Anda di halaman 1dari 8

MODUL PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR

Tim Dosen:

P. TOMATALA, S.Pi. M.Si


A. M. SERANG, S.Pi, M.Si
K. D. RAHALUS, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI REKAYASA BUDIDAYA LAUT


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERIKANAN NEGERI TUAL
2021
MODUL 1. BIOREMEDIASI AIR
1. Batasan Kegiatan
Bioremediasi berasal dari dua asal kata yaitu bio (organisma hidup) dan remediasi
(menyehatkan kembali), sehingga dapat diartikan bioremediasi menjadi suatu cara
penggunaan organisme dalam upaya penyehatan kembali lingkungan yang sudah rusak atau
tercemar. Dalam teknologi ini organisme hidup yang paling banyak digunakan selain
tumbuhan adalah mikroorganisme, yang digunakan untuk pemecahan atau degradasi bahan
pencemar lingkungan menjadi bentuk yang lebih sederhana dan aman bagi lingkungan. Saat
bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi
polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang
disebut biotransformasi.
Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan
beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit
yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang
bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan
pencemaran atau polutan. Yang termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat,
petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida,
herbisida, dan lain-lain. Bioremediasi mempunyai potensi menjadi salah satu teknologi
lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah untuk mengantisipasi masalah-masalah
lingkungan.

2. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan Bioremediasi air dengan baik secara sederhana
menggunakan inokulan dan enceng gondok.

3. Waktu dan tempat pelaksanaan


Pelaksanaan praktek berlangsung 1 hari dan dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Tual,
4. Alat dan Bahan.

Bahan Alat
Bioindikator (ikan) Akuarium / Bak fiber
Air Tawar Alat Ukur Kualitas Air
Bahan pencemar Aerator
Kiambang ATK
5. Prosedur Kerja.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode observasi dan
pengukuran kualitas air.
Cara Kerja :
a. Menyediakan Akurium sebanyak 8 buah dan akurium tersebut dibersihkan.
b. Akurium diisi air tawar sebanyak ½ hingga ¾ ketinggian akuarium. Masukkan 6 -7
ekor ikan masing- masing ke dalam akurium.
c. Masukkan kiambang sebagai bioremediator ke tiap akuarium.
d. Masukkan bahan pencemar sesuai dengan konsentrasi yang diamati dan berikan
inokulan yang cukup ke dalam akuarium.
e. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada setiap akuarium yang berbeda bahan
pencemar selama 1 minggu.
MODUL II. REKAYASA AKUAKULTUR
1. Batasan Kegiatan
Kepadatan tinggi pada budidaya intensif akan memberikan produksi yang tinggi. Akan
tetapi, sistem secara intensif memiliki beberapa kelemahan yang dapat merugikan
pembudidaya. Kadar amoniak tinggi yang dihasilkan dari feses dan sisa makanan ikan yang
terdekomposisi dapat merusak kualitas air budidaya. Dalam kualitas air yang rusak, ikan akan
mengalami stress, dan tingkat kekebalan tubuhnya akan menjadi menurun. Kondisi sistem
imun yang lemah, merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pathogen untuk menyerang
ikan. Akibatnya ikan akan sakit dan mengalami kematian.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui rekayasa akuakultur.
Rekayasa akuakultur diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam
proses budidaya untuk meningkatkan produktifitas hasil budidaya melalui perubahan dan
modifikasi sistem akuakultur. Dengan adanya rekayasa, maka kualitas air dalam bak akan
tetap terjaga sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan menjadi optimal.
Disamping itu, serangan bibit penyakit pada ikan budidaya akan berkurang. Akibatnya,
produksi ikan hasil budidaya akan terjamin dalam jumlah yang optimal.
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui jenis dan model bak pemeliharaan pada setiap jenis stadia ikan budidaya.
b. Mengetahui peralatan penunjang dalam kegiatan budidaya.
c. Mengetahui teknik penyaringan air media budidaya.
d. Mengetahui teknik perangsangan pemijahan
e. Mengetahui teknik penanganan ikan yang terserang penyakit.

3. Waktu dan tempat pelaksanaan


Pelaksanaan praktek berlangsung 1 hari dan dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Tual,
4. Alat dan Bahan
Alat – alat
No Nama Fungsi
1 Bolpoin Mencatat hasil wawancara dan pengamatan
2 Clipboard Papan tulis tatakan kertas
3 Kamera digital Mengambil gambar objek pengamatan
Bahan
4 Kertas F4 Mencatat hasil wawancara dan pengamatan

5. Prosedur Kerja.
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pengamatan terhadap wadah
pemeliharaan dan alat penunjang budidaya, dan wawancara dengan pengelola budidaya.
MODUL III. PEMILIHAN DAN PENANGANAN CALON INDUK

1. Batasan Kegiatan
Induk sangat menentukan kuantitas dan kualitas benih yang diproduksi di Hatchery.
Induk dapat diperoleh dari alam maupun dari hasil pembesaran di hatchery ataupun di KJA
dan bak-bak pembesaran. Ikan yang dijadikan calon induk haruslah ikan yang sehat dan telah
mencapai ukuran dewasa. Ikan yang sehat dicirikan dengan tidak sakit, tidak cacat dan aktif
bergerak. Ukuran ikan dewasa berbeda berdasarkan jenis. Misalkan ikan kerapu batik Betina
memiliki kisaran panjang 32 – 43 cm dan bibit tubuh 0,5 – 1,8 kg sedangkan ikan jantan
dengan panjang tubuh >44 cm dan berat > 1,9 kg. Lain halnya dengan ikan Kerapu tikus
dimana ikan Betina memiliki panjang tubuh 40 - 55 cm dan berat 0.9 - 2.48 kg sedangkan
ikan jantan panjang tubuhnya > 55 cm dan berat > 2.48 kg.
Ikan hasil budidaya bisa langsung diseleksi menjadi calon induk namun ikan hasil
tangkapan dari alam harus melalui penanganan khusus karena ikan hasil tangkapan di alam
bisa menglami kelukaan dan membawa penyakit bagi ikan yang lain. Keuntungan dari calon
induk dari hasil tangkapan yaitu umumnya ikan hasil tangkapan berukuran besar sehingga
tidak membutuhkan waktu pemeliharaan yang lama untuk mencapai ukuran induk. Calon
Induk perlu dikelola secara baik dimana harus dipisahkan antara calon induk yang baru
ditangkap dengan calon induk yang telah lama ditangkap, dan segera diobati jika ada yang
terluka akibat penangkapan. Pengobatan ikan yang mengalami keluakaan dengan cara
perendaman, pengolesah dan pemberian pakan.
2. Tujuan
a. Mahasiswa dapat melakukan pemilihan calon induk ikan dengan baik
b. Mahasiswa dapat melakukan penanganan calon induk yang terluka.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan praktek berlangsung 1 hari dan dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Tual,
4. Alat dan Bahan.
Bahan Alat
Ikan Bak, Timbangan, Mistar
Akriflafin Loyang/ember, Kamera
Air laut Instalasi udara
Minyak cengkih Serokan, Takaran/ gelas ukur
Hanskum tangan
5. Prosedur Kerja
a. Siapkan bak penampung sementara dan ikan hasil budidaya di KJA atau tangkapan di
alam ditampung di bak tersebut
b. Masukan air laut 10 liter ke dalam loyang dan tuangkan 1 – 10 ml minyak cengkih
sehingga media tersebut menjadi media pemingsangan ikan
c. Ikan pada bak penampung ditangkap menggunakan serokan berbahan halus dan
dipingsankan untuk diseleksi sesuai ukuran calon induk dan terdapat luka/cacat.
d. Ikan hasil seleksi yang sesuai kriteria calon induk kemudian dipelihara pada bak
terkontrol sedangkan calon induk yang ditemukan mengalami kelukaan pada saat
seleksi langsung diobati dengan mengoles akriflafin pada tubuh ikan yang luka.
e. Ikan hasil seleksi sesuai kriteria calon induk ditempatkan terpisah dari ikan yang sesuai
kriteria calon induk namun mengalami luka karena penanganan (penangkapan).
f. Ikan calon induk yang luka ditangani hingga sembuh baru dapat dipelihara bersama
dengan calon induk yang sehat.

MODUL IV TEKNIK PENGECEKAN KEMATANGAN GONAD


1. Batasan Masalah
Pemijahan merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan dalam kegiatan
pembenihan. Devenisi Pemijahan yaitu Proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantan. Pemijahan setiap spesis ikan mempunyai kebiasaan yang berbeda.
Pemijahan akan berlangsung (terjadi) apabila ikan telah mengalami kematangan gonad
karena itu dalam kegiatan pembenihan sebelum memijahkan ikan atau biota air lainnya perlu
dilakukan seleksi induk. Seleksi induk untuk dipijahkan bertujuan untuk memperoleh induk
yang berkualitas baik dari sisi ukuran dan kesiapan memijahnya (kematanga gonadnya).
Apabila ikan belum mengalami kematangan gonad maka ikan tersebut tidak akan melakukan
pemijahan walaupun dirangsang.
Pengecekan kematangan goand perlu dilakukan karena tidak semua induk berada dalam
kondisi matang gonad pada saat diperlukan untuk dipijahkan. Pengamatan kematangan gonad
dilakukan dengan 2 Cara yaitu Pengamatan secara Histologi dan Pengamatan Secara
Morfologi. Secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad lebih jelas dan
mendetail, sedangkan pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail pengamatan secara
histologi karena pengamatan morfologi gonad berkaitan dengan bentuk, ukuran panjang dan
berat gonad, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat.
Pengecekan kematangan gonad dapat dilakukan apabila kita dapat memperoleh gonad
dari ikan yang kita pelihara. Dua (2) metode yang sering digunakan untuk memperoleh gonad
yang akan diamati tingkat kematangan gonadnya tanpa membunuh ikan tersebut. Kedua
metode tersebut yaitu Metode Striping dan Metode Kanulasi. Metode Striping lebih banyak
digunakan untuk ikan jantan dan Metode Kanulasi untuk ikan betina.
2. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan teknik pengecekan kematangan gonad ikan dengan
metode Striping dan Kanulasi.
3. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek berlangsung 1 hari dan dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Tual,
4. Alat dan Bahan.
Bahan Alat
Ikan Bak, Takaran/ gelas ukur
Air laut Loyang/ember, Cawan petris
Minyak cengkih Instalasi udara, Sarung tangan
Serokan, Selang kanulasi,
Kamera, Alat tulis

5. Metode Praktikum.
a. Siapkan media pemingsangan ikan (1 – 10 ml minyak cengkih yang dilarutkan dalam
air laut 10 liter) dan siapkan peraatan untuk striping dan kanulasi
b. Ikan yang dipelihara ditangkap menggunakan serokan yang halus dan dimasukan satu
persatu kedalam media pemingsanan. Amati dan catat tingkah laku ikan saat
dimasukan ke dalam media pemingsangan dan lama waktu pemingsanan
c. Apabila ikan sudah terlihat kehilangan keseimbangan (Posisi berenang 90 derajat dari
posisi berenang saat segar), ikan tersebut dikeluarkan dari media pemingsangan dan
dilakukan striping atau kanulasi.
d. Striping dilakukan dengan mengurut perut ikan dari bagian depan ke arah belakang.
Hasil pengurutan ditampung pada cawan petri untuk diamati kematangan gonadnya.
e. Kanulasi dilakukan dengan memasukan salah satu ujung selang kanulasi ke dalam
saluran saluran kelamin ikan dan pada ujung selang yang lain dilakukan penyedotan.
Hasil penyedotan ditampung pada cawan petri untuk diamati kematangan gonadnya.
Referensi

Chris 2000. Perekayasaan Kualitas Air Budidaya. Penebar Swadaya. Jakarta.


Dahuri, 2004. Manajmen Kualitas Air Untuk Kesehatan Ikan. Agromedia. Jakarta.
Hamzah, 2009. Penyakit Ikan. Gramedia. Jakarta.
Mahendra, 2006. Metode Disinfeksi  Pada Budidaya Perairan. Gramedia, Jakarta.
Sarwono, 2000. Rekayasa Perbaikan mutu Media Budidaya. Gramedia. Jakarta.
Sugandhi, 2006. Perawatan Alat Penunjang Bdidaya. http://zonaikan.wordpress.
com/2010/03/03/ perawatan-alat-penunjang-budidaya/. 25 Desember 2010.
Sunarto, 2004. Kolam Budidaya Ikan. http://zonaikan.wordpress.com/2010/03/03/ kolam-
budidaya-ikan/. 25 Desember 2010.
Warjiman 2003. Pengobatan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Yusmawardhani 2000. Penanggulangan Parasit Dan penyakit Ikan. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai