Penyusun:
drh. Ani Setianingrum, M.Sc
drh. Ajeng Erika Prihastuti Haskito, M.Si
Dr. Dra. Med. Vet. Herawati, MP
Drh. Widi Nugroho, PhD
drh. Mira Fatmawati, M.Si
LABORATORIUM KESMAVET
Tim Penyusun
LAMPIRAN ................................................................................................................. 39
1.1. Pendahuluan
Definisi Susu
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui
lainnya yang diperah secara kontinyu dan komponen-komponennya tidak dikurangi
dan tidak ditambahkan bahan-bahan lain. Susu segar merupakan cairan yang berasal
dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar,
yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum
mendapat perlakuan apapun. Secara fisiologis, susu merupakan sekresi kelenjar
ambing sebagai makanan dan proteksi imunologis bagi bayi mamalia.
Susu sebagai pangan asal hewan, bersifat mudah rusak (perishable food). Oleh
karena itu dibutuhkan pengawasan kesehatan susu dengan melakukan pemeriksaan
kualitas susu. Pemeriksaan susu adalah suatu tindakan teknis untuk mengetahui dan
menentukan kualitas susu sebagai bahan makanan yang sehat bagi konsumen
Persiapan Peralatan
Alat yang digunakan untuk pengambilan dan penanganan setiap jenis sampel
susu harus ditulis. Untuk tujuan pemeriksaan kimia, peralatan dan wadah sampel susu
harus kering dan bersih. Tidak boleh ada bau dan rasa yang asing.
Pada pengambilan sampel susu untuk tujuan pemeriksaan mikrobiologis,
semua peralatan harus bersih dan steril. Cara sterilisasi dapat dengan cara sebagai
berikut :
1. Sterilisasi dengan uap panas, menggunakan oven bersuhu 160-170oC selama 2
jam.
2. Sterilisasi menggunakan autoclave bersuhu 120oC selama 15 menit.
3. Alat direndam pada air panas bersuhu 100oC selama 30 detik dan harus langsung
digunakan.
4. Alat direndam dalam alkohol 70% dan dibakar atau dipanaskan dengan api
sekejap sebelum dipakai.
Cara yang digunakan bergantung pada jenis, bentuk dan ukuran alat serta jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan.
2 Uji Kebersihan
1. Alat penyaring dengan menggunakan corong kaca dan kapas penyaring.
Aduk sampel susu terlebih dahulu.
2. Tuang sampel susu sebanyak 100 ml secara perlahan-lahan melewati
corong penyaring ke labu erlemmeyer. Ambil kapas penyaring dan amati
kotoran menggunakan kaca pembesar
3. Kotoran dapat berupa : bulu sapi, rumput, sisa makanan, bagian-bagian
feses, semut, darah, nanah, pasir, dan sebagainya. Penilaian kebersihan
berupa bersih, sedikit kotor, kotor, dan kotor sekali.
2. UJI KESEGARAN SUSU
a) Uji Alkohol
Prinsip : Uji alkohol digunakan untuk mengetahui derajat keasaman susu.
Kestabilan sifat koloid susu tergantung pada selubung air (micelle casein
phosphate), yang menyelubungi butiran-butiran protein terutama kasein (80%
dari protein susu). Pada susu asam, adanya titik isoelektris akan mempengaruhi
kestabilan dari selubung air, sehingga garam-garam Ca dan Mg akan mudah
melepaskan diri dari ikatannya secara pelan dan masuk kedalam larutan.
Alkohol yang tinggi yang ditambahkan kedalam susu menyebabkan susu
pecah, karena alkohol memiliki daya dehidrasi sehingga selubung air akan
didehidrasi dan protein susu akan dikoagulasikan.
Alat dan Bahan :Tabung reaksi, alkohol 70% dan sampel susu.
Cara Kerja :
Uji ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Satu bagian sampel susu ditambahkan alkohol 70% sama banyak,
kemudian dikocok. Sampel susu yang diuji akan pecah pada keasaman
susu >9°SH.
2. 1 bagian sampel susu ditambahkan 2 bagian alkohol 70% kemudian
dikocok dengan kuat. Sampel susu yang diuji akan pecah pada keasaman
susu >8,0°SH.
