Adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang terdapat dalam air susu. Bahan2 yg terkandung dalam air susu
adalah: 87,25% air, 4,8% laktosa, 3,8% lemak, 2,8% kasein, 0,7% albumin, dan 0,65% mineral.
Air susu merupakan minuman yg baik bagi manusia akan tetapi juga baik baik bagi mikroba. Protein, lemak, dan gula
yg terdapat dalam air susu merupakan substrat yg baik pula bagi bakteri patogen maupun bakteri saprofit. Air susu
yg masih didalam kelenjar susu dapat dikatakan steril tetapi setelah keluar dari kelenjar susu dapat terjadi
kontaminasi, kontaminasi dpt terjadi dimana-mana misalnya dari payudara lembu, dari tubuh lembu, dari udara, dari
alat yang dipakai untuk menyimpan air susu, dari orang yg melakukan pemerahan.
1. bakteri saprofit
S. lactis, spesies ini banyak kedapatan dalam jumlah besar dalam air susu karena dpt berkembang biak
sangat cepat dan mampu menguraikan laktosa sehingga menghasilkan asam susu.
L. lactis, spesies ini dapat menyebabkan air susu terkoagulasi
E. coli dan Aerobacter aerogenes, kedua spesies ini dapat melakukan fermentasi terhadap laktosa sehingga
menghasilkan asam2 organik, CO2 & H, hal ini dapat menurunkan kualitas air susu.
dari genus Proteus, Bacillus, Clostridium, dan Sarcina, keempat bakteri ini memegang peranan penting
dalam pembusukan air susu karena mampu menguraikan protein.
Alkaligenes viscolactis, spesies ini menyebabkan air susu berlendir
Pseudomonas syncyanea, spesies ini menyebabkan air susu berwarna biru.
Serratia marcescens, spesies ini menyebabkan air susu berwarna merah.
2. Bakteri patogen
Streptococcus pyogenes dan S. agalactiae, kedua spesies ini dapat menyebabkan sakit tenggorokan pada
manusia.
Mycobacterium tubercolosis, spesies ini menyebabkan penyakit TBC
S. thyphosa, menyebabkan penyakit tifus
S. aureus, menyebabkan keracunan pada susu.
Bakteri2 tersebut dapat dicegah pertumbuhannya dengan cara pasteurisasi yang cermat terhadap air susu.
Bakteri colon yang terdapat dalam air susu adalah Aerobacter aerogenes dan E. coli. Jika bakteri ini terdapat dalam
air susu yang belum dipasteurisasi maka hal ini menandakan adanya kontaminasi dengan feces baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya bakteri ini langsung mati pada saat dipasteurisasi, ini
menunjukkan adanya kontaminasi dari insekta.
Cara pengujian
siapkan tabung fermentasi yang sudah diisi dengan medium cair berupa empedu laktosa
campurkan hijau berlian diteteskan 1 ml dengan 10 ml air susu yang akan diuji
inkubasi selama 48 jam dengan suhu 37'C
jika terdapat gelmebung gas maka terdapat bakteri colon
Cara ini dapat digunakan untuk menguji air susu yang belum dipasteurisasi
ambil tabung reaksi, isi dengan isosianat metilen blue konsentrasi 1:25000
masukkan 10 ml air susu kedala tabung
tabung dikocok agar air susu dan zat warna homogen
tabung tersebut direndam dalam air suhu 35,5-37,5'C hingga warna birunya hilang, sedangkan warna biru
dibagian atas tetap bertahan
jika banyak bakteri yang terdapat dalam air susu warna birunya cepat hilang.
Untuk mencegah adanya mikroorganisme yang terdapat dalam air susu, kita akan mensterilkan air susu tersebut
dengan pasteurisasi. Pasteurisasi dilakukan dengan dua cara:
Cara mengatur pemanasan air susu memerlukan teknik khusus, yaitu: dalam tangki berisi air susu ada papan logam
yang dilalui arus listrik dengan demikian pemanasan dapat merata dalam waktu singkat. Dapat juga dalam tangki
tersebut terdapat pipa yang berliku-liku dan dalam pipa tersebut dialirkan air panas/uap panas lalu air susu dalam
tangki terus diaduk supaya panas merata. Setelah itu dimasukkan kedalam kotak2, botol2/ kaleng2 steril.
Uji Posfatase
Untuk mengetahui apakah air susu tersebut sudah dipasteurisasi dengan baik. Uji ini didasarkan atas reaksi antara
enzim dan indikator disodium fenol posfat serta zat folin. Jika pasteurisasi tidak dilakukan dengan baik, maka masih
terdapat enzim fosfatase dalam air susu. Adanya enzim ini dapat diuji dengan mencampurkan disodium fenol fosfat
dan zat folin dalam air susu didalam tabung reaksi, inkubasi suhu 37'C selama 18-24 jam. Jika terdapat warna biru
menunukkan adanya fosfatase. Bila ada fosfatase berarti masih ada mikroba.
pengujian:
ambil 1/4 liter atau 1/2 liter susu segar, tempatkan dalam botol bersih dalam keadaan terbuka
3-5 jam sekali diamati dan ukur nilai pH yang terjadi menggunakan kertas lakmus. Sejalan dengan
perubahan nilai pH dalam air susu akan terjadi pula perubahan populasi mikroba yang berbeda, yaitu:
1. pH 6,5-7 ada S. lactis banyak. Tapi akibat pertumbuhannya maka nilai pH turun dibawah 5. Terjadilah
pertumbuhan bakteri lain yaitu Lactobacillus sp. (bakteri laktat). Adanya bakteri ini pH menjadi 3.
2. untuk perkembangan selanjutnya, nilai pH akan naik lagi menjadi 5 dan kedalam susu akan nampak
pertumbuhan ragi dan jamur yang asidofilik.
3. nilai pH terus naik hingga 7 dan dalam air susu mulai ditemukan bakteri Pseudomonas yang menghasilkan
toksin dan kelompok bakteri pembusuk.
