Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri dari zat makanan
yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan bakteri dalam
susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis-jenis Micrococcus dan Corybacterium sering
terdapat dalam susu yang baru diambil. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat
pemerahan yang kurang bersih dan tempat - tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu,
udara, lalat dan penanganan oleh manusia (Sri 1998).
Emulsi lemak yaitu globulan pada susu dikelilingi globula yang mengandung
glikoprotein, lipid polar, sterol dan beberapa enzim termasuk xanthine oksida. (Siagin 2002).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk susu
yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna,
bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia.
Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi
dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri
maupun enzim yang diproduksinya (Wibowo & Singgih 2011). Susu yang masih terdapat di
dalam kelenjar susu, dinyatakan sebagai susu steril tetapi susu yang telah dikeluarkan dari
kelenjar susu dan kotak dengan udara sekitar, belum tentu masih steril seperti pada saat di dalam
kelenjar susu.
Susu merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri dan dapat menjadi
sarana bagi penyebaran bakteri yang membahayakan kesehatan manusia. Karena itu, susu akan
mudah tercemar mikroorganisme bila penanganannya tidak memperhatikan aspek kebersihan
(Elfah 2014).
Oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini guna menganalisis mikroba pencemaran pada
produk susu.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis mikroba pencemar pada
produk susu.

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 2016 dilaboratrium Mikrobiologi Fakultas
Pertanian, Perikanan, dan Biologi, Universitas Bangka Belitung
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah penangas air, tabung reaksi, cawan petri,
erlenmeyer, dan objek glass, sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel susu, metilen blue,
air steril, dan BGLBB
Cara Kerja
Hitungan Mikroskopik
Pipet 0,01 ml disebarkan diatas gelas objek sehingga mencapai luas 1 cm, lalu didiamkan
sampai kering, difiksasi, dan diwarnai dengan metilen blue selama 2 menit. Kelebihan zat warna
dibuang dengan menyerapnya menggunakan kertas serap, dibiarkan sampai kering, dibilas
dengan air dan dikeringkan di udara. Preparat yang telah kering kemudian diamati di bawah
mikroskop menggunakan minyak emersi. Setelah pewarnaan dengan biru metilen, hasil
kemudian diamati.
Uji Biru Metilen
1 ml larutan biru metilen thisionat dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril yang
bertutup ulir dan ditambahkan 10 ml contoh susu yang telah dikck dan dihangatkan sampai 36 oC.
Tabung reaksi dibalik secara perlahan sebanyak 3 kali untuk mencampurkan biru metilen dengan
susu, akan tetapi sampel tersebut jangan dikocok. Tabung tersebut dipanaskan didalam penangas
air edngan suhu 36oC. Setelah 5 menit, tabung reaksi dibalik lagi untuk mencampurkan zat
warna. Perubahan zat warna dicatat setiap 30 menit dan waktu reduksi juga dicatat.
Hitungan Cawan dengan Metode Tuang (pour plate)

Sebanyak 1 ml atau 0,1 ml sampel dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian agar cair
steril dimasukkan ke dalam cawan petri. Cawan petri diputar membentuk angka delapan dan
kemudian diinkubasi dengan posisi yang terbalik. Jumlah kolni yang tampak dihitung pada
permukaan agar.
Uji MPN
Pengenceran dibuat dari sampel susu. Tiga pengenceran terakhir dimasukkan 1 ml sampel
susu ke dalam media BGLBB dan tabung durham dan diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24 jam.
Hasi psitif jika didapatkangas sebanyak 10% dari vlume tabung durham. Prsedur MPN dapat
dilakukan metode 7 tabung, tiga tabung seri atau 5 seri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Hasil Pengamatan Mikroskopik Susu Baik dan Susu Basi


No.

Sampel

Susu baik

Susu basi

Hasil Pengamatan

Keterangan

1. Sel Bakteri

Tabel 2 Hasil Uji Biru Metilen terhadap Sampel Susus Baik dan Susu Basi
No
.
1.
2.

Sampel

Keterangan

Susu baik
Susu basi

Berwarna biru
Berwarna putih

Tabel 3 Hasil Uji Hitungan Cawan


No
.
1.
2.

Sampel

Jumlah Koloni

Susu baik
Susu basi

Tidak ada koloni


81 koloni

Tabel 4 Hasil Uji Most Probable Number


No
.
1.
2.

Sampel
Susu baik
Susu basi

Seri A
0
0

Hasil MPN
Seri B
0
0

Seri B
0
0

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa pada dua sampel yang digunakan pada saat
praktikum dengan pengamatan dan perhitungan yang dilakukan dengan metode hitungan
mikroskopik diperoleh sampel yang baik tidak terdapat koloni bakteri, sedangkan pada sampel
yang telah kadaluarsa terdapat koloni yang berbentuk bulat.
Adanya koloni bakteri pada sampel susu yang telah kadaluarsa, disebabkan oleh bakteri
yang mengkontaminasi susu yang telah kadaluarsa. Selain itu, susu juga merupakan bahan
makanan yang paling disukai oleh mikroba sehingga susu rentan rusak. Hal tersebut sesuai
dengan Angkap (2010), susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri
dari zat makanan yang jug diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya pertumbuhan
bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Kerusakan yang disebabkan oleh
mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat-zat nutrisi seperti protein,
karbohidrat dan lemak., baik dari mikroorganisme itu sendiri maupun enzin yang diproduksinya,
Beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan oleh cemaran mikroorganisme adalah
(Elfah 2014):
Pengasaman dan penggumpalan, yang disebabkan oleh fermentasi laktosa menjadi asam
laktat sehingga pH susu menurun dan kasein menggumpal.
Susu berlendir seperti tali karena terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir akibat
pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis bakteri.
Penggumpalan susu tanpa penurunan pH yang disebabkan oleh bakteri B.cereus.
Hasil praktikum analisis produk susu dengan uji biru metilen diperoleh sampel yang telah
mengalami kerusakan atau telah kadaluarsa terdapat perubahan warna. Perubahan warna yang
terdapat pada sampel susu yang kadaluarsa disebabkan adanya aktivitas mikroba yang telah

mereduksi susu tersebut. Menurut Budi (2006), mikroba berupa bakteri yang tumbuh di dalam
susu akan menghasilkan oksigen. Jika oksigen habis, maka akan terjadi reaksi reduksi-oksidasi
untuk kelangsungan hidup mikroba. Sitrat yang merupakan metabolit mikroba berfungsi ssebagai
donor hidrogen, biru metilen sebagai aseptor hidrogen dan enzim reduktase yang diproduksi
mikroba merupakan katalis. Reaksi oksidasi yang terjadi harus menghasilkan energi untuk
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dengan enzim reduktase mikroba menurunkan potensial
reduksi-oksidasi, dengan mereduksi biru metilen. Karena zat warna biru metilen tereduksi maka
akan terjadi perubahan warna dimana warna metilen biru berubah menjadi metilen putih. Hal
tersebut menunjukkan jumlah aktivitas mikroba yang meningkat dengan cepat.

KESIMPULAN
Susu merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri. Hal ini dapat
diperoleh dari praktikum yang menunjukkan bahwa pada sampel yang rusak atau kadaluarsa
telah mengalami kerusakan, sedangkan susu yang masih baik tidak terdapat perubahan atau
masih dapat dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA
Angkap, J. 2010. Mycoplasma Mastitis Pada Sapi Perah.
November 2016].

http://duniaveteriner.com

[23

Budi, U. 2006. Dasar Ternak Perah. Medan: Departemen Peternakan FP USU.


Elfah N. 2014. Uji Mikrobiologi Susu dan Produk Olahannya.
https://www.scribd.com/doc/246737184/uji-mikrobiologi-susu-dan-produkolahannya [23 November 2016].

Siagian, A. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber Pencemarannya. Medan: FKM
Universitas Sumatera Utara.
Sri, B. 1998. Sanitasi dalam Industri Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut
Pertanian Bogor.
Wibowo, Marlia Singgih. 2011. Uji Sterilitas. Bandung: Sekolah Farmasi ITB.

Anda mungkin juga menyukai