Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN

PRAKTEK KERJA INDUSTRI


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERAWATY
Jl. Untung Suropati No. 2 Samarinda
26 Februari – 31 Maret 2018

DISUSUN OLEH :
NAMA NISN
ALFENIA RAHMAYANTI 0010273648
NOVIA MISNAWATI AISYIYAH 0011126906

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SMK NEGERI 17 SAMARINDA
PROGRAM KEAHLIAN FARMASI
TAHUN PEMBELAJARAN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan hasil Praktek Kerja Industri yang

dilaksanakan oleh siswa/siswi SMK Negeri 17 Samarinda di RSIA Herawaty dari

tanggal 26 Februari – 31 Maret 2018 telah dilaksanakan.

Menyetujui

Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty

Guru Pembimbing Prakerin Kepala Instansi Farmasi

Dwinta Noor Aulia, S.Pd Miftahkhul Khusna, S.Farm. Apt


503/SIPA-086/102/V/2016

Mengetahui

Kepala SMK Negeri 17 Direktur RSIA Herawaty

Dwisari Harumingtyas, S.Pd,Bio,M.Pd Dr. Giena Tiara Werdhianti


Pembina
NIP. 19680227 199003 2 004

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat,

hidayah dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat

waktu.

Laporan ini kami susun berdasarkan informasi dan ilmu pengetahuan yang

kami dapatkan selama praktek kerja industri di RSIA Herawaty pada tanggal 26

Februari – 31 Maret yang dilaksanakan selama 34 hari.

Alhamdulillah praktek kerja industri dilaksanakan dengan baik dan lancar

serta mendapat bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini kami selaku

penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dwisari Harumingtyas, S.Pd, Bio, M. Pd selaku kepala SMK Negeri 17

Samarinda.

2. Ibu Dr. Giena Tiara Werdhianti selaku direktur RSIA Herawaty Samarinda

yang telah memberi kami izin untuk melaksanakan praktek kerja industri di

Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty.

3. Ibu Miftahkhul Khusna, S.Farm. Apt selaku Apoteker dan pembimbing

praktek kerja industri di RSIA Herawaty terima kasih atas waktu, ilmu dan

pengalaman yang telah diberikan kepada kami selama praktek kerja industri

di RSIA Herawaty.

4. Ibu Dwinta Noor Aulia selaku pembimbing praktek kerja industri di sekolah

yang telah membantu dan membimbing kami dalam penyusunan dan

penyelesaian laporan ini.

ii
5. Ibu Nuke, kakak Murfuatun, kakak Ida, kakak Dery, dan kakak Aswin selaku

Asisten Apoteker terima kasih telah memberikan ilmu dan bimbingannya

selama kami praktek kerja industri, mulai dari cara bagaimana mengangkat

telepon, mencatat faktur di buku besar, melayani pasien, membaca hingga

menyerahkan resep kepada pasien, dan mengenal khasiat dari berbagai

macam obat yang ada di RSIA Herawaty.

6. Seluruh karyawan RSIA Herawaty yang telah perhatian kepada kami selama

praktek kerja industri, kami sangat berterima kasih.

7. Bapak dan ibu guru yang telah memberikan kami semangat dalam

melaksanakan praktek kerja industri, yang tidak kenal lelah dalam

memberikan kami pembekalan ilmu pengetahuan sebelum kami memulai

praktek kerja industri, kami sangat beterima kasih dan kami selalu

mendo’akan bapak dan ibu guru agar selalu sehat.

8. Orang tua kami yang selalu menyemangati dan memberikan do’a kepada

kami selama praktek kerja industri.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah membantu

kami dalam melaksanakan praktek kerja industri dan menyelesaikan laporan ini,

tanpa bantuan dari bapak dan ibu kami tidak akan bisa melakukan kegiatan ini.

Semoga bapak dan ibu serta kakak mendapatkan karunia dan rahmat dari Allah

SWT, selalu diberikan kesehatan dan keberkahan-Nya. Kami menyadari bahwa

dalam pembuatan laporan ini masih jauh di kata sempurna masih terdapat banyak

kekurangannya, mulai dari penulisan, maupun teknik penyajiannya karena

kurangnya pengetahuan yang kami miliki, dalam hal ini kami juga masih dalam

iii
proses pembelajaran, kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak

yang bersifat menbangun dan bukan untuk menjatuhkan demi menyempurnakan

laporan ini.

Semoga laporan ini bermanfaat kepada semua pembacanya secara umum,

serta bagi kami sebagai penulis secara khususnya. Akhir kata kami ucapkan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.wb

Samarinda, 2 Maret 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGEAHAN ............................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Industri ............................................................. 2

C. Manfaat Praktek Kerja Industri ........................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit ...................................................................... 5

B. Peraturan Perundang-undangan Rumah Sakit .................................... 5

C. Asisten Tenaga Kesehatan .................................................................. 6

D. Klasifikasi Rumah Sakit ..................................................................... 7

E. Persyaratan dan Perizinan Mendirikan Rumah Sakit......................... 11

F. Asas dan Tujuan Rumah Sakit ........................................................... 14

G. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ......................................................... 14

H. Kegiatan Pokok Rumah Sakit ............................................................ 15

I. Sarana Yang Diberikan Rumah Sakit ................................................ 16

J. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit .............................. 18

K. Resep, Salinan Resep, dan Penggolongan Obat................................. 19

BAB III GAMBARAN UMUM RSIA HERAWATY

A. Sejarah RSIA Herawaty ..................................................................... 28

B. Keunggulan RSIA Herawaty ............................................................. 29

v
C. Visi dan Misi RSIA Herawaty ........................................................... 29

D. Struktur Organisasi RSIA Herawaty.................................................. 30

E. Peran Apoteker .................................................................................. 30

F. Peran Tenaga Teknis Kefarmasian .................................................... 31

BAB IV KEGIATAN PRAKERIN DI RSIA HERAWATY

A. Kegiatan Siswa Prakerin .................................................................... 32

B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP).............................................................................................. 34

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 44

B. Saran .................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagian Depan Apotek............................................................... 47

Gambar 2. Lemari Obat Golongan Keras ................................................... 48

Gambar 3. Lemari Bahan Berbahaya dan Sediaan KB .............................. 49

Gambar 4. Lemari Sediaan Suppositoria, Ovula dan Vaksin ..................... 50

Gambar 5. Lemari Sediaan Krim, Salep dan Sirup .................................... 51

Gambar 6. Lemari Obat Psikotropika dan Narkotika ................................. 52

Gambar 7. Lemari Alat Kesehatan dan Sediaan Injeksi ............................. 53

Gambar 8. Tempat Meracik Obat ............................................................... 54

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Resep ........................................................................................ 55

Lampiran 2. Copy Resep ............................................................................... 56

Lampiran 3. Etiket Obat Dalam/Oral ............................................................ 57

Lampiran 4. Etiket Obat Luar ....................................................................... 58

Lampiran 5. Etiket Sirup ............................................................................... 59

Lampiran 6. Surat Pesanan............................................................................ 60

Lampiran 7. Surat Pesanan Psikotropika ...................................................... 61

Lampiran 8. Surat Pesanan Narkotika........................................................... 62

Lampiran 9. Faktur ........................................................................................ 63

Lampiran 10. Kartu Stok ................................................................................. 64

Lampiran 11. Kwitansi .................................................................................... 65

Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Obat ................................................ 66

Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Resep .............................................. 67

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai salah satu sub Sistem Pendidikan

Nasional, memiliki kedudukan sangat penting dalam menyiapkan tenaga kerja

yang cerdas, terampil, kreatif, serta memiliki nilai moral yang baik. Upaya

penyiapan tenaga kerja tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan dunia

usaha dan industri.

Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dan maju

dengan pesat, begitu juga dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

yang kian hari makin maju. Dengan begitu, kebutuhan akan tenaga

kesehatanpun bertambah untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sudah ada untuk melayani masyarakat sesuai dengan

kebutuhannya.

Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17 Samarinda, mempunyai

kewajiban untuk menyiapkan tenaga kerja khusus dibidang kesehatan. Di

SMKN 17 mempunyai sebuah program Praktek Kerja Industri (Prakerin)

untuk melatih keahlian dan kreativitas siswa sesuai dengan bidang yang

diambilnya, sebelum melakukan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin)

siswa dibekali dengan pendidikan umum, pengetahuan dasar yang

menunjang, serta teori dan keterampilan dasar kejuruan, berdasarkan

jurusannya masing-masing. Sarana kefarmasian yang bekerjasama dengan


2

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17 Samarinda, diantaranya Rumah

Sakit, Apotek, dan Kimia Farma. Harapannya setelah melakukan kegiatan ini

dapat meningkatkan keahlian profesi, meningkatkan ilmu pengetahuan

terutama obat-obatan, dan meningkatkan kualitas kerja sesuai dengan

kebutuhan industri, meliputi : etos kerja, kemampuan motivasi, disiplin,

bertanggung jawab, jujur, inisiatif, kreatif dan mempunyai wawasan yang

luas.

B. Tujuan Praktek Kerja Industri

Tujuan dari Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui peran seorang farmasi di Rumah Sakit.

2. Mampu menerapkan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit sesuai dengan

standar keahlian.

3. Mengetahui cara pendistribusian obat yang berada di Rumah Sakit.

4. Mengetahui cara melayani resep di Rumah Sakit, dari menerima hingga

menyerahkannya kepada pasien.

5. Meningkatkan kedisiplinan diri, tanggung jawab, jujur, kreatif dan

mempunyai nilai moral kepribadian yang baik.

6. Bertambahnya wawasan mengenai obat-obatan dan alat kesehatan.

7. Mengetahui obat dan alat kesehatan yang sering digunakan di Rumah

Sakit.

8. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan

pengalaman kerja nyata dan langsung secara terpadu dalam melaksanakan

kegiatan pelayanan kesehatan farmasi kepada masyarakat.


3

C. Manfaat Praktek Kerja Industri

Manfaat Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi SMKN 17 Samarinda,

RSIA Herawaty, dan bagi penulis sebagai berikut :

1. Manfaat bagi SMKN 17 Samarinda :

a. Mampu meningkatkan kulitas keahlian siswa/siswi di bidang

kefarmasian.

b. Dapat menghasilkan tenaga kerja yang mempunyai nilai moral yang

baik dan berwawasan luas.

c. Sebagai bahan panduan siswa/siswi SMKN 17 Samarinda untuk

melakukan praktek kerja industri di masa yang akan datang.

d. Menambah kerja sama dan hubungan yang baik antara sekolah dengan

Rumah Sakit.

2. Manfaat bagi RSIA Herawaty :

a. Agar dapat membantu kegiatan dan pekerjaan kefarmasian yang

berada di Rumah Sakit.

b. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan Apoteker dapat memberikan

pengetahuan, wawasan dan ilmu kefarmasian kepada siswa/siswi

SMKN 17 Samarinda tentang bagaimana cara pendistribusian obat di

Rumah Sakit dan pelayanannya.

3. Manfaat bagi penulis :

Dapat menerima dan menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman kefarmasian yang bermutu, bermanfaat dan sangat berharga,


4

serta sebagai gambaran bagaimana kerja Tenaga Teknis Kefarmasian

(TTK) dan Apoteker yang baik, professional dan kreatif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 Pasal 1, Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit, Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat

penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan

dan gangguan kesehatan.

B. Peraturan Perundang-undangan Rumah Sakit

Rumah Sakit diatur oleh perundang-undangan diantaranya adalah :

1. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

2. Permenkes RI No. 56 tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit.

3. Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

4. Permenkes RI No. 34 Tahun 2017 Tentang Akreditasi Rumah Sakit.


6

5. Permenkes RI No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan di

Rumah Sakit.

C. Asisten Tenaga Kesehatan

Sesuai dengan Permenkes RI No.80 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan

Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan. Asisten Tenaga Kesehatan adalah

setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di

bawah jenjang Diploma Tiga. Adapun lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh

Asisten Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pencatatan tentang pembelian dan penyimpanan obat serta

melakukan pendataan persediaan obat.

2. Menerima pembayaran resep, stok harga, penandaan item untuk penjualan,

pencatatan dan klaim asuransi.

3. Melakukan pelayanan perbekalan kesehatan rumah tangga.

4. Melakukan pengarsipan resep sesuai data dan ketentuan berlaku.

5. Melakukan pemeriksaan kesesuaian pesanan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan.

6. Melakukan pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

untuk keperluan floor stock.


