DISUSUN OLEH :
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pelaksanaan dan
penyusunan Laporan Pengantar Praktik Kerja Lapangan (PPKL) di Apotek
Kimia Farma 336 Antasari ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan
laporan ini merupakan suatu bentuk penanggung jawaban terhadap Pelaksanaan
Pengantar Praktik Kerja Lapangan (PPKL) D3 Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin. Penyelesaian Laporan Pengantar Praktik Kerja
Lapangan ini tidak lepas dari bantuan doa dari keluarga, rekan, relasi dan
teman-teman yang telah mendukung dan meluangkan waktu untuk ikut
berpartisipasi. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M. Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. apt. Risya Mulyani M. Sc selaku Dekan Fakultas Farmas Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
3. apt. Sri Rahayu, M.Farm selaku ketua Program Studi D3 Farmasi
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
4. apt. Hendera, M.Farm-klin selaku Dosen Pembimbing dari pihak kampus
yang banyak memberikan arahan dan bimbingan pada penulisan Laporan
Pengantar Praktik Kerja Lapangan.
5. apt. Nelson Jaya Seputra, S.Si selaku Apoteker Apotek Kimia Farma 336
Antasari yang telah memberikan izin kepada kami untuk mengenal dan
belajar lebih jauh mengenai Apotek Kimia Farma dan kepada para staf
karyawan yang ada di Apotek Kimia 336 Antasari yang telah membantu
serta membimbing selama menjalankan Pengantar Praktik Kerja
Lapangan.
6. Daipadli, Amd., Far selaku koordinator Pengantar Praktik Kerja Lapangan.
iii
7. Para dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Program
Studi D3 Farmasi.
8. Serta kepada semua rekan-rekan yang telah mendukung dan membantu
kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna karena
adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang kami
miliki dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun guna
menyempurnakan laporan ini. Harapan kami, semoga Pelaksanaan Pengantar
Praktik Kerja Lapangan dan Penyusun Laporan Pengantar Praktik Kerja
Lapangan yang berikutnya akan lebih baik dan dapat menyempurnakan, kami
mengharapakan kepada Angkatan D3 Farmasi berikutnya.
Semoga Laporan Pengantar Praktik Kerja Lapangan ini dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya kepada kita, Aamiin.
Tim penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Pengantar Praktik Kerja Lapangan................................................4
1.3 Manfaat Pengantar Praktik Kerja Lapangan..............................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1 Apotek....................................................................................................... 6
2.2 Tugas dan Tanggung Jawab TTK............................................................13
2.3 Pengelolaan Apotek.................................................................................15
2.4 Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)............................................45
BAB III TINJAUAN UMUM APOTEK KIMIA FARMA 336 ANTASARI......49
3.1 Apotek..................................................................................................... 49
3.2 Tugas dan Tanggung Jawab TTK di Apotek...........................................54
3.3 Pengelolaan Apotek.................................................................................60
3.4 Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)............................................73
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................75
BAB V PENUTUP................................................................................................ 88
5.1 Kesimpulan..............................................................................................88
5.2 Saran........................................................................................................89
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR SINGKATAN
AA = Asisten Apoteker
BI = Bank Indonesia
viii
POS = Point Of Sales
PT = Perseroan Terbatas
RI = Republik Indonesia
SK = Surat Keputusan
SP = Surat Pesanan
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009
pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Apotek harus dikelola oleh Apoteker yang telah
mengucap sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
(Peraturan Pemerintah, No. 51 tahun 2009).
1
2
8
7
2.1.4.2 Perizinan
Menurut Peraturan Menteri KesehatanNo. 9 tahun 2017
tentang Apotek menyatakan bahwa Setiap Apotek harus
memiliki surat izin Apotek dalam proses pendirian Apotek
meliputi:
a. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari
Menteri ( Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota) izin
tersebut berupa SIA (SIA berlaku 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan).
b. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.
Permohonan tersebut harus ditandatangani oleh
Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen
administratif meliputi:
1) Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
4) Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
5) Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
c. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak
menerima permohonan dan dinyatakan telah
memenuhi kelengkapan dokumen administratif.
d. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim
pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat
terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan
Formulir 2. Tim pemeriksa melibatkan unsur dinas
kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
1) Tenaga Kefarmasian; dan
2) tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan
prasarana.
e. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim
pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus
melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang
dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 3.
f. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima
laporan dan dinyatakan memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi
Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
g. Jika hasil pemeriksaan menyatakan masih belum
memenuhi persyaratan. Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
dengan menggunakan Formulir 5.
h. Dan pihak pemohon dapat melengkapi persyaratan
paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat
penundaan diterima.
i. Jika masih belum memenuhi maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan
dengan menggunakan Formulir 6.
j. Untuk bagian (7), Apabila Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi
jangka waktu Apoteker pemohon dapat
menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan
BAP sebagai pengganti SIA.
k. Penerbitan SIA akan diterbitkan bersamaan dengan
penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.( Masa
berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA) (Permenkes,
No. 9 tahun 2017 tentang Apotek).
