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Berbagai metode dan instrumen -baik formal
maupun nonformal- digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi.
Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif (Johnson & Johnson, 2002; Gronlund, 2003; Oosterhof,
2003). Asesmen yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut sebagai
asesmen proses, sedangkan asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan dikenal dengan istilah asesmen hasil/produk. Asesmen proses dibedakan
menjadi asesmen proses informal dan asesmen proses formal.
Asesmen informal bisa berupa komentar-komentar guru yang
diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik
menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah
melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik-peserta didik
tersebut.
Asesmen proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan
informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses informal, asesmen
proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis
dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan peserta didik.
Pertanyaan:
1. Apakah perbedaan antara pengukuran, asesmen, dengan evaluasi?
2. Berikan contoh aktivitas riil dalam dunia pendidikan yang menunjukkan kegiatan
pengukuran, asesmen, dan evaluasi!
3. Identifikasi berbagai metode asesmen beserta kelebihan dan kekurangannya!
4. Jelaskan mengapa asesmen harus dilakukan dengan berbagai metode?
B. Teknik Asesmen
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan
berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik
mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Asesmen dilakukan berdasarkan
Penilaian Kedisiplinan
Nama peserta didik: _______________________ _______ Kelas: _____
No. Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Datang tepat waktu
2. Pakaian sesuai aturan
3. Bertanggungjawab pada tugas
4. Pulang tepat waktu
Nilai
Rubriknya
Aspek yang Penilaian
Dinilai 1 2 3
Merangkai Rangkaian Rangkaian alat benar, Rangkaian alat
alat alat tidak tetapi tidak rapi atau benar, rapi, dan
benar tidak memperhatikan memperhatikan
keselamatan kerja keselamatan kerja
Pengamatan Pengamatan Pengamatan cermat, Pengamatan cermat
tidak cermat tetapi mengandung dan bebas
interpretasi interpretasi
Data yang Data tidak Data lengkap, tetapi Data lengkap,
diperoleh lengkap tidak terorganisasi, terorganisasi, dan
atau ada yang salah ditulis dengan benar
tulis
Kesimpulan Tidak benar Sebagian kesimpulan Semua benar atau
atau tidak ada yang salah atau sesuai tujuan
sesuai tujuan tidak sesuai tujuan
2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang
mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran
objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
adalah:
1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap mata pelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan
akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan
cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik
yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Ketekunan belajar
Tanggung jawab
Tenggang rasa
Menepati janji
No.
Keterbukaan
Kedisiplinan
Kepedulian
Kerjasama
Kerajinan
Kejujuran
Nama
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
3. Tes Tertulis
a. Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
b. Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
1) Soal dengan memilih jawaban (selected response), mencakup: pilihan ganda,
benar-salah, dan menjodohkan.
2) Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau
melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif.
Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan;
2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari
berbagai bentuk soal penilaian.
4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
Nama :
NIS :
Kelas :
No. ASPEK SKOR (1 - 5)
1 PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
2 PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data / Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan
sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan
yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan
cheklist
6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta
didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan
Latihan
Pilihlah salah satu Kompetensi Dasar dan buatlah rancangan asesmen sesuai dengan
karakteristik Kompetensi Dasar tersebut!
2. Bentuk Laporan
Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam angka (skor), misalnya
seorang peserta didik mendapat nilai 6 pada mata pelajaran matematika. Namun,
makna nilai tunggal seperti itu kurang dipahami peserta didik maupun orangtua
karena terlalu umum. Hal ini membuat orangtua sulit menindaklanjuti apakah
anaknya perlu dibantu dalam bidang aritmatika, aljabar, geometri, statistika, atau hal
lain.
Laporan harus disajikan dalam bentuk yang lebih komunikatif dan
komprehensif agar “profil” atau tingkat kemajuan belajar peserta didik mudah
terbaca dan dipahami). Dengan demikian orangtua/wali lebih mudah
mengidentifikasi kompetensi yang belum dimiliki peserta didik, sehingga dapat
menentukan jenis bantuan yang diperlukan bagi anaknya. Dipihak anak, ia dapat
mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya serta aspek mana yang perlu
ditingkatkan.
Isi Laporan
Pada umumnya orang tua menginginkan jawaban dari pertanyaan sebagai
berikut;
• Bagaimana keadaan anak waktu belajar di sekolah secara akademik, fisik, sosial
dan emosional?
• Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
• Kemampuan/kompetensi apa yang sudah dan belum dikuasai dengan baik?
• Apa yang harus orangtua lakukan untuk membantu dan mengembangkan
prestasi anak lebih lanjut?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, informasi yang diberikan kepada
orang tua hendaknya;
• Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
• Menitikberatkan kekuatan dan apa yang telah dicapai anak.
• Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
• Berkaitan erat dengan hasil belajar yang harus dicapai dalam kurikulum.
• Berisi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar.
3. Rekap Nilai
Rekap nilai merupakan rekap kemajuan belajar peserta didik, yang berisi
informasi tentang pencapaian kompetensi peserta didik untuk setiap KD, dalam
kurun waktu 1 semester. Rekap nilai diperlukan sebagai alat kontrol bagi guru
tentang perkembangan hasil belajar peserta didik, sehingga diketahui kapan peserta
didik memerlukan remedial.
Nilai yang ditulis merupakan rekap nilai setiap KD dari setiap aspek
penilaian. Nilai suatu KD dapat diperoleh dari tes formatif, tes sumatif, hasil
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, nilai tugas perseorangan
maupun kelompok. Rata-rata nilai KD dalam setiap aspek akan menjadi nilai
pencapaian kompetensi untuk aspek yang bersangkutan.
Latihan
Apakah pelaporan hasil belajar di sekolah Anda sudah sesuai dengan Permendiknas No
20 Tahun 2007? Bila belum, mengapa?
Contoh 1:
Tugas Untuk Penilaian Unjuk Kerja
Materi Pokok : Segitiga dan segiempat
Kelas : VII SMP
Standar Kompetensi : Mengidentifikasi garis, sudut, dan bangun datar serta dapat
menentukan besaran-besaran yang ada di dalamnya.
Kompetensi Dasar : Mengenali sifat-sifat dan melukis segitiga
Tujuan : Siswa dapat melukis segitiga samasisi dengan menggunakan
penggaris dan jangka.
TUGAS : Lukis ∆ABC samasisi dengan panjang sisi 5 cm. Tuliskan langkah-
langkah kalian dalam melukis ∆ABC.
Dengan tugas yang sama seperti di atas khususnya di matematika, dapat pula kegiatan
unjuk kerjanya tidak diamati secara langsung. Dengan mengubah perintah tugasnya,
maka kegiatan untuk tugas di atas dapat diamati secara tak langsung. Karena
pengamatannya tak langsung, maka standar unjuk kerjanya sedikit berbeda dengan yang
pengamatan langsung. Misal dalam pengamatan tidak langsung, diperlukan siswa
menulis urutan kerjanya atau memberi nomor urut yang dikerjakan.
Rubrik
Tingkatan (Level) Kriteria Khusus Catatan
4 • Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap
Superior konsep persamaan dan fungsi kuadrat.
• Sangat terampil menyelesaikan tiap langkah
menentukan bagian-bagian grafik.
• Ukuran tepat (sesuai permintaan)
• Tulisan penjelasan grafik patut dicontoh.
• melebihi permintaan yang diinginkan.
3 • Menunjukkan pemahaman konsep persamaan
Memuaskan dan fungsi kuadrat.
dengan sedikit • Terampil menyelesaikan tiap langkah menentukan
kekurangan bagian-bagian grafik
• Ukuran sebagian besar tepat
• Tulisan penjelasan grafik efektif.
• Memenuhi semua permintaan yang diinginkan.
2 • Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian
Cukup besar konsep fungsi dan persamaan kuadrat.
memuaskan • Kurang terampil menyelesaikan tiap langkah
dengan banyak menentukan bagian-bagian grafik
kekurangan • Ukuran kurang tepat
• Tulisan penjelasan grafik cukup memuaskan.
• Memenuhi sebagian permintaan yang diinginkan.
1 • Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman
Tidak memuaskan terhadap konsep fungsi dan persamaan kuadrat.
• Tidak terampil menyelesaikan tiap langkah
menentukan bagian-bagian grafik
• Ukuran tidak tepat
• Tulisan penjelasan grafik tidak memuaskan.
• Tidak memenuhi permintaan yang diinginkan.
Dengan tugas yang sama seperti di atas khususnya di matematika, dapat pula kegiatan
unjuk kerjanya tidak diamati secara langsung. Dengan mengubah perintah tugasnya,
maka kegiatan untuk tugas di atas dapat diamati secara tak langsung. Karena
pengamatannya tak langsung, maka standar unjuk kerjanya sedikit berbeda dengan yang
pengamatan langsung. Misal dalam pengamatan tidak langsung, diperlukan siswa
menulis urutan kerjanya atau memberi nomor urut yang dikerjakan.
Standar Kompetensi
Menguasai kompetensi pedagogik pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran yang
mendidik
Kompetensi Dasar
Merancang pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab IV Pasal 10 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berhak
mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, Pasal 11 Ayat (1)
juga menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Lahirnya kedua
undang-undang tersebut menandai sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan
dari sistem yang cenderung sentralistik menjadi lebih desentralistik.
Selain itu dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 3, menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di
setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim
Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa
berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan
terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan
dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah.
Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang
dan menentukan materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian
hasil pembelajaran.
Banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh daerah karena sebagian besar
kebijakan yang berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan
dilaksanakan oleh sekolah atau daerah. Sekolah harus menyusun kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus dengan cara
3. Pengembang Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru mata pelajaran secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah (MGMPS) atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dibawah koordinasi dan
supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Propinsi.
a. Sekolah dan Komite Sekolah
Pengembang silabus adalah sekolah bersama komite sekolah. Untuk menghasilkan
silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta bimbingan
teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan lembaga terkait seperti Balitbang
Depdiknas.
b. Kelompok Sekolah
Apabila guru kelas atau guru mata pelajaran karena sesuatu hal belum dapat
melaksanakan pengembangan silabus secara mandiri, maka pihak sekolah dapat
mengusahakan untuk membentuk kelompok guru kelas atau guru mata pelajaran
untuk mengembangkan silabus yang akan dipergunakan oleh sekolah tersebut
c. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Beberapa sekolah atau sekolah-sekolah dalam sebuah yayasan dapat bergabung
untuk menyusun silabus. Hal ini dimungkinkankarena sekolah dan komite sekolah
karena sesuatu hal belum dapat melaksanakan penyusunan silabus. Kelompok
sekolah ini juga dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, dan
lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas dalam menyusun silabus.
d. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan setempat dapat memfasilitasi penyusunan silabus dengan
membentuk sebuah tim yang terdiri dari para guru berpengalaman di bidangnya
masing-masing. Dalam pengembangan silabus ini sekolah, kelompok kerja guru,
atau dinas pendidikan dapat meminta bimbingan teknis dari perguruan tinggi,
LPMP, atau unit utama terkait yang ada di Departemen Pendidikan Nasional.
7. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta
didik dilakukan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan mencakup tiga ranah
(kognitif, psikomotor dan afektif). Perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat
pada saat melakukan penilaian ranah afektif.. Di dalam kegiatan penilaian ini
terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk
instrumen, dan (c) contoh instrumen.
a. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
rangka penilaian ini, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik
Catatan:
• Kegiatan Pembelajaran adalah kegiatan-kegiatan spesifik yang dilakukan siswa
untuk mencapai SK dan KD
• Alokasi waktu, termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran
• Sumber belajar dapat berupa buku teks, alat, bahan, nara sumber, atau lainnya.
A. Latar Belakang
Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah
dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun sebuah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran baik di kelas, di laboratorium, dan/atau di lapangan untuk setiap
Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, RPP harus memuat hal-hal yang langsung berkait
erat dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya penguasaan satu Kompetensi Dasar.
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian, dalam menyusun RPP
guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar
dan indikator ketercapaian KD. Secara terinci RPP minimal harus memuat Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian.
C. Pengembang RPP
Dalam silabus, yang bertanggung jawab untuk menyusunnya adalah sejumlah
guru mata pelajaran tertentu yang ada di satu sekolah. Jadi, jika terdapat empat guru
matematika dalam satu sekolah maka yang bertanggung jawab menyusun silabus
adalah keempat guru tersebut. Selanjutnya, yang bertanggung jawab dalam menyusun
RPP adalah guru mata pelajaran tertentu secara individu, di bawah koordinasi Kepala
Sekolah atau MGMP. Oleh karena itu, setiap guru secara individu dituntut untuk
memiliki kemampuan atau kompetensi dalam menyusun atau mengembangkan RPP.
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Psikomotor
Afektif
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (menunjukkan / mengeksplisitkan
bentuk-bentuk perilaku berkarakter dalam setiap langkah)
Pertemuan Kesatu:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
Pertemuan Kedua:
* Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
* Kegiatan Inti (...menit)
* Penutup (…menit)
A. Latar Belakang
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan
seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya
tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)
serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses
pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang
dialami secara langsung. Oleh sebab itu sesuai dengan tahapan perkembangan anak
yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik) tersebut,
pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan
kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi
peserta didik
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi
yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas
awal sekolah dasar yakni kelas I, II, dan III lebih sesuai jika dikelola dalam
pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Landasan psikologis: dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal
bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan
bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis: dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
1. Menentukan Tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
a. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
b. Dari yang termudah menuju yang sulit
c. Dari yang sederhana menuju yang kompleks
d. Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
e. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
f. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa,
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.
2. Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian perlu
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan
nyata. Pernyataan tersebut merupakan prinsip pengembangan silabus:
A. ilmiah
B. relevan
C. sistematis
D. aktual dan kontekstual
Memproses (Processing)
1. Mengsintesisikan (synthesize) 8. Mengkategorisasikan (categorize)
2. Mengelompokkan (group) 9. Menganalisis (analyze)
3. Menjelaskan (explain) 10. Membandingkan (compare)
4. Mengorganisasikan (organize) 11. Mengklasifikasi (classify)
5. Meneliti/melakukan eksperimen 12. Menghubungkan (relate)
(experiment) 13. Membedakan (distinguish)
6. Membuat analog (make analogies) 14. Menyatakan sebab-sebab (state
7. Mengurutkan (sequence) causality)
5. Perilaku-perilaku berbahasa
a. Menyingkat/memendekkan l. Mengucapkan/melafalkan/
(abbreviate) menyatakan (pronounce)
b. Memberi tekanan pada sesuatu m. Memberi atau membubuhkan
/menekankan (accent) tanda baca (punctuate)
c. Mengabjad/menyusun menurut n. Membaca (read)
abjad (alphabetize) o. Mendeklamasikan/
d. Mengartikulasikan/ mengucapkan membawakan/menceritakan
kata-kata dengan jelas (recite)
(articulate) p. Mengatakan (say)
e. Memanggil (call) q. Menandakan (sign)
f. Menulis dengan huruf besar r. Berbicara (speak)
(capitalize) s. Mengeja (spell)
g. Menyunting (edit) t. Menyatakan (state)
h. Menghubungkan dengan garis u. Menyimpulkan (summarize)
penghubung (hyphenate) v. Membagi atas suku-suku kata
i. Memasukkan (beberapa spasi) (syllabicate)
/melekukkan (indent) w. Menceritakan (tell)
j. Menguraikan / memperlihatkan x. Menerjemahkan (translate)
garis bentuk/ menggambar denah y. Mengungkapkan dengan kata-
atau peta (outline) kata (verbalize)
k. Mencetak (print) z. Membisikkan (whisper)
aa. Menulis (write)
6. Perilaku-perilaku Musik
a. Meniup (blow) e. Menyentuh (finger)
b. Menundukkan kepala (bow) f. Memadankan/berpadanan
c. Bertepuk (clap) (harmonize)
d. Menggubah /menyusun g. Menyanyi kecil/bersenandung
(compose) (hum)
h. Membisu (mute) m. Memetik/mengetuk-ngetuk
i. Memainkan (play) (strum)
j. Memetik (misal gitar) (pluck) n. Mengetuk (tap)
k. Mempraktikkan (practice) o. Bersiul (whistle)
l. Menyanyi (sing)
7. Perilaku-perilaku Fisik
a. Melengkungkan (arch) s. Berbaris (march)
b. Memukul (bat) t. Melempar/memasangkan/ me-
c. Menekuk/melipat/ mancangkan/menggantungkan
membengkokkan (bend) (pitch)
d. Mengangkat/membawa (carry) u. Menarik (pull)
e. Menangkap (catch) v. Mendorong (push)
f. Mengejar/memburu (chase) w. Berlari (run)
g. Memanjat (climb) x. Mengocok (shake)
h. Menghadap (face) y. Bermain ski (ski)
i. Mengapung (float) z. Meloncat (skip)
j. Merebut/menangkap/ mengambil aa. Berjungkirbalik (somersault)
(grab) ab. Berdiri (stand)
k. Merenggut/memegang/ ac. Melangkah (step)
menyambar/merebut (grasp) ad.Melonggarkan/merentangkan
l. Memegang erat-erat (grip) (stretch)
m. Memukul/menabrak (hit) ae. Berenang (swim)
n. Melompat/meloncat (hop) af. Melempar (throw)
o. Melompat (jump) ag. Melambungkan/melontarkan
p. Menendang (kick) (toss)
q. Mengetuk (knock) ah.Berjalan (walk)
r. Mengangkat/mencabut (lift)
8. Perilaku-perilaku Seni
a. Memasang (assemble) w. Melekatkan/menempelkan/
b. Mencampur (blend) merekatkan (paste)
c. Menyisir/menyikat (brush) x. Menepuk (pat)
d. Membangun (build) y. Menggosok (polish)
e. Mengukir (carve) z. Menuangkan (pour)
f. Mewarnai (color) aa. Menekan (press)
g. Mengkonstruk/ ab. Menggulung (roll)
membangun(construct) ac.Menggosok/ menyeka(rub)
h. Memotong (cut) ad.Menggergaji (saw)
i. Mengoles (dab) ae. Memahat (sculpt)
j. Menerangkan(dot) af. Menyampaikan/melempar (send)
k. Menggambar (draw) ag. Mengocok (shake)
l. Mengulang-ulang/melatih (drill) ah. Membuat sketsa (sketch)
m. Melipat (fold) ai. Menghaluskan (smooth)
n. Membentuk (form) aj. Mengecap/menunjukkan (stamp)
o. Menggetarkan/memasang (frame) ak. Melengketkan (stick)
p. Memalu (hammer) al. Mengaduk (stir)
q. Menangani (handle) am.Meniru/menjiplak (trace)
r. Menggambarkan (illustrate) an. Menghias/memangkas (trim)
s. Mencair (melt) ao. Merengas/memvernis (varnish)
t. Mencampur (mix) ap. Menyeka/menghapuskan/
u. Memaku (nail) membersihkan (wipe)
v. Mengecat (paint) aq. Membungkus (wrap)
NILAI-NILAI KARAKTER
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
Metode Penelitian
179
Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan
kegiatan Anda sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan
Tabel berikut ini.
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No. Dokter Guru Peneliti PTK
1 Menanyakan gejala penyakit Mendeskripsikan masalah
2 Mendiagnosis penyakit Menemukan akar masalah
Mendeskripsikan Masalah
Apakah Anda ingat pertanyaan dokter ketika Anda sudah berada di hadapannya? Ia
akan bertanya: "Kenapa Pak?" atau "Kenapa Bu?" Maksudnya adalah untuk meminta
Anda mendeskripsikan keluhan-keluhan yang Anda rasakan. Ia berusaha menggali
sebanyak mungkin dengan berbagai pertanyaan: “Bagian mana yang sakit? Waktu-waktu
apa saja terasanya? Sudah berapa lama? Sudah minum obat apa? Bagaimana hasilnya?"
Belum cukup dengan keterangan lisan, ia masih meminta Anda berbaring di dipan.
Kemudian ia menempelkan stetoskop di dada dan perut Anda, menekan-nekan dan
mengetuk-ngetuk perut Anda, melihat telakup mata Anda, melihat tenggorokan Anda
dengan senter, dan sambil lalu ia sudah dapat mengetahui suhu badan Anda. Setelah itu
ia masih menggunakan tensimeter untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi Anda.
Singkatnya ia ingin mengungkap serinci mungkin gejala penyakit Anda; tujuannya adalah
untuk ”mendiagnosis” penyakit Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi gejala penyakit
Anda akan makin mudah ia mendiagnosis penyakit Anda itu.
Dengan cara serupa, masalah yang akan Anda pecahkan melalui PTK harus
dideskripsikan secara rinci; tujuannya adalah agar Anda dapat menemukan “akar
masalah” penelitian Anda secara tepat. Makin rinci deskripsi masalah Anda, makin mudah
Anda menemukan akar masalah.
Penemuan akar masalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan
PTK. Sebelum akar masalah ditemukan, Anda sebaiknya tidak terburu-buru memberikan
tindakan. Analoginya dengan dunia kedokteran adalah dokter yang mengobati rasa
pusing berkepanjangan yang dialami pasien. Mula-mula ia mendiagnosis secara terburu-
buru sebagai penyakit maag; obat yang diberikan adalah promaag. Tentu saja setelah
minum obat selama tiga hari rasa pusing pasien tidak kunjung hilang. Setelah didiagnosis
ulang ternyata penyebabnya adalah lubang kecil yang ada di gigi. Setelah gigi dirawat,
lubang diberi obat kemudian ditambal dan diberi obat yang sesuai, rasa pusing itupun
hilang.
Langkah-langkah berikut ini akan membantu Anda mendeskripsikan masalah
penelitian Anda secara rinci:
1. Mulailah dengan satu kalimat masalah.
2. Elaborasi kalimat itu serinci mungkin dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini:
a. Dari mana tahunya?
b. Bagaimana datanya?
c. Upaya apa yang telah dilakukan?
d. Bagaimana hasilnya?
3. Usahakan kalimat masalah dan elaborasinya itu mencapai ½ -- 1 halaman; setelah itu
biasanya Anda akan menemukan akar masalahnya.
Contoh
(Kalimat masalah) ”Nilai fisika siswa kelas I SMA X Jakarta pada umumnya rendah.” (Dari
mana tahunya?) Mereka tampak mengerti penjelasan dan contoh soal yang diberikan
guru; tetapi ketika soal diganti sedikit saja, mereka menjadi bingung dan tidak mampu
mengerjakan. Seakan-akan mereka hanya mengerti tentang hal yang sudah dijelaskan;
hal-hal yang baru sekecil apapun akan menimbulkan kebingungan, tidak mampu diatasi.
Pada ulangan akhir standar kompetensi (SK) skor rata-rata siswa 5; pada ulangan akhir-
Proposal Sederhana
Dari hasil analisis di atas dapatlah dirangkum proposal sederhana dalam bentuk matriks
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel Proposal Sederhana dalam Pelajaran Fisika SMA
Aspek-aspek
No Uraian
Penelitian
1 Kalimat Masalah Nilai fisika siswa Kelas I SMA X Jakarta pada umumnya rendah.
2 Akar Masalah Pemahaman siswa kurang mantap ketika diterangkan.
3 Hipotesis "Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar
Tindakan fisika siswa kelas I SMA X Jakarta."
Tindakan Operasional:
a. Tiap konsep-baru yang esensial ditanamkan menggunakan
metode concept attainment, dengan pemberian contoh-
contoh yang cukup banyak dan disertai dengan noncontoh.
b. Contoh soal yang diberikan harus cukup banyak dan
barvariasi, disertai dengan jawaban.
c. Dihindarkan ”pemberian contoh yang terbatas” tetapi
”pemberian soal latihan dan PR yang terlalu banyak”.
4 Judul Penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas I SMA X melalui
Metode Concept Attainment”
Profesionalisme Guru
Pertanyaan "Upaya apa yang sudah dilakukan?" pada bagian ”Mendeskripsikan Masalah”
di atas penting untuk dikemukakan. Hal itu menandakan bahwa Anda seorang guru
profesional, yang telah menerapkan berbagai metode secara kreatif tetapi belum berhasil.
Bagian yang belum berhasil itulah yang Anda teliti melalui PTK. Analogi dengan tanaman
di pot tadi, jika telah disiram dan dipupuk tetapi tanaman masih tetap layu, barulah itu
merupakan masalah penelitian yang sangat menarik.
Setelah beberapa kali melakukan PTK, Anda akan terbiasa memberikan tindakan secara
sistematis. Anda juga akan merasakan bahwa PTK tidak banyak berbeda dengan
pembelajaran biasa. Secara tidak sadar Anda akan melakukan PTK setiap saat; dan
Anda akan mendapat predikat sebagai guru profesional yang reflektif.
Anda perlu menegaskan metode penelitian yang Anda gunakan, yaitu PTK, disertai
model yang digunakan. Biasanya PTK di sekolah menggunakan Model Kemmis & Taggart
seperti gambar di bawah ini.
Siklus Penelitian
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus. Menurut Kemmis dan McTaggart siklus
terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan,
dan (4) Refleksi. Analoginya dengan pengobatan oleh dokter, satu siklus adalah
rangkaian empat kegiatan: (1) Pemberian resep kepada pasien, (2) Peminuman obat oleh
pasien, (3) Pengukuran peningkatan kesehatan pasien ketika kembali lagi ke dokter, dan
(4) Analis dan evaluasi kesehatan pasien. Siklus PTK sebenarnya adalah satu satuan
penelitian yang lengkap, karena komponen-komponennya lengkap dari perencanaan
sampai refleksi. Jadi kalau Anda melakukan PTK dengan lima siklus, sebenarnya Anda
melakukan lima penelitian secara berkelanjutan. PTK sebaiknya minimal terdiri dari tiga
siklus; kalau baru satu siklus sudah berhasil kemungkinan masalahnya terlalu sederhana.
Satu siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka dengan perlakuan yang sama,
agar intensif. Misalnya Anda melakukan siklus dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan
pertama Anda menggunakan metode concept attainment pada konsep-konsep penting
yang diajarkan, diikuti dengan pemberian contoh soal yang bervariasi, dan PR yang
bervariasi juga. Pada pertemuan kedua dan ketiga Anda melakukan hal yang sama
secara konsisten. Analoginya adalah proses minum obat oleh pasien; selama tiga hari ia
meminum obat yang sama dengan dosis yang sama, berulang-ulang. Hal itu dilakukan
agar data yang diperoleh bersifat jenuh, artinya lengkap. Kalau perlakukan hanya
dilakukan satu kali dan hasilnya baik, ada kemungkinan hal itu hanya kebetulan. Tetapi
kalau perlakuan sudah dilakukan tiga kali dan hasilnya baik, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa hasil itu memang benar-benar baik, bukan karena kebetulan.
Perlu diperhatikan bahwa ketiga kisi-kisi di atas mengukur variabel yang sama, yaitu
pemahaman siswa, secara triangulatif. Artinya variabel yang sama diamati dari berbagai
sudut pandang.
Kolaborasi
Perlu dikemukakan jumlah dan latar belakang pendidikan kolaborator, dan waktu
pertemuan. Misalnya kolaborator internal adalah teman sejawat, guru semata pelajaran.
Pertemuan dilakukan secara intensif pada penulisan proposal dan pembuatan instrumen.
Pada saat implementasi, pertemuan dilakukan seminggu sekali pada akhir pekan untuk
membicarakan masalah-masalah yang ditemukan pada minggu berjalan, dan rencana
untuk minggu berikutnya. Kolaborator internal juga membantu melakukan pengukuran
menggunakan instrumen-instrumen yang tersedia pada akhir siklus. Kolaborator ekternal
adalah dosen perguruan tinggi yang membantu pada penulisan proposal.
Setelah mempunyai proposal sederhana, hasil kegiatan sebelumnya, Anda akan sangat
mudah mengembangkannya menjadi proposal lengkap. Hal-hal yang esensial telah
tertulis dalam proposal sederhana itu, terutama deskripsi masalah, rumusan masalah, dan
hipotesis tindakan.
Sistematika Proposal Penelitian
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
Judul
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Bab 2 Kajian Pustaka
A. Deskripsi Teori
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Bab 3 Metodologi Penelitian
A. Setting Penelitian
B. Metodologi Penelitian
C. Siklus Penelitian
D. Kriteria Keberhasilan
E. Instrumen Penelitian
F. Anallisis Data
G. Kolaborasi
H. Jadwal Penelitian
Daftar Pustaka
Judul PTK
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, judul penelitian harus singkat tetapi jelas.
Isinya sama dengan hipotesis tindakan tetapi dengan rumusan yang berbeda. Judul harus
mengandung variabel bebas (tindakan yang diberikan) dan variable terikat (variabel yang
akan ditingkatkan). Contohnya adalah sebagai berikut:
Variabel bebasnya metode concept attainment dan variabel terikatnya hasil belajar
sejarah. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 15. Topik atau pokok bahasan kurang
perlu untuk dicantumkan dalam judul karena keterangan “Fisika Siswa Kelas I SMA “
sudah cukup spesifik. Jika topik dicantumkan, misalnya “Kemagnetan”, seolah-olah
metode concept attainment itu hanya berlaku pada topik Kemagnetan. Masalah yang
dipecahkan dalam PTK seharusnya yang bersifat lintas pokok bahasan, seperti: hasil
Pendahuluan (Bab 1)
Fungsi utama pendahuluan adalah untuk menjelaskan mengapa penelitian
Anda perlu dilakukan. Sampai halaman kedua, pendahuluan harus sudah dapat
mengemukakan masalah penelitian secara jelas. Uraian di halaman-halaman berikutnya
masih dapat ditambahkan, tetapi sifatnya hanya menegaskan dan melengkapi. Sebaiknya
dihindarkan uraian kesana-kemari sampai berhalaman-halaman, dan baru
mengemukakan masalah penelitian di bagian akhir.
Latar belakang masalah berfungsi untuk membuat masalah penelitian Anda terlihat lebih
menonjol, penting, dan mendesak. Masalah penelitian tidak lain adalah deskripsi masalah
yang sudah Anda tulis sebelumnya, di Bagian A; sifatnya mikro, yaitu tentang
pembelajaran di kelas Anda. Agar terlihat penting, masalah mikro itu harus dibingkai
dengan masalah makro yang berskala nasional. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa
Anda sebagai peneliti memahami isu-isu nasional yang relevan. Namun perlu dihindari
kesan bahwa penelitian Anda berskala nasional; kenyataannya penelitian Anda hanya
berskala kelas. Oleh larena itu uraian latar belakang maksimal dua alinea, dan segera
disambung dengan masalah mikro yang berupa deskripsi masalah itu. Berikut ini adalah
contohnya.
Bab 1 Pendahuluan
Rumusan masalah penelitian telah tersirat dalam hipotesis tindakan yang ada dalam
proposal sederhana yang telah Anda buat di Bagian A; Anda tinggal memindahkan ke
sini. Masalah penelitian biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan, tetapi tidak harus.
Inilah contohnya.
B. Rumusan Masalah
Apakah metode concept attainment dapat meningkatkan hasil belajar sejarah kelas I
SMA Negeri X Jakarta?
Bagian terakhir pendahuluan adalah tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan PTK tidak
sekedar ingin “mengetahui peningkatan” variabel terikat (yang akan ditingkatkan), tetapi
lebih pada “meningkatkan” variabel terikat itu. Ingin “mengetahui peningkatan”
mempunyai konotasi “setelah tahu akan selesai” sehingga peneliti PTK banyak yang
kembali ke metode semula setelah penelitian selesai; sedangkan “meningkatkan”
mempunyai arti ingin menggunakan metode baru yang ditemukan untuk seterusnya.
Manfaat penelitian sebaiknya dirinci untuk berbagai pihak agar makna penelitian menjadi
lebih besar, misalnya bagi siswa, guru, dan sekolah. Inilah contohnya.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sejarah siswa.
D. Manfaat Penelitian
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahamannya. Bagi guru
penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan
diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas
2. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu kekuatan atau sumber daya yang tumbuh dari dalam diri
sesorang (individu). Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang
seperti kelelahan dan pengaruh obat (Purwanto, 2003). Jadi perubahan perilaku
adalah hasil belajar (Munir, 2008); perilaku itu meliputi aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar pada aspek
pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi tahu, pada aspek keterampilan dari tidak
mampu menjadi mampu.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati. Proses
belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap,
yaitu: perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding), dan
mendapatkan kembali informasi (retrieval). Mengajar merupakan upaya dalam rangka
mendorong (menuntun dan menemukan hubungan) antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang telah ada.
3. Pembelajaran Sejarah
Sesuai dengan yang disampaikan Suparno (2005) bahwa selama proses
pembelajaran terjadi interaksi yang khas antara siswa dan guru, siswa berupaya
menyerap informasi dan guru bertugas mendampingi siswa dalam belajar. Dalam
filsafat pendidikan modern, siswa dipandang bukan sebagai objek dalam
pembelajaran tetapi juga sebagai subjek. Siswa tidak dipandang sebagai orang yang
tidak tahu, tapi dipandang sebagai orang yang tahu meskipun belum sempurna.
Sejarah merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang manusia
pada masa lampau yang mencakup konsep ruang dan waktu serta perubahan. Dalam
standar isi mata pelajaran sejarah dijelaskan bahwa pembelajaran.
Pembelajaran sejarah dengan pendekatan proses sains baik bagi saintis
maupun guru-guru sains karena dirasakan sebagai yang paling baik dan tepat (Druxes,
1996). Di samping itu siswa dapat menikmatinya sebab mereka adalah subjek belajar
yang aktif. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menimbulkan suasana yang
menyenangkan. Melihat pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran fisika merupakan rangkaian pengembangan, pengetahuan dan
keterampilan yang menekankan proses berpikir dengan menggunakan keterampilan
sains.
Penelitian yang relevan diperlukan untuk mengetahui state of the art atau perkembangan
terbaru tentang masalah yang diteliti. Penelitian seperti itu dapat diperoleh dari jurnal
C. Kerangka Berpikir
Siswa akan memperoleh pemahaman yang mantap jika dilibatkan secara aktif
dalam pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Contoh-contoh
yang cukup banyak akan menghindarkan siswa dari under-generalization atau
penyimpulan terlalu sempit. Sementara penyajian noncontoh akan menghindarkan
siswa dari overgeneralization atau penyimpulan terlalu luas. Baik under-generalizatin
maupun over-generalization dua-duanya akan membuat pemahaman konsep siswa
menjadi lemah.
Metode concept attainment memberi contoh yang cukup banyak kepada siswa,
disertai dengan noncontohnya. Siswa diberi kesempatan yang luas untuk berpikir secara
aktif dalam mengelompokkan contoh-contoh itu ke dalam konsep-konsep yang
dipelajari. Karena masing-masing siswa mempunyai pendapat sendiri yang dipercayai
kebenarannya, proses pengelompokkan itu akan menimbulkan perbedaan pendapat
yang mendorong terjadinya diskusi yang seru dan menyenangkan.
Dapat disimpulkan bahwa metode concept attainment akan meningkatkan
pemahaman siswa.
Hipotesis tindakan merupakan bagian akhir dari kajian teori di Bab 2. Isinya sama dengan
kalimat terakhir kerangka berpikir, yang merupakan kesimpulan. Dalam proposal
sederhana yang sudah Anda buat di pasal sebelumnya, sudah terdapat hipotesis
tendakan. Anda tinggal memindahkannya ke sini. Seperti telah dijelaskan, hipotesis
D. Hipotesis Tindakan
Metode concept attainment akan meningkatkan hasil belajar sejarah siswa kelas I SMA X
Jakarta.
Tindakan Operasional:
1. Tiap peristiwa yang esensial disajikan menggunakan metode concept attainment.
Sejumlah contoh yang berupa nama-nama peristiwa diletakkan dalam kolom-kolom
yang diberi kata “Ya” dan “Tidak”. Siswa kemudian diminta menambahkan tiga nama
peristiwa lain di masing-asing kolom. Di antara contoh-contoh itu disertai noncontoh.
2. Contoh soal yang diberikan guru harus cukup banyak dan bervariasi.
3. Dihindari pemberian contoh soal yang terbatas tetapi pemberian PR yang terlalu
banyak.
C. Siklus Penelitian
Plan yang tidak lain adalah hipotesis tindakan akan dilaksanakan secara berulang-
ulang dalam siklus I, sebanyak beberapa kali pertemuan tatap muka. Pelaksanaan
tindakan akan diamati dan dicatat dengan seksama.
Pada akhir siklus pengamatan terhadap variabel terikat dilakukan dengan tes.
Data hasil tes dianalisis atau direfleksi untuk mengetahui keberhasilan dan
kegagalannya. Refleksi diakhiri dengan merencanakan tindakan alternatif atau revised
plan, yang akan diterapkan pada siklus II.
Plan untuk siklus II sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus I; demikian
juga plan untuk siklus III sepenuhnya tergantung pada hasil refleksi siklus II.
D. Kriteria Keberhasilan
Siklus “plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus sampai criteria
keberhasilannya tercapai, yaitu skor rata-rata kelas mencapai 75, yang disebut kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Walaupun penelitian telah berlangsung sebanyak tiga siklus,
akan terus dilanjutkan selama KKM belum tercapai.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa (variable yang ditingkatkan)
akan dilakukan dengan tes hasil belajar. Kisi-kisinya adalah sebagai berikut.
Tabel. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar
Proses Kognitif
Kompetensi dan Indikator Pema-
Ingatan Aplikasi Analisis Evaluasi Kreasi
haman
KD 1
Indikator 1.1
Indikator 1.2
KD 2
Indikator 2.1
Indikator 2.2
Di samping itu peningkatan hasil belajar akan diukur juga dengan menggunakan lembar
observasi dan pedoman wawancara atau tes lisan. Kedua instrumen itu akan dibuat
berdasarkan kisi-kisi pada Tabel di atas. Tujuannya adalah untuk melakukan triangulasi,
yaitu melihat satu variabel dari berbagai instrumen yang berbeda. Pengukuran akan
dilakukan secara sampling, yaitu terhadap beberapa orang siswa yang dipilih secara
acak. Teknik ini dipilih karena jika dilakukan terhadap seluruh siswa akan memakan
waktu yang lama; peneliti praktis akan sangat sibuk dan kehilangan waktu untuk
membimbing siswa secara intensif.
Pelaksanaan metode concept attainment, sebagai variabel bebas atau tindakan yang
diberikan, tidak akan diukur secara kuantitatif, tetapi cukup secara kualitatif
menggunakan catatan lapangan. Sifatnya lebih global dan fleksibel dengan
memperhatikan hal-hal yang penting, yaitu:
1. Kemampuan siswa menambahkan nama-benda baru pada kolom “ya” dan “Tidak”
Daftar Pustaka
Druxes, Herbert, dkk. (1996). Kompendium Dikdaktik Fisika. Alih Bahasa: Soeparno.
Bandung: CV Remadja Karya
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta
Purwanto, Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)
Reid, Barbara. (2010). The Concept Attainment Strategy. The Science Teacher, Vol. 078
Issue 1
Suparno, Paul. (2008). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo
Uno, Hamzah B. (2008). Model Pembelajaran. diakses dari http://asepawaludinfajari.
wordpress.com/2011/11/22/concept-attainment-model-model-pembelajaran-
perolehan-konsep/ tanggal 22 Maret 2012
Winasmadi, Praja Achsani. (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga Kelas VII.
Jurnal PP, No. 1 Vol. 2 Desember 2011.
Untuk menyusun laporan akhir penelitian harus mengikuti acuan penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dalam upaya meningkatkan jabatan/golongan guru melalui pengembangan
profesi.
Kelengkapan laporan dan sistematika sebagai berikut.
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (KALAU ADA)
DAFTAR GAMBAR (KALAU ADA)
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Contoh perangkat pembelajaran
2. Instrumen
SAMPUL LAPORAN
Format sampul laporan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian Pendidikan
Nasional
HALAMAN PENGESAHAN
Format halaman pengesahan sesuaikan dengan format yang berlaku di Kementrian
Pendidikan Nasional
ABSTRAK
Abstrak berisi ringkasan permasalahan dan cara pemecahan masalahnya, tujuan,
prosedur, dan hasil penelitian. Abstrak diketik satu spasi dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris (lebih baik bila ada). Jumlah kata dalam abstrak tidak melebihi 200 kata
(ada juga yang menetapkan 250 kata) dan dilengkapi dengan kata kunci 3 – 5 kata
KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi hal-hal yang akan disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan
pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Di bagian ini dapat pula disampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelaksanaan penelitian.
DAFTAR ISI
Daftar isi memuat bagian awal laporan, bab dan sub-bab, bagian akhir, disertai
pencantuman nomor halamannya.
DAFTAR TABEL
Daftar tabel memuat nomor dan judul semua tabel yang ada dalam laporan disertai
pencantuman nomor halamannya. Judul tabel berada di bagian atas tabel.
DAFTAR GAMBAR
Daftar gambar memuat nomor dan judul semua gambar yang ada dalam laporan disertai
pencantuman nomor halamannya. Judul gambar berada di bagian bawah gambar.
Gambar yang dimaksud adalah gambar yang diambil selama proses penelitian
berlangsung dan berguna antara lain untuk menggambarkan situasi
kelas/laboratorium,respon/mimik siswa selama dilaksanakan tindakan, hasil karya siswa,
grafik/diagram batang yang menggambarkan data hasil penelitian.
BAB 1 – 3
Isi sama dengan proposal Penelitian Tindakan Kelas pada pembahasan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka yang dicantumkan dalam laporan hanya yang benar-benar dirujuk dalam
naskah. Daftar pustaka ditulis secara konsisten dan alphabetis. Daftar pustaka dapat
bersumber dari buku, jurnal, majalah, dan internet.
LAMPIRAN
Lampiran memuat contoh perangkat pembelajaran: RPP, kurikulum, silabus, instrumen
yang digunakan, personalia, data, foto pelaksanaan penelitian dan bukti lain pelaksanaan
termasuk berita acara seminar hasil penelitian.
Bab 1 Pendahuluan
1
Conny R Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), h. 49
2
Robyn Gee dan Susan Meredith, Entertaining and Educating Your Preschool Child (London: Usborne
Publishing Ltd, 1997), h. 94
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, khususnya
kemampuan mendengar atau menyimak dan kemampuan berbicara pada anak usia 6-7 tahun
di SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
anak.
3
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak I (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 176
4
Maria Montessori, Curriculum Planning (London: Modern Montessori International, 2002), h. 74
5
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 30
b. Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki banyak fungsi dalam kehidupan. Dengan bahasa manusia dapat berpikir
dan belajar dengan lebih baik. Bahasa memungkinkan manusia dapat mengekspresikan sikap dan
perasaan. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang
kelihatan maupun yang tidak kelihatan dan dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Menurut Bromley, bahasa adalah “an ordered system of symbols for transmitting
meaning. Language is a refinement of communication that involves a specified symbol system
recognized and used by a certain group to communicate ideas and information.” 7 Pendapat ini
mengandung arti bahwa bahasa adalah sistem simbol yang ditata untuk menyampaikan arti.