7

D. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit, berdasarkan bentuknya :

1. Rumah Sakit Menetap, merupakan rumah sakit yang didirikan secara

permanen untuk jangka waktu lama untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

2. Rumah Sakit bergerak merupakan Rumah Sakit yang siap guna dan

bersifat sementara dalam jangka waktu tertentu dan dapat dipindahkan

dari satu lokasi ke lokasi lain.

3. Rumah Sakit lapangan merupakan Rumah Sakit yang didirikan di lokasi

tertentu selama kondisi darurat dalam pelaksanaan kegiatan tertentu yang

berpotensi bencana atau selama masa tanggap darurat bencana.

Berdasarkan pelayanannya Rumah Sakit dibedakan menjadi :

1. Rumah Sakit Umum

a. Kelas A

Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5

(lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan

medik sub spesialis. Kriteria fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit

Umum Kelas A meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat


8

darurat, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis

gigi, dan mulut, pelayanan medik sub spesialis, pelayanan

keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan

pelayanan penunjang non klinik, jumlah tempat tidur minimal 400

(empat ratus) buah.

b. Kelas B

Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4

(empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan

medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik sub spesialis

dasar. Kriteria fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B

meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan

medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik,

pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi dan

mulut, pelayanan medik sub spesialis, pelayanan penunjang klinik dan

pelayanan penunjang non klinik, jumlah tempat tidur minimal 200

(dua ratus) buah.

c. Kelas C

Rumah Sakit Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis

dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik. Kriteria

fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C, meliputi


9

pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan

spesialis penunjang medik, pelayanan spesialis gigi dan mulut,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik

dan pelayanan penunjang non klinik, jumalah tempat tidur minimal

100 (seratus) buah.

d. Kelas D

Rumah Sakit harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik dasar. Kriteria

fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Umum Kelas D meliputi

pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan

kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non

klinik, dan pelayanan rawat inap, jumlah tempat tidur minimal 50

(lima puluh) buah.

2. Rumah Sakit Khusus

Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 Pasal 25 Tentang Rumah

Sakit, jenis Rumah sakit khusus antara lain Rumah Sakit Ibu dan Anak,

Mata, Otak, Gigi dan Mulut, Kanker, Jantung dan Pembuluh Darah, Jiwa,

Infeksi, Paru-paru, Telinga Hidung Tenggorokan (THT), Bedah,

Ketergantungan Obat, dan Ginjal.

Rumah Sakit Khusus hanya dapat menyelenggarakan pelayanan

kesehatan sesuai bidang kekhususannya dan bidang lain yang menunjang

kekhususan tersebut. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di luar


10

bidang kekhususannya hanya dapat dilakukan pada pelayanan gawat

darurat.

Rumah Sakit Khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling

sedikit meliputi:

a. Pelayanan, yang diselenggarakan meliputi:

1) Pelayanan medik, paling sedikit terdiri dari:

a) Pelayanan gawat darurat, tersedia 24 (dua puluh empat) jam

sehari terus menerus sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b) Pelayanan medik umum.

c) Pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan.

d) Pelayanan medik spesialis dan/atau subspesialis sesuai

kekhususan.

e) Pelayanan medik spesialis penunjang

2) Pelayanan kefarmasian.

3) Pelayanan keperawatan.

4) Pelayanan penunjang klinik.

5) Pelayanan penunjang nonklinik.


11

b. Sumber Daya Manusia, paling sedikit terdiri dari:

1) Tenaga medis, yang memiliki kewenangan menjalankan praktik

kedokteran di Rumah Sakit yang bersangkutan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Tenaga kefarmasian, dengan kualifikasi apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

3) Tenaga keperawatan, dengan kualifikasi dan kompetensi yang

sesuai dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

4) Tenaga kesehatan lain dan tenaga nonkesehatan, sesuai dengan

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

c. Peralatan, yang memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

E. Persyaratan dan Perizinan Mendirikan Rumah Sakit

Persyaratan izin mendirikan rumah sakit terdiri atas :

1. Studi kelayakan,

2. Master plan.

3. Status kepemilikan.

4. Rekomendasi izin mendirikan.

5. Izin undang-undang gangguan.

6. Persyaratan pengolahan limbah.


12

7. Luas tanah dan sertifikatnya.

8. Penamaan.

9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

10. Izin Penggunaan Bangunan (IPB).

11. Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

Setiap penyelenggara Rumah Sakit wajib memiliki izin. Izin terbagi

menjadi :

1. Izin Mendirikan

Izin mendirikan adalah ijin yang diberikan untuk mendirikan rumah sakit

setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan. Izin mendirikan

diberikan untuk jangka waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk

1 (satu) tahun sebagaimana tertulis dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang

Rumah sakit, namun dalam Permenkes No. 56 Tahun 2014 izin

mendirikan diberikan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. Perpanjangan izin mendirikan diperoleh

dengan mengajukan permohonan selambat lambatnya 2 (dua) bulan

sebelum jangka waktu izin mendirikan berakhir dengan melampirkan izin

mendirikan.

2. Izin Operasional

Izin operasional adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar. Izin

operasional sebagaimana dimaksud diberikan untuk jangka waktu 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.


13

Perpanjangan izin operasional dilakukan dengan mengajukan permohonan

perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum habis masa

berlakunya izin operasional. Bila izin operasional berakhir dan pemilik

Rumah sakit belum mengajukan izin operasional, maka rumah sakit harus

menghentikan kegiatan pelayanannya kecuali pelayanan gawat darurat dan

pasien yang sedang dalam perawatan inap.

a. Izin Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit penanaman modal asing

atau penanaman modal dalam negeri diberikan oleh Menteri setelah

mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang

kesehatan pada Pemerintah Daerah Provinsi. Izin Rumah Sakit

penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri

sebagaimana dimaksuddiberikan setelah mendapat rekomendasi dari

instansi yang melaksanakan urusan penanaman modal asing atau

penanaman modal dalam negeri

b. Izin Rumah Sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

setelah mendapatkan rekomendasi dari pejabat yang berwenang di

bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

c. Izin Rumah Sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat

yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

Izin Rumah Sakit dapat dicabut jika:

1. Habis masa berlakunya.


14

2. Tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar.

3. Terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-

undangan atau atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan

hukum.

F. Asas dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan didasarkan

kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan, dan

keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Tujuan Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

44 Tahun 2009 tentang rumah sakit adalah:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

sakit.

4. Memberikan kepastian informasi kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

G. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas dan fungsi Rumah sakit terdapat pada UU RI No. 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit, yaitu :


15

1. Pasal 4 menyebutkan bahwa “Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna”.

2. Pasal 5, yaitu untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

H. Kegiatan Pokok Rumah Sakit

Adapun kegiatan pokok Rumah Sakit sebagai berikut :

1. Melayani pasien yang hendak berobat dan konsultasi kesehatan.

2. Pemeriksaan dan pemeliharaan Ibu hamil.

3. Melayani vaksin dan imunisasi.

4. Membantu persalinan baik secara normal maupun operasi.

5. Melayani pemeriksaan darah.

6. Menyediakan obat-obatan untuk pasien.


16

7. Melayani pasien perawatan gigi anak dan dewasa.

8. Melayani kebutuhan alat kesehatan pasca melahirkan.

9. Melayani konsultasi KB (Keluarga Berencana).

10. Melayani resep dibidang instalasi farmasi.

I. Sarana Yang Diberikan Rumah Sakit

Adapun sarana dan pelayanan yang dimiliki Rumah Sakit Ibu dan Anak

Herawaty adalah sebagai berikut :

1. Unit Gawat Darurat (UGD)

Memberikan pelayanan berupa pemeriksaan dan pengobatan pasien

umum, pemasangan infuse, nebulizer, tindakan wound toilet dan

heacting, injeksi, insisi abses, ekstraksi corpal, perawatan luka dan luka

bakar, serta crossing.

2. Ruang Apotek

Pelayanan yang diberikan Apotek, yaitu melayani pembelian obat dari

poli dan rawat inap, menyediakan stock obat untuk UGD dan rawat inap.

3. Ruang Operasi

Memberikan pelayanan untuk tindakan operasi khusus pasien Obstetri

dan ginekologi (rawat jalan).

4. Ruang Verlos Kamer (VK)

Memberikan pelayanan berupa tindakan partus normal.

5. Ruang Praktek Dokter Obstetric dan Gynecology (Obgyn)

Memberikan pelayanan pasien Obstetri dan ginekologi (rawat jalan).

6. Ruang Praktek Dokter Anak


17

Memberikan pelayanan pasien anak (rawat jalan).

7. Ruang Praktek GIgi

Memberikan pelayanan pasien perawatan gigi anak dan dewasa.

8. Ruang Laboratorium

Memberikan pelayanan berupa penunjang diagnostik beripa pemeriksaan

hematologi, Igm Salmonella, NSI Dengue, malaria, widal, asam urat,

kolesterol, dan tes Gula Garah Sewaktu (GDS), serta sperma.

9. Ruang Perawatan Ibu

Peleyanan yang diberikan berupa pelayanan kelas VIP, kelas 1 dan kelas

3, serta kamar untuk kasus Obstetri dan ginekologi.

10. Ruang Perawatan Anak

Pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kelas VIP, kelas 1 dan kelas

3, kamar perawatan pasien anak dan fototerapi.

11. Ruang Spa Baby

Memberikan pelayanan massage dan gym bayi sehat.

12. Ruang Administrasi

Pelayanan terhadap administrasi pasien rawat inap berupa pendaftaran

dan pembayaran, serta pembayaran pasien rawat jalan.

13. Ruang Tunggu

Pelayanan ruang tunggu untuk pasien menunggu dipanggil masuk ke

poli.
18

J. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit menurut Permenkes RI No. 72

Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, yaitu:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai, meliputi :

a. Pemilihan

b. Perencanaan kebutuhan

c. Pengadaan

d. Penerimaan

e. Penyimpanan

f. Pendistribusian

g. Pemusnahan dan Penarikan

h. Pengendalian

i. Administrasi

2. Pelayanan farmasi klinik, meliputi :

a. Pengkajian dan pelayanan Resep

b. Penelusuran riwayat penggunaan Obat

c. Rekonsiliasi Obat

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

e. Konseling

f. Visite

g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


19

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

j. Dispensing sediaan steril

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

K. Resep, Salinan Resep, dan Penggolongan Obat

1. Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, atau

dokter hewan kepada apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat

kepada pasien. Yang berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi,

terbatas pada pengobatan gigi dan mulut, serta dokter hewan, terbatas

pengobatan hewan.

a. Resep disebut pula formulae medicae, yang terdiri dari :

1) Formulae magistralis, yaitu resep yang ditulis oleh dokter.

2) Formulae officinalis, yaitu resep yang tercantuk dalam buku

farmakope atau buku standar lainnya.

b. Suatu resep lengkap harus tercantum :

1) Nama, alamat, dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi atau

dokter hewan.

2) Tanggal dan tempat penulisan resep (inscriptio).

3) Tanda baca resep (R/) pada bagian kiri penulisan resep

(invecatio).

4) Nama obat dan jumlah obat serta cara pembuatan (ordinatio).

5) Auran pakai (signatura).

6) Paraf atau tanda tangan dokter yang menulis resep (subcriptio).


20

7) Nama, umur, serta alamat pasien atau hewan.

8) Tanda seru atau paraf dokter untuk obat yang melebihi dosis

maksimal.

9) Khusus untuk resep psikotropika harus diberi garis bawah

berwana biru, sedangkan untuk narkotika diberi garis bewarna

merah.

c. Penyimpanan Resep

1) Apoteker mengatur resep yang telah dikerjakan menurut tanggal

dan nomor urut penerimaan resep.

2) Resep harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun, resep yang

disimpan melebihi jangka waktu 3 tahun dapat dimusnahkan.

3) Pemusnahan resep dilakukan dengan cara menghancurkan,

mengubur, atau membakar resep tersebut dan dilakukan oleh

Apoteker bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.

4) Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan

sesuai dengan bentuk yang ditentukan sebanyak 4 (empat)

rangkap dan di tanda tangani oleh Apoteker bersama dengan

sekurang-kurangnya petugas apotek.

5) Resep yang mengandung Psikotropika dan Narkotika harus

dipisahkan dari resep lainnya untuk memudahkan dalam

pelaporan jika ada pemeriksaan sewaktu-waktu.


21

2. Salinan Resep

Salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat semua

keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat nama dan alamat

apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat

yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan,

nomor resep, dan tanggal pembuatan.

Bagian-bagian salinan resep:

a. Nama dan alamat apotek

b. Nama dan APA dan nomor SIA

c. Nama, umur, pasien

d. Nama dokter penulis resep

f. Tanggal penulisan resep

g. Tanggal dan nomor urut pembuatan

h. Tanda R/

i. Tanda “det” atau “detur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det”

atau “ne detur” untuk obat yang belum diserahkan

j. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep

telah ditulis sesuai dengan aslinya.

3. Penggolongan Obat

Penggolongan obat menurut Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/

VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan

dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.


22

Penggolongan obat ini terdiri dari : obat bebas, obat bebas terbatas, obat

wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa

resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,

obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI.

Contoh : Sanmol, Biogesic, Promag, Antimo, Diatabs, Mylanta,

Bodrex, Inza, Decolsin.

Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor

2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan

untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu

bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat

pada gambar berikut :

Gambar Penandaan Obat Bebas

b. Obat Bebas Terbatas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-

obatan ke dalam daftar obat “W” (Warschuwing) memberikan

pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat

diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila

penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut :


23

1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari

pabriknya atau pembuatnya.

2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus

mencantumkan tanda peringatan seperti pada gambar di bawah

ini:

Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

Contoh : Procold, OBH, Betadine, Insto, Hufagrip Syrup.

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI

No.2380/A/SK/VI/1983 tanda khusus untuk obat bebas terbatas

berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam,

seperti terlihat pada gambar berikut:

Penandaan Obat Bebas Terbatas


24

c. Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan

resep dokter.

Contoh : Dexamethason, Amoxicillin, Kalnek. Bledstop, Hystolan,

Pregnolin, Provula, Siclidon, Salbutamol, Norelut.

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan RI No.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat

Keras daftar G adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis

tepi berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh garis tepi”.

Penandaan Obat Keras

d. Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat wajib Apotek (OWA) Adalah obat keras yang dapat diserahkan

oleh Apoteker oleh Apotek tanpa resep dokter. Peraturan yang

mengatur tentang OWA, yaitu Keputusan Menteri Kesehatan

No.924/Menkes/Per/X/1993.

Contoh : Asam Mefenamat, Clindamicin, Ibu Profen, Dexamethason,

Ketokonazole, Methyl prednisolon, Omeprazole.


25

Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang

dapat diserahkan:

1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,

anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan

risiko pada kelanjutan penyakit.

3) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.

4) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya

tinggi di Indonesia.

5) Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri.

d. Obat Psikotropika

Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun

sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktifitas mental dan perilaku.

Contoh : Analsik, Braxidin, Alpra zolam, Valisanbe, Diazepam,

Metampiron.

1) Psikotropika golongan I : Yaitu psikotropika yang tidak

digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi

ketergantungan yang sangat kuat.


26

2) Psikotropika golongan II : Yaitu psikotropika yang berkhasiat

terapi tetapi dapat menimbulkan ketergantungan.

3) Psikotropika golongan III : Yaitu psikotropika dengan efek

ketergantungannya sedang dari kelompok hipnotik sedatif.

4) Psikotropika golongan IV : Yaitu psikotropika yang efek

ketergantungannya ringan.

Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan

penandaan untuk obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya

UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, maka obat-obat

psikotropika termasuk obat keras, hanya saja efeknya dapat

mengakibatkan ketergantungan

Penandaan Obat Psikotropika

e. Obat Narkotika

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.

Contoh: Codein, Codipront, Durogesic, Pethidin HCl.


27

1) Narkotika Golongan I : Berpotensi sangat tinggi menyebabkan

ketergantungan, tidak digunakan untuk terapi. Digunakan hanya

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan.

Contoh : Opium, Kokain, Heroina, Asetorfina, Lisergida.

2) Narkotika Golongan II : Berpotensi tinggi menyebabkan

ketergantungan, digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir.

Dapat digunakan untuk pengobatan sebagai pilihan terakhir dan

pengembangan ilmu pengetahuan.

Contoh : Fentanil, Morfina, Petidina, Dihidromorfina.

3) Narkotika golongan III : Berpotensi ringan menyebabkan

ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi. Dapat

digunakan untuk pengobatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

Contoh : Kodeina, Nikokodina, Norkodeina, Polkodina.

Penandaan Obat Narkotika


BAB III

GAMBARAN UMUM RSIA HERAWATY

A. Sejarah RSIA Herawaty

RSIA Herawaty adalah Rumah Sakit khusus yang berada di Jl. Untung

Suropati No.2 RT.56 Samarinda. RSIA Herawaty berdiri pada tanggal 11 Mei

2011 dan telah beroperasi sekitar 7 tahun yang lalu. Dengan ketua yayasan

H.Sudirman selaku pemilik rumah sakit. Dengan seorang Apoteker

penanggung jawab yaitu Miftahkhul Khusna, S. Farm., Apt, dengan 4 (empat)

orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). RSIA Herawaty memiliki

beberapa praktek dokter antara lain :

1. Dokter Spesialis Kandungan : Dr. Wahyu Witjaksono. Sp. OG

2. Dokter Anak : Dr. Fatchul Wahab, Sp. A

: Dr. Herwina, Sp. A

3. Dokter Gigi : Dr. Ratih

4. Dokter Umum : Dr. Ferdinand

: Dr. Ramdhani

: Dr. Giena

RSIA Herawaty memberikan produk dan pelayanan yang berorientasi kepada

pasien agar pasien mengalami kepuasan saat mendapatkan pelayanan di RSIA

Herawaty.
29

B. Keunggulan RSIA Herawaty

1. Mengutamakan kepuasan pasien.

2. Tempatnya bersih, rapi dan nyaman.

3. Pelayanannya yang ramah.

4. Lokasi yang strategis.

5. Memiliki fasilitas yang baik

C. Visi dan Misi RSIA Herawaty

1. Visi

Menjadi RSIA terpercaya dengan pelayanan kefarmasian terstandar dan

rasional.

2. Misi

a. Menyediakan perbekalan farmasi yang bermutu

b. Menyediakan perbekalan farmasi kepada masyarakat

c. Melakukan pelayanan informasi serta konsultasi obat dan kesehatan

kepada pasien.
30

D. Struktur Organisasi RSIA Herawaty

Ketua Yayasan
H. Sudirman

Direktur Rumah Sakit


Dr. Giena Tiara Werdhianti

Komite Medik

Ka. Ka. Bidang Ka. Bidang Ka. Bidang Ka. Bidang


Bidang Admin & Penunjang Keperawatan SDM
Pelayanan Keuangan Medis
Medis
 Poliklinik  Farmasi
 UGD  Laboratorium Ka. Bidang
Umum
 R. Inap
 R. Operasi
 R. Bersalin  Dapur
 Pemeliharaan
 Transportasi
 Keamanan
 Kebersihan

E. Peran Apoteker

Apoteker sangat berperan dalam menyediakan kebutuhan farmasi di

Rumah Sakit dari obat-obatan dan alat kesehatan disiapkan oleh seorang

apoteker, tidak hanya itu seorang apoteker berperan untuk melayani resep-

resep yang diberikan oleh dokter untuk pasien serta memberikan pelayanan

informasi obat sesuai dengan keluhan yang dimiliki oleh pasien.


31

F. Peran Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah mereka yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan berhak melakukan tugas kefarmasian sebagai

Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di Apotek maupun Rumah Sakit.

Kewajiban seorang Tenaga Teknis Kefarmasian adalah sebagai berikut :

1. Menerima resep dari pasien

2. Membantu pekerjaan Apoteker sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

3. Membaca resep.

4. Menyediakan obat untuk pasien, baik yang diracik maupun yang tidak.

5. Memberikan pelayanan informasi obat.

6. Menerima dan mengecek faktur barang yang datang.

7. Mencatat faktur ke dalam buku besar dan mencatat kartu stok.

8. Menyusun obat dan alat kesehatan sesuai dengan golongan, kondisi fisik,

dan alfabetis.

9. Membantu pasien yang hendak menemui dokter.

10. Menjaga kebersihan tempat bekerja untuk kenyamanan pasien dan rekan

kerja.
BAB IV

KEGIATAN PRAKERIN DI RSIA HERAWATY

A. Kegiatan Siswa Prakerin

Pelayanan RSIA Herawaty dilakukan dalam 24 jam yang dibagi menjadi 3

bagian yaitu pagi dimulai dari jam 08.00-15.00, siang dimulai dari jam 15.00-

22.00, dan malam dimulai dari jam 22.00-08.00. Tetapi untuk praktek kerja

industri atau prakerin hanya menjadi 2 bagian yaitu pagi dimulai dari jam

08.00-15.00, dan sore dimuali dari jam 15.00-22.00. Kegiatan siswa adalah

sebagai berikut :

1. Menerima dan melayani resep dengan baik

Siswa prakerin diajarkan untuk menerima resep dari pasien dan

melayaninya dengan baik dengan berdasarkan prosedur yang telah

ditetapkan.

2. Melakukan peracikan

Melakukan peracikan harus selalu diawasi oleh Tenaga Teknis

Kefarmasian atau Apoteker. Peracikan meliputi sediaan padat (puyer dan

kapsul) dan semi padat (krim dan salep).

3. Menulis etiket dan copy resep

Siswa prakerin juga diajarkan untuk menulis etiket dan copy resep yang

baik dan benar. Penulisan etiket terdiri tanggal pembuatan resep, nama

pasien, aturan pakai serta khasiat dari obat tersebut sedangkan copy resep
33

terdiri dari tanggal pembuatan resep, tanggal penulisan resep, nama dokter,

nama pasien, umur pasien dsb.

4. Penyerahan obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras dan memberikan informasi

mengenai obat tersebut

Penyerahan obat juga dengan pengawasan Apoteker atau Tenaga Teknis

Kefarmasian. Dalam penyerahan obat pasti disertai dengan informasi

mengenai obat tersebut seperti khasiat, efek samping, cara pemakaian,

lama pemakaian, waktu minum, dan tempat penyimpanan. siswa prakerin

diajarkan memberikan informasi obat dengan baik dan dapat dimengerti

oleh pasien.

5. Menerima telepon

Siswa prakerin juga diajarkan untuk menerima telefon dari pasien dengan

baik, karna pendaftaran dapat melalui telefon.

6. Menerima barang

Siswa prakerin belajar bagaimana menerima dan mengecek barang yang

telah dipesan sebelumnya. Barang dicek apakah telah sesuai dengan faktur

dan surat pesanan seperti ED, No Batch, tujuan pengiriman, dan jumlah

barang. Jika belum sesusai maka barang akan diretur.

7. Menjaga kebersihan dan kerapian apotek

Setiap hari siswa prakerin belajar untuk selalu menjaga kebersihan dan

kerapian apotek selain apotek siswa juga harus menjaga kebersihan dan

kerapian diri sendiri seperti berpakaian rapi dan bersih.


34

B. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan Medis Habis

Pakai (BMHP)

Pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di Rumah Sakit Ibu dan

Anak Herawaty adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses

pengadaan sediaan farmasi dan alkes. Tujuannya adalah untuk mengetahui

jenis dan jumlah sediaan farmasi dan alkes sesuai dengan pola penyakit

dan kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Dasar pemilihan kebutuhan farmasi :

a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

kesamaan jenis

b. Hindari obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek

yang lebih baik dibanding obat tunggal.

c. Apabila jenis obat banyak, maka dipilih berdasarkan obat pilihan

(drug of choice).

Dasar pertimbangan pemilihan alkes dan sediaan farmasi :

a. Kebutuhan

b. Jumlah persediaan pada kartu stok

c. Prioritas

d. Waktu tunggu atau lamanya pemesanan hingga barang datang.

e. Metode perencanaan yang digunakan

Metode yang dapat digunakan dalam perencaana antara lain :


35

1) Metode Konsumsi, metode dengan melihat data pemakaian dari

masing-masing kartu stok.

2) Metode Morbiditas, metode yang menggunakan data jumlah

kasus atau kejadian.

3) Metode Kombinasi, merupakan gabungan dari metode konsumsi

dan morbiditas.

2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan.

a. Pembelian

Metode pembelian sediaan farmasi dan alkes di PBF ada 2 (dua)

macam, yaitu :

1) Distributor

Pabrik menentukan satu atau beberapa PBF untuk

mendistribusikan obat-obatannya, contoh distributor adalah BSP,

MPI, dan ENSEVAL. Arus distribusi nya yaitu dari pabrik

pembuatan obat di distribusikan ke PBF pusat, dari PBF pusat

lalu disalurkan kembali kepada PBF cabang. Pada pembeliaan

langsung pada distributor pelanggan akan mendapat banyak

diskon daripada melalui sub distributor. Alurnya adalah sebagai

berikut :

Pabrik PBF Pusat PBF Cabang


36

2) Sub Distributor

Barang yang disediakan diambil dari distributor, tidak diambil

langsung dari pabrik. Contohnya obat pabrikan SIMEX yaitu HB

VIT ada di PBF Ferto Mulia Pratama yang obatnya mengambil

atau tidak dari pabrik obatnya tetapi bisa dari MPI, Kalista, atau

Penta Valent. Harga dari sub distributor rata-rata sama dengan

harga pada distributor hanya saja diskon yang diberikan lebih

sedikit dibanding diskon yang diberikan oleh distributor.

b. Konsinyasi

Konsinyasi berarti penitipan barang dagang kepada agen atau orang

untuk dijualkan dengan pembayaran kemudian (jual titip). Proses

pengadaan konsinyasi tidak dibeli secara tunai atau kredit. Barang

dititipkan oleh produsen atau distributor kepada pihak Apotek untuk

dijualkan. Konsinyasi digunakan apabila ada obat-obatan baru dan

Apotek tidak ingin mengambil resiko apabila barang tersebut rusak

atau tidak laku terjual.

3. Penerimaan

Saat barang telah datang yang perlu dilakukan adalah mengecek jumlah

barang yang ada pada SP (Surat Pesanan), faktur dan yang dibawa oleh

distributor atau sub distributor, kemudian cocokan nomor Batch dan

Expired Date yang ada pada faktur dan kemasan barang. Jangan lupa

untuk mengecek tujuan faktur, berikan tanda tangan, stempel dan tanggal

penerimaan.
37

Alur penerimaan barang

Faktur Penerimaan Barang

Cek faktur
a. Nama PBF
b. Tujuan pengiriman
c. Barang yang dipesan
d. Kondisi dan fisik barang
e. ED dan NB barang
f. Jumlah barang
g. Harga dan diskon

Kroscek barang dengan faktur

Tanda Tangan pada faktur, beri tanggal


penerimaan barang, No. SIPA/SIK dan
Stempel apotek

Diberikan surat pesanan (SP) Asli ke Pengantar


Obat, Ambil Copy SP dan Copy Faktur

Barang diterima dan Faktur di registrasi pada


buku besar

Faktur barang dan Copy SP diarsip menjadi


satu pertanggal faktur

Faktur penerimaan dicatat pada buku faktur


atau buku penerimaan obat
38

4. Penyimpanan

Penyimpanan yang dilakukan disusun berdasarkan jenis obat, stabilitas

terhadap suhu, cahaya, kelembaban dan golongan obat, serta disusun

secara alfabetis. Untuk golongan bebas dan bebas terbatas disusun pada

etalase depan agar mudah dilihat konsumen, untuk golongan keras disusun

pada etalase belakang, sementara untuk golongan psikotropika, narkotika

dan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan seperti Gastrul dan

Tradosik, masing-masing di tempatkan di dalam ruangan khusus. Untuk

obat yang suhu nya tidak boleh lebih dari 350 ditaruh dalam kulkas, dan

untuk obat psikotropika dan narkotika ditaruh pada lemari yang sesuai

dengan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran,

Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika dan Psikotropika

Farmasi, yaitu :

a. Tempat penyimpanan Narkotika dan Psikotropika dapat berupa gudang,

ruangan, atau lemari khusus.

b. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan

barang selain Narkotika.

c. Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk

menyimpan barang selain Psikotropika.

5. Pendistribusian

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi

di rumah sakit untuk pelyanan individu dalam proses terapi bagi pasien

rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
39

a. Rawat Jalan

Pasien rawat jalan setelah diperiksa dan didiagnostik dapat berlanjut

menjadi pasien rawat inap apabila diperlukan pengobatan yang harus

dipantau oleh dokter. Proses distribusi rawat jalan yaitu dari Apoteker

dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian langsung diserahkan kepada

pasien dengan sistem resep perorangan.

b. Rawat Inap

Rawat inap dibedakan menjadi rawat inap anak dan rawat inap

bersalin dan perawatan Obstetric dan Gynecology (Obgyn). Proses

distribusi rawat inap yaitu dari Apoteker dan/atau Tenaga Teknis

Kefarmasian (TTK) memberikan obat dan alkes kepada bidan atau

perawat, lalu diserahkan kepada pasien dengan sistem resep

perorangan.

c. Unit Gawat Darurat (UGD)

Pasien dari UGD dapat lanjut menjadi rawat inap atau mendapat

rujukan dari dokter apabila diperlukan. Proses distribusi pasien UGD

sama seperti rawat jalan maupun rawat inap.

6. Pencatatan

Semua barang yang masuk dicatat pada kartu stok terutama golongan

keras, prekursor, psikotropika, dan narkotika. Pencatatan pembayaran

pajak tidak dipublikasikan untuk umum. Sementara untuk obat prekursor,

psikotropika, dan narkotika wajib dilaporkan kepada kementrian kesehatan


40

melalui website www.sipnap.kemkes.go.id dan BBPOM melalui email

BBPOM samarinda.napza@gmail.com.

Ada 3 (tiga) macam Pengawas Obat dan Makanan (POM), yaitu :

a. Badan POM

Badan POM adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas

mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia.

Terdapat hanya di Ibu Kota Jakarta. Berdasarkan pasal 2 pada

Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas

Obat dan Makanan:

1) BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan

di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat

adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan

pangan olahan.

b. Balai Besar POM

Balai Besar POM adalah unit pelaksana dari Badan POM yang

terdapat pada setiap provinsi hanya 1 (satu) untuk setiap provinsi.

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014,

Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan obat dan makanan,

yang meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika,


41

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan

berbahaya.

c. Balai POM

Balai POM adalah unit pelaksana teknis Badan POM yang

bertanggung jawab kepada Badan POM dengan cakupan wilayah di

setiap provinsi, kabupaten atau kota. Tugas pokok dan fungsi sama

dengan Balai Besar POM. Balai POM terdapat di provinsi Maluku,

Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tenggara (Kendari), NTT (Kupang),

Kalimantan Tengah (Palangkaraya), Sulawesi Tengah (Palu),

Kepulauan Riau (Batam), Gorontalo, Papua Barat (Manokwari),

Bangka Belitung (Pangkal Pinang), Banten (Serang), Sulawesi Barat

(Mamuju), dan Maluku Utara, selain provinsi tersebut berarti wilayah

kerja Balai Besar POM.

7. Pemusnahan

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan

jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau

rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan

oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

b. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh

Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang

memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan


42

dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan formulir

yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun

dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker

disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan

cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan

Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan formulir yang

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan selanjutnya

dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.

8. Penarikan Obat

Penarikan obat dapat dilakukan oleh Balai Besar POM/Balai POM apabila

memenuhi kreiteria berikut :

a. Obat dan alat kesehatan telah rusak.

b. Sudah expired date.

c. Terjadi kesalahan pada proses produksi.

d. Mendapat intruksi dari BBPOM/Balai POM.


BAB V

PEMBAHASAN

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis

profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang

berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang diderita oleh pasien.

Sementara itu, dalam Sistem Kesehatan Nasional (1992) dinyatakan bahwa rumah

sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan kesehatan bersifat

penyembuhan dan pemulihan penderita serta memberikan pelayanan yang tidak

terbatas pada perawatan di dalam rumah sakit saja, tetapi memberikan pelayanan

rawat jalan, serta perawatan di luar rumah sakit.

Selama melaksakan kegiatan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) di RSIA

Herawaty siswa didik mendapatkan banyak pengalaman/wawasan baru yang

menyenangkan dan bermanfaat.

Disana kami juga dapat belajar cara bersosialisasi dengan pasien serta cara

memberikan penjelasan dan informasi tentang hal obat tersebut baik itu khasiat

obat, pemakaiannya, waktu pemakaiannya, cara penyimpanan, dan larangan-

larangan agar tidak ada kesalahan pemakaian obat oleh pasien.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kami selama kurang lebih satu bulan di Rumah

Sakit Ibu dan Anak Herawaty Samarinda, kami dapat menyimpulkan bahwa:

RSIA Herawaty yang berada di Jl. Untung Sorapati No.2 Samarinda

terdapat beberapa praktek dokter antara lain dokter spesialis kandungan,

dokter anak, dokter gigi, dan dokter umum. Dengan seorang apoteker yaitu

Miftahkhul Khusna, S.Farm.,Apt. RSIA Herawaty sangat mengutamakan

kepuasan pelanggan seperti pelayanan yang ramah.

Kami juga mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan antara lain :

1. Mengetahui bagaimana cara penerimaan resep, meracik obat, memberi

informasi kepada pasien, mengisi kartu stok, melayani pasien, menyiapkan

obat/alkes, menyusun obat sesuai letak dan jenis obat berdasarkan abjad, cara

penyimpanan, serta penyimpanan obat.

2. Mengetahui cara kerja sama antar pegawai untuk mengatasi masalah

secara professional.

B. Saran

1. Agar menambahkan fasilitas pada gudang obat agar dapat menyimpan stok

obat yang lebih banyak dan dapat tersusun dengan rapi

2. Semoga Rumah Sakit Ibu dan Anak Herawaty dapat lebih meningkatkan

pelayanan dalam hal penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan.


45

3. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan rumah sakit lebih baik lagi.

4. Menambah fasilitas rumah sakit yang masih belum terlengkapi.


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Amir. 2014. Manajemen Farmasi : Pengelolaan Alat Kesehatan.

Jakarta: P2B Community.

Darmansyah dan Heru, Adi. 2014. Undang-undang Kesehatan : Penggolongan

Narkotika. Jakarta : P2B Community

Hendra Dita, Galih. 2017. Perizinan Rumah Sakkit Di Indonesia : Perizinan

Rumah Sakit. https://galihendradita.wordpress.com/2017/04/04/perizinan-

rumah-sakit-di-indonesia-mengacu-pada-permenkes-56-tahun-2014/

(diakses 18 Maret 2018).

Surya, Edi. 2013. Rumah Sakit Menurut Keputusan Mentri Kesehatan: Pengertian
Rumah Sakit. http://smartplusconsulting.com/2013/09/pengertian-rumah-
sakit-menurut-keputusan-menteri-kesehatan-ri/. (diakses 18 Maret 2018)
GAMBAR 1
Bagian Depan Apotek
48

GAMBAR 2
Lemari Obat Golongan Keras
49

GAMBAR 3
Lemari Bahan Berbahaya dan Sediaan KB
50

GAMBAR 4
Lemari Sediaan Suppositoria, Ovula dan Vaksin
51

GAMBAR 5
Lemari Sediaan Krim, Salep dan Sirup
52

GAMBAR 6
Lemari Obat Psikotropika dan Narkotika
53

GAMBAR 7
Lemari Alat Kesehatan dan Injeksi
54

GAMBAR 8
Tempat Meracik Obat
LAMPIRAN 1
Resep
56

LAMPIRAN 2
Copy Resep
57

LAMPIRAN 3
Etiket Obat Dalam/Oral
58

LAMPIRAN 4
Etiket Obat Luar
59

LAMPIRAN 5
Etiket Sirup
60

LAMPIRAN 6
Surat Pesanan
61

LAMPIRAN 7
Surat Pesanan Psikotropika
62

LAMPIRAN 8
Surat Pesanan Narkotika
63

LAMPIRAN 9
Faktur
64

LAMPIRAN 10
Kartu Stok
65

LAMPIRAN 11
Kwitansi
66

LAMPIRAN 12
Berita Acara Pemusnahan Obat
67

LAMPIRAN 13
Berita Acara Pemusnahan Resep

Anda mungkin juga menyukai