Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN AKHIR

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Semester Ganjil Tahun Akademik 2022 / 2023
Angkatan 2 (Dua)
Periode November 2022
Kategori PKPA PBF

Wahana Praktek Kerja Profesi Apoteker

PT. Millenium Pharmacon International tbk Bandung

Temi Regina Yuliani (12060322029)


Olan Busali (12060322030)
Risa Anggiani (12060322031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RABI’UL AKHIR 1444H / NOVEMBER 2022
LAPORAN AKHIR
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Praktek Kerja Profesi Apoteker Wahana pada
Program Studi Pendidikan ProfesiApoteker
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Bandung

Oleh:

Temi Regina Yuliani (12060322029)


Olan Busali (12060322030)
Risa Anggiani (12060322031)

Disetujui oleh:

Preseptor Wahana

..........................................................................
apt.Ade Irma Mulyasyari, S.Farm.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT.
Atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan akhir Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di PT. Millenium Pharmacon International tbk Bandung.
Penulisan laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.
Dalam penyusunan laporanini, penulis mendapatkan dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih
kepada:
1. Bapak Abdul Kudus, S.Si, M.Si., Ph.D Selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung.
2. Bapak Dr.Suwendar, M.Si, Apt. Selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.
3. Bapak apt. G.C. Eka Darma, S.Farm., M.Si. selaku Koordinator Praktek
Kerja Profesi Apoteker, Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.
4. Bapak, Tri Sugiantoro selaku Branch Manager PT. Millenium
Pharmacon International tbk Bandung
5. Ibu apt. Ade Irma Mulyasyari, S.Farm. selaku pembimbing Praktek
Kerja Profesi Apoteker dari PT. Millenium Pharmacon International tbk
Bandung.
6. Seluruh staf dan karyawan PT. Maillenium Pharmacon International tbk
yang telah berbagi ilmu, pengalaman dan bantuan selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker.

iii
7. Staf pengajar dan karyawan Program Studi Pendidikan ProfesiApoteker
di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam
Bandung.
8. Orang tua dan keluarga yang sudah memberikan banyak dukungan
moral dan materil selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
9. Kepadaseluruhteman-temanseperjuangan Program Studi Pendidikan
Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Bandung Angkatan II (Dua) yang sama-sama sedang
berjuang.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak
kesalahan.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.

Bandung, Rabi’ul Akhir 1444 H


November 2022 M

Penulis

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.1 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker...............................................................................2
1.2 Capaian Kompetensi............................................................................................................2
1.3 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker.........................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM WAHANA PKPA.............................................................................4
2.1 Tinjauan Umum Distribusi Farmasi....................................................................................4
2.2 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)............................................................................6
2.3 Tinjauan Umum PT. Marga Nusantara Jaya Cabang Tasikmalaya...................................12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................21
3.1 Pengetahuan.......................................................................................................................21
3.2 Keterampilan.....................................................................................................................21
3.3 Hambatan...........................................................................................................................21
3.4 Tugas Khusus....................................................................................................................21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................29
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................30

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman

Gambar III.1 Diagram AlirProsedurInspeksi Diri...............................................30


Gambar III.2Alur PenangananProdukRetur........................................................37
Gambar III.3Alur Penarikan Wajib.....................................................................40
Gambar III.4Alur PenarikanMandiri...................................................................40

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. StrukturOrganisasi........................................................................................45
2. Bangunan......................................................................................................46
3. Penyimpanan.................................................................................................48
4. Area Penerimaan, Pengiriman dan Penyerahan............................................51
5. Peralatan dan Fasilitas..................................................................................53
6. Product Retur, Reject dan Tidak dijualsertaKarantina.................................55

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan bahwa kesehatan merupakan keadaan yang sehat, baik fisik,
mental, spiritual maupun sosial pada setiap orang untuk bisa hidup produktif
secara sosial dan juga ekonomis. Dalam pelaksanaan upaya kesehatan dapat
dilakukan dengan bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Apoteker memegang peran penting dalam mengupayakan kesehatan
yang dilakukan dengan pelaksanaan pekerjaan kefarmasian. Profesi
apoteker menuntut kompetensi keprofesian pada multidimensi bidang
pekerjaan kefarmasian yaitu apotek, rumahsakit/puskesmas/klinik, industri,
distribusi dan pemerintahan seperti yang diaturdalam PP RI No. 51/2009
tentang Pekerjaan Farmasi (September 2009) dan kemudian dikuatkan
landasan hukumnya dalam UU RI No. 36/2009 tentang Kesehatan (Oktober
2009) .Perundang-undangan berkaitan denganpen distribusian perbekalan
farmasi khususnya tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF) telah mengalami
beberapa kali perubahan dimulaidari Permenkes No. 918/1993, Permenkes
No. 1148/2011, Permenkes No.34/2014 (perubahan atas Permenkes No.
1148/2011), dan Permenkes No.30/2017. Sedangkan berkaitan dengan Cara
Distribusi Obat yang Baik (CDOB) diatur dalam PKBPOM
No.HK.03.1.34.11.12.7542/2012 tentang Pedoman Teknis CDOB, dengan
Petunjuk Pelaksanaan CDOB dikeluarkan oleh BPOM tahun 2015, serta
untuk alat-alat Kesehatan diatur dalam Permenkes No.4/2014 tentang Cara
Distribusi Alat Kesehatan yang Baik.
Landasan hukum tersebut berisi amanat yang sangat jelas dan rinci
tentang bagaimana profesi apoteker harus mampu menjawabnya dalam
wujud kemampuan praktis dan kompetensi yang prima dan paripurna. Hal
yang sangat berbeda Ketika calon apoteker hanya mempelajari secara
teoritis dengan praktis, selain pengetahuan dan penatalaksanaan pekerjaan
1
kefarmasian di wahana PKPA selalu berkembang juga temuan kasus-kasus
di lapangan adalah suatu media pembekalan yang sangat baik dalam rangka
mencetak apoteker yang diminta oleh amanat undang undang.
PKPA di Wahana Distribusi Farmasi harus bisa memberikan suatu
pengetahuan dan pengalaman praktis kepada calon apoteker dari hulu
sampai hilir, darimulai perencanaan sampai evaluasi. Distribusi itu sendiri
adalah urat nadi sekaligus perpanjangan tangan produsen dalam
menghasilkan produk sehingga sampai kepada konsumen dengan seluruh
rangkaian rantainya yang tidak terputus berlandaskan azas kemampuan
dalam menjamin mutu pada setiap lininya. Dasar inilah yang akan menjadi
Capaian Kompetensi calon apoteker kami dalam melaksanakan
pendidikannya selama PKPA di PBF.

Berdasarkan latar belakang inilah, maka Program Studi Profesi


Apoteker - Fakultas MIPA Universitas Islam Bandung menyelenggarakan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Wahana Distribusi Farmasi yaitu
PT. Millenium Pharmacon International tbk Bandung. PKPA ini merupakan
media pembelajaran dan praktek yang sangat baik bagi calon apoteker untuk
memenuhi tuntutan kompetensinya sebelum melakukan pekerjaan
keprofesiaannya di dunia nyata, karena calon apoteker terlibat secara
langsung dalam suatu sistem yang menerapkan Cara Distribusi Obat dan
Alkes yang Baik di PBF baik yang menggunakan standarnasional maupun
internasional dalam operasionalnya.

2
1.1 Tujuan PraktikKerjaProfesiApoteker

Berdasarkan latar belakang di atas tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja


Profesi Apoteker (PKPA) di Wahana Distribusi PT. Millenium Pharmacon
International tbk Bandung adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker di Distribusi Farmasi.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan farmasi di
bidang distribusi farmasi.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk menerapkan prinsip
Good Distribution Practices (GDP), atau Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) dan penerapan nyata dalam distribusi farmasi.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi profesional di distribusi farmasi.
5. Memberi gambaran nyata permasalahan yang dihadapi dalam distribusi
farmasi sehingga mereka tidak canggung untuk bekerja.

1.2 Capaian Kompetensi


Adapun beberapa kompetensi yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan
PKPA di distribusi farmasi ini adalah calon apoteker:
1. Aspek Manajemen Persediaan Perbekalan Farmasi dan Administrasi
a. Struktur organisasi
b. Supply chain management
c. Sistem manajemen mutu
d. Manajemen resiko mutu
e. Dokumentasi dan sistem komputerisasi
2. Aspek Distribusi Sediaan Farmasi (CDOB)
a. Kualifikasi pemasok, pelanggan serta aktifitas pihak ketiga (Outsourced
activity)
b. Pengelolaan sumber daya (operasional) :

3
1) Penerimaan
2) Penyimpanan/pergudangan
3) Pemisahan obat dan/atau bahan obat serta alat kesehatan
4) Penanganan keluhan produk (obat, dan/atau bahan obat serta alat
kesehatan) kembalian, diduga palsu serta penarikan kembali
5) Pemusnahan obat dan/atau bahan obat serta alat Kesehatan palsu,
tidak dapat dipakai dan/atau rusak
6) Pengambilan, pengemasan, pengiriman, ekspor-import
7) Pedoman pengelolaan Barang Milik Pemerintah Daerah
c. Distribusi produk rantai dingin (Cold Chain Product/CCP)
d. Distribusi narkotika dan psikotropika
e. Distribusi berdasarkan kontrak
f. Suhu, pengendalian lingkungan dan Field Safety Corrective Action
(FSCA)
g. Kualifikasi, kalibrasi, dan validasi
h. Kemampuan telusur produk
i. Transportasi
3. Aspek Evaluasi
a. Inspeksi diri dan audit mutu
b. Audit sediaan farmasi
c. Audit SOP manajemen
d. Audit SOP distribusi
e. Audit Sistem Jaminan Halal (Sistem RantaiPasokProduk Halal)

1.3 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker


Penyelenggaraan PKPA di Wahana Distribusi Farmasi ini dilaksanakan
selama 28 hari, dengan tempat kegiatan adalah Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang berada di PT. Millenium Pharmacon International tbk Bandung pada
04s.d.28 November 2022.

4
BAB II

TINJAUAN UMUM WAHANA PKPA

2.1 Tinjauan Umum Distribusi Farmasi

2.1.1 Definisi PBF


Pedagang Besar Farmasi atau PBF merupakan salah satu fasilitas
distribusi berupa perusahaan berbentuk badan hukum yang memilikisarana
dan prasarana dalam proses pengadaan, penyimpanan dan penyaluranobat
dan/atau bahan obat dengan jumlah yang besar (Aditya dan Saputri, 2020;
dan Yusuf dan Avanti, 2020). Dalam menjalankan kegiatannya, PBF berhak
memiliki PBF cabang. Berdasarkan Permenkes No.1148 tahun 2011 PBF
cabang adalah PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.1.2 Dasar Hukum PBF


Dalam pekerjaan kefarmasian di fasilitas distribusi, dasar hukum
mengenai PBF tercantum dalam Permenkes No.1148 tahun 2011 yang
kemudian mengalami dua kali revisi menjadi Permenkes No.34 tahun 2014
dan Permenkes No.30 tahun. Dalam menjalankan kegiatan distribusinya
diperlukan adanya pedoman yang mengatur pelaksanannya, hal ini
tercantum dalam pedoman teknis cara distribusi obat yang baik dalam
Peraturan BPOM No.6 tahun 2022.

2.1.3 Tugas dan Fungsi PBF


PBF berperan dalam mendistribusikan sediaan obat yang telah
diproduksi oleh industri farmasi baik ke PBF lain, apotek, puskesmas
hingga rumah sakit (Musaqimah et al, 2021). Berdasarkan Permenkes RI
No.1148 Tahun 2011 tentang pedagang besar farmasi bahwa tugas PBF
yaitu sebagai tempat penyedia dan penyimpanan alat kesehatan, bahan obat,
5
obat, obat tradisioanl dan kosmetika. Sebagai sarana yang mendistribusikan
perbekalan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Membuat
laporan dengan lengkap setiap pelaksanaan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, perbekalan farmasi sehingga dapat dipertanggungjawabkan
setiap adanya pemeriksaan. Untuk toko obat yang memiliki izin,
pendistribusian obat hanya dapat dilakukan pada golongan obat bebas dan
obat bebas terbatas, sedangkan apotek, rumah sakit dan PBF dapat
melakukan distribusi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat
keras tertentu.
Selain menyelenggarakan kegiatan pendistribusian, PBF juga
berfungsi sebagai sarana distribusi farmasi, sebagai saluran distribusi obat-
obatan dengan kerja aktif ke seluruh tanah air secara merata dan teratur
untuk mempermudah pelayanan kesehatan, membantu pemerintah dalam
mencapai penyediaan obat untuk pelayanan kesehatan, serta sebagai aset
atau kekayaan nasional dan lapangan kerja, halinitercantumdalamPermenkes
No.1148 tahun 2011.

2.1.4 Perizinan PBF


Dalam memperoleh izin pendirian PBF, berdasarkan Permenkes RI
NO. 34 Tahun 2014 tentang pedagang besar farmasi, pasal 4 ayat (1) bahwa
pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berbadan hukum perseroan terbatas atau koperasi
2. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3. Memiliki secara tetap apoteker warga negara Indonesia sebagai
penanggung jawab.
4. Komisaris/ Dewan penggawas dan Direksi/ pengurus tidak pernah
terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu
2 tahun terakhir.
5. Menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk melaksanakan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta dapat menjamin
kelancaran dalam pelaksanaan tugas dan fungsi PBF

6
6. Menguasai gudang yang berfungsi untuk tempat penyimpanan engan
perlengkapan yang menjamin mutu dan keamanan obat yang
disimpan
7. Memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain
sesuai CDOB.
Berdasarkan Permenkes RI No.1148 Tahun 2011 pasal 2 ayat (1)
bahwa persyaratan pendirian PBF yaitu setiap pendirian PBF wajib
memiliki izin dari Direktur Jenderal, setiap PBF dapat mendirikan PBF
Cabang dan setiap pendirian PBF cabang wajib memperoleh pengajuan dari
Kepala Dinkes Provinsi di wilayah PBF Cabang.
Perizinan PBF dapat diajukan ke Kepala Direktur Jenderal dengan
tembusan Kepala Badan, Kepala Dinkes Provinsi dan Kepala Balai POM.
Kelengkapan administrasi yang perlu dipenuhi diantaranya :
1. Fotokopi KTP/identitas direktur/ketua
2. Susunan direksi/pengurus
3. Pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak
pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
farmasi
4. Akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
5. Surat tanda daftar perusahaan
6. Fotokopi surat izin usaha perdagangan
7. Fotokopi NPWP
8. Surat bukti penguasaan bangunan dan Gudang
9. Peta lokasi dan denah bangunan
10. Surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh apoteker penanggung
jawab
11. Fotokopi STRA penanggung jawab
Berdasarkan Permenkes No.34 tahun 2014 bahwa paling lama dalam
waktu 6 hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan dilakukan
verifikasi oleh Dinkes Provinsi dan audit pemenuhan persyaratan CDOB
oleh kepala Balai POM. Selanjutnya Dinkes Provinsi akan mengeluarkan

7
rekomendasi pemenuhan administrative kepada Direktur Jenderal dan
Kepala balai POM akan melaporkan pemohon yang memenuhi persyaratan
CDOB kepada Kepala Badan. Kemudian, Kepala Badan akan memberikan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal
sehingga akan diterbitkan izin PBF.

2.1.5 Pengakuan PBF Cabang


Pengakuan PBF cabang dapat dilakukan dengan permohonanyang
diajukan ke Kepala Dinkes Provinsi dengan tembusan Kepada Dirjen,
Kepala Balai POM dan Kepala Dinkes Kabupaten/Kota dengan
kelengkapan administrasi sebagai berikut :
1. Fotokopi KTP/identitas Kepala PBF Cabang
2. Fotokopi izin PBF yang dilegalisasi oleh DirekturJenderal
3. Surat penunjukkan sebagai kepala PBF Cabang
4. Pernyataan Kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi
5. Surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon
penanggung jawab
6. Surat bukti penguasaan bangunan dan Gudang
7. Peta lokasi dan denah bangunan
8. Fotokopi STRA calon penanggung jawab
Menurut Permenkes No.34 tahun 2014, paling lama dalam waktu 6
hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan dilakukan verifikasi oleh
Dinkes Kabupaten/Kota dan audit pemenuhan persyaratan CDOB oleh
kepala Balai POM. Selanjutnya Dinkes Kabupaten/Kota akan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan administrative kepada Direktur Jenderal dan
Kepala balai POM akan mengeluarkan rekomendasi hasil analisis
pemenuhan persyaratan CDOB kepada Kepala Dinkes Provinsi. Kemudian,
Kepala Dinkes Provinsi akan menerbitkan pengakuan PBF Cabang.
Menurut Permenkes RI No. 34 tahun 2014 tentang pedagang besar
farmasi tercantum pada pasal 11 bahwa izin PBF berlaku 5 tahun dan dapat
di perpanjang selama memenuhi persyaratan. Izin PBF dapat dinyatakan

8
tidak berlaku jika masa berlakunya habis dan tidak di perpanjang, dikenai
sanksi berupa penghentian sementara kegiatan dan izin PBF dicabut.

2.1.6 Penyelenggaraan dan Pengelolaan PBF


Berdasarkan Pemenkes RI No. 30 Tahun 2017 tentang pedagang
besar farmasi pada pasar 13 menyatakan bahwa PBF memiliki izin untuk
menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut:
1. PBF dan PBF cabang hanya dapat mnegadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau bahan obat yang memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan menteri
2. PBF hanya dapat melakukan pengadaan obat dari industri farmasi
dan atau sesama PBF
3. PBF hanya dapat hanya melaksanakan pengadaan bahan obat dari
industri farmasi, sesama PBF dan atau melalui importasi.
4. Pengadaan bahan obat melalui importasi dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
5. PBF cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan atau
bahan obat dari PBF pusat atau PBF cabang lain yang ditunjuk PBF
pusat
6. PBF dan PBF cabang dalam melaksanakan pengadaan obat dan atau
bahan obat harus berdasarkan suart pesanan yang ditandatangani
apoteker penanggungjawab dengan mencantumkan nomor SIPA.

2.17 Tata Cara Penyaluran Perbekalan Farmasi


Menurut Permenkes No. 20 Tahun 2017 tentang pedagang besar
farmasi pada pasal 17 bahwa dalam pelaksanaan tugas dan fungsi PBF juga
diberikan larangan oleh pemerintah yaitu:
1. Setiap PBF dan PBF cabang dilarang untuk menjual obat dan atau
bahan obat secara eceran
2. Setiap PBF dan PBF cabang dilarang menerima dan atau melayani
resep dokter

9
Dalam penyaluran perbekalan farmasi di pBF atau PBF cabang
mempunyai syarat-syarat berdasarkan Permenkes No. 20 Tahun 2017 yaitu:
1. PBF dan PBF cabang hanya menyalurkan obat kepada PBF atau PBF
cabang lain dan fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, atau toko obat) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. PBF dan PBF cabang dapat menyalurkan obat dan bahan obat ke
instansi pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan untuk
memenuhi kebutuhan pemerintah
3. PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat dan atau bahan obat di
wilayah provinsi sesuai surat pengakuannya. PBF cabang dapat
menyalurkan obat dan atau bahan obat di wilayah provinsi terdekat
untuk dan atas nama PBF pusat yang dibuktikan dengan suart
penugasan atau penunjukkan yang disahkan oleh Dinkes Provinsi.
4. PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan penyaluran obat dan atau
bahan obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan yang di
tandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker penanggung
jawab
5. PBF dan PBF cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat kepada
industri farmasi, PBF dan PBF cabang lain, apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, dan lembaga ilmu pengetahuan
6. PBF dan PBF cabang hanya dapat melakukan penyaluran obat
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker pengelola
apotek, apoteker penanggungjawab, atau tenaga teknik kefarmasian
penganggungjawab untuk toko obat dengan mencantumkan nomor
SIPA.
2.18 Gudang di PBF
Persyaratan tentang gudang PBF berdarakan Permees No. 34 Tahun
2014 tentang PBF pasal 4 yaitu:
1. Gudang dan kantor PBF atau cabang PBF dapat berada pada lokasi
terpisah dengan syarat tidak mengurangi efektivitas pengawasan
intern oleh Direksi/ pengurus dan penganggungjawab

10
2. Gudang dan kantor PBF atau cabang PBF pada lokasi yang terpisah
maka gudang harus memiliki apoteker
3. Permohonan penambahan gudang PBF diajukan secara tertulis
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Dinkes Provinsi, Kepala
Badan, dan Kepala BPOM dengan mencantumkan alamat kantor
PBF pusat, alamat gudang pusat dan gudang tambahan, nama
apoteker penanggungjawab pusat, nama apoteker penanggungjawab
gudang tambahan
4. Permohonan tersebut ditandatangani oleh Direktur/ ketua dan
dilengkapi dengan persyaratan yaitu fotocopy ijazah APJ PBF,
fotocopy surat tanda registrasi apoteker calon penanggungjawab
gudang tambahan, surat pernyataan kesediaan bekerja penuh
apoteker penanggungjawab, suart bukti penguasaan bangunan dan
peralatan dan gudang serta peta lokasi dan denah bangunan gudang
tambahan
5. Permohonan penambahan gudang PBF cabang diajukan tertulis
kepada dinkes provinsi dengan mengikuti ketentuan
6. Permohonan perubahan gudang PBF diajukan tertulis kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepala Dinkes Provinsi, kepala
badan dan kepala BPOM dengan mencantumkan alamat kantor PBF
pusat, alamat gudang, nama apoteker penanggungjawab.
7. Permohonan ditandatangani oleh direktur/ ketua dan dilengkapi
dengan syarat fotocopy izin PBF dan peta lokasi dan denah
bangunan gudang
8. Permohonan perubahan gudang PBF cabang diajukan secara tertulis
kepada Dinkes Provinsi dengan ketentuan.

2.19 Pelaporan PBF


Dalam menjalankan kegiatan, PBF wajib memberikan laporan rutin
dan berkala kepada pihak yang berwenang seperti yang disebutkan dalam
Permenkes No. 34 Tahun 2014 tentang PBF pada Bab V yaitu:
1. PBF dan PBF cabang wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3

11
bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan, dan penyaluran obat dan
atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepala
Badan, Kepala Dikes Provinsi dan Kepala BPOM
2. Selain laporn kegiatan, Direktur Jenderal setiap saat dapat meminta
laporan kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan atau bahan
obat
3. Setiap PBF dan PBF cabang yang menyalurkan narkotika,
psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran
sesuai ketentuan perundangan
4. Laporan tersebut dapat dilakukan secara elektronik dengan teknologi
informasi dan komunikasi
5. Laporan setiap saat harus diperiksa oleh petugas berwenang

2.20 Peran Apoteker


Berdasarkan peraturan pemerintah No. 51 Tahun 2009 memberikan
perhatian tentang pentingnya menjamin kualitas obat di distribusi. Sehingga
diwajibkan adanya seorang apoteker penanggungjawab pada fasilitas
distribusi atau penyaluran sediaan farmasi. Tenaga kefarmasian dapat
melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya pada fasilitas distribusi melalui
PBF, penyalur alat kesehatan, instalasi pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/ kota.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 30 Tahun 2017 tentang PBF yaitu
1. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan
sistemmanajemen mutu
2. Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangan serta
menjaga akurasi dan mutu dokumentasi
3. Menyusun dan/ atau menyetujui program pelatihan dasar dan
lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil terkait kegiatan
distribusi
4. Mengkoordinasikan dan melakukan segera setap penarikan obat dan/
atau bahan obat
5. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif

12
6. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan
pelanggan
7. Meluluskan obat dan/ atau bahan obat kembalian untuk
dikembalikan kedalam stok obat dan/ atau bahan obat kembalian
yang memenuhi syarat jual
8. Turut serta dalam pembuatan perjanjian anatar pemberi kontrak
dengan penerima kontrak mengenai tanggungjawab setiap pihak
yang berkaitan dengan distribusi dan/ atau transportasi obat dan/ atau
bahan obat
9. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program
dan tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan
10. Mendelegasikan tugasnya kepada apoteker/ TTK yang telah
mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang
tidak berada ditempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan
dokumen terkait dengan setiap pendelegasian yang dilakukan
11. Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengkarantina atau memusnahkan obat dan/ atu bahan obat
kembalian, rusak, hasil penarikan kembali atau diduga palsu
12. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk
obat dan/ atau bahan obat tertentu sesuai peraturan perundangan.

2.21 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara distribusi obat yang baik atau CDOB adalah cara distribusi
yang mencakup kegiatan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dari
produsen hingga kekonsumen. Penerapan CDOB bertujuan untuk
memastikan mutu obat sepanjang alur rantai pasok yang sampai ketangan
konsumen sama dengan mutu obat dari industry farmasi yang
memproduksinya (Supriyanta et al, 2020). Selain itu, tujuan CDOB adalah
menjamin penyebaran obat merata dan teratur, terlaksananya pengamanan
lalu lintas obat dan penggunaan obatS tepat sampai pada pihak yang
membutuhkan secara sah, menjamin keabsahan dan mutu obat serta

13
menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi yang dipersyaratkan
termasuk dalam transportasi. Pedoman teknis CDOB terbaru tercantum
dalam Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2020.
Berdasarkan Permenkes RI No. 25 Tahun 2017 tentang sertifikasi
CDOB, PBF dan PBF cabang yang telah menerapkan Pedoman Teknis
CDOB yang dibuktikan dengan sertifikat CDOB. Sertifikat CDOB
diberikan untuk kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat
dan/ atau bahan obat. Termasuk produk rantai dingin yaitu vaksin dan
produk biologi lainnya yaitu narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi.
Sertifikat CDOB hanya dapat diajukan oleh PBF atau PBF cabang yang
telah memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin PBF atau mengakuan
sebagai PBF cabang.

2.2.1 Aspek CDOB


1. Manajemen Mutu
Manajemen mutu diterapkan agar fasilitas distribusi
memastikan mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai
distribusi dipertahankan selama proses distribusi. Manajemen mutu
mencakup manajemen resiko mutu yaitu suatu proses sistematis
untuk menilai, mengendalikan, mengkomunikasikan dan mengkaji
risiko terhadap mutu obat dan/atau bahan obat. Sistem mutu harus
memastikan bahwa:
- Obat dan/ atau bahan obat yang diperoleh, disimpan, disediakan,
dikirimkan atau di ekspor dengan cara yang sesuai dengan syarat
CDOB
- Tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas
- Obat dan/ atau bahan obat dikirmkan penerima yang tepat dalam
jangka waktu yang sesuai
- Kegiatan terkait mutu dicatat pada saat kegiatan dilakukan
- Penyimpangan prosedur yang ditetapkan di dokumentasikan dan
di selidiki
- Tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang tepat diambil

14
untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan
sesuai prinsip manajemen risiko mutu.

2. Organisasi, manajemen dan personalia


Penanggung jawab di PBF adalah seorang Apoteker yang
memiliki pengetahuan dan mengikuti pelatihan CDOB. Apoteker
penanggung jawab (APJ) berperan dalam memastikan bahwa
fasilitas distribusi telah menerapkan CDOB dan memenuhi
pelayanan publik. Tanggung jawab dari APJ diantaranya :
- Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan system
manajemen mutu
- Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya
sertamenjaga akurasi dan mutu dokumentasi
- Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan
pelatihan lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang
terkait dalam kegiatan distribusi
- Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap
kegiatan penarikan obat dan/atau bahan obat
- Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif
- Melakukankualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan
pelanggan
- Meluluskan obat dan/atau bahan obat kembalian untuk
dikembalikan kedalam stok obat dan/atau bahan obat yang
memenuhi syarat jual
- Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak
dan penerima kontrak yang menjelaskan mengenai
tanggungjawab masing-masing pihak yang berkaitan dengan
distribusi dan/atau transportas iobat dan/atau bahan obat
- Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai
program dan tersedia Tindakan perbaikan yang diperlukan
- Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker/tenaga teknis
kefarmasian yang telah mendapatkan persetujuan dari isntansi

15
berwenang ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka
waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait dengan
setiap pendelegasian yang dilakukan
- Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengkarantina atau memusnahkan obat dan/atau bahan obat
kembalian, rusak, hasil penarikan kembali atau didugapalsu
- Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk
obat dan/atau bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-
undangan
Personil yang ada harus dapat dipastikan berkompeten dalam
jumlah yang memadai di setiap kegiatan yang dilakukan untuk
memastikan mutu obat dan/ atau bahan obat tetap terjaga, personil
harus menjalankan prosedur kesehatan, higien, dan keselamatan.
Semua personil harus terkualifikasi sesuai CDOB dengan mengikuti
pelatihan dan memiliki kompetensi sebelum bertugas. Disamping
itu, pelatihan harus mencakup aspek identifikasi dan menghindari
obat dan/ atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi. Pelatihan
khusus kepada personil yang menangani obat dan/ atau bahan obat
yang perlu penanganan yang lebih ketat seperti obat berbahaya,
bahan radioaktif, narkotika, psikotropika, rentan untuk
disalahgunakan dan sensitif terhadap suhu. Semua dokumen
pelatihan harus disimpan dan efektivitas pelatihan harus dievaluasi
secara berkala dan didokumentasikan.

3. Bangunan dan peralatan


Bangunandirancanguntukmemastikankondisipenyimpanan
yang baikdapatdipertahankan, jika bangunan bukan milik sendiri
harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan harus
menjadi tanggungjawab fasilitas distribusi, tersedia kondisi
penyimpanan khusus untuk obat dan/ atau bahan obat yang
membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai
perundangan, area penerimaan, penyimpanana dan penyaluran harus

16
terpisah terlindung dari kondisi cuaca dan harus didesain dengan
baik dan dilengkapi peralatan yang memadai, tersedia prosedur
tertulis yang mengatur personil, harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu, aspek bangunan juga harus dipastikan bahwa bangunan
dirancang agar bebas serangga, hewan pengerat atau hewan lain.
Pada aspek peralatan, untuk penyimpanan dan penyaluran
obat dan/ atau bahan obat harus di desain dan diletakkan serta
dipelihara dengan standar yang ditetapkan, tersedia program
perawatan peralatan vital seperti thermometer, genset dan
chillerharustersedia program perawatan. Memiliki sistem
komputerisasi yang sebelum dipakai dilakukan pengujian secara
menyeluruh untuk memastikan, memiliki alat untuk mengontrol
pengendalian lingkungan dan sushu agar terhindar dari faktor resiko
perbedaan suhu, peralatan harus terkalibrasi, dokumen yang
memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan kalibrasi,
kualifikasi dan valudasi.

4. Operasional
a. Kualifikasipemasok
Hal yang pentinguntuk dipastikan pada pemasok adalah
wajib dipastikan bahwa pemasok mempunyai izin dan menerapkan
prinsip CPOB. Saat memulai Kerjasama dengan pemasok baru,
dilakukan pengakjian dengan pendekatan berbasis risiko yaitu :
1. Reputasi atau tingkat keandala serta keabsahan
operasionalnya
2. Obat dan/atau bahan obat tertentu yang rawan terhadap
pemalsuan
3. Penawaran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
yang biasanya hanya tersedia dalam jumlah terbatas
4. Harga yang tidakwajar
b. Kualifikasipelanggan
Fasilitas distribusi juga melakukan kualifikasi pelanggan

17
untuk memastikan obat dan/atau bahan obat disalurkan kepada pihak
yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke
masyarakat.
c. Penerimaan
Pada penerimaan dipastikan bahwa obat dan/atau bahan obat
yang diterima benar, berasal dari pemasok yang disetujui dan tidak
mengalami perubahan selama transportasi. Saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan menggunakan checklist berisi nama
pemasok, namabarang, nomor bets, tanggal kadaluwarsa, jumlah
fisik dan keutuhan fisik produk (Tamara, 2018).
d. Penyimpanan
Penyimpanan yang digunakan di PBF menggunakan
metodeFirst Expired First Out (FEFO). Untuk melakukan
pengendalian stok maka dilakukan stok opname secara berkala dan
di dokumentasikan.
e. Pemisahan obat dan/ataubahanobat
Untuk obat dan/atau bahan obat yang ditolak, kadaluwarsa,
penarikan kembali, produk kembalian dan diduga palsu harus
tersedia tempat khusus dengan label yang jelas, aman dan terkunci.
f. Pemusnahan obat dan/atau bahan obat
Beberapahal yang diperhatikan untuk obat dan/atau bahan
obat yang akan dimusnahakan antara lain identifikai, label yang jelas
pada produk, disimpan secara terpisah dan terkunci, jumlah serta
intensitas yang dimusnahkan disesuaikan dengan ketersediaan waktu
penyaksian pemusnahan. Sebelum dimusnahkan, dilakukan pre-
destroy dengan cara merusak bentuk sediaan dan menghilangkan
identitas produk kemudian dikemas sedemikian rupa agar tidak
dapat diketahui pihak yang melakukan pemusnahan.
g. Penerimaanpesanan
Pelayanan penjualan pada PBF dilakukan dengan mengirim
surat pesanan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker
penanggungjawab (APJ). Untuk pemesanannya dapat melalui

18
salesman di sarana kefarmasian atau memesan langsung melalui
telepon (Tamara, 2018). APJ harus memastikan beberapa hal saat
penerimaan surat pesanan diantaranya pemesan terdaftar sebagai
pelanggan atau anggota yang terverifikasi dalam sistem, kebenaran
dan keabsahan surat pesanan serta kewajaran pesanan.
h. Pengiriman
Sebelum dilakukan pengiriman maka dilakukan pengecekan ulang
pada produk yang disiapkan untuk dikirim, hal yang dicek meliputi
nama outlet, nama barang, kekuatan sediaan, nomor bets, tanggal
kadaluwarsa, jumlah fisik dan jumlah pesanan. Sedangkan, dokumen
untuk pengiriman mencakup sekurang-kurangnya tanggal
pengiriman, identitas penerima (nama lengkap, alamat,
nomortelepon dan status), identitas obat (nama, bentuksediaan dan
kekuatansediaan, nomor bets, tanggal kadaluwarsa dan
kuantitasobat), nomor dokumen serta transportasi yang digunakan
(nama dan alamat perusahaan dan personal ekspedisi). Saat pesanan
diterima, penerima harus menandatangani, mengisi nama jelas,
SIPA/SIPTTK dan stempel.
i. Ekspor dan impor
Fasilitas distribusi harus memiliki izin jika ingin mengadakan
ekspor dan impor. Importir harus memastikan obat dan/atau bahan
obat disimpan dan ditangani sesuai persyaratan penyimpanan pada
saat di Pelabuhan masuk.

5. Inspeksidiri
Inspeksi diri dilakukan untuk evaluasi pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan perbaikan yang
diperlukan. Langkah-langkah perbaikan yang diperlukan yaitu
- Harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan
mencakup semua aspek CDOB dan kepatuhan terhadap
pelaksanaannya
- Dilakukan secara independen dan rinci

19
- Audit terhadap kegiatan yang di subkontrakkan
- Semua pelaksanaan inspeksi harus dicatat, jika terjadi
penyimpangan maka dilakukan CAPA (Corrective action
Preventive action) agar penyimpangantersebutdapatdiperbaiki
dan mencegahhaltersebutterulangkembali (Lintogareng et al,
2022).

6. Keluhan, obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan


penarikan kembali
Keluhan mengenai obat dan/atau bahan obat dicatat dan
diselidiki secara menyeluruh untuk mengetahui alas an keluhan
dimana keluhan dikelompokkan berdasarkan jenis keluhan lalu
dilakukan trend analysis. Untuk penanganan obat kembalian, pihak
distributor dan industri harus memastikan selama proses tidak
memungkinkan adanya obat dan/atau bahan obat palsu masuk
kedalam rantai distribusi. Sementara untuk penarikan kembali,
dibentuk tim khusus untuk melakukan proses penarikan produk yang
harus dilaporkan pengembangan prosesnya serta dibuat laporan akhir
setelah selesai penarikan. Obat kembalian dan penarikan kembali
disimpan terpisah, dikunci dan diberi label yang jelas sementara obat
yang diduga palsu harus dikarantina di ruang terpisah, terkunci dan
diberi label yang jelas. Semua dokumen penarikan obat dan/ atau
bahan obat harus di dokumentasikan oleh penanggung jawab sesuai
kewenangan.
Prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/
atau bahan obat kembalian memperhatikan hal-hal berikut ini :
- Penerimaan obat dan/ atau bahan obat kembalian harus
berdasarkan surat pengiriman barang dari sarana yang
mengembalikan.
- Jumlah dan identifikasi obat dan/ atau bahan obat kembalian
harus dicatat dalam catatan penerimaan dan pengembalian
barang.

20
Persyaratan obat dan/ atau bahan obat yang layak dijual kembali
yaitu:
- Obat dan/ atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang
memenuhi syarat serta memenuhi ketentuan
- Obat dan/ atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh
penanggung jawab atau personil terlatih, kompeten dan
berwenang
- Obat dan/ atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan
penyimpanan ditangani sesuai kondisi yang di persyaratkan
- Fasilitas distribusi memiliki bukti dokumentasi tentang
kebenaran asal usul obat dan/ atau bahan obat termasuk identitas
untuk memastikan bahwa obat dan/ atau bahan obat kebalian
tersebut bukan obat dan/ atau bahan obat palsu.

7. Transportasi
Kontainer, kemasan dan proses transportasi dalam proses
pengiriman obat dan/atau bahan obat harus dapat menjamin tidak
akan terjadi penurunan mutu karena terjadinya perubahan kondisi
selama transportasi. Kendaraan, kontainer dan peralatan harus
terbebas dari tikus, kutu, burung dan hama Jika terjadikondisi yang
tidak diharapkan maka harus dilaporkan tidak lebih dari 24 jam
setelah kejadian. Perlu ada perhatian khusus untuk produk yang
memerlukan kondisi khusus dimana industri harus memberikan
penandaan pada produk. Proses transportasi diatur sedemikian rupa
agar identitas obat tidak hilang, tidak terjadi kontaminasi silang antar
produk, ada Tindakan pencegahan yang memadai apabila terjadi
tumpahan, penyalah gunaan, kerusakan dan pencurian serta
mempertahankan kondisi lingkungan lainnya. Harus tersedia sistem
kontrol suhu yang tervalidasi untuk memastikan kondisi transportasi
yang benar dipertahankan antara fasilitas distribusi dan pelanggan.

8. Fasilitasdistribusiberdasarkankontrak

21
Cakupan kontrak di PBF dibagi menjadi tiga yaitu
- kontrakantar fasilitas distribusi dengan penyedia jasa antara lain
transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dan
sebagainya
- Pemberi kontrak memberi informasi tertulis tentang pelasanaan
kontrak. Bertanggungjawab atas semua aspek dan menilai
kompetensi kerja yang di kontrakkan dan melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kerja terhadap prinsip da
pedoman CDOB
- Penerima kontrak memiliki tempat, personil kompeten, peralatn,
pengetahuan, dan pengalaman dalam melaksanakan tugas sesuai
persyaratan CDOB. Perima kontrak wajib melaporkan kejadian
apapun yang dapat mempengaruhi mutu obat dan/ atau bahan
obat.

Semua kegiatan kontrak harus tertulis serta setiap kegiatan harus


sesuai dengan syarat CDOB. Didalam syarat kontrak mencakup
antara lain:
- Penanganan kehilangan/ kerusakan selama pengiriman dan
dalam kondisi tidak terduga
- Kewajiban penerima kontrak untuk mengembalikan obat dan/
atau bahan obat jika terjadi kerusakan selama pengiriman dengan
menyertakan berita acara kerusakan
- Kehilangan selama pengiriman oleh penerima kontrak wajib
melaporkan kepada pihak kepolisian dan pemberi kontrak
- Pemberi kontrak berhak melakukan audit terhadap penerima
kontrak setiap saat.

9. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian penting dari system manajemen
mutu, dokumentasi dilakukan secara manual maupun elektronik.
Dokumentasi terdiri dari dokumen pengadaan (suratpesanan dan

22
faktur atau surat jalan dari pemasok), dokumen penyimpanan (kartu
stok dan/atau sistem pencatatan mutu si obat dan/atau bahan obat
secara elektronik), dokumen penyaluran (surat pesanan dari
pelanggan dan faktur atau surat jalan/surat peneyrahan barang) dan
dokumen transaksi keuangan. Dokumentasi pada PBF disimpan
minimal 3 tahun.

2.2.2 Definisi Psikotropika, Prekursor dan OOT


a) Psikotropika
Berdasarkan Peraturan Badan POM No.24 Tahun 2021tentang
pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropikadan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian
bahwa psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun
sintetis buka narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
b) Prekursor Farmasi
Berdasarkan Peraturan Badan POM No.24 Tahun 2021 tentang
pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropikadan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian
bahwaprekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan
kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku atau penolong
untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung ephedrine,
pseudoephedrine, nonepedrine/ phenylpropanolamin, ergotamin,
ergometrin, atau potasium permanganat.
c) Obat-Obat Tertentu
Berdasarkan Peraturan Badan POM No.24 Tahun 2021 tentang
pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropikadan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian
bahwa obat-obat tertentu adalah obat yang bekerja di sistem
sususnan saraf pusat selain narkotika dan psikotropika yang pada

23
penggunaannya di atas dosis terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.

2.2.3 Penyimpanan Psikotropika, Prekursor Farmasi dan OOT


Menurut CDOB
a) Psikotropika dan Prekursor Farmasi
Berdasarkan Peraturan Badan POM No.24 Tahun 2021 tentang
pengawasan pengelolaan obat, bahan obat, narkotika,
psikotropikadan prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian
Bab XII bahwa
- Psikotropika harus di simpan dalam lemari khusus penyimpanan
psikotropika.
- Prekursor farmasi harus disimpan di tempat yang aman berdasarkan
analisis resiko(pembatasan akses personil, diletakkan dalam satu
area dan tempat penyimpanan yang mudah diawasi secara langsung
oleh penanggung jawab)
- Lemari khusus penyimpanan psikotropika harus mempunyai 2 buah
kunci yang berbeda, satu kunci di pegang oleh apoteker penanggung
jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang
dikuasakan.
- Apabilapenganggung jawab berhalangan hadir dapat menguasakan
kunci kepada pegawai lain.
- Apoteker penanggung jawab dapat menguasakan kunci ke pegawai
lain yaitu apoteker atau tenaga teknis kefarmasian. Pemberian kuasa
harus dilengkapi dengan surat kuasa yang ditandatangani oleh pihak
pemberi kuasa dan pihak penerima kuasa.
- Penyimpanan psikotropika dan atau prekursor farmasi harus
dilengkapi pencatatan menggunakan kartu stok dapat berbentuk
manual ataupun elektronik. Informasi dalam kartu stok sekurang-
kurang nya memuat nama, bentuk sediaan, dan kekuatan, jumlah
persediaan, tanggal, nomor dokumen dan sumber penerimaan,

24
jumlah yang diterima, umlah yang diserahkan, nomor bets dan
kadaluwarsa setap penerimaan atau penyerahan, serta paraf atau
identitas petugas yang menegrjakan.
- Psikotropika yang rusak dan atau kadaluwarsa harus disimpan
terpisah dari psikotropika yang layak guna, dalam lemari
penyimpanan khusus psikotropika dan diberi tanda yang jelas.
- Prekursor farmasi yang rusak dan atau kadaluwarsa harus disimpan
terpisah dari prekursor farmasi yang layak guna, dalam lemari
penyimpanan khusus psikotropika dan diberi tanda yang jelas.
- Melakukan stok opname secara berkala sekurang-kurangnya sekali
dalam 1 bulan dan melakukan stok opname prekursor farmasi secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan yang dbuktikan
dengan keterangan memuat tanggal pelaksanaan stok opname,
rekonsiliasi jumlah pemasukan atau penerimaan, jumlah pengeluaran
atau penggunaan dan stok akhir, serta paraf manual atau elektronik
yang melakukan stok opname.
b) OOT
Berdasarkan Peraturan Badan POM RI No.7 Tahun 2016 tentang
pedoman pengelolaan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan bahwa:
- Bahan obat dan obat-obat tertentu baik dalam status karantina
maupun yang sudah diluluskan wajib disimpan digudang yang
aman berdasarkan analisis resiko setiap industri farmasi.
Beberapa analisis resiko yang perlu dipertimbangkan antara lain
akses personil, dan mudah diawasi secara langsung oleh
penanggung jawab.
- Penyimpanan obat atau bahan obat-obat tertentu yang rusak atau
kadaluwarsa dismpan di tempat yang aman dan terpisah dari obat
atau bahan obat lain, memberikan penandaan yang jelas, dan
membuat daftar obat atau bahan obat-obat tertentu yang rusak
dan kadaluwarsa.
- Melakukan investigasi jika terdapat selisih stok saat stok opname
untuk mendapat akar permasalahan dan dilakukan tindakan

25
perbaikan dan pencegahan. Hasil investigasi dan tindakan
perbaikan atau pencegahan harus di dokumentasikan
- Setiap kehilangan bahan obat dan obat-obat tertentu selama
penyimpanan harus dilaporkan ke Badan POM.

26
2.3 TINJAUAN KHUSUS PBF PT. MILLENIUM PHARMACON
INTERNATIONAL tbk BANDUNG

2.3.1 Lokasi dan Bangunan


PT. Millenium Pharmacon International tbk cabang Bandung berada
di jalan Jenderal Sudirman No. 656 Kota Bandung. Letak nya di pusat kota
sehingga memudahkan jalur distribusi. Bangunan nya sendiri terdiri dari
office dan logistik. Logistik terdiri dari beberapa bagian yaitu alat
kesehatan, PPO, inject, masterbox dan eceran.
2.3.2 Sejarah PT. Millenium Pharmacon International tbk
PT. Millenium Phramacon International tbk atau disingkat PT.MPI
merupakan perusahaan multidistributor. Berpusat di Jakarta tepatnya di
daerah Cakung Jakarta Timur sebagai tempat pergudangan. PT. MPI ini
memiliki 33 cabang yang tersebar. Memiliki lebih dari 1 prinsipal yang
terdiri dari prinsipal farma dan alat kesehatan.
2.3.3 Visi dan Misi PT.Millenium Pharmacon International tbk
Visi PT. Millenium Pharmacon International tbk adalah menjadi
perusahaan distribusi yang efisien sehingga memberikan nilai tambah bagi
pelanggan dan psinsipal.
Misi PT. Millenium Pharmacon International tbk adalah
memberikan produk kesehatan dan pelayanan dengan skala nasional.
2.3.4 Struktur Organisasi PT. Millenium Pharmacon International
tbk
Struktur organisasi dari pedagang besar farmasi PT. Millenium
Pharmacon International tbk secara garis besar terdiri dari kepala cabang/
Branch Manager, apoteker penanggung jawab cabang, sales supervisor,
stock supervisor, kepala gudang.

2.3.5 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker


Wewenang dan tanggung jawab apoteker yairu:
1. Menyiapkan faktur dan surat pesanan yang diurutkan berdasarkan
tanggal untuk memastikan semua faktur benar, khususnya untuk

27
surat pesanan psikotropika yang disimpan terpisah dari faktur lain
untuk mempermudah dalam pemeriksaan.
2. Menandatangani surat pesanan barang dan faktur
3. Memastikan penerimaan dan penyimpanan dari produk psikotropika
telah sesuai
4. Membuat surat pesanan produk psikotropika yang ditujukan ke
kantor pusat
5. Mengetahui kegiatan pemesanan dalam jumlah besar untuk obat dan
alat kesehatan serta menandatangani faktur prnjualan
6. Menandatangani atau mengetahui dokumen gudang yaitu keluar dan
masuknya barang
7. Melakukan pengecekan produk antara fisik dengan kartu stok dan
stok di komputer
8. Melakukan pengecekan suhu baik chiller, cool room, ataupun suhu
tiap ruangan
9. Melakukan pembuatan laporan psikotropika, prekursor dan OOT
setiap bulan
10. Membuat laporan dinamika obat yang dilakukan setiap 3 bulan
sekali
11. Melakukan pengecekkan dokumen pelanggan baru
12. Mengetahui dan menandatangani berita acara pemusnahan

2.3.6 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Distribusi merupakan suatu kegiatan yang penting karena obat harus
disalurkan kepada pemesan yang sah dan tepat. Sarana dan prasarana PT.
MPI telah dirancang sedemikian rupa untuk menjamin kelancaran dan
efektivitas jalur distribusinya, dengan mendistribusikan produk-produk ke
apotek, rumah sakit, dan PBF lainnya di wilayah pengakuan.
PT. Millenium Pharmacon International tbk dalam pengelolaan
operasional langsung dikendalikan oleh pimpinan perusahaan sebagai
manager perusahaan. Sedangkan untuk operasional teknik kefarmasian
langsung dikoordinasikan oleh apoteker penanggung jawab PT. MPI. PT.

28
MPI ini juga di dukung dengan fasilitas gudang dan perlengkapan fasilitas
yang dapat menunjang efektivitas dan efisiensi kerja. Kegiatan distribusi
yang dilakukan di PT. Millenium Pharmacon International tbk ini antara lain
sebagai berikut:
2.3.6.1 Pengadaan
PT. Millenium Pharmacon International melakukan pengadaan
dengan permintaan barang ke pusat menggunakan Additional Sock Request
(ASR) kemudian PBF pusat akan memesan barang tersebut ke prinsipal
penggunakan PO dan setelah itu PBF pusat akan mengirimkan nya ke
cabang dengan delivery order (DO). Pengadaan di PT.MPI ini yaitu produk
obat, obat tradisional, vitamin dan alat kesehatan. Pengadaan dilakukan 1
minggu sekali untuk produk psikotropika, prekursor obat sedangkan untuk
obat-obat lainnya dilakukan setiap hari. Kegiatan pengadaan bertujuan
untuk menjaga dan menjamin stok barang digudang masih mencukupi untuk
memenuhi pelayanan kesehatan kepada konsumen. Pengadaan terdiri dari
pemesanan, penerimana dan penyimpanan
a. Pemesanan
Kegiatan pemesanan di PT. Millenium Pharmacon International tbk
ini dilakukan dengan sales akan datang langsung ke outlet untuk proses
pemesanan atau dengan sistem elektronik. Supervsor stok merupakan orang
yang bertanggungjawab mengontrol stok ketersediana barang, dengan
bantuan sistem oracle supervisor stok membuat permintaan barang dengan
dokumen ASR (Additional stock Request) ke pusat berupa ASR tersebut.
apoteker penanggung jawab beserta kepala cabang akan menandatangani
pesanan barang. Prosedur pemesanan sebagai berikut:
1. Supervisor stok melakukan cek rutin stok barang cabang
2. Sistem oracle ditarik data pendukung ASR kemudian diolah kembali
oleh supervisor stok untuk produk obat reguler, psikotropika,
prekursor dan OOT pendukung ASR dikelola apoteker penanggung
jawab. Perlengkapan pengadaan barang terdiri dari:
- Estimasi pesanna barang,
- Surat pesanan yang dibuat berdasarkan estimasi pesanan yang

29
telah di setujui semua pihak, surat pesanan dibagi 2:
 Surat pesanan psikotropika yang berisikan nama dan
jumlah pesanan obat periode tertentu
 Surat pesanan obat bebas dan obat keras yang berisikan
nama dan jumlah pesanan untuk periode tertentu dimana
surat pesanan nya dapat disatukan.
Perbedaan dari kedua surat pesanan diatas adalah jenis surat
pesanan dan lembaran surat pesanan tersebut.
3. Setelah data ASR diolah maka dibuatlah ASR
4. Data ASR akan discan dan di ttd oleh apoteker penanggungjawab
lalu dikirmkan ke PBF pusat untuk produk psikotropika, prekursor
dan OOT, ASR dibuatkan surat pesanan
5. Setalah surat dikirim ke pusat kemudian dibuat Purcashing order
oleh bagian pusat yang akan diterima prinsipal
6. Kemudian akan muncul Delivery Order untuk pengiriman produk ke
pusat
7. Produk sampai di pusat dibuatkan nota alokasi di pusat lalu dikirm
ke cabang bandung melalui mobil poolling
8. Warehouseman akan memproses barang yang telah diterima untuk
dimasukkan kedalam gudang sesuai prosedur
9. Setalah itu proses pengadaan selesai
Obat golongan psikotropika, prekursor dan OOT surat pesanan nya
akan dibuat terpisah sedangkan surat pesanan obat keras dapat
digabung dengan surat pesanan obat bebas.

b. Penerimaan Barang
Obat-obat yang telah diterima harus dalam keadaan yang baik,
sesuai dengan pesanan, maka dilakukan monitoring suhu, kelembaban pada
waktu obat diterima dimana monitoring suhu dan kelembaban itu
berdasarkan validasi ruangan. Berdasarkan peraturan BPOM No.6 Tahun
2020 bahwa validasi adalah suatu tindakan pembuktian dalam memastikan
kebenaran instalasi dan operasional dimana kegiatan validasi harus

30
direncanakan dan didokumentasikan serta perencanaan nya memuat kriteria
yang dipersyaratkan. Kemudian barang yang sudah disiapkan untuk setiap
jenis produk mengenai jumlah barang, fisik barang yaitu kesesuaian antara
faktur dengan fisik kemasan, jumlah obat, keadaan obat, tanggal expire
date, nomor bets, dan nomor izin edar. Apabila terjadi kekurangan maka
bagian penerimaan dengan apoteker penanggung jawab harus segara
mengkonfirmasikan kepada pabrik melalui SPV stok dan pusat. Prosedur
penerimana barang sebagai berikut:
a. Produk reguler
- Ka- gudang menegaskan checker gudang untuk melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen
- Bila terdapat ketidaksesuaian dokumen, checker akan
melaporkan ke Ka-gudang dan membuat berita acara penolakkan
- Bila pemeriksaan tersebut dokumen lengkap dan sesuai tujuan
cabnag, maka dilakukan pembongkaran produk oleh pengirim
barang
- Checker dan apoteker penanggung jawab melakukan
pemeriksaan yaitu jumlah produk, segel kemasan, nama, jumlah
produk, nomor bets, NIE, ED dan kondisi fisik.
- Jika tidak sesuai antara nota alokasi dengan kondisi produ maka
checker gudang
b. Produk Psikotropika melaporkan ke Ka-gudang dan membuat berita
acara penolakkan, apoteker penanggung jawab atau supervisor stok
membuat konfirmasi info awal ke PBF pusat ketika ditemukan
produk yang tidak sesuai syarat
c. Untuk produk yang telah sesuai syarat checker gudang meletakkan
produk di ruang penerimaan barang sementara
d. Nota alokasi produk yang diterima oleh Ka-gudang dan apoteker
penanggung jawab
e. Apoteker penanggung jawab dan supervisor stok melakukan
pengalkasian produk yang baru masuk secara sistem
f. Supervisor stok melakukkan pemindahan produk dari ruangan

31
penerimaan ke lokasi yang telah ditentukan

b. Produk Psikotropika
1. Ka-gudang menugaskan checker gudang untuk mengecek dokumen
pengiriman meliputi alamat, tujuan cabang.
2. Jika ada ketidaksesuaian dokumen, checker melaporkan ke Ka-
gudang dan membuat berita acara penolakan
3. Jika dalam pemeriksaan dokumen lengkap dan sesuai tujuan cabang
maka pembongkatan produk oleh petugas pengirim barang
4. Checker bersama apoteker penanggung jawab gudang melakukan
pengecekkan produk yaitu Jumlah koli, segel kemasan, nama
produk, jumlah produk, ED, NIE dan kondisi fisik
5. Jika tidak sesuai antara nota alokasi dengan kondisi produk maka
checker gudang melapor ke supervisor stok dan membuat berita
acara penolakan, apoteker penanggung jawab membuat konfirmasi
informasi awal ke PBF pusat ketika ditemukan produk yang tidak
sesuai dengan syarat, untuk produk yang sesuai dengan syarat
checker gudang meletakkan produk psikotropika di ruangan khusus,
nota alokasi produk yang telah diterima di acc oleh Ka-gudang dan
apoteker penanggung jawab
6. Apoteker penanggung jawab dan supervisor stok menginput
dokumen produk yang baru masuk ke sistem
7. Checker gudang bersama petugas khusus psikotropika memastikan
pintu khusus psikotropika terkunci setelah meletakkan dan mencatat
jumlah barang pada kartu stok produk psikotropika.

c. Penyimpanan
Penyimpanan dan penyaluran produk farma dan alat kesehatan di
PT.MPI dilakukan secara terpisah karena berdasarkan CDOB dan CDAKB
dengan adanya izin sarana dan sertifikasi. Area penyimpanan dan
penyaluran terpisah berdasarkan KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia). Penyimpanana barang di rak maupun masterbox berdasarkan

32
jenis sediaan yaitu untuk sediaan solid berada di atas sedangkan sediaan
liquid di bagian bawah. Produk yang telah masuk dan diperiksa maka akan
disimpan dan disusun dengan rapih pada rak penyimpanan yang
dikelompokkan berdasarkan prinsipal, disusun dengan sistem FEFO, obat
golongan psikotropika disimpan di lemari dan ruangan khusus, untuk
sediaan injeksi, suppositoria, CCP, dan obat yang bersifat higroskopis
disimpan di lemari pendingin atau ruangan dengan pengaturan suhu atau
Chiller. Penyimpanan sesuai dengan kondisi suhu yaitu:
- Suhu dingin 2˚-8˚ C
- Suhu kamar terkendali 15˚-25˚C
- Suhu kamar 25˚-30˚C
Monitoring dan pencatatan suhu dan kelembaban dilakukan dengan
prosedur monitoring suhu ruang, Monitoring suhu dan kelembaban
dilakukan setiap 3 kali sehari dan kebersihan dilakukan 1 kali sehari.

2.3.6.2 Penanganan Produk Retur


Penanganan produk retur sebagai berikut:
1. Sales menerima informasi retur dari pelanggan
2. Kemudian sale memeriksa produk yang akan di retur, meliputi
tanggal kadaluwarsa, nomor bets, NIE, kondisi produk dan
kesesuaian copy faktur dengan fisik produk. Bila tidak sesuai dengan
kriteria retur maka sales dapat menolak retur barang atau membuat
cattan dan menginformasikan ke EDP untuk membuat usulan ke
prinsipal karena diluar kriteria retur barang
3. Untuk kriteria retur barang yang telah sesuai dengan usulan tiap
prinsipal
4. Untuk jumlah produk yang banyak sales memberitahu supervisor
stok atau apoteker penanggung jawab untuk diangkut dengan
kendaraan
5. Untuk jumlah produk yang sedikit sales dapat membawa langsung
produk yang di retur
6. Outlet menandatangani form retur barang

33
7. Form retur lembar pertama atau asli diserahkan kepada outlet
sebagai tanda terima
8. Sales menyerahkan form retur barang ke supervisor stok
9. Setelah di setujui oleh supervior stok sales menyerahkan barang
retur ke gudang retur
10. Checker gudang retur akan memeriksa dan mencocokan fisik barang,
form retur barang dan kriteria retur
11. Apoteker melakukan pemeriksaan kesesuaian barang
12. Checker menyimpan barang retur di dalam ruangan terkunci khusus
barang retur

2.3.6.3 Penjualan
Penjualan adalah suatu kegiatan pemasaran obat yang ada di dalam
gudang kepada konsumen, instansi pemerintah (RSUD, puskesmas dan PBF
lain), yang dibuktikan dengan faktur penjualan. Di dalam penjualan ada
beberapa ketentuan yaitu:
- PBF dilarang menjual produk obat secara eceran
- PBF dilarang menyimpan dan menyalurkan obat golongan narkotika
tanpa izin khusus
- Tidak melayani resep dokter
- Dilarang membungkus atau mengemas kembali dengan merubah
bungkus asli pabrik kecuali PBF tersebut memiliki laboratorium
- PBF hanya boleh menyalurkan obat keras kepada apotek, rumah
sakit, PBF lain dan isntansi yang diizinkan oleh menteri kesehatan
- PBF hanya boleh menjual obat bebas ke toko obat yang mempunyai
izin
- PBF hanya boleh menjual obat bebas, obat keras, obat keras tertentu
ke apotek, rumah sakit dan PBF lain.

2.3.7 Aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Yang


Diterapkan Di PT. Millenium Pharmacon International tbk
PT. Millenium Pharmacon International tbk merupakan pedagang

34
besar farmasi yang memiliki izin untuk melakukan tugas penditribusian
produk dari pusat seperti pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
perbekalan farmasi, dan alkes. Pedagang besar farmasi (PBF) harus
menerapkan CDOB sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu surat
keputusan kapala Badan POM Nomor HK 03. 1. 34. 11. 12. 7542 Tahun
2012 tentang pedoman tekis CDOB. Tujuan diterapkannya CDOB di PBF
adalah menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur, terlaksana
pengamanan lalu lintas obat dan penggunaan obat, menjamin keabsahan dan
mutu obat, serta menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai kondisi.
PT. Millenium Pharmacon International tbk dipimpin oleh seorang
kepala cabang dan memiliki apoteker penanggung jawab yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan pengelolaan obat disarana distribusi untuk menjaga
mutu dari sediaan farmasi yang didistribusikan agar dapat tergaja kualitas
dan keamanan nya. PT. MPI telah menerapkan CDOB, terdapat aspek-aspek
CDOB meliputi:
2.3.7.1 Manajemen Mutu
Fungsi Pemastian mutu sebagai alat manajemen diamanatkan suatu
sistem pengolahan mutu sistem organisasi, prosedur, proses, dan
sumberdaya serta kegiatan yang di perlukan untuk memastikan bahwa obat
dan ataubahan obat yang dikirim tidak tercemar selama penyimpanan dan
atau transportasi.
Manajemen mutu adalah suatu proses untuk menilai, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan mengkaji resiko terhadap mutu obat dan/ atau
bahan obat. Sistem mutu disusun dan diterapkan untuk menangani setiap
potensi resiko yang terindentifikasi. Ruang lingkup sistem manajemen mutu
PT. Millenium Pharmacon International tbk yaitu bagian logistik.
Manajemen mutu PT. Millenium Pharmacon International tbk bahwa
pengelolaan mutu mencakup struktur organisasi dan prosedur yang
diperlukan untuk memastikan bahwa obat yang dikirim tidak tercemar
selama penyimpanan atau saat pendistribusian.

2.3.7.2 Organisasi. Manajemen dan Personalia

35
Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik
serta distribusi yang benar sangat tergantung pada personil yang
menjalankan nya. Personil yang cukup dan kompeten untuk melakukan
semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi. Harus ada
struktur organisasi untuk tiap bagian yang dilengkapi bagan organisasi yang
jelas.
Penanggung jawab harus seorang apoteker yang memenuhi
kualifikasi dan kompetensi sesuai peraturan perundangan, memiliki
pengetahuan dan mengikuti pelatihan CDOB yang memuat aspek
keamanan, identifikasi obat dan/ atau bahan obat palsu ke dalam rantai
distribusi.
PT. Millenium Pharmacon International tbk dalam organisasi,
manajemen dan personalia memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh
kepala cabang dan apoteker penanggung jawab, di buat struktur organisasi
untuk memudahkan dalam melihat tanggung jawab serta tugas dari setiap
personil. Peran apoteker yaknik meningkatkan kompetensi dari setiap
personil khususnya dalam memahami CDOB.
Semua personil harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
dalam CDOB dengan pelatihan dan kompetensi sebelum bertugas.
Penanggung jawab harus menjaga kompetensi dalam CDOB melalui
pelatihan rutin berkala. Pelatihan khusus kepada personil yang menangani
obat dan/ atau bahan obat yang perlu penanganan khusus yang ketat seperti
obat dan/ atau bahan obat berbahaya, radioaktif, narkotika, psikotropika
yang rentan disalahgunakan dan sensitif pada suhu.

2.3.7.3 Bangunan dan Peralatan


PT. Millenium Phramacon International tbk memiliki bangunan
yang baik dimana fasilitas distribusi harus mempunyai bangunan dan
peralatan untuk menjamin perlindungan serta dirancang dan disesuaikan
untuk memastikan bahwa kondisi penyimpanan barang dipertahankan
memiliki keamanan yang memadai untuk memungkinkan semua kegiatan
dilakukan secara akurat dan aman.

36
- Bangunan: Bangunan dirancang untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, jika bangunan bukan
milik sendiri harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan
bangunan harus menjadi tanggungjawab fasilitas distribusi, tersedia
kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/ atau bahan obat yang
membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai
perundangan, area penerimaan, penyimpanana dan penyaluran harus
terpisah terlindung dari kondisi cuaca dan harus didesain dengan
baik dan dilengkapi peralatan yang memadai, tersedia prosedur
tertulis yang mengatur personil, harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu, aspek bangunan juga harus dipastikan bahwa bangunan
dirancang agar bebas serangga, hewan pengerat atau hewan lain.
- Peralatan: Pada aspekperalatan, untuk penyimpanan dan penyaluran
obat dan/ atau bahan obat harus di desain dan diletakkan serta
dipelihara dengan standar yang ditetapkan, tersedia program
perawatan peralatan vital seperti thermometer, genset dan
chillerharustersedia program perawatan. Memiliki sistem
komputerisasi yang sebelum dipakai dilakukan pengujian secara
menyeluruh untuk memastikan, memiliki alat untuk mengontrol
pengendalian lingkungan dan sushu agar terhindar dari faktor resiko
perbedaan suhu, peralatan harus terkalibrasi, dokumen yang
memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan kalibrasi,
kualifikasi dan validasi.

2.3.7.4 Operasional
Tindakan-tindakan yang dilaksanakan di fasilitas distribusi harus
memastikan bahwa identitas obat dan/ atau bahan obat tidak hilang dan
distribusi ditangani sesuai spesifikasi yang tercantum di kemasan. Sebelum
memulai kerjasama dengan pemasok yang baru, fasilitas distribusi harus
mengkaji terlebih dahulu untuk memastikan pemasok sesuai, berkompeten,
dan dapat dipercaya untuk memasok.
PBF memperoleh pasokan obat dari pihak pemasok yang memiliki

37
izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta menerapkan CDOB.
a. Kualifikasi pemasok di PT.MPI ini hanya dilakukan oleh pusat saja
tidak oleh cabang. Selain pemasok, fasilitas distribusi harus memastikan
obat dan/ atau bahan obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak untuk
menyerahkan obat ke masyarakat dengan melihat kualifikasi pelanggan,
memastikan proses pengiriman dan penyimpanan, pemisahan obat dan atau
bahan obat, pemusnahan, pengambilan, pengemasan, pengiriman, ekspor
dan impor telah dilakukan dengan sesuai dan baik.
b. Kualifikasi pelanggan di PT. MPI ini dengan memastikan sarana
betul-betul secara dokumen form spesimen untuk merangkum informasi
pelanggan untuk input salah satunya yaitu SIPA, NPWP, nomor telepon,
KTP, surat izin sarana kemudian sales akan mengecek, kemudian di periksa
kelengkapan dokumen dan akan diinput ke sistem. Selanjutnya, sarana dapat
melakukan pembelian di awal dengan COD sebanyak 3 kali dan minimal
faktur 200 ribu.
c. Dalam proses pengadaan di PT. MPI dilakukan etiap 1 minggu
sekali untuk produk psikotropika, prekursor obat sedangkan untuk obat-obat
lainnya dilakukan setiap hari.
d. Penerimaan barang dimulai dari kepala gudang menerima surat jalan
dari pusat kemudian dilakukan penyesuaian jumlah barang, nomor bets,
tanggal kadaluwarsa, nomor izin edar, pemeriksaan kondisi fisik barang,
dan mengecek apakah masih disegel atau tidak.
e. Penyimpanan produk dipisahkan berdasarkan golongan obat dan
stabilitas produk terhadap suhu. Area untuk penyimpanan produk
kadaluwarsa, retur, atau barang rusak dan karantina ditempatkan pada area
terpisah agar tidak tercampur. Obat-oobat yang disimpan harus berdasarkan
prinsip FEFO.
d. Pendistribusian produk di PT. Millenium Pharmacon International
tbk banyak melaksanakan kegiatan distribusi obat dan alat kesehatan
dilaksanakan kepada klinik, apotek, rumah sakit, puskesmas, toko obat dan
PBF lainnya. Jenis sediana farmasi yang diperjualkan oleh PBF ini adalah
obat, obat tradisional, dan alat kesehatan. Penyaluran produk dilakukan

38
dengan beberapa metode yaitu dengan mencari orderan yang dilakukan oleh
sales, order by phone oleh sarana yang bersangkutan dan tender.
Proses pengiriman barang di PT. Millenium Pharmacon International
tbk dilakukan dengan cara outlet mengirimkan surat pesanan ke PBF
kemudian akan di proses oleh admin ekspedisi untuk dibuatkan faktur dan
diberikan kepada apoteker penanggung jawab untuk diperiksa dan
ditandatangani kemudian faktur diserahkan ke bagian gudang.
Bagian ekspedisi akan melakukan permintaan pengeluaran barang
dengan menyerahkan faktur kepada checker. Checker akan menyiapkan
produk yang akan diserahkan ke ekspedisi setalah menginput data surat
jalan. Kemudian produk yang sudah diperiksa diserahkan ke ekspedisi
disertai surat jalan yang ditandatangani oleh kepala ekspedisi. Lalu
ekspedisi menyerahkan produk ke outlet dan outlet akan menandatangani
faktur bukti terima.
e. Kegiatan pemusnahan dilakukan untuk mencegah beredarnya produk
yang tidak layak jual dan jatuh ketangan yang tidak bertanggung jawab.
Kegiatan pemusnahan PT.MPI ini dilaksanakan dengan melengkapi dan
mengirim data ke pusat yang menunjang terlaksananya pemusnahan yang
disaksikan prinsipal yang bersangkutan, audit internal, petugas gudang
reverse, apoteker penanggung jawab dan saksi lainnya. Pengiriman barang
dari PBF cabang ke pusat dan berita acara pemusnahan dari PBF pusat.

2.3.7.5 Inspeksi Diri


Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan
dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut.
Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang di
tetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan terhadap
peraturan perundang - undangan, pedoman dan prosedur tertulis. Inspeksi
diri dilakukan untuk melihat kesesuaian dan ketidaksesuaian dalam
pelaksanaan CDOB dengan pelaksanaan teknis atau aplikasi yang terjadi di
PBF, Apabila ditemukan ketidaksesuaian maka sesegera mungkin dilakukan
perbaikan. Jika dalam proses pengamatan ditemukan adanya

39
penyimpanagan, maka penyebabnya harus diidentifikasi dan dibuat CAPA
yang didokumentasikan dan di tindak lanjuti. CAPA merupakan corrective
action and preventif action yaitu suatu tindakan perbaikan dan pencegahan
agar suatu bentuk penyimpangan atau ketidak sesuaian tidak terjadi lagi.
CAPA hingga BAP dibuat oleh apoteker penanggung jawab. CAPA dapat
dilakukan dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan ceklis auditor, lalu
megklasifikasikan kritikal absolut (Ca), kritikal (C), Mayor (M), Minor (m),
tidak terdapat (n/a). Lalu ceklis CDOb seperti bahan baku. Setelah itu
penanggung jawab dari setiap point.

2.3.7.6 Penanganan Keluhan, Obat dan/ atau Bahan Obat Kembalian,


Diduga Palsu, dan Penarikan Kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/ atau bahan obat
yang berpotensi rusak harus di kaji, dikumpulkan dan di selidiki sesuai
dengan prosedur. Adanya catatan penanganan keluhan termasuk waktu
utnuk tindak lanjut serta didokumentasikan. Semua keluhan dan informasi
lain mengenai produk yang rusak dan diduga palsu harus di lakukan
penelitian lebih lanjut dan dicatat sesuai prosedur yang menjelaskan tentang
tindakan yang harus dilaksanakan dan setiap keluhan harus dikelompokkan
berdasarkan jenis keluhan dan dilakukan tren analisis terhadap keluhan.
Recall merupakan suatu proses penarikan kembali obat yang telah
diedarkan yang tidak memenuhi standar keamanan, khasiat, mutu dan
penandaan. Penarikan obat yang tidak memenuhi standar berupa penarikan
wajib oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah Kepala Badan atau
penarikan sukarela (Voluntary recall) atas prakarsa pemilik izin edar.
Adanya prosedur tertulis dalam menangani dan menerima obat dan/
atau bahan obat yang di duga palsu. Distribusi harus melaporkan nya kepada
instansi yang berwenang, industri farmasi pemegang izin edar. Setiap obat
dan/ atau bahan obat d duga palsu harus di karantina di ruangan terpisah,
dan menunggu untuk di tindak lanjuti dari instansi yang berwenang dan
terdokumentasi.
Tersedia prosedur tertulis untuk penanganan obat dan/ atau bahan

40
obat yang ditarik kembali yaitu harus ditempatkan secara terpisah, aman,
dan terkunci dan di beri label yang jelas. Kegiatan penyimpanan yang
ditarik harus sesuai dengan syarat penyimpanan hingga tindak lanjut dan di
didokumentasikan serta dibuat laporan akhir setelah selesai penarikan,
termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan dikembalikan.
Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang diharuskan
oleh instansi berwenang atau industri farmasi pemegang izin edar.

2.3.7.7 Transportasi
Kegiatan transportasi harus dapat menjamin obat dan/ atau bahan
obat tidak mengalami perubahan kondiis selama transportasi yang dapat
mengurangi mutu. Dalam pengiriman obat dan/ atau bahan obat harus aman
dan terdokumentasi untuk memudahkan identifikasi dan verifikasi
kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Untuk obat dan/ atau
bahan obat yang perlu kondisi khusus selama transportasi, industri farmasi
harus mencantumkan kondiis khusus tersebut pada penandaan dan
dimonitor serta dicatat. Transportasi yang mengandung zat berbahaya yang
dapat menyebabkan resiko khusus dalam hal penyalanggunaan, kebakaran,
atau ledakan harus disimpan diarea terpisah dan aman, yang diangkut dalam
kontainer dan kendaraan yang aman dengan deain yang sesuai serta harus
sesuai dengan peraturan perundangan.
Pelanggan harus mendapat data suhu saat serah terima. Apabila
diperlukan pelanggan dapat memperoleh dokumen untuk menunjukkan
bahwa obat dan/ atau bahan obat ada dalam kondisi suh penyimpanan yang
di syaratkan selama transportasi.
Transportasi di PT. Millenium Pharmacon International tbk ini
menggunakan transportasi milik sendiri untuk dalam kota dengan 2 mobil
box dan 8 motor box. Sedangkan untuk luar kota dengan 2 mobil box.

2.3.7.8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak


PT. Millenium Pharmacon International tbk ini memiliki fasilitas
distribusi yang baik dan sesuai CDOB. Kegiatan kontrak terkait keamanan,

41
khasiat dan mutu obat dan/ atau bahan obat yaitu kontrak antara PBF pusat
dengan PBF cabang atau PBF cabang dengan pihak penyedia jasa yaitu
transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dsb. Pemberi
kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi yang diperlukan oleh
penerima kontrak dalam melakukan tugas yang dikontrakkan sesuai prinsip
dan pedoman CDOB.

2.3.7.8 Dokumentasi
Proses dokumentasi merupakan bagian penting dari sistem
manajemen mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas bertujuan untuk
mencegah kesalahan dari komunikasi lisan, untuk memudahkan penelusuran
sejarah bets, instruksi prosedur. Dokumentasi adalah dokumen tertulis
mengenai distribusi mulai dari pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pelaporan, prosedur tertulis dan dokumen lain terkait mutu.
Dalam dokumentasi harus jelas dan rinci untuk memastikan semua
personil melakukan kegiatan yang sesuai untuk meminimalisir resiko
kesalahan. Dokumentasi harus mudah didapatkan kembali, disimpan dan
dipelihara di tempat yang aman untuk mencegah perubahan yang tidak sah,
kerusahan dan kehilangan dokumen.
Setiap pemasukan dan pengeluaran obat harus dibuat laporan oleh
apoteker penanggung jawab, laporan tersebut terdiri dari:
- Laporan triwulan : laporan untuk seluruh produk obat berisikan
data logistik obat mencakup pengeluaran dan pemasukan obat
selama 3 bulan yang ditujukan kepada Direktur Pengawasan
Distribusi Produk Terapeutik dan PKRT Badan pengawasan obat
dan masyarakat RI dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala Dinkes kota Bandung, dan Kepala Badan POM
di bandung.
- Laporan penyaluran obat jadi psikotropika, prekursor farmasi
dan OOT yang berisikan data keluar masuk obat golongan
psikotropika dari dan ke PBF selama 1 bulan yang ditujukan
kepada Badan POM

42
Tujuan pelaporan distribusi adalah untuk memastikan stok produk
psikotropika sesuai antara kartu stok manual, elektronik, dan fisik
barang, menjamin pengeluaran terkontrol dari psikotropika,
mastikan transaksi psikotropika tercatat jelas sehingga mudah
ditelusuri, memastikan transaksi psikotropika dilaporakn ke badan
POM Jakarta, Badan POM RI, Depkes atau Dinkes setiap bulannya
dengan waktu yang ditentukan dengan tembusan kepada kepala
Dinkes provinsi, Dinkes kesehatan, Balai besar POM, dan arsip.

43
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengetahuan
3.2. Keterampilan
3.3. Hambatan
3.4. TUGAS KHUSUS IMPLEMENTASI CDOB PENYIMPANAN
PSIKOTROPIKA, PREKURSOR DAN OOT DI PT.
MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.4.1. Latar Belakang
PT. Millenium Pharmacon International merupakan
perusahaan bergerak dibidang usaha distribusi produk farmasi,
suplemen makanan, dan alat kesehatan dengan cakupan seluruh
wilayah Indonesia, beroperasi dengan 32 kantor cabang dan 1
gudang pusat. Perusahaan mendistribusikan produk dari prinsipal
dalam negeri dan luar negeri. Untuk produk ethical disitribusikan ke
masyarakat melalui apok dan rumah sakit, sedangkan untuk produk
OTC ( over the counter) didistribusikan melalui apotik, toko obat,
dan pasar modern. Menurut Permenkes RI NO. 1148 Tahun 2011
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Penjaminan mutu obat sangatlah penting, dimulai dari
penerimaan, penyimpanan, penyaluran, hingga pendistribusian dari
Pedagang Besar Farmasi, lalu ke sarana pendistribusian hingga

44
sampai ke tangan pasien. Jaminan mutu obat merupakan suatu
aktivitas manajemen yang dibutuhkan guna pemerikasaan terkait
obat yang akan diterima pasien dalam kondisi yang berkualitas,
aman serta efektif (Quick et al, 2012).
Penyimpanan merupakan salah satu parameter kritis yang
menentukan kelancaran distribusi dan pemasok ke pelanggan
( Ramaa, 2012) Proses penyimpananyang tidak sesuai akan
mempengaruhi mutu obat. Sehingga penyimpanan obat harus
dilakukan dengan sangat baik, serta penyesuaian terhada kondisi
yang ada perlu diperhatikan dengan baik sehugga pelayanan obat
dapat dilaksanakan secara maksimal (Sinen, 2017)
Berdasarkan Permenkes no 3 tahun 2015 Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi menyatakan bahwa Penyimpanan obat-obat
tersebut dilakukan secara khusus dan terpisah. Tempat
penyimpanan Narkotika, Psikotripika dan Prekursor Farmasi di
Fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan fasilitas pelayanan
kefarmasian harus mampu menjaga kemanan, khasiat, dan mutu
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
Dalam hal ini terdapat penekanan salah satunya adalah
tentang penyimpanan. Begitupun jika dilihat pada Petunjuk
Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik (Junlak CDOB) Tahun
2015 bagian Bangunan dan Peralatan, serta pada bagian Operasional
yang menjelaskan pentingnya penyimpanan yang baik pada PBF.
Sistem penyimpanan diatur dengan jelas dalam CDOB dan harus
diimplementasikan dengan baik untuk menjaga mutu obat tersebut.
Hal ini menjadi sangat penting, sehingga diperlukan suatu evaluasi
kesesuaian proses penyimpanan obat di PBF untuk memastikan
penyimpanan sudah dilakukan sesuai dengan CDOB.

3.4.2. Tujuan

45
1. Melakukan evaluasi penyimpanan pada obat khusus
Psikotropika, Prekursor dan OOT di PT. Milleniu Pharmacon
International

3.4.3. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah berupa metode


observasional yang bersifat deskriptif dan evaluatif. Data diperoleh
secara prospektif dengan melakukan pemantauan langsung dengan
mengisi formulir checklist pada gudang penyimpanan di PBF.

Tabel 1. Evaluasi Kondisi Ruangan dan Fasilitas pada Gudang Penyimpanan Obat
berdasarkan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010)
Hasil
No Penilaian Evaluasi
Sesuai Tidak
Gudang penyimpanan Obat terpisah dari
1
ruang penyaluran PBF
Gudang cukup besar untuk penyimpanan
2 semua persediaan obat dan aman untuk
pergerakan petugas
Tempat ruang penyimpanan obat yang
3
terpisah dengan alat Kesehatan
Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak
4
bocor
5 Lantai dibuat dari tegel/semen.
6 Dinding gudang dibuat licin
7 Gudang memiliki ventilasi
8 Gudang memiliki jendela yang berteralis
9 Penerangan gudang yang cukup
10 Adanya Pengaturan suhu ruangan

46
11 Adanya pengaturan kelembapan
12 Gudang dilengkapi dengan kunci ganda
13 Tersedia thermometer ruangan
14 Tersedia rak/lemari penyimpanan obat
Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk
15
penyimpanan obat Psikotropika
Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan
16 jenis obat-obat tertentu yang memerlukan
suhu dingin
Tersedia lemari khusus untuk obat rusak dan
17
kadaluarsa
Tersedia alat bantu untuk pemindahan obat
18
dalam Gudang
Tersedia kartu stok obat untuk memberi
19
keterangan di rak/lemari penyimpanan
20 Tersedia pallet / papan alas untuk barang
21 Jarak pallet dengan lantai (min.10cm)
22 Jarak pallet dengan dinding (max.30cm)

3.4.4. Hasil dan Pembahasan


3.4.4.1 Hasil dan Pembahasan

Hasil
No Penilaian Evaluasi
Sesuai Tidak
Gudang penyimpanan Obat terpisah dari
1 √
ruang penyaluran PBF
Gudang cukup besar untuk penyimpanan
2 semua persediaan obat dan aman untuk √
pergerakan petugas
3 Tempat ruang penyimpanan obat yang √

47
terpisah dengan alat Kesehatan
Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak
4 √
bocor
5 Lantai dibuat dari tegel/semen. √
6 Dinding gudang dibuat licin √
7 Gudang memiliki ventilasi √
8 Gudang memiliki jendela yang berteralis √
9 Penerangan gudang yang cukup √
10 Adanya Pengaturan suhu ruangan √
11 Adanya pengaturan kelembapan √
12 Gudang dilengkapi dengan kunci ganda √
13 Tersedia thermometer ruangan √
14 Tersedia rak/lemari penyimpanan obat √
Tersedia lemari khusus yang terkunci untuk
15 √
penyimpanan obat Psikotropika
Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan
16 jenis obat-obat tertentu yang memerlukan √
suhu dingin
Tersedia lemari khusus untuk obat rusak dan
17 √
kadaluarsa
Tersedia alat bantu untuk pemindahan obat
18 √
dalam Gudang
Tersedia kartu stok obat untuk memberi
19 √
keterangan di rak/lemari penyimpanan
20 Tersedia pallet / papan alas untuk barang √
21 Jarak pallet dengan lantai (min.10cm) √
22 Jarak pallet dengan dinding (max.30cm) √

3.4.5.
3.4.6. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi penyimpanan
obat psikotropika, prekusrsor dan OOT di PT. Millenium

48
Pharmacon Indonesia. Dari hasil observasi luas Gudang
penyimpanan obat di PT. Millenium Pharmacon Indonesia
sudah mencukupi kebutuhan untuk penyimpanan obat. Namun
belum sepenuhnya memenuhi penyimpanan obat psikotropika,
prekursor dan OOT berdasarkan Dirjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Hasil menyatakan bahwa penyimpanan obat di PT.
MPI ini sebesar 95,45% dari skala 100% .
Berdasarkan hasil pengamatan gudang penyimpanan obat
prekursor, psikotropika dan OOT ini sudah terpisah dari ruang
ruang penyaluran dan terpisah dengan ruang alat kesehatan.
gudang penyimpanan juga memiliki tempat yang cukup dan
aman untuk pergerakan petugas yang bertugas pada ruangan
penyimpanan obat. Kemudian Gudang obat PPO memiliki
ventilasi dan jendela bertralis besi sehingga membantu
meningkatkan sistem keamanan, atap dengan keadaan baik serta
suhu dan kelembapan pada ruangan penyimpanan juga diatur
dengan menggunakan alat thermohygro sehingga menjaga
kelembapan dan suhu tetap stabil. Menurut Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010), sarana pengamatan
Gedung sangat penting dimiliki oleh instalasi farmasi untuk
menjaga obat dari pencurian dan bahaya kebakaran.
Lantai Gudang penyimpanan ditegel dan diberikan alas
papan (pallet). Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (2010), penggunaan pallet dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan memudahkan dalam pemindahan obat.
Keuntungan penggunaan pallet diantaranya adalah sirkulasi dari
bawah dan memiliki perlindungan terhadap banjir dan serangan
serangga (rayap), melindungi sediaan dari kelembapan,
memudahkan penanganan stok, dapat menampung obat lebih
banyak, pallet juga lebih murah dari pada rak.
Pintu gudang penyimpanan diberikan kunci ganda untuk
meningkatkan kemanan di gudang. Gudang penyimpanan juga

49
diberikan AC sebagai pendingin ruangan sehingga suhu ruang
penyimpanan memenuhi standar.
Untuk obat kembalian atau retur terdapat lemari karantina
yang dapat digunakan untuk menyimpan obat retur tersebut
sebelum obat tersebut dimasukan kembali pada rak
psikotropika, obat-obat tersebut dikarantina terlebih dahulu.
3.5. Saran
3.6. ZSSSn nkas

DAFTAR PUSTAKA

BPOM. (2020). Cara Distribusi Obat Yang Baik. Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Kemenkes RI. (2011). Pedagang Besar Farmasi. Kementrian Kesehatan
Indonesia.
Tamara, R. G. (2018). Cara Apoteker Menjalankan BisnisPedagang Besar
Farmasi (PBF). MajalahFarmasetika, 3(2), 23-25.

50
51
52

Anda mungkin juga menyukai