Oleh:
Disetujui oleh:
Preseptor Wahana
..........................................................................
apt.Ade Irma Mulyasyari, S.Farm.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT.
Atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan akhir Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di PT. Millenium Pharmacon International tbk Bandung.
Penulisan laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.
Dalam penyusunan laporanini, penulis mendapatkan dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih
kepada:
1. Bapak Abdul Kudus, S.Si, M.Si., Ph.D Selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.
2. Bapak Dr.Suwendar, M.Si, Apt. Selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.
3. Bapak apt. G.C. Eka Darma, S.Farm., M.Si. selaku Koordinator Praktek
Kerja Profesi Apoteker, Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.
4. Bapak, Tri Sugiantoro selaku Branch Manager PT. Millenium
Pharmacon International tbk Bandung
5. Ibu apt. Ade Irma Mulyasyari, S.Farm. selaku pembimbing Praktek
Kerja Profesi Apoteker dari PT. Millenium Pharmacon International tbk
Bandung.
6. Seluruh staf dan karyawan PT. Maillenium Pharmacon International tbk
yang telah berbagi ilmu, pengalaman dan bantuan selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker.
iii
7. Staf pengajar dan karyawan Program Studi Pendidikan ProfesiApoteker
di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.
8. Orang tua dan keluarga yang sudah memberikan banyak dukungan
moral dan materil selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
9. Kepadaseluruhteman-temanseperjuangan Program Studi Pendidikan
Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Bandung Angkatan II (Dua) yang sama-sama sedang
berjuang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak
kesalahan.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.1 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker...............................................................................2
1.2 Capaian Kompetensi............................................................................................................2
1.3 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker.........................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM WAHANA PKPA.............................................................................4
2.1 Tinjauan Umum Distribusi Farmasi....................................................................................4
2.2 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)............................................................................6
2.3 Tinjauan Umum PT. Marga Nusantara Jaya Cabang Tasikmalaya...................................12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................21
3.1 Pengetahuan.......................................................................................................................21
3.2 Keterampilan.....................................................................................................................21
3.3 Hambatan...........................................................................................................................21
3.4 Tugas Khusus....................................................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................29
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................30
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. StrukturOrganisasi........................................................................................45
2. Bangunan......................................................................................................46
3. Penyimpanan.................................................................................................48
4. Area Penerimaan, Pengiriman dan Penyerahan............................................51
5. Peralatan dan Fasilitas..................................................................................53
6. Product Retur, Reject dan Tidak dijualsertaKarantina.................................55
vii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Tujuan PraktikKerjaProfesiApoteker
3
1) Penerimaan
2) Penyimpanan/pergudangan
3) Pemisahan obat dan/atau bahan obat serta alat kesehatan
4) Penanganan keluhan produk (obat, dan/atau bahan obat serta alat
kesehatan) kembalian, diduga palsu serta penarikan kembali
5) Pemusnahan obat dan/atau bahan obat serta alat Kesehatan palsu,
tidak dapat dipakai dan/atau rusak
6) Pengambilan, pengemasan, pengiriman, ekspor-import
7) Pedoman pengelolaan Barang Milik Pemerintah Daerah
c. Distribusi produk rantai dingin (Cold Chain Product/CCP)
d. Distribusi narkotika dan psikotropika
e. Distribusi berdasarkan kontrak
f. Suhu, pengendalian lingkungan dan Field Safety Corrective Action
(FSCA)
g. Kualifikasi, kalibrasi, dan validasi
h. Kemampuan telusur produk
i. Transportasi
3. Aspek Evaluasi
a. Inspeksi diri dan audit mutu
b. Audit sediaan farmasi
c. Audit SOP manajemen
d. Audit SOP distribusi
e. Audit Sistem Jaminan Halal (Sistem RantaiPasokProduk Halal)
4
BAB II
6
6. Menguasai gudang yang berfungsi untuk tempat penyimpanan engan
perlengkapan yang menjamin mutu dan keamanan obat yang
disimpan
7. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain
sesuai CDOB.
Berdasarkan Permenkes RI No.1148 Tahun 2011 pasal 2 ayat (1)
bahwa persyaratan pendirian PBF yaitu setiap pendirian PBF wajib
memiliki izin dari Direktur Jenderal, setiap PBF dapat mendirikan PBF
Cabang dan setiap pendirian PBF cabang wajib memperoleh pengajuan dari
Kepala Dinkes Provinsi di wilayah PBF Cabang.
Perizinan PBF dapat diajukan ke Kepala Direktur Jenderal dengan
tembusan Kepala Badan, Kepala Dinkes Provinsi dan Kepala Balai POM.
Kelengkapan administrasi yang perlu dipenuhi diantaranya :
1. Fotokopi KTP/identitas direktur/ketua
2. Susunan direksi/pengurus
3. Pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak
pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
farmasi
4. Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. Surat tanda daftar perusahaan
6. Fotokopi surat izin usaha perdagangan
7. Fotokopi NPWP
8. Surat bukti penguasaan bangunan dan Gudang
9. Peta lokasi dan denah bangunan
10. Surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh apoteker penanggung
jawab
11. Fotokopi STRA penanggung jawab
Berdasarkan Permenkes No.34 tahun 2014 bahwa paling lama dalam
waktu 6 hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan dilakukan
verifikasi oleh Dinkes Provinsi dan audit pemenuhan persyaratan CDOB
oleh kepala Balai POM. Selanjutnya Dinkes Provinsi akan mengeluarkan
7
rekomendasi pemenuhan administrative kepada Direktur Jenderal dan
Kepala balai POM akan melaporkan pemohon yang memenuhi persyaratan
CDOB kepada Kepala Badan. Kemudian, Kepala Badan akan memberikan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal
sehingga akan diterbitkan izin PBF.
8
tidak berlaku jika masa berlakunya habis dan tidak di perpanjang, dikenai
sanksi berupa penghentian sementara kegiatan dan izin PBF dicabut.
9
Dalam penyaluran perbekalan farmasi di pBF atau PBF cabang
mempunyai syarat-syarat berdasarkan Permenkes No. 20 Tahun 2017 yaitu:
1. PBF dan PBF cabang hanya menyalurkan obat kepada PBF atau PBF
cabang lain dan fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, atau toko obat) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. PBF dan PBF cabang dapat menyalurkan obat dan bahan obat ke
instansi pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan untuk
memenuhi kebutuhan pemerintah
3. PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat dan atau bahan obat di
wilayah provinsi sesuai surat pengakuannya. PBF cabang dapat
menyalurkan obat dan atau bahan obat di wilayah provinsi terdekat
untuk dan atas nama PBF pusat yang dibuktikan dengan suart
penugasan atau penunjukkan yang disahkan oleh Dinkes Provinsi.
4. PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan penyaluran obat dan atau
bahan obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan yang di
tandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker penanggung
jawab
5. PBF dan PBF cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan
6. PBF dan PBF cabang hanya dapat melakukan penyaluran obat
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola
apotek, apoteker penanggungjawab, atau tenaga teknik kefarmasian
penganggungjawab untuk toko obat dengan mencantumkan nomor
SIPA.
