Anda di halaman 1dari 6

Ruang lingkup kerja Asisten Tenaga Kesehatan diatur oleh Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun

2014 Tentang Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 80 Tahun 2016
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan. Lingkup kerja Asisten Tenaga
Kesehatan dapat dibagi menjadi 5, berdasarkan jurusan pendidikan, diantaranya: sebagai Asisten
Perawat, Asisten Tenaga Kefarmasian, Asisten Dental, Asisten Teknisi Laboratorium Medik dan
Asisten Teknisi Pelayanan Darah. Uraiannya sebagai berikut:

Ruang Lingkup pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan bidang Keperawatan menjadi asisten
Perawat, ruang lingkup kerjanya meliputi:

1. Melakukan kebersihan lingkungan keperawatan pasien, meja, tempat tidur, dan


kelengkapannya;
2. melakukan personal hygiene pasien termasuk asistensi terhadap pasien;
3. melakukan pencucian peralatan dan melakukan dekontaminasi peralatan keperawatan;
4. membersihkan dan merapihkan alat tenun dan tempat tidur pasien;
5. melakukan asistensi penggantian alat tenun tempat tidur yang ada pasien diatasnya;
6. mengidentifikasi dan melaporkan situasi lingkungan yang dapat membahayakan
keselamatan klien/pasien.

Lingkup pekerjaan Asisten Tenaga Kefarmasian meliputi:

Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh tenaga teknis kefarmasian dan apoteker sebagai pekerjaan
administrasi dan peran pelayanan pelanggan, mengikuti pelaksanaan standar prosedur
operasional, meliputi:

1. Melakukan pencatatan tentang pembelian dan penyimpanan obat serta melakukan


pendataan persediaan obat;
2. menerima pembayaran resep, stok harga, penandaan item untuk penjualan, pencatatan
dan klaim asuransi;
3. melakukan pelayanan perbekalan kesehatan rumah tangga;
4. melakukan pengarsipan resep sesuai data dan ketentuan berlaku;
5. melakukan pemeriksaan kesesuaian pesanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan;
6. melakukan pendistribusian sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk keperluan
floor stock.

Ruang Lingkup pekerjaan Asisten Dental meliputi:

1. Menyiapkan dan melaksanakan asistensi pada tindakan perawatan gigi dan mulut di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut;
2. melaksanakan asistensi administrasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut;
3. melaksanakan bantuan hidup dasar pada keadaan gawat darurat di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan gigi dan mulut;
4. melaksanakan tindakan pencegahan infeksi silang di Fasilitas Pelayanan Kesehatan gigi
dan mulut;
5. melakukan pemeliharaan ruangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut serta
sarana dan prasarana sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan infeksi silang.

Lingkup pekerjaan Asisten Teknisi Laboratorium Medik meliputi:

1. Melakukan verifikasi, pencatatan dan pelaporan pemeriksaan laboratorium;


2. mempersiapkan pasien untuk pengambilan spesimen;
3. mempersiapkan alat dan bahan untuk pengambilan spesimen dan pemeriksaan
laboratorium;
4. mempersiapkan spesimen atau sediaan untuk pemeriksaan laboratorium medik.

Lingkup pekerjaan Asisten Teknisi Pelayanan Darah meliputi:

1. Melakukan verifikasi, pencatatan, dan pelaporan;


2. melakukan rekruitmen calon donor;
3. menyiapkan dan memelihara ruangan, alat dan bahan pelayanan darah;
4. melakukan seleksi donor meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, golongan darah ABO
dan rhesus;
5. melakukan penyadapan dan pengambilan sample darah donor secara sederhana;
6. menangani kejadian sederhana paska penyadapan;
7. melakukan pengamanan darah donor dan pasien secara sederhana;
8. melakukan pembuatan komponen darah secara sederhana;
9. melakukan penyimpanan darah; dan mengidentifikasi permintaan darah dan melakukan
penyampaian darah sesuai cool chain dan distribusi

Dalam menjalankan pekerjaan keperawatan, Asisten Perawat disupervisi oleh Perawat. Bila tidak
ada Perawat, maka supervisi dilaksanakan oleh dokter. Demikian pula dengan Asisten Tenaga
Kesehatan dibidang farmasi, dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, Asisten Tenaga
Kefarmasian disupervisi oleh tenaga teknis kefarmasian dan apoteker.

Demikian pula menjalankan pekerjaan kesehatan gigi dan mulut, Asisten Dental disupervisi oleh
terapis gigi dan mulut atau dokter gigi. Sedangkan dalam menjalankan pekerjaan teknologi
laboratorium medik, Asisten Teknisi Laboratorium Medik disupervisi oleh ahli teknologi
laboratorium medik atau dokter. Bagi Asisten Tenaga Kesehatan yang bekerja di Pusat
Kesehatan Masyarakat, selain melaksanakan pekerjaan sebagai Asisten Tenaga Kesehatan juga
dapat melakukan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat.(AntonWijaya)

Sekitar tahun 2010 insan kesehatan cukup dihebohkan dengan hadirnya SMK Kesehatan. Yang
mana SMK Kesehatan membuka program atau jurusan Keperawatan, Farmasi dan Analis
Kesehatan. Masa itu, yang menjadi polemik adalah mengapa jurusan kejuruan setingkat SLTA
itu di izinkan berdiri oleh Kementrian pendidikan. Pertanyaanya lulusannya untuk apa?
Sedangkan tenaga kesehatan diupgrade minimal pendidikannya diploma 3. Bahkan, promosi dari
pemilik SMK Kesehatan bikin "bulu kuduk" merinding, bahwa SMK kesehatan akan
menciptakan tenaga kesehatan yang handal dan siap diterima di dunia kerja.

Menanggapi hadirnya SMK Kesehatan Wakil Mentri Kesehatan, Ali Ghufron, (2012) pernah
membantah, bahwa " Mereka yang sekolah di SMK kesehatan dengan motivasi agar memiliki
fungsi sebagai manusia agar dapat meningkatkan derajat kemanusiaan tentu tidak masalah.
Tetapi bagi mereka yang berharap pekerjaan tentu akan terkatung-katung, karena SMK khusus
kesehatan sesungguhnya tidak ada lagi nomenklatur yang mengatur."

Kehadiran SMK Kesehatan jurusan Keperawatan juga pernah ditolak oleh ketua umum
Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI), Dewi Irawaty, MA. PhD, (2011) menyatakan
bahwa, "Untuk jadi Perawat itu minimal D3 dan SMK jurusan keperawatan bukan sekolah untuk
jadi Perawat." Tegasnya.

Bahkan, di beberapa Rumah Sakit daerah, siswa SMK Kesehatan ditolak praktek di rumah sakit,
karena belum ada nomenklatur yang mengaturnya. Sehingga siswa-siswi dan lulusan SMK
Kesehatan nasibnya terkatung-katung, sebagai dampak iming-iming mudah dapat pekerjaan di
pelayanan kesehatan. Akhirnya bagi yang mampu, banyak yang melanjutkan kuliah ke kampus
swasta yang ada jurusan Keperawatan, Farmasi dan Analis Kesehatan.

Lulusan SMK Keperawatan Akhirnya Diakui Undang-Undang Sebagai Tenaga Asisten


Kesehatan

Pada Tahun 2014 merupakan momentum penting bagi lulusan SMK Kesehatan sebab melalui
Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan lulusan SMK
Keperawatan bisa diterima bekerja di pelayanan kesehatan dengan sebutan Asisten tenaga
kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Bab 3 tentang Kualifikasi dan Pengelompokan Tenaga
Kesehatan. Tepatnya pada Pasal 8, yang mana menyatakan, tenaga di bidang kesehatan terdiri
atas:

1. Tenaga Kesehatan;
2. Asisten Tenaga Kesehatan.

Tenaga Kesehatan yang dimaksud pada Pasal 9, yaitu Tenaga Kesehatan harus memiliki
kualifikasi minimum Diploma Tiga, kecuali tenaga medis. Sedangkan yang dimaksud Asisten
Tenaga Kesehatan (Pasal 10) adalah memiliki kualifikasi minimum pendidikan menengah di
bidang kesehatan. Artinya, lulusan SMK Kesehatan diterima dan diakui oleh negara melalui UU
Tenaga Kesehatan tahun 2014. Namun, ruang lingkup kerjanya dibawah supervisi tenaga
kesehatan.

Ruang Lingkup Kerja Asisten Tenaga Kesehatan Diatur Melalui Peraturan Mentri
Kesehatan

Melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 80 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan


Pekerjaan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan maka lulusan SMK Kesehatan diatur secara rinci
apa saja yang bisa ia kerjakan di pelayanan kesehatan. Sebelumnya Medianers
menginformasikan dulu apa itu pengertian Asisten tenaga kesehatan. ( Baca di Ini Daftar
Lingkup Kerja Asisten Tenaga Kesehatan )

Asisten Tenaga Kesehatan terdiri atas:

1. Asisten Perawat;
2. Asisten Tenaga Kefarmasian;
3. Asisten Dental;
4. Asisten Teknisi Laboratorium Medik,
5. Asisten Teknisi Pelayanan Darah.

Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di
bawah jenjang Diploma Tiga. Dan, setiap Asisten Tenaga Kesehatan yang telah lulus pendidikan
wajib mengikuti uji kompetensi. Kemudian, Asisten Tenaga Kesehatan tidak perlu dilakukan
registrasi dan mengurus surat izin sebagaimana yang diwajibkan kepada tenaga kesehatan.

Kesimpulan, setelah terbitnya Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga


Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 80 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Pekerjaan Asisten Tenaga Kesehatan tidak ada alasan institusi
pelayanan kesehatan menolak siswa-siswi SMK Kesehatan praktik di layanan kesehatan,
demikian juga tentang rekrutmen tenaga, yang biasanya tenaga asisten kesehatan disebut sebagai
tenaga POS (Pembantu Orang Sakit) sepantasnya dialihkan kepada Asisten Tenaga Kesehatan
yang merupakan lulusan SMK Kesehatan.(AntonWijaya)

UU Tenaga Kesehatan nomor 36 tahun 2014 ternyata meresahkan sebagian asisten apoteker.
PadaUU tersebut, Asisten Apoteker yang pendidikannya setara dengan lulusan SLA tidak lagi
dimasukkan sebagai Tenaga Kesehatan. UU Tenaga Kesehatan tersebut juga mensyaratkan
hanya lulusan D3 ke atas yang disebut tenaga kesehatan. Asisten Apoteker hanya disebut
sebagai Asisten Tenaga Kesehatan. Disosialisaikan UU ini pada awal januari 2015 merisaukan
Heru Purwanto, Guru SMK Farmasi Ditkesad. Ia lalu mengajukan permohonan uji materi
Undang Undang tersebut ke Mahkamah Konsitusi. Heru Purwanto memfokuskan uji materi
pada pasal 8 ayat 1 dan pasal 96 UU Tenaga Kesehatan. Menurut penggugat, pemberlakuan ke
dua pasal tersebut mengancam puluhan ribu tenaga kesehatan yang berijazah di bawah diploma
3. Menurut pasal 8 ayat 1 UU tersebut , tenaga kesehatan yang berijazah di bawah D3 yang
selama ini melakukan praktek sebagai tenaga kesehatan hanya diberikan kesempatan berpraktek
sebagai tenaga kesehatan hingga enam tahun mendatang. Menurut penafsirannya, puluhan ribu
tenaga kesehatan yang sudah melakukan praktek selama ini akan terancam hukuman pidana 5
tahun penjara, di samping melemahkan semangat belajar 59.062 pelajar SMK Farmasi, yang
selama ini bayangannya akan bisa langsung bekerja setelah menamatkan sekolah.

Sidang Yudisial Review yang menguji materi UU Tentang tenaga kesehatan hingga berita ini
diturunkan sudah berlangsung empat kali. Pada sidang ke 4 hari kamis 16 Maret 2015,
mahkamah konstitusi RI menampilkan ketua IAI, Nurul falah Edy Pariang sebagai saksi ahli
yang diajukan pemerintah.

Dalam sidang tersebut Nurul Falah menyampaikan pendapatnya bahwa


penyelenggaraan upaya kesehatan salah satunya adalah pelayanan kefarmasian harus dilakukan
oleh tenaga kefarmasian yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi,
keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan,
pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan
dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan.

Untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan masyarakat, untuk
memeratakan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, dan untuk memberikan
pelindungan serta kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima upaya
pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan terkait dengan perencanaan
kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan.

Pembinaan dan pengawasan mutu Tenaga Kesehatan terutama ditujukan untuk meningkatkan
kualitas Tenaga Kesehatan sesuai dengan Kompetensi yang diharapkan dalam mendukung
penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Pembinaan dan
pengawasan mutu Tenaga Kesehatan dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi
semua pemangku kepentingan dalam pengembangan Tenaga Kesehatan serta legislasi yang
antara lain meliputi sertifikasi melalui Uji Kompetensi, Registrasi, perizinan, dan hak-hak
Tenaga Kesehatan.

Berdasarkan kewenangan pada peraturan perundang-undangan, Pelayanan Kefarmasian telah


mengalami perubahan yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan Obat (drug oriented)
berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan Obat dan pelayanan farmasi
klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, oleh karena sudah seharusnya
Pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu.
Tenaga Kefarmasian harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta
mengatasi masalah terkait Obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan farmasi
sosial (socio-pharmacoeconomy). Untuk menghindari hal tersebut, Tenaga Kefarmasian harus
menjalankan praktik sesuai standar pelayanan.

Tenaga Kefarmasian juga harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan Obat yang rasional. Dalam melakukan praktik
tersebut, Tenaga Kefarmasian juga dituntut untuk melakukan monitoring penggunaan Obat,
melakukan evaluasi serta mendokumentasikan segala aktivitas kegiatannya. Untuk melaksanakan
semua kegiatan itu, diperlukan Standar Pelayanan Kefarmasian.

Peran Tenaga Kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan


perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut
antara lain adalah pemberian informasi Obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan.

Sehubungan dengan Permohonan Uji Materi terhadap pasal 88 ayat (1) dan pasal 96 ini Nurul
Falah berpendapat :

1. Tenaga kesehatan lulusan pendidikan dibawah diploma tiga yang saat ini masih dalam
masa pendidikan hendaknya dihargai sebagaimana lulusan sebelumnya sampai dengan
batas waktu 2018 dengan pertimbangan sekolah menengah farmasi yang ada, tetap dapat
memenuhi janjinya agar lulusannya tetap menjadi Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).

2. Sekolah menengah farmasi mulai penerimaan siswa baru tahun ajaran 2015, sebaiknya
menyampaikan kepada calon siswanya bahwa setelah lulus nanti akan menjadi asisten
tenaga kesehatan, sebagaimana diatur dalam Undang Undang No. 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.

3.Bagi para lulusan SMK Farmasi yang pada saat UU Nakes ditetapkan belum menjadi lulusan
diploma tiga, maka sampai dengan 6 tahun mendatang, Pemerintah hendaknya mengupayakan
agar semua lulusan SMK Farmasi yang melakukan pekerjaan kefarmasian dapat dibuatkan
program melalui pendidikan maupun penyetaraan sebagaimana dalam kerangka kualifikasi
Nasional Indonesia sesuai dengan ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai