Anda di halaman 1dari 26

Bab 4

Teknis Dasar Budidaya Perikanan

Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase E, peseta didik mampu menjelaskan tentang teknis dasar budidaya perikanan
meliputi proses produksi budaya perikanan, manajemen pakan alami dan buatan, manajemen
kualitas air dan hama penyakit, serta panen dan penanganan pasca panen.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu
1. Memahami proses produksi budidaya perikanan sesuai K3LH antara lain persiapan
produksi budidaya perikanan dasar, pemeliharaan ikan dasar
2. Memahami manajemen pakan alami dan pakan buatan dasar
3. Memahami manajemen kualitas air dan hama penyakit ikan dasar
4. Memahami panen dan penanganan pasca panen dasar, pengemasan dan distribusi produk
dasar.
Peta Konsep

Persiapan produksi
budidaya perikanan
Proses produksi
budidaya perikanan
Pemeliharaan ikan

Pakan alami
Manajemen pakan
alami dan buatan
Pakan buatan

Persiapan alat dan


bahan

Teknis Dasar Budidaya


Perikanan Pengelolaan
parameter kualitas air
Manajemen kualitas
air dan hama penyakit
Pencegahan hama dan
penyakit

Pemeriksaan hama
dan penyakit

Menentukan ukuran
ikan

Panen dan
Melakukan
penanganan pasca
panen penanenan ikan

Penanganan hasil
panen
Usaha budidaya perikanan menunjukan perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun.
Hal ini dapat diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi ikan dan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun. Jenis ikan yang
dibudidayakan juga semakin beragam, mulai fari ikan konsumsi hingga ikan hias..Kegiatan
budidaya perikanan dapat dikelompokan menjadi tiga yakni pembenihan, pendederan dan
pembesaran.
Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki serta dalam rangka
menghadapi tantangan global termasuk di bidang perikanan maka tujuan pembangunan
perikanan budidaya adalah sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan melalui
sistem budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan.

A. Proses Produksi Budidaya perikanan


Kegiatan budidaya perikanan dapat berjalan dengan baik dan benar, diperlukan persiapan
sarana dan prasarana yang meliputi peralatan, wadah dan media. Sebelum memulai aktivitas
budidaya perikanan, peralatan telah disiapkan sesuai dengan jenis pekerjaan. Begitu juga
dengan wadah dan media budidaya, disiapkan sesuai prosedur dan jenis komoditas agar
memenuhi persyaratan optimal kehidupan ikan. Peralatan yang harus disiapkan antara lain
adalah peralatan pakan, peralatan operasional, peralatan panen.
1. Peralatan dan sarana yang digunakan dalam budidaya perikanan
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan budidaya ikan adalah sebagai berikut :
a) Alat ukur kualitas air
b) Alat ukur kuantitas air
c) Pompa air
d) Selang air
e) Seser atau jaring
f) Empat atau bak
g) Timbangan
h) Saringan
i) Wadah budidaya
2. Persiapan peralatan
Persiapan peralatan meluputi :
a) Membuat daftar peralatan yang dibutuhkan
b) Membersihkan peralatan
c) Melakukan sanitasi
d) Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kondisi peralatan
e) Memperbaiki kerusakan
f) Memasang/merangkai alat dan kelengkapan
g) Melakukan uji coba pengoperasian
3. Jenis-jenis wadah
Wadah yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain
adalah kolam/tambak, bak beton, fiber glass, kolam air deras, akuarium dan keramba
jaring apung.
4. Persiapan wadah
Wadah budidaya ikan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya harus disiapkan
sesuai dengan peruntukannya dalam kegiatan budidaya. Persiapan wadah bertujuan
untuk mengkondisikan wadah agar dapat digunakan secara maksimal untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang optimal sehingga ikan dapat hidup dan tumbuh dengan
baik. Persiapan kolam meliputi :
a) Pengeringan dasar kolam
Pengeringan dan penjemuran dasar kolam dengan bantuan sinar matahari bertujuan
untuk mengoksidasi bahan organik yang terkandung dalam lumpur dasar menjadi
mineral (hara). Proses pengeringan berlangsung kurang lebih selama 2-3 hari
sampai tanah dasar kolam retak-retak.
b) Pengangkatan lumpur
Untuk mengurangi kandungan bahan organik di dasar kolam, lapisan tanah dasar
kolam dicangkul sedalam 5-10 cm dan lumpur diangkat kemudian dipindahkan ke
pematang atau tempat lain di luar kolam. Pengangkatan lumpur juga berguna untuk
mempertahankan kedalaman kolam.
c) Perbaikan pematang dan pintu air
Perbaikan pematang dan pintu air bertujuan untuk mengembalikan fungsi komponen
tersebut yang mengalami kerusakan atau tidak berfungsi secara optimal setelah
digunakan untuk proses produksi siklus terdahulu.
d) Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri
patogen dan organisme hama. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian
(CaCO3), kapur tohor (CaOH2) dan dolomite. Dosis yang digunakan tergantung
pada kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk
pengapuran semakin banyak. Kapur disebar merata dipermukaan tanah dasar kolam
dan dibiarkan selama beberapa hari.
e) Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Pupuk yang digunakan dapat berupa
pupuk organik (kotoran ayam dan ternak lainnya, kompos) atau anorganik (urea,
TSP, NPK, KCl). Metode pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara
ditebarkan, dionggokkan di dasar kolam atau digantungkan dalam karung dibadan
air.
f) Pengisian air awal
Segera setelah pemupukan kolam dialiri dengan air. Pengairan dilakukan hingga
ketinggian air mencapai 15-20 cm. Kemudian dibiarkan selama 3-5 hari. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan.
g) Pengisian air lanjutan
Beberapa hari sebelum penebaran benih, ketinggian air di kolam ditingkatkan
hingga ketinggian ideal atau maksimum sesuai persyaratan teknis.
5. Persiapan media
Persiapan media meliputi kuantias dan kualitas air yang harus memenuhi persyaratan
teknis antara lain :
a) Kuantitas air harus cukup
b) Air harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bilogi
c) Memas dari pestisida, minyak dan deterjen serta logam berat
d) Bebas gulma, hewan pemangsa atau pengganggu dan jasad pathogen
e) Kisaran suhu 25o-30oC
f) pH 6,7-8,6
g) Oksigen terlarut 5-6 ppm
h) Karbondioksida maksimal. 25 ppm
i) Salinitas 0-40/00
j) Alkalinitas 50-500 ppm
k) Pestisida maksimal.0,01 ppm
Ikan sebagai salah satu jenis organisme yang hidup pada suatu perairan, jika manusia
melakukan kegiatan budidaya yaitu memproduksi organisme tersebut dalam suatu
lingkungan perairan yang terbatas dan terkontrol dengan baik maka manusia harus
memahami tentang lingkungan perairan dimana ikan tersebut dapat tumbuh dan
berkembangbiak seperti di habitat aslinya. Lingkungan perairan tempat ikan yang
dibudidayakan tumbuh dan berkembang biasa disebut dengan media. Media yang dapat
dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan ada beberapa persyaratan-
persyaratan agar ikan dapat tumbuh dan berkembangbiak pada wadah yang terbatas
tersebut. Sumber air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan antara lain
adalah air tanah, air sungai atau air pam. Berdasarkan asalnya sumber air yang dapat
digunakan untuk kegiatan Budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu air
permukaan dan air tanah. Air permukaan yaitu air hujan yang mengalami limpasan /
berakumulasi sementara ditempat-tempat rendah misalnya : air sungai, waduk, danau
dan rawa. Selain itu air permukaan dapat juga didefenisikan sebagai air yang berada
disungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami infiltrasi
kedalam. Sumber air permukaan tersebut sudah banyak dipergunakan untuk kegiatan
budidaya ikan. Sedangkan air tanah yaitu air hujan yang mengendap atau air yang berada
dibawah permukaan tanah. Air tanah yang saat ini digunakan untuk kegiatan budidaya
dapat diperoleh melalui cara pengeboran air tanah dengan kedalaman tertentu sampai
diperoleh titik sumber air yang akan keluar dan dapat dipergunakan untuk kegiatan
budidaya.
Parameter kualitas air dari berbagai aspek antara lain adalah aspek fisik, aspek kimia
dan aspek biologi. Dari aspek fisik akan antara lain beberapa parameter fisik dari suatu
perairan yang sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain
adalah kepadatan/berat jenis air, kekentalan/viscosity, tegangan permukaan, suhu air,
kecerahan dan kekeruhan air serta salinitas. Pada aspek secara kimia akan antara lain
tentang beberapa parameter kimia yang sangat berpengaruh pada media budidaya ikan
antara lain adalah oksigen, karbondioksida, pH, bahan organic dan garam mineral,
nitrogen, alkalinitas dan kesadahan. Sedangkan pada aspek secara biologi antara lain
parameter tentang kepadatan dan kelimpahan plankton pada suatu wadah budidaya ikan
yang sesuai untuk media budidaya ikan.
Parameter kualitas air dari aspek fisik, kimia dan biologi dengan menggunakan beberapa
peralatan pengukuran kualitas air yang sangat mudah mengoperasinalkan alatnya dan
tersedia dibeberapa tempat budidaya. Dengan mengetahui nilai parameter kualitas air
pada suatu media budidaya maka akan dapat dicegah suatu kejadian yang dapat
merugikan bagi organisme air yang dibudidayakan sehingga tidak merugikan manusia.
Seperti diketahui bahwa organisme air yang dipelihara dalam suatu wadah budidaya
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan media dimana ikan itu hidup,
sehingga jika terjadi fluktuasi terhadap beberapa parameter kualitas air pada suatu
lingkungan budidaya segera dilakukan penanganan dengan memberikan perlakuan
khusus pada media budidaya.

B. Manajemen Pakan Alami dan Buatan


Pakan istilah lain dari makanan yang dikonsumsi oleh hewan ternak yang terdiri dari dua
jenis yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang dikonsumsi oleh
organisme yang disediakan secara alami dari alam yang ketersediaanya dapat dibudidayakan
oleh manusia. SEdangkan, pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia dengan
menggunakan bahan baku yang mempunyai kandungan gizi yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan ikan. Di antara kedua jenis pakan tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan.
Disinilah peranan dari manajemen pakan yang dalam hal ini adalah pelaku pembudidaya
untuk menentukan kapan penggunaan pakan alami atau buatan.
1. Pakan Alami
Pakan alami ikan terdiri dari organisme renik berukuran kecil (mikro) dan organisme
makro yang sangat jelas bila dilihat dengan mata. Untuk melihat organisme renik dapat
menggunakan alat bantu seperti mikroskop. Pakan alami untuk benih ikan mempunyai
beberapa kelebihan karena ukurannya relatif kecil dan sesuai dengan bukaan mulut
benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah dibudidayakan gerakannya dapat merangsang
ikan untuk memangsanya, dapat berkembang biak dengan cepat sehingga
ketersediaannya dapat terjamin dan biaya pembudidayaannya relatif murah.
Jika dalam awal hidupnya benih ikan dapat menemukan pakan yang mempunyai ukuran
sesuai dengan bukaan mulutnya maka benih ikan tersebut diperkirakan dapat
meneruskan hidupnya. Namun, jika dalam waktu singkat benih ikan tidak dapat
menemukan pakan yang sesuai dengan bukaan mulutnya maka benih ikan itu akan
menjadi lemah dan selanjutnya mati. Selain beberapa kelebihan tersebut, pakan alami
juga tidak mencemari media pemeliharaan sehingga dapat diharapkan menekan angka
mortalitas benih ikan akibat kondisi air yang kurang baik.Jenis pakan alami yang dapat
dimakan benih ikan tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Semakin besar
ukuran benih ikan maka jenis pakannya juga berubah. Berikut ini beberapa jenis pakan
alami yang menjadi pakan alami benih ikan.
a. Phytoplankton
Phytoplankton merupakan organisme yang berukuran renik, memiliki gerakan yang
sangat lemah, bergerak mengikuti arah arus air dan dapat melakukan proses
fotosintesis karena memiliki klorofil dalam tubuhnya. Phytoplankton merupakan
produsen primer di perairan karena dapat mengolah bahan-bahan anorganik yang
ada dilingkungannya menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis.
Perkembangannya sangat cepat melalui pembelahan sel sehingga pertumbuhannya
dapat didorong melalui pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk
organik maupun pupuk anorganik.
Phytoplankton sangat baik untuk makanan burayak dan benih ikan. Jenis-jenis
phytoplankton yang tumbuh dikolam dan sebagai sumber pakan benih ikan antara
lain : Skeletonema, Chaetoceros, Tetraselmis, Dunaliella, Isochryis, Chlorella,
Nannochloropis dan Spirulina.
b. Zooplankton
Zooplankton merupakan hewan renik yang hidup melayang-layang didalam air.
Akan tetapi, ada juga yang berukuran agak besar sehingga dapat dilihat bentuknya
secara kasat mata. Beberapa jenis hewan yang merupakan zooplankton, di antaranya
Infusoria, Brachionus, Artemia, Daphnia, Moina, Cyclop dan calanus
c. Benthos
Benthos adalah binatang yang hidup didasar perairan. Habitat organisme benthos di
balik tanah dasar dan merayap di atas tanah dasar. Organisme yang hidup di balik
tanah dasar adalah bangsa cacing, seperti cacing sutera atau cacing rambut (Tubifex
sp) dan cacing lur (Nereis sp). Untuk mendorong berkembangbiak binatang benthos,
dasar kolam perlu di pupuk dengan pupuk organik. Semua organisme benthos
sangat disukai oleh hampir seluruh benih ikan
Tabel 2. Kandungan Gizi beberapa jenis pakan alami
Kandungan Gizi (%)
Jenis pakan
alami Kadar
Protein Lemak Serat Abu
air
Chlorella - 30.000 15.00 - 15.00
Brachionus 85.70 8.60 4.50 - 0.70
Cacing Tubifex 87.19 57.00 57.00 2.04 3.60
Artemia 81.90 55.00 18.90 - 7.20
Moina 90.60 13.29 13.29 - 11.00
Daphnia 94.78 8.00 8.00 2.58 4.00
Chiromomus 97.06 56.60 2.86 - 4.94
Sumber : https://www.lalaukan.com/2014/01/makanan-alami-benih-ikan.html
2. Pakan Buatan
Pakan buatan (artificial feed) adalah pakan yang sengaja disiapkan dan dibuat. Pakan ini
terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga
bentuknya berubah dari bentuk aslinya. Pakan buatan dapat digunakan, baik sebagai
pakan tambahan (supplementary feed) maupun sebagai pakan pelengkap (complete feed).
Pakan tambahan adalah pakan yang dalam kontribusinya hanya menghasilkan
penambahan berat kurang dari 50%. Pakan tambahan biasanya digunakan untuk
melengkapi kebutuhan ikan peliharaan selain pakan alami dan kandungan nutrisinya
tidak lengkap. Pakan tambahan adalah pakan yang kandungan gizinya tidak lengkap atau
mengandung unsur dominan tertentu saja. Oleh karena itu, pemberian pakan kepada ikan
bersifat tambahan. Sebagai contoh, dedak banyak karbohidrat diberikan kepada ikan
untuk menutupi kebutuhan karbohidrat yang dipelihara dalam kolam yang dipupuk
sehingga banyak mengandung zooplankton.
Sedangkan pakan komplit adalah pakan pabrik yang mempunyai kandungan nutrisi yang
lengkap dan kontribusinya sangat tinggi untuk meningkatkan produksi. Biasanya
merupakan pakan buatan yaitu pakan yang dibuat dari berbagai bahan makanan yang
diramu menggunakan formula sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan secara
lengkap. Kandungan air pakan buatan umumnya kurang lebih 15% sehingga dapat
disimpan di ruangan kering dalam waktu relatif lama.
Jenis-jenis pakan berdasarkan bentuk pakan buatan juga sangat beragam, baik dalam
bentuk kering maupun lembab. Pakan kering dalam bentuk pelet, remah (crumble),
butiran (granular), tepung (meal/mash), dan lembaran (flake). Pakan lembab dapat
berbentuk bola (ball), dan roti kukus (cake). Untuk pakan basah umumnya berbentuk
bubur atau pasta. Pelet dapat dibuat dalam beragam bentuk, seperti batang, bulat atau
gilik. Ukuran panjang dan diameternya disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan diberi
makan.
Kandungan gizi pakan buatan dapat disusun formulasinya supaya kandungan gizinya
lebih lengkap dibandingkan dengan pakan alami. Gizi utama yang harus terkandung
dalam ramuan pakan buatan adalah protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, dalam
menyusun ramuan pakan juga diperhatikan nilai ubahnya (konversinya). Apabila
makanan tersebut hanya dimaksudkan sebagai makanan tambahan maka kandungan
gizinya dapat lebih rendah dibandingkan jika akan digunakan sebagai makanan pokok.
Tabel 3. Bentuk pakan buatan untuk ikan
No Umur ikan Bentuk pakan
1 Sampai dengan umur 10 hari Emulsi
2 Umur 10-20 hari Tepung halus
3 Umur 20-40 hari Tepung kasar
4 Umur 40-80 hari Remah
5 Umur lebih dari 80 hari Pellet
Pakan yang diberikan harus sesuai dengan bukaan mulut ikan, ukuran ikan dan jenis
ikannya. Ikan air tawar dapat diberikan berbagai macam pakan seperti yang telah
diuraikan pada kajian sebelumnya dan untuk memperoleh efisiensi dalam proses
pemberian pakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberi pakan benih
ikan antara lain adalah jumlah pakan, frekuensi dan waktu pemberian pakan serta
prosedur teknis dalam memberikan pakan tersebut.
Pakan merupakan faktor yang penting dalam usaha membesarkan ikan. Dalam usaha
membesarkan, benih ikan diharuskan tumbuh hingga mencapai ukuran pasar. Untuk itu,
benih ikan harus makan, tidak sekedar untuk mempertahankan kondisi tubuh, tetapi juga
untuk menumbuhkan jaringan otot atau daging. Jumlah dan jenis pakan yang dikonsumsi
oleh benih ikan akan menentukan asupan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
daging. Pakan yang dikonsumsi oleh benih ikan bisa menggambarkan nafsu makan ikan
dan ini dipengaruhi oleh kualitas air (terutama suhu dan oksigen terlarut) media
pemeliharaan benih ikan. Pemberian pakan harus dihitung jumlahnya agar tidak
berlebihan atau kekurangan. Jika berlebihan maka pakan tidak akan dimakan sehingga
akan terjadi pembusukan yang menghasilkan amonia, sehingga dapat meracuni ikan.
Ikan yang kekurangan pakan akan terlihat kurus tetapi memiliki kepala yang besar.
a. Frekuensi dan waktu pemberian pakan
Frekuensi pemberian pakan adalah berapa kali pakan yang diberikan pada benih
ikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan. Umumnya
semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya semakin jarang
atau kurang. Ikan kecil sebaliknya diberi pakan lebih sering dibandingkan ikan
besar. Frekuensi pemberian pakan benih ikan berkaitan dengan laju evakuasi pakan
di dalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis ikan yang
dibudidayakan, serta suhu air.
Waktu pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Pada
ikan air tawar pakan diberikan 2 - 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Pada
pemeliharaan benih ikan di jaring terapung, nafsu makan benih ikan mas tinggi
dengan kandungan oksigen terlarut tinggi dan suhu air hangat. Pada saat itu, porsi
pakan yang diberikan relatif banyak. Namun demikian, sering kali waktu pemberian
pakan disesuaikan dengan kepraktisan operasional usaha sehingga waktu makan
umumnya ditetapkan siang hari. Selain ukuran dan biomasa ikan, jenis ikan yang
dipeliharan juga menentukan frekuensi dan waktu pemberian pakan.
Tabel 4. Frekuensi, waktu dan proporsi pemberian pakan
Ukuran Proporsi
Frekuensi Waktu pemberian (jam)
ikan (g) pemberian (%)
10 5 06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00 15, 20, 20, 30, 15
20 4 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 20, 30, 30, 20
50 3 07.00, 12.00, 17.00 30, 40, 30

