Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No.

Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan


California Mastitis Test (CMT) untuk
Deteksi Mastitis pada Kambing

Adriani1

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan jumlah sel somatik, jumlah
bakteri dalam susu dan California Mastitis Test untuk deteksi mastitis pada Kambing
Peranakan Etawah. Penelitian ini menggunakan 425 sampel susu dari kambing Peranakan
Etawah yang dipelihara dalam kandang individual dan diperah dua kali sehari. Sebelum
dilakukan pemerahan ambing kambing dibersihkan dengan lab basah dan diberi antiseptik
(alkohol 70%) untuk membunuh bakteri yang mungkin terdapat pada putting dan ambing
kaming. Penentuan SCC langsung dikandang pada saat pe,erahan dilakukan, sementara untuk
jumlah sel somatic dan jumlah bakteri susu sampel diambil sebanyak 150 ml damasking ke
dalam termos yang sudah berisi es, kemusian langsung dibawa kelaboratorium untuk
dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat humbungan erat antara jumlah sel
somatik, jumlah bakteri susu dan california mastitis tets dalam deteksi mastitis pada kambing
peranakan etawah. Rataan SCC kambing Peranakan Etawah adalah 288,1 x 103 sel/ml dengan
kisaran antara 28,0 x 103 s/d 1991,7 x 103 sel/ ml. Rataan jumlah bakteri susu pada
penelitian ini adalah 537,9 x 103 sel/ ml dengan kisaran antara 66,5 x 103 dan 2201 x 103 sel/ml
susu. Rataan jumlah bakteri susu pada penelitian ini adalah 537,9 x 103 sel/ ml dengan kisaran
antara 66,5 x 103 dan 2201 x 103 sel/ml susu. Dan Rataan skor CMT penelitian ini adalah
sebesar 2,34. Kesimpulan dari peneltian ini adalah penggunaan jumlah sel somatik, jumlah
bakteri dan california mastitis test pada susu kambing dapat digunakan untuk deteksi mastitis
pada kambing Peranakan Etawah

Kata Kunci : Somatik Cell Count (SCC), Bakteri, Mastitis dan Kambing

(Use of somatic cell count (SCC), bacterial number and californian


mastitis test (CMT) for detecting mastitis on goat)

Abstract

This study aimed to determine the use of the number of somatic cell and of bacteria in milk and
California Mastitis Test for the detection of mastitis in PE goat. 425 samples of milk from PE goats are
kept in individual cages and milked twice daily study used in this study. Before milking, goat udder
was cleaned and greased with antiseptic (alcohol 70%) to kill bacteria that living on the teats and goat
udders. SCC was observed in the stable, while milking. the number of somatic cells and of bacteria of
milk samples of 150 ml took into the cool-flask, and laboratory analysis was done. The results showed
that there releathionship between somatic cell count, the number of bacteria and california mastitis milk
tets in the detection of mastitis in PE goats. The average SCC of PE goats was 288.1 x 103 cells / ml
with a range between 28.0 x 103 cells to 1991.7 x 103 cells / ml. The average number of bacteria in the
milk of this study wss 537.9 x 103 cells / ml with a range between 66.5 x 103 and 2201 x 103 cells / ml
milk. The average number of bacteria in the milk of this study was 537.9 x 103 cells / ml with a range
between 66.5 x 103 and 2201 x 103 cells / ml milk. And the average score of CMT research was 2.34. In

1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi

229 Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT)
untuk Deteksi Mastitis pada Kambing
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5

conclusion, the use of somatic cell counts, bacterial counts and California mastitis test in goat milk can
be used for the detection of mastitis in P E goats.

Key Word : Somatic cell count, bacterial, mastitis, and goat

Pendahuluan
Sampai saat ini mastitis pada ternak tinggi dibandingkan dengan susu sapi.
perah masih menjadi masalah utama Kualitas nutrien susu kambing juga lebih
yang belum bisa diatasi oleh peternak, baik.
baik pada usaha paternakan sapi perah Deteksi mastitis perlu dilakukan
maupun paternakan kambing perah. lebih awal, karena mastitis subklinis lebih
Mastitis telah banyak dilaporkan mudah dan murah dalam
menyebabkan kerugian terutama pengobatannya, Selain itu peluang
berkurangnnya produksi susu, rusaknya sembuh lebih cepat dan mudah,
kualitas susu sampai pada gangguan sedangkan mastitis yang sudah lanjut
fungsi kelenjar ambing dengan tidak (klinis) lebih sulit sembuh dan mahal
berfungsinya ambing berproduksi lagi. proses pengobatannya. Mastitis sub klinis
Kejadian mastitis di Amerika ini tidak memperlihatkan tanda-tanda
Serikat mengakibatkan kerugian sebesar abnormalitas pada ambing dan susu yang
2 milyar dolar per tahun (Hurley dan dihasilkan, namun bila dilakukan
Morin, 2004). Sementara di Indonesia pemerisaan laboratorium terlihatadanya
dilaporkan bahwa mastitis infeksi yang disertai dengan peningkatan
mengakibatkan penurunana produksi jumlah bakteri dan jumlah sel somatic
susu sampai 25% dari total produksi (Hamidjojo, 1984; Sudarwanto et al., 1996)
susu (Departemen Pertanian, 2004). Di Berdasarkan pemikiran di atas,
Bogor kejadian mastitis subklinis pada penelitian ini dirancang untuk
sapi perah mencapai 80% (Ananto, 1994). mengetahui pemakian metode jumlah
Pada kondisi yang lebih parah, maka sel somatic, jumlah bakteri dan California
ambing tidak mampu lagi dalam mastitis test untuk deteksi mastitis pada
produksi susu (Deluyker et al., 1993; susu kambing PE.
Fthenakis, 1996; Gonzales-Rodrigues dan
Carmenes, 1996). Materi dan Metode
Metode deteksi mastitis pada sapi Penelitian ini menggunakan
perah sudah banyak dan telah baku kambing paranakan Etawah laktasi
dipakai, namun pemakaian deteksi dengan 330 sampel susu pada kambing
mastitis pada ternak lainnya seperti laktasi umur 1- 5 bulan yang dipelihara
kerbau, kambing dan domba masih secara intensif di dalam kandang
sedikit yang melakukan. Padahal ternak individual. Masing-masing kandang
ini mempunyai potensi yang besar dalam sudah dilengkapi dengan tempat makan
menghasilkan produksi susu, terutama dan tempat minum.
kambing Peranakan Etawah. Potensi Pemerahan kambing dilakukan dua
kambing PE sebagai penghasil susu kali sehari dengan tangan. Sebelum
sudah banyak dilaporkan peneliti dilakukan pemerahan, ambing
dengan produksi antara 0,5 dan 2,2 dibersihkan dulu menggunakan kain lap
kg/ekor/hari (Obst dan Napitupulu, basah yang mengandung antiseptik
1984; Adriani et al, 2004). Selain itus susu (alkohol 70%) untuk mencegah air susu
kambing mempunyai harga yang lebih tercemar oleh mikroba yang berasal dari
sekitar puting dan ambing. Setelah itu

230 Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT)
untuk Deteksi Mastitis pada Kambing
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5

dilakukan pengecekan susu dengan Jumlah Sel Somatik (SCC = somatic cell
CMT dan dilanjutkan dengan pemerahan. count) dan Jumlah Bakteri Susu
Untuk penentuan jumlah sel SCC dan jumlah bakteri susu
somatic dan jumlah bakteri susu masing-masing dihitung dengan
dilakukan pengambilan sampel susu menggunakan metode Breed dan
setelah pemerahan pagi sebanyak 150 ml Prescott (Schalm et al., 1971) yaitu 0,01 ml
dari tiap ekor kambing. Sampel susu ini susu diletakkan di atas gelas objek yang
diperoleh dari hasil pemerahan sudah bebas lemak dan diberi tanda
selanjutnya dimasukkan ke dalam pengenal. Gelas objek diletakkan di atas
termos es untuk didinginkan, agar dapat cetakan bujur sangkar 1 x 1 cm2 dengan
mencegah perkembangbiakan mikro- menggunakan sebuah ose siku. Contoh
organisme perusak susu sebelum sampai susu tadi disebarkan sesuai dengan
ke laboratorium. Kemudian sampel susu bidang 1 x 1 cm2 . Kemudian dikeringkan
dibawa kelaboratorium untuk analisis. di udara 10 – 15 menit dan difiksasi di
Peubah yang diamati untuk atas api, kemudian preparat tersebut
mengetahun mastitis meliputi jumlah sel dicelupkan ke dalam alkohol ether (ana)
semotik, jumlah bakteri dalam susu dan selama 5 menit untuk membuang lemak
California mastitis test. susu dan diwarnai dengan larutan
methylen blue loeffler selama 3 menit.
California Mastitis Test (CMT) Secara hati-hati preparat yang telah
CMT ditentukan dengan cara diwarnai tersebut dibilas dengan air.
mereaksikan 2 ml susu dengan 2 ml Preparat itu kemudian dicelupkan ke
reagen CMT yang mengandung dalam alkohol 96% untuk membersihkan
arylsulfonate di dalam paddel. Kemudian bahan pulasan yang tidak terikat,
campuran tersebut digoyang-goyang kemudian dikeringkan di udara atau
membentuk lingkaran horizontal selama dengan kertas penghisap untuk
10 detik. Reaksi ini ditandai dengan ada selanjutnya dilihat di bawah mikroskop
tidaknya perubahan pada kekentalan dengan pembesaran 100 x (objektif)
susu, kemudian ditentukan berdasarkan dengan menggunakan minyak imersi.
skoring CMT yaitu (-) tidak ada Jumlah sel somatik dihitung sebanyak 10
pengendapan pada susu, (+) terdapat lapang pandang yang dirata-ratakan = A
sedikit pengendapan pada susu, (++) sel somatik. Jumlah sel somatik yang
terdapat pengendapan yang jelas namun terdapat dalam 1 ml susu dihitung
jel belum terbentuk, (+++) campuran dengan terlebih dahulu mengetahui
menebal dan mulai terbentuk jel, serta diameter lapang pandang mikroskop
(++++) jel yang terbentuk menyebabkan yang digunakan. Dengan rumus sebagai
permukaan menjadi cembung. Untuk berikut :
memudahkan perhitungan statistik
maka lambang-lambang tersebut diberi Luas areal pandang
nilai masing-masing, untuk lambang (-) 2 2  r2
 πr (mm ) 
nilainya 0, (+) nilainya 1, (++) nilainya 2, 100
(+++) nilainya 3 dan (++++) nilainya 4 Karena susu disebarkan seluas 1 cm2
untuk tiap puting susu. Jika putting susu sebanyak 0.01 ml, maka jumlah sel
kambing ada dua, maka nilai CMT somatik per ml susu adalah:
dijumlahkan. π r2
 x 0,01 x A
100
Data yang diperoleh selama
penelitian dirata-ratakan dan dianalisis

231 Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT)
untuk Deteksi Mastitis pada Kambing
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5

menggunakan analisis regresi sedernaha pada susu Kambing Peranakan Etawah


(Steel and Torrie, 1991). selama penelitian disajikan pada Tabel 1.
Table 1 menunjukkan bahwa
Hasil dan Pembahasan semakin tinggi skor CMT diikuti oleh
Rataan sel somatik susu, jumlah peningkatan SCC dan jumlah bakteri
bakteri susu dan california mastitis test susu.

Tabel 1. Rataan Jumlah Sel Somatik, Jumlah Bakteri Susu dan California Mastitis
Test pada Susu Kambing Peranakan Etawah
Skor Lambang SCC (103) % sampel Jumlah % sampel
No bakteri(103)

1 0 -/- 80.6 39.7 228.7 39.7


2 1 +/- 126.9 8.8 328.2 8.8
3 2 +/+ 143.8 12.4 504.7 12.4
4 3 ++/+ 204.5 8.8 625.1 8.8
5 4 ++/++ 417.9 9.1 793.8 9.1
6 5 +++/++ 542.4 3.3 912.8 3.3
7 6 +++/+++ 626.0 6.7 995.3 6.7
8 7 ++++/+++ 855.1 6.7 1065.6 6.7
9 8 ++++/++++ 1270.4 10.6 1394.9 10.6

Berdasarkan analisis regresi terdapat jumlah bakteri juga berbeda nyata


humbugan yang erat antara CMT dengan (P<0.05) dengan kooefisien determinasi
SCC (P<0.05) dengan koefisien sebesar 0.60 mangikuti persamaan Y =
determinasi 0.70 mangikuti persamaan 3.78 X + 6.5. (Gambar 1).
Y= 3,3X + 0.6. Sementara CMT dengan

Gambar 1. Hubungan CMT dengan Jumlah Bakteri Susu dan SCC Susu Kambing
Paranakan Etawah

Sebagian besar susu yang Jumlah bakteri dalam susu merupakan


dihasilkan oleh kambing Peanakan salah satu tolok ukur kualitas susu yang
Etawah berasal dari ambing yang sehat terkait dengan kesehatan ambing dan
dengan kandungan bakteri susu di sanitasi usaha paternakan. Rataan
bawah 1 juta sel/ml (82,7%), sementara jumlah bakteri susu pada penelitian ini
susu yang mengandung bakteri di atas 1 adalah 537,9 x 103 sel/ ml dengan
juta sel per ml hanya sebesar 17.3%. kisaran antara 66,5 x 103 dan 2201 x 103

232 Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT)
untuk Deteksi Mastitis pada Kambing
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5

sel/ml susu. Rataan ini ada di bawah dengan mekanisme kerja reagen
syarat kualitas susu yang layak untuk arylsulfonate akan memecah inti sel.
dikonsumsi menurut Milk Codex Rataan skor CMT penelitian ini adalah
(Sudono, 1985) yaitu jumlah bakteri sebesar 2,34. Persentase CMT paling
yang terdapat dalam susu untuk tinggi adalah 39.7% didapat pada skor (-
dikonsumsi sebaiknya kurang daripada /-) yang mengambarkan bahwa susu
1 juta sel/ml susu. Ini berarti secara yang dihasilkan dari kelenjar ambing
umum susu yang dihasilkan pada dalam kondisi yang sehat.
penelitian ini layak untuk dikonsumsi
berdasarkan kandungan bakterinya. Kesimpulan
Hasil ini juga lebih rendah daripada Kesimpulan dari peneltian ini
penelitian pada domba yang adalah penggunaan jumlah sel somatik,
mengandung bakteri 1099 x 103 sel/ml jumlah bakteri dan california mastitis test
(Adriani, 1998: Adriani dan Manalu, pada susu kambing dapat digunakan
2007) dan pada sapi di Cipanas 2.589 x untuk deteksi mastitis pada kambing
103 sel/ ml (Rumawas dan Sudarwanto, Peranakan Etawah
1985). Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk menurunkan jumlah bakteri pada Daftar Pustaka
susu seperti memberikan suplementasi Adriani, T. Sutardi dan Ubaidillah. 1996.
mineral yang dapat meningkatkan Pengaruh alas tidur (bedding) dan
kekebalan tubuh (Kincaid et al., 1992). zeolit terhadap produksi dan
Pemakaian alas tidur (bedding) pada sapi efisiensi penggunaan ransum.
dapat menurunkan jumlah bakteri Makalah Seminar Ilmu Nutrisi dan
sebesar 66,2% (Adriani et al., 1996), Makanan Ternak I. IPB Bogor.
sementara pencukuran bulu di sekitar Adriani, 1998. Hubungan laju
ambing dan puting pada kambing dapat penyusutan sel-sel sekretoris
menurunkan bakteri susu antara 18 - kelenjar ambing dengan produksi
42% (Ernawati, 1990) serta menjaga susu dan jumlah anak pada domba
kebersihan lingkungan kandang, alat Priangan yang memperoleh dua
pemerahan dan tukang perah. tingkat pemberian pakan [Tesis].
Rataan SCC hasil penelitian Bogor: Institut Pertanian Bogor.
adalah 288,1 x 103 sel/ml dengan Program Pascasarjana.
kisaran antara 28,0 x 103 s/d 1991,7 x Adriani, A. Sudono, T. Sutardi, W.
103 sel/ ml. Hasil ini lebih rendah Manalu dan I-K Sutama. 2004.
dibanding dengan hasil penelitian Pengaruh suplementasi seng
Galina et al. (1996) pada kambing perah selama bunting dan laktasi pada
yang mendapatkan SCC 640 x 103 sel/ml. skor mastitis kambing Peranakan
Selain itu hasil ini juga ada di bawah Etawah laktasi. J. Ilmu-Ilmu
syarat SCC yang ditetapkan Peternakan. Vol V11(2):71-80.
International Dairy Federation (Schalm et Adriani dan W. Manalu. 2006.
al., 1971) yang menyatakan bahwa SCC Hubungan Ion Kalium, Jumlah
susu yang layak untuk dikonsumsi tidak Bakteri dan Sel Somatik Dalam
boleh melebihi 500.000 sel/ml. Susu Serta Skor California Mastitis
California Mastitis Test (CMT) Test pada Domba. J. Veteriner. Vol
merupakan salah satu cara untuk 7. (1):39-46.
mendeteksi mastitis yang dilakukan di Ananto, D. 1994. Prevalensi Mastitis
lapangan. CMT merupakan indikasi Subklinis Beberapa kecamatan di
banyaknya sel leukosit dan bakteri yang kabupaten Dati II Bogor Deangan
terdapat di dalam susu (Fthenakis, 1995), Mennggunakan Pereaksi IPB1 Dan

233 Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT)
untuk Deteksi Mastitis pada Kambing
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Februari, 2010, Vol. XIII, No. 5

Breed. Skripsi Kedokteran Hewan. Hamidjojo, A. N. 1984. Pengaruh


Institut Pertanian Bogor pemberian kombinasi antibiotika
Atabany, F. 2001. Studi kasus clorocilli, ampicillin terhadap
produktivitas kambing Peranakan bakteria pathogen dan jumlah sel
Etawah dan kambing Saanen pada somatik susu sapi penderita
peternakan kambing perah mastitis subklinis [Tesis]. Bogor:
Barokah dan PT. Taurus Dairy Institut Pertanian Bogor. Program
Farm [tesis]. Bogor: Institut Pascasarjana
Pertanian Bogor. Program Hurley, W.L. and D.E. Morin. 2004.
Pascasarjana. Lactation Biology. http://www.
Deluyker, H.A., J. M. Gay and L.D. elasses.acos.uiuc
Weaver. 1993. Intterelationships of edu/ansci.308/mastitisa.html.
somatic cell count, mastitis and diunduh tanggal 12 Maret 2004.
milk yield in a low somatic cell Kincaid, R.L., B.P. Chew and J.D.
count her. J. Dairy Sci. 76: 3445 - Cronrath. 1992. Zinc oxide and
3452. amino acid a saurces of dietary zinc
Departemen Pertanian. 1994 Alas karet for calves : effects on uptake and
Untuk Sapi Perah. Warta Penelitian immunity. J. Dairy Sci.80:1381-1388.
dan Pengembangan Pertanian 6:1-3 Obst, J.M. and Z. Napitupulu. 1984. Milk
Ernawati. 1990. Pengaruh tata laksana yields of Indonesian goats. Proc.
pemerahan terhadap kualitas susu Austr. Soc. Anim. Prod. 15: 501-504.
kambing dan hasil olahanya [tesis]. Rumawas, I. dan M. Sudarwanto. 1985.
Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pemakaian demeton B untuk
Program Pascasarjana. pengobatan mastitis pada sapi-sapi
Fthenakis, G.C. 1995. California mastitis di Cipanas dan Cisarua. Laporan
test and whiteside test in diagnosis Penelitian Fakultas Kedokteran
of subclinical mastitis of dairy Hewan. IPB. Bogor.
ewes. Small. Rumint. Res. 16:271- Schalm, O.W., E.J. Carroll and N.J. Jain.
276. 1971. Bovine Mastitis. Lea &
Fthenakis, G.C. 1996. Somatic cell Febiger. Philadelphia.
counts in milk of Welsh-Mountain, Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991.
Dorset-Horn and Chios ewes Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.
throunghout lactation. Small Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.
Rumin. Res. 20:155-162. Sudarwanto, M., C.S. Laksono, M.
Galina, M.A., R. Morales, B. Lopez and Fahrudin dan D.W. Lukman. 1995.
Carmona. 1996. Effect of somatic Pengembangan IPB-1 sebagai
cell count on lactation and saft pereaksi untuk mendeteksi mastitis
cheese yield by dairy goats. Small subklinis yang handal. Proc.
Rumin. Res. 21:251-257. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan
Gonzalez-Rodrigues, M.C. and P. Penyaluran Hasil Penelitian.
Carmenes. 1996. Evaluation of the Semarang.
California Mastitis Test as a Sudono, A. 1985. Produksi Sapi Perah.
discriminant method to deteck Jurusan Ilmu Produksi Ternak.
subklinical mastitis in ewes. Small Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Rumin. Res. 21:245-250.

234 Penggunaan Somatik Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test (CMT)
untuk Deteksi Mastitis pada Kambing

Anda mungkin juga menyukai