Anda di halaman 1dari 167

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

CV. BISMA SEHAT

Dusun 11, Kedungwinong, Kecamatan Nguter, Sukoharjo 57571

10 Juli – 8 Agustus 2023

Disusun oleh:

1. SAHAL AL BISYRI (200209209)


2. SANIA (200209027)
3. RAHMALITA DHEA WULAN S (200209024)
4. PINGKY ARINAL MUFTASIROH (200209023)
5. DWI NURFIRANTI (200209094)
6. HEPRIZA ROCHENSI (200209070)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATA
UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


CV. BISMA SEHAT

Dusun II, Kedungwinong, Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah 57571


10 Juli – 8 Agustus 2023

Disusun Oleh :

1. SAHAL AL BISYRI (200209209)


2. SANIA (200209027)
3. RAHMALITA DHEA WULAN S (200209024)
4. PINGKY ARINAL MUFTASIROH (200209023)
5. DWI NURFIRANTI (200209094)
6. HEPRIZA ROCHENSI (200209070)

Pembimbing Lahan PKL Dosen Pembimbing PKL

Septiyaningrum S.Farm Desy Ayu Irma Permatasari. M. Pharm.


Sci
NIK. 0620129201

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi S1 Farmasi

Warsi Maryati, SKM, MPH apt. Tatiana Siska Wardhani, S.Farm.,


NIDN. 0606039102 M.Farm
NIDN. 0612018802

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan ......................................................................................................... 6

C. Sasaran ........................................................................................................ 7

D. Manfaat ....................................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 8

A. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 8

1. Pengertian Industri Farmasi ........................................................................... 8

2. Tugas dan fungsi Industri farmasi .................................................................. 9

3. Tujuan Industri Farmasi ............................................................................... 11

4. Struktur Industri Farmasi ............................................................................. 11

5. Persyaratan Industri Farmasi ........................................................................ 11

6. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) ............................ 16

7. Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) ....................................................... 23

B. Tinjauan khusus ........................................................................................ 25

1. Sejarah perusahaan ....................................................................................... 25

iii
2. Visi dan Misi ................................................................................................ 26

3. Produk Perusahaan ....................................................................................... 27

4. Struktur organisasi CV.Bisma Sehat ............................................................ 28

5. Cara Produksi Obat yang Baik (CPOTB) .................................................... 29

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 40

A. Kesimpulan.............................................................................................. 40

B. Saran ........................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 42

L A M P I R A N ........................................................................................................ 44

CAPAIAN KOMPETENSI ...................................................................................... 45

TUGAS DARI PRESEPTOR SELAMA PL .......................................................... 70

DOKUMENTASI .................................................................................................... 130

LOGBOOK DAN ABSENSI .................................................................................. 132

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur organisasi ................................................................................. 28

Gambar 2. 2 Alur Produksi Jamu instan ..................................................................... 31

Gambar 2. 3 Alur Produksi jamu Pahit ....................................................................... 35

Gambar 2. 4 Alur Distribusi CV.Bisma Sehat ............................................................ 38

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Capaian Kompetensi PL di Industri Farmasi

Lampiran 2 Tugas Dari Preseptor Selama PKL

Lampiran 3 Review Jurnal

Lampiran 4 Tugas Reseptor Lahan PL

Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Mahasiswa

Lampiran 6 Absensi Mahasiswa

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat, rahmat dan penyertaannya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) secara baik di Industri farmasi CV. Bisma Sehat Sukoharjo. Praktek

Kerja Lapangan ini merupakan salah satu syarat pada program pendidikan mahasiswa

S1 Farmasi Universitas Duta Bangsa Surakarta. Praktek kerja lapangan ini bertujuan

memberikan pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan kesempatan untuk

mewadahi penulis mengenai gambaran tanggung jawab, peran dan fungsi Teknis

Tenaga Kefarmasian (TTK) dalam pelayanan kefarmasian di Industri Farmasi.

Keberhasilan dalam menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan Industri

CV. Bisma Sehat ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik

berupa dukungan moral, material, maupun spiritual.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan Terima

Kasih yang mendalam kepada:

1. Dr.H.Singgih Purnomo, M.M. Sebagai Rektorat Universitas Duta Bangsa

Surakarta.

2. Bapak Tominanto, S.Kom., M.Cs Sebagai wakil Rektor 1 bidang akademik

Universitas Duta Bangsa Surakarta.

3. Ibu Warsi Maryati, S.KM., MPH, Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Duta Bangsa Surakarta.

vii
4. Ibu Apt.Tatiana Siska Wardani,M.Farm, Sebagai Ketua Prodi S1 Farmasi

Universitas Duta Bangsa Surakarta.

5. Ibu Septiyaningrum, S.Farm sebagai pembimbing lahan PKL CV. Bisma Sehat

6. Ibu Desy Ayu Irma Permatasari M,Pharm.Sc S.Si sebagai Dosen Pembimbing

Praktik Lapangan Universitas Duta Bangsa Surakarta.

7. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral maupun material

8. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi Prodi S1 Farmasi Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta.

Sukoharjo, 8 Agustus 2023

Penulis

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang dilaksanakan PKL adalah agar mahasiswa dapat mengenal

kegiatan-kegiatan di Industri Farmasi sehingga dapat lebih terampil ketika bekerja

di Industri Farmasi. Sarana yang bergerak di bidang kefarmasian diantaranya

Industri Farmasi, kegiatan pelatihan di lapangan yang dirancang untuk memberikan

pengalaman, pengetahuan, dan keahlian kepada mahasiswa PKL.

Farmasi adalah salah satu cabang ilmu kesehatan yang berfokus pada

pengembangan, produksi, dan penggunaan obat-obatan untuk pengobatan atau

perawatan penyakit. Dalam Undang - Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 bahwa

Obat tradisonal termasuk dalam sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/187/2017 tentang

Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia yang dimaksud dengan obat

tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut

yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat Indonesia memiliki sumber daya

alam yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional secara turun temurun. Obat

Tradisional merupakan jumlah total dari pengetahuan, keterampilan dan praktek


2

berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman adat budaya yang berbeda yang

digunakan untuk menjaga kesehatan serta mencegah, mendiagnosa, memperbaiki,

atau mengobati penyakit fisik dan mental (Peraturan menteri kesehatan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam

mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang pembuatan obat.

Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat

mempengaruhi fungsi fisiologi tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap

industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas, memenuhi

standar mutu, khasiat dan keamanan. Oleh karena itu, semua industri farmasi harus

benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standar

kualitas yang dipersyaratkan dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) baik ditinjau dari segi perizinan, produksi,

peredaran maupun kualitas obat yang diedarkan (Peraturan menteri kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Dalam Undang - Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 bahwa Obat tradisonal

termasuk dalam sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/187/2017 tentang Formularium

Ramuan Obat Tradisional Indonesia yang dimaksud dengan obat tradisional adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
3

turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku di masyarakat. Indonesia memiliki sumber daya alam

yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional secara turun temurun. Obat

tradisional merupakan jumlah total dari pengetahuan, keterampilan dan praktek

berdasarkan teori, keyakinan dan pengalaman adat budaya yang berbeda yang

digunakan untuk menjaga kesehatanserta mencegah, mendiagnosa, memperbaiki,

atau mengobati penyakit fisik dan mental (Peraturan menteri kesehatan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) adalah seluruh aspek

kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar obat

tradisional yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB mencakup seluruh aspek produksi

dan pengendalian mutu serta pengembangan produk dan Manajemen Risiko Mutu

(MRM) (SK Badan POM RI No.HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara

Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)).

CPOTB bertujuan untuk menjamin:

➢ Keamanan obat tradisional

➢ Mutu obat tradisional

➢ Khasiat obat tradisional

➢ Kestabilan obat tradisional


4

➢ Kesesuaian obat tradisional dengan tujuan penggunaannya

CPOTB harus diterapkan oleh semua industri obat tradisional yang ingin

memproduksi obat tradisional yang aman, bermutu, dan berkhasiat. Penerapan

CPOTB dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan industri.

Industri obat tradisional yang telah menerapkan CPOTB akan mendapatkan

sertifikat CPOTB dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sertifikat

CPOTB merupakan bukti bahwa industri obat tradisional telah memenuhi

persyaratan CPOTB dan produknya aman, bermutu, dan berkhasiat (Badan

Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629

Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis CPOTB meliputi Aspek-aspek CPOTB).

Berikut adalah beberapa prinsip CPOTB:

➢ Bahan baku obat tradisional harus memenuhi persyaratan mutu dan

kemurnian.

➢ Proses pembuatan obat tradisional harus dilakukan dengan cara yang tepat

dan terkontrol.

➢ Produk obat tradisional harus diuji mutunya secara berkala untuk

memastikan bahwa produk tersebut memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan.

➢ Produk obat tradisional harus disimpan dan didistribusikan dengan cara

yang tepat untuk melindungi produk dari kerusakan dan kontaminasi.


5

➢ Produk obat tradisional harus dilabel dengan informasi yang lengkap dan

akurat (Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor 32 tahun

2019 tentang Persyaratan keamanan dan mutu obat Tradisional).

Penerapan CPOTB merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa obat

tradisional yang beredar di masyarakat aman, bermutu, dan berkhasiat. Penanggung

jawab CPOTB menurut BPOM adalah seorang Apoteker yang memiliki Surat Izin

Praktik Apoteker (SIPA) dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh

BPOM. Penanggung jawab CPOTB bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

semua aspek CPOTB diterapkan dan dipelihara di industri obat tradisional (Badan

Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629

Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis CPOTB meliputi Aspek-aspek CPOTB).

Penanggung jawab CPOTB harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang

memadai tentang CPOTB. Penanggung jawab CPOTB juga harus memiliki

kemampuan untuk memimpin dan mengelola orang lain.

Penanggung jawab CPOTB bertanggung jawab untuk hal-hal berikut:

➢ Memastikan bahwa semua aspek CPOTB diterapkan dan dipelihara di

industri obat tradisional.

➢ Melakukan inspeksi diri dan memastikan bahwa semua penyimpangan telah

diperbaiki.
6

➢ Menyusun dan melaksanakan program pelatihan untuk personil industri

obat tradisional tentang CPOTB.

➢ Menangani keluhan dan penarikan produk.

➢ Menjaga dokumentasi CPOTB yang lengkap dan akurat.

Penanggung jawab CPOTB harus bertanggung jawab kepada manajemen

puncak industri obat tradisional (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis

CPOTB meliputi Aspek-aspek CPOTB).

B. Tujuan PKL

Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di Industri adalah sebagai

pembanding antara teori yang diberikan selama proses pendidikan dengan praktik

yang diperoleh dilapangan. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan PKL ini antara

lain :

1. Mengetahui Struktur Organisasi industri Farmasi Sehingga Mahasiswa

mengetahui kedudukan Instalasi Farmasi dalam struktur Industri Farmasi.

2. Mengetahui dan memahami penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang

baik.

3. Mengetahui Tugas, peran dan fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian Di Industri

Farmasi sesuai undang-undang.

4. Mengetahui standar pelayanan kefarmasian yang terdapat di Industri Farmasi.


7

5. Mengetahui kompetensi Tenaga Teknis Kefarmasian di Industri Farmasi.

6. Memberi bekal calon Tenaga Teknis Kefarmasian agar memiliki wawasan,

keterampilan, pengetahuan dan pengalaman praktis untuk melakukan

pengerjaan kefarmasian di industri Farmasi.

7. Memperoleh dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai ruang

lingkup kegiatan industri farmasi.

C. Sasaran PKL

Mahasiswa tingkat sarjana dari program studi S1 Farmasi fakultas ilmu

kesehatan Universitas Duta Bangsa Surakarta.

D. Manfaat PKL

Adanya PKL di CV. Bisma Sehat ini diharapkan dapat mencapai beberapa

manfaat yaitu:

1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab Tenaga Teknis

Kefarmasian di lahan industri.

2. Mendapat pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di lahan

industri.

3. Mengetahui standar pelayanan kefarmasian di lahan industri.

4. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di lahan industri.

5. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Tenaga Teknis Kefarmasian

yang professional.
8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Industri Farmasi

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting

dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang

pembuatan obat. Industri farmasi berperan dalam memproduksi dan

mendistribusikan obat untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dan masyarakat

(Putri Ari Kristanti, Dyah Nur Azizah, dkk.2022 ”Dasar-dasar Teknologi

Farmasi.” Malang : Tim Astrapedia, hal 4).

Industri farmasi adalah sektor ekonomi yang berfokus pada

pengembangan, produksi, dan distribusi obat-obatan (farmasi) untuk tujuan

pencegahan, diagnosa, pengobatan, dan penyembuhan penyakit. Industri ini

memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat dan mendukung

perkembangan ilmu kedokteran (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1799/Menkes/PER/XII/2010 tentang Definisi Industri Farmasi).

Salah satu aspek penting dalam industri farmasi adalah CPOTB. Berikut

pengertian CPOTB beserta tugas dan fungsinya:


9

CPOTB merupakan suatu pedoman dan standar operasional yang

digunakan dalam industri farmasi untuk memastikan bahwa proses produksi

obat berjalan dengan efisien, berkualitas, dan aman sesuai dengan peraturan dan

persyaratan yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan dan regulasi yang berlaku

(Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Nomor

HK.03.1.33.12.12.8195, Tahun 2012, Tentang Pedoman CPOB).

2. Tugas dan fungsi Industri farmasi

a. Menjamin Kualitas Produksi: CPOTB membantu memastikan bahwa

proses produksi obat dilakukan dengan benar dan sesuai dengan standar

kualitas yang ditetapkan. Hal ini termasuk dalam hal-hal seperti bahan

baku yang digunakan, penggunaan alat-alat yang tepat, serta

pemantauan dan pengendalian proses produksi.

b. Keamanan CPOTB menggarisbawahi pentingnya menjaga keamanan

dalam proses produksi obat. Ini melibatkan perhatian terhadap aspek-

aspek seperti sanitasi, perlindungan terhadap kontaminasi silang, dan

penggunaan bahan kimia yang aman.

c. Efisiensi Produksi CPOTB membantu meningkatkan efisiensi dalam

produksi obat, dengan menetapkan prosedur-prosedur yang optimal

untuk menghindari pemborosan bahan dan waktu.

d. Dokumentasi dan Jejak Rekam CPOTB mewajibkan pencatatan yang

rinci dan akurat mengenai seluruh tahap produksi obat. Hal ini
10

mempermudah jejak rekam dan pelacakan jika terjadi masalah kualitas

atau keamanan.

e. Pengawasan Regulasi Industri farmasi diatur oleh berbagai regulasi dan

otoritas kesehatan. CPOTB membantu memastikan bahwa perusahaan

farmasi mematuhi semua aturan dan regulasi yang berlaku dalam

produksi obat.

f. Pemeliharaan Fasilitas CPOTB juga berfokus pada pemeliharaan

fasilitas produksi obat. Ini mencakup perawatan alat, pengendalian

lingkungan, dan segala aspek yang berkontribusi pada kualitas dan

keamanan produksi.

g. Pelatihan dan Kualifikasi Karyawan Industri farmasi harus memastikan

bahwa karyawan yang terlibat dalam produksi obat memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan. CPOTB mendorong

pelatihan yang berkelanjutan dan kualifikasi yang memadai.

Penerapan CPOTB sangat penting dalam industri farmasi guna menjaga

kualitas, keamanan, dan efektivitas obat-obatan yang dihasilkan, serta untuk

memenuhi standar regulasi yang ketat dalam bidang ini (Peraturan Badan

Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 25 Tahun 2021 Tentang Penerapan Cara

Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik).


11

3. Tujuan Industri Farmasi

Tujuan utama industri farmasi adalah untuk menghasilkan obat yang

aman dan efektif untuk digunakan dalam terapi (efficary, safety, toxicity)

(Hastuti, Yeni. "Analisis Yang Mempengaruhi Adaptive Selling Capability

Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Penjualan Pada Perusahaan Farmasi Di

Kota Semarang."Jurnal Sains Pemasaran Indonesia vol XII, No 1(2014): hal

113).

4. Struktur Industri Farmasi

Struktur organisasi pada industi farmasi dijelaskan dalam Peraturan

Badan POM Tahun 2018 dan juga pada petunjuk operasional penerapan

pedoman cara pembuatan obat yang baik jilid 1 Tahun 2012. Struktur organisasi

yanag di jelaskan pada bagian personalia dimana industri Farmasi harus

memiliki struktur organisasi yang hubungan antara kepala produksi, kepala

pengawasasan mutu dan kepala pemastian mutu ditunjukan dengan jelas secara

managerial. Mmanajemen puncak akan menunjuk personal kunci termasuk

kepala produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu (Peraturan

Pengawasan Badan Obat dan Makanan, Nomor HK.03.1.33.12.12.8195, Tahun

2018, Tentang Struktur Organisai Pada Industri Farmasi).

5. Persyaratan Industri Farmasi

Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor 14

tahun 2021 pasal 1 dalam peraturan Badan ini yang dimaksud dengan :
12

Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang membuat semua

bentuk industri obat tradisional. Industri Obat Tradisional (IOT) hanya dapat

diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.

Industri Obat Tradisional (IOT) dapat melakukan semua tahapan proses

pembuatan obat tradisional dan atau untuk sebagian tahapan proses pembuatan

obat tradisional. Untuk memperoleh izin pendirian Industri Obat Tradisional

(IOT) diperlukan persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip untuk Industri Obat

Tradisional (IOT) diberikan oleh Direktur Jendral. Persetujuan prinsip ini

diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapan-persiapan dan

usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain

yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Persetujuan prinsip berlaku untuk

jangka waktu 3 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 tahun. Persetujuan

prinsip batal dengan sedirinya apabila dalam jangka waktu 3 tahun atau

melampaui jangka waktu perpanjangannya pemohon tidak melaksanakan

kegiatan pembangunan secara fisik (Peraturan Badan Pengawasan Obat dan

Makanan nomor 14 tahun 2021 pasal 1, Tentang Sertifikasi CPOTB).

Adapun persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip IOT dan

UKOT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat

Tradisional No 1 dan 2 terdiri dari:

a. Surat permohonan.
13

b. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas.

d. Fotokopi KTP/Identitas Direksi /Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas.

e. Pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah

terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi.

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan.

g. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha

h. Surat Tanda Daftar Perusahaan.

i. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan.

j. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

k. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada pemenuhan

CPOTB dan disetujui Kepala Badan.

m. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung

jawab.

n. Fotokopi surat pengangkatan Apoteker penanggung jawab dari pimpinan

perusahaan.

o. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).

p. Jadwal rencana pendirian bangunan industri dan pemasangan

mesin/peralatan.
14

Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah

usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk

sediaan tablet dan efervesen. Persyaratan untuk mendapatkan izin Usaha Kecil

Obat Tradisional (UKOT) adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan.

b. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas.

d. Fotokopi KTP/Identitas Direksi /Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas.

e. Pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah

terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi.

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan.

g. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

Hidup (SPPL).

h. Surat Tanda Daftar Perusahaan.

i. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan.

j. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak.

k. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

l. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung

jawab/TTK.
15

m. Fotokopi surat pengangkatan penanggung jawab dari pimpinan

perusahaan.

n. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker/TTK.

o. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan.

p. Diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat

tradisional yang akan dibuat.

q. Daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya.

r. Rekomendasi dari Kepala Balai setempat.

s. Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka pemohon dapat

mengajukan permohonan izin UKOT kepada Dinas Kesehatan setempat.

Pengajuan permohonan izin UKOT dapat dilakukan secara offline maupun

online.

Berikut adalah dokumen yang harus dilampirkan dalam pengajuan permohonan

izin UKOT:

a. Surat permohonan izin UKOT.

b. Fotokopi NIB.

c. Fotokopi SIUP.

d. Fotokopi SIU.

e. Fotokopi IMB.

f. Fotokopi Izin Lingkungan.


16

g. Fotokopi SIPOT.

h. Fotokopi KTP PJT/ APJ

i. Fotokopi SIPA PJT/APJ

j. Denah lokasi dan bangunan sarana produksi.

k. Daftar peralatan produksi.

l. Daftar bahan baku obat tradisional.

m. Daftar tenaga kerja.

n. Dokumen mutu yang lengkap dan akurat.

Proses permohonan izin UKOT akan berlangsung selama kurang lebih

14 hari kerja. Setelah proses permohonan izin UKOT selesai, maka pemohon

akan mendapatkan Surat Izin Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) dari Dinas

Kesehatan setempat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional No 1 dan 2).

6. Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) adalah seluruh

aspek kegiatan pembuatan Obat Tradisional yang bertujuan untuk menjamin

agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan

sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB bertujuan untuk menjamin obat

tradisional dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan

sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOTB mencakup produksi dan

pengawasan mutu. Persyaratan dasar dari CPOTB adalah (Peraturan Badan


17

Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 25 Tahun 2021 Tentang Penerapan Cara

Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik) :

a. Semua proses pembuatan obat tradisional dijabarkan dengan jelas secara

sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu

secara konsisten menghasilkan obat tradisional yang memenuhi

persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

b. Tahap proses yang kritis dalam proses pembuatan, pengawasan dan sarana

penunjang serta perubahannya yang signifikan di validasi.

Sertifikat CPOTB di ajukan oleh IOT, UKOT dan UMOT dengan

memenuhi persyaratan dokumentasi administrasi dan dokumentasi teknis.

Apabila UKOT atau UMOT belum memenuhi persyaratan CPOTB secara

menyeluruh maka dapat mengajukan sertifikat CPOTB bertahap (BPOM,

2018). Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Persyaratan Teknis CPOTB

meliputi Aspek-aspek CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik)

Meliputi :

a. Manajemen Mutu

Manajemen Mutu adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk

menjaga tingkat kualitas yang diinginkan oleh perusahaan. Tindakan ini

mencakup rangkaian aktivitas lain seperti menentukan standar kualitas,

peraturan yang diperlukan, dan aspek lain yang dapat menentukan kualitas
18

produk atau jasa. Tujuan utamanya adalah untuk jangka panjang, agar

meningkatkan kepuasan pelanggan (BPOM,2021).

Prinsip utama dalam produksi dalam CPOTB adalah safety atau

aman, efficacy atau berkhasiat, dan quality atau bermutu. Safety atau

keamanan menjadi penting, karena produk yang dihasilkan akan digunakan

untuk mencegah timbulnya penyakit (preventif) dan juga untuk

meningkatkan daya tahan tubuh (promotif) sehingga produk yang

dihasilkan harus memiliki mutu yang baik dan dilaksanakan secara

konsisten. Mutu produk tergantung dari bahan awal , proses produksi dan

pengawasan mutu bangunan, peralatan dan personalia. Mutu dibangun tidak

hanya pada akhir proses (dengan cara pengujian akhir produk), tetapi

dimulai dari awal proses, selama proses dan akhir proses. Untuk mencapai

tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem

Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara

benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

(CPOTB) termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu

(BPOM,2021).
19

Aspek CPOTB secara Bertahap

UKOT
Tahap 1

UMOT • Higiene dan sanitasi


• Dokumentasi

Tahap 2
• Manajemen mutu
• Produksi
• Pengawasan mutu
Tahap 1 • Cara penyimpanan dan
pengiriman
• Sanitasi
Tahap 3
• Personalia
• Bangunan, fasilita, dan peralatan
Tahap 2 • Penanganan keluhan terhadap
produk, penarikan kembali produk
• Higiene dan produk pengembalian
• Inspeksi diri

Full Aspek
Tahapan full aspek dalam CPOTB adalah tahapan
penerapan CPOTB yang mencakup seluruh aspek
tahap 1,2, dan 3. Tahapan ini bertujuan untuk
menjamin bahwa obat tradisional yang dihasilkan
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Sertifikat CPOTB bertahap 3 tahun hanya dapat di perpanjang 3 kali

untuk naik ketahap berikutnya. Tahapan UKOT, tahap 1 (3 kali perpanjangan),

tahap 2 (3 kali perpanjangan), tahap 3 (3 kali perpanjangan ), full aspek (36

tahun).

b. Personalia

Sumber daya manusia sangat penting untuk pembentukan dan

pelaksanaan sistem penjaminan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat

tradisional yang benar Tanggung jawab setiap individu harus dipahami dan
20

dicatat secara individual. Semua personel memahami prinsip-prinsip

CPOTB dan menerima pelatihan awal dan berkelanjutan, termasuk

instruksi tentang kebersihan kerja.

c. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat

dengan tepat untuk memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh

cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga,

burung, binatang pengerat, kutu atau binatang lain. Bangunan dan Fasilitas

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) Mencegah resiko

tercampurnya obat atau kontaminasi silang (b) Kegiatan pengolahan bahan

bagi produk bukan obat dipisahkan dari ruang produksi obat. (c) Kamar

ganti pakaian berhubungan langsung dengan daerah produksi tetapi

letaknya terpisah. Bangunan harus mendapatkan penerangan yang cukup

dan mempunyai ventilasi dengan fasilitas pengendali udara termasuk

pengaturan suhu dan kelembaban untuk kegiatan dalam bangunan.

d. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat tradisional harus

memiliki desain dan struktur yang benar, memiliki ukuran dan posisi

penempatan yang tepat serta memenuhi syarat untuk memastikan bahwa

kualitas obat tradisional terjamin dengan desain, dan betsnya seragam, serta

mudah dibersihkan dan dirawat.


21

e. Sanitasi dan Higiene

Sumber pencemaran dapat dihilangkan melalui suatu program

sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur sanitasi dan

sanitasi harus selalu diverifikasi dan dievaluasi secara berkala untuk

memastikan bahwa hasil dari pelaksanaan prosedur tersebut cukup efektif

dan memenuhi persyaratan.

f. Dokumentasi

Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap orang

mendapatkan gambaran yang detail dan jelas tentang area kerja yang harus

dilakukan, sehingga dapat meminimalkan resiko kesalahan yang sering

terjadi karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Sistem file harus

menjelaskan riwayat lengkap setiap batch atau batch, yang memungkinkan

penyelidikan atau pelacakan batch atau batch terkait. Sistem file juga

digunakan untuk memantau dan mengontrol kondisi lingkungan, peralatan,

dan personal.

g. Produksi

Produksi harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah

ditentukan untuk memastikan obat yang diproduksi memenuhi spesifikasi

yang telah ditentukan. Bahan mentah yang baru tiba harus diisolasi sampai

disetujui dan disetujui untuk digunakan oleh penanggung jawab kendali

mutu. Semua bahan baku yang tidak memenuhi persyaratan harus diberi
22

tanda dengan jelas, disimpan terpisah dan segera dikembalikan ke pemasok

atau dimusnahkan.

h. Cara Penyimpanan dan pengiriman

Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam

kegiatan dan manajemen rantai pemasokan obat tradisional yang

terintegrasi. Dokumen ini menetapkan langkah-langkah yang tepat untuk

memenuhi tanggung jawab semua yang terlibat dalam kegiatan

penyimpanan dan pengiriman produk. Mutu produk dapat dipengaruhi oleh

kekurang pengendalian yang diperlukan terhadap kegiatan selama proses

penyimpanan dan pengiriman. Terlebih lagi, tidak ditekankan keperluan

akan pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan prosedur penyimpanan

dan pengiriman produk, serta pengendalian kegiatan proses penyimpanan

dan pengiriman. Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam

menjamin mutu dan integritas produk selama proses penyimpanan dan

pengiriman produk. Untuk menjaga mutu awal obat tradisional, semua

kegiatan dalam penyimpanan dan pengirimannya hendaklah dilaksanakan

sesuai prinsip CPOTB (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Persyaratan Teknis

CPOTB).
23

7. Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006/Menkes/PER/VII/2012

tentang Usaha Kecil Obat Tradisional Izin Usaha Kecil Obat Tradisional

(UKOT) adalah usaha yang dapat membuat semua bentuk obat tradisional

kecuali tablet dan effervescent.

Persyaratan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT):

a. Surat permohonan (sesuai dengan Formulir 13 Permenkes RI No.

006 Tahun 2012).

b. Fotokopi akta pendirian badan usaha yang sah sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan (contoh badan usaha: CV, PD atau

UD).

c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas.

d. Fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan

Pengawas.

e. Pernyataan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak

pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang- undangan di

bidang farmasi (bermeterai cukup).

f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan (berupa fotokopi

sertifikat tanah, IMB dan dokumen sewa/kontrak).


24

g. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup (SPPL) (dari Badan Lingkungan Hidup

Kab/Kota setempat).

h. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

i. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

j. Fotokopi Nomor Induk Berusaha (NIB). Persetujuan lokasi dari

Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota (biasanya berupa Izin

Gangguan/HO).

k. Asli Surat Pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Tenaga Teknis

Kefarmasian sebagai penanggung jawab (bermeterai cukup).

Catatan: untuk UKOT yang memproduksi kapsul & atau/ cairan

obat dalam / COD, penanggung jawabnya harus Apoteker.

l. Fotokopi surat pengangkatan penanggung jawab dari pimpinan

perusahaan.

m. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (atau

STRA apabila UKOT memproduksi kapsul atau cairan obat dalam.

n. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan.

o. Diagram alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat

tradisional yang akan dibuat.

p. Daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya.

q. Rekomendasi dari Kepala Balai setempat


25

r. Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

(setempat) (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

006/Menkes/PER/VII/2012 tentang Usaha Kecil Obat Tradisional).

B. Tinjauan Lahan PKL (CV. Bisma Sehat)

1. Sejarah perusahaan

CV. Bisma Sehat adalah industri yang bergerak dalam bidang jamu

Tradisional yang bertempatkan di Desa Nguter, kabupaten Sukoharjo 57571,

Jawa Tengah, Indutri ini berdiri sejak tahun 1993 yang berawal dari perjalanan

hidup bapak H.Mulyadi yang dimulai dari tukang ojek di Nguter, diberikan

bantuan saudara untuk membuka usaha took kelontong, setelah berjalan lama

melihat perkembangan jamu bapak Mulyadi mulai meramu dan menciptakan

jamu tersebut dititipkan ke toko-toko Wonogiri setelah beberapa lama jamu

tersebut dapat diterima.


26

CV. Bisma Sehat pertama kali memproduksi Jamu Tradisional dengan

menggunakan mesin penggiling dan mesin ayakan. Bisma Sehat

melambangkan sejarah budaya Warisan Leluhur yang merupkan sosok panutan

yang bijaksana, kuat dalam kepimimpinannya, sehat dan tegas dalam

keputusannya. Bisma sehat dalam menjalankan roda usahanya mampu

menunjukkan kemampuan dari segi pola pikir, naluri dan kerja sama

lingkungan perusahaan.

CV. Bisma sehat ini memiliki kurang lebih 30 karyawan yang

melakukan tugasnya setiap hari, yaitu dari pukul 07.00 – 16.30 WIB dengan

jam istirahat 12.00-13.00 WIB. Sistem di CV. Bisma Sehat adalah

Kekeluargaan semua karyawan dianggap keluarga sendiri yang mampu

membangun kebersamaan untuk mencapai prestasi, sehingga banyak

bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan dan konsumen.

Bisma sehat salah satu industri jamu yang sudah memperoleh sertifikat izin

edar yang telah lulus uji, terjamin kualitas dan menjadi salah satu ikon kampung

jamu di tahun 2013.

2. Visi dan Misi

Visi :

a. Menghasilkan produk yang bermanfaat untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang halal, aman, serta bermutu sesuai dengan

standar yang berlaku di Indonesia.


27

b. Mengembangkan industri jamu tradisional dengan kualitas terbaik untuk

membentuk terciptanya kesehatan masyarakat Indonesia

Misi :

a. Menjadikan lingkungan kerja perusahaan yang aman, bersih dan teratur.

b. Melakukan perbaikan dan peningkatan manajemen mutu perusahaan dan

produknya.

c. Bekerja sama dengan semua pihak yang terkait baik pemerintah, swasta dan

sesama perusahaan jamu, yang saling menguntungkan.

d. Menerapkan progam mutu sesuai dengan standar mutu Cara Pembuatan

Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), SNI, dan sistem Jaminan Halal.

3. Produk Perusahaan

CV. Bisma Sehat tidak hanya memproduksi Jamu serbuk instan dan jamu

serbuk pahit.

a. Jamu serbuk instan

Jamu serbuk instan berupa butiran halus hasil gilingan dari simplisia dan

bahan baku segar yang diayak dan diramu yang komposisinya berbeda

disesuaikan dengan fungsi dan manfaat jamu tersebut. Seperti Bisma Kids

b. Jamu serbuk pahit

Jamu serbuk pahit berupa jamu untuk orang dewasa seperti Bismangin,

Bismaadem, Greges otot, dan lain-lain.


28

c. Jamu godokan

Berupa rempah-rempah yang masih utuh bentuknya dan sudah dirimu

lalu dikemas dalam plastik.

4. Struktur organisasi CV. Bisma Sehat

CV. Bisma Sehat adalah industri yang bergerak dalam bidang jamu

Tradisional yang bertempatkan di Desa Nguter, kabupaten Sukoharjo. Berikut

merupakan struktur organisasi CV. Bisma Sehat :

Gambar 2. 1 Struktur organisasi


29

5. Cara Produksi Obat yang Baik (CPOTB)

a. Sistem Mutu industri

Industri CV. Bisma Sehat menerapkan Cara Produksi Obat Tradisional

Yang Baik (CPOTB) yang mana dimulai dari pembuatan obat tradisional

uji klinik, produk komersial dan juga produk yang ridak diproduksi

kembali.

Tingkatan 1 aspek CPOTB di CV. Bisma Sehat yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Sanitasi dan higiene

Sanitasi adalah proses untuk menghilangkan atau mengurangi

faktor-faktor yang dapat menyebabkan kontaminasi, sedangkan

higiene adalah praktik-praktik yang dilakukan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan.

Dalam CPOTB, sanitasi dan higiene dilakukan pada semua tahap

pembuatan obat tradisional, mulai dari penerimaan bahan baku

hingga pengiriman produk jadi. Sanitasi dan higiene dilakukan

untuk memastikan bahwa produk obat tradisional yang dihasilkan

aman dan bermutu tinggi.

Beberapa tahapan sanitasi dan higiene yang dilakukan dalam

CPOTB meliputi:

➢ Pembersihan dan disinfeksi ruangan dan peralatan

➢ Penggunaan pakaian dan alat pelindung diri (APD) yang bersih


30

➢ Pengujian kebersihan lingkungan dan produk

➢ Penanganan limbah yang tepat

➢ Pelatihan karyawan tentang sanitasi dan higiene

2. Aspek dokumentasi

Dokumentasi juga merupakan bagian penting dari CPOTB.

Dokumentasi digunakan untuk memastikan bahwa semua kegiatan

yang dilakukan dalam pembuatan obat tradisional sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Dokumentasi juga digunakan untuk

melacak dan mengevaluasi kinerja proses pembuatan obat

tradisional.

Beberapa dokumen yang diperlukan dalam CPOTB meliputi:

➢ Prosedur tertulis untuk semua kegiatan yang dilakukan

dalam pembuatan obat tradisional

➢ Catatan tentang pembersihan dan disinfeksi ruangan dan

peralatan

➢ Catatan tentang penggunaan APD

➢ Catatan tentang pengujian kebersihan lingkungan dan

produk

➢ Catatan tentang penanganan limbah

➢ Catatan pelatihan karyawan tentang sanitasi dan hygiene.


31

6. Produksi

Kegiatan produksi di industri CV. Bisma Sehat sudah dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan CPOTB agar menghasilkan produk obat

Tradisional yang memenuhi persyaratan mutu dan izin edar.

1) Alur produksi jamu instan bisma kids sebagai berikut :

Gambar 2. 2 Alur Produksi Jamu instan

Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa alur produksi di

Industri CV. Bisma Sehat sebagai berikut :

a) Gudang Bahan Baku

Gudang bahan baku CV. Bisma Sehat telah memenuhi syarat

CPOTB karena lahan yang luas, bersih dan terdapat ruang karangtina untuk

bahan baku disertai dengan nomor bets dengan SOP yang sesuai. untuk alur
32

penerimaan bahan baku dimulai dari penerimaan bahan dari gudang

dilakukan pengecekan nama barang, nomor bets dan kualitas fisik bahan.

b) Penimbangan

Penimbangan dilakukan setiap akan produksi.

c) Proses peras

Siapakan simplisia basah yang telah di iris atau diperkecil ukuran

pastikan simplisia telah dikupas untuk simplisia yang berukuran besar (

temulawak dan jahe) pastikan ember untuk wadah hasil perasan dan tong

ampas diposisi yang benar. Nyalakan mesin parut dan peras. Ulangi proses

pemerasan apabila masih basah/ bisa diperas ulang. Matikan mesin dan

ambil sari bagian atas untuk digunakan masak sesuai kebutuhan. Endapan

hasil peras kurang lebih selama 2 jam.

d) Proses masak

• Siapkan alat pendukung (sekop,ember/tong,stick),pastikan dalam

keadaan bersih

• Panaskan mesin masak selama 20menit.

• Masak sari (hasil parut dan peras simplisia basah) hingga mendidih.

• Tambahkan gula,tungu hingga mengkristal (kurang lebih1,5jam),

pastikan bahan homogen dan kering merata.

• Matikan api, biarkan pengaduk tetap bergerak selama 10menit.

• Matikan pengaduk dan tuang hasil masakan ke dalam bak.


33

• Tunggu hingga dingin.

• Tambahkan perasa selelah serbuk benar-benar dingin.

• Aduk untuk memastikan perasa tercampur merata.

e) Proses ayakan

Pengayakan dilakukan pada ukuran mesh nomer 80 dilakukan dengan

cara memasukan bahan sedikit demi sedikit hingga semua serbuk selesai

diayak, masukan hasil ayakan kedalam wadah produk ruahan dan timbang

hasil ayakan.

f) Ruang Ruahan

Ruang Ruahan adalah tempat untuk menyimpan bahan yang telah

selesai di olah (mixing). Ruang ruahan di CV. Bisma Sehat cukup luas dapat

menampung beberapa tong yang berisi produk jadi yang siap untuk

dilakukan pengemasan primer dan sekunder yang dibagi menjadi 2 yaitu

jamu kiloan langsung ke pengemasan sekunder dan jamu sachet harus

melewati pengemasan primer terlebih dahulu kemudian ke pengemasan

sekunder. Serbuk yang tidak lolos dalam pengayaan juga disimpan di ruang

ruahan untuk dilakukan proses pengolahan kembali. Pada ruang ruahan

produk dapat di simpan paling lama sekitar 1 minggu setelah itu produk

dapat dikemas diruang pengemasan primer.


34

g) Ruang Pengemasan primer

Ruang Pengemasan primer dimana serbuk yang berasal dari ruang

ruahan di masukkan ke dalam mesin pengemasan primer yang dilakukan 2

karyawan. Serbuk masuk kedalam plastic sachet. Untuk pengemasan primer

ini 1 tong berisi 30kg dapat menghasilkan kurang lebih 5.000 sachet jamu

serbuk.

h) Ruang pengemasan sekunder

Ruang pengemasan sekunder di CV. Bisma Sehat dilakukan secara

manual dilakukan oleh karyawan sekitar 3-4 orang karyawan menggunakan

keranjang dan dimasukkan ke karton yang telah diberi label.

i) Gudang penyimpanan produk jadi

Gudang pengimpanan produk jadi merupakan ruangan yang digunakan

untuk pemyimpanan produk yang telah melewati tahapan proses pembuatan

dan siap untuk didistribusikan. Penyimpanan produk menggunakan Sistem

FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) Pengeluaran

barang (bahan awal dan produk jadi) menggunakan sistem FIFO apabila

bahan yang memiliki nomer bets lebih awal itu yang dikeluarkan lebih dulu

untuk proses produksi atau pengiriman. Sistem FEFO apabila bahan yang

memiliki expired lebih awal maka dikeluarkan lebih dulu untuk proses

produksi atau pengiriman.


35

j) Distribusi

Distribusi di CV. Bisma Sehat dilakukan secara langsung ke agen pasar

yaitu pasar nguter sukoharjo dan sekitarnya hingga luar pulau jawa.

Pengiriman dilakukan setiap kali ada permintaan dari agen pasar. CV. Bisma

Sehat selalu memperhatikan arus barang untuk memastikan stok barang yang

ada tetap terjaga dan tidak menimbulkan kehabisan stok.

2) Alur produksi di Industri CV. Bisma Sehat meliputi:

Pada alur produksi di Industri CV. Bisma Sehat mulai dari

ruang bahan baku hingga menjadi produk jadi dalam bentuk primer

maupun sekunder seperti pada bagan dibawah ini :

Ruang Bahan Baku Penimbangan Penggilingan Kemas Primer

kemas sekunder dan


Mixing Ruang Ruahan
Tersier
Ruang Antara produksi
Bahan Baku
Proses Kemas Jamu kg produk jadi produk jadi

Gambar 2. 3 Alur Produksi jamu Pahit

Berdasarkan bagan diatas dapat dijelaskan bahwa alur produksi di

Industri CV. Bisma Sehat sebagai berikut :

k) Gudang Bahan Baku

Gudang bahan baku CV. Bisma Sehat telah memenuhi syarat

CPOTB karena lahan yang luas, bersih dan terdapat ruang karangtina untuk
36

bahan baku disertai dengan nomor bets dengan SOP yang sesuai. untuk alur

penerimaan bahan baku dimulai dari penerimaan bahan dari gudang

dilakukan pengecekan nama barang, nomor bets dan kualitas fisik bahan.

l) Penimbangan

Penimbangan dilakukan setiap akan produksi.

m) Ruang Pengolahan (mixing)

Bahan yang sudah melalui pengecekan, penimbangan dan memenuhi

syarat dilakukan pengolahan (mixing) menggunakan alat mixing selama 15-

20 menit. dalam sekali mixing dapat menghasilkan 50 kg serbuk jamu.

n) Ruang Ruahan

Ruang Ruahan adalah tempat untuk menyimpan bahan yang telah

selesai di olah (mixing). Ruang ruahan di CV. Bisma Sehat cukup luas dapat

menampung beberapa tong yang berisi produk jadi yang siap untuk

dilakukan pengemasan primer dan sekunder yang dibagi menjadi 2 yaitu

jamu kiloan langsung ke pengemasan sekunder dan jamu sachet harus

melewati pengemasan primer terlebih dahulu kemudian ke pengemasan

sekunder. Serbuk yang tidak lolos dalam pengayaan juga disimpan di ruang

ruahan untuk dilakukan proses pengolahan kembali. Pada ruang ruahan

produk dapat di simpan paling lama sekitar 1 minggu setelah itu produk

dapat dikemas diruang pengemasan primer.


37

o) Ruang Pengemasan primer

Ruang Pengemasan primer dimana serbuk yang berasal dari ruang

ruahan di masukkan ke dalam mesin pengemasan primer yang dilakukan 2

karyawan. Serbuk masuk kedalam plastic sachet. Untuk pengemasan primer

ini 1 tong berisi 30kg dapat menghasilkan kurang lebih 5.000 sachet jamu

serbuk.

p) Ruang Antara

Ruang antara merupakan ruang penyimpanan untuk serbuk sachet yang

telah dibuat dari ruang pengemasan primer ke pengemasan sekunder.

q) Ruang pengemasan sekunder

Ruang pengemasan sekunder di CV. Bisma Sehat dilakukan secara

manual dilakukan oleh karyawan sekitar 3-4 orang karyawan menggunakan

keranjang dan dimasukkan ke karton yang telah diberi label.

r) Gudang penyimpanan produk jadi

Gudang pengimpanan produk jadi merupakan ruangan yang digunakan

untuk pemyimpanan produk yang telah melewati tahapan proses pembuatan

dan siap untuk didistribusikan. Penyimpanan produk menggunakan Sistem

FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) Pengeluaran

barang (bahan awal dan produk jadi) menggunakan sistem FIFO apabila

bahan yang memiliki nomer bets lebih awal itu yang dikeluarkan lebih dulu

untuk proses produksi atau pengiriman. Sistem FEFO apabila bahan yang
38

memiliki expired lebih awal maka dikeluarkan lebih dulu untuk proses

produksi atau pengiriman.

s) Distribusi

Distribusi di CV. Bisma Sehat dilakukan secara langsung ke agen pasar

yaitu pasar nguter sukoharjo dan sekitarnya hingga luar pulau jawa.

Pengiriman dilakukan setiap kali ada permintaan dari agen pasar. CV. Bisma

Sehat selalu memperhatikan arus barang untuk memastikan stok barang yang

ada tetap terjaga dan tidak menimbulkan kehabisan stok.

Alur distribusi produk jamu CV. Bisma Sehat sebagai berikut:

PRODUSEN

DISTRIBUTOR PASAR
BESAR

DISTRIBUTOR AGEN
AGEN

KONSUMEN

Gambar 2. 4 Alur Distribusi CV. Bisma Sehat


39

t) Penyimpanan

CV. Bisma Sehat menggunakan Sistem FIFO (First In First Out) dan

FEFO (First Expired First Out) Pengeluaran barang (bahan awal dan produk

jadi) Menggunakan sistem FIFO apabila bahan yang memiliki nomer bets

lebih awal itu yang dikeluarkan lebih dulu untuk proses produksi atau

pengiriman. Sistem FEFO apabila bahan yang memiliki expired lebih awal

maka dikeluarkan lebih dulu untuk proses produksi atau pengiriman.


40

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Praktek Kerja Industri (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan

oleh mahasiswa Universitas Duta Bangsa Surakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk

memberikan pengalaman kerja langsung kepada mahasiswa di dunia industri.

Melalui PKL, mahasiswa dapat belajar dan menerapkan teori-teori yang telah

mereka pelajari di Kampus dalam kondisi yang sesungguhnya. PKL yang telah

kami laksanakan di CV. Bisma Sehat selama 1 bulan telah memberikan kami

banyak pengalaman dan pengetahuan yang berharga.

Kami telah belajar tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan dunia kerja,

seperti proses produksi sabun all in one dengan ekstrak lidah buaya dan kopi, sabun

cuci tangan, sabun cuci piring, hard candy dari esktrak jahe dan jeruk nipis. Kami

juga telah belajar untuk bekerja secara mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab.

Kami mengucapkan terima kasih kepada CV. Bisma Sehat yang telah memberikan

kesempatan kepada kami untuk melaksanakan PKL di tempat ini. Kami juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing saya

selama pelaksanaan PKL. Kami berharap pengalaman yang kami dapatkan selama

PKL dapat bermanfaat bagi kami untuk meningkatkan kompetensi dan

keterampilan kami di bidang Farmasi. Kami juga berharap dapat menjadi bekal

bagi kami untuk memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.


41

2. Saran

Berdasarkan pengalaman yang kami dapatkan selama PKL, kami memiliki

beberapa saran untuk perbaikan pelaksanaan PKL di CV. Bisma Sehat, Saran-saran

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya peningkatan komunikasi antara pihak kampus dengan pihak

tempat PKL. Hal ini bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan PKL dan

untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada mahasiswa tentang

tempat PKL.

2. Perlu adanya peningkatan fasilitas yang disediakan oleh tempat PKL untuk

mahasiswa PKL. Fasilitas-fasilitas tersebut dapat berupa alat-alat kerja, bahan

baku, dan ruang kerja yang memadai.

3. Perlu adanya peningkatan bimbingan dan motivasi dari pihak tempat PKL

kepada siswa PKL. Bimbingan dan motivasi ini dapat diberikan oleh

pembimbing lapangan atau oleh karyawan CV. Bisma Sehat lainnya.

Kami berharap saran-saran yang kami berikan ini dapat bermanfaat bagi

pihak kampus dan pihak tempat PKL untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan

PKL di CV. Bisma Sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor


HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011, Tentang Persyaratan Teknis CPOTB

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor


HK.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis CPOTB
meliputi Aspek-aspek CPOTB

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia tahun 2021. Penerapan
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik.
Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor 14 tahun 2021 pasal 1,
Tentang Sertifikasi CPOTB

Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan nomor 32 tahun 2019 tentang
Persyaratan keamanan dan mutu obat Tradisional.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006/Menkes/PER/VII/2012 tentang Usaha Kecil


Obat Tradisional

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/Menkes/PER/XII/2010 tentang Definisi


Industri Farmasi

Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 25 Tahun 2021 Tentang
Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 Tentang
Industri dan Usaha Obat Tradisional No 1 dan 2

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799 Tahun 2010 tentang fungsi Industri farmasi,
Jakarta.

Hastuti, Yeni. "Analisis Yang Mempengaruhi Adaptive Selling Capability Dan


Dampaknya Terhadap Kinerja Penjualan Pada Perusahaan Farmasi Di Kota
Semarang."Jurnal Sains Pemasaran Indonesia vol XII, No 1(2014): hal 113.

Peraturan menteri kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.
Peraturan Pengawasan Badan Obat dan Makanan, Nomor HK.03.1.33.12.12.8195,
Tahun 2012, Tentang Pedoman CPOB

peraturan Pengawasan Badan Obat dan Makanan, Nomor HK.03.1.33.12.12.8195,


Tahun 2018, Tentang Struktur Organisai Pada Industri Farmasi

Putri Ari Kristanti, Dyah Nur Azizah, dkk.2022 ”Dasar-dasar Teknologi Farmasi.”
Malang : Tim Astrapedia, hal 4
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1 Capaian Kompetensi PKL di Industri Farmasi
CAPAIAN KOMPETENSI

PRAKTIKUM LAPANGAN DI INDUSTRI FARMASI

No Pokok Bahasan Uraian Tugas

1. Memahami 1. Struktur organisasi pada industri farmasi


1.
bagian yang ada dalam
dijelaskan dalam peraturan Badan POM
struktur organisasi
Tahun 2018 dan juga pada petunjuk
industri farmasi lahan
PKL. operasional penerapan pedoman cara

pembuatan obat yang baik Jilid 1 Tahun 2012.