b. Cara pemberian pakan


Untuk benih ikan yang masih kecil, pakan diberikan dengan menyebarkannya secara
merata di seluruh permukaan air. Pakan dalam bentuk tepung dan remah dapat
diberikan dengan cara ditaburkan menggunakan tangan. Penaburan pakan dengan
tangan harus memperhatikan arah angin. Pelet untuk ikan-ikan besar diberikan
dengan keadaan yang tetap, baik tempat maupun waktunya
Dengan waktu dan tempat yang tetap itu maka benih ikan akan terbiasa untuk
menunggu pakan di tempat tersebut pada waktu-waktu tertentu. Dengan demikian
akan memperkecil jumlah pakan yang tercecer.
Pakan diberikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kebiasaan ikan dalam
mencaplok dan menelan habis pakannya. Apabila kira-kira 30 % dari jumlah ikan
yang ada sudah tidak mau lagi menyambar pakan yang dilemparkan maka
pemberiannya segera dihentikan. Dalam budidaya ikan yang intensif, pemberian
pakan jangan sampai berlebih dan juga berkurang. Pemberian pakan yang berlebih
akan mengakibatkan : air wadah tercemar, dasar kolam cepat kotor, pemborosan.
Dan juga jika pemberian pakan yang kurang akan berakibat : pertumbuhan ikan
bervariasi, pertumbuhan terhambat, daya tahan tubuh menurun, terjadi kanibalisme.
Pakan diberikan kepada ikan sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk
pertumbuhan. Kebutuhan pakan harian dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan
per hari yang ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Tingkat pemberian
pakan ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka pemberian
makannya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin besar. Secara
berkala, jumlah pakan harian ikan disesuaikan dengan pertambahan bobot ikan dan
perubahan populasi. Informasi bobot rata-rata dan populasi ikan diperoleh dari
kegiatan pemantauan ikan dengan cara sampling. Penyesuaian pakan dilakukan
setelah diadakan sampling.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan :
 Pakan diberikan pada jam yang sama setiap hari
 Pemberian pakan dilakukan pada saat suhu air hangat
 Pakan disebarkan sedikit demi sedikit untuk menarik minat ikan, setelah itu
dapat disebarkan lebih banyak
 Pemberian pakan dilakukan dengan tenang sehingga ikan tidak stress
 Mengamati tingkah laku dan nafsu makan ikan sambil memberikan pakan.
c. Pengaruh lingkungan
Tingkat konsumsi pakan dari seekor ikan tidak hanya dipengaruhi praktik
pemberian pakan saja. Akan tetapi tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan, diantaranya suhu dan oksigen terlarut.
1) Suhu
Keadaan suhu air sangat berpengaruh terhadap pemberian pakan. Hal ini ada
hubungannya dengan nafsu makan benih ikan yang bersangkutan. Semakin
tinggi suhunya maka laju metabolisme ikan akan bertambah. Bertambahnya
laju metabolisme mengakibatkan naiknya tingkat konsumsi pakan karena nafsu
makan ikan juga meningkat. Akan tetapi jika suhu lingkungan terlalu tinggi
sehingga tidak dapat ditolerir oleh benih ikan maka tingkat konsumsi pakan
ikan juga menurun. Suhu air terlalu rendah atau terlalu tinggi mengakibatkan
nafsu makan benih ikan akan terganggu sehingga pakan yang diberikan banyak
yang tidak termakan.
2) Oksigen terlarut
Selain suhu, oksigen terlarut juga berpengaruh terhadap pemberian pakan ikan.
Apabila kadar oksigen kurang dari 6 mg/liter (6 ppm) maka nafsu makan ikan
dapat hilang. Turunnya kadar oksigen dalam air dapat disebabkan oleh berbagai
macam hal antara lain adanya proses pembusukan, air tidak mengalir, ikan
dalam kolam terlalu padat dan kenaikan suhu. Proses pembusukan yang
menghebat karena banyak tertimbunnya sisa-sisa bahan organik dapat
menghabiskan persediaan oksigen.
Berbagai macam usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penurunan kadar oksigen antara lain adalah :
 Memasukan air baru dan membuang air yang lama
 Mempertahankan kedalaman air
 Mencagah terjadinya pengotoran
 Memasukan udara segar melalui aerasi
Kebutuhan pakan yang akan disiapkan dalam proses pemberian pakan pada
larva/benih ikan dapat dihitung dengan memperhatikan tentang Feeding Rate dan
Feeding Convertion Rate.
1) Feeding Rate (FR)
Pakan diberikan kepada ikan sesuai dengan kebutuhan dan dapat memberikan
pertumbuhan dan efisiensi pakan yang paling tinggi. Kebutuhan pakan harian
dinyatakan sebagai tingkat pemberian pakan (feeding rate) per hari yang
ditentukan berdasarkan persentase dari bobot ikan. Tingkat pemberian pakan
ditentukan oleh ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya
semakin kecil, tetapi jumlah pakan perharinya semakin besar.
Secara berkala, jumlah pakan harian ikan disesuaikan (adjusment) dengan
pertambahan bobot ikan dan perubahan populasi. Informasi bobot rata-rata dan
populasi ikan diperoleh dari kegiatan pemantauan ikan dengan cara sampling.
Untuk menghitung kebutuhan pakan harian ikan dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

Jumlah pakan harian (kg) = FR x BM


Ket.
FR : feeding rate (%)
BM : bobot biomasa (kg)
Contoh :
FR sebesar 5%, dan BM 20 kg, pakan yang diberikan perhari adalah 5% x 20
kg = 1 kg per hari.
Feeding rate yang digunakan ditentukan oleh ukuran ikan yaitu 3-10%. Jumlah
pakan yang dibutuhkan dalam pemeliharaan ikan harus dihitung berdasarkan
dosis (feeding rate) pemberian pakannya. Pemberian pakan yang kurang dalam
periode pemeliharaan ikan akan mengakibatkan pertumbuhan ikan terganggu
seperti ikan mudah sakit dan tubuh yang kuntet/kerdil. Jumlah pakan yang
diberikan juga harus ditimbang sesuai kebutuhan ikan. Kebutuhan pakan ikan
tiap per periode sampling akan berbeda dan akan mengalami peningkatan
kebutuhan pakan per harinya.
Tabel 5. Tahap penentuan jumlah pakan harian pada setiap bulan setelah
sampling pada ikan Mas
Bobot Bobot Jumlah
Panjang Populasi Feeding
Bulan rata- biomasa pakan
(cm) (ekor) rate (%)
rata (g) (kg) harian
a b c d=bxc e f=dxe
I 8-10 10 1250 12,50 7 0,88
II 11-13 20 1100 22,0 5 1,10
III 15-18 100 1050 105,00 4 4,2
IV 19-20 200 1000 200,00 3 6

2) Feed Convertion Ratio (FCR)


Dari jumlah makanan yang dimakan oleh ikan, kurang lebih hanya 10% saja
yang dapat digunakan untuk pertumbuhan atau penambahan bobot badan.
Selebihnya makanan tersebut digunakan untuk pemeliharaan tubuh atau
memang tidak dapat dicerna. Jumlah bobot makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan atau penambahan bobot badan itu disebut nilai ubah makanan
atau konversi makanan.
Suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg daging ikan adalah feed conversion ratio. Apabila untuk
menambah bobot 1 kg daging ikan dibutuhkan 6 kg pakan, berarti faktor
konversi pakannya adalah 6. Tergantung dari jenis pakannya, faktor konversi
pakan pada ikan berkisar antara 1,5-8. Secara umum, suatu jenis pakan
dikatakan cukup efisien jika faktor konversinya sekitar 1,7. Faktor konversi
bahan pakan nabati lebih besar dari pada pakan hewani. Demikian pula
makanan basah, mempunyai faktor konversi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan makanan kering.
FCR sering kali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu
usaha budidaya ikan. Faktor yang digunakan dalam perhitungan FCR bukan
penambahan berat daging ikannya, melainkan bobot panennya yang merupakan
bobot hidup atau bobot basah ikan pada waktu panen.
FCR = jumlah kg pakan
jumlah kg ikan hasil panen

Misalnya, sebuah kolam dapat dipanen ikan sebanyak 1250 kg. Untuk ikan
sebanyak itu telah digunakan pakan sebanyak 2000 kg selama masa
pemeliharaan, maka nilai FCR dari pakan yang diberikanan adalah 2000 kg /
1250 kg = 1,6