Mikroba penyebab pembusukan air susu: Genus proteus, Clostridium, Bacillus, Sarcina.
1. air susu yang belum dipasteurisasi dinyatakan baik sekali jika terdapat <200.000 mikroorganisme per ml.
2. air susu yang sudah dipasteurisasi jika terdapat >30.000 mikroorganisme per ml maka air susu tersebut kurang
baik/ juga jika terdapat >10 bakteri koloni per ml.
http://qforq.multiply.com/journal/item/8/Mikrobiologi-Air-Susu?&show_interstitial=1&u=/journal/item
DAFTAR PUSTAKA
http://dunia-mikro.blogspot.com/2010/08/mekanisme-perubahan-warna-biru-metilen.html
http://pratamasandra.wordpress.com/2009/09/09/pengujian-mutu-susu/
http://catatankuliah-heri.blogspot.com/2011/04/pemeriksaan-fisik-uji-organoleptik-susu.html
http://faulampung-sahabatlabkimia.blogspot.com/2009/10/pengujian-mutu-susu.html
http://www.scribd.com/doc/52496999/uji-mutu-dan-pemalsuan-susu
http://ujikualitassusupraktikumtht.blogspot.com/
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui prinsip metode MPN
Untuk mengetahui fungsi dari media EMBA, BGLBB, LB
Untuk mengetahui proses terjadinya gelembung pada tabung durham di setiap uji percoban
MPN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan
petri (total plate count) TPC, perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau
terdekat (MPN metode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode MPN terdiri
dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji
kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam
tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform
dalam sampel. Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung
jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis
bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman,
sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium
menjadi nitrat (Dwidjoseputro, 1994).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh
(growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun pada
umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang
digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95
persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN
tertinggi (Dwidjoseputro, 1994).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik
lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fecal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi
bakteri patogenik lain (Dwidjoseputro, 1994).
Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli adalah bakteri
coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering disebut sebagai coliform fekal.
Pengujian coliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E.coli karena hanya
memerlukan uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E.coli (Dwidjoseputro, 1994).
Istilah bakteri indikator sanitasi dikenal dalam bidang mikrobiologi pangan. Bakteri
indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau
makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran manusia yang mengingat banyaknya jumlah
mikroorganisme ini, maka perlu dilakukan suatu uji pemeriksaan terhadap bahan pangan tersebut
agar aman dikonsumsi. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim
terdapat dan hidup pada usus manusia sehingga dengan adanya bakteri tersebut pada air atau
makanan dapat menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air atau makanan
pernah mengalami kontak dengan kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh sebab itu
kemungkinan terdapat bakteri patogen lain yang berbahaya. Ada tiga jenis bakteri yang dapat
digunakan untuk menunjukkan adanya masalah sanitasi, yaitu Escherichia coli,
kelompokStreptococcus (Enterococcus) fecal, dan Clostridium perfringens (Hastowo, 1992).
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai
macam penelaahan mikrobiologis. Terdapat berbagai macam cara untuk menghitung jumlah
mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara
tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan
membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya
untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel
count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total
plate count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat
(MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Hastowo, 1992).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen
untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi
makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung
berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan (Hastowo, 1992).
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam
praktikum digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup
bakteri yang bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak
membentuk spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam dan gas
dalam waktu 48 jam pada suhu 35C (Hastowo, 1992).
Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang
menggunakan medium padat (Agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas dalam
tabung durham (Lay, 1992).
Pendekatan lain untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN. Metode
MPN didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya
digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air khususnya untuk mendeteksi adanya
bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu
bakteri gram negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi
asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37 C. Sampel ditumbuhkan
pada seri tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung reaksi untuk setiap kelompok. Apabila dipakai 3
tabung maka disebut seri 3, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut 5 seri. Media pada tabung
adalah Lactose Broth yang diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham.
Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk sampel sebanyak 10 ml
ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Stegth) yang memiliki komposisi Beef
extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya.
Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stegth)
yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr (Lay, 1992).
MPN (most Probable Number). Metode hitungan cawan dengan menggunakan medium
padat, tetapi pada metode MPN dengan menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi.
Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni yang ditumbuhi
oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif
dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung
kecil (tabung durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik yang
membentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada umumnya dengan menggunakan 3 atau 5 seri
tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi
alat gelas (tabung reaksi) yang digunakan juga lebih banyak (Dwidjosepuutro, 2005).
Perhitungan bakteri hidup dilakukan dengan cara seri pengenceran. Cara ini secara luas
digunakan untuk menghitung bakteri hidup dalam berbagai cairan seperti air, susu, biakan cair
dan sebagainya. Serentetan pengenceran dibuat untuk kemudian ditanam dalam medium
pembiakan bulyon agar dan setelah inkubasi jumlah koloni dihitung. Setelah dikonversi sesuai
dengan pengencerannya, akan diketahui jumlah bakteri per milliliter. Karena pengenceran
dikerjakan secara lipat ganda atau secara desimal, maka angka yang diperoleh hanya angka
perkiraan, yang biasa disebut Most Probable Number (MPN) (Irianto, 2006).
Prinsip untama dari metode MPN ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam
dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif kadang-kadang tetapi tidak
selalu. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang
dilakukan) maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang
dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung reaksi
positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif kadang-kadang tetapi tidak selalu. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat
tergantung dari probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya kedalam media.
Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau
negative (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum
diencerkan (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam metode MPN pengenceran sampel harus lebih tinggi daripada pengenceran pada
hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan
larutan hasil pengenceran tersebut mengandung 1 jasad renik, beberapa tabung mungkin
mengandung lebih dari 1 sel, sedangkan tabung yang lain mengandung sel sama sekali. Dengan
demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang
dinyatakan sebagai tabung positifm sedangkan tabung lainnya negatif (Waluyo, 2004).