Struktur organisasi dijelaskan pada bagian

personalia dimana Industri Farmasi harus

memiliki struktur organisasi yang hubungan

antara kepala produksi, kepala pengawasan

mutu dan kepala pemastian mutu ditunjukkan

dengan jelas secara manajerial. CV. Bisma

Sehat merupakan bangunan yang telah

didirikan sejak tahun 1993 Yang mana

didirikan oleh bapak H. Mulyadi dan

bertempatkan di Desa Nguter, kabupaten


Sukoharjo 57571, Jawa Tengah. Berikut

organisasi pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi CV. Bisma


Sehat

2. Total Quality Management merupakan suatu


2. Mengamati dan
konsep yang digunakan untuk melakukan
mempelajari proses
sautu perbaikan secara berkelanjutan dengan
pelaksanaan TQM
peran serta semua karyawan dalam
dalam setiap aspek
perushaaan tersebut. TQM dapat
produksi sampai
dilaksanakan oleh semua karyawan yang ada
produk obat siap
dalam suatu perusahaan bila memenuhi
untuk dipasarkan
beberapa syarat dibawah ini:

a. Perbaikan dilakukan secara terus menerus

Dalam pelaksanaannya TQM dilaksanakan

dengan melakukan perbaikan mutu produk


maupun pelayanan secara terus menerus dan

tidak boleh terhenti hingga konsumen

merasakan kepuasan yang maksimal. Bila

konsumen belum merasa puas maka jangan

dihentikan pelaksanaan TQM tersebut.

b. Pencapaian laba dan kepuasan konsumen

Pelaksanaan TQM bukan hanya sekedar

untuk meningkatkan kualitas produk namun

juga untuk mendapatkan laba yang maksimal

dan juga untuk meningkatkan kepuasan

pelangga dan komponen dalam perusahaan

tersebut. Perencanaan yang dilakukan pada

tiap proses tersebut adalah mengacu pada

masa depan yang lebih baik dari keadanan

sekarang.

c. Adanya partisipasi aktif semua karyawan

Pelaksanaan TQM tidak akan berjalan secara

maksimal bila tidak melibatkan

karyawannya. Semua karyawan harus

melakukan peran aktif dalam pencapaian

tujuan yang diharapkan perusahaan.


Semuanya berperan dalam peningkatan mutu

suatu perusahaan.

d. Adanya pemimpin yang menjadi motivator

Dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas

produk,meningkatkan omset perusahaan dan

beberapa komponen lainnya, seorang

pemimpin diharapkan juga bisa menjadi

seorang motivator bagi bawahannya.

Pemimpin tidak hanya memerintah saja

namun juga harus menjadi contoh bagaimana

melakukan perbaikan yang tepat bagi

perusahaannya di segala bidang. Seorang

pemimpin pun juga harus memilliki ide yang

cemerlang dan bermanfaat untuk melakukan

perubahan secara terus menerus dalam

perusahaan.

e. Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia

Dlaam rangka mempercepat tujuan

peningkatan kualitas suatu produk maka

harus dilakukan terlebih dulu peningkatan

mutu sumber daya manusia dengan beberapa


pelatihan. Pelatihan yang dilakukan bisa

berupa training secara terus menerus hingga

menghasilkan SDM yang protensial dan

mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.

1. Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan


3. Mengamati dan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
mempelajari
hewan, bahan mineral, sediaan sarian
aplikasi CPOTB
(galenik), atau campuran dari bahan tersebut
dalam seluruh
yang secara turun-temurun telah digunakan
aspek produksi dan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
pengawasan mutu
sesuai dengan norma yang berlaku di
terutama dalam hal
masyarakat. Cara Pembuatan Obat
kualifikasi serta
Tradisional yang Baik yang selanjutnya
pengembangan
disingkat CPOTB adalah seluruh aspek
personalia dan
kegiatan pembuatan Obat Tradisional yang
mutu Produk.
bertujuan untuk menjamin agar produk yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan

mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan

penggunaannya.
Aspek yang memenuhi persyaratan CPOTB

pada CV. Bisma Sehat yaitu sanitasi dan

higiene serta dokumentasi:

a. Sanitasi & hygiene untuk

menghindarkan perubahan mutu

dengan cara penempatan produk jadi

diatur sedemikian rupa agar tidak

terkena panas dan lembab serta

suplyer bahan baku dilakukan

pengecekan dan cuci tangan sebelum

masuk, memakai APD, sterilisasi

botol sirup untuk mencegah

kontaminasi .

b. Dokumentasi yang jelas adalah

fundamental untuk memastikan

bahwa tiap personel menerima uraian

tugas yang relevan secara jelas dan

rinci sehingga memperkecil risiko

terjadi salah tafsir dan kekeliruan

yang biasanya timbul karena hanya

mengandalkan komunikasi lisan. Di


CV. Bisma Sehat dokumentasi

dilakukan pada saat selama produksi

dari tahap penimbangan hingga tahap

pengemasan sekunder.

1. Mengamati dan
2. Tata ruang industri CV. Bisma Sehat meliputi ;
mempelajari Desain

tata ruang industri 1. Gudang bahan baku CV. Bisma Sehat telah

farmasi yang meliputi memenuhi syarat CPOTB karena lahan yang

bangunan, mesin dan luas, bersih dan terdapat ruang karangtina

peralatan serta fasilitas untuk bahan baku disertai dengan nomor bets

pendukung proses dengan SOP yang sesuai.

produksi seperti sistem 2. Ruang penimbangan Penimbangan dilakukan

pengendalian udara setiap akan produksi.

(AHU dan sistem 3. Ruang Pengolahan (mixing) dan Penyaringan

HVAC), pengolahan bahan baku pada CV. Bisma sehat memakai

air yang akan mesin yang bernama Mesin Ekstraktor (Mesin

digunakan dalam Pemeras Sari Buah) .

proses produksi steril 4. Rungan ayakan, Pada ruang pengayakan CV.

ataupun nonsteril, Bisma Sehat menggunaka mesin ayakan.

pengolahan air limbah 5. Ruang Ruahan adalah tempat untuk

menyimpan bahan yang telah selesai di olah


padat ataupun cair (mixing). Ruang ruahan di CV. Bisma Sehat

(BOD, COD, TSS, pH). cukup luas dapat menampung beberapa tong

yang berisi produk jadi yang siap untuk

dilakukan pengemasan primer dan sekunder

yang dibagi menjadi 2.

6. Ruang Pengemasan primer dimana serbuk

yang berasal dari ruang ruahan di masukkan

ke dalam mesin pengemasan primer yang

dilakukan 2 karyawan.

7. Ruang antara merupakan ruang penyimpanan

untuk serbuk sachet yang telah dibuat dari

ruang pengemasan primer ke pengemasan

sekunder.

8. Ruang pengemasan sekunder di CV. Bisma

Sehat dilakukan secara manual dilakukan oleh

karyawan sekitar 3-4 orang karyawan.

9. Gudang pengimpanan produk jadi merupakan

ruangan yang digunakan untuk pemyimpanan

produk yang telah melewati tahapan proses

pembuatan dan siap untuk didistribusikan.

Penyimpanan produk menggunakan Sistem


FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out).

10. Pengendalian udara pada CV. Bisma Sehat

menggunakan exhaust pada dinding dan juga

menggunakan kipas angin. Exhous kipas

tanam pengendalian udara, dan

dibantu kipas angin. Pengelolaan air sumur

cuci bersih pencucian alat.

11. Pengelolahan limbah instan CV. Bisma Sehat

di lakukan dengan cara limbah yang masih

layak digunakan kembali. Jika ampas

dilakukan penjemuran sampai kering

digunakan untuk makan ternak .

2. Mempelajari usaha- Industri farmasi memiliki tanggung jawab besar

usaha yang dalam menjaga dan meningkatkan sanitasi dan

dilakukan oleh hygiene, terutama pada personel dan bangunan

industri farmasi dan produksi, karena hal ini berkaitan langsung

meningkatkan dengan kualitas dan keamanan produk obat yang

sanitasi dan hygiene dihasilkan. Beberapa usaha yang dilakukan oleh

personel Produksi. industri farmasi dalam hal ini antara lain:

pada dalam menjaga


terutama dan
1. GMP (Good Manufacturing Practices):
bangunan.
Industri farmasi harus mengikuti standar GMP

yang ketat untuk memastikan kebersihan dan

sanitasi yang tepat dalam semua tahap

produksi obat. GMP mencakup tindakan dan

prosedur yang berkaitan dengan personel,

fasilitas, peralatan, dan dokumentasi.

2. Pelatihan Personel : Memberikan pelatihan dan

pendidikan secara teratur kepada personel

mengenai praktik sanitasi dan hygiene yang

benar. Ini mencakup mencuci tangan,

mengenakan pakaian pelindung, dan menjaga

kebersihan lingkungan kerja.

3. Pengendalian Lingkungan: Industri farmasi

harus menerapkan langkah-langkah untuk

mengendalikan lingkungan produksi, termasuk

pemantauan kebersihan udara dan

kelembaban, serta pembersihan dan disinfeksi

permukaan dan peralatan, dilakukan pelatihan

sanitasi & higiene secara berkala.


4. Pengujian dan Validasi: Melakukan pengujian

dan validasi secara berkala untuk memastikan

keefektifan program sanitasi dan hygiene.

5. Pemeliharaan Perangkat dan Peralatan:

Merawat dan membersihkan perangkat dan

peralatan produksi dengan benar untuk

mencegah kontaminasi silang dan memastikan

produk obat terjaga kebersihannya.

6. Penggunaan Peralatan Pelindung Diri (PPE):

Mewajibkan personel menggunakan PPE,

seperti sarung tangan, masker, dan mantel

pelindung, untuk melindungi produk dari

kontaminasi dan melindungi personel dari

bahan berbahaya.

7. Pembersihan Rutin: Melakukan pembersihan

dan sanitasi rutin pada seluruh area produksi,

termasuk ruang produksi, gudang, dan area

penyimpanan bahan baku. Dilakukan setiap

hari selesai produksi dan 2 minggu sekali

untuk semua area termasuk langit-langit.


8. Pengelolaan Limbah: Pengelolahan limbah

instan CV. Bisma Sehat di lakukan dengan cara

limbah yang masih layak digunakan kembali.

Jika ampas dilakukan penjemuran sampai

kering digunakan untuk makan ternak.

9. Monitoring dan Pelaporan Menerapkan sistem

pemantauan dan pelaporan yang efektif untuk

memastikan bahwa sanitasi dan hygiene tetap

terjaga dan dapat dipertanggung jawabkan.

RnD artinya kegiatan yang dilakukan suatu


3. Mengamati dan
perusahaan saat sedang berinovasi dalam
mempelajari proses
menciptakan produk maupun layanan baru.
pengembangan produk
Research and Development (RnD) dilakukan
yang meliputi kegiatan
agar produk atau layanan yang dihasilkan oleh
pengembangan mutu
perusahaan bisa teruji validitasnya.
produk, inovasi
Pengembangan produk baru di CV. Bisma
produk, pengembangan
Sehat seperti membuat sabun batang all in one,
metode produk, uji
sabun cuci piring, sabun cuci tangan, melakukan
stabilitas analisis,
dekokta, membuat permen, membuat jamu instan.
validasi proses dan
Sabun batang transparan all in one
metode analisis
Cara kerja :
pengembangan produk,
serta kemasan produk • Siapkan alat dan bahan

(dari segi desain • Timbang semua bahan yang dibutuhkan

kemasan yang • Campurkan semua bahan fase air dan fase

acceptable, dan uji minyak dalam beker gelas yang berbeda.

komposisi, pengaruh • Panaskan fase minyak sampai suhu 70°C

kemasan terhadap • Kemudian masukkan asam stearat yang

stabilitas produk). telah ditimbang & aduk ad homogen

• Selanjutnya panaskan fase air pada suhu

50°C & aduk ad homogen

• Lalu masukkan fasa air ke dalam fase

minyak dan aduk ad homogen

• Selanjutnya angkat dan diamkan sampai

suhu 50° C

• Setelah pada suhu 50°C campurkan

ekstrak, pipermint, vit E & essence,

pewarna secukup nya

• Lalu masukkan ke dalam cetakan sabun

• .Diamkan selama 1x24 jam hingga

mengeras
• Lakukan pengujian Stabilitas sabun

Batang

Hasil

Untuk pemakain pada kami uji menghasilkan

sabun kesat dengan busa yang standar dan untuk

bentuk sabunnya tidak terlalu transparan akan

tetapi bisa dilihat dengan mata.

Cara pembuatan sabun cuci piring

Cara kerja :

• Siapkan alat dan bahan.

• Timbang semua bahan sesuai formula.

• Campurkan semua bahan ad homogen.

• Diamkan 1x24 jam.

• Masukan kedalam wadah dan sabun siap

dipakai.

Hasil:
Sabun berwarna hijau dengan aroma lemon

segar dengan hasil jikalau dibuat cuci piring kesat

dengan bau yang sedap.

Cara pembuatan sabun cuci tangan

Cara kerja :

• Siapkan alat dan bahan.

• Timbang semua bahan sesuai formula.

• Campurkan semua bahan ad homogen.

• Diamkan 1x24 jam.

• Masukan kedalam wadah dan sabun siap

dipakai.

Hasil :

Dalam pembuatan kami membuat 2 warna

yaitu warna orenge dan merah dengan bau jeruk

dan strawberry menghasilkan yang sabun cair

bersifat kental layaknya sabun cuci tangan pada

umumnya dan agak susah menghilangkan licinya


sabun maka dipastikan kita mencuci dengan

bersih.

Dekokta

Cara kerja :

• Siapkan alat dan bahan.

• Timbang semua bahan sesuai formula.

• Cuci bersih dan potong-potong.

• Lakukan pencucian ulang.

• Lakukan dekokta pada 90°C selama 30

pada jahe dan 45 menit pada secang.

• Saring dengan kain flanel kemudian

lakukan pemekatan pada suhu 60 °C hinga

sesuai jumlah yang dibuthkan

Hasil :

Cairan kental hasil dari pemekatan dengan bau

yang menyegat dari simplisia.

Pembuatan hard candy


Cara kerja :

• Siapkan alat dan bahan.

• Timbang semua bahan sesuai formula.

• Campurkan semua bahan di dalam wajan

dengan kompor menyala api kecil.

• Aduk sampai suhu 110°C.

• Masukan kedalam cetakan.

Hasil :

Permen keras dengan bau dan rasa khas jahe

sambiloto dan secang dengan rasa manis yang

dari gula.

Jamu bisma kids

Cara kerja :

• Siapkan alat dan bahan.

• Timbang semua bahan sesuai formula.

• Masukan semua bahan aduk ad homogen

dengan api kecil sampai berbentuk

serbuk/mengkristal.
• Tambahkan garam secukupnya.

• Lakukan pengayakan dan mixing dengan

perasa qs.

Hasil:

Untuk semua hasil yang kita coba rasa yang

kita rasakan berbeda dengan hasil jamu bisma

kids produksi dari CV. Bisma Sehat untuk

perbedaan paling menojol pada rasa jamu dan

aroma.

1. Mempelajari proses Proses permintaan barang dilakukan dengan


4.
pembuatan rencana menganalisa kebutuhan apa saja yang digunakan

produksi, dan dibutuhkan yang kemudian diajukan ke pada

permintaan bu Wiwik yang akan melakukan pemesanan ke

pengadaan pada vendor dan supplier.

(purchasing Setelah barang datang dilakukan pengecekan

request). dan penerimaan barang bahan baku yang akan

pengendalian digunakan apakah bahan layak digunakan atau

persediaan bahan tidak.


baku (inventory Pengadaan barang di CV. Bisma Sehat seperti

control). Sampai pengadaan bahan baku segar:

evaluasi produksi 1. Memesan barang bahan baku

yang dilakukan oleh 2. Melakukan pengecekan bahan baku layak

dengan PPIC. atau tidak saat digunakan

3. Penimbangan bahan baku

4. Melakukan sortasi basah bahan baku

5. Masukan bahan baku ke ruang stok

6. Beri penandaan sudah layak pakai atau di

luluskan

Pengadaan bahan baku di CV. Bisma Sehat bahan

baku kering:

1. Memesan barang bahan baku

2. Melakukan pengecekan bahan baku layak

atau tidak saat digunakan

3. Penimbangan bahan baku

4. Melakukan sortasi basah bahan baku

5. Melakukan tester tingkat kekeringan

6. Masukan bahan baku ke ruang stok

7. Beri penandaan sudah layak pakai atau di

luluskan
Proses pemesanan dari gudang penggilingan
2. Mempelajari
bahan ditanggung jawabkan oleh pak kusta dan
proses pemesanan
pak gimin yang akan mengkonfirmasi kepada bu
bahan pada vendor,
wiwik bahan apa saya yang habis akan
evaluasi vendor,
menghubungi distributor.
hingga perlakuan

yang diberikan

pada bahan baku

yang diterima oleh

industri farmasi.

Kendali mutu merupakan sebuah proses


5. Mempelajari
penelitian produk yang dilakukan industri selama
manajemen Mutu yang
proses produksi yang berlangsung. Bagian
di lakukan oleh bagian
pengawasan akan menyediakan berbagai daftar
pengawasan
baik daftar periksa maupun daftar barang yang
Control/Mutu Quality
diperlukan dalam proses produksi maupun
dan Quality QC
penjualan suatu produk. Pengawasan mutu yang
Assurance/QA).
ada pada CV. Bisma Sehat seperti melakukan uji

stabilitas sekali produksi misal ambil 10 sachet

lalu disimpan pada suhu ruang selama ED, lalu

dilihat perubahan warna memudar dan

menggumpal atau tidak. Dan ada juga uji


organoleptis dengan mengecek warna,rasa dan

baunya. Pemastian mutu industri di uji kebocoran

dan kesegaraman bobot.

mengawasi atau memonitor segala proses

produksi pada setiap tahapnya, memastikan

bahwa produk yang diciptakan dalam proses

produksi tersebut memenuhi standar perusahaan.

Area gudang di CV. Bisma Sehat :


6. 1. Mempelajari
1. Gudang bahan baku CV. Bisma Sehat telah
pembagian area
memenuhi syarat CPOTB karena lahan yang
pada gudang yang
luas, bersih dan terdapat ruang karantina
meliputi gudang
untuk bahan baku disertai dengan nomor
bahan awal, bahan
bets dengan SOP yang sesuai.
pengemas, produk
2. Ruang penimbangan Penimbangan
ruahan, produk
dilakukan setiap akan produksi.
antara, produk jadi,
3. Ruang Pengolahan (mixing)
pelarut. bahan
4. Rungan ayakan, Pada ruang pengayakan
penunjang
CV. Bisma Sehat menggunaka mesin
produksi yang
ayakan.
lainnya, produk
5. Ruang Ruahan adalah tempat untuk
reject, produk
menyimpan bahan yang telah selesai di olah
kembalian, area
karantina, ruang (mixing). Ruang ruahan di CV. Bisma

sampling, dan Sehat cukup luas dapat menampung

ruang pendingin. beberapa tong yang berisi produk jadi yang

siap untuk dilakukan pengemasan primer

dan sekunder yang dibagi menjadi 2.

6. Ruang Pengemasan primer dimana serbuk

yang berasal dari ruang ruahan di masukkan

ke dalam mesin pengemasan primer yang

dilakukan 2 karyawan.

7. Ruang antara merupakan ruang

penyimpanan untuk serbuk sachet yang

telah dibuat dari ruang pengemasan primer

ke pengemasan sekunder.

8. Ruang pengemasan sekunder di CV. Bisma

Sehat dilakukan secara manual dilakukan

oleh karyawan sekitar 3-4 orang karyawan.

9. Gudang penyimpanan produk jadi

merupakan ruangan yang digunakan untuk

pemyimpanan produk yang telah melewati

tahapan proses pembuatan dan siap untuk

didistribusikan. Penyimpanan produk


menggunakan Sistem FIFO (First In First

Out) dan FEFO (First Expired First Out).

10. Area karantina dan rejected, kedua area ini

harus diadakan didalam gudang raw

material (bahan awal) dan finished good

(produk jadi). Area karantina dipergunakan

apabila raw material dan produk jadi sedang

dalam tahap pengecekan QC. Area rejected

dipergunakan apabila barang ditolak, area

rejected ini harus dalam keadaan terkunci

(untuk memastikan barang yang ditolak

aman tidak bercampur dengan yang lain).

Industri CV. Bisma Sehat menggunakan Sistem


2. Mempelajari
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired
proses alur barang,
First Out) Pengeluaran barang (bahan awal dan
penerimaan
produk jadi). Menggunakan sistem FIFO apabila
barang,
bahan yang memiliki nomer bets lebih awal itu
penyimpanan
yang dikeluarkan lebih dulu untuk proses
barang,
produksi/pengiriman. Sistem FEFO apabila
pengeluaran
bahan yang memiliki expired lebih awal maka
barang, termasuk

sistem manajemen
yang dilaksanakan dikeluarkan lebih dulu untuk proses

di area Gudang produksi/pengiriman.

Penerimaan barang produksi di CV. Bisma Sehat

1. Periksa kesesuaian bahan baku dengan

spesifikasi bahan baku.

2. Periksa kondisi bahan baku terkait dengan

keutuhan kemasan, kualitas bahan baku

(kadar air, ada tidak adanya jamur yang

tampak, ada tidaknya pengotor), lalu tentukan

tindakan untuk menerima atau menolak bahan

baku dari supplier.

3. Apabila bahan baku diterima maka bahan

baku ditimbang atau dihitung jumlahnya.

4. Bahan baku yang diterima diberi label yang

menerangkan mengenai nama bahan baku,

asal simplisia supplier), tanggal penerimaan,

dan jumlah barang

Catatan Pengolahan Batch (CPB) adalah


3. Mempelajari
dokumen tertulis dari batch yang disiapkan
pelaksanaan
selama proses awal hingga pengemasan sekunder.
dokumentasi yang
Dalam CPB tertuang data aktual dari proses
baik dalam setiap
aspek produksi, pembuatan batch produk, detail langkah demi

pengawasan mutu, langkahnya. CPB merupakan salah satu dokumen

dan pemastian penting yang dapat menggambarkan proses

mutu di industri. pembuatan obat dari bahan baku sampai gudang

jadi dan siap untuk didistribusikan. Catatan bets

farmasi mencakup informasi tentang bahan

(seperti berat dan jumlah komponen), nama

produk, dan daftar proses dan prosedur yang

harus diikuti.
Lampiran 2 Tugas Dari Preseptor Selama PKL
TUGAS DARI PRESEPTOR SELAMA PKL

1. Tugas PPT PERKA No 11 Th. 2019 (Sahal dan Sania)


2. Tugas PPT Manual Book (Sahal dan Sania)
3. Tugas PPT PERKA 32 TH 2019 (Hepriza dan Rahmalita)
4. Tugas Presentasi CPOTB (Dwi Nurfiranti dan Pinky Arinal)
5. Tugas PPT Membuat Sabun Batang
6. Tugas Presentasi perbandingan CPOTB di CV. Bisma Sehat
Lampiran 3 Review Jurnal
1. Review Cara Pembuatan Dekokta Jahe Merah (Sania, Sahal, dan Pinky)
2. Review Cara Pembuatan Dekokta Jahe (Hepriza, Rahmalita, dan Dwi)
3. Tugas Review Jurnal Pegal Linu : Dwi Nurfiranti
4. Tugas Review Jurnal Pembersih Lantai : Dwi Nurfiranti
5. Tugas Review Jurnal Hard Candy : Dwi Nurfiranti
6. Tugas Dekokta dan Pembuatan Instant : Dwi Nurfiranti
7. Tugas Akhir : Dwi Nurfiranti
8. Tugas Review Jurnal Hard Candy : Hepriza Rochensi
9. Tugas Review Jurnal Pembersih Lantai : Hepriza Rochensi
10. Tugas Review Jurnal Asam Urat : Hepriza Rochensi
11. Tugas Dekokta dan Pembuatan Instant : Hepriza Rochensi
12. Tugas Akhir : Hepriza Rochensi
13. Tugas Review Jurnal Hard Candy : Pinky Arinal Muftasiroh
14. Tugas Review Jurnal Pembersih Lantai : Pinky Arinal Muftasiroh
15. Tugas Review Jurnal Penyakit Diabetes : Pinky Arinal Muftasiroh
16. Tugas Dekokta dan Pembuatan Instant : Pinky Arinal Muftasiroh
17. Tugas Akhir : Pinky Arinal Muftasiroh
18. Tugas Review Jurnal Hard Candy : Rahmalita Dhea Wulan Saputri
19. Tugas Review Jurnal Pembersih Lantai : Rahmalita Dhea Wulan Saputri
20. Tugas Review Jurnal Penyakit Kolesterol : Rahmalita Dhea Wulan Saputri
21. Tugas Dekokta dan Pembuatan Instant : Rahmalita Dhea Wulan Saputri
22. Tugas Akhir : Rahmalita Dhea Wulan Saputri
23. Tugas Review Jurnal Hard Candy dan Review Jurnal Penyakit Batuk : Sahal
Al Bisyri
24. Tugas Review Jurnal Cairan Pembersih Lantai : Sahal Al Bisyri
25. Tugas Dekokta dan Pembuatan Instant : Sahal Al Bisyri
26. Tugas Akhir : Sahal Al Bisyri
27. Tugas Review Jurnal Hard Candy : Sania
28. Tugas Review Jurnal Cairan Pembersih Lantai : Sania
29. Tugas Review Jurnal Penyakit Hipertensi : Sania
30. Tugas Dekokta dan Pembuatan Instant : Sania
31. Tugas Akhir : Sania
Lampiran 4 Tugas Reseptor Lahan PKL

Tugas Reseptor Lahan PL

A. Formulasi Sabun 1

Bahan : Alat :

1.VCO 30 gr 1. Panci

2. As. Stearat 10.5 gr 2. Kompor listrik

3. NaCl 0.3 gr 3. Beaker glass

5. Naoh 30% 30.45 gr 4. Batang pengaduk

6. Alkohol 70 22,5 gram 5. Timbangan analitik

7. Gula 22,5 gram 6. Termometer

8. Aquadest 11,85 gr 7. Cetakan sabun

9. Gliserin 19.5 gr

10. Camperlan 1.5 gr

11. Essence qs

12. Ekstrak 0.75 gr

13. Pipermint qs

14. Vit E qs

15. Pewarna qs

Cara kerja :

1. Siapkan alat dan bahan

2. Timbang semua bahan yang dibutuhkan


3. Campurkan semua bahan fase air dan fase minyak dalam beker gelas yang berbeda.

4. Panaskan kasih minyak sampai suhu 70°C

5. Kemudian masukkan asam stearat yang telah ditimbang & aduk ad homogen

6. Selanjutnya panaskan fase air pada suhu 50°C & aduk ad homogen

7. Lalu masukkan fasa air ke dalam fase minyak dan aduk ad homogen

8. Selanjutnya angkat dan diamkan sampai suhu 50° C

9. Setelah pada suhu 50°C campurkan ekstrak, pipermint, vit E & essence,
pewarna\secukup nya

10. Lalu masukkan ke dalam cetakan sabun

11. Diamkan selama 1x24 jam hingga mengeras

12. Lakukan pengujian stabilitas sabun batang

B. Formulasi Sabun 2

1. Texapon 53 g

2. Gliserin 4,4 g

3. EDTA 0,3 g

4. NaCl 30,3 qs

5. Pewarna qs

6. Air 412 Ml

7. Essence 0,5 %

8. Dibuat 1 liter
C. Formulasi Sabun 3

1. Texapon N 70 T 10%

2. TEA 1,5%

3. Sodium sulfat 2%

4. EDTA 0,2%

5. NaCl 7,5%

6. Pewarna hijau qs

7. Aqua ad 7 liter

8. Essence jeruk 0,6%


Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan Mahasiswa
DOKUMENTASI

Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4


Ruang antar Ruang Proses Pembuatan Penyimapan Bahan
barang Pengemasan Jamu Instan Kids Baku Segar
Primer Produk

Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8


Ruang Antar dan Ruang Bahan Ekstrak Jahe Ruang Ganti
Pengemasan Baku
Produk Jadi

Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12


Ruang Mixing Pembuatan Ruangan Produk kemasan
Sabun Cuci Pengemasan Skunder/kg
Tangan Skunder
Gambar 3.13 Gambar 3.14 Gambar 3.15 Gambar 3.16
Ruangan Ruang Antara Label Prosedur Tetap
Pengemasan Packing dan Penimbangan
Kemasan Etiket Ruangan Bahan Baku
Primer Pengemasan

Gambar 3.17 Gambar 3.18 Gambar 3.19 Gambar 3.20


Prosedur Tetap Proses Proses Pembuatan Hasil Sabun Cuci
Packing Primer Pembuatan Hard Candy Tangan
Instant Sabun Cuci
Tangan

Gambar 3.21
Ruangan
Pengemasan
Primer
Lampiran 6 Absensi Mahasiswa
LOGBOOK DAN ABSENSI

1. Logbook dan Absesni (Ramhalita Dhea Wulan Saputri )


2. Logbook dan Absesni (Sania)
3. Logbook dan Absesni (Pinky Arinal Muftasiroh)
4. Logbook dan Absesni (Dwi Nurfiranti )
5. Logbook dan Absesni (Sahal)
6. Logbook dan Absesni (Hepriza Rochensi)

Anda mungkin juga menyukai