Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI RS. TK II RIDWAN MEURAKSA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Nasional

Disusun oleh :

Julfia jahira ulfa 1017525 Shifa isnaina rizqi 1017553

Rohila sudjai 1017546 Tri kusniarti 1017612

Sahrul setiawan 1017548 Zakya adinda 1017562

YAYASAN PENDIDIKAN PEMUDA-PEMUDI INDONESIA (YP3I)

SMK FARMASI AVICENNA CILEUNGSI

TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019

Kompetensi Keahlian : Farmasi


Jl.Raya Cileungsi-Jonggol KM 01 Kec.Cileungsi Kab. Bogor Jawa Barat
Telp. (021)82482640. Fax.(021) 82482640
Email : smkfavicennacileungsibogor@gmail.com
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan di RS.TK II MOH RIDWAN MEURAKSA


telah diperika dan disetujui oleh :

Pembimbing Sekolah Pembimbing Rumah Sakit

SMKF Avicenna Cileungsi RS. TK II Ridwan Meuraksa

SANTI UTAMI,S.Farm.,Apt AGUS SUBARNO,S.SI.,Apt

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMK Farmasi Avicenna Cileungsi

WASITO,M.Pd

ii
Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit Tk.II Moh. Ridwan Meuraksa,
Praktek Kerja Lapangan ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai
peran, tugas, dan fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di Rumah Sakit
sehingga dapat memberikan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam
memahami tugas dan fungsinya sebagai calon Asisten Apoteker. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam dan tulus kepada:

1. Direktur Rumah Sakit Tk II Moh. Ridwan Meuraksa


2. Bapak Wasito, M.pd, selaku kepala sekolah SMKF Avicenna Cileungsi
3. Bapak Agus Subarno,S.Si.,Apt. selaku penanggung jawab apotek RS. Tk
II Moh. Ridwan Meuraksa serta pembimbing lahan prakerin
4. Ibu Santi Utami,S.Farm.,Apt. Selaku guru pembimbing
5. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan moral, motivasi,
material dan doa
6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja


Lapangan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

31 April 2019

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................... 1
1.3 Manfaat............................................................................................. 2
BAB II URAIAN UMUM ................................................................................. 3
2.1 Rumah Sakit ...................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ...................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit ................................................. 3
2.1.3 Rumah Sakit TK II Ridwan Meuraksa ............................ 5
2.1.4 Visi Misi RS Ridwan Meuraksa ..................................... 8
2.1.5 Moto, Falsafah, Tujuan dan Nilai - Nilai
RS Ridwan Meuraksa ...................................................... 9
2.1.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ........................................ 11
2.2 Struktur Organisasi ............................................................................ 11
2.2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit......................................11
2.2.2 Struktur Organisasi IIFRS .............................................. 15
2.2.3 Struktur Organisasi IFRS Ridwan Meuraksa................... 15
2.3 Tugas dan Tanggung Jawab .............................................................. 17
2.3.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ....................................... 17
2.3.2 Tugas dan fungsi IFRS .................................................... 18
2.3.3 Tujuan IFRS .................................................................... 18
2.3.4 Kebijakan Umum IFRS Ridwan Meuraksa...................... 19
2.3.5 Tanggung Jawab IFRS...................................................... 21
2.4 Pengelolaan perbekalan farmasi........................................................ 21
2.5 Sistem distribusi obat ........................................................................ 28
2.6 Mutu Pelayanan ................................................................................. 29

iv
2.6.1 Mutu pelayanan kesehatan ............................................. 29
2.6.2 Mutu pelayanan farmasi ................................................. 30
2.7 Gudang farmasi................................................................................. 33
2.8 Obat .................................................................................................. 33
2.9 Sediaaan Puyer.................................................................................. 35
2.10 Sediaan Kapsul ............................................................................... 36
BAB III URAIAN KHUSUS............................................................................ 39
3.1 Pengelolaan Rumah Sakit Ridwan Meuraksa.................................. 39
3.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit Ridwan
Meuraksa........................................................................................... 40
3.3 Pendistribusian obat di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa.................. 42
3.4 Tindakan Apabila Terjadi Kekosongan Obat di RS. Ridwan
Meuraksa........................................................................................... 43
3.5 Peracikan Obat di RS Ridwan Meuraksa.......................................... 45
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 46
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan....................................................... 46
4.2 Pembahsan ...................................................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 48
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 48
5.2 Saran ............................................................................................... 48
LAMPIRAN
DaAFTAR PUSTAKA

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah praktek kerja yang
dilakukkan oleh sekolah dengan dunia industri atau instansi pemerintah
seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan lainnya. Dalam dunia
pendidikan, khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program
Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk menyiapkan sumber daya
manusia yang siap bekerja secara terampil dengan kemampuan yang
diperolehnya.Program PKL ini salah satu cara yang efektif untuk memadukan
antara teori dan praktek yang diterima di sekolah dengan praktek kerja yang
secara nyata di Instansi terkait. Oleh karena itu, program PKL memegang
peranan yang sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh ilmu yang telah
dikuasai peserta didik dalam penerapannya di dunia kerja yang sebenarnya.

1.2 Tujuan
Praktek kerja lapangan ini bertujuan:

a. Tujuan umum

Melaksanakan program pembelajaran khususnya mata pelajaran


produktif dan memberi pengalaman kerja yang sesungguhnya agar peserta
didik mampu menguasai kompetensi produktif standar.

b. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui mekanisme pengelolaan perbekalan farmasi di
Rumah Sakit TK. II Ridwan Meuraksa.
b. Untuk mengetahui peranan asisten apoteker di Rumah Sakit TK. II
Ridwan Meuraksa.
c. Agar peserta didik mampu memahami, memantapkan, dan
mengembangkan pelajaran yang diperoleh di sekolah dan diterapkan
di lapangan kerja.

1
2

d. Agar peserta didik mampu mencari alternatif pemecahan masalah


kefarmasian sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan
secara lebih luas dan mendalam yang terungkap dari laporan yang
disusun per kelompok.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan


Praktek Kerja Lapangan dapat membantu calon asisten apoteker
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja terutama dibidang
kesehatan, dan lebih mengetahui bagaimana kegiatan yang ada di Rumah
Sakit sebenarnya, serta dapat membentuk calon tenaga kesehatan siap pakai
yang berwawasan luas, kreatif, bertanggung jawab, pekerja keras, serta
memiiki akhlak yang baik.
BAB II
URAIAN UMUM
2.1. Rumah Sakit
2.1.1.Definisi Rumah Sakit
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
Secara singkat rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan untuk
melakukan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dapat dipandang sebagai suatu
struktur terorganisasi yang menggabungkan berbagai profesi
kesehatan dengan tugasnya masing-masing.
2.1.2. Klasifikasi Rumah Sakit
2.1.2.1. Berdasarkan Jenis Pelayanan yang Diberikan
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
pada semua jenis penyakit.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu jenis penyakit tertentu berdasarkan umur, dan organ
tubuh.

3
4

2.1.2.2. Berdasarkan Pengelolaannya


a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat
nirlaba.
b. Rumah Sakit Privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan atau Perseroan
Terbatas (PT).
2.1.2.3. Berdasarkan Afiliasi pendidikan
a. Rumah Sakit pendidikan
Rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan residensi dalam
medik, bedah, pediatrik, dan bidang spesialis lain.
b. Rumah Sakit non pendidikan
Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan
tidak ada afiliasi rumah sakit dengan universitas.
2.1.2.4. Klasifkasi Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia (TNI)
a. Rumah Sakit tingkat I
Dikepalai oleh seorang jenderal bintang I/laksamana pertama untuk
TNI angkatan laut. Rumah sakit ini mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialitis dan subspesiaitis yang
lengkap, contohnya RSPAD Gatot subroto dijakarta.
b. Rumah Sakit tingkat II
Dikepalai oleh seorang kolonel. Rumah sakit ini mempunyai
pelayanan medis spesialitis dan subspesialitis tidak selengkap rumah
sakit tingkat I, contohnya RS tk II Moh ridwan meuraksa.
c. Rumah Sakit tingkat III
Dikepalai oleh seorang letnan kolonel. Rumah sakit ini mempunyai
pelayanan medis spesialitis dan subspesialitis yang terbatas,
contohnya RSAU Halim.
5

d. Rumah Sakit tingkat IV


Dikepalai oleh seorang mayor. Terdapat dokter umum, dokter
spesialis dan dokter gigi, contohnya RSAL Abon mataram.

2.1.3. Rumah Sakit TK. II Moh Ridwan Meuraksa

2.1.3.1 Aspek Sejarah

Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa adalah rumah sakit Kesdam


Jaya. Nama Moh. Ridwan Meuraksa diambil dari salah satu seorang
perwira kesehatan tentara dari Resimen VI Brigade Kian
Santang/Siliwangi 21 atas pengabdiannya dalam lapangan peri
kemanusiaan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya
terhadap bangsa dan Negara, maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia telah menganugrahkan Satya Lencana Kebaktian
Sosial No. 252/5.68 tertanggal 1968 kepada Drs. Med.Moh. Ridwan
Meuraksa (almarhum), dokter yang disampaikan oleh menteri kesehatan
Prof. siwabessy kepada ahli waris almarhum di sebuah upacara di
Departemen Kesehatan.
Almarhum Mohammad Ridwan Meuraksa berasal dari Aceh,
ayahandanya adalah Teuku Abdussalam dari Meuraksa ulama yang
terkenal di Aceh dan menjadi anggota DPRD yang pertama di daerah itu.
Ibunya bernama Sjamsiah binti Teungku Syech Ibrahim Lambhu.
Almarhu Mohammad Ridwan Meuraksa dilahirkan pada tanggal 25 Maret
1927. Almarhum merupakan seorang anak yang baik, sabar dan suka
bernyanyi dengan suaranya yang merdu. Ia menyelesaikan sekolah HIS
(Hollandsch Inlandsche School) Muhammadiyah di Kutaraja (tahun 1928
– 1935) lalu melanjutkan ke Gouv Mulo (SMP Negeri) dan melanjutkan
pendidikan kedokteran di Nederlands Indische Artsen School (NIAS)
Surabaya (tahun 1939) namun terhenti karena meletusnya Perang Dunia
II, sehingga terhenti pada tahun 1942.
Pada masa pemerintahan Jepang di Bulah Ika Daigaku (Sekolah
Tinggi Kedokteran) yang menggabungkan Geneeskundige Hogeschool
6

(GHS) dan Nederlands Indische Artsen School (NIAS). Almarhum


mengikuti pendidikan ini pada tahun 1943 – 1945, namun tak sampai lulus
karena ditangkap oleh pemerintah Belanda selama beberapa hari di
penjara Glodok, tetapi oleh Pimpinan Tinggi Kedokteran Prof. Dr
Soetomo Tjokronegoro bahwa Moh. Ridwan tercatat sebagai mahasiswa
yang sedang mengikuti kuliah sehingga dapat dibebaskan.
Dalam tugasnya sebagai Perwira Kesehatan Resimen VI Brigade
Santang Siliwangi di Cikampek/Karawang. Drs. Moh. Ridwan Meuraksa
meninggal dalam tugasnya di gunung Batu (Jawa Barat) pada tanggal 21
Januari 1948. Atas prakarsa Komandan Puskes Angkatan Darat (AD),
diusulkan untuk memberi nama Perwira Kesehatan TNI-AD Moh.
Ridwan Meuraksa, kapten Anumerta kepada Rumah Sakit Kodam Jaya
dalam rangka pelestarian nama pahlawan yang gugur di medan bakti
dalam perjuangan menegakkan Kemerdekaan Indonesia.
Atas persetujuan Kepala Staf TNI-AD dengan ST/457/1974, maka
dengan Surat Keputusan No. SKEP – 257-3/X/1974 oleh Pangdam Jaya
Mayjen G.H. mantik, RS Kodam Jaya diresmikan sebagai Rumah Sakit
Moh. Ridwan Meuraksa pada tanggal 26 Oktober 1974.

3.2.3.2 Fasilitas Rumah Sakit Ridwan Meuraksa

Rumah Sakit TK. II Moh Ridwan Meuraksa di klasifikasikan


sebagai rumah sakit type B, dengan total kapasitas rawat inap sebanyak
150 tempat tidur. Berdasarkan kepemilikannya diklasifikasikan sebagai
rumah sakit milik pemerintah dibawah naungan Kementerian Pertahanan
cq. Kodam Jaya, dan merupakan rujukan untuk pelayanan medis/ PPK II
untuk pasien kedinasan di wilayah DKI Jakarta dan rujukan untuk
wilayah Jakarta Pusat untuk pasien BPJS Umum.
Pada Bulan Februari 2017, Rumah Sakit TK. II Moh Ridwan
Meuraksa berpindah lokasi dari Jln. Kramat raya no. 174 ke Jln. Raya
Taman Mini , Kel. Pinang Ranti, Jakarta Timur.
7

Dengan berubahnya lokasi pelayanan, membuat areal service pun


berubah. Sehingga merubah asal pasien, demografi/ sebaran penyakit,
kondisi pelayanan dll, sehingga membuat pihak managemen harus
melakukan kajjian di dalam penyempurnaan pelayanan terhadap pasien.
Apalagi di tempat yang baru kapasitas tempat tidur lebih banyak ± 250
TT, poliklinik dan ruang perawatan bertambah, seperti pelayanan NICU,
PICU, HCU dan CVCU.
A. Fasilitas rawat jalan di RS Tk.II Moh Ridwan Meuraksa Pinang Ranti
terdiri dari :
1. Poliklinik Instalasi Rawat Jalan
Poliklinik Rawat jalan terdiri dari Poliklinik Penyakit
Dalam/ Jantung dan Paru, Poliklinik Bedah, Poliklinik Obsgyn dan
Ika, Poloklinik Mata/ THT/ Kulit dan Kelamin, Poliklinik Gigi dan
Mulut, Poliklinik Saraf dan Jiwa, Poliklinik Rehab Medik,
Poliklinik Akupuntur, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Bedah
Umum, Bedah Orthopedi dan Bedah Plastik.
2. Poliklinik Tulip
Poliklinik ini melayani pasien penderita HIV/ AIDS.
3. Medical Ceck Up ( MCU )
Poliklinik ini melayani pemeriksaan Calon Taruna atau
Prajurit, Prajurit TNI atau PNS yang akan melakukan pemeriksaan
Medical Ceck Up (MCU) secara berkala dan masyarakat umum.
4. Penunjang Medik
Penunjang Medik yang terdapat di RS TK. II Moh Ridwan
Meuraksa Pinang Ranti antara lain:
a. Radiologi X Ray, CT Scan Dental Panoramic
b. Ultrasonografi (USG) 4 Dimensi, Treadmil, Elektrokardiograf
(EKG), Elektro Encephalo Gram (EEG), Spirometri (Poli
Paru), Audiometri, Endoskopi,
c. Laboratorium
8

d. Instalasi Farmasi, yang langsung melayani pasien rawat jalan


dan rawat Inap.
e. Hemodialisa.
f. Instalasi Gawat Darurat ( IGD ), Ambulan Service.

B. Fasilitas rawat inap di RS Tk.II Moh Ridwan Meuraksa Pinang Ranti


terdiri dari:
1. R. Bersalin , kapasitas 8 Tempat Tidur ( TT ) dan 1 ruang isolasi.
2. NICU, kapasitas 11 TT , level 1, 2 dan 3.
3. PICU, kapasitas 7 TT dan 2 ruang isolasi.
4. ICU, kapasitas 9 TT.
5. ICCU, kapasitas 8 TT.
6. R. Gladiol/ Ruang VVIP dan VIP, kapasitas 10 TT.
7. R. Edelweis/ Ruang bayi sehat, kapasitas 10 TT.
8. R. Azalea/ Ruang rawat inap anak, kapasitas 24 TT.
9. R. Krisan/ Ruang rawat inap kebidanan, kapasitas 24 TT.
10. R. Katleya/ Ruang rawat inap internis wanita, kapasitas 24 TT.
11. R. Lavender/ Ruang rawat inap internis pria, kapasitas 24 TT.
12. R. Anyelir/ Ruang rawat inap bedah wanita, kapasitas 24 TT.
13. R. Asoka/ Ruang rawat inap bedah pria, kapasitas 24 TT.
14. R. Sakura/ Ruang khusus Isolasi, kapasitas 24 TT.

Untuk memudahkan didalam evakuasi pasien melalui udara, maka RS


Tk.II Moh Ridwan Meuraksa Pinang Ranti, memiliki Fasilitas
Helipad di lantai V.

2.1.4. Visi dan Misi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa

a. Visi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa


Menjadi rumah sakit pilihan utama dan kebanggaan prajurit ASN
dan keluarganya di wilayah kodam jaya serta masyarakat umum di DKI
Jakarta.
9

b. Misi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa


1. Melaksanakan pelayanan kesehatan bagi personel TNI AD dan
keluarganya khususnya dilingkungan kodam jaya meliputi kesehatan
kuratif dan rehabilitasi.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan rujukan yang prima dan
paripurna serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat umum.
3. Memberikan dukungan kesehatan yang handal.
4. Mengembangkan kemampuan sumber daya yang dimiliki melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai bidang dan profesinya .
5. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan
kewenangan dn tantangan dalam tugas mendatang.
6. Menjadikan Rumkit TK II Moh. Ridwan Meuraksa terakreditasi
paripurna.
7. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif,
efisien, dan akuntebel, agar tercipta pertumbuhan finansial dan sistem
menajemen yang profesional.
8. Melaksanakan fungsi pendidikan, penelitian dan pengembangan,
khususnya dibidang ilmu kedokteran dan keperawatan melalui kerja
sama dengan pusat pendidikan.

2.1.5. Moto, Falsafah, Tujuan dan Nilai - Nilai RS Ridwan Meuraksa


a. Moto
“ e - spirit “
Empati, Solid, Profesional, Iman, Ramah, Indah dan Tertib.
b. Falsafah
Kesembuhan, Keselamatan dan Kepuasan pasien adalah wujud pelayanan
kami yang pofesional dan bermutu.
c. Tujuan
1. Membangun budaya organisasi yang kondusif dan sense of service.
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan prima berbasis kepuasan customer.
10

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai


standar, dengan memberikan pelayanan exelent.
4. Tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi prajurit, PNS dan
keluarganya serta masyarakat.
d. Nilai - nilai
1. Non Diskriminatif
Tidak adanya perbedaan dalam pelayanan baik pasien Dinas maupun
umum semuanya memiliki kesempatan yang sama sesuai kasusnya.
2. Manusiawi
Melayani dengan nilai - nilai kemanusiaan.
3. Empati
Ikut merasakan apa yang sedang dialami oleh pasien.
4. Ikhlas
Bekerja tidak semata-mata berorientasi pada keuntungan materi tapi
dengan ketulusan hati dalam melayani.
5. Profesional
Pelayanan kesehatan diberikan sesuai bidang ilmu pengetahuan yang
dimiliki.
6. Solid
Pelayanan yang diberikan atas dasar kerjasama dan kekompakan dengan
memperhatikan koordinasi, integritas dan berlanjut.
7. Komitmen
Pelayanan dilaksanakan dengan dilandasi komitmen yang tinggi, untuk
menjaga nama baik satuan dan pengembangan satuan.
8. Transparan dan Akuntabel
Keterbukaan dan mengikuti sistem yang terstandarisasi serta dapat
dipertanggung jawabkan menjadi pilihan terbaik menuju good
governance.
11

2.1.6. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau


unit atau bagian dari suatu Rumah Sakit di bawah pimpinan seorang
Apoteker dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara
professional, tempat, atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung
jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian.

2.2. Struktur Organisasi


2.2.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit
Struktur organisasi adalah suatu susunan yang terdiri atas fungsi-
fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan. Spesifikasi dari aktivitas-aktivitas kerja
serta menunjukkan bagaimana fungsi atau aktivitas-aktivitas yang
berbeda berkaitan satu sama lain dalam suatu organisasi tersebut.

Pedoman Organisasi Rumah Sakit dimuat dalam Peraturan


Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015. Tentang Organisasi
Rumah Sakit, disesuaikan dengan besarnya kegiatan dan beban kerja
Rumah Sakit. Struktur organisasi Rumah sakit harus membagi habis
seluruh tugas dan fungsi rumah sakit. Setiap pimpinan organisasi di
lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam lingkungannya
masing-masing serta dengan unit-unit lainnya.

Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:

1. Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit


Kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit adalah pimpinan
tertinggi dengan nama jabatan kepala, direktur utama, atau direktur.
Dalam melaksanakan tugas, kepala rumah sakit atau direktur rumah
sakit menyelenggarakan fungsi:
12

1. Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi.


2. Penetapan kebijakan penyelenggaraan rumah sakit sesuai dengan
kewenangannya.
3. Penyelenggaraan tugas dan fungsi rumah sakit.
4. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan tugas dan
fungsi unsur organisasi.
5. Evaluasi, pencatatan, dan pelaporan.

2. Unsur Pelayanan Medis

Unsur pelayanan medis merupakan unsur organisasi dibidang


pelayanan medis yang berada di bawah dan tanggung jawab kepada
kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit. Unsur pelayanan medis
dipimpin oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang atau manajer.
Unsur pelayanan medis bertugas melaksanakan pelayanan medis.
Dalam melaksanakan tugas, unsur pelayanan medis
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana pemberian pelayanan medis.
2. Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan medis.
3. Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien
di bidang pelayanan medis.
4. Pemantauan dan evaluasi pelayanan medis.

Unsur pelayanan medis meliputi rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat.

3. Unsur Keperawatan
Unsur keperawatan merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan keperawatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepala kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit. Unsur
keperawatan dipimpin oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang,
atau manajer. Unsur keperawatan bertugas melaksanakan pelayanan
13

keperawatan. Dalam melaksanakan tugas, unsur keperawatan


menyelenggarakan fungsi:
1. Penyususnan rencana pemberian pelayanan keperawatan.
2. Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan keperawatan.
3. Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien
di bidang keperawatan.
4. Pemantauan dan evaluasi pelayanan keperawatan.

4. Unsur Penunjang Medis


Unsur penunjang medis merupakan unsur organisasi di bidang
pelayanan penunjang medis yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit. Unsur
penunjang medis dipimpin oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang
atau manajer. Dalam melaksanakan tugas, unsur penunjang medis
menyelanggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana pemberian pelayanan penunjang medis.
2. Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan penunjang medis.
3. Pelaksanaan kendali mutu, kendali biaya, dan keselamatan pasien
di bidang pelayanan penunjang medis.
4. Pengelolaan rekam medis.
5. Pemantauan dan evaluasi pelayanan penunjang medis.

Rumah sakit dapat membentuk unsur pelayanan penunjang non


medis sesuai dengan kebutuhan. Kepala rumah sakit atau direktur
rumah sakit menetapkan lingkup pelayanan atau bidang yang masuk
dalam unsur pelayanan penunjang medis dan unsur pelayanan
penunjang non medis.

5. Unsur Administrasi Umum dan Keuangan


Unsur administrasi umum dan keuangan merupakan unsur
organisasi di bidang pelayanan administrasi umum dan keuangan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit atau
14

direktur rumah sakit. Unsur administrasi umum dan keuangan dipimpin


oleh direktur, wakil direktur, kepala bidang, atau manajer. Unsur
administrasi umum dan keuangan bertugas melaksanakan administrasi
umum dan keuangan. Dalam melaksanakan tugas administrasi umum,
unsur administrasi umum dan keuangan menyelenggarakan fungsi
pengelolaan:
1. Ketatausahaan.
2. Pelayanan hukum dan kemitraan.
3. Pemasaran.
4. Kehumasan.
5. Pencatatan, pelaporan, dan evaluasi.
6. Penelitian dan pengembangan.
7. Sumber daya manusia.
8. Pendidikan dan pelatihan.

Dalam melaksanakan tugas keuangan, unsur administrasi umum


dan keuangan menyelanggarakan fungsi :
1. Perencanaan anggaran
2. Perbendaharaan dan mobilisasi dana
3. Akuntansi

6. Komite Medis
Komite Medis merupakan unsur organisasi yang mempunyai
tanggung jawab untuk menerapkan tata kelola klinis yang baik (good
clinical government). Komite medis dibentuk oleh dan bertanggung
jawab kepada kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit. Komite
medis bertugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja
di rumah sakit dengan cara:
1. Memelihara mutu profesi staf medis.
2. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
15

Unsur organisasi rumah sakit selain kepala rumah sakit atau direktur
rumah sakit dapat berupa direktorat, departemen, divisi, instalasi, unit
kerja, komite dan/atau satuan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja
rumah sakit.

2.2.2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


Menurut Kepmenkes Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Struktur organisasi minimal di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit yaitu :
1. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2. Administrasi Farmasi
3. Pengelolaan perbekalan farmasi
4. Pelayanan farmasi klinik
5. Manajemen mutu

2.2.3. Struktur Organisasi IFRS RS. TK. II Moh Ridwan Meuraksa

Instalasi Farmasi RS. TK. II Moh Ridwan Meuraksa adalah unit


pelaksana yang berkedudukan langsung di bawah kepala Rumah Sakit
(Karumkit), Dimana dikepalai oleh seorang Perwira Menengah (Pamen)
berpangkat Letnan Kolonel (Letkol), mempunyai tanggung jawab:
1. Perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,
pelayanan/ peracikan obat dan material kesehatan.
2. Pengawasan dan pengendalian dalam penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran.
3. Pencatatan dan pelaporan obat dan atau material kesehatan, di setiap
penerimaan, penyimpanan serta penggunaan.
4. Pemberian informasi kepada para dokter perihal obat-obatan yang
tersedia.

Tugas Pokok Kepala Instalasi Farmasi RS TK. II Moh Ridwan Meuraksa:

1. Membuat rencana kerja tahunan.


16

2. Menyusun perencanaan barang tahunan.


3. Menyusun sistem operasional.
4. Menyusun organisasi pelaksanaan tugas.
5. Membuat tata laksana dan petunjuk teknis pelayanan.
6. Melakukan penilaian penyelenggaraan pelayanan.
7. Membuat laporan berkala dan laporan khusus.
8. Membuat daftar insentif bagi anggota.
9. Membuat DP - 3 staff.
10. Menyusun informasi tentang obat dan monitoring hasil obat.

Dalam pelaksanaan tugas, Kepala Instalasi farmasi (berkualifikasi


Apoteker) dibantu oleh 2 (dua) orang Staff, yaitu Kepala Sub Instalasi
Pelayanan Kefarmasian atau Kasub Instal Yanfar (berkualifikasi Apoteker)
dan kepala Sub instalasi Pengendalian Kefarmasian atau Kasub Instal Dalfar
(berkualifikasi Apoteker). Kasub Instal Yanfar dan Kasub Instal Dalfar
membawahi kegiatan pelayanan dan kegiatan pengendalian persediaan,
yang dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.

Kepala Sub Pelayanan Kefarmasian, mempunyai tugas:

1) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.


2) Mengidentifikai masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan.
4) Memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/ keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien/ keluarga.
7) Meningkatkan mutu pelayanan.
8) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
9) Melaporkan setiap kegiatan.
17

Kepala Sub Pengedalian Kefarmasian, mempunyai tugas:

1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah


sakit.
2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5. Menerima perbekalan farmasi sesuai spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke
unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.3. Tugas dan Tanggung Jawab

2.3.1. Tugas dan fungsi Rumah Sakit


Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tugas rumah sakit
adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 fungsi rumah sakit
adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
18

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi di bidang


kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan.

2.3.2. Tugas Pokok dan Fungsi IFRS


Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi Rumah
Sakit adalah sebagai berikut:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi.
b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan.

2.3.3. Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain:
1. Memberi manfaat kepada penderita, rumah sakit, sejawat profesi
kesehatan dan kepada profesi farmasi oleh Apoteker rumah sakit yang
kompeten dan memenuhi syarat.
2. Membantu dalam penyediaan perbekalan yang memadai dan
memenuhi syarat.
19

3. Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan


dalam ilmu farmastik umumnya.
4. Membantu dalam pengembangan dan kemajuan profesi kefarmasian.
5. Menyebarkan pengetahuan farmasi dengan mengadakan pertukaran
informasi antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi dan
spesialis yang serumpun.

2.3.4. Kebijakan Umum IFRS RS TK. II Moh Ridwan Meuraksa


Kebijakan umum instalasi farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa
adalah sebagai berikut:
1) Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
sesuai ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat
dan keamanannya. Pengelolaan sediaan Farmasi, Alat kesehatan
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan suatu siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
b) Pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir
dan menggunakan proses efektif untuk menjamin kendali mutu dan
kendali biaya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah sakit dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu.
c) Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan
Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian seluruh
20

pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis


Habis Pakai dikelola oleh Instalasi Farmasi.
d) Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi farmasi
sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian
sehingga rumah Sakit mendapatkan manfaat dalam hal:
1) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai.
2) Standarisasi mutu sediaan farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai.
3) Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan
Bahan Medis Habis pakai.
4) Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan
Bahan Medis Habis pakai.
e) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai berdasarkan:
1) Formularium dan standar pengobatan/ pedoman diagnosa
dan terapi.
2) Standar Sediaan Farmasi, Alkes, BMHP yang telah
ditetapkan.
3) Pola Penyakit.
4) Efektivitas dan Keamanan.
5) Pengobatan berbasis bukti.
6) Mutu dan Harga.
7) Ketersediaan di pasaran.

f) Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada:


Formularium Nasional (FORNAS), yang disepakati oleh Staf Medis
yang disusun oleh TIM Farmasi dan Terapi.
21

g) Distribusi perbelakan farmasi


Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan. Sistem diselenggarakan:
1. Sistem persediaan lengkap di ruangan/ Floor Stock di IGD, OK
dan ICU, untuk persediaan di ruang tersebut dikelola dan
disiapkan oleh Instalasi Farmasi, dalam kondisi sementara
dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam
kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada
penanggung jawab ruangan, setiap hari dilakukan serah terima
kembali pengelolaan floor stock kepada petugas farmasi dari
penanggung jawab ruangan.
2. Sistem Resep Perorangan.
3. Sistem Unit Dosis,
yaitu Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) berdasarkan resep
perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk pengobatan satu kali dosis/ pasien. Sistem ini
digunakan untuk pasien rawat inap.

2.3.5. Tanggung Jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Tanggung jawab instalasi farmasi rumah sakit mengembangkan
suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat,
untuk memenuhi berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, untuk unit
pelayanan dan keperawatan, staf medik dan rumah sakit keseluruhan untuk
kepentingan pelayanan yang lebih baik.

2.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi


Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi
pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan,
22

penyimpanan, dan pendistribusian, pengendalian, penghapusan,


administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.

2.4.1. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

2.4.2. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan
harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi
dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman
perencanaan berdasarkan DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran
yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,data
pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan.

2.4.3.Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia
pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari pabrik, distributor,
pedagang besar farmasi, atau rekanan, melalui produksi atau pembuatan
sediaan farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan melalui
sumbangan, droping atau hibah.

2.4.4. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
23

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah


sediaan farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan harga
murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil, sedian farmasi
yang tidak tersedia dipasaran, sediaan farmasi untuk penelitian, sediaan
nutrisi parenteral, rekonstruksi sediaan obat kanker.

2.4.5. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender, konsinasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi yaitu pabrik harus mempunyai sertifikat analisa, barang harus
bersumber dari distributor utama, harus mempunyai material safety data
sheet (MSDS), khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of
origin, dan expire date minimal 2 tahun.

2.4.6. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu dan
kestabilannya, mudah tidaknya meledak atau terbakar, dan tahan atau
tidaknya terhadap cahaya, disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

Permenkes 28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan


narkotika disebutkan bahwa Rumah Sakit harus memiliki tempat khusus
untuk menyimpan narkotika, dimana tempat tersebut harus seluruhnya
terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat, selain itu tempat penyimpanan
narkotika tersebut harus mempunyai kunci yang kuat dan tempat
penyimpanan.

2.4.7. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap
dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi
24

dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan


mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau
kombinasi.

2.4.8. Pengendalin
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Tujuan pengendalian yaitu agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan (Depkes RI,2008)
Kegiatan pengendalian mencakup:
a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode
tertentu. Jumlah stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan stok optimum adalah stok obat yang diserahkan kepada
unit pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan
dari mulai pemesanan sampai obat diterima (Depkes RI,2008)
2.4.9. Penghapusan atau Pemusnahan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan
farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Tujuan penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku.
Adanya penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun
mengurangi risiko terjadi penggunaan obat yang sub standar (Depkes
RI,2008).
25

Prosedur Tetap Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Perbekalan


Kesehatan:
a. Melaksanakan inventarisasi terhadap sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang akan dimusnahkan,
b. Menyiapkan adminstrasi (berupa laporan dan berita acara
pemusnahan),
c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait,
d. Menyiapkan tempat pemusnahan,
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan,
f. Membuat laporan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan,
sekurang-kurangnya, memuat:
a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan,
b. Nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,
c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan,
d. Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan,
e. Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
ditandatangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan.
2.4.10. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di
lingkungan IFRS. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk
melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar
dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum
26

digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu


Stok Induk (Anonim,2012).

Fungsi:
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan
farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau
kadaluwarsa),
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi 1(satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari1
(satu) sumber anggaran,
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat
penyimpanan (Depkes RI,2008).

Hal-hal yang harus diperhatikan:


a. Kartu stok diletakkan bersamaan atau berdekatan dengan
perbekalan farmasi bersangkutan,
b. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,
c. Setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak/kadaluwarsa) langsung dicatat
di dalam kartu stok,
d. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap
akhir bulan (Depkes RI,2008).
Informasi yang didapat:
1) Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia (sisa stok)
2) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima
3) Jumlah perbekalan farmasi yang keluar
4) Jumlah perbekalan farmasi yang hilang, rusak atau
kadaluwarsa
5) Jangka waktu kekosongan perbekalan farmasi.
27

Manfaat informasi yang didapat:


1) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan perbekalan
farmasi
2) Penyusunan laporan
3) Perencanaan pengadaan dan distribusi
4) Pengendalian persediaan
5) Untuk pertanggungjawaban bagi petugas penyimpanan dan
pendistribusian
6) Sebagai alat bantu kontrol bagi Kepala IFRS.

Hal-hal yang harus Diperhatikan:


1) Petugas pencatatan dan evaluasi, mencatat segala penerimaan dan
pengeluaran perbekalan farmasi di Kartu Stok Induk.
2) Kartu Stok Induk adalah:
a. Sebagai pencerminan perbekalan farmasi yang ada di gudang,
b. Alat bantu bagi petugas untuk pengeluaran perbekalan farmasi,
c. Alat bantu dalam menentukan kebutuhan.
3) Bagian judul pada kartu induk persediaan perbekalan farmasi diisi
dengan:
1. Nama perbekalan farmasi tersebut
2. Sumber asal perbekalan farmasi
3. Jumlah persediaan minimum yang harus ada dalam
persediaan, dihitung sebesar waktu tunggu
4. Jumlah persediaan maksimum yang harus ada dalam
persediaan adalah sebesar stok kerja, waktu tunggu dan stok
pengaman.
4) Kolom-kolom pada Kartu Stok Induk persediaan perbekalan farmasi
diisi dengan:
1) Tanggal diterima atau dikeluarkan perbekalan farmasi,
2) Nomor dan tanda bukti misalnya nomor faktur dan lain-lain,
28

3) Dari siapa diterima perbekalan farmasi atau kepada siapa


dikirim,
4) Jumlah perbekalan farmasi yang diterima berdasarkan sumber
anggaran,
5) Jumlah perbekalan farmasi yang dikeluarkan,
6) Sisa stok perbekalan farmasi dalam persediaan,
7) Keterangan yang dianggap perlu, misalnya tanggal dan tahun
kadaluwarsa, nomor batch dan lain-lain.
2. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang
disajikan kepada pihak yang berkepentingan.

Tujuan:

a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi


b) Tersedianya informasi yang akurat
c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
d) Mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

2.5. Sistem Distribusi Obat


Tantanan jaringan sarana, personil, prosedur, dan jaminan mutu
yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian
sediaan obat beserta informasinya kepada penderita disebut distribusi obat.
Sistem ini digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Sistem distribusi obat pasien rawat jalan
Berdasarkan keputusan mentri kesehatan republik indonesia nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan
secara sentralisasi atau desentralisasi dengan resep perorangan
(individual prescribing) oleh apotek.
29

Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat jalan


adalah sistem resep perorangan yaitu cara distribusi obat pada pasien
secara individual berdasarkan resep dokter. Pasien harus diberikan
informasi mengenai obat karena pasien sendiri yang akan bertanggung
jawab atas pemakaian obat tanpa adanya pengawasan dari tenaga
kesehatan. Apoteker juga harus bertindak sebagai konsultan obat bagi
pasien yang melakukan swamedikasi (Siregar dan Amalia, 2003).

b. Sistem distribusi obat pasien rawat inap


Berdasarkan keputusan mentri kesehatan republik indonesia nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap yang diselenggarakan secara sentralisasi
atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan (floor
stock), sistem resep perorangan (individual prescribing), sistem 2osis
unit (Unit Dose Dispending), dan sistem kombinasi disatelit farmasi.

2.6. Mutu Pelayanan


2.6.1. Mutu Pelayanan Keshatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari
interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek atau komponen
pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem.
Proses pengembangan mutu pada sebuah institusi pelayanan
kesehatan dapat dipahami melalui berbagai jenis produk dan jasa
pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat, segmen pasar atau
konsumen produk tersebut, dan harapan masyarakat pengguna jasa
pelayanan terhadap kinerja pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Kemenkes RI memberikan pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan,
yang meliputi kinerja yang menunjukan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien
sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai juga dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
30

Untuk mengembangkan mutu pelayanan kesehatan secara


berkelanjutan, institusi penyedia pelayanan kesehatan harus mengikuti
empat kaidah jaminan mutu yang terdiri dari atas:
a. Pemenuhan kebutuhan dan harapan individu atau kelompok
masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan.
b. Mengikuti sistem dan proses (standar) di dalam institusi pelayanan
kesehatan.
c. Menggunakan data untuk menganalisis proses penyediaan dan
produk (output dan outcome) pelayanan kesehatan.
d. Mendorong berkembangnya team work yang solid untuk
mengatasi setiap hambatan dan kendala yang muncul dalam proses
pengembangan mutu secara berkesinambungan.

2.6.2. Mutu Pelayanan Farmasi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit,
pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian
yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang
baik. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan
yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun
yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan
evaluasi. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin pelayanan kefarmasian
yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan
kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
harus terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit yang dilaksanakan secara berkesinambungan.

Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian meliputi:


a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring
dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai target yang ditetapkan.
31

b. Pelaksanaan, yaitu;
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja),
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian,
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu;
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target
yang ditetapkan.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
memuaskan.
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan
diperlukan indikator, suatu alat atau tolak ukur yang menunjukkan
pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Indikator dibedakan menjadi:
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan
untuk mengukur terpenuhi tidaknya standar masukkan, proses,
dan lingkungan.
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan
untuk mengukur tercapai tidaknya standar penampilan minimal
pelayanan yang diselenggarakan.
Pelaksanaan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan
melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus dapat dilaksanakan
oleh instalasi farmasi sendiri atau dilakukan oleh tim audit internal.
Monitoring dan evaluasi merupakan suatu pengamatan dan penilaian
secara terencana, sistematis dan terorganisir sebagai umpan balik
perbaikan sistem dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
Menitoring dan evaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh proses
tatakelola sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai ketentuan yang berlakuseperti tertera pada gambar diatas, pemasok
adalah IRFS. Sedangkan konsumen adalah pasien, dokter, perawat,
profesional kesehatan lain dan masyarakat rumah sakit pada titik temu
terjadi komuniksi antara konsumen dan pemasok untuk mengidentifikasi
32

kebutuhan dan mengetahui umpan balik pelayanan positif dan negatif


yang dihasilkan atau dihantarkan. Asesmen oleh pemasok dan konsumen
setelah pelayanan dihantarkan merupakan kegiatan yang penting untuk
memperoleh masukan guna memperbaiki layanan. Jika terdapat hasil
pelayanan yang kurang memenuhi kebutuhan konsumen, akan dilakukan
tindakan perbaikan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 mengenai
standar pelayanan kefarmasiaan diapotik dan No. 72 tahun 2016 mengenai
standar peelayanan kefarmasian dirumah sakit, kegiatan pelayanan resep
terdiri dari pengkajian resep dan dispensing. Pengkajian resep dapat
dilakukan terhadap persyaratan administratif berupa data dokter penulis
resep (nama, no ijin, alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan paraf,
ruangan atau unit asal resep), data pasien (nama, alamat, umur, jenis
kelamin,berat badan, tinggi badan). Kesesuian farmasetik meliputi nama
obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas,
aturan dan cara penggunaan. Pertimbangan klinis terdiri dari pengecekan
terhadap kecepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi
pengobatan, alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD),
kontra indikasi dan interaksi obat. Apoteker harus memberikan informasi
yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana
dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang kurangnya meliputi; cara
penggunaan obat, manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, dan lain lain.

2.7.Gudang Farmasi
Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan
dan perbekalan lainnya. Kedudukan gudang farmasi sebagai unit pelaksana
33

teknis dalam lingkungan Depkes yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung pada Ka. Dinas Kesehatan.
2.8.Obat
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk
merawat penyakit, meredakan atau menghilangkan gejala, atau mengubah
proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan fisik dan psikis pada manusia atau hewan.

Selain pengertian obat secara umum di atas, arti obat secara khusus.
Berikut ini beberapa pengertian obat secara khusus:

1. Obat Baru
Yang dimaksud dengan obat baru adalah obat berisi zat (berkhasiat
atau tidak berkhasiat), contohnya pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau
komponen lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui
manfaat/khasiat dan kegunaan apa yang diberikan.

2. Obat Esensial
Definisi obat esensial yakni obat yang dibutuhkan untuk layanan
kesehatan masyarakat yang kerap digunakan yang tercantum dalam daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) oleh Menteri Kesehatan RI.

3. Obat Generik
Obat generik adalah obat yang ditetapkan oleh FI dan memiliki
nama resmi serta berkhasiat yang dikandungnya.

4. Obat Jadi
Maksud dari obat Jadi adalah obat dengan keadaan murni atau
campuran berbentuk kapsul, pil, tablet, salep, cairan, supositoria, serbuk
atau bentuk lainnya ysesuai dengan ketetapan FI atau pemerintah.
34

5. Obat Paten
Pengertian Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu dijual
dalam kemasan asli dari perusahaan yang memproduksinya.

6. Obat Asli
Definisi Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-
bahan alamiah, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.

7. Obat Tradisional
Maksud Obat Tradisional adalah obat yang didapat dari bahan alam,
diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional.

Secara umum dalam ketatanegaraan di Indonesia, terdapat kategori-


kategori obat dalam perundang-undangan yang disebutkan dalam 5 jenis.
Adapun macam-macam pengklasifikasian obat menurut undang-undang
yaitu:

a. Psikotropika
Maksud dari jenis obat psikotropika yaitu obat yang bekerja dalam
mempengaruhi proses mental, meransang atau menenangkan, mengubah
pikiran, perasaan, atau kelakuan seseorang. Seperti golongan ekstasi,
luminal dan diazepam.

b. Obat Bebas Terbatas


Pengertian Obat bebas terbatas (daftar W sama dengan
waarschuwing sama dengan peringatan) adalah obat keras yang
didistribusikan kepada masyarakat tanpa adanya resep dokter. Hal itu terjadi
disebabkan obat bebas terbatas telah terdapat dalam kemasan aslinya dari
produsen atau pabrik obat itu yang diberi tanda lingkaran bulat berwarna
biru dengan garis tepi hitam serta diberi tanda peringatan (P No.1 sampai P
No. 6).
35

c. Obat Keras
Arti Obat keras (daftar G sama dengan geverlijk sama dengan
berbahaya) adalah obat yang pada umumnya mempunyai takaran dosis
minimum (DM) yang diberi sebuah tanda khusus lingkaran bulat merah
garis tepi hitam dan huruf K menyentuh garis tepinya.

Perlu diketahui bahwa semua obat baru kecuali ada ketetapan


pemerintah bahwa obat itu tidak membahayakan, dan semua sediaan
parenteral atau injeksi atau infus intravena.

d. Obat Bebas
Maksud dari Obat bebas yaitu obat yang dapat dibeli secara bebas
dan tidak berdampak membahayakan bagi konsumen dalam batas dosis
yang dianjurkan. Ciri-ciri obat bebas dalam hal ini diberi suatu tanda
lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam.

e. Narkotik
Arti dari Narkotik adalah obat yang diperlukan dalam bidang
pengobatan dan IPTEK, Serta dapat menimbulkan ketergantungan dan
ketagihan atau adiksi yang sangat merugikan individu apabila digunakan
tanpa pembatasan dan pengawasan dokter. Adapun contohnya kodein,
metadon, petidin, morfin, dan opium.

2.9. Sediaan Puyer


Puyer atau pulvis adalah salah satu bentuk sediaan obat yang biasanya
didapat dengan menghaluskan atau menghancurkan sediaan obat tablet atau
kaplet yang biasanya terdiri atas sedikitnya dua macam obat.
Alasan dibuatnya puyer adalah:

1) Pasien tidak bisa menelan tablet, pil, atau kapsul. biasanya pada pasien
anak atau balita.
2) Tidak ada dosis yang sesuai pada sediaan yang ada.
3) Jika pasien anak-anak mendapat obat lebih dari satu macam.
36

4) Tidak ada sediaan bentuk lain yang sesuai. misalnya bentuk syrupnya
tidak ada.

2.10. Sediaan Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
1. Macam-macam kapsul berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuknya kapsul dalam farmasi dibedakan
menjadi dua yaitu kapsul keras (capsulae durae, hard capsul) dan kapsul
lunak (capsulae molles, soft capsul).

Tabel 2.1 Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak.

Kapsul keras Kapsul lunak

1. Terdiri atas tubuh dan tutup 1. Satu kesatuan


2. Tersedia dalam bentuk 2. Selalu sudah terisi
kosong 3. Isi biasanya cair, dapat juga
3. Isi biasanya padat, dapat juga padat
cair 4. Bisa oral, vaginal, rectal,
4. Cara pakai per oral topikal
5. Bentuk hanya satu macam 5. Bentuknya bermacam-macam

2. Macam-macam kapsul berdasarkan ukuran

Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari


pengalaman. Biasanya dikerjakan secara eksperimental dan sebagai
gambaran hubungan jumlah obat dengan ukuran kapsul dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini.

Tabel 2.2 Ukuran cangkang kapsul


37

No. Asetosal Natrium NBB


Ukuran Bikarbonat
(dalam gram) (dalam gram)
(dalam gram)

000 1 1,4 1,7

00 0,6 0,9 1,2

0 0,5 0,7 0,9

1 0,3 0,5 0,6

2 0,25 0,4 0,5

3 0,2 0,3 0,4

4 0,15 0,25 0,25

5 0,1 0,12 0,12

3. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul

Keuntungan bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut:

1. Bentuk menarik dan praktis.


2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang
kurang enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut didalam perut, sehingga
bahan cepat segera diabsorbsi (diserap) usus.
4. Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-
macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut
kebutuhan seorang pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong
seperti pada pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi
absorbsi bahan obatnya.
38

Kerugian bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut:

1. Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori


cangkang tidak menahan penguapan.
2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis.
3. Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak untuk Balita.
5. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul).

4. Cara Pengisian Kapsul


Ada 3 macam cara pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat
bukan mesin dan dengan alat mesin
1. Dengan tangan
Merupakan cara yang paling sederhana yakni dengan tangan, tanpa
bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotik untuk melayani
resep dokter. Pada pengisian dengan cara ini sebaiknya digunakan
sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul karena
petugas tidak tahan terhadap obat tersebut. Untuk memasukkan obat
dapat dilakukan dengan cara serbuk dibagi sesuai dengan jumlah
kapsul yang diminta lalu tiap bagian serbuk dimasukkan kedalam
badan kapsul dan ditutup.
2. Dengan alat bukan mesin

Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan


manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang
lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali cetak
dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri dari dua bagian
yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak.

3. Dengan alat mesin

Untuk menghemat tenaga dalam rangka memproduksi kapsul secara


besar-besaran dan untuk menjaga keseragaman dari kapsul tersebut ,
39

perlu dipergunakan alat yang serba otomatis mulai dari membuka,


mengisi sampai dengan menutup kapsul. Dengan cara ini dapat
diproduksi kapsul dengan jumlah besar dan memerlukan tenaga sedikit
serta keseragamannya lebih terjamin.
BAB III

URAIAN KHUSUS

3.1 Pengelolaan Rumah Sakit Ridwan Meuraksa


1. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM IFRS. TK. II Moh Ridwan Meuraksa terdiri dari:
1. Apoteker
Apoteker bertugas sebagai:

1 Orang sebagai Kepala IFRS,

1 Orang sebagai sebagai Kasub intalasi yanfar,

1 Orang sebagai sebagai Kasub intalasi Dalfar,

2. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)


Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) bertugas sebagai:

1 Orang sebagai PJ Gudang,

1 Orang srebagai Pembuat Rencana Kebutuhan Obat dan BMHP,

1 Orang sebagai PJ Depo Sediaan Kering,

1 Orang sebagai PJ Depo Sediaan Basah,

1 Orang sebagai PJ Depo Sediaan BMHP,

1 Orang sebagai PJ Administrasi,

1 Orang sebagai PJ Pelayanan,

4 Orang sebagai Pelaksana Administrasi/ Billing Apotik,

1 Orang sebagai Pelaksana Pembuatan obat racikan,

1 Orang sebagai Pelaksana / Pengelola Gas Medik,

40
41

2. Sarana dan Prasarana


Selain harus memiliki ruangan yang bersih, IFRS juga harus memiliki
sarana yang memadai, Sarana dan prasarana pada instalasi farmasi Ridwan
Meuraksa:

1. Beberapa perlengkapan alat racik resep.


2. Toilet.
3. TV.
4. Beberapa unit AC.
5. Komputer.
6. Alat scan barcode untuk membaca scan barcode pada resep .
7. Printer kertas dan etiket.
8. Loker, rak obat, etalase ALKES.
9. Ruangan khusus gudang, depo basah, kering, dan BMHP, serta ruangan
khusus meracik obat dan pelayanan.
10. Refrigerator untuk menjaga kualitas obat dan agar tidak merusak
dandungan maupun kemasan.

3. Bagian Instalasi Farmasi Rumah Sakit TK II Ridwan Meuraksa:


a. Gudang : menerima , menyimpan , mendistribusikan obat dan
BMHP Kebagian depo beserta laporan/ administrasi
Pelayanan.
b. Depo : Menerima, menyimpan, dan mendistribusikan obat atau
BMHP ke bagian pelayanan beserta laporan atau
administrasi pelayanan.
c. Pelayanan : Menerima, menyimpan, mendistribusikan obat dan
BMHP Kepada pasien sesuai dengan resep dokter.

3.2. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa

Pengelolaan obat oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit mempunyai


peranan penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Oleh karena itu pengelolaan obat yang kurang efisien pada tahap
42

penyimpanan akan berpengaruh terhadap peran rumah sakit secara


keseluruhan, Pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit ridwan
meuraksa menggunakan Sistem satu pintu, yaitu Obat atau BMHP diterima
di gudang lalu ke depo lalu ke pelayanan dan yang terakhir ke pasien.

Pengelolaan Perbekalan Farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa meliputi:


1. Produksi
Produksi obat yang dilaksanakan oleh Instalasi Famasi Rumah Sakit
Ridwan Meuraksa adalah:
1. PDNA (paracetamol, diazepam, natrium dicklofenact, amitriptylline).
2. Hand sanitizer.
3. Gabapentin 100 Mg.
2. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender (oleh panitia
pembelian barang farmasi) dan secara langsung dari pabrik/ distributor/
pedagang besar farmasi/ rekanan, melalui produksi/ pembuatan sediaan
farmasi (produksi steril dan produksi non steril), dan melalui sumbangan/
droping/ hibah.
Sumbangan yang didapat oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Ridwan Meuraksa adalah sumbangan dari puskesmas Sudinkes Jaktim,
Sumbangan dari puskesmas misalnya vaksin.
3. Penyimpanan
Penyimpanan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Ridwan Meuraksa menganut sistem Efek farmakologi.
4. Distribusi
Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa, memiliki 2
jenis resep yang berbeda, yaitu:
a. Resep dinas
Resep dinas adalah salah satu resep yang di buat untuk pasien diknas.
b. Non dinas
Resep non diknas di buat untuk pasien umum.
43

Selain itu, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa melayani


distribusi ke 2 jenis pasien, yaitu:
a. Pasien Rawat Inap
Pemberian setiap dosis ke pasien diberikan perhari dan setiap obat
diberi etiket sendiri, lalu ditulis di lembar kendali oleh petugas rawat
inap.
b. Pasien Rawat Jalan
Pemberiannya harus berdasarkan kebutuhan individu/ sendiri, lalu
BPJS menganut obat berdasarkan Resep yang ada, Sedangkan pasien
kronis harus mendapatkan obat untuk selama 30 hari.
5. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program
yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau
kekosongan obat di unit-unit pelayanan.
Pengendalian obat di IFRS Ridwan Meuraksa terdiri dari:
a) Penggunaan lembar kendali.
b) Penggunaan kartu stok.

3.3. Sistem Distribusi Obat di IFRS Ridwan Meuraksa


Sistem disitribusi obat yang dilakukan oleh IFRS Ridwan Meuraksa
pada pasien rawat jalan yaitu dengan berdasarkan kebutuhan individu, lalu
BPJS menganut obat berdasarkan resep yang ada, sedangkan pasien kronis
harus mendapatkan obat untuk selama 30 hari, sedangkan pada pasien rawat
inap dengan Unit Droping, pemberian setiap dosis ke pasien diberikan
perhari dan setiap obat diberi etiket sendiri , lalu ditulis di lembar kendali
oleh petugas rawat inap.

3.4. Tindakan Apabila Terjadi Kekosongan Obat di RS. Ridwan Meuraksa

3.4.1. Restitusi
44

1. Pengertian
Restitusi adalah kegiatan yang dilakukan jika apotik dinas tidak
memiliki persediaan obat yang di resepkan untuk pasien dinas, sehingga
harus diambilkan di apotik rujukan rumah sakit.

2. Tujuan

Menjamin tersedianya obat dalam memberikan pelayanan kesehatan


pasien dinas.

3. Kebijakan

Hanya melayani resep yang ditulis oleh Dokter, Dokter gigi rumah
sakit untuk pasien untuk pasien dinas dan keluarganya.

4. Prosedur
a. Pasien di rawat jalan dan rawat inap diperiksa oleh dokter dan dokter
memberikan resep .
b. Pasien atau keluarganya menyerahkan resep ke apotik dinas.
c. Petugas apotek memeriksa obat – obatan yang ada di resep.
d. Obat yang tidak tersedia di apotik dinas dibuatkan copy resep untuk
restitusi.
e. Copy resep di tanda tangani oleh Ka/ Waka rumkit/Ka instalasi farmasi
sebagai tanda persetujuan.
f. Setelah mendapatkan persetujuan dari KA atau Waka rumkit atau KA
instalasi farmasi, pasien atau keluarganya membawa copy resep ke
apotik rekanan .
g. Apotik rekanan memberikan atau menyerahkan obat ke pasien atau
keluarganya.
h. Pasien atau keluarganya menandatangani penerimaan obat dengan
tunggal dan nama jelas.
i. Copy resep berlaku selama tiga hari.
45

j. Jika harus lebih dari 3 hari dan pasien ingin mengambil, maka harus
legalisasi ulang ke apotik di instalisasi farmasi RS. Moh Ridwan
Meuraksa.

IFRS melakukan Restitusi apabila terjadi kekosongan obat yang


terdaftar pada resep, khususnya untuk pasien diknas. Restitusi
berhubungan dengan apotek rekanan. Apotek rekanan adalah apotek
yang terdekat dengan Rumah Sakit. Apotek rekanan IFRS Ridwan
Meuraksa adalaah apotek rafah.

3.4.2. Salinan Resep

Salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat


semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula nama
dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, dan detur
untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum
diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan.

Salinan resep di gunakan apabila terjadinya kekosongan obat.


Salinan resep biasanya di gunakan untuk pasien rawat jalan. Biasanya
salinan resep di gunakan untuk obat-obat yang memiliki harga terjangkau
bagi pasien.

3.4.3. Janji Obat

Janji obat adalah obat dalam daftar resep yang tidak tersedia di
apotik, akan tetapi Rumah Sakit berjanji untuk menyediakan obat dalam
jangka waktu tertentu. Pada IFRS Moh Ridwan Meuraksa janji obat di
berikan untuk pasien dinas maupun pasien umum, pada rawat jalan maupun
rawat inap, dan bagi pasien yang telah di perbolehkan pulang yang hanya
berlaku untuk pasien dinas. Biasanya janji obat di berikan untuk pasien
umum apabila harga obat tidak bisa di jangkau oleh pasien atau harga terlalu
mahal.
46

3.5. Peracikan Obat di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa


3.5.1. Meracik Sediaan Kapsul
Pada IFRS Moh Ridwan Meuraksa, cara pembuatan kapsul memiliki
dua cara, yaitu menggunakan alat bukan mesin (apabila jumlah kapsul yang
di butuhkan banyak), dan menggunakan alternatif lainnya, yaitu berupa
kertas yang di lipat-lipat dan di bentuk lonjong dengan karet.
3.5.2. Meracik Sediaan Puyer
Di IFRS Ridwan Meuraksa pembuatan puyer tidak dilakukan
dengan cara digerus menggunakan lumpang dan alu, melainkan
menggunakan blender dan pada pengemasannya tidak di bungkus dengan
kertas perkamen melainkan menggunakan kemasan yang lebih modern dan
alat-alat yang praktis, sehingga dapat membuat puyer dengan waktu yang
singkat.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 01 April


2019 dan selesai pada tanggal 30 April 2019 di RS. TK. II Moh Ridwan
Meuraksa, tepatnya di bagian Instalasi Farmasi.
Di instalasi farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa jam kerja dibagi
menjadi 3, yaitu:
Dinas pagi : 07.00 - 14.00 WIB
Dinas siang : 14.00 - 20.00 WIB
Dinas malam : 20.00 - 07.00 WIB

4.2. Pembahasan

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di RS. TK II Ridwan


Meuraksa, kami mendapatkan banyak pengalaman, selain itu kami
menemukan perbedaan antara teori dengan prakteknya di Rumah Sakit, dan
perbedaan antar praktek disekolah dan di Rumah Sakit.

Dalam teori, obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan


dilemari khusus tetapi dalam praktiknya di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa
sebagian obat golongan narkotika dan psikotropika tidak di simpan di lemari
khusus, obat tersebut disimpan dilaci tersembunyi. Hal tersebut dilakukan
agar memudahkan asisten apoteker untuk mengambilnya, karena jika di
simpan dilemari khusus dan terkunci membutuhkan waktu yang sedikit lama
sedangkan pasien di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa termasuk kedalam
kategori banyak.

Di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa menggunakan etiket biru untuk


obat luar dan putih untuk obat oral dan pada etiket tersebut terdapat tanggal
kadaluawarsa dan khasiat dari obat tersebut. Hal tersebut berbeda dengan

47
48

praktiknya di sekolah, disekolah pada etiket tidak terdapat tanggal


kadaluawarsa dan khasiat obat.

Di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa membuat sediaan puyer tidak


mengunakan lumpang dan alu, melainkan menggunakan blender dan
membungkusnya memakai kemasan dan alat modern, tidak menggunakan
kertas perkamen yang di lipat serapih mungkin untuk menjaga isi obat yang
terdapat di dalam kertas perkamen. Hal tersebut dilakukan untuk
mempersingkat waktu mengingat pasien di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa
termasuk kedalam kategori banyak.

Dalam pembuatan kapsul di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa


menggunakan dua cara, yaitu menggunakan alat bukan mesin apabila jumlah
kapsul yang di butuhkan banyak, dan menggunakan cara lainnya, yaitu berupa
kertas yang di lipat-lipat dan di bentuk lonjong dengan karet. Berbeda dengan
cara yang di lakukan di sekolah, yaitu dengan cara menggunakan tangan.
Membagi obat seperti puyer, dan di masukan satu persatu ke dalam kapsul
dengan tangan.

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ridwan Meuraksa kami belajar


meracik sediaan sirup kering yang sebelumnya belum pernah dilakukan saat
praktium di sekolah, peracikan sirup kering dilakukan dengan cara
menambahkan air ke dalam botol yang berisi serbuk obat hingga batas
kalibrasi, lalu sediaan dikocok kuat hingga serbuk terlarut dalam air dan
homogen sehingga sediaan siap diberikan etiket, contoh sediaan sirup kering
yang tersedia di IFRS Ridwan Meuraksa adalah Cefixime dry syrup

Dalam teorinya obat LASA tidak boleh disimpan berdampingan,


dalam praktiknya di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa obat LASA disimpan
tidak berdampingan dengan cara di selingi dengan obat lain. Contohnya obat
ISDN 5 mg dengan ISDN 10 mg. Hal tersebut sesuai dengan dasar teori.
Dilakukannya hal itu guna mencegah kesalahan dalam pengambilan obat.
49

Di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa melakukan pencatatan stock


opnam setiap sebulan sekali dan itu biasanya di lakukan pada akhir bulan.
Stock opnam ini dilakukan untuk mengecek barang yang tersedia di gudang,
depo-depo, dan apotek, Stock opnam dilakukan dengan cara menghitung
jumlah stok yang tersedia di setiap unit lalu digabungkan dan mencatat
tanggal kadaluwarsa stok tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian persediaan fisik dengan data pembukuan

Jika di Instalasi Rumah Sakit Ridwan terjadi kekosongan obat maka


dilakukan tiga cara, yang pertama melakukan tindakan restitusi kepada
Apotek rekanan yaitu Apotek Rafah. Hal ini di khususkan untuk pasien dinas.
Yang kedua salinan resep, Salinan resep biasanya di gunakan untuk pasien
rawat jalan. Biasanya salinan resep di gunakan untuk obat-obat yang memiliki
harga terjangkau bagi pasien. Dan yang ketiga janji obat, Pada IFRS Moh
Ridwan Meuraksa janji obat di berikan untuk pasien dinas maupun pasien
umum, pada rawat jalan maupun rawat inap, dan bagi pasien yang telah di
perbolehkan pulang yang hanya berlaku untuk pasien dinas. Biasanya janji
obat di berikan untuk pasien umum apabila harga obat tidak bisa di jangkau
oleh pasien atau harga terlalu mahal.

Sementara itu digudang farmasi ketika barang datang semua


dikumpulkan dalam satu ruangan kemudian di pisahkan, Barang Medis Habis
Pakai (BMHP) disimpan di gudang BMHP, obat kering seperti tablet di
simpan di gudang kering, dan obat basah seperti cairan infus di simpan
digudang basah, Kemudian jika depo terjadi kekosongan obat atau BMHP
maka depo akan meminta barang ke gudang farmasi dengan melakukan
pengajuan permintaan obat atau BMHP ke gudang farmasi

Disana kami melakukan pengurutan resep kronis dengan cara


mengurutkan resep tersebut sesuai data yang sudah ada dan sesuai tanggal
pasien tersebut berobat, salain itu disana kami juga melakukan penulisan data
janji obat yang akan dientry agar pegawai disana lebih mudah mengentry janji
obat tersebut.
50

Di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa biasanya selalu mengadakan apel


pada tiap paginya, dan olahraga bersama untuk seluruh pegawai dan staf yang
bekerja di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa. Selain itu juga, kami selaku siswa
PKL dan pegawai apotik pun dibiasakan untuk melakukan piket setiap pagi
dan ketika waktu istirahat pada shift malam, karena ruangan farmasi juga
harus di jaga kebersihannya agar obat-obatan yang berada di ruangan ini tidak
terkontaminasi akibat runagan yang tidak bersih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

2.6 Kesimpulan
Pada Praktek Kerja Lapangan kali ini, kami dapat menyimpulkan bahwa:
1. RS TK II Moh Ridwan Meuraksa tidak hanya melayani pasien dinas,
akan tetapi rumah sakit ini juga melayani pasien umum atau
masyarakat.
2. Distribusi obat di RS TK II Moh Ridwan Meuraksa pada pasien rawat
inap dilakukan metode unit dose dispending dan pada rawat jalan
dengan metode resep individu.
3. Penyimpanan obat di IFRS Ridwan Meuraksa diletakkan berdasarkan
efek farmakologi (khasiatnya).
4. Penerimaan dan pengeluaran obat dan alat kesehatan harus di tulis
dahulu di kartu stok.
2.7 Saran
2.7.1. Untuk Rumah Sakit
1. Perlu adanya penambahan tenaga farmasi untuk memudahkan
tercapainya pelayanan kefarmasian yang maskimal untuk pasien.
2. Mempercepat pengadaan dan melengkapi stok obat agar tidak terjadi
kekosongan.
3. Menjaga kerapian,kebersihan, dan penataan rak obat.
4. Lebih meningkatkan pelayanan yang sudah ada agar lebih memuaskan
dalam melayani pasien.
5. Lebih mendisiplinkan penyimpanan obat golongan narkotika dan
psikotropik.
6. Memperhatikan pengurutan antrian resep obat agar lebih teratur saat
penyerahan.

2.7.2. Untuk sekolah


Sebaiknya waktu PKL diperpanjang, tidak hanya satu bulan karena satu
bulan saja tidak cukup untuk menambah pengetahuan.

51
LAMPIRAN

ETIKET:

etiket obat dalam etiket obat luar

etiket infus etiket obat luar


LEMBAR EDUKASI PASIEN PULANG
SALINAN RESEP DAN JANJI OBAT

Salinan resep janji obat


KARTU STOK
CONTOH RESEP DINAS DAN UMUM

Resep umum
Resep Dinas

DAFTAR OBAT LASA


DAFTAR OBAT HIGH ALERT
LEMBAR KENDALI OBAT
CONTOH LAPORAN PENGELUARAN BEKKES DARI DEPO BMHP KE
PELAYANAN APOTIK
DAFTAR PENGAMBILAN BEKKES DEPO BMHP
CONTOH DATA PENGAJUAN PERMINTAAN OBAT/ ALKES/ BMHP
GUDANG
Gudang kering

Gudang basah

Gudang BMHP
LEMARI PENYIMPANAN OBAT DAN ALKES
DAFTAR PUSTAKA

Intan,ratu. 2016. instalasi farmasi di https://instalasifarmasi.wordpress.com (akses


06 april 2019 )

Depkes RI. (1999). Keputusan MenKes RI Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.

Depkes RI. (2009). UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.

Adikoesoemo, Manajemen rumah sakit Jakarta : pustaka Sinar Harapan, 2003

Greef, Judith A., komunikasi kesehatan dan perubahan perilaku. Djokjakarta:


Gadjah Mada University Press., 1996

Notoatmojo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta, 1997

Muninjaya, Gde AA, Manajemen Kesehatan,ed.2. Jakarta : EGC, 2004

Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar & Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai