BIOTEKNOLOGI AKUAKULTUR
Tim Dosen:
2. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan Bioremediasi air dengan baik secara sederhana
menggunakan inokulan dan enceng gondok.
Bahan Alat
Bioindikator (ikan) Akuarium / Bak fiber
Air Tawar Alat Ukur Kualitas Air
Bahan pencemar Aerator
Kiambang ATK
5. Prosedur Kerja.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode observasi dan
pengukuran kualitas air.
Cara Kerja :
a. Menyediakan Akurium sebanyak 8 buah dan akurium tersebut dibersihkan.
b. Akurium diisi air tawar sebanyak ½ hingga ¾ ketinggian akuarium. Masukkan 6 -7
ekor ikan masing- masing ke dalam akurium.
c. Masukkan kiambang sebagai bioremediator ke tiap akuarium.
d. Masukkan bahan pencemar sesuai dengan konsentrasi yang diamati dan berikan
inokulan yang cukup ke dalam akuarium.
e. Amati dan catat perubahan yang terjadi pada setiap akuarium yang berbeda bahan
pencemar selama 1 minggu.
MODUL II. REKAYASA AKUAKULTUR
1. Batasan Kegiatan
Kepadatan tinggi pada budidaya intensif akan memberikan produksi yang tinggi. Akan
tetapi, sistem secara intensif memiliki beberapa kelemahan yang dapat merugikan
pembudidaya. Kadar amoniak tinggi yang dihasilkan dari feses dan sisa makanan ikan yang
terdekomposisi dapat merusak kualitas air budidaya. Dalam kualitas air yang rusak, ikan akan
mengalami stress, dan tingkat kekebalan tubuhnya akan menjadi menurun. Kondisi sistem
imun yang lemah, merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pathogen untuk menyerang
ikan. Akibatnya ikan akan sakit dan mengalami kematian.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui rekayasa akuakultur.
Rekayasa akuakultur diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam
proses budidaya untuk meningkatkan produktifitas hasil budidaya melalui perubahan dan
modifikasi sistem akuakultur. Dengan adanya rekayasa, maka kualitas air dalam bak akan
tetap terjaga sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan menjadi optimal.
Disamping itu, serangan bibit penyakit pada ikan budidaya akan berkurang. Akibatnya,
produksi ikan hasil budidaya akan terjamin dalam jumlah yang optimal.
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui jenis dan model bak pemeliharaan pada setiap jenis stadia ikan budidaya.
b. Mengetahui peralatan penunjang dalam kegiatan budidaya.
c. Mengetahui teknik penyaringan air media budidaya.
d. Mengetahui teknik perangsangan pemijahan
e. Mengetahui teknik penanganan ikan yang terserang penyakit.
5. Prosedur Kerja.
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah pengamatan terhadap wadah
pemeliharaan dan alat penunjang budidaya, dan wawancara dengan pengelola budidaya.
MODUL III. PEMILIHAN DAN PENANGANAN CALON INDUK
1. Batasan Kegiatan
Induk sangat menentukan kuantitas dan kualitas benih yang diproduksi di Hatchery.
Induk dapat diperoleh dari alam maupun dari hasil pembesaran di hatchery ataupun di KJA
dan bak-bak pembesaran. Ikan yang dijadikan calon induk haruslah ikan yang sehat dan telah
mencapai ukuran dewasa. Ikan yang sehat dicirikan dengan tidak sakit, tidak cacat dan aktif
bergerak. Ukuran ikan dewasa berbeda berdasarkan jenis. Misalkan ikan kerapu batik Betina
memiliki kisaran panjang 32 – 43 cm dan bibit tubuh 0,5 – 1,8 kg sedangkan ikan jantan
dengan panjang tubuh >44 cm dan berat > 1,9 kg. Lain halnya dengan ikan Kerapu tikus
dimana ikan Betina memiliki panjang tubuh 40 - 55 cm dan berat 0.9 - 2.48 kg sedangkan
ikan jantan panjang tubuhnya > 55 cm dan berat > 2.48 kg.
