Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala


Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH PASCA PEMBEKUAN DENGAN


MENGGUNAKAN PENGENCER SITRAT KUNING TELUR ANGSA DENGAN
KONSENTRASI YANG BERBEDA

Quality of Post-Freezing Aceh Cattle Spermatozoa By Using Diluent of Goose Egg Yolk Citrate With
Different Concentration

Tri Putri Purnama Sari1 , Dasrul2, Hamdan2


1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2 Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala

triputripurnamasari96@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan kuning telur angsa berbagai
konsentrasi pada media sitrat terhadap kualitas spermatozoa sapi aceh pasca pembekuan. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 kelompok perlakuan pengencer sitrat kuning
telur angsa 5% (K1), pengencer sitrat kuning telur angsa 10% (K3), pengencer sitrat kuning telur angsa
15% (K3), dan pengencer sitrat kuning telur angsa 20% (K4). Masing-masing kelompok diulangi
sebanyak 5 kali. Sampel semen dikoleksi dari 1 ekor sapi aceh jantan sehat berumur 3 tahun
menggunakan vagina buatan satu kali dalam seminggu selama lima minggu. Semen yang berkualitas
baik diencerkan dengan media sitrat kuning telur sesuai perlakuan dan dikemas dalam mini straw.
Selanjutnya diequilibrasi selama 4 jam pada suhu 5 0C dalam cool top. Kemudian dilakukan pembekuan
di atas uap nitrogen cair selama 12 menit dan disimpan di dalam kontainer berisi nitrogen cair (-196ºC).
Setelah penyimpanan selama 1 minggu, masing-masing semen beku perlakuan thawing untuk di
evaluasi kualitasnya. Data kualitas spermatozoa dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji
Duncan. Rata-rata persentase motilitas, spermatozoa hidup dan membran plasma utuh spermatozoa
setelah pembekuan pada kelompok pengencer sitrat kuning telur angsa 15% (K3); lebih tinggi dari pada
sitrat kuning telur angsa 5% (K1); 10% (K2) dan 20% (K4). Simpulan penggunaan kuning telur angsa
15% dalam pengencer sitrat dapat mempertahankan motilitas, spermatozoa hidup dan membran plasma
utuh spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan yang lebih baik dibanding kuning telur angsa 5%, 10%
dan 20%.
Kata kunci : kualitas spermatozoa, pembekuan, sapi aceh, kuning telur

ABSTRACT
This research aims to know the effect of using goose yolk various concentrations in citrate
medium to the quality of post-freeze aceh cattle spermatozoa. This research used complete randomized
design (CRD) with 5 groups of 20% chicken yolk citrate dilution treatment (K0); 5% diluent of goose
yolk citrate (K1); 10% diluent of goose yolk citrate (K3); 15% diluent of goose yolk citrate (K4). Each
groups is repeated 5 times. Semen samples were collected from one 3-years-old male aceh cattle using
artificial vagina once a week for five weeks. The good quality semen is diluted by the yolk citrate
appropiate to treatment and packed in a mini straw. Afterwards equilibrated for 4 hours at 5°C in cool
top. Then freezing on liquid nitrogen vapor for 12 minutes and stored in containers of liquid nitrogen
at a temperature of -196°C. After storaging for 7 days, each frozen semen thawin g treatment for the
quality evaluation. The spermatozoa quality data were obtained in the ANOVA analysis and ob tained
by Duncan tests. Average motility percentage, alive spermatozoa and spermatozoa MPU after freezing
in 15% diluent of goose yolk (K3); higher than 5% goose yolk (K1); 10% (K2) and 20% (K4) but not
different with 20% chicken yolk citrate (K0). In conclusion, using 15% goose yolk in citrate diluent can
maintain mortality, alive spermatozoa and spermatozoa MPU Aceh cattle after better freezing than 5%,
10% and 20% goose yolk.
Keywords: the quality of spermatozoa , freeze,aceh cattle, egg yolk

