Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


RUMAH POTONG HEWAN PEGIRIAN SURABAYA PERIODE 2023/2024
GELOMBANG XII KELOMPOK 4

Disusun oleh :

Nurseta Rais Mahendra, S.KH 220130100111074

HALAMAN COVER

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN
ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
RUMAH POTONG HEWAN PEGIRIAN SURABAYA PERIODE 2022/2023
GELOMBANG XII KELOMPOK 4

Oleh:

NURSETA RAIS MAHENDRA, S.KH.


NIM. 220130100111074

Menyetujui,
Pembimbing

drh. Citra Sari, M.Si.


NIK. 2011018303312001

Mengetahui,
Koordinator Rotasi Kesmavet

drh. Widi Nugroho, Ph.D


NIP. 19770110200651002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

drh Nofan Rickyawan, M.Sc.


NIP. 198511162018031001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan laporan rotasi Kesehatan Masyarakat
Veteriner di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya. Keberhasilan
penyusunan laporan ini tidak akan terwujud dan terselesaikan dengan baik
tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan kali ini
dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
kepada:
1. drh. Dyah Ayu Oktavianie A.P., M. Biotech selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.
2. drh. Nofan Rickyawan, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Hewan FakultasKedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Malang.
3. drh. Widi Nugroho, Ph.D sebagai Koordinator Rotasi Kesmavet yang telah
memberikan pengarahan serta dukungan kepada mahasiswa FKH UB.
4. Prof. Dr. Dra. Med. Vet. Herawati, MP selaku dosen pengampu rotasi
Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya.
5. drh. Citra Sari, M.Si selaku dosen pembimbing dan pengampu rotasi
Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya.
6. drh. Ajeng Erika Prihastuti Haskito, M.Si selaku dosen pengampu rotasi
Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan rotasi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca khususnya rekan-rekan profesi dokter hewan

Malang, 30 September 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN .............................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................vi
BAB I ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................2
1.4 Manfaat ......................................................................................................3
BAB II ..................................................................................................................... 4
2.1 Pelaksanaan Rotasi di RPH Pegirian Kota Surabaya .................................4
2.2 Studi Pustaka tentang Kelayakan Desain dan Pengolahan Limbah Rumah
Potong Hewan (RPH) ................................................................................4
2.2.1 Kelayakan Tempat Pemotongan Hewan ......................................4
2.2.2 Pengolahan Limbah Rumah Potong Hewan ................................ 5
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada Penerapan Kesejahteraan
Hewan dan Pemeriksaan Antemortem dan Postmortem di Rumah Potong
Hewan ........................................................................................................7
2.3.1 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada
Penerapan Kesejahteraan Hewan di Rumah Potong Hewan .......7
2.3.2 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada
Penerapan Pemeriksaan Antemortem dan Postmortem di Rumah
Potong Hewan ..............................................................................8
BAB III .................................................................................................................. 10
3.1 Analisa Kelayakan Desain di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya ...................................................................................................10
3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan dalam Penerapan Kesejahteraan
Hewan di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya ...................... 17
3.3 Pemeriksaan Antemortem di RPH Pegirian Kota Surabaya .................... 19
3.4 Pemeriksaan Postmortem di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya ...................................................................................................19
BAB IV .................................................................................................................. 22
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 22
4.2 Saran ........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
LAMPIRAN ..........................................................................................................25

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Denah Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya .......................... 10
Gambar 3. 2 Sumber air bersih pada RPH Pegirian ................................................. 11
Gambar 3. 3 Katrol karkas dan tempat pembuangan limbah RPH Pegirian ................ 11
Gambar 3. 4 Kandang Istirahat (Dokumentasi Pribadi, 2023). .................................. 17
Gambar 3. 5 Proses pencucian area pemeriksaan jeroan hijau ................................... 19

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal kegiatan koasistensi di RPH Pegirian Kota Surabaya. ............... 4
Tabel 3.1 Hasil analisa RPH Pegirian Kota Surabaya…………………………...12
Tabel 3. 2 Hasil pemeriksaan antemortem pada ternak di RPH Pegirian. ........... 19
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan postmortem pada ternak di RPH Pegirian ............ 20

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan pangan asal hewan adalah salah satu sumber pangan yang sangat
penting bagi manusia, salah satu contohnya adalah daging dengan kandungan
protein yang tinggi sehinga dapat menjadi sumber nutrisi hewani yang paling
banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Penanganan yang salah terhadap daging
sebagai sumber makanan tinggi dapat membahayakan kesehatan manusia apabila
di dalamnya terkandung agen penyakit. Persyaratan mutu dan keamanan yang tidak
terpenuhi dalam daging dapat mengganggu kesehatan manusia bahkan
menyebabkan kematian serta mempengaruhi tingkat intelegensi dan pertumbuhan
fisik (Fatiqin, 2019). Bahan pangan yang berasal dari hewan membutuhkan
pengawasan dalam rangka menjamin kelayakan daging untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Menurut Priyanto (2015) Tingkat kebutuhan masyarakat terhadap
daging untuk konsumsi terus mengalami peningkatan seiring kenaikan jumlah
penduduk, meningkatnya taraf ekonomi masyarakat,dan meningkatnya tingkat
kesadaran akan kebutuhan gizi protein hewani , sehingga dibutuhkan tempat dan
tenaga pengolah bahan panga nasal hewan yang terjamin higiene dan sanitasinya .
melalui rumah potong hewan yang baik maka hasil daging yang dikeluarkan dari
rumah potong hewan tersebut akan baik dan layak untuk dikonsumsi oleh
konsumen (Rohmah, 2018).
Rumah Potong Hewan (RPH) adalah bangunan ataupun kompleks bangunan
yang memiliki desain tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan
ternak selain unggas untuk selanjutnya diedarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Keberadaan RPH sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemotongan hewan
agar terkendali dan terjaga (Khasrad et al., 2012). Penanganan hewan serta daging
yang tidak higienis dan tidak baik akan mempengaruhi mutu, keamanan, dan
kehalalan daging yang dihasilkan. Penting untuk dilaksanakannya penerapan sistem
penjaminan mutu dan keamanan pangan di RPH mulai dari penyembelihan hingga
karkas dihasilkan. Sehingga hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi sanitasi,
higiene, kesejahteraan hewan, dan kehalalan (Setyaningsih, 2017). Pelaksanaan
pemotongan hewan di RPH merupakan salah satu tahapan penting yang dalam

1
pelaksanaannya harus dapat menjaga kualitas, baik dari tingkat kebersihan,
kesehatan, maupun kehalalan daging untuk dikonsumsi. Penangan Pemotongan
hewan harus memperhatikan kaidah. Kesejahteraan hewan merupakan suatu usaha
untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi hewan sehingga
berdampak pada peningkatan sistem psikologi dan fisiologis hewan. Penerapan
standar operasional prosedur pada RPH dapat dimulai dari hewan diturunkan dari
truk sampai dengan proses pemotongan yang dilakukan secara baik agar ternak
terhindar dari rasa sakit dan menderita (Stoochi et al. 2014).
Berdasarkan penjelasan tersebut, dokter hewan berperan penting dalam ruang
lingkup kesehaan masyarakat untuk menjamin keamanan bahan pangan asal hewan
yang akan dikonsumsi oleh masyarakat serta untuk melindungi masyarakat dari
penyakit zoonosis dan foodborne disease.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penulisan
laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi kelayakan desain di RPH Pegirian Kota
Surabaya?
b. Bagaimana implementasi tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam
penerapan kesejahteraan hewan di RPH Pegirian Kota Surabaya?
c. Bagaimana implementasi tugas pokok dan fungsi dokter hewan pada
pemeriksaan antemortem dan postmortem di RPH Pegirian Kota
Surabaya?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pada penulisan laporan ini
adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui implementasi kelayakan desain di RPH Pegirian Kota
Surabaya.
b. Mengetahui implementasi tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam
penerapan kesejahteraan hewan di RPH Pegirian Kota Surabaya.
c. Mengetahui implementasi tugas pokok dan fungsi dokter hewan pada
pemeriksaan antemortem dan postmortem di RPH Pegirian Kota
Surabaya.

2
1.4 Manfaat
Mahasiswa PPDH dapat memahami mengenai kebijakan RPH Pegirian Kota
Surabaya yang berkaitan dengan keswan dan kesmavet, mengetahui kelayakan
design RPH Pegirian Kota Surabaya, peranan dokter hewan dalam penerapan
kesehatan hewan, pemeriksaan antemortem dan postmortem, serta mengetahui
kondisi dan kegiatan di RPH Pegirian Kota Surabaya dalam menghasilkan produk
pangan asal hewan yang (ASUH).

3
BAB II
METODOLOGI
2.1 Pelaksanaan Rotasi di RPH Pegirian Kota Surabaya
Kegiatan rotasi dilaksanakan pada tanggal 22 September 2023 di Rumah
Potong Hewan (RPH) Pegirian Kota Surabaya yang berlokasi di Jalan Pegirian No.
258, Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, Jawa Timur, 60151.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pengenalan dan pemaparan fasilitas serta sarana
yang ada di RPH. Mahasiswa didampingi oleh dua dokter hewan yang bertanggung
jawab di sana, pemaparan pelaksanaan tugas dokter hewan di RPH dalam
menerapkan kesejahteraan hewan meliputi, pemeriksaan antemortem, mengawasi
proses pemotongan dan pemeriksaan postmortem.
Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan koasistensi rotasi kesmavet di RPH
Pegirian Kota Surabaya ditampilkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jadwal kegiatan koasistensi di RPH Pegirian Kota Surabaya.
Pembimbing
Tanggal Waktu Kegiatan
Lapang
Briefing kegiatan di RPH
Pegirian Kota Surabaya drh. Sindu
22-09-2023 00:30 WIB bersama dokter hewan drh. Rieska
lapang.

Pengamatan sarana dan


prasarana RPH Pegirian drh. Sindu
22-09-2023 01:00 WIB
Kota Surabaya. drh. Rieska

Pemeriksaan antemortem drh. Sindu


22-09-2023 02:00 WIB dan postmorem pada hewan. drh. Rieska

Diskusi hasil pengamatan. drh. Sindu


22-09-2023 04:00 WIB
drh. Rieska

2.2 Studi Pustaka tentang Kelayakan Desain dan Pengolahan Limbah


Rumah Potong Hewan (RPH)
2.2.1 Kelayakan Tempat Pemotongan Hewan
Rumah Potong Hewan merupakan kompleks bangunan dengan
konstruksi dan desain khusus yang telah memenuhi persyaratan teknis
maupun persyaratan higienis tertentu serta digunakan sebagai suatu
tempat untuk melakukan pemotongan hewan selain unggas untuk

4
konsumsi masyarakat. Pembangunan rumah potong hewan diatur dalam
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong
Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plant).
Persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh sebuah rumah potong
hewan antara lain syarat lokasi RPH yang diharuskan adalah tidak
berada di daerah rawan banjir, tercemar asap, bau, debu dan
kontaminan lainnya, tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran
lingkungan, letaknya lebih rendah dari pemukiman, mempunyai akses
air bersih yang cukup.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
13/Permentan/OT.140/1/2010 juga dijelaskan sebelum pelaksanaan
pemotongan hewan harus ada kegiatan pembersihan serta desinfeksi,
kemudian lokasi tidak berada dekat industri logam dan kimia,
mempunyai lahan yang cukup untuk pengembangan RPH dan terpisah
secara fisik dari lokasi kompleks RPH khusus babi atau dibatasi dengan
pagar tembok dengan tinggi minimal tiga meter untuk mencegah lalu
lintas orang, alat, dan produk antar rumah potong. Kompleks RPH harus
dipagar dan memiliki pintu yang terpisah untuk masuknya hewan
potong dan keluarnya karkas serta jeroan. Selanjutnya bangunan yang
ada dalam kompleks RPH seminimalnya harus meliputi bangunan
utama, area penurunan hewan dan kandang penampungan atau kandang
istirahat hewan, kandang penampungan khusus ternak ruminansia
betina produktif, kandang isolasi, ruang pelayuan berpendingin
(chilling room), area pemuatan (loading) karkas/daging, kantor
administrasi dan kantor dokter hewan, kantin dan mushola, ruang
istirahat karyawan dan tempat penyimpanan barang pribadi/ruang ganti
pakaian, kamar mandi dan WC, fasilitas pemusnahan bangkai atau
incinerator, saranan penanganan limbah dan rumah jaga.

2.2.2 Pengolahan Limbah Rumah Potong Hewan


Sarana penanganan limbah berdasar pada Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 13/Permentan/OT.140/1/2010

5
Tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit
Penanganan Daging (Meat Cutting Plant) disebutkan bahwa sarana
penanganan limbah harus memenuhi persyaratan memiliki kapasitas
sesuai dengan volume limbah yang dihasilkan, didesai agar mudah
diawasi, dirawat, tidak menimbulkan bau dan memenuhi persyaratan
kesehatan lingkungan dan sesuai dengan rekomendasi upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) dari dinas yang membidangi fungsi
kesehatan lingkungan. Desain dan penanganan limbah yang dilakukan
oleh RPH juga harus mengacu ke SNI 01-6159-1999 Tentang Rumah
Potong Hewan.
Limbah rumah potong hewan pada umumnya mengandung
larutan darah, protein, lemak dan padatan tersuspensi yang
menyebabkan beban bahan organik tinggi sehingga dapat mencemari
sungai dan lingkungan sekitarnya. Limbah rumah potong hewan akan
menyebabkan perubahan pada kualitas air yaitu warna, pH, total
padatan terlarut, padatan tersuspensi, kandungan lemak, BOD5,
amonium, nitrogen dan fosfor yang akan mengalami peningkatan,
sehingga harus dilakukan upaya pengolahan agar tidak mencemari
lingkungan (Hendrasarie dan Santosa, 2019). Sistem saluran
pembuangan limbah pada Rumah Potong Hewan harus cukup besar dan
didesain agar aliran limbah dapat mengalir dengan lancar. Selain itu
sistem saluran pembuangan limbah juga harus terbuat dari bahan yang
mudah dirawat dan dibersihkan. Pemilihan dan penggunaan bahan yang
kedap air juga berfungsi untuk mengeliminasi kemungkinan
tercemarnya tanah. Saluran pembuangan limbah juga harus dilengkapi
dengan penyaring serta sistem saluran pembuangan limbah cair harus
selalu tertutup agar tidak menimbulkan bau. Dalam bangunan utama,
saluran pembuangan limbah cair harus selalu terbuka dan dilengkapi
dengan grill yang mudah dibuka dan ditutup, terbuat dari bahan yang
kuat dan tidak mudah korosif (SNI 01-6159-199).

6
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada Penerapan Kesejahteraan
Hewan dan Pemeriksaan Antemortem dan Postmortem di Rumah
Potong Hewan
Tugas dan fungsi dokter hewan pada penerapan kesejahteraan hewan
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 Tahun
2012 Tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan
yaitu melakukan pengawasan pada rumah potong hewan dengan tugas
meliputi penerapan five freedom pada hewan yang ada dan masuk kedalam
lingkup rumah potong hewan yang terdiri atas bebas dari rasa lapar dan haus,
bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas
mengekspresikan perilaku normal dan bebas dari rasa stress dan tertekan.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) memberikan
panduan operasional dalam penerapan kesejahteraan hewan di RPH yang
meliputi teknik penurunan hewan, teknik penggiringan hewan, teknik
perlakuan di kandang penampungan, teknik pengendalian hewan dan teknik
penyembelihan.
2.3.1 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada Penerapan
Kesejahteraan Hewan di Rumah Potong Hewan
Kesejahteraan hewan atau animal welfare merupakan kegiatan yang
memperhatikan kenyamanan hingga kesehatan hewan dari penurunan hewan
dari truk ke kandang penampungan hingga proses penyembelihan hewan.
Animal welfare ini memiliki banyak pemanfaatan salah satunya adalah
memperoleh kualitas daging yang ASUH dan tidak menurunkan kandungan
gizi akibat stress pada hewan. Dampak jelas dari tidak melaksanakan
kesejahteraan hewan pada ternak potong adalah akan menimbulkan rasa
stress dan sakit yang kemudian akan berdampak buruk pada karkas, dimana
karkas akan menjadi Dark Firm Dry (DFD). Stress dan sakit akan
mengosongkan persediaan glikogen yang nantinya menyebabkan kadar asam
laktat pada otot berkurang dan pH daging akan meningkat secara tidak normal
(Mandala et al, 2016).
Dokter hewan RPH sangat berperan penting dalam mengawasi
kandang penampungan yang harus selalu tersedia makan dan air minum,

7
memberikan kebebasan untuk bergerak serta membersihkan kandang
penampungan secara bersalah. Selain itu, pengawasan terhadap tata cara
petugas dalam membawa hewan dengan perlakuan baik untuk menekan stress
juga menjadi tugas dan fungsi dokter hewan. Terlebih lagi pada proses
penyembelihan maka dokter hewan harus memastikan bahwa hewan benar-
benar disembelih dengan juleha (untuk sapi) dan jagal (untuk babi)
bersertifikasi yang meminimalisir rasa sakit, seperti menggunakan pisau yang
sangat tajam (Wijoyo et al., 2020).
2.3.2 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan pada Penerapan
Pemeriksaan Antemortem dan Postmortem di Rumah Potong Hewan
Pemeriksaan antemortem adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum
pemotongan hewan untuk mengidentifikasi dan mencegah penyembelihan
ternak sakit terutama penyakit zoonosis, sedankan pemeriksaan postmortem
adalah pemeriksaan pasca penyembelihan untuk memastikan kelayakan
daging yang dihasilkan aman serta dapat diedarkan untuk tujuan konsumsi
(Mail et al., 2021). Dokter hewan memiliki peran berdasarkan permentan
No.13 /OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan
Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat CuttingPlant), persyaratan
teknis di RPH dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan
hewan sebelum dipotong (antemortem) dan setelah dipotong (postmortem).
Pemeriksaan postmortem dan antemortem ini bertujuan untuk mencegah
penularn penyakit yang bersifat zoonosis kepada manusia.
Antemortem dilakukan sebelum pemotongan dengan melakukan
pemeriksaan fisik hewan, umur, jenis kelamin, adanya kondisi abnormal yang
terlihat pada fisik hewan,sikap, dan tingkah laku hewan. Apabila ditemukan
adanya ketidaklayakan pada hewan yang akan diperiksa, dengan
pertimbangan dokter hewan, apakah dapat dilakukan pemotongan dengan
syarat atau tidak. Pemeriksaan postmortem dilakukan setelah penyembelihan
dengan inspeksi, palpasi, serta proses penyayatan pada organ. Organ yang
diamati pada saat proses antemortem adalah karkas, kelenjar limfe, mulut,
pulmo, hepar dan pancreas. Apabila ditemukan perubahan atau kerusakan
jaringan maka tim pemeriksa perlu meninjau ulang apakah organ tersebut

8
dapat dikonsumsi atau tidak layak untuk dikonsumsi. Keputusan dari
pemeriksaan postmortem adalah dapat diedarkan untuk konsumsi,dapat
diedarkan untuk konsumsi dengan syarat sebelum peredaran, dapat diedarkan
untuk konsumsi dengan syarat selama peredaran, dan dilarang diedarkan dan
dikonsumsi (Apritya et al., 2021).

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Kelayakan Desain di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya

Gambar 3. 1 Denah Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya


(Dokumentasi pribadi, 2023).

Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya berada di daerah yang


tidak rawan banjir tetapi dekat dengan sungai dengan desain bangunan berada
lebih tinggi dibandingkan dengan sungai untuk menghindari terjadinya
kontaminasi oleh limbah disekitarnya. Bangunan RPH juga berada di daerah
yang bebas dari kontaminasi asap dan debu. Rumah potong hewan ini berada
cukup jauh dari pemukiman padat penduduk, serta tidak berada di daerah
dekat industri logam dan kimia, serta memiliki lahan yang cukup luas untuk
pengembangan infrastruktur dan mempunyai sistem pegolahan limbah padat
dan limbah cair tersendiri untuk menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan oleh limbah dari RPH. Lingkungan RPH juga memiliki sumber
air bersih yang memadai dari sumur pompa yang dapat digunakan untuk
desinfeksi dan pembersihan ternak serta lingkungan RPH.

10
Gambar 3. 2 Sumber air bersih pada RPH Pegirian
(Dokumentasi Pribadi, 2023).
Terdapat beberapa lokasi pemotongan berdasarkan jenis hewan yaitu
tempat pemotongan sapi, kambing dan babi terpisah, namun masih dalam satu
kawasan. Rumah Potong Hewan Pegirian memiliki 2 akses pintu masuk, pintu
pertama digunakan sebagai akses hewan yang sedang diistirahatkan dari
kandang istirahat. Pintu kedua berfungsi untuk hewan yang mengalami
kondisi darurat seperti ambruk dan langsung menuju tempat penyembelihan
di RPH. RPH pegirian memiliki bangunan utama yang terpisah dengan area
bersih, kandang sapi untuk istirahat berada diluar dari RPH, kandang isolasi,
ruang pelayuan, ruang pemotongan daging, kantor pegawai, toilet, parkiran,
dan tempat penangangan limbah padat dan cair. Pada area pemuatan karkas
dilengkapi dengan merja dan gantungan daging dengan rel gantung untuk
meminimalisir adanya kontaminasi silang.

Gambar 3. 3 Katrol karkas dan tempat pembuangan limbah RPH Pegirian


(Dokumentasi Pribadi, 2023)
Dengan demikian rumah potong hewan pegirian kota Surabaya sudah
memenuhi kriteria RPH yang layak berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

11
No. 13/Permentan/2010, yaitu memiliki sumber air dan listrik yang cukup,
memiliki saluran pembuangan limbah yang lancar, memiliki sistem
pengolahan limbah, memiliki lantai, dinding, dan atap yang dengan bahan
yang mudah dibersihkan dan tidak mudah mengelupas, memiliki dinding
yang tinggi minimal 3 meter dengan warna yang terang, memiliki tempat
penampungan hewan yang cukup, memiliki dua pintu yang berbeda untuk
pemasukan hewan dan pengeluaran karkas. Adapun beberapa hal yang tidak
sesuai dengan kriteria RPH sesuai Peraturan Menteri Pertanian No.
13/Permentan/2010, yaitu bangunan RPH Pegirian tidak dilengkapi dengan
unloading ternak, bangunan RPH berada dekat dengan sungai sehingga masih
terdapat peluang kontaminasi Ketika curah hujan tinggi dan sungai meluap.
Tabel 3.1 hasil pengamatan Ketika berada di rumah potong hewan Pegirian
Kota Surabaya.
Tabel 3.1 Hasil analisa RPH Pegirian Kota Surabaya
No. Aspek pengamatan Terlaksana/Tidak Keterangan
A. Good Veterinary Practices
1. Pemeriksa antemortem Ya Pemeriksaan
dilakukan oleh dokter
hewan dibantu oleh
beberapa petugas
lapangan
2. Pemeriksaan Ya
antemortem
terdokumentasi dengan
baik
3. Pemeriksaan post Ya
mortem dilakukan
secara teratur
4. Pemeriksaan post Ya Hanya pada karkas,
mortem daging, dan organ
terdokumentasi dengan tertentu dengan
baik abnormalitas
B. Biosecurity
1. Setiap hewan yang Ya
datang disertai dengan
Sertivikat Veteriner
atau SKKH
2. Hewan yang baru Ya
datang dipisahkan
dengan hewan yang

12
sudah ada dalam
kandang penampungan
C. Kesejahteraan Hewan
1. Terdapat fasilitas Ya
penurunan hewan
(rampa, lantai, pagar
pembatas) dalam
keadaan baik dan tidak
curam (max
kemiringan 30)
2. Terdapat fasilitas Ya
kandang penampungan
yang dibuat tanpa
resiko cidera/terluka
D. Bangunan, Fasilitas dan Peralatan
1. Tidak terdapat debu Ya
berlebihan di sekitar
lokasi unit usaha dan
lingkungan
2. Terdapat pemisahan Ya
fisik antara RPH-B
dan RPH-R
3. Terdapat sistem Ya
pembuangan limbah
cair (keadaan baik)
4. Terdapat kandang Ya
isolasi hewan sakit
atau terduga sakit
5. Lokasi unit usaha dan Ya
lingkungan tidak kotor
dan terawat
6. Pemisahan secara fisik Ya
antara ruang bersih
dan ruang kotor
7. Konstruksi mencegah Tidak Dinding pembatas
masuk dan yang tidak menutup
bersarangnya serangga sempurna
dan rodentia
8. Ruang produksi tidak Ya
terhubung langsung
dengan toilet/kamar
mandi, tempat ganti
pakaian, tempat
tinggal, garasi dan
bengkel
9. Langit-langit ruang Ya
produksi bebas dari
kemungkinan cat

13
rontok/jantuh dan
kondensasi
10. Dinding ruang Ya
produksi lebih dari 3
meter terbuat dari
bahan kedap air, yang
tidak retak, berlubang,
bersifat non-toksik,
mudah dibersihkan dan
didisinfeksi
11. Dinding dilengkapi Ya
tempat penyimpanan
barang dan peralatan
12. Pertemuan antara Ya
dinding dan dinding
serta dinding dan
lantai membentuk
lengkungan
13. Lantai ruang produksi Ya
terbuat dari bahan
kedap air, tidak retak
dan berlubang, mudah
dibersihkan dan
didisinfeksi
14. Air mengalir ke Ya
saluran pembuangan
tanpa membentuk
genangan kotoran,
darah, genangan air
atau limbah cair di
lantai
15. Lampu di ruang Ya
produksi dan
penyimpanan
berpelindung, lebih
dari 540 luks (cukup
terang)
16. Sirkulasi udara baik Ya
dan udara mengalir
dari daerah bersih ke
daerah kotor
17. Tersedia pasokan air Ya
bersih yang memadai
18. Tersedia pasokan Ya
listrik yang memadai
19. Terdapat fasilitas foot Ya
dip, membersihkan
sepatu boot

14
20. Terdapat fasilitas cuci Tidak Pengoperasian secara
tangan dengan sabun manual
cair, sanitizer dengan
petunjuk mencuci
tangan dan
dioperasikan dengan
otomatis
21. Tersedia toilet untuk Ya
pekerja dengan jumlah
cukup tanpa pintu
yang terhubung
langsung dengan ruang
produksi
22. Tersedia ruang ganti Ya
pakaian untuk pekerja
dengan jumlah cukup
tanpa pintu yang
terhubung langsung
dengan ruang produksi
23. Peralatan dan wadah Ya
terbuat dari bahan
kedap air, tidak
korosif, toksik, dan
mudah diberikan
24. Peralatan dan wadah Ya
yang kontak langsung
dengan produk dicuci
dan disanitasi setelah
digunakan

E. Penanganan Produk
1. Penyembelihan Ya
dilakukan Juru
Sembelih Halal yang
tersertifikasi dan
dilakukan dengan
metode halal
2. Pisau yang Ya
digunakan
menyembelih
cukup panjang
dan tajam
3. Proses penyelesaian Ya
pemotongan dilakukan
setelah hewan mati
sempurna

15
4. Temperatur di ruang Ya
penanganan karkas
daging lebih dari 15°C
Karkas ternak Tidak Tidak ada alat cap
ruminansia dicap untuk daging
5. sebagai hasil postmortem
pemeriksaan post
mortem dengan bahan
yang diperbolehkan
untuk pangan
6. Proses pemingsanan Ya
dan proses
penyembelihan
dilakukan kurang dari
30 detik
F. Higiene Sanitasi
1. Penerapan higiene Ya
personel oleh pekerja
di RPH
2. Terdapat Ya
Standard
Operating
Procedures (SOP)
pembersihan dan
disinfeksi
3. Terdapat program Ya
pengendalian
serangga, rodensia
dan/atau binatang
pengganggu
4. Bahan kimia Ya
dan sanitizer
digunakan
sesuai dengan
persyaratan
G. Pengujian oleh Pihak Eksternal Terakreditasi
1. Terdapat Ya
pengujian
keamanan
pangan terhadap
produk akhir,
kualitas air
bersih di
laboraturium
minimal 1 kali
setahun

16
2. Terdapat kalibrasi Ya
peralatan minimal 1
kali setahun

3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Hewan dalam Penerapan


Kesejahteraan Hewan di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota Surabaya
Dokter hewan memiliki tugas dan kewenangan dalam memenuhi aspek
kesejahteraan pada hewan diwilayan tersebut, hal ini juga berfungsi untuk
menerapkan prinsip dasar kesrawan dan menjaga mutu pangan asal hewan.
Kesejahteraan hewan yang nantinya akan dipotong pada rumah potong hewan
harus terpenuhi agar penderitaan yang dialami oleh hewan ditekan seminimal
mungkin sebelum hewan tersebut dipotong. Animal welfare perlu
memperhatikan kenyaman, kesenangan maupun kesehatan hewan, seperti
penurunan hewan dari kendaraan angkut menuju kandang istirahat,
penggiringan hewan ke ruang pemotongan, handling dan restrain hewan,
penyembelihan hewan dan perlakuan hewan setelah kematian akibat
disembelih. Kesejahteraan hewan juga dapat memudahkan penanganan
hewan pada saat penyembelihan, memperkecil terjadinya kecelakaan hewan
dan penyembelih serta memperoleh kualitas daging yang ASUH serta tidak
mempengaruhi nilai gizi dan kesehatan masyarakat (Mandala et al. 2016).

Gambar 3. 4 Kandang Istirahat (Dokumentasi Pribadi, 2023).


Hewan potong yang kesejahteraannya tidak terpenuhi akan menjadi
stress, takut dan menimbulkan rasa sakit. Keadaan ini dapat terjadi pada saat
hewan dalam proses pengangkutan, pemasaran, dan penyembelihan. Stress

17
pada hewan akan berefek pada kualitas karkas yang disebut Dark Firm Dry
(DFD) yang akan mengakibatkan pengosongan persediaan glikogen otot.
Sehingga kadar asam laktat pada otot berkurang dan meningkatkan pH daging
melebihi normal. Kondisi ini menyebabkan kondisi postmortem tidak
berjalan sempurna terlihat dari warna daging yang gelap, kaku, dan kering
(Wenno et al., 2015).
Berdasarkan Permentan No. 13/Permentan/OT.140/1/2010, untuk
menjamin kriteria aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) pada daging, karkas,
dan jeroan, perlu dilakukan pengawasan kesehatan masyarakat veteriner di
RPH oleh dokter hewan berwenang. Oleh karena itu, produk asal hewan yang
ASUH dapat dihasilkan melalui penerapan kesejahteraan hewan yang
didefinisikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014
merupakan seluruh urusan terkait dengan kondisi fisik dan mental hewan
berdasarkan ukuran perilaku alami hewan yang perlu ditegakkan dan
diterapkan sebagai wujud perlindungan bagi hewan dari perlakuan yang tidak
layak (Mandala et al., 2016). Proses pemotongan hewan RPH Pegirian
diawali dengan pengistirahatan hewan ternak beberapa jam sebelum
dilakukan pemotongan. Hewan dipuasakan makan namun tetap diberikan
minum, kemudian hewan ditransportasikan ke ruang pemotongan dan
dirobohkan secara manual menggunakan tali dengan kondisi hewan tidak
dipingsankan terlebih dahulu dan dapat membuat hewan stress sebelum
dipotong, sehingga hal tersebut dapat menjadi koreksi untuk kedepannya
untuk memperbaiki management handling dan restrain hewan agar
meningkatkan kualitas daging yang dihasilkan di RPH Pegirian Kota
Surabaya. Hewan kemudian dipotong oleh juru sembelih halal menggunakan
pisau sembeli khusus yang sangat tajam untuk memutus saluran napas,
makan, dan pembuluh darah dengan syariat islam, sehingga diperoleh produk
pemotongan yang halal.

18
3.3 Pemeriksaan Antemortem di RPH Pegirian Kota Surabaya
Tabel 3. 2 Hasil pemeriksaan antemortem pada ternak di RPH Pegirian Kota Surabaya.
Hewan Ras Jenis Umur Kondisi Keputusan
Kelamin Antemortem
Sapi 1 Simental Jantan 7 tahun Sehat Layak dipotong
Sapi 2 PO Jantan 6 tahun Sehat Layak dipotong
Sapi 3 PO Jantan 10 tahun Sehat Layak dipotong
Sapi 4 PFH Jantan 7,5 Sehat Layak dipotong
tahun
Sapi 5 PFH Jantan 6 tahun Sehat Layak dipotong
Kambing PE Jantan 3 tahun Sehat Layak dipotong
1
Kambing PE Jantan 4 tahun Sehat Layak dipotong
2
Kambing Kacang Jantan 2,5 Sehat Layak dipotong
3 tahun
Babi 1 Landrace Jantan 1 tahun Sehat Layak dipotong
Babi 2 Landrace Jantan 8 bulan Sehat Layak dipotong

RPH Pegirian Kota Surabaya telah sesuai dengan PP No. 95 tahun 2012
tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan, dimana
dilakukan pemeriksaan antemortem. Berdasarkan pemeriksaan antemortem
yang dilakukan, hewan ternak harus dalam keadaan sehat, tidak menunjukkan
gejala suatu penyakit menular, bukan seekor betina produktif dan tidak
sedang bunting serta bukan hewan yang dilindungi.
3.4 Pemeriksaan Postmortem di Rumah Potong Hewan Pegirian Kota
Surabaya

Gambar 3. 5 Proses pencucian area pemeriksaan jeroan hijau


(Dokumentasi Pribadi, 2023).

Pemeriksaan postmortem dilakukan setelah hewan setelah disembelih.


Pemeriksaan postmortem bertujuan untuk menjamin kualitas dan kondisi

19
karkas dan organ lainnya dalam keadaan sehat dan memenuhi aspek ASUH
sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan bebas dari cemaran yang
membahayakan masyarakat. Pemeriksaan kesehatan ternak setelah dipotong
(post-mortem) mengacu pada Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
413/Kpts/TN.3l5/7/1992 tentang Pemotongan Hewan Potong dan
Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya. Dalam SK Menteri Pertanian
tersebut diatur tentang : pemeriksaan postmorten harus dilakukan daging dan
bagian-bagian hewan secara utuh, misalnya seutuhnya hepar dan seutuhnya
pulmo. Pemeriksaan postmortem dilakukan dengan menilai organ pada
hewan yang telah disembelih dengan cara dipalpasi untuk mengetahui
konsistensi organ yang diperiksa, melakukan inspeksi terhadap bentuk dan
warna organ. Serta dilakukan insisi pada organ untukmelihat adanya infeksi
parasite atau melihat adanya perubahan patologi lainnya. Setelah selesai
dilakukan pemeriksaan postmortem selanjutnya dilakukan pemberian
keputusan terhadap organ yang telah diperiksa.Menurut Rahardian (2016),
Ketika terdapat abnormalitas atau kelainan pada karkas maupun jeroan,
petugas pemeriksaan berwenang untuk mengafkir Sebagian atau seluruh
bagian daging atau jeroan yang tidak layak untuk dikonsumsi.
Pada praktiknya pemeriksaan postmortem di RPH Pegirian Kota
Surabaya dilakukan oleh dokter hewan dibantu oleh petugas RPH mulai dari
pemeriksaan karkas, jeroan merah dan jeroan hijau. Pemeriksaan meliputi
inspeksi, palpasi dan insisi. Berdasarkan pemeriksaan postmortem yang
dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 3.3. Pemeriksaan postmortem pada 3
ekor sapi, 3 kambing, 2 babi yang tidak menunjukkan abnormalitas pada
pemeriksaan postmortem memperoleh daging, hepar, pulmo jantung, limpa
dan saluran pencernaan yang baik, sehingga diperoleh keputusan daging serta
jeroan tersebut dapat diedarkan.
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan postmortem pada ternak di RPH Pegirian Kota Surabaya
Saluran
Keputusan
Hewan Karkas Hepar Pulmo Jantung Limpa Pencernaa
Postmortem
n
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Merah kecoklata muda, Abu- Layak
Sapi 1 matang terdapat
pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex

20
Merah
Merah Layak
kecoklata Merah
Merah sawo Tidak dikonsumsi,
n, ada muda, Abu-
Sapi 2 kekuninga matang terdapat bagian
nodul konsisten abu
n meruncin lesi bernodul
berjumlah si kenyal
g di apex dibuang
<5
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Merah kecoklata muda, Abu- Layak
Sapi 3 matang terdapat
pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex
Merah
Merah Merah
Merah sawo Tidak
kecoklata muda, Abu- Layak
Sapi 4 kekuninga matang terdapat
n tanpa konsisten abu dikonsumsi
n meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex
Merah Layak
Ditemukan Merah
sawo Tidak dikonsumsi
Merah adanya muda, Abu-
Sapi 5 matang terdapat dengan hepar
pucat cacing konsisten abu
meruncin lesi yang
trematoda si kenyal
g di apex dimusnahkan
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Kambin Merah kecoklata muda, Abu- Layak
matang terdapat
g1 pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Kambin Merah kecoklata muda, Abu- Layak
matang terdapat
g2 pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Kambin Merah kecoklata muda, Abu- Layak
matang terdapat
g3 pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Merah kecoklata muda, Abu- Layak
Babi 1 matang terdapat
pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex
Merah
Merah Merah
sawo Tidak
Merah kecoklata muda, Abu- Layak
Babi 2 matang terdapat
pucat n tanpa konsisten abu dikonsumsi
meruncin lesi
lesi si kenyal
g di apex

21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Konstruksi dan desain RPH Kota Surabaya sudah layak dan cukup
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada permentan nomer 13
tahun 2010, akan tetapi dibeberapa penilaian belum memenuhi standar
dari pembangunan RPH seperti kurangnya tempat untuk pemeriksaan
jeroan merah.
2. Implementasi tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam bidang
kesrawan adalah menerapkan lima prinsip kebebasan hewan untuk
menghindari stress berlebih pada hewan, dalam kaitannya penjagaan
mutu daging setelah dilakukan pemotongan.
3. Implementasi tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam pemeriksaan
antemortem dan postmortem adalah melakukan pemeriksaan sebelum
pemotongan dan setelah pemotongan dan memberikan keputusan
apakah hewan boleh dipotong atau tidak, dan apakah karkas atau jeroan
dan organ dalam boleh diedarkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat
atu tidak.
4.2 Saran
Sarana dan prasarana di RPH Kota Surabaya sebaikanya lebih
ditingkatkan seperti penambahan tempat pemeriksaan postmortem untuk
jeroan merah dan perbaikan pada lantai bangunan yang rusak dan selang air
agar memudahkan pembersihan darah pada lantai.

22
DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standar Nasional. 1999. [SNI] Standar Nasional Indonesia Nomor
01-6159-1999. Tentang Rumah Potong Hewan. Jakarta.

Dini Wahyuni, M. Fauzan Rizki, 2019. Analisis Sistem Penyembelihan Pada Rantai
Pasok Daging Sapi Halal. Talenta Conference Series: Energy and
Engineering (EE), 2(4).

Direktorat Jenderal Peternakan, 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan.


Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian.

Hendrasarie, N., dan Santosa, B. A. 2019. Pengolahan Limbah Cair Rumah Potong
Hewan Menggunakan Rotating Biological Contactor Modifikasi Sludge
Zone. Journal of Research and Technology, 5(2): 168–177.

Irwan & Prasettya, E. 2020. Penanggulangan Penyakit Zoonosis Melalui Metode


OH-Smart. Indonesia; Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat (JPKM).
1(1).

Mail, D.A.A., Fahmi, N.F., Putri, D.A., Hakiki, Moh.S., 2021. Kebijakan
Pemotongan Sapi di RPH (Rumah Potong Hewan) Dalam Kaitannya dengan
Prinsip Manajemen Halal dan HACPP (Hazard Analysis Critical Control
Point). Halal Research Journal, 1(1): 20–38.

Mandala, A.Y., Swacita, I.B.N., Suada, I.K., 2016. Penilaian Penerapan Animal
Welfare pada Proses Pemotongan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan
Mambal Kabupaten Badung. Indonesia Medicus Veterinus, 5(1): 1-12.

Mufidah, N., Kalsum, U., Ali, U., 2021. Studi Manajemen Penanganan Sapi
Antemortem Dan Postmortem Serta Kelayakan Daging Sapi Konsumsi Di
Beberapa Rumah Potong Hewan (RPH) Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Peternakan, 2(1): 23-32.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13/PERMENTAN/OT.140/1/2010 tentang


Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan
Daging.

Peraturan Pemerinta Republik Indonesia. 2012. ‘Kesehatan Masyarakat Veteriner


dan Kesejahteraan Hewan’. PP No. 95 Tahun 2012.

Rahardian, A. 2016. Penerapan Sistem Jaminan Halal dan Standar Rumah Potong
Hewan di RPH Kota Bengkulu. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

23
Stoochi, R., N. A. Mandolini, M. Marisalti dan N. Cammertoni. 2014. Animal
welfare Evaluation at a Slaughterhouse for Heavy Pigs Intended For
Processing. Italian Journal of Food Safety. Vol 3: 1712.

Tolistyawati,I., Widjaja, J., Isnawati, R., Lobo, L. 2015. Gambaran Rumah Potong
Hewan/Tempat Pemotongan Hewan di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Jurnal Vektor Penyakit, 9(2): 45-52.

Wijoyo, I.A., Rawendra, R., Purba, S.M.D., 2020. Penilaian Penerapan Aspek
Kesejahteraan Hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) eks-Karesidenan
Madiun. Jurnal Agriekstensia, 19(6): 64-69.

24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi RPH pegirian Kota Surabaya.
No. Gambar Keterangan
1. Kondisi Rumah
Potong Hewan (RPH)
untuk sapi.

25
2. Kondisi Rumah
Potong Hewan (RPH)
untuk Kambing.

26
3. Kondisi Rumah
Potong Hewan (RPH)
untuk Babi

27

Anda mungkin juga menyukai