Ikan hasil budidaya bisa langsung diseleksi menjadi calon induk namun ikan hasil
tangkapan dari alam harus melalui penanganan khusus karena ikan hasil tangkapan di alam
bisa menglami kelukaan dan membawa penyakit bagi ikan yang lain. Keuntungan dari calon
induk dari hasil tangkapan yaitu umumnya ikan hasil tangkapan berukuran besar sehingga
tidak membutuhkan waktu pemeliharaan yang lama untuk mencapai ukuran induk. Calon
Induk perlu dikelola secara baik dimana harus dipisahkan antara calon induk yang baru
ditangkap dengan calon induk yang telah lama ditangkap, dan segera diobati jika ada yang
terluka akibat penangkapan. Pengobatan ikan yang mengalami keluakaan dengan cara
perendaman, pengolesah dan pemberian pakan.
2. Tujuan
a. Mahasiswa dapat melakukan pemilihan calon induk ikan dengan baik
b. Mahasiswa dapat melakukan penanganan calon induk yang terluka.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan praktek berlangsung 1 hari dan dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Tual,
4. Alat dan Bahan.
Bahan Alat
Ikan Bak, Timbangan, Mistar
Akriflafin Loyang/ember, Kamera
Air laut Instalasi udara
Minyak cengkih Serokan, Takaran/ gelas ukur
Hanskum tangan
5. Prosedur Kerja
a. Siapkan bak penampung sementara dan ikan hasil budidaya di KJA atau tangkapan di
alam ditampung di bak tersebut
b. Masukan air laut 10 liter ke dalam loyang dan tuangkan 1 – 10 ml minyak cengkih
sehingga media tersebut menjadi media pemingsangan ikan
c. Ikan pada bak penampung ditangkap menggunakan serokan berbahan halus dan
dipingsankan untuk diseleksi sesuai ukuran calon induk dan terdapat luka/cacat.
d. Ikan hasil seleksi yang sesuai kriteria calon induk kemudian dipelihara pada bak
terkontrol sedangkan calon induk yang ditemukan mengalami kelukaan pada saat
seleksi langsung diobati dengan mengoles akriflafin pada tubuh ikan yang luka.
e. Ikan hasil seleksi sesuai kriteria calon induk ditempatkan terpisah dari ikan yang sesuai
kriteria calon induk namun mengalami luka karena penanganan (penangkapan).
f. Ikan calon induk yang luka ditangani hingga sembuh baru dapat dipelihara bersama
dengan calon induk yang sehat.
5. Metode Praktikum.
a. Siapkan media pemingsangan ikan (1 – 10 ml minyak cengkih yang dilarutkan dalam
air laut 10 liter) dan siapkan peraatan untuk striping dan kanulasi
b. Ikan yang dipelihara ditangkap menggunakan serokan yang halus dan dimasukan satu
persatu kedalam media pemingsanan. Amati dan catat tingkah laku ikan saat
dimasukan ke dalam media pemingsangan dan lama waktu pemingsanan
c. Apabila ikan sudah terlihat kehilangan keseimbangan (Posisi berenang 90 derajat dari
posisi berenang saat segar), ikan tersebut dikeluarkan dari media pemingsangan dan
dilakukan striping atau kanulasi.
d. Striping dilakukan dengan mengurut perut ikan dari bagian depan ke arah belakang.
Hasil pengurutan ditampung pada cawan petri untuk diamati kematangan gonadnya.
e. Kanulasi dilakukan dengan memasukan salah satu ujung selang kanulasi ke dalam
saluran saluran kelamin ikan dan pada ujung selang yang lain dilakukan penyedotan.
Hasil penyedotan ditampung pada cawan petri untuk diamati kematangan gonadnya.
Referensi