Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PENGENCERAN DENGAN /AIR BUAH LONTAR (Borassus

flabelliter) PADA 50 C TERHADAP KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI


BALI
Ivan Jacson Nani, Ir. Setyo Utomo M.P dan Ir. Nur Rasminati M.P

INTISARI *)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengunaan pengencer
air buah lontar-kuning telur dalam mempertahankan motilitas, viabilitas, dan
abnnormlitas spermatozoa sapi Bali selama penyimpanan pada suhu 50 C.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Juni - 5 Juli 2019 bertempat di
Laboratorium Biologi Reproduksi dan Kesehatan Ternak Universitas Nusa
Cendana Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, kota Kupang. Metode yang
digunakan adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola searah dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 4 kali
yaitu P0 kuning telur 100% (kontrol), P1 sitrat-kuning telur 90 % + air buah lontar
10 %, P2 sitrat-kuning telur 80 % + air buah lontar 20 % dan P3 sitrat-kuning
telur 70 % + air buah lontar 30 %.Variabel yang diamati adalah motilitas,
viabilitas dan abnormalitas. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis
variansi, apabila terdapat perbedaan pada hasil analisis variansi, maka dilanjutkan
dengan uji lanjut yaitu Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Berdasarkan
analisis variansi diketahui bahwa penggunaan pengencer buah lontar memberikan
pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap motilitas P2 56.7 ± 4.43d terbaik
diantara perlakuan yang lain yaitu P0 49.15 ± 5.74a, P1 51.3 ± 6.23b dan P3 55.2 ±
5.00c, viabilitas P2 64.6 ± 5.73d terbaik dibandingkan perlakuan lain yaitu P0
55.95 ± 4.81a, P1 57.6 ± 6.49b dan P3 60.65 ± 5.25c pada abnormalitas P2 4.83 ±
1.19b lebih baik dari pengencer lainnya yaitu P0 4.88 ± 0.59a, P1 4.86 ± 1.09d dan
P3 4.84 ± 1.20c. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan
pengencer air buah lontar 20% yang terbaik dan efektif untuk mempertahankan
motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa sapi Bali.

Kata Kunci: semen, air buah lontar, sitrat, motilitas, viabilitas, abnormalitas.

ABSTRACT *)
Thus study aims at finding out the effect of using dilution of palmyra palm
water-yolk in retaining the motility, viability, and abnnormality of Bali cow
spermatozoa during the storage in 50 C temperature. This study was conducted on
June 5 unuil July 5 2019 in Laboratorium Biologi Reproduksi dan Kesehatan
Ternak Universitas Nusa Cendana Kupang Easr Nusa Tenggara province,
Kupang. Experimental study was implemented by using one way pattern of
Complete Random Design with 4 treatments, each was repeated 4 times that is P0
yolk 100% (controlled), P1 citric acid-yolk 90 % + palmyra palm water 10 %, P2
citric acid-yolk 80 % + palmyra palm water 20 % and P3 citric acid-yolk 70 % +
palmyra palm water 30 %.The observed variable are motility, viability, and
abnnormality. The data were analysed using variance analysis, if there is
difference on the result of variance analysis, then the test is continued with
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Based on the variance analysis, it is
found that the use of dilution of palmyra palm fruit give effect (p<0,05) toward
motility P2 56.7 ± 4.43d the best compared to the other treatments that is P0 49.15
± 5.74a, P1 51.3 ± 6.23b and P3 55.2 ± 5.00c, viability P2 64.6 ± 5.73d the best
compared to other treatments that is P0 55.95 ± 4.81a, P1 57.6 ± 6.49b and P3
60.65 ± 5.25c on abnormality P2 4.83 ± 1.19b is better than other dilution that is
P0 4.88 ± 0.59a, P1 4.86 ± 1.09d and P3 4.84 ± 1.20c. From the result it can be
consluded that the addition of dilution of palmyra palm wateer 20% is the best and
the most effective in retaining motility, viability, and abnnormality of
spermatozoa of Bali cow.