C. Manajemen Kualitas Air dan Hama Penyakit Ikan


Air sebagai media hidup ikan merupakan pokok utama kegiatan budidaya ikan sehingga
setiap saat perlu diadakan pengontrolan kualitas dan kuantitas air. Karena metabolisme
tubuh dan kondisi ikan sangat erat kaitannya dengan parameter air maka agar ikan dapat
tumbuh secara optimal harus diketahui dan dilakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas air
agar ikan yang dibudidaya tidak mudah terserang hama dan penyakit.
Sumber air yang digunakan untuk usaha budidaya perikanan harus memenuhi persyaratan
baik sifat fisik, kimia maupun biologi.
1. Sifat Fisik Air
Sifat fisik air yang banyak berperan dalam pendederan ikan air tawar adalah suhu air,
warna air dan Kecerahan/kekeruhan (turbidity).
a. Suhu
Suhu air merupakan salah satu sifat fisik yang perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan. Secara garis besar, suhu
perairan dapat mempengaruhi kegiatan metabolisme, perkembangbiakkan,
pernapasan, denyut jantung dan sirkulasi darah, kegiatan enzim dan proses fisiologi
lainnyan pada ikan dan organisme perairan lainnya. Keadaan ini jelas terlihat dari
jumlah plankton di daerah yang beriklim sedang relatif lebih banyak dibandingkan
pada perairan di daerah tropis. Ini karena pada daerah yang beriklim panas, proses
perombakan berlangsung sangat cepat sehingga tidak mencapai jumlah yang besar.
Selain mempengaruhi pertukaran zat seperti yang telah disinggung di atas, suhu
juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya racun
suatu bahan pencemar. Semakin tinggi suhu suatu perairan semakin sedikit oksigen
terlarut di dalamnya sedangkan kebutuhan oksigen setiap 10ºC oleh organisme
perairan naik hampir dua kali lipat. Contoh lain yakni daya racun potassium sianida
terhadap ikan akan naik dua kali lipat setiap kenaikkan suhu 10ºC. Sesuai hukum
Van Hoff bahwa untuk setiap perubahan kimia, kecepatan reaksinya naik dua
sampai tiga kali lipat setiap kenaikkan suhu sebesar 10ºC.
Setiap organisme mempunyai persyaratan suhu maksimum, optimum dan minimum
untuk hidupnya serta mempunyai kemampuan menyesuaikan diri sampai suhu
tertentu. Secara alamiah ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan
suhu. Suhu yang baik untuk pendederan ikan air tawar berkisar antara 25 - 30ºC.
b. Kecerahan/kekeruhan (turbidity)
Besarnya cahaya matahari langsung yang jatuh pada suatu tempat tergantung pada
musim, letak geografis, waktu, sudut jatuh, tinggi tempat dari permukaan laut dan
keadaan atmosfer. Cahaya yang jatuh pada permukaan air sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi diserap ke dalam air. Cahaya yang diserap inilah yang
akan menentukan kecerahan suatu perairan.
Kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah kecerahan dengan jumlah cahaya
matahari yang masuk tidak terlalu besar sehingga proses fotosintesis dapat berjalan
seimbang dan jumlah fitoplankton memadai untuk kehidupan ikan.
Nilai kekeruhan antara 25 – 100 NTU. Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton,
suspensi partikel tanah atau humus. Kekeruhan karena suspensi koloid
tanah/lumpur, terlebih lagi bila ditambah dengan adanya hidroksida besi, maka akan
sangat berbahaya bagi ikan karena partikel tersebut dapat menempel pada insang
sehingga insang dapat rusak dan mengakibatkan terganggunya pernapasan ikan.
Kekeruhan yang diakibatkan oleh partikel zat padat dalam jumlah besar juga dapat
menghalangi penetrasi cahaya matahari ke dalam air, sehingga akan mempengaruhi
proses fotosintesis serta pertumbuhan tanaman air dan fitoplankton yang hidup di
dalamnya. Akibatnya tanaman air dan fitoplankton sebagai persediaan pakan alami
ikan dan penyedia oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan untuk proses respirasi
(pernapasan) dalam air berkurang.
Kekeruhan yang diharapkan adalah kekeruhan oleh kepadatan plankton, karena
plankton dapat dimanfaatkan ikan sebagai makanan alami, bahkan plankton
kelompok nabati (phytoplankton) dapat membantu menyerap senyawa yang
berbahaya bagi ikan antara lain menyerap amonia secara langsung dan menyerap
nitrit secara tidak langsung. Selain itu phytoplankton merupakan produsen oksigen
yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan dalam air.
c. Warna air
Warna air di perairan dipengaruhi oleh faktor kecerahan/kekeruhan, bahan-bahan
yang melayang baik hidup maupun yang mati, kualitas cahaya yang masuk
keperairan, warna langit dan warna dasar perairan. Makin bening suatu perairan
makin dalam pula cahaya yang dipantulkan mencapai mata
Warna air yang terlihat sering tidak membahayakan kehidupan ikan, kecuali oleh
bahan pencemar beracun seperti asam humus.
Komponen-komponen sistem perairan paling banyak menentukan warna suatu
perairan. Warna hijau (hijau tua) sering dipengaruhi oleh alga biru. Warna
kekuning-kuningan atau coklat oleh diatomae, warna merah oleh zooplankton,
warna hijau atau coklat kuning disebabkan oleh humus dan warna coklat tua oleh
bahan-bahan organik. Bahan organik juga sering memberikan warna-warna tertentu
seperti kalsium karbonat memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat
memberikan warna hijau dan besi oksida memberikan warna merah.

2. Sifat Kimia Air


Sifat kimia air yang banyak berperan adalah oksigen terlarut, kandungan karbondioksida
bebas (CO2), pH air (derajat keasaman), alkalinitas, amonia (NH 3 dan NH4)2, asam
sulfida (H2S) dan salinitas.
a. Oksigen (O2) terlarut
Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan ikan, bila kadar oksigen
rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan,
bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Oksigen juga tidak hanya berfungsi
untuk pernapasan (respirasi) ikan, tetapi juga untuk penguraian atau perombakan
bahan organik yang ada di dasar kolam. Konsentrasi oksigen terlarut dalam
perairan mengalami fluktuasi selama sehari semalam (24 jam). Konsentrasi terendah
terjadi pada waktu subuh (dini hari) kemudian meningkat pada siang hari dan
menurun kembali pada malam hari. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut tertinggi
terdapat pada perairan yang mempunyai kepadatan planktonnya tinggi dan
sebaliknya.
Kelarutan oksigen dalam air dipenagruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,
kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah
permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen
sekelilingnya. Bila pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan
jumlah kelarutan oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan
sudah jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen
terlarut daripada yang seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air
tersebut sudah lewat jenuh (super saturasi). Apabila dikaitkan dengan tekanan udara
dan suhu, maka kelarutan oksigen dalam air akan menurun dengan menurunnya
tekanan udara dan suhu. Pada usaha pembenihan ikan air tawar di heatchery kadar
oksigen terlarut dapat dioptimalkan dengan bantuan aerasi.
b. Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida atau dikenal dengan nama zat asam arang dibutuhkan secara tidak
langsung oleh ikan. Dengan kata lain karbon dioksida dibutuhkan pada proses
fotosintesa fitoplankton dan penentu derajat keasaman (pH) perairan. Karbon
dioksida bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat (H 2CO3) yang
menghasilkan kondisi asam dalam perairan melalui disesiasi menjadi H + dan HCO3-
reaksinya adalah sebagai berikut :
CO3 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- 2H+ + CO3-
Ikan akan mengalami kesulitan pernafasan pada kadar karbondioksida melebihi 15
pmm dan masih dapat hidup dengan meningatkan oksigen terlarut di dalam air.

c. pH air (derajat keasaman)


Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hydrogen yang terdapat
di dalam perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan
menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa.
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO 2 dan senyawa-
senyawa yang bersifat asam. Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah
menjadi rendah pada pagi hari, meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum
pada sore hari serta akan menurun kembali pada malam hari. Oleh karena itu
pengukuran pH perairan dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada saat-saat
tersebut pH air mencapai puncak terendah dan tertinggi. Untuk menciptakan
kehidupan ikan dan kultur pakan alami (fitoplankton) yang baik nilai pH air
diusahakan berkisar antara 6,5 – 8,5
d. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan suatu senyawa (karbonat dan bikarbonat) yang ada
dalam air untuk menetralisir asam kuat atau disebut juga sebagai penyangga
(buffer). Produktifitas pembenihan ikan air tawar dapat optimal apabila mempunyai
alkalinitas 50 – 200 ppm
Pada perairan yang alkalinitasnya rendah, maka nilai pH dan kesadahan air juga
rendah. Hal ini karena dalam perairan tersebut hanya terdapat sedikit ion Ca yang
dapat meningkatkan nilai pH dan kesadahan
e. Amonia
Amonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik yang
dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air kurang.
Di dalam air amonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa amonia bukan
ion (NH3) dan berupa ion ammonium (NH4+).
Dalam kaitannya dengan usaha budidaya perikanan ikan air tawar, NH 3 akan dapat
meracuni ikan sedangkan NH4+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi sangat
tinggi. Konsentrasi NH3 yang tinggi terjadi setelah fitoplankton mati kemudian
diikuti dengan penurunan pH air disebabkan konsentarsi CO2 meningkat.
Batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentrasi NH 3 pada perairan tidak
lebih dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap
oksigen dan ikan akan mati karena sesak napas.
Perombakan senyawa nitrogen pada perairan aerob akan menghasilkan senyawa
nitrat yang dapat diserap oleh organisme nabati menjadi senyawa organik berupa
protein.

f. Nitrogen
Kandungan nitrogen yang sangat jenuh dapat membahayakan ikan karena dapat
menyebabkan gas bubble disease atau emboli sebagai akibat adanya tekanan total
gas. Derajat kejenuhan nitrogen 105% dapat menyebabkan gas bubble disease bagi
larva ikan.
g. Asam Sulfida (H2S)
Asam sulfida merupakan hasil perombakan yang belum sempurna dari bahan
organik yang mengandung sulfur akibat perairan yang anaerob. Hasil perombakan
tersebut dapat memperbesar pengurangan oksigen terlarut dan menimbulkan bau
busuk.
Senyawa sulfur organik diperairan berasal dari buangan limbah industri dan limbah
rumah tangga atau ada kalanya lahan yang mempunyai kandungan sulfide seperti
daerah pertambangan batu bara. Konsentarsi asam sulfide yang masih relatif tidak
membahayakan kehidupan ikan adalah tidak lebih dari 1 mg/liter.
h. Salinitas
Salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air.
Salinitas dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu
daerah.
Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat
digolongkan menjadi ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil
(Ctenohaline) dan ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar (Euryhaline).
Golongan ikan air tawar merupakan golongan Ctenohaline yang hanya mampu
hidup di perairan dengan salinitas >30 0/00. Umumnya salinitas air tawar relatif stabil
kecuali pada muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air tawar.
3. Sifat Biologi Air
Sedangkan sifat biologi air yang banyak berperan dan perlu diperhatikan dalam
penentuan lokasi pembenihan ikan air tawar adalah produktivitas primer, yakni
produktivitas plankton, serangga air dan benthos. Produktivitas primer sangat besar
peranannya di dalam pembenihan ikan air tawar, karena berfungsi sebagai pakan alami
serta penyedia oksigen terlarut dalam air bagi ikan untuk bernafas (respirasi).
4. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan
Penanggulangan hama dan penyakit merupakan kegiatan penting lain dalam usaha
pendederan ikan air tawar baik di atau kolam tanah/tambak. Penurunan produksi atau
bahkan kegagalan panen merupakan resiko yang akan terjadi apabila hal ini diabaikan.
Pengendalian penyakit ikan dapat dilakukan dengan memperhatikan ikan yang
dipelihara dari gejala-gejalanya selama proses pemeliharaan.
a. Penyakit Ikan
Penyakit dapat didefinisikan sebagai segala gangguan terhadap suatu fungsi atau
struktur dari alat tubuh atau sebagian alat tubuh. Penyakit dapat ditimbulkan oleh
satu atau berbagai sumber penyakit. Sumber-sumber penyakit disebabkan oleh :
 Parasit
 Kondisi lingkungan
 Pakan yang tidak sesuai
 Kondisi patogen
 Penyakit dapat menyebabkan kematian, ketersedian, lambatnya pertumbuhan,
tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar rendah, dan penurunan produksi.
1) Protozoa
Jenis penyakit yang disebabkan protozoa antara lain :
 White spot
Penyakit bintik putih yang disebabkan oleh Ichthyopthirius multifillis,
protozoa yang bersarang pada lapisan lendir kulit dan sirip ikan serta
merusak lapisan insang. Penyakit ini menyebabkan pendarahan, yang
sering terlihat pada bagian sirip dan insang ikan.
Gejala serangan : nafsu makan berkurang, luka-luka, lesu, mata suram,
sisik lepas, lendir tubuh meningkat dan adanya bintik-bintik putih pada
insang dan permukaan kulit.
 Trichodiniasis
Disebabkan oleh Trichodina sp., yang menginfeksi kulit, sirip dan insang.
Gejala klinis tidak terlihat kecuali pada infeksi berat ditandai dengan
kerusakan insang dan pengikisan yang besar diantara filamen.
Penanggulangannya sama dengan penyakit white spot.
2) Crustacea
Argulus indicus menghisap darah dan menyebabkan infeksi kutu ikan. Dapat
menyebabkan infeksi sekunder pada ikan. Gejala yang tampak : tubuh ikan
kurus, gerakan lemah, bekas gigitannya berwarna merah dan terkadang
membentuk koloni di insang dan sirip. Pengobatan :perendaman menggunakan
PK (2 gr PK : 10 ltr air), garam dapur (2 gr : 100 cc air) selama 5-10 menit.
3) Cacing
Infeksi cacing darah disebabkan oleh Sanguinicola inermis, salah satu jenis
cacing renik yang menyerang saluran darah ikan. Gejalanya : pendarahan
insang, necrosis. Pengobatannya belum diketahui.
4) Jamur
Jamur Saprolegnia dan Achlya menyerang ikan air tawar dan telur ikan
berbentuk benang-benang halus. Gejalanya terlihat benang putih atau
kecoklatan pada luka. Pengobatannya dengan merendam ikan atau telur
mengggunakan larutan malachietgreen 0,2% sebanyak 1 ml/ltr air selama 30
detik.
5) Bakteri
Infeksi bakteri biasanya timbul karena ikan stres sehingga merupakan patogen
sekunder. Ada tiga golongan bakteri yang sering menyerang :
a. Bakteri perusak sirip
Meliputi jenis Mycobacter sp, Pseudomonas sp,. Gejalanya, ujung sirip
rusak. Pengobatan : perendaman dalam larutan Acriflavine 100 ppm
selama 1 menit.
b. Bakteri vibrio
Infeksi oleh bakteri ini disebut vibriosis. Gejala serangan, warna tubuh
gelap, berenang terbalik, perut berwarna kemerahan, hilang nafsu makan,
insang luka dan bernanah. Pengobatan : oxytetracycline 0,5 gr/kg pakan
selama 7 hari berturut-turut.
c. Bakteri streptococcus
Menimbulkan penyakit yang disebut streptococcosis. Gejalanya, ikan
terlihat kelelahan, berenang tidak teratur dan pendarahan pada mata. Saran
pengobatan : pemberian ampixillin 0,5 gr/kg pakan selama 5 hari.
6) Virus
Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain :
a. Channel Catfish Virus Desease (CCVD) merupakan infeksi ikan yang
disebabkan oleh virus herpervirus. Pencegahan dan pengobatan dengan
melakukan sanitasi pada kolam dan peralatan.
b. Cacar ikan, disebabkan oleh virus Epithelioma papulasum. Gejala timbul
bercak putih susu seperti panu tetapi kemudian menonjol dengn ketebalan
± 2 mm. Pengobatannya menggunakan senyawa arycil yang disuntikan.
b. Jenis-jenis hama
Suatu organisme hidup sering mengakibatkan kerugian bagi organisme lainnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Organisme yang dapat mengakibatkan
kerugian bagi organisme lainnya antara lain jenis hama dan penyakit yang
dikelompokkan pada :
1) Pemangsa (predator)
Contoh-contoh predator antara lain : ular, musang, burung, biawak, ikan-ikan
buas yang berukuran lebih besar dan lain-lain.
2) Pesaing (competitor)
Pesaing merupakan suatu makhluk yang dalam hidupnya dapat merugikan
makhluk lain karena memiliki kesamaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contoh kompetitor antara lain ikan seribu, ikan kepala timah dan lain-lain.
3) Pengganggu (post)
Pengganggu adalah organisme yang mengganggu ikan-ikan yang dipelihara
sehingga menurunkan produksi. Contoh ular, tikus, kepiting dan lain-lain.
4) Pembawa penyakit (vector)
Vektor adalah organisme hidup yang berperan sebagai pembawa penyakit
kepada orgisme lainnya. Contoh argulus sp dan ikan seribu.

D. Panen dan Penanganan Psca Panen


Kurangnya pengetahuan tentang pemanenan ikan sering menjadi salah satu penyebab
menurun pendapatan petani ikan. Harga ikan khususnya benih ikan sangat ditentukan oleh
kesehatan ikan. Ikan yang telah dipeliharan secara baik selama kegiatan budidaya dapat
mengalami kerugian karena kekeliruan dalam pemanenan. Cara pemanenan setiap jenis dan
ukuran ikan berbeda-beda baik waktu panen, cara panen dan sebagainya. Perbedaan cara
pemanenan tersebut disebabkan daya toleransi ikan terhadap suhu, oksigen terlarut dan
penanganan ikan juga berbeda.
1. Menentukan ukuran ikan yang akan dipanen
Sebelum melakukan pemanenan ikan atau benih ikan, biasanya petani ikan akan
melakukan pengamatan dan pengambilan sampel pada ikan-ikan atau benih ikan
peliharaannya. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran ikan
atau benih ikan yang dipelihara sudah mencapai ukuran untuk dipanen.
Untuk benih atau ikan yang sudah siap dijual, bisanya ditentukan dari jenis ikan dan
kebiasaan petani dalam melakukan proses budidaya. Ada tingkatan-tingkatan petani ikan
dalam melakukan usahanya, antara lain petani pembenih ikan, petani pendeder benih
ikan dan petani pembesaran ikan.
Ukuran ikan yang akan dipanen sangat beragam, dari ukuran larva sampai ikan yang siap
dikonsumsi bisa dipanen tergantung pada permintaan pasar atau pembeli. Setiap daerah
memiliki ukuran yang berbeda dalam pemasaran ikan baik ikan konsumsi maupun benih
ikan. Contoh untuk ukuran ikan/benih dan jenis ikan yang dapat dipanen :
Tabel 6. Ukuran ikan dan jenis yang dapat dipanen
Jenis Larva Benih Konsumsi
No
Komoditas (umur) (ukuran) (ukuran)
1 Ikan Mas 3 hari 0.5 - 1 cm Size 3-10 ekor
2 Ikan Nila 3 hari 0.5 - cm, 3 - 5 cm Size 1 – 6 ekor
3 Ikan Lele 3 hari 0.5 – cm, 3 – 5 cm, 6 – 8 cm,
Size 5 – 12 ekor
10 – 12 cm
4 Ikan Bawal 8 hari 1 – 3 inci Size 1 – 5 ekor
5 Ikan Patin 1 hari 0.5 – 3 inci Size 1 -2 ekor
6 Ikan Gurami 1 hari 0.5 – 5 inci Size 1 – 2ekor

2. Melakukan pemanenan ikan


Sebelum melaksanakan kegiatan pemanenan ikan, sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam pemanenan ikan harus sesuai dengan peruntukannya. Banyak ragam
dan jenis peralatan, wadah dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemanenan ikan.
Ada tiga katagori pemanenan dalam budidaya ikan, yaitu memanen pada larva,
memanen pada benih.
Faktor penentu keberhasilan kegiatan atau pekerjaan dalam pemanenan adalah
kelengkapan peralatan dan ketersediaan wadah penampungan hasil panen. Untuk
pekerjaan pemanenan harus memperhitungkan berapa jumlah alat dan wadah yang akan
digunakan sehingga pekerjaan pemanenan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
3. Penanganan hasil panen
Ikan atau benih ikan yang baru dipanen ada yang dapat langsung dijual dan ada yang
harus ditangani lebih lanjut. Penanganan hasil panen ini dilakukan untuk memenuhi
standar permintaan pasar. Ikan yang memenuhi standar dapat dijual dengan harga
menguntungkan. Beberapa kegiatan penanganan hasil panen meliputi seleksi,
penimbangan, pemberokan dan pengangkutan.
a. Seleksi
Dalam satu periode pemeliharaan ikan biasanya ukuran ikan sangat beragam. Untuk
itu, ikan perlu diseleksi dan dipisahkan menurut ukuran. Ikan yang berukuran kecil
atau tidak memenuhi kebutuhan standar pasar sebaiknya dipelihara kembali dalam
kolam.
Penyeleksian ikan ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan panen. Ikan dari
kolam sebaiknya diseleksi saat berada di dalam hapa. Caranya dengan menggiring
ikan ke salah satu sudut hapa, lalu diseleksi satu persatu. Ikan yang dipelihara di
jaring terapung pun harus digiring ke salah satu sudut jaring sebelum diseleksi.
b. Penimbangan
Sebelum dijual, ikan yang sudah diseleksi perlu ditimbang untuk mengetahui bobot
ikan dari satu periode pemeliharaan. Dari bobot tersebut dapat diketahui pendapatan
dan keuntungan yang bakal diperoleh. Penimbangan dilakukan bertahap atau sedikit
demi sedikit. Ikan yang akan ditimbangan dimasukan dalam jerigen plastik yang
sudah dibuka bagian atasnya sebagai tempat memasukkan ikan. Bagian bawah dan
pinggirnya dilubangi 1 – 2 cm agar air dapat keluar saat penimbangan. Pengambilan
ikan yang akan ditimbang dilakukan dengan jerigen. Setelah ditimbang, ikan
dimasukkan dalam wadah berbeda.
c. Pemberokan
Pemberokan dapat diartikan sebagai kegiatan penyimpanan sementara sebelum ikan
dipasarkan dengan tujuan untuk membuang kotoran dalam tubuh ikan. Pemberokan
harus dilakukan terutama ikan konsumsi yang akan diangkut ke daerah lain. Cara ini
dapat menyebabkan air dalam wadah angkut tidak kotor. Pemberokan dapat
dilakukan dalam kolam atau hapa. Ikan tidak boleh diberi makanan selama proses
pemberokan. Tujuannya agar ikan tidak mengeluarkan kotoran lagi. Pemberokan
sebaiknya dilakukan selama 1 – 2 hari.
d. Pengangukutan
Benih atau ikan konsumsi hasil pemanenan dapat diangkut dengan berbagai cara,
tergantung tujuan pasar. Ikan hasil pemanenan dapat dijual ke pasar lokal, luar
daerah dan ekspor. Pasar lokal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
sekitar lokasi pemeliharaan. Pasar luar daerah untuk memenuhi kebutuhan daerah
atau propinsi lain. Sementara pasar ekspor untuk kebutuhan negara lain. Dengan
ekspor diharapkan keuntungannya akan lebih besar dan dapat menambah devisa
negara.
Pengangkutan ikan ada bermacam-macam walaupun prinsip utamanya sama, yaitu
membuat ikan/benih ikan tetap hidup hingga di tempat tujuan. Sistem pengangkutan
sangat tergantung pada jarak, jumlah dan ukuran ikan/benih, serta alat angkut.
Namun, pada dasarnya sistem pengangkutan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup.
Tugas Mandiri
Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk hasil perikanan budidaya diharapkan
aman untuk dikonsumsi sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan pasar sebagai konsekkuensi
dari kebutuhan pasar global, produk perikanan budidaya harus mempunyai daya saing, baik
dalam mutu produk maupun efisiensi dalam produksi. Hal tersebut akan berpengaruh positif
dalam upaya meningkatkan ekspor dan menekan impor serta pertumbuhan ekonomi yang pada
gilirannya dapat meningkatkan devisa dan pendapatan masyarakat.
Cara budidaya ikan yang baik (CBIB) merupakan penerapan cara memelihara dan atau
membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga
memberikan jaminan pangan dari pembudidaya dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat dan
bahan kimia serta bahan bilogi. Dengan demikian, jelaskan bagaimana cara penerapan budidaya
ikan yang baik yang dipersyaratkan sehingga pembudidaya dapat menghasilkan hasil yang
maksimal.

Rangkuman
Secara umum, kegiatan budidaya perikanan dibagi menjadi tiga bidang yaitu pembenihan,
pendederan dan pembesaran. Ketiga bagian tersebut dapat diusahakan secara bersamaan atau
terpisah, namun tetap saling berkaitan. Dewasa ini, usaha budidaya perikanan air tawar telah
banyak diupayakan masyarakat baik secara monokultur yang dipelihara satu jenis ikan pada satu
wadah, juga secara polikultur yang memelihara dua atau lebih jenis ikan dalam satu wadah,
maupun sistem budidaya ikan terpadu antara ikan dengan jenis komoditas lainnya seperti
budidaya ikan dengan ternak unggas ayam (longyam), antara ikan dengan padi (minapadi). Dari
ketiga fase tersebut selalu membutuhkan pakan dalam proses budidayanya. Pakan sangat
dibutuhkan bagi ikan dan organisme air lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa ada
pakan semua makluk hidup tidak dapat berkembang. Pakan dalam budidaya perikanan dibagi
menjadi dua kelompok yaitu pakan alami dan pakan buatan. Budidaya perikanan dalam
mengendalikan hama dan penyakit ikan sebaiknya dilakukan secara berhati-hati terutama apabila
menggunakan bahan kimia beracun. Karena hal tersebut akan membahayakan ikan yang diobai
dan manusia yang akan mengkonsumsi ikan tersebut.

Uji Kompetensi
A. Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Pajak.
A. Prof. Edwin R. A. Seligman
2. Orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak yang memiliki hak serta kewajiban perpajakan sesuai ketentuan undang-undangan
perpajakan disebut ....
A. wajib pajak
B. pengusaha kena pajak terdaftar
C. pengusaha kena pajak
D. petugas pajak
E. penanggung jawab
3. Pajak yang digunakan untuk menjalankan kebijakan dengan cara mengatur peredaran
uang di masyarakat agar harga stabil merupakan fungsi ....
A. budgetair
B. regulared
C. redistribution
D. stabilitas
E. demikrasi
4. Salah satu fungsi pemungut pajak adalah ....
A. sebagai sarana untuk melaporkan perhitungan jumlah PPN dan pajak penjualan atas
barang mewah
B. bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan menggunakan formulir
atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran
C. melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan julah PPN dan PPnBM
D. pembayaran oleh PKP melalui pihak lain dalam satu masa pajak
E. melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut serta
disetorkan
5. Hukum pajak yang mengatur norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa
yang dikenakan pajak, pihak yang dikenakan, besarnya pajak maupun sanksi pajak, serta
norma tentang objek pajak, subjek pajak, tarif pajak dan sanksi adalah pengertian ....
A. perlawanan pajak pasif
B. perlawanan pajak aktif
C. penggelapan pajak
D. tax avoidance
E. tax evasion
6. Pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan wajib pajak dan penerapannya
di Indonesia sesuai dengan PPh pasal 21 disebut ....
A. pajak subjektif
B. pajak langsung
C. pajak tidak langsung
D. pajak pusat
E. pajak daerah
7. Pajak yang pengenaannya memperhatikan kondisi/keadaan wajib pajak disebut ....
A. pajak pusat
B. pajak daerah
C. pajak langsung
D. pajak tidak langsung
E. pajak subjektif
8. Official assessment system, self assessment system, dan with holding system
merupakan ....
A. cara pemungutan pajak
B. sistem pemungutan pajak
C. asas pemungutan
D. teori pemungutan pajak
E. wajib pajak
9. Pengenaan pajak yang didasarkan pada penetapan besaran angsuran di awal tahun dengan
anggapan bahwa pendapatan tahun ini adalah sama dengan pendapatan tahun lalu. Hal
tersebut merupakan pengenaan pajak berdasarkan ....
A. riil stelsel
B. fitive stelsel
C. mixed stelsel
D. stelsel kombinasi
E. fitive stelsel dan riil stelsel
10. Pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang
lain, seperti PBB disebut ....
A. pajak langsung
B. pajak tidak langsung
C. pajak subjektif
D. pajak objektif
E. pajak penghasilan
11.
12.
13.
14.
15.
B. Soal Esai Uraian
Jawablah dengan tepat dan benar.
1. Apa yang dimaksud dengan tujuan pengolahan dasar kolam !
2. Jelaskan tujuan dilakukan pengujian kualitas air pada budidaya perikanan ?
3. Jelaskan faktor kendala apa, apabila ikan diberikanan pakan yang tidak sesuai dengan
kandungan protein maupun kandungan gizinya ?
4. Jelaskan perbedaan secara singkat ikan yang terserang hama dan terserang penyakit ?
5. Jelaskan secara singkat cara memanen ikan pada usaha budidaya perikanan ?
C. Tugas Praktik
1. Coba amati dan cermati persyaratan cara pengukuran kualitas air pada budidaya
perikanan agar dapat digunakan untuk budidaya
2. Coba amati dan cermati tingkah laku ikan, apabila diberi pakan dengan suhu rendah dan
pemberian pakan yang tidak teratur
3. Coba amati dan cermati ikan yang terserang penyakit berdasarkan gejala serangannya
4. Lakukan pengamatan di pasar terhadap hasil panen yang sesuai dengan permintaan pasar.

Anda mungkin juga menyukai