Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN

Oleh:
SULTHON NURUR RIZKI, S.KH
190130100011065

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PPDH


ROTASI KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN

22-26 Juni 2020

Oleh:
Sulthon Nurur Rizki, S.KH
NIM. 190130100011065

Menyetujui,
Penguji 1 Penguji 2

............................................ ............................................
NIP. ................................. NIP. ..................................

Mengetahui,
Koordinator Rotasi Kesmavet

Dr. drh. Masdiana C. Padaga, M. App. Sc


NIP. 19560210 198403 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya

Drh Dyah Ayu Oktavianie AP., M Biotech


NIP. 19841026 200812 2 004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kegiatan PPDH Rotasi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) bagian
Karantina yang dilaksanakan secara daring oleh Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya dan Balai Besar Karantina Pertanian.

Malang, Juni 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Mohon daftar isi bisa dibuat secara otomatis menggunakan format yang ada di MS
Word

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................4
1.4 Manfaat................................................................................................4

BAB II ANALISIS SITUASI..................................................................................5


2.1 Profil dan Struktur Badan Karantina Pertanian dan UPTnya..............5
2.2 Peran dan Tugas Pokok Karantina Pertanian dalam Perdagangan
Internasional.......................................................................................5
2.3 Peran Karantina Dalam Pencegahan Masuk dan Keluarnya Penyakit
Hewan di Indonesia............................................................................5
2.4 Prosedur Karantina dan Dokumen Karantina......................................5
2.5 Prosedur Impor dan Ekspor................................................................5
2.6 Lalu Lintas Pemasukan dan Pengeluaran Domestik............................5

BAB III METODOLOGI.........................................................................................6


3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan..........................................................6
3.2 Metode dan Bentuk Kegiatan..............................................................6

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................8


5.1 Kesimpulan..........................................................................................8
5.2 Saran....................................................................................................8

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 ...
2.2 ...

2
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 ...
2.2 ...

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peranan dan fungsi karantina dalam era globalisasi dan perdagangan bebas
saat ini dirasakan sangat penting dalam perdagangan dunia (International Trade),
yang tidak lagi mengenal batas-batas wilayah antar negara (Borderless Country).
Hal ini dapat menimbulkan mudahnya penyebaran hama penyakit hewan menular
dari suatu negara ke negara lain. Untuk itu Karantina Hewan dituntut harus
mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara profesional, mandiri dan lebih
modern. Oleh sebab itu Karantina dalam menerapkan Sanitary and Pythosanitary
Agreement (SPS) - WTO terhadap lalu lintas komoditas pertanian khususnya
hewan dan produk hewan ditujukan untuk melindungi kehidupan dari ancaman
bahaya masuknya penyakit zoonosis atau bahan pangan yang tercemar mikroba
serta residu (antibiotika, logam berat, pertisida, dan bahan kimia lainnya) yang
dapat berakibat pada kematian atau gangguan kesehatan manusia maupun
kesehatan hewan serta kelestarian sumber daya alam hayati dan lingkungan hidup
(Baraniah, 2009).
Untuk mengantisipasi kemungkinan masuk dan tersebarnya penyakit
tersebut baik dari luar negeri maupun antar area di dalam negeri diperlukan
adanya pengawasan dan pemeriksaan yang menjadi peranan penting Badan
Karantina untuk melakukan tindakan pencegahan atau penolakan masuk dan
tersebarnya hama penyakit hewan. Oleh karena itu Badan Karantina Hewan
diharuskan melakukan kegiatan pengawasan, pemeriksaan dan tindakan karantina
terhadap lalu lintas hewan serta produk asal hewan yang dapat bertindak sebagai
media pembawa hama penyakit hewan karantina (Baraniah, 2009).
Pelaksanaan koasistensi ini diharapkan dapat mengetahui secara
menyeluruh kegiatan Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) yang berhubungan
dengan administrasi karantina hewan, dan mendapatkan pembelajaran tentang
peranan dokter hewan di ruang lingkup BBKP.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kegiatan administrasi, teknik operasional, dan pengawasan lalu
lintas hewan, bahan asal hewan maupun hasil bahan asal hewan, serta
pengawasan hama dan penyakit hewan karantina di Balai Besar Karantina
Pertanian?
2. Bagaimana tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam melakukan
tindakan karantina di Balai Besar Karantina Pertanian?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui kegiatan administrasi, teknik operasional dan pengawasan lalu
lintas hewan, bahan asal hewan maupun hasil bahan asal hewan, serta
pengawasan hama dan penyakit hewan karantina di Balai Besar Karantina
Pertanian.
2. Mengetahui tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam melakukan
tindakan karantina di Balai Besar Karantina Pertanian.