Keywords: cement, palmyra palm water, citrac, motility, viability and


abnnormality.
peternakan kecil karena fertilitasnya
baik dan angka kematian yang rendah
PENDAHULUAN sehingga perlunya penerapan teknologi
Latar Belakang inseminasi buatan. (Purwantara et al.,
2012).
Rendahnya produktivitas Dalam meningkatkan
ternak lokal Indonesia mendorong produktivitas ternak lokal teknologi
beberapa teknologi untuk diterapkan reproduksi IB sangat diperlukan untuk
guna mengatasi permasalahan tersebut. mengatasi masalah rendahnya
Salah satu teknologi yang sering produktivitas ternak di Indonesia.
diaplikasikan yaitu teknologi Preservasi semen memiliki arti yang
Inseminasi Buatan. Inseminasi buatan sangat penting dalam penerapan
merupakan salah satu teknologi bioteknologi Inseminasi Buatan (IB)
reproduksi yang dapat meningkatkan pada berbagai jenis hewan khususnya
mutu genetik dan menghindari sapi. Dengan melakukan preservasi
inbreeding serta penularan penyakit maka spermatozoa yang terdapat
veneralis (Hafez, 2000 dan Juhani, didalam semen akan bertahan hidup
2009). Inseminasi buatan dapat lebih lama sehingga semen dari satu
meningkatkan efisiensi reproduksi ejakulat dapat digunakan dalam suatu
(Hafez 2000). Teknologi reproduksi IB periode waktu yang lebih panjang
sudah lama diperkenalkan dan untuk inseminasi pada sejumlah
diterapkan, keberhasilan dan betina. Preservasi semen hanya
kegagalan IB dapat dipengaruhi oleh dimungkinkan pada suhu yang lebih
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut rendah dari suhu tubuh karena pada
diantaranya; peternak, petugas dan suhu yang demikian derajat
ternak sapi betina serta kualitas semen metabolisme sel menjadi rendah
pejantan (Saacke, 2008; Roelofs et al., sehingga memperpanjang daya hidup
2010). spermatozoa (Lemma, 2011).
Sapi Bali merupakan salah satu Penggunaan teknik IB
jenis sapi lokal Indonesia yang berasal berkaitan erat dengan kualitas
dari Bali yang sekarang telah spermatozoa. Kualitas spermatozoa
menyebar hampir ke seluruh penjuru dipengaruhi oleh faktor internal (umur,
bangsa dan genetik) maupun faktor
Indonesia bahkan sampai luar negeri eksternal (pakan, lingkungan dan
seperti Malaysia, Filipina, dan pengencer yang digunakan misalnya
Australia (Oka, 2010). Sapi Bali Andromed, Tris Kuning Telur dan
memiliki keunggulan dibandingkan lain-lain). Semen yang umum
dengan sapi lainnya antara lain digunakan untuk melakukan
mempunyai angka pertumbuhan yang inseminasi yaitu semen beku dan
cepat, adaptasi dengan lingkungan semen cair
yang baik, dan penampilan reproduksi Untuk memastikan semen dari
yang baik. Sapi Bali merupakan sapi satu ejakulat dapat digunakan dalam
yang paling banyak dipelihara pada suatu periode waktu yang lebih
panjang semen segar perlu diencerkan
agar menjadi semen cair atau bisa juga penggunaan pengencer air buah
diproses menjadi semen beku, lontar- sitrat kuning telur serta lama
pengenceran semen dapat dilakuakan penyimpanan pada 50C terhadap
menggunakan bahan-bahan yang kualitas semen sapi Bali.
mengandung nilai gizi tinggi seperti
kuning telur, tris-sitrat dan susu skim. Manfaat Penelitian
Kuning telur merupakan Sebagai informasi bagi masyarakat dan
komponen yang paling umum yang peternak mengenai penggunaan air
digunakan untuk bahan pengencer dan buah lontar dalam pengenceran semen
memilik efek yang menguntungkan terhadap kualitas sperma sapi Bali.
sebagai pelindung dari membran Menambah ilmu pengetahuan
plasma dan akrosom terhadap cold tentang manfaat air buah lontar dan
shock (Amirad et al. 2004). Berbagai kualitas air buah lontar yang
protein-asam amino seperti tyroxin, digunakan sebagai bahan pengencer.
tryptohan, phenylalanin. Diharapkan dapat dipergunakan
Menghasilkan Hidrogen peroksida sebagai sarana untuk menamabah
pada deaminasi oksidatif : Vitamin- pengetahuan mengenai bahan
vitamin yang larut dalam air/minyak pengenceran selama dibangku
memiliki viskositas yang sungguh perkuliahan dan bermanfaat khususnya
menguntunkan spermatozoa pada bidang peternakan.
(Yuwanta, 2010).
Air buah lontar (Borassus
flabelliter) merupakan salah satu MATERI DAN METODE
bahan alternatif yang dapat digunakan
sebagai pengencer semen sapi karena Waktu dan Tempat Penelitian
mengandung karbohidrat yang cukup
tinggi. Menurut Dahlan (2011), Penelitian ini akan dilakukan
kandungan karbohidrat sabut siwalan pada tanggal 5 Juni - 5 Juli 2019
sangat tinggi yaitu 87,73 % dan bertempat di Laboratorium Biologi
kandungan gula total mencapai 5 %-15 Reproduksi dan Kesehatan Ternak
%. Kandungan karbohidrat yang Universitas Nusa Cendana Kupang
merupakan senyawa kompleks dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kota
glukosa cukup tinggi, mampu Kupang.
memberikan suplai makanan yang
banyak pada pertumbuhan mikroba. Materi Penelitian
Dalam peneltian ini penulis ingin
mengetahui pengaruh bahan pengencer Materi yang digunakan dalam
air buah lontar yang dikombinasikan penelitian ini adalah semen cair
dengan sitrat kuning telur terhadap berasal dari sapi Bali berumur 4 tahun
kualitas semen cair sapi Bali. yang ditampung di Laboratorium
Tujuan Penelitian Biologi Reproduksi dan Kesehatan
Ternak Universitas Nusa Cendana
Tujuan penelitian ini adalah Kupang Provinsi Nusa Tenggara
untuk mengetahui pengaruh Timur, Kota Kupang.Ternak jantan
yang digunakan dalam penelitian ini Metode Penelitian
berjumlah satu ekor.
Penelitian ini menggunakan
Alat
metode eksperimen dengan Rancangan
Vagina buatan, mikroskop,
Acak Lengkap (RAL) pola searah,
Hemocytometer, parang steril, spuit
yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 kali
steril, gelas ukur, cororng, kertas
alumunium steril, termos (suhu 450 C) penampungan sebagai berikut:
tabung kecil, meja pemanas (370 C) P0 :semen + sitrat kuning telur 100%
kertas saring, gelas ukur, lemari sebagai pengontrol
pendingin 50 C. P1 : semen + sitrat kuning telur 90% +
Bahan Air buah lontar 10%
P2 : semen + sitrat kuning telur 80% +
Buah lontar, semen segar sapi Air buah lontar 20%
Bali, kuning telur Ayam, 2,9 g P3 : semen + sitrat kuning telur 70% +
Natrium Sitrat dalam 100 mL aquades; Air buah lontar 30%
penisilin 1000 IU dan strepromisin
1mg µg per mL pengencer.

Diagram Alur Penelitian


Menyiapkan peralatan

Pembuatan Pengencer

Penampungan semen sapi

Evaluasi semen

Pengenceran semen

Semen + SKT + ABL Semen + SKT + ABL Semen + SKT + ABL


Semen + SKT 100% 10 % 20 % 30 %

Menyimpan pada suhu 50C

Melakukan pengamatan terhadap


motilitas, viabilitas dan
abnormalitas spermatozoa setiap
24 jam dimulai dari 0 jam, hari 1,
2, 3 dan 4.
Tabel 3. Bahan dan takaran Pengencer
pengencer sitrat. Bahan
1 2
Sitrat (g) 2,9 -
Bahan Takaran
Air Buah Lontar (mL) - 70
Sitrat (g) 2,9
Kuning Telur (%) 30 30
Aquabidest (ml) 100
Sterptomisin (mg/ml) 1 1
Pensilin (IU/ml) 1000 1000
a. Timbang 2,9 g dihidro Na
Aquabidest add (ml) 100 100
citrat dan masukan kedalam
tabung erlenmeyer yang berisi a. Buah Lontar yang masih muda
100 ml aquadest dipotong lalu airnya disedot
b. Panaskan sampai mendidih di dengan spoit steril dan
atas api bunsen kemudian masukan kedalam gelas ukur.
dinginkan b. Pesiapkan kuning telur.
c. Buffer sitrat dapat dipakai c. Buat pengencer dengan
untuk pengencer, buffer sitrat perbandingan 4 bagian Air
dapat tahan lama dan disimpan Buah Lontar dan 1 bagian
Kuning Telur.
dalam lemari es dengan
d. Pengencer dibuat : KT : Citrat
temperatur 50C. =1:4
1. Pembuatan sitrat-kuning telur : e. Tambahkan 1000 unit
a. Telur ayam dibersihkan penicillin dan 1000 mikro g
dengan alkohol 70%. streptomycin yang sebelumnya
b. Setelah kering pecahkan kulit dilarutkan dalam aquades steril
telur kira-kira di tengah. atau buffer.
c. Pisahkan antara kuning telur Sediaan pengencer tersedia
dan putihnya, kuning telur yang dalam keadaan segar setiap hari
masih terbungkus dengan sebelum dipakai (taruh dalam 5
selaput vitelinnya diletakan
derajad C)
diatas kertas saring, kemudian
miringkan berputar sehingga 4. Penampungan semen
putih telur dapat terserap habis. a. Siapkan alat dan bahan
d. Pecahkan selaput vitelinnya, berupa 1 set vagina buatan
masukan kuning telur kedalam dengan suhu maksimal 42-440
C, tabung penampung, termos
gelas ukur.
air panas 50-550 C,
3. Pembuatan sediaan pengencer thermometer, vaselin sebagai
dasar, bahan dan takaran pelicin dan plastik tempat
pengencer tersaji pada Tabel 4: penampung.
b. Siapkan betina pada kandang
jepit lalu dekatkan dengan
penjantan, pada saat pejantan
Tabel 4 Bahan pembuatan pengencer menaiki betina pertama kali,
kerja.
cegah penis untuk masuk ke 5 juta
kelamin betina dengan Contoh : = 80 % x 1.260 juta
memegang preputiumnya lalu 5 juta
biarkan penanjatan turun dari Pengenceran dan pembuatan semen
cair.
betina, saat pejantan menaiki
Pengenceran dilakukan agar
betina kedua kalinya semen yang diperoleh dari satu kali
penggang preputiumnya ejakulat dapat digunakan untuk
arahkan penis ke vagina inseminasi buatan pada beberapa
buatan, bila terasa ada betina, berikut adalah perhitungan dan
gerakan ejakulasi yaitu cara :
dorongan kencang maka a. Siapkan semen dan bahan
pengencer
lepaskan vagina buatan
b. Evaluasi semen
bersamaan dengan turunnya c. Hitung jumlah pengencer
pejantan dari betina, jika yang dibutuhkan dengan
ejakulasi ada pada tabung rumus :
lakukan gerakan angka
Motilitas (%) x kosentrasi (10)6
delapan agar semua semen Kadar pengencer (ml)
5 juta
hasil ejakulasi tertampung Contoh : = 80 % x 1.260 juta
dalam tabung penampung 5 juta
semen, semen hasil ejakulasi Artinya, setiap mL semen
langsung di evaluasi. ditambahkan pengencer hingga
5. Pengenceran dan pembuatan mencapai volume total 5.040.
semen cair. d. Melaksanakan
Pengenceran dilakukan agar Pengenceran:
semen yang diperoleh dari satu kali  Ukur larutan pengencer
ejakulat dapat digunakan untuk sesuai yang dibutuhkan.
inseminasi buatan pada beberapa  Tambahkan pengencer
betina, berikut adalah perhitungan dan dengan 500 – 1000 IU
cara : penisilin dan 500 – 1000
a. Siapkan semen dan bahan mikrogram streptomycin
pengencer per ml bahan pengencer.
b. Evaluasi semen  Campur dengan cara
c. Hitung jumlah pengencer tuangkan bahan pengencer
yang dibutuhkan dengan kedalam tabung yang telah
rumus : terisi semen secara
bertahap, dimulai dari
perbandingan yang sama,
pengencer harus
Kadar pengencer (ml) Motilitas (%) x kosentrasi (10) diusahakan mengalir
secara perlahan-lahan dari
dinding dinding tabung, didapatkan olesan sepanjang
lalu goyangkan perlahan- permukaan gelas objek.
lahan, dilakukan pada suhu Preparat ulas dikeringkan
kamar 220–270C. kemudian diamati dengan mikroskop
 Masukan semen yang telah cahaya dengan pembesaran 400x.
diencerkan kedalam Spermatozoa yang masih hidup tidak
tabung-tabung yang telah berwarna sedangkan yang sudah mati
diberi label sesuai jumlah berwarna merah.
perlakuan. rumus yaitu:
 Periksa motilitas spermatozoa hidup X 100%
spermatozoa setalah total spermatozoa
melakukan pengenceran. c. Abnormalitas
 Masukan tabung berisis Abnormalitas yaitu
semen kedalam bejana Ketidaknormalan bentuk spermatozoa
berisi air dan disimpan di dalam suatu contoh semen perlu
lemari pendingin dengan diketahui karena tingkat abnormalitas
suhu 3-50 C. tersebut berkaitan erat dengan tingkat
 Lalu evaluasi semen setiap kesuburan (fertilitas) dari pejantan
24 jam sekali selama 4 yang ditampung semennya. Cara
hari. penentuan abnormalitas spermatozoa
Parameter yang diamati dengan metode pewarnaan diferensial
a. Motilitas dengan meneteskan satu tetes contoh
Motilitas yaitu gerak individu semen di atas gelas objek. Kemudian
spermatozoa dengan pengukuran 12 ditetesi dengan larutan warna eosin-
jam dalam sekali perlakuan. Motilitas negrosin. Lakukan pencampuran dan
dengan progresif dihitung lakukan prosedur seperti pada gambar
menggunakan lensa objektif dengan 3. Selanjutnya dilakukan pengamatan
pembesaran 10x45 yang dihitung di bawah mikroskop dengan
dalam %, karena merupakan salah satu pembesaran 10 x 40 atau 10 x 100.
Amati sebanyak kurang lebih 200 sel
kriteria penentu kualitas semen dilihat
spermatozoa. Hitunglah jumlah
dari berapa banyaknya sperma yang
spermatozoa yang bentuknya normal,
bergerak dibandingkan dengan sperma
misalkan A sel dan yang berbentuk
yang diam.
abnormal, misalkan B sel. Maka
b. Viabilitas
tingkat abnormalitas spermatozoa
Viabilitas yaitu pemeriksaan
dalam contoh semen dapat diketahui
hidup dan mati semen. Semen (segar
dengan rumus:
dan perlakuan) diteteskan pada gelas
jumlah spermatozoa normal X 100%
objek menggunakan ose. Eosin-
total spermatozoa
negrosin diteteskan menggunakan
eosin lain, kemudian keduanya
Analisis Data
dicampur. Campuran semen dengan
eosin-negrosin dibuat olesan dengan
Data penelitian yang
ujung gelas objek yang lain hingga
didapatkan akan dianalisis secara
variansi, apabila didapatkan hasil yang ke-i dari faktor bahan
berbeda nyata akan dilanjutkan dengan pengencer dan taraf ke-j dari
uji Duncan Multiple Range test faktorlama penyimpanan dan
( DMRT ). ulangan ke-k (Ekaninta, 2001).
Metode Sistematik yang
digunakan adalah: HASIL DANPEMBAHASAN
Yijk = µ + αi + βj + (αβ) ij + ∑
jk 1. Evaluasi Semen Segar Sapi Bali
dengan : Evaluasi semen segar sapi Bali
 Yijk yaitu Nilai pengamatan dalam penelitian ini ditentukan dengan
pada satuan percobaan yang dua cara yaitu makrokopis dan
memperoleh perlakuan taraf mikrokopis. Secara makrokopis dilihat
ke-i dari factor bahan tanpa menggunakan mikroskop yang
pengencer dan taraf ke-j dari meliputi volume, warna, konsistensi,
factor lama penyimpanan . bau dan pH, pemeriksaan secara
 M adalah Nilai Tengah Umum mikrokopis diperiksa dengan
 Ai adalah Pengaruh taraf ke-i mikroskop 10x10, yaitu meliputi gerak
dari faktor bahan pengencer massa, konsentrasi, motilitas dan
 Bj adalah Pengaruh taraf ke-j pewarnaan differensial yang meliputi
dari faktor lama penyimpanan pemeriksaan viabiltas (hidup/mati)
 (αβ) ij adalah Pengaruh serta abnormalitas spermatozoa.
interaksi dari taraf ke-i dan Hasil evaluasi semen sapi Bali
faktor bahan pengencer dan ini dibutuhkan untuk menentukan
taraf ke-j dari lama kualitas semen yang selanjutnya
penyimpanan dijadikan indikator dapat atau tidaknay
 ∑ jk adalah Pengaruh galat semen tersebut untuk diproses lebeh
pada satuan percobaan yang lanjut, hasil eveluasi tersaji pada tabel
memperoleh perlakuan taraf 5.

Tabel 5. Hasil evaulasi semen cair Sapi Bali pasca penampungan.

Ulangan
Semen segar
1 2 3 4 Rataan
Volume (ml) 6 6 3 3 5
Warna Krem Krem Krem Krem Krem
Konsistensi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Ph 6,4 6.7 6.4 6.4 6,4
Gerakan massa(%) ++ ++ +++ +++ +++
Konsentrasi (%) 985 1.260 1.510 1.660 1353,75
Motilitas (%) 75 80 75 75 76,25
Viabilitas (%) 82,4 86.60 84.47 84.89 82,43
Abnormalitas (%) 3,51 2.70 4.34 3.27 3,51
Keterangan : C = Warna Semen Krem
S = Kekentalan Semen (Sedang)
+++ = Gerak spermatozoa cepat berpindah, awan tebal dan gelap.
Volume tubuh, ukuran badan, pakan
yang berkualitas dan frekuensi
Hasil penelitian
penampungan.
menunjukkan kualitas semen
B. Warna
secara makroskopis cukup
Hasil pemeriksaan
bagus dengan volume semen
menunjukkan bahwa warna
rata-rata setiap penampungan
semen yang diperoleh selama
dari 4 ulangan berkisar antara
penelitian dari sapi Bali
5-6 ml hasil volume semen
adalah krem, hasil ini berada
yang didapatkan masih dalam
pada kisaran normal dan
kisaran normal karena hasil
dapat dikategorikan semen
yang diperoleh sesuai dengan
yang berkualitas baik sehingga
pendapat Garner dan Hafez
dapat diproses lebih lanjut
(2000) volume semen sapi
menjadi semen beku. Gordon
setiap satu kali ejakulasi
(2004) menyatakan bahwa
berkisar antara 5-8 ml Volume
warna, jumlah volume,
rendah tidak merugikan tetapi
konsentrasi, konsistensi,
apabila disertai konsentrasi
gerakan massa, pH dan
yang rendah akan membatasi
motilitas spermatozoa semen
jumlah spermatozoa yang
segar dari seekor pejantan
tersedia. Peningkatan
sangat bervariasi.
frekuensi ejakulasi selain
C. Gerakan massa
menurunkan jumlah volume
Sapi Bali menunjukan
semen juga akan menurunkan
gerakan massa spermatozoa
jumlah spermatozoa (Ball dan
dengan kualitas normal. Hal ini
Peters, 2004).
dipengaruhi oleh banyak faktor
Pemeriksaan volume
antara lain kondisi masing-
merupakan salah satu syarat
masing individu, seperti
yang diperlukan untuk
kualitas organ reproduksi,
mengetahui kuantitas semen
umur ternak, kondisi
segar setelah penampungan.
manajemen peternakan, jenis
Menurut Kartasudjana (2010)
pakan yang diberikan dan
volume semen tergantung pada
bangsa sapi.
spesies ternak sapi. Menurut
D. Konsistensi
Kartasudjana (2010) ada
Hasil evaluasi semen
faktor-faktor yang
segar menunjukkan bahwa
mempengaruhi volume semen
konsistensi semen memiliki
juga yaitu bangsa, umur, sapi
presentase rata-rata sedang dan
yang telah dewasa kelamin dan
dikatakan memiliki kekentalan
yang baik, Konsistensi atau kecenderungan untuk
derajat kekentalan semen sapi bergerak bersama-sama ke
Bali adalah konsistensi sedang, satu arah yang menyerupai
semen sapi yang normal gelombang-gelombang yang
memiliki konsistensi dari tebal dan tipis, bergerak
sedang sampai kental. cepat atau lamban tergantung
Konsistensi semen mempunyai dari konsentrasi spermatozoa
korelasi aqdengan warna, yang hidup didalamnya.
misalnya semen yang berwarna Gerakan massa semen yang
krem biasanya konsistensinya memiliki kualitas baik (++),
pekat atau kental, sedangkan bila terlihat gelombang-
yang warnanya jernih atau gelombang kecil, tipis, jarang,
terang biasanya konsistensinya kurang jelas dan bergerak
encer (Feradis, 2010a). lamban (Feradis, 2010b).
E. pH F. Konsentrasi
Rata-rata pH (derajat Konsentrasi rata-rata
keasaman) semen sapi Bali semen segar sapi Bali yaitu
selama 4 kali penampungan 1353,75 dan menunjukan
yang diperoleh selama bahwa konsentrasi semen segar
penelitian adalah 6,4. Nilai baik. Semen yang berkualitas
ini termasuk normal karena baik adalah semen yang
kisaran pH semen sapi adalah memiliki kandungan sperma
6,4-7,8 (Garner dan Hafez, hidup dan bergerak maju ke
2000). Derajat keasaman depan dalam jumlah yang
memegang peran yang sangat banyak. Perbandingan
penting karena mempengaruhi spermatozoa hidup dan
viabilitas spermatozoa, faktor- bergerak ke depan (motil
faktor yang mempengaruhi progresif) dengan konsentrasi
nilai pH adalah saat spermatozoa total dalam suatu
penempungan semen dibiarkan contoh semen dikenal dengan
terpapar pada temperatur ruang istilah motilitas spermatozoa.
tanpa diencerkan dan Konsentrasi spermatozoa
menyebabkan penimbunan tampak pada warna semen
asam laktat yang merupakan tersebut, semakin pekat warna
hasil akhir metabolisme. sangat semen maka semakin tinggi
baik, rata-rata setiap ulangan pula konsentrasinya dan
yaitu positif 3 , sesuai dengan begitu pula sebaliknya
pernyataan (Feradis, 2010b). (Feradis, 2010a). Dengan
Nilai ini termasuk kualitas menggunakan metode
yang sangat baik dengan menggolongkan sperma yang
gerakan massa adalah +++ bergerak ditempat, bergerak
(Campbel et al., 2003a). mundur, bergerak melingkar
Spermatozoa dalam dan sperma yang tidak
suatu kelompok mempunyai bergerak sama sekali.
Spermatozoa yang mati dan organel spermatozoa diukur
berada dalam bidang hitung menggunakan pewarna eosin.
kamar Neubauer dapat Spermatozoa hidup yang
dihitung.. memiliki membran sel yang
G. Motilitas utuh tidak akan menyerap eosin
Nilai motilitas sehingga warnanya tetap dan
spermatozoa sapi Bali tersebut tidak berubah sedangkan
termasuk normal yaitu 76.25, spermatozoa mati akan
karena menurut Bearden et menyerap zat warna eosin
al. (2004) nilai motilitas semen karena permeabilitas
sapi antara 70 sampai membrannya meningkat
80%. Banyak faktor-faktor sehingga warnanya berubah
yang mempengaruhi nilai menjadi merah ( MataHine T et
motilitas spermatozoa seperti all., 2014 ).
perbedaan yaitu umur, I. Abnormalitas
kematangan spermatozoa dan Nilai Abnormalitas
plasma semen (Garner dan spermatozoa pada saat
Hafez, 2000). penampungan dan hasil evluasi
H. Viabilitas memiliki rataan 3,51 dan
Sapi Bali menunjukkan berada dalam kisaran normal, (
nilai viabilitas 82.43 dan MataHine T et all., 2014 ) ada
berada pada kisaran terbaik beberapa faktor-faktor yang
karena Viabilitas spermatozoa mempengaruhi nilai
untuk pembutan semen yang abnormalitas spermatozoa yaitu
diencerkan atau semen beku genetik, umur, cahaya atau
minimal memiliki 60 % sampai temperatur, manejemen
75% spermatozoa hidup pemeliharaan frekuensi
(Garner and Hafez, 2000). penampungan serta lingkungan
Faktor presentase hidup yang sangat berpengaruh pada
spermatozoa ditentukan oleh abnormalnya spermatozoa (
membran plasma yang utuh. MataHine T et all., 2014 ).
Membran plasma spermatozoa 2. Pengaruh pengencer Air buah
berfungsi untuk melindungi Lontar terhadap kualitas semen
cair sapi Bali.
A. Motilitas
Rataan Motilitas semen segar sapi Bali setelah diencerkan pada penelitian
yaitu P0 (49.15 %), P1 (51.3 %), P2 (55.95 %) dan P3 (55 %). Hasil analisis data
motilitas disajikaan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan motilitas semen cair sapi Bali.

Perlakua `Ulangan
Rata-rata ± std.Dev
n 1 2 3 4
P0 51.2 53.8 45.2 46.4 49.15 ± 5.74a
P1 51 54 50 50.2 51.3 ± 6.23b
P2 56 56 57.2 57.6 56.7 ± 4.43d
P3 57.2 57.6 52 54 55.2 ± 5.00c
Keterangan : a, b, c, d Nilai rata-rata dengan superskip yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan yang amat nyata (P< 0,05)
P0 : semen + sitrat kuning telur sebagai pengontrol
P1 : semen + sitrat kuning telur 90% + Air buah lontar 10%
P2 : semen + sitrat kuning telur 80% + Air buah lontar 20%
P3 : semen + sitrat kuning telur 70% + Air buah lontar 30%
Hasil analisis variansi komplit sehingga dapat memenuhi
menunjukkan bahwa perlakuan P2 sebagian besar kebutuhan spermatozoa
dengan penambahan air buah lontar ( MataHine T et al., 2014 ).
20% dan P3 dengan penambahan air Penurunan viabilitas spermatozoa
buah lontar 30% berbeda nyata selama penyimpanan disebabkan oleh
(P<0,05) mampu mempertahankan meningkatnya jumlah spermatozoa
rata-rata presentase motilitas di atas rusak dan mati akibat kekurangan
40% yaitu 56.7 d± 4,43 dan 55.2 c± energi (Solihati et al,. 2008).
5,00 lebih baik dari pada perlakuan P0 Sama seperti P0 pada
49.15 ± 5.74 dan P1 51.3 ± 6.23. pengencer P1 walaupun spermatozoa
Pada perlakuan P0 tanpa buah mendapatkan sumbangan 10 %
lontar, P1 Air buah lontar 10% karbohidrat berupa glukosa dari Air
memiliki presentase motilitas terendah buah lontar namun jumlah tersebut
hal ini disebabkan karena spermatozoa belum cukup memenuhi sebagian
pada pengencer P0 sitrat-KT 100% besar kebutuhan spermatozoa yang
tanpa penambahan air buah lontar masih kekurangan sukrosa dan
hanya mendapat sumbangan energi frutkosa (Yi et al., 2008). Motilitas
hanya dari kuning telur saja. Meskipun spermatozoa pada pengencer P2 dan
fosfolipid, kolesterol, dan low density P3 berbeda nyata, dimana P2 (56.7 d±
lipoprotein yang terkandung didalam 4,43) lebih tinggi 1.5 % dari pada P3
kuning telur berperan melindungi (55.2 c± 5,00).
spermatozoa terhadap cold shock Pengencer P2 dinilai lebih baik
selama proses pendinginan (Kulaksiz karena penambahan air buah lontar 20
et al.,2010). % terjadi keseimbangan yang baik
Sitrat kuning telur perlu dalam mengatasi kejut dingin (chold
dikombinasikan dengan air buah lontar shock) serta ketersediaan sumber
untuk menghasilkan pengencer yang
energi yang berasal dari air buah lontar suasana tidak nyaman untuk
berupa karbohidrat merupakan salah spermatozoa akibat perombakan energi
satu prasyarat untuk pengencer semen yang berlebihan dan menyebabkan
yang baik. Karbohidrat memiliki spermatozoa mati.
beberapa fungsi, yaitu sumber energi Rizal et al. (2004) menyatakan
bagi sperma selama inkubasi, bahwa penurunan motilitas
memelihara tekanan osmotik cairan spermatozoa selama penyimpanan,
dan dapat bertindak sebagai baik persentase motilitas progresif
krioprotektan serta kebutuhan energi maupun keutuhan membran plasma
spermatozoa berupa Adenosine diduga akibat banyaknya spermatozoa
Triphosphate(ATP) dalam yang mati dan menjadi toksik terhadap
mempertahankan hidup secara alami spermatozoa lain yang masih hidup,
telah terpenuhi didalam plasma semen peniliti menduga hal tersebut juga
dan kandungan fruktosa yang ada terjadi pada P3 sehingga secara umum
dalam air buah lontar. kualitasnya menjadi menurun.
Selain memiliki kandungan Hasil uji DMRT menunjukan
karbohidrat yang lebih tinggi yang bahwa perlakuan P2 dengan
dapat dijadikan sebagai substrat energi penambahan air buah lontar 20%
bagi motilitas spermatozoa, pengencer mempunyai nilai presentase motilitas
P2 memiliki kapasitas buffering yang sebesar (56.7 d± 4,43) dan merupakan
juga cukup tinggi, walaupun belum perlakuan terbaik dibandingkan
dilakukan identifikasi tentang unsur perlakuan yang lain.
apa yang terkandung di dalam air buah A. Viabilitas
lontar yang berperan dalam Rataan Viabilitas
mempertahankan pH. semen segar sapi Bali setelah
Pada perlakuan P3 peneliti
diencerkan yaitu P0(55.95%), P1
menduga bahwa hal ini disebabkan
karena sukrosa dari air buah lontar (57.6%), P2 (64.6 %) dan P3
membutuhkan waktu yang lebih lama (60.65%). Hasil analisis Viabilitas
dalam menghasilkan energi dan akan disajikan pada Tabel 7.
menyebabkan penimbunan asam laktat
yang lebih banyak sehingga membuat
Tabel 7. Rataan viabilitas semen cair sapi Bali

Ulangan
Perlakuan Rata-rata ± std.Dev
1 2 3 4
P0 59.2 59.2 52 53.4 55.95 ± 4.81a
P1 56.2 59.6 57 57.6 57.6 ± 6.49b
P2 62.6 66.8 64.2 64.8 64.6 ± 5.73d
P3 57.2 62.2 60.2 63 60.65 ± 5.25c
Keterangan : a, b, c, d Nilai rata-rata dengan superskip yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukan perbedaan nyata (P< 0,05)
P0 : semen + sitrat kuning telur sebagai pengontrol
P1 : semen + sitrat kuning telur 90% + Air buah lontar 10%
P2 : semen + sitrat kuning telur 80% + Air buah lontar 20%
P3 : semen + sitrat kuning telur 70% + Air buah lontar 30%
Hasil analsi variansi dalam menghasilkan energi sukrosa
menunjukan bahwa perlakuan P0 tanpa akan menghasilkan asam laktat yang
penambahan air buah lontar dan P1 lebih banyak sehingga membuat
suasana tidak nyaman untuk
dengan penambahan 10% air buah
spermatozoa bahkan bersifat toksik
lontar berbeda nyata (p<0,05) dengan dan menyebabkan kematian
perlakuan P2 64.6d ± 5,73) dan P3 spermatozoa.
(60.65c ± 5,25). Hasil uji lanjut DMRT
Peneliti menduga perlakuan P0 menyatakan bahwa P2 dapat
sebagai kontrol dan P1 yang telah mempertahan nilai viabilitas diatas
ditambahkan 10% air buah lontar 60% sesuai dengan standar yang telah
belum mampu mempertahankan nilai ditetapkan.
pH serta zat-zat nutrisi terutama Pada penelitian ini,
karbohidrat, penurunan viabilitas spermatozoa mati dan hidup dapat
terjadi pada hari kedua, hari ketiga dan dibedakan dengan menggunakan
hari keempat selama 4 hari pewarna eosin. Perbedaan spermatozoa
penyimpanan serta kurangnya energi mati dan spermatozoa hidup dapat
menyebabkan banyak spermatozoa dilihat pada gambar dibawah ini
mati. (Gambar 1).
Pareira et al. (2010)
menyatakan bahwa viabilitas akan
menurun akibat suhu dingin selama
penyimpanan, ketersediaan energi
dalam pengencer semakin berkurang,
dan menurunnya pH karena terjadi
peningkatan asam laktat hasil
metabolisme spermatozoa, adanya
kerusakan membran plasma dan
akrosom.
Pada perlakuan P2
Penambahan fruktosa dari buah lontar
juga dapat mempertahankan daya Gambar 1. Perbeadaan
hidup spermatozoa, sebagai spermatozoa hidup dan mati
krioprotektan ekstraseluler fruktosa Ket : A = Spermatozoa hidup
akan melindungi membran plasma sel B = Spermatozoa mati
sperma dari kerusakan secara mekanik C. Abnormalitas
yang mungkin terjadi saat proses Rataan Abnormalitas semen
kriopreservasi semen (Rizal, 2008). segar sapi Bali setelah diencerkan P0
Pada perlakuan P3 ada (4.78 %), P1 (4.86%), P2 (4.83%) dan
perbedaan nyata (P<0,05), karena
P3 (4.84%). Hasil analisis Abnormiltas disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan abnormalitas semen sapi Bali