Bahasa adalah suatu kehalusan tutur kata dalam komunikasi yang meliputi suatu simbol yang
telah ditetapkan, dikenali dan digunakan oleh kelompok tertentu untuk mengkomunikasikan ide-
ide dan informasi. Bahasa sebagai sistem yang mengandung simbol, tanda aturan tertentu
disusun secara sistematis dan telah disepakati dalam suatu kelompok tertentu yang
menggunakannya. Bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok sosial dapat berbeda dengan
kelompok lainnya.
Bahasa mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan. Lubis menjelaskan bahwa bahasa
mempunyai tiga fungsi, yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi, alat untuk mempengaruhi orang
lain, alat untuk memberi nama. 8 Berdasarkan fungsi di atas dapat dikatakan bahwa bahasa
berfungsi untuk menyatakan ekspresi seseorang akan suatu hal, mempengaruhi orang lain, dan
memberikan nama untuk mewakili benda.
Bahasa memungkinkan seseorang untuk dapat menyatakan ekspresi, keinginan,
permohonan, alasan, perasaan atau empati, menunjukkan kepunyaan, mempengaruhi orang lain,
berfantasi, dan sebagai alat penghubung sosial. Heyster berpendapat bahwa fungsi bahasa bagi
anak dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu bahasa sebagai pernyataan jiwa, bahasa sebagai
peresapan atau mempengaruhi orang lain dan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan
6
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h. 28
7
Karen D. Bromley, Language Arts: Exploring Connections Second Edition (New York: Simon and Schuster,
1992), h. 15
8
Zulkifli Lubis, Psikologi Perkembangan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999), h. 34
c. Komponen Bahasa
Keterampilan berbahasa berkaitan erat dengan komponen bahasa. Seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan tentang bahasa mencakup diantaranya
komponen bahasa dan kosa kata. Pada aliran linguistik mana pun bahasa selalu dikatakan
memiliki tiga komponen, yaitu sintaktik, fonologi dan semantik.11 Fonologi atau suara adalah
sistem suara yang membentuk kata. Sintaktik adalah tata bahasa atau susunan kata yang
membentuk kalimat. Sematik merupakan hubungan antara ide dan kata yang membentuk arti
dari kata-kata yang disusun.
Pendapat di atas mengandung arti bahwa fonem merupakan suara atau bunyi untuk
membentuk kata atau unit bahasa terkecil yang disebut morfem. Morfem dapat berupa
keseluruhan kata atau bagian dalam satu kata. Morfem disusun dalam susunan kata atau sintaksis
sehingga menjadi kalimat yang disusun oleh kata-kata. Dengan demikian dapat dideskripsikan
secara singkat bahwa bahasa memiliki tiga komponen, yaitu fonologi (suara), semantik (arti), dan
sintaksis (aturan tata bahasa). Ketiga komponen bahasa saling berkaitan dalam penggunaannya
sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan sosial.
Secara umum setiap anak pada usia tertentu mempunyai pola perkembangan bahasa
yang sama meskipun ada perbedaan individu. Pola tersebut meningkat secara bertahap dan
berkesinambungan, dimulai dengan menangis, mengoceh, membentuk satu kata, banyak kata dan
kalimat. Oleh karena itu, anak selalu terlibat dalam berbagai peristiwa, banyak melihat
(mengamati), belajar mendengar dan mengekspresikan berbagai keinginan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa.
12
A. E. Sinolungan, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Manado: Universitas Negeri Manado, 2001), h.
139
13
Jayne Sower, Language Art in Early Education (Georgia: George Fox University, 2000), h. 2
14
Mary Renck Jalongo, Early Childhood Language Arts (USA: Pearson Education, Inc., 2007), h. 76
15
Ibid., h. 102
16
Weafer, Constance, Reading Process and Practice: From Socio-psycholinguistic to Whole Language
(Portsmouth, N.H.: Heinemann, 1988), h. 44-45
17
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonsia di Kelas Rendah (Jakarta:
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), h. 100
18
Diane E Papilaya, A Child World Infancy Through Adolescence (New York: Mc Graw Hill, 1982), h. 318
19
Elizabeth Hurlock, op. cit., h. 189
20
George W. Maxim, The Very Young (USA: Macmillan Publishing Company, 1993), h. 144
21
Seto Mulyadi, Bermain dan Kreativitas (Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004), h. 54
22
F.J. Monks, A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu, op.cit., h. 129
23
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 320
24
Sue Dockett dan Marilyn Fleer, Play and Pedagogyin Early Childhood (Australia: Nelson Australia Pty
Limited, 2002), h. 14
25
Mayke S. Tedjasaputra, Bermain, Main dan Permainan (Jakarta: Grasindo Widia Sarana Indonesia, 2001),
h. 6
Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan kembali bahwa
kegiatan bermain dapat membantu anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan
26
Ibid., h. 39-46
27
Zulkifli Lubis, op. cit., h. 39
28
Hurlock, loc.cit.
29
Seto Mulyadi, op.cit., h. 60-62.
30
Meyke Tejdasaputra, op. cit., h. 24-27
Semakin jelas bahwa bermain pada masa usia sekolah juga dapat dijadikan sebagai situasi
belajar. Bahan-bahan material yang digunakan untuk memunculkan kegiatan bermain yang
mendukung perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik kelompok
masih tetap sama. Namun jenis dan jumlahnya sudah semakin bervariasi. Hal ini tentu disesuaikan
dengan tingkat perkembangan aspek motorik, perseptual kognitif dan sosial linguistik yang
dikembangkan.
Pada aspek motorik rentang kegiatan yang diharapkan dilaksanakan anak berada pada
kegiatan melibatkan diri dalam aktivitas yang berkaitan dengan otot besar, seperti melompat,
memanjat, main bola dan lainnya sampai anak termotivasi untuk aktif terlibat dalam kegiatan
pertandingan atau peningkatan keterampilan. Pada aspek perseptual kognitif berbagai kegiatan
dilakukan antara lain mulai dari dapat memusatkan perhatian secara langsung pada satu objek
dalam beberapa tahapan kegiatan sampai menunjukkan perhatian yang besar pada berbagai
waktu dan tempat. Pada aspek sosial linguistik ditunjukkan dalam kegiatan yang menaruh minat
pada teman sebaya dan merasa bagian dari kelompok itu, memiliki teman spesial dalam
kelompok, ada kecocokan antar kelompok dan simbol-simbol khusus kelompok sampai mulai
menunjukkan minat yang besar pada masyarakat dan merasa menjadi bagian dari masyarakat.
Bahan bermain digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan konsep,
seperti adanya kegiatan menimbang untuk mengetahui ukuran berat, menentukan mana yang
lebih berat dan lainnya. Pada aspek seni juga ditunjukkan dengan melakukan aktivitas yang
menghasilkan karya seni yang lebih membutuhkan perhatian dan ketelitian yang lebih banyak.
Kegiatan ini selain melatih imajinasi juga melatih perkembangan motorik halus dan perseptual
kognitif. Dengan demikian, semakin banyak bahan atau objek bermain yang dapat dieksplorasi
anak maka akan semakin banyak aspek kemampuan yang dapat dikembangkan.
35
Soeparno, Media Pengajaran Bahasa (Jakarta: Intan Pariwara, 1988), h. 61
36
Roger A. Kaufman, Educational System Planning, (New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1972), h. 6-8
2) Metode
Dalam pelaksanaan pengembangan kemampuan berbahasa dapat menggunakan
beberapa metode/teknik mengajar, seperti metode bercerita, sandiwara boneka, bercakap-
cakap, dramatisasi, bermain peran/sosiodrama, mengucapkan syair, dan karyawisata. 39
Keseluruhan metode mengembangkan keaktifan dan memunculkan minat serta
motivasi yang tinggi pada anak. Moeslichatoen mengungkapkan, guru mengembangkan
kreativitas anak, metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk
meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. 40 Metode yang
diterapkan harus dapat melibatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang berlangsung,
agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak.
Metode atau teknik yang diterapkan dapat dipilih dari salah satu metode atau
gabungan dari beberapa metode yang sesuai dengan kemampuan yang ingin dicapai, fasilitas,
kegiatan belajar mengajar yang disajikan dan disesuaikan pula dengan bahan pengembangan
dan kebutuhan minat, kemampuan anak serta lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas,
dapat diutarakan bahwa permainan bahasa adalah suatu reaksi yang menyenangkan pemain
dengan menggunakan kegiatan bahasa dan seperangkat aturan permainan dan bertujuan
untuk menyenangkan pemain.
3) Media
Salah satu upaya yang dilakukan dalam permainan bahasa adalah dengan
menyediakan pojok bahasa/sentra bahasa sebagai tempat untuk memotivasi anak
bereksplorasi secara alami dengan menyediakan perangkat-perangkat yang dapat mendorong
dan merangsang tumbuh dan kembang anak melalui komunikasi yang bermakna
menggunakan media.
Media yang akan digunakan dalam pembelajaran adalah media yang dapat
mendukung atau memperlancar proses pembelajaran. Menurut Harjanto menerangkan
bahwa terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media
antara lain: media hendaknya menunjang pengajar yang telah dirumuskan, tepat dan berguna
bagi pemahaman bahan yang dipelajari, kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta dan
37
Ibid., h. 15-16
38
Anita Decker and John Decker, Administering Early Childhood Programs (Ohio: Merril Publishing
Company, 1988), h. 248
39
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h.28
40
Ibid., h. 20
41
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 238-239
42
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 9
43
Ferry Adenan, Puzzles and Games (Bandung: Kanijiwa 1984), h. 9
44
Jeffree, Dorothy, M,. Mcconkey, Roy, dan Hewson, Simon, Let me play (Kanada: A Condor Book Souvenir
Press (E&A) Ltd, 1988), h. 22
45
Ibid., h. 40
46
Ibid., h. 41
47
Wittizar, Pengajaran Kosakata melalui Teka-teki, Project Paper (Jakarta: IKIP Jakarta, 1983) h.24
48
Indah Susanti, “Pengaruh Permainan Teka-Teki Silang terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V SDN 05 Rawa Barat, Jakarta Selatan”, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2001), h.i
49
Purwatiningsih, Pengaruh Penggunaan Media Teka-teki Silang terhadap penalaran verbal dalam karangan
siswa kelas V SDN Sempur Kaler Bogor, Skripsi (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2006), h.65
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pengembangan konseptual perencanaan tindakan, maka hipotesis tindakan
dari penelitian ini adalah jika permainan teka teki diberikan, maka kemampuan berbahasa anak
dapat ditingkatkan. Dengan kata lain permainan teka teki dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak usia 6-7 tahun.
Sumber : David Hopkins, A Teacher’s guide to classroom research (Buckingham: Open University
Press, 2002), h. 28
Gambar 2. Desain Penelitian
Subjek dan Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah anak-anak kelas 1 SD Negeri 05 Utan Kayu,
Jakarta Timur dengan rentangan usia 6-7 tahun.
2. Partisipan yang Terlibat
a. Guru kelas
Ibu Karti, beliau adalah guru di SD Negeri 05 Utan Kayu. Selama proses
pelaksanaan penelitian beliau akan berperan sebagai kolaborator.
50
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 12
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), h. 2
52
Wiriaatmadja, op. cit., h. 66
b. Tindakan (acting)
Dalam tahapan ini peneliti bersama dengan kolaborator melaksanakan satuan
perencanaan tindakan yang telah dibuat, yaitu permainan teka teki yang mencakup
permainan tebak benda dan tebak kata.
c. Pengamatan (observing)
Selama kegiatan permainan teka teki berlangsung, peneliti dan kolaborator
mengamati jalannya kegiatan untuk melihat apakah tindakan-tindakan tersebut sesuai
dengan yang direncanakan. Hasil pengamatan dicatat dalam bentuk uraian pada lembar
catatan lapangan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator
secara langsung. Selain itu mengamati setiap kemampuan berbahasa yang muncul baik
pada saat pemberian tindakan maupun di luar tindakan selama waktu pembelajaran
berlangsung dengan memberi tanda cek list (√) pada lembar pedoman observasi
kemampuan bahasa.
d. Refleksi (reflecting)
Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan pengematan, peneliti bersama
kolaborator mengadakan refleksi dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan, yaitu
permainan teka teki yang mencakup permainan tebak benda dan tebak kata, apakah
kegiatan permainan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Peneliti
melakukan perbandingan antara kemampuan berbahasa anak sebelum diberikan tindakan
dengan sesudah diberikan tindakan pada akhir siklus I. Hasil dari pengamatan tersebut
kemudian dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari seluruh
pelaksanaan siklus I. Refleksi tersebut selanjutnya dijadikan dasar untuk merevisi
perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I guna merencanakan tindakan lanjutan
pada siklus selanjutnya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tindakan ini adalah anak-anak kelas 1 dan guru kelas 1
SD Negeri 05 Utan Kayu, Jakarta Timur, hasil observasi kemampuan anak sebelum diberikan
tindakan, hasil observasi pelaksanaan tindakan dan hasil observasi kemampuan anak setelah
diberikan tindakan.
G. Instrumen-instrumen Pengumpul Data
1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan tentang bahasa berdasarkan aspek-aspek kemampuan bahasa,
yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
2. Definisi Operasional
Kemampuan berbahasa adalah skor yang diperoleh dari hasil tes dan pengamatan
terhadap perilaku anak yang meliputi kemampuan menyimak dan berbicara sebagai respon
3. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen dipakai, maka terlebih dahulu dilaksanakan uji keabsahan data.
Uji keabsahan data yang digunakan adalah uji validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesasihan suatu instrumen. 53 Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya yang kurang valid berarti
validitasnya rendah.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal yang
berdasarkan pada kesesuaian dengan kemampuan berbahasa anak. Arikunto menyatakan
bahwa validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung ”misi” instrumen secara
keseluruhan, yaitu mengungkap data variabel yang dimaksud. 54 Setiap bagian instrumen yang
dibuat mewakilkan tujuan utama dari instrumen tersebut sehingga data yang diperoleh sesuai
dengan variabel yang diteliti.
4. Kisi-kisi Instrumen
Indikator kemampuan bahasa yang akan diteliti, dikembangkan berdasarkan teori dari
aspek-aspek perkembangan bahasa pada rentang usia 6-7 tahun yang difokuskan pada
kemampuan menyimak dan berbicara.
53
Arikunto, op. cit., h. 144
54
Ibid., h. 147-148
Teknik tes yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan berbahasa
anak, khususnya kemampuan menyimak adalah tes tertulis. Teknik tes tertulis merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang terdiri dari soal-soal yang menghendaki jawaban tertulis dari
peserta tes. Soemanto menyatakan bahwa tes tertulis adalah seperangkat soal atau pertanyaan
yang disusun secara sistematis yang menghendaki jawaban peserta tes secara tertulis. 58 Dengan
adanya tes tertulis ini dapat memberikan data yang lebih konkret tentang kemampuan bahasa
anak. Jenis tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah tes isian, sehingga terlihat
dengan jelas kemampuan anak dalam menyimak dan menebak suatu benda.
55
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 149.
56
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h. 70.
57
Purwanto, log. cit.
58
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 14.
59
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2004), h. 324
DAFTAR PUSTAKA
Adenan, Ferry. Puzzles and Games. Bandung: Kanijiwa 1984.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi V. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Bromley, Karen D. Language Arts: Exploring Connections Second Edition. New York: Simon and
Schuster, 1992.
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Decker, Anita and Decker, John. Administering Early Childhood Programs. Ohio: Merril Publishing
Company, 1988.
Gee, Robyn dan Meredith, Susan. Entertaining and Educating Your Preschool Child. London:
Usborne Publishing Ltd, 1997.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Hopkins, David. A Teacher’s guide to classroom research. Buckingham: Open University Press,
2002.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga, 1995.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak, Jilid I, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga, 1997.
Jalongo, Mary Renck, Early Childhood Language Arts, USA: Pearson Education, Inc., 2007.
Jeffree, Dorothy M, Mcconkey, Roy, dan Hewson, Simon. Let me play. Kanada: A Condor Book
Souvenir Press (E&A) Ltd, 1988.
L.P., Rieber, Smith, L, & Noah, D. The Value of Serious Play, Educational Technology. 1998.
Lubis, Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.
Maxim, George W. The Very Young. USA: Macmillan Publishing Company, 1993.
Monks, F.J, Knoers, A.M.P. dan Rahayu, Siti. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai
bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University, 1994.
Montessori, Maria. Curriculum Planning. London: Modern Montessori International, 2002.
Mulyadi, Seto. Bermain dan Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2004.
N.K, Roestiyah. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 2000.
Papilaya, Diane E. A Child World Infancy Through Adolescence. New York: Mc Graw Hill, 1982.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT Prenhalindo,
2002.
Sinolungan, A.E. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Manado: Universitas Negeri Manado,
2001.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
Struktur Atom,
Sistem Periodik Unsur,
dan Struktur Molekular
Kristian H. Sugiyarto
DAFTAR ISI
Pendahuluan
227
Evaluasi
349
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul ini membahas 2 topik utama yakni pertama Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur, dan kedua Ikatan Kimia dan Struktur Molekular. Pada dasarnya keduanya
merupakan bagian dari kimia dasar, namun diperkaya dengan pengembangan kimia
anorganik untuk menghindari terjadinya miskonsepsi yang banyak ditemui khususnya
untuk konsep bilangan kuantum dan konfigurasi elektronik. Oleh sebab itu topik struktur
atom mendapat porsi yang sangat luas yang terdiri atas 3 kegiatan mulai dari yang sangat
elementer hingga yang cukup rumit, yakni penemuan partikel dasar penyusun atom,
penjelasan spektrum atom hidrogen oleh Bohr hingga teori kuantum (mekanika
gelombang). Secara keseluruhan modul mencakup 5 kegiatan berikut.
Kegiatan 1. Kegiatan ini sangat elementer yakni membahas penemuan partikel dasar
penyusun atom; hal ini “masih” dipandang perlu agar peserta pelatihan mendapat
penyegaran materi terkait.
Kegiatan 2. Kegiatan ini membahas teori atom Bohr yang secara akurat mampu
menjelaskan fakta spektrum-garis atom hidrogen; dengan demikian peserta pelatihan
mendapat gambaran yang mampu menguatkan pemahaman konsep teori atom.
Kegiatan 3. Kegiatan ini membahas makna penyelesaian persamaan Schrödinger
untuk memahami munculnya ketiga bilangan kuantum, utama- n, azimut- ℓ, dan magnetik-
azimut- mℓ, yang darinya jenis dan bentuk orbital-angular dilukiskan dalam transformasi
sumbu Cartes. Konfigurasi elektronik yang umumnya dimaknai mengikuti secara total
diagram aufbau dikritisi cukup mendalam dengan penambahan konsep muatan inti efektif
untuk menghindari miskonsepsi.
Kegiatan 4. Kegiatan ini membahas sistem periodik unsur, yakni berbagai bentuk-
model Tabel Periodik Unsur (TPU) dan penegasan rekomendasi IUPAC terkini (1997-
2005), sifat-sifat periodisitas bebrapa aspek kimiawi.
Kegiatan 5. Kegiatan ini membahas konsep ikatan ion, ikatan kovalen, muatan
formal dan struktur molekular dengan kemungkinan bentuk resonansi model Lewis,
VSEPR maupun hibridisasi.
B. Prasyarat
Materi modul ini ditujukan pada para peserta PLPG yang sudah lulus S1, sehingga
telah mendapat materi “dasar” terkait baik melalui Kimia Dasar maupun Kimia Anorganik,
sehingga terdapat bagian-bagian yang bukan mustahil bersifat pengulangan; namun dalam
banyak hal materi ini disajikan secara kritis untuk memberi bekal-pengayaan yang mampu
menghindari berbagai kemungkinan miskonsepsi.
D. Tujuan Akhir
Tujuan akhir seluruh modul pertama ini adalah bahwa para peserta pelatihan
memiliki berbagai kompetensi sebagaimana dinyatakan berikut ini.
1. Menjelaskan struktur atom model Bohr, dan mekanika gelombang
2. Menuliskan konfigurasi elektronik dan hubungannya dengan posisinya dalam TPU
IUPAC
3. Melukiskan diagram orbital konfigurasi elektron
4. Memahami berbagai model TPU label A-B (Amerika Utara versus Eropa), TPU tanpa
label rekomendasi terkini IUPAC, maupun model-model lain
5. Menjelaskan sifat-sifat periodisitas unsur: jari-jari atom, enirgi ionisasi, dan
elektronegatifitas
6. Menjelaskan proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen
7. Menjelaskan interaksi antarmolekul
8. Meramalkan bentuk molekular menurut VSEPR dan hibridisasi
A. Tujuan Antara
Bagian modul ini membahas penemuan partikel dasar penyusun atom sebagai bahan
“penyegaran” atau barangkali “pengayaan” untuk topik yang sejenis yang tentunya pernah
Anda kenal bukan? Nah, tak terhindarkan topik ini juga memaparkan kembali materi
sejenis untuk menambah wawasan lebih lanjut dengan harapan Anda lebih jauh memahami
perihal Atom. Oleh sebab itu setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar-1 ini diharapkan
Anda dapat:
(1) menjelaskan pandangan Dalton perihal atom
(2) menjelaskan pandangan Faraday perihal atom berdasarkan hasil elektrolisis
(3) menyebutkan sifat-sifat sinar katode sebagaimana teramati dalam tabung Crookes
(4) menyebutkan kesamaan / perbedaan sinar katode dengan sinar terusan
(5) menjelaskan adanya kemungkinan tetes minyak (a) yang jatuh pada plat negatif
bawah, (b) yang menempel pada plat positif atas, dan (c) yang melayang di antara
kedua plat dalam percobaan Milikan
(6) menghitung muatan tetes minyak jika diketahui data jari-jari dan rapatannya, dan
gaya listrik yang bekerja padanya untuk menahan tetes minyak ini tetap melayang di
antara kedua plat pada percobaan Milikan
(7) menghitung muatan elektron hasil percobaan Milikan jika diperoleh data muatan-
muatan satu butir minyak.
(8) menjelaskan arti formula rasio muatan/massa elektron
(9) menjelaskan maksud percobaan tetes minyak Millikan
(10) mengidentifikasi partikel dasar penyusun atom
(11) mengidentifikasi nama ahli kimia yang pertama kali menemukan hasil
percobaaan hamburan sinar alfa
B. Uraian Materi-1
Pandangan orang tentang atom mulai agak terinci sejak J. Dalton (1808)
mengemukakan teorinya untuk menerangkan hukum-hukum dasar ilmu kimia yang
berhubungan dengan konversi massa dalam proses kimia. Atom berasal dari kata atomos
(Yunani) yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Untuk itu Dalton mengemukakan
dugaannya yang masih samar-samar dan cukup kompleks sebagai berikut.
(1). Unit partikel suatu materi yang tidak dapat dibagi-bagi atau diubah menjadi
partikel lain disebut atom.
(2). Atom bersifat tidak dapat dipecah-pecah.
(3). Sebuah unsur tertentu terdiri atas atom-atom yang sama dan atom-atom ini
mempunyai massa yang sama.
(4). Atom-atom dari unsur-unsur berbeda mempunyai massa yang berbeda pula.
(5). Reaksi kimia antara dua atau lebih unsur tidak lain adalah peristiwa penggabungan
antara atom unsur yang satu dengan atom unsur yang lain; massa relatif atom-atom
Jadi, sinar katode terdiri atas partikel-partikel bermuatan negatif. G. J. Stoney pada
1881 mengemukakan bahwa sifat listrik dibawa oleh partikel negatif secara individual.
Parikel ini diusulkan dengan nama elektron (berasal dari bahasa Yunani yang atinya
amber yaitu suatu bahan untuk mendapatkan muatan listrik ketika digosok dengan sutera).
Dengan mengganti berbagai macam gas pengisi tabung dapat diketahui bahwa terjadinya
sinar katode tidak bergantung pada jenis gas yang ada. Kesimpulan apa yang dapat ditarik
dari pengamatan ini? Tentu secara sederhana dapat disimpulkan bahwa setiap atom
+
Sumber V
Voltase
A
- S B
N
K C
(a)
+
Sumber +
Voltase
A C
P
B
- P
K
(b)
- Sumber Voltase
+
Sumber +
V
Voltase
A P
E
S B
- N
K P
(c) -
r
r Sumber Voltase
Gambar 1.1 Sifat sinar katode terhadap medan magnetik (a) dan medan
listrik (b), dan bagan alat Thomson untuk menentukan e/m
elektron (c)
+
A B
15,729844·10-15 kg.
Muatan minyak pada butir minyak yang melayang dihitung menurut hubungan:
m gd 15,729844 ·10-15 kg × 9,81 m s -2 -19
q = = 5
= 8,04·10 C
V 1,92 x 10 N/C
A. Tujuan Antara
Bagian modul ini membahas spektrum- garis atom hidrogen dan struktur atom
menurut Bohr sebagai bahan “penyegaran” atau sangat mungkin “pengayaan” untuk topik
yang sejenis yang tentunya pernah Anda kenal bukan? Nah, tak terhindarkan topik ini juga
memaparkan kembali materi sejenis yang relatif rinci khususnya perihal spektrum-garis
atom hidrogen untuk menambah wawasan lebih lanjut dengan harapan Anda lebih jauh
memahami perihal Atom. Oleh sebab itu setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar-2 ini
diharapkan Anda mampu:
1. mengidentifikasi model atom Thomson dan Rutherdord
2. mengidentifikasi hasil-hasil percobaan hamburan sinar alfa pada lempeng tipis logam
3. mengubah data panjang-gelombang spektrum garis atom hidrogen menjadi data
bilangan-gelombang untuk deret Lyman, Balmer, dan Paschen
4. menunjukkan hubungan numerik selisih antar bilangan-gelombang dalam satu deret
dengan bilangan-gelombang deret yang lain
5. menuliskan makna spektrum garis atom hidrogen dalam bentuk rumusan Ritz
6. menjelaskan teori atom Bohr
7. menghitung energi elektron dalam setiap orbit menurut Bohr
8. menjelaskan hubungan spektrum garis atom hidrogen dengan transisi elektronik model
atom Bohr
B. Uraian Materi
2.1 Model Atom Thomson
Setelah ditemukan partikel dasar penyusun atom, elektron dan proton, J. J. Thomson
(1898) mengemukakan pandangannya perihal struktur atom yang berbentuk speris (bola).
Atom ini dapat dipertimbangkan sebagai suatu listrik positif dengan elektron (muatan
negatif) dalam jumlah yang sama dengan listrik positif tertanam di dalamnya. Model atom
Thomson ini dapat digambarkan seperti halnya dengan buah semangka, daging semangka
sebagai listrik positif dan bijih-bijihnya
sebagai elektron tertanam di dalamnya. B
Ditegaskan pula bahwa sebagian besar
massa atom harus diasosiasikan dengan
C
listrik positif karena bagian ini jauh lebih
L B
berat daripada elektron. C
γ S
α
2.1 Model Atom Rutherford β
Untuk menguji sejauh mana teori atom
Thomson dapat dipertahankan, marilah kita R
ikuti bagaimana Rutherford (1911) Gambar 2.1 Bagan hamburan sinar α
melakukan percobaan yang dikenal dengan percobaan Rutherford
Panjang gelombang, λ / nm
H
410,1 434 486,1 656,2
He
402,6 447,1 471,3 492,1 587,5 667,8
501,5
Hg
404,7 435,8 502,5 546,1 577 579 615,2
407,8 623,4
Lyman
Balmer Paschen
Pfund
Contoh data panjang gelombang tiap-tiap garis spektrum atom hidrogen yang
terdeteksi oleh Balmer (B), Lyman (L), dan Paschen (P) ( Gambar 2.4) dapat diperiksa
pada Tabel 2.1a yang disajikan bersama dengan selisih panjang gelombang (Δλ) antara
garis-garis spektrum terdekat satu sama lain. Seperti terlihat bahwa data panjang
gelombang dan perbedaannya ini tidak menunjukkan adanya pola hubungan yang
bermakna.
Tabel 2.1b Data bilangan gelombang ( ν ) spektrum garis atom hidrogen
dan selisih-terdekat (∆ ν ) untuk seri Lyman, Balmer, dan Paschen
Akan tetapi, bila kita coba mengikuti pola pikir Balmer dengan mengubah data
panjang gelombang ini menjadi data bilangan gelombang ( ν ) ataupun (frekuensi, ν) dan
kemudian masing-masing perbedaan antara tiap dua garis terdekat disusun berurutan
(sebagaimana ditunjukkan Tabel 2.1b), maka sungguh ajaib bahwa bilangan-bilangan
yang (praktis) sama muncul lagi pada deret spektrum yang berbeda. Hal ini secara umum
mengikuti pola rumus umum sebagai berikut:
P(n+1) - P(n) = B(n+2) - B(n+1) = L(n+3) - L(n+2) ......... (2.3)
Catatan : notasi bilangan dalam tanda kurung yang ditulis sebagai subskrip pada persamaan
2.3 - 2.4 tersebut menyatakan urutan nomor anggota bagi deret yang bersangkutan.
Nah, silakan lengkapi Tabel 2.1b di atas yang disediakan pada bagian LATIHAN
modul ini, maka Anda akan menjadi “setara” dengan Balmer, yakni bagaimana seorang
ilmuwan menemukan rumusan makna spektrum garis atom hidrogen. Selamat
mengerjakan!
Persamaan (2.3) dan (2.4) menunjukkan adanya hubungan yang khas antara deret
spektrum yang satu dengan deret yang lain. Pemeriksaan lebih lanjut diperoleh bahwa
hubungan yang khas tersebut oleh Ritz dapat dinyatakan dengan satu rumus umum:
1 1
ν = 1/λ = RH ( 2 - 2
) cm-1 ......... (2.5)
n1 n2
(dimana RH = tetapan Rydberg ∼ 109737 cm-1, n = bilangan bulat integer 1 dan n2 > n1).
Hubungan antara harga n dengan deret adalah sebagaiberikut:
n1 n2 deret daerah
1 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, ....... Lyman Ultraviolet, uv
2 3, 4, 5, 6, 7, 8, ....... Balmer Visibel (tampak))
3 4, 5, 6, 7, 8, 9, ....... Paschen Inframerah-dekat, near-IR
4 5, 6, 7, 8, 9, ..... Brackett Inframerah
5 6, 7, 8, 9, ........ Pfund Inframerah-jauh, far-IR
Persamaan (1.5) tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap deret spektrum, makin
besar harga n2 harga-harga garis-garis spektrum makin dekat satu sama lain yang akhirnya
nampak sangat berdekatan, mengumpul atau konvergen dan menggerombol menjadi satu
sesuai dengan hasil pengamatan (Gambar 2.4). Untuk n = ∞ (tak berhingga) akhirnya
diperoleh harga batas bagi masing-masing deret.
Kenyataan bahwa pola spektrum atom
2
hidrogen dikendalikan oleh besaran yang mv
berharga integer (n unit) sebagaimana elektron r
persamaan (2.5) merupakan hal yang sungguh mengorbit melingkar
q1 q2
mengesankan, karena integer unit adalah khas r
2
-1
n - E / cm
∞ 0
4 6855
3 12187
2 27420
1 109680
n = 4, r = 8,48
Å
n = 3, r = 4,77
Å
(c)
n = 1, r = 0,53
Å
Energi orbit (Bohr) naik
n = 2, r = 2,12
Å
( )
Gambar 2.7
Struktur atom hidrogen menurut model atom Bohr menunjukkan nilai n, r,
energi orbit- E, dan deret spektrum garis Lyman (a), Balmer (b), Paschen
( ) B k (d) d Pf d ( )
Secara sederhana spektrum-garis dalam struktur atom hidrogen menurut perhitungan teori
atom Bohr dapat dilukiskan menurut Gambar 2.7. (Catatan penting: sesungguhnya jarak
antara lingkaran orbit terdekat, pertama dengan kedua adalah paling besar, lalu berkurang
semakin mengecil; dalam Gambar 2.7 diabaikan agar tampak lebih jelas saja).
Energi Ionisasi Atom Hidrogen
Sadarkah Anda bahwa salah satu sifat dasar yang penting bagi suatu unsur adalah
energi ionisasi? Ia didefinisikan sebagai energi (terkecil) yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari (tiap mol) atom nya dalam keadaan gas. Nah, oleh karena
hidrogen hanya mempunyai satu elektron untuk setiap atomnya, maka hanya dikenal
adanya satu harga energi ionisasi, sedangkan untuk atom-atom yang lain mempunyai
beberapa energi ionisasi yaitu energi ionisasi pertama (jika satu elektron dilepas untuk
yang pertama kali), energi ionisasi kedua (jika satu elektron berikutnya dilepas untuk yang
ke dua kalinya), energi ionisasi ketiga (jika satu elektron berikutnya lagi dilepas untuk
yang ke tiga kalinya), dan seterusnya.
Jadi, atas dasar teori atom Bohr di atas dapat diterapkan suatu metode yang cukup
sederhana untuk menghitung energi ionisasi atom hidrogen. Pelepasan satu elektron dari
atomnya dalam tingkat dasar dapat dianggap sebagai transisi elektron dari orbit n = 1 ke
dst. dst.
L(∞) 91,175 109679,00 27419,83 B(∞) 364,604 27427,00 12189,55
Deret Paschen
P(1) 1875,11 5333,02
2468,45
P(2) 1281,80 7801,47 2468,45
1340,89
P(3) 1093,80 9142,36 3809,34
808,50
P(4) 1004,93 9950,86 4617,84
dst.
P(∞) 820,344 12190,00 6856,98
5. Data tersebut sungguh ajaib bahwa bilangan-bilangan yang (hampir) sama muncul
lagi pada deret spektrum yang berbeda, yaitu bahwa:
(a) Selisih bilangan gelombang (∆ ν ) dengan garis pertama:
L(3) – L(2) = 15233,33 cm-1 ≈ B(1) = 15237,45 cm-1
L(3) – L(1) = 20564,37 cm-1 ≈ B(2) = 20570,50 cm-1
L(4) – L(1) = 23032,81 cm-1 ≈ B(3) = 23038,98 cm-1
B(2) – B(1) = 5333,06 cm-1 ≈ P(1) = 5333,02 cm-1
B(3) – B(1) = 7801,53 cm-1 ≈ P(2) = 7801,47 cm-1
B(4) – B(1) = 9142,45 cm-1 ≈ P(3) = 9142,36 cm-1
Jika perbedaan yang sangat kecil ini diabaikan oleh karena ketelitian pengamatan yang
berbeda, maka diperoleh hubungan umum bahwa bilangan gelombang:
L(n) - L(1) = B(n-1) dan B(n) - B(1) = P(n-1)
Ini berarti bahwa setiap perbedaan bilangan gelombang dengan garis pertama dalam suatu
deret selalu merupakan anggota bagi deret yang lain. Tambahan pula:
L( ) - L(1) = 27419,83 cm-1 ≈ B( ) = 27427,00 cm-1 dan
∞ ∞
Ini berarti bahwa setiap perbedaan bilangan gelombang terbesar, yaitu antara garis pertama
dengan garis batas, suatu deret merupakan garis batas bagi deret yang lain.
(b) Selisih bilangan gelombang (∆ ν ) antar garis terdekat:
L(3) – L(2) = 5331,04 cm-1 ≈ B(2) – B(1) = 5333,06 cm-1
L(4) – L(3) = 2468,44 cm-1 ≈ B(3) – B(2) = 2468,48 cm-1 = P(2) – P(1) = 2468,45 cm-1
Jika perbedaan yang sangat kecil ini diabaikan oleh karena ketelitian pengamatan yang
berbeda, maka diperoleh hubungan umum bahwa bilangan gelombang:
A. Tujuan Antara
Bagian modul ini membahas struktur atom menurut mekanika gelombang yang
berdasarkan atas penyelesaian persamaan Schrödinger. Oleh karena bersifat sangat
matematis dan juga sangat rumit, maka hanya (cara memperoleh) hasil akhirnya saja yang
ditampilkan, yang darinya dengan relatif mudah ketiga bilangan kuantum diturunkan.
Dalam hal ini bukan mustahil materi ini lebih bersifat “pengayaan” untuk lebih memahami
teori atom mekanika gelombang. Oleh sebab itu setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar-3
ini diharapkan Anda mampu:
1. memahmi bahwa ketiga (nilai) bilangan kuantum, n, ℓ, dan mℓ, muncul secara natural-
matematis sebagai konsekuensi penyelesaian persamaan Schrödinger
2. menentukan hubungan numerik ℓ yang diperbolehkan untuk setiap harga n
3. menentukan hubungan numerik mℓ yang diperbolehkan untuk setiap harga ℓ
4. memahami bahwa setiap jenis orbital dengan lambang sumbu Cartes merupakan
representasi dari numerik mℓ tertentu.
5. melukiskan jenis orbital-angular p, dan d.
6. menuliskan konfigurasi elektronik atom unsur dengan prinsip aufbau, aturan Hund dan
kaidah Pauli
7. menjelaskan bahwa urutan energi orbital menurut diagram aufbau hanya tepat-eksak
untuk 20 atom pertam, selebihnya menurut urutan naiklnya nilai n.
8. melukiskan diagram orbital konfigurasi elektronik
9. menentukan tetapan perisai, σ, dan muatan inti efektif, Zef.
B. Uraian Materi-3
3.1 Kelemahan Teori Atom Bohr
Kita telah belajar bahwa teori atom Bohr berangkat dari spektrum atom hidrogen
(model 1 proton dengan 1 elektron) yang diasosiasikan dengan transisi elektronik. Kita
tahu bahwa dua elektron atau lebih saling tolak menolak seperti halnya proton dengan
elektron saling tarik menarik; maka jelas bahwa energi total bagi atom atau spesies
berelektron banyak tidak dapat dihitung menurut rumusan Bohr. Oleh karena itu tanpa
adanya modifikasi, spektrum spesies berelektron banyak (lebih dari satu) tidak mungkin
dijelaskan menurut ramalan teori atom Bohr.
Untuk spesies berelektron dua misalnya He, ternyata teori atom Bohr tidak dapat
dikembangkan. Bahkan sekalipun untuk atom hidrogen, teori atom Bohr tidak pernah
mampu menjelaskan munculnya gejala spektrum lain yang disebabkan oleh adanya
pengaruh medan magnet atau medan listrik dari luar. Adanya pengaruh medan magnet dari
luar (percobaan Stark) ataupun medan listrik (percobaan Zeeman) ternyata menimbulkan
terjadinya pemisahan atau pembelahan (splitting) garis-garis spektrum (Gambar 3.1)
Banyak usaha telah dilakukan, namun Bohr tetap tidak pernah mampu memperluas
atau mengembangkan teorinya sehingga gagal dalam usahanya menjelaskan spektrum
spesies berelektron banyak, yakni terjadinya pemisahan garis-garis spektrum oleh
pengaruh medan magnit maupun medan listrik dari luar, dan timbulnya variasi intensitas
garis-garis spektrum. Perlu dicatat bahwa dalam teorinya Bohr melakukan perhitungan-
perhitungan berdasarkan pada campuran antara mekanika klasik dengan teori
kuantum. Untuk itu kita perlu belajar lebih lanjut sebagimana diuraikan berikut ini.
Gambar 3.3 Gambar menunjukkan sifat gelombang de Broglie dalam orbit Bohr yang
(A) berkelanjutan, ajeg - serba terus tidak terhapus (standing wave),
bila jumlah gelombang (n) berupa bilangan bulat,
(B-D) terhapus, bila jumlah gelombang (n) berupa bilangan pecahan.
Berdasarkan persamaan 2.8, persamaan 3.2 dapat diubah menjadi 2 π r = n λ. Jadi,
lingkaran orbit elektron terkuantisasi dengan kelipatan-kelipatan integer dari harga panjang
gelombang elektron yang bersangkutan. Berbeda dengan Bohr yang memandang elektron
sebagai partikel yang mengorbit mengelilingi inti atom, de Broglie memandang elektron
sebagai gelombang atau bila bukan merupakan gelombang murni, elektron dipandang
sebagai gelombang yang berasosiasi dengan partikel yang sangat kecil yang bergerak
sangat cepat. Jadi, elektron oleh de Broglie digambarkan sebagai gelombang ajeg - serba
terus (standing wave) dengan jejak melingkar tertutup tanpa ujung - pangkal seperti
ditunjukkan oleh Gambar 3.3(A).
Untuk memenuhi sifat standing wave ini, jelas bahwa jumlah panjang gelombang
harus terkuantisasi (n = 1, 2, 3, 4, .......). Bila harga n berupa pecahan (misalnya 2,5; 3,5),
maka sifat gelombang akan menjadi terhapus (Gambar 3.3B-D). Perlu dicatat bahwa pada
waktu itu belum ada bukti eksperimen yang mendukung pandangan de Broglie, namun
ternyata bukti yang diperlukan kemudian menjadi kenyataan dalam waktu yang relatif
singkat sebagai konsekuensi logis pandangan tersebut.
mikroskop
= foton
= elektron
= penembak elektron
(a) (b) (c) (d)
Hasil penyelesaian matematis tersebut sangat rumit bukan? Namun, jika kita teliti
lebih cermat kita akan temukan esensi yang harus kita ketahui yakni bahwa hasil ini
hanya ditentukan oleh faktorial (n-
-1)!, dan (
± |m|)! Ingatkah Anda informasi yang
telah kita terima di SMA, bahwa “faktorial” tidak boleh berharga negatif dan pecahan?
Faktorial inilah yang memberikan pembatasan-pembatasan terhadap harga-harga n, ,m
(tepatnya mℓ), dan kombinasinya yakni bahwa:
+
2400 - 120 2400 1200
120 0 240 1200 240
2100 1500 2100 1500
(a) 1500 1800 2100 1500 180 0
2100
(b) (c)
Gambar 3.6 Kertas grafik polar (a), dan bentuk orbital polar: fungsi cos θ (b) dan
fungsi cos2θ (c) atau orbital pz (beberapa titik nilai 0-900
digambarkan)
Orbital s
1 ½
Orbital 1s mempunyai fungsi gelombang yang berharga konstan, ( ) , tidak
4π
bergantung pada sudut θ maupun φ; oleh karena itu, ia berbentuk bola-bulat simetri
dengan tanda positif di segala arah. Istilah simetri dipakai untuk melukiskan kesamaan
antara dua titik atau daerah yang terletak pada garis lurus dan saling berseberangan dengan
titik pusat simetri (0,0,0).
Orbital p , d, dan f
Orbital-orbital p, d, dan f, pada dasarnya berbentuk cuping-dumbbell bagai balon
terpilin), yang mempunyai orientasi sesuai dengan fungsi gelombang bagian polar yang
bersangkutan. Orbital px, py, dan pz secara berturut-turut, masing-masing cuping terletak di
sepanjang sumbu x, y, dan z. Dengan mudah dapat ditentukan bahwa cuping di sepanjang
sumbu positif bertanda positif (+) dan sebaliknya di sepanjang sumbu negatif bertanda
negatif (-). Terhadap titik pusat simetri (0,0,0), dikatakan bahwa orbital p bersifat
antisimetri, karena kearah yang berlawanan dengan jarak yang sama pada garis lurus yang
melalui titik pusat simetri didapatkan titik-titik atau daerah-daerah yang sama namun
berlawanan tanda.
Orbital-orbital d terbagi dalam dua kelompok yaitu (1) dz2 dan dx2-y2, yang
mempunyai cuping-cuping yang terletak di sepanjang sumbu-sumbu Cartes, dan (2) dxy,
dxz, dan dyz, yang mempunyai cuping-cuping yang terletak di antara setiap dua sumbu
Cartes. Sifat simetri orbital d dengan mudah dapat ditentukan sebagai berikut.
(1) Orbital dz2 sesungguhnya singkatan dari d(2z2-x2-y2), maka sebagai akibat produk
kuadrat masing-masing sumbu, cuping di sepanjang sumbu z bertanda positif dan
sebaliknya ring-donut yang membelah bidang xy bertanda negatif. Secara sama dapat
ditentukan bahwa untuk orbital dx2-y2, cuping pada sepanjang sumbu x bertanda
positif dan pada sepanjang sumbu y bertanda negatif.
(2) Untuk orbital dxy , dxz , dan dyz , tanda setiap cuping ditentukan oleh produk dari
z+
z+
-
-
+
+
+
+ y+ + -
y+
- - + -
x+ - x+
- +
+
y+ y+
x+ - x+ - +
+ + -
- +
adalah diferensial volume, dan integral diambil pada semua ruang; Ψ∗ merupakan kompleks konyugasi
dari Ψ dan sering Ψ∗= Ψ sehingga Ψ∗.Ψ = Ψ2. Pauling mengambil harga faktor normalisasi satu (1)
untuk fungsi gelombang secara keseluruhan, sedangkan Einstein mengambil harga 4π untuk fungsi
gelombang polar saja.
(c) Orbital dz2 sesungguhnya merupakan singkatan dari orbital d(3z2 - r2) atau d(2z2 - x2 - y2) yang tidak lain
merupakan hasil kombinasi linear penjumlahan dari orbital d(z2 - y2) dan orbital d(z2 -x2).
(d) Orbital f mempunyai dua macam fungsi gelombang yaitu fungsi gelombang umum (general set)
dan fungsi gelombang kubus (cubic set); dalam tabel ini adalah fungsi gelombang cubic set.
n + 1 2 3 3 4 5 4 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 7 8 ….
Menurut metode ini, dari kombinasi yang berbeda dapat menghasilkan numerik yang
sama, misalnya untuk 2p = 3s, 3p = 4s, dan 3d = 4p = 5s; dalam hal ini, urutan naiknya
energi ditentukan urutan naiknya nilai n. Dengan demikian, prinsip aufbau tersebut
menghasilkan urutan penataan elektron dalam orbital sebagai berikut: 1s, 2s, 2p, 3s, 3p,
4s, 3d, 4p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5d, 6p, 7s, 5f, 6d, 7p, ....... . .
Penataan elektron dalam setiap orbital menghasilkan konfigurasi elektronik atom
atau spesies yang bersangkutan. Atas dasar pemahaman keempat bilangan kuantum dan
prinsip aufbau, distribusi elektron dalam setiap atom netral dapat ditentukan. Semua atom
unsur yang telah ditemukan telah berhasil diidentifikasi konfigurasi elektroniknya, dan
ternyata prinsip aufbau dapat diterapkan pada hampir semua atom unsur dengan beberapa
kekecualian.
n=6
n=5
n=4
7p
7s
6d
5f
n=3 6p
6s
Energi
5d
5p
5s
n=2
4f
4d
4p
4s
n=1
3d
3p
3s
= f 2p
= d 2s
= p
= s 1s
1 20 40 60 80 100
Nomor atom
Gambar 3.9a Diagram energi orbital atom sebagai fungsi nomor atom
Namun harus disadari bahwa prinsip aufbau hanya tepat untuk jumlah elektron pada
tiap orbital dengan beberapa kekecualian, dan urutan energi orbital ternyata hanya tepat
untuk 20 atom unsur pertama. Untuk atom-atom dengan nomor atom lebih besar yang
melibatkan orbital d dan f, urutan energinya ditentukan oleh bilangan kuantum utama n
(Gambar 3.9a); misalnya, energi (n-1)dx lebih rendah daripada energi ns(1-2).
Atas dasar kaidah Pauli yang menyatakan bahwa kombinasi keempat bilangan
kuantum bagi setiap elektron selalu tidak sama, maka ini berarti bahwa setiap sub-orbital
maksimum berisi dua elektron dengan spin anti-paralel, sehingga tiap-tiap orbital
maksimum berisi elektron sebanyak 2(2 +1). Sebagai contoh, atom besi, Fe, dengan
nomor atom 26 mempunyai konfigurasi elektronik: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2. Perlu
5s 5p
4s 4p
5,0 6s
5s 6s 7s
5d 7s
4s
4d 4f
3d
10,0
6d
5f
K Ca Sc Ti Rb Sr Y Zr Nb Ba La Ce Pr Fr Ra Ac Th Pa U
Gambar 3.9b Perubahan energi ikat elektron (binding) versus nomor atom
Perkecualian konfigurasi elektronik bagi unsur-unsur transisi seri 4d dan 5d adalah:
Seri 4d : 41Nb : [Kr] 4d4 5s1 ; 42Mo : [Kr] 4d5 5s1 ; 44Ru : [Kr] 4d7 5s1 ;
8 1
45Rh : [Kr] 4d 5s ; 46Pd : [Kr] 4d10 ; 47Ag : [Kr] 4d10 5s1
Seri 5d : 78Pt : [Xe] 4f14 5d9 6s1; 14
79Au : [Xe] 4f 5d 6s
10 1
Gambar 3.10 Diagram mnemonic urutan pengisian elektron pada orbital menurut:
(a) Pao-Fang Yi (J. Chem. Ed. 1947, Vol. 24, 567)
(b) Uncle Wiggly (J. Chem. Ed. 1983, Vol. 60, 562)
(c) Darsey sebagai “pohon natal Pascal”( (J. Chem. Ed. 1988, Vol. 65, 1036)
1 1s 1s 0
2 2s 2s 0
3 2p 3s 2p 3s 1 0
4 3p 4s 3p 4s 1 0
5 3d 4p 5s 3d 4p 5s 2 1 0
4d 5p 6s 4d 5p 6s 2 1 0
4f 5d 6p 7s 4f 5d 6p 7s 3 2 1 0
5f 6d 7p 8s 5f 6d 7p 8s 3 2 1 0
(a) (b) (c)
Gambar 3.11 Urutan pengisian elektron menurut:
(a) Singh dan Dikshit (J. Chem.Ed. 1991, Vol. 68, 396)
(b) Parson (J. Chem.Ed. 1989, 66, 319)
(c) urutan bilangan kuantum, Scerri (J. Chem.Ed. 1991, Vol. 68, 122)
↑↓ ↓ ↓ (c) 2p ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
6C: [2He] ↑↓ ↓ ↓ (b)
↑↓ ↓ ↓ (a) 2s ↑↓ ↑↓ ↑↓
B F G H
Diagram A-B menata elektron secara mendatar, dan C-H secara vertikal dan
mendatar; keduanya sama-sama validnya, namun model A-B lebih “efisien” dalam
penggunaan tempat/kertas-tulis. Dalam “satu set” mendatar seperti orbital p yang terdiri
atas 3 kotak harus dipahami bahwa energi ketiganya setingkat, sehingga kehadiran elektron
dapat berada dalam kotak yang manapun, tidak harus urut alfabetik, px-py-pz, juga sama
sekali tidak harus urut numerik -1,0,+1 atau sebaliknya, sebab harus diingat bahwa
numerik ini bukanlah besaran melainkan “lambang” mℓ yang melukiskan variasi orientasi
dalam ruang.
Arah spin elektron pun demikian juga; untuk elektron nir-pasangan (tanpa pasangan)
boleh ↑ (½) atau ↓ (-½), tetapi harus paralel dalam satu set orbital (sesuai aturan Hund),
sebab jika tidak paralel akan menghasilkan energi total yang lebih tinggi. Dalam banyak
buku teks, yang paling umum dijumpai adalah model diagram A(a) dan C, kadang B(a) dan
F; yang lain barangkali tidak pernah dijumpai.
Hal yang sama berlaku pada konfigurasi elektronik unsur-unsur transisi yang
melibatkan orbital d yang terdiri atas 5 kotak-orbital sebagaimana ditunjukkan pada contoh
2 berikut.
(2). Atom V dan Fe masing-masing dengan nomor atom 23 dan 26, mempunyai
konfigurasi elektronik [Ar] 3d34s2 dan [Ar] 3d64s2; “diagram kotak-orbital” konfigurasi
elektroniknya sering dilukiskan secara mendatar berikut ini seperti pada A. Sementara itu
banyak pula teks yang menuliskan konfigurasi elektronik [Ar] 4s2 3d3 dan [Ar] 4s2 3d6
dengan konsekuensi diagram orbital seperti pada B berikut ini.
3d 4s 4s 3d
23V: [18Ar] ↑ ↑ ↑ ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑
26Fe: [18Ar] ↓↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↓↑ ↑↓ ↓↑ ↑ ↑ ↑ ↑
A B
Diagram A sesuai dengan urutan energi orbital, sementara itu diagram B sesuai dengan
urutan diagram aufbau model Madelung, tetapi menyimpang dari urutan energi orbitalnya.
Dengan demikian konfigurasi elektronik yang dilukiskan dengan diagram B tentu saja
“menyesatkan”.
4p 4p
↑ 4s 3d ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑
29Cu: [18Ar] 3d ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↑ 4s
C D
Konfigurasi elektronik dengan diagram A dan C sangat mudah dipahami ketika teori
ikatan valensi menjelaskan misalnya terjadinya hibridisasi sp3 pada ion Fe(II) dalam
kompleks [FeCl4]2-, dan pada Cu(II) dalam [CuCl4]2-, sebab orbital kosong 4s pada kedua
ion ini bergabung dengan orbital kosong terdekat berikutnya yakni 4p. Diagram B dan D
tentu ”kesulitan” menjelaskan terjadinya (segala bentuk) hibridisasi demikian ini.
Pertanyaan yang segera muncul pada konfigurasi elektronik orbital d yang belum
penuh seperti pada [Ar] 3d34s2 (atau yang sejenis) adalah, mengapa konfigurasi
elekroniknya bukan [Ar] 3d54s0 atau [Ar] 3d44s1 , jika memang energi orbital 3d < 4s?
Demikian pula misalnya mengapa konfigurasi elektronik Fe bukan [Ar] 3d84s0?
Jawaban utama terkait dengan orbital-radial (jarak) 3d versus 4s sebagaimana disajikan
pada Gambar 3.12. Orbital-radial ini menunjukkan bahwa probabilitas rapatan elektron
pada orbital 4s ternyata berupa empat “gundukan” (dengan 3 simpul-nodal), dua
diantaranya tumpang-tindih berada dalam daerah probabilitas rapatan 3d, dan bahkan
terdapat satu gundukan kecil yang lain lebih dekat dengan inti ketimbang 3d, namun satu
gundukan utama jauh berada di luar 3d; keadaan demikian ini sering dikatakan orbital 4s
mempunyai efek penetrasi (penembusan) terhadap 3d. Jadi, sangat jelas bahwa rerata
probabilitas rapatan elektron orbital 3d memang lebih dekat dengan inti daripada 4s yang
berarti energi 3d < 4s. Akan tetapi daya penetrasi orbital 4s mengakibatkan perbedaan
energi antara keduanya berkurang, dan bahkan hadirnya gundukan kecil pertama diduga
berperan secara signifikan atas pemilihan elektron menempati orbital 4s ketimbang 3d
untuk nomor atom 19-20 (K-Ca). Dengan demikian dapat dipahami bahwa untuk unsur-
unsur “transisi” elektron elektronnya tidak serta-merta semua menempati orbital 3d begitu
saja.
( − (Z − σ) ) 13,6 eV
2
E = ..............
(3.8)
2
n
Sebagai contoh, muatan inti efektif bagi elektron valensi dalam atom 7N dengan
pengelompokan (1s2) (2s2, 2p3), adalah : Zef = Z - σ = 7 - [ (2 x 0,85) + (4 x 0,35)] = 7 - 3,1
= 3,9. Demikian juga muatan inti efektif bagi elektron 4s dalam atom 30Zn dengan
pengelompokan (1s2) (2s2, 2p6 ) (3s2,3p6 ) (3d 10) (4s2), adalah :
Zef = Z - σ = 30 - [(10 x 1,00) + (18 x 0,85) + (1 x 0,35)] = 30 - 25,65 = 4,35.
Sedangkan muatan inti efektif bagi elektron 3d adalah :
Zef = Z - σ = 30 - [(18 x 1,00) + (9 x 0,35)] = 30 - 21,15 = 8,85
Perhitungan Slater kurang begitu akurat antara lain karena mengasumsikan bahwa
semua orbital s, p, d, atau f memberikan daya perisai yang sama kuat terhadap elektron-
elektron di atas-nya; tentu saja hal ini tidak sesuai dengan pola distribusi radial masing-
masing orbital (Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14). Clementi dan Raimondi (1963) memperbaiki
cara perhitungan berdasarkan fungsi gelombang medan swa-konsisten, SCF, dari atom
hidrogen hingga kripton. Dengan Nn merupakan jumlah elektron dalam obital n, bentuk
rumusan umum untuk perhitungan tetapan perisai, σ, bagi setiap elektron dalam orbital 1s
hingga 4p adalah sebagai berikut :
σ1s = 0,3 (N1s - 1) + 0,0072 (N2s + N2p) + 0,0158 (N3s,p,d + N4s,p)
σ2s = 1,7208 + 0,3601 (N2s - 1 + N2p) + 0,2062 (N3s,p,d + N4s,p)
σ2p = 2,5787 + 0,3326 (N2p - 1 ) - 0,0773 N3s - 0,0161 (N3p + N4s)
1s
2s 2p 2s
3p
3s 3s
3d
r r r
2He
1,69
3Li
2,69 1,28
4Be
3,68 1,91
5B
4,68 2,58 2,42
6C
5,67 3,22 3,14
7N
6,66 3,85 3,83
8O
7,66 4,49 4,45
9F
8,65 5,13 5,10
10Ne
9,64 5,76 5,76
11Na
10,63 6,57 6,80 2,51
12Mg
11,61 7,39 7,83 3,31
13Al
12,59 8,21 8,96 4,12 4,07
14Si
13,57 9,02 9,94 4,90 4,29
15P
14,56 9,82 10,96 5,64 4,89
16S
15,54 10,63 11,98 6,37 5,48
17Cl
16,52 11,43 12,99 7,07 6,12
18Ar
17,51 12,23 14,01 7,76 6,76
19K
18,49 13,00 15,03 8,68 7,73 3,50
20Ca
19,47 13,78 16,04 9,60 8,66 4,40
21Sc
20,46 14,57 17,06 10,34 9,41 4,63 7,12
22Ti
21,44 15,38 18,07 11,03 10,10 4,82 8,14
23V
22,43 16,18 19,07 11,71 10,79 4,98 8,98
24Cr
23,41 16,98 20,07 12.37 11,47 5,13 9,76
25Mn
24,40 17,79 21,08 13,02 12,11 5,28 10,53
26Fe
25,38 18,60 22,09 13,68 12,78 5,43 11,18
27Co
26,34 19,41 23,09 14,32 13,44 5,58 11,86
28Ni
27,35 20,21 24,10 14,96 14,09 5,71 12,53
29Cu
28,34 21,02 25,10 15,59 14,73 5,86 13,20
30Zn
29,32 21,83 26,10 16,22 15,37 5,97 13,88
31Ga
30,31 22,60 27,09 17,00 16,20 7,07 15,09 6,22
32Ge
31,29 23,36 28,08 17,76 17,01 8,04 16,25 6,78
33As
32,28 24,13 29,07 18,60 17,85 8,94 17,38 7,45
34Se
33,26 24,89 30,06 19,40 18,71 9,76 18,48 8,29
35Br
34,25 25,64 31,06 20,22 19,57 10,55 19,56 9,03
36Kr
35,23 26,40 32,05 21,03 20,43 11,32 20,63 9,77
1s
2s
2p 3s
3p 4s
3d 4p 5s
4d 5p 6s
4f 5d 6p 7s
5f 6d 7p 8s
Diagram mnemonic pengisian elektron pada orbital
(dibaca ke kanan dari atas ke bawah) menurut:
Prof. E. Steel (dalam Monaghan & Coyne, 1988)
1s ↓ ↓ 5f 6d 7p 8s
2s 2p ↓ ↓ 4f 5d 6p 7s
3s 3p 3d ↓ ↓ 4d 5p 6s
4s 4p 4d 4f ↓ 3d 4p 5s
5s 5p 5d 5f 3p 4s
6s 6p 6d 2p 3s
7s 7p 2s
8s 1s
(a) (b)
Diagram mnemonic urutan pengisian elektron pada orbital menurut:
(a) Carpenter (dibaca ke bawah dari kiri ke kanan)
(b) Hovland (dibaca ke kanan dari bawah ke atas)
b. Sc3+:
21 [18Ar]; 29 Cu2+: [18Ar] 3d9; 19 K+: [18Ar]
Cl-: [18Ar];
17
2+ 7
27Co : [18Ar] 3d ;
4+
25Mn : [18Ar] 3d
3
9. Muatan inti efektif (Zef.) adalah muatan inti sesungguhnya yang dirasakan oleh elektron
yang bersangkutan setelah muatan inti (Z) dikurangi-dikoreksi oleh efek perisai (σ) dari
elektron-elektron yang lain, Zef = Z - σ
Efek penetrasi adalah efek interaksi dari elektron dalam orbital yang lebih tinggi
energinya namun orbital ini sesungguhnya menembus ke daerah orbital yang lebih
rendah energinya sehingga interaksi muatan inti terhadap elektron dalam orbital yang
lebih rendah energinya ini menjadi berkurang.
Efek perisai adalah efek interaksi dari elektron dalam orbital yang lebih rendah
energinya dengan muatan inti sehingga interaksi muatan inti terhadap elektron dalam
orbital yang lebih tinggi energinya menjadi berkurang.
Urutan besarnya efek perisai orbital secara umum adalah orbital s>p>d>f.
10. Muatan inti efektif terhadap elektron 2p dalam atom-atom:
6C: Zef = 6 – [2,5787 + 0,3326] = 3,0887
7N: Zef = 7 – [2,5787 + (2 x 0,3326)] = 3,7561
8O: Zef = 8 – [2,5787 + (3 x 0,3326)] = 4,4235
Kenaikan muatan inti efektif dari atom N ke atom O sama dengan kenaikannya dari
atom C ke atom N yakni 0,6674, sebab masing-masing memberikan efek perisai dari
satu elektron yang sama yakni dalam orbital 2p.
11. Muatan inti efektif terhadap elektron 2s untuk atom
Li adalah Zef = 3 – (1,7208) = 1,2792, dan
Be adalah Zef = 4 – [1,7208 + 0,3601] = 1,9191; jadi terdapat kenaikan 0,6399.
Muatan inti efektif terhadap elektron 2p untuk atom
B adalah Zef = 5 – [2,5787] = 2,4213, dan
C adalah Zef = 6 – [2,5787 + 0,3326] = 3,0887; jadi terdapat kenaikan 0,6674.
Jadi kenaikan muatan inti efektif untuk atom B-C lebih besar daripada kenaikan
muatan inti efektif untuk atom Li-Be, sebab untuk B-C terjadi penambahan elektron
2p sedangkan untuk Li-Be terjadi penambahan elektron 2s dengan efek perisai yang
lebih rendah ketimbang efek perisai orbital 2p.
A. Tujuan Antara
Bagian modul ini membahas sistem periodik unsur sebagai bahan “penyegaran” atau
sangat mungkin “pengayaan” untuk topik yang sejenis yang tentunya pernah Anda kenal
bukan? Nah, tak terhindarkan topik ini juga memaparkan kembali materi sejenis yang
relatif rinci khususnya perihal Tabel Periodik Unsur (TPU) yang direkomendasikan
IUPAC terkini (1999-2005). Oleh sebab itu setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar-4 ini
diharapkan Anda mampu:
9. memahami adanya berbagai kemungkinan model TPU
10.mengenali letak unsur dalam TPU model IUPAC terkini (2005) terkait dengan
konfigurasi elektroniknya
11.menjelaskan sifat-sifat periodisitas unsur, jari-jari atom (kovalen), jari-jari ionik,
energi ionisasi dan afinitas elektron
B. Uraian Materi 4
4.1 Organisasi Tabel Periodik Unsur (TPU)
Dalam Tabel Periodik Unsur (TPU) modern, unsur-unsur ditempatkan secara teratur
menurut naiknya nomor atom atau jumlah proton. Ada cukup banyak desain - bentuk TPU,
namun yang paling umum dijumpai adalah bentuk "panjang" (Gambar 4.1a). TPU ini
menampilkan unsur-unsur lantanoida (4f) dan aktinoida (5f) masing-masing hanya dalam
satu “kotak” dalam bayang-bayang golongan 3 dengan kelengkapan keanggotaan seri
ditempatkan secara terpisah di bawah tubuh tabel. Hal ini dengan pertimbangan bahwa
unsur-unsur lantanoida dan aktinoida masing-masing menunjukkan kemiripan sifat-sifat
kimiawi yang sangat dekat satu sama lain. Dengan demikian diperoleh suatu TPU yang
lebih “kompak”, sebab jika kedua seri unsur-unsur ini (4f dan 5f) ditampilkan langsung
dalam tabel, maka akan menghasilkan TPU dengan bentuk yang “sangat panjang” dengan
kemungkinan penomoran golongan hingga 32. Perkembangan TPU dengan beberapa
model ditunjukkan pada bagian akhir bab ini (Gambar 4.1b – 4.1g ).
Menurut rekomendasi International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC:
1997-2005) penomoran golongan unsur-unsur mulai dari 1 hingga 18 (Gambar 4.1a);
hidrogen adalah kekecualian, memiliki golongannya sendiri karena sifatnya yang unik
sehingga terpisah dari yang lain meskipun lebih sering berada di atas Li. Sistem ini
menggantikan sistem sebelumnya yang menggunakan notasi kombinasi dengan angka
Romawi dan label A-B yang dianggap membingungkan karena perbedaan pelabelan A-B
antara model Amerika Utara dengan Eropa. Sebagai contoh, di Amerika Utara golongan
IIIB menunjuk pada golongan skandinavium, Sc (Gambar 4.1c), sedangkan di Eropa
nomor ini menunjuk pada golongan boron, B (Gambar 4.1d). Dengan demikian dalam TPU
ini penomoran golongan tidak diberlakukan pada unsur-unsur lantanoida dan aktinoida
karena kemiripan unsur-unsur tersebut dalam periode (lajur mendatar) daripada golongan
(lajur vertikal).
* La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb
** Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No
Gambar 4.1a TPU bentuk "panjang" menurut rekomendasi IUPAC (1997/2005)
Golongan 1 dan 2 dan 13-18 sering disebut sebagai golongan utama, yang terdiri
atas kelompok s dan kelompok p; golongan 1 dan golongan 2 sering dikenal dengan nama
khusus alkali dan alkali tanah, sedangkan golongan 13-16 sering diberi nama sesuai
dengan anggota pertama golongan yang bersangkutan. Sedangkan golongan 3-12
(golongan B menurut Amerika Utara) sering disebut sebagai golongan transisi atau
kelompok d dan transisi dalam atau kelompok f. Pengelompokan dengan label orbital ini
(s, p, d, dan f) menunjuk pada “pengisian elektron terakhir” atas orbital tersebut bagi atom
unsur yang bersangkutan dalam membangun konfigurasi elektroniknya menurut prinsip
aufbau. Dengan demikian hubungan antara nomor atom dengan letaknya dalam Tabel
Periodik dapat dijelaskan seperti berikut ini.
1. Atom unsur dengan konfigurasi elektronik [gas mulia] ns1 dan [gas mulia] ns2
masing-masing terletak dalam golongan 1 (alkali) dan golongan 2 (alkali tanah); jadi dalam
hal ini elektron kulit terluar menunjukkan nomor golongannya; atom unsur demikian ini
sering disebut kelompok s.
2. Atom unsur transisi dengan konfigurasi elektronik [gas mulia] (n-1)dx nsy (y =1-2),
nomor golongannya sesuai dengan jumlah “elektron terluar”-nya yakni (x + y) = 3-12;
atom unsur ini sering disebut sebagai golongan transisi atau kelompok d, yakni golongan 3
–12; akan tetapi golongan 12 sering dikeluarkan dari golongan “transisi” dan disebut
sebagai pseudo gas mulia, sebab orbital d10 sudah penuh dan tidak berperan menentukan
sifat-sifat kimianya . sebagaimana umumnya golongan transisi.
3. Atom dengan konfigurasi elektronik [gas mulia] ns2 npx (x = 1-6), maupun [gas
mulia] (n-1)d10 ns2 npx (x = 1-6) terletak dalam golongan (10 + 2 + x); atom unsur ini
sering disebut sebagai kelompok p, yakni golongan 13 - 18.
4. Nomor periode ditunjukkan oleh nilai n tertinggi yang dihuni oleh elektron dalam
konfigurasi elektroniknya.
Nah, mari kita ambil contoh; atom unsur X, Y, dan Z, masing-masing mempunyai
nomor atom 37, 24, dan 35; di mana posisinya masing-masing unsur tersebut dalam TPU?
konsekuensinya adalah bahwa kelompok unsur 4f terdiri atas 57La - 70Yb dan kelompok
unsur 5f terdiri atas 89Ac - 102No. Hal yang sangat penting adalah adanya kekecualian atau
penyimpangan konfigurasi elektronik terhadap prinsip aufbau untuk beberapa unsur
transisi seperti ditunjukkan pada Tabel 4.3. Penyimpangan konfigurasi elektronik tersebut
sering dihubungkan dengan kestabilan bagi sistem orbital penuh dan setengah penuh.
Tabel 4.3. Konfigurasi elektronik beberapa unsur
yang "menyimpang" dari aturan aufbau
Konfigurasi elektronik menurut
Unsur prinsip aufbau data spektroskopi (eksperimen)
4 2
24Cr [18Ar] 3d 4s [18Ar] 3d 5 4s1
29Cu [18Cu] 3d 9 4s2 [18Ar] 3d 10 4s1
41Nb [36Kr] 4d 3 5s2 [36Kr] 4d 4 5s1
42Mo [36Kr] 4d 4 5s2 [36Kr] 4d 5 5s1
44Ru [36Kr] 4d 6 5s2 [36Kr] 4d 7 5s1
45Rh [36Kr] 4d 7 5s2 [36Kr] 4d 8 5s1
46Pd [36Kr] 4d 8 5s2 [36Kr] 4d 10
47Ag [36Kr] 4d 9 5s2 [36Kr] 4d 10 5s1
78Pt [54Xe] 4f 14 5d 8 6s2 [54Xe] 4f 14 5d 9 6s1
79Au [54Xe] 4f 14 5d 9 6s2 [54Xe] 4f 14 5d10 6s1
Jari-jari Atom / pm
300 4d
3d Cs
250 Rb 5d
K
200 Na
Li Rn
150
100 Xe 4f
Kr
Ar
50
He Ne
H
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Nomor Atom
Gambar 4.3 Jari-jari atom untuk beberapa unsur
Dalam periode, jari-jari atom menurun dengan naiknya nomor atom.
Kecenderungan ini sangat mudah dipahami dengan menerapkan parameter muatan inti
efektif, Zef, sebagaimana dibicarakan terdahulu. Dalam periode, ukuran atom dibatasi oleh
orbital-orbital dalam ukuran volume kulit yang sama besarnya. Unsur-unsur periode 2
mempunyai konfigurasi elektronik 1s2 2s(1-2). Ukuran atom ditentukan oleh besarnya
muatan inti efektif yang dirasakan oleh elektron-elektron dalam orbital yang bersangkutan
yaitu 1s, 2s, dan 2p. Naiknya nomor atom berarti naiknya Zef yang dirasakan oleh setiap
elektron dalam orbital yang bersangkutan, sehingga orbital-orbital ini mengalami kontraksi
ke arah inti atom yang semakin besar dan akibatnya atom akan nampak semakin kecil.
Dalam golongan, jari-jari atom bertambah besar dengan naiknya nomor atom.
Ukuran atom ditentukan oleh ukuran orbital terluar. Unsur-unsur dalam golongan ditandai
dengan elektron valensi yang sama. Golongan utama yaitu s dan p, mempunyai konfigurasi
elektronik terluar (1-7)sx, dan (1-7)s2 (1-7)px. Naiknya nomor atom berarti bertambahnya
2500 He
Ne
2000
Ar
1500 Kr 4f
Cl 3d Xe
H P 4d 5d Rn
1000
Si S
Mg
500 Al
Li Na K Rb Cs
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Nomor Atom
Gambar 4.4 Periodisitas nergi ionisasi unsur-unsur
nomor atom muatan inti efektif semakin membesar secara kontinu, yaitu naik kira-kira
sebesar 0,65 satuan untuk setiap tambahan satu elektron, yang berakibat jari-jari atom
semakin pendek. Dengan demikian, elektron terluar semakin sukar dikeluarkan yang
berarti energi ionisasi semakin besar. Jadi, unsur-unsur alkali mempunyai energi ionisasi
terendah sedangkan unsur-unsur gas mulia mempunyai energi ionisasi tertinggi. Perubahan
energi ionisasi secara periodik dilukiskan pada Gambar 4. 4.
Namun demikian, terdapat beberapa kekecualian yaitu naiknya energi ionisasi unsur-
unsur dalam satu periode ternyata tidak menunjukkan alur yang mulus sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.5. Atom dengan konfigurasi elektronik penuh atau setengah
Barangkali sangat sukar ditemukan adanya satu unsur yang secara lengkap
memenuhi ekspresi diagram di atas. Namun demikian, diagram tersebut melukiskan suatu
kesinambungan kecenderungan hubungan antara harga ∆H dengan elektron ke n yang
dikeluarkan dari atom yang bersangkutan; hubungan ini adalah bahwa makin besar harga
n makin besar pula harga ∆H atau makin besar pula harga Ea maupun Ei nya.
Jadi, energi (∆H) yang terlibat berubah namanya dari Ea menjadi Ei setelah melewati
spesies netral (M) sebagai "crossover point". Perlu diperhatikan bahwa menurut
pandangan ini pengertian energi afinitas ke n, Ea(n), adalah energi yang diperlukan untuk
mengeluarkan satu elektron dari ion negatif Mn- sedangkan energi afinitas pertama, Ea(1)
adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan satu elektron dari ion negatif M-.
Dari uraian di atas jelas bahwa baik energi ionisasi, Ei maupun energi afinitas, Ea,
keduanya menunjuk pada kemampuan suatu spesies (atom netral maupun ion) untuk
menangkap elektron. Walaupun pengertian keduanya ini paralel, kenyataannya energi
afinitas lebih sukar ditentukan secara eksperimen, tidak seperti halnya energi ionisasi.
Beberapa unsur yang energi afinitasnya dapat ditentukan secara eksperimen adalah unsur-
unsur O, S dan halogen. Energi afinitas unsur-unsur yang lain ditentukan dengan
pendekatan menurut berbagai-bagai metode, misalnya metode ekstrapolasi, Haber-Born
Cycle, dan metode mekanika kuantum Hartree-Fock (semuanya tidak dibicarakan disini);
hasilnya, ternyata sangat bervariasi walaupun menunjukkan kecenderungan yang paralel
dari berbagai macam metode tersebut. Harga energi afinitas beberapa unsur utama dapat
diperiksa pada Tabel 4.7.
Pengertian energi afinitas demikian juga energi ionisasi bagi setiap atom unsur
bersifat kumulatif langsung, artinya energi afinitas dua elektron suatu spesies netral
misalnya, merupakan jumlah dari energi afinitas pertama dan kedua bagi spesies yang
bersangkutan. Untuk atom unsur oksigen misalnya, dapat dinyatakan seperti berikut ini.
O (g) + e → O- (g) E (1) = + 141 kJ mol-1 = +1,46 eV (energi bebas)
a
4.3.4 Elektronegativitas
Pengertian elektronegativitas ternyata cukup bervariasi. Istilah ini pertama kali
dikemukakan oleh Linus Pauling yang mendefinisikan elektronegativitas sebagai kekuatan
atau kemampuan atom menarik elektron-elektronnya ke dalam dirinya sendiri dalam suatu
molekul. Definisi ini menunjukkan bahwa elektronegativitas bukanlah merupakan suatu
sifat yang berhubungan dengan atom secara terisolasi melainkan atom dalam senyawanya.
Namun demikian, ukuran elektronegativitas dapat diturunkan untuk tiap-tiap atom.
χA dan χB adalah suatu tetapan yang karakteristik untuk tiap-tiap atom, dan inilah yang
kemudian dikenal sebagai besaran elektronegativitas atom yang bersangkutan. Selanjutnya
dengan memperhatikan data termokimia dan menetapkan salah satu harga χ sembarang
(yaitu 2,1 untuk atom hidrogen) dapatlah ditentukan harga elektronegativitas relatif untuk
atom-atom yang lain sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Berbeda dari Pauling, R. Mulliken mengusulkan pendekatan alternatif lain dengan
melibatkan parameter atomik secara langsung yaitu energi ionisasi dan afinitas elektron;
pada dasarnya elektronegativitas (absolut) suatu atom didefinisikan sebagai harga rata-rata
dari energi ionisasi dan afinitas elektron atom yang bersangkutan menurut formula:
χ(M) = ½(Ei + Ea ) , ( dengan Ei dan Ea dalam satuan eV)
Namun demikian, energi ionisasi dan afinitas elektron yang dimaksudkan disini
berhubungan dengan tingkat valensi atom yang bersangkutan, yaitu keadaan yang
menganggap atom dalam keadaan bagian dari suatu molekul; jadi, dalam perhitungan
melibatkan tingkat-tingkat spektroskopik atom yang bersangkutan. Hasilnya berupa
numerik yang paralel dengan skala Pauling dan hubungan antara keduanya mendekati
formula berikut:
χ(P) = 0,336 (χ(M) - 0,615) atau
χ(P) = 1,35 χ (M) - 1,37 (P = Pauling, dan M = Mulliken)
H He
2,10
2,20 5,50
Li Be B C N O F Ne
0,98 1,57 2,04 2,55 3,04 3,44 3,98
0,97 1,47 2,01 2,50 3,07 3,50 4,10 4,84
Na Mg +3 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +2 +1 +2 Al Si P S Cl Ar
0,93 1,31 1,61 1,90 2,19 2,58 3,16
1,01 1,23 1,47 1,74 2,06 2,44 2,83 3,20
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
0,82 1,00 1,36 1,54 1,63 1,66 1,55 1,83 1,88 1,91 2,00 1,65 1,81 2,01 2,18 2,55 2,96 3,00
0,91 1,04 1,20 1,32 1,45 1,56 1,60 1,64 1,70 1,75 1,75 1,66 1,82 2,02 2,20 2,48 2,74 2,94
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
0,82 0,95 1,22 1,33 1,60 2,16 1,90 2,20 2,28 2,20 1,93 1,69 1,78 1,96 2,05 2,10 2,66 2,60
0,89 0,99 1,11 1,22 1,23 1,30 1,36 1,42 1,45 1,35 1,42 1,46 1,49 1,72 1,86 2,01 2,21 2,40
Cs Ba * Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
0,79 0,89 1,27 1,30 1,50 2,36 1,90 2,20 2,20 2,28 2,54 2,00 2,04 2,33 2,02 2,00 2,20
0,86 0,97 1,14 1,23 1,33 1,40 1,46 1,52 1,55 1,44 1,42 1,44 1,44 1,55 1,67 1,76 1,90 2,06
Fr Ra *
0,70 0,90 *
0,86 0,97
+3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3 +3
* La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb
1,10 1,12 1,13 1,14 1,17 1,20 1,22 1,23 1,24 1,25
1,08 1,08 1,07 1,07 1,07 1,07 1,01 1,11 1,10 1,10 1,10 1,11 1,11 1,06
* Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No
* 1,10 1,30 1,50 1,38 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30 1,30
1,00 1,11 1,14 1,22 1,22 1,22 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20
Z Unsur 1 2 3 4 5 6 7 8
1 H 1312,0
2 He 2372,3 5250,4
3 Li 520,3 7298,1 11814,9
4 Be 899,5 1757,1 14848,7 21006,5
5 B 800,6 2427,0 3659,8 25025,7 32826,6
6 C 1086,4 2352,6 4620,5 6222,6 37830,4 47276,9
7 N 1402,3 2856,1 4578,1 7475,1 9444,9 53266,4 64359,8
8 O 1314,0 3388,2 5300,4 7469,3 10989,5 13326,4 71334,5 84077,7
9 F 1681,0 3374,2 6050,4 8407,7 11022,7 15164,0 17867,7 92037,8
10 Ne 2080,7 3952,3 6122,0 9370,0 12178,0 15238,0 19999,0 23069,0
11 Na 495,8 4562,4 6912 9544 13353 16610 20115 25490
12 Mg 737,7 1450,7 7732,8 10540 13628 17995 21704 25656
13 Al 577,6 1816,7 2744,8 11578 14831 18378 23295 27459
14 Si 786,5 1577,1 3231,6 4355,5 16091 19785 23786 29252
15 P 1011,8 1903,2 2912 4957 6273,9 21269 25397 29854
16 S 999,6 2251 3361 4564 7013 8495,6 27106 31670
17 Cl 1251,1 2297 3822 5158 6540 9362 11018,2 33605
18 Ar 1520,5 2665,8 3931 5771 7238 8781 11995,2 13841,7
19 K 418,9 3051,4 4411 5877 7976 9649 11343 14942
20 Ca 589,8 1145,4 4912 6474 8144 10496 12320 14207
21 Sc 631 1235 2389 7089 8844 10720 13320 15310
22 Ti 658 1310 2652,5 4174,6 9573 11517 13590 16260
23 V 650 1414 2828 4506,6 6299 12362 14489 16760
24 Cr 652,8 1496 2987 4740 6690 8738 15540 17820
25 Mn 717,4 1509,1 2248,4 4940 6990 9200 11508 18956
26 Fe 759,4 1561 2957,4 5290 7240 9600 12100 14575
27 Co 758 1646 3232 4950 7670 9840 12400 15100
28 Ni 736,7 1753 3393 5300 7280 10400 12800 15600
29 Cu 745,5 1957,9 3554 5330 7710 9940 13400 16000
30 Zn 906,4 1733,3 3832,7 5730 7970 10400 12900 1680
31 Ga 578,8 1979 2963 6200
32 Ge 762,2 1537,2 3302 4410 9020
33 As 944 1797,8 2735,5 4837 6043 12310
34 Se 940,9 2045 2973,7 4143,5 6590 7883 14990
35 Br 1139,9 2100 3500 4560 5760 8550 9938 18600
36 Kr 1350,7 2350,3 3565 5070 6240 7570 10710 12200
37 Rb 403,0 2633 3900 5080 6850 8140 9570 13100
A B A B B A B A B A B A B A B A
1 H He
2 Li Be B C N O F Ne
3 Na Mg Al Si P S Cl Ar
4 K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe, Co, Ni
Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
5 Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru, Rh, Pd
Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
*)
6 Cs Ba La Hf Ta W Re Os, Ir, Pt
Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
7 Fr Ra Ac**)
*)
6 Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu
**)
7 Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr
Gambar 4.1b Tabel Periodik Unsur bentuk kondens (pendek) dengan label A
dan B (bold) dalam satu golongan yang dianut Amerika Utara.
IA VIIIA
H IIA IIIA IVA VA VIA VIIA He 1
Li Be B C N O F Ne 2
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr 4
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe 5
Cs Ba *Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn 6
*La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb
**Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No
Catatan: golongan gas mulia sering pula diberi label VIII saja (tanpa label A), atau 0.
IA 0
H IIA IIIB IVB VB VIB VIIB He 1
Li Be B C N O F Ne 2
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr 4
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe 5
Cs Ba *Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn 6
*La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb
**Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No
Gambar 4.1d TPU bentuk “panjang” dengan label A-B diturunkan dari bentuk kondens
model Hubbard yang dianut Eropa dan IUPAC Inorganic Nomenclature,
1970.
18
1 2 H 13 14 15 16 17 He 1
Li Be B C N O F Ne 2
Na Mg 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Al Si P S Cl Ar 3
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr 4
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe 5
Cs Ba La * Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn 6
Fr Ra Ac ** Db Jl Rf Bh Hn Mt 7
* Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu
** Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr
s (0)
H He
p (1) Li Be
B C N O F Ne Na Mg
d (2) Al Si P S Cl Ar K Ca
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr
f (3) Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba
La - Yb (lantanoida) Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn Fr Ra
Ac – No (aktinoida) Lr Db Jl Rf Bh Hn Mt
Gambar 4.1f TPU menurut konfigurasi elektronik dan
spektroskopi atomik, model Janet (1927)
Li Be B C N O F Ne 2
Na Mg Al Si P S Cl Ar 3
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr 4
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe 5
Cs Ba La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn 6
Fr Ra Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr Db Jl Rf Bh Hn Mt 7
s f d p
A. Tujuan Antara
Bagian modul ini membahas proses terbentuknya ikatan kimia, ion dan kovalen, serta
teori yang meramalkan bentuk molekul, yakni model hibridisasi dan VSEPR; sifat-sifat
polaritas (kepolaran) suatu molekul dibahas atas sifat elektronegatifitas. Lebih lanjut
dibahas pula konsep muatan formal untuk melukiskan bentuk resonansi suatu molekul.
Oleh sebab itu setelah menyelesaikan Kegiatan Belajar-5 ini diharapkan Anda mampu:
1. memahami proses pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen
2. melukiskan struktur elektronik model Lewis
3. menghitung muatan formal atom-atom dalam senyawanya
4. melukiskan bentuk resonansi
5. menjelaskan sifat kepolaran/momen-dipol suatu molekul
6. menjelaskan bangun geometri molekular menurut model hibridisasi
7. meramalkan bangun geometri molekular menurut model VSEPR
B. Uraian Materi 5
5.1 Ikatan Kimia
Istilah ikatan kimia antara dua atom atau lebih muncul oleh karena bergabungnya
atom-atom yang bersangkutan dalam membentuk senyawa. Gagasan pembentukan ikatan
ini umumnya diarahkan pada pembentukan konfigurasi elektronik yang lebih stabil.
Sampai dengan saat ini, konfigurasi elektronik atom unsur-unsur gas mulia dianggap
sebagai ukuran kestabilan suatu spesies karena relatif terhadap atom unsur-unsur lain, gas
mulia jauh lebih sukar bergabung dengan atom unsur lain, meskipun akhir-akhir ini telah
ditemukan beberapa senyawa gas mulia. Sifat kestabilan kelompok gas mulia tercermin
pada harga energi ionisasinya yang sangat tinggi, tertinggi dalam periode, dan afinitas
elektronnya yang sangat rendah, terendah dalam periode.
Dibandingkan dengan konfigurasi elektronik atom unsur-unsur gas mulia, unsur-
unsur golongan utama (atau representatif yaitu s dan p) hanya berbeda dalam hal
banyaknya elektron valensi saja. Oleh karena itu, ide terbentuknya senyawa untuk unsur-
unsur ini berkaitan erat dengan peran elektron valensi; namun untuk unsur-unsur golongan
d dan f memerlukan pembahasan tersendiri.