9
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

PENDAHULUAN
Sapi aceh merupakan salah satu plasma nutfah sapi potong lokal yang ada di Indonesia
selain sapi bali, sapi PO, sapi madura dan sapi pesisir. Sapi aceh termasuk tipe sapi potong
berukuran kecil yang mempunyai daya tahan terhadap lingkungan yang buruk seperti krisis
pakan, air, penyakit parasit dan temperature panas (Gunawan, 1998). Selain itu daging sapi
aceh sangat disukai oleh masyarakat, khususnya masyarakat aceh karena rasanya yang gurih
(Abdullah dkk., 2007). Berdasarkan hal tersebut, maka sapi aceh termasuk sapi potong lokal
yang lebih tepat dan ekonomis dikembangkan pada pola dan kondisi peternakan rakyat
(Anonimous, 2007).
Hasil dari survey diketahui bahwa populasi sapi aceh berada pada posisi yang
mengkhawatirkan dan kecenderungan menurun dari tahun ketahun. Populasi sapi aceh pada
tahun 2002 adalah 711,143 ekor, turun menjadi 671.086 ekor tahun 2010 dan menjadi 580.287
ekor pada tahun 2015 (Diskeswannak Aceh, 2016). Jika penurunan populasi sapi aceh ini tidak
diperhatikan maka dikhawatirkan populasi sapi aceh akan terancam punah. Ancaman
kepunahan sapi aceh bukan saja akibat tingginya tingkat pemotongan dan rendahnya tingkat
produktivitasnya, juga diakibatkan kebijakan pemerintah meningkatkan genetik sapi-sapi lokal
melalui persilangan sapi aceh betina dengan sapi pejantan unggul dan aplikasi teknologi
Inseminasi buatan menggunakan semen sapi pejantang unggul (IB).
Salah satu upaya mempercepat peningkatan populasi ternak sapi aceh dapat dilakukan
melalui pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) menggunakan semen dari pejantan sapi
aceh murni. Namun aplikasi IB sapi aceh masih menemukan banyak kendala, terutama
menyangkut penyediaan semen beku secara berkesinambungan dan belum ditemukannya bahan
pengencer yang tepat untuk mempertahankan kualitas spermatozoa setelah pembekuan.
Pembekuan semen adalah suatu proses penghentian sementara kegiatan hidup dari sel
spermatozoa tanpa mematikan fungsi dan metabolisme sel (Susilawati dkk., 2003). Sel
spermatozoa yang tidak bergerak menurunkan kecepatan metabolisme sehingga menghemat
penggunaan energi, dengan demikian proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan
dihentikan (Garner dan Hafez, 2000). Pada umumnya masalah pembekuan semen berkisar pada
dua fenomena yaitu pengaruh cold shock terhadap sel yang dibekukan dan perubahan-
perubahan intraseluler akibat pengeluaran air, yang berhubungan dengan kerusakan sel dan
penurunan kualitas semen (Baharun, 2015). Semen yang dibekukan akan mengalami kerusakan
sekitar 40%, sehingga untuk menghasilkan semen beku yang terjamin kualitasnya, dibutuhkan
bahan pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa setelah
pembekuan maupun pada saat thawing (Aboagla dan Terada, 2004). Secara umum bahan
pengencer terdiri atas tiga bagian, yakni (1) bahan dasar seperti kuning telur dan air susu, (2)
bahan penyangga (buffer), seperti natrium-kalium bikarbonat, asam sitrat, Tris, dan (3) bahan
tambahan, seperti gliserol dan antibiotik (Garner dan Hafez, 2000).
Kuning telur merupakan komponen yang paling umum digunakan pada bahan pengencer
untuk kriopreservasi karena terbukti memiliki efek yang menguntungkan sebagai pelindung
dari membran plasma dan akrosom terhadap kejutan dingin (Amirat dkk., 2004). Pada kuning
telur terdapat kandungan fosfolipid, kolesterol, dan low density lipoprotein (LDL) yang
berfungsi sebagai komponen pelindung spermatozoa proses pembekuan (Kulaksiz dkk., 2010).
Kandungan fosfolipid, kolesterol dan LDL padakuning telur berbeda-beda antar spesies.
Kuning telur angsa secara matematis memiliki kandungan gliserol, asam lemak dan kolesterol
tertinggi dibandingkan dengan kuning telur bebek atau kuning telur ayam (Djaelani, 2001).
Penelitian Fauziah (2014) menunjukkan, penambahan 15% kuning telur angsa pada
pengencer sitrat dapat mempertahankan motilitas dan viabilitas spermatozoa kambing bligon
10
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

setelah penyimpana dingin. Sedangkan hasil penelitian Faizal (2016), konsentrasi kuning telur
angsa maka akan menurunkan presentase motilitas dan viabilitas pada sperma kambing boer
setelah pembekuan. Dewasa ini, penggunaan kuning telur ayam dan itik sudah banyak
digunakan pada sapi, kambing dan domba. Namun, penggunaan kuning telur angsa pada
pengencer semen sapi aceh belum banyak dipergunakan, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu
penelitian penggunaan kuning telur angsa dengan konsentrasi berbeda terhadap kualitas
spermatozoa sapi aceh pasca pembekuan.

