1
TANGGAL KADALUARSA
Tanggal Kadaluarsa
• Sebelum penulisan tanggal, bulan dan tahun
dicantumkan kalimat peringatan : “Baik
digunakan sebelum “
• Umur simpan s/d 3 bulan : dicantumkan
tanggal, bulan, tahun
• Umur simpan > 3 bulan: boleh hanya
dicantumkan bulan dan tahun
• Dapat juga : Baik digunakan sebelum, lihat
bagian bawah kaleng atau lihat tercantum
pada tutup botol.
• Kondisi penyimpanan dapat dicantumkan,
dan sebaiknya letaknya berdekatan dengan
tanggal kadaluarsa.
2
Produk yang tidak perlu
mencantumkan tanggal kadaluarsa
• Sayur dan buah segar
• Minuman beralkohol jenis anggur
• Minuman yang mengandung alkohol lebih dari
10 %
• Vinegar atau cuka
• Gula (sukrosa)
• Roti atau kue yang mempunyai masa simpan
sampai dengan 24 jam
• BTP yang mempunyai masa simpan lebih dari
18 bulan
3
1. MUTU EKSTERNAL
kriteria mutu yang dapat diindera, dilihat &
diraba, tanpa harus di"cicip" konsumen
2. MUTU INTERNAL
kriteria mutu yang dapat dideteksi setelah
konsumen mencicipi (atau
mengukur/analisis) produk tersebut
- cita rasa :
Kemanisan, kemasaman,
Rasa pahit (bitterness), rasa sepat (astringency),
- tekstur, "mouthfeel” :
Kekerasan (hardness dan firmness),
Keempukan (softness),
Kerenyahan (crispness),
Kesegaran (juiceness),
Kealotan (toughness dan fibrousness)
- zat gizi
Jumlah/kuantitas
Komposisi, dan kelengkapan zat-zat gizi
Courtesy of Hariyadi and Andarwulan
4
MENGUKUR MUTU
FAKTOR MUTU TEKNIS PRODUK PANGAN :
a. Mikrobiologis b. Kimiawi
Clostridium botulinum, dll Klorofil, vit C., thiamin,
kapang, khamir karoten, riboflavin, dll
c. Gizi/Nutrisi d. Biokimia
Protein, lemak, dll Aktivitas enzim,
mutu/daya cerna, dll probiotik, dll
e. Fisik/Fisiko-kimia
f. Organoleptik
kekentalan, kekerasan,
Tekstur,
warna,
penampakan/tampilan,
stabilitas emulsi, dll
bau, rasa, dll
Umur Simpan :
ditentukan oleh faktor kritis yang paling cepat rusak
• Yang mana ??
1. Mikrobiologis :
Bakteri, kapang, khamir
2. Kimiawi
Klorofil, vit C, tiamin, karoten, riboflavin, aspartam,dll
3. Gizi/Nutrisi
Protein, lemak, mutu/daya cerna, dll.
4. Biokimia/fungsionalitas
Aktivitas enzim, probiotik, aktivitas antioksidan, dll.
5. Fisik/Fisikokimia
Kekentalan, kekerasan, warna, stabilitas emulsi, dll.
6. Organoleptik/sensori
Tekstur, penampakan, warna, bau, rasa, dll.
7. Dll
5
CONTOH KERUSAKAN/PENURUNAN
DAYA GUNA/MUTU
6
PENYIMPANAN ROTI – roti keras
Baking Cooling
Dough
Oven
Staling
Reheating
• Kondisi penyimpanan/distribusi/
penjajaan kurang baik
pengendalian suhu tidak baik
pengendalian kelembaban tidak baik
penanganan tidak baik, dll
Courtesy of Hariyadi and Andarwulan
7
PENENTUAN UMUR SIMPAN
6 bulan
2 tahun 6 bulan
Umur Simpan????
2 tahun 2 minggu
3 bulan
1 tahun 2 minggu
3 bulan
1 tahun
PENENTUAN
UMUR SIMPAN
Courtesy of Hariyadi and Andarwulan
1. Studi pustaka
2. Penelitian laboratorium
3. Konsultasi/diskusi
dengan kolega/expert
8
PENENTUAN UMUR SIMPAN
• Penelitian &
pengujian UMUR SIMPAN
• pengalaman
empiris
-dQ/dt = kQn
Q = kualitas (mutu)
t = waktu
k = konstanta laju penurunan mutu
n = ordo reaksi penurunan mutu
9
Penurunan Mutu Ordo Nol (n=0)
-dQ/dt = k atau Qt = Q0 - kt
100
Kualitas (mutu) relatif
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10
Waktu penyimpanan (bulan)
-dQ/dt = k atau Qt = Q0 - kt
Qs= Q0 - kts
atau
ts = (Q0-Qs)/k
10
Penurunan Mutu Ordo Satu (n=1)
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10
11
BEBERAPA PENURUNAN MUTU PRODUK
PANGAN SELAMA PENYIMPANAN
Orde Nol
• Mutu (overall quality) pangan beku
• Pencoklatan Non-enzimatis
Orde Pertama
• Kehilangan/kerusakan vitamin
• Inaktivasi/pertumbuhan mikroba
• Kerusakan warna oksidatif
• Kerusakan tekstur karena panas
Orde Nol
Atau
Orde
Pertama??