2.18 Gudang di PBF
Persyaratan tentang gudang PBF berdarakan Permees No. 34 Tahun
2014 tentang PBF pasal 4 yaitu:
1. Gudang dan kantor PBF atau cabang PBF dapat berada pada lokasi
terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan
intern oleh Direksi/ pengurus dan penganggungjawab
10
2. Gudang dan kantor PBF atau cabang PBF pada lokasi yang terpisah
maka gudang harus memiliki apoteker
3. Permohonan penambahan gudang PBF diajukan secara tertulis
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Dinkes Provinsi, Kepala
Badan, dan Kepala BPOM dengan mencantumkan alamat kantor
PBF pusat, alamat gudang pusat dan gudang tambahan, nama
apoteker penanggungjawab pusat, nama apoteker penanggungjawab
gudang tambahan
4. Permohonan tersebut ditandatangani oleh Direktur/ ketua dan
dilengkapi dengan persyaratan yaitu fotocopy ijazah APJ PBF,
fotocopy surat tanda registrasi apoteker calon penanggungjawab
gudang tambahan, surat pernyataan kesediaan bekerja penuh
apoteker penanggungjawab, suart bukti penguasaan bangunan dan
peralatan dan gudang serta peta lokasi dan denah bangunan gudang
tambahan
5. Permohonan penambahan gudang PBF cabang diajukan tertulis
kepada dinkes provinsi dengan mengikuti ketentuan
6. Permohonan perubahan gudang PBF diajukan tertulis kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepala Dinkes Provinsi, kepala
badan dan kepala BPOM dengan mencantumkan alamat kantor PBF
pusat, alamat gudang, nama apoteker penanggungjawab.
7. Permohonan ditandatangani oleh direktur/ ketua dan dilengkapi
dengan syarat fotocopy izin PBF dan peta lokasi dan denah
bangunan gudang
8. Permohonan perubahan gudang PBF cabang diajukan secara tertulis
kepada Dinkes Provinsi dengan ketentuan.
11
bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan, dan penyaluran obat dan
atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepala
Badan, Kepala Dikes Provinsi dan Kepala BPOM
2. Selain laporn kegiatan, Direktur Jenderal setiap saat dapat meminta
laporan kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan atau bahan
obat
3. Setiap PBF dan PBF cabang yang menyalurkan narkotika,
psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran
sesuai ketentuan perundangan
4. Laporan tersebut dapat dilakukan secara elektronik dengan teknologi
informasi dan komunikasi
5. Laporan setiap saat harus diperiksa oleh petugas berwenang
12
6. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan
pelanggan
7. Meluluskan obat dan/ atau bahan obat kembalian untuk
dikembalikan kedalam stok obat dan/ atau bahan obat kembalian
yang memenuhi syarat jual
8. Turut serta dalam pembuatan perjanjian anatar pemberi kontrak
dengan penerima kontrak mengenai tanggungjawab setiap pihak
yang berkaitan dengan distribusi dan/ atau transportasi obat dan/ atau
bahan obat
9. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program
dan tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan
10. Mendelegasikan tugasnya kepada apoteker/ TTK yang telah
mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang
tidak berada ditempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan
dokumen terkait dengan setiap pendelegasian yang dilakukan
11. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengkarantina atau memusnahkan obat dan/ atu bahan obat
kembalian, rusak, hasil penarikan kembali atau diduga palsu
12. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk
obat dan/ atau bahan obat tertentu sesuai peraturan perundangan.
Cara distribusi obat yang baik atau CDOB adalah cara distribusi
yang mencakup kegiatan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dari
produsen hingga kekonsumen. Penerapan CDOB bertujuan untuk
memastikan mutu obat sepanjang alur rantai pasok yang sampai ketangan
konsumen sama dengan mutu obat dari industry farmasi yang
memproduksinya (Supriyanta et al, 2020). Selain itu, tujuan CDOB adalah
menjamin penyebaran obat merata dan teratur, terlaksananya pengamanan
lalu lintas obat dan penggunaan obatS tepat sampai pada pihak yang
membutuhkan secara sah, menjamin keabsahan dan mutu obat serta
13
menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang dipersyaratkan
termasuk dalam transportasi. Pedoman teknis CDOB terbaru tercantum
dalam Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2020.
Berdasarkan Permenkes RI No. 25 Tahun 2017 tentang sertifikasi
CDOB, PBF dan PBF cabang yang telah menerapkan Pedoman Teknis
CDOB yang dibuktikan dengan sertifikat CDOB. Sertifikat CDOB
diberikan untuk kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat
dan/ atau bahan obat. Termasuk produk rantai dingin yaitu vaksin dan
produk biologi lainnya yaitu narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi.
Sertifikat CDOB hanya dapat diajukan oleh PBF atau PBF cabang yang
telah memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin PBF atau mengakuan
sebagai PBF cabang.
14
untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan
sesuai prinsip manajemen risiko mutu.
15
berwenang ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka
waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait dengan
setiap pendelegasian yang dilakukan
- Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengkarantina atau memusnahkan obat dan/atau bahan obat
kembalian, rusak, hasil penarikan kembali atau didugapalsu
- Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk
obat dan/atau bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-
undangan
Personil yang ada harus dapat dipastikan berkompeten dalam
jumlah yang memadai di setiap kegiatan yang dilakukan untuk
memastikan mutu obat dan/ atau bahan obat tetap terjaga, personil
harus menjalankan prosedur kesehatan, higien, dan keselamatan.
Semua personil harus terkualifikasi sesuai CDOB dengan mengikuti
pelatihan dan memiliki kompetensi sebelum bertugas. Disamping
itu, pelatihan harus mencakup aspek identifikasi dan menghindari
obat dan/ atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi. Pelatihan
khusus kepada personil yang menangani obat dan/ atau bahan obat
yang perlu penanganan yang lebih ketat seperti obat berbahaya,
bahan radioaktif, narkotika, psikotropika, rentan untuk
disalahgunakan dan sensitif terhadap suhu. Semua dokumen
pelatihan harus disimpan dan efektivitas pelatihan harus dievaluasi
secara berkala dan didokumentasikan.
16
terpisah terlindung dari kondisi cuaca dan harus didesain dengan
baik dan dilengkapi peralatan yang memadai, tersedia prosedur
tertulis yang mengatur personil, harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu, aspek bangunan juga harus dipastikan bahwa bangunan
dirancang agar bebas serangga, hewan pengerat atau hewan lain.
Pada aspek peralatan, untuk penyimpanan dan penyaluran
obat dan/ atau bahan obat harus di desain dan diletakkan serta
dipelihara dengan standar yang ditetapkan, tersedia program
perawatan peralatan vital seperti thermometer, genset dan
chillerharustersedia program perawatan. Memiliki sistem
komputerisasi yang sebelum dipakai dilakukan pengujian secara
menyeluruh untuk memastikan, memiliki alat untuk mengontrol
pengendalian lingkungan dan sushu agar terhindar dari faktor resiko
perbedaan suhu, peralatan harus terkalibrasi, dokumen yang
memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan kalibrasi,
kualifikasi dan valudasi.
4. Operasional
a. Kualifikasipemasok
Hal yang pentinguntuk dipastikan pada pemasok adalah
wajib dipastikan bahwa pemasok mempunyai izin dan menerapkan
prinsip CPOB. Saat memulai Kerjasama dengan pemasok baru,
dilakukan pengakjian dengan pendekatan berbasis risiko yaitu :
1. Reputasi atau tingkat keandala serta keabsahan
operasionalnya
2. Obat dan/atau bahan obat tertentu yang rawan terhadap
pemalsuan
3. Penawaran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
yang biasanya hanya tersedia dalam jumlah terbatas
4. Harga yang tidakwajar
b. Kualifikasipelanggan
Fasilitas distribusi juga melakukan kualifikasi pelanggan
17
untuk memastikan obat dan/atau bahan obat disalurkan kepada pihak
yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke
masyarakat.
c. Penerimaan
Pada penerimaan dipastikan bahwa obat dan/atau bahan obat
yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui dan tidak
mengalami perubahan selama transportasi. Saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan menggunakan checklist berisi nama
pemasok, namabarang, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, jumlah
fisik dan keutuhan fisik produk (Tamara, 2018).
d. Penyimpanan
Penyimpanan yang digunakan di PBF menggunakan
metodeFirst Expired First Out (FEFO). Untuk melakukan
pengendalian stok maka dilakukan stok opname secara berkala dan
di dokumentasikan.
e. Pemisahan obat dan/ataubahanobat
Untuk obat dan/atau bahan obat yang ditolak, kadaluwarsa,
penarikan kembali, produk kembalian dan diduga palsu harus
tersedia tempat khusus dengan label yang jelas, aman dan terkunci.
f. Pemusnahan obat dan/atau bahan obat
Beberapahal yang diperhatikan untuk obat dan/atau bahan
obat yang akan dimusnahakan antara lain identifikai, label yang jelas
pada produk, disimpan secara terpisah dan terkunci, jumlah serta
intensitas yang dimusnahkan disesuaikan dengan ketersediaan waktu
penyaksian pemusnahan. Sebelum dimusnahkan, dilakukan pre-
destroy dengan cara merusak bentuk sediaan dan menghilangkan
identitas produk kemudian dikemas sedemikian rupa agar tidak
dapat diketahui pihak yang melakukan pemusnahan.
g. Penerimaanpesanan
Pelayanan penjualan pada PBF dilakukan dengan mengirim
surat pesanan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggungjawab (APJ). Untuk pemesanannya dapat melalui
18
salesman di sarana kefarmasian atau memesan langsung melalui
telepon (Tamara, 2018). APJ harus memastikan beberapa hal saat
penerimaan surat pesanan diantaranya pemesan terdaftar sebagai
pelanggan atau anggota yang terverifikasi dalam sistem, kebenaran
dan keabsahan surat pesanan serta kewajaran pesanan.
h. Pengiriman
Sebelum dilakukan pengiriman maka dilakukan pengecekan ulang
pada produk yang disiapkan untuk dikirim, hal yang dicek meliputi
nama outlet, nama barang, kekuatan sediaan, nomor bets, tanggal
kadaluwarsa, jumlah fisik dan jumlah pesanan. Sedangkan, dokumen
untuk pengiriman mencakup sekurang-kurangnya tanggal
pengiriman, identitas penerima (nama lengkap, alamat,
nomortelepon dan status), identitas obat (nama, bentuksediaan dan
kekuatansediaan, nomor bets, tanggal kadaluwarsa dan
kuantitasobat), nomor dokumen serta transportasi yang digunakan
(nama dan alamat perusahaan dan personal ekspedisi). Saat pesanan
diterima, penerima harus menandatangani, mengisi nama jelas,
SIPA/SIPTTK dan stempel.
i. Ekspor dan impor
Fasilitas distribusi harus memiliki izin jika ingin mengadakan
ekspor dan impor. Importir harus memastikan obat dan/atau bahan
obat disimpan dan ditangani sesuai persyaratan penyimpanan pada
saat di Pelabuhan masuk.
5. Inspeksidiri
Inspeksi diri dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan perbaikan yang
diperlukan. Langkah-langkah perbaikan yang diperlukan yaitu
- Harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan
mencakup semua aspek CDOB dan kepatuhan terhadap
pelaksanaannya
- Dilakukan secara independen dan rinci
19
- Audit terhadap kegiatan yang di subkontrakkan
- Semua pelaksanaan inspeksi harus dicatat, jika terjadi
penyimpangan maka dilakukan CAPA (Corrective action
Preventive action) agar penyimpangantersebutdapatdiperbaiki
dan mencegahhaltersebutterulangkembali (Lintogareng et al,
2022).
20
Persyaratan obat dan/ atau bahan obat yang layak dijual kembali
yaitu:
- Obat dan/ atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang
memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan
- Obat dan/ atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh
penanggung jawab atau personil terlatih, kompeten dan
berwenang
- Obat dan/ atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan
penyimpanan ditangani sesuai kondisi yang di persyaratkan
- Fasilitas distribusi memiliki bukti dokumentasi tentang
kebenaran asal usul obat dan/ atau bahan obat termasuk identitas
untuk memastikan bahwa obat dan/ atau bahan obat kebalian
tersebut bukan obat dan/ atau bahan obat palsu.
7. Transportasi
Kontainer, kemasan dan proses transportasi dalam proses
pengiriman obat dan/atau bahan obat harus dapat menjamin tidak
akan terjadi penurunan mutu karena terjadinya perubahan kondisi
selama transportasi. Kendaraan, kontainer dan peralatan harus
terbebas dari tikus, kutu, burung dan hama Jika terjadikondisi yang
tidak diharapkan maka harus dilaporkan tidak lebih dari 24 jam
setelah kejadian. Perlu ada perhatian khusus untuk produk yang
memerlukan kondisi khusus dimana industri harus memberikan
penandaan pada produk. Proses transportasi diatur sedemikian rupa
agar identitas obat tidak hilang, tidak terjadi kontaminasi silang antar
produk, ada Tindakan pencegahan yang memadai apabila terjadi
tumpahan, penyalah gunaan, kerusakan dan pencurian serta
mempertahankan kondisi lingkungan lainnya. Harus tersedia sistem
kontrol suhu yang tervalidasi untuk memastikan kondisi transportasi
yang benar dipertahankan antara fasilitas distribusi dan pelanggan.
8. Fasilitasdistribusiberdasarkankontrak
21
Cakupan kontrak di PBF dibagi menjadi tiga yaitu
- kontrakantar fasilitas distribusi dengan penyedia jasa antara lain
transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dan
sebagainya
- Pemberi kontrak memberi informasi tertulis tentang pelasanaan
kontrak. Bertanggungjawab atas semua aspek dan menilai
kompetensi kerja yang di kontrakkan dan melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kerja terhadap prinsip da
pedoman CDOB
- Penerima kontrak memiliki tempat, personil kompeten, peralatn,
pengetahuan, dan pengalaman dalam melaksanakan tugas sesuai
persyaratan CDOB. Perima kontrak wajib melaporkan kejadian
apapun yang dapat mempengaruhi mutu obat dan/ atau bahan
obat.
9. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian penting dari system manajemen
mutu, dokumentasi dilakukan secara manual maupun elektronik.
Dokumentasi terdiri dari dokumen pengadaan (suratpesanan dan
22
faktur atau surat jalan dari pemasok), dokumen penyimpanan (kartu
stok dan/atau sistem pencatatan mutu si obat dan/atau bahan obat
secara elektronik), dokumen penyaluran (surat pesanan dari
pelanggan dan faktur atau surat jalan/surat peneyrahan barang) dan
dokumen transaksi keuangan. Dokumentasi pada PBF disimpan
minimal 3 tahun.
23
penggunaannya di atas dosis terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
24
jumlah yang diterima, umlah yang diserahkan, nomor bets dan
kadaluwarsa setap penerimaan atau penyerahan, serta paraf atau
identitas petugas yang menegrjakan.
- Psikotropika yang rusak dan atau kadaluwarsa harus disimpan
terpisah dari psikotropika yang layak guna, dalam lemari
penyimpanan khusus psikotropika dan diberi tanda yang jelas.
