Disusun Oleh:
i
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT
“RSUD Ngudi Waluyo Wlingi”
Disusun Oleh:
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
(apt. Esti Ambar Widyaningrum, M.Farm) (apt, Yunita Dwi Tanti, S. Si., M.Farm Klin)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini disusun berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan PKPA yang
telah dilaksanakan oleh penulis di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi pada tanggal 7
Desember 2020 – 9 Januari 2020.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Rumah Sakit sebelum
melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Dalam pengerjaan laporan
ini, banyak pihak telah terlibat dan membantu. Oleh sebab itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. Dra. Ec. Lianawati, MBA., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri,
2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri,
3. apt. Dewy Resty Basuki, S.Farm., M.Farm, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri,
4. apt. Yogi Bhakti Marhenta, M.Farm., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. apt. Fenita Shoviantari, M.Farm., selaku Sekretaris Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
6. apt. Esti Ambar Widyaningrum, M.Farm. selaku pembimbing yang telah
memberikan kesempatan ya ng sangat berharga dan atas waktu, bimbingan,
saran, masukan, arahan, koreksi serta nasehat dengan penuh kesabaran dan
ketelatenan, sehingga laporan ini dapat terselesaikan,
7. Apt, Yunita Dwi Tanti, S. Si., M.Farm Klin. selaku pembimbing lapangan yang
telah memberikan ilmu dan kesempatan sangat berharga belajar di RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi,
iii
8. Teman-teman Apoteker angkatan 2020, terimakasih atas semua senyum, canda,
dan tawa kalian.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas segala bantuan
yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat menyadari bahwa dalam
menyusun laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca khususnya di bidang farmasi.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang PKPA..................................................................................1
B. Tujuan PKPA...............................................................................................2
C. Manfaat PKPA.............................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
A. Pengertian Rumah Sakit...............................................................................4
B. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit....................................................................4
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-Undangan.............................5
D. Klasifikasi Rumah Sakit...............................................................................5
E. Instalasi Farmasi Rumah Sakit.....................................................................8
F. Komite /Tim Farmasi Terapi (KFT)..........................................................29
G. Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba...........................................30
BAB III..................................................................................................................39
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT..............................................................39
A. Sejarah........................................................................................................39
B. Visi dan Misi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi..............................................42
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana.....................................................................42
D. Struktur Organisasi.....................................................................................44
BAB IV..................................................................................................................45
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN......................................................45
A. Kegiatan Yang Dilakukan..........................................................................45
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP di Rawat Inap
45
v
2. Depo Farmasi Rawat Jalan......................................................................51
3. Depo IGD................................................................................................55
4. Depo OK..................................................................................................57
5. Farmasi Klinis.........................................................................................60
B. Tugas Yang Dikerjakan Selama PKPA......................................................62
C. Pembahasan................................................................................................63
BAB V....................................................................................................................70
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................70
A. Kesimpulan................................................................................................70
B. Saran...........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSUD Ngudi Waluyo Kabupaten Blitar………36
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran ........................................................................................................74
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Tujuan PKPA
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi adalah sebagai berikut.
1. Mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di
Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi
khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya.
2. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis
untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian
serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di Rumah Sakit.
C. Manfaat PKPA
1. Mahasiswa mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit berdasarkan ilmu pengetahuan, standar
praktek kefarmasian, perundang-undangan yang berlaku dan etik profesi.
2. Mampu mempraktekkan asuhan kefarmasian agar tercapainya tujuan
terapi bagi penderita di rumah sakit.
3
4
5
b) Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu dan efisien.
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
menggunakan metode konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
1) Anggaran yang tersedia
2) Penetapan prioritas
3) Sisa persediaan
4) Data pemakaian periode yang lalu
5) Waktu tunggu pemesanan
6) Rencana pengembangan.
Dasar-dasar metode perencanaan meliputi:
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas
analisa data konsumsi obat periode sebelumnya. Perhitungan
kebutuhan obat dengan metode konsumsi perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana
b. Metode Epidemiologi
Metode ini dapat juga disebut dengan metode morbiditas.
Metode ini dalam perhitungannya menggunakan data pola
penyakit. Metode epidemiologi didasarkan pada jumlah
15
pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, obat yang ada pada
pasien, dan rekam medik / medication chart. Data obat yang
dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya.
Semua obat yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun
obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses
rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang
pernah, sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau
ketidakcocokan adalah bilamana ditemukan
ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang,
berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan
ini dapat bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat
penulisan resep maupun tidak disengaja (unintentional) dimana
dokter tidak tahuadanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidaksesuaian dokumentasi. Bila ada ketidaksesuaian, maka
dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang
harus dilakukan oleh Apoteker adalah:
a. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut
disengajaatau tidak disengaja
b. Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti; dan
c. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu
dilakukannya rekonsilliasi obat.
4. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga
pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi.
Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi obat yang
diberikan.
27
seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka
sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka
sekretarisnya adalah dokter.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur,
sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan
sekali dalam satu bulan. Rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat
mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat
memberikan masukan bagi pengelolaan Komite/Tim Farmasi dan Terapi,
memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang
bermanfaat bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas:
1) Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit.
2) Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam
formularium rumah sakit
3) Mengembangkan standar terapi
4) Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat
5) Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang
rasional
6) Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki
7) Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
8) Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah
sakit.
2) Kebijakan Khusus
a. Pengobatan awal
1. Pasien yang secara klinis diduga atau diidentifikasi
mengalami infeksi bakteri diberi antibiotik empirik selama
48-72 jam.
2. Pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data hasil
pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi.
3. Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilan
spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi.
b. Antibiotik empirik ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan
kepekaan antibiotik setempat.
c. Prinsip pemilihan antibiotik.
1. Pilihan pertama (first choice).
2. Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).
3. Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi.
d. Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan
menerapkan automatic stop order sesuai dengan indikasi
pemberian antibiotik yaitu profilaksis, terapi empirik, atau terapi
definitif.
e. Pelayanan laboratorium mikrobiologi.
1. Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotik dikeluarkan
secara berkala setiap tahun.
2. Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus cepat dan
akurat.
3. Bila sarana pemeriksaan mikrobiologi belum lengkap, maka
diupayakan adanya pemeriksaan pulasan gram dan KOH.
BAB III
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Sejarah
Awal kemerdekaan Republik Indonesia, saat itu RSUD Ngudi Waluyo
Wlingi masih bernama RSUD Wlingi. RSUD Wlingi masih menjadi balai
pengobatan yang hanya melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan. Tahun
1950, balai pengobatan cikal bakal RSUD Wlingi berubah menjadi rumah
sakit umum yang merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Blitar
yang bernama RSUD Wlingi.
Secara garis besar, sejarah RSUD Ngudi Waluyo dibagi menjadi 2
periode. Periode pertama saat RSUD Wlingi menempati gedung lama di JI.
Urip Sumoharjo dan periode RSUD Wlingi di gedung baru JI. Dr. Sucipto.
Menempati gedung lama yang terletak di Jalan Urip Sumoharjo Wlingi,
RSUD Wlingi menempati bangunan bekas bank pada awal kemerdekaan RI.
Saat itu RSUD Wlingi menyelenggarakan perawatan rawat jalan dan rawat
inap dengan 50 tempat tidur.
Dokter yang bertugas saat itu dr. Steward, seorang dokter umum dan
Australia. Belum ada arsip yang menjelaskan tentang dr. steward. Dr.
Steward kemudian diganti oleh dokter Kunzel (1958-1964), seorang dokter
umum yang juga belum ditemukan arsip yang menjelaskan tentang beliau.
Kepala rumah sakit di RSUD Wlingi selanjutnya berturut-turut adalah dr.
Pratanu Hidayat (dr. Tan Giem Giat) (1964-1966), dr. Made Mahayasa
(1966-1968), dr. Alit Bagiarta (1968-1969), dr. Djumadi Duljadi (1967-1970)
dan dr. H. Subroto mulai dinas di RSUD Wlingi tahun 1970.
Masa itu adalah masa sulit karena keterbatasan sumber daya manusia,
sarana, dan prasarana. Baik kualitas maupun kuantitas. Dr. Steuward sampai
pertengahan masa jabatan dr. Pratanu hidayat adalah satu-satunya dokter
umum yang berdinas sebagai direktur maupun aktif melayani pasien. Jumlah
perawat dan pegawai non-medis saat itu juga masih terbatas dengan
pendidikan seadanya. Bahkan pada masa jabatan AIm. dr. Pratanu Hidayat
merangkap jabatan sebagai Kepala Dinas Kabupaten Blitar.
40
Berdasarkan uji coba tersebut, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi disetujui sebagai
rumah sakit unit swadana oleh menteri dalam negeri berdasarkan SK
Mendagri nomor 445/ 867/ PUOD. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi resmi
ditetapkan sebagai rumah sakit unit swadana berdasarkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri Rl Nomor: 445.35-028 tanggal 9 Januari 1998.
Tongkat estafet kepemimpinan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dilanjutkan
oleh dr. Budi Winarno M.M (1999-2013). Pada tanggal 21 Maret 2002,
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ditetapkan sebagai Badan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (BPKM) berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor:
3 Tahun 2002.
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi terus berkembang dan berbenah. Pada
tahun 2004, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ditetapkan menjadi Rumah sakit
Tipe B Non-Pendidikan oleh Menteri Kesehatan Rl dengan Keputusan nomor
1176/ Menkes/ SK/ X / 2004 pada tanggal 18 Oktober 2004. Surat keputusan
ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati Blitar Nomor 293/
2004 pada tanggal 23 November 2004.
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ditetapkan sebagai rumah sakit badan
layanan umum daerah (BLUD) pada tanggal 14 Juli 2008 dengan Keputusan
Bupati Nomor 188/ 225/ 409.02/ KPTS/2008 dan direalisasi sejak tanggal 1
Januari 2009. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi telah terakreditasi 16 bidang
pelayanan melalui sertifikat dan Kementrian Kesehatan Rl Nomor YM. 01.
9/111/843/ 11 pada tanggal 22 Maret 2011 yang berlaku sampai dengan
tanggal 22 Maret 2014.
Direktur RSUD Ngudi Waluyo kemudian diemban oleh dr. Ahas
Loekqijana Agrawati, MARS (2014-sekarang). Di bawah kepemimpinan
beliau, pada tanggal Desember 2016 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi telah lulus
akreditasi A bintang 5 versi 2012 melaui sertifikat dan Kementrian Kesehatan
Rl dengan Nomor KARS-SERT/ 478/ Xll/ 2016.
42
9. Audiometri
b. Bangunan yang digunakan untuk layanan umum meliputi :
1. Instalasi rawat jalan
2. Instalasi rawat inap
3. Instalasi gawat darurat
4. Instalasi bedah sentral
5. Instalasi farmasi
6. Instalasi laboratorium
7. Instalasi rehabilitasi medik
c. Bangunan fasilitas umum meliputi :
1. Masjid
2. ATM
3. Kantin
4. Tempat parkir
5. Security
d. Bangunan fasilitas penunjang meliputi :
1. Instalasi Sentralisasi Sentral (SSD)
2. Instalasi laundry
3. Instalasi kedokteran kehakiman
4. Instalasi gizi
5. Instalasi pemelihara sarana
6. Instalasi sanitasi dengan unit pengolahan air limbah dan
incenerator
44
D. Struktur Organisasi
BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN
e. Pendistribusian
Depo Farmasi Sentral melayani pasien dari ruang rawat inap:
a) Dahlia 1
b) Dahlia 2
c) Jantung Paru
d) Stroke Center
e) ICU / ICCU
f) Cempaka (Kamar Bersalin)
g) Hemodialisa
h) Anggrek (Anak)
i) Bougenville (Bedah)
j) Flamboyan (VIP / VVIP)
k) Edelweis (Bayi / Neonatus)
l) Poli Endoscopy
Sebelum resep dari dokter dilayani, dilakukan terlebih dahulu
telaah resep oleh Apoteker klinis di ruangan, yang meliputi telaah
Klinis, Farmasetis dan Administratif. Apoteker diruangan juga
memeriksa apakah ada obat diloker pasien yang masih ada atau
sudah tidak dipergunakan lagi. Apabila ditemukan maka akan di
retur ke depo sentral.
