cara membentuk reactive oxygen species (ROS) yang dapat menimbulkan kerusakan pada
membran sel, protein, dan deoxyribose-nucleid acid (DNA) pada pulau langerhans pankreas.
menghasilkan perubahan DNA sel beta akibat alkilasi DNA melalui gugus nitrogen
mengakibatkan kerusakan pada DNA sel β pankreas. Pemindahan gugus metil dari MLD-
STZ ke molekul DNA menyebabkan kerusakan DNA sel β pankreas. Glikosilasi protein juga
dapat menjadi faktor penyebab kerusakan DNA. Kerusakan DNA akan mengaktivasi poly
adenine dinocleoyide (NAD+¿ ¿) sehingga terjadi penurunan ATP dan akhirnya terjadi nekrosis
sel β pankreas. Nekrosis sel β pankreas mengakibatkan gangguan produksi insulin sehingga
terjadi berbagai gangguan metabolisme seperti metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
darah. Keadaan kadar gula darah yang melebihi normal disebut hiperglikemia, sehingga
Hiperglikemia pada tikus DM ditandai dengan kadar gula darah > 200 mg/dl. Pada
hewan DM yang mengalami kondisi luka, terjadi hambatan penyembuhan luka yang
diakibatkan oleh tingginya kadar gula dalam darah tersebut. Kondisi ini meningkatkan
senyawa oksigen reaktif ROS melalui jalur glikasi non enzimatik yaitu peningkatan AGE
(Advanced Glycosylation end Product), poliol dan aktivasi protein kinase C (PKC). aktivasi
jalur heksosamin, dan pembentukan ROS pada mitokondria. Insisi pada tikus diabetes
mellitus menyebabkan reaksi inflamasi pada luka yang ditandai dengan adanya makrofag.
Makrofag memproduksi ROS yang jumlahnya meningkat pada fase inflamasi pada
penyembuhan luka. Sel monosit dalam darah akan menjadi teraktivasi dan menjadi makrofag,
yang berperan besar dalam tahap inflamasi penyembuhan luka dan gangguan terhadap fungsi
Makrofag akan mengganggu penyembuhan luka. Setelah teraktivasi, makrofag sendiri juga
akan menghasilkan PDGF dan TGF-β. Sifat fagositik dari makrofag bertujuan untuk
mengeliminasi sel dan matrik yang rusak. Netrofil yang penuh dengan patogen, benda asing
dan sisa bakteri yang masih tersisa. Adanya wound macrophage menandakan akhir proses
inflamasi dan segera dimulainya proses proliferasi. Fase proliferasi penyembuhan luka di
pengaruhi oleh stimulator growth hormon hasil sekresi hati, yang merupakan protein atau
hormon steroid. Growth factor sangat penting dalam regulasi seluler dan berperan sebagai
signal antar sel yang terjadi pada matriks ekstra seluler (ECM). Sitokin dan hormon
sitomastatin yang menempel pada reseptor dari sel fibroblas dermal, yaitu hormon proinsulin
IGF-1. Efek hormon reseptor IGF-1 yang dapat menstimulator reepitalisasi yang diproduksi
oleh sel fibroblas dermal sehingga dapat mendegradasi komponen matriks ekstra seluler
(ECM). IGF-1 bekerja secara parakrin memicu proliferasi pada kultur sel basal keratinosit
dan membantu dalam regulasi sintesis hialuronan pada sel fibroblas (Kuroda, 2001).
(karen et al., 2010). Menurut Suprapto (2017) menunjukan aksi IGF-1 dapat melakukan
penekanan insulin melalui hormon somatostatin pada diabetes tipe 1 yang mana kadar IGF-1
menurun.
Pemberian terapi ekstrak kulit jeruk manis diberikan secara oral dan topikal dengan
tujuan mempercepat proses penyembuhan luka insisi pada penderita DM. Kulit jeruk manis
flavonoid. Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan dengan mengikat radikal bebas
sehingga dapat mengurangi stress oksidatif. Jika stress oksidatif berkurang maka dapat
mengurangi tesistensi terhadap kerja insulin dapat mencegah perkembangan disfungsi dan
kerusakan sel beta pankreas. Vitamin A sangat penting bagi fungsi dan integritas sel epitel
normal dengan membantu menstimulasi sekresi mucus pada permukaan sel epitel untuk
melapisi dan melindungi jaringan dari invasi mikroorganisme dan mendukung diferensiasi sel
epitel. Vitamin C menyebabkan daerah luka menjadi tahan terhadap infeksi dengan
memfasilitasi migrasi leukosit ke area luka. Kandungan vitamin E memiliki aktivitas anti-
cyclooxygenase (COX). Flavonoid dapat meningkatkan ekspresi reseptor insulin- like growth
factor-1 (IGF-1) sebagai mediator proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen (). flavonoid dan
glikosida iridoid juga mampu menghambat pengeluaran enzim degradatif dari sel neutrofil.
dengan mengurangi kuantitas COX-2 (Kartikaningtyas et al., 2015). Kombinasi pemberian terapi
ekstrak kulit jeruk manis secara oral dan topikal akan menghambat proses terjadinya inflamasi
penurunan jumlah sel MN, sehingga fase penyembuhan luka dapat berlangsung lebih cepat