Disusun Oleh :
Mengetahui,
dr. Agung Pribadi, M.Kes., M.Si, Med, Sp.B. apt. Eni Munfarida, S.Farm.
i
HALAMAN PENGESAHAN
PIHAK SEKOLAH
ii
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan
salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan para sahabat. Berkat Rahmat dan Hidayah-Nya akhirnya saya
dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) di RSUD
REHATTA KELET dengan tepat waktu. Selesainya laporan tersebut tidak lepas
dari doa, bantuan dan dukungan serta bimbingan dari beberapa pihak, sehingga
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada, yakni :
serta semua pihak yg memberikan kontribusi dalam proses penyusunan laporan ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna.oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
iv
dari pihak yg membaca. Penulis memohan maaf apabila ada kesalahan dalam
laporan ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
bagi para pembaca pada umumnya.
v
DAFTAR ISI
vi
BAB V KEGIATAN PRAKERIN
A. KEGIATAN PRAKERIN ........................................................................... 35
B. TUGAS KHUSU .......................................................................................... 36
C. ANALISIS RESEP....................................................................................... 39
BAB VI PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 44
B. SARAN .......................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 46
LAMPIRAN ............................................................................................................. 47
LEAFLET ................................................................................................................. 66
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang diberi sakit dan
sehat, dengan adanya riwayat sakit pada manusia, maka adanya pelayanan
kesehatan untuk mengatasi sakit tersebut. Pelayanan Kesehatan banyak
jenisnya, diantaranya yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti
apotek, klinik, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), dan pelayanan
kesehatan lanjutan yaitu Rumah Sakit.
Setiap orang sakit menginginkan pelayanan prima, sehingga dapat
mengobati, merawat, dan menyembuhkan penyakitnya. Pelayanan
kesehatan bertujuan untuk mengatasi penyakit pasien sehingga dibutuhkan
tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten. Berjalan baik atau tidak
baiknya pelayanann kesehatan dipengaruhi oleh pelayanan dari tenaga
kesehatan. Agar tercapai tujuan tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan
upaya kesehatan yang didukung oleh pengembangan sistem kesehatan
nasional secara terpadu.
Seperti halnya disekolah kefarmasian, maka calon seorang tenaga
teknis kefarmasian sebaiknya melakukan praktik kerja industri di Apotek,
Puskesmas, Rumah Sakit maupun intansi lain yang melibatkan kefarmasian
untuk mengetahui secara langsung mengenai pengelolaan, serta tugas dan
tanggung jawabnya dalam mengelola kefarmasian.
Praktek Kerja Industri merupakan kegiatan pendidikan, pelatihan,
dan pembelajaran bagi siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang
dilakukan di dunia usaha atau dunia industri yang berkaitan dengan
kompetensi siswa sesuai bidang yang digelutinya. Pelaksanaan Praktek
Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilaksanakan di dunia kerja dimaksudkan
untuk melengkapi sistem belajar siswa/siswi agar dapat memiliki
kemampuan sesuai dengan bidang kejuruan.
Tujuan dari praktek kerja di dunia industri disamping keahlian
professional juga meningkatkan pengetahuan sesuai dengan tuntutan dunia
1
kerja/industri. siswa dilatih untuk implementasi teori, membentuk pola
pikir, melatih profesionalisme, membentuk etos kerja, mengasah
kemampuan, menjalin relasi, efisiensi waktu dan tenaga, mempersiapkan
sdm berkualitas sehingga kelak para siswa/siswi mampu terjun dalam dunia
industri setelah menyelesaikan pendidikannya.
2
C. MANFAAT
Manfaat diadakanya prakerin ini adalah:
1. Menambah keterampilan, pengetahuan, gagasan-gagasan seputar dunia
usaha serta industri yang professional dan handal
2. Membentuk pola pikir, siswa -siswi agar terkonstruktif baik serta
memberikan pengalaman dalam dunia Industri maupun dunia kerja
3. Mengenalkan siswa-siswi pada pekerjaan lapangan di dunia industri
dan usaha
4. Membantu mengasah keterampilan siswa yang di berikan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)
5. Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian
profesional, dengan keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang
sesuai dengan tuntutan zaman.
6. Meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga dalam mendidik dan melatih
tenaga kerja yang berkualitas
7. Mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang sesuai
dengan kebutuhan di era teknologi informasi dan komunikasi terkini
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan
pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
2. Fungsi Rumah Sakit
Menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,
fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan seuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatn.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang
kesehatan
5
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Untuk menjamin mutu Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, harus dilakukan Pengendalian Mutu
Pelayananan Kefarmasian yang meliputi monitoring dan evaluasi (monev).
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, dan kegiatan pelayanan farmasi
klinik. Unit pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit meliputi :
1. Unit penyimpanan barang / Gudang obat
Gudang Farmasi Rumah Sakit merupakan suatu bagian di rumah
sakit yang kegiatannya dibawah manajemen departemen Instalasi
Farmasi. Departemen Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker
dan dibantu beberapa orang apoteker yang bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang mencakup
pelayanan perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan, perbekalan
kesehatan atau persediaan farmasi, pengendalian mutu dan
pengendalian distribusi penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di
rumah sakit.
Gudang farmasi mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan
yang merupakan kegiatan dan usaha untuk mengelola barang persediaan
farmasi yang dilakukan sedemikian rupa agar kualitas dapat
diperhatikan, barang terhindar dari kerusakan fisik, pencarian barang
mudah dan cepat, barang aman dari pencuri dan mempermudah
pengawasan stok (Warman dalam Julyanti, ddk., 2017).
Syarat dari sebuah gudang obat yang baik adalah :
a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2 atau sesuai dengan jumlah obat yang
disimpan
b. Ruangan kering dan tidak lembap
c. Adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembap/ panas
d. Perlu ada cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai
perlindung untuk menghindarkan cahaya langsung dan berterali
6
e. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan
(pallet)
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Gudang digunakan khusus untuk menyimpan obat
i. Gudang mempunyai kunci ganda
j. Tersedia lemari/laci khusus untuk menyimpan narkotika dan
psikotropika yang selalu terkunci
k. Sebaiknya ada pengukur ruangan (Depkes RI, 2010b).
7
Depo Farmasi Rawat Inap dikelola oleh seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa asisten apoteker dan bertanggung jawab
terhadap Kepala Instalasi Farmasi. Depo Farmasi Rawat Inap
melayani obat-obat yang dibutuhkan oleh pasien Jamkesmas,
SKTM, Askes, dan umum yang dirawat inap melalui unit-unit kerja.
Sistem distribusi obat bagi pasien rawat inap menggunakan
kombinasi sistem one unit dose dispensing (OUDD) dan sistem
distribusi obat persediaan lengkap di ruang (floor stock). Sedangkan
bagi pasien pulang menggunakan sistem distribusi resep individual.
One daily dose (ODD) merupakan pendistribusian perbekalan
farmasi dimana pasien mendapat obat yang sudah dipisah-pisah
untuk pemakaian sekali pakai, tetapi obat diserahkan untuk sehari
pakai pada pasien (Ray, 1983).
8
Rawat jalan (RJ) merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit
yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam
pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik.
Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian
terbesar dari pelayanan kesehatan di rumah sakit (Azrul Azwar,
1996).
Depo farmasi rawat jalan melayani resep dari poliklinik untuk
pasien umum dan pasien program pemerintah (HIV-AID dan
tubercolosis). Depo Farmasi Rawat Jalan dikelola oleh seorang
apoteker dan dibantu oleh asisten apoteker dan juru resep. Apoteker
bertanggung jawab terhadap Kepala Instalasi Farmasi.
Depo rawat jalan bergerak untuk melayani resep umum maupun
resep BPJS, dan juga melayani resep racikan dalam bentuk sediaan
puyer maupun kapsul. Waktu tunggu pelayanan resep rawat jalan
dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Untuk resep non racikan 30 menit
2. Untuk resep racikan 60 menit
9
Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat, merupakan salah satu
depo farmasi yang dipersiapkan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dalam
pelayanan, depo farmasi IGD dikhususkan untuk melayani pasien
dalam waktu 24 jam.
Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD:
1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari
IGD, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari
libur. Melayani pasien umum, pasien BPJS dan pasien yang
tidak diketahui identitasnya (Mr./Mrs. X).
2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan
tindakan bedah di KBE (Kamar Bedah Emergensi), yaitu
tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak
terjadwal.
3. Pasien yang membutuhkan Observasi ODC (One Day Care)
4. Fungsi ODC (One Day Care) yaitu sebagai tempat observasi
pasien yang memerlukan penanganan khusus seperti pasien
jantung, hipertensi. Pemantauan keadaan pasien di ODC ini
dilakukan 1 hari (12 jam). Jika pasien tidak diperbolehkan
untuk pulang lebih dari 12 jam maka pasien dimasukkan ke
ruang rawat inap. Perbekalan farmasi diterima dari IGD, bila
dua jam kemudian ada terapi tambahan maka petugas
ruangan mengambil perbekalan farmasi di instalasi rawat
inap.
10
Penyimpanan obat yang dilakukan di Depo Farmasi
Instalasi Bedah Sentral disesuaikan dengan ketentuan atau
penyimpanan obat yang seharusnya. Untuk perencanaan atau
permintaan barang dilakukan oleh Apoteker atau diwakilkan
kepada Asisten Apoteker ke bagian Depo Perbekalan Farmasi
dengan melihat barang atau alat yang habis atau hampIr habis.
Adapun prosedur pelayanan obat di Depo Farmasi IBS adalah:
1. Petugas depo farmasi menerima lembar permintaan
perbekalan farmasi untuk pasien operasi yang ditulis oleh
perawat anastesi dan perawat instrument
2. Petugas depo farmasi memeriksa kelengkapan administrasi
lembar permintaan yang meliputi : nomor registrasi, status,
nama pasien, nama dokter bedah, jenis operasi, alamat pasien,
nama dokter anastesi, nama perawat instrument dan perawat
anastesi
3. Petugas depo farmasi menyiapkan perbekalan farmasi yang
diminta, untuk obat anastesi dan spoit pro anastesi diambil
oleh perawat anastesi, sedangkan alat kesehatan medis habis
pakai diserahkan kepada perawat instrument.
4. Petugas depo farmasi mengajukan saran competitor obat dan
bahan medis habis pakai jika persediaan perbekalan farmasi yang
dibutuhkan ternyata kosong
5. Petugas depo farmasi mengimput di computer sistem
perbekalan farmasi yang terpakai kemudian lembaran
permintaan tersebut dilampirkan pada berkas keperawatan
6. Petugas depo farmasi membuat perincian perbekalan farmasi
untuk ditagihkan ke pasien non jaminan selanjutnya diinput
melalui SIM (Sistem Informasi Manajemen).
11
D. TUJUAN DAN FUNGSI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
1. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS adalah
a. Mengadakan, melaksanakan fungsi dan pelayanan farmasi yang
langsung serta bertanggung jawab dalam mencapai hasil outcomes
yang pasti,
b. Guna meningkatkan mutu kehidupan individu pasien Siregar,
2006.
Siregar dan Amalia 2004 menjelaskan bahwa IFRS harus
mempunyai sasaran jangka panjang yang menjadi arah kegiatan
sehari-hari. Tujuan kegiatan harian IFRS antara lain adalah:
1. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat
profesi kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh apoteker
rumah sakit yang kompeten dan memenuhi syarat.
2. Membantu menyediakan personil pendukung yang bermutu
untuk IFRS
3. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai oleh
apoteker rumah sakit yang memenuhi syarat.
4. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi
kefarmasian Azwar, 1994.
2. Fungsi instalasi farmasi rumah sakit
Fungsi instalasi farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 1197 tahun 2004 yaitu:
a. Pengelolaan perbekalan farmasi :
1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan dan pelayanan
rumah sakit
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
12
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan :
1. Mengkaji instruksi pengobatan resep pasien
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan
obat dan alat kesehatan
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat
dan alat kesehatan
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan,
pasienkeluarga
6. Memberi konseling kepada pasienkeluarga
7. Melakukan pencampuran obat suntik
8. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
9. Melakukan penanganan obat kanker
10. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
11. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
12. Melaporkan setiap kegiatan
13
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan
Kefarmasian (pharmaceutical care). Apoteker khususnya yang bekerja di
Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma
Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi
pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus
menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat diimplementasikan.