Secara ekstrem ada dua cara untuk memenuhi terbentuknya konfigurasi elektronik
gas mulia yaitu pertama dengan cara serah-terima atau transfer elektron valensi dan kedua
dengan cara pemilikan bersama pasangan elektron "sekutu" (sharing) atau “patungan” dari
elektron valensi atom-atom penyusunnya. Cara pertama menghasilkan ion positif yaitu
kation bagi atom yang melepas elektron, dan ion negatif yaitu anion bagi atom yang
menerima elektron. Dengan demikian, ikatan yang terjadi antara keduanya adalah ikatan
ionik yang berupa gaya-gaya elektrostatik. Cara kedua menghasilkan ikatan kovalen yang
berupa pasangan-pasangan elektron sekutu yang menjadi milik bersama antara atom-atom
yang terlibat. Dalam banyak contoh, adanya kedua jenis ikatan ini dapat diidentifikasi
-e + -
+e
11 Na → 11Na 9F ← 9F
1
[10Ne] 3s 2
[2He] 2s 2p
5
10Ne
-2 e 2+ +2e
12Mg → 12 Mg ←2-
8O
8O
2 2 4
[10Ne] 3s [2He] 2s 2p
Jadi, NaF, Na2O, MgF2, dan MgO sering dianggap contoh spesies “ionik” dengan
mengadopsi konfigurasi elektron valensi gas mulia terdekat, Ne.
Spesies dengan Delapanbelas Elektron Valensi
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak senyawa-senyawa golongan d juga bersifat
ionik; sudah barang tentu kestabilan konfigurasi elektroniknya, khususnya jumlah elektron
valensi, tidak lagi mengikuti kaidah oktet, tetapi mencapai delapanbelas. Spesies ini
banyak ditemui pada gologan 11, 12 bahkan juga golongan 13 mulai periode 4, yaitu:
47Ag
→ 47Ag
+
48Cd
→ 48Cd
2+
49In
→ 49In
3+
79Au
→ 79Au
+
80Hg
→ 80Hg
2+
81Tl
→ 81Tl
3+
Ketiga kelompok unsur tersebut secara berurutan dapat membentuk kation M+, M2+,
dan M3+, yang cukup stabil dengan melepaskan elektron valensi ....... ns(1-2) np(0-1) dan
menyisakan konfigurasi elektronik terluar ........ (n-1)s2 (n-1)p6 (n-1)d10, sebanyak 18
elektron. Perlu dicatat bahwa konfigurasi 18 elektron terluar ini hanya dicapai dengan cara
pelepasan elektron, dan tidak pernah dicapai dengan cara penangkapan elektron, dan oleh
karena itu spesies ini hanya dijumpai dalam bentuk kation saja.
Spesies dengan "Delapanbelas + Dua" Elektron Valensi
Spesies ini umumnya terdiri atas unsur-unsur berat. Unsur 81Tl dijumpai sebagai
kation Tl3+ yaitu sistem 18 elektron valensi yang cukup stabil. Namun demikian, kation Tl+
dengan konfigurasi elektronik [36Kr] 4d10 4f14 5s2 5p6 5d10 6s2, ternyata juga ditemui dan
bahkan lebih stabil daripada kation Tl3+. Kestabilan sistem konfigurasi ini sering pula
dikaitkan dengan kenyataan penuhnya semua orbital yang terisi, yang secara khusus
dikenal sebagai sistem konfigurasi elektronik “18 + 2” atau dengan istilah spesies dengan
pasangan elektron inert. Unsur-unsur Ga, In, dan Tl (golongan 13), Ge, Sn, dan Pb
(golongan 14), dan As, Sb, dan Bi (golongan 15) dapat membentuk secara berurutan ion-
ion M+, M2+, dan M3+ yang khas dengan pasangan elektron inert, (4-6)s2.
Peran pasangan elektron inert terhadap kestabilan ion dalam golongan ternyata
semakin kuat dengan naiknya nomor atom. Misalnya Tl+, secara berurutan lebih stabil
daripada In+ dan Ga+; Sn4+ lebih stabil daripada Sn2+, tetapi sebaliknya Pb2+ lebih stabil
daripada Pb4+. Dalam golongan 15, Sb3+ dan Bi3+ cukup stabil, demikian juga Sb5+; tetapi,
Bi5+ kurang stabil.
Spesies dengan Berbagai Macam Elektron Valensi
Ion-ion tipe ini terdiri atas unsur-unsur transisi golongan d dan f yang mempunyai
konfigurasi elektronik d dan f belum penuh. Umumnya, ion-ion ini mempunyai konfigurasi
elektronik terluar 8 -18, yaitu ns2 np6 nd(0-10) dengan n = 3, 4, 5. Tambahan pula, unsur-
unsur golongan transisi dikenal dapat membentuk kation dengan berbagai tingkat oksidasi.
Unsur-unsur golongan f, lantanoida dan aktinoida, masing-masing mempunyai
konfigurasi elektonik ... 4f (1-14) 5s2 5p6 5d (0-1) 6s2, dan ... 5f (1-14) 6s2 6p6 6d (0-1) 7s2. Dengan
melepas elektron terluar, (n-1)d (0-1) ns2, unsur-unsur tersebut menghasilkan kation M3+
yang cukup stabil dengan meninggalkan konfigurasi elektron valensi 8, tetapi dengan
berbagai jumlah elektron sebelah dalam belum penuh, (n-2)f (1-14). Kestabilan ion-ion
transisi dan transisi dalam umumnya berkaitan dengan pembentukan senyawa kompleks.
Kecenderungan Pembentukan Ion
Urut-urutan kestabilan keenam tipe ion tersebut adalah bahwa tipe konfigurasi
elektronik gas mulia paling stabil, diikuti oleh tipe konfigurasi delapanbelas elektron; ion
dengan tipe struktur konfigurasi unsur-unsur transisi dan transisi dalam paling tidak stabil.
Contoh di atas menunjukkan bahwa sifat ionik menurun dari NaCl ke MgCl2, dan
AlCl3 bukan lagi bersifat ionik melainkan bersifat kovalen.
(2) Ukuran ion. Semakin kecil ukuran kation semakin terkonsentrasi muatan
positifnya sehingga semakin efektif pengaruh polarisasinya terhadap anion;
akibatnya semakin rendah sifat ionik spesies yang bersangkutan sebagaimana
ditunjukkan oleh data senyawa klorida berikut:
Kation Titik leleh klorida Konduktifitas ekivalen
(oC) leburan klorida
2+ 404 0,086
Be
2+ 715 29
Mg
2+ 774 52
Ca
2+ 870 56
Sr
2+ 955 65
Ba
Contoh di atas sangat jelas menunjukkan adanya hubungan antara kenaikan ukuran
kation dengan kenaikan sifat ioniknya. Sebaliknya, semakin besar ukuran anion
semakin mudah awan elektronnya terpolarisasi oleh kation; akibatnya semakin lemah
sifat ionik atau semakin kuat sifat kovalensi spesies yang bersangkutan sebagaimana
ditunjukkan oleh data untuk senyawa halida berikut:
Spesies Ukuran anion (Å) Ttik leleh (oC)
Na F 1,36 990
NaCl 1,81 801
NaBr 1,95 755
NaI 2,16 651
Jadi, data tersebut menyarankan bahwa sifat ionik terkuat ditunjukkan oleh natrium
fluorida dan terlemah oleh natrium iodida.
Gambar 5.2 Persekutuan satu sisi pada dua kubus model Lewis
tersebut akhirnya hilang tidak mendapat dukungan. Pandangan klasik perihal ikatan
kemudian segera berkembang dengan munculnya mekanika kuantum; Linus Pauling pada
tahun 1937 mengenalkan model ikatan yang melibatkan tumpang-tindih orbital atomik.
Lewis selanjutnya mengidentifikasi ikatan kimia sebagai pasangan elektron sekutu,
meskipun tidak dapat menjelaskan mengapa pasangan elektron dan bukan jumlah yang lain
harus bertanggung jawab dalam pembentukan ikatan. Pasangan elektron sekutu yang
kemudian dikenal sebagai ikatan kovalen, dilukiskan sebagai ikatan tunggal A—B untuk
sepasang elektron sekutu, ikatan rangkap dua A = B dan ganda tiga A ≡ Β, masing-
masing untuk dua dan tiga pasang elektron sekutu. Pembentukan pasangan elektron ini
untuk mencapai konfigurasi elektron terluar delapan, oktet, seperti halnya dijumpai dalam
gas mulia (kecuali He) yang ternyata stabil. Sebagai contoh, H2, O2, N2, HCl, dan CO2,
masing-masing dilukiskan dengan elektron dot model Lewis seperti pada Gambar 5.3.
+ H +
→ H N → H
+
H N ** atau H N H
H H H
+
Gambar 5.5 Model pembentukan ikatan kovalen koordinat pada ion NH4
C C C
Cl H Cl
Cl Cl H Cl Cl
H
µ= 0 µ= 0 µ = 1,01 D
Hubungan antara bentuk geometri dengan sifat polaritas atau momen dipol
ditunjukkan oleh beberapa contoh pada Gambar 5.7. Molekul air bersifat sangat polar.
Dengan adanya dua pasang elektron menyendiri muatan negatif terkonsentrasi pada atom
oksigen; tambahan pula, ikatan O–H juga bersifat sangat polar dengan daerah muatan
negatif terkonsentrasi pada atom oksigen. Kutub positif terkonsentrasi pada daerah antara
kedua atom hidrogen, sehingga molekul air mempunyai momen dipol yang sangat kuat
yaitu 1,85 D. Molekul amonia juga bersifat polar; adanya sepasang elektron menyendiri
pada atom nitrogen dan ikatan N–H yang juga bersifat polar mengakibatkan ujung negatif
terkonsentrasi pada atom nitrogen dan ujung positif terkonsentrasi pada daerah antara
ketiga atom hidrogen. Molekul amonia mempunyai momen dipol yang cukup besar yaitu
1,47 D.
Dalam banyak molekul, sifat polaritas parsial yang disebabkan oleh perbedaan
elektronegativitas atom-atom penyusun ikatan menghasilkan resultante nol dalam
keseluruhan molekulnya, sehingga molekul ini mempunyai momen dipol nol. Dalam
molekul “simetri” linear CO2 misalnya, dua ikatan C=O yang masing-masing bersifat polar
sangat kuat saling meniadakan karena resultante muatan negatif dan daerah positif
terkonsentrasi pada daerah yang sama yaitu tepat pada atom C. Dalam molekul tetrahedral
teratur CCl4, keempat ikatan polar parsial C–Cl juga saling meniadakan karena resultante
muatan negatif terkonsentrasi pada titik yang sama yaitu pada atom C; demikian juga
dalam molekul CH4. Namun, dalam molekul tetrahedral tak-teratur atau terdistorsi seperti
CHCl3, elektronegativitas atom H lebih rendah daripada atom C dan jauh lebih rendah
daripada atom Cl. Dengan demikian, resultante muatan negatif terkonsentrasi pada daerah
antara ketiga atom Cl, dan akibatnya molekul mempunyai momen dipol, yaitu 1,01D.
Momen dipol suatu molekul tidak hanya ditentukan oleh momen ikatannya,
melainkan juga adanya pasangan elektron non-ikat (lone-pair) pada atom pusat. Jika
pasangan elektron non-ikat ini berada dalam orbital yang searah dengan resultante momen
ikatannya maka hasilnya akan menguatkan momen dipol molekul yang bersangkutan, dan
sebaliknya akan memperlemah. Dapatkah Anda menjelaskan mengapa molekul NH3
(1,5D) memiliki momen dipol yang lebih besar ketimbang NF3 (0,2D)?
2p promosi
↑ sp sp
↑ ↑
2s ↑↓ elektron ↑ hibridisasi
orbital hibrida sp
BF3. Adanya senyawa BF3 yang berbentuk trigonal menyarankan bahwa atom pusat 5B
Be 2 Cl BeCl2
2
Gambar 5.12 Tumpang-tindih
y orbital hibrida sp dalamspmolekul BeCl2
2py
x
+
2px hibridisasi sp2
2s
F F
B B
+ 3 F
F
Gambar 3.13 Orientasi dan tumpang-tindih orbital
orbital hibrida sp2 dalam molekul BF3
B A 120 o
B A B 109,5
B A
linear AB dan AB2 Trigonal AB3 B
B
B
(a)
aksial B Tetrahedron AB4
B
o (e)
90 B
(e)
B A 120
o B B
ekuatorial
ekuatorial A
B(e)
B B
aksial
B (a)
B
bipiramida segitiga AB5 oktahedron AB6
Gambar 5.14 Bentuk geometri regular molekul
tipe ABx menurut teori VSEPR
Bangun geometri regular suatu molekul dengan rumus umum ABx dengan A sebagai
atom pusat dapat diramalkan oleh teori VSEPR yaitu linear untuk x = 1-2, trigonal untuk x
= 3, tetrahedron regular untuk x = 4, trigonal bipiramida (bipiramida segitiga) untuk x = 5,
dan oktahedron regular untuk x = 6 (Gambar 5.14). Dalam hal ini, x tidak lain juga
menunjuk pada jumlah pasangan elektron ikatan (bonding electron) dan tanpa adanya
pasangan elektron non-ikatan (non bonding) di seputar atom pusat. Apabila atom
pengeliling B tidak sama satu dengan yang lain maka bentuk yang dihasilkan akan
merupakan bentuk distorsi atau penyimpangan dari bentuk regularnya, misalnya ada
penyimpangan besarnya sudut dan atau panjangnya ikatan.
Ikatan rangkap juga diperlakukan
H 121
H 121,3 H o
o
dengan tanpa pasangan elektron non-ikatan di seputar atom pusat, juga hanya ada satu
kemungkinan bentuk yaitu linear dengan sudut ikatan B_A_B sebesar 180o, misalnya
BeCl2. Namun, jika pada atom pusat terdapat pasangan elektron non-ikatan maka dapat
diramalkan adanya tiga tipe molekul yaitu AB2E, AB2E2, dan AB2E3, dengan E = pasangan
elektron non-ikatan atau non bonding atau pasangan elektron menyendiri.
Tipe AB2E diramalkan akan mempunyai bentuk V hasil turunan dari bangun trigonal
AB . Bangun ini mempunyai sudut B_A_B lebih kecil dari 120o sebagai akibat tolakan
3
pasangan elektron menyendiri E yang lebih kuat terhadap pasangan elektron ikatan;
misalnya, SnCl2 mempunyai sudut ikatan ≈ 95 o. Tipe AB2E2 diramalkan juga mempunyai
bentuk V sebagai hasil adopsi turunan bangun tetrahedron AB4 namun dengan sudut lebih
kecil dari 109,5o; lagi-lagi sebagai akibat tolakan dari dua pasangan elektron menyendiri E2
yang lebih kuat. Sebagai contoh, H2O mempuyai sudut ikatan H‒O‒H ≈ 104,5 o. Namun,
tipe AB2E3 mempunyai bentuk linear hasil adopsi turunan bangun bipiramida segitiga.
Dalam hal ini ketiga pasangan elektron non-ikatan E3 memilih posisi bidang ekuatorial
agar menghasilkan tolakan minimum (∠B(e)‒A‒B(e) = 120o) daripada posisi aksial (∠
B(a)_A_B(e) = 90o). Sebagai contoh adalah XeF . 2
F
** **
**
Sn O * Xe
Cl o * *
95 H * **
Cl o
104,5
H
F
Komparasi geometri molekul SnCl2, H2O, dan XeF2
F ** ** *
*
Br
F B N F o
F
H 86
o
120 H o
F 106,67
H F
Komparasi geometri molekul BF3, NH3, dan BrF3
Tipe Molekul dengan Empat Pasang Elektron Ikatan
Tipe molekul AB4, misalnya CH4, mengadopsi bangun tetrahedron regular dengan
sudut ikatan H–C–H ≈109,5o. Namun, jika pada atom pusat terdapat pasangan elektron
menyendiri, maka dapat diramalkan adanya spesies tipe AB4E dan AB4E2. Tipe AB4E
diramalkan akan mengadopsi bangun "papan jungkat-jungkit" (seesaw) hasil turunan
bangun bipiramida segitiga; pemilihan pasangan elektron menyendiri pada posisi bidang
ekuatorial agar menghasilkan tolakan minimum. Akibat lanjut adalah mengecilnya sudut-
sudut ikatan baik pada aksial maupun pada ekuatorial sebagaimana dijumpai dalam
senyawa SF4 dengan sudut ikatan F(a)–S–F(a) ≈ 173o, dan F(e)–S–F(e) ≈ 103o. Tipe AB4E2
** **
93,5o F F
S Xe
F F
F F
103o F **
F
Komparasi geometri molekul SF4 dan XeF4
diramalkan akan mengadopsi bangun bujursangkar hasil turunan bangun oktahedron;
pemilihan kedua pasangan elektron menyendiri pada posisi satu sumbu agar menghasilkan
tolakan minimum, misalnya pada XeF4.
F
F F
S Xe Xe
F F
Jadi secara ringkas, teori VSEPR mengusulkan berbagai ketentuan berikut ini.
(1) Bentuk ruang atau penataan atom-atom atau kelompok atom di seputar atom pusat
ditentukan terutama hanya oleh tolakan antar pasangan-pasangan elektron yang ada
pada kulit terluar atom pusat.
(2) Pasangan-pasangan elektron tersebut akan menata sedemikian sejauh mungkin
sehingga tolakan antar pasangan elektron mencapai terendah.
(3) Bentuk molekul ditentukan terutama oleh pasangan elektron bonding dan akan
mengalami distorsi oleh adanya pasangan elektron non bonding.
(4) Pasangan elektron non bonding (nb) menolak lebih kuat daripada pasangan
elektron bonding (b) dan diperoleh urutan tolakan: (nb vs nb) > (nb vs b) > (b vs b);
hal ini terjadi karena elektron non-bonding dikendalikan hanya oleh satu inti atom
saja sehingga mempunyai ruang gerak lebih luas / bebas daripada elektron bonding
yang terlokalisasi oleh dua inti atom yang mengadakan ikatan.
Atas dasar ketentuan tersebut, hubungan antara banyaknya pasangan elektron-
bonding pada kulit valensi dengan bentuk molekul dapat dinyatakan seperti pada Gambar
5.14.
XeF4.
3. Tentukan pula bangun geometri seputar atom pusat dari masing-masing spesies tersebut
nomor 2 menurut teori VSEPR, dan ramalkan juga model hibridisasi-nya.
-
4. Lukiskan struktur ion sianat, (OCN) , lengkapi dengan muatan formal, dan berbagai
kemungkinan bentuk resonansinya.
5. Gambarkan struktur elektron-dot untuk ion nitrit, dan gambarkan pula
kemungkinan (2) bentuk resonansinya.
6. Tentukan sifat kepolaran molekul berikut, dan pertimbangkan momen dipol-nya: ICl3,
NO2 (0,316D), BF3, IF5; CH3OH (polar ~1,67D)
7. Atom unsur Y dan Z masing-masing mempunyai nomor atom 15 dan 17; Tentukan
posisinya (Golongan dan Periode) dalam Tabel Periodik menurut Sistem IUPAC
maupun sistem Amerika Utara. Jika keduanya saling bersenyawa Y-Z, ramalkan
kemungkinan rumus molekulnya, jenis senyawanya ionik atau kovalen, dan bentuk
geometrinya dengan jenis hibridisasinya.
ada 3 ikatan, model Lewis menata salah satu ikatannya harus berisi 2 pasang , dan
dengan demikian VSEPR meramal bangun trigonal, dan VBT meramal terjadinya
hibridisasi sp2.
(d) [AlCl ]-; adanya 4 pasang elektron ikatan di seputar atom pusat Al, VSEPR
4
meramalkan bangun tetrahedron untuk ion ini, dan VBT menjelaskan hibridisasi sp3.
** ** **
N N N
** * ←→ * ** ←→ * *
O O* * O * O O*
** ** ** * *O* **
* * * **
(a) (b) (c)
Panjang ikatan N-O keduanya sama, menyarankan bahwa ion nitrit memiliki struktur
resonansi (a) ↔ (b), atau sebagaimana dilukiskan seperti (c).
6. Sifat kepolaran molekul berikut, dan pertimbangan momen dipol-nya:
(a). ICl3. Di seputar atom pusat (I) molekul ini terdapat 5 pasang elektron yang tertata
dalam geometri trigonalbipiramid yang terdiri atas 3 pasang elektron-ikat dan 2 non-ikat
yang menempati posisi aksial sehingga membentuk geometri huruf T; jadi ikatan I-Cl
bersifat polar dengan ujung negatif berada pada atom-atom Cl, sehingga resultante
momen ikatan I-Cl berimpit dan searah dengan ikatan I→Cl aksial. Akan tetapi arah
moment ikatan ini dilawan oleh arah resultante pasangan elektron non-ikat, sehingga
melemahkan momen dipolnya.
(b). NO2. Lihat struktur NO2 pada nomor 5. Lagi-lagi adanya pasangan elektron non-
ikat pada atom pusat N melemahkan momen dipol dari resultante momen ikatan N→O
(yakni ~ 0,316D).
(c). BF3. Molekul ini berbentuk trigonal planar, dan ikatan B-F bersifat polar; resultante
kedua ikatan B-F menghasilkan momen ikatan B-F yang sama dengan komponennya,
namun dengan arah yang melawan arah momen ikatan B-F satunya sehingga
menhasilkan momen dipol nol, F←B→F. catatan: resultante 2 ikatan B-F, xB-F dapat
dihitung: = [√(x2B-F + x2B-F + 2 cos 1200) = xB-F]
(d). IF5. Molekul ini berbentuk piramida segi empat, sedikit terdistorsi karena adanya
sepasang elektron non-ikat pada atom pusat I. Resultante keempat ikatan I-F pada dasar
Alderdice, D., (1981). "Energy Level and Atomic Spectra", Department of Physical
Chemistry, The University of New South Wales, Australia.
Bills, J.L., (1998), ”Experimental 4s and 3d Energies in Atomic Ground States, Journal of
Chemical Education, Vol. 75, No. 5, May, 589 – 593
Chang, R., (1991). Chemistry, Fourth Edition, New York : McGraw-Hill, Inc.
Darsey, J. P., J. Chem. Ed. 1988, Vol. 65, 1036
Day, Jr., M. C., and Selbin, J., "Theoretical Inorganic Chemistry", Second Edition,
Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1969.
Douglas, B.E., McDaniel, D.H., & Alexander, J. J., (1983). Concepts and Models of
Inorganic Chemistry , New York, John Wiley & Sons, Inc.
Greenwood, N.N., 1968. Principles of Atomic Orbitals (Revised Edition). London,
Huheey, J.E., (1983). Inorganic Chemistry, Third Edition, Cambridge, Harper
International SI Edition.
Kristian H. Sugiyarto, (2000). Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik I, Jurusan
Pendidikan Kimia, FMIPA, UNY.
Kristian H. Sugiyarto, dan Retno D. Suyanti, (2010). Dasar-Dasar Kimia Anorganik
Nonlogam, Graha Ilmu, Yogyakarta
Kristian H. Sugiyarto, Hari Sutrisno, dan Retno D. Suyanti, (2013). UNY Press (in press)
McQuarrie, D., (1983). Quantum Chemistry, London, University Science Books and
Oxford University Press.
Melrose, M.P., and Scerri, E.R., (1996), ”Why the 4s orbital is occupied before the 3d”,
Journal of Chemical Education, Vol. 73, No. 6, June, 498-503
Pao-Fang Yi , J. Chem. Ed. 1947, Vol. 24, 567
Parson, RR.W., J. Chem.Ed. 1989, 66, 319
Pilar, F.L., (1978) ”4s is Always above 3d! or How to tell the orbitals from the
wavefunctions” Journal of Chemical Education, Vol. 55, No. 1, January, 2- 6
Rayner-Canham, G., "Descriptive Inorganic Chemistry", W. H. Freeman and
Company, INC., New York, 1996
Vanguickenborne, L.G., Pierloot, K., and Devoghel, D., (1994), ”Transition Metals and
the Aufbau Principle”, Journal of Chemical Education, Vol. 71, No. 6, June, 469-471
Scerri, E.R., (1989), ”Transition Metal Configurations and Limitation of the Orbital
Approximation”, Journal of Chemical Education, Vol. 66, No. 6, June, 481-483
Scerri, E.R., (1999), A Critique of Atkins’ Periodic Kingdom and Some Writings on
Electronic Structure, Foundations of Chemistry 1: 297–305,. © Kluwer Academic
Publishers. Printed in the Netherlands.
Singh, R., and Dikshit, S.K., J. Chem.Ed. 1991, Vol. 68, 396
Uncle Wiggly, J. Chem. Ed. 1983, Vol. 60, 562
LEMBAR ASESMEN
1. Lembar Asesmen Kegiatan Belajar-1
Petunjuk: Pilih (dengan cara menyilang) salah satu alternatif jawaban yang paling tepat.
1. Salah satu pernyataan berikut merupakan pandangan Dalton perihal atom.
a. Atom tersusun oleh partikel-partikel listrik
b. Setiap atom selalu tersusun oleh proton dan elektron
c. Setiap atom dari unsur berbeda mempunyai massa yang berbeda pula
d. Proton, elektron, dan neutron adalah partikel dasar penyusun atom
2. Hukum Farady dalam elektrolisis menyatakan bahwa hasil elektrolisis sebanding
dengan arus listrik dan massa atom. Hal ini membawa konsekuensi pandangan bahwa:
a. materi tersusun oleh atom-atom
b. atom terdiri atas partikel-partikel listrik
c. materi terdiri atas partikel-partikel listrik
d. ada hubungan antara atom dengan struktur listrik
3. Berikut adalah sifat-sifat sinar katode dalam tabung Crookes, kecuali:
a. Sinar katode bergantung pada jenis gas pengisi tabung
b. Sinar katode dibelokkan oleh medan magnetik
c. Sinar katode dibelokkan oleh medan listrik
d. Sinar katode mempunyai energi kinetik
4. Pada percobaan penentuan rasio muatan/massa elektron, data berikut ini sesuai
dengan nilai rasio tersebut kecuali:
a. berbanding terbalik dengan kuat medan magnetik yang bekerja pada percobaan
b. berbanding langsung dengan voltase antara kedua pelat yang bekerja pada
percobaan
c. berbanding terbalik dengan jarak antara kedua pelat yang dipakai pada percobaan
d. bergantung pada kecepatan elektron yang dapat diubah-ubah menurut perbedaan
potensial antara kedua elektrode tabung
5. Percobaan tetes minyak seperti yang dilakukan Milikan untuk menentukan:
a. muatan sekaligus massa elektron
b. rasio muatan/massa elektron
c. kecepatan elektron
d. jenis muatan elektron
6. Berikut ini adalah berbagai hal yang terjadi pada percobaan tetes minyak yang
dilakukan Milikan kecuali:
a. minyak tetes berfungsi sebagai sumber elektron
b. tetes minyak mampu menangkap sejumlah elektron
c. kecepatan jatuhnya butir minyak yang bermuatan dapat ditentukan
d. butiran minyak belum tentu mampu menangkap elektron
2s 2p 3d 4s
a. 6C: [2He] ↑↓ ↑ ↑ e. 23V: [18Ar] ↑ ↑ ↑ ↑↓
c. 8O: [2He] ↑↓ ↓ ↑↓ ↓ 4s 3d
g. 24Cr: [18Ar] ↑ ↑ ↑ ↑ ↑ ↑
d. 9F: [2He] ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↓
h. 29Cu: [18Ar] ↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑ ↓↑
12. Konfigurasi elektronik atom karbon dengan nomor atom 6 (dalam keadaan dasar)
dapat dituliskan sebagai berikut:
a. 1s2 2s2 2px1 2py1 b. 1s2 2s2 2px1 2pz1 c. 1s2 2s2 2pz1 2py1
4. Unsur mana, natrium atau magnesium, yang mempunyai afinitas elektron lebih
mendekati nol; jelaskan.
5. Ramalkan afinitas elektron neon, bertanda negatif atau positif (sesuaikan
pemakaian tanda ini dengan besaran termodinamika); jelaskan.
6. Jelaskan perubahan harga afinitas elektron dari atom C - N ?
7. Energi ionisasi pertama atom 19 K adalah 4,34 eV, dan 29Cu adalah 7,73 eV. Hitung
energi ionisasi atom hidrogen jika elektronnya menempati orbital yang sama seperti
pada elektron valensi atom K dan Cu (petunjuk; gunakan rumusan umum Ritz
persamaan 2.5, demikian juga persamaan 3.8). Bandingkan masing-masing harga yang
diperoleh ini dengan harga kedua atom tersebut dan jelaskan mengapa berbeda. (1 eV =
8065,5 cm-1 = 96,485 kJ mol-1)
8. Cermati berbagai kelemahan-keunggulan masing-masing TPU Gambar 4.1a-g
berdasarkan bentuknya.
a
E ½a
½ a√3
y+ ½α
x+
2 B
E
A 1
(a) (b)
Gambar X Kerangka tetrahedron ABCD dalam kubus dengan rusuk a
Jika kita buat segitiga siku-siku pada F (misalnya DFE) dengan sisi miring DE (adalah
panjang ikatan tetrahedron, ½ a√3), maka kedua sisi siku-sikunya adalah DF (setengah
diagonal muka yakni, ½a√2) dan satunya FE (setengah panjang rusuk adalah ½ a). Oleh
karena itu setengah sudut ikatan tetrahedron (misalnya CED), α, dapat dihitung melalui
rumusan:
sin ½α = DF/DE = (½a√2) / (½ a√3) = √2/√3 = 0,816;
maka ½α = 54,750, dan α = 109,50.
6. Atom unsur Y dengan nomor atom 20 mempunyai konfigurasi elektronik [Ar] 4s2 dan Z
dengan nomor atom 17 mempunyai konfigurasi elektronik [Ne] 3s2 3p5. Maka dalam
Tabel Periodik Unsur menurut IUPAC, atom unsur Y terletak dalam Periode 4 dan
golongan 2 (atau Golongan IIA model Amerika Utara) sedangkan atom unsur Z dalam
periode 3 dan Golongan 17 (atau golongan VIIA model Amerika Utara). Oleh karena Y
mempunyai kecenderungan elektropositif tetapi Z cenderung elektronegatif, maka
senyawa yang dibentuk dari keduanya cenderung ionik dengan kemungkinan rumus
molekul YZ2.
Stoikimetri Kimia
dan Larutan Asam Basa
I Made Sukarna
DAFTAR ISI
Pendahuluan
369
Stoikimetri
375
Daftar Pustaka
459
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science) yang
mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan oleh ilmu kimia adalah
deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan perubahannya menjadi benda lain
(tranformation of matter) secara permanen serta energi yang terlibat dalam perubahan
termaksud.
1.1 Materi dan sifat-sifatnya
Semua benda yang dapat kita lihat dan sentuh, tersusun oleh materi. Materi adalah
segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Definisi ini lebih menyukai
penggunaan massa daripada berat. Massa dan berat sebenarnya tidak sama. Massa suatu
benda adalah ukuran ketahanan benda itu terhadap perubahan kecepatannya. Berat (weight)
merupakan gaya tarik yang dialami suatu benda dengan massa tertentu oleh grafitasi bumi
atau benda lain yang lebih dekat dengannya seperti bulan. Coba Saudara jelaskan lebih
lanjut perbedaan antara massa dan berat (sebutkan pula satuannya) dan cara mengukur
massa suatu benda.
Materi dikelompokkan atas dasar sifatnya. Sifat materi dapat dibagi menjadi 2
katagori yang besar yaitu sifat ekstensif, yang aditif dan tergantung pada ukuran materi dan
sifat intensif, sifat yang non aditif dan tidak tergantung pada ukuran materi. Dari kedua
sifat itu sifat intensif lebih berguna karena zat (substances) akan mempunyai sifat intensif
sama walaupun tidak diketahui jumlah (banyak) zat itu . Perlu diketahui pula bahwa istilah
zat sering digunakan dalam ilmu kimia. Istilah zat biasanya dipakai untuk menyatakan
materi yang menyusun suatu benda. Sebagai contoh, balok es disusun oleh zat yaitu air.
Tentunya benda yang lebih kompleks akan tersusun oleh beraneka ragam zat. Contoh sifat
ekstensif adalah massa dan volum zat karena jumlah zat bertambah maka massa dan volum
akan bertambah. Contoh sifat intensif adalah titik leleh (melting point) dan titik didih
(boiling point), kerapatan (density). Kerapatan (density) adalah perbandingan massa
terhadap volum. Air memiliki kerapatan 1 gr cm-3, ini berarti 1 gram air akan menempati
volum 1 cm3. 20 gram air akan menempati volum 20 cm3, tetapi kerapatan air tetap 1 gr
cm-3. Sifat materi yang erat hubungannya dengan kerapatan adalah massa jenis (spesifik
gravity) atau kerapatan relatif. Massa jenis adalah perbandingan kerapatan zat terhadap
kerapatan zat standar (reference substance) seperti air. Oleh karena kerapatan air 1 g cm-3,
maka nilai massa jenis sama dengan kerapatan, hanya massa jenis tidak bersatuan.
Sifat materi dapat pula dibedakan atas sifat fisika dan sifat kimia. Sifat fisika adalah
sifat zat yang tidak dibandingkan dengan zat lain seseperti kerapatan, warna, sifat magnet,
massa, volum dsbnya. Sifat kimia adalah sifat yang dinyatakan sebagai mudah sukarnya
zat bereaksi dengan zat lain. Misalnya berkarat, reaktivitas.
1.2 Unsur (elements), senyawa (compounds), dan campuran (mixtures).
Tiga pembagian materi yang merupakan jantungnya ilmu kimia adalah unsur
(elements) senyawa (compounds), dan sistem dispersi. Pembagian materi ini dapat dilihat
Materi
Kedua persamaan itu berdasarkan teori atom Dalton, menggambarkan hukum kekekalan
massa, hukum Perbandingan tetap, dan hukum Perbandingan berganda.
Teori atom Dalton dapat menjelaskan adanya hukum perbandingan berganda
(the law of multiple proportions). Hukum ini menyatakan bahwa bila dua senyawa
yang berbeda dibentuk oleh 2 unsur yang sama, maka bila massa salah satu unsur
dalam kedua senyawa sama, maka unsur lainnya dalam kedua senyawa itu akan
mempunyai perbandingan massa sebagai bilangan sederhana dan bulat. Sebagai
contoh unsur karbon dan oksigen dapat membentuk dua senyawa yaitu karbon monooksida
dan karbon dioksida. Pada karbon monooksida, tersusun dari 1,33 g oksigen yang
bergabung dengan 1 gram karbon dan pada karbon dioksida, 2,66 g oksigen bergabung
dengan 1,00 g karbon. Perbandingan massa oksigen pada kedua senyawa yang bergabung
1,33 1
dengan massa karbon yang tetap adalah : = . Hal ini sesuai dengan teori atom
2,66 2
bahwa bila karbon monooksida terdiri dari 1 atom oksigen yang terikat dengan satu atom
karbon dan karbon dioksida terdiri dari 2 atom oksigen yang terikat dengan satu atom
karbon, maka berat oksigen
Karbon
dengan
berat
sama
Perbandingan berat
oksigen, 1 :2
A. Pendahuluan
Istilah stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang berarti unsur
(element) dan metron yang berarti pengukuran (measure). Jadi stoikiometri menunjuk pada
hubungan kuantitatif antara reaktan dan produk dalam reaksi. Stoikiometri dapat dikatakan
pula sebagai hitungan (aritmatika) ilmu kimia. Pada Parwa ini, sebelum melakukan
hitungan kimia, terlebih dahulu akan dibahas tentang massa atom relatif dan massa
molekul relatif, dan konsep mol. Secara rinci, setelah membaca Parwa ini diharapkan Sdr
dapat menguasai hal-hal sebagaimana diuraikan pada Kompetensi Dasar dan Indikator
sebagai berikut ini.
Kompetensi Dasar
Memahami cara penentuan massa atom dan massa molekul relatif dengan spektrometer
massa dan melakukan perhitungan kimia dengan pendekatan faktor konversi serta
perhitungan kimia dalam analisis volumetri.
Indikator
1. Menghitung massa atom relatif suatu unsur dari kelimpahan relatif isotopnya atau
spektrum massanya.
2. Melakukan perhitungan kimia dengan menggunakan konsep mol dalam suatu rumus
kimia, persamaan reaksi kimia, dengan pendekatan faktor konversi.
3. Menentukan rumus empiris dan molekul suatu senyawa dari komposisi unsur-
unsurnya.
4. Medefinisikan berbagai besaran konsentrasi.
5. Mengubah besaran konsentrasi ke besaran konsentrasi yang lain.
6. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu.
7. Melakukan perhitungan kimia menggunakan volume dan konsentrasi larutan-larutan
8. Melakukan perhitungan volumetri pada titrasi asam-basa
9. Melakukan perhitungan volumetri pada titrasi redoks.
(massa relatif 54
Fe x kelimpahan) + (massa relatif 56
Fe x kelimpahan)
100
(53,94 x 5,82) + (55,94 x 91,7) + (56,94 x 2,19) + (57,93 x 0,33)
=
100
= 55,8
Apakah artinya massa atom relatif besi yang 55,8 terhadap massa satu atom
karbon-12 ?. Massa rata-rata atom besi relatif terhadap karbon-12 adalah 55,8 yang berarti
55,8
bahwa rata-rata satu atom besi mempunyai massa atau 4,65 kali massa satu atom
12,00
karbon-12.
m H 2r 2
Penurunan hubungan : = .
e 2E
Energi kinetik (½mv2) ion positif yang dihasilkan dalam spektrometer massa
ditentukan oleh voltase (E) yang digunakan untuk mempercepat ion tersebut dan muatan
ion (e).
CH3CH2+ OH-
molekul keseluruhan
CH3CH2+
CH3CH2O+
CH3CH+
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
45
31
29
28
massa atom relatif dari atom-atom di dalam rumusnya. Hal ini sesuai dengan hukum
kekekalan massa dari atom-atom yaitu atom-atom yang bergabung membentuk molekul,
massa atom relatifnya tidak berubah. Istilah massa molekul relatif hanya tepat untuk
senyawa kovalen. Tidak tepat untuk senyawa ion kerena molekulnya terdiri dari ion-ion.
Seperti senyawa NaCl baik padatannya maupun lelehannya terdiri dari ion natrium dan ion
klorida, sehingga tidak tepat disebut molekul natrium klorida. Untuk senyawa ion, massa
molekul relatifnya disebut massa rumus relatif dengan lambang sama yaitu Mr. Istilah
massa rumus relatif lebih luas pengertianya karena dapat digunakan baik untuk senyawa
ion maupun senyawa kovalen. Dengan demikian massa rumus relatif untuk kalsium
klorida, CaCl2 adalah 1( Ar Ca) + 2(Ar Cl) = 1(40,1) + 2(35,5) = 111.1. Untuk molekul
etana, C2H6 massa molekul relatifnya adalah 2(Ar C) + 6(Ar H) = 2(12) + 6(1) = 30.
Berdasarkan massa molekul relatif suatu molekul atau massa rumus relatif suatu
rumus senyawa, dapat dipahami bahwa perbandingan massa atom-atom penyusun suatu
molekul atau perbandingan massa ion-ion penyusun suatu rumus senyawa sesuai dengan
perbandingan massa atom relatifnya dan perbandingan ini tetap (ingat hunum
perbandingan tetap atau hokum Proust). Dengan demikian perbandingan massa C : H
D. Stoikiometri
1. Stoikiometri dengan faktor konversi.
Pengetahuan massa atom relatif, massa molekul relatif, atau massa rumus relatif,
persaman reaksi serta arti koefisien persamaan reksi, dan konsep mol, sangat penting untuk
menghitung jumlah atom atau molekul atau ion, massa senyawa dalam gram, dan mol
senyawa yang ikut ambil bagian dalam reaksi.
Penyelesaian hitungan kimia yang berkembang saat ini menggunakan pendekatan
faktor konversi.
Faktor konversi adalah bagian yang dibentuk dari hubungan sah
antara satuan besaran-besaran.
Hubungan besaran yang telah diketahui antara lain,
1 mol zat mengandung 6,02 x 1023 partikel (= tetapan Avogadro);
1 mol zat massanya Ar gram atau Mr gram zat itu (= massa molar).
Bila kita ingat kembali pertanyaan soal diatas, ”berapakah massa dari 2 mol gas NO2” dan
”berapakah jumlah mol yang terdapat dalam 92 gram NO2” beserta jawabannya masing-
masing dan mengingat juga Ar dan Mr adalah tidak bersatuan, maka akan tampak jelas
adanya kekacauan dari besaran hasil. Bagaimanakah menyelesaikan hitungan kimia agar
satuan besaran hasil sesuai dengan satuan besaran yang diketahui? Penyelesaian hitungan
kimia dengan faktor konversi akan menjawab pertanyaan itu.
Pertanyaan, ”Berapa massa dari 2 mol zat” , penyelesaiannya dapat dilakukan
dengan tetap mengingat hubungan 1 mol zat = Ar gram atau Mr gram zat itu. Membagi
kedua sisi hubungan besaran itu dengan Ar gram atau Mr gram akan diperoleh hubungan
sebagai berikut ini.
1 mol Ar gram atau Mr gram
= =1
Ar gram atau Mr gram Ar gram atau Mr gram
1 mol
dikenal dengan faktor konversi yang berharga satu. Oleh karena
Ar gram atau Mr gram
Ar gram atau Mr gram
harganya satu maka kebalikannya yaitu juga mempunyai harga
1 mol
satu. Jadi faktor konversi tersebut dapat dipakai bolak-balik tergantung pada satuan
besaran hasil yang diinginkan. Pengubahan 2 mol zat menjadi gram pada soal tersebut di
atas, harus dipilih faktor konversi sedemikian rupa sehingga satuan besaran hasil adalah
gram. Jadi,
Ar gram atau Mr gram zat
Massa 2 mol zat = (2 mol zat x ) gram.
1 mol zat
= (2 x Ar) gram atau (2 x Mr) gram.
Demikian jg pertanyaan, ”berapakah jumlah mol yang terdapat dalam 92 gram zat” dapat
diselesaikan sebagaimana berikut ini.
Jadi tahapan perhitungan massa Cl dalam 80 gram CaCl2 adalah sebagai berikut ini.
Jumlah mol CaCl2 dalam 80 gram CaCl2 = (80 gram CaCl2 x
1 mol CaCl 2
) mol
111 gram CaCl 2
1 mol CaCl 2
Jumlah mol Cl dalam (80 gram CaCl2 x ) mol CaCl2 =
111 gram CaCl 2
1 mol CaCl 2 2 mol Cl
(80 gram CaCl2 x x ) mol Cl.
111 gram CaCl 2 1 mol CaCl 2
1 mol CaCl 2 2 mol Cl 35,5 gram Cl
Massa (gram) Cl = 80 gram CaCl2 x x x
111 gram CaCl 2 1 mol CaCl 2 1 mol Cl
= 51,12 gram Cl.
