Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PATOLOGI SISTEMIK & NEKROPSI VETERINER


TAHUN AJARAN 2020/2021
REVIEW TEAM BASE PROJECT

NAMA : Firdania Ade Salma


NIM : 185130100111014
KELAS : 2018 B
KELOMPOK : B10
ASISTEN : Titah Sepdina Husna

LABORATORIUM PATOLOGI SISTEMIK & NEKROPSI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
A. Tumor pada Anjing
1) Gambar Lesi Makroskopik

Gambar 1. Lesi makroskopik berupa tumor pada area wajah sebelah kiri anjing
2) Deskripsi Morfologi Lesi Makroskopik
 Massa berukuran 16 x 8 cm
 Pada area maxilla kiri ke arah caudal dan menyebar ke arah ventral pada
bagian mandibulla
 Merupakan pembesaran pada area subcutan yang menempel pada kulit
wajah
 Warna menyerupai kulit
 Berbentuk irreguler
 Konsistensi padat
 Luas paparan 40% area wajah
3) Diagnosis Patologi Anatomi
 Pemeriksaan fisik
 Sitologi menggunakan metode FNA
 Biopsi untuk menentukan derajat keparahan tumor
4) Diagnosa Banding
 Osteosarcoma
 Chondrosarcoma
 Rhabdomysarcoma
 Fibrosarcoma
 Hemangiosarcoma
5) Skema Patogenesis
Pertama tahap inisiasi yaitu DNA dirusak oleh inisiator dan terjadi mutasi
DNA lalu masuk ke tahap promosi dimana sel yang bermutasi dirangsang oleh
promotor untuk berproliferasi dan yang terakhir adalah tahap progresi dimana
massa tumor meluas dan menginvasi jaringan berdekatan.
B. Abses pada Tikus
1) Gambar Lesi Makroskopik

Gambar 2. Lesi makroskopik abses pada tikus


2) Deskripsi Morfologi Lesi Makroskopik

Terdapat >5 lesi dengan jenis lesi nodul berisi material seperti krim hingga
mengkeju outih kekuningan, yang berukuran sekitar 1 cm, dengan warna lesi
putih kemerahan dengan batas yang jelas. Jika dipegang, konsistensinya lunak dan
tersebar di 80% lobus-lobus hepar.

3) Diagnosis Patologi Anatomi

Bakteri yang bersemang di hepar menimbulkan patologi anatomi seperti


adanya nodul-nodul dengan ukuran yang bervariasi, nodul tersebut berwarna
putih hingga kekuningan. Jika dilakukan insisi pada bagian lesi maka akan terlihat
seperti abses yang keluar dari nodul-nodul tersebut. Biasanya abses ini terbentuk
karena adanya akumulasi cairan eksudat yang bisa terjadi akibat adanya bakteri
pada hepar tersebut. Bakteri yang biasanya menyebabkan nodul yang berisikan
cairan seperti abses yaitu bakteri tuberculosis. Pada tuberculosis jika dilihat dari
lesi histopatologi akan ditandai dengan adanya lesi granuloma yang spesifik dan
juga adanya nodul-nodul yang berkonsistensi seperti berisi cairan.

4) Diagnosa Banding
Berdasarkan diagnosis patologi pada lesi yang terdapat pada hepar tikus,
adapun diagnosis bandingnya, antara lain :
 Infeksi Proteus mirabilis
 Cholangiocarcinoma
 Hepatitis
 Infeksi Fasciola hepatica
 Hepatocellular Carcinoma (HCC)
5) Patogenesis

Patogenesis penyebab hepatic abses bisa terjadi karena bakteri penyebab


tuberculosis.

 Bakteri akan masuk kedalam saluran yang terhubung ke hepar.


 Bakteri memicu adanya infeksi dan terbentuk cairan eksudat dari hasil
bakteri-bakteri tersebut.
 Muncul adanya benih hati yang menyebar dengan diameter tuberkel dari
0,6 sampai 2,0 mm yang terletak di lobulus hati. Nodul nodul tersebut
berisikan cairan abses yang terdiri atas bakteri-bakteri tuberculosis. Abses
hati TB biasanya timbul dari TB hati lokal, tetapi juga dapat terjadi setelah
TB hati milier.
 Granuloma hati terbentuk akibat respon imunologi yang dimediasi sel
terhadap antigen TB dan terdiri dari agregat fokus makrofag, termasuk sel
Kupffer yang dapat bergabung untuk membentuk sel raksasa Langerhans
dengan limfosit dan fibroblast di sekitarnya.
 Granuloma akan mengalami nekrosis atau non-nekrosis, dan kaseosa (di
mana jaringan nekrotik tampak seperti keju pada pemeriksaan kasar) atau
non-kaseosa.
6) Skema Patogenesis

Gambar 3. Skema pathogenesis abses pada tikus


C. Pyometra pada Kucing
1) Gambar Lesi Makroskopik

Gambar 4. Lesi makroskopik pyometra pada kucing


2) Deskripsi Morfologi Lesi Makroskopik

Dari gambar kasus pyometra dapat diketahui adanya pertambahan ukuran


pada uterus kucing, lesi berjumlah 1, terdapat leleran berwarna putih keruh
kemerahan, uterus berwarna merahgelap, demarkasi tidak jelas, distribusi difus,
konsistensi lunak apabila dipalpasi, bentuk lesi irregular, dimensi lebar berukuran
1,5cm, dan luas paparan sekitar 90%.
3) Diagnosis Patologi Anatomi

Perubahan patologis yang dialami uterus adalah adanya penebalan


endometrium secara terus-menerus, peningkatan sekresi kelenjar uterus,
penurunan kontraksi myometrium pada uterus, dan akumulasi eksudat yang
mengandung banyak neutrophil dalam lumen sehingga terjadi pembengkakan atau
pyometra, dan kasus ini diperkirakan jenis pyometra tertutup. Dilakukan
pemeriksaan fisik dengan palpasi abdomen juga USG sebagai penunjang dalam
diagnose penyakit.

4) Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari kasus pyometra sendiri yaitu mucometra,


hydrometra, hematometra, hydrocolcops, pyovagina pregnancy, metritis,
placentitis, uterine torsion, dan peritonitis.
5) Skema Patogenesis

Gambar 5. Skema pathogenesis pyometra pada kucing

D. Dermatitis pada Kucing


1) Gambar Lesi Makroskopik

Gambar 6. Lesi makroskopik dermatitis pada kucing di punggung dan extremitas


cranial sinister.
2) Deskripsi Morfologi Lesi Makroskopik

Terdapat 2 lesi berukuran sekitar 3x2 cm dan 2x2 cm, berwarna pucat
kemerahan, terdapat bercak, distribusi fokal dengan batas demarkasi jelas,
berbentuk irregular, konsistensi padat, luas paparan 20% pada kulit punggung dan
pada kaki terdapat 1 lesi berukuran 3x2 cm dengan ciri morfologi sama seperto
lesi yang ada di punggung.
3) Diagnosis Patologi Anatomi

Diagnosa yang dilakukan menggunakan wood’s lamp dan pengambilan


sampel dengan cara dikerok lalu jamur ditumbuhkan dan diidentifikasi.

4) Diagnosa Banding
Beberapa penyakit ini bisa digunakan sebagai diagnosa bandingnya :
 Allergic skin disease = gejala berupa pruritus, alopecia, eritrema, dan
ekskoriasi. Disebabkan oleh infeksi serangga pada kulit
 Malassezia dermatitis = disebabkan oleh jamur yang menyebabkan gejala
berupa hiperpigmentasi dan eritrema
 Feline atopic dermatitis = Disebabkan oleh alergi yang menimbulkan
hipersensitivitas type 1 pada kulit. Gejala berupa gatal
 Scabiosis = disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei menimbulkan gejala
gatal, hyperkeratosis, eritrema, dan pruritus.

Kemungkinan besar terjadi dermatofitosis berdasarkan pemeriksaan


dengan menggunakan wood’s lamp yang dilakukan. Dan juga jamur diidentifikasi
berdasarkan morfologi, hifa, konidia, dan konidioforanya.

5) Skema Patogenesis

Gambar 7. Skema pathogenesis dermatitis pada kucing


E. Myasis pada Kucing
1) Gambar Lesi Makroskopik

Gambar 8. Lesi makroskopis myasis pada kucing

2) Deskripsi Morfologi Lesi Makroskopik

Diketahui terdapat satu lesi yang berukuran 2,5 x 2 cm, berwarna merah
gelap kecoklatan disertai dengan larva berwarna putih yang menginvasi sampai ke
dalam jaringan, distribusinya fokal dengan batas demarkasi yang jelas. lesi
tersebut berbentuk bundar dengan konsistensi lunak, luas paparan sekitar 10% dari
luas ekstremitas kranial. Lokasi lesi tersebut berada di bagian carpal ekstremitas
kranial sebelah sinister.

3) Diagnosis Patologi Anatomi

Diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik atau gejala klinis


pada pasien / hewan yang didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Gejala klinisnya yaitu kucing tampak lesu, nafsu makan menurun,anemia, merasa
kesakitan akibat luka. Terlihat luka terbuka dan benkak pada ekstremitas cranial
sinister bagian carpal, disekeliling luka terlihat warna merah gelap kecoklatan dan
ditengah luka diteukan lubang dan bila ditekan akan keluar larva putih.

Pemeriksaan laboratorium menggunakan pemeriksaan hematologi.


Didapatkan hasil leukosit mengalami peningkatan dan eritrosit mengalami
penurunan diikuti dengan hematokritnya. Penyebab dari eritrosit rendah adalah
adanya pendarahan pada luka sehingga menyebabkan anemia. Sedangkan leukosit
umum mengalami peningkatan jika tubuh terinfeksi mikroorganisme dari luar
tubuh.

Namun pada saat ditemui di lapangan, tidak ada alat penunjang yang
lengkap sehingga dalam mendiagnosa masih kurang jelas atau debius. Sehingga
belum tentu myiasis merupakan penyakit yang diderita oleh kucing. Namun
myiasis merupakan diagnose banding yang paling mendekati benar.
4) Diagnosa Banding

Diagnosa banding untuk myiasis adalah infestasi jaringan oleh lalat-lalat


lain, seperti C.megacephala, Sarcophaga sp, Phormia regina, C. bezziana dan
beberapa lalat lainnya yang memiliki predileksi dan host pada hewan yang
berbeda. Berikut ini merupakan contoh lalat myasis :

Gambar 9. Contoh lalat myiasis

Berikut ini merupakan beberpa penyakit yang memiliki gejala klinis yang hamper
sama :

1. Necrotizing fasciitis

Merupakan kondisi infeksi kulit dan jaringan tubuh yang parah akibat
bakteri pemakan daging. Bakteri tersebut dapat masuk melalui celah pada
luka, mulai dari luka tusuk, luka memar, luka bakar, hingga luka gigitan
serangga.

2. Gangrene

Merupakan kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak mendapat


pasokan darah yang cukup. Kondisi ini umumnya terjadi di tungkai, jari kaki,
atau jari tangan, tetapi juga bisa terjadi pada otot serta organ dalam tubuh.

3. Ulkus diabetikum

Merupakan kondisi yang kerap dialami oleh penderita diabetes.


Kondisi ini ditandai dengan munculnya luka yang disertai keluarnya cairan
berbau tidak sedap dari kaki.
5) Skema Patogenesis

Gambar 10. Skema pathogenesis myiasis pada kucing


Myasis diawali dengan luka karena gigitan caplak. Kemudian bau darah
segar yang mengalir akan menarik lalat betina Chrysomya bezziana untuk
meletakkan telurnya di tepi luka tersebut. Telur menetas menjadi larva dan
bergerak masuk ke dalam jaringan. Aktivitas larva di dalam jaringan
mengakibatkan luka semakin besar dan kerusakan jaringan semakin parah.
Kondisi ini menyebabkan bau yang menyengat dan mengundang lalat lain untuk
hinggap dan memicu terjadinya myasis.

Anda mungkin juga menyukai