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan demikian, para
Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di
negara sendiri. Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus
merupakan tantangan bagi Apoteker untuk maju meningkatkan
kompetensinya sehingga dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian
secara komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun
farmasi klinik. Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara
memanfaatkan Sistem Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada
fungsi manajemen kefarmasian, sehingga diharapkan dengan model ini
akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang diperoleh
kemudian dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pelayanan farmasi
klinik secara intensif.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan
peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu,
bermanfaat, aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa
pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar
14
Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur
dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan
praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan
untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan perkembangan
konsep Pelayanan Kefarmasian, perlu ditetapkan suatu Standar
Pelayanan Kefarmasian dengan Peraturan Menteri Kesehatan, sekaligus
meninjau kembali Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.
b. Ruang Lingkup
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan,
yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana, dan peralatan. Apoteker dalam melaksanakan
kegiatan Pelayanan Kefarmasian tersebut juga harus mempertimbangkan
faktor risiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen risiko.
15
b. Penyaluran Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
penanggung jawab dan/atau Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan
dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir terlampir
c. Penyaluran Psikotropika dalam bentuk bahan baku hanya dapat
dilakukan oleh PBF yang memiliki izin sebagai IT Psikotropika
kepada Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan.
d. Penyaluran Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
penanggung jawab produksi dan/atau Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 2 terlampir.
2. Peredaran Psikotropika
Penyaluran psikotropika menurut Permenkes RI No 3 Tahun 2015 :
a. Penyaluran Psikotropika dalam bentuk bahan baku hanya dapat
dilakukan oleh PBF yang memiliki izin sebagai IT Psikotropika
kepada Industri Farmasi dan/atau Lembaga Ilmu Pengetahuan.
b. Penyaluran Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan dari Apoteker
penanggung jawab produksi dan/atau Kepala Lembaga Ilmu
Pengetahuan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 2 terlampir.
3. Penyimpanan Narkotika
a. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Narkotika.
b. PBF yang menyalurkan Narkotika harus memiliki tempat
penyimpanan Narkotika berupa gudang khusus.
c. Dalam hal PBF menyalurkan Narkotika dalam bentuk bahan
baku dan obat jadi, gudang khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus terdiri atas:
16
- Gudang khusus Narkotika dalam bentuk bahan baku; dan
- Gudang khusus Narkotika dalam bentuk obat jadi.
4. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan psikotropika menurut Permenkes RI No 3 Tahun 2015
menyebutkan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk
menyimpan psikotropika yang memenuhi syarat :
a. Tempat penyimpanan psikotropika dilarang untuk menyimpan
barang selain psikotropika.
b. Tempat penyimpanan psikotropika dapat berupa gudang khusus
dengan standar keamanan dan terbuat dari tembok dengan kunci
yang kuat minimal 2 buah. Atau Lemari Khusus yang terbuat dari
bahan kuat (kayu/besi) menempel pada tembok/lantai, tidak
mudah dipindahkan, kunci lemari khusus yang kuat, lemari
diletakkan di tempat khusus, anak kunci dipegang oleh petugas
khusus.
5. Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika
a. Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya
dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali;
2. Telah kadaluarsa;
3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan
kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan,
termasuk sisa penggunaan;
4. Dibatalkan izin edarnya; atau
5. Berhubungan dengan tindak pidana.
b. Dalam hal Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dilakukan oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan saksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf
17
c. Berita Acara Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan tembusannya disampaikan kepada
Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 10 terlampir.
6. Pelaporan, Pencatatan Narkotika dan Psikotropika
a. Industri Farmasi, PBF, Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau dokter praktik perorangan yang
melakukan produksi, Penyaluran, atau Penyerahan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat pencatatan
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
b. Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen
penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat pesanan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib disimpan
secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
18
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
19
perubahan budaya kerja dilakukan langkah perbaikan secara gradual yang
meliputi Fase Inisiasi, Fase Transformasi dan Fase Integrasi agar langkah
yang diambil oleh managemen betul-betul dipahami dan didukung seluruh
karyawan.
Sejak tahun 2006 RS Kelet berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Kedudukan,
Tugas pokok, Fungsi dan Susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah
dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah. Kemudian diperbarui
dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor : 8 tahun 2008
tentang Organisasi & Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah. Rumah Sakit Umum Daerah Kelet
merupakan rumah sakit kelas C, sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor : 829/MENKES/SK/VII/2010 tentang Penetapan Kelas
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah Sebagai Rumah Sakit Tipe C.
Pada tahun 2012, berdasarkan Sertifikat yang dikeluarkan oleh
Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor KARS-SERT/745/VI/2012 tanggal
29 Juni 2012, RSUD Kelet dinyatakan lulus Akreditasi Tingkat Dasar, yaitu
bidang Administrasi dan Manajemen, Pelayann Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis.
Selain itu RSUD Kelet telah menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) sesuai dengan
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 901/151/2012 tentang Penetapan
Peningkatan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah dari Bertahap Menjadi Penuh Pada RSUD Kelet Provinsi Jawa
Tengah.
20
B. STRUKTUR ORGANISASI RSUD REHATTA KELET
1. Struktur Organisasi RSUD REHATTA KELET
21
C. VISI DAN MISI RSUD REHATTA KELET
1. Visi RSUD Rehatta Kelet
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan Kanker Jawa Tengah”
2. Misi RSUD Rehatta Kelet
a. Memberikan pelayanan kanker komprehensif sesuai dengan
perkembangan teknologi berbasis Good Clinical Governance,
Patient Safety dan Patient Care Center dengan Complementary
And Alternative Medicine.
b. Menyelenggarakan penelitian di bidang kanker.
c. Menyelenggarakan registrasi kanker rumah sakit dan mendukung
terlaksananya registrasi kanker nasional :
1. Mengembangkan sistem jejaring dengan institusi dalam dan luar
negeri di bidan pelayanan, pendidikan dan penelitian untuk
mendukung penanggulangan kanker di Indonesia
2. Menciptakan iklim kerja yang kondusif, menyediakan SDM
yang kompeten dan berbudaya kinerja tinggi serta menyediakan
sarana prasarana dan IT sesuai best practice untuk
pengembangan Pusat Kanker Jawa Tengah
22
(Formularium Nasional) dan Formularium Rumah Sakit Umum Daerah
Kelet yang merupakan Daftar obat yang disepakati oleh staf medis dan
ditetapkan Direktur.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut telah dikembangkan suatu
kebijakan pengelolaan Obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya
obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medication) supaya tidak terjadi
kesalahan serius (sentinel event) maupun reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD).