MATERIAL DAN METODE


Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Syiah Kuala dan Laboratorium BIBD Saree. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari sampai dengan April 2017.

Alat dan Bahan Penelitian


Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit vagina buatan, mikroskop,
tabung penampung semen, erlenmeyer, tabung reaksi, sentrifuse, tabung sentrifuse,
haemocytometer, pH meter, mini straw (0,25 ml), rak mini straw, refrigerator, pipet tetes,
gunting, termos es, beaker glass, gelas objek, stopwatch, gelas penutup, kontainer nitrogen cair
dan perlengkapannya, mesin pendingin (Cool top), alat pembekuan semen (styrofoam),
penangas air dan thermometer.
Bahan yang digunakan adalah semen segar sapi aceh, bahan pewarna (eosin-B Merck,
Cat. No. 509 K5003834, Germany), NaCl fisiologis, tisu, aquadest, KY jelly, alkohol 70 %,
bahan pengencer natrium sitrat, larutan hypoosmotik 0,032 M (dibuat dari 7,35gr Na Citrat
2H2 O, 13,52gr fruktosa yang dilarutkan dalam 1 liter aquades), minyak emersi, gliserol,
nitrogen cair.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) pola searah dengan 5 kelompok perlakuan penambahan kuning telur angsa
berbagai konsentrasi (5%; 10%; 15% dan 20%) dalam media sitrat, dan 1 kelompok kontrol
sitrat kuning telur ayam 20%. Setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali.

Prosedur Penelitian
Persiapan Hewan Coba
Hewan yang dipergunakan sebagai sumber semen adalah 1 ekor sapi Aceh jantan dewasa
dengan umur 3 tahun dengan bobot badan berkisar 650 kg. Ternak ditempatkan dalam kandang
individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Pakan yang diberikan berupa
hijauan segar sebanyak 10% BB dan konsentrat sebanyak 1% dengan pemberian dua kali dalam
sehari, serta air minum yang diberikan secara ad libitum.

Pembuatan Pengenceran Semen


Sebagai media kontrol, digunakan sitrat kuning telur ayam ras 20%. Sebagai perlakuan
dilakukan sitrat penambahan kuning telur angsa berbagai konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15% dan
20%. Pengencer dibuat sebanyak 100 ml masing-masing kelompok. Pada K0 pengencer kuning
telur ayam 20 ml + sitrat 80 ml; pada K1 pengencer kuning telur angsa 5 ml + sitrat 95 ml; pada
K2 pengencer kuning telur angsa 10 ml + sitrat 90 ml; pada K3 pengencer kuning telur angsa
11
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

15 ml + sitrat 85 ml; pada K4 pengencer kuning telur angsa 20 ml + sitrat 80 ml. Selanjutnya
bahan pengencer ini disimpan dalam lemari es bersuhu 5 o C sampai digunakan.

Penampungan Semen
Penampungan semen dilakukan pada pagi hari jam 08.00-09.00 WIB, sebanyak 1 kali
dalam seminggu dengan menggunakan metode vagina buatan.

Pemeriksaan Kualitas Semen Segar


Segera setelah penampungan semen dilakukan pemeriksaan kualitas semen secara
makroskopis (volume, warna, konsistensi, dan pH) dan mikroskopis (konsentrasi spermatozoa,
persentase motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup spermatozoa abnormalitas, dan
membrane plasma utuh spermatozoa. Semen yang mempunyai konsentrasi spermatozoa > 800
x 106 /ml dan motilitas progresif > 70%, abnormalitas <20% digunakan sebagai sampel.

Pengenceran Semen dan pengisian semen ke dalam Straw


Segera setelah dilakukan evaluasi terhadap kualitas semen segar, semen dibagi dalam 5
kelompok perlakuan kuning telur pada media sitrat dengan berbagai konsentrasi. Kelompok
perlakuan pertama yaitu semen diencerkan pada pengencer sitrat kuning telur ayam 20% (K0);
kelompok perlakuan kedua yaitu semen diencerkan pada pengencer sitrat kuning telur angsa
5% (K1); kelompok perlakuan ketiga yaitu semen diencerkan pada pengencer sitrat kuning telur
angsa 10% (K2); kelompok perlakuan keempat yaitu semen diencerkan pada pengencer sitrat
kuning telur angsa 15% (K3); dan kelompok perlakuan kelima yaitu semen diencerkan pada
pengencer sitrat kuning telur angsa 20% (K4).
Jumlah bahan pengencer yang akan ditambahkan ke masing-masing semen dihitung
dengan rumus:
Volume Semen x Konsentrasi Sperma x Motilitas
Volume Pengencer = x Volume Straw
Konsentrasi Sperma/Straw
Volume masing-masing pengenceran yang pertama kali ditambahkan pada semen sesuai
dengan volume semen yang diperoleh. Selanjutnya ditambahkan sedikit demi sedikit sampai
volume yang diinginkan terpenuhi. Konsentrasi semen yang diinginkan adalah 100 juta
spermatozoa/ml atau 25 juta/straw. Prosedur pengencer dan pengemasan sesuai dengan yang
dianjurkan oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung.

Equilibrasi, Pembekuan dan Thawing Semen


Semen yang telah diencerkan dan dikemas di dalam straw mini (0,25 ml), kemudian
diequilibrasi di dalam lemari es bersuhu 5 o C selama 4 jam. Selanjutnya straw diletakkan di atas
permukaan nitrogen cair (suhu sekitar -110o C) setinggi 2-3 cm di atas permukaan nitrogen
selama 10-12 menit. Kemudian straw dimasukkan ke dalam nitrogen cair (suhu -196o C) dan
disimpan dalam kontainer. Masing-masing sampel spermatozoa beku dicairkan kembali
(thawing) untuk dievaluasi kualitasnya. Thawing dilakukan dengan cara memasukkan straw ke
dalam air bersuhu 37o C (di dalam penangas air) selama 30 detik. Parameter kualitas
spermatozoa yang diamati setelah pembekuan adalah: motilitas spermatozoa, spermatozoa
hidup dan membran plasma utuh (MPU) spermatozoa.

Analisis Data

12
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)


rancangan acak lengkap (RAL) dan bila terdapat pengaruh perlakuan, maka data selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan uji banding (Duncan) untuk menentukan perbedaan antar
perlakuan (Gaspersz, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kualitas semen segar sapi aceh
Hasil penilaian kualitas semen segar sapi aceh setelah 6 kali penampungan dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas semen segar sapi aceh setelah koleksi.


Parameter Hasil Pengamatan
A. Makroskopis
Volume (ml) 3,82 ± 0,47
Warna Krem keputihan
Konsistensi Sedang – Kental
pH 6,84 ± 0,17
Bau Normal

B. Mikroskopis
Gerak massa ++ sampai +++
Motilitas (%) 77,28 ± 3,17
Konsentrasi (106 / ml) 1194,00 ± 52,25
spermatozoa hidup (%) 86,76 ± 2.87
Abnormalitas (%) 5,98 ± 1,77

Berdasarkan hasil penilaian semen segar pada tabel 1 di atas, dapat disimpulkan bahwa
semen segar sapi aceh yang digunakan pada penelitian ini mempunyai kategori baik dan
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai sampel semen untuk dibekukan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Toelihere (1985) dan Balai Inseminasi Buatan Dirjen Peternakan bahwa
terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses pendinginan atau pembekuan
semen sapi adalah perkiraan motilitas minimal 70%, konsentrasi lebih dari 800 juta per milliliter
semen, persentase hidup spermatozoa minimal 75%, abnormalitas tidak lebih dari 20% dan
semen memiliki gerakan massa ++/+++.

Kualitas Spermatozoa Sapi Aceh Setelah Pembekuan pada Berbagai Konsentrasi Kuning
Telur Angsa
Rata-rata kualitas spermatozoa sapi aceh pada penelitian ini diamati berdasarkan pada
persentase motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup dan membran plasma utuh spermatozoa
dengan tahapan pembekuan mulai dari pengenceran, equilibrasi, dan setelah pembekuan
(thawing). Rata-rata kualitas spermatozoa sapi aceh pada berbagai perlakuan kuning telur angsa
setelah pembekuan (thawing) diulangi sebanyak 5 kali dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata (± SD) kualitas spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan (thawing) dalam
pengencer sitrat dengan menggunakan kuning telur angsa berbagai konsentrasi.

13
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

Kualitas Spermatozoa
Konsentrasi
Kuning telur Persentase Persentase MPU
Persentase Motilitas
Viabilitas Spermatozoa
K0 43,72±2,78 a 46,44±4,64 a 42,83±2,62 a
K1 18,55±3,64 c 28,47±5,24 c 26,97±3,37 c
K2 21,71±5,11 c 32,98±6,22 cb 30,66±5,78 cb
K3 39,54±3,66 a 44,52±2,87 a 40,92±4,40 ab
K4 28,32±2,29 b 37,31±3,79 b 35,63±4,85 b
Ket : - Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan ada perbedaan yang nyata
(p<0,05).
K0=20% kuning telur ayam ras; K1=5% kuning telur angsa; K2=10% kuning telur angsa;
K3=15% kuning telur angsa dan K4=20% kuning telur angsa.