3. Interpretasi :Hasil positif ditunjukkan dengan adanya gumpalan.
b) Nilai pH
pH = - log [H+], yaitu intensitas asamnya. Pengukuran pH susu dengan
menggunakan pH meter. Siapkan sampel susu pada beker glass, masukkan pH
meter untuk susu pada bagian gelas elektroda dan lakukan pembacaan pH.
Nilai pH susu segar adalah 6,30-6,75.
d) Uji Didih
Prinsip : Uji didih dilakukan untuk mengetahui dengan cepat derajat
keasaman susu. Kestabilan kasein susu berkurang jika susu menjadi asam,
sehingga susu yang tidak baik akan pecah atau menggumpal apabila
dipanaskan sampai mendidih (pemanasan suhu tinggi). Susu pecah pada uji
didih juga dapat ditemukan pada susu asam, kolostrum atau akibat perubahan
fisiologis pada sapi.
Alat dan Bahan : Tabung reaksi, pembakar bunsen, penjepit kayu, dan sampel
susu.
Cara Kerja :
1. Tabung reaksi diisi dengan 5 ml sampel susu kemudian dengan
menggunakan penjepit dipanaskan sampai mendidih.
2. Interpretasi Hasil : Hasil positif ditunjukkan dari adanya gumpalan atau
butiran-butiran halus pada dinding tabung.
Tabel 2.1. Berat Jenis Susu pada Suhu 28oC dan 27,5oC.
Suhu 28oC Suhu 27,5oC
1,0269 1,270
(selisih 0,0006)
1,0275 (x)
1,0279 1,0280
1,0275 – 1,0269
x= X (1,0280-1,0270)
1,0279 – 1,0269
c. Apabila temperatur susu yang didapat adalah 26°C, sedangkan skala rata-rata yang
didapat pada laktodensimeter adalah 27,5 ditera pada suhu 15°C (laktodensimeter
ditera selain 27,5°C), maka berapakah berat jenis susu tersebut menurut ketentuan
yang berlaku di Indonesia ?
BJ 1,0275 pada suhu 26oC
Langkah 1. adalah menyesuaikan suhu susu dari 26°C ke 27,5°C maka :
BJ = 1,0275 + {(26-27,5) x 0,0002}
= 1,0275 – 0,0003 = 1,0272
Langkah 2. adalah menyesuaikan suhu tera laktodensimeter 15°C ke 27,5°C
maka:
BJ 27,5°C x 76 cm Hg
15°C
BJ 27,5°C x 76 cm Hg x BJ air 15°
15°C BJ air 27,5°C
= 1,0272 x 0,999126/0,999400 = 1,0300
Latihan : Bila laktodensimeter yang digunakan ditera pada suhu 20°C sedangkan
skala yang didapat pada laktodensimeter pada suhu susu 24°C adalah 25, maka
berapa berat jenis susu menurut ketentuan yang berlaku di Indonesia?
BKTL = BK-L
Keterangan :
BKTL : kadar bahan kering tanpa lemak (%)
L : kadar lemak (%)
c) Penambahan Santan
Prinsip : Ukuran butiran lemak santan tidak homogen. Adanya ukuran butir-
butir lemak dalam susu yang tidak homogen menunjukkan adanya
penambahan lemak bukan susu. Penambahan santan dalam susu menyebabkan
berat jenis menurun, sedangkan kadar lemak meningkat.
Alat dan Bahan : Pipet, gelas objek, cover glassdan mikroskop
Cara Kerja : Sama dengan pengujian mikroskopis terhadap penambahan air
tajin.
Hasil : ukuran butir lemak susu homogen, teratur dan kecil, sedangkan ukuran
butiran lemak besar.
Akibatnya
Pemalsuan
% Lemak Titik
Susu Dengan : BJ % lemak % BK
dari BK beku
Air Turun Turun Turun Tetap Naik
Skim milk Naik Turun Turun Turun Tetap
Mengurangi
Naik Turun Turun Turun Tetap
krim
Mengurangi Turun/
Turun Turun Turun Naik
krim + skim tetap/naik
Keterangan :
F = Faktor Mikroskop
B = Rataan Jumlah Sel Somatis dari 10-30 lapang pandang
CATATAN :
1. Pemupukan dilakukan pada media Plate Count Agar (PCA) dan Violet
Red Bile Agar (VRB Agar).
2. Buat duplo pada masing-masing media agar.
Kualitas telur secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas isi dan kulit telur.
Oleh karena itu, penentuan kualitas telur dilakukan pada kedua bagian telur tersebut.
Kualitas telur sebelum keluar dari organ reproduksi ayam dipengaruhi oleh faktor :
kelas, strain, family, individu, pakan, penyakit, umur dan suhu lingkungan. Kualitas
telur sesudah keluar dari organ reproduksi dipengaruhi oleh penanganan telur dan
penyimpanan, meliputi : lama, suhu dan bau lingkungan penyimpanan (Sudaryani,
2003).
PEMERIKSAAN TELUR 1
Gambar 1.1. Berbagai Mutu Telur Diukur dari Tingginya Kantung Hawa.
PEMERIKSAAN TELUR 2
Keterangan :
a = Tinggi Kuning Telur (mm)
b = Diameter Kuning Telur (mm)
Keterangan :
a = Tinggi Putih Telur Tebal (mm)
b = Diameter Rata-Rata Dari Tebal Putih Telur(mm)
b1 + b2
2
Keterangan Gambar :
(A): bentuk telur normal, perbandingan antara panjang dan lebar telur = 5:4.
(B): kantung hawa kecil berarti telur masih baru dan baik mutunya. (C):
kantung hawa besar, telur telah lama dan mutunya turun.
Keterangan :
HU = Haugh Unit
H = Tinggi Putih Telur (mm)
W = Berat Telur (gram)
3 PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS
a) Jumlah Total Cemaran Mikroba Dalam Telur
Alat dan Bahan : Cawan petri, pipet ukur steril steril 1 ml, tabung reaksi ,
gunting, pinset, pembakar bunsen, inkubator, autoclave, colony counter,
gelas beker, stirrer, kertas tisu, telur, Buffer Pepton Water (BPW) 0,1%, Plate
Count Agar (PCA), alkohol 70% dan telur yang akan diperiksa.
Cara Kerja :
1. Bersihkan kulit telur, lalu didesinfeksi dengan alkohol 70% dibagian lancip
kulit telur.
2. Buka kulit telur pada bagian lancip kemudian tuangkan isinya (putih dan
kuning telur) kedalam gelas beker steril.
3. Homogenkan isi telur tersebut (ekstrak telur).
4. Buatlah pengenceran 1:10 dengan cara mengambil 1 ml campuran tersebut
ke dalam 9 ml BPW 0,1%, lalu dihomogenkan.
5. Buatlah pengenceran 1:100 dengan cara pipet 1 ml larutan 10-1 tersebut,
kemudian dimasukkan kedalam 9 ml BPW 0,1% lalu homogenkan.
Kemudian, lanjutkan dengan pengenceran 1:1000 (10-3) dengan cara
memindahkan 1 ml dari pengenceran 10-2 ke dalam 9 ml larutan BPW
0,1%. Lakukan untuk pengenceran selanjutnya dengan cara sama. Untuk
telur pengenceran cukup sampai 10-4.
6. Masukkan 1 ml suspensi dari pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 kedalam cawan
petri secara duplo, kemudian tambahkan 15 – 20 ml PCA yang sudah
didinginkan hingga suhu 45oC pada masing-masing cawan yang sudah
berisi suspensi.
7. Lakukan pemutaran larutan contoh dan media PCA dengan membentuk
angka delapan dan didmkan hingga padat, kemudian diinkubasikan pada
temperatur 37oC selama 24 -48 jam dengan posisi cawan petri terbalik.
8. Hitunglah jumlah koloni pada setiap cawan. Jumlah koloni dalam cawan
yang dihitung adalah berjumlah 25-250 koloni.
Daging sebagai bahan pangan yang dapat menambah dalam pemenuhan gizi,
juga perlu adanya keamanan dalam mengkonsumsinya. Banyaknya isu seperti
pemalsuan daging sapi yang disamarkan dengan daging celeng menyebabkan perlunya
kita untuk mempelajari macam-macam daging.
Tujuan pemeriksaan daging adalah:
1. Melindungi masyarakat dari penyakit yang disebabkan oleh makan daging yang
tidak sehat.
2. Mencegah pemalsuan daging.
3. Mencegah konsumen membeli daging yang inferior.
4. Melindungi ternak dari penyakit.
Cara membedakan macam-macam daging secara makroskopis :
Sapi
a. Daging anak sapi atau sapi muda
Pada umumnya pucat, kelabu putih sampai merah pucat dan menjadi tua.
Terdiri dari serabut-serabut halus.
Konsistensi lembek.
b. Daging sapi
Warna merah pucat.
Berserabut halus dan sedikit berlemak.
Konsistensi liat.
Bau dan rasa aromatis.
c. Daging sapi perah
Berwarna merah muda.
Terdapat lemak antara serabut daging berwarna kekuningan.
d. Daging banteng
Warna merah kehitaman, kering dan terdiri dari serabut tebal. Diantara serabut
terdapat sedikit lemak.
Lemak kelihatan putih dan padat.
Domba
Daging terdiri dari serabut halus yang sangat erat hubungannya.
Warna merah muda, kekenyalan cukup tinggi.
Banyak ditemukan lemak di muskulus dan sub-kutan, dengan warna putih.
Bau seperti domba atau ammonia.
Babi
Daging umumnya pucat hingga warna merah muda.
Muskulus punggung yang mengandung lemak umumnya kelihatan kelihatan
kelabu putih.
Serabut halus, konsistensi padat dan berbau spesifik.
Pada umur tua, daging berwarna lebih tua, sedikit lemak dan serabut kasar.
Apabila dimasak menjadi putih kelabu.
Kuda
Warna daging merah kehitaman hingga coklat, karena pengaruh udara dapat
berubah menjadi biru kehitaman.
Serabut otot halus dan panjang, konsistensi padat. Diantara serabut tidak
ditemukan lemak.
Bau dan rasa sedikit manis.
Lemak berwarna kuning emas dan konsistensi lembek.
Kerbau
Pada umumnya konsistensi liat karena disembelih umur tua.
Serabut otot kasar dan lemaknya putih.
Rasanya hampir sama dengan daging sapi.
b) Pemeriksaan pH
Prinsip : Pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter berdasarkan
pencatatan tegangan listrik atau potensial listrik yang timbul dalam gelas
elektroda. Besarnya potensial ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen pada
bahan yang diukur.
Alat dan Bahan :Akuades, larutan pH standar, pisau, gunting, pinset, kertas
tisu, gelas piala, timbangan, blender, pH meter, gelas elektroda dan sampel
daging.
Cara Kerja :
Persiapan pH meter
Sebelum pengukuran, pH meter harus selalu dikalibrasi menggunakan
larutan standar. Pertama pH meter dikalibrasi dengan larutan standar ber-
pH 4,0, lalu dikalibrasi dengan larutan ber-pH 7,0 atau lebih tinggi. Setiap
selesai pencelupan atau pengukuran pada contoh, gelas elektroda harus
selalu dibilas dengan akuades kemudian dikeringkan dengan kertas tisu.
Persiapan sampel
Pengukuran nilai daging dapat dikukan dengan cara :
a. Pengukuran langsung : pH meter dengan stillet ditusukkan kedalam
sampel daging atau gelas elektroda biasa ditempelkan pada sampel
daging sebelum diiris.
b. Ekstrak daging : satu bagian sampel daging dicampur dengan 10 bagian
akuades, kemudian dihomogenkan. Setelah itu gelas elektroda
dimasukkan kedalamnya.
Pengukuran
a. Setelah elektroda pH meter dimasukkan kedalam sampel, biarkan
sampai nilai pH terbaca konstan.
b. Lakukan pengukuran pH dua kali pada tempat yang berbeda
c. Nilai pH diperoleh dari rata-rata kedua hasil pengukuran.
b) Uji Postma
Prinsip :Gas NH3 yang dihasilkan pada awal proses pembusukan daging
biasanya masih terikat pada beberapa bahan kimia, dengan proses pemanasan
dan penambahan MgO maka akan membebaskan NH3 dari ikatan tersebut. Gas
yang bersifat basa ini, kemudian akan ditangkap oleh kertas lakmus dan
mengubahnya menjadi warna biru.
Alat dan Bahan :MgO, akuades, kertas saring, kertas lakmus merah, pinset,
gunting, erlenmeyer, corong, cawan petri, pipet, timbangan, penangas air dan
sampel daging.
Cara Kerja :
1. Buat ekstrak daging : 1 bagian sampel daging dicampur dengan 10 bagian
akuades lalu dihomogenkan. Kemudian disaring dan diambil filtratnya.
2. 100 mg MgO dimasukkan ke dalam cawan petri. Kemudian tambahkan 10
ml filtrat kedalamnya. Pada permukaan tutup bagian dalam cawan petri
direkatkan kertas lakmus merah yang dibasahi dengan akuades. Tutup
cawan petri dan isinya dihomogenkan.
3. Letakkan cawan petri pada waterbath pada suhu 50°C selama 5 menit lalu
angkat.
4. Amati perubahan warna kertas lakmus merah di bagian dalam cawan petri.
Reaksi positif kertas lakmus berwarna biru.
Reaksi negatif kertas lakmus berwarna merah.
Reaksi dubius kertas lakmus berwarna merah-biru.
c) Uji H2S
Prinsip :Gas H2S yang dihasilkan pada awal pembusukan akan bereaksi
dengan Pb-asetat dan akan menghasilkan PbS yang berwarna hitam
kecoklatan.
Alat dan Bahan :H2S, Pb asetat, kertas saring, pinset, gunting, cawan petri
dan sampel daging.
2. Pengamatan mikrobiologi
Pengujian mikroba pada pangan, baik pada bahan baku, selama proses, dan produk
akhir dilaksanakan dalam rangka pengawasan keamanan dan mutu pangan. Selain itu
pengujian mikroba dapat diterapkan untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat
pengolahan atau penanganan pangan. Pengujian mikrobiologis terhadap sampel susu
dapat dilakukan dengan Metode Total Plate Count (TPC) = Standard Plate Count
(SPC) = Viable Plate Count = Aerobic (Mesophilic) Count = Hitungan Cawan
Jumlah koloni yang tumbuh dinyatakan dengan Colony Forming Unit (CFU) per-gram
atau per-ml atau luasan tertentu dari sampel. Ketepatan metode ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
Media dan kondisi inkubasi (ketersediaan oksigen, suhu dan waktu inkubasi).
Kemampuan pemeriksa untuk mengenal koloni.
Kelelahan.
Peralatan, pelarut dan media yang kurang steril serta ruang kerja yang tercemar.
Pengocokan pada saat pengenceran kurang sempurna.
Adanya artifak yang sulit dibedakan dengan koloni.
Kesalahan menghitung koloni dan perhitungan yang kurang tepat terhadap koloni
yang menyebar atau sangat kecil.
Metode hitungan cawan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode tuang (pour
plate method) dan metode permukaan atau metode sebar (surface or spread plate
method).
2. Pemupukan duplo
Hitung kedua cawan petri yang berisi koloni berjumlah 25-250, kemudian buatlah
rata-ratanya. Walaupun hanya 1 cawan petri dari pengenceran duplo yang
menunjukkan jumlah 25-250 (cawan petri yang kedua menunjukkan jumlah koloni
lebih kecil atau lebih besar dari 25-250, namun tidak menyebar), jumlahkan
keduanya dan buatlah rata-rata (Lampiran 2, nomor contoh 1112 dan 1114). Jika
tingkat pengenceran (dari 2 tingkat pengenceran seri secara desimal) pada
perlakukan duplo menunjukkan jumlah koloni 25-250, maka lihat aturan butir c.
7. Koloni menyebar
Terdapat 3 macam koloni menyebar, yaitu :
Koloni menyebar membentuk rantai yang tidak dapat dipisahkan atau
dibedakan yang disebabkan adanya disintegrasi kelompok bakteri (bacterial
clump) ketika inokulum didispersikan kedalam media. Jika satu atau lebih
rantai tampak berasal dari sumber berbeda maka hitunglah setiap rantai sebagai
satu koloni. Jangan menghitung setiap individu koloni dalam rantai sebagai
koloni terpisah.
Koloni menyebar pada selaput atau lapisan air (film of water) diantara dasar
cawan petri dan bagian bawah media dan jenis ketiga adalah koloni menyebar
20°C 21°C 22°C 23°C 24°C 25°C 26°C 27°C 27,5°C 28°C 29°C 30°C
256 254 252 250 248 246 244 241 1,0240 239 236 233
266 264 262 263 258 255 253 251 1,0250 249 246 243
278 276 274 272 270 268 266 264 1,0260 259 256 253
291 287 285 282 280 277 275 272 1,0270 269 266 263
301 298 296 292 290 288 285 282 1,0280 279 276 273
311 309 306 303 301 297 295 292 1,0290 289 286 283
320 318 316 313 311 308 305 302 1,0300 299 296 292
331 329 327 324 321 318 315 312 1,0310 309 306 302
344 341 338 335 332 329 326 323 1,0320 319 316 312
354 351 384 345 342 339 335 333 1,0330 329 326 322
364 361 358 355 352 349 346 346 1,0340 339 335 332
374 371 368 365 362 359 356 353 1,0350 349 345 342
Jumlah Koloni
Nomor Jumlah Mikroorganisme
Pengenceran Rasio Aturan
sampel (cfu/g/ml)
1:100 1:1000
1001 234 23 - 23000 1
1002 243 34 1,4 29000 3
1003 140 32 2,3 14000 3
1004 Menyebar 31 - 31000 1,8
1005 0 0 - < 100 est 6
1006 TBUD 7150 - > 5 600 000 est 7
1007 18 2 - 1800 est 5
1008 Menyebar Menyebar - Menyebar 8
1009 325 20 - 33000 est 4,7
1010 27 215 - Kec. Lab 8
1011 305 42 - 42 000 1
1012 243 Kec. Lab - 24 000 1,8
1013 TBUD 840 - 840 000 est 7
1111 228 28 1,2 25 000 2,3
240 26
1112 175 16 - 19 000 2
208 17
1113 239 16 - 28 000 2
328 19
1114 275 24 - 30 000 2
280 35
1115 138 42 2,4 15 000 2,3
162 30
1116 240 28 1,1 24 000 2,3
228 23
1117 224 28 1,4 24 000 2,3
180 Menyebar
1118 287 23 - 28 000 est 4,8
23 19
1119 18 2 - 1700 5
16 0
1120 0 0 - < 100 est 6
1. Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Kualitas Telur Utuh
- Keutuhan
- Bentuk
- Kelicinan
- Kebersihan
- Berat Telur
Pemeriksaan Kesegaran Telur
- Candling
- Tinggi kantung udara
- Perendaman air garam
Pemeriksaan Kualitas Telur Setelah Dibuka
- Indeks kuning telur
a. Tinggi kuning telur
b. Diameter kuning telur
c. Indeks kuning telur
- Indeks albumin telur
a. Tinggi albumin tebal
b. Daimeter rata-rata albumin tebal
c. Indeks albumin telur
- Pemeriksaan Haugh Unit
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
1. Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Hasil
Uji Organoleptik
- Warna
- Bau
- Konsistensi
Uji Kesegaran Daging
- pH
- Drip Loss
- Cooking Loss
Uji Kesempurnaan Pengeluaran Darah
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
1. Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Mikrobiologi
...................................................
- Jumlah total mikroba (cfu/g)
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
1. Hasil Pengamatan
Pemeriksaan Hasil
Uji Organoleptik
- Warna
- Bau
- Rasa
- Kekentalan
- Kebersihan
Uji Komposisi
- Berat Jenis
- Kadar Lemak
- Kadar Protein dengan Rumus
- Kadar Bahan Kering dengan Rumus
- Kadar Bahan Kering tanpa Lemak dengan Rumus
Uji Pemalsuan
- Santan
- Air
Uji Kesegaran Susu
- Uji Alkohol
- Uji Titrasi Keasaman Soxhlet Henkel
- Uji Didih
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
3. Kesimpulan
Lukman, D.W dkk. 2015. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Hewan. Bagian
Kesehatan Masyarakat Veteriner. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.
Lukman, D.W dkk. 2009. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Hewan. Bagian
Kesehatan Masyarakat Veteriner. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.
Prawesthirini, S dkk. 2001. Analisis Kualitas Susu dan Daging. Bagian Kesehatan
Masyarakat Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Unair. Surabaya.
Stadelman, W.J and Cotterill, O.J. 1995. Egg Science and Technology. 4th ed. Food
Product Press.