Perlakua Ulangan
Rata-rata ± std.Dev
n
1 2 3 4
P0 4.78 5.932 4.772 3.638 4.88 ± 0.59c
P1 4.762 5.956 4.966 3.748 4.86 ± 1.09a
P2 4.702 6.054 4.898 3.658 4.83 ± 1.19a.b
P3 4.716 5.894 4.948 3.796 4.84 ± 1.20a
Keterangan : a, b, c, d Nilai rata-rata dengan superskip yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukan ada perbedaan nyata (P<0,05).
P0 : semen + sitrat kuning telur sebagai pengontrol
P1 : semen + sitrat kuning telur 90% + Air buah lontar 10%
P2 : sperma + sitrat kuning telur 80% + Air buah lontar 20%
P3 : sperma + sitrat kuning telur 70% + Air buah lontar 30%
setiap perlakuan sangat sedikit hal ini
Hasil Anilisis variansi disebebkan karena ternak yang
memperlihatkan bahwa setiap digunakan merupakan sapi yang sudah
perlakuan signifikan (P<0,05) atau sangat terlatih untuk penampungan
selain itu juga manejemen
ada perbedaan yang nyata, meskipun pemeliharaan dan handling terhadap
setiap perlakuan dapat spermatozoa sangat baik.
mempertahankan presentase Pada setiap perlakuan terdapat
abnormalitas dibawah 20% selama spermatozoa abnormal sekunder yang
penyimpanan 4 hari, dan sesuai dengan terdapat pada ekor hal ini disebebkan
standar inseminasi buatan (MataHine, oleh preparasi sehingga meningkatkan
tingginya presentase. Hal lain yang
1991).
dapat menyebabkan abnormalitas pada
Apabila dilihat dari ekor adalah ejakulasi yang tidak
keseluruhan perlakuan P0, P1, P2, dan sempurna dan shock terhadap suhu
P3 bahwa persentase abnormalitas ( Barth dan Oko, 1989).
dalam penelitian masih tergolong baik Pembuatan preparat ulas yang
di bawah 20% hingga jam ke 24.
kurang tepat juga menyebabkan
Diperkuat kembali oleh (Hafez, 2000
kerusakan pada spermatozoa seperti
dalam Alawiyah 2006) selama
ekor dan kepala putus. Morfologi
abnormalitas spermatozoa belum
abnormalitas pada spermatozoa
mencapai 20% dan tidak lebih dari itu,
berhubungan dengan fertilitas. Dengan
maka semen tersebut masih layak
demikian bahwa pengaruh tingginya
untuk diproses selanjutnya.
abnormalitas berasal dari prossesing
Abnormalitas akan dianggap
penyimpanan dan kondisi fisiologis
serius apabila abnormal primer telah
dari pengencer tersebut, selain itu juga
mencapai 18-20%, abnormalitas pada
dari faktor pejantan saat penampungan E = Spermatozoa yang
yang berhubungan dengan fertilitas abnormal (ekor pendek)
ternak itu sendiri (Susilawati, 2013).
Hasil uji lanjut (DMRT) KESIMPULAN DAN SARAN
menyatakan bahwa setiap perlakuan
dapat memepertahan nilai KESIMPULAN
abnormalitas sehingga tidak melebihi Berdasarkan hasil penelitian
20% standar abnormalitas, namun P2 dan pembahasan dapat disimpulkan
dinilai lebih baik karena presentase bahwa bahan pengencer terbaik adalah
abnormalitas yang sangat sedikit, dari penambahan air buah lontar 20%
hasil pengamatan dapat disimpulkana untuk mempertahankan nilai
bahwa ternak yang digunakan presentase motilitas, viabilitas dan
merupakan sapi yang terlatih untuk abnormalitas spermatozoa sapi Bali.
penampungan dan tidak memiliki
kelaina genetik . SARAN
Untuk mempertahankan nilai
Pada penelitian ini terdapat presentase motilitas, viabilitas dan
contoh gambar abnormalitas abnormalitas disarankan untuk
spermatozoa, berikut ini gambar menggunakan air buah lontar sebanyak
beberapa jenis spermatozoa yang 20 – 30 %
abnormal (Gambar 2).
DAFTAR PUSTAKA

Amirat L, Tainturier D, Jeanneau L,


Thorin C, Gerard O, Courtens
JL, Anton M, 2004. Bull
semen in vitro fertility after
cryopreservation using egg
yolk LDL: a comparisonwith
optidyl, a commercial egg
yolk extender.
Theriogenology 61: 895–907.
Ball, P.J.H. and A.R. Peters., 2004.
Reproduction in Cattle. 3rd
Gambar 2. Perbedaan ed. Blackwell Science, Inc. 2-
spermatozoa yang abnormal 3: 6-8.
Ket : A= Spermatozoa yang normal Dahlan, D.N.A. 2011. Evaluasi
B= Spermatozoa yang abnormal Potensi Limbah Sabut
(ekor putus) Siwalan Terfermentasi Em-4
C= Spermatozoa yang abnormal Sebagai Pakan Sapi Pedaging
(kepala putus) Secara In-Vitro. Skripsi.
D= Spermatozoa yang abnormal Jurusan Biologi. Fakultas
(ekor melengkung)
Sains Dan Teknologi. MataHine T. 1991a. Pengaruh
Universitas Islam Negeri penambahan beberapa
(UIN) Maulana Malik pengencer terhadap motilitas
Ibrahim. Malang. dan daya tahan hidup
spermatozoa sapi bali.
Feradis. 2010. Bioteknologi Kupang. Fakultas Peternakan
Reproduksi pada Ternak. Universitas Nusa Cendana.
Alfabetah. Bandung.
Matahine T, Burhanuddin dan A
Garner, D. L. dan E.S.E. Hafez. 2000. Marawali. 2014b. Efektifitas
Spermatozoa and seminal Air Buah Lontar dalam
plasma. In.Reproduction in Mempertahankan Motilitas,
Farm Animals. 7th Ed . viabilitasdan Daya Tahan
Lippincott Williams & Hidup Spermatozoa Sapi Bali.
Wilkins. USA,96-109. Jurnal Veteriner 15, 263-273.

Herdis et al. 1998. Inseminasi Buatan Rizal M. 2008. Fertilitas Spermatozoa


Teknologi Tepat Guna solusi Ejakulat Epididimis Domba
dalam meningkatkan populasi Garut Hasil Kriopreservasi
ternak Akibat Krisis Ekonomi. Menggunakan Modifikasi
Deptan. Pengencer Tris Dengan
Berbagai Krioprotektan dan
Hafez ESE, 2000a, Reproduction in Antioksidan. [Disertasi]
Farm Animals 7th Edition. Program Studi Pascasarjana
Philadelphia: Lippincott Institut Pertanian Bogor.
Williams & Wilkins.
Solihati, N., S.D. Rasad, R. Setiawan
Hafez, E.S.E. 2000b, Artificial dan T. Kustini. 2015.
Insemination by Bellin.,M.E., Pengaruh Penambahan
Hafez.B., Glutation dan Alfa Tokoferol
Verner.,D.D.,Love.,CC et.,al terhadap Daya Hidup Sperma
in Reproduction in Farm Domba Lokal Umur Pubertas.
Animals. 7th ed. Philadelphia, Prosiding SeminarNasional
USA. Peternakan Berkelanjutan ke-
7. Fakultas Peternakan
Kulaksiz, R., C. Cebi, E. Akcay and A. Universitas Padjadjaran
Daskin. 2010. The protective Bandung. 72-77.
effect of egg yolk from
different avian species during Yuwanta, T. 2010. Telur dan kualitas
the cryopreservation of Telur. Gajah Mada University
Karayaka ram semen. J. Press. Yogyakarta.
Small Rumin. Res. 88: 12-15.

Anda mungkin juga menyukai