Anda di halaman 1dari 11

Available online at PISSN: 1412-3657

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php EISSN: 2716-5078


/AGRISAINS

KUALITAS SEMEN AYAM BURAS SELAMA PRESERVASI PADA SUHU 5OC


DENGAN PENGENCER SUSU FULL CREAM DALAM NACL FISIOLOGIS
Quality of straight chicken cement during preservation at 5oC temperature with full
cream milk diluter in physiological NaCl
Army Nur, Yohan Rusyiantono, Amiruddin D Malewa

Peternakan/Akuakultur, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia.


E-mail: armynur43@gmail.com

ABSTRAK
Army Nur (O 121 17 141). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kualitas semen ayam
selama preservasi pada suhu 5℃ dengan pengencer susu full cream dalam NaCl fisiologis. Semen
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 1 ekor ayam yang berumur 2 tahun, penampungan
semen dilakukan 2 kali dalam seminggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan (P0, P1, dan P2) dan 7 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan
yaitu P0 (0,1 ml semen + l ml NaCl + 0% susu full cream), P1(0,1 ml Semen + l ml NaCl + 5%
Susu full cream) dan P2(0,1 ml semen + l ml NaCl + 10% Susu full cream). Variabel yang diukur
yaitu motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa. Pengamatan motilitas, viabilitas dan
abnormalitas dilakukan pada jam ke-0, 6, 12, 18, 24, 30, 36 dan 48. Hasil analisis ragam
menunjukan adanya pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase motilitas, viabilitas dan
abnormalitas spermatozoa selama penyimpanan. Penyimpanan spermatozoa dalam pengencer susu
full cream 5% selama 48 jam menghasilkan motilitas 40,14±1,9%, viabilitas 54,43±4,1% dan
abnormalitas 16,4±1,3%. Hasil perhitungan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dari ketiga variabel
pengamatan menunjukan bahwa perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata namun berbeda sangat
nyata dengan perlakuan P0 sebagai kontrol. Kesimpulan dari penelitian adalah penambahan level
susu full cream pada pengenceran semen Ayam Buras pada suhu 5℃ mampu mempertahankan
kualitas spermatozoa selama waktu penyimpanan 48 jam.

Kata Kunci : Ayam Buras, Susu full cream, Spermatozoa

ABSTRACT
Army Nur (O 121 17 141). This study aims to determine the quality of chicken semen during
preservation at a temperature of 5℃ with full cream milk diluent in physiological NaCl. The semen
used in this study came from 1 chicken that was 2 years old, the semen collection was carried out 2
times a week. using a completely randomized design (CRD) consisting of 3 treatments (P0, P1, and
P2) and 7 replications. The treatment used is P0 (0.1 ml cement + l ml NaCl +0% full cream milk),
P1(0.1 ml Cement + l ml NaCl + 5% Milk full cream) and P2(0.1 ml cement + l ml NaCl +10%
Milk full cream). Variable which measured were motility, viability, and abnormalities of
spermatozoa. Observations of motility, viability and abnormalities were carried out at 0, 6, 12, 18,
24, 30, 36 and 48 hours. The results of the analysis of variance showed that there was a significant
effect significantly (P<0.01) on the percentage of motility, viability and abnormalities of
spermatozoa during storage. Storage of spermatozoa in 5% full cream milk diluent for 48 hours
resulted in motility 40.14±1.9%, viability 54.43±4.1% and 16.4±1.3% abnormality.The results of
the calculation of the smallest significant difference further test (BNT) of the three observation
variables showed that the P1 and P2 treatments were not significantly different but very
significantly different from the P0 treatment as a control. The conclusion of the study was the
addition of full cream milk levels in the dilution of free-range chicken semen at a temperature of
5℃ able to maintain the quality of spermatozoa during storage time of 48 hours.

88
Available online at PISSN: 1412-3657
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php EISSN: 2716-5078
/AGRISAINS

Keywords : Free-range Chicken, Full cream milk, Spermatozoa

89
PENDAHULUAN

Ayam Buras mempunyai peran yang besar bagi kehidupan masyarakat terutama di
pedesaan dijadikan sebagai sumber daging, telur dan sebagai tambahan pendapatan.
Peningkatan produktivitas ayam buras dilakukan dengan salah satu cara yaitu melalui
aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB). Kualitas semen untuk IB sangat ditentukan oleh
jenis bahan pengencernya. Daya fertilisasi optimum spermatozoa harus dipreservasi atau
diawetkan untuk beberapa lama setelah penampungan untuk mempertahankan motilitas dan
viabilitasnya agar penggunaan pejantan yang bebas penyakit dan bermutu genetik tinggi
secara maksimal dapat tercapai dalam program IB.
Usaha dalam mempertahankan daya fertilitas yang optimum yaitu dilakukan dengan
jalan penyimpanan semen pada suhu 5℃ dengan maksud penghambatan terhadap aktivitas
metabolisme baik secara fisik maupun kimia dalam kecepatan yang rendah. Kualitas semen
selama penyimpanan sebelum dilakukan IB sangat penting diketahui karena dapat
memperkirakan sejauh mana daya hidup dan fertilitas spermatozoa di dalam saluran
reproduksi betina. Kandungan nutrisi dalam susu full cream dapat dimanfaatkan spermatoz
oa sebagai sumber energi. Selain itu, susu full cream juga mengandung lemak dan glukosa
yang dapat melindungi spermatozoa sehingga daya hidup spermatozoa masih dapat
dipertahankan.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah penampungan, penyimpanan,
pengenceran semen, kesuburan betina, kualitas semen, dan keterampilan inseminator.
Sperma memanfaatkan laktosa sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi melalui
jalur glikolisis. Pemanfaatan energi tersebut lebih banyak digunakan untuk
mempertahankan motilitas dan daya hidup sperma selama penyimpanan (Murray, et al.,
1999).
Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas dan untuk meningkatkan kualitas semen a
yam buras, didesain dan direncanakan suatu penelitian untuk menambahkan susu skim dala
m pengencer NaCl Fisiologis pada bahan pengencer dengan maksud menambah daya simpa
n spermatozoa jadi lebih panjang. Daya simpannya yang lebih panjang diharapkan dapat di
gunakan dalam program IB untuk unggas.

BAHAN DAN METODE

Materi
Bahan utama dalam penelitian ini adalah semen ayam buras, NaCl Fisiologis dan
susu full cream sebagai bahan pengencer. Bahan tambahan lainnya adalah aquades, eosin
negrosin, penicillin dan alkohol 70%

Metode
Pembuatan Pengencer Susu full cream
Pembuatan pengencer susu full cream dilakukan dengan melarutkan 5 g susu full
cream dengan 50 ml aquades, kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 1 jam
dengan suhu 900C. Larutan Susu full cream kemudian didinginkan dengan aliran air dingin
selama 5 menit.

Penampungan Semen

2
Penampungan semen dilakukan dua kali dalam seminggu pada pukul 08.00 WITA.
Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan metode massage. Penampungan
dilakukan oleh dua orang, satu orang bertugas untuk memegang dan melakukan pengurutan
pada punggung ayam dan satu orang bertugas menampung semen menggunakan tabung
yang telah disiapkan sebelumnya. Semen yang telah ditampung kemudian dibawah ke
laboratorium untuk proses selanjutnya.

Evaluasi Semen Segar


Evaluasi semen segar terdiri dari evaluasi secara makroskopis meliputi volume,
warna dan pH dan konsistensi. Evaluasi secara mikroskopis meliputi konsentrasi, motilitas
massa dan motilitas individu

Pengenceran Semen
Pengenceran semen dilakukan dengan cara menyiapkan 3 buah tabung yang telah
diberi label P0, P1 dan P2. Kemudian mengisi masing-masing tabung sesuai dengan
komposisi bahan pengencer pada tabel 2-2. Kemudian ditambahkan semen sebanyak 0,1 ml
pada masing-masing tabung dan disimpan pada suhu 50C. pemeriksaan kualitas
spermatozoa dilakukan setiap 6 jam.
Tabel 1. Komposisi pengencer
Perlakuan
Komponen P0 P1 P2
NaCl Fisiologis (%) 100 100 100

Susu full cream (%) 0 5 10

Penicilin (IU/ml) 10 10 10

Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap, yang terdiri dari 3
perlakuan dan 7 ulangan, dengan jumlah penampungan sebagai ulangan. Adapun perlakuan
yang dilakukan:
P0 : 0,1 ml Semen Ayam + 0% Susu full cream dalam 1 ml NaCl Fisiologis
P1 : 0,1 ml Semen Ayam + 5% Susu full cream dalam 1 ml NaCl Fisiologis
P2 : 0,1 ml Semen Ayam + 10% Susu full cream dalam 1 ml NaCl Fisiologis

Parameter yang Diamati


1. Motilitas Spermatozoa
2. Viabilitas Spermatozoa
3. Abnormalitas Spermatozoa

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam, apabila hasil yang
diperoleh menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01) maka
dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

3
Pemeriksaan Kualitas Semen Segar Ayam Buras
Evaluasi karakteristik semen perlu dilakukan dalam menentukan kelayakan semen
yang akan digunakan agar dapat diproses lebih lanjut. Adapun evaluasi tersebut meliputi
dua tahap yaitu secara makroskopis (volume, warna, konsistensi, PH) dan mikroskopis
(gerakan massa, viabilitas, konsentrasi serta abnormalitas). berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan dapat diperoleh hasil rataan yang baik. Data hasil nilai semen segar ayam
buras yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Kualitas Semen Segar Ayam Buras
Kualitas Semen Rata-rata
Volume (ml) 0,32±0,03
Warna Putih susu
Ph 7,1±0,31
Konsistensi Kental
Konsentrasi (106/ml) 3871
Motilitas Massa +++
Motilitas Individu 91% ± 0,01

Hasil pengamatan menunjukan volume rata-rata 0,32±0,03 ml (Tabel 4-1) Rata-rata


volume semen segar yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dari pada penelitian
yang dilakukan Junaedi et al. (2016) bahwa rataan volume semen segar ayam yaitu 0,2 ml.
Menurut Johari (2009) volume semen segar unggas yang normal berkisar 0,3 - 1 ml.
Hasil pengamatan menunjukan semen berwarna putih susu,memiliki bau yang khas,
dan konsistensi yang kental. Bau yang khas tersebut menunjukkan bahwa semen tersebut
normal dan tidak terdapat kontaminasi. Rataan konsentrasi spermatozoa yang diperoleh
adalah 3871 x 106 sel/ml.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa rata-rata derajat keasaman (pH) semen
adalah 7,1±0,31. Semen yang pekat biasanya mudah mengalami perubahan pH menjadi
lebih asam karena terjadinya penimbunan asam laktat sebagai akibat aktivitas metabolisme
spermatozoa (Ismaya, 2014). Hasil pengamatan semen segar ayam buras menunjukkan
rata-rata motilitas individu spermatozoa sebesar 91% ± 0,02.
Pengamatan motilitas massa spermatozoa semen segar diperoleh rataan hasil
pengamatan +++ yang berarti sangat baik, bila terlihat gelombang-gelombang besar dan
bergerak sangat cepat. Hajryanto dkk.,(2017) menyatakan semakin aktif dan semakin
banyak spermatozoa yang bergerak, maka gerakan massa pun semakin baik terlihat dari
semakin tebal dan cepatnya pergerakan spermatozoa.

Pengaruh Pemberian Susu Full Cream dalam NaCl fisiologis terhadap Motilitas
Spermatozoa pada Suhu 5℃

Tabel 3. Rata-rata (±SD) persentase motilitas spermatozoa selama masa penyimpanan

Waktu Perlakuan
Penyimpanan
(jam) P0 P1 P2
0 85,14±2,0 83,43±3,4 85,57±3,2
6 78,00±1,5A 78,57±4,2B 78,43±1,9B
12 69,57±1,4A 73,71±3,4B 71,14±3,9B
18 63,14±1,8A 70,43±4,6B 65,29±3,8B
24 57,14±2,3A 64,29±3,8B 61,43±3,6B

4
30 50,14±2,9A 60±3,1B 57,86±4,5B
36 43,43±4,4A 54,43±3,4B 54,43±4,1B
42 36,86±5,2A 45,43±3,1B 45,29±2,9B
48 29,86±5,9A 39,71±2,8B 40,14±1,9B

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Gambar 1. Grafik Rata-rata Persentase Motilitas (Gerakan Massa Spermatozoa)


Rataan motilitas spermatozoa dalam medium susu full cream adalah 29,86±5,9%,
39,71±2,8% dan 40,14±1,9% berturut-turut untuk P0, P1 dan P2. Keadaan dari perhitungan
statistik berpengaruh sangat nyata P<0,01. Sedangkan pada masing-masing penyimpanan
dapat dilihat dari grafik. Berdasarkan hasil tersebut pengencer susu full cream dapat
mempertahankan motilitas 39,71±2,8 untuk P1 dan 40,14±1,9 untuk P2 pada 48 jam
penyimpanan. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), menunjukan bahwa perlakuan P1 dan P2
nyata lebih tinggi persentase motilitas dibandingkan perlakuan P0, sedangkan perlakuan P1
dan P2 tidak berbeda nyata tetapi dilihat dari trennya, perlakuan P2 memberikan hasil yang
terbaik.
Penambahan susu full cream berfungsi untuk mempertahankan lapisan membran sel
spermatozoa dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas, berbeda dengan P0 hanya
mengandung NaCl Fisiologis tanpa penambahan bahan apapun yang menyebabkan
penurunan pH, sehingga tidak dapat mempertahankan persentase motilitas selama masa
penyimpanan, oleh karena itu perlu ditambahkan susu full cream sebagai bahan pengencer
karena didalamnya mengandung berbagai jenis senyawa yang dibutuhkan oleh sperma
untuk menunjang kehidupannya. Selain itu, Fruktosa dan Glukosa pada susu full cream
diduga menjadi sumber energi untuk pergerakan spermatozoa.
Solihati dan Kune (2009) menyatakan bahwa motilitas spermatozoa yang layak
untuk inseminasi buatan yaitu minimal 40%. Kualitas semen cair selama penyimpanan
penelitian ini cukup baik hal ini terbukti dengan motilitas spermatozoa pada pengamatan 48
jam yaitu (40,14±1,9) untuk perlakuan NaCl fisiologis dan susu full cream 10%.

5
Pengaruh Pemberian Susu full cream dalam NaCl fisiologis terhadap viabilitas
spermatozoa pada suhu 5℃

Tabel 4. Rata-rata (± SD) persentase viabilitas spermatozoa selama masa penyimpanan

Waktu Perlakuan
Penyimpanan
(jam) P0 P1 P2
0 91,86±1,07 92±1,3 91,57±1,0
6 87,57±0,98A 88,57±1,3B 88,86±1,1A
12 80,57±0,79A 83,71±1,9B 83,14±1,2B
18 71,71±1,38A 79,57±1,1B 77±2,0B
24 64,14±1,68A 74,29±5,0B 71±2,9B
30 58,29±1,70A 70,57±5,8B 66,43±4,2B
36 52,71±3,64A 64,29±4,4B 6214±5,5B
42 46,71±4,03A 59,71±4,5B 58±5,4B
48 41,57±5,94A 54,43±4,1B 54,29±4,5B

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Gambar 2. Grafik Rata-rata Persentase Viabilitas (Daya Hidup)

Rataan viabilitas spermatozoa dalam medium susu full cream adalah 41,57±5,94%,
54,43±4,1% dan 54,29±4,5% berturut-turut untuk P0, P1 dan P2 pada 48 jam
penyimpanan. Nilai persentase rata-rata adalah berpengaruh sangat nyata P<0,01.
Sedangkan pada masing-masing penyimpanan dapat dilihat dari grafik. Berdasarkan hasil
tersebut pengencer susu full cream dapat mempertahankan viabilitas 54,43±4,1 untuk P1
dan 54,29±4,5 untuk P2 pada 48 jam penyimpanan.Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
menunjukkan bahwa perlakuan P1 dan P2 nyata lebih tinggi persentase viabilitas
dibandingkan perlakuan P0, sedangkan perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata
Penyimpanan spermatozoa pada suhu rendah membuat proses metabolisme berjalan
lambat sehingga produksi radikal bebas yang dihasilkan dari proses metabolisme tersebut

6
juga tidak terlalu cepat hal ini yang membuat daya hidup spermatozoa dapat bertahan
sampai 48 jam penyimpanan. Daya hidup spermatozoa diperiksa dengan pewarnaan eosin-
negrosin. Prinsip pewarnaan eosin didasarkan pada kemampuan spermatozoa hidup dalam
menolak pewarna yang dipaparkan dan spermatozoa mati dalam menyerap warna sehingga
kepala spermatozoa akan terwarnai.
Semakin lama waktu penyimpanan menyebabkan penurunan jumlah vitamin yang
mampu mengikat radikal bebas, sehingga menyebabkan elektron radikal bebas berikatan
dengan plasma sel dan menyebabkan kebocoran plasma sel (Budi dkk., 2020). Menurut
Hidayahturahman (2007), viabilitas spermatozoa dipengaruhi oleh kebutuhan akan nutrisi.
Nutrisi akan digunakan oleh spermatozoa untuk dijadikan energi sehingga apabila
kebutuhan nutrisi spermatozoa berkurang maka akan mengakibatkan viabilitas spermatozoa
menurun. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rataan viabilitas spermatozoa pada level
penambahan susu full cream 5% pada 48 jam penyimpanan sebesar 54,43±4,1%.

Pengaruh Pemberian Susu Full Cream dalam NaCl fisiologis terhadap Abnormalitas
Spermatozoa pada Suhu 5℃

Tabel 5. Rata-rata (± SD) persentase abnormalitas spermatozoa selama masa penyimpanan

Waktu Perlakuan
Penyimpanan
(jam) P0 P1 P2
0 4±1,5 2±0,8 3±1,3
6 6±1,1 4±1,5 5±1,1
12 9±1,3 5±1,6 7±1,0
18 11±1,1 7±1,1 8±1,0
24 13±1,5 9±1,3 10±1,5
30 15±1,5 10±1,6 12±1,1
36 17±2,1 12±1,7 13±1,3
42 19±1,5 13±1,7 15±1,3
A B
48 20±2,5 16±2,2 16±1,3B
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

7
Gambar 3. Grafik Rata-rata Persentase Abnormalitas

Rataan abnormalitas spermatozoa dalam medium susu full cream adalah 20±2,5%,
15,6±2,1% dan 16,4±1,3% berturut-turut untuk P0, P1 dan P2 pada 48 jam penyimpanan.
Nilai persentase rata-rata adalah berpengaruh sangat nyata P<0,01. Sedangkan pada
masing-masing penyimpanan dapat dilihat dari grafik. Berdasarkan hasil tersebut
pengencer susu full cream dapat mempertahankan abnormalitas 15,6±2,1 untuk P1 dan
16,4±1,3 untuk P2 pada 48 jam penyimpanan. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
menunjukkan bahwa perlakuan P1 dan P2 nyata lebih rendah persentase abnormalitas
dibandingkan perlakuan P0, sedangkan perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat berbagai macam jenis abormalitas
spermatozoa, misalnya kepala tanpa ekor, kepala kecil, dan kepala besar. Jenis
abnormalitas yang sering dijumpai adalah ekor terputus dengan kepala, hal ini dikarenakan
adanya kejutan dingin pada saat penyimpanan pada suhu 5℃ sehingga banyak spermatozoa
yang rusak. Abnormalitas yang rendah dihasilkan dalam pengencer yang mengandung susu
full cream, mungkin karena adanya kandungan antioksidan dalam susu full cream. Susu
mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A dan C, vitamin ini sebagai antioksidan
yang mampu menanggulangi keberadaan radikal bebas.
Abnormalitas spermatozoa pada penelitian ini masih tergolong baik karena
memiliki rataan presentasi abnormalitas dibawah 20%. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ihsan (2009) yang menyatakan bahwa semen yang dapat dipakai IB abnormalitas
spermatozoanya tidak lebih dari 15% dan jika abnormalitas spermatozoa lebih dari 25%
akan menurunkan fertilitasnya

KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) pada pengamatan motilitas,
viabilitas dan abnormalitas menunjukan perbedaan yang sangat nyata antara P0 dengan P1
dan P2. Dimana P1 dan P2 memiliki hasil terbaik dengan nilai persentase (P2) 40,14%,
(P1) 54,43%, dan (P1) 15,6% % untuk motilitas, viabilitas serta abnormalitas. Penambahan
level susu full cream dalam NaCl fisiologis pada suhu penyimpanan 5℃ mampu
mempertahankan kualitas spermatozoa ayam buras selama 48 jam. Perlu dilakukan

8
penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan susu full cream dalam NaCl fisiologis pada
level yang berbeda dan dikombinasikan dengan bahan lainnya sehingga diharapkan mampu
mempertahankan kualitas spermatozoa dalam waktu yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA
Alkan, S., A. Baran, O.B. Ozdas & Evecen, M. (2002). Morfological defects in turkey
semen. Turk. J. Vet. Animal Science, 26:1087-1092. Angkasa, Bandung.
Chandra, D.W., N. Isnaini & P, Trisunuwati. (2013). Pengaruh Lama Simpan Semen
Dalam Pengencer Nacl Fisiologis Pada Suhu Kamar Terhadap Kualitas
Spermatozoa Ayam Kampung (Gallus Domesticus). Jurnal Kedokteran Hewan. 7-
(1)
Djanuar. (1985). Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Feradis. (2010). Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung
Garner DL, Hafez ESE. (2000). Spermatozoa and seminal plasma. In Reproduction in
Farm Animals. 7th ed. Lippincot William and Wilkins, Philadelphia.
Gunawan, & M. Sundari. (2003). Pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum terhadap
produktivitas ayam. (http:// peternakan. litbang. deptan. go.id). Nov 10th, 2008.
Hafez, E. S. E. (1993). Semen Evaluation. In : Reproduction In Farm Animal. 6th Edition.
Lea and Febiger. Philadelfia. USA Hanum, 2001
Hijriyanto, M., Dasrul & C.N. Thasmi. (2017). Pengaruh Frekuensi Penampungan Semen
Terhadap Kualitas Spermatozoa Pada Ayam Bangkok. JIMVET. 01(1):046-053.
Ihsan, N.M. (2009). Bioteknologi Reproduksi Ternak. Universitas Brawijaya. Malang.
Iswandi, Suyadi., & Rachmawati. (2014). Pengaruh Lama Simpan Semen Kambing
Peranakan Etawa dalam Pengencer Susu full cream Dektrose dengan Ekstrak daun
kelor (Allium Cape L) Pada suhu Kamar. Skripsi Jurusan Produksi Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Kartasudjana, R. (2001). Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Departemen Pendidikan
Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Smk Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta.
Lake, P.E., & J. M. Stewart. (1981). Artificial Insemination in Poultry. Ministry of
Agriculture, Fisheries and Food Bulletin. H.M. Stationery office, London. pp. 5– 14
Layea, Z., & Aminah, S. 2002. Uji Kualitas Spermatozoa Dan Penghitungan Jumlah
Pengencer dalam Upaya Menentukan Keberhasilan Inseminasi Buatan. Balai
Penelitian Ternak. Bogor
Modupe, O., A. C Livinus., & N.B. Tifany. (2013). Semen Quality Characteristic and
Effect of Mating Ratio on Reproductive Performance of Hubbarrd Broiler
Breeders. Journal of Agriculture Science.
Nilna. (2012). Standar Operasional Pekerjaan prosesing Sperma. Animal Reproduction
Sincence, 62: 77-111.
Payung, R. (2015). Pengaruh Perbedaan Komposisi kuning Telur Itik dan Air Kelapa Muda
sebagai Pengencer Sperma terhadap Kualitas Sperma Sapi Bali Pasca Thawing.
Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Partodihardjo S. (1982). Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : Penerbit Mutiara
Rasyaf, M. (2007). Beternak Ayam Broiler. Penabur Swadaya. Jakarta.
Rizal, M., Herdis. (2008). Inseminasi Buatan pada Domba. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Rizal M. (2009). Daya Hidup Spermatozoa Epididimis Sapi Bali yang Dipreservasi pada
Suhu 3-50C dalam Pengencer Tris dengan Konsentrasi Laktosa yang Berbeda.
Research Journa JITV vol. 14(2): 142-149. Ambon: Universitas Pattimura

9
Rukmana, R. (2003). Ayam Buras. Kanisius. Yogyakarta.
Sapuri, A. (2006). Evaluasi Program Intensifikasi Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras
di Kabupaten Pandeglang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saifullah. (2015). Kualitas Semen Kambing Peranakan Etawa yang Diencerkan
Menggunakan susu Full cream Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Peterakan dan Perikanan Universitas Tadulako.
Sastrosodihadjo, S., & H. Resawati. (2003). Inseminasi Buatan Ayam Buras. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., Umiyati A.M. & Ruhyat K. (2006). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Toelihere, M.R (1981). Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa.
Toelihere, M. R. (1993). Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. (1993). Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai