Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER

MATA KULIAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA

JUDUL PAPER :
MENGKAJI UJI KUALITAS SUSU DENGAN
ETHANOL DAN METHYLENE BLUE

OLEH :
DESY SONYA PUTRI (40040119650028)
MUHAMMAD IQBAL SETYA W (40040119650074)
SALSABILA (40040119650096)

PROGRAM STUDI STr. TEKNOLOGI REKAYASA


KIMIA INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS
DIPONEGORO 2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terlaksananya penulisan paper “Mengkaji Kualitas Susu dengan Etanol dan
Methylene Blue” ini hingga bisa tersusun dengan baik. Meskipun kami
menyadari masih banyak kesalahan didalamnya. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada kakak Rizka Dian selaku asisten laboratorium dan yang
telah memberikan tugas ini.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari
beberapa jurnal internasion dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang uji kualitas susu menggunakan ethanol dan methylene blue.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga tugas paper ini dapat
bermanfaat untuk banyak orang. Kami yakin bahwa tugas paper kami ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik dan saran agar, untuk
menjadikan paper ini lebih baik ke depannya.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susu merupakan produk hewani yang umum dikonsumsi oleh manusia


mulai dari anak-anak hingga dewasa karena kandungan nutrisinya yang
lengkap. Menurut Codex (1999), susu adalah cairan hasil perahan hewan
mamalia tanpa penambahan bahan tambahan lainnya. Di pasaran, beredar
berbagai macam susu yang dihasilkan oleh berbagai hewan, seperti susu sapi,
susu kuda liar, dan susu kambing. Saat ini, permintaan masyarakat terhadap
susu kambing sekarang ini semakin meningkat karena beberapa hal. Pertama,
susu kambing sering digunakan sebagai produk alternatif oleh konsumen yang
alergi terhadap susu sapi. Hal ini disebabkan oleh kandungan kasein αs-1 yang
terkandung pada susu sapi mengakibatkan alergi. Kandungan kasein αs-1 pada
susu kambing lebih rendah daripada susu sapi. Susu kambing mengandung 5%
kasein αs-1 dan sedangkan susu sapi mengandung 38% kasein αs-1
(Sumarmono, 2012) sehingga susu kambing tidak menimbulkan alergi susu
pada konsumen (Jenness, 1980 dalam Jandal, 1996). Kedua, pasar untuk susu
kambing semakin meluas seiring dengan kebutuhan konsumen terhadap pilihan
makanan yang segar dan alami (Reed and Grivetti, 2000 dalam Matak, et al.,
2007).

Sebelum adanya uji kualitas susu, perlu ada tahapan yang harus
dilakukan terlebih dahulu yaitu pasteurisasi dan sterilisasi. Pasteurisasi
merupakan suatu proses pemanasan pad suhu dibawah 100ºC dalam jangka
waktu tertentu sehingga dapat mematikan sebagian mikroba susu dengan
meminimalisasi kerusakan protein. Proses pasteurisasi yang dilnajutkan dengan
pendinginan langsung akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tahan
terhadao suhu pasteurisasi dan akan merusak system enzimatis yang
dihasilkannya ( misal enzim phosphatase, lipase,dll) sehingga dapat
mengurangi kerusakan zat gizi serta memperbaiki daya simpan susu segar
(Fakhrul Ulum, 2009). Pasteurisasi dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu
metode batch dan metode continue. Maetode batch digunakan untuk
pasteurisasi skala kecil, tipe pasteurisasi yang digunakan pada metode batch
adalah tipe pasteurisasi LTLT (Low Temperature Long Time). Metode continue
digunakan untuk pasteurisasi skala menengah sampai besar. Tipe pasteurisasi
yang digunakan adalah tipe HTST (High Temperature Short Time), HHST
(Higher Heat Short Time), dan UHT (Ultra High Temperature), untuk waktu
dan temperature proses dapat dilihat pada tabel.
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme
sampai ke spora – sporanya yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini
dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai temperature 121oC ,
selama waktu 15 menit. Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi
adalah Autoclave.

Uji reduktase metilen biru. Daya reductase metlen biru mempunyai


hubungan yang erat dengan jumlah bakteri, karena daya reductase disebabkan
oleh aktivitas enzim – enzim yang ada dalam susu. Enzim yang menyebabkan
reduktase oksidoreduktase yang dihasilkan oleh bakteri dalam susu yang
mengkonsumsi oksigen sehingga terjadi perubahan warna. Perubahan warna
metilen biru tergantung atas kemampuan tumbuh bakteri dalam menggunakan
oksigen yang terlarut. Semakin cepat susu berubah dari warna biru menjadi
putih maka artinya semakin banyak juga bakteri yang terdapat dalam susu.
Mekanisme dalam reduksi Karena tidak ada oksigen dalam molekul
metilen biru, maka Pengurangan pewarna ini melibatkan pemindahan
hydrogen. Sumber dari hydrogen ini masih belum jelas. Sepertinnya begitu
banyak senyawa bertindak sebagai donor hydrogen, akan tetapi tes metilen biru
menjadi turun popularitasnya dikarenakan rendahnya korelasi dengan bacterial
prosedur lainnya.
Adapun tes susu dengan menggunakan alkohol, metode ini digunakan
untuk mengukur koagulabilitas susu. Pada susu murni partikel kasein terikat
dengan garam Ca dan Mg dalam keadaan stabil. Pertikel diselubungi oleh
mantel air (micelle casein phosphate) dalam bentuk koloidal. Bila ikatan kasein
garam Ca dan Mg kuat alkohol belum mampu untuk mendehidrasi mantel air
sehingga tidak terjadi perubahan yaitu hasil negatif. Namun bila susu asam,
titik isoelektrik yang tercapai mempengaruhi kestabilan micelle sehingga
garam- garam Ca dan Mg lepas dari ikatan dan masuk kelarutan, pelepasan
garam-garam menyebabkan pengikatan air berkurang sehingga alkohol
mendehidrasi mantel
air dan terjadi presipitasi kasein, hasilnya positif (+) (Diggins, 1994). Metode
kerja uji susu adalah sebagai berikut. Diambil contoh susu sebanyak 3 ml,
kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambah kedalam tabung
reaksi alkohol 70% sebanyak sama dengan contoh susu dan dituangkan melalui
dinding tabung reaksi. Tabung reaksi digoyang-goyangkan secara perlahan-
lahan kemudian diamati ada atau tidaknya kepecahan atau penggumpalan susu.
Banyak metode lain dalam pengujian susu seperti uji kebersihan,
warna,bau dan rasa, uji titrasi keasaman, uji berat jenis, uji kadar lemak.
Metode ini semua ada agar susu yang akan diminum sesuai dengan peraturan
yaitu sebagai berikut : tidak ada perubahan warna, bau, rasa dan kekentalan,
lemak sekurang – kurangnya 2,8%; protein sekurang – kurangnya 2,7%; angka
reductase 2 – 5 jam, jumlah kuman/ml setinggi – tingginya 3 juta.
II. PEMBAHASAN
Menurut jurnal “Microbiological quality of raw milk and effect on quality by
implementing good management practices” dengan adanya menejemen yang baik pada tempat
penyimpanan akan meningkatkan kualitas dari susu mentah. Metodologi yang digunakan sebagai
berikut :
1. Mengambil sample
Sampel susu mentah diambil dari ambing sapi perah dan pusat pendinginan di distrik
Kurunegala. Sebanyak 176 sampel susu dikumpulkan, 33 susu dari Badalgama, 35
susu dari Kuliyapitiya, 30 sampel dari Elabodagama, 38 sampel dari Dambadeniya
dan 40 sampel dari Minuwangoda. Semua sampel disimpan dalam lemari sedan
diangkut kedalam laboratorium dalam kondisi dingin, susu mentah ini akan di proses
untuk ananlisis mikrobiologi. Sampel susu di analisis dengan standard plate count
dan uji reduksi metilen biru.
2. Standart Plate Count
Untuk melakukan analisis kuantitas mikroba Hitungan Plat Standar (ISO 4833-2:
2013) dipraktikkan. Dua ulangan masing-masing sampel diuji.
3. Tes metilen biru
Tes MBRT dilakukan sesuai dengan metode yang dijelaskan olehAtherton et al 4. Dua
replikasi untuk masing-masing sampel dilakukan dengan cara yang sama dan hasilnya
dikumpulkan untuk membangun korelasi dari ayat-ayat SPC MBRT. Penelitian lebih
lanjut dilakukan sesuai dengan hasil jumlah bakteri yang diperoleh dari sampel susu.
4. Tes antibiotic dan hydrogen peroksida dalam sampel susu
Adanya antibiotic dan H2O2 di tes menggunakan Delvor tes dan Quantofix strip
5. Statistic analis
Berarti nilai log SPC sebelum dan sesudah mempraktikkan praktik manajemen yang
baik yang diberikan oleh Makanan dan Organisasi dibandingkan dengan uji-t
berpasangan dan beberapa perbandingan nilai log SPC dari pusat pendinginan
dibandingkan satu sama lain menggunakan tukey HSD. Pada setiap kunjungan,
manajemen pertanian dan umum kebersihan dievaluasi menggunakan kuesioner
dengan penekanan pada prosedur memerah susu, pembersihan wadah dan bahan-
bahan yang digunakan.

Hasil yang didapatkan setelah percobaan ini adalah


Nilai logSPC sebelum dan sesudah diterapkannya praktik manajemen yang baik
di pusat pendinginan bisa diliat dalam Table 1. Nilai rata – rata SPC dalam penelitian ini
membuktikan bahwa dengan menerapkan system manajemen yang baik sangat
mempengearuhi kadar hitungan susu mentah.
Nilai SPC dalam lima pusat pendingin tidak berbeda nyata (p> 0,05). Namun,
mikroba beban sebelum dan sesudah perawatan di lima pusat pendingin berbeda secara
signifikan (p <0,05). Ada perawatan pengaruh penerapan praktik manajemen yang baik
dalam mengurangi jumlah plat total.
Hasil yang diperoleh dari pengujian untuk hidrogen peroksida dan residu
antibiotik menunjukkan, semua sampel bebas dari Hidrogen peroksida dan antibiotik.
Sebagai berikut :

Selain itu, penelitian kami memperoleh korelasi yang kuat antara waktu
pengurangan pewarna metilen biru dan warna log10 unit pembentuk dengan nilai r2
0,91 sesuai dengan korelasi yang sama dengan nilai r2 0,99 yang ditetapkan oleh
Prashanth6, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

Pada jurnal “Detection of Kids milk Quality using MethyleneBlue Reduction test”
juga melakukan tes metilen biru tapi perbedaan dari jurnal diatas adalah pada jurnal ini
yang digunakan sebagai sampel adalah susu yang sudah ada di toko bukan
menggunakan susu mentah. Hasil yang didapatkan adalah :
1. Tidak ditemukannya bakteri dalam susu anak – anak
2. Aman untuk meminum semua susu anak – anak yang disimpan di
suhu dan tempat yang tepat
Dari berbagai sampel susu yang diambil di toko dari mulai yang berasa
ataupunyang biasa semuanya menunjukkan tidak adanya perubahan warna setelah
ditambahkan metilen biru, ini berarti di dalam susu tersebut tidak adanya bakteri atau
jikapun ada kuantitas nya sangat sedikit.

Pada jurnal “Application of methylene blue dye reduction test (MBRT) to


determine growth and death rates of microorganisms” adalah jurnal yang berisi tentang
pengaplikasian MBRT untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan kematian bakteri.
Bahan –bahan yang dibutuhkan sebagai berikut :
1. Mikroorganisme
E. coli K12 (MTCC 1302) dan E. coli 113-3D digunakan di pada
percobaan ini. E. coli K12 digunakan untuk uji penghambatan
sedangkan E. coli 113-3D digunakan untuk uji penunjukkan.
2. Bahan Kimia
LB (Hi-media, Mumbai, India) digunakan selama percobaan
untuk menumbuhkan organisme. LA (Hi-media, Mumbai, India)
digunakan untuk pemeliharaan organisme. Methylene blue dye
diperoleh dari E. Merck, India. Kanamycin dan vitamin B12 (Hi-
media, Mumbai, India) adalah digunakan untuk semua percobaan
dalam tes antibiotik dan pameran masing-masing.

Tes antibiotik dan pameran dilakukan untuk mengevaluasi Konsentrasi Hambat


Minimum (MIC) dan Konsentrasi Aktivasi Minimum (MAC), masing-masing. Biasanya
digunakan agar piring atau metode zona antibiotic untuk menentukan nilai MIC.
Metode- metode ini memiliki avariabilitas tinggi dan menghabiskan banyak waktu. Di
sini MBRT secara efektif digunakan untuk menentukan nilai MIC atau MAC. Metode
yang disajikan di sini tidak hanya disebutkan jumlah konsentrasi penghambatan atau
aktivasi tetapi juga sensitivitas (dalam hal Koefisien Hill) dari efek antibiotik atau
vitamin B12 pada suatu organisme.

Pada jurnal “Effect of Pesticides on the Methylene Blue Reduction Test in Milk”
Jurnal ini menjelaskan tentang efek pestisida pada MBRT pada susu. Bahan dan cara
yang digunakan sebagai berikut :
Susu dan pestisida dalam penelitian. Pestisida dilarutkan dalam air suling atau
dalam etanol (jika pestisida tidak larut dalam air) untuk mendapatkanlarutan stok .2 g /
10 (hnl. Dari stoksolusi konsentrasi pestisida 0, 0,05,0,5, 1,0, dan 5,0 / zg / ml susu
dibuat. Volume akhir susu dalam setiap kasus adalah 10,0ml. Uji reduksi biru metilen
dilakukan sesuai dengan prosedur standar. Pengurangan warna dicatat setiap 10 menit.
Menghitung bakteri hadir dalam susu dengan dan tanpa pestisida yang diturunkan
(dimetilan) atau ditingkatkan (TMTD, sevin, 1-naphthol, tengah-tengah) dilakukan
dengan menuangkan piring metode.
Phosphamidon, DDVP, dimetilan, 1-naphthol, pyramat, NaDDC, baygon, isolan, dan
midithion tidak mempengaruhi pengurangan waktu. Sevin dan pyrolan meningkatkan
waktu reduksi tetapi tidak secara signifikan (Tabel 1). Thiram meningkatkan reduksi
waktu sekitar 11 jam (P <.05). Sebagiandan susu yang sudah dipasteurisasi penuh,
waktu
reduksi tidak terpengaruh oleh pestisida. Thiram bahkan pada 0,5 / xg / ml peningkatan
reduksi secara signifikan waktu. Ada kemungkinan bahwa di hadapan ini pestisida, susu
berkualitas rendah mungkin disertifikasi berkualitas baik dengan uji reduksi,
Thiram tidak mempengaruhi warna pewarna.
Karena nomor bakteri penting dalam tes reduksi pewarna, kami mempelajari efek
1-naphthol, sevin, dimetilan, TMTD, dan di tengah-tengah populasi bakteri susu.
Pestisida ini mengurangi pertumbuhan bakteri (Tabel 2), tetapi penurunan ini tidak dapat
dikorelasikan dengan pengurangan waktu karena persen penurunan populasi bakteri itu
lebih besar di hadapan 1-naphthol dan sevin dibandingkan dengan TMTD, yang secara
signifikan meningkatkan waktu pengurangan.

Pada jurnal “MONITORING OF MARKET MILK FOR


NORMAL COMPONENTS, CHEMICAL ADULTERANTS AND
HYGIENIC STATUS” didalamnya
terdapat tes kualitas susu menggunakan alcohol. Uji kualitas susu ini menguji koagulasi,
tes ini didasarkan stabilitas protein susu yang buruk di hadapan alkohol ketika tingkat
asam laktat atau asam lainnya tinggi atau jumlah rennet meningkat. Peningkatan kadar
albumin susu seperti dalam kolostrum atau peningkatan konsentrasi garam seperti pada
susu mastitik mungkin gagal memenuhi syarat tes. Prosedur yang dilakukan yaitu :
1. Ambil 2 ml sampel susu lalu masukkan kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2ml ethanol 86%
3. Inkubasi selama 5 menit pada suhu 25-37ºC
Hasil yang didapat adalah koagulasi, pembekuan atau pengendapan sampel susu bahkan
hingga benjolan kecil di tabung reaksi menunjukkan kegagalan sampel untuk memenuhi
syarat pengujian.,
III. PENUTUP

Paper ini telah mencoba untuk meringkas beberapa pengetauan terkini dalam uji
kualitas susu. Kami telah merangkum kurang lebih 5 jurnal internasional tentang uji
kualitas susu, lebih tepatnya pada uji metilen biru dan uji alcohol. Hal yang dapat
pelajari adalah uji metilen biru adalah uji untuk menentukan kuantitas bakteri yang
ada pada susu, sedangkan uji alcohol adalah untuk menguji koagulasi. Dari jurnal
diatas tidak terdapat perbedaan tentang cara kerja uji metilen biru hanya terdapat
perbedaan pada sampel susu, ada jurnal yang memakai susu mentah dan ada yang
memakai susu anak. Pengujian metilen biru juga dapat menentukan tingkat
pertumbuhan dan kematian dari mikroorganisme, selain itu uji metilen biru juga
dapat digunakan untuk mengetahui efek pestisida pada uji metilen biru.
DAFTAR PUSTAKA
S.A.S.D De Silva dkk, 2015. Microbiological quality of raw milk and effect on
quality by implementing good management practices

Sewgil S. Anwer, 2018, Detection of Kids milk Quality using Methylene


Blue Reduction test

Haroon Rashid Chaudhry,2015, Laboratory Manual Quality Control of Milk:


Quality Control of Milk

Subir Kumar Nandy and K. V. Venkatesh, 2009, Application of methylene blue


dye reduction test (MBRT) to determine growth and death rates of microorganisms

P. K. AGGARWAL, R. K. SUD, and K. G. GUPTA`, 1973, Effect of Pesticides on


the Methylene Blue Reduction Test in Milk

Anda mungkin juga menyukai