Soal tersebut dapat puladiselesaikan dengan menggunakan hukum angkabanding tetap
(hukum Proust) yaitu angkabanding massa atom-atom dalam suatu senyawa sesuai
dengan kelipatan Ar atom penyusun senyawa tersebut. Artinya angkabanding massa Cl
dalam CaCl2 terhadap massa CaCl2 = 2 x Ar Cl : Mr CaCl2.
Magnesium perklorat
(Mg(ClO2)
Gambar 5. Bagan alat analisis hidrokarbon.
Dari reaksi itu dapat diketahui bahwa dalam satu reaksi terjadi penambahan dan
pengurangan BO. Reaksi penambahan BO disebut reaksi oksidasi dan reaksi
pengurangan BO disebut reaksi reduksi. Reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
bersamaan dalam satu persamaan reaksi disebut reaksi oksidasi-reduksi (redoks).
Untuk reaksi di atas H2(g) adalah reduktan dan Cl2 (g) adalah oksidan.
Berdasarkan pengertian oksidan dan reduktan itu maka,
• agar ion atau molekul dapat berfungsi sebagai oksidan, maka ion atau molekul tersebut
harus mempunyai atom yang dapat berada dalam lebih dari satu bilangan oksidasi dan
atom di dalam ion atau molekul tersebut bilangan oksidasinya adalah tingkat oksidasi
yang lebih tinggi. Kromium mempunyai bilangan oksidasi +6 di dalam Cr2O72- dan
bilangan oksidasi +3 di dalam Cr3+. Oleh karena itu Cr2O72- dapat berfungsi sebagai
oksidan.
• agar suatu ion atau molekul dapat berfungsi sebagai reduktan, harus mengandung atom
yang dapat berada dalam lebih dari satu bilangan oksidasi dan atom di dalam ion atau
molekul tersebut harus ada dalam bilangan oksidasi terendahnya. Belerang mempunyai
bilangan oksidasi -2 dalam H2S dan 0 di dalam S. Oleh karena itu H2S dapat berfungsi
sebagai reduktan.
Bila oksidan dan reduktan berada bersama di dalam larutan, maka reaksi reduksi-
oksidasi akan terjadi apabila oksidannya cukup kuat dan reduktannya juga cukup kuat.
Oksidan dan reduktan itu dikatakan kuat untuk bereaksi ditentukan oleh kedudukannya
dalam tabel potensial reduksi. Zat yang harga potensial reduksinya (E0) lebih besar dari zat
yang lain akan bertindak sebagai oksidator. Misalnya, Cr3+(aq) + 3e- → Cr(s) E0 = - 0,74
Volt dan Zn2+(aq) + 2e- → Zn(s) E0 = -0,76 Volt, bila Cr3+(aq) bereaksi dengan Zn2+, maka
Cr3+ akan bertindak sebagai oksidator, sedangkan Zn2+ sebagai reduktor.
Langkah-langkah penyetaraan dengan cara perubahan bilangan oksidasi adalah
sebagai berkut ini. Misalnya persamaan reaksi yang akandi setarakan adalah sama dengan
persamaan reaksi dengan cara setengah reaksi ion elektron.
KMnO4(aq) + FeSO4(aq) + H2SO4(aq) → K2SO4(aq) + MnSO4(aq) + Fe2(SO4)3(aq) +
H2O(l)
Contoh 8.
Radium adalah zat radioaktif dengan memancarkan sinar-α (inti helium ( 42 He 2 + )).
Pancaran sinar-α oleh radium dapat dideteksi dengan detektor (pencacah) misalnya
detektor Geiger-Muler. Partikel α yang dipancarkan oleh radium dapat dicacah dengan
detektor itu dalam satuan waktu tertentu, dan partikel itu akan segera menangkap elektron
menjadi atom helium. Jumlah partikel α dapat diukur demikian pula jumlah atom helium.
Dalam suatu percobaan 1,0 gram radium memancarkan 2,9 x 1015 partikel α dalam satu
hari. Volume yang ditempati oleh helium yang terbentuk dari partikel α ini adalah 1,1 x 10-
3
cm3 pada 0oC dan 1 atm. Massa helium adalah 1,965 x 10-8 gram. Hitung jumlah atom
helium dalam 1 mol helium.
Penyelesaian.
1,965 x 10-8 gram helium mengandung 2,9 x 1015 atom helium. Helium adalah gas
monoatomik. Massa 1 mol helium = 4,003 gram (= massa molar helium).
1
Mol helium yang = (1,965 x 10-8 gram x ) =
4,003 gram mol−1
1,965 x 10−8
mol helium dan ini mengandung 2,9 x 1015 atom helium.
4,003
Jumlah atom helium dalam 1 mol helium
1
= 2,9 x 1015 atom x
1,965 x 10−8
mol
4,003
= 5,9 x 1023 atom mol-1.(= tetapan Avogadro)
Apabila dalam reaksi kimia jumlah zat yang direaksikan tidak memperhatikan
koefisisien persamaan reaksi, maka dapat terjadi bahwa salah satu pereaksi akan kurang
Contoh 9.
Untuk mempelajari massa nikel yang bereaksi dengan belerang, maka direaksikan
campuran 5 gram nikel dan 2 gram belerang disertai pemanasan. Apakah semua nikel
diubah menjadi nikel sulfida dalam reaksi ini ?.
Penyelesaian.
Persamaan reaksi : Ni + S → NiS
Jumlah mol zat sebelum reaksi :
1 mol Ni
Mol Ni = 5 gram Ni x = 0,0852 mol Ni.
58,7 gram Ni
1 mol S
Mol S = 2 gram S x = 0,0623 mol S.
32,1 gr S
Belerang merupakan pereaksi pembatas karena jumlah mol belerang tidak cukup
untuk bereaksi dengan semua nikel (lihat angkabanding mol Ni dan S yang tepat
bereaksi dalam persamaan reaksi ). Agar reaksi sempurna (nikel dan belerang
setelah reaksi tepat habis), belerang yang diperlukan harusnya 0,0852 mol.
Jumlah mol zat setelah reaksi :
Mol NiS yang terjadi = 0,0623 mol
Mol Ni sisa = (0,0852 – 0,0623) mol = 0,0229 mol
Jadi tidak semua Ni diubah menjadi hasil reaksi.
V2
V1
(a) (b)
2
Sama halnya dengan H2SO4 di atas, 2 mol NaOH dalam reaksinya ekivalen dengan 2 mol
OH- atau 2 mol H+. Jadi,
(2 mol NaOH x M r gram mol-1 ) gram
BE NaOH =
2 mol OH -
(1 mol NaOH x M r gram mol-1 ) gram
=
1ekivalen
Mr NaOH
= g ek
-1
1
Dari bahasan di atas dapat dibuat rangkuman dalam bentuk sebagai berikut ini.
massa zat (g) massa zat (g)
1). Ekivalen suatu zat dengan massa (g) tertentu = = ...
BE g/ek Mr (g/mol)
h (ek/mol)
(1.16)
2). Dari rumus 1) di atas dapat diketahui hubungan ekivalen dengan mol.
Ekivalen = mol zat x h ek mol-1 atau miliekivalen = mmol x h mek mmol-1…
(1.17)
3). Setelah diketahui ekivalen atau miliekivalen zat, maka normalitas sangat mudah
ditentukan yaitu dengan membagi ekivalen zat dengan volum larutan.
4). Dari hubungan ekivalen dengan mol dan h pada persamaan () dapat diketahui
hubungan normalitas dengan molaritas, dengan membagi hubungan itu dengan volum.
Normalitas = Molaritas x h …………………………………, (1.18)
40,0
dalam mol dm-3 = dm 3 x 0,1 mol dm -3
1000
HZO4 harus monoprotik karena hanya mempunyai satu atom hidrogen. Oleh karena
itu, dalam reaksi, 1 mol HZO4 harus bereaksi dengan 1mol OH-
Jumlah mol HZO4 yang digunakan dalam reaksi = jumlah mol OH- =
40,0
( x 0,1) mol
1000
40,0
( x 0,1) mol
jumlah mol HZO 4 1000
Konsentrasi M1 = = = 0,2 mol dm −3
volume M1 dalam dm 3 20,0 3
dm
1000
(b) Dari (a), 0,2 mol HZO4 mempunyai massa 20,1 g
20,1 gram
Oleh karena itu, 1 mol HZO4 mempunyai massa = 100,5 g
0,2
Massa 1 mol zat ini tidaklain merupakan massa molekul relative dari HZO4. Jadi
massa molekul relatif HZO4 = 100,5
(c). Massa atom relatif Z = 100,5 – (1 + 4(16) = 35,5
b. Titrasi Redoks
Titrasi redoks mirip dengan titrasi asam basa, perbedaan antara keduanya adalah
pada reaksinya. Reaksinya antara zat pengoksidasi dan zat pereduksi.Biasanya persamaan
reaksi diperoleh dengan penjumlahan dua setengah-persamaan reaksi, satu untuk zat
pengoksidasi dan yang lain untuk zat pereduksi. Zat-zat pengoksidasi dan pereduksi yang
biasa dalam titrasi-titrasi ditunjukkan dalam Tabel 6 sebagai berikut ini.
Tabel 6.
Zat-zat pengoksidasi dan pereduksi yang biasa digunakan dalam titrasi-titrasi
Manganat(VII) Besi(II)
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4H2O Fe2+ → Fe3- + e-
Bikromat Etanadioat
Cr2O72- + 14H+ + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O COO- → 2CO2 + 2e-
Iodin Tiosulfat(VI)
I2 + 2e- → 2I- 2S2O32- → S4O62- + 2e
Hidrogen peroksida Iodida
H2O2 + 2H+ + 2e- → 2H2O 2I- → I2 + 2e-
Hidrogen peroksida
H2O2 → 2H- + O2 + 2e-
Catatan :
1. Hidrogen peroksida (H2O2) dapat sebagai zat pengoksidasi (oksidator) atau zat
pereduksi (reduktor), bergantung pada reaksi tertentu.
2. Etanadioat biasanya dititrasi dengan kalium manganat(VII). Campuran reaksi
dipanaskan kira-kira 60oC kemudian diturunkan perlahan-lahan sampai pada suhu
kamar.
1). Titrasi dengan larutan kalium permanganat
Contoh 18.
25,0 cm3 larutan Fe2+ 0,1 mol dm-3, bereaksi dengan 26,80 cm3 larutan kalium
manganat(VII), KMnO4 (aq), yang diasamkan dengan asam sulfat berlebih.
Penyelesaian
(a) 2NH2OH → N2O + H2O + 4H+ + 4e-
E. Rangkuman.
Stoikiometri adalah hitungan (aritmatika) ilmu kimia. Perhitungan kimia, akan
dipahami secara lebih baik setelah mengetahui : massa atom relatif dan massa molekul
relatif, persamaan reaksi kimia, dan konsep mol.
Massa atom relatif suatu unsur adalah massa rata-rata suatu atom unsur berdasarkan
kelimpahan nuklidanya, relatif terhadap massa nuklida karbon-12 yang tidakterikat, dalam
keadaan diam, dan tahana dasar. Massa nuklida karbon-12 ditetapkan 12,00 u. Massa satu
atom karbon-12 adalah 1,9926786 x 10−23 gram. Seperduabelas dari massa satu atom
karbon-12 dalam gram ini disebut sebagai satu stuan massa atom (atomic mass unit) dan
1
disingkat 1u. Jadi, 1 u = x 1,9926786 x 10− 23 gram = 1,660566 x 10− 24 gram.
12
Berdasarkan harga 1 u tersebut, massa atom relatif (Ar ) suatu unsur didefinisikan sebagai
bilangan yang menyatakan angkabanding antara massa rata-rata satu atom unsur itu dengan
1
massa satu atom karbon-12 yang tidak terikat, dalam keadaan diam, dan tahana dasar.
12
Penentuan massa Atom Relatif dan massa molekul reatif menggunakan
spektrometer massa. Spektometer massa adalah suatu instrumen yang mengukur
kelimpahan relatif isotop-isotop dalam suatu sampel. Kelimpahan relatif isotop ini dapat
diketahui dari spektra massa yang dihasilkan. Ketinggian puncak-puncak yang tergambar
pada spektra massa menunjukkan kelimpahan ion-ion positif yang ada. Molekul zat yang
dianalisis dengan menggunakan spektrometer massa, akan dihasilkan ion-ion positif
(seperti dari atom-atom). Spektrum massa molekul-molekul mengandung 2 tipe garis :
suatu garis karena molekul keseluruhan, yang menunjukkan massa relatif molekul yang
paling besar, dan merupakan massa molekul relatif. Garis-garis yang lain karena pecahan-
pecahan (fragmen) molekul. Pecahan-pecahan ini dihasilkan pada saat molekul-molekul
pecah di dalam spektrometer massa. Untuk senyawa ion massa molekulnya disebut massa
rumus relatif.
Menurut Sistem Internasional (SI), satu mol adalah jumlah zat yang mengandung
partikel-partikel elementer, sebanyak jumlah atom dalam 0,012 kg (= 12 gram) karbon-12,
yang masing-masing atom karbon-12 mempunyai massa 12 u. Berdasarkan definisi
tersebut, maka : 12 gram C-12 (massa atom relatif 12) dan 32 gram O2 (massa molekul
relatif 32) sama-sama mengandung 1 mol atom atau molekul. Jadi massa satu mol zat
adalah sesuai dengan massa atom relatif, atau massa molekul relatifnya dalam gram. Massa
1 mol zat yang sama dengan rumus relatif zat itu dalam gram disebut massa molar.
Jumlah partikel (atom, molekul, ion) dalam satu mol disebut tetapan Avogadro
dengan lambang L. Harga L yang telah diterima adalah sebesar 6,02 x 1023 partikel mol-1.
F. Soal Latihan.
Latihan yang berupa soal hitungan mohon dikerjakan dengan menggunakan
pendekatan faktor konversi.
1. (a). Definisikanlah : massa atom relatif, massa molekul (rumus) relatif, 1 mol, dan
massa molar suatu zat
(b). Mengapa istilah berat rumus lebih disarankan untuk digunakan untuk beberapa zat
daripada berat molekul ?
(c). Apakah yang Anda ketahui dengan rumus empiris ? Menurut kamus bahasa inggris
apakah artinya empiris?.
(d).Apakah yang dimaksud dengan pereaksi pembatas ?.
Penentuan Ar dengan Spektrometer massa dan rumus empiris, rumus molekul.
2. Gambar disamping menunjukkan spektrum massa unsur Rubidium dengan simbol Rb :
a. Isotop-isotop apakah yang ada di dalam Rubidium ?
b. Berapa persentase kelimpahan dari masing-masing isotop ?
c. Hitunglah massa atom relatif Rubidium !
3. Spektrum massa dari hidrogen klorida ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Jelaskan
spektrum massanya !
Kelimpahan
33 34 35 36 37 38 39 40 41
M as s a re latif (m /e )
Stoikiometri 10 20 30 40 50 60 70 80
1 Massa relatif (m/e)
8. Buktikan bahwa, 1 u =
L
(L adalah tetapan Avogadro)
9. (a). Berapa mol Fe ada dalam 1,25 mol Fe2O3 (Jawaban : 2,5 mol)
(b) Berapakah massa 2 mol sukrosa ?.(Jawaban :648 g)
(c). Berapakah jumlah atom tembaga di dalam 3,05 gram tembaga murni ?.(Jawaban :
0,3 x 1023 atom)
(d). Berapakah jumlah atom besi di dalam 4,93 gram paku yang mengandung 96,0%
besi ?. ?.(Jawaban :0,51 x 1023 atom)
(e). Berapakah jumlah atom hidrogen di dalam 1,00 gram NH3. ?.(Jawaban : 1,06 x
1023 atom).
10. Kalsium karbida (dalam perdagangan dikenal dengan nama karbit) digunakan untuk
mengasilkan asetilena untuk pengelasan (lihat reaksi soal no. 2.5c), dibuat dengan
reaksi antara batu kapur dengan karbon pada suhu tinggi :
CaO(s) + C(s) → CO(g) + CaC2(s).
(a). Berapa kg karbit dapat terjadi dari 1 kg CaO ?.(Jawaban : 1,143 kg)
(b). Berapa kg karbon diperlukan untuk bereaksi dengan 1 kg CaO ?.(Jawaban : 0,43
kg).
Konsentrasi Larutan
11. Apakah yang dimaksud dengan :
(a). konsentrasi molar (b) titrasi (c) titik akhir titrasi.
12. 0,04 gram NaOH dilarutkan dalam air sampai volum 1 L. Jika densitas larutan
diasumsikan sama dengan densitas air, nyatakan konsentrasi larutan NaOH itu dalam
(a) persen massa (b). bagian per juta (bpj), dan (c) konsentrasi molar. ?.(Jawaban
:0,004%; 40 bpj; 0,001 M).
Titrasi Redoks
25. 25,0 cm3 larutan hidrogen peroksida bereaksi dengan 20,0 cm3 MnO4- 0,025 mol dm-3
dalam suatu titrasi, dengan adanya asam berlebih.
2MnO4- + 16H+ + 5H2O2 → 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
Hitunglah konsentrasi hidrogen peroksida dalam :
(a) Mol dm-3 (b) g dm-3
26. Berapa volume dari 0,45 mol dm-3 besi(II) sulfat yang diperlukan untuk bereaksi
dengan 50,0 cm3 KMnO4 0,02 mol dm-3 yang diasamkan dengan asam sulfat encer
berlebih ?
27. Suatu larutan mengandung 28,6 g etanadioat, MC2O4, per dm3. 25 cm3 larutan MC2O4
ini ditempatkan dalam bejana titrasi dengan asam sulfat encer berlebih, larutan itu
direaksikan dengan 20 cm3 KMnO4 0,1 mol dm-3.
a. Tuliskan persamaan reaksi ionik yang setimbang antara KMnO4 dan MC2O4.
b. Hitunglah jumlah mol MC2O4 dalam 1 dm3 larutan.
c. Hitunglah massa atom relatif dari logam M.
28. Larutan FA1 mengandung 3,71 g larutan metal chromat, MCrO4 per dm3.
Larutan FA2 mengandung 0,100 mol larutan Fe2+ per dm3.
Dalam suatu eksperimen, 25,0 cm3 FA1 ditempatkan dalam suatu bejana titrasi
dengan asam sulfat encer berlebih. Larutan ini bereaksi dengan 20,0 cm3 FA2.
Persamaan reaksinya adalah :
Sn2+ 0,04 mol dm-3 dalam asam sulfat encer berlebih. Hitunglah :
(a) Jumlah mol Sn2+ yang digunakan dalam reaksi
(b) Jumlah mol IO3- yang digunakan dalam reaksi
(c) Jumlah mol Sn2+ yang bereaksi dengan 1 mol IO3-
(d) Manakah setengah-persamaan reaksi untuk reduksi IO3- yang benar ?
32. Asam nitrat(V) dapat direduksi menjadi sejumlah produk yang berbeda. Beberapa
setengah-persamaan reaksi untuk reduksi ini adalah :
NO3- + 2H+ + e- → NO2 + H2O ….. (i)
NO3 + 2H + 2e → NO2 + H2O
- + - -
….. (ii)
(a) Berikan rumus senyawa nitrogen di mana atom nitrogen mempunyai bilangan
oksidasi yang berbeda dari setiap ion-ion dan molekul-molekul yang
ditunjukkan di atas.
Dalam suatu eksperimen 25,0 cm3 asam nitrat(V) 0,40 mol per dm3, dalam asam
sulfat encer berlebih, bereaksi dengan 150,0 cm3 dari larutan besi(II) sulfat yang
mengandung 11,2 g Fe2+ per dm3. Hitunglah :
(b) Jumlah mol NO3- yang digunakan dalam reaksi
(c) Jumlah mol Fe2+ yang digunakan dalam reaksi
(d) Jumlah mol Fe2+ yang bereaksi dengan satu mol NO3-
(e) Oleh karena itu setengah-persamaan reaksi manakah yang benar untuk reduksi
asam nitrat(V) ?
Penentuan Bilangan Oksidasi
33. Ion-ion vanadium(II) dapat teroksidasi secara kuantitatif oleh ion-ion manganat(VII)
yang diasamkan, menjadi suatu kedudukan oksidasi tertinggi. Dua setengah-
persamaan reaksi untuk reaksi itu dapat ditulis :
V2+ → Vz+ + (z-2)e-
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
Dalam suatu eksperimen, 25,0 cm3 V2+ 0,02 mol dm-3 bereaksi dengan 15,0 cm3
MnO4 0,02 mol dm-3 yang diasamkan dengan asam sulfat.
(a) Hitunglah
(i) Jumlah mol V2+ yang digunakan dalam titrasi
(ii) Jumlah mol MnO4- yang digunakan dalam titrasi
(iii) Jumlah mol V2+ yang bereaksi dengan satu mol MnO4-
(b) Oleh karena itu simpulkan jumlah elektron yang diberikan oleh satu ion V2+
ketika dioksidasi.
(c) Berapa bilangan oksidasi baru dari vanadium setelah oksidasi (berapa z) ?
34. Ion-ion chromium(II) dapat dititrasi dengan ion-ion [CuCl4]2-, yang ditunjukkan
setengah persamaan reaksi berikut ini
Cr2+ → Cr3+ + e-
[CuCl4]2- + …e- → …+…
Setengah-persamaan yang kedua adalah tidak sempurna.
Dalam suatu eksperimen, 20,0 cm3 Cr2+ 0,04 mol dm-3 bereaksi dengan 40,0 cm3
[CuCl4]2- 0,01 mol dm-3.
Hitunglah
(a) Jumlah dari jumlah mol Cr2+ dan [CuCl4]2- yang digunakan dalam reaksi
(b) Jumlah mol [CuCl4]2- yang bereaksi dengan Cr2+
(c) Simpulkan jumlah elektron yang telah diterima olaeh satu ion [CuCl4]2-
(d) (i) Berapa bilangan oksidasi tembaga dalam [CuCl4]2- ?
(ii) Asumsikan bahwa tembaga mendapat elektron, berapa bilangan oksidasi
atom tembaga yang baru setelah reaksi.
2 LARUTAN ASAM-BASA
A. Pendahuluan
Asam dan basa pertama-tama dedefinisikan secara organoleptis yaitu asam adalah
zat yang rasanya masam sedangkan basa adalah zat yang rasanya pahit. Zat yang biasa
ditentukan sifat asam-basanya dengan cara seperti itu adalah zat yang erat kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari seperti rasa jeruk, rasa sabun, dan sebagainya. Namun tidak
semua zat kimia dapat ditentukan dengan cara seperti itu karena akan sangat berbahaya.
Untuk menentukankannya digunakan indikator (zat penunjuk) sifat asam atau basa. Salah
satu indikator adalah kertas lakmus merah dan biru. Berdasarkan perubahan warna kertas
lakmus merah dan biru dalam larutan asam dan basa maka asam didefinisikan sebagai zat
yang mengubah kertas lakmus biru menjadi merah dan basa adalah zat yang mengubah
kertas lakmus merah menjadi biru. Sedangkan larutan yang bersifat netral tidak akan
menyebabkan perubahan warna kertas lakmus merah maupun biru. Disamping kertas
lakmus merah dan biru dikenal juga larutan indikator asam-basa (lihatTabel 4 pada Parwa
1). Namun indikator asam-basa ini sulit digunakan sebagai penentu sifat larutan karena
perubahan warna indikator ini ditentukan oleh keasaman (pH) larutan. Indikator
fenolptalein (PP), misalnya, akan berwarna merah (pink) pada pH di atas 10 dan akan tidak
berwarna pada pH di bawah 8. Hal ini berarti bahwa apabila suatu larutan ditetesi PP dan
warna PP tidak berwarna maka sifat larutan itu belum tentu asam, tetapi ada kemungkinan
bersifat basa dengan pH 7,5, atau dapat juga bersifat netral. Indikator asam-basa seperti PP
itu hanya cocok untuk mengetahui titik ekivalen atau titik akhir titrasi Apa yang
menyebabkan larutan suatu zat bersifat asam, basa, atau netral?
Pada tahun 1980, dengan diterimanya teori disosiasi Arrhenius, asam
didefinisikan sebagai zat yang terdisosiasi menjadi ion hidrogen dan anion-anion,
jika dilarutkan ke dalam air. Oleh karena diketahui basa bereaksi dengan asam
membentuk garam dan air, maka basa didefinisikan sebagai zat yang terdisosiasi
menjadi ion hidroksida dan kation-kation, jika dilarutkan ke dalam air. Definisi
asam-basa ini sangat signifikan tetapi tidak dapat menerangkan sifat zat yang tidak
mengandung hidrogen ataupun ion hidroksida di dalam rumusnya seperti Na2CO3, NH4Cl,
NaCl. Disamping itu untuk larutan yng sangat encer seperti larutan HCl 10-10 M akan sulit
ditentukan keasamannya bila hanya melihat zat terlarut. Dengan hanya melihat zat terlarut
keasamannya sangat tidak logis. Permasalahan ini diatasi oleh teori asam basa Bronsted-
Lowry. Teori asam basa Bronsted-Lowry hanya melihat pemberian dan penerimaan ion
hidrogen (proton) untuk mendefinisikan asam dan basa. Zat-zat yang tidak mempunyai ion
hidrogen di dalam rumusnya (umumnya garam-garam), dapat menerima ion hidrogen dari
pelarut zat itu. Pelarut, dengan demikian, punya peranan yang penting di dalam
menentukan sifat larutan. Pada Parwa 2 ini akan dibahas penentuan keasaman larutan
dengan teori asam-basa Bronsted-Lowry. Sebelum membahas keasaman larutan akan
dibahas terlebih dahulu kesetimbangan larutan beserta tetapan kesetimbangannya (K).
Konsentrasi
Kecepatan reaksi
C; D
Reaksi dari kiri ke
kanan
A; B
0 tsb tsb Waktu
Waktu
Adapun Kompetensi Dasar dan indikator yang ingin dicapai dalam pembahasan keasaman
lautan ini secara rinci sebagaimana berikut ini.
Kompetensi Dasar
Mengetahui penggunaan nilai Tetapan Kesetimbangan (K) untuk menentukan konsentrasi
kesetimbangan suatu zat dari konsentrasi analitiknya dan memahami peran konsep asam
basa Bronsted-Lowry dalam menentukan sifat larutan dan menentukan pH larutan asam,
basa, garam, maupun campurannya.
Indikator
1. Menghitung konsentrasi kesetimbangan suatu kesetimbangan kimia, dengan
menggunakan nilai tetapan kesetimbangan.
2. Mendefinisikan konsep asam-basa Bronsted-Lowry.
3. Menentukan asam-basa konjugat dalam kesetimbangan asam-basa.
4. Menentukan sifat larutan garam dengan konsep asam basa Bronsted-Lowry.
5. Menghitung pH larutan asam, basa, garam, maupun campurannya dengan konsep
asam-basa Bronsted-Lowry.
Ksb =
(aSn )
4+
2
2 3
+
Aktivitas tidak disertakan pada ungkapan kesetimbangan karena berharga satu. Dmikian
pula untuk kesetimbangan, AgCl(s) ⇄ Ag+(aq) + Cl-(aq), ungkapan kesetimbangannya
dinyatakan sebagai, Kstb = (aAg+)(aCl-). Aktivitas AgCl tidak disertakan karena beharga
satu. Unkapan Kstb untuk zat sukar larut seperti AgCl disebut Tetapan Hasil kali kelarutan
(constanta solubility product) dengan simbul Ksp.
Penggunaan aktivitas dalam ungkapan Kstb menyebabkan perhitungan menjadi
lebih kompleks karena untuk dapat menentukan harga aktivitas larutan, harus ditentukan
terlebih dahulu harga kekuatan ion larutan (µ) dan koefisen aktivitas (γ)nya. Ingat bahwa µ
Kstb =
[A][A] = [A]2
C AB − [A] C AB − [A]
[A]2 + Kstb [A] - Kstb CAB = 0
Oleh karena tetapan kesetimbangan dan konsentrasi analitik AB diketahui, maka
persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan rumus kuadrat berikut ini.
− b ± b 2 − 4ac
A1,2 =
2a
Penyelesaian persamaan [A]2 + Kstb [A] - Kstb CAB = 0, disederhanakan dengan membuat
asumsi-asumsi tanpa mengubah hasil akhir secara signifikan. Asumsi yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut : biasanya [A] sangat kecil daripada CAB sehingga [A] dapat
diabaikan terhadap CAB. Jadi CAB - [A] = CAB = [AB] dan bila disubstitusikan ke dalam
harga Ksb akan diperoleh persamaan dengan bentuk nonkuadrat.
Kstb =
[A]2 atau [A]= K stb x C AB
C AB
Apakah syarat asumsi, CAB - [A] = CAB = [AB] tersebut dapat diterima secara valid
?. Asumsi seperti itu dapat diterima bila perhitungan dengan asumsi dan dengn tanpa
asumsi kesalahan relatifnya tidak lebih dari 2%. Asumsi CAB - [A] = CAB = [AB] dapat
dilakukan atau tidak, sangat ditentukan oleh harga Kstb. Bila Kstb besar, maka [AB] << CAB,
karena zat AB yang terdisosiasi sangat besar. Bila Kstb kecil, maka [AB] = CAB , karena zat
AB yang terdisosiasi sangat kecil dan dapat diabaikan. Seberapa besar harga Kstb yang
dikatakan besar atau kecil ?.
Sebagai patokan bila harga Kstb 1000 kali lebih kecil dari pada konsentrasi
C
analitik atau AB ≥ 103, maka dapat dikatakan harga Kstb kecil sehingga
K sb
asumsi dapat dikatakan valid.
Contoh 1
Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 0,200 mol NaHSO4 dalam air dan diencerkan
menjadi 1,00 L. Jika Kstb disosiasi HSO4- = 1,02 x 10-2, hitunglah konsentrasi ion hidrogen
a. tanpa asumsi. b. dengan asumsi
Penyelesaian.
a. Garam NaHSO4 akan terdisosiasi sempurna sebagai berikut :
NaHSO4 → Na+ + HSO4- dan disosiasi HSO4- lebih lanjut adalah,
HSO4 ⇄ H + SO4
- + 2-+ [H ][SO ]
+ 2−
[HSO ]
4
, dengan tetapan kesetimbangan, Kstb = −
4
Dari persamaan disosiasi NaHSO4 dan disosiasi HSO4- dapat diketahui bahwa,
[HSO4-] = , dan [H+] = [SO42-].
0,2 − [H ]
1,2 x 10 = +
Ksb =
[H ]+ 2
C NaHSO
4
1,02 x 10-2 =
[H ] + 2
0.200
[H ] = 4,51 x 10-2 M
+
[AB]
1,76 x 10-5 =
[H ](0,200)
+
(0,100)
+ -6
[H ] = 8,80 x 10 M
Bila suatu asam menyumbangkan proton dalam reaksinya, maka asam itu akan
berubah menjadi zat yang mampu menerima suatu proton untuk membentuk kembali asam
semula. Dengan cara sama, bila basa menerima proton dalam reaksinya, maka basa itu
berubah menjadi suatu zat yang mampu menyumbangkan proton untuk membentuk basa
semula. Untuk pelarutan asam karbonat dalam air di atas, asam semula dan basa
yang terjadi ditandai dengan angka 1, dan asam-basa itu oleh Bronsted-Lowry
dinyatakan sebagai pasangan konjugat (conjugate pairs). Sedangkan basa semula dan
asam yang terjadi ditandai dengan angka 2 dan itu juga merupakan pasangan
konjugat. Jadi tiap asam Bronsted-Lowry mempunyai suatu basa konjugat, demikian pula
dengan basa mempunyai suatu asam konjugat. Reaksi pelarutan asam formiat dan amonia
tersebut di atas masing-masing mempunyai dua pasangan konjugat. Asam konjugat dari
NH3 adalah NH4+atau NH3 adalah basa konjugat dari NH4+. Jika suatu asam itu kuat, maka
basa konjugatnya lemah. Bila asam lemah atau sangat lemah, basa konjugatnya akan
mempunyai kekuatan yang sedang atau kuat, bergantung afinitas basa konjugat terhadap
H+. Jadi makin kuat asam atau basanya makin lemah basa atau asam konjugatnya.
H2O HCN CH3CO2H H3PO4 HCl
Keasaman bertambah
( ) ( )(
Tetapan kesetimbangannya adalah
aH O + (aCl − ) aH O + aCl − )
( )
3 3
Kstb = =
(aHCl ) aH 2O (aHCl )(1)
Oleh karena reaksi disosiasi berjalan sempurna, maka di dalam larutan tidak ada HCl. Jadi
harga tetapan kesetimbangan asam itu berharga tak berhingga.
Ksb = 3
(
aH O + (aCl − ) )
= ~
(0)
b. Asam lemah dan basa lemah.
Ungkapan kesetimbangan, Kstb merupakan hal yang penting utnuk menghitung
konsentrasi asam lemah atau basa lemah. Disosiasi asam lemah HA dalam air adalah :
HA + H2O ⇄ H3O+ + A- Tabel 1. Beberapa asam dan
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini disebut tetapan basa kuat yang biasa dipakai
di lab.
( ) ( )
disosiasi asam atau tetapan keasaman, Ka.
aH O + (a A − ) aH O + (a A − ) Asam Basa
( )
Ka = 3
= 3
= HCl LiOH
(aHA ) aH 2O (aHA )(1) HBr NaOH
(a )(a
H 3O + A−
) HI
HClO4
KOH
Br(OH)2
(aHA ) HNO3
H2SO4 *)
Dengan cara sama, untuk reaksi disosiasi basa lemah,
[H 3 PO4 ]
H2PO4- + H2O ⇄ H3O+ + HPO42-
[H O ][H PO ]
+ 2−
[H PO ]
3 2 4
K a2 = −
2 4
[HPO ]
3 4
K a2 = 2−
4
[CO ]
3
K b1 = 2−
3
[HCO ]
2 3
K b2 = −
3
Pada tiap tahap disosiasi, harga tetapan disosiasi selalu menurun. Jadi, Ka1 > Ka2 > Ka3.
Hal ini disebabkan adanya gaya elektrostatis. Melepaskan proton dari H3PO4 lebih mudah
daripada pada anion H2PO4- karena proton yang akan lepas dari anion akan mendapat gaya
tarik elektrostatis, sehingga sulit terlepas. Akibatnya konsentrasi ion-ion yang dihasilkan
sedikit dan Ka akan kecil. Melepaskan proton dari anion yang muatannya makin banyak
tentu akan lebih sulit lagi, karena gaya tarik elektrostatis akan makin kuat.
Larutan yang bersifat asam akan mempunyai pula sifat basa, hanya saja sifat asam
sangat kecil dibandingkan dengan sifat basa. Dengan kata lain di dalam larutan yang
mengandung H3O+ akan ada pula OH- dan sifat larutannya akan ditentukan oleh
konsentrasi ion yang lebih besar. Dengan demikian dapatdikatkan pula bahwa larutan yang
mempunyai dengan harga Kb tertetu akan adapula harga Ka. Keasaman (acidity) dan
kebasaan (basicity) dalam sistem asam-basa Bronsted-Lowry bahwa makin kuat asamnya,
makin lemah basa konjugatnya. Oleh karena kuat lemahnya asam dan basa ditentukan oleh
Ka dan Kb maka perlu diketahui hubungan kuantitatif antara Ka dengan Kb dalam sistem
asam-basa Bronsted-Lowry. Untuk itu perhatikan reaksi asam-basa berikut.
[NH 3 ]
Kb =
[BH ][OH ]
+ −
[B]
Pada kesetimbangan basa lemah di atas, [BH+] = [OH-], dan [B] = CB -[OH]
C − [OH ]
Kb = −
A-
HA B
HA
Na+ [OH] dapat dicari dengan rumus kuadrat : [OH-]2 + Kb [OH-] – Kb CB = 0,
A-
atau, bila CB/ Kb ≥ 103, maka [OH]2 = Kb x CB.
Gambar 3. Dengan dapat ditentukannya konsentrasi ion hidroksida dalam
Campuran
larutan HA dan
larutan basa lemah ini, maka konsentrasi ion hidronium dapat ditentukan
NaA dari hubungan pH + pOH = pKW.
Coba Saudara hitung pH larutan 0,0750 M amonia dalam air. Kb amonia adalah 1,75 x 10-5
d. pH campuran larutan yang merupakan pasangan asam-basa konjugat.
Larutan yang mengandung pasangan asam-basa konjugat dapat bersifat asam, basa,
atau netral, tergantung pada kekuatan dan konsentrasi dari asam dan basa. Pendekatan
umum yang digunakan untuk menghitung pH larutan yang mengandung pasangan asam-
basa konjugat sama dengan yang digunakan untuk menghitung pH asam lemah atau basa
lemah.
Sebagai contoh, campuran larutan asam lemah, HA, dan garam natrium, NaA. Zat
yang sebenarnya ada dalam campuran larutan itu adalah HA, Na+, dan A- (NaA adalah
garam dan dalam larutannya selalu ada sebagai ion Na+ dan ion A-) (Gambar 3). Dari zat
yang ada itu yang menentukan keasaman atau kebasaan adalah HA dan A-. HA dan A-
inilah yang merupakan campuran asam dan basa konyugasi. Berdasarkan zat ang ada
dalam campuran itu, ada 2 kesetimbangan yang perlu diperhatikan yaitu, kesetimbangan
karena disosiasi HA,
HA + H2O ⇄ H3O+ + A-
dan kesetimbangan karena disosiasi A- :
A- + H2O ⇄ HA + OH-
Bila disosiasi air diabaikan, maka persamaan pertama (disosiasi asam lemah, HA) tersebut,
[HA]
+ -
Untuk menghitung [H3O ], konsentrasi A dan HA harus ditentukan terlebih dahulu.
Konsentrasi A- dan HA Lebih tepat dihitung dari A- dan HA yang terbentuk dari
persamaan disosiasi reaksi di atas. Disosiasi, HA + H2O ⇄ H3O+ + A- menyebabkan
konsentrasi HA berkurang dan konsentrasi A- bertambah, masing-masing sebanyak
konsentrasi H3O+. Dengan cara sama, disosiasi, A- + H2O ⇄ HA + OH- memperbesar
konsentrasi HA dan menurunkan konsentrasi A-, masing-masing sebanyak konsentrasi OH.
Jadi konsentrasi HA dan A- dalam kesetimbangan itu adalah :
[HA] = CHA - [H3O+] + [OH-]
[A-] = CNaA + [H3O+] - [OH-]
Biasanya, CHA dan CNaA jauh lebih besar daripada konsentrasi H3O+ dan OH- , sehingga,
[HA] = CHA
[A-] = CNaA
Ka =
[H O ]C
3
+
NaA
CHA
Asumsi [HA] = CHA dan [A-] = CNaA sangat valid bila konsentrasi analitik besar dan
tetapan disosiasi kecil. Untuk permasalahan di dalam diktat ini persamaan :
Ka =
[H O ]C
3
+
NaA
, dapat diterima apabila : CHA dan CNaA ≥ 10-3 dan Ka dan Kb ≤ 10-3.
CHA
Bila asumsi-asumsi di atas tidak diikuti dan yang diinginkan adalah hasil akhir
yang lebih akurat, maka persamaan [HA] = CHA - [H3O+] + [OH-] dan [A-] = CNaA +
+ -
[H3O ] - [OH ] disubstitusikan secara langsung ke dalam ungkapan, Ka =
[H O ][A ] ,
3
+ −
[HA]
sehingga diperoleh persamaan :
[H O ](C
+
[ ] [ ])
+ H 3O + − OH −
[ ] [ ]
3 NaA
Ka =
CHA − H 3O + + OH −
KW
Selanjutnya dengan mengganti [OH-] dengan
[
H 3O + ] dan mengaturnya, akan diperoleh
persamaan yang sangat sulit dapat diselesaikan dengan rumus kuadrat yaitu,
[H3O+]3 +(CNaA + Ka)[H3O+]2 - (Ka CHA + KW)[H3O+] – KaKW = 0
Contoh 4.
Berapakah pH larutan yang dibuat dengan mencampur 3,00 gram Na-asetat dengan 5,00
mL asam asetat 12 M dan diencerkan menjadi 2 L? Ka asam asetat = 1,76 x 10-5.
Penyelesaian.
Pertanyaan yang harus diajukan bila zat dicampur adalah, “ Dapatkah zat itu
bereaksi?” Zat yang dicampur pada soal ini, tidak dapat bereaksi karena setelah
kedua zat dicampur larutan akan mengandung asam asetat, ion Na+, ion acetat, dan
air. Penentu keasaman larutan campuran adalah asam asetat dan ion asetat dan
keduanya merupakan pasangan konjugat.
5,0 mL x 12 mmol mL-1
CCH 3COOH = = 0,030 M
200 mL
[CH 3COOH ]
-
CH3COO yang berasal dari CH3COONa, akan mempengaruhi
kesetimbangan di atas sehingga kesetimbangan bergeser ke kiri. Sehingga sebagian
besar CH3COO- pada kesetimbangan di atas, berasal dari CH3COONa. Dan oleh
karena CCH 3COOH dan CCH 3COONa > 10-3 dan Ka < 10-3, maka untuk kesetimbangan di
atas asumsi berikut dapat diberlakukan.
[CH3CO2H] = CCH 3COOH = 0,03 M
[CH3CO2-] = CCH 3COONa = 0,0183 M
Harga-harga yang telah diketahui itu disubstitusikan ke dalam ungkapan Ka
1,76 x 10 -5
=
[H O ][0,0183]
3
+
0,03
pH = - log 2,89 + 10-5 = 4,540
Penyelesaian soal tersebut dapat pula dilakukan dengan CH3COO- sebagai sumber OH -
yang mempunai harga Kb. Harga Kb ditentukan dengan memakai hubungan Ka x Kb = KW,
karena campuran itu merupakan pasangan asam-basa konyugasi.
1,76 x 10-5 x Kb = 1,0 x 10-14
Kb = 5,68 x 10-10
Sebagai sumber utama OH- adalah basa, CH3COO-, karena CA- x Kb >> KW.
[CH COO ]
3
−
3
CH3COOH yang sudah ada dalam larutan akan mendesak kesetimbangan basa itu kekiri
dan konsentrasi kesetimbangan CH3COOH sebgai besar berasal dari CH3COOH. Dengan
mensubstitusikan harga konsentrasi yang telah diketahui, maka diperoleh,
5,68 x 10-10 =
[OH ]0,03
−
0,0183
[OH ] = 3,47 x 10-10
-
Ka =
[H O ][A ]
3
+ −
[HA]
[H3O+] = Ka x
[HA]
[A ] −
[HA]
pH = pKa - log
[A ]
−
Dari persamaan terakhir ini terlihat bahwa pH tergantung pada angkabading [HA] terhadap
[A-]. Penambahan air (pengenceran) pada larutan bufer akan menurunkan [HA] dan [A-]
dengan harga sama tetapi angkabandingnya tetap tidak berubah.
Pengaruh penambahan asam atau basa pada pH bufer.
Bila asam kuat seperti HCl ditambahkan pada air, maka jumlah H3O+ akan
betambah sebanyak H3O+ dari HCl. Bila asam yang sama ditambahkan pada larutan bufer,
maka asam tersebut akan bereaksi dengan komponen basa dari bufer. Dengan cara sama,
bila yang ditambahkan basa kuat seperti NaOH, maka basa ini akan bereaksi dengan
konponen asam dari bufer itu. Bila bufer terdiri dari campuran HA dan NaA, maka
reaksinya pada penambahan HCl dan NaOH adalah,
HCl + NaA → HA + NaCl
NaOH + HA → NaA + H2O
Pada reaksi tersebut, menyebabkan konsentrasi komponen bufer (HA atau NaA), akan
berubah; tetapi pengaruh perubahan ini terhadap harga pH tidak terlalu besar, karena pH
tergantung pada log angkabanding kedua komponen bufer itu.
Contoh 5.
Hitung pH bufer yang terdiri dari 0,20 M HA dan 0,10 M NaA.
Penyelesaian.
0,20
pH = pKa - log = pKa - 0,30.
0,10
Contoh 6
Bila pada larutan bufer pada Contoh 5 tersebut ditambahkan basa kuat, sehingga akan
bereaksi dengan HA dan HA yang masih ada adalah 0,10 M, berapakah pH bufer
sekarang?.
Penyelesaian.
yang diinginkan, dapat dibuat dengan mencampurkan asam-basa konjugat yang msing-
masing telah dihitung konsentrasinya. Kadang-kadang salah satu dari pasangan konjugat
itu, tidak tersedia atau sulit diperoleh atau sangat sulit untuk ditimbang. Pada kasus seperti
itu, bufer dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah berlebihan dengan basa kuat
yang sesuai atau basa lemah berlebihan dengan asam kuat yang sesuai.
Contoh 7.
Akan dibuat bufer dengan mencampurkan 500 ml 0,20 M asam asetat dengan 1,00 gram
Natrium hidroksida. Ka asam asetat = 1,76 x 10-5. Berapakah pH bufer yang terjadi.
Penyekesaian.
Reaksi asam asetat dengan NaOH adalah :
CH3CO2H + NaOH → CH3CO2Na + H2O
Komposisi larutan setelah reaksi adalah sebagi berikut :
Jumlah
CH3CO2H semula = Tabel 5. Beberapa bufer yang sering digunakan.
500 mL x 0,2 M = N a m a PKa
100 mmol Asam fosfat/Natrium dihidrogen fosfat 2,15
Asam sitrat/Natrium dihidrogen sitrat 3,13
Jumlah
Natrium dihidrogen sitrat/diNatrium hidrogen sitrat 4,76
NaOH yang Asam asetat/Natrium asetat 4,76
ditambah = diNatrium hidrogen sitrat/triNatrium sitrat 6,40
jumlah Kalium dihidrogen fosfat/diNatrium hidrogen fosfat 7,20
CH3CO2H Tris(hidroksi metil)amino metana hidrokl orida/tris
yang (hidroksi metil)amono metana 8,08
bereaksi = Asam borat/natrium borat 9,23
Amonium klorida/amonia 9,25
jumlah
Natrium bikarbonat/Natrium karbonat 10.33
CH3CIO2Na diNatrium hidrogen fosfat/triNatrium fosfat 12,40
mL = 0,15 M
[CH3CO2-] = CCH 3COONa = 25 mmol/ 500 mL = 0,050 M
[HA]
pH = pKa - log
[A ]
−
0,15
= 4,75 - log = 4,28.
0,05
pH bufer seperti yang dibuat di atas (contoh) seringkali berbeda dengan harga yang
diinginkan. Perbedaan ini bisa mencapai 0,5 satuan pH. Hal ini terutama disebabkan oleh
ketidaktentuan harga tetapan kesetimbangan. Sebenarnya yang digunakan untuk
menentukan harga tetapan kesetimbangan (Ka atau Kb) adalah aktivitas, bukan konsentrasi.
Untuk menghindarkan perbedaan pH bufer yang dibuat dengan pH bufer yang diinginkan,
maka digunakan alat pH meter (Gambar 4). Caranya elektrode dari pH meter dicelupkan
ke dalam 500 mL asam asetat dan kemudian perlahan-lahan ditambahkan NaOH sampai
angka menunjukkan pH yang diiinginkan.
e. pH asam poliprotik dan basa poliekivalen
Perhitungan pH larutan asam-asam poliprotik atau basa-basa poliekivalen sangat
kompleks. Namun demikian perhitungan dapat disederhanakan dengan asumsi-asumsi.
Untuk membahas pH asam poliprotik dan basa poliekivalen akan dibahas lima sistem asam
diprotik atau basa diprotik dengan komposisi yang berbeda yaitu : H2 A; H2 A + HA-; HA-;
HA- + A2-; dan A2-. Pada ke lima kasus itu diasumsikan bahwa H3O+ dan OH- yang berasal
dari air diabaikan.
[H 2 A]
- + - [H O ][A ]
+ −
[HA ]
3
HA + H2O H3O + A K a2 = −
Oleh karena ada 2 sumber [H3O+], maka pH larutan H2 A, ditentukan dari kedua disosiasi
itu.
K a1 =
[H O ]
3
+ 2
=
x2
[H 2CO3 ] 0,1
x = [H 2CO3 ]K a1
x -= 0,1 x 4,45 x10−7
x = 10-4 4,45 M
Jadi [H3O+] = 10-4 4,45 M = [HCO3-]
HCO3- yang terbentuk terdisosiasi lebih lanjut dengan persamaan kesetimbangan
sebagai berikut :
HCO3- + H2O ⇄ H3O+ + CO32- dengan nilai tetapan kesetimbangan K a
2
dimisalkan HCO3- yang terdisosiasi = y mol L-1, maka zat yang ada setelah
kesetimbangan kedua ini terbentuk adalah
[H O+] = 10-4 4,45 + y mol L-1
3
C
HCO3−
Oleh karena ≥ 103 , maka [H3O+] = [HCO3-] = 10-4 4,45 mol L-1.
Ka
2
[H O ][CO ]
+ 2−
[HCO ]
3 3
Ka = −
2
3
Ka
Bila K a >> K a 2 (umumnya 1
≥ 100 ), maka disosiasi pertama merupakan sumber
1 Ka
2
utama H3O dan pengaruh konsentrasi H3O+ pada disosiasi kedua diabaikan. Jadi
+
Penyelesaian.
Ka 4,45 x 10−7
1
= −11
= 9,49 x 103 dan ini > 102, sehingga disosiasi pertama yang
Ka 4,69 x 10
2
diperhatikan, yaitu :
H2CO3 + H2O ⇄ H3O+ + HCO3-
Ka =
[H O ][HCO ] = [H O ]
3
+
3
−
3
+ 2
1 [H 2CO3 ] CH 2CO3
selanjutnya adalah menghitung pH campuran yang terdiri dari asam lemah dan basa
konjugatnya yaitu merupakan larutan bufer.
Penyelesaian.
Ka 1,12 x 10−3
1
= = 228 dan ini > 102, maka disosiasi pertama yang diperhatikan.
Ka 3,91 x 10− 6
2
1,12 x 10-3 =
[H O ] 0,250
3
+
0,10
+ -4
[H3O ] = 4,48 x 10 M.
pH = 3,349.
[HA ]
3
K a2 = −
[HA ]
2
K = −
b2
Apakah larutan bersifat asam atau basa ditentukan oleh harga tetapan kesetimbangan kedua
reaksi tersebut. Jika K a2 lebih besar dari pada K maka larutan akan bersifat asam dan
b2
bila K a2 lebih kecil daripada K maka larutan bersifat basa.
b2
Kesetimbangan pada kedua reaksi di atas terjadi secara bersamaan dan keduanya
harus dipertimbangkan untuk menghitung konsentrasi H3O+. Untuk menghitung H3O+ dari
K a2 konsentrasi A2- harus dapat ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya dari kedua reaksi
kesetimbangan tersebut, dapat diketahui bahwa H3O+ yang terbentuk pada kesetimbangan
HA- sebagai asam, akan berkurang karena bereaksi dengan OH- yang terbentuk pada reaksi
kesetimbangan HA- sebagai basa.
Jadi :
[A2-
]=H O ]+
3
[H O ][HA ]
+ 3
+ −
Ka
1
2-
Harga [A ] ini disubstitusikan ke dalam K a2 untuk kesetimbangan :
[H O ] [H O ] + [H OK ][HA ]
+ −
+ + 3
3 3
a1
K a2 =
[HA ] −
K a K a HA−
+ 2
[ ]
[ ]
1 2
[H3O ] =
HA−
[H3O+]2 = K a K a2
1
[H3O+] = Ka Ka
1 2
pK a + pK a
1 2
pH =
2
Asam triprotik seperti H3PO4 dapat memberikan dua zat amfiprotik yaitu H2PO4-
dan HPO42-. Masalah yang muncul untuk menghitung pH dari salah satu zat amfiprotik ini
adalah pada memilih Ka yang benar untuk dipakai dalam rumus [H3O+] = Ka Ka .
1 2
Untuk mengatasi hal ini hukum yang dapat digunakan, yang dapat menghasilakan rumus
sperti tersebut di atas adalah, gunakan Ka untuk zatnya sendiri dan Ka asam
konjugatnya. Dengan demikian pH larutan amfiprotik H2PO4- dapat ditentukan sebagai
berikut :
Ka dari H3PO4- dapat diketahui dari kesetimbangan berikut :
H2PO4- + H2O ⇄ HPO42- + H3O+ .
K a K a .atau [H3O+] = Ka Ka .
1 3 2 3
Dengan cara sama coba Saudara buktikan bahwa [H3O+] larutan HPO42-adalah :
[H3O+] = Ka Ka .
2 3
Contoh 11.
Hitung pH larutan 0,0250 M Natrium bikarbonat.
Untuk H2CO3 K a = 4,45 x 10-7 , dan K a2 = 4,69 x 10-11.
1
Penyelesaian.
NaHCO3 terdisosiasi sempurna menghasilkan Na+ dan HCO3-.
HCO3- merupakan zat amfiprotik.
Oleh karena K a << CHA-, maka persamaan [H3O+] = K a K a ., valid.
1 1 2
asam konyugasi dari basa lemah. Campuran seperti itu misalnya campuran antara H2A dan
K2A (kedua zat ini tidak merupakan pasangan konjugat, atau bukan nmerupakan campuran
bufer). Rumus [H3O+] campuran ini dapat diturunkan sebagaimana penurunan [H3O+] asam
poliprotik.
(1) [H 2 A]
K2A akan terdisosiasi sempurna menghasilkan 2K dan A2-. A2- inilah yang merupakan
+
basa lemah.
A2- + H2O ⇄ HA- + OH-
HA + H2O ⇄ H3O + A
- + 2- [H O ][A ]
+ 2−
[HA ]
3
Ka = −
( 2)
Berdasarkan pengertian di atas, coba Saudara pikirkan apakah campuran larutan Na2HPO4
dengan larutan H3PO4 merupakan campuran bufer ?. Kalau bukan jelaskan mengapa dan
bagaimana rumusan pH campuran larutan itu ?.
K a2 = 5,42 x 10-5.
Penyelesaian.
Na2C2O4 terdisosiasi sempurna menghasilkan 2Na+ dan C2O42-.
C2O42- ini merupakan basa diekivalen yang akan terdisosiasi dalam 2 tahap dengan
tetapan disosiasi K dan K . Pada soal yang diketahui adalah harga K a dan
b1 b2 1
K
b1
≥ 100. Jadi dalam menghitung pH yang dipertimbangkan hanya
K
b2
disosiasi pertama, dengan tetapan kesetimbangan K
b1
[HC O ][OH ] − −
[C O ]
2 4
K = 2−
b1
2 4
1,85 x 10 =
[OH ]
-10
− 2
C Na C O
2 2 4
10-11).
c. Berapakah pH larutan Na2CO3 pada 1a berdasarkan atas kondisinya pada 1b ?
d. Larutan Na2CO3 tersebut di atas, ditambahkan 10 mL HCL 0,1M. Tuliskan
reaksinya (perhatikan perbedaan K a dengan K a , untuk mengetahui tahap reaksi
1 2
yang digunakan) dan hitung konsentrasi zat yang ada setelah reaksi, serta berapakan
pH larutan yang terjadi.
e. Larutan Na2CO3 tersebut di atas, ditambahkan 25 mL HCL 0,1M. Tuliskan
reaksinya (perhatikan perbedaan K a dengan K a , untuk mengetahui tahap reaksi
1 2
yang digunakan) dan hitung konsentrasi zat yang ada setelah reaksi, serta berapakan
pH larutan yang terjadi.
D. Rangkuman
Teori asam-basa terdahulu seperti teori asam-basa Arrhenius
mempunyai banyak kelemahan. Teori itu tidak dapat menerangkan sifat zat
yang tidak mengandung hidrogen ataupun ion hidroksida di dalam rumusnya
seperti Na2CO3, NH4Cl, NaCl. Disamping itu untuk larutan yng sangat encer
seperti larutan HCl 10-10 M akan sulit ditentukan keasamannya bila hanya
melihat zat terlarut. Dengan hanya melihat zat terlarut keasamannya sangat
tidak logis. Permasalahan ini diatasi oleh teori asam basa Bronsted- Lowry.
Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah zat yang mampu menyumbangkan
(donating) proton dalam reaksinya. Basa adalah zat yang mampu menerima
(accepting) proton dalam reaksinya. Konsep Bronsten-Lowry tentang sifat
asam-basa telah terbukti sangat cocok jika menggunakan pelarut air dan
pelarut yang suka air (water-like = protophilic). Konsep ini menyertakan
pelarut dalam persamaan reaksinya. Dengan konsep asam-basa ini, maka
sifat larutan Na2CO3 dapat ditentukan. Penentuannya sebagai berikutini.
Larutan Na2CO3 selalu berada sebagai ion-ionnya yaitu Na+ dan CO32-. Dari
ion-ion itu yang menentukan keasaman larutan adalah CO32- karena ion
itulan yang dapat menerima protan (H+) dari pelarut H2O. Jadi larutan
Na2CO3 bersifat basa. Sifat laruan NaCl dengan konsep asam-basa Bronsted-
Lowrysebagai berikut ini. Pada larutan NaCl penentu sifat larutan adalah Cl-,
namun Cl- tidak bisa menerima H+ karena HCl yang terbentuk akan kembali
E. Soal latihan.
01. Tuliskan rumus basa konjugat dari setiap asam berikut.
a. H2CO3 b. HCO3- c. NH4+. d. H2O
02. Tuliskan rumus asam konjugat dari setiap basa berikut.
a. CN- B. H2PO4- c. HPO42- d. SO32-
03. Hitung pH larutan dalam air setiap zat-zat berikut
a. 2,17 x 10-3 M HCl
b. 0,10 M NaHSO4 ( K a H2SO4 = - ; K a = 1 x 10-2)
1 2
d. 0,20 M HClO4
e. 0,080 M NaCl
f. air.
05. Hitung pH larutan buffer berikut.
a. 0,10 M CH3CO2H + 0,10 M (CH3CO2)2Ca. (Ka CH3CO2H = 1,76 x 10-5)
b. 0,050 M KH2PO4 + 0,250 M Na2HPO4 ( K a H3PO4 = 7,11 x 10-3; K a = 6,32 x 10-
1 2
8 -13
; K a = 4,5 x 10 ).
3
10-13;
K a = 1,6 x 10-14).
3
x 10-5).
09. Hitunglah kapasitas buffer (β), yang dihitung dalam banyaknya HCl yang
ditambahkan, dari tiap campuran buffer berikut.
a. 0,150 M asam laktat + 0,250 M natrium laktat (Ka asam laktat = 1,35 x
10-4).
b. 0,0150 M M asam laktat + 0,0250 M natrium laktat
c. 0,150 M asam laktat + 0,150 M natrium laktat
10. Hitung pH buffer yang dibuat dengan mencampur 2,0 g NaOH dengan
masing-masing zat di bawah dan diencerkan menjadi 500 mL dengan air.
a. 12,0 g NH4Cl
b. 7,50 g dinatrium hihrogen fosfat
c. 25,0 mL asam kloroasetat 3,0 M (Ka asam kloro asetat = 1,36 x 10-3)
d. 80,0 mmol asam salisilat ( K a asam salisilat = 1,1 x 10-3; K a = 1,8 x 10-
1 2
14).
Brady, J.E and Humiston, E. 1982. General Chemistry.Principles and Structure 3rd ed.
John Wiley & Sons. USA
Briggs JGR. 2005. Longman A-Level Course in Chemistry. Singapore : Pearson Education
South AsiaPtc Ltd.
Hiskia Akhmad dan M.S. Tupamahu. 1996. Penuntun Belajar Kimia Dasar Stoikiometri,
Energetika Kimia. Penerbit PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
I Made Sukarna. Drs. MSi. 2003. Common Textbook. Kimia Dasar 1. Technical
Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching for
Primary and Secondary Education in Indonesia (IMSTEP). Yogyakarta :Jurdik
Kimia FMIPA UNY.
Khopkar, S.M., (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
Larry G. Hargis. 1988. Analytical Chemistry Principle and Techniques. London: Practice
Hall International Edition.
Miller, Francis Marion. 1985. Chemistry Structure and Dynamics. McGraw –Hill Book
Co. Singapore.
Nyman, C.J; King, G.B; Weyh, J.A. 1980. Problem for General Chemistry and Qualitative
Analysis. 4th ed. John Wiley & Sons. Inc. USA.
Oxtoby, David. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Ke Empat-Jilid 1. Jakarta :
Erlangga
Petruci, Ralph H. (1993). Kimia Dasar (Prinsip dan Terapan Modern Edisi Ke Empat-Jilid
2). Jakarta : Erlangga
Raymond Chang. 1981. Physical Chemistry with Application to Biological System. 2nd ed.
McMillan Publishing Co.,Inc. USA.
Sorum C.H. 1977. Introduction to Semimicro Qualitative Analysis. Fifth Edition. USA:
Prentice Hall, INC.
Sukarna, I Made, 2003. Diktat Kuliah Kimia Dasar I. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA
UNY. Yogyakarta.
Sukarna, I Made, 2004. . Diktat Kuliah Kimia Analitik 1I. Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNY. Yogyakarta.
Pendahuluan
463
Termokimia
465
Laju Reaksi
480
Kesetimbangan Kimia
497
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul 3 ini yang terdiri dari 3 kegiatan merupakan sebagian dari ilmu kimia
fisika. Modul ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menyetarakan pemahaman dari
peserta PLPG juga sebagai bahan pengayaan peserta PLPG. Rincian materi yang
dibahas di dalam setiap modul meliputi beberapa kegiatan berikut :
Kegiatan 1
Materi yang dibahas meliputi termokimia, entalpi dan perubahannya, penentuan
∆H reaksi serta kalor Pembakaran
Kegiatan 2
Materi yang dibahas meliputi definisi laju reaksi, orde reaksi dan penentuan laju
serta faktor- fator yang memepengaruhi laju reaksi . Selain itu dibahas juga tentang
mekanisme reaksi dan teori- teori tentang laju reaksi.
Kegiatan 3
Materi yang dibahas meliputi tetapan kesetimbangan, faktor- faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan dan hubungan kuantitatif antara pereaksi dan hasil
reaksi.
B. Prasyarat
Modul acuan ini ditujukan untuk peserta PLPG bidang kimia yang telah
memiliki pengetahuan awal kimia setara dengan Kimia Dasar tingkat universitas.
D. Tujuan akhir
Kompetensi Kegiatan 1 yang akan dicapai meliputi :
1. Menjelaskan pengertian entalpi suatu zat dan perubahannya.
2. Menentukan ∆H reaksi berdasarkan eksperimen
3. Menggunakan hukum Hess untuk menghitung ∆H reaksi
A. Tujuan Antara
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat :
1. Menjelaskan hukum kekekalan energi.
2. Menjelaskan perubahan energi dari suatu sistem melalui dua cara yaitu kalor dan
kerja.
3. Menjelaskan diagram entalpi reaksi eksoterm dan endoterm.
4. Menjelaskan tentang pengertian entalpi dan perubahannya.
5. Menuliskan persamaan termokimia.
6. Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.
7. Menentukan harga ∆H reaksi dengan melakukan eksperimen sederhana.
8. Menentukan ∆H dari reaksi yang berlangsung secara bertahap.
9. Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan Hukum Hess
10. Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data energi ikatan
11. Membandingkan kalor pembakaran berbagai bahan bakar dalam kehidupan sehari-
hari.
12. Menjelaskan dampak pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna terhadap
lingkungan dan banyaknya kalor yang dihasilkan.
B. Uraian Materi
Reaksi kimia selalu berlangsung dengan melibatkan energi, baik penyerapan
maupun pelepasan energi. Reaksi yang menyerap energi disebut reaksi endoterm,
sedangkan reaksi yang melepas energi disebut reaksi eksoterm. Jumlah energi yang
menyertai suatu reaksi disebut dengan kalor reaksi.
Kalor
Perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia biasanya berupa panas yang
disebut kalor. Termokimia mempelajari hubungan antara kalor reaksi dengan suatu
reaksi kimia. Kalor reaksi menyatakan perubahan energi yang menyertai suatu reaksi
kimia. Hal ini dapat dipahami dari reaksi pembakaran bensin dalam silinder mobil yang
menghasilkan kalor. Sebagian kalor diubah menjadi gerak/kerja melalui ekspansi gas
yang mendorong piston dalam silinder. Sisa kalor dilepas sebagai kalor melalui
peningkatan suhu mesin mobil dan gas buang.
Sifat Termal Zat
Sifat termal zat adalah kemampuan zat untuk menyerap atau melepas kalor. Ada dua
jenis sifat termal, yaitu kalor jenis dan kapasitas kalor.
a. Kalor Jenis
Untuk menaikkan suhu suatu zat dengan massa tertentu, diperlukan sejumlah kalor
tertentu pula. Hal tersebut karakteristik untuk setiap jenis zat, artinya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu tertentu masing-masing zat dengan massa yang sama
akan berbeda besarnya.
Jika sistem melepas kalor atau melakukan kerja, maka sistem mengeluarkan energi.
negatif (−).
Nilai ∆H hanya ditentukan oleh keadaan awal dan akhir. Pada reaksi kimia, Hawal adalah
jumlah entalpi zat-zat pereaksi, sedangkan Hakhir adalah jumlah entalpi dari zat-zat
produk reaksi, sehingga nilai ∆H dapat dirumuskan sebagai berikut :
∆H reaksi = Hakhir – Hawal = Σ Hproduk reaksi − Σ Hpereaksi
Perubahan entalpi (∆H) pada reaksi endoterm dan eksoterm dapat digambarkan dengaan
diagram entalpi pada Gambar 1.1.
Produk reaksi Pereaksi
(a) Diagram entalpi reaksi Endoterm (b) Diagram entalpi reaksi Eksoterm
Nilai ∆H positif artinya : Nilai ∆H negatif artinya :
Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi kimia yang menyertakan perubahan entalpi (∆H) disebut
persamaan termokimia. Nilai ∆H dalam persamaan termokimia dipengaruhi oleh :
Koefisien reaksi
Hukum Hess
Hess merumuskannya dalam suatu hukum yang disebut Hukum Hess, yang
berbunyi :“Jika suatu reaksi berlangsung dalam dua tahap reaksi atau lebih, maka
perubahan entalpi untuk reaksi tersebut sama dengan jumlah perubahan entalpi dari
semua tahap”.
Berdasarkan hukum Hess, para ahli kimia berhasil menentukan ∆H0f senyawa
yag tidak mudah terbentuk dari unsur-unsurnya secara langsung. Data ∆H0f
Kedua rute menggunakan pereaksi yang sama dan menghasilkan produk reaksi yang
sama. Oleh karena ∆H hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, maka
total ∆H pada rute II harus sama dengan ∆H pada rute I atau ∆H3 = ∆H1 + ∆H2.
Secara skematis kedua rute tersebut dapat digambarkan oleh gambar 1.2
+ O2(g)
C(s) CO2 (g)
ΔH3
ΔH2
ΔH1
+ ½ O2(g) + ½ O2(g)
CO (g)
Contoh :
Entalpi pembakaran standar kristal asam benzoat, C6H5COOH, pada 25 oC adalah
sebesar – 3241,22 kJ mol-1. Tentukan ∆Ho pembentukan standar dari asam benzoat ini
jika diketahui : ∆Hfo CO2(g) = – 393,51 kJ mol-1 ; ∆Hfo H2O(l) = – 285,83 kJmol-1 ;
C. Latihan Soal
1. Diketahui entalpi pembentukan gas asetilena (C2H2) adalah + 226,7 kJ mol-1.
Tentukan perubahan entalpi penguraian 13 gram asetilen !
2. Pada pembakaran 0,8 gram belerang dalam kalorimeter terjadi kenaikan suhu dari
25,5 oC menjadi 25,925 oC. Jika kapasitas kalor kalorimeter dan isinya adalah 10,87
kJ oC-1. Tentukan perubahan entalpi pembakaran per mol belerang !
0,8 gram
2. Mol belerang = = 0,025 mol
32 gram mol −1
Perubahan entalpi untuk 0,8 gram belerang
= - C × ∆T = - [ 10,87 kJ oC-1 x ( 25,925 - 25,5 ) oC ] = - 4,62 kJ
Perubahan entalpi per mol belerang (S)
∆H reaksi − 4,62 kJ
= = = - 184,8 mol-1
nS 0,025 mol
3. ∆H reaksi pembakaran :
a. CO(g) + ½O2(g) → CO2(g)
∆Hreaksi = 3(nproduk x ∆H0f produk) - 3(npereaksi x ∆H0f pereaksi)
= (1mol x∆H0f CO2) – [ (1mol x∆H0f CO) + (½mol ∆H0f O2) ]
= (- 393,5 kJ) – [ (- 110,5 kJ) + (0 kJ) ] = - 283 kJ
Jadi, ∆H reaksi pembakaran 1mol CO adalah - 283 kJ
5. Sebanyak 2 mol gas hidrogen jika direaksikan dengan 1 mol gas oksigen akan
terbentuk uap air yang melepaskan kalor sebesar 242 kJ. Persamaan termokimianya
adalah ….
a. H2 (g) + ½O2(g) → H2O(g) ∆H = - 242 kJ
b. 2H2 (g) + O2(g) → 2H2O(g) ∆H = - 242 kJ
c. 2H2 (g) + O2(g) → 2H2O(g) ∆H = - 242 kJ
6. Kalor yang diserap atau dilepas apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-
unsurnya disebut ….
a. Kalor reaksi d. Kalor netralisasi
b. Kalor pembentukan e. Kalor pengatoman
c. Kalor penguraian
7. Reaksi di bawah ini yang merupakan reaksi pembentukan asam oksalat (H2C2O4)
adalah ….
a. 2H+(aq) + C2O42-(aq) → H2C2O4(aq)
b. H2(g) + 2C(s) + 2O2(g) → H2C2O4(l)
c. 2H2(g) + 4C(s) + 4O(g) → H2C2O4(aq)
d. CO2(g) + 2H2O(l) → H2C2O4(aq)
e. H2CO3(aq) + H2O(l) → H2C2O4(aq)
8. Jumlah kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu 735 gram air dari 30 oC
menjadi 76 oC adalah …. (kalor jenis air 4,18 J g-1 K-1).
a. 73,75 kJ d. 295 kJ
b. 141,3 kJ e. 368,75 kJ
c. 221,25 kJ
9. Pada diagram dibawah, hubungan antara ∆H1, ∆H2, dan ∆H3 adalah ….
a. ∆H2 = ∆H1 - ∆H3
C(s) + O2(g)
b. ∆H2 = ∆H1 + ∆H3
∆H1
c. ∆H3 = ∆H1 - ∆H2
CO(g) + ½O2(g) ∆H3
d. ∆H3 = ∆H1 + ∆H2
e. ∆H3 = ∆H2 - ∆H1 ∆H2
CO2(g)
11. Diketahui data entalpi pembentukan standar sebagai berikut :C3H8(g) = - 104 kJ/mol
; CO2(g) = - 394 kJ/mol ; dan H2O(l) = - 286 kJ/mol.
Harga ∆H reaksi : C3H8(g) + 5O2(g) → 3CO2(g) + 4H2O(l) adalah ….
a. – 784 kJ d. – 2222 kJ
b. + 2222 kJ e. – 2430 kJ
c. + 2430 kJ
E. Daftar Pustaka
Atkins, PW. 2010, Physical Chemistry, 9th.ed. Oxford : Oxford University Press
Brady, JE. 2009. Chemistry. 5th Ed. New York : John Wiley & Sons.
Castellan, G.W. 1983 . Physical Chemistry 3rd. Massachusset: Addison Wesley.
Fogiel, M. 1992, The Essentials of Physical Chemistry II, Nex Jersey : Research and
Education Association
Oxtoby DW, Gillis, H.P, Nachtrieb. NH, 2001, Principles of Modern Chemistry,
White, J.E. 1987. Physical Chemistry. New York: HBJ Publishers.
A. Tujuan antara
Kompetensi Kegiatan 1 yang akan dicapai meliputi
1. Mendefinisikan pengertian laju reaksi
2. Menuliskan ungkapan hukum laju reaksi
3. Menjelaskan hubungan antara konsentrasi pereaksi dengan laju reaksi
4. Menjelaskan hubungan antara luas permukaan pereaksi dengan laju reaksi
5. Menjelaskan hubungan antara temperatur dengan laju reaksi
6. Menjelaskan hubungan antara katalisator dengan laju reaksi
7. Menjelaskan mekanisme reaksi katalitik asam- basa
8. Menjelaskan pengaruh pH terhadap laju reaksi menggunakan katalisator asam-basa
B. Uraian Materi
Dalam kinetika kimia yang dipelajari adalah laju reaksi kimia dan energi yang
berhubungan dengan proses tersebut, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut.
Mekanisme reaksi adalah serangkaian tahap reaksi yang terjadi secara berturutan selama
proses pengubahan reaktan menjadi produk.
Perubahan kimia atau reaksi kimia berkaitan erat dengan waktu. Jika anda
mengamati reaksi- reaksi kimia sehari disekitar anda, ada reaksi yang berlangsung sangat
cepat seperti proses pembakaran, tetapi adapula reaksi yang berjalan sangat lambat
misalnya proses pengubahan dari zat organik (fosil) menjadi minyak bumi, atau proses
pengubahan batuan menjadi marmer. Setiap reaksi kimia berlangsung dengan laju tertentu
dan membutuhkan kondisi tertentu pula. Laju reaksi didefinisikan sebagai laju
pengurangan reaktan tiap satuan waktu atau jika ditinjau dari produknya, maka laju reaksi
adalah laju pembentukan produk tiap satuan waktu.
Banyak faktor yang mempengaruhi laju suatu reaksi . Pengetahuan tentang faktor-
faktor ini akan berguna dalam mengatur laju suatu reaksi. Hal ini sangat penting terutama
untuk mengontrol proses- proses kimia dalam industri. Tentunya proses kimia yang
berlangsung sangat lambat sangat tidak ekonomis. Pengontrolan terhadap faktor- faktor
yang mempengaruhi laju reaksi kimia akan dapat meningkatakan nilai ekonomis. Dalam
modul ini kita akan mempelajari faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang
meliputi konsentrasi pereaksi, luas permukaan pereaksi, temperatur reaksi dan penggunaan
katalisator dalam reaksi kimia.
Orde Reaksi
Orde suatu reaksi merupakan bilangan yang menyatakan jumlah pangkat
konsentrasi pereaksi yang menentukan laju suatu reaksi. Sebagai contoh untuk reaksi :
A produk dengan hukum laju v = k [A], maka
orde reaksinya adalah 1, karena pangkat [A] adalah satu. Atau untuk reaksi :
A + 2 B produk dengan hukum laju v = k [A] [B]2
maka orde reaksi totalnya adalah 3 yang berasal dari pangkat [A] =1 + pangkat [B] = 2.
Sedangkan orde reaksi terhadap konsentrasi A adalah 1 dan orde reaksi terhadap
komponen B adalah 2.
Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu komponen tidak selalu sama dengan
koefisien dalam persamaan stoikiometri. Misalnya untuk reaksi berikut :
H2 + 2 ICl I2 + 2 HCl ……………………………………(2)
Dari persamaan (1) dan (2 ) didapat harga n =1, jadi orde reaksinya adalah 1
Hukum lajunya v = k. [[ Co(NH3)5Cl ]2+]
a b
Pada gambar 2.1.b, nampak bahwa konsentrasi pereaksi diperbesar dua kali semula,
sehingga jarak antar molekul menjadi lebih dekat dan peluang tumbukan akan bertambah
besar.
Contoh soal
Diketahui reaksi
2 Br – (aq)+ H2O2 (aq)+2 H+ (aq) Br2 (aq) + 2 H2O (l) +O2(g)
mempunyai persamaan laju berkurangnya ion Br- sebagai
d[Br − ]
- = k [H2O2] [H+][Br-]
dt
a. Bila konsentrasi H2O2 diperbesar empat kali, berapa kalikah peningkatan laju
berkurangnya konsentrasi ion Br- ?
a b
L
I II III
A
J
U
temperatur
L
a
J
U
IV V
temperatur
Gambar 2.3 Hubungan antara Laju Reaksi dan Temperatur
T2> T1
T2
T1
Energi kinetik
Ea
Gambar 2.4 Distribusi energi kinetik Molekul pada dua temperatur yang berbeda
A
asimtot
A
ln k
1/T
Gambar 2.7. Grafik hubungan antara tetapan laju dan suhu
Contoh soal
1. Setiap kenaikan temperatur 20 °C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat dari semula.
Jika pada temperatur 20 °C reaksi berlangsung dalam waktu 6 menit, berapa menitkah
reaksi berlangsung pada temperatur 60 °C.
2. Diketahui pada reaksi penguraian asam etanoat mempunyai harga tetapan laju reaksi .
k1 = 2,46 x 10-5 pada 273 K dan k2 = 163 x 10-5 pada 303 K, tentukan harga energi
pengaktifan reaksi penguraian asam ini. R (tetapan gas umum) = 1,987 kalori K-1 mol-1
Jawab contoh soal :
1. Dari tempertur 20 °C sampai 60 °C terjadi peningkatan temperatur (60- 20) °C = 40 °C
atau 2 kali 20 °C, sehingga reaksi pada 60 °C akan berlangsung selama (1/2) 2 x 6
menit atau 1,5 menit.
2. Hubungan antara tetapan laju reaksi dan energi aktivasi adalah :
ln k = - Ea/ RT + A
Maka : ln 2,46 x 10-5 = -Ea / 1,987. 273 + A (1)
ln 163 x 10-5 = -Ea / 1,987. 303 + A (2)
jika (1) dikurangi (2) maka hasilnya adalah : - 4.193 = - 1,79 . 10-4 Ea
maka Ea = 23424 kalori.
Pengaruh Katalis Terhadap Laju Reaksi
Peningkatan produk hasil reaksi yang dilakukan melalui peningkatan temperatur,
kadang- kadang tidak efektif, karena mungkin saja hasil yang diharapkan tidak stabil pada
temperatur tinggi. Beberapa penemuan pada awal abad 19 menunjukkan ada sejumlah
reaksi yang kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh adanya substansi yang tidak mengalami
perubahan sampai akhir proses, contohnya konversi pati menjadi gula yang dipengaruhi
oleh asam, atau dekomposisi amoniak dan alkohol dengan adanya logam platinum
Substansi tersebut oleh Berzelius ( 1836) disebut sebagai katalis.
Reaksi berkatalis
Koordinat Reaksi
Gambar 2.8. Diagram Profil Energi dari Reaksi tanpa dan dengan Katalisator
. Entalpi reaksi kedua jenis mekanisme tersebut tidaklah berbeda karena keadaan
awal dan keadaan akhir reaksi dengan atau tanpa katalis adalah sama. Sebagai contoh
energi pengaktifan dari reaksi dekomposisi termal aset aldehid :
CH3CHO CH4 + CO, adalah 209,2 kJ / mol, tetapi dengan menambahkan I2 sebagai
katalis akan menurunkan energi pengaktifan menjadi 135,98 kJ/Mol. Mekanisme reaksi
alternatif dengan penambahan I2 ke dalam sistem reaksi adalah terbentuknya senyawa
antara CH3I dan HI, yang pada akhirnya akan berubah menjadi produk CH4 dan I2 kembali.
Mekanisme reaksi ini secara lengkap adalah :
I2 2 I•
I• + CH3CHO HI + CH3• + CO
CH3• + I2 CH3I + I•
CH3• + HI CH4 + I•
CH3I + HI CH4 + I2
Berdasarkan jumlah fasa yang terlibat dalam proses, katalis dapat dibedakan mejadi
katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis Homogen jika katalis yang digunakan
berfasa sama dengan fasa zat pereaksi, dan disebut Katalis Heterogen bila reaksi
dikatalisis oleh katalis yang mempunyai fasa berbeda dengan zat pereaksi. Contoh katalis
homogen yang banyak digunakan adalah katalis asam- basa dan katalis biologis (enzim)
O OH O
Sebelum membentuk ester, asam karboksilat dan alkohol membentuk zat antara.
Mekanisme reaksi yang mungkin terjadi adalah sesuai dengan pengamatan eksperimen.
Setiap tahap dalam mekanisme reaksi mempunyai laju yang berbeda- beda, tahap reaksi
yang mempunyai laju paling lambat merupakan penentu laju reaksi.
Teori Laju Reaksi
Ada 2 teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan laju reaksi yaitu teori
tumbukan dan teori keadaan transisi.
Teori Tumbukan
Asumsi dasar yang harus diambil dalam membahas teori laju reaksi adalah bahwa
partikel pereaksi harus bertemu (berinteraksi) dan reaksi hanya akan terjadi jika pereaksi
itu mempunyai energi minimum tertentu . Energi minimum tertentu sering disebut dengan
energi penghalang. Jika partikel pereaksi yang bertumbukan tidak memiliki energi
melebihi energi penghalang, maka setelah bertumbukan partikel akan terpisah kembali.
Tumbukan yang menghasilkan reaksi sering dikatakan sebagai tumbukan reaktif. Karena
ada tumbukan, maka minimal harus ada 2 partikel.
X (bentuk transisi )
Energi potensial
E-1
E1
E1 ΔH
A+B
Koordinat reaksi
Gambar 2.9. Hubungan antara energi potensial dan reaksi
C. Latihan soal
Kerjakan soal latihan berikut sehingga anda dapat memahami penjelasan materi yang telah
diberikan
1. Secara umum dapat dikatakan laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi
pereaksi.
a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan di atas !
b. Berikan contoh dan penjelasan matematis pernyataan tersebut!
2. Jika diketahui reaksi :
A 2 + B hasil
dan persamaan lajunya sebanding dengan r = k [A2] [B]2
a. Berapakah orde reaksinya terhadap komponen A, dan orde reaksinya terhadap
komponen B
b. Bila konsentrasi zat A2 ditingkatkan 3 kali, berapa kalikah meningkat laju reaksi
pengurangan terhadap zat B?
c. Bila dalam larutan semula ditambahkan pelarutnya sehingga volume larutan
menjadi 2 kali semula, berapa kalikah laju pengurangan zat B sekarang ?
3. Jelaskan dengan contoh bahwa luas permukaan mempengaruhi laju reaksi , makin
luas permukaannya, makin cepat laju reaksinya !
4. a. Laju reaksi makin meningkat dengan meningkatnya temperatur, bagaimana
komentar anda terhadap pernyataan tersebut?
b. Bagaimanakah hubungan antara laju reaksi dengan peningkatan temperatur untuk
reaksi oksidasi hidrokarbon?
D. Tes Formatif
Untuk menguji pemahaman anda, kerjakanlah soal- soal tes formatif
Pilihlah satu jawaban yang benar di antara pilihan- pilihan jawaban yang tersedia dalam
tiap soal berikut ini:
Setelah anda mengerjakan Tes Formatif di atas, cocokkanlah jawaban anda dengan
Jawaban Tes Formatif. Anda dinyatakan berhasil bila nilai anda lebih besar dari 60 %
yaitu bila anda berhasil menjawab lebih 6 soal dari 10 soal yang ada.
1. Diketahui :
Reaksi dekomposisi NO2 (g) NO (g) + ½ O2 (g) merupakan reaksi orde 2
Pada konsentrasi [NO2] = 0,02 M laju reaksi r = 1,6 x 10-5 Ms-1
Konsentrasi [NO2] = 0,01 M artinya konsentrasi [NO2] diperkecil ½ kali semula jadi
laju reaksi diperkecil ½ 2 kali atau ¼ kali laju semula. Jadi laju reaksinya menjadi
= ¼ x 1,6 x 10-5 Ms-1 = 0,4 x 10-5 Ms-1 atau 4 x 10-6Ms-1. Jawab yang benar B
Dari (1) dan (2) didapat n = 2. Jadi jawab yang benar adalah C
4. r = k [A] [B]2
Untuk [A] = 0,1 M dan [B] = 0,1 M maka r = 0,001 M3. Sedangkan untuk [A] = 0,3 M
dan [B] = 0,2 M, maka r = 0,3 x 0,04 = 0,012 M3. Reaksi pada kondisi kedua akan
berlangsung 12 kali lebih cepat , atau dalam 1/12 x 96 detik = 6 detik. Jawaban D benar.
6. Laju reaksi paling cepat adalah yang partikelnya berukuran lebih kecil, karena luas
permukaannya lebih besar, dan konsentrasinya lebih besar. Jadi jawaban yang benar C
0
0 2 4 6
-2
lnk
-4
-6
-8
1/T
y = -1965,2 / T + 2,4519
A. Tujuan Antara
Kompetensi yang diharapkan setelah kegiatan 3 ini adalah :
1. Menjelaskan reaksi reversibel dan irreversibel
2. Menjelaskan kesetimbangan dinamis
3. Menyimpulkan ciri-ciri kesetimbangan dinamis
4. Menjelaskan hukum kesetimbangan dan tetapan kesetimbangan.
5. Menjelaskan kesetimbangan homogen dan heterogen.
6. Menjelaskan tetapan kesetimbangan tekanan dan menjelaskan hubungan antara Kp
dengan Kc.
7. Menentukan harga Kc berdasarkan reaksi-reaksi yang berkaitan.
8. Menjelaskan makna tetapan kesetimbangan
9. Menjelaskan kondisi optimum untuk memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang
didasarkan pada reaksi kesetimbangan
B. Uraian Materi
Dalam suatu reaksi kimia, seberapa jauh reaksi dapat berlangsung ? Dalam arti,
seberapa banyak pereaksi akan bereaksi membentuk produk reaksi ? Apakah reaksi akan
berlangsung tuntas atau tidak ?
Dalam industri, amonia dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut
persamaan: N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ∆H = − 92 kJ.
Stoikiometri reaksi menunjukkan bahwa 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mol
hidrogen membentuk 2 mol amonia, tetapi dari percobaan diketahui bahwa hal seperti itu
tidak pernah tercapai. Ternyata reaksi berlangsung tidak tuntas. Reaksi seolah-olah
berhenti setelah sebagian nitrogen dan hidrogen bereaksi. Reaksi berakhir dengan suatu
campuran yang mengandung NH3, N2, dan H2. Hal seperti itulah yang disebut dengan
kesetimbangan kimia.