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel
yang berbentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang berbentuk padat dengan
terlebih dahulu membuat suspense 1:10 dari sampel tersebut. Kelompok jasad renik yang dapat
dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk
pertumbuhan (Dwidjoseputro, 2005).
Lebih lanjut mengenai metode MPN, dari setiap pengenceran masing-masing
dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap
pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu,
dihitung jumlah tabung yang positif. Kriteria tabung positif atau tidak ditandai dengan timbulnya
kekeruhan atau gas pada tabung durham. Misalnya pada pengnceran pertama, 3 tabung
menghasilkan pertumbuhan positif, pada pengenceran ke 2 tabung positif, pada pengenceran ke 3
satu tabung positif, dan pada pengenceran teakhir tidak ada tabung yang positif. Kombinasinya
menjadi 3,2,1,0 dan jika diambil 3 pengenceran pertama kombinasinya menjadi 3,2,1. Angka
kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan table MPN, kemudian nilai MPN sampel dapat
dihitung sebagai berikut :
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Media LB (lactose Borth)
MPN Count : Nilai MPN Tabel x 10
(pengenceran tabung tengah)
: 33 x 10
10-1
: 3300 Cfu/100 ml
4.2.2 Perhitungan Media GLBB (green lactose bile borth)
MPN Count : Nilai MPN Tabel x 10
(pengenceran tabung tengah)
: 26 x 10
10-1
: 2600 Cfu/100 ml
4.2.3 Perhitungan Media EMBA (eosin methylene blue agar)
MPN Count : Nilai MPN Tabel x 10
(pengenceran tabung tengah)
: 0 x Cfu
100 ml
: 0 Cfu/100 ml
4.3 Pembahasan
Metode MPN (Most Probable Number) adalah metode yang digunakan untuk
menghitung koliform di dalam air dengan menggunakan pengujian fermentasi dalam tabung.
Tiga pengujian itu diantaranya adalah uji penduga (Presumtive Test), uji penegas (Confirmed
Test), dan uji pelengkap (Completed Test) Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN
adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni dalam sampel
(Dwidjoseputro, 1994).
Metode MPN ini umumnya digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada air
khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri koliform yang merupakan kontaminan utama
sumber air minum. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram negatif, batang pendek, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24
jam inkubasi pada 37 C (Dwidjoseputro, 1994).
E.coli adalah bakteri koliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering
disebut sebagai coliform fekal. Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup
dalam saluran pencernaan manusia dan merupakan bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri coliform fecal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fecal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi
bakteri patogenik lain (Dwidjoseputro, 1994).
Media Lactose broth (LB) digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
coliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth)
untuk Salmonella dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton
dan ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk organisme koliform.
Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah presumptive test untuk coliform. Lactose broth
dibuat dengan komposisi 0,3% ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa (lay, 1992)
Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) mempunyai keistimewaan mengandung
laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan laktosa
seperti Staphylcoccus. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasikan
laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan methylene blue
membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini digunakan pada
tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa danSalmonella sp. dan dapat
menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminan tersebut adalah E.coli. Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat
digunakan untuk menentukan jenis bakteri E.coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung.
EMB yang menggunakan eosin dan methylene blue sebagai indikator memberikan perbedaan
yang nyata antara koloni yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung
sukrosa karena kemempuan bakteri E.coli yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa
(Hastowo, 1992).
Media BGBB (Brilliant Green Bile Broth) digunakan untuk mengkonfirmasi hasil tes
positif dugaan. Brilliant Green Bile Broth (BGBB)
juga disebut sebagai Brilliant Green LactoseBile Broth (BGLBB).
Enzimatik Intisari dari Gelatin adalah sumber karbon dan
nitrogendigunakan untuk kebutuhan pertumbuhan umum di Brilliant Green lactose Bile Broth. O
xbile danBrilliant Green menghambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif banyak,
selain E.coli.Laktosa merupakan sumber karbohidrat. Bakteri yang fermentasi laktosa dan mengh
asilkan gasyang terdeteksi Penggunaan utama dari media ini adalah untuk mengidentifikasi
keberadaanE.coli pada makanan. Selama inkubasi 24 jam pada suhu 37 C E.coli akan
memfermentasi laktosa dalam kaldu dengan produksi gas dan Gas ini akan terkumpul dalam
sebuah tabung durham terbalik (Hastowo, 1992).
Uji Penduga (Presumptive Test) : satu seri yang berisi 9 atau 12 tabung yang berisi
Lactose Broth dan tabung durham diinokulasikan dengan sampel air untuk menguji apakah air
tersebut mengandung bakteri yang bisa memfermentasikan laktosa yang memproduksi gas. Jika
setelah inkubasi gas timbul pada Lactose Broth, diduga ada bakteri coliform di sampel air
tersebut. Uji penduga merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri
coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan E.coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas
yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham yang berupa gelembung udara. Banyaknya
kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan
reaksi positif terbentuknya asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. dan jika tidak
terbentuk gas dalam tabung durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif
dihitung pada masing-masing seri, MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN
(Lay, 1992).
Uji penguat atau pelengkap. Merupakan uji dari tabung yang positif terbentuk asam dan
gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi diinokulasikan pada media Eosin
Methylen Blue Agar (EMBA) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni
bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilap metalik (Lay, 1992).
Uji penegas untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna
pada uji penguat atau pelengkap. Uji penegas merupakan suatu uji sebelum dilakukanya uji
pelengkap dimana digunakn media (BGLBB) Brilliant Green Lactose Bile Broth. Dimana pada
media ini di lihat fermentasi laktosapada bakteri E.coli dengan terbentuknya asam dan
gelembung. Pada uji penegas banyaknya kandungan bakteri E.coli dilihat dengan menghitung
tabung yang terdapat gelembung di dalam tabung durham dan dihitung MON count dengan
melihat hasil dari MPN tabel dikali sepuluh per pengenceran tengah dan dari hasil uji penegas
akan disimpulkan dengan uji penguat atau pelengkap (Dwidjoseputro, 1994).
Hasil pengamatan pada perhitungan jumlah bakteri dengan menggunakan metode MPN
diketahui, pada uji penduga digunkannya media lactose borth dengan sampel air minum yang
digunakan diketahui seri pengamatan 10 terdapat empat gelembung, pengenceran 1 terdapat
empat gelembung, pengenceran 10-1 terdapat tiga gelembung, dan pengenceran 10-2 terdapat satu
gelembung. Pada MPN tabel diketahui 33 nilai MPN tabelnya dan dari perhitungan MPN count
didapatkan hasi 3300 Cfu /100 ml.
Pada uji penegas dengan menggunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth dapat
diketahui seri pengamtannya pada pengenceran 10 terdapat lima gelembunng, pada pengencera 1
terdapat empat gelembung, dan pada pengenceran 10-1 terdapat satu gelembung sedangkan pada
pengenceran 10-2 terdapat dua gelembung. Dari hasil pengenceran didapatkan hasl nilai
MPNtabelnya 26, dengan perhitungan mencari Mpn count hasil yang didapat dari MPN-nya
adalah 2600 Cfu/100 ml.
Pada uji penguat atau pelengkap dari setiap seri pengenceran tidak didapatkan hasil
adanya bakteri E.coli yang tumbuh pada sempel air minum. Jadi, hasil yang didapat adalah nihil
atu tidak ada bakteri E.coli yang tumbuh.
Faktor kesalahan pada percobaan perhitungan jumlah mikroba pada metode MPN.
Trejadi pada cara penggoresan pada media EMBA yang tidak sesuai dengan alur dan melewati
dari garis pembatas kolom, serta kurang hati-hati dalam melakukan percobaan sehingga terdapat
tabung reaksi yang pecah akibat kecerobohan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum mengenai perhitungan jumlah mikroba dengan metode MPN dapat
disimpulka bahwa :
Prinsip dari metode MPN adalah suatu metode perhitungan jumlah mikroba yang menggunakn
tiga tahap uji yaitu uji penduga , uji penegas/konfirmasi dan uji pelengkap yang didasarkan untuk
mengetahui jumlah dari mikroba coliform.
Fungsi dari media Eosin Methylene blue agar (EMBA) iaalh sebagi indikator untuk memberikan
perbedaan yang nyata antara koloni yang memefermentasikan laktosa dan yang tidak.
Sedangkan fungsi dari media brilliant green laktose bile borth (BGLBB) ialah sebagai
pengkonfirmasi hasil tes positif uji penduga. Dan media lactose borth (LB) berfungsi sebagai
media untuk mendeteksi keberadaan bakteri coliform dalam air.
Proses terjadinya gelembung pada tabung durham terjadi karena adanya fermentasi laktosa yang
di lakukan oleh bakteri golongan E.coli sehingga terbentuk asam pada media yang tedapat
laktosa, yang dapat di lihat dengan kekeruhan sehingga menghsilkan gas atau gelembung dara
pada tabung durham
5.2 Saran
Di harpkan prtikan harus melepas peralatan acsesoris seperti gelang dan cincin, agar tidak
mengganggu saat dalm melakukan percobaan perhitungan jumlah mikroba dengan menggunakan
metode MPN.
http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-most-probable.html
Juli 22, 2012 Disimpan dalam Basi, Kefir, Kesehatan, Manfaat Kefir, Pangan Alternatif, Probiotik, Sehari-hari, Susu
a. Bakteri
Berbagai mikrobia tumbuh dan berkembang dengan baik pada susu segar.
Dua kelompok utama mikrobia tersebut adalah bakteri dan fungi. Bakteri merupakan mikrobia bersel satu
dengan ukuran 0,4-1,5 m dan mempunyai berbagai macam bentuk mulai berbentuk bulat, panjang dan
spiral (Widodo, 2003). Bakteri tersebar luas di lingkungan baik di udara, air dan tanah, dalam usus
binatang, dalam lapisan yang lembab pada mulut, hidung atau tenggorokan, pada permukaan tubuh atau
Bakteri temasuk organisme prokariot yang bersifat khas. Sel bakteri berisi massa sitoplasma dan beberapa
bahan inti (tidak memiliki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis
bakteri, dinding sel ini dikelilingi oleh kapsula atau lapisan lendir. Bakteri bereproduksi dengan cara
pembelahan biner sederhana, yaitu merupakan tipe pembiakan yang terjadi secara aseksual (Suendra dkk.,
1991)
Bakteri dalam susu dapat berasal dari sapi itu sendiri atau dari luar.
Adanya aktivitas bakteri dalam susu maka susu menjadi asam, mempunyai rasa dan bau yang kurang baik,
tetapi ada bakteri yang menguntungkan sehingga dipilih sebagai kultur untuk fermentasi susu, sehingga
Kelompok bakteri yang sering mengkontaminasi pangan termasuk susu meliputi Pseudomonodaceae,
1) Enterobacteriaceae
Golongan bakteri Enterobacteraceae merupakan sekelompok besar dari bakteri Gram negatif, tidak
berspora, berbentuk batang kecil. Beberapa genus Enterobacteriaceae penting bagi kesehatan masyarakat
karena menimbulkan wabah keracunan pangan dan penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan yang
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk pendek (kokobasil), berukuran 0,4-0,7m,
bersifat anaerob fakultatif dan mempunyai flagella peritrikal. Bakteri ini banyak ditemukan didalam usus
manusia sebagai flora normal. Escherichia coli biasanya juga terdapat dalam alat pencernaan hewan (Bucle
dkk., 1987). Selain itu Escherichia coli sering digunakan sebagai indikator kualitas sanitasi dalam air
Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia dan hewan.
Bakteri ini selalu dihubungkan dengan penyakit diare pada manusia dan sering ditemukan dalam feses
sehingga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air dan makanan oleh feses. Bakteri ini juga dapat
menimbulkan penyakit infeksi saluran kemih, sepsis dan meningitis (Jawetz dkk., 1996).
b). Shigella
Shigella merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang, berukuran 0,5- 0,7m x 2-3m dan tidak
berflagel, tidak membentuk spora, bila ditanam pada media agar akan tampak koloni yang konveks, bulat,
kerusakan pada susu melalui udara, debu, alat pemerahan, maupun dari manusia (Buckle dkk., 1987).
Biasanya disentri basiler atau shigellosis adalah penyakit infeksi usus akut yang disebabkan oleh shigella
c). Klebsiella
Klebsiella merupakan kelompok bakteri Gram negatif, berbentuk batang, non motil, mempunyai kapsul, dan
koloni sangat berlendir, koloni besar sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pergerakan yang lama,
meragikan laktosa dan banyak karbohidrat, negatif terhadap tes merah motil (Jawetz dkk., 2001).
Seperti halnya Escherichia coli, Klebsiella merupakan bakteri yang sering digunakan dalam uji sanitasi air
maupun susu (Nurliyani dkk., 2008). Klebsiella terdapat dalam saluran nafas dan feses pada sekitar 5 %
orang normal. Bakteri ini menyebabkan pneumonia, infeksi saluran kemih, dan peradangan saluran nafas
(Jawetz dkk.,1996).
d). Enterobacter
Enterobacter merupakan bakteri aerob berbentuk batang pendek, bersifat Gram negatif membentuk rantai,
mempunyai kapsul kecil, motil dengan flagel peritrik, pada media padat koloni bersifat kurang mukoid dan
cenderung menyebar keseluruh permukaan, dapat membentuk asam dan gas (Jawetz dkk., 2001).
Enterobacter tidak merupakan flora normal di dalam saluran pencernakan, dapat hidup bebas serta
2) Pseudomonas
Pseudomonas adalah bakteri aerob tetapi dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai elektron dan
tumbuh sebagai anaerob yang berbentuk batang, Gram negatif, bergerak dengan flagel polar, satu atau
Beberapa galur memproduksi pigmen larut air, tumbuh baik pada 37C-42C (Jawetz dkk., 2001).
Bakteri Pseudomonas biasanya terdapat dalam air susu mentah yang belum dipasteurisasi (Vollk dan
Wheeler, 1993). Selain itu juga sebagai sumber kontaminasi pada puting susu secara langsung oleh
Pseudomonas terdapat dalam flora usus normal dan kulit manusia dalam jumlah kecil. Bakteri ini dapat
menyebabkan infeksi pada orang yang mempunyai ketahanan tubuh yang menurun, yaitu penderita luka
bakar, orang yang sakit berat atau dengan penyakit metabolik atau orang yang sebelumnya memakai alat-
alat bantu kedokteran seperti kateter ( pada penderita infeksi saluran kemih ) dan respirator ( pada pendrita
pneumonia ) (Anonim,1994).
3) Micrococcaceae
Spesies dari famili ini adalah Gram positif, tidak berspora, bersifat katalase positif yang dapat tersusun
secara tunggal, berpasangan, tetrad atau kelompok kecil. Dua genus yang penting dalam bahan pangan
adalah Micrococcus dan Staphylococccus. Kelompok Staphylococci yang terpenting dalam makanan adalah
Staphylococcus aureus. Pada waktu pertumbuhan, organisme ini mampu memproduksi suatu enterotoksin
yang cukup berbahaya yang menyebabkan terjadinya peristiwa keracunan makanan (Buckle dkk., 1987).
Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk kluster
Staphylococcus bertambah dengan cepat pada beberapa tipe media dengan aktif melakukan metabolisme,
melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga
kuning gelap. Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antimikroba (Jawetz dkk., 2001).
Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah suasana aerobik atau
mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 20C-35C. Koloni pada media padat berbentuk
Staphylococcus aureus sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.
Dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan. Beberapa jenis bakteri ini dapat
membuat enterotoksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Bakteri Staphylococcus aureus juga
Bakteri ini masuk melalui puting susu dan berkembangbiak dalam saluran susu.
Komposisi kimia susu yang lengkap seperti lemak, laktosa, protein, dan lain-lainnya memungkinkan adanya
anggapan bahwa susu berperan sebagai medium yang baik bagi pertumbuhan mikrobia merugikan. Susu
yang dihasilkan pada ambing sapi pada hakekatnya steril, setelah melewati kelenjar puting baru terjadi
kontaminasi oleh mikroba. Hal itu disebabkan selain karena terdapat susu sisa (lebih kurang 10% dari
volume susu total), atau karena puting mengalami pengendoran pasca pemerahan berulang. Oleh karena
itu, susu yang diperoleh sesudah pemerahan selalu mengandung sejumlah bakteri pencemar yang macam
dan jumlahnya tergantung pada lingkungan, patologi hewan (kesehatan), peternakan, peralatan, dan
2) Susu mengandung gizi yang sangat baik untuk pertumbuhan makhuk hidup
termasuk mikroba.
Jumlah bakteri dalam susu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari hewannya sendiri
(faktor intrinsik) maupun yang berasal dari luar tubuhnya (faktor ekstrinsik) (Hadiwiyoto, 1994).
Menurut Supardi dan Sukamto (1999), susu dapat terkontaminasi oleh bakteri-bakteri patogen melalui
2) Sapi perah terkontaminasi secara langsung dari manusia, yang sebenarnya berasal dari orang yang
terkena infeksi. Kebanyakkan infeksi berasal dari pekerja-pekerja susu yang sakit.
3) Susu terkontaminasi oleh bakteri patogen yang tidak berasal dari sapinya, yaitu setelah proses
pemerahan.
Staphylococcus aureus juga dapat memasuki susu dari sapi yang menderita mastitis yang merupakan infeksi
pada ambing dan dapat menyebabkan kerusakan makanan melalui susu yang terkontaminasi.
a) Susu dengan kualitas baik atau kualitas A (No. 1), jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak
b) Susu Kualitas B (No. 2) jika jumlah bakterinya antara 100.000- 1.000.000/ml dan jumlah bakteri koliform
c) Susu dengan kualitas C (No. 3), jelek jika jumlah bakterinya lebih dari 1.000.000/ml (Hadiwiyoto, 1994).
Syarat kualitas air susu segar di Indonesia telah dibakukan dalam Standart Nasional Indonesia (SNI 01-
3141-1997), dimana pemeriksaan cemaran mikroba dalam air susu segar meliputi uji pemeriksaan dengan
angka lempeng total (batas maksimum mikroba 3,0 106 koloni/ml), Escherichia coli (maksimum 10/ml),
Kandang sapi yang baik akan menghasilkan susu yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap
keadaan kandang adalah bentuk lubang angin (ventilasi luar ruangan, penerangan, saluran pembuangan).
Rumah pemerah adalah rumah untuk mengadakan pemerahan susu. Rumah ini umumnya terpisah dari
kandang sapi.
Sapi perah yang sakit akan menghasilkan mutu susu tidak baik.
Hal ini penting agar kontaminasi bakteri yang berasal dari pekerja yang sakit dapat dihindari dan dikurangi.
e) Pemberi makanan
Sapi yang baru saja diberi makanan akan menghasilkan susu dengan kandungan lebih banyak daripada sapi
yang belum diberi makanan ternyata mempengaruhi cita rasa susu yang dihasilkan. Misal bawang merah
yang diberikan 1-4 jam sebelum pemerahan akan menghasilkan susu yang berbau kuat atau merangsang.
f) Kebersihan hewan
Apabila sapinya kotor, susu yang diperoleh juga akan mengandung jumlah bakteri yang lebih banyak dan
h) Penyaringan susu
i) Penyimpanan susu.
Penyimpanan susu pada suhu tinggi atau kamar, jumlah bakteri yang ada pada susu akan lebih banyak
http://cianjurkefir.wordpress.com/2012/07/22/mikrobiologi-air-susu-2/
Susu adalah salah satu dari hasil ternak selain daging dan telur. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun oleh
zat-zat makanan dengan proporsi seimbang. Susu dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung sumber zat-
zat makanan penting. Penyusun utamanya adalah air, protein, lemak, mineral dan vitamin.
Kualitas atau mutu susu merupakan bagian penting dalam produksi dan perdagangan susu. Derajat mutu susu
hanya dapat dipertahankan selama waktu tertentu, yang selanjutnya akan mengalami penurunan dan berakhir
dengan kerusakan susu.
BAB II
PEMBAHASAN
Putih
Kebiru- Refleksi dari butir-butir lemak, bahan keju dan garam-garam terhadap sinar matahari.
biruan Adanya penambahan air (diharapkan dalam penjualan air susu digunakan wadah
Kuning transparan)
Merah Kandungan karoten
Kehijauan Eritrosit-eritrosit atau haemoglobin Kandungan vitamin B Kompleks
Pemeriksaan Bau
Alat bahan : Tabung reaksi, kapas penutup, penjepit tabung reaksi, dan air susu.
Prosedur : Masukkan air susu kedalam tabung reaksi, tutup.
Susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-asam lemak. Bau tersebut dapat
mengalami perubahan, misalnya menjadi asam karena adanya pertumbuhan mikroba didalam susu, atau bau lain yang
menyimpang akibat terserapnya senyawa bau dari sekeliling oleh lemak susu. Bau pakan dan kotoran yang ada didekat
wadah susu juga akan mudah mempengaruhi bau susu tersebut.
Uji bau dilakukan dengan cara memasukkan susu kedalam tabung reaksi dan ditutup dengan kapas. Tabung berisi susu
tersebut segera dihangatkan. Pada suhu 35C sambil dikocok atau digoyang perlahan-lahan dan hati-hati, kemudian tutup
kapas dibuka dan dibau.
Pemeriksaan Rasa
Prinsip : Kandungan laktosa susu dalam air susu berpengaruh terhadap rasa kemanisannya.
Prosedur : Air susu diambil menggunakan pipet beberapa tetes, kemudian rasakan.
Susu segar yang normal adalah sedikit mans yang ditimbulkan karena kandungan laktosa didalam susu. Tingkat
kemanisan susu bervariasi tergantung tinggi rendahnya kandungan laktosa. Adanya garam juga mempengaruhi rasa
susu.
Rasa dan bau susu sering kali sulit dipisahkan dan keduanya bergabung menghasilkan kesan spesifik yang disebut
sebagaiflavor susu. Potineni and Peterson (2005) melaporkan bahwa senyawa vanilin didalam susu yang
terdegradasi menjadi asam vanilat dapat menyebabkan Off-flavor selama penyimpanan. Degradasi tersebut terkait
erat dengan reaksi oksidatif dari enzim xanthine oksidase yang secara intrinsik ada didalam susu. senyawa lain yang
ikut berperan menentukanflavor susu adalah beberapa senyawa phenol khususnya alkyl-phenol (Kilic and Lindsay,
2005).
Uji rasa dilakukan dengan cara mengambil beberapa tetes susu kemudian dirasakan. Akan tetapi bila bau susu
sudah sedikit asam, maka disarankan untuk tidak melanjutkan uji rasa.
Pemeriksaan Konsistensi
Prinsip : Konsistensi air susu dipengaruhi oleh penambahan materi.
Alat bahan : Erlenmeyer, air susu.
Prosedur : Air susu dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu digoyang perlahan-lahan, amati dinding Erlenmeyer
apakah ada endapan atau tidak.
Konsistensi susu menunjukkan imbangan jumlah air dan bahan padat yang ada d idalam susu sebagai suatu
emulsi yang baik. Apabila ke dalam susu ditambahkan bahan-bahan tertentu maka konsistensi susu dapat
berubah, sehingga sistem emulsi terganggu dan beberapa komponen susu terpisah dari air.
Cara pengujian konsistensi susu yaitu dengan menempatkan 20-50 ml susu kedalam tabung erlenmeyer,
kemudian tabung digoyang perlahan-lahan. Selanjutnya dinding tabung diamati dan jika ada endapan pada
dinding tabung maka konsistensi susu dianyatakan tidak normal.
Pemeriksaan Masak
Prinsip : Air susu yang berkualitas balk tidak pecah bila dipanaskan.
Alat bahan : Tabung reaksi, penjepit tabung, pemanas, air susu.
Prosedur : Masukkan 5 ml air susu kedalam tabung reaksi kemudian dipanaskan. Setelah mendidih lalu didinginkan dan
diamati apakah terbentuk endapan atau tidak dan diamati apakah susu pecah atau tidak. Percobaan pemeriksaan
masak dilakukan secara duplo.
Susu segar yang berkualitas baik tidak akan pecah (menggumpal) bila dipanaskan/dididihkan pada waktu
tertentu. Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan mengalami penggumpalan bila dipanaskan. Terjadinya
penggumpalan diakibatkan oleh adanya asam yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam
tersebut mengakibatkan protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan
pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam dan mudah pecah bila
dipanaskan.
Cara pengujiannya yaitu dengan memasukkan 5 ml susu kedalam tabung reaksi dan dipanaskan. Setelah
mendidih lalu didinginkan dan diamati adanya endapan atau gumpalan-gumpalan kecil pada Binding tabung.
Bila terbentuk gumpalan, uji didih dinyatakan positif. atau susu disebut pecah. Artinya susu bermutu jelek.
Sebaliknya, bila tidak terbentuk gumpalan maka uji didih dinyatakan negatif, yang artinya susu bermutu baik.
Pemeriksaan Alkohol
Prinsip : Koagulasi protein susu pada saat ditambah alkohol karena keasaman
Alat bahan : Tabung reaksi dan pipet berskala, air susu, alkohol 70%.
Prosedur : Pada uji alkohol dilakukan dua tahap pengujian
1. Susu sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian, ditambahkan alkohol 70 %
sebanyak 5 ml.
2. 5 ml air susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan alkohol 70 % sebanyak 10 ml.
Pengujian tahap dua dilakukan jika pada pengujian pertama tidak terjadi penggumpalan/air susu tidak pecah.
Untuk mengetahui kemunduran kualitas susu dapat jugs diketahui dengan uji alkohol. Prinsip, uji alkohol
mirip dengan uji masak, yaitu untuk mengetahui susu pecah dengan penambahan alkohol.
Prosedur uji alkohol yaitu dengan cara memasukkan 10 ml susu ke dalam tabung reaksi besar kemudian
ditambahkan 10 ml alkohol 70% dan digojog pelan-pelan. Apabila terjadi endapan pada dinding tabung,
maka uji dinyatakan positff atau susu disebut pecah.
Uji Reduktase
Prinsip :Enzim reduktase ini mereduksi zat warna
biru dari MB (Methylen Blue) menjadi larutan tak
berwarna.
Alat dan bahan :Tabung reaksi, inkubator, pipet, pengukur
volume, stopwatch, air susu, methylen blue, parafin
cair.
Percobaan :Terjadi perubahan warna.
Prosedur :10 ml air susu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, kemudian ditambah dengan 0,25 ml MB
kedalam air susu tersebut dan dikocok-kocok
sampai homogen. Campuran air susu dan MB
dalam tabung reaksi tersebut kemudian ditutup dengan
parafin cair. Selanjutnya diinkubasi pada suhu
37C, setiap 30 menit diamati perubahan warna
yang terjadi.
Tujuan uji reduktase adalah untuk memprediksi jumlah mikroba didalam susu, sehingga kualitas susu dapat
ditentukan. Pada prinsipnya mikroba didalam susu menghasilkan enzim reduktase yang dapatmereduksi
zat warna biru. dari "methylen blue" (MB) m e n j a d i t a k b e r w a r n a . A p a b i l a k e d a l a m s u s u dimasukkan
sejumlah tertentu MB, maka susu tersebut berwarna biru dan dalam waktu tertentu warna birut e rs e bu t b e r an gs u r -
a n gs u r h il an g . L am a wa k t u hilangnya warna biru atau waktu reduksi menunjukkan banyak sedikitnya jumlah
mikroba didalam susu. Semakin banyak mikroba berarti semakin banyak pula enzim reduktase yang dapat mereduksi
warna biru MB, sehingga waktu reduksi menjadi pendek dan demikian pula sebaliknya.
Uji reduktase dilakukan dengan cara menempatkan 20 ml susu kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan MB
(0,0075%) sebanyak 0,5 ml dan tabung ditutup dengan plastik atau paraffin cair serta dikocok- kocok. Tabung tersebut
diinkubasi pada suhu 37C dan diamati perubahan warna yang terjadi pada menit ke-20 dan ke-60 serta selanjutnya setiap
satu jam. Berdasarkan waktu reduksi dapat ditentukan kualitas susu yang diuji
Pemeriksaan Total Asam
Prinsip :Alkali akan menetralkan asam bila keduanya
dicampur
Alat dan bahan :Buret dengan skala 0,1 ml, Tabung
pengukur, Botol Erlenmeyer 100 ml dua buah,
larutan NaOH 0,1 N, Larutan PP 1%
Prosedur :Kedalam 2 botol erlenmeyer diisikan masing-
masing 25 ml air susu. Ke dalam tabung
ditambahkan beberapa tetes ( 0,5 ml) larutan PP.
Kemudian titrasi air susu larutan dalam
Erlenmeyer tersebut sehingga warna merah muda
tak hilang bila di kocok. Botol kedua dititrasi pula
clan dipakai sebagai pembanding.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui derajad keasaman susu. Semakin besar derajad keasaman susu,semakin
buruk kualitas susu segar. Derajad keasamanmenunjukkan banyak sedikitnya asam yang terbentuk didalam susu
akibat pertumbuhan mikroba. Berda sarkan pengertian tentang keasaman susu (pada Bab 2), maka yang
diukur dalam pengujian ini adalah titratable acidity.
Bahan yang digunakan untuk uji keasaman adalah larutan NaOH 0,25 N dan larutan indikator pp , 2%.Sedangkan
peralatan yang diperlukan meliputi buret dengan skala 0,1 ml, labu ukur dan tabung erlenmeyer100 ml.
Secara ringkas prosedur uji keasamanan yaitu dimu lai den gan memasukka n 50 m l susu
ked alam erlenmeyer dan kemudian ditambah larutan indikator pp, 2% beberapa tetes (sekitar 0,5 ml). Susu
ini dititrasi dengan NaOH 0,25 N yang telah ditempatkan didalam b u r e t h i n g g a w a m a m e r a h m u d a t i d a k
h i l a ng b i l a dikocok . De raj ad keasam an dih itun g be rdas arkan jumlah ml NaOH yang diperlukan untuk
titrasi.
Penetapan kadar total asam dihitun g dalam persen setara asam laktat dapat ditentukan sebagai
berikut(Lampert, 1970). Sampel susu sebanyak 9 gram atau 10 mlditetesi phenolphathalein (pp) 1% sebanyak 3 tetes
dan kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titrasi diakhiri ketika warna sampel berubah menjadi merah muda
dan tidak berubah. Total asam ditentukan dengan rumus:
V1xNxB
Total Asam = - - - - - - - - - - X100%
V2 x 1000Keterangan:
V1 = Volume NaOH (ml)
N = Normalitas NaOH
B = BM Asam Laktat (90)
V2 = Volume sampel yang dititrasi
Ada beberapa penjelasan yang perlu diketahui dalam penentuan keasaman susu setara asam
laktat. Setiap mililiter 0,1 N alkali (NaOH) akan menetralkan 0 , 00 9 g as am lak t a t. Ji ka 9 g s us u
d i en c er ka n 2 xvolumenya dengan H20, kemudian dititrasi, maka setiap ml 0,1 N naOH yang
digunakan setara dengan 0,1% asam laktat. Larutan pp 1% digunakan sebagai indikator untuk titrasi.
Larutan ini tidak berwarna didalam suasana asam dan berwarna merah muda (pink) didalam suasana alkali.
Penggunaan larutan pp sekitar 2 ml.
Pemeriksaan pH
Alat dan bahan :Cara praktis yang sering digunakan ialah pH
meter elektronis, beker gelas, kertas saring. air
susu, larutan Buffer, Aquadest
Prosedur : pH meter elektronis
1. Hidupkan ON/OFF
2. Sebelumnya dibersihkan katoda indikator dengan aquades sehingga netral (pada pH tertera 7)
3. Kemudian bersihkan dengan tissue
4. Siapkan air susu pada beker gelas
5. Celupkan katoda indikator tetapi sebelumnya hares pada posisi nol, sehingga kita akan menclapatkan nilai pH yang
sebenarnya dari air susu.
Nilai pH merupakan cerminan jumlah ion H+ dari asam didalam susu yang diakibatkan oleh pertumbuhanmikroba.
Tujuan dari uji pH adalah mengetahui tingkatkeasaman susu sehingga dapat diperkirakan tingkatkualitas dan
keamanan susu untuk dikonsumsi.
Cara praktis uji pH yang Bering digunakan yaitu d e n g a n m e n g g u n a k a n p H m e t e r e l e k t r i k .
P a d a prinsipnya berbagai macam (merk) pH meter dapat digunakan. Sebagai kontrol digunakan larutan bufer (pH4
dan 7) dan/atau akuades (pH 7). Susu yang baik mempunyai pH sekitar 6,3-6,8.
Pemeriksaan Berat Jenis
Prinsip :Benda yang dimasukkan kedalam cairan menclapat gaga
keatas sebesar berat air yg dipindahkan
Alat dan bahan :Gelas Ukur Volume 500 ml clan Laktodensimeter,
air susu
Prosedur percobaan :
1. Pemeriksaan berat jenis sebaiknya dilakukan 3 jam setelah air susu diperah.
2. Pengadukan air susu harus sempurna.
3. Tuangkan air susu kedalam tabung tanpa menimbulkan buih 500 mi.
4. Masukkan Laktodensimeter secara perlahan-lahan ke dalam gelas ukur yang berisi air susu.
5. Setelah tenang, bacalah skala berat jenis (BJ).
6. Baca suhu air susu.
7. Apabila berat jenis menunjukkan lebih dari skala desimal harus ditaksir.
8. D i l a k u k a n 3 k a l i p e n g a m a t a n ( d e n g a n s e d i k i t s e n t u h a n p a d a laktodensimeter).
Berat jenis dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
BAB III
PENUTUP
Susu merupakan salah satu dari hasil ternak selain daging dan telur. Susu merupakan bahan pangan yang tersusun
oleh zat-zat makanan dengan proporsi seimbang. Susu dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung
sumber zat-zat makanan penting. Penyusun utamanya adalah air, protein, lemak, hidrat arang, mineral dan vitamin.
Penanganan susu mulai dari peternak sampai industri pengolahan susu membutuhkan waktu yang cukup lama.
Keadaan ini sangat memungkinkan terjadinya kontaminasi awal mikroba yang mengakibatkan menurunnya kualitas
susu. Kerusakan susu dapat dihambat apabila penanganan sejak dari peternak dilakukan secara sehat, bersih dan
diadakan usaha untuk meningkatkan keawetan susu segar. Salah satu usaha tersebut pendinginan susu. Proses
pendinginan mampu menghambat aktivitas mikroorganisme perusak, sehingga dapat memperpanjang daya simpan
susu segar.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwiyoto, S. 1983. Tehnik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty, Yogyakarta
Legowo, A.M., Kusrahayu., dan Mulyani.S. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP UNDIP. Semarang
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1992. SNI 01-3141-1992 tentang Syarat Mutu Susu Segar. Dewan Standarisasi
Nasional-DSN, Jakarta.
http://petramas.blogspot.com/2012/01/uji-kualitas-susu.html