2.3.1.2 Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk narkotika obat hanya dapat
di pesan pada Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan
tersendiri yang terdiri dari 4 lembar ( 1 lembar berwarna putih
dan 3 berwarna hijau). Sedangkan surat pemesanan untuk
psikotropika terdiri dari 1 lembar berwarna putih, 2 lembar
berwarna biru dan 1 lembar berwarna merah. Sedangkan untuk
pengadaan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
langsung dengan menghubungi sales atau perusahaan besar
Farmasi. Untuk obat obat yang mengandung prekusor maka
menggunakan surat pemesanan khusus untuk obat-obatan
prekursor (BPOM, 2008). Pengadaan obat yang mengandung
prekursor harus berdasarkan surat pesanan (SP). Surat pesanan
harus memuat sebagai berikut :
a. Surat pesanan harus ditandatangani oleh Apoteker
penanggung jawab maupun Apoteker pendamping dengan
mencantumkan nama lengkap dan SIPA, nomor tanggal
SP, dan kejelasan identitas pemesan.
b. Mencantumkan nama dan alamat industri
Farmasi/
pedagang besar Farmasi (PBF) serta tujuan pemesanan.
c. Mencantumkan nama obat mengandung prekursor Farmasi,
jumlah, entuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan.
d. Diberi nomor urut tercetak dan tanggal dengan penulisan
yang jelas atau cara lain yang dapat tertelusur.
e. Khusus untuk pemesanan obat yang mengandung prekursor
Farmasi dibuat terpisah dari surat pesanan obat lainnya dan
jumlah pesanan ditulis dalam bentuk angka dan huruf.
Metode-metode dalam pengadaan perbekalan Farmasi
antara lain (BPOM, 2008):
1) Pembelian secara tender (oleh panitia pembelian
barang Farmasi), sistem terbagi atas:
a) Tender Terbuka (Open Tender)
b) Tender Terbatas (Restricted tender)
c) Sistem Kontrak (Competitif Negotiation)
2) Pembelian secara langsung dari pabrik/ distributor/
pedagang besar Farmasi (PBF) maupun rekanan.
Pemilihan PBF yang sesuai yaitu dengan
pertimbangan :
a) Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman
b) Ketersediaan barang (lengkap/tida/kualitas dan
kuantitas barang)
c) Rutinitas PBF datang ke Apotek
d) Adanya program yang menguntungkan
(diskon dan bonus)
e) Harga barang
f) Prosedur PBF (jangka waktu pembayaran
yang relatif lebih panjang)
g) Lokasi PBF
h) Sumbangan/droping/hibah
i) E-Catalogue
2.3.1.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyeraha dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Setiap pengiriman sediaan Farmasi yang dipesan disertai faktur
rangkap empat (2 lembar untuk PBF, 1 lembar untuk penagihan
dan 1 lembar untuk Apotek) dan SP yang ditandatangani oleh
APA. Barang yang datang dicocokkan dengan SP, bila sesuai
akan ditandatangani oleh APA atau AA disertai dengan nomor
surat ijin kerja dan diberikan stempel Apotek sebagai bukti
sediaan Farmasi telah diterima dan bila tidak sesuai segera
dikembalikan ke PBF pengirim. Untuk obat dengan tanggal
kadaluwarsa dibuat perjanjian pengembalian obat ke PBF yang
bersangkutan dengan batas waktu sesuai perjanjian. Saat
penerimaan obat mengandung prekursor Farmasi, harus
dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara fisik obat dengan
Faktur Penjualan atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang
meliputi :
a) Kebenaran nama produsen, nama prekursor Farmasi atau
obat uang mengandung prekursor Farmasi, jumlah, bentuk,
dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan.
b) Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
c) Apabila kondisi kemasan termasuk segel dan penandaan
rusak, terlepas, terbuka, dan tidak sesuai dengan SP, maka
obat tersebut harus dikembalikan kepada pengirim disertai
dengan bukti retur atau surat pengembalian dan salinan
faktur penjualan (BPOM, 2008).
Setelah dilakukan pemeriksaan, Apoteker penanggung jawab
atau tenaga teknis kefarmasian wajib mendatangani
fakturpenjualan atau Surat Pengiriman Barang (SPB) dengan
mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/SIPTTK dan
stempel Apotek.
2.3.1.4 Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah menjamin mutu tetap baik serta
memudahkan dalam pencarian, memudahkan pengawasan
persediaan, menjamin keamanan dari pencurian obat, dan
menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Penyimpanan
pembekalan Farmasi di gudang Farmasi dapat dilakukan
dengan metode (Permenkes, No. 73 tahun 2016) :
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari
pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah
terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang
sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Bentuk sediaan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan
obat seperti sirup, tablet, salep.
d. Farmakologi, misalnya : obat-obatan analgetik, kolesterol,
DM, saluran cerna, hormon, dan lain-lain.
e. Obat-obat khusus untuk asuransi (BPJS/PRB), obat
generik dan obat merk dagang.
f. Obat disimpan berdasarkan LASA (look Alike Sound
Alike).
g. Obat disimpan berdasarkan Hight Alert.
h. Suhu khusus, digunakan untuk penyimpanan sediaan
seperti suppositoria, injeksi dan sediaan lain yang
mengharuskan penyimpanan pada suhu sejuk 2-8 .
i. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara
alfabetis.
j. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First in First Out).
k. Obat dapat disimpan berdasarkan penggolongan obat.
Obat yang ada di Apotek telah ditetapkan oleh pemerintah
menjadi beberapa golongan. Hal ini dimaksudkan agar
dapat mempermudah APA dalam memperoleh,
menyimpan dan menyerahkannya, sehinggan penggunaan
menjadi tepat. Adapun penggolongannya seperti berikut:
1) OTC (Over The Counter)
Menurut pedoman penggunaan obat bebas dan bebas
terbatas, pelayanan OTC (Over The Counter) dapat
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a) Obat Bebas
Obat bebas merupakan obat yang dapat dijual
bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak
termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,
obat keras, ataupun obat bebas terbatas dan sudah
terdaftar di DepKes RI, contohnya : Minyak kayu
putih, obat batuk hitam, obat batuk putih, tablet
parasetamol, tablet vitamin C, B kompleks,
vitamin E dan lain-lain. Penandaan obat bebas
diatur berdasarkan SK MenKes RI tahun 1983
tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat
bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas
yaitu linkaran bulat warna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam (Permenkes, 1983).
2) Jamu
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediaannya
masih berupa simplisia sederhana, seperti irisan
rimpang, daun atau akar kering. Khasiat dan
keamanannya terbukti secara empiris berdasarkan
pengalaman turun temurun. Dipasaran banyak
beredar produksi jamu seperti Tolak Angin (PT.Sido
Muncul).
Gambar 2.4 Logo Jamu
4) Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah status tertinggi dari bahan alam
sebagai obat. Sebuah herbal terstandar dapat
dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah
melalui uji klinis pada manusia. Dari uji itulah dapat
diketahui kesamaan efek pada hewan coba dan
manusia. Contoh produk Fitofarmaka yang sering
ditemui adalah Stimuno (PT. Dexa Medica).
5) Obat Generik
Obat Generik ialah obat dengan nama resmi
International Non Proprietary Names (INN) yang
ditetapkan dalam farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya untuk zat berkhasiat yang
dikandungnya. Obat generik bermerek atau bernama
dagang adalah obat generik dengan nama dagang
yang menggunakan nama milik produsen obat yang
bersangkutan.
8) Prekursor
Menurut aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia tahun 2013 dan obat
mengandung prekursor Farmasi. Prekursor adalah
zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan untuk keperluan produksi industri
Farmasi atau produk antara, produk ruahan dan
produk jadi yang mengandung
Efedrin, Pseudoefedrin, Norefedrin atau
Fenilpropanolamin, Ergotamine, atau
Potassium Permanganat. Berdasarkan
peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2010 tentang prekursor,
bahwa prekursor adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika.
Penggolongan dan jenis prekursor antara lain :
a) Prekursor Tabel I, terdiri dari acetic anhydrade,
NAcetylanthranilic acid, ephedrine, ergometrine,
isosafrole, lysergic acid, 3,4-
methylenedioxyphenyl-2-propaone,
norehedrine, 1-phenyl-2-propanone, piperonal,
potassium permanganate,
pseudoephedrine, safrole.
b) Prekursor Tabel II , terdiri dari acetone,
anthranilic acid, methyl ethyl ketone,
phenylacetic acid, piperidine, sulphuric acid,
toluene.
Obat mengandung Prekursor Farmasi yang disimpan
di tempat yang aman berdasarkan analisis risiko
masing-masing Apotek. Apabila memiliki obat yang
mengandung prekursor Farmasi yang disimpan tidak
dalam wadah asli, maka wadah harus dilengkapi
dengan identitas obat meliputi nama, jumlah, bentuk
dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor
batch, tanggal kadaluwarsa, dan nama produsen.
Memisahkan dan menyimpan obat dengan aman obat
mengandung prekursor Farmasi yang rusak,
kadaluwarsa, dan izin edar dibatalkan sebelum
dimusnahkan atau dikembalikan kepada Industri
Farmasi atau PBF. Melakukan stock opname secara
berkala sekurang-kurangnya 6 bulan sekali.
Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan
fisik saat stock opname dan mendokumenkan hasil
investigasi (Peraturan Pemerintah, 2010).
9) Obat Wajib Apotek (OWA)
OWA yaitu obat wajib Apotek berdasarkan
Keputusan Menteri Keputusan Menteri Kesehatan
No. 347/MenKes/SK/VII/1990 adalah obat keras
yang dapat diserahkan oleh Apoteker di Apotek
tanpa resep dokter (Permenkes, 1990). Berdasarkan
Permenkes No. 919 Tahun 1993 tentang kriteria
obat yang dapat diserahkan tanpa resep (Syamsuni,
2016) yaitu :
a) Tidak indikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan
orang tua di atas 65 tahun.
b) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
c) Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau
alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
d) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
e) Dan obat memiliki rasio kemanfaatan yang dapat
Dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri.
2.3.1.5 Distribusi
Apotek mendistribusikan obat yang terdiri dari pelayanan obat
dengan resep dokter, obat-obat tanpa resep Dokter/UPDS
(Upaya Pengobatan Diri Sendiri) dan obat-obat bebas, baik
tunai maupun kredit.
a. Pelayanan Obat Bebas
Alur pelayanan obat bebas yaitu pasien yang datang dan
dilayani langsung oleh petugas pelayanan dan kasir di
swalayan serta konsultasi pemilihan obat dilayanai baik
oleh Apoteker/TTK. Pelayanan menggunakan komputer
yang dilengkapi dengan software pelayanan untuk
menunjang profesionalisme pelayanan yang telah ada.
b. Upaya Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS)
Pelayanan obat ini dilakukan atas permintaan langsung
dari pasien. Biasanya terdiri dari Obat Wajib Apotek
(OWA) yang dapat diberikan oleh Apoteker tanpa resep
dokter. Contoh obat yaitu Amlodipine, Simvastatin,
Metformin HCl, dan lain-lain.
c. Pelayanan Obat dengan Resep Dokter
Dengan pembayaran tunai Setelah menerima resep dari
pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut (Syamsuni,
2016) :
1) Memeriksa kelengkapan Resep meliputi: nama
dokter, surat izin Praktik (SIP), alamat Praktik
dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah
obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien
dan jenis kelamin pasien.
2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetika meliputi:
bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara dan
lama penggunaan obat.
3) Pertimbangan klinik seperti halnya pada efek
samping, interaksi dan kesesuaian dosis suatu obat.
4) Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan
keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia.
Jika resep yang diterima berupa racikan maka hal-
hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut
(Syamsuni, 2016):
a) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak
penyimpanan dengan memperhatikan nama
obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik.
b) Peracikan obat.
c) Pemberian etiket warna putih untuk penggunaan
oral atau dalam dan etiket warna biru untuk
pemakaian luar.
d) Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai
dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk
menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
Setelah obat sudah disiapkan maka obat tersebut
siap untuk diserahkan ke pasien, namun
sebelum obat diserahkan kepada pasien harus
dilakukan pemeriksaan kembali mengenai
penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat. Hal ini
sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat
yang rasional oleh pasien.
d. Pelayanan Obat Resep Dokter dengan Pembayaran Kredit
Pelayanan resep kredit diberikan kepada instansi atau
badan usaha yang telah menjalin kerja sama dengan
Apotek Kimia Farma. Pelayanan resep kurang lebih sama
dengan resep dengan pembayaran tunai tetapi pasien resep
kredit harus membawa kartu peserta atau fotocopy kartu
peserta sebagai syarat.
e. Pelayanan Obat Prekursor
Penyerahan obat mengandung prekursor Farmasi harus
memperhatikan kewajaran jumlah yang diserahkan sesuai
kebutuhan terapi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penjualan obat mengandung prekursor Farmasi:
1) Pembelian dalam jumlah besar, misalnya oleh
medical representative atau sales dari industri
Farmasi atau PBF.
2) Pembelian yang berulang-ulang dengan frekuensi
yang tidak wajar.
2.3.1.6 Pengendalian
Menurut (Subagyo,1990) yang dimaksud dengan pengendalian
adalah mengawasi agar pengelolaan barang dapat dilaksanakan
secara efisien. Pengendalian persediaan perbekalan Farmasi
berperan penting dalam upaya memperkirakan jumlah
persediaanyang tepat, dengan jumlah yang tidak terlau besar
dan terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah atau permintaan
yang ada. Namun karena banyaknya jenis barang dengan nilai
investasi yang berbeda maka diperlukan suatu sistem untuk
mengendalikanya.
2.3.2.2 Peracikan
Peracikan adalah semua kegiatan yang terjadi setelah
resep ditangani di Apotek sampai obat atau bahan obat
lain yang diresepkan diserahkan kepada pasien. Proses
peracikan meliputi penyiapan, penimbangan,
pencampuran dan pengemasan dan pemberian etiket pada
wadah. Dalam pelaksanaanya harus dilakukan sesuai
dengan prosedur dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
2.3.2.3 Etiket
Etiket adalah penandaan yang ditempelkan di kemasan
atau wadah obat untuk memberikan informasi tentang
penggunaan obat kepada pengguna obat tersebut.
Menurut permenkes no 73 tahun 2016 pemberian etiket
sekurang kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk obat dalam / oral
b. Warna biru untuk obat luar dan suntik
c. Menempelkan lebel “kocok dahulu” pada sediaan
bentuk suspensi atau emulsi
3.1 Apotek
Apotek Kimia Farma 336 Antasari didirikan pada tahun 2008 di Jl. Pangeran
Antasari No. 91 Kelayan Timur, Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin.
Apotek Kimia Farma 336 Antasari ini merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), yang berada dalam naungan pemerintah. Apotek ini dibangun di
lokasi yang sangat strategis karena terletak di tepi jalan dengan lalu lintas
yang cukup ramai, dekat dengan Rumah Sakit, sekolah, pasar dan perumahan
penduduk sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan
umum maupun pribadi serta tersedia area parkir yang luas.
3.1.1 Profil Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri Farmasi pertama di
Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1817. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah
perusahaan Farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Pada tanggal 16 agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga
nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada
tanggal 4 juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Per tanggal 28 Februari
2020, terjadi perubahan nama perusahaan yang semula PT Kimia
Farma (Persero) Tbk menjadi PT Kimia Farma Tbk. Apotek Kimia
Farma 336 Antasari yang terletak di Jl. Pangeran Antasari No. 91
adalah salah satu outlet Kimia Farma yang ada di Banjarmasin.
Profil dari Apotek Kimia Farma 336 Antasari, yaitu:
49
50
3.3.1.2 Kompeten
a. yang artinya terus belajar dan mengembangkan
kapabilitas.
b. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah.
c. Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Membantu orang lain belajar.
3.3.1.3 Harmonis
a. yaitu saling peduli dan menghargai perbedaan.
b. Senang Menolong orang lain.
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif
d. Menghargai setiap orang dari latar belakang apapun.
3.3.1.4 Loyal
a. Berarti Berdedikasi dan Mengutamakan Kepentingan
Bangsa dan Negara.
b. Rela Berkorban Untuk Mencapai Tujuan Yang Lebih
Besar.
c. Patuh Kepada Pimpinan Sepanjang Tidak
Bertentangan Dengan Hukum dan Etika.
d. Menjaga Nama Baik Sesama Karyawan, Pimpinan,
BUMN dan Negara.
3.3.1.6 Kolaboratif
a. yang berati membangun kerjasama yang sinergis.
b. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai
tambah
c. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi.
d. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya
untuk tujuan bersama.
3.1.4 Sejarah
Apotek Kimia Farma 336 Antasari didirikan pada tahun 2008 di Jl.
Pangeran Antasari No. 91 Kelayan Timur, Banjarmasin Selatan, Kota
Banjarmasin. Apotek Kimia Farma 336 Antasari merupakan salah satu
outlet yang dibawahi oleh Business Manager (BM) Kimia Farma
Apotek di Banjarmasin yang terletak di Jalan Veteran. Apotek Kimia
Farma 336 Antasari ini merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), yang berada dalam naungan pemerintah. Lokasi Apotek ini
sangat strategis karena terletak di tepi jalan dengan lalu lintas yang
cukup ramai sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
PENGADAAN CLEANING
SERVICE -Rina
Muhammad Anggraini
Yusuf -Desi Erviani
Sufiyan
3.2 Tugas dan Tanggung Jawab TTK di Apotek Kimia Farma 336 Antasari
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan Farmasi
adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Pelayanan
Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Fasilitas pelayanan kefarmasian berupa: Apotek, Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, Puskesmas, Klinik, Toko obat; atau, dan Praktik bersama (Peraturan
Pemerintah, No. 51 tahun 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau
Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga
yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan
Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
3.2.1 Tenaga Kefarmasian melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada:
3.2.1.1 Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa industri
Farmasi obat, industri bahan baku obat, industri obat
tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain yang
memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk menjalankan
tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu;
3.2.1.2 Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan
alat kesehatan melalui Pedagang Besar Farmasi, penyalur
alat kesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan alat
kesehatan milik Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
dan pemerintah daerah kabupaten/kota; dan/atau.
3.2.1.3 Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di
Apotek, instalasi Farmasi Rumah Sakit, puskesmas,
klinik, toko obat, atau Praktik bersama.
3.2.2 Peran dan Tanggung jawab TTK menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/X 2002
meliputi:
3.2.2.1 Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan
standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat
dibeli tanpa resep dokter.
3.2.2.2 Memberi Informasi: Yang berkaitan dengan penggunaan/
pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien.
Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas
permintaan masyarakat.
3.2.3 Ada beberapa tugas dan tanggung jawab TTK atau asisten Apoteker
di Apotek kimia Farma 336 Antasari yaitu:
3.2.3.1 Fungsi Pembelian
a. Fungsi dan Tugas
1) Mendata kebutuhan barang.
2) Membuat kebutuhan pareto barang.
3) Mendata pemasok (supplier).
4) Merencanakan dan melakukan pembelian sesuai
dengan yang dibutuhkan, kecuali ada ketentuan
lain dari APA.
5) Memeriksa harga, diskon hasil negosiasi dengan
supplier.
b. Wewenang dan Tanggung Jawab
1) Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli
barang dan masa pembayaran dengan supplier.
2) Bertanggung jawab terhadap perolehan harga
beli.
3) Bertanggung jawab terhadap kelengkapan
barang.
3.2.3.2 Fungsi Gudang
a. Fungsi dan Tugas
1) Menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik
barang.
2) Menata, merawat dan menjaga keamanan
barang b. Wewenang dan Tanggung Jawab
1) Menerima dan mengeluarkan barang.
2) Menata dan menjaga keamanan barang.
3) Bertanggung jawab terhadap resiko barang
hilang dan rusak di gudang.
3.3.1.3 Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan
Farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan
kefarmasian melalui pembelian langsung. penerimaan
perbekalan Farmasi dilakukan oleh Apoteker atau Asisten
Apoteker yang bertanggung jawab untuk menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Tahapan dalam proses
penerimaan dimulai dari pengecekan barang yang meliputi
tujuan pengiriman, kesesuaian faktur dengan fisik barang
yang diterima (jumlah barang, nomor batch dan tanggal
Kadaluwarsa / Expired Date), jika semua sudah sesuai
dengan faktur maka faktur disahkan dengan tanda terima dan
cap stempel Apotek, faktur kemudian di entry ke komputer.
Khusus untuk penerimaan obat Narkotika dan Psikotropika
harus memiliki SIK (Surat Izin Kerja). Barang yang tidak
sesuai denga faktur akan dikonfirmasi ke bagian pengadaan
untuk di retur, tukar faktur atau sesuai kesepakatan. Kriteria
obat akan dilakukan retur seperti jenis dan jumlah obat tidak
sesuai dengan pesanan, barang yang datang mendekati
tanggal Expired, produk recall, slow moving, serta barang
dengan kondisi yang telah rusak.
3.3.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu proses penempatan perbekalan
Farmasi yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Penyimpanan dilakukan untuk mempermudah penyusunan,
pencarian dan pengawasan perbekalan Farmasi serta untuk
menghindari agar perbekalan Farmasi tidak rusak secara fisik
dan kimia. Adapun sistem penyimpanan perbekalan Farmasi
di Apotek Kimia Farma 336 Antasari berdasarkan:
a. Efek Farmakologi
Penyimpanan berdasarkan efek farmakologi di Apotek
Kimia Farma 336 Antasari meliputi obat-obat
Antibiotik, Analgetik, Obat Untuk Saluran Cerna,
Vitamin, Antihipertensi dan Kolesterol, Antihistamin,
Antidiabetes, Hormon dan Obat untuk Saluran Kemih.
b. Alfabetis
Obat-obat yang disimpan di Apotek Kimia Farma 336
Antasari juga disusun berdasarkan alfabetis untuk
mempermudah dalam pencarian.
c. Stabilitas Obat
Penyimpanan obat berdasarkan stabilitas obat di Apotek
Kimia Farma 336 Antasari di bagi menjadi dua yaitu
penyimpanan pada suhu ruang (15-30◦C) dan pada suhu
dingin (2-8◦C). Contoh produk yang harus disimpan pada
suhu dingin yaitu insulin, suppositoria dan ovula.
d. Golongan Obat
Obat-obat OTC, kosmetik, alat kesehatan dan
suplemen disimpan di area swalayan. Sedangkan obat
keras generik di simpan di rak terpisah dengan obat
keras branded. Obat-obat Narkotika dan Psikotropika
disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu
dengan pintu ganda dan menempel di dinding.
e. Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan
dengan membedakan rak penyimpanan dan
pengelompokan perbekalan Farmasi yang sejenis.
Contohnya membedakan penyimpanan sediaan injeksi,
sediaan tablet atau kapsul dan sediaan sirup serta
sediaan semisolid. Untuk sediaan sirup dikumpulkan
sama dengan bentuk sediaannya seperti Amoxicilin dry
syrup, Parasetamol, Antibiotik suspensi dan lain-lain.
Hal ini juga berlaku untuk semua bentuk sediaan yang
lain.
f. Obat Khusus
Obat-obat yang disimpan secara khusus yaitu obat
untuk pasien BPJS/PRB, obat untuk dokter kapitasi,
obat generik dan obat merek dagang.
g. Fast Moving (Pareto)
Penyimpanan berdasarkan pareto atau fast moving
yaitu obat-obat yang dengan perputaran waktu yang
relatif cepat dan obat-obat yang menghasilkan 80%
total omset dari 20% barang.
h. FEFO dan FIFO
Penyimpanan secara FIFO (First In First Out) adalah
penyimpanan berdasarkan barng yang pertama masuk
akan diletakkan paling depan sehingga akan
didistribusikan lebih dahulu, sedangkan FEFO (First
Expired First Out) adalah penyimpanan barang
berdasarkan tanggal kadaluwarsa perbekalan Farmasi,
barang yang tanggal kadaluwarsanya paling mendekati
akan diletakkan di depan dari pada barang yang
tanggal kadaluwarsanya masih lama.
3.3.1.5 Distribusi
Distribusi adalah kegiatan penyaluran obat kepada pasien
sesuai persyaratan tujuan penggunaannya. Apotek Kimia
Farma 336 Antasari mendistribusikan obat dengan
pelayanan obat resep dokter tunai maupun kredit, obat-
obat tanpa resep dokter/ UPDS (Upaya Pengobatan Diri
Sendiri) dan obat-obat bebas (OTC).
a. Obat Atas Resep Dokter ( Tunai dan Kredit) Pelayanan
resep tunai merupakan penjualan obat berdasarkan resep
dokter yang ditebus pasien dengan cara membayar tunai.
Pelayanan resep kredit merupakan penjualan obat dengan
adanya kerjasama dengan beberapa instansi. Apotek
Kimia Farma 336 Antasari bekerja sama dengan
BPJS/PRB, Mandiri inhealth, Trio Motor, Pertamina,
Bank BI dan PLN. Pasien dengan resep kredit akan
didata ke dalam pos kredit masing-masing instansi.
Pelayanan resep kredit pada Apotek Kimia Farma 336
Antasari lebih banyak melayani resep BPJS/PRB.
Pelayanan resep PRB (Program Rujuk Balik) merupakan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita
penyakit kronis
dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang.
1) Resep Tunai
Resep dari dokter yang berpraktik didalam Apotek
atau diluar Apotek.
Alur pelayanan resep tunai di Apotek Kimia Farma
733 Pramuka adalah sebagai berikut :
a) Penerimaan Resep
(1) Pemeriksaan keabsahan resep dan
kelengkapan resep, terdiri dari :
(a) Nama, alamat, nomor SIP, nomor SIK,
nomor telepon dan tanda tangan/paraf
dokter penulis resep.
(b) Nama, obat, umur, berat badan, alamat
dan nomor telepon pasien.
(2) Penetapan harga
b) Perjanjian dan pembayaran
(1) Pengambilan obat sebagian atau semua.
(2) Ada atau tidaknya penggantian obat atas
persetujuan dokter atau pasien.
(3) Pembayaran Tunai atau Kredit.
(4) Pembuatan kwitansi dan salinan resep.
c) Peracikan
(1) Penyiapan resep atau penandaan obat dan
kemasan.
(2) Proses peracikan (perhitungan dosis,
pengambilan bahan, penimbangan,
pencampuran bahan dan pengemasan).
(3) Penyajian hasil akhir racikan dan
pemberian etiket.
d) Pemeriksaan Terakhir
(1) Nomor resep.
(2) Nama obat, bentuk, jenis sediaan, dosis,
jumlah dan aturan pekai.
(3) Nama pasien, umur, alamat dan nomor
telepon.
(1) Kesesuaian salinan resep dengan resep
asli.
(2) Kebenaran kwitansi.
e) Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi
(1) Nama obat, bentuk, jenis sediaan, dosis dan
jumlah obat.
(2) Cara pemakaian obat.
(3) Cara penyimpanan obat.
(4) Efek samping yang mungkin timbul dan
cara mengatasinya.
Resep datang
Skrining Resep
Periksa ketersediaan
Kembalikan
Serahkan obat
disertai cara
pemakaian obat
Gambar 3.3 Alur Pelayanan dengan Resep Dokter di Apotek Kimia Farma
336 Antasari
Apoteker/ AA
menawarkan
alternative lain dengan Obat disiapkan
kandungan yang sama
Gambar 3.4 Alur Pelayanan UPDS di Apotek Kimia Farma 336 Antasari
APOTEKER PENGELOLA
APOTEK
apt. Nelson Jaya Seputra, S. Si
PENGADAAN CLEANING
SERVICE -Rina
Muhammad Anggraini
Yusuf -Desi Erviani
Sufiyan
Apotek Kimia Farma 336 Antasari dipimpin oleh seorang APA dan
dibantu oleh seorang Apoteker pendamping dalam menjalankan Apotek.
Apotek Kimia Farma 336 Antasari memiliki seorang Koordinator Teknik,
3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), dan 1 orang Cleaning Service
(CS). Apotek Kimia Farma 336 Antasari bekerjasama dengan 4 dokter
Praktik yaitu Praktik dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis kebidanan
dan penyakit konsultan onkologi, dokter spesialis penyakit dalam serta
pelayanan pasien BPJS. Apotek Kimia Farma 336 Antasari bukan hanya
melayani pembelian obat tetapi juga terdapat pemeriksaan kesehatan yaitu
pemeriksaan Asam Urat, Gula Darah, Kolesterol, Tekanan Darah, Hb Dan
Trigliserida.
Apotek Kimia Farma 336 Antasari beroperasi selama 24 jam yang terdiri
dari 3 shift yaitu :
a. Shift pagi pembagiannya dari pukul 08.00-15.00 WITA,
b. Shift siang pembagiannya dari pukul 15.00-22.00 WITA, dan
c. Shift malam pembagiannya dari pukul 22.00-08.00 WITA.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Apotek
Apotek Kimia Farma 336 Antasari terletak di Jl. Pangeran Antasari No.91
Banjarmasin. Apotek ini dibangun di lokasi yang sangat strategis karena
terletak di tepi jalan dengan lalu lintas yang cukup ramai, dekat dengan
Rumah Sakit, sekolah, pasar dan perumahan penduduk sehingga mudah
dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun pribadi serta
tersedia area parkir yang luas. Apotek Kimia Farma 366 Antasari memiliki
tata ruang sebagai berikut.
4.1.1 Swalayan Farmasi
Swalayan Farmasi terletak satu ruangan dengan ruang pemeriksaan
kesehatan. Barang yang terdapat pada bagian swalayan adalah obat
OTC (Over The Counter) yaitu obat yang dapat dibeli tanpa resep
dan pasien dapat memilih obat yang dibutuhkan secara langsung.
Produk OTC disusun berdasarkan kegunaan barang tersebut
(produk kosmetik, vitamin dan suplemen makananan, produk oral
dan topikal, produk susu, perlengkapan bayi dan alat kesehatan).
Penyusunan barang sesuai fungsi produk bertujuan untuk
memudahkan pasien pelanggan dalam memilih obat yang
diinginkan. Terdapat juga SPG (Sales Promotion Girl) yang dapat
membantu pelanggan dalam memilih serta mendapatkan informasi
mengenai produk-produk yang ada di area swalayan.
4.1.2 Loket Pelayanan Resep, Pembayaran dan Penyerahan Obat
Loket pelayanan resep, pembayaran dan penyerahan obat berada pada
satu counter. Pada loket pembayaran terdapat komputer POS (Point Of
Sales) yang dapat digunakan untuk mengetahui harga obat, riwayat
transaksi, layanan resep dan cek stok obat online. loket pelayanan
resep digunakan untuk menerima resep dan penyiapan obat non-
racikan, sedangkan untuk obat yang diracik, dikerjakan di
ruang peracikan di bagian belakang. Loket penyerahan obat
digunakan untuk penyerahan obat kepada pasien.
4.1.3 Lemari Obat
Lemari obat yang digunakan berbahan kayu. Lemari obat Narkotika
dan Psikotropika terletak di atas dengan pintu ganda dan menempel
pada dinding serta tidak dapat dilihat oleh pasien dan dikunci. Obat
yang memerlukan penyimpanan pada tempat dingin seperti injeksi
dan suppositoria diletakkan pada lemari pendingin dengan suhu 2-
8◦C.
4.1.4 Ruang Tunggu
Ruang tunggu untuk pasien saat menunggu dokter atau menunggu
resep terletak di depan ruang Praktik dokter.
4.2.2.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan dalam merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan telah disetujui.
Sistem pengadaan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma
336 Antasari diadakan secara grouping dimana terpusat oleh
bagian BM (Business Manager) yang kemudian disalurkan
ke outlet- outlet Kimia Farma lainya. Pengadaan dibagi
menjadi 4 macam, yaitu sistem Min-max, permintaan
manual, permintaan cito dan permintaan mendesak. Sistem
Min-max adalah pengadaan berdasarkan perhitungan sistem
Kimia Farma yang dilakukan oleh bagian pengadaan di
Business Manager (BM). Permintaan manual adalah
pengadaan berdasarkan catatan dari buku defecta dan buku
penolakan serta menyesuaikan kebutuhan Apotek.
Permintaan cito digunakan untuk barang- barang yang
diperlukan cepat, biasanya dilakukan untuk pengadaan obat
karena permintaan pasien dimana obat tersebut tidak
tersedia di Kimia Farma lain. Permitaan mendesak adalah
pembelian yang dilakukan langsung antar outlet Kimia
Farma, dengan adanya sistem ini maka kebutuhan pasien
akan obat dapat dipenuhi oleh Apotek Kimia Farma 366
Antasari, keuntungan lainnya yaitu stok obat tertentu tidak
menumpuk hanya pada satu Apotek Kimia Farma saja,
sehingga perputaran obat lebih cepat dan mencegah
adanya obat-obat yang telah kedaluwarsa mengingat
perputaran obat di Apotek Kimia Farma lain tidak sama.
4.2.2.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu proses penempatan perbekalan
farmasi yang sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Penyimpanan dilakukan untuk mempermudah
penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan
Farmasi serta untuk menghindari agar perbekalan Farmasi
tidak rusak secara fisik dan kimia.
Adapun sistem penyimpanan perbekalan Farmasi di
Apotek Kimia Farma 336 Antasari berdasarkan:
a. Efek Farmakologi
Penyimpanan berdasarkan efek farmakologi di Apotek
Kimia Farma 336 Antasari meliputi obat-obat
Antibiotik, Analgetik, Obat Untuk Saluran Cerna,
Vitamin, Antihipertensi Dan Kolesterol, Antihistamin,
Antidiabetes, Hormon Dan Obat Untuk Saluran
Kemih.
b. Alfabetis
Obat-obat yang disimpan di Apotek Kimia Farma 336
Antasari juga disusun berdasarkan alfabetis untuk
mempermudah dalam pencarian.
c. Stabilitas Obat
Penyimpanan obat berdasarkan stabilitas obat di
Apotek Kimia Farma 336 Antasari di bagi menjadi
dua yaitu penyimpanan pada suhu ruang (15-30◦C)
dan pada suhu dingin (2-8◦C). Contoh produk yang
harus disimpan pada suhu dingin yaitu insulin,
suppositoria dan ovula.
d. Golongan Obat
Obat-obat OTC, kosmetik, alat kesehatan dan
suplemen disimpan di area swalayan. Sedangkan obat
keras generik di simpan di rak terpisah dengan obat
keras branded. Obat- obat Narkotika dan Psikotropika
disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu
dengan pintu ganda dan menempel di dinding.
e. Bentuk Sediaan
Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan dilakukan
dengan membedakan rak penyimpanan dan
pengelompokan perbekalan Farmasi yang sejenis.
Contohnya membedakan penyimpanan sediaan injeksi,
sediaan tablet atau kapsul dan sediaan sirup serta
sediaan semisolid. Untuk sediaan sirup dikumpulkan
sama dengan bentuk sediaannya seperti Amoxicilin
dry syrup, Parasetamol, Antibiotik suspensi dan lain-
lain. Hal ini juga berlaku untuk semua bentuk sediaan
yang lain.
f. Obat Khusus
Obat-obat yang disimpan secara khusus yaitu obat
untuk pasien BPJS/PRB, obat untuk dokter kapitasi,
obat generik dan obat merek dagang.
g. Fast Moving (Pareto)
Penyimpanan berdasarkan pareto atau fast moving
yaitu obat-obat yang dengan perputaran waktu yang
relatif cepat dan obat-obat yang menghasilkan 80%
total omset dari 20% barang.
h. FEFO dan FIFO
Penyimpanan secara FIFO (First In First Out) adalah
penyimpanan berdasarkan barng yang pertama masuk
akan diletakkan paling depan sehingga akan
didistribusikan lebih dahulu, sedangkan FEFO (First
Expired First Out) adalah penyimpanan barang
berdasarkan tanggal kadaluwarsa perbekalan Farmasi,
barang yang tanggal kadaluwarsanya paling
mendekati akan diletakkan di depan dari pada barang
yang tanggal kadaluwarsanya masih lama.
4.2.2.5 Distribusi
Distribusi adalah kegiatan penyaluran obat kepada pasien
sesuai persyaratan tujuan penggunaannya. Apotek Kimia
Farma 336 Antasari mendistribusikan obat dengan pelayanan
obat resep dokter tunai maupun kredit, obat-obat tanpa resep
dokter/ UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) dan OTC.
a. Obat Atas Resep Dokter ( Tunai dan Kredit)
Pelayanan resep tunai merupakan penjualan obat
berdasarkan resep dokter yang ditebus pasien dengan
cara membayar tunai. Pelayanan resep kredit
merupakan penjualan obat dengan adanya kerjasama
dengan beberapa instansi. Apotek Kimia Farma 336
Antasari bekerja sama dengan BPJS/PRB, Mandiri
inhealth, Trio Motor, Pertamina, Bank BI dan PLN.
Pasien dengan resep kredit akan didata ke dalam pos
kredit masing-masing instansi. Pelayanan resep kredit
pada Apotek Kimia Farma 336 Antasari lebih banyak
melayani resep BPJS/PRB. Pelayanan resep PRB
(Program Rujuk Balik) merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit
kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang.
b. UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)
Merupakan pelayanan obat keras yang ingin
digunakan pasien dan dapat dilayani tanpa resep
dokter, kebanyakan obat UPDS adalah Obat Wajib
Apotek (OWA). Dengan cara melewati swamedikasi
pada pasien.
c. Obat bebas (OTC)
Merupakan obat bebas dan bebas terbatas yang dijual
di area swalayan, sehingga pasien dapat memilih obat
yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya.Dalam
pendistribusian obat terdapat beberapa ketentuan yaitu
untuk obat bebas dan bebas terbatas bisa diberikan
kepada pasien tanpa resep dokter dan diserahkan oleh
Apoteker atau TTK, untuk obat golongan OWA boleh
diberikan pada pasien asalkan diserahkan oleh
Apoteker dan untuk obat keras daftar G yang tidak
termasuk OWA, Narkotik dan Psikotropika maka
pendistribusiannya wajib menggunakan resep dokter.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Pengantar Praktik Kerja lapangan (PPKL) yang
dilaksanakan di Apotek Kimia farma 336 Antasari dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
5.1.1 Dapat Mengetahui dan memahami persyaratan Apotek
5.1.2 Dapat Memahami dan melihat secara langsung proses pengelolaan
Apotek yang dilakukan oleh Apoteker pengelola Apotek dengan
baik secara teknis Farmasi maupun non teknis farmasi.
5.1.3 Pemahaman calon tenaga Farmasi tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasina di Apotek.
5.1.4 Wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis
calon Tenaga Farmasi untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
Apotek sudah terbekali.
5.1.5 Calon tenaga Farmasi berkesempatan untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan Praktik Farmasi komunitas di Apotek.
5.1.6 Telah siap dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga Farmasi
yang professional.
5.1.7 Telah mendapat gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan
kefarmasian di Apotek.
5.1.8 Mampu melakukan Pengelolaan obat, Pengelolaan alat-alat
kesehatan sederhana dan obat herbal.
5.1.9 Dan dapat melaksanakan dan mematuhi peraturan perundang-
undangan dan kode etik tenaga Farmasi yang terkait dengan Apotek.
88
89
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan kegiatan PPKL yang dilaksanan di
Apotek Kimia Farma 336 Antasari anatara lain :
5.2.1 Bagi Mahasiswa
5.2.1.1 Lebih menambah pengetahuan sebelum melakukan PPKL
seperti tentang tugas dan fungsi Apotek menurut undang-
undang, pengelolaan obat, pelayanan dan administrasi di
Apotek
5.2.1.2 Meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan Sumber
Daya Manusia (SDM) di Apotek serta keterampilan dalam
melakukan pelayanan kefarmasian.
5.2.2 Bagi Apotek
5.2.2.1 Ditingkatkan kembali dalam hal melakukan pencatatan kartu
stok untuk menghindari perbedaan stok antara stok fisik, stok
pada kartu stok, serta stok yang ada di komputer.
5.2.2.2 Dibuatkan ruangan konseling yang tertutup dan tidak
banyak orang keluar masuk agar didapat kegiatan
konseling yang efektif sehingga konseling tidak dilakukan
hanya di counter pada saat penyerahan obat, tetapi di
ruang khusus konseling.
DAFTAR PUSTAKA