12
Orde Nol
Atau
Orde
Pertama??
Orde Nol
Atau
Orde
Pertama??
13
Orde Nol
Atau
Orde
Pertama??
14
Uji Umur Simpan Yang Dipercepat
(Accelerated Shelf Life Test)
Berdasarkan Suhu (Metode Arrhenius)
Ea
- RT
k k = ko e
(1/T)
15
Uji Umur Simpan Yang Dipercepat
(Accelerated Shelf Life Test)
Berdasarkan Suhu (Metode Arrhenius)
Ln k
(1/T)
Hubungan Arrhenius
BEBERAPA CATATAN
- Tentukan Q0
- Tentukan Qs
- Tentukan kondisi “penyimpanan dan distribusi”
normal
- Anomali Arrhenius: Penentuan “data aneh”
- Kasus : T↑ nilai k ↓
- Nilai mutu ↑ selama penyimpanan
16
Uji Umur Simpan Yang Dipercepat
(Accelerated Shelf Life Test)
Berdasarkan Suhu (Metode Arrhenius)
Kenali produk Anda!
17
Ilustrasi Penggunaan Model Arrhenius .. 1
18
Ilustrasi Penggunaan Model Arrhenius .. 4
Nilai k pada suhu penyimpanan yang normal :
dapat diduga dengan mengunakan persamaan Arrhenius
k = ko.exp-Ea/RT
ln k = ln ko – Ea/R (1/T)
Dan, lakukan esktrapolasi untuk menentukan nilai k pada
suhu penyimpanan normal :
Ln k
Ta
T1 T2 T3 (Commercial Storage
Temperature)
Daerah experiment - 1/T
accelerated
Tentukan Qs.
• Standard of identity, SNI, dll
• Sensory
• Claim
19
Metode ASLT: Model Arrhenius
Data
Ekstrapolasi
Laju kerusakamn
Kondisi penyimpanan
Accelerating Factors
20
Contoh Aplikasi Model Arrhenius
21
Tahapan Disain Percobaan
Tahap 1:
Identifikasi Karakteristik Produk Pangan
22
Tahap 2:
Identifikasi Faktor Mutu Kritis
Penentu Umur Simpan
• Tentukan atribut mutu apa yang berdasarkan
pengalaman sangat mempengaruhi
penolakan produk oleh konsumen.
• Apakah perubahan mutu dipengaruhi oleh
suhu???
• Bila belum diketahui secara pasti, bisa dipilih
beberapa atribut mutu yang ‘dicurigai’
berkontribusi pada penolakan produk.
Tahap 2:
Identifikasi Faktor Mutu Kritis
Penentu Umur Simpan
• Untuk klaim tertentu dari produknya, perlu dijadikan
faktor mutu kritis bila memang akan berkurang
kandungannya selama penyimpanan.
– Misal: Bila ada klaim kandungan kaya DHA/EPA, maka
atribut mutu ini perlu dimasukkan sebagai faktor mutu
kritis.
23
Tahap 3:
Tentukan Metode Analisis
• Metode analisis dapat secara obyektif (analisis kimia
atau fisik) atau secara subyektif (uji organoleptik).
Misal:
– Untuk analisis kerusakan lemak, dapat
berdasarkan uji bilangan TBA (analisis kimia) atau
uji sensori (uji tingkat ketengikan).
– Untuk derajat perubahan warna akibat reaksi
pencoklatan dapat menggunakan analisis secara
spektrofometrik atau dengan colourimeter atau
secara organoleptik.
Tahap 4:
Tetapkan Suhu Penyimpanan Percobaan
dan Waktu Pengamatan
• Pertimbangkan kondisi penyimpanan
produk yang umum dilakukan.
• Minimal 3 suhu percobaan yang lebih
tinggi dibanding suhu penyimpanan
normal.
24
Tahap 4:
Tetapkan Suhu Penyimpanan Percobaan
dan Waktu Pengamatan
Contoh suhu penyimpanan dan waktu pengamatan untuk
percobaan umur simpan beberapa produk pangan
Pengamatan
Jenis/Tipe Produk Suhu (°C)
(minggu)
Makanan kaleng, juice,
susu UHT, mie, produk 35, 45, 55 0, 7, 14, 21, 28, 35
gorengan, saus
Chilled Products 5, 10, 15, 20 0, 7, 14, 21, 28, 35
1, 2, 3, 4, 5, 8, 12,
Pangan beku -5, -10, -15
14, 16, 20
Tahap 5:
Percobaan dan Pengumpulan Data
• Jumlah contoh: mempertimbangkan variasi suhu
penyimpanan, frekuensi pengambilan contoh untuk
analisis, jenis analisis yang akan dilakukan, serta
ulangan. Contoh untuk analisis kimia/fisik harus berbeda
dari contoh untuk uji organoleptik.