Sistem distribusi perbekalan farmasi di depo farmasi rawat
inap untuk obat oral dilakukan secara ODD (One Daily Dose
Dispensing) dan UDD (Unit Dose Dispensing) untuk alkes, infus
dan obat injeksi.
Perbekalan farmasi akan disiapkan untuk kebutuhan pasien
dalam satu hari dan diantar ke ruang perawatan. One Daily Dose
dispensing (ODD) dalam sistem ini pasien mendapatkan obat yang
sudah dipisah-pisah untuk pemakaian satu hari
Sistem unit dosis merupakan pendistribusian sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal untuk
penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
50
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan
dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
1. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving)
2. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam
waktu tiga bulan berturut-turut (death stock)
3. Stok opname yang dilakukan tiap bulan dan tiap akhir tahun
yang dilaksanakan serentak seluruh instalasi farmasi rumah
sakit.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
51
h. Poli Kandungan
i. Poli Bedah
j. Poli Syaraf
k. Poli Mata
l. Poli Gizi
m. Poli Rehab Medik
n. Poli Kulit Kelamin
o. Poli Jantung
p. Poli Orthopedy
q. Poli Endoscopy
r. Poli ISNA
s. Poli Jiwa
t. Poli Psikologi
Sistem distribusi yang digunakan yaitu Sistem Resep Perorangan.
Sistem resep perorangan merupakan pendistribusian Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep
perorangan untuk pasien rawat jalan melalui Instalasi Farmasi.
Depo Farmasi Rawat Jalan melakukan kegiatan pelayanan pasien
rawat jalan, dan juga, memberikan pelayanan konseling obat. Elektronik
resep (e-resep) diberlakukan secara bertahap dimulai di rawat jalan.
Hanya dokter yang memiliki user name dan pasword sebagai pengganti
paraf atau tanda tangan dan bersifat individu, yang boleh menggunakan
resep elektronik (e-resep). User nama dan pasword hanya boleh
digunakan dan berlaku selama dokter penulis resep diberi kewenangan
oleh Direktur.
Alur Pelayanan farmasi di Depo rawat jalan RSUD Ngudi waluyo
yaitu:
1) Admin menerima resep dari poli untuk melihat kelengkapan syarat
administrasi.
2) Untuk elektronik resep, petugas admin melakukan proses input data
langsung melalui billing system
3) Penyiapan obat oleh TTK
53
Narkotik psikotropik
Alat Kesehatan
2. Penyusunan di depo rawat jalan berdasarkan:
Farmakologi
Alfabetis
Kestabilan suhu yang dilakukan pengecekan tiap jam 8 pagi
c. Pelayanan di depo Rawat Jalan
Pengamatan terhadap alur pelayanan obat di depo rawat jalan untuk
pasien umum, pasien BPJS, dan pelayanan ARJUNA (Apotek Rawat
Jalan No Antrian) dimana pelayanan arjuna untuk resep yang terdiri
dari maksimal 3 obat tanpa adanya masalah dalam resep tersebut. Alur
pelayanan rawat jalan sebagai berikut:
1. Pasien datang
2. Mengantri di loket pendaftaran
3. Setelah mendapat nomor antrian pasien menuju poliklinik yang
dituju
4. Setelah melakukan pemeriksaan dengan dokter dipoli yang dituju
pasien mendapatkan resep, resep yang didapat diserahkan diloket
satu (loket penerimaan resep yang terletak di samping loket
penyerqahan obat) yang kemudian di entri menjadi resep
elektronik dan di beri harga
5. Resep kemudian dilayani dengan mempertimbangkan
administrasi, farmasetis, dan klinik.
6. Setelah resep siap di lakukan double check oleh apoteker sebelum
diserahkan kepasien
7. Penyerahan kepada pasien dilakukan oleh apoteker disertai
pemberian Komunikasi Informasi Dan Edukasi (KIE) singkat.
d. Pelayanan resep
Penerimaan resep dilakukan oleh admin yang bertugas di loket
dua untuk dilakukan pengentrian harga obat, yang kemudian resep
elektronik masuk kedalam ruang pelayanan resep yang dilakukan oleh
tenaga teknik kefarmasian. Setelah telaah resep dilakukan masuk ke
55
dalam tahap penyiapan obat yang kemudian obat yang telah diberi
etiket beserta resep diserahkan kepad apoteker yang berada di loket
satu.
e. Mutu
Pemantauan mutu pelayanan farmasi di depo rawat jalan yang
dilakukan antara lain:
1. Waktu tunggu obat
Waktu penyiapan obat jadi pasien rawat jalan (sistem resep
individual) adalah kurang dari atau sama dengan 30 menit dan
waktu penyiapan obat racikan adalah kurang dari atau sama
dengan 60 menit
2. Kepuasan pelanggan
3. Tidak adanya kesalahan obat
3. Depo IGD
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alas kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang dilakukan di depo IGD meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan di depo IGD berdasarkan metode konsumsi dan
epidemiologi. Metode konsumsi yaitu penggunaan obat yang fast moving
di pesan setiap hari, slow moving dipesan 2-3 hari sekali dan obat yang
deat stok tidak dipesan lagi. Perlu diperhatikan pula untuk obat emergensi
harus selalu tersedia, mengingat IGD adalah fasilitas untuk kegawat
daruratan. Selain metode konsumsi dilakukan dengan metode
epidemiologi yaitu kejadian luar biasa suatu penyakit. Sehingga dengan
metode epidemiologi ada beberapa obat yang harus tersedia banyak ketika
ada wabah suatu penyakit terjadi.
b. Penerimaaan
Penerimaan barang dari gudang ke depo IGD dilakukan oleh petugas
farmasi yang bertugas saat itu. Petugas gudang dan petugas IGD pada saat
penerimaan melakukan pengecekan kesesuaian nama dan dosis obat,
jumlah obat dan tanggal kadaluarsa obat. Ketika telah sesuai, maka
56
4. Depo OK
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di depo OK meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan farmasi untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam
58
C. Pembahasan
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi
untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan
upaya kesehatan penunjang, salah satunya RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan, Rumah Sakit tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk
menunjang hal tersebut maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS
(Instalasi Farmasi Rumah Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang Kepala IFRS
yaitu Apoteker dan bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan – peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun
administrasi barang farmasi.
Salah satu tugas Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi adalah menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam
penggunaan obat dan alat kesehatan habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu
cara untuk mengetahui berjalan atau tidaknya KFT rumah sakit adalah dengan
melihat formularium yang disusun. Penyusunan, evaluasi atau review
dilakukan tiap 1 tahun sekali untuk penyempurnaan Formularium. Salah satu
tugas pokok farmasi klinik RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ialah meningkatkan
mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi klinik.
Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi klinik.
Jenis pelayanan Kesehatan yang diberikan di RS Ngudi Waluyo Wlingi
meliputi pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan kesehatan rawat inap,
64
depo rawat jalan didasarkan pada data konsumsi setiap hari. Stock
opname dilakukan setiap 1 bulan sekali setiap akhir bulan
Penyimpanan perbekalan farmasi di depo rawat jalan disusun secara
alfabetis dengan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First
Out (FEFO) dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan 15 sampai
25oC. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat dan alat
kesehatan. Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan,
alfabetis, stabilitas dan suhu penyimpanan, dan obat generik ataupun obat
nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di depo rawat jalan antara lain
oral, insulin, spray, sirup/drop serta obat luar.
Depo rawat jalan terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus
meliputi:
1) Termolabil
Disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2° sampai 8° C.
Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga
melalui pengecekan suhu pada lemari pendingin yang dilakukan
sebanyak tiga kali sehari
2) Narkotika dan Psikotropika
Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari
khusus yang terdiri dari 2 sekat dengan kunci ganda dan terletak di
bagian belakang depo, terpisah dari lemari penyimpanan obat lain.
Lemari selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika dan
psikotropika.
3) Obat program (ARV dan OAT)
Sediaan obat antiretroviral (ARV) dan obat anti
tuberkulosis (OAT) disimpan di tempat khusus dan terpisah dari
penyimpanan obat lain. Pengeloaan obat program yang dilakukan di
depo rawat jalan yaitu obat ARV dan OAT yang diperoleh dari dinas
kesehatan. Penyimpanan obat dipisahkan dari obat lain. Pelaporan
obat-obat antiretroviral (ARV) melalui SIHA (Sistem Informasi HIV
AIDS) di akhir bulan setiap tanggal 26-30 melalui website
www.siha.depkes.go.id. Sedangkan pelaporan OAT melalui SITB
68
baik resep maupun retur obat diserahkan kepada depo rawat inap untuk
mengambil obat yang diperlukan pasien.
Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan
perbekalan farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap di Rumah
Sakit Ngudi Waluyo Wlingi. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan di depo
farmasi rawat inap diantaranya perencanaan, pengadaan obat,
penyimpanan obat, distribusi hingga dokumentasi.
5) Depo IGD
Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai
dengan pasien masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai
kondisi pasien. Permintaan obat dari IGD ke depo farmasi IGD sifatnya
adalah segera (cito), sehingga pengambilan obat dilakukan perawat
dengan meminta obat ke depo IGD lalu petugas farmasi depo IGD
mencatat di buku permintaan. Bila pasien telah selesai penanganan
(keluar rumah sakit ataupun pindah ruang rawat inap) maka dokter akan
menuliskan resep dan diserahkan ke depo IGD. Di depo IGD akan
dilakukan verifikasi obat-obat yang telah dilayani dan yang belum
dilayani. Lalu resep dientri sesuai dengan resep yang diberikan oleh
dokter.
6) Depo OK
Depo farmasi OK di khususkan melayani permintaan obat dan alat
kesehatan bagi pasien yang akan dioperasi. Pelayanan di Depo OK
berbeda dengan pelayanan di depo-depo farmasi lain. Depo OK yang
dilayani berupa paket obat dan alat kesehatan yang terdiri dari paket
bedah, anastesi dan paket SC/caesarean section. Setiap paket yang ada di
OK telah disiapkan oleh petugas farmasi depo OK dalam kemasan box.
Pada box paketan yang telah digunakan akan langsung di isi dengan
paketan baru, sehingga jika ada operasi box paketan telah siap digunakan.
7) Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi meliputi
rekonsiliasi obat, penulisan SOAP di rekam medis pasien, visite bersama
dan visite mandiri, konseling bed set pada pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja
profesi Apoteker di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi adalah:
1. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) Ngudi Waluyo adalah melakukan kegiatan pengelolaa perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi
merupakan suatu siklus , dimulai dari proses perencanaan, pengadaan,
penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu
pintu.
2. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi yang bersifat profesional antara lain melakukan
visite pasien, monitoring atau review penggunaan obat, monitoring efek
samping obat, pemberian dan edukasi bagi staf farmasi.
3. Kegiatan PKPA di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi memberikan wadah
bagi calon apoteker untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang
telah diperoleh sebelumnya.
B. Saran
1. Pada Depo rawat jalan untuk mengoptimalkan pelayanan diberikan
ruangan khusus untuk konseling pasien, serta untuk mempercepat
pelayanan untuk resep racikan diberikan secara elektronik Resep.
2. Pada Depo Rawat Inap: Untuk sediaan obat-obat UDD dibedakan untuk
obat yang seharusnya diminum sebelum dan sesudah makan, dengan
etiket yang berbeda walaupun waktu pemberiaannya sama.
3. Pada Depo IGD : Sebaiknya ada Apoteker penanggung Jawab untuk
Depo IGD karena depo ini merupakan depo 24 jam yang melakukan
pelayanan yang melakukan pelayanan langsung ke pasien
4. Pada Depo OK: Ada ketetapan khusus dari Instalasi Farmasi Rumah sakit
untuk penanganan obat dan alat-alat di Depo OK sehingga sirkulasi obat
tetap terkontrol. Yang melayani kebutuhan kefarmasian di ruang OK
71
LAMPIRAN
74
Code Blue