Reaksi Reversibel dan Irreversibel
Pada proses pembakaran kayu, abu hasil pembakaran tidak akan dapat diubah
menjadi kayu lagi. Reaksi seperti ini digolongkan sebagai reaksi yang tidak dapat dibalik
(hanya berlangsung satu arah) atau disebut reaksi Irreversibel. Kebalikan dari reaksi
tersebut adalah reaksi Reversibel yaitu reaksi yang arahnya dapat dibalik atau berlangsung
dua arah. Dalam kehidupan sehari-hari jarang ditemui reaksi reversibel, karena reaksi
umumnya berlangsung searah. Namun di labora-torium maupun dalam industri, ada reaksi
yang berlangsung dua arah (dapat balik).
Kesetimbangan Dinamis
Suatu reaksi dikatakan telah mencapai kesetimbangan dinamis, bila laju reaksi ke
arah produk berkurang sedangkan laju reaksi ke arah pereaksi bertambah, dan laju
νkiri
Waktu
[C ] p [ D]q
Kc = …………………………………………………..(3.2)
[ A]m [ B ]n
a. Kesetimbangan Homogen
Pengaruh Konsentrasi
Sesuai dengan asas Le Chatelier, apabila pada suhu tetap, konsentrasi pereaksi atau
produk reaksi berubah maka kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi pengaruh
tersebut sampai diperoleh kesetimbangan yang baru. Ada tiga cara mengubah konsentrasi
zat, yaitu :
a. Menaikkan konsentrasi pereaksi atau produk reaksi
Jika konsentrasi pereaksi dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
Jika konsentrasi produk reaksi dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke
kiri.
b. Menurunkan konsentrasi pereaksi atau produk reaksi
Jika konsentrasi pereaksi diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
Jika konsentrasi produk reaksi diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke
kanan.
c. Menurunkan konsentrasi total (pengenceran)
Jika konsentrasi total diturunkan dengan pengenceran, maka kesetimbangan akan
Pengaruh Suhu
Pengaruh suhu terkait dengan penyerapan dan pelepasan kalor. Pada reaksi
kesetimbangan, apabila reaksi ke kanan bersifat endoterm, maka reaksi ke kiri akan
bersifat eksoterm. Pengaruh suhu adalah sebagai berikut :
Jika suhu dinaikkan (kalor ditambahkan pada campuran reaksi), maka reaksi sistem
adalah menurunkan suhu sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang
menyerap kalor (endoterm).
Jika suhu diturunkan (kalor dikurangi), maka reaksi sistem adalah menaikkan suhu
sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang melepas kalor (eksoterm).
2. Pengaruh Katalis
Katalis akan memperbesar laju reaksi dengan menurunkan energi pengaktifan. Hal
tersebut berlaku untuk kedua arah sehingga katalis akan mempercepat laju reaksi baik
reaksi maju maupun reaksi balik. Oleh karena itu, panggunaan katalis akan mempercepat
tercapainya kesetimbangan. Reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari untuk mencapai
kesetimbangan dapat dicapai dalam beberapa menit.
C. Latihan Soal
1. Pada suhu 500 K terdapat kesetimbangan : 2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) dengan
nilai Kc = 25. Jika R = 0,082 L atm mol-1 K-1, tentukan nilai Kp !
2. Amonia (NH3) dibuat dari gas N2 dan gas H2 menurut Proses Haber-Bosch. Reaksinya
adalah sebagai berikut :
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) Kc = 6,0 x 10-2 L2 mol-2 (500 0C)
Apabila dalam volume 1 L terdapat 0,01 mol N2 ; 0,05 mol H2 ; dan 0,002 mol NH3,
perkirakan apakah reaksi telah setimbang ?
3. Pada reaksi kesetimbangan : 2SO3(g) ⇌ 2SO2(g) + O2(g), konsentrasi SO3, SO2, dan
O2 pada kesetimbangan berturut-turut 0,4 M; 0,2 M; dan 0,1 M. hitunglah tetapan
kesetimbangan reaksi tersebut !
4. Ion besi(III) bereaksi dengan ion tiosianat membentuk ion tiosiano besi(III) menurut
reaksi kesetimbangan :
3 3
[ Al (OH )3 ][ H + ] [H + ]
a. Kc= d. Kc=
[ Al 3 + ][ H 2O]3 [ Al 3 + ]
3
[H + ] e. Kc=
[ Al (OH )3 ]
b. Kc= [ H 2O]3
[ Al 3 + ][ H 2O]3
[ Al 3 + ][ H 2O]3
c. Kc=
[ H + ]3
6. Reaksi kesetimbangan : CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g) mempunyai harga Kp ….
[CaO ][CO2 ] b. PCO2
a.
[CaCO3 ]
d. PCaO PCO2
7. Pada suhu T oC, nilai Kp dan Kc adalah sama. Hal tersebut ditunjukkan oleh reaksi
kesetimbangan ….
a. 2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g)
b. CO(g) + 3H2(g) ⇌ CH4(g) + H2O(g)
c. N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
d. H2(g) + CO2(g) ⇌ H2O(g) + CO(g)
e. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
8. Harga tetapan kesetimbangan untuk reaksi : 2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) adalah 64.
Pada suhu yang sama harga tetapan kesetimbangan reaksi :
SO2(g) + ½O2(g) ⇌ SO3(g) adalah ….
a. 32 c. 16 e. 8
b. 1 d. 1
64 8
9. Menurut hukum aksi reaksi, jika aksi menaikkan suhu sistem kesetimbangan, maka
reaksi sistem akan menurunkan suhu dengan bergeser ….
a. Ke pihak yang melepas kalor
b. Ke pihak yang menyerap kalor
c. Ke pihak yang jumlah molnya besar
d. Ke pihak yang jumlah molnya kecil
e. Ke pihak yang konsentrasinya tinggi
10. Dari reaksi kesetimbangan berikut, bila volume sistem diubah, maka yang tidak
mengalami pergeseran kesetimbangan adalah ….
a. 2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) d. N2(g) + ½O2(g) ⇌ N2O(g)
b. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) e. N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
c. H2(g) + Cl2 (g) ⇌ 2HCl(g)
14. Sebanyak 3 mol NH3 dipanaskan dalam ruang tertutup sehingga terurai menurut reaksi
: 2NH3(g) ⇌ N2(g) + 3H2(g). Pada saat kesetimbangan tercapai, tersisa 1 mol NH3 dan
tekanan total campuran gas sebesar 5 atm. Harga Kp reaksi pada suhu tersebut adalah
a. 3 atm2 c. 9 atm2 e. 45 atm2
b. 5 atm2 d. 27 atm2
15. Dari reaksi kesetimbangan : N2(g) + O2(g) ⇌ 2NO(g). Jika dalam wadah 5 L, tekanan
total 2,4 atm, maka untuk mencampurkan gas N2 dan gas O2 masing 0,6 mol dan
kesetimbangan tercapai setelah 50 % gas N2 bereaksi, tekanan parsial masing-masing
gas berturut-turut adalah ….
PN 2 (atm) PO2 (atm) PNO (atm)
a. 0,1 0,1 2,2
b. 0,4 0,4 1,6
c. 0,6 0,6 1,2
d. 0,8 0,8 0,8
e. 1,0 1,0 0,4
Setelah anda mengerjakan Tes Formatif di atas, cocokkanlah jawaban anda dengan
Jawaban Tes Formatif. Anda dinyatakan berhasil bila nilai anda lebih besar dari 60 %
yaitu bila anda berhasil menjawab lebih 9 soal dari 15 soal yang ada.
Daftar Pustaka
Atkins, PW. 2010, Physical Chemistry, 9th.ed. Oxford : Oxford University Press
Brady, JE. 2009. General Chemistry. 5th Ed. New York : John Wiley & Sons.
Castellan, G.W. 1983. Physical Chemistry 3rd. Massachusset: Addison Wesley.
Hiskia Achmad, 1992, Wujud Zat dan Kesetimbangan Kimia. Bandung: Citra Aditya Bakti
M. Fogiel, 1992, The Essentials of Physical Chemistry II, Nex Jersey : Research and
Education Association
Oxtoby DW, Gillis, H.P, Nachtrieb. NH, 2001, Principles of Modern Chemistry,
White, J. E. 1987. Physical Chemistry. New York: HBJ Publisher.
Reaksi Redoks
511
Sel Elektrokimia
515
Daftar Pustaka
535
Soal-Soal Penilaian
536
REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
A. Kompetensi Dasar :
Peserta dapat memahami konsep reaksi redoks dan penerapannya dalam sistem
elektrokimia
B. Indikator Keberhasilan
1. Peserta dapat menjelaskan konsep reaksi redoks
2. Peserta dapat menyebutkan contoh-contoh reaksi redoks dan cara penyetaraannya
3. Peserta dapat menjelaskan penggunaan reaksi redoks untuk sistem elektrokimia
4. Peserta dapat mengetahui berbagai penarapan sistem elektrokimia
C. Urutan Materi
1. Reaksi Redoks
a. Pengertian Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi perubahan bilangan oksidasi. Konsep tentang
bilangan oksidasi, telah dibahas dalam topik sebelumnya. Reaksi redoks mencakup reaksi
reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan
oksidasi melalui penangkapan elektron, contohnya :
Cu2+ (aq) + 2e → Cu (s)
Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan oksidasi
melalui pelepasan elektron, contohnya :
Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e
Dalam reaksi redoks, reaksi reduksi dan oksidasi terjadi secara simultan, maka reaksi
diatas menjadi :
Cu2+ (aq) + Zn (s) → Cu (s) + Zn2+ (aq)
Contoh-contoh reaksi redoks yang lain :
1. Zn (s) + HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)
2. Br2 (g) + KIO3 (aq) + 2 KOH (aq) → KIO4 (aq) + 2 KBr (aq) + 2 H2O (l)
Reaksi autoredoks, atau istilah lainnya reaksi disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu
zat dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Contoh :
Cl2 (g) + 2 KOH (aq) → KBr (aq) + KClO (aq) + 2 H2O (l)
Contoh 1:
Reaksi : Cr2O72- + Cu+ → Cr3+ + Cu2+
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
Tahap 1 : Cr2O72- → Cr3+
Cu+ → Cu2+
Tahap 2 : Cr2O72- → 2 Cr3+
Cu+ → Cu2+
Tahap 3 : Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O
Cu+ → Cu2+
Tahap 4 : 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O
Cu+ → Cu2+
Tahap 5 : 6e + 14 H+ + Cr2O72- → 2 Cr3+ + 7 H2O (I)
Cu+ → Cu2+ + e (II)
Cara penyetaraan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi (biloks)
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
(1) menyetarakan (menyamakan) unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksdasi
(2) menentukan biloks unsur-unsur tersebut dan menentukan perubahannya
(3) menyamakan kedua perubahan biloks
(4) menentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan
(5) menyamakan muatan dengan cara :
a. jika muatan di ruas kiri lebih negatif maka menambahkan ion H+ sebanyak perbedaan
muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam)
b. jika muatan di ruas kanan lebih positif maka menambahkan ion OH- sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana basa)
(6) menyamakan atom hidrogen di ruas kiri dan kanan dengan cara menambahkan H2O.
+2
-12
+4
Tahap 5 : di sebelah kiri lebih bermuatan negatif (-1) maka ditambahkan ion H+ sebanyak
16 buah, supaya muatannya sama dengan disebelah kanan +4.
16 H+ + 2 MnO4- + 10 Br- → 2 Mn2+ + 5 Br2
Contoh 3:
Setarakan reaksi : Al + NO3- → AlO2- + NH3 (basa)
Jawab :
Oksidasi : Al → AlO2-
Al + 4OH- → AlO2- + 2H2O + 3e
Reduksi : NO3- → NH3-
NO3- + 6H2O + 8e → NH3 + 9OH-
Reaksi oksidasi dikalikan 8, dan reaksi reduksi dikalikan 3.
Oksidasi : 8Al + 32OH- → 8AlO2- + 16H2O + 24e
Reduksi : 3NO3- + 18H2O + 24e → 3NH3 + 27OH-
+
Reduksi : 8Al + 3NO3- + 5OH- + 2H2O → 8AlO2- + 3NH3
A. Tujuan :
Siswa dapat mengetahui ciri reaksi redoks yang berlangsung spontan
B. Alat dan Bahan
1. Tabung reaksi dan rak tabung 5. Larutan ZnSO4 1M
2. Pipet tetes 6. Larutan HCl 1M
3. Amplas 7. Lempeng logam Zn
4. Larutan CuSO4 1 M 8. Lempeng logam Cu
C. Langkah kerja :
1. Amplaslah lempeng logam Zn dan Cu hingga bersih, kemudian potong dengan ukuran
0,5 cm x 3 cm masing-masing 2 potong
2. Ambillah 4 buah tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1 sampai 4
3. Isilah ke 4 tabung reaksi :
4. Tabung 1 dengan larutan CuSO4 5 mL
5. Tabung 2 dengan larutan ZnSO4 5 mL
6. Tabung 3 dan 4 dengan larutan HCl masing-masing 5 mL
7. Masukkan logam Zn ke dalam tabung 1 dan 3 dan logam Cu ke dalam tabung 2 dan 4.
Amati perubahan apakah yang terjadi pada ke 4 tabung reaksi tersebut.
D. Hasil Pengamatan
Logam yang Zn Cu Zn Cu
dicelupkan
Perubahan yang terjadi ……………. ……………. ……………. …………….
E. Hasil Pembahasan
1. Pada tabung reaksi manakah terjadi reaksi redoks spontan ?
2. Jelaskan apakah cirri-ciri reaksi redoks spontan
3. Tuliskan persamaan reaksi yang berlangsung spontan
F. Simpulan
Tuliskan simpulan berdasarkan pengamatan yang telah kamu lakukan bersama teman
kelompokmu !
b. Potensial Elektode
Telah diungkapkan bahwa perbedaan potensial telah secara mantap terjadi antara
elektode dengan larutannya. Kemudian kita akan melihat lebih jauh untuk sistem ini,
terutama untuk mengetahui seberapa besar potensial yang terjadi (kuantitatif) dan arah dari
potensialnya. Perbedaan potensial antara elektode dan larutan pada sistem setengah sel
seringkali disebut sebagai potensial elektode dan untuk membandingkan nilai untuk semua
potensial elektode suatu sistem sel dipakai dengan menggunakan proses reaksi reduksi dari
logamnya, M dan ionnya Mn+, jika dituliskan reaksi umumnya adalah:
Mn+ (aq) + ne → M (s)
Potensial elektode selalu berdasarkan nilai pada potensial reduksi. Pada sel Galvani,
setengah sel mengalami proses reaksi reduksi dan setengah sel yang lain mengalami proses
oksidasi. Dari perjanjian penulisan sel, bahwa proses oksidasi terjadi pada elektode sebelah
kiri, yang melepaskan elektron ke luar sirkuit. Sedangkan proses reduksi terjadi di
elektode sebelah kanan.
- - - - - -- - - - - - - - - - - - - ---------------
Potensial elektode standar diukur berdasarkan reaksi reduksinya. Untuk mengukur nilai
potensial reduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga, dengan cara membandingkan dengan
elektode hidrogen standar, yang disingkat EHS (Gambar 4.1). Elektode hidrogen standar
ditempatkan di sebelah kiri dan elektode tembaga di sebelah kanan sel elektrokimia.
Sistem sel elektrokimia tersebut jika dituliskan notasi selnya adalah sebagai berikut:
Pt │ H2 (1 atm) │ H+ (a=1,0 M) ║ Cu2+ (a=1,0 M) │ Cu
Persamaan setengah selnya adalah:
H2 (g) → 2 H+ (aq) + 2e kiri/oksidasi
Cu (aq) + 2e → Cu (s)
2+
kanan/reduksi
Kombinasi dua persamaan tersebut menjadi reaksi total sebagai berikut:
Cu2+ (aq) + H2 (g) → Cu (s) + 2 H+ (aq)
Besarnya emf sel dituliskan sebagai:
E (sel) = E (kanan) - E (kiri)
Atau untuk kondisi/keadaan standar besarnya E sell:
Eo (sel) = Eo (Cu2+/Cu) - Eo (ehs)
Telah dibuat perjanjian bahwa nilai potensial elektode standar untuk elektode standar
hidrogen adalah nol, maka pada sistem pengukuran di atas emf yang terukur merupakan
nilai potensial reduksi standar elektode tembaga untuk proses reaksi reduksi tembaga(II)
menjadi tembaga. Atau secara matematis:
Eo (ehs) = 0 volt, maka
Eo (sel) = Eo (Cu2+/Cu)
Pada pengukuran pada keadaan standar didapatkan nilai potensal standar reaksi tersebut
0,34 Volt.
Pengukuran nilai potensial elektode standar suatu sistem reaksi reduksi yang lain
menggunakan cara yang sama seperti contoh diatas. Dengan cara tersebut diperolehlah
nilai potensial reduksi standar dari berbagai reaksi yang selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.1.
Contoh 4: Hitunglah besarnya emf sel Daniel yang dituliskan sebagai berikut:
Zn │ Zn2+ (a=1,0 M) ║ Cu2+ (a=1,0 M) │ Cu
Penyelesaian:
E (sel) = E (kanan) - E (kiri)
= Eo (Cu) - Eo (Zn)
= 0,337 – ( -0,7628)
= 1,100 volt
Nilai emf yang dihitung tersebut untuk suatu proses reaksi sel dengan persamaan reaksi
sebagai berikut:
Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s)
Nilai ini akan sangat berbeda untuk jenis sel Daniel dengan arah reaksi yang berbeda,
seperti pada contoh berikut.
Contoh 5: Hitunglah besarnya emf sel Daniel yang dituliskan sebagai berikut:
Cu │ Cu2+ (a=1,0 M) ║ Zn2+ (a=1,0 M) │ Zn
Penyelesaian:
Pada sel tersebut pada sebelah kiri elektode terjadi reaksi:
Cu (s) → Cu2+ (aq) + 2e
Sebaliknya, di sebelah kanan reaksinya adalah:
Zn2+ (aq) + 2e → Zn (s)
Reaksi keseluruhan sesuai persamaan reaksi:
Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s)
Besarnya E (sel) dihitung dengan cara sebagai berikut:
E (sel) = E (kanan) - E (kiri)
= Eo (Zn2+/Zn) - Eo (Cu2+/Cu)
= -0,7628 – (0,337)
= -1,100 volt
Dari hasil contoh nomor 5, dapat dilihat dengan jelas bahwa besarnya emf untuk sel yang
reaksinya merupakan kebalikan sel elektrokimia yang lain maka emf adalah sama hanya
dengan nilai yang berlawanan tanda (negatif/positif).
Tanda pada nilai emf sel merupakan nilai yang sangat penting untuk mendeteksi proses
reaksi yang terjadi. Berdasarkan eksperimen dan dari contoh nomor 5 tersebut reaksi dapat
diketahui bahwa tembaga tidak bereaksi secara spontan dengan ion zink, ternyata nilai E
selnya negatif. Sedangkan untuk reaksi zink dengan tembaga(II) yang bereaksi secara
spontan ternyata nilai E selnya positif. Dengan demikian nilai E sel dapat dipakai sebagai
besaran untuk proses reaksi yang terjadi. Hal ini dapat dimengerti, sesuai dengan hubungan
dari persamaan Gibbs pada termodinamika energi bebas Gibbs. Dari persamaan Gibbs:
ΔGo = - nFEo
Dari persamaan tersebut, jika Eo positif maha ΔGo negatif, sehingga reaksi berjalan
spontan.
-------------- ---------------
Zn2+ Cu2+
Dengan bantuan arus listrik, reaksi di atas dapat dikembalikan ke kiri. PbSO4 diuraikan
lagi menjadi Pb dan PbO2. Jadi sel aki yang sudah habis dapat kita isi (charged) kembali,
sehingga baru seperti semula.
2. Baterai Kering atau Sel Leclanche
Baterai kering ini pertama ditemukan oleh Leclanche yang mendapatkan hak patent atas
penemuan itu pada tahun 1866. Sel Laclanche ini terdiri atas suatu silinder yang terbuat
dari logam zink yang berisi pasta yang terbuat dari campuran batu kawi (MnO2), salmaiak
(NH4Cl), serbuk karbon dan sedikit air. Logam zink berfungsi sebagai anode sedangkan
katode berupa grafit yang merupakan elektode inert, yang ditempatkan di tengah-tengah
pasta, sedangkan pasta itu sendiri berfungsi sebagai oksidator.
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam sel Laclanche sebenarnya sangat rumit, tetapi pada garis
besarnya sebagai berikut :
Anode : Zn (s) → Zn2+(aq) + 2e
Katode : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
+
Zn(s) + 2MnO2(s) + 2NH4 (aq) → Zn (aq) + Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
+ 2+
Ion Zn2+ yang terbentuk mengikat NH3 membentuk ion komplek Zn(NH3)42+
Reaksi : Zn2+(aq) + 4NH3(aq) → Zn(NH3)42+(aq)
Sel ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain tidak dapat diisi ulang, energi yang
dihasilkan relatif kecil dan tidak dapat disimpan terlalu lama sebab pasta elektrolitnya
dapat saling bereaksi walaupun sel ini tidak digunakan.
3. Baterai Alkalin
Baterai alkalin juga merupakan elemen kering, baterai ini memiliki beberapa
keunggulan dibanding dengan baterai biasa (sel Laclanche), baterai ini mampu
menyediakan arus listrik yang lebih stabil dalam waktu yang lebih lama, dengan potensial
yang tetap walaupun bahan pereaksinya telah berkurang. Baterai ini sangat cocok
digunakan untuk peralatan elektronik yang memerlukan kestabilan arus dan tegangan,
misalnya untuk walkman sistem digital, lampu kilat pada kamera, ataupun peralatan yang
lainnya.
Pada sel alkalin ini digunakan zink sebagai anode dan MnO2 sebagai katode,
elektrolit yang digunakan adalah KOH dalam bentuk pasta, karena elektrolitnya berupa
basa (alkalin) mala sel ini disebut sebagai baterai alkalin. Sel ini dapat menyediakan arus
dan potensial yang lebih stabil serta lebih lama sebab reaksi yang terjadi pada katode
dihasilkan ion OH- dan ion ini diperlukan sebagai pereaksi pada anode sehingga
penyediaan pereaksi relatif lebih cepat dengan demikian reaksinya berjalan dalam
kecepatan yang relatif stabil sampai bahan pereaksi mendekati habis. Adapun reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
Reaksi :
Anode : Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s) + 2e
Katode : 2Mn(O2(s) + 2H2O(l) + 2e → 2MnO(OH)(s) + 2MnO(OH)(s) + 2OH-(aq)
+
Zn(s) + 2MnO2(s) + 2H2O(l) → Zn(OH)2(s) + 2MnO(OH)(s)
Seperti hal sel Laclanche sel alkalin ini menghasilkan potensial sebesar 1,5 volt.
5. Baterai Nikel-Cadmium
Baterai nikel-cadmium adalah baterai kering yang dapat diisi kembali, baterai ini
terdiri atas anode logam kadmium dan sebagai katode nikel oksida (NiO2) dan ion OH -
merupakan elektrolit berupa pasta. Baterai ini sama halnya dengan aki termasuk sel
sekunder atau dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksinya, berupa zat padat yang
menempel pada masing-masing elektodenya, reaksi pemakaian/pengosongan yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Reaksi : Anode : Cd(s) + 2OH-(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e
Katode : NiO(s) + 2H2O(l) + 2e → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)
+
Cd(s) + NiO2(s) + 2H2O(l) → Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)
Karena hasil-hasil reaksi menempel pada masing-masing elektodenya, maka dengan
memberikan aliran listrik searah dan dengan arah aliran elektronnya dibalik baterai
tersebut dapat diubah menjadi seperti semula (sebelum digunakan sebagai sumber listrik)
dengan kata lain dapat diisi ulang.
b. Sel elektrolisis
Sel elektrolisis adalah sel elektrokima dimana reaksi redoks terjadi karena adanya
bantuan listrik. Adapun rangkaian sel secara singkat dapat digambarkan seperti pada
Gambar 4.5 berikut.
+ -
Anode (+) Katode (-)
Larutan elektrolit
---------------------------------------------------------------------------------------- +
Reaksi total : 4 AgNO3 (aq) + 2 H2O (l) → Ag (s) + NO3- (aq) + 4 H+ (aq) + O2 (g)
Perhatikan contoh-contoh berikut!
1. Reaksi elektrolisis larutan Na2SO4 dengan elektode Pt
Di anode akan terjadi kompetisi antara ion SO42- dengan molekul air :
2SO42-(aq) ⇄ S2O82-(aq) + 2e Eo = -2,01 volt
2H2O (l) ⇄ 4H+(aq) + O2(g) + 4e Eo = -1,23 volt
Oleh karena potensial reduksi standar air lebih besar maka oksidasi air lebih mudah
berlangsung, sedangkan di katode akan terjadi kompetisi antara ion Na+ dengan molekul
air sebagai berikut :
Na+ (aq) + e ⇄ Na (s) Eo = -2,71 volt
2H2O (1) + 2e ⇄ 2OH- (aq) + H2 (g) Eo = -0,83 volt
Dari data potensial reduksi ternyata potensial reduksi air lebih besar maka reduksi air
akan lebih mudah terjadi, sehingga secara lengkap elektrolisis larutan Na2SO4 dapat ditulis
sebagai berikut :
Na2SO4 (aq) → 2Na+ (aq) + SO42- (aq)
Katode : 2H2O (1) + 2e → 2OH- (aq) + H2 (g) ………. (X 2)
Anode : 2H2O (1) → 4H+ (aq) + O2 (g) + 4e ………. (X 1)
+
6H2O (1) → 4OH (aq) + 2H2 (g) + 4H (aq) + O2 (g)
- +
Ion-ion logam yang memiliki E° lebih 2.Ion-ion halida (X ), yaitu F , Cl , Br dan I-,
- - - -
2.
besar dari –0,83 volt direduksi menjadi dioksidasi menjadi halogen (X2), yaitu
logam yang diendapkan pada permukaan F2, Cl2, Br2, dan I2.
katode
Mn+ + n e M 2X- X2 + 2e
3. Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas 3. Ion OH- dari basa dioksida menjadi gas
hidrogen (H2). oksigen (O2).
= 40,29 gram
Volume O2 yang terjadi adalah:
16/2 x 10 x 3600
W = -------------------------
96500
= 2,98 gram
= 2,98 / 32 mol = 0,093 mol
Pada keadaan STP maka
b) Penyepuhan
Salah satu proses elektrolisis yang populer adalah penyepuhan
(electroplating), yaitu melapisi permukaan suatu logam dengan logam lain. Agar lebih
jelas, marilah kita tinjau proses penyepuhan sendok alumunium oleh perak. Logam
yang akan dilapisi (sendok) dipakai sebagai katode, sedangkan logam pelapis (perak)
dipakai sebagai anode. Suatu larutan garam perak, misalnya larutan AgNO3, dipakai
sebagai elektrolit.
Perak (anode) akan teroksidasi menjadi
ion Ag+ yang larut. Kemudian, ion Ag+ ini
mengalami reduksi menjadi logam perak
kembali, yang kini diendapkan pada
permukaan sendok (katode).
Gambar 4.6: Skema Penyepuhan
c) Pemurnian Logam
Proses elektrolisis juga dipakai pada pemurnian suatu logam, misalnya tembaga.
Untuk membuat kabel-kabel listrik diperlukan logam tembaga yang betul-betul murni,
sebab pengotoran sekecil apapun dapat mengurangi konduktivitas kabel tersebut.
Ketika dipisahkan dari bijihnya, logam tembaga biasanya bercampur dengan sedikit
besi, zink, emas, dan perak. Tembaga yang tidak murni dipakai sebagai anode dalam sel
elektrolisis yang mengandung larutan CuSO4. Sebagai katode, dipakai batang tembaga
yang murni. Potensial listrik yang dilewatkan melalui sel diatur sedemikian rupa, sehingga
bagian anode yang larut hanyalah tembaga, besi, dan zink. Mereka larut sebagai Cu2+, Fe2+,
dan Zn2+. Emas dan perak tidak larut dan berjatuhan ke dasar wadah.
Elektode Elektode
kerja Pembanding luar
Lar. KCl
Lar. dalam Raksa
Kalomel + KCl
Ag, AgCl
Glaswool
Membran
kerja Kristal KCl
Cara Kerja
(1) Memasukkan 50 mL ZnSO4 0,1 M ke dalam sebuah gelas kimia dan celupkan
sepotong logam zink ke dalam larutan tersebut.
(2) Memasukkan 50 mL CuSO4 0,1 M ke dalam sebuah gelas kimia dan celupkan
sepotong logam tembaga ke dalam larutan tersebut.
(3) Membuat jembatan garam dengan menggulung kertas saring memanjang sehingga
membentuk batangan sebesar pensil dan celupkan ke dalam larutan KNO3 sehingga
semuanya basah.
(4) Menghubungkan larutan 1 dan larutan 2 dengan jembatan garam.
(5) Menghubungkan kedua elektode Zn dan Cu melalui Volt meter dengan menggunakan
kabel dan penjepit buaya, jika jarum volt meter bergerak ke arah kiri (negatif) segera
putuskan rangkaian tersebut dan baliklah rangkaian kabel yang menuju volt meter
sehingga jarum volt meter bergerak ke kanan (positif), kemudian biarkan sejenak dan
catat beda potensial yang terjadi.
(6) Melakukan langkah-langkah tersebut 1 sampai 5 dengan pasangan setengah sel seperti
tercantum pada tabel pengamatan berikut.
Tabel Hasil Pengamatan
Setengah sel Katode (+) A B C D
2+ 2+ 2+ 2+
Setengah sel Anode (-) Cu / Cu Zn / Zn Mg / Mg Fe / Fe
1. Cu2+ / Cu ………….. …………. ………..
2. Zn2+ / Zn …………. …………. ………..
3. Mg2+ / Mg …………. …………… ………..
4. Fe2+ / Fe …………. …………… …………
Simpulan
Berikan simpulan berdasarkan data hasil percobaan yang kamu lakukan bersama kelompok
saudara.
DAFTAR PUSTAKA
Bard AJ, and Faulkner LR, 1980, Electrochemical Methods, John Wiley and Sons, New
York.
Bryann Hibbert D, 1993, Introduction to Electrochemistry, The Macmillan Press Ltd,
London.
Diana, Murzil Arif, dan Nana Sutresna, 1997, Kimia untuk SMU Kelas 3, Grafindo Media
Pratama, Jakarta.
Evan Alum and James AM, 1987, Potentiometry and Ion selective Electrode, John Wiley
and Sons, New York.
Suyanta dan Buchari, 2003, Potensiometri, Seri Analisis Elektrokimia, Jurdik Kimia
FMIPA UNY.
Soal Set 1:
Mujiyah seorang ibu rumah tangga ingin meyepuhkan cincin pernikahan seberat 3 gram
yang terbuat dari emas muda 14 karat. Maka Mujiyah datang ke Pasar Beringharjo di UD.
Maryono Plating. Pak Maryono sebagai pemilik Toko mulai menyepuh cincin tersebut
dengan menyediakan larutan AuCl3 0,1 M. Kemudian memasang elektrode (tersedia
elektrode logam platina sebagai anode dan kawat inert), serta rangkaian kabel dan sumber
arus listrik 0,5 amper.
a. Gambarkan skema proses penyepuhan tersebut!
b. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi selama elektrolisis
c. Jika Eo Au3+/Au = 1,50 volt, Eo O2/H2O = 1,23 volt dan, berapa potensial standar
minimal yang diperlukan untuk elektrolisis tersebut!
d. Bagaimana cara membuat larutan AuCl3 0,1 M sebanyak 100 mL dengan tepat dan
benar, jika tersedia bahan logam emas batangan murni, HCl dan HNO3 pekat serta
bahan dan alat pendukung lain yang tersedia.
e. Bila Ar Au=197, bilangan Faraday=96500 dan elektrolisis dilakukan selama 10 menit,
berapa berat cincin setelah dikeringkan.
Jawab :
a. Gambar rangkaian sistem elektrolisis
+ -
Larutan AuCl3
Nilai = 2
Nilai = 2
d. Perhitungan:
- dalam larutan AuCl3 0,1 M terdapat 0,1 mol AuCl3 dalam setiap liter
- dalam 100 mL larutan terdapat 0,01 mol = 0,01 x 179 gram = 1,79 gram
Cara membuat larutan AuCl3 :
- menimbang 1,79 gram emas batangan murni
- tambahkan beberapa tetes aquaregia (campuran HCl dan HNO3 pekat dengan
perbandingan 3:1), hingga semua emas larut
- masukkan dalam labu takar 100 mL dan bilas larutan emasnya dengan akuades
- tambahkan akuades hingga tanda.
Nilai = 2
e. Massa cincin setelah elektrolisis sebagai berikut:
Z.i.t 179/3 x 0,5 x 10 x 60
m = ------------ = ----------------------------- = 0,185 gram
F 96500
Soal Set 2:
Poniyah seorang ibu rumah tangga ingin meyepuhkan cincin imitasi seberat 3 gram yang
terbuat dari perak. Maka Poniyah datang ke Pasar Beringharjo di UD. Maryono Plating.
Pak Maryono sebagai pemilik Toko mulai menyepuh cincin tersebut dengan menyediakan
larutan AgNO3 0,1 M. Kemudian memasang elektrode (tersedia elektrode kawat perak),
serta rangkaian kabel dan sumber arus listrik 0,5 amper.
a. Gambarkan skema proses penyepuhan tersebut!
b. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi selama elektrolisis
c. Jika Eo Ag+/Ag = 0,80 volt, berapa potensial standar minimal yang diperlukan untuk
elektrolisis tersebut!
d. Bagaimana cara membuat larutan AgNO3 0,1 M sebanyak 100 mL dengan tepat dan
benar, jika tersedia bahan garam AgNO3 serta bahan dan alat pendukung lain yang
tersedia.
e. Bila Ar Ag=108, bilangan Faraday=96500 dan elektrolisis dilakukan selama 10 menit,
berapa berat cincin setelah dikeringkan.
Larutan AgNO3
Nilai = 2
Nilai = 2
d. Perhitungan:
- dalam larutan AgNO3 0,1 M terdapat 0,1 mol AgNO3 dalam setiap liter
- dalam 100 mL larutan terdapat 0,01 mol = 0,01 x 108 gram = 1,08 gram
Cara membuat larutan AgNO3 :
- menimbang 1,08 gram garam AgNO3
- tambahkan beberapa mL akuades bebas mineral hingga semua garam AgNO3 larut
- masukkan dalam labu takar 100 mL dan bilas larutan dengan akuades bebas
mineral
- tambahkan akuades bebas mineral hingga tanda.
Nilai = 2
e. Masa cincin setelah elektrolisis sebagai berikut:
Z.i.t 108/1 x 0,5 x 10 x 60
m = ------------ = ----------------------------- = 0,336 gram
F 96500
Soal Set 3:
Ponirah seorang ibu rumah tangga ingin meyepuhkan cincin imitasi seberat 3 gram yang
terbuat dari tembaga. Maka Ponirah datang ke Pasar Beringharjo di UD. Maryono Plating.
Pak Maryono sebagai pemilik Toko mulai menyepuh cincin tersebut dengan menyediakan
larutan CuSO4 0,1 M. Kemudian memasang elektrode (tersedia elektrode kawat tembaga
murni), serta rangkaian kabel dan sumber arus listrik 0,5 amper.
a. Gambarkan skema proses penyepuhan tersebut!
b. Tuliskan reaksi redoks yang terjadi selama elektrolisis
c. Jika Eo Cu2+/Cu = 0,34 volt, berapa potensial standar minimal yang diperlukan untuk
elektrolisis tersebut!
d. Bagaimana cara membuat larutan CuSO4 0,1 M sebanyak 100 mL dengan tepat dan
benar, jika tersedia bahan garam CuSO4 serta bahan dan alat pendukung lain yang
tersedia.
e. Bila Ar Cu=63,5, bilangan Faraday=96500 dan elektrolisis dilakukan selama 10 menit,
berapa berat cincin setelah dikeringkan.
Jawab :
a. Gambar rangkaian sistem elektrolisis
Larutan CuSO4
Nilai = 2
Nilai = 2
d. Perhitungan:
- dalam larutan CuSO4 0,1 M terdapat 0,1 mol CuSO4 dalam setiap liter
- dalam 100 mL larutan terdapat 0,01 mol = 0,01 x 63,5 gram = 0,635 gram
Cara membuat larutan CuSO4 :
- menimbang 0,635 gram garam CuSO4
- tambahkan beberapa mL akuades hingga semua garam CuSO4 larut
- masukkan dalam labu takar 100 mL dan bilas larutan dengan akuades
- tambahkan akuades hingga tanda.
Nilai = 2
e. Masa cincin setelah elektrolisis sebagai berikut:
Z.i.t 63,5/2 x 0,5 x 10 x 60
m = ------------ = ----------------------------- = 0,099 gram
F 96500
Nilai = 2
Kimia Organik
DAFTAR ISI
Pendahuluan
543
Lembar Asesmen
598
Daftar Pustaka
602
BAB I
PENDAHULUAN
B. Prasyarat
Agar dapat secara mudah mempelajari isi modul ini peserta harus sudah memahami
struktur atom, ikatan kimia, maupun bentuk molekul yang dapat dipelajari dari kegiatan
belajar sebelumnya.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat memahami,
menggambarkan struktur dan memberi nama, serta dapat menuliskan reaksi-reaksi dasar
dari beberapa golongan senyawa organik atas dasar gugus fungsinya, benzena dan
turunannya. Peserta juga mampu mengembangkan perangkat pembelajaran dari materi
tersebut serta implementasinya. Kompetensi dasar yang diharapkan antara lain:
1. Mendeskripsikan struktur, cara penulisan, tata nama, sifat, kegunaan, dan
identifikasi senyawa karbon (haloalkana, alkanol, alkoksi alkana, alkanal, alkanon,
asam alkanoat, dan alkil alkanoat).
2. Mendiskripsikan struktur, cara penulisan, tata nama, sifat, dan kegunaan benzene
dan turunannya.
A. Tujuan Antara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari gambaran umum tentang
definisi, struktur molekul, dan klasifikasi dari senyawa organik. Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi senyawa organik
2. Menjelaskan perbedaan senyawa organik
3. Menjelaskan terjadinya ikatan kimia dalam senyawa organik
4. Menjelaskan bentuk struktur molekul senyawa organik
5. Menjelaskan klasifikasi senyawa organik berdasarkan gugus fungsi
B. Uraian Materi
1. Definisi Senyawa organik
Kimia organik adalah studi ilmiah mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan
sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun oleh karbon dan hidrogen, dan dapat
mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, dan belerang. Senyawa
organik adalah senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida,
karbonat, dan oksida karbon. Beberapa senyawa organik seperti karbohidrat, protein, dan
lemak merupakan komponen penting dalam biokimia.
Senyawa organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen, dan dapat
mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Sebutan kimia organik ini berasal dari kesalah pahaman bahwa semua senyawa organik
pasti berasal dari organisme hidup, namun telah dibuktikan bahwa ada beberapa
perkecualian. Bahkan sebenarnya, kehidupan juga sangat bergantung pada kimia
anorganik; sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada logam transisi
seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang komposisinya merupakan campuran
dari senyawa organik maupun anorganik. Contoh lainnya adalah larutan HCl, larutan ini
berperan besar dalam proses pencernaan makanan yang hampir seluruh organisme
(terutama organisme tingkat tinggi) memakai larutan HCl untuk mencerna makanannya,
yang juga digolongkan dalam senyawa anorganik. Mengenai unsur karbon, kimia
anorganik biasanya berkaitan dengan senyawa karbon yang sederhana yang tidak
mengandung ikatan antar karbon misalnya oksida, garam, asam, karbid, dan mineral.
Namun hal ini tidak berarti bahwa tidak ada senyawa karbon tunggal dalam senyawa
organik misalnya metan dan turunannya.
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-
hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam
lemak termasuk senyawa organik. Pada tahun 1828, Friedrich Wohler mendapatkan
bahwa senyawa organik urea (suatu komponen urin) dapat dibuat dengan menguapkan
larutan yang berisi senyawa anorganik amonium sianat.
Meskipun jelas bahwa senyawa organik tidak harus berasal dari sumber yang hidup (dapat
dibuat dalam laboratorium), namun sampai sekarang kata ″organik″ masih dipakai untuk
menerangkan senyawa-senyawa karbon tersebut atau yang mirip dengannya.
Keistimewaan karbon dibanding unsur lain adalah mempunyai kemampuan untuk
berikatan dengan karbon lainnya membentuk rantai yang panjang atau cincin dari molekul
karbon yang sederhana hingga molekul-molekul yang sangat besar dan kompleks.
1s 1s molekul H2
Selanjutnya dalam molekul tersebut panjang ikatan didefinisikan sebagai jarak antar ini
pada titik energi yang paling rendah, sedangkan kekuatan ikatan adalah energi yang
dilepaskan bila suatu ikatan terbentuk atau energi yang diperlukan untuk memutuskan
ikatan. Besarnya energi yang diperlukan atau dilepaskan dalam pembentukan atau
peruraian molekul hidrogen adalah 436 KJ/mol.
H-H
Penampang
melingkar
H-F
Ikatan pi (π) : Ikatan yang terbentuk dari tumpang tindih 2 orbital p yang berdampingan
(secara lateral = sideways), menyebabkan kepadatan elektron di atas dan di bawah bidang
yang berisi kedua inti tersebut. Kekuatan ikatan ikatan σ lebih besar dari ikatan π.
2s
C 1s H 1s
Apabila dilihat dari struktur konfigurasi atom karbon tersebut maka seharusnya dapat
ditemukan senyawa CH2, namun senyawa yang paling sederhana dikenal di alam adalah
CH4 (metana). Bentuk molekul metana adalah tetrahedral yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Struktur tetrahedral memiliki sudut H-C-H sebesar 109°28′, dengan panjang ikatan dan
kekuatan ikatan keempat ikatan C-H ekivalen.
Untuk menjelaskan bentuk struktur tetrahedaral dari metana CH4 dapat dilakukan
dengan hibridisasi. Hibridisasi 1 orbital 2s dengan 3 orbital 2p menghasilkan 4 orbital
hibrid sp3 yang energinya sama (lebih tinggi dari energi orbital 2s dan lebih rendah dari
energi orbital 2p) dan masing-masing baru terisi 1 e- → atom C dapat mengikat 4 atom H
dan membentuk CH4 (4 ikatan σ).
hibridisasi
s + 3 p
D:\rw32b2a.exe
Orbital 4 sp3
Perubahan bentuk orbital C pada hibridisasi sp3 dapat digambarkan sebagai berikut:
Sudut ikatan ideal 109°28′ hanya diperoleh bila keempat gugus atom yang terikat pada C
adalah identik. Bila substituen tidak identik sudutnya dapat mengalami deformasi, seperti
pada senyawa (CH3)2CH2 yang menunjukkan sudut H-C-H 1070.
Contoh : H3C H
o
C 107
H
H3C
2p
eksitasi Hibridisasi
2s
N 1s
1s 1s
2p
eksitasi Hibridisasi
2s
O 1s
1s 1s
Hibridisasi sp3
Bila suatu karbon berikatan rangkap dua dengan atom lain, maka hibridisasi yang
terjadi adalah 2sp2, dimana orbital 2s dihibridkan dengan 2 orbital 2p menghasilkan 3
orbital hibrid sp2.
Etilena
Pembentukan hibridisasi sp2 dari atom karbon dapat digambarkan sebagai berikut:
2p
eksitasi Hibridisasi
2s
C 1s
1s 1s
Hibridisasi sp2
sp2 Hybridization
Trigonal planar
=
s + 2p
There is one p orbital left over,
and it would be along the z axis.
(33,3% s dan 66,7%)
Bentuk molekul etena adalah planar, dengan sudut H-C-H dan H-C-C kira-kira 120o,
dengan awan elektron terletak di atas dan di bawah bidang planar.
H H
C C 116.6o
H H
121.7o
Bila atom C terikat secara ikatan rangkap tiga dengan atom lain, atom C tersebut
mengalami hibridisasi 2sp / sp, yaitu orbital s dihibridkan dengan satu orbital 2p
menghasilkan 2 orbital hibrid 2sp yang energinya sama dan membentuk sudut 180o
(linier).
2p
eksitasi Hibridisasi
2s
C 1s
1s 1s
bentuk hibridisasi sp
Dua orbital sp (masing-masing terisi 1 e-) terpisah 180o (linier) dan 2 orbital p yang
tak terhibridisasi (masing-masing terisi 1 e-) tegak lurus padanya. Overlapping antar orbital
sp atau dengan orbital lain menghasilkan ikatan σ, sedang overlapping orbital py-py dan
pz-pz menghasilkan 2 buah ikatan π.
Perbandingan energi ikatan dan panjang ikatan karbon-karbon dan karbon-hidrogen pada
metan, etana, etena, dan etuna terdapat pada Tabel 1.
1. Terangkan bagaimana terbentuknya etana (C2H6) berikut ini dari atom C (no. atom = 6)
dan H (no. atom 1).
A. Tujuan Antara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari gambaran umum tentang
definisi, struktur molekul, dan sifat-sifat senyawa hidrokarbon yang meliputialkana,
alkena, dan alkuna. Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi senyawa hidrokarbon
2. Menjelaskan perbedaan senyawa alkana, alkena, dan alkuna
3. Memberi nama alkana, alkena, dan alkuna sesuai aturan IUPAC
4. Menjelaskan perbedaan sifat-sifat alkana, alkena, dan alkuna
5. Menuliskan reaksi-reaksi yang spesifik dari alkana, alkena, dan alkuna
6. Menjelaskan kegunaan alkana dalam kehidupan sehari-hari
B. Uraian Materi
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang disusun oleh atom hidrogen (H)
dan karbon (C). Mempunyai rumus umum CnH2n+2, alkena mempunyai rumus umum
CnH2n , sedangkan alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. Tata nama berdasarkan
IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry ) di dasarkan atas urutan
nama yang berasal dari bahasa Yunani, seperti berikut :
CH3
CH3 -CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH-CH3 CH3-C-CH3
CH3 CH3
Tatanama alkana
Untuk memberi nama alkana digunakan aturan IUPAC sebagai berikut :
1. Menggunakan awalan (met. .. et.. prop ... ..., dll) yang menunjukkan jumlah carbons
pada kerangka induk dari rantai molekul, dan dan akhiran ana untuk menunjukkan
bahwa molekul merupakan alkana.
2. Kelompok yang melekat pada rantai induk disebut substituents dan diberi nama
menggunakan awalan untuk jumlah carbons dalam rantai substituen dan akhiran il,
misalnya, metil, etil, propil, dodekil, dan diberi nomor sesui nomor atom karbon rantai
induk dimana substituen tersebut terikat.
3. Pemberian nomor dimulai dari ujung rantai yang paling dekat dengan letak substituen
CH3
CH3 -CH2-CH2-CH2-CH3 CH3-CH2-CH-CH3 CH3-C-CH3
CH3 CH3
2o 3o 2o 4o
Sikloalkana 1o 1o
Beberapa senyawa hidrokarbon di alam dapat membentuk cincin dengan ukuran
jumlah ataom karbon 3-30, namun yang paling banyak dijumpai adalah cincin dengan
jumlah atom karbon 5 dan 6. Senyawa tersebut dikenal dengan nama sikloalkana, dan
diberi nama sesuai dengan jumlah atom karbon, berturut-turut untuk cincin 3, 4, 5, 6, dan 7
adalah siklopropana, siklobutana, siklopentana, sikloheksana, dan sikloheptana, masing-
masing dapat digambarkan sebagai berikut :
CH3
metilsiklopropana 1,1-dimetilsikloheksana
1,2-dimetilsiklopentana
1-etil-4-metilsikloheksana 4-etil-1,1-dimetilsikloheksana
1-etil-1-metilsikloheptana 1-siklopropil-1-metilsikoheksana
Bila rantai induknya mengandung empat karbon atau lebih, harus digunakan sebuah nomor
untuk menunjukkan posisi ikatan rangkap atau ganda tiga. Rantai itu diberi nomor
sedemikian sehingga ikatan rangkap dua atau tiga memperoleh nomor serendah mungkin.
CH3
CH2=CH-CH2-CH3 H3C C C-CH2-CH3
CH3-CH-CH2-CH2-CH=CH2
Sifat-sifat hidrokarbon
Alkana bersifat non polar, sehingga tidak larut dalam air, mempunyai berat jenis
yang lebih ringan dari air, sehingga terapung di atas air. Alkana mempunyai titik didih
yang rendah dibandingkan dengan senyawa organik lain dengan berat molekul yang sama.
Hal ini disebabkan karena tarik menarik di antara molekul non polar yang lemah, sehingga
proses pemisahan molekul dari fase cair menjadi fase gas relatif memerlukan sedikit
energi. Titik didih alkana meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah atom karbon.
Senyawa dengan empat atom karbon atau lebih kecil berupa gas tak berwarna, sedangkan
senyawa dengan lima karbon dan deret homolog yang lebih tinggi merupakan cairan yang
mudah menguap.
CH4 + O2 C + 2 H2O
2. Halogenasi alkana
Alkana dapat bereaksi dengan gas klor jika terkena sinar atau suhu tinggi.
Reaksinya merupakan reaksi eksoterm. Satu atau lebih atom hydrogen akan disubstitusi
oleh atom klor. Raksi halogenasi terjadi dalam beberapa tahap, melalui mekanisme radikal
bebas. Tahap-tahap dalam reaksi halogenasi adalah :
Tahap awal atau inisiasi
Dalam tahap ini terjadi pemecahan molekul halogen menjadi dua atom halogen
dengan adanya sinar atau suhu tinggi. Ikatan halogen-halogen lebih lemah dibandingkan
ikatan C-H atau C-C, sehingga bukan alkana, tetapi halogenlah yang menyerap panas,
sehingga reaksi dimulai.
Tahap perpanjangan rantai atau pembiakan
Radikal halogen yang terbentuk selanjutnya bertumbukan dengan molekul alkana,
dapat mengambil atom hidrogennya membentuk hidrogen halida dan radikal alkil. Radikal
alkil bersifat reaktif akan bertumbukan dengan molekul halogen membentuk alkil halida.
Radikal yang terbentuk dapat meneruskan rekasi ini sampai semua pereaksi habis.
Tahap penghentian
Reaksi akan terhenti apabila dua radikal bergabung, pada tahap ini tidak terbentuk
radikal baru, sehingga reaksi berantai berhenti.
R + Cl Cl R Cl + Cl
alkil klorida
Penghentian 2 Cl Cl Cl
2R R R
R + Cl R Cl
H H H
H3C C CH3 + Br2 H
C H3C C C CH3
Br Br
2- butena 2,3-dibromobutana
Adisi alkena juga dapat dilakukan dengan gas hidrogen, namun dalam reaksi ini
diperlukan katalis, reaksinya disebut hidrogenasi. Katalis yang biasa digunakan adalah
logam nikel, platina, atau paladium. Logam-logam tersebut menyerap gas hidrogen pada
permukaan dan mengaktifkan ikatan hidrogen-hidrogen. Kedua atom H biasanya beradisi
pada sisi yang sama, misalnya 1,2-dimetilsiklopentana menghasilkan cis 1,2-
dimetilsiklopentana. Hidrogenasi dengan katalis pada alkena secara komersial digunakan
untuk mengubah minyak menjadi margarin.
H3C CH3 H H
1,2-dimetilsiklopentena cis-1,2-dimetilsiklopentana
R H H
R R H
Tersier sekunder primer metil
Dengan demikian reaksi adisi 1-butena hanya akan menghasilkan 2-klorobutana, reaksi
yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
H H2 H
H2
H3C C CH + HCl H3C C C CH3
C
Cl
2-klorobutana
H H
H3C C C CH2
Br
H H
H2C C C CH + HBr 3-bromo-1-butena
(adisi-1,2) 80%
H H
H3C C C CH2
Br
1-bromo-2-butena
(adisi-1,4) 20%
H H H
+H H
H2C C C CH H2C C C CH3
H H H -
H Br
H2C C C CH3 H2C C C CH3
H H H
H + H2C C C CH3
H2C C C CH3
3-bromo-1-butena (80%) 1-bromo-2-butena (20%)
Br
Br
Latihan
1. Tuliskan rumus struktur untuk :
a. 2,4-dimetil-2-pentena b. 2-heksuna
c. 1,2-dibromosiklobutena d. 2-kloro-1,3-butadiena
2. Berilah nama senyawa berikut menurut system IUPAC
a. CH3CH2CH=CHCH3 b. (CH3)2C=CHCH3
c. CH2=CCl-CH=CH2 d. CH3CΞCCH2CH3
3. Tuliskan persamaan reaksi untuk :
a. 2-butena + HI
b. siklopentena + HBr
c. 1-butena + HCl
d. 2-metil-2-butena + H2O (katalis H+)
4. Jika propilena direaksikan dengan larutan brom dalam metanol (CH3OH), terdapat dua
hasil dengan rumus struktur C3H6Br2 dan C4H9BrO. Bagaimanakah strukturnya dan
jelaskan persamaan reaksi pembentukan dua senyawa tersebut.
A. Tujuan Antara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari gambaran umum tentang
definisi, tatanama, struktur molekul, dan sifat-sifat alkohol dan eter. Anda diharapkan
dapat:
1. Menjelaskan definisi senyawa alkohol
2. Memberi nama alkohol dan eter sesuai aturan IUPAC
4. Menjelaskan perbedaan sifat-sifat alkohol dan eter
5. Menuliskan reaksi-reaksi yang spesifik dari alkohol dan eter
6. Menjelaskan kegunaan alkohol dan eter dalam kehidupan sehari-hari
B. Uraian Materi
Alkohol dan eter merupakan senyawa organik yang mengandung atom oksigen
yang berikatan tunggal. Kedudukan atom oksigen dalam molekul alkohol dan eter mirip
dengan kedudukan atom oksigen yang terikat pada molekul air.
Tatanama alkohol
Tatanama alohol berdasarkan aturan IUPAC adalah:
1. Pemberian nama alkohol sesuai dengan nama alkana, dengan mengganti akhiran a
dengan ol
CH3-CH2-CH2-CH-CH3
OH
2-pentanol
2. Pemberian nomor harus dimulai dari salah satu ujung rantai induk yang paling
dekat dengan posisi gugus hidroksil.
CH3 CH3 OH
CH3-CH-CH-CH-CH3
CH3-CH-CH-CH2-CH3
CH3
OH
2-metil-3-pentanol 3,4-dimetil-2-pentanol
OH
2-metilsikloheksanol 1-etilsikopropanol
Tatanama Eter
Nama IUPAC , digunakan OR = gugus alkoksi, penamaan eter dengan
menyebutkan nama gugus alkoksiyang diikat, diikuti oleh nama rantai utamanya.
Nama Trivial, nama eter didasarkan pada nama gugus alkil (aril) yang terikat pada oksigen
sesuai dengan abjad, dan diakhiri dengan kata eter.
CH3-CH-CH2-CH2-CH3
Nama trivial : etil pentil eter
O-CH2-CH3 Nama IUPAC : 2-etoksi pentana
H+
O O
CH3CH2OH + CH3-C CH3-C + H2O
OH OCH2CH3
R'''
R' -C-OH
[O]
R'' Tidak terjadi reaksi oksidasi
Data tersebut menunjukkan bahwa reaktifitas pembentukan alkena pada alkohol primer <
sekunder < tersier, hal ini disebabkan oleh kestabilan karbokation, dimana C3 > C2 > C1 >
C- metil.
Etanol
Etanol pertama kali dikenal sebagai hasil fermentasi buah-buahan, sehingga etanol
banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minuman. Etanol bersifat kurang toxik
dibandingkan dengan metanol, tetapi jika digunakan berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan saraf. Etanol banyak dibuat dengan mengfermentasikan bahan-bahan yang
mengandung glukosa dengan ragi, yang akan mengubah glukosa dalam keadaan an aerob
membentuk etanol. Dalam proses fermentasi tersebut dapat dihasilkan 12-15 persen
alkohol. Untuk meningkatkan konsentrasi alkohol selanjutnya dilakukan destilasi, sehingga
diperoleh alkohol dengan konsentrasi 40-50 persen.
4. Reaksi 3-buten-2-ol dengan asam hidroklorida pekat memberikan campuran dua hasil,
3-kloro-1-butena dengan 1-kloro-2-butena. Tuliskan mekanisme reaksi yang
mengakibatkan terbentuknya kedua hasil tersebut.
A. Tujuan Antara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari gambaran umum tentang
definisi, struktur molekul, tatanama dan sifat-sifat senyawa aldehid dan keton. Anda
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi senyawa aldehid dan keton
2. Menjelaskan perbedaan senyawa aldehid dan keton
3. Memberi nama aldehid dan keton sesuai aturan IUPAC
4. Menjelaskan perbedaan sifat-sifat aldehid dan keton
5. Menuliskan reaksi-reaksi yang spesifik dari aldehid dan keton
B. Uraian Materi
Senyawa aldehid dan keton merupakan senyawa yang mengandung gugus karbonil,
senyawa ini banyak dijumpai di alam. Beberapa kelompok aldehid antara lain :
O O O
H-C R-C Ar-C
H H H
Formaldehida aldehid alifatik aldehid aromatik
Keton alifatik alkil aril keton keton aromatik halida keton siklik
O O
C CH=CH-C
H
H
OCH3
OH
O O O
H-C-H CH3-C-H CH3-CH2-C-H
O O
CH3-C-CH3 CH3-C-CH2-CH3
O
O
C C-
CH3
H2O / H +
Zn dust
C O O C
2. Oksidasi alkohol
H
MnO4- / H + R
R C OH C O
4. Hidrasi alkena
H OH
dil. H2SO4
C C + H2O C C
HgSO4
Tautomerisasi
Tautomerisation
H O
C C
H
Akan terbentuk senyawa keton
5. Reaksi dekarboksilasi
R
(RCOO)2Ca O C + CaCO3
R
6. Dari acil klorida (metode yang baik untuk pembuatan aldehid)
R R
Pd / BaSO4
C O + H2 C O + HCl
Cl H
H
R.A.: 1. H2 / Pt, Ni atau Pd
(dapat juga utk reduksi C=C dan C≡C)
2. Na/ Hg dalam etanol
(dapat juga utk reduksi RX)
3. LiAlH4, NaBH4
(LiAlH4, dapat juga utk reduksi asam & turunannya)
O C C
H
a. Clemmensen reduction: Zn / Hg in conc.HCl
b. Wolff-Kishner reduction: NH2NH2 in NaOH
3. Oksidasi
Reaksi spesifik untuk aldehid, untuk membedakan dengan keton
(These are very important tests)
a. Dengan Reagen Fehling
RCHO + Cu(OH)2 + NaOH RCOONa + Cu2O + OH2
b. Reagent Tollen’s
Ag(NH3)2OH
(Tollen's reagent)
Reagent Tollen’s dibuat dari larutan perak nitrat dan amonia. Disebut juga reaksi
pembentuk cermin perak.
R MnO4 - / H + , R
C O C O
H (or Cr2O72-/ H + , ) HO
Reaksi oksidasi ini bukan cara yang baik, oleh karena ikatan yang putus tidak dapat
terkontrol.
H3C C , H3C C
H
4. Reaksi adisi nukleofilik
+
H OH2
Nu C O Nu C O Nu C OH
O
+ C
gugus R semakin meruah bentuk intermedietnya juga menjadi semakin kurang stabil.
cyanohydrin
sianohidrin
Mekanisme:
+
H OH2
CN C O NC C O NC C OH
+ +
C O +H CN C O NC C OH
H
Sianohidrin merupakan zat antara sintetik yang berguna, gugus CN dapat dihidrolisis
menjadi gugus karboksil atau ester
Contoh :
O HCN OH O
CH3OH
CH3C CH3 CH3-C-CN CH2 C COCH3
- H2SO4
CN CH3 CH3
Metil metakrilat
O NaCN OH NH3 O
HCl
CH3CH CH3-C-CN CH3CHCN CH3CHCOH
NH4Cl H2O
H NH2 NH2
Alanin (60%)
b. Reaksi adisi nukleofilik dengan NaHSO3
OH
O
+ NaHSO3 C
C
SO3Na
Dalam keadaan dingin senyawa bisulfit yang terbentuk dapat mengkristal. Reaksi ini
digunakan untuk pemisahan dan identifikasi senyawa karbonil. Senyawa karbonil dapat
terbentuk kembali dengan penambahan alkali.
OH OR
O
ROH ROH C
C R' R''
C R' R''
dry HCl dry HCl
R' R'' OR OR
hemiketal ketal
Senyawa karbonil dapat terbentuk kembali jika ditambahkan H+ / air. Acetal dan ketal
biasa digunakan sebagai cara proteksi gugus fungsi dalam sintesis.
O COOC2H5 O COO
OH
+ C2H5OH
(not possible)
Tdk mungkin
OH OH
dry HCl C C
OH2
O O
COOC2H5 OH COO
O O + C2H5OH
5. Reaksi kondensasi
G
O N
C + :NH2 G C + H2O
-
O
O
:NH2 G C
C
+
H N H
Mekanismenya sebagai berikut: G
Pergeseran
proton shift
proton
G OH
N
C + H2O C
H N G
oxime
Aldehid akan membentuk aldoxim, keton akan menghasilkan ketoxim, yang berupa
padatan putih. Reaksi ini dapat digunakan untuk identifikasi adanya senyawa karbonil.
b. Reaksi kondensasi dengan hidrazin
NH2
O N
C :NH2 NH2 C + H2O
hydrazine
hidrazin hydrazone
hidrazon
orange ppt.
endapan oranye
NO2
6. Dengan PCl5
H O H Cl
C C + PCl5 C C + POCl3
H H Cl
alcoholic KOH
KOH alkoholik,
reflux direfluk
C C
7. Aldol kondensasi
KOH
H O H O H H O
pekat
conc. KOH
H C C H C C H3C C C C
H H H
H H OH H
dipanaskan
warming
H H O
H2O + H3C C C C
H
C C C C C C
H H H
H O
C C
HO
H
hidrogen α
H O H O
OH2
C C C C C C C C
H H
OH O
Dalam reaksi aldol kondensasi, senyawa karbonil harus mempunyai hidrogen α yang
bersifat lebih asam dan karbanion yang terbentuk distabilkan oleh resonansi.
O O
C C C C
H H
KOH H H H O
H H H O pekat
conc. KOH H C C C C
H C C C C H
H H
H H H
H
H H H
H C C C C H
OH H H H
warming
dipanaskan
H H H O
H C C C C C C
H
H H H H CH2CH3
O NaOHNaOH
pkt OH
conc.
C + CH3CHO C CH2CHO
H
H
Dalam reaksi tersebut terjadi peristiwa reaksi dismutase atau disproportionasi, dimana
benzaldehid (yang tidak memilik H-α) mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi.
Latihan
A. Tujuan Antara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari gambaran umum tentang
definisi, struktur molekul, tatanama dan sifat-sifat senyawa asam karboksilat dan ester.
Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi senyawa asam karboksilat dan ester
2. Menjelaskan perbedaan senyawa asam karboksilat dan ester
3. Memberi nama asam karboksilat dan ester sesuai aturan IUPAC
4. Menjelaskan perbedaan sifat-sifat asam karboksilat dan ester
5. Menuliskan reaksi-reaksi yang spesifik dari asam karboksilat dan ester
6. Menjelaskan kegunaan asam karboksilat dan ester dalam kehidupan sehari-hari
B. Uraian Materi
O O
R-C Ar-C
OH OH
R = alkil Ar = aril
Tatanama
Asam karboksilat diberi nama sesuai nama alkana induknya dengan akhiran oat dan
ditambah kata asam di depan. Cara pemberian nama sesuai IUPAC adalah sebagai berikut:
1. Tentukan rantai karbon terpanjang yang mengikat gugus karboksilat dan turunkan
nama alkananya dengan mengganti akhiran a menjadi oat ditambah awalan asam
2. Rantai karbon diberi nomor dimulai dari atom karbon yang paling dekat mengikat
gugus karboksilat
3. Jika ada substituen, tentukan posisi, tuliskan namanya dan diurutkan sesuai alfabet
4. Asam karboksilat yang membentuk cincin diberi nama dengan awalan siklo diikuti
dengan jenis cincinnya
Asam 2-sikloheksenakarboksilat
Asam 5-bromo-2-metilbenzoat
Asam karboksilat termasuk asam organik, yang bersifat asam lemah. Asam pada
larutan memiliki kesetimbangan sebagai berikut:
AH + H2O A- + H3O
Sebuah atom hidroksinium dibentuk bersama-sama dengan anion (ion negatif) dari asam.
Persamaan ini kadang-kadang disederhanakan dengan menghilangkan air untuk
menekankan ionisasi dari asam.
Asam organik merupakan asam lemah karena ionisasi sangat tidak lengkap. Pada suatu
waktu sebagian besar dari asam berada di larutan sebagai molekul yang tidak terionisasi.
Sebagai contoh pada kasus asam asetat, larutan mengandung 99% molekul asam asetat dan
hanya 1 persen yang benar benar terionisasi. Posisi dari kesetimbangan menjadi bergeser
ke arah kiri.
Kekuatan asam lemah diukur dengan skala pKa. Semakin kecil semakin kuat
tingkat keasamannya. Dibawah ini merupakan 3 buah senyawa dan nilai pKa mereka.
fenol
etanol 16
O
H3C C
OH
Hidrogen yang mengakibatkan sifat asam adalah hidrogen yang terikat dengan oksigen.
Pada saat asam asetat terionisasi terbentuklah ion asetat, CH3COO-. Kalau dilihat dari
strukturnya menunjukkan adanya dua jenis ikatan tunggal dan rangkap pada ikatan antara
karbon dan oksigen, namun dari pengukuran panjang ikatan menunjukkan bahwa ikatan
karbon dengan kedua oksigen memiliki panjang yang sama. Dengan panjang berkisar
antara panjang ikatan tunggal dan ikatan rangkap.
Pada ion etanoat, salah satu dari elektron bebas dari oksigen yang negatif berada
pada keadaan hampir paralel dengan orbtal p, dan mengakibatkan overlap antara atom
oksigen dan atom karbon, sehingga terjadi delokalisasi sistem pi dari keseluruhan -COO-
namun tak seperti yang terjadi pada benzena.
Karena hidrogen lebih elektronegatif dari karbon, delokalisasi sistem terjadi sehingga
elektron lebih lama berada pada daerah atom oksigen. Muatan negatif dari keseluruhan
molekul adalah tersebar di antara keseluruhan molekul -COO- ,namun dengan
kemungkinan terbesar menemukannya pada daerah antara kedua atom oksigen. Ion etanoat
dapat digambarkan secara sederhana sebagai:
pKa
HCOOH 3.75
CH3COOH 4.76
CH3CH2COOH 4.87
CH3CH2CH2COOH 4.82
Perlu diingat bahwa semakin tinggi pKa, semakin lemah sebuah asam. Mengapa asam
asetat lebih lemah dari asam metanoat? Semuanya tergantung pada stabilitas dari anion
yang terbentuk. Kemungkinan untuk mendislokalisasikan muatan negatif. Semakin
terdislokalisasi, semakin stabil ion tersebut dan semakin kuat sebuah asam. Struktur ion
metanoat adalah sebagai berikut:
Satu-satunya perbedaan antara ion metanoat dan ion etanoat adalah kehadiran CH3 pada
etanoat. Alkil mempunyai kecenderungan mendorong elektron menjauh sehingga
betambahnya muatan negatif pada -COO- . Penambahan muatan membuat ion lebih tidak
stabil karena membuatnya lebih mudah terikat dengan hidrogen. Sehingga asam etanoat
lebih lemah daripada asam metanoat. Alkil yang lain juga memiliki efek "mendorong
elektron" sama seperti pada metil sehingga kekuatan asam propanoat dan asam butanoat
mirip dengan asam etanoat. Asam dapat diperkuat dengan menarik muatan dari -COO- .
Sebagai contoh dengan menambahkan atom elektronegatif seperti klorida pada rantai,
menunjukkan semakin banyak jumlah klorin semakin asam molekul tersebut. Hal ini dapat
kita lihat harga pKa dari beberapa jenis asam karboksilat sebagai berikut:
pKa
CH3COOH 4.76
CH2ClCOOH 2.86
CHCl2COOH 1.29
CCl3COOH 0.65
pKa
CH2FCOOH 2.66
CH2ClCOOH 2.86
CH2BrCOOH 2.90
CH2ICOOH 3.17
Dan yang terakhir perhatikan juga efek yang terjadi dengan semakin menjauhnya halogen
dari -COO- .
pKa
CH3CH2CH2COOH 4.82
CH3CH2CHClCOOH 2.84
CH3CHClCH2COOH 4.06
CH2ClCH2CH2COOH 4.52
Atom klorin efektif saat berdekatan dengan -COO- dan efeknya berkurang dengan semakin
jauhnya atom klorin.
Reaksi oksidasi senyawa aromatik tersubstitusi alkil dengan ion permanganat netral
tersebut dapat terjadi jika terdapat atom hidrogen benzilik yang mengikat gugus
Ion MnO4- dalam asam dapat mengoksidasi alkena yang mengikat satu alkil atau aril
membentuk asam karboksilat.
Aldehid mudah teroksidasi oleh oksidator lemah membentuk asam karboksilat, sedangkan
keton tak mengalami oksidasi dengan reagent Ag2 O dalam amonia. Keton dapat dioksidasi
oleh ion MnO4 membentuk asam karboksilat.
Asam heksandioat
3. Asam karboksilat dapat membentuk alkil halide dengan penambahan reagen seperti
SOCl2, phosgene, or PBr3.
Ester
Ester merupakan salah satu turunan asam karboksilat. Suatu ester serupa dengan
asam karboksilat, hanya saja hidrogen asamnya telah digantikan oleh sebuah gugus alkil.
Tatanama ester hampir sama dengan tata nama asam karboksilat, tetapi nama asam diganti
dengan nama alkil.
O O
CH3-C CH3-C
OH OCH3
O O
O
H3C C H3C C
H3C C
C5H11 O CH2CH2CH CH3
C9H19
amil asetat
CH3 oktil asetat
isopentil asetat
O
C3H7 C O
CH3 C3H7 C
C2H5
metil butirat
etil butirat
O
H2SO4 O
H3C C + C5H11OH H3C C + H2O
OH C5H11
amil alkohol
asam asetat amil asetat
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat tergantung pada halangan sterik pada alkohol dan
asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya mempunyai pengaruh yang
kecil dalam laju pembentukan ester. Urutan kereaktifan alkohol terhadap esterifikasi adalah
alkohol tersier < alkohol sekunder < alkohol primer < metanol. Sedangkan urutan
kereaktifan asam karboksilat terhadap esterifikasi adalah R3CCOOH < R2CHCOOH <
RCH2COOH < CH3COOH < HCOOH
Mekanisme reaksi esterifikasi dimulai dari protonasi karbon karbonil dari asam
karboksilat, diikuti oleh penyerangan gugus hidroksil dari alkohol. Dalam reaksi
esterifikasi ikatan yang terputus adalah ikatan C-O dari asam karboksilat, bukan ikatan O-
H dari asam atau ikatan C-O dari alkohol. Tahap-tahap mekanisme reaksi esterifikasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
OH
O OH
+
H R-OH H3C C OH
H3C C OH H3C C OH
R O H
OH OH OH
-H+ -H2O
H3C C OH2 H3C C H3C C
R O R O R O
-H
+ O
H3C C OR
HO + H3C C OR H3C C OH + OR
H3C C OR
OH
_ + ROH
H3C C O
Latihan
1. Tuliskan rumus struktur dari senyawa berikut:
a. asam 3-metilpentanoat
b. asam siklobutanakarboksilat
c. asam fenilasetat
d. asam 2-klorobutanoat
e. metil etanoat
f. etil butanoat
e
O
COOH
A. Tujuan Antara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari gambaran umum tentang
definisi, struktur molekul, dan sifat-sifat senyawa benzena dan turunannya. Anda
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan definisi senyawa aromatik
2. Menjelaskan sifat-sifat senyawa aromatik
3. Menjelaskan perbedaan sifat-sifat alkana, alkena, dan alkuna
4. Menuliskan salah satu contoh reaksi pembentukan turunan benzena
5. Menjelaskan kegunaan senyawa benzena dan turunannya dalam kehidupan
sehari-hari
B. Uraian Materi
Struktur benzena
Nama “benzena” berasal dari kata benzoin, yang menurut sejarahnya berasal dari
kata “luban jawi” sebutan untuk kemenyan Sumatera (Styrax sumatrana L)
menjadi “benjui” atau “benjoin”. Pada abad ke-17 para ilmuan berhasil mengisolasi suatu
asam dari kemenyan tersebut, yang diberi nama acidium benzoicum (asam benzoat).
Selanjutnya, pada tahun 1834, Eilhart Mitscherlich dari Jerman mengeluarkan atom-atom
oksigen dari molekul asam benzoat sehingga ia memperoleh senyawa baru berwujud cair
yang hanya mengandung atom-atom C dan H. Mitscherlich menamai senyawa itu benzol.
Senyawa “benzol” itu sama dengan senyawa yang disintesis oleh Michael Faraday dari
Inggris pada tahun 1825. Faraday membuat senyawa tersebut dari gas asetilena yang saat
itu dipakai untuk lampu penerangan. Setelah diketahui bahwa senyawa tersebut memiliki
rumus molekul C6H6 dan mengandung ikatan tak jenuh, maka sejak tahun 1845 nama
benzol diubah menjadi benzena, sebab akhiran –ena lebih tepat untuk senyawa-senyawa
tak jenuh, sedangkan akhiran –ol hanya lazim untuk alkohol-alkohol.
Perbandingan karbon-hidrogen dalam rumus molekulnya, C6H6, menunjukkan
bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan tak jenuh, dibandingkan dengan heksana C6H14,
sehingga diusulkan beberapa rumus struktur benzena seperti:
Namun demikian, struktur senyawa benzene yang diusulkan tersebut tidak sesuai
dengan kenyataan, oleh karena benzene tidak dapat mengalami reasksi sebagaimana
senyawa tak jenuh, misalnya tidak menghilangkan warna brom seperti pada alkena dan
benzena bromobenzena
FeBr3
C6H5Br + Br2 C6H4Br2 + HBr
benzena dibromobenzena
(tiga isomer)
Pada tahun 1865, Friedich August Kekule dari Jerman berhasil menerangkan
struktur benzena. Keenam atom karbon pada benzena tersebut melingkar berupa segi enam
beraturan dengan sudut ikatan 120 derajat.
H H
H H H H
H H H H
H H
Model Kekule untuk struktur benzene tidak sepenuhnya benar, rumus Kekule
menggambarkan dua struktur penyumbang yang identik pada struktur hibrida resonansi
pada benzene, sehingga kadang digambarkan dalam bentuk heksagon dengan lingkaran
ditengahnya, yang menggambarkan adanya delokalisasi elektron π.
Struktur Kekule merupakan struktur benzena yang dapat diterima, namun ternyata
terdapat beberapa kelemahan dalam struktur tersebut. Kelemahan itu diantaranya:
1. Pada struktur Kekule, benzena digambarkan memiliki 3 ikatan rangkap yang
seharusnya mudah mengalami adisi seperti etena, heksena dan senyawa dengan
ikatan karbon rangkap dua lainnya. Tetapi pada kenyataanya benzena sukar diadisi
dan lebih mudah disubstitusi.
2. Bentuk benzene adalah molekul planar (semua atom berada pada satu bidang
datar), dan hal itu sesuai dengan struktur Kekule. Yang menjadi masalah adalah
ikatan tunggal dan rangkap dari karbon memiliki panjang yang berbeda. Panjang
ikatan C-C : 0,154 nm, sedangkan C=C = 0,134 nm, sehingga bentuk heksagon
akan menjadi tidak beraturan jika menggunakan struktur Kekule, dengan sisi yang
panjang dan pendek secara bergantian. Pada benzene yang sebenarnya semua ikatan
Saat hirogen ditambahkan pada siklohesena mana akan terbentuk sikloheksana, C6H12.
Bagian "CH" menjadi CH2 dan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Persamaan
hidrogenasi dari siklohesen dapat ditulis sebagai berikut:
Perubahan entalpi pada reaksi ini -120 kJ/mol. Dengan kata lain setiap 1 mol sikloheksen
bereaksi, energi sebesar 120 kJ dilepaskan.
Jika cincin memiliki dua ikatan rangkap (1,3-sikloheksadiena), dua kali lipat ikatan
yang harus diputuskan dan dibentuk. Dengan kata lain Perubahan entalpi pada
hidrogenasi 1,3-sikloheksadiena akan menjadi 2 kali lipat dari perubahan entalpi pada
sikloheksen yaitu, -240 kJ/mol.
Namun perubahan entalpi ternyata sebesar -232 kJ/mol yang jauh berbeda dari yang
diprediksikan.
Bila hal yang sama diterapkan pada struktur Kekule dari benzen (yang juga
disebut 1,3,5-sikloheksatriena), perubahan entalpi dapat diprediksi sebesar -360 kJ/mol,
karena 3 kali lipat ikatan pada kasus sikloheksen yang diputuskan dan dibentuk.
Namun ternyata hasil yang benar adalah sekitar -208 kJ/mol, sangat jauh dari prediksi.
Benzena yang sebenarnya memiliki struktur yang lebih stabil dari prediksi yang dibentuk
oleh struktur Kekule, sehingga perubahan entalpi hidrogenasinya lebih rendah dibanding
dari perubahan entalpi dari hidrogenasi struktur kekule. Benzena yang sebenarnya lebih
stabil sekitar 150 kJ/ mol dibandingkan dengan perkiraan perubahan entalpi dari struktur
benzena yang diperkirakan Kekule. Peningkatan stabilisasi ini disebut juga sebagai
delokalisasi energi atau resonansi energi dari benzena.
CH3 CH=CH2 OH
Br Cl NO2 NH2
H3C CH CH3
CH2CH3
Jika terdapat dua jenis substituent, maka posisi substituent dapat dinyatakan dengan
awalan o (orto), m- (meta), atau p- (para), seperti pada contoh berikut:
NH2 OH
Cl
Cl
o-diklorobenzena m-diklorobenzena p-diklorobenzena m-klorofenol
m-kloroanilin
JIka terdapat tiga substituent atau lebih pada cincin benzene, maka system o-.m-,
dan p- tidak dapat digunakan, sehingga digunakan sistem penomoran. Cincin benzene
diberi nomor, sedemikian sehingga nomor satu diberikan pada gugus yang berprioritas tata
nama tertinggi. Urutan prioritas penomoran untuk berbagai substituen adalah sebagai
berikut:
-COOH > -SO3H >-CHO > -CN > -OH > -NH2 > -R> -NO2 > -X
OH Cl CH3
Cl
Cl NH2 Cl
Cl NO2
2,4-dikorofenol 3,5-dikloroanilin 3-kloro,4-nitro-toluena
Sifat-sifat benzena
Benzena merupakan zat cair yang tidak berwarna, memiliki aroma yang khas,
bersifat non polar, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter,
mempunyai titk didih 80,1 oC. Benzena biasa digunakan sebagai pelarut, mudah terbakar
dan menghasilkan jelaga. Benzena bersifat karsinogenik, sehingga sebaiknya diminimalkan
penggunaannya di laboratorium.
Secara kimia benzena bersifat kurang reaktif, namun dapat mengalami reaksi
substitusi pada cincin benzena. Sifat aromatisitas pada benzene menyebabkan kestabilan
pada ikatan pi, sehingga benzene tidak mengalami reaksi adisi seperti halnya pada alkena.
Reaksi substitusi pada benzena merupakan reaksi substitusi elektrofilik, yaitu terjadi
penggantian satu atom hidrogen dengan gugus atau atom yang bersifat elektrofil pada
cincin benzena. Suatu elektrofil dapat menyerang electron pi dari cincin benzene
menghasilkan karbokation yang terstabilkan oleh resonansi yang disebut ion benzenonium.
Selanjutnya ion benzenonium akan bereaksi lebih lanjut dengan melepaskan ion hidrogen
untuk menghasilkan produk substitusi. Secara singakat mekanisme reaksi substitusi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
H H
H
H H H H
H E
+
E -H
lambat H H cepat
H H H H
H H
H
produk
ion benzenonium
-
-HSO4
HO-NO2 + H2SO4 H2O-NO2 +
H2O + NO2
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat, HNO3 dengan katalisator asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena. Reaksi nitrasi juga dapat terjadi pada senyawa turunan benzena ,
seperti toluena membentuk trinitrotoluena (TNT), yang merupakan bahan peledak.
NO2
H2SO4
+ HONO3
+ H2O
nitrobenzena
CH3 CH3
O2N NO2
H2SO4
+ HONO3
+ H2O
NO2
trinitrotoluena
b. Halogenasi
Benzena bereaksi dengan halogen menggunakan katalis besi(III) halida. Salah satu
contoh adalah reaksi brominasi benzena, menggunakan katalis FeBr3. Peranan katalis
adalah menghasilkan elektrofil Br+ melalui reaksi pembelahan ikatan Br-Br. Elektrofil Br+
selanjutnya menyerang ikatan pi dalam cincin benzene dan mensubstitusi satu atom
hidrogennya. Secara singkat reaksi yang terjadi adalah :
Br
FeBr3
+ Br2 + HBr
bromobenzena
c. Alkilasi
Alkilasi benzene dengan alkil halide menggunakan katalis ALCl3 membentul alkil
benzene, sering disebut alkilasi Friedel-Crafts, menurut nama ahli kimia Perancis Charles
Friedel dan James Crafts, ahli kimia Amerika, yang mengembangkan reaksi ini pada tahun
1877. Slah satu contoh reaksi ini adalah sebagai berikut:
isopropilbenzena (kumena)
O O
d. Asilasi
Reaksi substitusi dengan gugus asil ( RC atau ArC ) pada cincin benzena
dengan halida asam disebut reaksi asilasi aromatik atau asilasi Friedel-Crafts. Mekanisme
reaksi Friedel- Crafts serupa dengan reaksi substitusi elektrofilik yang lainnya, nukleofil
yang menyerang adalah ion asilium (R-+C =O) yang terbentuk karena katalis ALCl3
mengambil ion Cl membentul ALCl4-.
O
O CCH3
AlCl3
+ H3C C Cl + HCl
asetofenon (97%)
f. Sulfonasi
Sulfonasi benzena menggunakan asam sulfat berasap (H2SO4 + SO3) menghasilkan
asam benzena sulfonat.
SO3H
AlCl3
+ HOSO3H + H2O
O2N NO2
H2SO4 pekat
+ 3 HNO3 + H2O
NO2
Trinitrotoluena (TNT)
CH-CH
+ H3C C H + H2O
sinamaldehida
4. Anilina, banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan zat warna diazo dengan
direaksikan menggunakan asam nitrit dan asam klorida.
N NCl
NH2 NH2HCl
HCl HNO2
+ H2O
Garam diazonium
CH2CH2CH3 Cl Cl CH3
d
a b c
Cl
CH3
Br
Cl
CH2CH3
CH=CH2
e
f OH
Br
Br
Berilah tanda silang (X) huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang paling benar!
1. Senyawa alkohol di bawah ini yang tidak dapat dioksidasi adalah … .
A. etanol D. 3–metil–2–butanol
B. 2–propanol E. 3–metil–1–butanol
C. 2–metil–2–propanol
2. Suatu senyawa dengan rumus molekul C2H6O jika direaksikan dengan logam natrium
akan menghasilkan gas hidrogen, sedangkan dengan asam karboksilat akan
menghasilkan ester. Senyawa tersebut adalah … .
A. eter D. asam karboksilat
B. aldehid E. alkohol
C. keton
3. Oksidasi 2–propanol akan menghasilkan … .
A. CH3–CH2–COOH D. CH3COOH
B. CH3–O–CH3 E. CH3–CHO
C. CH3–CO–CH3
4. Senyawa yang merupakan isomer fungsional dari butanol adalah … .
A. CH3–CH2–CH(OH)–CH3 D. CH3–CO–CH2–CH3
B. C2H5–O–C2H5 E. CH3–CH2–CHO
C. C3H7–COOH
5. Jika suatu alkohol dengan rumus molekul C4H8O dioksidasi dengan kalium dikromat
dalam asam menghasilkan butanon, maka alkohol tersebut adalah … .
A. n–butanol D. 2–metil–1–propanol
B. 2–butanol E. 2–metil–2–propanol
C. t–butil alkohol
6. Senyawa organik dengan rumus molekul C5H12O yang merupakan alkohol tersier
adalah … .
A. 3–pentanol D. 3–metil–2–butanol
B. 2–metil–2–butanol E. trimetil karbinol
C. 2–metil–3–butanol
7. Senyawa alkohol yang jika dioksidasi menghasilkan alkanon adalah … .
A. 2–metil–1–butanol D. 2,3–dimetil–2–butanol
B. 2–metil–2–propanol E. 2,3,3–trimetil–1–butanol
C. 3–metil–2–butanol
8. Senyawa yang bukan merupakan alkohol sekunder adalah … .
A. 2–pentanol D. 3–metil–2–pentanol
B. 3–pentanol E. 3–metil–3–pentanol
C. 2–metil–3–pentanol
KUNCI JAWABAN
1. LG Wade JR, 1999, Organic Chemistry 4th ed., Prentice Hall International INC, USA
2. Paula Yurhanis Bruice, 2007, Organic Chemistry, 5th ed., Pearson Education
International, London
3. Fessenden, R.J. dan Fessenden J.S., 1986, Kimia Organik, Edisi kedua, Alih bahasa
A.H. Pudjaatmaka, Erlangga, Surabaya.
4 Harold Hart, 1983, Kimia Organik suatu kuliah singkat, Alih bahasa Suminar
Achmadi, Erlangga, Surabaya
6 Solomons, T.W.G., 2009, Fundamentals of Organic Chemistry, John Wiley & Sons,
Inc., New York.