25
Tahap 5:
Percobaan dan Pengumpulan Data
• Inkubator harus dapat diatur suhunya sesuai
dengan kebutuhan suhu percobaan. Diperlukan
minimal 3 buah inkubator yang dapat
menampung semua contoh yang mendapat
perlakuan suhu yang sama.
• Kontrol (pembanding): Disimpan pada suhu
penyimpanan normal.
• Contoh diambil secara periodik dan dilakukan
analisis sesuai dengan disain percobaan.
Contoh yang sudah diambil tidak boleh
digunakan untuk analisis berikutnya.
26
Tahap 5:
Percobaan dan Pengumpulan Data
27
Tahap 6:
Identifikasi Nilai Mutu Awal dan
Batas Kritisnya
• Nilai mutu awal untuk faktor mutu kritis dapat
diketahui dari penyimpanan hari ke-0. Gunakan
sampel yang baru diproduksi.
• Batas kritis mutu atau batas mutu akhir (Qs):
– Batas mutu dimana akan dilakukan keputusan
penolakan terhadap produk.
– Merupakan keputusan manajemen mengenai mutu
produk yang masih ditolerir di akhir masa penjajaan di
pasar.
– Perlu mempertimbangkan secara seksama aspek
teknis dan ekonomis.
Tahap 6:
Identifikasi Nilai Mutu Awal dan Batas
Kritisnya
• Untuk klaim kandungan tertentu dalam produk:
tentukan batas kritis berdasarkan persentase
penurunan kandungan yang dapat ditolerir.
– Misal: Bila kehilangan kandungan Vitamin C yang
ditolerir selama penyimpanan adalah 20%, maka batas
mutu kritisnya adalah 80% dari kandungan awalnya.
28
Tahap 7:
Perhitungan Karakteristik Kinetika
Penurunan Mutu
• Buat plot data hubungan antara nilai mutu (Qt) untuk
masing-masing suhu terhadap waktu pengamatan (t,
hari) menurut reaksi Orde 0 dan 1.
Ordo 0 Ordo 1
Q
Slope = - kT Slope = - kT
Ln Q
T3 T2 T1
t t
Tahap 7:
Perhitungan Karakteristik Kinetika
Penurunan Mutu
• Berdasarkan plot data tersebut, tentukan model
persamaan dari masing-masing orde reaksi 0 dan 1.
Orde 0 : Qt = Qo – kTt
Orde 1 : LnQt = LnQo – kTt
dimana:
Qo= nilai mutu awal penyimpanan
Qt = nilai mutu pada waktu penyimpanan t
kT = konstanta laju reaksi/penurunan mutu pada
suhu T
t = waktu penyimpanan (hari)
29
Tahap 7:
Perhitungan Karakteristik Kinetika
Penurunan Mutu
• Tentukan konstanta penurunan mutu (kT) untuk tiap suhu
percobaan dan nilai R2-nya. R2 menunjukkan kedekatan
persamaan dalam memprediksi nilai mutu pada waktu
penyimpanan tertentu.
• Tentukan orde reaksi yang paling cocok. Pilih model yang
secara umum memberikan R2 yang tinggi.
• Apabila baik model orde 0 dan orde 1 memiliki R2 yang tinggi,
bisa dipilih salah satu. Bila dipilih model Orde 0, hasil
perhitungan umur simpan akan lebih pendek dari model orde
1. Pertimbangkan keyakinan perusahaan terhadap produk
(misalnya lama produk terjual habis di pasaran).
Tahap 7:
Perhitungan Karakteristik Kinetika
Penurunan Mutu
• Plot nilai kT untuk masing-masing orde (atau setelah memilih
salah satu orde) terhadap suhu percobaan (misalnya T1, T2,
T3) menurut model persamaan Arrhenius:
kT = ko.exp(-Ea/RT)
dimana:
kT = konstanta laju reaksi/penurunan mutu
ko = konstanta (faktor frekuensi, tidak tgt suhu)
Ea = energi aktivasi
T = suhu mutlak (K): ToK= 273+ ToC
R = konstanta gas (8.314 J/mol.K)
30
Tahap 7:
Perhitungan Karakteristik Kinetika
Penurunan Mutu
• Model Arrhenius dibuat dalam bentuk persamaan logaritmik.
Plot hubungan antara LnkT (sumbu y) versus 1/T (sumbu x).
1/T
Tahap 8:
Perhitungan Umur Simpan pada
Suhu yang Diinginkan
• Umur simpan (ts) pada suhu penyimpanan tertentu
dihitung dengan:
Reaksi Ordo 0 : ts = (Qo-Qs)/kT
Reaksi Ordo 1 : ts = [ln(Qo/Qs)]/kT
• kT pada suhu penyimpanan tertentu dihitung
dengan menggunakan persamaan model Arrhenius
• Lakukan pendugaan umur simpan pada kondisi
distribusi dan penyimpanan yang aktual (secara
ekstrapolasi)
31
Tahap 8:
Perhitungan Umur Simpan pada
Suhu yang Diinginkan
• Plot hubungan antara hubungan umur simpan
(sumbu x) dengan suhu penyimpanan (sumbu y)
Tahap 9:
Evaluasi dan Rekomendasi
Umur Simpan
• Dengan persamaan matematika model umur
simpan, dapat ditentukan umur simpan pada
berbagai suhu.
• Keputusan manajemen yang akan menentukan
pada suhu berapa umur simpan produk akan
didefinisikan, apakah pada suhu penyimpanan
normal, suhu distribusi atau suhu di tingkat
konsumen.
• Dimungkinkan produsen mencantumkan umur
simpan pada beberapa suhu penyimpanan.
32
Tahap 10:
Verifikasi dan Monitoring
33
Studi Kasus 1:
Pendugaan Umur Simpan Teh Rasa Buah
Desain Percobaan
34
Penyiapan Sampel
• Sampel dikemas dalam kemasan tetrapack
(kemasan 250 ml).
• Semua sampel sudah dalam keadaan commercially
sterile, sehingga perubahan mutu selama
penyimpanan tidak disebabkan oleh faktor
mikrobiologis.
• Setiap kali pengamatan dilakukan 2x ulangan untuk
masing-masing kondisi penyimpanan
• Sampel hanya digunakan untuk sekali waktu
pengamatan, sehingga diperlukan sampel sbb:
– 3 (suhu) x 2 (ulangan) x 5 (waktu)= 30 kemasan
Skor Sensori
• Skor : 1 - 7
• Intensitas aroma fruity, intensitas rasa
asam/manis/pahit, dan off-flavor: (1) tidak
terdeteksi s/d kuat
• Kontrol:
– Aroma fruity: kuat (6)
– Rasa asam agak kuat (5)
– Rasa manis agak kuat (5)
– Rasa pahit lemah (3)
– Off-flavor tidak terdeteksi (1)
35
Batas Kritis
• Warna:
– L: 68
– a: 3.2
– b: 22
36
Input dan Pengolahan Data
37
Data H-0 Data H-0 Data H-0
38
Input
Input
Input
Input
39
Rumus-rumus yang digunakan
• Persamaan Ordo 0 : Nt = No – kt
• Persamaan Ordo 1 : ln(Nt) = ln(No) – kt
• Pers. Arrhenius : ln k = lnko –Ea/RT
N Ln N Ln K
Slope Slope Slope
=-k =-k = - Ea/R
t t 1/T
Ordo 0 Ordo 1 Arrhenius
40
Nt = No - kt Ln Nt = Ln No - kt ln k = lnAo –Ea/RT
41
Berdasarkan Data Kinetika Reaksi
42
Perhitungan Umur Simpan
Rekomendasi Teknis
43
Rekomendasi Teknis
• Berdasarkan parameter mutu organoleptik, umur
simpan pada suhu 25-32oC berkisar 4.5-6.4 bulan
(berdasarkan perubahan aroma fruity) dan 4.7-
7.5 bulan (berdasarkan perubahan intensitas rasa
manis).
• Umur simpan produk teh rasa buah yang dipilih
dapat berdasarkan pada salah satu parameter
mutu organoleptik tersebut (aroma fruity atau
intensitas rasa manis) dengan mempertimbang-
kan parameter mutu mana yang dianggap lebih
penting serta suhu penyimpanan produk.
Studi Kasus 2:
Pendugaan Umur Simpan Tepung Barley
44
Desain Percobaan
• Produk tepung barley yang dikemas di dalam kemasan
polybag
• Suhu penyimpanan sampel di-set pada suhu 37, 45 dan
55oC.
• Evaluasi mutu organoleptik (aroma dan warna), bilangan
TBA dan warna dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, 26, dan 33.
• Penilaian aroma dilakukan dengan meminta panelis untuk
mencium aroma dan mengenali adanya off flavor (bau tidak
enak) dan aroma tengik yang dibandingkan dengan kontrol.
Sedangkan penilaian warna dilakukan dengan
membandingkan warna tepung dengan kontrol. Penilaian
dilakukan 6 orang panelis terlatih.
Analisis Fisikokimia
• Warna
– Pengukuran warna meliputi nilai L, a dan b
dengan menggunakan alat Kromameter.
– Batas kritis warna:
• Bilangan TBA
– Analisis bilangan TBA digunakan untuk
menentukan derajat oksidasi lemak.
– Batas kritis
45
Skor Sensori
Aroma: 7 = Normal/sama dengan kontrol
6 = Normal, diduga ada off flavor tetapi belum tercium
5 = Normal, off flavor mulai tercium tetapi sangat lemah
4 = Off flavor tercium lemah
3 = Off flavor tercium jelas
2 = Off flavor tercium kuat, tengik
1 = Off flavor tercium sangat kuat, sangat tengik
46
47
Uji Umur Simpan Yang Dipercepat
(Accelerated Shelf Life Test)
Berdasarkan Model Isoterm Sorpsi Air
48
Interaksi antara bahan pangan,
pengemas dan lingkungannya
selama penyimpanan
Produk-produk “kering”:
- sensitif terhadap perubahan kadar air
- mempunyai karakteristik k.a. kritis :
k.a. produk (maksimum) dimana mutu
produk masih diterima.
Contoh :
Biskuit (kadar air 2% pd RH 10%) pada kondisi RH
penyimpanan tertentu :
49
Penentuan Kadar Air Kritis
• Melakukan percobaan
penentuan Isoterm
Sorpsi Air (ISA)
• ISA: kurva hubungan
antara RH udara
penyimpanan dan kadar
air kese-timbangan yang
diperoleh jika produk
selama penyimpanan
50
Percobaan penentuan ISA dengan cara
penyimpanan produk pada berbagai kondisi RH
penyimpanan yang berbeda-beda.
51
Perubahan mutu (secara subjektif maupun secara
objektif) dikaitkan dengan perubahan kadar air
produk
A
Kadar air (%)
C
B
ka kritis
a b c
Waktu pengamatan (hari)
52
Metoda Akselerasi Kondisi Penyimpanan
(Performance Method)
A
Kadar air (%)
ka kritis
a b c
Waktu pengamatan (hari)
Lakukan ekstra/intrapolasi untuk kondisi standar, yaitu
90-92% RH pada 38oC
60-65% RH pada 27oC
53
Persamaan Labuza
Ln( M e M o ) /( M e M c )
t
k A P
* ( )( o )
x Ws b
t= Waktu untuk mencapai kadar air kritis atau umur simpan (hari)
Me = Kadar air kesetimbangan pada suhu dan RH penyimpanan
(gH2O/g solid)
Mo = Kadar air awal produk di awal penyimpanan (gH2O/g solid)
Mc = Kadar air kritis pada suhu tertentu (gH2O/g solid)
k/x = WVTR/Po = Permeabilitas kemasan (g/m2/hari/mmHg). WVTR
adalah water vapor transmission rate (g/m2/hari) pada suhu dan
RH tertentu.
A = Luas kemasan yang dihitung berdasarkan dimensi kemasan
yang digunakan (m2)
W s = Berat solid produk awal (g)
Po = Tekanan uap air murni (mmHg)
b= Slope kurva sorpsi isotermis
Tahap 1:
Identifikasi Karakteristik Produk Pangan
54
Contoh Kasus : karakteristik rusak
35
30
25
BISKUIT 20
15
10
0
Tekstur Ras a Aroma Warna
Tahap 2
Penentuan Metode Analisis Kadar Air
55
Tahap 3:
Penetapan Kadar Air Awal (Mo) dan Berat
Solid Produk Awal (Ws)
• Kadar air awal dari produk harus ditentu-
kan dari produk yang baru diproses (freshly
processed products).
• Pengukuran kadar air awal dilakukan mini-
mal 10 kali dan dihitung nilai rata-ratanya.
• Tentukan berat solid (Ws), yaitu berat solid
produk awal untuk setiap kemasan setelah
dikoreksi dengan kadar air awal.
56
Tahap 4:
Penetapan Kadar Air Kritis (Mc)
7
y = -52,395x + 10,268
Contoh
6
R2 = 0,9499
Skor rating kekenyalan
2
Kasus
1
0
0,0000 0,0500 0,1000 0,1500 0,2000
k adar air (g H2O/g padatan)
8.00
7.00
y = -0.7112x + 7.8894
6.00
R2 = 0.9757
skor kesukaan
5.00
Biskuit A
4.00 Biskuit B
3.00 Linear (Biskuit A)
y = -0.8438x + 8.4057 Linear (Biskuit B)
2.00
R2 = 0.9604
1.00
0.00
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00
57
Tahap 5:
Percobaan Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Air
dan Slope Kurva (b)
• Buat larutan garam jenuh yang memberikan nilai
RH 10-96%, lalu masukkan ke dalam chamber.
Tahap 5:
Percobaan Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Air
dan Slope Kurva (b)
• Perlu data kadar air pada berbagai tingkat
RH/aw (0,10 – 0,80)
• Cara yang dapat digunakan:
1. Larutan Garam Jenuh
58
Tahap 5:
Percobaan Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Air
dan Slope Kurva (b)
• Masukkan sejumlah contoh yang diketahui
beratnya (tanpa kemasan) ke dalam chamber,
kemudian chamber ditutup rapat. Chamber
disimpan ke dalam inkubator yang diatur
suhunya (misalnya 30oC).
• Catat setiap peningkatan berat secara periodik
sehingga diperoleh berat konstan. Contoh
dinyatakan telah mencapai berat konstan
apabila perubahan berat tidak lebih dari ± 2%.
59
Tahap 5:
Percobaan Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Air
dan Slope Kurva (b)
Grafik kenaikan kadar air menuju ke kadar air
kesetimbangan selama penyimpanan pada
berbagai kondisi RH
Tahap 5:
Percobaan Penentuan Kurva Sorpsi Isotermis Air
dan Slope Kurva (b)
• Setelah mencapai berat konstan, lakukan analisis kadar
air. Kadar air yang diperoleh adalah kadar air kesetim-
bangan pada RH tertentu. Apabila kadar air awal dan
berat contoh awal diketahui, kadar air kesetimbangan
dapat juga dihitung berdasarkan pertambahan berat
selama penyimpanan.
• Buat plot hubungan antara RH (sumbu x) dan kadar air
kesetimbangan (sumbu y). Untuk menghitung slope (b)
dari kurva, kurva diasumsikan linier.
• Slope kurva linier ini dapat ditentukan dari selang RH
yang terbatas, yaitu slope kurva yang melewati kadar air
awal, kadar air kritis sampai kadar air kesetimbangan
pada RH penyimpanan.
60
Tahap 5:
Contoh Data Hasil Percobaan Penentuan Kurva
Sorpsi Isotermis Air
0,3240 0,0490
0,5600 0,0774
0,7510 0,1239
0,8360 0,2089
Tahap 5:
Contoh Penentuan Slope Kurva Sorpsi Isotermis
Air (b) pada Biskuit
61
Tahap 6
Penetapan Kadar Air Kesetimbangan (Me)
0,3240 0,0490
0,5600 0,0774
0,7510 0,1239
0,8360 0,2089
62
Tahap 7
Penentuan Permeabilitas Kemasan dan
Luas Kemasan
• Permeabilitas uap air dari kemasan (g/m2/jam/mmHg)
perlu diketahui. Semakin besar permeabilitas
kemasan, semakin mudah migrasi uap air ke dalam
kemasan. Bila diketahui Water vapor Transmission
Rate (WVTR, g/m2/jam) yang nilainya ditentukan pada
tekanan air murni (Po) tertentu.
• Apabila yang diketahui adalah nilai WVTR, permea-
bilitas uap air kemasan dihitung dengan membagi nilai
WVTR dengan tekanan air murni (Po) dimana WVTR
ditetapkan.
• Luas kemasan primer yang digunakan perlu diketahui.
Luas kemasan yang dihitung adalah luasan dari kedua
sisinya. Nyatakan luas kemasan dalam satuan m2.
k/x = WVTR/Po
63
Percobaan Penentuan Permeabilitas
Kemasan dan Luas Kemasan
• Permatran-W 3/31
• Kondisi pengukuran permeansi yang
digunakan adalah suhu 37,8oC, kelembaban
100%
64
Tahap 8
Perhitungan Umur Simpan
Persamaan Labuza
Ln( M e M o ) /( M e M c )
t
k A P
* ( )( o )
x Ws b
t= Waktu untuk mencapai kadar air kritis atau umur simpan (hari)
Me = Kadar air kesetimbangan pada suhu dan RH penyimpanan
(gH2O/g solid)
Mo = Kadar air awal produk di awal penyimpanan (gH2O/g solid)
Mc = Kadar air kritis pada suhu tertentu (gH2O/g solid)
k/x = WVTR/Po = Permeabilitas kemasan (g/m2/hari/mmHg). WVTR
adalah water vapor transmission rate (g/m2/hari) pada suhu dan
RH tertentu.
A = Luas kemasan yang dihitung berdasarkan dimensi kemasan
yang digunakan (m2)
W s = Berat solid produk awal (g)
Po = Tekanan uap air murni (mmHg)
b= Slope kurva sorpsi isotermis
65
Perhitungan umur simpan berdasarkan pendekatan kurva sorpsi isotermis
(Me- ln (Me-Mo)/(Me-
Parameter RH 75% RH 80% Mo)/(Me-Mc) Mc)
Kadar air awal (g H2O/ g solid) 0,0183 0,0183 75% 1,6940 0,5271
Kadar air kritis (g H2O/ g solid) 0,0641 0,0641 80% 1,4966 0,4032
Slope kurva sorpsi isothermis 0,1550 0,1790
Kadar air kesetimbangan (g
H2O/ g padatan) 0,1300 0,1562
Permeabilitas kemasan
(g/m2.hari.mmHg 0,0136 0,0136
Luas kemasan (m2) 0,0588 0,0588
Berat solid per kemasan (g
padatan) 216,0017 216,0017
Tekanan uap jenuh suhu 30 oC
(mmHg) 31,8240 31,8240
Umur simpan (hari) 694 613
Umur simpan (bulan) 23,1 20,4
Jenis
Ln (Me-Mi)/Me-M) (k/x)*(A/Ws)*(Po/Slope)
Kemasan
KEMASAN A 0.467637774 0.001764705
KEMASAN B 0.467637774 0.003935756
KEMASAN C 0.467637774 0.005482195
Umur Simpan
Jenis Kemasan
Produk (Bulan)
KEMASAN A 8.83
KEMASAN B 3.96
KEMASAN C 2.84
66
Umur Simpan Produk pada Suhu Lain
• Jika ternyata suhu distribusi tidak 28oC
tetapi 21.2 C, maka perlu dilakukan
ekstrapolasi menggunakan faktor rasio
tekanan uap air pada 28 : tekanan uap air
pada 21.2 atau = 28.35/18.88 = 1.5 atau
umur simpan yang diperoleh dikalikan 1.5.
(Cek dengan memasukkan suhu 21.2 dan
RH 70 % pada program excel yang
disediakan)
67
• Untuk kasus makanan kering, kondisi RH penyim-
panan biasanya 50% dan suhu 21.2oC, maka jika
dilakukan percobaan dengan RH 90% dan
diperoleh data sebagai berikut : mo = 1 dan Mc = 4,
dan pada RH 50% Me = 6 dan RH 90%, Me = 20 ,
maka :
– Pada RH 50%, ln (Me-Mo)/(Me-Mc) = 0.92
– Pada RH 90%, ln (Me-Mo)/(Me-Mc) = 0.17,
68
Metode Kadar Kritis yang Dimodifikasi
(Metode 2)
• Untuk produk pangan yang memiliki kelarutan
yang tinggi, seperti produk yang mengandung
sukrosa yang tinggi (misalnya permen), akan
sulit tercapai kondisi kadar air kesetimbangan
dan kurva sorpsi isotermis tidak dapat diasumsi-
kan linear, karena pada RH tertentu kadar
airnya akan terus meningkat (tidak mencapai
kondisi kesetimbangan).
• Persamaan Labuza tidak bisa diterapkan,
karena tidak dapat diperoleh nilai kadar air
kesetim-bangan (Me) dan slope kurva linear
sorpsi isotermis (b).
69
Metode Kadar Kritis yang
Dimodifikasi (Metode 2)
• Adanya perbedaan tekanan udara luar (Pout) dan
tekanan udara (Pin) di dalam kemasan akan
menyebabkan mobilisasi air.
– Bila Pout > Pin, uap air akan berpindah dari luar ke
dalam kemasan (produk lambat laun akan meningkat
kadar airnya).
– Bila Pout < Pin, uap air akan berpindah dari dalam
kemasan ke udara (produk menjadi lebih kering).
• Bila mobilisasi air telah mencapai batas kadar
air kritis, maka produk dinyatakan telah
mencapai batas umur simpannya.
70
Penentuan Perbedaan Tekanan di Luar dan
Dalam kemasan (P)
71
Model persamaan matematika yang digunakan adalah sebagai berikut:
( M c M o )Ws
t
k
* ( A) * P
x
dimana: t = Waktu untuk mencapai kadar air kritis atau umur simpan (hari)
Mo = Kadar air awal produk di awal penyimpanan (%)
Mc = Kadar air kritis pada suhu tertentu (%)
Mc-Mo = selisih antara kadar air kritis dengan kadar air awal (%)
k/x = WVTR/Po = Permeabilitas kemasan (g/m2/hari/mmHg). WVTR adalah
water vapor transmission rate (g/m2/hari) pada suhu dan RH tertentu.
A= Luas kemasan yang dihitung berdasarkan dimensi kemasan yang
digunakan (m2)
Ws = Berat solid produk awal (g)
P = selisih antara tekanan udara di luar dimana produk disimpan (ling-
kungan) atau Pout dan tekanan udara di dalam kemasan atau Pin
(mmHg)
DESAIN PERCOBAAN
• Dekrispsi produk
– Produk keras (hard candy) yang dikemas
dalam 2 jenis kemasan primer yang memiliki
permeabilitas uap air yang berbeda. Kemasan
pertama memiliki WVTR 11.3 g/m2/24 jam
dan kemasan kedua memiliki nilai WVTR 11.3
g/m2/24 jam (diukur pada 28oC dan RH 90%).
Diketahui dimensi kemasan adalah 2.5 x 3.5
cm2
72
DESAIN PERCOBAAN
• Uji organoleptik
– Parameter organoleptik yang diuji adalah: (1) contact clarity; (2)
wrapper sticking; (c) deformity; (d) surface appearance
(dullness); (e) colour; (f) hand stickiness; (g) grain (depth; (h)
total flavour intensity; (i) flavour change (off notes); (j) mouthfeel
roughness; dan (k) tooth stickiness. Skala skor sensori adalah 1
(kondisi terbaik) dan 5 (kondisi terburuk).
– Untuk menentukan kadar air kritis, penilaian yang digunakan
adalah pada saat salah satu dari parameter organoleptik
tersebut di atas (terutama contact clarity, wrapper sticking,
deformity, dan surface appearance) sudah mendapat skor >3.0.
Uji organoleptik dilakukan oleh 7 orang panelis terlatih.
• Analisis Kadar air (Metode Karl Fischer)
– Analisis kadar air dilakukan pada saat awal penyimpanan dan
kadar air kritis dihitung berdasarkan pertambahan berat setelah
penyimpanan hingga kondisi kritis (pada saat permen mulai
ditolak) tercapai.
73
Penentuan Umur Simpan Permen Pada
Berbagai RH dan Suhu Penyimpanan
74
Perbedaan tekanan luar dan dalam kemasan hard candy
No Kode sampel Nilai aw suhu
1 a1 0,364 28,63
2 a2 0,359 28,63
3 a3 0,365 28,62
4 a4 0,385 28,58
5 a5 0,38 28,58
Rata2 0,371
RH ruangan 75% 80% 85%
Po pada suhu 30.00 31,8240 31,8240 31,8240
P in: Po * aw 11,7940 11,7940 11,7940
P out: Po * RH 23,868 25,4592 27,0504
∆P 12,0740256 13,6652256 15,2564256
75
Rekomendasi Teknis Dalam
Penentuan Umur Simpan
• Permen memiliki pola sorpsi isotermis yang khas, dimana
kondisi kadar kesetim-bangan terjadi pada selang RH yang
terbatas, yaitu RH <68%. Pada RH yang lebih tinggi, permen
tidak dapat mencapai kondisi kadar air kesetimbangan. Hal
ini disebabkan oleh kelarutan sukrosa yang tinggi di dalam
air yang menyebabkan kondisi kadar air kesetimbangan ini
tidak tercapai.
• Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan persamaan
Labuza yang dimodifikasi, maka diperkirakan permen yang
dikemas dalam kemasan A yang disimpan pada suhu 30oC
pada RH 75% memiliki umur simpan sekitar 1.21 tahun.
Sedangkan untuk permen yang dikemas dalam kemasan B
memiliki umur simpan yang lebih lama (sekitar 8 tahun).
76
Rekomendasi Teknis Dalam
Penentuan Umur Simpan
• Penggunaan model kadar air kritis yang
dimodifikasi memberikan hasil perkiraan umur
yang dapat digunakan untuk menentukan
keputusan berapa lama pihak perusahaan akan
memberikan jaminan bahwa produknya sampai
pada konsumen dengan mutu yang baik. Dalam
hal ini, umur simpan hanya didasarkan oleh
kerusakan akibat peningkatan kadar air selama
penyimpanan (tidak mempertimbangkan faktor
kerusakan mutu yang lain).
77
Metode Waktu Paruh
log {(Me-Mo)/(Me-M)} = Kt
78
Metoda Waktu Paruh :
Untuk mendapatkan grafik tersebut :
• Percobaan dilakukan pada RH tinggi (90) dan
Suhu tinggi (38 C).
• Nilai Mi dan Me dapat diperoleh dari percobaan
tersebut.
• Nilai M diperoleh dengan rumus :
– M = ((Wt – Wt=0)/Ws x 100%) + Mi
– Ws = (Wi-Wp) (%bahan kering/100)
– % bahan kering = (1 - (Mi/(1+Mi))) x 100
• Wt = berat bahan pada waktu tertentu (g)
• Wt=0 = berat bahan pada waktu t=0 (g)
• Ws = berat kering bahan (g bk)
• Wi = berat awal bahan yang dikemas
• Wp = berat kemasan plastik (g)
79
Metoda Waktu Paruh :
Pendugaan waktu paruh pada kondisi penyimpanan normal
dapat diduga dengan :
T1/2,2 = T1/2,1 (P1/P2)k ; dimana
80
Metode Waktu Paruh :
log {(Me-Mo)/(Me-M)} = Kt
log {(Me-Mo)/(Me-M)} = Kt
81
Metoda Waktu Paruh :
log {(Me-Mo)/(Me-M)} = Kt
(Me-Mo)/(Me-M) = 2
Log 2 = KT1/2
K = (log 2)/T1/2
Kemiringan = - (log 2)/T1/2
Log (Me-M)
P1
= tekanan uap air jenuh pada suhu T1
(mis : 50 mmHg pada 38oC)
P2 = tekanan uap air jenuh pada suhu T2
(mis : 31 mmHg pada 27oC)
T1/2,1; T1/2,2 = waktu paruh pada kondisi 1 dan 2
k = konstanta, tgt pada jenis kemasan
kLDPE = 1,0
kHDPE = 1,0
ksaran = 1,6
kselopan = 1,0 - 1,9
82
UPAYA MEMPERPANJANG
UMUR/MASA SIMPAN
Q0-1
Qualitas (mutu)
Batas Mutu
1 Waktu
penyimpanan
0 2 4 6 8 10
(bulan)
Masa Kadaluarsa-1
83
Memperpanjang Masa kadaluarsa??
1. Meningkatkan Mutu Awal Produk
Q0-2
Q0-1
Qualitas (mutu)
Batas Mutu
2
1 Waktu
penyimpanan
0 2 4 6 8 10
(bulan)
Masa Kadaluarsa-2
Q0-1
Qualitas (mutu)
3
Batas Mutu
1 Waktu
penyimpanan
0 2 4 6 8 10
(bulan)
Masa Kadaluarsa-3
84
85