2. Penyimpanan Sedian Farmasi
Penyimpanan obat dan alat kesehatan maupun Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan menyesuaikan persyaratan kefarmasian yang meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban dan
ventilasi. Telah dilengkapi tralis di setiap depo pelayanan
3. Penataan Sedian Farmasi
Penataan obat , Alat Kesehatan dan Bahan medis Habis Pakai disusun
berdasarkan kelas terapi maupun alfabetis sehingga tetap menjaga
prinsip First in First Out (FIFO) maupun First Expired First Out (FEFO)
disertai sistem informasi manajemen yang baik. Penandaan LASA
untuk obat-obatan Rumah Sakit juga menyediakan Troley Emergency
untuk penyimpanan Obat emergensi dalam kondisi kegawat daruratan.
Troley Emergency ini tersedia di masing-masing bangsal perawatan
dengan tetap dalam supervisi Apoteker.
4. Distribusi Sedian Farmasi
Distribusi yang merupakan kegiatan penyaluran / menyerahkan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan permintaan dari dokter berupa resep per orangan.
Instalasi Farmasi RSUD memiliki beberapa bagian untuk
mempermudah koordinasi pelayanan , yaitu Gudang Farmasi dan 4 depo
farmasi untuk pelayanan.
Depo farmasi di RSUD Rehatta Kelet :
a. Gudang Farmasi
23
Fungsi Gudang Farmasi adalah untuk menjaga ketersediaan dan
mengelola perbekalan farmasi baik sediaan farmasi, alkes maupun
Bahan Medis Habis Pakai dari mulai perencanaan, pengadaan,
penyimpanan hingga distribusi ke satelit maupun ruangan yang
membutuhkan.
Jadwal Pelayanan Gudang Farmasi ke Depo depo Farmasi adalah :
1. Senin - Kamis : 07.00 – 15.30 WIB
2. Jum’at : 07.00 – 14.00 WIB
3. Sabtu dan Minggu : Tutup
Apabila ada kebutuhan obat-obatan yang ada di Gudang Farmasi di
hari libur maka petugas boleh mengambil obat di gudang dengan
konfirmasi dulu kepada petugas gudang
b. Depo Farmasi Rawat Inap
Depo Farmasi Rawat Inap ini melayani kebutuhan obat dan alkes
pasien rawat inap di bangsal. Tugas Apoteker di Depo Farmasi
Rawat Inap selain control penyiapan obat (dispensing) harus
memastikan bahwa obat yang di berikan ke pasien dapat di berikan
dengan tepat waktu dan sesuai indikasi untuk menghindari terjadinya
Medication Eror
Jadwal pelayanan Depo Farmasi Rawat Inap adalah :
Senin - Minggu : 24 jam
Hari Libur Tetap BUKA.
c. Depo Farmasi Rawat Jalan
Tujuan depo ini adalah untuk memberikan pelayanan obat maupun
alkes bagi pasien yang berasal dari poli rawat jalan baik pasien BPJS
maupun pasien umum non BPJS.
Jadwal pelayanan Depo Farmasi Rawat Jalan adalah :
1. Senin - Kamis : 07.30 - 16.00 WIB
2. Jum’at : 07.30 - 14.00 WIB
3. Sabtu dan Minggu : Tutup
d. Depo Farmasi IGD
24
Depo Farmasi IGD ini adalah untuk melayani obat dan alkes pasien-
pasien di IGD dalam kegawat daruratan. Dalam pelayanan pasien-
pasien di IGD ini dituntut kecepatan, ketelitian dan ketrampilan
petugas. Petugas di Depo Farmasi IGD juga melayani pasien yang
sifatnya segera (cito).
Jadwal Pelayanan di Depo Farmasi IGD adalah 24 jam tiap senin-
minggu (hari libur tetap BUKA).
5. Stok Opname
Proses Stok Opname RSUD Rehatta Kelet
a. Dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali, untuk semua obat, alkes dan
barang-barang yang berada di rak dan gudang penyimpanan
b. Menyesuaikan jumlah fisik barang dan jumlah pengeluaran obat
berdasarkan laporan penjualan perbulan.
c. Jika hasil stok opname sesuai maka dapat disetujui, jika tidak sesuai
maka diperiksa kembali dimana letak ketidaksamaannya.
6. Pemusnahan Sedian Farmasi
Pemusnahan obat yang kadaluwarsa, bila ada, maka harus segera
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian juga akan dilakukan penarikan (recall) sediaan Farmasi yang
tidak memenuhi syarat oleh Badan POM
25
b. Narkotika disiman pada lemari sendiri, lemari penyimpanan
narkotika terbuat dari besi yang memiliki pintu rangkap dua
3. Pelaporan psikotropika dan narkotika
a. Setiap bulan Rumah Sakit melaporkan obat Narkotika ke SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotik)
b. Apotek Farmasi setiap bulan melakukan pelaporan stok psikotropika
dan narkotika
c. Petugas yang ditunjuk melaporkan hard copy kepada kepala intalasi
farmasi
d. Petugas farmasi yang ditunjuk melaporkan ke SIPNAP Nasional dan
Kemenkes
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
dan FIFO (First In First Out) dalam penggunaan dan penyimpanan obat. Pada
obat narkotika dan dan psikotropika disimpan pada tempat berbeda yaitu pada
lemari khusus yang dalam keadaan terkunci agar tidak mudah terlihat oleh
pasien, pada sediaan obat high-alert, High-alert medication adalah Obat yang
harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan
serius (sentinel event) dan Obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat
yang Tidak Diinginkan (ROTD)
Pengelolaan yang dilakukan pada depo farmasi rawat inap adalah
melakukan permintaan obat dengan cara menulis permintaan dibuku bon,
system bon ini dilakukan dengan menulis permintaan obat yang habis atau yang
tersisa sedikit, Setelah dilakukan permintaan pada keesokan harinya obat
diambil petugas, setelah barang datang dilakukan pengecekan kesesuaian
barang , jumlah barang. Setelah dilakukan pengecekan barang disimpan pada
tempat terpisah masing-masing.
Sistem dan prosedur playanan obat Depo rawat inap RSUD Rehatta Kelet
memiliki 2 Sistem pelayanan obat, yaitu Sistem udd (Unit dose dispensing)
untuk pasien rawat inap dan Sistem resep individu untuk pasien pulang. Unit
dose dispensing (UDD) merupakan sistem pendistribusian dimana pasien
mendapat obat dan perbekalan kesehatan dalam dosis sekali pakai untuk satu
hari pemakaian.
Prosedur pelayanan obat udd (Unit dose dispensing) adalah :
1. Petugas menerima resep dari perawat bangsal rawat inap
2. Petugas menyiapkan obat dan alkes sesuai resep yang diterima dari
perawat
3. Petugas menyiapkan obat dan dan alkes dalam kemasan unit dose,
kecuali untuk pasien pulang.
4. Petugas meng-entry data ke dalam Sistem Informasi Manajemen obat
RS.
5. Petugas menyerahkan obat atau alat kesehatan beserta resep obat kepada
perawat
28
Selain UDD di depo rawat inap juga melayani resep individu untuk pasien
pulang. Adapun prosedur pelayanan resep individu adalah :
1. Petugas menerima resep pulang dari perawat bangsal rawat inap
2. Petugas menyiapkan obat sesuai resep yang diberikan
3. Petugas memberi etiket untuk obat yang telah disiapkan
4. Keluarga pasien datang dengan menunjukkan kwitansi pembayaran
untuk menebus obat
5. Petugas menyerahkan obat dan melakukann pio kepada keluarga pasien
6. Kegiatan prakerin di depo rawat inap
Adapun kegiatan yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Instalasi Farmasi RSUD Rehatta Kelet Depo Farmasi Rawat Inap yaitu
membantu menyusun obat ke tempatnya setelah itu membantu menyiapkan
resep yang datang jika pada resep yang datang terdapat iter atau tanda lain yang
penyiapan nya harus dikerjakan terlebih dahulu maka pengerjaannya harus
didahulukan, membantu menyiapkan atau membuat puyer, saat penyiapan obat
sudah selesai dilakukan setelah itu dilakukan penyiapan etiket untuk obat yang
diresepkan sesuai dengan aturan pakai yang sudah ditentukan pada resep obat
yang datang dan juga menyiapkan obat pada resep yang datang untuk keesokan
harinya karena pada depo farmasi inap pemberiaan obat dilakukan secara 24
jam kepada pasien yang dirawat inap.
29
pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Tata letak penyimpanan obat-obatan diinstalasi Farmasi Terutama di Depo
rawat jalan berdasarkan abjad dan dibedakan peletakkannya antara obat
Branded, generik, sirup, alkes, injeksi, dan tablet yang disusun ditempat
berbeda. Kemudian untuk obat golongan Narkotika dan Psikotropika pun
diletakkan ditempat yang berbeda dari yang lainnya yaitu disimpan pada lemari
khusus 2 pintu yang harus dalam keadaan terkunci serta obat golongan high
Alert yaitu penyimpanannya juga pada lemari khusus, hal ini dapat membatasi
akses untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati dalam
menyediakan obat untuk pasien. Hal ini sudah sesuai dengan Permenkes RI
No. 72 Tahun 2016 yang dipelajari dimana yaitu disebutkan bahwa dalam
penyimpanan obat disesuaikan dengan bentuk sediaan, kebutuhan dengan suhu
tertentu, sesuai abjad, dan di Instalasi Farmasi RSUD Rehatta Kelet telah
menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out) dalam penggunaan dan penyimpanan obat.
Pada saat menerima resep, TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian) memberi no.
resep, mengecek kelengkepan berkas, mengecek ketersediaan obat (bila obat
tersedia), kemudian apoteker melakukan pengkajian resep. Pengkajian Resep
dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan
masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep.
Ketika pengambilan obat, kegiatan yang dimulai dari petugas farmasi
mengambil resep yang telah diberi, mengambil obat sesuai kebutuhan yang
tertulis pada resep di rak obat, diserahkan kepada petugas penulisan etiket.
Tahap penyiapan obat kegiatan yang dimulai dari menulis etiket /klip plastik
obat, menempelkan etiket pada wadah obat, memasukan semua obat kedalam
plastik klip sampai obat diletakkan dalam wadah dan diberikan kepada petugas
bagian . Setelah penyiapan obat dilakukan tahap penyerahan obat, sebelumnya
apoteker akan melakukan pemeriksaan kembali terkait kesesuaian jumlah obat
yang diberikan dan informasi yang tertera pada etiket karena penyerahan harus
dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan resep guna menjaga mutu dan
30
keselamatan pasien serta menghindari kesalahan penggunaan. Kemudian
apoteker menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat
meliputi cara penggunaan obat, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan
obat dan lain-lain.
Penyimpanan yang dilakukan oleh Depo rawat jalan RSUD Rehatta Kelet
dilakukan dengan penyimpanan sesuai untuk obat tablet, sirup, injeksi
disesuikan penyimpanan yang telah disediakan menurut abjad dengan sediaan
obat paten, generik,dan injeksi disimpan didalam kulkas dengan suhu yang
telah ditentukan dan terhindar dari sinar matahari, pada sediaan obat highalert,
High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD).
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan (PKL)
adalah membantu dalam penyiapan obat-obatan, alat kesehatan sebelum
diserahkan kepada pasien serta tidak lupa menuliskan etiket dengan melihat
resep yang berisi aturan pakai yang telah tersedia dan sambil menghafal tempat
penyimpanan obat sesuai dengan abjad dan sediaan serta diletakan berbeda
menurut nama paten, generik, dan penyimpanan alat kesehatan disimpan sesuai
tempatnya yang telah disediakan.
31
Alur pengelolaan obat di Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat) meliputi
permintaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian. Permintahan obat
dilakukan dengan cara menulis permintaan di buku bon, lalu petugas gudang
mengambil buku. Penerimaan obat di Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat)
dilakukan dengan melakukan pengecekan kesesuaian barang yang dipesan.
Penyimpanan pada Depo IGD (Instalasi Gawat Darurat) berdasarkan Alfabetis,
jenis sediaannya, dan untuk sistem pengeluarannya berdaasarkan FEFO (First
Expired First Out) sediaan obat yang mendekati expired maka akan terlebih
dahulu di keluarkan, juga FIFO (First In First Out) sediaan farmasi obat yang
pertama kali datang pertama kali di keluarkan. Untuk menjaga suhu ruangan
dan sediaan farmasi tetap stabil ini mengkondisikan suhu yang pas dengan
penyimpanan obat. Dalam ruangan ini juga terdapat lemari pendingin atau
kulkas untuk menjaga stabilitas sediaan supositoria, injeksi/ampul, insulin dan
sediaan farmasi lainnya.
Penyimpanan sediaan Hight Alert yaitu Obat yang perlu diwaspadai, adalah
sejumlah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang
besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat, sediaan ini disimpan dalam
lemari khusus yang diberi stiker merah berbentuk persegi panjang pada
sekeliling tempat penyimpanan obat high alert dan bertempelkan stiker merah
berbentuk persegi panjang bertuliskan High Alert pada setiap kemasan obat
High alert. Sedangkan untuk sediaan obat LASA (Look Alike Sound Alike)
merupakan sebuah peringatan untuk keselamatan pasien (Patient Safety) yaitu
obat-obatan yang bentuk atau rupanya mirip dan pengucapannya atau namanya
mirip (Norum) yang tidak boleh diletakkan berdekatan oleh karena itu setiap
sediaan Lasa diletakkan di beri jarak 1 sediaan obat.
Kegiatan mendistribusikan perbekalan Farmasi di depo IGD (Instalasi
Gawat Darurat) pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat jalan
untuk menunjang Pelayanan Medis. Pendistribusian di lakukan untuk
menyalurkan dan menyerahkan sediaan farmasi obat, alkes, dan bahan medis
habis pakai dari tempat penyimpanan sampai ke ruang tindakan,
pendistribusian ini menggunakan metode Individual Prescription yaitu pesanan
32
obat secara individual sistem ini memberikan pelayanan kepada pasien secara
individual.
Depo IGD di RSUD Rehatta Kelet melayani resep obat yang termasuk
dalam resep pasien umum, resep dan resep yang di tanggung oleh BPJS (resep
yang dibiayai sesuai dengan formularium BPJS). Sistem pelayanan yang
diberikan dimana pelayanan diutamakan bagi pasien dalam keadaan darurat
(emergency) bukan berdasarkan antrian
Kegiatan PKL yang dilakukan di Depo IGD ini yaitu, menyiapkan obat dan
alkes untuk pasien baru di IGD, mengisi stok sediaan farmasi obat dan alat
kesehatan yang menipis ataupun sudah habis, menyiapkan sediaan obat dan
alkes sesuai pada resep kemudian memberikan etiket
D. GUDANG FRMASI
Gudang farmasi rumah sakit merupakan sarana pendukung kegiatan
produksidan operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan
baku, bahankemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk
penyimpanan,gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku dan
pengemas) dan obat jadidari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga
serta melindungi obat darikerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut,
maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering
disebut dengan manajemen pergudangan. Manajemen pergudangan adalah
segala upaya pengelolaan gudang yang meliputi penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan, pendistribusian, pengendaliandan pemusnahan, serta pelaporan
material dan peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin.
Sistem Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Untuk sistem penyimpanan obat di gudang Instalasi Farmasi RSUD
Rehatta Kelet disusun menurut alfabetis dan bentuk sediaan. Gudang Instalasi
Farmasi RSUD Rehatta Kelet juga terdapat rak untuk penyimpanan obat, sirup,
dan penyimpanan injeksi, ruang penyimpanan khusus cairan, alat kesehatan
33
(alkes), dan Bahan Habis Pakai (BHP), terdapat juga lemari es untuk
penyimpanan obatobat tertentu seperti vaksin, dan suppositoria, untuk
penyimpanan obat narkotika dan obat psikotropika. Instalasi Farmasi RSUD
Rehatta Kelet penyimpanan narkotika dan psikotropika di bagian apotek
dimana obat psikotropika dan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang
terkunci dan dipisahkan dengan obat-obat lain yang disertai dengan kartu stok.
Penyusunan obat menggunakan prinsip FEFO artinya obat lebih awal
kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluarsa kemudian,
sedangkan penyusunan obat dengan menggunakan prinsip FIFO untuk masing-
masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih
dahulu dari obat yang datang kemudian.
Cara penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi RSUD obat di rak
disimpan terpisah berdasarkan jenis obat luar dan obat dalam, cairan, salep, dan
suntik disimpan pada bagian tengah rak, obat di atur secara alfabetis sesuai
nama generik dan berdasarkan bentuk sediaan, obat yang mempunyai suhu
dingin disimpan dalam lemari pendingin. Untuk mempermudah pengendalian
stok, digunakan prinsip FIFO dan FEFO dimana obat dengan masa
kadaluarsanya singkat ditempatkan didepan obat yang masa kadalursanya lebih
panjang, obat yang mempunyai masa kadaluarsa sama digunakan yang lebih
dahulu tiba, obat narkotika dan psikotropika di simpan dalam lemari khusus
dan terkunci. Obat yang diterima dan keluar di catat pada buku penerimaan
obat dan juga pada kartu stok obat.
34
BAB V
KEGIATAN PRAKERIN, TUGAS KHSUS
A. KEGIATAN PRAKERIN
Kegiatan Prakerin yang telah dilaksanakan terhitung mulai tanggal
09 Mei sampai dengan 30 juli di Instalasi Farmasi RSUD Rehatta Kelet baik
di Depo Farmasi Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, dan Gudang Farmasi
adalah sebagi berikut :
1. Membantu pelayanan resep meliputi :
a. Menyiapkan obat baik racikan maupun non racikan sesuai dengan
resep yang diberikan dokter
b. Menyiapkan BHP (bahan habis pakai) sesuai resep yang masuk
c. Menyiapkan obat dan BHP (bahan habis pakai) sesuai bangsal
untuk pasien rawat inap
d. Memberi etiket untuk obat yang sudah disiapkan sesuai dengan
signa
e. Membuat copy resep apabila obat tidak tersedia atau kosong agar
dapat ditebus pasien di apotek luar Rumah Sakit
f. Menyerahkan obat dan BHP (bahan habis pakai) kepada keluarga
pasien di IGD untuk selanjutnya diserahkan kepada perawat IGD
2. Mengambilkan obat dan BHP (bahan habis pakai) cito(segera) yang
diminta perawat IGD
3. Melakukan order obat dan BHP (bahan habis pakai) di Gudang
4. Mengambil order obat dan BHP (bahan habis pakai) di Gudang
5. Menata dan mengisi stok sediaan obat dan BHP (bahan habis pakai) di
rak apabila kosong
6. Membuat laporan individu, laporan kelompok dan presentasi
Bahan yang dibahas dalam laporan mengenai :
a. Pengertian obat dan penyakit
b. Pengobatan penyakit serta golongan obatnya
c. Penggunaan obat tersebut dalam pelayanan di RSUD Rehatta Kelet
d. Kesimpulan dan Pembahasan
35
B. TUGAS KHUSUS
1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau ataupula bercampur lendir dan darah atau lender saja.
Diare teritama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bila terlambat.
Sedangkan menurut WHO, diare diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih
banyak dari biasanya, 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam) dengan
kriteria penting yang harus ada yaitu BAB cair dan sering.19 Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali.
Sementara itu, untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak
dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali
2. Gejala Diare
a. Mual dan Muntah-muntah
Gejala paling mencolok yang terlihat saat Anda mengalami
diare adalah mual dan muntah-muntah. Gejala ini bisa menjadi
indikasi bahwa sistem pencernaan Anda mengalami gangguan
serius. Kalau Anda sering muntah dalam durasi waktu yang
singkat, maka Anda harus segera mencari pertolongan.
Mual dan muntah yang Anda alami ini merupakan gejala
awam pada penderita diare. Hal ini dipicu karena sistem
pencernaan Anda meradang akibat infeksi. Sistem pencernaan
akan mendetoksinasi racun dan zat-zat berbahaya yang ada di
pencernaan. Makanya, efek yang dimunculkan adalah mual dan
muntah-muntah.
b. Feses Cair/Lembek
Ketika Anda melakukan Buang Air Besar (BAB) lebih dari
tiga kali dalam sehari, Anda patut mencurigainya. Hal ini bisa
36
menjadi pertanda kalau Anda terserang diare. Sekadar informasi,
diare adalah sebuah penyakit yang menyerang sistem pencernaan
manusia. Penyakit ini sering dialami oleh berbagai kalangan dan
dianggap sebagai penyakit yang umum.
Bentuk feses yang Anda keluarkan ternyata bisa
menunjukkan adanya suatu penyakit. Bila bentuk fesesnya
lembek dan cenderung cair, maka bisa menjadi pertanda kalau
Anda sudah terkena diare. Perhatikan juga frekuensi Anda saat
buang air besar. Jika frekuensinya sering dan berlangsung secara
terus-menerus, maka Anda sedang mengalami gejala diare.
c. Perut Nyeri
Peradangan di area pencernaan akan menyebabkan perut
terasa nyeri atau kram. Bila Anda merasakan nyeri di area perut,
maka hal ini bisa menjadi pertanda Anda terserang diare. Nyeri
perut karena diare biasanya diikuti juga dengan rasa melilit-lilit,
mulas, serta perih.
Rasa sakit ini akan mendorong Anda untuk mengeluarkan
feses alias buang air besar. Ketika Anda merasakan gejala ini,
pertolongan pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan
meminum obat oralit. Obat ini akan membantu Anda untuk
mengganti elektrolit yang terkuras akibat diare.
3. Pengobatan Diare
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu:
rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah, pemberian Zinc
selama 10 hari berturutturut, teruskan pemberian ASI dan makanan,
antibiotik selektif, nasihat kepada orangtua/pengasuh (KEMENKES RI,
2011). Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa antara lain
meliputi:
- Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu
diperhatikan adalah
37
a. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan
oralit, cairan Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan
NaCl isotonic ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml
b. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai
dengan cairan yang dikeluarkan
c. Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat
dipilih oral atau i.v
d. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi
lengakap pada akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.
- Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan diberikan
sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa golongan
antidiare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat,
Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon.
- Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya
pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan (Mansjoer dkk, 2009).
a. Terapi Non Farmakologi Diare
Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan
khusus/imunisasi. Termaksut cara umum antara lain adalah
peningkatan hygiene dan sanitasi karena peningkatan higiene dan
sanitasi dapat menurunkan insiden diare, jangan makan sembarangan
terlebih makanan mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah
direbus terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah
bekerja. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur,
untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk
dehidrasi. Buang air besar dijamban, Membuang tinja bayi dengan
Dengan benar Memberikan imunisasi campak (Kasaluhe et al, 2015).
b. Terapi Farmakologi Diare
Anti–Diare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme
usus, menahan iritasi, absorbsi racun dan sering dikombinasi
dengan antimikroba. Diare yang menyerupai kolera
38
mengakibatkan dehidrasi ringan dan sering memerlukan infus,
karena pasien dapat meninggal karena kekurangan cairan dan
elektrolit. Bila tidak disertai muntah, maka cairan garam rehidrasi
(oral rehyration salt = ORALIT) banyak menolong sebagai
pertolongan pertama (Djamhuri, 1994).
Oralit merupakan cairan elektrolit–glukosa yang sangat
esensial dalam pencegahan dan rehidrasi penderita dengan
dehidrasi ringan–sedang. Pada dehidrasi ringan dan sedang, bila
diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat (>100
ml/kg/hari) atau mutah hebat (severe vomiting) dimana penderita
tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi
defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral meskipun
sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi
berat dengan gangguan sirkulasi. Terapi rehidrasi oral terdiri dari
rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air dan elektrolit: terapi
cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam
diserap terus menerus melaui absorbsi aktif natrium yang
ditingkatkan oleh glukosa dalam usus halus. Larutan-larutan
pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium, kalium,
glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa
diperlukan untuk meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen,
2014).
C. ANALISIS RESEP
1. Resep
39
2. Analisi Kelengkapan Resep
Nama Dokter : dr. Dodi Setiawan
SIP Dokter :-
Alamat Dokter : Kelet
Nomor Resep : 052826
Nama Pasien : Tn. W
Umur Pasien : 24 tahun
Alamat Pasien :-
40
- Kandungan
Omeprazole
- Indikasi
Tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan
duodenum yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum,
regimen eradikasi H. pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis,
Sindrom Zollinger Ellison.
- Kontraindikasi
Omeprazole dikontraindikasikan untuk pasien yang diketahui
hipersensitivitas terhadap obat ini atau bahan lain yang terdapat
dalam formulasi. Penggunaan dengan nelfinavir.
- Efek Samping
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan
sesuai dengan masing-masing individu. Hipomagnasemia, lupus
eritematosus kulit, SLE, fraktur terkait osteoporosis, polip kelenjar
fundus, karsinoma, diare terkait Clostridium difficile, nefritis
interstisial, Defisiensi vitamin B12 (terapi jangka panjang), infeksi
gastrointestinal (mis. salmonella, Campylobacter). Gangguan
gastrointestinal. Gangguan hepatobilier: Peningkatan enzim hati.
Gangguan sistem kekebalan: Urtikaria.
b. Arcapec
- Kandungan
Tiap tablet mengandung Attapulgite 600 mg dan Pectin 50 mg.
- Indikasi
Diare non spesifik.
- Kontraidikasi
Hipersensitif, hindari penggunaan Arcapec pada pasien yang
memiliki indikasi gagal ginjal berat dan gagal hati berat.
- Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan
Arcapec adalah Konstipasi.
41
c. Zinc
- Kandungan
Zinc sulfate 20 mg
- Indikasi
Obat ini digunakan untuk membantu memperkuat sistem
kekebalan tubuh, dan mengatasi defisiensi zinc pada kasus diare.
- Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada penderita dengan defisiensi Tembaga
(Copper), Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan ginjal,
anak-anak, kehamilan dan menyusui
- Efek Samping
Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan
sesuai dengan masing-masing individu. Jika terjadi efek samping
yang berlebih dan berbahaya, harap konsultasikan kepada tenaga
medis. Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat
adalah: Gangguan gastrointestinal: Sakit perut, dispepsia, mual,
muntah, diare, iritasi lambung, gastritis.
d. Ranitidine
- Kandungan
Ranitidine 150 mg
- Indikasi
Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia
episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak duodenum karena
H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.
- Kontraindikasi
Penderita yang diketahui hipersensitif terhadap ranitidin
- Efeksamping
Lihat keterangan di atas; takikardi (jarang), agitasi, gangguan
penglihatan, alopesia, nefritis interstisial (jarang sekali)
4. Penyerahan
42
Omeprazole : Injeksi disuntikkan
Arcapec : 2 tablet setiap habis BAB
Zinc : 1 kali sehari
Ranitidine : 2 kali sehari
5. Kesimpulan
Tn. W kemungkinan mengalami gangguan diare disertai tukak
lambung atau maag, sehingga dokter memberikan Omeprazole, arcapec,
zinc dan ranitidine. Dimana obat obat tersebut mempunyai indikasi untuk
mengatasi gangguan diare dan tukak lambung atau maag.
43
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pembahasan dan uraian bab-bab yang telah dijabarkan
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
2. Pengadaan perbekalan farmasi berdasarkan atas stok minimum
obat yang dicatat pada buku defekta yang dipesan melalui PBF
yang resmi yang ditunjuk.
3. Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker Pengelola
Apoteker (APA) atau Tenaga Teknis Kefarnasian (TTK).
4. Penyimpanan perbekalan farmasi sesuai dengan bentuk sediaan,
jenis obat, dosis, sifat fisik dan kimia yang kemudian disusun
secara alfabetis sesuai dengan namanya.
5. Stok Opname untuk semua perbekalan farmasi dilakukan setiap
satu bulan sekali.
6. Sekali dan dilaporkan kepadan Bisnis Manager obat golongan
narkotika dan psikotropika dilaporkan melalui aplikasi online
SIPNAP juga kepada Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Balai POM.
7. Pelayanan penjualan perbekalan farmasi dibantu dengan system
komputerisasi.
8. Pencatatan penjualan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari dan
dilaporkan kepada Bisnis.
B. SARAN
1. Saran Kepada Pihak Sekolah :
a. Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan PKL lebih diperbanyak dan diperluas sehingga siswa
dan siswi dapat lebih mantap lagi dalam melaksanakan Prakerin.
b. Dan Perlu adanya bimbingan kepada siswa – siswi yang akan
Prakerin bagaimana cara membuat laporan Prakerin.
44
2. Saran Untuk Dudi:
a. Melakukan evaluasi dan bimbingan kepada siswa prakerin
b. Mengarahkan dan memberikan edukasi lebih kepada siswa
prakerin
3. Saran Untuk Siswa / Siswi yang akan melaksanakan Prakerin
a. Sebaiknya Siswa / Siswi yang hendak melaksanakan Prakerin
kirannya bias menguasai pelajaran kefarmasian khususnya
sinonim, mengetahui nama-nama obat baik generic maupun paten
serta pengetahuan mengenai tata cara pemakaian computer.
b. Hendaknya siswa / siswi Prakerin dapat lebih disiplin, menjaga
sikap dan mengikuti segala aturan yang telah ditetapkan oleh
instansi yang menjadi tempat Prakerin.
45
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt. Modul Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik
Kemenkes RI
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2019
Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010. Tentang Klasifikasi Rumah Sakit
Molina Agnendiza, 2010. Tugas Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Lalu Zamrulmuttaqin, 2018. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (Igd)
Yonita Seno, 2018. Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Nandari Dwi Pratiwi, 2012. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral
Nuryati, S.Far., MPH. 2017. Modul Farmakologi Kemenkes RI Bahan Ajar
Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan
Adisty Nurwildani, 2017. Evaluasi Perencanaan Obat Menggunakan
Metode Kombinasi ABC-VEN di RSD dr. Seobandi Jember
Rifqi rokhman, 2016. Obat Wajjib Apotek (OWA)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2021
Tentang Perubahan Penggolongan, Pembatasan, Dan Kategori Obat
Heriyannis Homenta,dr, 2012. Tugas Maka Kuliah Ilmu Biokimia
Kedokteran Penatalaksanaan diare
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2005.
Pharmaceutical Care Untuk Diare
46
LAMPIRAN
Etiket sirup
Etiket infus
47
Kulkas obat
48
Rak penyimpanan stok BHP (gudang transit)
49
Lemari sirup depo rawat inap
50
Rak obat paten rawat inap
51
Buku pesanan psikotropika / narkotika
52
Buku pesanan obat / BHP rawat jalan
53
Buku keluar masuk vaksin
54
Faktur pembelian obat
55
Kulkas obat gudang farmasi
56
Gudang farmasi
57
Rak obat generik rawat jalan
58
Lemari narkotika depo rawat jalan
59
Membuat racikan kapsul
60
Depo farmasi rawat jalan
61
Rak sirup depo IGD
62
Menyiapkan pesanan obat dan BHP depo farmasi
63
Rak penyimpanan BHP
64
Etiket UDD PO pagi
65
LEAFLET
66