Persentase motilitas spermatozoa sapi aceh


Motilitas atau daya gerak progresif spermatozoa sesudah proses pembekuan selalu
digunakan sebagai pegangan yang termudah dalam penilaian kualitas semen beku untuk dapat
digunakan pada inseminasi buatan. Motilitas progresif spermatozoa setelah pembekuan untuk
masing-masing spesies berbeda dan bervariasi sesuai dengan metode pembekuan dan media
pengencer yang digunakan (Toelihere, 1985).
Berdasarkan Tabel 3 memperlihatkan rata-rata persentase motilitas spermatozoa sapi
aceh setelah pembekuan tertinggi ditemukan pada kelompok perlakuan K 0 , kemudian diikuti
oleh kelompok perlakuan K 3 , K 2 dan K 1 . Hasil analisis varian satu arah terhadap persentase
motilitas spermatozoa setelah pembekuan dengan menggunakan pengencer sitrat kuning telur
angsa berbagai konsentrasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil ini
membuktikan bahwa penggunaan kuning telur angsa pada medium sitrat berpengaruh terhadap
persentase motilitas spermatozoa sapi aceh. Selanjutnya hasil uji berganda Duncan menunjukan
bahwa rata-rata persentase motilitas spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan pada kelompok
K0 berbeda secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan K1 , K2 dan K 4, namun tidak berbeda
secara nyata (P>0,05) dibandingkan dengan K3. Rata-rata persentase motilitas spermatozoa sapi
aceh pada kelompok K 3 berbeda secara nyata (P<0,05) dibanding dengan K 1, K2 dan K 4 . Rata-
rata persentase motilitas spermatozoa sapi aceh pada kelompok K 4 berbeda secara nyata
(P<0,05) dibanding dengan K 1 dan K 2 . Sedangkan persentase motilitas spermatozoa pada
kelompok K 2 tidak berbeda dengan K 1 . Fakta ini membuktikan bahwa penggunaan kuning telur
angsa 15% mampu mempertahankan motilitas spermatozoa sapi aceh yang lebih baik
dibandingkan dengan kuning telur angsa 20%, 10% dan 5%, namun relatif sama dengan
penggunaan kuning telur ayam 20%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Faizal (2016) menemukan rata-rata persentase motilitas spermatozoa kambing
boer setelah pembekuan menggunakan pengencer air kelapa muda tambah kuning telur angsa
15% yang lebih baik dibandingkan dengan kuning kuning telur angsa 12,5% dan 17,5%
(36,66±5,77% vs 30,00±10,00% dan 33,33±5,77%).
Adanya perbedaan persentase motilitas spermatozoa sapi aceh pada penelitian ini
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kandungan nutrisi pada kuning telur angsa masing -
masing perlakuan. Konsentrasi kuning telur yang berbeda diperlukan untuk melindungi
spermatozoa selama pengenceran, pendinginan dan pembekuan. Peningkatan konsentrasi
14
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

kuning telur angsa yang ditambahkan dalam pengencer ternyata motilitas yang dihasilkan
semakin rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kadar lemak yang tinggi yang terkandung dalam
kuning telur angsa akan mempengaruhi kepekatan pengencer. Jika pengencer sangat pekat dan
globula lemak banyak, maka aktivitas sperma untuk bergerak akan lambat (Fauziah, 2014).
Menurut Astuti (2009), peningkatan aras kuning telur dalam pengencer semen akan menambah
jumlah low-density lipoprotein (LDL) dan kolesterol yang melekat pada membran plasma
spermatozoa. Low-density lipoprotein tersusun atas phospolipid yang sebagian besar terdiri atas
asam dokosaheksaenoat. Asam dokosaheksaenoat ini menyebabkan ketidakstabilan membran
plasma sehingga transport nutrien ke dalam sel dan transport ion dari dan ke dalam sel
terganggu. Akibat selanjutnya adalah terganggunya proses metabolisme sehingga spermatozoa
kehilangan motilitas.
Kuning telur mengandung lesitin, lipoprotein, kolesterol, gliserin dan asam lemak.
Lesitin dan lipoprotein merupakan protein berberat molekul tinggi yang akan menyelubungi
spermatozoa sehingga dapat mengurangi cold shock pada waktu pembekuan (Toelihere, 1993).
Gliserida merupakan komponen tertinggi penyusun lemak kuning telur. Gliserol merupakan
krioprotektan yang paling umum pada simpan beku semen. Kolesterol yang terdapat pada
kuning telur dapat mempertahankan fluiditas membran sel sehingga mencegah kerusakan sel
akibat penurunan suhu pada saat pembekuan (Afiati dkk., 2004). Kuning telur angsa secara
matematis memiliki kandungan gliserol, asam lemak dan kolesterol tertinggi dibandingkan
dengan kuning telur bebek dan kuning telur ayam (Djaelani, 2001). Penggunaan kuning telur
minimal sebanyak 5% dari bahan pengencer bila langsung digunakan, sedangkan bila akan
disimpan pemakaian kuning telur maksimum sebanyak 20% dari bahan pengencer (Toelihere,
1993).

