Oleh:
NAMA : SITTI NURHALISA .K
NIM : 2222030005
PRODI : P2HP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama
dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Di Cina, para petani telah membudidayakan sekitar
4000 tahun yang lalu sedangkan di Eropa beberapa ratus tahun yang lalu. Sejumlah varietas dan subvarietas
ikan mas telah banyak dibudidayakan Asia Tenggara sebagai ikan konsumsi dan ikan hias
Ketersediaan benih sebagai unsur yang mutlak dalam budidaya. Usaha budidaya tidak cukup bila hanya
mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman seperti ikan mas (Cyprinus carpio, L) yang
ditemukan hanya pada awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-
menerus, tetapi diperlukan mutu yang baik serta tepat sasaran.
Sejalan dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang ilmu termasuk bidang perikanan, budidaya ikan
sedang mengarah ke berbagai budidaya intensif. Intensifikasi di bidang perikanan menuntut adanya
ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai secara kontinyu. Kontinyuitas ketersediaan benih
tersebut membutuhkan kegiatan pembenihan yang intensif pula. Pembenihan yang intensif membutuhkan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, penggalian ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
kegiatan praktikum di lapangan bagi mahasiswa perikanan.
Pemijahan dapat dilakukan dengan cara alami atau buatan. Pemijahan alami dimaksudkan pemijahan yang
dilakukan secara alami antara jantan dan betina di dalam media pemijahan. Sedangkan pemijahan buatan
dilakukan di luar media pemijahan, biasanya dilakukan dengan bantuan manusia atau dengan stripping
(pemijahan). Saat ini, telah dijual dipasaran hormon gonadotropin yang dibuat dari ekstrak kelenjar hipofisa,
ikan salmon dengan nama dagang ovaprim produksi Syndel Co, Vancoaver, Canada.
Adanya keberhasilan penemuan ekstrak hormon tersebut dapat memacu terjadinya peningkatan proses
pemijahan. Sehingga, dalam usaha kegiatan pemijahan ikan akan memberikan dan meningkatkan hasil benih
ikan yang berkualitas.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami kaitannya dengan aplikasi hormon untuk kegiatan pemijahan ikan.
Mahasiswa Dapat Mengaplikasi teori yang di dapat dalam penyusunan Makalah Ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Hal yang paling penting dalam pembenihan ialah dalam hal pemeliharaan induk dan seleksi induk.
Dibawah ini paparan mengenai pemeliharaan dan seleksi induk
a. Pemeliharaan Induk
Untuk Jantan dan betina dipelihara terpisah
Umur dan bobot : 1.5 – 2 tahun dengan bobot diatas 2 Kg untuk Betina dan 8 Bulan dengan bobot jantan
diatas 0.5 Kg untuk Jantan
Media yang bisa dipakai adalah kolam air tenang dan kolam air deras
Untuk pakan menggunakan pellet degan kadar protein 28-30%
Dosis pemberikan pakan adalah 3% dari bobot tubuh
Untuk pemulihan induk betina 2-3 bulan dan untuk jantan 1 bulan
b. Seleksi Induk
Induk harus sesuai deengan standar baik berat maupun umur
Tidak sekerabat
Jantan yang siap pijah bila distriping keluar sperma putih, namun dalam pemijitan haruslah hati hati jangan
sampai sperma yang di keluarkan terlalu banyak yang berakibat pada saat pembuahan persedian sperma
berkurang
Untuk betina perut buncit bila dipijit terasa lunak
Genital kemerahan dan agak membengkak untuk betina
Pergerakan lamban untuk betina dikarnakan sedang mengandung telur yang banyak.
Untuk pemijahan ikan mas terbagi kedalam 2 teknik diantaranya secara alami dan pemberian hormon.
Pemijahan secara alami dilakukan bisa dimedia bak ataupun di kolam tanah, dimana kita sediakan kakaban
baik itu media bak maupun kolam tanah. Untuk media kolam tanah biasa menggunakan hapa berukuran
panjang 6 meter dan lebar 2 meter dimana induk jantan dan betina disatukan dalam hapa yang telah terisi
kakaban. Untuk perbanding banyaknya indukan biasanya 1:5 atau 6 dimana betina 1 jantan nya 5 atau 6 ekor,
pemijahan/kawin biasa pada malam hari, dan keesokan harinya telur sudah menempel pada kakaban. Untuk
tahap selanjutnya adalah pengangkatan induk baik jantan maupun betina diangkat dan dipindahkan pada
media kolam tempat pemeliharaan induk.
2. Pendederan
Pendederan biasa dilakukan pada media kolam air tenang dimana sebelumnya kolam yang akan dipakai
sudah melalui pemupukan dan pengapuran. Ketinggian air pada pase pendederan adalah 40-70 cm. untuk
penggunaan media air tenang selain di kolam tanah bisa juga disawah yang belum ditanami padi atau pun padi
yang baru tanam. Ada hal yang harus diperhatikan pada persiapan kolam atau sawah dimana kondisi kolam
haruslah tidak bocor dan sudah menggunakan kamalir atau parit yang diujungnya telah tersedia kobakan
supaya memudahkan pada saat pemanenan. ukuran yang dihasilkan pada masa pendederan biasanya antara 2-
3 cm sampai dengan 4-5 cm.
3. Pembesaran.
Untuk pembesaran media yang dipakai biasanya adalah media kolam jaring apung, kolam air deras atau di
karamba. Media yang menggunakan jaring terapung dengan tebar ukuran berat benih 10 gram untuk kapasitas
tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan 3 bulan dengan pemberiat pellet 3-4% dari bobot tubuh,
sedangkan pada media kolam air deras dengan tebar ukuran berat benih 20-30 gram/ekor untuk kapasitas
tebar 100 ekor/m3 dengan lama pemeliharaan 4abulan.
Melihat hal tersebut diatas ada perbedaan percepatan pertumbuhan antara pemeliharaan pembesaran di
jarring terapung dengan pemeliharaan di kolam air deras, dimana pembesaran di jaring terapung lebih cepat
besar itu dikarnakan suhu dan kadar oksigen dalam air relative stabil dan menunjang untuk percepatan
pertumbuhan ikan.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
1. Betina
2. Jantan
2.3. Reproduksi Ikan mas (Cyprinus carpio L)
Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar hipotalamus, hipofisis – gonad, hal
tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh
reseptor dan kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon gonad yang
merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan
(Sumantadinata, 1981).
Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung
tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga
sintasan rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).
Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan ikan betina yang mengeluarkan sel telur dari
betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan (eksternal). Dalam budidaya ikan, teknik pemijahan
ikan dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu:
Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa
pemberian rangsangan hormon),
Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon
untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam,
Pemijahan ikan secara intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon
untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik
stripping atau pengurutan (Gusrina, 2008).
2.4. Induk Ikan mas (Cyprinus carpio L)
Menurut Sumantadinata (1981) ikan betina matang kelamin dicirikan dengan perut yang relatif membesar dan
lunak bila diraba, dari lubang genital keluar cairan jernih kekuningan, naluri gerakan lambat, postur tubuh
gemuk, warna tubuh kelabu kekuningan, dan lubang genital berbentuk bulat telur agak melebar dan
membengkak. Sedangkan ciri ikan jantan yang sudah matang kelamin yaitu mudah mengeluarkan sperma (milt)
jika perutnya diurut (stripping), naluri gerakkannya lincah, postur tubuh dan perut ramping, warna tubuh
kehijauan dan kadang gelap, lubang urogenital agak menonjol serta sirip dada kasar dan perutnya keras.
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang telah matang dari folikel dan masuk ke dalam rongga
ovarium atau rongga perut (Nagahama, 1990 dalam Gusrina, 2008). Menurut Gusrina (2008) pelepasan telur
terjadi akibat:
Telur membesar,
Adanya kontraksi aktif dari folikel (bertindak sebagai otot halus) yang menekan sel telur keluar,
Daerah tertentu pada folikel melemah, membentuk benjolan hingga pecah dan terbentuk lubang pelepasan
hingga telur keluar (enzim yang berperan dalam pemecahan diding folikel: protease iplasmin kemudian diikuti
oleh hormon prostaglandin F2a (PGF2a) atau chotecholamin yang merangsang kontraksi aktif dari folikel).
Telur ikan mas (Cyprinus carpio L) banyak mengandung kuning telur yang mengumpul pada suatu kutub, tipe
telur yang demikian dinamakan Telolechital (Sumantadinata, 1981). Ditambahkan pula oleh Djajareja dkk
(1977) dalam Triyani (2002) warna telur ikan ini transparan dan bersifat demersal (terbenam di dasar perairan).
Sementara menurut Soeminto dkk (1995) dalam Triyani (2002) telur ikan ini diameter berkisar antara 0,8 mm –
1,2 mm.
Menurut Cassie dan Effendie (1979) berat rata – rata dan panjang total untuk ikan mas diantaranya:
Berat rata – rata induk betina 200,7 gram, panjang total rata – rata induk betina 28,7 cm, dan
Berat rata – rata induk jantan 187,3 gram, panjang total rata – rata induk jantan 28,2 cm.
2.5. Hormon Ovaprim Yang digunakan Dalam Pemijahan Ikan Mas
Hormon merupakan suatu senyawa yang ekskresikan oleh kelenjar endokrin, dimana kelenjar endokrin adalah
kelenjar buntu yang tidak memiliki saluran (Zairin, 2002). Kelenjar endokrin pada ikan menurut Lagler et al.
(1962) dalam Gusrina (2008) terdapat beberapa organ antara lain adalah pituitari, pineal, thymus, jaringan
ginjal, jaringan kromaffin, interregnal tissue, corpuscles of stannus, thyroid, ultibranchial, pancreatic islets,
intestinal tissue, intestitial tissue of gonads dan urohypophysis.
Hormon juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas pada ikan. Dosis hormon yang
diberikan sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomis jika
pemberian hormon dosisnya terlalu rendah maka akan menyebabkan proses sex reversal yang berlangsung
kurang sempurna (Zairin, 2002).
Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 mL ovaprim
mengandung 20 mg sGnRH-a (D-Arg6-Trp7, Lcu8,Prog-NET) – LHRH dan 10 mg Anti dopamine. Ovaprim juga
berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung di
dalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin
akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan
terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008).
Proses atau cara kerja pengunaan hormon dalam Melakukan penyuntikan Pada Ikan Mas
1. Disiapkan ikan jantan dan betina pada akuarium yang telah disiapkan.
2. Diambil larutan hormon ovaprim dengan menggunakan alat suntik sesuai dengan dosis yang sudah
ditentukan.
3. Diambil ikan betina dengan tangan dan diusahakan jangan lepas, kemudian larutan ovaprim yang sudah
ditambahkan dengan akuades sehingga didalam alat suntik menunjukkan banyaknya ovaprim dan akuades 2 cc.
4. Ikan yang sudah dipegang, dengan hati-hati alat suntik ditusukkan pada bagian punggung ikan antara sirip
punggung jari-jari yang ketiga dan jarak 3 sisik ke bawah.
5. Alat suntik dimasukkan pada bagian bawah sisik, hal ini dilakukan agar ikan tidak stress.
6. Disuntikan hormon ovaprim yang bercampur dengan akuades ke dalam ikan dengan kemiring ± 600
(sudut).
7. Untuk ikan betina dosis yang diberikan untuk suntikkan pertama dari dosis 2 cc ovaprim dan akuades
sebanyak 1,2 cc, sedangkan untuk suntikkan yang kedua apabila ikan tidak berhasil memijah setengah bagian
dari dosis keseluruhan.
8. Setelah ikan diberikan suntikkan hormon ovaprim, ikan betina diletakkan kembali ke dalam akuarium yang
telah disiapkan.
9. Selanjutnya ikan jantan diambil seperti halnya yang dilakukan pada ikan berina, namun untuk dosis ikan
betina pada penyuntikkan pertama diberi dosis 0,8 cc, dan apabila penyuntikkan pertama gagal memijah, maka
sama halnya seperti ikan betina yaitu untuk penyuntikkan yang kedua sebagian dari dosis keseluruhan.
10. Setelah proses penyuntikkan, diamati 6 jam kemudian. Apabila tidak terjadi pemijahan maka dilakukan
penyuntikkan untuk kali kedua dan diamati lagi setelah 6 – 8 jam kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2 ,Juni 1990.
GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988.
RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari
199.
Susanto, H. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto, H. 1999. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta.