Anda di halaman 1dari 3

8 Falsafah Kepemimpinan Jawa (Hasta Brata)

Banyak teori tentang kepemimpinan yang dikembangkan oleh para pakar


pada saat ini... Hal itu disesuaikan dengan perkembangan jaman dan
tentunya para penulis atau penemu teori tersebut menyatakan bahwa
teori nya sudah teruji dan valid.
Namun sebagai referensi tentang teori kepemimpinan saya mau sharing
mengenai ilmu kepemimpinan Jawa yang sudah sangat teruji dan dimiliki
oleh para Raja Jawa, pemimpin revolusi setingkat Ir Soekarno, pemimpin
Organisasi Islam seperti KH Hasyim Ashari, KH Ahmad Dahlan yang
sampai saat ini masih banyak pengikutnya.....
Falsafah kepemimpinan Jawa dikenal dengan nama Hasta Brata....
Dalam cerita pewayangan dilukiskan sebagai sebuah "Wahyu Keprabon"
dengan nama Wahyu Makutarama.
Mari kita mengenal lebih lanjut tentang nilai-nilai keteladan yang tersirat
pada Imu Jawa Kuno Hasta Brata, yang mana istilah Hasta Brata berasal
dari Kitab Hindu kuno dalam bahasa Sansekerta "Manawa Dharma
Sastra". Hasta artinya delapan dan Brata memiliki arti perilaku atau
tindakan pengendalian diri sendiri. Karena hakekatnya kita sebagai
pemuda pemimpin bangsa harus dapat memiliki pengendalian diri sejak
dini. Hasta Brata melambangkan kepemimpinan dalam delapan unsur
alam, yakni bumi, matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan
bintang. Tiap unsur Hasta Brata mengartikan tiap karakteristik ideal dari
seorang pemimpin.
Dan pemimpin yang mampu menguasi Ilmu Hasta Brata maka pemimpin
tersebut akan mampu mengejawantahkan nilai-nilai agung yang tersirat
didalamnya. Karena, delapan sifat agung ini adalah mewakiliki kearifan
sifat yang dimiliki oleh Sang Pencipta alam semesta. Yasadipura I (1729-
1803 M), pujangga keraton Surakarta menuliskan Hasta Brata sebagai
delapan prinsip kepemimpinan sosial yang meniru filosofi atau sifat alam,
yaitu:

1
1. Mahambeg Mring Suryo (Meniru sifat matahari), sosok pemimpin
harus mampu menampilkan diri sebagai sosok yang memberi sinar
inspirasi, memancarkan cahaya kehidupan dalam bermasyarakat dan
mampu mendaya kembangkan rakyat yang dipimpinnya untuk
kemajuan bangsa dan negara.

2. Mahambeg Mring Condro (Meniru sifat bulan), bulan mampu


menyinari dalam kegelapan malam, dan sosok pemimpin saat ini
harus mampu memberikan semangat, dukungan dan motivasi saat
suka maupun duka, apapun dan bagaimanapun situasi dan
kondisinya pemimpin harus hadir.

3. Mahambeg Mring Bhumi (Meniru sifat bumi), bersifat murah hati,


kuat dan sebagai ibu pertiwi. Pemimpin sudah selayaknya memiliki
sifat bermurah hati dan melayani pada rakyatnya dan memiliki prinsip
dan karakter yang kuat untuk menjalankan roda kepemimpinanya
serta tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

4. Mahambeg Mring Samudro (Meniru sifat laut/samudra), bersifat


luas, tenang, dan berombak. Sudah selayaknya pemimpin mampu
memiliki pandangan dan pengetahuan yang luas, mampu
menampung aspirasi masyrakatnya serta memberikan solusi dengan
kebijaksanaannya dan selalu tenang dalam menghadapi goncangan.

5. Mahambeg Mring Kartika (Meniru sifat bintang), bersifat


memancarkan kemilau di tempat tinggi. Pemimpin sudah sepatutnya
mampu memberikan pedoman, pembimbing arah pada kebaikan dan
mampu memberikan suri tauladan walaupun pemimpin berada di
pucuk manajerial tertinggi.

2
6. Mahambeg Mring Angkasa (Meniru sifat Langit), luas tak terbatas,
hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Prinsip
seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan
kemampuan mengendalikan diri dalam menampung pendapat
rakyatnya yang bermacam-macam.

7. Mahambeg Mring Dahana (Meniru sifat Api), mempunyai


kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya.
Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan
kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.

8. Mahambeg Mring Maruto (Meniru sifat Angin), selalu ada dimana-


mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang
yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan
rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya.

Itulah delapan falsafah Jawa (Hasta Brata) yang agung dan sudah
selayaknya kita mengaplikasikan nilai-nilai agung tersebut pada diri kita
sendiri, karena Ilmu Hasta Brata masih sangat relevan jika diterapkan di
era millenium. Selain itu, nilai-nilai agung tersebut juga termasuk
representasi dari alam semesta.

Anda mungkin juga menyukai