- Prekursor farmasi yang rusak dan atau kadaluwarsa harus disimpan
terpisah dari prekursor farmasi yang layak guna, dalam lemari
penyimpanan khusus psikotropika dan diberi tanda yang jelas.
- Melakukan stok opname secara berkala sekurang-kurangnya sekali
dalam 1 bulan dan melakukan stok opname prekursor farmasi secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan yang dbuktikan
dengan keterangan memuat tanggal pelaksanaan stok opname,
rekonsiliasi jumlah pemasukan atau penerimaan, jumlah pengeluaran
atau penggunaan dan stok akhir, serta paraf manual atau elektronik
yang melakukan stok opname.
b) OOT
Berdasarkan Peraturan Badan POM RI No.7 Tahun 2016 tentang
pedoman pengelolaan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan bahwa:
- Bahan obat dan obat-obat tertentu baik dalam status karantina
maupun yang sudah diluluskan wajib disimpan digudang yang
aman berdasarkan analisis resiko setiap industri farmasi.
Beberapa analisis resiko yang perlu dipertimbangkan antara lain
akses personil, dan mudah diawasi secara langsung oleh
penanggung jawab.
- Penyimpanan obat atau bahan obat-obat tertentu yang rusak atau
kadaluwarsa dismpan di tempat yang aman dan terpisah dari obat
atau bahan obat lain, memberikan penandaan yang jelas, dan
membuat daftar obat atau bahan obat-obat tertentu yang rusak
dan kadaluwarsa.
- Melakukan investigasi jika terdapat selisih stok saat stok opname
untuk mendapat akar permasalahan dan dilakukan tindakan
25
perbaikan dan pencegahan. Hasil investigasi dan tindakan
perbaikan atau pencegahan harus di dokumentasikan
- Setiap kehilangan bahan obat dan obat-obat tertentu selama
penyimpanan harus dilaporkan ke Badan POM.
26
2.3 TINJAUAN KHUSUS PBF PT. MILLENIUM PHARMACON
INTERNATIONAL tbk BANDUNG
27
surat pesanan psikotropika yang disimpan terpisah dari faktur lain
untuk mempermudah dalam pemeriksaan.
2. Menandatangani surat pesanan barang dan faktur
3. Memastikan penerimaan dan penyimpanan dari produk psikotropika
telah sesuai
4. Membuat surat pesanan produk psikotropika yang ditujukan ke
kantor pusat
5. Mengetahui kegiatan pemesanan dalam jumlah besar untuk obat dan
alat kesehatan serta menandatangani faktur prnjualan
6. Menandatangani atau mengetahui dokumen gudang yaitu keluar dan
masuknya barang
7. Melakukan pengecekan produk antara fisik dengan kartu stok dan
stok di komputer
8. Melakukan pengecekan suhu baik chiller, cool room, ataupun suhu
tiap ruangan
9. Melakukan pembuatan laporan psikotropika, prekursor dan OOT
setiap bulan
10. Membuat laporan dinamika obat yang dilakukan setiap 3 bulan
sekali
11. Melakukan pengecekkan dokumen pelanggan baru
12. Mengetahui dan menandatangani berita acara pemusnahan
28
MPI ini juga di dukung dengan fasilitas gudang dan perlengkapan fasilitas
yang dapat menunjang efektivitas dan efisiensi kerja. Kegiatan distribusi
yang dilakukan di PT. Millenium Pharmacon International tbk ini antara lain
sebagai berikut:
2.3.6.1 Pengadaan
PT. Millenium Pharmacon International melakukan pengadaan
dengan permintaan barang ke pusat menggunakan Additional Sock Request
(ASR) kemudian PBF pusat akan memesan barang tersebut ke prinsipal
penggunakan PO dan setelah itu PBF pusat akan mengirimkan nya ke
cabang dengan delivery order (DO). Pengadaan di PT.MPI ini yaitu produk
obat, obat tradisional, vitamin dan alat kesehatan. Pengadaan dilakukan 1
minggu sekali untuk produk psikotropika, prekursor obat sedangkan untuk
obat-obat lainnya dilakukan setiap hari. Kegiatan pengadaan bertujuan
untuk menjaga dan menjamin stok barang digudang masih mencukupi untuk
memenuhi pelayanan kesehatan kepada konsumen. Pengadaan terdiri dari
pemesanan, penerimana dan penyimpanan
a. Pemesanan
Kegiatan pemesanan di PT. Millenium Pharmacon International tbk
ini dilakukan dengan sales akan datang langsung ke outlet untuk proses
pemesanan atau dengan sistem elektronik. Supervsor stok merupakan orang
yang bertanggungjawab mengontrol stok ketersediana barang, dengan
bantuan sistem oracle supervisor stok membuat permintaan barang dengan
dokumen ASR (Additional stock Request) ke pusat berupa ASR tersebut.
apoteker penanggung jawab beserta kepala cabang akan menandatangani
pesanan barang. Prosedur pemesanan sebagai berikut:
1. Supervisor stok melakukan cek rutin stok barang cabang
2. Sistem oracle ditarik data pendukung ASR kemudian diolah kembali
oleh supervisor stok untuk produk obat reguler, psikotropika,
prekursor dan OOT pendukung ASR dikelola apoteker penanggung
jawab. Perlengkapan pengadaan barang terdiri dari:
- Estimasi pesanna barang,
- Surat pesanan yang dibuat berdasarkan estimasi pesanan yang
29
telah di setujui semua pihak, surat pesanan dibagi 2:
Surat pesanan psikotropika yang berisikan nama dan
jumlah pesanan obat periode tertentu
Surat pesanan obat bebas dan obat keras yang berisikan
nama dan jumlah pesanan untuk periode tertentu dimana
surat pesanan nya dapat disatukan.
Perbedaan dari kedua surat pesanan diatas adalah jenis surat
pesanan dan lembaran surat pesanan tersebut.
3. Setelah data ASR diolah maka dibuatlah ASR
4. Data ASR akan discan dan di ttd oleh apoteker penanggungjawab
lalu dikirmkan ke PBF pusat untuk produk psikotropika, prekursor
dan OOT, ASR dibuatkan surat pesanan
5. Setalah surat dikirim ke pusat kemudian dibuat Purcashing order
oleh bagian pusat yang akan diterima prinsipal
6. Kemudian akan muncul Delivery Order untuk pengiriman produk ke
pusat
7. Produk sampai di pusat dibuatkan nota alokasi di pusat lalu dikirm
ke cabang bandung melalui mobil poolling
8. Warehouseman akan memproses barang yang telah diterima untuk
dimasukkan kedalam gudang sesuai prosedur
9. Setalah itu proses pengadaan selesai
Obat golongan psikotropika, prekursor dan OOT surat pesanan nya
akan dibuat terpisah sedangkan surat pesanan obat keras dapat
digabung dengan surat pesanan obat bebas.
b. Penerimaan Barang
Obat-obat yang telah diterima harus dalam keadaan yang baik,
sesuai dengan pesanan, maka dilakukan monitoring suhu, kelembaban pada
waktu obat diterima dimana monitoring suhu dan kelembaban itu
berdasarkan validasi ruangan. Berdasarkan peraturan BPOM No.6 Tahun
2020 bahwa validasi adalah suatu tindakan pembuktian dalam memastikan
kebenaran instalasi dan operasional dimana kegiatan validasi harus
30
direncanakan dan didokumentasikan serta perencanaan nya memuat kriteria
yang dipersyaratkan. Kemudian barang yang sudah disiapkan untuk setiap
jenis produk mengenai jumlah barang, fisik barang yaitu kesesuaian antara
faktur dengan fisik kemasan, jumlah obat, keadaan obat, tanggal expire
date, nomor bets, dan nomor izin edar. Apabila terjadi kekurangan maka
bagian penerimaan dengan apoteker penanggung jawab harus segara
mengkonfirmasikan kepada pabrik melalui SPV stok dan pusat. Prosedur
penerimana barang sebagai berikut:
a. Produk reguler
- Ka- gudang menegaskan checker gudang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen
- Bila terdapat ketidaksesuaian dokumen, checker akan
melaporkan ke Ka-gudang dan membuat berita acara penolakkan
- Bila pemeriksaan tersebut dokumen lengkap dan sesuai tujuan
cabnag, maka dilakukan pembongkaran produk oleh pengirim
barang
- Checker dan apoteker penanggung jawab melakukan
pemeriksaan yaitu jumlah produk, segel kemasan, nama, jumlah
produk, nomor bets, NIE, ED dan kondisi fisik.
- Jika tidak sesuai antara nota alokasi dengan kondisi produ maka
checker gudang
b. Produk Psikotropika melaporkan ke Ka-gudang dan membuat berita
acara penolakkan, apoteker penanggung jawab atau supervisor stok
membuat konfirmasi info awal ke PBF pusat ketika ditemukan
produk yang tidak sesuai syarat
c. Untuk produk yang telah sesuai syarat checker gudang meletakkan
produk di ruang penerimaan barang sementara
d. Nota alokasi produk yang diterima oleh Ka-gudang dan apoteker
penanggung jawab
e. Apoteker penanggung jawab dan supervisor stok melakukan
pengalkasian produk yang baru masuk secara sistem
f. Supervisor stok melakukkan pemindahan produk dari ruangan
31
penerimaan ke lokasi yang telah ditentukan
b. Produk Psikotropika
1. Ka-gudang menugaskan checker gudang untuk mengecek dokumen
pengiriman meliputi alamat, tujuan cabang.
2. Jika ada ketidaksesuaian dokumen, checker melaporkan ke Ka-
gudang dan membuat berita acara penolakan
3. Jika dalam pemeriksaan dokumen lengkap dan sesuai tujuan cabang
maka pembongkatan produk oleh petugas pengirim barang
4. Checker bersama apoteker penanggung jawab gudang melakukan
pengecekkan produk yaitu Jumlah koli, segel kemasan, nama
produk, jumlah produk, ED, NIE dan kondisi fisik
5. Jika tidak sesuai antara nota alokasi dengan kondisi produk maka
checker gudang melapor ke supervisor stok dan membuat berita
acara penolakan, apoteker penanggung jawab membuat konfirmasi
informasi awal ke PBF pusat ketika ditemukan produk yang tidak
sesuai dengan syarat, untuk produk yang sesuai dengan syarat
checker gudang meletakkan produk psikotropika di ruangan khusus,
nota alokasi produk yang telah diterima di acc oleh Ka-gudang dan
apoteker penanggung jawab
6. Apoteker penanggung jawab dan supervisor stok menginput
dokumen produk yang baru masuk ke sistem
7. Checker gudang bersama petugas khusus psikotropika memastikan
pintu khusus psikotropika terkunci setelah meletakkan dan mencatat
jumlah barang pada kartu stok produk psikotropika.
c. Penyimpanan
Penyimpanan dan penyaluran produk farma dan alat kesehatan di
PT.MPI dilakukan secara terpisah karena berdasarkan CDOB dan CDAKB
dengan adanya izin sarana dan sertifikasi. Area penyimpanan dan
penyaluran terpisah berdasarkan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia). Penyimpanana barang di rak maupun masterbox berdasarkan
32
jenis sediaan yaitu untuk sediaan solid berada di atas sedangkan sediaan
liquid di bagian bawah. Produk yang telah masuk dan diperiksa maka akan
disimpan dan disusun dengan rapih pada rak penyimpanan yang
dikelompokkan berdasarkan prinsipal, disusun dengan sistem FEFO, obat
golongan psikotropika disimpan di lemari dan ruangan khusus, untuk
sediaan injeksi, suppositoria, CCP, dan obat yang bersifat higroskopis
disimpan di lemari pendingin atau ruangan dengan pengaturan suhu atau
Chiller. Penyimpanan sesuai dengan kondisi suhu yaitu:
- Suhu dingin 2˚-8˚ C
- Suhu kamar terkendali 15˚-25˚C
- Suhu kamar 25˚-30˚C
Monitoring dan pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan dengan
prosedur monitoring suhu ruang, Monitoring suhu dan kelembaban
dilakukan setiap 3 kali sehari dan kebersihan dilakukan 1 kali sehari.
33
7. Form retur lembar pertama atau asli diserahkan kepada outlet
sebagai tanda terima
8. Sales menyerahkan form retur barang ke supervisor stok
9. Setelah di setujui oleh supervior stok sales menyerahkan barang
retur ke gudang retur
10. Checker gudang retur akan memeriksa dan mencocokan fisik barang,
form retur barang dan kriteria retur
11. Apoteker melakukan pemeriksaan kesesuaian barang
12. Checker menyimpan barang retur di dalam ruangan terkunci khusus
barang retur
2.3.6.3 Penjualan
Penjualan adalah suatu kegiatan pemasaran obat yang ada di dalam
gudang kepada konsumen, instansi pemerintah (RSUD, puskesmas dan PBF
lain), yang dibuktikan dengan faktur penjualan. Di dalam penjualan ada
beberapa ketentuan yaitu:
- PBF dilarang menjual produk obat secara eceran
- PBF dilarang menyimpan dan menyalurkan obat golongan narkotika
tanpa izin khusus
- Tidak melayani resep dokter
- Dilarang membungkus atau mengemas kembali dengan merubah
bungkus asli pabrik kecuali PBF tersebut memiliki laboratorium
- PBF hanya boleh menyalurkan obat keras kepada apotek, rumah
sakit, PBF lain dan isntansi yang diizinkan oleh menteri kesehatan
- PBF hanya boleh menjual obat bebas ke toko obat yang mempunyai
izin
- PBF hanya boleh menjual obat bebas, obat keras, obat keras tertentu
ke apotek, rumah sakit dan PBF lain.
34
besar farmasi yang memiliki izin untuk melakukan tugas penditribusian
produk dari pusat seperti pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
perbekalan farmasi, dan alkes. Pedagang besar farmasi (PBF) harus
menerapkan CDOB sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu surat
keputusan kapala Badan POM Nomor HK 03. 1. 34. 11. 12. 7542 Tahun
2012 tentang pedoman tekis CDOB. Tujuan diterapkannya CDOB di PBF
adalah menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur, terlaksana
pengamanan lalu lintas obat dan penggunaan obat, menjamin keabsahan dan
mutu obat, serta menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi.
PT. Millenium Pharmacon International tbk dipimpin oleh seorang
kepala cabang dan memiliki apoteker penanggung jawab yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan pengelolaan obat disarana distribusi untuk menjaga
mutu dari sediaan farmasi yang didistribusikan agar dapat tergaja kualitas
dan keamanan nya. PT. MPI telah menerapkan CDOB, terdapat aspek-aspek
CDOB meliputi:
2.3.7.1 Manajemen Mutu
Fungsi Pemastian mutu sebagai alat manajemen diamanatkan suatu
sistem pengolahan mutu sistem organisasi, prosedur, proses, dan
sumberdaya serta kegiatan yang di perlukan untuk memastikan bahwa obat
dan ataubahan obat yang dikirim tidak tercemar selama penyimpanan dan
atau transportasi.
Manajemen mutu adalah suatu proses untuk menilai, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan mengkaji resiko terhadap mutu obat dan/ atau
bahan obat. Sistem mutu disusun dan diterapkan untuk menangani setiap
potensi resiko yang terindentifikasi. Ruang lingkup sistem manajemen mutu
PT. Millenium Pharmacon International tbk yaitu bagian logistik.
Manajemen mutu PT. Millenium Pharmacon International tbk bahwa
pengelolaan mutu mencakup struktur organisasi dan prosedur yang
diperlukan untuk memastikan bahwa obat yang dikirim tidak tercemar
selama penyimpanan atau saat pendistribusian.
35
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik
serta distribusi yang benar sangat tergantung pada personil yang
menjalankan nya. Personil yang cukup dan kompeten untuk melakukan
semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi. Harus ada
struktur organisasi untuk tiap bagian yang dilengkapi bagan organisasi yang
jelas.
Penanggung jawab harus seorang apoteker yang memenuhi
kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan perundangan, memiliki
pengetahuan dan mengikuti pelatihan CDOB yang memuat aspek
keamanan, identifikasi obat dan/ atau bahan obat palsu ke dalam rantai
distribusi.
PT. Millenium Pharmacon International tbk dalam organisasi,
manajemen dan personalia memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh
kepala cabang dan apoteker penanggung jawab, di buat struktur organisasi
untuk memudahkan dalam melihat tanggung jawab serta tugas dari setiap
personil. Peran apoteker yaknik meningkatkan kompetensi dari setiap
personil khususnya dalam memahami CDOB.
Semua personil harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
dalam CDOB dengan pelatihan dan kompetensi sebelum bertugas.
Penanggung jawab harus menjaga kompetensi dalam CDOB melalui
pelatihan rutin berkala. Pelatihan khusus kepada personil yang menangani
obat dan/ atau bahan obat yang perlu penanganan khusus yang ketat seperti
obat dan/ atau bahan obat berbahaya, radioaktif, narkotika, psikotropika
yang rentan disalahgunakan dan sensitif pada suhu.
36
- Bangunan: Bangunan dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, jika bangunan bukan
milik sendiri harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan
bangunan harus menjadi tanggungjawab fasilitas distribusi, tersedia
kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/ atau bahan obat yang
membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai
perundangan, area penerimaan, penyimpanana dan penyaluran harus
terpisah terlindung dari kondisi cuaca dan harus didesain dengan
baik dan dilengkapi peralatan yang memadai, tersedia prosedur
tertulis yang mengatur personil, harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu, aspek bangunan juga harus dipastikan bahwa bangunan
dirancang agar bebas serangga, hewan pengerat atau hewan lain.
- Peralatan: Pada aspekperalatan, untuk penyimpanan dan penyaluran
obat dan/ atau bahan obat harus di desain dan diletakkan serta
dipelihara dengan standar yang ditetapkan, tersedia program
perawatan peralatan vital seperti thermometer, genset dan
chillerharustersedia program perawatan. Memiliki sistem
komputerisasi yang sebelum dipakai dilakukan pengujian secara
menyeluruh untuk memastikan, memiliki alat untuk mengontrol
pengendalian lingkungan dan sushu agar terhindar dari faktor resiko
perbedaan suhu, peralatan harus terkalibrasi, dokumen yang
memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan kalibrasi,
kualifikasi dan validasi.
2.3.7.4 Operasional
Tindakan-tindakan yang dilaksanakan di fasilitas distribusi harus
memastikan bahwa identitas obat dan/ atau bahan obat tidak hilang dan
distribusi ditangani sesuai spesifikasi yang tercantum di kemasan. Sebelum
memulai kerjasama dengan pemasok yang baru, fasilitas distribusi harus
mengkaji terlebih dahulu untuk memastikan pemasok sesuai, berkompeten,
dan dapat dipercaya untuk memasok.
PBF memperoleh pasokan obat dari pihak pemasok yang memiliki
37
izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta menerapkan CDOB.
a. Kualifikasi pemasok di PT.MPI ini hanya dilakukan oleh pusat saja
tidak oleh cabang. Selain pemasok, fasilitas distribusi harus memastikan
obat dan/ atau bahan obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak untuk
menyerahkan obat ke masyarakat dengan melihat kualifikasi pelanggan,
memastikan proses pengiriman dan penyimpanan, pemisahan obat dan atau
bahan obat, pemusnahan, pengambilan, pengemasan, pengiriman, ekspor
dan impor telah dilakukan dengan sesuai dan baik.
b. Kualifikasi pelanggan di PT. MPI ini dengan memastikan sarana
betul-betul secara dokumen form spesimen untuk merangkum informasi
pelanggan untuk input salah satunya yaitu SIPA, NPWP, nomor telepon,
KTP, surat izin sarana kemudian sales akan mengecek, kemudian di periksa
kelengkapan dokumen dan akan diinput ke sistem. Selanjutnya, sarana dapat
melakukan pembelian di awal dengan COD sebanyak 3 kali dan minimal
faktur 200 ribu.
c. Dalam proses pengadaan di PT. MPI dilakukan etiap 1 minggu
sekali untuk produk psikotropika, prekursor obat sedangkan untuk obat-obat
lainnya dilakukan setiap hari.
d. Penerimaan barang dimulai dari kepala gudang menerima surat jalan
dari pusat kemudian dilakukan penyesuaian jumlah barang, nomor bets,
tanggal kadaluwarsa, nomor izin edar, pemeriksaan kondisi fisik barang,
dan mengecek apakah masih disegel atau tidak.
e. Penyimpanan produk dipisahkan berdasarkan golongan obat dan
stabilitas produk terhadap suhu. Area untuk penyimpanan produk
kadaluwarsa, retur, atau barang rusak dan karantina ditempatkan pada area
terpisah agar tidak tercampur. Obat-oobat yang disimpan harus berdasarkan
prinsip FEFO.
d. Pendistribusian produk di PT. Millenium Pharmacon International
tbk banyak melaksanakan kegiatan distribusi obat dan alat kesehatan
dilaksanakan kepada klinik, apotek, rumah sakit, puskesmas, toko obat dan
PBF lainnya. Jenis sediana farmasi yang diperjualkan oleh PBF ini adalah
obat, obat tradisional, dan alat kesehatan. Penyaluran produk dilakukan
38
dengan beberapa metode yaitu dengan mencari orderan yang dilakukan oleh
sales, order by phone oleh sarana yang bersangkutan dan tender.
Proses pengiriman barang di PT. Millenium Pharmacon International
tbk dilakukan dengan cara outlet mengirimkan surat pesanan ke PBF
kemudian akan di proses oleh admin ekspedisi untuk dibuatkan faktur dan
diberikan kepada apoteker penanggung jawab untuk diperiksa dan
ditandatangani kemudian faktur diserahkan ke bagian gudang.
Bagian ekspedisi akan melakukan permintaan pengeluaran barang
dengan menyerahkan faktur kepada checker. Checker akan menyiapkan
produk yang akan diserahkan ke ekspedisi setalah menginput data surat
jalan. Kemudian produk yang sudah diperiksa diserahkan ke ekspedisi
disertai surat jalan yang ditandatangani oleh kepala ekspedisi. Lalu
ekspedisi menyerahkan produk ke outlet dan outlet akan menandatangani
faktur bukti terima.
e. Kegiatan pemusnahan dilakukan untuk mencegah beredarnya produk
yang tidak layak jual dan jatuh ketangan yang tidak bertanggung jawab.
Kegiatan pemusnahan PT.MPI ini dilaksanakan dengan melengkapi dan
mengirim data ke pusat yang menunjang terlaksananya pemusnahan yang
disaksikan prinsipal yang bersangkutan, audit internal, petugas gudang
reverse, apoteker penanggung jawab dan saksi lainnya. Pengiriman barang
dari PBF cabang ke pusat dan berita acara pemusnahan dari PBF pusat.
39
penyimpanagan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA
yang didokumentasikan dan di tindak lanjuti. CAPA merupakan corrective
action and preventif action yaitu suatu tindakan perbaikan dan pencegahan
agar suatu bentuk penyimpangan atau ketidak sesuaian tidak terjadi lagi.
CAPA hingga BAP dibuat oleh apoteker penanggung jawab. CAPA dapat
dilakukan dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan ceklis auditor, lalu
megklasifikasikan kritikal absolut (Ca), kritikal (C), Mayor (M), Minor (m),
tidak terdapat (n/a). Lalu ceklis CDOb seperti bahan baku. Setelah itu
penanggung jawab dari setiap point.
40
obat yang ditarik kembali yaitu harus ditempatkan secara terpisah, aman,
dan terkunci dan di beri label yang jelas. Kegiatan penyimpanan yang
ditarik harus sesuai dengan syarat penyimpanan hingga tindak lanjut dan di
didokumentasikan serta dibuat laporan akhir setelah selesai penarikan,
termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan dikembalikan.
Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang diharuskan
oleh instansi berwenang atau industri farmasi pemegang izin edar.
2.3.7.7 Transportasi
Kegiatan transportasi harus dapat menjamin obat dan/ atau bahan
obat tidak mengalami perubahan kondiis selama transportasi yang dapat
mengurangi mutu. Dalam pengiriman obat dan/ atau bahan obat harus aman
dan terdokumentasi untuk memudahkan identifikasi dan verifikasi
kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Untuk obat dan/ atau
bahan obat yang perlu kondisi khusus selama transportasi, industri farmasi
harus mencantumkan kondiis khusus tersebut pada penandaan dan
dimonitor serta dicatat. Transportasi yang mengandung zat berbahaya yang
dapat menyebabkan resiko khusus dalam hal penyalanggunaan, kebakaran,
atau ledakan harus disimpan diarea terpisah dan aman, yang diangkut dalam
kontainer dan kendaraan yang aman dengan deain yang sesuai serta harus
sesuai dengan peraturan perundangan.
Pelanggan harus mendapat data suhu saat serah terima. Apabila
diperlukan pelanggan dapat memperoleh dokumen untuk menunjukkan
bahwa obat dan/ atau bahan obat ada dalam kondisi suh penyimpanan yang
di syaratkan selama transportasi.
Transportasi di PT. Millenium Pharmacon International tbk ini
menggunakan transportasi milik sendiri untuk dalam kota dengan 2 mobil
box dan 8 motor box. Sedangkan untuk luar kota dengan 2 mobil box.
41
khasiat dan mutu obat dan/ atau bahan obat yaitu kontrak antara PBF pusat
dengan PBF cabang atau PBF cabang dengan pihak penyedia jasa yaitu
transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dsb. Pemberi
kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi yang diperlukan oleh
penerima kontrak dalam melakukan tugas yang dikontrakkan sesuai prinsip
dan pedoman CDOB.
2.3.7.8 Dokumentasi
Proses dokumentasi merupakan bagian penting dari sistem
manajemen mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas bertujuan untuk
mencegah kesalahan dari komunikasi lisan, untuk memudahkan penelusuran
sejarah bets, instruksi prosedur. Dokumentasi adalah dokumen tertulis
mengenai distribusi mulai dari pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pelaporan, prosedur tertulis dan dokumen lain terkait mutu.
Dalam dokumentasi harus jelas dan rinci untuk memastikan semua
personil melakukan kegiatan yang sesuai untuk meminimalisir resiko
kesalahan. Dokumentasi harus mudah didapatkan kembali, disimpan dan
dipelihara di tempat yang aman untuk mencegah perubahan yang tidak sah,
kerusahan dan kehilangan dokumen.
Setiap pemasukan dan pengeluaran obat harus dibuat laporan oleh
apoteker penanggung jawab, laporan tersebut terdiri dari:
- Laporan triwulan : laporan untuk seluruh produk obat berisikan
data logistik obat mencakup pengeluaran dan pemasukan obat
selama 3 bulan yang ditujukan kepada Direktur Pengawasan
Distribusi Produk Terapeutik dan PKRT Badan pengawasan obat
dan masyarakat RI dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Dinkes kota Bandung, dan Kepala Badan POM
di bandung.
- Laporan penyaluran obat jadi psikotropika, prekursor farmasi
dan OOT yang berisikan data keluar masuk obat golongan
psikotropika dari dan ke PBF selama 1 bulan yang ditujukan
kepada Badan POM
42
Tujuan pelaporan distribusi adalah untuk memastikan stok produk
psikotropika sesuai antara kartu stok manual, elektronik, dan fisik
barang, menjamin pengeluaran terkontrol dari psikotropika,
mastikan transaksi psikotropika tercatat jelas sehingga mudah
ditelusuri, memastikan transaksi psikotropika dilaporakn ke badan
POM Jakarta, Badan POM RI, Depkes atau Dinkes setiap bulannya
dengan waktu yang ditentukan dengan tembusan kepada kepala
Dinkes provinsi, Dinkes kesehatan, Balai besar POM, dan arsip.
43
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengetahuan
3.2. Keterampilan
3.3. Hambatan
3.4. TUGAS KHUSUS IMPLEMENTASI CDOB PENYIMPANAN
PSIKOTROPIKA, PREKURSOR DAN OOT DI PT.
MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1. Latar Belakang
PT. Millenium Pharmacon International merupakan
perusahaan bergerak dibidang usaha distribusi produk farmasi,
suplemen makanan, dan alat kesehatan dengan cakupan seluruh
wilayah Indonesia, beroperasi dengan 32 kantor cabang dan 1
gudang pusat. Perusahaan mendistribusikan produk dari prinsipal
dalam negeri dan luar negeri. Untuk produk ethical disitribusikan ke
masyarakat melalui apok dan rumah sakit, sedangkan untuk produk
OTC ( over the counter) didistribusikan melalui apotik, toko obat,
dan pasar modern. Menurut Permenkes RI NO. 1148 Tahun 2011
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Penjaminan mutu obat sangatlah penting, dimulai dari
penerimaan, penyimpanan, penyaluran, hingga pendistribusian dari
Pedagang Besar Farmasi, lalu ke sarana pendistribusian hingga
44
sampai ke tangan pasien. Jaminan mutu obat merupakan suatu
aktivitas manajemen yang dibutuhkan guna pemerikasaan terkait
obat yang akan diterima pasien dalam kondisi yang berkualitas,
aman serta efektif (Quick et al, 2012).
Penyimpanan merupakan salah satu parameter kritis yang
menentukan kelancaran distribusi dan pemasok ke pelanggan
( Ramaa, 2012) Proses penyimpananyang tidak sesuai akan
mempengaruhi mutu obat. Sehingga penyimpanan obat harus
dilakukan dengan sangat baik, serta penyesuaian terhada kondisi
yang ada perlu diperhatikan dengan baik sehugga pelayanan obat
dapat dilaksanakan secara maksimal (Sinen, 2017)
Berdasarkan Permenkes no 3 tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi menyatakan bahwa Penyimpanan obat-obat
tersebut dilakukan secara khusus dan terpisah. Tempat
penyimpanan Narkotika, Psikotripika dan Prekursor Farmasi di
Fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan
kefarmasian harus mampu menjaga kemanan, khasiat, dan mutu
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
Dalam hal ini terdapat penekanan salah satunya adalah
tentang penyimpanan. Begitupun jika dilihat pada Petunjuk
Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik (Junlak CDOB) Tahun
2015 bagian Bangunan dan Peralatan, serta pada bagian Operasional
yang menjelaskan pentingnya penyimpanan yang baik pada PBF.
Sistem penyimpanan diatur dengan jelas dalam CDOB dan harus
diimplementasikan dengan baik untuk menjaga mutu obat tersebut.
Hal ini menjadi sangat penting, sehingga diperlukan suatu evaluasi
kesesuaian proses penyimpanan obat di PBF untuk memastikan
penyimpanan sudah dilakukan sesuai dengan CDOB.
3.4.2. Tujuan
45
1. Melakukan evaluasi penyimpanan pada obat khusus
Psikotropika, Prekursor dan OOT di PT. Milleniu Pharmacon
International
Tabel 1. Evaluasi Kondisi Ruangan dan Fasilitas pada Gudang Penyimpanan Obat
berdasarkan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010)
Hasil
No Penilaian Evaluasi
Sesuai Tidak
Gudang penyimpanan Obat terpisah dari
1
ruang penyaluran PBF
Gudang cukup besar untuk penyimpanan
2 semua persediaan obat dan aman untuk
pergerakan petugas
Tempat ruang penyimpanan obat yang
3
terpisah dengan alat Kesehatan
Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak
4
bocor
5 Lantai dibuat dari tegel/semen.
6 Dinding gudang dibuat licin
7 Gudang memiliki ventilasi
8 Gudang memiliki jendela yang berteralis
9 Penerangan gudang yang cukup
10 Adanya Pengaturan suhu ruangan
46
11 Adanya pengaturan kelembapan
12 Gudang dilengkapi dengan kunci ganda
13 Tersedia thermometer ruangan
14 Tersedia rak/lemari penyimpanan obat
Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk
15
penyimpanan obat Psikotropika
Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan
16 jenis obat-obat tertentu yang memerlukan
suhu dingin
Tersedia lemari khusus untuk obat rusak dan
17
kadaluarsa
Tersedia alat bantu untuk pemindahan obat
18
dalam Gudang
Tersedia kartu stok obat untuk memberi
19
keterangan di rak/lemari penyimpanan
20 Tersedia pallet / papan alas untuk barang
21 Jarak pallet dengan lantai (min.10cm)
22 Jarak pallet dengan dinding (max.30cm)
Hasil
No Penilaian Evaluasi
Sesuai Tidak
Gudang penyimpanan Obat terpisah dari
1 √
ruang penyaluran PBF
Gudang cukup besar untuk penyimpanan
2 semua persediaan obat dan aman untuk √
pergerakan petugas
3 Tempat ruang penyimpanan obat yang √
47
terpisah dengan alat Kesehatan
Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak
4 √
bocor
5 Lantai dibuat dari tegel/semen. √
6 Dinding gudang dibuat licin √
7 Gudang memiliki ventilasi √
8 Gudang memiliki jendela yang berteralis √
9 Penerangan gudang yang cukup √
10 Adanya Pengaturan suhu ruangan √
11 Adanya pengaturan kelembapan √
12 Gudang dilengkapi dengan kunci ganda √
13 Tersedia thermometer ruangan √
14 Tersedia rak/lemari penyimpanan obat √
Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk
15 √
penyimpanan obat Psikotropika
Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan
16 jenis obat-obat tertentu yang memerlukan √
suhu dingin
Tersedia lemari khusus untuk obat rusak dan
17 √
kadaluarsa
Tersedia alat bantu untuk pemindahan obat
18 √
dalam Gudang
Tersedia kartu stok obat untuk memberi
19 √
keterangan di rak/lemari penyimpanan
20 Tersedia pallet / papan alas untuk barang √
21 Jarak pallet dengan lantai (min.10cm) √
22 Jarak pallet dengan dinding (max.30cm) √
3.4.5.
3.4.6. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi penyimpanan
obat psikotropika, prekusrsor dan OOT di PT. Millenium
48
Pharmacon Indonesia. Dari hasil observasi luas Gudang
penyimpanan obat di PT. Millenium Pharmacon Indonesia
sudah mencukupi kebutuhan untuk penyimpanan obat. Namun
belum sepenuhnya memenuhi penyimpanan obat psikotropika,
prekursor dan OOT berdasarkan Dirjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Hasil menyatakan bahwa penyimpanan obat di PT.
MPI ini sebesar 95,45% dari skala 100% .
Berdasarkan hasil pengamatan gudang penyimpanan obat
prekursor, psikotropika dan OOT ini sudah terpisah dari ruang
ruang penyaluran dan terpisah dengan ruang alat kesehatan.
gudang penyimpanan juga memiliki tempat yang cukup dan
aman untuk pergerakan petugas yang bertugas pada ruangan
penyimpanan obat. Kemudian Gudang obat PPO memiliki
ventilasi dan jendela bertralis besi sehingga membantu
meningkatkan sistem keamanan, atap dengan keadaan baik serta
suhu dan kelembapan pada ruangan penyimpanan juga diatur
dengan menggunakan alat thermohygro sehingga menjaga
kelembapan dan suhu tetap stabil. Menurut Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), sarana pengamatan
Gedung sangat penting dimiliki oleh instalasi farmasi untuk
menjaga obat dari pencurian dan bahaya kebakaran.
Lantai Gudang penyimpanan ditegel dan diberikan alas
papan (pallet). Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (2010), penggunaan pallet dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan memudahkan dalam pemindahan obat.
Keuntungan penggunaan pallet diantaranya adalah sirkulasi dari
bawah dan memiliki perlindungan terhadap banjir dan serangan
serangga (rayap), melindungi sediaan dari kelembapan,
memudahkan penanganan stok, dapat menampung obat lebih
banyak, pallet juga lebih murah dari pada rak.
Pintu gudang penyimpanan diberikan kunci ganda untuk
meningkatkan kemanan di gudang. Gudang penyimpanan juga
49
diberikan AC sebagai pendingin ruangan sehingga suhu ruang
penyimpanan memenuhi standar.
Untuk obat kembalian atau retur terdapat lemari karantina
yang dapat digunakan untuk menyimpan obat retur tersebut
sebelum obat tersebut dimasukan kembali pada rak
psikotropika, obat-obat tersebut dikarantina terlebih dahulu.
3.5. Saran
3.6. ZSSSn nkas
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2020). Cara Distribusi Obat Yang Baik. Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Kemenkes RI. (2011). Pedagang Besar Farmasi. Kementrian Kesehatan
Indonesia.
Tamara, R. G. (2018). Cara Apoteker Menjalankan BisnisPedagang Besar
Farmasi (PBF). MajalahFarmasetika, 3(2), 23-25.
50
51
52