Persentase spermatozoa hidup sapi aceh


Rata-rata persentase spermatozoa hidup sapi aceh setelah pembekuan dengan pengencer
sitrat kuning telur ayam 20% (K0 ), kuning telur angsa 5% (K1 ), 10% (K 2 ), 15% (K3 ) dan 20%
(K4 ) berturut-turut adalah 46,44 ± 4,64%; 28,47 ± 5,24%; 32,98 ± 6,22%; 44,52 ± 2,87% dan
37,31 ± 3,79%. Hasil analisis varian satu arah terhadap persentase spermatozoa hidup
menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P<0,05). Fakta ini membuktikan bahwa penggunaan
kuning telur angsa berbagai konsentrasi dalam pengencer sitrat berpengaruh terhadap
persentase spermatozoa hidup sapi aceh setelah pembekuan. Selanjutnya hasil uji berganda
Duncan diperoleh rata-rata persentase spermatozoa hidup pada kelompok K 3 berbeda secara
nyata (P<0,05) dibandingkan dengan K 1, K2 dan K 4 , namun tidak berbeda secara nyata (P>0,05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol (K 0 ). Rata-rata persentase spermatozoa hidup pada K4
berbeda secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan K 1 dan K 2 . Sedangkan persentase
spermatozoa hidup pada K 1 tidak berbeda secara nyata (P>0,05) dibandingkan dengan K 2. Hasil
ini membuktikan bahwa konsentrasi kuning telur angsa 15% dalam medium sitrat pengencer
menghasilkan persentase spermatozoa hidup setelah pembekuan yang lebih baik dibandingkan
dengan konsentrasi kuning telur angsa 20%, 10% dan 5%, namun relatif sama dengan
penggunaan 20% kuning telur ayam. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilaporkan oleh Deka dan Rao (1986) bahwa penambahan kuning telur 10 sampai 20% dalam
pengencer tris menghasilkan persentase motilitas spermatozoa sapi yang lebih tinggi secara
nyata dibandingkan dengan penambahan 7% kuning telur. Lebih rendahnya persentase
spermatozoa hidup sapi aceh yang diencerkan dengan medium sitrat kuning telur angsa 5% dan
10% disebabkan semakin banyak kandungan air didalam pengencer menyebabkan terbentuknya
kristal es semakin tinggi yang akan menyebabkan kematian spermatozoa. Sebagaimana
15
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya bahwa fungsi penting penggunaan kuning telur
dalam pengencer semen adalah selain dapat menyediakan makanan sebagai sumber energi bagi
spermatozoa, juga dapat menjadi bahan krioprotektan ekstraselluler yang penting dalam
melindungi spermatozoa terhadap cold shock pada proses pembekuan (Toelihere, 1985; Hafez,
2004 dan Ihsan, 2011). Penambahan konsentrasi kuning telur yang tepat dalam pengencer dapat
memberi keseimbangan lingkungan yang cocok bagi spermatozoa dan dapat mempertahankan
spermatozoa untuk hidup lebih lama, demikian sebaliknya bila pengencer tersebut kurang
cocok akan dapat ditunjukkan dengan menurunnya motilitas spermatozoa bahkan sampai dapat
menyebabkan kematian spermatozoa (Fauziah, 2014).
Persentase membran plasma utuh (MPU) spermatozoa sapi aceh
Integritas membran plasma merupakan suatu keadaan membran plasma yang harus
tetap terjaga keutuhannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup spermatozoa, motilitas
dan kemampuan fertilisasi. Hal ini disebabkan karena membran plasma berfungsi sebagai
pembatas sel kontineus, yang melindungi organel-organel sel dari kerusakan mekanik dan
mengatur lalu lintas keluar masuknya zat-zat makanan serta ion-ion yang diperlukan dalam
proses metabolisme. Kerusakan pada membran plasma mengakibatkan terganggunya proses
metabolisme dan proses fisiologis, sehingga menyebabkan kematian pada spermatozoa
(Rasul dkk., 2001).
Rata-rata persentase MPU spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan dengan pengencer
sitrat kuning telur ayam 20% (K0 ), kuning telur angsa 5% (K1 ), 10% (K 2 ), 15% (K3 ) dan 20%
(K4 ) berturut-turut adalah 42,83 ± 2,62, 26,97 ± 3,37%, 30,66 ± 5,78%, 40,92 ± 4,40% dan
35,63 ± 4,85%. Hasil analisis varian satu arah terhadap persentase MPU spermatozoa
menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil ini membuktikan bahwa penggunaan
kuning telur angsa berbagai konsentrasi dalam medium sitrat berpengaruh terhadap persentase
MPU spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan. Selanjutnya hasil uji berganda Duncan
menunjukkan rata-rata persentase MPU spermatozoa sapi aceh pada kelompok K 3 berbeda
secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan K1 , K2 dan K 4 , namun tidak berbeda secara nyata
(P>0,05) dibandingkan dengan K 0. Rata-rata persentase MPU spermatozoa pada K 4 berbeda
secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan K1 dan K 2 . Sedangkan persentase MPU
spermatozoa pada kelompok K 2 tidak berbeda secara (P>0,05) dibandingkan dengan K 1 . Fakta
ini mengindikasikan bahwa pengencer sitrat kuning telur angsa 15% mampu mempertahankan
MPU spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan yang lebih baik dibandingkan dengan
konsentrasi 20%, 10% dan 5%, namun relatif sama dengan pengencer sitrat kuning telur ayam
20%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Deka dan Rao
(1986) bahwa penambahan kuning telur 10 sampai 20% dalam pengencer tris menghasilkan
persentase MPU spermatozoa sapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan 7%
kuning telur. Penambahan kuning telur dalam bahan pengencer natrium sitrat selain berfungsi
sebagai sumber protein juga dapat berfungsi sebagai penyanggah osmotik yang menyebabkan
sel spermatozoa lebih toleran terhadap pengencer yang hipoosmotik maupun hipertonik
(Situmorang, 2002). Lebih lanjut Amirat dkk. (2004) juga membuktikan penggunaan kuning
telur dalam pengencer dapat melindungi membran plasma dan tudung akrosom spermatozoa
terhadap kejutan dingin. Toelihere (1993) menyatakan komponen spesifik yang terkandung
dalam kuning telur yang bertanggung jawab sebagai agen pelindung (krioprotektif) membran
plasma spermatozoa adalah lipoprotein, lesitin (phosphatidilcholine), LDL dan asam lemak
dekoksaheksanoat (DHA). Lipoprotein dan lesitin yang terkandung dalam kuning telur dapat
bekerja mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa
terutama selama proses pembekuan dan pencairan kembali. Lipoprotein akan melindungi
16
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

spermatozoa dari luar sel yaitu dengan jalan meletakkan diri pada membran plasma
spermatozoa sehingga spermatozoa terbungkus oleh lipoprotein. low density lipoprotein yang
berfungsi sebagai komponen pelindung spermatozoa selama penyimpanan dan proses
pembekuan (Kulaksiz dkk., 2010). Sedangkan asam lemak dokosaheksaenoat (DHA) dan
kolesterol yang dapat mempertahankan fluiditas membran sel sehingga mencegah kerusakan
sel akibat penurunan suhu (Dhami dkk., 1995). Dengan terlindungnya keutuhan membran
plasma spermatozoa, proses metabolisme spermatozoa dapat berlangsung dengan normal,
sehingga spermatozoa tetap bertahan hidup (Aku dkk., 2007; Faizal, 2016).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan kuning telur angsa
15% dalam pengencer sitrat dapat mempertahankan persentase motilitas, spermatozoa hidup,
dan MPU spermatozoa sapi aceh setelah pembekuan yang lebih baik dari pada kuning telur
angsa 5%, 10%, dan 20%.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.A.N., R.R. Noor., H. Martojo., D.D. Solihin, dan E. Handiwirawan. 2007. Keragaman fenotipik sapi
aceh di Nanggroe Aceh Darussalam. Journal of Indonesian Tropical Animal Agriculture. 32(1) : 11-21.
Aboagla , E.M.E. dan T. Terada . 2004. Effects of egg yolk during the freezing step of cryo-preservation on
the viability of goat spermatozoa. Theriogenology. 62: 1160-1172.
Afiati, F., E.M. Kaiin, M. Gunawan, S. Said dan B. Tappa. 2004. Perbaikan teknik pembekuan sperma: pengaruh
suhu gliserolisasi dan penggunaan kaset straw. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Pusat Penelitian Bioteknologi-Lipi, Bogor.
Aku, S.A., B. Purwantara, dan R.M. Toelihere. 2007. Preservasi semen domba garut (ovisaries) dalam berbagai
konsentrasi bahan pengencer berbasis lesitin nabati. Agriplus. volume 17 No 01:45-47
Amirat, L., D. Tainturier, L. Jeanneau, C. Thorin, O. Gerard, J.L. Courtens,and M. Anton. 2004. Bull semen in
vitro fertility aftercryopreservation using egg yolk LDL: a comparison with optidyl, a commercial
egg yolk extender. Theriogenology. 61 : 895-907.
Astuti, S.D. 2009. Pengaruh aras kuning telur dan jenis agen kryoprotektan dalam pengencer tris terhadap
kualitas dan fertilitas spermatozoa domba lokal. Thesis. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakata. hal.127-128.
Baharun, A. 2015. Potens reproduksi serta keberhasilan pembekuan semen menggunakan pengencer tris kuning
telur dan Tris Soya pada Pejantan Sapi Pasundan. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Deka, B.C dan A.R Rao. 1986. Effect of egg yolk levels on quality of frozen semen buck semen. Indian Vet. J. 63:
909-912.
Dhami, A.J., K.L. Sahni, G. Mohan and V.R. Jani. 1995. Effects of different variables on the freezability, post-
thaw longevity and fertility of buffalo spermatozoa in the tro pics. Theriogenology, 46: 109-120.
Djaelani, M.A. 2001. Pengaruh Berbagai Jenis Kuning Telur Sebagai Bahan Baku Medium Terhadap Motilitas,
Vitalitas dan Morfologi Spermatozoa Manusia Selama Proses Simpan Beku. Tesis. Program
Magister Ilmu Biomedik, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Diskeswannak Aceh. 2016. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Propinsi Daerah Istimewa
Aceh.
Faizal, M. 2016. Pengaruh penggunaan kuning telur angsa (Cignus olor) dan air kelapa muda (Cocos nucifera)
terhadap kualitas spermatozoa kambing boer dengan waktu equilibrasi yang berbeda. Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Fauziah, S. 2014. Pengaruh aras kuning telur angsa (Anatidae Anser) dalam pengencer sitrat dan lama penimpanan
yang berbeda terhadap motilitas, viabilitas dan abnormalitas sperma Kambing Bligon yang disimpan pada
suhu 5 o C. Skripsi. Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.
Garner, D.L. and E.S.E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In Reproduction in Farm Animal.
7th ed., E.S.E. Hafez (ed). Lea and Febiger Publishing, Philadelphia.
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung.

17
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner (JIMVET)
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Volume 4, Nomor 1: 9-18 E-ISSN : 2540-9492
Januari 2020

Gunawan. 1998. Upaya Peningkatan Mutu Genetik Sapi Aceh. Pidato Pengukuhan dalam Jabatan Guru Besar
Tetap Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Universitas
Syiah Kuala , Banda Aceh.
Hafez, E.S.E. 2004. Reproduction in Farm Animals. 7 th Ed. Lea & Febiger. Philadelphia.
Ihsan, M.N. 2011. Penggunaan telur itik sebagai pengencer semen kambing. J. Ternak Tropika. 12(1): 10-14.
Kulaksiz, R., C. Cebi, E. Akcay, dan A. Daskin. 2010. The protective of egg yolk from different avian species
during the cryopreservation of karayaka ram sperm. Small Rumin. 88: 12-15.
Rasul, Z., N. Ahmad, and M. Anzar. 2001. Changes in motion characteristics, plasma membrane integrity and
acrosome morphology during cryopreservation of buffalo spermatozoa. J Androl 22:278-283.
Situmorang, P. 2002. The Effects of Inclusion of Exogenous Phospolipid In Tris Diluent Containing A Different
Level of Egg Yolk on the Viability of Bull Spermatozoa. 7(3):131-187 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Susilawati, T., P. Srianto, Hermanto dan E. Yuliani. 2003 . Inseminasi Buatan Dengan Spermatozoa Beku Hasil
Sexing Pada Sapi Untuk Mendapatkan Anak Dengan Jenis Kelamin Sesuai Harapan . Laporan Penelitian.
Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.
Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung.

18

Anda mungkin juga menyukai