1.4 Manfaat
1. Mampu mengetahui peran dan kewenangan dokter hewan terhadap
prosedur pelayanan administrasi, tata laksana tindakan karantina dan alur
lalu lintas hewan, bahan pangan asal hewan dan hasil bahan asal hewan di
Balai Besar Karantina Pertanian.
2. Mampu mengetahui tugas pokok dan fungsi dokter hewan dalam
melakukan tindakan karantina di Balai Besar Karantina Pertanian.

5
BAB II ANALISIS SITUASI

2.1 Profil dan Struktur Balai Karantina Pertanian Surabaya


Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian, Kementrian
Pertanian yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
22/Permentan/OT.140/4/2008 Tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian. BBKP Surabaya yang dibentuk
sebagai UPT merupakan hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina
Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak.
UPT Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak sendiri pertama kali dibentuk
pada tahun 1978 dengan nama Balai Karantina Kehewanan Wilayah III Surabaya,
sedangkan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak dibentuk pada tahun
1980 dengan nama Karantina Tumbuhan Cabang Pelabuhan Tanjung Perak
(Barantan, 2010).
Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan,
dan Tumbuhan, pada pasal 3 dijelaskan bahwa pemerintah memberi kepercayaan
kepada UPT karantina hewan di setiap pintu masuk/keluar pada
bandara/pelabuhan laut untuk:
1. Mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina dari luar
negeri ke wilayah negara Indonesia
2. Mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina dari suatu
area ke area lain di wilayah negara Indonesia
3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina tertentu dari
wilayah negara Indonesia.
Struktur organisasi BBKP Surabaya terdiri atas bagian umum, bidang
karantina hewan, bidang karantina tumbuhan, bidang pengawasan dan
penindakan, serta kelompok jabatan fungsional yang keseluruhan bagian tersebut
dikepalai oleh Kepala Balai Karantina Hewan. Bagian umum terdiri dari tiga sub
bagian yaitu sub bagian program dan evaluasi, sub bagian kepegawaian dan tata

6
usaha, serta sub bagian keuangan dan perlengkapan. Bidang karantina hewan
terdiri dari seksi pelayanan operasional karantina hewan dan seksi informasi dan
sarana teknik karantina hewan. Seksi pelayanan operasional karantina hewan
mempunyai tugas melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan
dan pengawasan keamanan hayati hewani, sedangkan seksi informasi dan sarana
teknik karantina hewan mempunyai tugas melakukan pengelolaan sistem
informasi dan dokumentasi, serta pemberian layanan sarana teknik karantina
hewan. Bidang karantina tumbuhan terdiri dari seksi pelayanan operasional
karantina tumbuhan, dan seksi informasi dan sarana teknik karantina tumbuhan.
Bidang pengawasan dan penindakan terdiri dari seksi pengawasan dan penindakan
karantina tumbuhan dan seksi pengawasan dan penindakan karantina. Adapun
susunan jabatan secara struktural dapat dilihat pada gambar Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya

2.2 Peran dan Tugas Pokok Karantina Pertanian dalam Perdagangan


Internasional
Karantina pertanian rutin mengikuti sidang komite Sanitary and
Phytosanitary-World Trade Organization (SPS-WTO). SPS merupakan
kesepakatan WTO yang berkaitan dengan hubungan antara kesehatan dan

7
perdagangan internasional. SPS menentukan peraturan dan tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk melindungi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan,
ikan, tumbuhan dan Negara. Karantina pertanian juga rutin bekerjasama dengan
Negara-negara ASEAN, kerjasama sub-regional, kerjasama SPS ASEAN-FTA
dan kerjasama SPS non bilateral.
Karantina pertanian berperan sebagai National Notification Body (NNB)
yang bertanggung jawab dalam penyampaian ketentuan SPS baik yang akan,
sedang atau telah ditetapkan dan/atau diubah oleh Negara Republik Indonesia ke
Sekretariat SPS-WTO. Selain itu, karantina pertanian juga berperan sebagai
National Enquiry Point (NEP) yang bertanggung jawab untuk menerima dan
memberikan jawaban terhadap semua pertanyaan mengenai SPS, serta
menyediakan dokumen-dokumen mengenai ketentuan SPS.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, BBKP memiliki peran dalam
kegiatan:
1. Sosialisasi SPS melalui seminar/workshop/newsletter
2. Pertemuan rutin dengan instansi teknis terkait
3. Menyampaikan notifikasi Negara anggota ke instansi teknis terkait di
Indonesia
4. Menotifikasi rancangan/peraturan Indonesia sesuai permintaan instansi
pemrakarsa
5. Menyiapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang pelaksanaan transparansi
di Indonesia.

2.3 Peran Karantina Dalam Pencegahan Masuk dan Keluarnya Penyakit


Hewan di Indonesia
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal
3 April 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Karantina Pertanian,
mencatumkan bahwa tugas pokok dan fungsi karantina adalah melaksanakan
kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta mengawasi
keamanan hayati, hewani, dan nabati. Dalam melaksakan tugas tersebut, BBKP
memiliki peran dalam hal:
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan laporan.

8
2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa
hama peyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu
tumbuhan karantina (OPTK).
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK.
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK.
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan
tumbuhan
7. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan
hayati hewan dan nabati.
8. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina
hewan dan tumbuhan.
9. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan dibidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan
keamanan hayati hewani dan nabati.
10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.4 Prosedur Karantina dan Dokumen Karantina


Berdasarkan kegiatannya, prosedur karantina dapat dibagi menjadi
pengeluaran domestik, pemasukan domestik, serta ekspor-impor. Prosedur
karantina berdasarkan risiko media pembawa HPHK dapat dibagi menjadi risiko
tinggi (High Risk), risiko sedang (Medium Risk) dan risiko rendah (Low Risk).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor:
17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 tentang Dokumen Karantina, dokumen
karantina adalah semua formulir yang ditetapkan oleh Menteri dalam rangka tertib
administrasi pelaksanaan tindakan karantina. Dokumen karantina berdasarkan
penerbitannya dikelompokkan menjadi dokumen karantina yang diterbitkan oleh
petugas karantina, dokumen karantina yang diterbitkan oleh kepala UPT karantina
pertanian atau pejabat yang ditunjuk, dokumen karantina yang diisi oleh pemilik

9
media pembawa, serta dokumen karantina yang diisi oleh penanggung jawab alat
angkut. Dokumen karantina terdiri dari 12 jenis antara lain:
KH-1: Surat pengajuan awal sebagai permohonan pemeriksaan karantina. Form
tersebut wajib diisi oleh pemilik atau kuasa pemilik media pembawa.
KH-2: Surat Penugasan dari kepala badan karantina kepada dokter hewan
karantina dan paramedis untuk melakukan pemeriksaan MP-HPHK
berdasarkan Permohonan Pemeriksaan Karantina Hewan (KH-1). Hasil
pemeriksaan/diagnosa oleh Dokter Hewan Karantina segera dilaporkan
kepada Kepala UPT Karantina Hewan setempat untuk mendapatkan
disposisi/perintah lebih lanjut.
KH-3: Surat keterangan muatan hewan dan produk hewan. Surat ini disediakan
oleh UPT Karantina Hewan untuk diisi oleh nahkoda/pilot yang membawa
media pembawa pada saat melakukan pemeriksaan di atas alat angkut
khusus (Kapal Laut atau Pesawat Udara yang bermuatan hewan, produk
hewan, produk asal hewan dan benda lain) dan ditujukan kepada Kepala
UPT atau Dokter Hewan Karantina setempat.
KH-4: Surat keterangan penolakan bongkar muat hewan dan produk hewan. Surat
ini dibuat oleh Dokter Hewan Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan
yang menyatakan bahwa media pembawa berupa hewan/produk
hewan/benda lain ditolak untuk dibongkar/diturunkan dari alat angkut
karena tidak memenuhi persyaratan karantina.
KH-5: Surat keterangan persetujuan bongkar muat hewan dan produk hewan.
Surat ini dibuat oleh Dokter Hewan Karantina berdasarkan hasil
pemeriksaan yang menyatakan bahwa media pembawa berupa
hewan/produk hewan/benda lain disetujui dibongkar/diturunkan dari alat
angkut untuk dilakukan tindakan karantina lebih lanjut.
KH-6: Surat persetujuan muat hewan dan produk hewan. Dibuat oleh Dokter
Hewan Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyatakan media
pembawa berupa hewan/produk hewan/benda lain dinyatakan sehat dan
disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut.

10
KH-7: Surat perintah masuk hewan dan produk hewan ke karantina hewan,
misalnya dari pelabuhan laut ke instalasi. Dibuat oleh Dokter Hewan
Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa media
pembawa berupa hewan/produk hewan/benda lain disetujui untuk
dibongkar namun dengan ketentuan harus dimasukkan ke Instalasi
Karantina Hewan yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan Karantina
Pertanian untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
KH-8A: Surat perintah berita acara penahanan. Dibuat oleh Dokter Hewan
Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata belum memenuhi
persyaratan dan perlu dilakukan penahanan dengan berita acara penahanan
dan ditandatangani oleh pemilik/kuasanya.
KH-8B: Surat perintah berita acara penolakan. Dibuat oleh Dokter Hewan
Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen ternyata belum
memenuhi persyaratan dalam waktu yang telah ditetapkan dan/atau hasil
pemeriksaan kesehatan ditemukan HPHK golongan I, busuk, rusak, tidak
layak dan tidak aman dikonsumsi dan/atau dari daerah/negara yang
dilarang pemasukannya, pemasukannya tidak melalui tempat yang telah
ditetapkan yang dilakukan dengan berita acara penolakan serta
ditandatangani oleh saksi dan pemilik/kuasanya.
KH-8C: Surat perintah berita acara pemusnahan. Dibuat oleh Dokter Hewan
Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen ternyata belum
memenuhi persyaratan dalam waktu yang telah ditetapkan dan/atau hasil
pemeriksaan kesehatan ditemukan HPHK golongan I, busuk, rusak, tidak
layak dan tidak aman dikonsumsi dan/atau dari daerah/negara yang
dilarang pemasukannya, pemasukannya tidak melalui tempat yang telah
ditetapkan dan/atau tidak segera dibawa keluar dari wilayah RI atau dari
area tujuan, yang dilakukan dengan berita acara pemusnahan serta
ditandatangani oleh saksi – saksi dan pemilik/kuasanya.
KH-9: Sertifikat Kesehatan Hewan yang dibuat oleh Dokter Hewan Karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan kesehatan dan dinyatakan
sehat/bebas dari HPHK.

11
KH-10: Sertifikat Sanitasi Produk Hewan. Dibuat oleh Dokter Hewan Karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan sanitasi (kesehatan) produk
hewan dinyatakan bebas dari HPHK gol I dan gol II. Sertifikat ini berlaku
untuk sertifikasi produk hewan yang digunakan untuk keperluan konsumsi
manusia, makanan hewan, pertanian, industri, farmasi serta operasi
(bedah) termasuk daging, telur, susu, kulit, bulu, tanduk, telur tetas, telur
SPF, semen, ova (sel telur), tepung daging, tepung tulang, tepung darah,
tepung telur, tepung bulu dan produk hewan lainnya. Bagi produk hewan
untuk konsumsi manusia dinyatakan aman dan layak untuk dikonsumsi
serta dipisahkan antara yang halal dan yang tidak halal.
KH-11: Sertifikat untuk Benda Lain, misalnya pakan ternak yang dibuat oleh
Dokter Hewan Karantina berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan
sanitasi (kesehatan) benda lain tersebut. Surat Keterangan ini berlaku
untuk sertifikasi bahan biologik, bahan patogenik, pakan dan bahan baku
pakan, biakan organisme, sarana pengendalian hayati, kompos serta benda
lain yang bukan tergolong hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal
hewan yang mempunyai potensi penyebaran HPHK.
KH-12: Sertifikat pelepasan hewan dan produk hewan (ekpor, impor, dan
domestik) yang dibuat oleh Dokter Hewan Karantina berdasarkan hasil
pemeriksaan dokumen dan kesehatan/sanitasi yang menyatakan bahwa
media pembawa berupa hewan/produk hewan/benda lain tersebut telah
memenuhi kelengkapan dokumen karantina hewan yang dipersyaratkan
dan dinyatakan sehat, sanitasi yang baik, dan bebas dari ektoparasit.

2.5 Prosedur Impor dan Ekspor


2.5.1 Prosedur Impor
Prosedur impor melalui balai karantina meliputi pemasukkan hewan, asal
bahan hewan (HBH), hasil bahan asal hewan (HBAH) dan atau benda lain yang
berasal dari luar negeri dan atau pemasukan antar area harus melalui tahapan
pemasukan media pembawa. Pengguna jasa atau importer yang akan memasukkan
media pembawa harus mengajukan surat permohonan kepada petugas karantina

12
dengan mengisi surat permohonan pemeriksaan (form KH-01) secara online atau
langsung datang ke unit pelayanan karantina. Kemudian pengguna jasa harus
menyerahkan kelengkapan dokumen pemasukan media pembawa.
Kelengkapan dokumen yang telah diserahkan akan diperiksa oleh dokter
hewan yang telah ditunjuk. Bila dokumen lengkap, maka selanjutnya dikeluarkan
surat penugasan (form KH-02) sebagai tindakan karantina kepada medik dan
paramedik untuk dilakukan pemeriksaan lapang. Tindakan karantina berupa
pemeriksaan lapang meliputi kegiatan pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel
untuk pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan fisik yang tidak dapat dilakukan di
atas alat angkut maupun di pelabuhan, dapat dilakukan di instalasi karantina
termasuk pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium. Tindakan
karantina dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) pada media pembawa baik hewan, bahan asal hewan maupun
hasil bahan asal hewan.
Komoditi yang melebihi batas instalasi karantina akan diterbitkan surat
perintah masuk karantina hewan (form KH-07). Kegiatan pemindahan komoditi
dari alat angkut harus disertai surat perintah bongkar (form KH-05) dari karantina
hewan. Jika komoditi dinyatakan aman maka akan dikeluarkan sertifikat
pelepasan (form KH-12). Sebaliknya, jika dalam pemeriksaan kelengkapan
dokumen ditemukan bahwa dokumen tidak lengkap atau media pembawa
terdeteksi mengandung HPHK gol I dan gol II maka media pembawa akan ditolak
pemasukannya dan dikembalikan ke negara atau daerah asal (form KH 8b) atau
dilakukan tindakan penahanan (form KH 8a) dan sebagai langkah akhir yakni
pemusnahan melalui penerbitan surat perintah pemusnahan (KH 8c). Berikut
adalah gambar alur pelayanan impor antar negara dan domestik di BBKP.
2.5.2 Prosedur Ekspor
Sama seperti halnya impor, pengguna jasa yang akan melakukan ekspor
atau pengeluaran antar area harus melalui prosedur yang telah ditentukan oleh
badan karantina. Pengguna jasa yang akan melakukan ekspor dan atau
pengeluaran antar area untuk hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan
dan atau benda lain melaporkan kepada petugas karantina dengan mengisi surat

13
permohonan pemeriksaan (form KH-01), baik secara langsung ataupun via online
dengan melengkapi dokumen yang telah ditentukan.

Verifikasi kelengkapan dokumen dilakukan oleh dokter hewan yang telah


ditunjuk. Jika dokumen lengkap maka akan dikeluarkan surat penugasan (form
KH-02) kepada medik dan paramedik yang bertugas untuk pemeriksaan komoditi.
Tindakan karantina meliputi kegiatan pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel
untuk pemeriksaan laboratorium. Komoditi yang lolos atau dinyatakan sehat dan
aman dibuktikan dengan dikeluarkannya :
- Surat Keterangan Sehat (hewan) (form KH-09)
- Surat Keterangan Sanitasi Produk Hewan (BAH atau HBAH) (form KH-10)
- Surat Keterangan untuk Benda Lain dari Karantina (form KH-11)
Sebaliknya, jika dalam pemeriksaan kelengkapan dokumen ditemukan
bahwa dokumen tidak lengkap atau media pembawa terdeteksi mengandung
HPHK gol I dan gol II maka media pembawa akan ditolak pemasukannya dan
dikembalikan ke negara atau daerah asal (form KH 8b) atau dilakukan tindakan
penahanan (form KH 8a) dan sebagai langkah akhir yakni pemusnahan melalui
penerbitan surat perintah pemusnahan (KH 8c).

2.6 Lalu Lintas Pemasukan dan Pengeluaran Domestik


2.6.1 Pemasukan Domestik
Pengiriman media pembawa antar daerah di Indonesia memerlukan
beberapa persyaratan dan dokumen yang juga harus dilengkapi. Pengguna jasa
harus mengajukan permohonan pemeriksaan karantina dan dokumen – dokumen
yang daiantaranya adalah:
a. Sertifikat Kesehatan Hewan (Health Certificate) yang diterbitkan oleh
Dokter Hewan Karantina dari tempat pengeluaran.
b. Surat rekomendasi teknis pemasukan bagi media pembawa yang
tergolong hewan ternak, produk hewan yang diterbitkan oleh Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
c. Surat ijin pemasukan hewan/produk hewan yang diterbitkan oleh Badan
Penanaman modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu.

14
d. Surat Angkut Tumbuhan Dan Satwa Dalam Negeri (SATSDN) bagi
media pembawa yang tergolong hewan liar yang diterbitkan oleh
BKSDA.
e. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat
pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.
Kelengkapan dokumen akan diperiksa oleh dokter hewan yang telah
ditunjuk. Jika dokumen tidak lengkap maka akan dilakukan penahanan sampai
batas waktu yang telah ditentukan yaitu maksimal 3 hari. Setelah batas waktu
tersebut habis dan pengguna jasa tidak bisa melengkapi dokumen, maka komoditi
tersebutakan ditolak untuk masuk. Namun jika dokumen telah lengkap maka akan
dilakukan tindakan karantina seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium
dan perlakuan.
2.6.2 Pengeluaran Domestik
Pengguna jasa pengiriman media pembawa antar daerah di Indonesia harus
melengkapi beberapa persyaratan serta dokumen – dokumen dianataranya adalah:
a. Sertifikat Hesehatan Hewan (Health Certificate) yang diterbitkan oleh
Dokter Hewan Karantina dari tempat pengeluaran.
b. Surat rekomendasi teknis pemasukan bagi media pembawa yang
tergolong hewan ternak dan produk hewan yang diterbitkan oleh Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan.
c. Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH)/Surat Keterangan Sanitasi
Produk Hewan yang diterbitkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
d. Surat ijin pemasukan hewan/produk hewan yang diterbitkan oleh Badan
Penanaman modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu.
e. Surat Angkut Tumbuhan Dan Satwa Dalam Negeri (SATSDN) bagi
media pembawa yang tergolong hewan liar yang diterbitkan oleh
BKSDA.
f. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat
pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.

15
Pengguna jasa yang akan melakukan pengeluaran domestik harus melalui
prosedur yang telah ditentukan oleh badan karantina. Alur kegiatan keluar
domestik adalah sebagai berikut:
1) Pengguna jasa atau kuasanya melaporkan rencana ekspor hewan / BAH/
hasil BAH atau benda lain dengan mengisi form Permohonan
Pemeriksaan Karantina (KH-1) melalui PPK online/manual.
2) Petugas Karantina melakukan pemeriksaan terhadap pemenuhan
dokumen persyaratan (kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan
dokumen).
3) Dokter Hewan Karantina melakukan pemeriksaan menerbitkan surat
Perintah Masuk Instalasi Karantina Hewan/ Order To Take Into The
Animal Quarantine Installation (KH-7).
4) Petugas Karantina melakukan tindakan karantina di IKH.
5) Dokter Hewan Karantina menerbitkan Sertifikat Kesehatan Hewan/
Health Certificate (KH-11) terhadap hewan yang sehat / Sertifikat
Sanitasi Produk Hewan/Sanitary Certificate Animal Products (KH12)/
Sertifikat keterangan untuk benda lain (KH-13) layak diberangkatkan
(diekspor), dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, serta telah
menyelesaikan
6) Kewajiban membayar PNBP sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.
7) Dokter Hewan Karantina menerbitkan Surat Persetujuan Muat/
Approval of Loading (KH-6).

16
BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan koasistensi PPDH rotasi Kesmavet dilakukan secara daring
bersama dengan Balai Besar Karantina Pertanian pada tanggal 22 Juni 2020 – 26
Juni 2020.

3.2 Metode dan Bentuk Kegiatan


Metode kegiatan dilaksanakan secara daring dengan menggunakan
platform VLM Universitas Brawijaya. Tata cara menggunakan VLM yaitu dengan
memasukkan enrollment key “Karantina”. Penugasan dan pengerjaan kuis
dilakukan setiap hari setelah selesai daring.

17
BAB IV PEMBAHASAN

Dokter hewan petugas karantina yang selanjutnya disebut dokter hewan


karantina adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Menteri untuk melaksanakan
tindakan karantina. Tindakan karantina dilakukan oleh petugas karantina, berupa:
pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan,
pemusnahan, dan pembebasan.
1. Pemeriksaan kesehatan dan sanitasi media pembawa dilakukan secara fisik
dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan dan pemeriksaan kemurnian
atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan, dan benda lain. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter hewan dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium (jika diperlukan). Apabila
dokter hewan karantina belum dapat meneguhkan diagnosa, maka dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium, patologi, uji biologis, uji
diagnostik, atau teknik dan metode pemeriksaan lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
2. Pengasingan dilakukan terhadap sebagian atau seluruh media pembawa
untuk diadakan pengamatan, pemeriksaan, dan perlakuan dengan tujuan
untuk mencegah kemungkinan penyebaran hama penyakit hewan
karantina. Lama waktu pengasingan sangat tergantung pada lamanya
waktu yang dibutuhkan bagi pengamatan, pemeriksaan, dan atau perlakuan
terhadap media pembawa. Lama waktu pengasingan dijadikan sebagai
dasar penetapan masa karantina. Masa karantina terhitung sejak media
pembawa diserahkan oleh pemiliknya kepada petugas karantina sampai
dengan selesainya pelaksanaan tindakan karantina terhadap media
pembawa.
3. Pengamatan dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut hama penyakit
hewan karantina dengan cara mengamati timbulnya gejala hama penyakit
hewan karantina (HPHK) pada media pembawa selama pengasingan
dengan menggunakan sistem semua masuk semua keluar. Pengamatan
juga dapat dilakukan untuk mengamati situasi HPHK pada suatu negara,

18
area, atau tempat. Lama waktu pengamatan atau masa pengamatan
terhitung sejak dimulai sampai dengan selesainya pelaksanaan tindakan
pengamatan dan didasarkan pada lamanya masa inkubasi, sifat subklinis
penyakit, dan sifat pembawa dari suatu jenis media pembawa. Pengamatan
dilakukan dengan ketentuan, diantaranya: untuk pemasukan dari luar
negeri dilakukan di instansi karantina atau pada tempat atau area
pemasukan; untuk pengangkutan antar area, diutamakan pada area
pengeluaran, atau untuk pengeluaran ke luar negeri, pengamatan
disesuaikan dengan permintaan negara tujuan. Penyakit-penyakit yang
belum diketahui masa inkubasi, sifat hama penyakit dan cara
penularannya, belum pernah ada, atau sudah bebas di area atau wilayah
negara Republik Indonesia, maka masa pengamatannya diatur lebih lanjut
dengan keputusan Menteri (PP No. 82 Tahun 2000).
4. Tindakan perlakuan adalah untuk membedakan dan menyucihamakan
media pembawa dari hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain
yang bersifat preventif, kuratif, dan promotif. Tindakan tersebut dapat
dilakukan setelah media pembawa terlebih dahulu diperiksa secara fisik
dan dinilai tidak mengganggu proses pengamatan dan pemeriksaan
selanjutnya.
5. Penahanan dilaksanakan setelah media pembawa belum memenuhi
persyaratan karantina sebagaimana yang telah ditentukan atau dokumen
lain yang dipersyaratkan oleh Menteri lain yang terkait waktu pemasukan,
transit, atau pengeluaran di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Penahanan dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
fisik terhadap media pembawa dan diduga berpotensi membahayakan,
serta menyebarkan HPHK. Selama masa penahanan dapat dilakukan
tindakan karantina lain yang bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan
adanya HPHK, penyakit hewan lainnya, dan mencegah kemungkinan
penularannya. Hal tersebut atas pertimbangan dokter hewan karantina.
6. Penolakan dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukan ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia apabila ternyata setelah dilakukan

19
pemeriksaan dokumen tidak seluruhnya terpenuhi yang telah ditentukan,
setelah dilakukan pemeriksaan di atas alat angkut, ternyata tertular HPHK
atau BAH/HBAH telah mengalami kerusakan, terkontaminasi,
membahayakan kehidupan manusia dan hewan; apabila setelah dilakukan
penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus dilengkapi dalam
batas waktu yang telah ditentukan tidak dapat dipenuhi, serta setelah
diberikan pelakukan di atas alat angkut, tidak dapat disembuhkan atau
disucihamakan dari HPHK. Jika penolakan tidak ditetapkan batas
waktunya secara khusus, maka penolakannya dilakukan pada kesempatan
pertama. Penolakan dilakukan oleh atau berkoordinasi dengan penanggung
jawab tempat pemasukan, transit, atau pengeluaran segera setelah
memperoleh saran dari dokter hewan karantina. Penolakan dapat dilakukan
terhadap pembawa yang transit dan akan dikeluarkan dari satu area ke area
lain atau ke luar wilayah negara Republik Indonesia.
7. Pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan atau dari suatu area ke area
lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia, apabila ternyata :
a. setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan
dilakukan pemeriksaan, tertular hama penyakit hewan karantina
tertentu yang ditetapkan oleh Menteri, busuk, rusak, atau merupakan
jenis-jenis yang dilarang pemasukannya;
b. media pembawa yang ditolak tidak segera dibawa ke luar dari wilayah
negara Republik Indonesia atau dari area tujuan oleh pemiliknya dalam
batas waktu yang ditetapkan;
c. setelah dilakukan pengamatan dalam pengasingan, tertular hama
penyakit hewan karantina tertentu yang ditetapkan oleh Menteri; atau
d. setelah media pembawa tersebut diturunkan dari alat angkut dan diberi
perlakuan, tidak dapat disembuhkan dan atau disucihamakan dari hama
penyakit hewan karantina.
Pemusnahan dapat dilakukan yang diturunkan pada waktu transit atau
akan dikeluarkan dari satu area ke area lain atau keluar wilayah.

20
Pemusnahan media pembawa yang dilakukan di luar instansi tempat
pemasukan atau pengeluaran, harus dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan pemerintah daerah yang bersangkutan. Pemusnahan harus
disaksikan oleh petugas kepolisian dan petugas instansi lain yang terkait.
8. Tindakan pembebasan dapat dilakukan terhadap media pembawa yang
dimasukan ke dalam maupun dikeluarkan dari wilayah negara Republik
Indonesia, serta diberikan sertifikat pelepasan (KH-12) apabila ternyata: a.
setelah dilakukan pemeriksaan tidak tertular HPHK; b. setelah dilakukan
pengamatan dalam pengasingan tidak tertular HPHK; c. setelah dilakukan
perlakuan dapat disembuhkan dari HPHK; atau d. setelah dilakukan
penahanan seluruh persyaratan yang diwajibkan dapat dipenuhi.
Pemberian sertifikat pelepasan terhadap media pembawa ditujukan kepada
dokter hewan yang berwenang di daerah tujuan.

21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai