Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KEGIATAN

PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN


ROTASI RESEPTIR

Oleh:
Nurseta Rais Mahendra
220130100111074

Kelompok 4 / Gelombang XII

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


ROTASI ILMU RESEPTIR

Oleh :

Nurseta Rais Mahendra, S.kh


NIM. 220130100111074

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Agri Kaltaria Anisa, Apt.,M.Si


NIP. 2014058901122001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
I. Studi Kasus Integumen/THT/Mata (sesuaikan kasus yang diperoleh)
I.1. Sinyalemen dan Anamnesa
I.2. Pemeriksaan Fisik
I.3. Pemeriksaan Penunjang
I.4. Diagnosis
I.5. Terapi
I.6. Pembahasan
I.7. Terapi Alternatif
I.8. Daftar Referensi

II. Studi Kasus ….


II.1. Sinyalemen dan Anamnesa
II.2. Pemeriksaan Fisik
II.3. Pemeriksaan Penunjang
II.4. Diagnosis
II.5. Terapi
II.6. Pembahasan
II.7. Terapi Alternatif
II.8. Daftar Referensi
Dst.
Studi Kasus Mata
Penetrating Eye Injury In A Dog: A Case Report

I.1. Sinyalemen dan Anamnesa

a. Sinyalemen
Hewan : Anjing
Ras : German Shepherd
Jenis kelamin : jantan
Umur : 4 tahun
Berat badan : 30 kg (Lew,2015).
b. Anamnesa
Berdasarkan keteragan pemilik hewan, hewan mengalami kelainan pada
matanya dengan keadaan mata yang tertusuk benda asing, pemilik mengatakan
jika kejadian ini terjadi sekitar 6-7 jam sebelumnya (Lew,2015).

I.2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa terdapat benda asing (duri) yang


menancap pada sisi medial dari cornea sebelah sinister. Blepharospasm, epiphora dan
prolapse pada third eyelid juga teramati pada pemeriksaan fisik. Pada mata sinister,
terdapat corneal oedema dan conjunctival hyperaemia (Lew,2015).

I.3. Pemeriksaan Penunjang

Akibat dari keadaan mata pasien yang sudah memburuk pemeriksaan penunjang
seperti vision testing dan pupillary light reflexes (PLR) (Lew,2015).

I.4. Diagnosis

Berdasarkan sinyalemen, anamnesa, dan pemeriksaan fisik pasien di diagnose


menderita luka pada mata akibat benda asing.

I.5. Terapi

Tindakan yang dilakukan adalah dengan tindakan operasi. Anjing dianastesi


terlebih dahulu, kemudian benda asing dicabut dengan menggunakan forceps. Luka
tancapan duri pada eyelid juga dijahit. Duri sepanjang 20 mm berhasil dikeluarkan dan
anjing berhasil sembuh dalam 2 minggu. Terapi obat yang diberikan kepada pasien
anjing berupa anestesi sebelum prosedur operasi dilakukan pemberian Propofol
sebanyak 5 mg/kg BB di injeksikan secara intra vena dengan sediaan obat sebesar 10
mg/ml. Setelah dilakukan operasi maka dilanjutkan dengan pemberian obat Tramadol
Hydrochloride sebanyak 4 mg/kg BB diberikan secara injeksi intra muscular dengan
sediaan obat 50 mg/ml dengan lama terapi 1 kali sehari selama 2 hari.
Terapi selanjutnya diberikan obat dengan kandungan Tobramycin 0.3 % dan
Dexamethasone 0.1 % dengan sediaan obat tetes mata diberikan sebanyak 4 kali sehari
selama 14 hari terapi dengan sekali pemberian 1 tetes pada mata kanan dan kiri.
Kemudian diberikan Phenylephrine hydrochloride 10 % dengan sediaan obat tetes mata
diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 14 hari terapi dengan sekali pemberian 1 tetes
pada mata kiri. Kemudian Dorzolamide Hydrochloride dengan sediaan obat tetes mata
diberikan sebanayak 2 kali sehari selama 14 hari terapi dengan sekali pemberian 1 tetes
pada mata kiri (Lew,2015).

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan


Propofol 5 mg/kgBB IV, q24h, selama 1 hari Injeksi 10 mg/ml
Tramadol 4 mg/kgBB IM, q24h, selama 2 hari Injeksi 50 mg/ml
hydrochloride
Tobramycin dan 1 tetes, q6h, selama 14 hari Eye drops
Dexamethanose
Phenylephrine 1 tetes, q12h, selama 14 hari Eye drops
hydrochloride
Dorzolamide 1 tetes, q12h, selama 14 hari Eye drops
hydrochloride

a. Perhitungan dosis
Propofol 5mg/kgBB IV
= (Dosis x BB)/ Konsentrasi
= (5 mg/kgBB x 30 kg) / 10 mg/ml
= (150 mg) / 10 mg/ml
= 15 ml
Tramadol Hydrochloride 4mg/kgBB IM
= (Dosis x BB)/ Konsentrasi
= (4 mg/kgBB x 30 kg) / 50 mg/ml
= (120 mg) / 50 mg/ml
= 2,4 ml

- Penulisan resep

I.6. Pembahasan

Anjing diketahui mengalami tertusuk benda asing di bagian mata kiri. Dari
sinyalemen, anamnesa, dan pemeriksaan fisik maka anjing dilakukan pengobatan
berupa operasi dan pengobatan intensif untuk meredakan gejala klinis dan causa infeksi
pada mata. Mata mengalami infeksi, pendarahan, ekskresi cairan berlebih,
pembengkakan, dan mengalami kerusakan pada membran niktitan. Propofol digunakan
sebagai obat anestesi pra operasi yang bekerja dengan cara menurunkan aktivitas otak
dan sistem saraf, sehingga mencegah otak untuk memproses rasa sakit (Ramsey,2017).
Tramadol HCl merupakan obat golongan opioid untuk meredakan nyeri sedang hingga
berat seperti nyeri pascaoperasi dan hanya boleh diresepkan oleh dokter
(Ramsey,2017). Tobramycin merupakan obat antibiotik tetes dan salep mata yang
digunakan untuk mengobati infeksi mata yang bekerja dengan cara menghambat
pertumbuhan dan membunuh bakteri penyebab infeksi. Dexamethasone yaitu obat
kortikosteroid yang berguna untuk mengatasi rinitis alergi dan juga diresepkan sebagai
tetes mata untuk mengobati iritis dan otitis eksternal (Plumb,2011). Phenylephrine HCl
merupakan obat dekongestan yang dapat berbentuk tetes mata yang digunakan untuk
meredakan mata merah akibat iritasi ringan dan melebarkan pupil sebelum pemeriksaan
dan operasi mata. Dorzolamide HCl yaitu obat tetes untuk mengobati tekanan tinggi di
dalam mata akibat glaukoma atau penyakit mata lainnya (misalnya, hipertensi okular).
Menurunkan tekanan tinggi di dalam mata dapat membantu untuk mencegah kebutaan.
Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah cairan di dalam mata (Ramsey,2017).

Sudah tepat. Propofol digunakan untuk anestesi pra operasi (Ramsey,2017). Tramadol
HCl digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga berat pascaoperasi. Tobramycin
merupakan obat antibiotik tetes dan salep mata yang digunakan untuk mengobati
infeksi mata (Ramsey,2017). Dexamethasone merupakan obat antiinflamasi nonsteroid
sebagai tetes mata untuk mengobati iritis dan otitis eksternal. Phenylephrine HCl
digunakan untuk meredakan mata merah akibat iritasi ringan dan melebarkan pupil
sebelum pemeriksaan dan operasi mata. Dan dorzolamide HCl digunakan untuk
menurunkan tekanan tinggi di dalam mata dapat membantu untuk mencegah kebutaan
dan mengurangi jumlah cairan di dalam mata (Ramsey,2017).

Ketamin (pengganti propofol) merupakan salah satu jenis obat bius total (anestesi
umum) yang hanya dapat diresepkan dokter. Obat ini diberikan untuk menghilangkan
kesadaran yang akan menjalani suatu prosedur medis seperti pembedahan. Ketamine
bekerja dengan cara mengganggu sinyal di otak yang berperan terhadap kesadaran dan
rasa sakit (Plumb,2011). Meloxicam (pengganti Tramadol) merupakan obat
antiinflamasi nonsteroid yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan
prostaglandin, yaitu zat kimia yang akan menyebabkan munculnya tanda dan gejala
radang, termasuk bengkak dan nyeri, saat tubuh mengalami cedera. Dengan
dihambatnya pembentukan prostaglandin maka gejala radang akan mereda
(Ramsey,2017). Oxytetracyclin + Prednisolone (Tobramycin + dexamethasone) adalah
kombinasi obat antibiotik dan antiinflamasi kortikosteroid untuk mengatasi infeksi
bakteri di kulit dan mata. Penggunaan obat ini harus melalui resep dokter. Obat
kombinasi ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan protein dalam bakteri
dan menekan reaksi sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, sehingga mengurangi
peradangan dan gejala reaksi alergi yang diperlukan untuk berkembang biak. Dengan
begitu, bakteri tidak bertambah banyak dan lebih mudah dilawan oleh sistem kekebalan
tubuh (Papich,2016).

I.7. Terapi Alternatif

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan


Ketamine 10 mg/kgBB IV, q24h, selama 1 hari Injeksi 100 mg/ml
Meloxicam 0.1 mg/kgBB IV, q24h, selama 2 hari Injeksi 5 mg/ml
Oxytetracycline dan 1 tetes, q6h, selama 14 hari Tetes mata
Prednisolone

- Perhitungan dosis

Ketamine 10mg/kgBB IV
= (Dosis x BB)/ Konsentrasi
= (10 mg/kgBB x 30 kg) / 100 mg/ml
= (300 mg) / 100 mg/ml
= 3 ml

Meloxicam 0,1mg/kgBB IV
= (Dosis x BB)/ Konsentrasi
= (0,1 mg/kgBB x 30 kg) / 5 mg/ml
= (3 mg) / 5 mg/ml
= 0,6 ml
- Penulisan resep

I.8. Referensi

Lew, M et al. 2015. Penetrating Eye Injury in A Dog : A Case Report. Veterinarni
Medicina 60, (4):213-221.

Papich, M. G. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs Small and Large


Animal : 4th Edition. Elsevier. USA.

Plumb, D. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 7th edition, p. 4053.


Ramsey, I. 2017. Small Animal Formulary Part A Canine and Feline : 9th Edition.
BSAVA. England.

Studi Kasus Digesti


Case Report : Handling Of Bottom Obstruction In Dogs At Bali Veterinary Clinic

2.1 Sinyalemen Dan Anamnesa


a. Sinyalemen
Hewan : Anjing Lokal
Jenis Kelamin : Jantan
Umur : 5 Tahun
Berat Badan : 10 kg (Pau,2021).
b. Anamnesa
Pada pasien didapati mengalami muntah dan penurunan nafsu makan
(Pau,2021).
2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik anjing menunjukkan mukosa mata dan hidung pucat, muntah,
tidak ada nafsu makan, CRT 2 detik, suhu 38,50 C, peristaltic usus tidak normal,
distensi abdomen serta keselurahan fisik tampak lemas (Pau,2021).

2.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dokter melakukan tes blood smear dan hasil


menunjukkan pasien positif terinfeksi anaplasma, sehingga dokter memberikan
treatment doxicicline yang bekerja efektif untuk parasite darah. Pada pemeriksaan X-
ray, kimia darah dan CBC terlihat normal (Pau,2021).

- Pemeriksaan radiografi
Pada kasus ini menggunakan BaSO4. Pada kasus ini, barium sulfat terlihat
tertahan pada saluran pencernaan, padahal normalnya bahan kontras ini akan keluar
dari tubuh setelah 24 jam. Berdasarkan hasil diatas, terlihat penggunaan media
kontras barium sulfat terlihat disepanjang sistem pencernaan mulai dari lambung,
duodenum, jejenum dan seba-gian kolon. Tidak dapat diketahui dengan pasti,
benda asing jenis apa yang berada didalam saluran pen-cenaan anjing. Untuk itu
dilakukanlah prosedur eksplorasi laparatomi dengan teknik enterotomi untuk
mengatasi obstruksi pada kasus ini (Pau,2021).
- Pemeriksaan Hematologi
Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan adanya penurunan WBC 4,9,
limfosit 5,4 %, MCV 55,41 dan Plate Distribusi Wide 8,1. Penurunan WBC
biasanya diikuti dengan penurunan jumlah limfosit. Sel darah putih (leukosit) ini
berfungsi sebagai sel pertahanan tubuh. Jika tubuh terinfeksi oleh penyakit,
imunitas (sistem pertahanan tubuh) akan menurun yang ditandai dengan penurunan
leukosit. Peningkatan granulosit terutama eu-sinofil mengindikasikan adanya in
feksi agen infeksius yaitu parasite. Peningkatan granulosit eusin-ofil (eusinofilia)
biasanya diakibat-kan karena adanya agen infeksius dalam tubuh (Pau,2021).

2.4 Diagnosis

Berdasarkan sinyalemen, anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang pasien di diagnosa menderita obstruksi pada usus..

2.5 Terapi

Terapi obat yang diberikan kepada pasien berupa Cefotaxim Sodium dengan
dosis 22 mg/kgBB secara injeksi intra vena dengan sediaan 250 mg/ml diberikan
sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari. Kemudian diberikan Ondansentron Hcl dengan
dosis 0.2 mg/kgBB secara intra vena dengan sediaan 2 mg/ml diberikan sebanyak 2 kali
sehari selama 3 hari terapi. Diberikan Sucralfate dengan dosis 0.8 gram sirup sediaan
200 mg/ml diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari terapi. Kemudian diberikan
Lactulose dengan dosis 25 ml sirup dengan sediaan 66 mg/ml sebanyak 2 kali sehari
selama 2 hari terapi. Kemudian diberikan Diphenhydramine Hcl dengan dosis 3
mg/kgBB sirup dengan sediaan 2 mg/ml sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari
(Pau,2021).

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan


Cefotaxime sodium 22 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 250 mg/ml
Ondansentron hcl 0.2 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 2 mg/ml
Sucralfate 800 mg/dog PO (BB <20 kg), q12h, Sirup 200 mg/ml
selama 3 hari
Lactulose 25 ml/kgBB PO, q12h, selama 3 hari Sirup 66 mg/ml
Diphenhydramine hcl 3 mg/kgBB PO, q12h, selama 3 hari Sirup 2 mg/ml

- Perhitungan dosis
R/ Cefotaxime : (BB x Dosis)/konsentrasi
= (10 kg x 22 mg/kg)/250 mg/ml
Single dose = 0.88 -> 1 ml
Daily dose = 1 ml x 2
= 2 ml
Total dose = 2 ml x 3 hari
= 6 ml
Sediaan 1 vial cefotaxime 2 ml jadi yang dibutuhkan 3 vial

R/ Odansentron Hcl : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 0.2 mg/kg)/2 mg/ml
Single dose = 1 ml
Daily dose = 1 ml x 2
= 2 ml
Total dose = 2 ml x 3 hari
= 6 ml
Sediaan 1 vial odansentron 20 ml jadi yang dibutuhkan 1 vial

R/ Sucralfate : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 800 mg)/200 mg/ml
Single dose = 40 ml
Daily dose = 40 ml x 2
= 80 ml
Total dose = 80 ml x 3 hari
= 240 ml
Sediaan 1 botol sucralfate 100 ml jadi yang dibutuhkan 3 botol

R/ Lactulose : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 25 ml)/66 mg/ml
Single dose = 3.8 -> 4 ml
Daily dose - 4 ml x 2
= 8 ml
Total dose = 8 ml x 3 hari
= 24 ml
Sediaan 1 botol lactulose 500 ml jadi yang dibutuhkan 1 botol

R/ Diphenhydramine : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 3 mg/kg)/2 mg/ml
Single dose = 15 ml
Daily dose = 15 ml x 2
= 30 ml
Total dose = 30 ml x 3 hari
= 90 ml
Sediaan 1 botol diphenhydramine 50 ml jadi yang dibutuhkan 2 botol

- Penulisan resep
2.6 Pembahasan

Anjing diketahui mengalami obstruksi pada bagian intestine. Dari sinyalemen,


anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka anjing dilakukan
pengobatan intensif untuk meredakan gejala klinis dan causa penyakit. Kemudian
dokter melakukan tes blood smear dan hasil menunjukkan pasien positif terinfeksi
anaplasma, sehingga dokter memberikan treatment doxicicline yang bekerja efektif
untuk parasite darah. Pada pemeriksaan X-ray, kimia darah dan CBC terlihat normal.
Pada pemeriksaan fisik anjing menunjukkan mukosa mata dan hidung pucat, muntah,
tidak ada nafsu makan, CRT 2 detik, suhu 38,50 C, peristaltic usus tidak normal,
distensi abdomen serta keselurahan fisik tampak lemas.
Cefotaxim adalah obat antibiotik untuk mengobati berbagai macam penyakit infeksi
bakteri. Beberapa penyakit infeksi yang bisa diatasi oleh obat ini adalah pneumonia,
infeksi saluran kemih, kencing nanah, meningitis, peritonitis, atau osteomielitis (infeksi
pada tulang). Cefotaxim termasuk dalam golongan antibiotik sefalosporin yang bekerja
dengan cara membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhannya. Ondansetron adalah
obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah
yang bisa disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Obat ini
hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter (Ramsey,2017). Ondansetron adalah
antiemetik (antimual) yang termasuk dalam kelompok antagonis reseptor serotonin
(reseptor 5HT3). Serotonin sendiri adalah zat kimia yang secara alami diproduksi tubuh
untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk mengatur gerakan usus dan saluran
pencernaan secara menyeluruh (Ramsey,2017). Sucralfat atau sucralfate adalah obat
untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat
tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan
resep dokter. Sucralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus
yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan
garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan
membantu penyembuhan luka lebih cepat. Laktulosa adalah obat untuk mengatasi
konstipasi atau sulit buang air besar. Obat ini bekerja dengan cara mengalirkan cairan
ke usus sehingga membuat tinja lebih lunak dan mudah dikeluarkan (Ramsey,2017).
Diphenhydramine adalah obat untuk meredakan gejala alergi dan batuk pilek (common
cold). Diphenhydramine bekerja dengan cara menghambat kerja zat alami tubuh yang
berperan dalam munculnya reaksi alergi, seperti mata berair, bersin, atau hidung
tersumbat, karena alergi atau batuk pilek (Ramsey,2017).

Erythromycin adalah obat untuk mengatasi infeksi bakteri di berbagai bagian


tubuh, seperti kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, dan organ
genital. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, seperti tablet, kapsul, sirop
kering, cairan obat luar, krim, dan gel. Erythromycin merupakan obat
golongan antibiotic makrolid yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan dan
membunuh bakteri penyebab infeksi (Papich,2016). Metoclopramide adalah obat yang
digunakan untuk meredakan mual dan muntah. Obat ini dapat digunakan pada penderita
penyakit asam lambung atau pada pasien yang menjalani operasi, kemoterapi, atau
radioterapi. Metoclopramide bekerja dengan cara meningkatkan gerakan lambung
dalam mengolah makanan sehingga mempercepat pengosongan lambung. Dengan
begitu, rasa mual dan muntah dapat dicegah (Ramsey,2017). Famotidine adalah obat
untuk mengatasi kondisi yang disebabkan oleh produksi asam lambung berlebih.
Famotidine bekerja dengan menghambat zat histamin pada reseptor H2 di lambung
sehingga produksi asam lambung dapat berkurang. Hal ini akan meredakan keluhan
akibat asam lambung berlebih, seperti kembung, mual, nyeri ulu hati, atau heartburn.
Dengan berkurangnya asam lambung, famotidine dapat membantu memperbaiki
kerusakan pada dinding lambung. Oleh karena itu, obat ini juga digunakan dalam
pengobatan tukak lambung dan ulkus duodenum (Plumb,2011).

2.7 Terapi Alternatif

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan

Erythromycin 1 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 50 mg/ml


Metoclopramide 0.5 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 5 mg/ml
Famotidine 1 mg/kgBB PO, q12h, selama 3 hari Tablet 40 mg

- Perhitungan dosis
R/ Erythromycin (Erythrocin) : (BB x Dosis)/konsentrasi
= (10 kg x 1 mg/kg)/50 mg/ml
Single dose = 0.2 ml
Daily dose = 0.2 ml x 2
= 0.4 ml
Total dose = 0.4 ml x 3 hari
= 1.2 ml
Sediaan 1 botol Erythromycin 10 ml jadi yang dibutuhkan 1 botol

R/ Famotidine : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 1 mg/kg)
Single dose = 10 mg
Daily dose = 10 mg x 2
= 20 mg
Total dose = 20 mg x 3 hari
= 60 mg
Sediaan 1 tablet famotidine 40 mg obat. Maka dibutuhkan 2 tablet

R/ Metoclopramide (Vosea) : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 0.5 mg/kg)/5 mg/ml
Single dose = 1 ml
Daily dose = 1 ml x 2
= 2 ml
Total dose = 2 ml x 3 hari
= 6 ml
Sediaan 1 vial metoclopramide 2 ml. Maka dibutuhkan 6 vial
- Penulisan resep

2.8 Referensi

Papich, M. G. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs Small and Large


Animal : 4th Edition. Elsevier. USA.
Pau, P. F. L., Simarmata, Y. T. R. M. R., dan Restiati, N. M. 2021. Laporan Kasus :
Penanganan Obstruksi Usus Pada Anjing Di Bali Veterinary Clinic. Jurnal
Kajian Veteriner. Vol. 9 (1) : 50-61.

Plumb, D. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 7th edition, p. 4053.

Ramsey, I. 2017. Small Animal Formulary Part A Canine and Feline : 9th Edition.
BSAVA. England.
Studi Kasus Digesti
Echocardiographic Diagnosis of Vegetative Endocarditis in Dog – A Case Report

I.9. Sinyalemen dan Anamnesa

2.1.1 Sinyalemen

Pada tanggal 13 September 2019, Bali Veterinary Clinic menerima


pasien 1 ekor anjing lokal berjenis kelamin jantan, berumur 5 tahun, dengan
berat 10 kg (Pau,2021).

2.1.2 Anamnesa
Anamnesa pasien menyatakan bahwa mengalami muntah dan
penurunan nafsu makan (Pau,2021).

I.10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik anjing menunjukkan mukosa mata dan hidung pucat, muntah, tidak
ada nafsu makan, CRT 2 detik, suhu 38,50 C, peristaltic usus tidak normal, distensi
abdomen serta keselurahan fisik tampak lemas (Pau,2021).

I.11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dokter melakukan tes blood smear dan hasil menunjukkan
pasien positif terinfeksi anaplasma, sehingga dokter memberikan treatment doxicicline
yang bekerja efektif untuk parasite darah. Pada pemeriksaan X-ray, kimia darah dan
CBC terlihat normal (Pau,2021).

- Pemeriksaan radiografi
Pada kasus ini menggunakan BaSO4. Pada kasus ini, barium sulfat terlihat
tertahan pada saluran pencernaan, padahal normalnya bahan kontras ini akan keluar
dari tubuh setelah 24 jam. Berdasarkan hasil diatas, terlihat penggunaan media
kontras barium sulfat terlihat disepanjang sistem pencernaan mulai dari lambung,
duodenum, jejenum dan seba-gian kolon. Tidak dapat diketahui dengan pasti, benda
asing jenis apa yang berada didalam saluran pen-cenaan anjing. Untuk itu
dilakukanlah prosedur eksplorasi laparatomi dengan teknik enterotomi untuk
mengatasi obstruksi pada kasus ini (Pau,2021).
- Pemeriksaan Hematologi
Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan adanya penurunan WBC 4,9,
limfosit 5,4 %, MCV 55,41 dan Plate Distribusi Wide 8,1. Penurunan WBC
biasanya diikuti dengan penurunan jumlah limfosit. Sel darah putih (leukosit) ini
berfungsi sebagai sel pertahanan tubuh. Jika tubuh terinfeksi oleh penyakit,
imunitas (sistem pertahanan tubuh) akan menurun yang ditandai dengan penurunan
leukosit. Peningkatan granulosit terutama eu-sinofil mengindikasikan adanya in
feksi agen infeksius yaitu parasite. Peningkatan granulosit eusin-ofil (eusinofilia)
biasanya diakibat-kan karena adanya agen infeksius dalam tubuh (Pau,2021).

I.12. Diagnosis

Berdasarkan sinyalemen, anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


pasien di diagnosa menderita obstruksi pada usus..

I.13. Terapi

Terapi obat yang diberikan kepada pasien berupa Cefotaxim Sodium dengan dosis 22
mg/kgBB secara injeksi intra vena dengan sediaan 250 mg/ml diberikan sebanyak 2
kali sehari selama 3 hari. Kemudian diberikan Ondansentron Hcl dengan dosis 0.2
mg/kgBB secara intra vena dengan sediaan 2 mg/ml diberikan sebanyak 2 kali sehari
selama 3 hari terapi. Diberikan Sucralfate dengan dosis 0.8 gram sirup sediaan 200
mg/ml diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari terapi. Kemudian diberikan
Lactulose dengan dosis 25 ml sirup dengan sediaan 66 mg/ml sebanyak 2 kali sehari
selama 2 hari terapi. Kemudian diberikan Diphenhydramine Hcl dengan dosis 3
mg/kgBB sirup dengan sediaan 2 mg/ml sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari
(Pau,2021).
- Tabel terapi pasien

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan


Cefotaxime sodium 22 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 250 mg/ml
Ondansentron hcl 0.2 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 2 mg/ml
Sucralfate 800 mg/dog PO (BB <20 kg), q12h, Sirup 200 mg/ml
selama 3 hari
Lactulose 25 ml/kgBB PO, q12h, selama 3 hari Sirup 66 mg/ml
Diphenhydramine hcl 3 mg/kgBB PO, q12h, selama 3 hari Sirup 2 mg/ml
- Perhitungan dosis
R/ Cefotaxime : (BB x Dosis)/konsentrasi
= (10 kg x 22 mg/kg)/250 mg/ml
Single dose = 0.88 -> 1 ml
Daily dose = 1 ml x 2
= 2 ml
Total dose = 2 ml x 3 hari
= 6 ml
Sediaan 1 vial cefotaxime 2 ml jadi yang dibutuhkan 3 vial

R/ Odansentron Hcl : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 0.2 mg/kg)/2 mg/ml
Single dose = 1 ml
Daily dose = 1 ml x 2
= 2 ml
Total dose = 2 ml x 3 hari
= 6 ml
Sediaan 1 vial odansentron 20 ml jadi yang dibutuhkan 1 vial

R/ Sucralfate : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 800 mg)/200 mg/ml
Single dose = 40 ml
Daily dose = 40 ml x 2
= 80 ml
Total dose = 80 ml x 3 hari
= 240 ml
Sediaan 1 botol sucralfate 100 ml jadi yang dibutuhkan 3 botol

R/ Lactulose : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 25 ml)/66 mg/ml
Single dose = 3.8 -> 4 ml
Daily dose - 4 ml x 2
= 8 ml
Total dose = 8 ml x 3 hari
= 24 ml
Sediaan 1 botol lactulose 500 ml jadi yang dibutuhkan 1 botol

R/ Diphenhydramine : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 3 mg/kg)/2 mg/ml
Single dose = 15 ml
Daily dose = 15 ml x 2
= 30 ml
Total dose = 30 ml x 3 hari
= 90 ml
Sediaan 1 botol diphenhydramine 50 ml jadi yang dibutuhkan 2 botol

- Penulisan resep
I.14. Pembahasan

Anjing diketahui mengalami obstruksi pada bagian intestine. Dari sinyalemen,


anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka anjing dilakukan
pengobatan intensif untuk meredakan gejala klinis dan causa penyakit. Kemudian
dokter melakukan tes blood smear dan hasil menunjukkan pasien positif terinfeksi
anaplasma, sehingga dokter memberikan treatment doxicicline yang bekerja efektif
untuk parasite darah. Pada pemeriksaan X-ray, kimia darah dan CBC terlihat normal.
Pada pemeriksaan fisik anjing menunjukkan mukosa mata dan hidung pucat, muntah,
tidak ada nafsu makan, CRT 2 detik, suhu 38,50 C, peristaltic usus tidak normal,
distensi abdomen serta keselurahan fisik tampak lemas.
Cefotaxim adalah obat antibiotik untuk mengobati berbagai macam penyakit infeksi
bakteri. Beberapa penyakit infeksi yang bisa diatasi oleh obat ini adalah pneumonia,
infeksi saluran kemih, kencing nanah, meningitis, peritonitis, atau osteomielitis (infeksi
pada tulang). Cefotaxim termasuk dalam golongan antibiotik sefalosporin yang bekerja
dengan cara membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhannya. Ondansetron adalah
obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah
yang bisa disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Obat ini
hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter (Ramsey,2017). Ondansetron adalah
antiemetik (antimual) yang termasuk dalam kelompok antagonis reseptor serotonin
(reseptor 5HT3). Serotonin sendiri adalah zat kimia yang secara alami diproduksi tubuh
untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk mengatur gerakan usus dan saluran
pencernaan secara menyeluruh (Ramsey,2017). Sucralfat atau sucralfate adalah obat
untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat
tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan
resep dokter. Sucralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus
yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan
garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan
membantu penyembuhan luka lebih cepat. Laktulosa adalah obat untuk mengatasi
konstipasi atau sulit buang air besar. Obat ini bekerja dengan cara mengalirkan cairan
ke usus sehingga membuat tinja lebih lunak dan mudah dikeluarkan (Ramsey,2017).
Diphenhydramine adalah obat untuk meredakan gejala alergi dan batuk pilek (common
cold). Diphenhydramine bekerja dengan cara menghambat kerja zat alami tubuh yang
berperan dalam munculnya reaksi alergi, seperti mata berair, bersin, atau hidung
tersumbat, karena alergi atau batuk pilek (Ramsey,2017).

Erythromycin adalah obat untuk mengatasi infeksi bakteri di berbagai bagian


tubuh, seperti kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, dan organ
genital. Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, seperti tablet, kapsul, sirop
kering, cairan obat luar, krim, dan gel. Erythromycin merupakan obat
golongan antibiotic makrolid yang bekerja dengan menghambat pertumbuhan dan
membunuh bakteri penyebab infeksi (Papich,2016). Metoclopramide adalah obat yang
digunakan untuk meredakan mual dan muntah. Obat ini dapat digunakan pada penderita
penyakit asam lambung atau pada pasien yang menjalani operasi, kemoterapi, atau
radioterapi. Metoclopramide bekerja dengan cara meningkatkan gerakan lambung
dalam mengolah makanan sehingga mempercepat pengosongan lambung. Dengan
begitu, rasa mual dan muntah dapat dicegah (Ramsey,2017). Famotidine adalah obat
untuk mengatasi kondisi yang disebabkan oleh produksi asam lambung berlebih.
Famotidine bekerja dengan menghambat zat histamin pada reseptor H2 di lambung
sehingga produksi asam lambung dapat berkurang. Hal ini akan meredakan keluhan
akibat asam lambung berlebih, seperti kembung, mual, nyeri ulu hati, atau heartburn.
Dengan berkurangnya asam lambung, famotidine dapat membantu memperbaiki
kerusakan pada dinding lambung. Oleh karena itu, obat ini juga digunakan dalam
pengobatan tukak lambung dan ulkus duodenum (Plumb,2011).

I.15. Terapi Alternatif

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan

Erythromycin 1 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 50 mg/ml


Metoclopramide 0.5 mg/kgBB IV, q12h, selama 3 hari Injeksi 5 mg/ml
Famotidine 1 mg/kgBB PO, q12h, selama 3 hari Tablet 40 mg

- Perhitungan dosis
R/ Erythromycin (Erythrocin) : (BB x Dosis)/konsentrasi
= (10 kg x 1 mg/kg)/50 mg/ml
Single dose = 0.2 ml
Daily dose = 0.2 ml x 2
= 0.4 ml
Total dose = 0.4 ml x 3 hari
= 1.2 ml
Sediaan 1 botol Erythromycin 10 ml jadi yang dibutuhkan 1 botol

R/ Famotidine : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 1 mg/kg)
Single dose = 10 mg
Daily dose = 10 mg x 2
= 20 mg
Total dose = 20 mg x 3 hari
= 60 mg
Sediaan 1 tablet famotidine 40 mg obat. Maka dibutuhkan 2 tablet

R/ Metoclopramide (Vosea) : (BB x Dosis)/konsentrasi


= (10 kg x 0.5 mg/kg)/5 mg/ml
Single dose = 1 ml
Daily dose = 1 ml x 2
= 2 ml
Total dose = 2 ml x 3 hari
= 6 ml
Sediaan 1 vial metoclopramide 2 ml. Maka dibutuhkan 6 vial
- Penulisan resep

I.16. Referensi

Papich, M. G. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs Small and Large


Animal : 4th Edition. Elsevier. USA.
Pau, P. F. L., Simarmata, Y. T. R. M. R., dan Restiati, N. M. 2021. Laporan Kasus :
Penanganan Obstruksi Usus Pada Anjing Di Bali Veterinary Clinic. Jurnal
Kajian Veteriner. Vol. 9 (1) : 50-61.

Plumb, D. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 7th edition, p. 4053.

Ramsey, I. 2017. Small Animal Formulary Part A Canine and Feline : 9th Edition.
BSAVA. England.
Studi Kasus Cardio
Echocardiographic Diagnosis of Vegetative Endocarditis in Dog – A Case Report

3.1 Sinyalemen dan Anamnesa

a. Sinyalemen
Seekor anjing berjenis kelamin jantan, berumur 9 tahun dengan berat badan 5
kg diperiksakan di veterinary college (Vijayakumar,2018).
b. Anamnesa
Anjing tersebut mengalami exercise intolerance, lethargy, depresi, anoreksia,
tachypnea, penurunan berat badan, dyspnea, dan distensi pada dinding abdomen
(Vijayakumar,2018).

3.2 Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh Vijayakumar (2018),


didapatkan hasil sebagai berikut :
- Terjadi aritmia
- Murmur jantung
- Ascites
- Demam (102,8 oF)
- Peningkatan denyut jantung (131 kali/menit)
- Frekuensi respirasi meningkat (48 kali/menit)

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan hematologi, dan pemeriksaan echocardiography (Vijayakumar, 2018)
a. Pemeriksaan Radiologi
- Mengalami kardiomegali
- Adanya pertumbuhan vegetative pada katup trikuspidalis
b. Pemeriksaan Hematologi
- Penurunan jumlah eritrosit ( 4,11 x 106/ mikroliter)
- Penurunan kadar haemoglobin (9,8%)
- Leukositosis
- Neutrofilia
c. Pemeriksaan Echocardiography

Gambar 1 menunjukkan adanya pertumbuhan vegetative yang tidak teratur


pada katup trikuspidalis dan terjadi cardiomyopathy dilatasi dengan penurunan
fungsi sistolik. Gambar 2 menunjukkan adanya ascites pada abdomen
(Vijayakumar,2018).
3.4 Diagnosis

Berdasarkan sinyalemen, anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang pasien di diagnosa menderita Endocarditis Vegetatif.

3.5 Terapi

Terapi obat yang diberikan kepada pasien berupa Amoxicillin dengan dosis 20
mg/kgBB secara oral dengan sediaan 250 mg diberikan sebanyak 3 kali sehari selama
14 hari. Kemudian diberikan Pimobendane dengan dosis 0.25 mg/kgBB secara oral
dengan sediaan 5 mg diberikan sebanyak 2 kali sehari selama 14 hari terapi. Diberikan
Furosemide dengan dosis 2 mg/kgBB secara oral dengan sediaan 10 mg diberikan
sebanyak 4 kali sehari selama 14 hari terapi. Kemudian diberikan Enalapril maleat
dengan dosis 0.5 mg/kgBB secara oral dengan sediaan 5 mg sebanyak 2 kali sehari
selama 14 hari terapi. Kemudian diberikan suplemen berupa Fish Oil secara oral
sebanayak 1 kapsul 1 kali sehari selama 14 hari (Vijayakumar,2018).

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan


Amoxicillin 20 mg/kgBB PO, q8h, selama 14 hari Tablet 250 mg
Pimobendane 0.25 mg/kgBB PO, q12h, selama 14 hari Tablet 5 mg
Furosemide 2 mg/kgBB PO, q6h, selama 14 hari Tablet 10 mg
Enalapril maleat 0.5 mg/kgBB PO, q12h, selama 14 hari Tablet 5 mg
Fish Oil 1 kapsul PO, q24h, selama 14 hari kapsul

a. Perhitungan dosis
- Amoxicillin = 5 kg x 20 mg/kg BB = 100 mg
Daily dose = 100 mg x 3 = 300 mg
Total dose = 300 mg x 14 = 4200 mg
- Pimobendane = 5 kg x 0,25 mg/kg BB = 1,25 mg
Daily dose = 1.25 mg x 2 = 2.5 mg
Total dose = 2.5 mg x 14 = 35 mg
- Furosemide = 5 kg x 2 mg/kg BB = 10 mg
Daily dose = 10 mg x 4 = 40 mg
Total dose = 40 mg x 14 = 560 mg
- Enalapril maleat = 5 kg x 0,5 mg/kg BB = 2,5 mg
Daily dose = 2.5 mg x 2 = 5 mg
Total dose = 5 mg x 14 = 70 mg
- Fish Oil = 1x sehari selama 14 hari
Total dose =14 capsul
b. Penulisan resep

3.6 Pembahasan

Anjing diketahui mengalami obstruksi pada bagian jantung. Dari sinyalemen,


anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka anjing dilakukan
pengobatan intensif untuk meredakan gejala klinis dan causa penyakit berupa aritmia,
murmur jantung, ascites, demam 102,8oF, peningkatan denyut jantung 131 kali/menit
dan frekuensi respirasi meningkat pada 48 kali/menit.
Amoksisilin merupakan salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam dan
memiliki nama kimia alfa-aminohidroksilbenzil-penisilin. Pemberian antibiotik
umumnya digunakan untuk menekan infeksi bakteri sehingga tidak terjadi infeksi
sekunder. Amoksisilin merupakan antibiotik beta-laktam yang bersifat bakterisidal
dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan mengikat penisillin
binding protein kemudian menghambat sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri
dan mempengaruhi permeabilitas membran sel (Plumb,2011). Pimobendane merupakan
obat inodilator, memiliki efek inotropic dan vasodilatator. Efek inotropnya terjadi
melalui penghambn fosfodiesterase III (PDE-III) dan meningkatkan sensitivitas
kalsium intraseluler pada kontraktilitas jantung. Kontraktilitas jantung meningkat tanpa
peningkatan konsumsi oksigen miokardium, karena pimobendane tidak meningkatkan
kadar kalsium intraseluler. Pada anjing, lisomer pimobendane memiliki aktivitas
inotropic sekitar 1,5x lebih besar dari disomer. Efek vasodilatator pimobendane adalah
melalui penghambatan PDE III vascular dan terjadi dilatasi arteri vena. Pimobendane
juga memiliki aktivitas antitrombotik (Plumb,2011). Furosemide mengurangi
penyerapan elektrolit di bagian menaik dari lengkung Henle, menurunkan reabsorpsi
natrium dan klorida dan meningkatkan ekskresi kalium di tubulus ginjal distal, dan
secara langsung mempengaruhi transpor elektrolit di tubulus proksimal (Plumb,2011).
Furosemide meningkatkan ekskresi ginjal air, natrium, kalium, klorida, kalsium,
magnesium, hydrogen, ammonium, dan bikarbonat. Enalaprilat mencegah pembentukan
angiotensin II (vasokonstriktor kuat) dengan bersaing dengan angiotensin I untuk enzim
angiotensin converting enzyme (ACE) (Ramsey,2017). Minyak ikan merupakan
suplemen yang mengandung omega-3, yaitu asam lemak esensial yang diperlukan
untuk menunjang kesehatan tubuh. Tuna, salmon, sarden, dan makarel adalah contoh-
contoh ikan yang kaya dengan kandungan asam lemak omega-3. Tiap 100 gram dari
ikan-ikan ini mengandung kurang lebih 1 gram asam lemak omega-3 yang berfungsi
menjaga kesehatan jantung. Minyak ikan dapat mengurangi kadar kolesterol jahat
(LDL) dan mencegah peradangan, sehingga mengurangi risiko terjadinya penyumbatan
pembuluh darah (Papich,2016).

Obat alternatif yang digunakan Benazepril adalah obat untuk menangani


hipertensi. Dengan terkontrolnya tekanan darah, risiko terjadinya komplikasi, seperti
gagal jantung, gagal ginjal, serangan jantung, atau stroke, bisa diturunkan. Benazepril
termasuk ke dalam obat antihipertensi golongan ACE inhibitor. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat konversi atau perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II,
sehingga pembuluh darah dapat melebar. Dengan begitu, pasokan darah dan oksigen ke
jantung akan meningkat dan tekanan darah dapat turun (Ramsey,2017). Chlorothiazide
adalah obat diuretik (obat yang meningkatkan produksi air seni) yang menyebabkan
tubuh dapat membuang garam dan air berlebih dalam tubuh. Obat ini dapat
meningkatkan jumlah air seni. Chlorothiazide adalah obat yang juga membantu
mengurangi cairan tambahan dalam tubuh (edema) yang disebabkan oleh kondisi
seperti gagal jantung kongestif. Membuang air berlebih dapat mengurangi cairan dalam
paru sehingga dapat membuat pengguna lebih mudah bernapas. Obat ini juga
membantu mengurangi pembengkakan pada lengan, kaki, dan perut atau abdomen
(Plumb, 2011).

3.7 Terapi Alternatif

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan

Benazepril 2.5 mg/kgBB PO, q12h, selama 14 hari Tablet 5 mg


Chlorothiazide 12.5 mg/kgBB PO , q12h, selama 14 hari Tablet 25 mg/ml

a. Perhitungan dosis

- Benazepril = 5 kg x 0,5 mg/kg BB = 2,5 mg


Daily dose = 2.5 mg x 2 = 5 mg
Total dose = 5 mg x 14 = 70 mg
- Chlorothiazide = 5 kg x 2.5 mg/kg BB = 12.5 mg
Daily dose = 12.5 mg x 2 = 25 mg
Total dose = 25 mg x 14 = 350 mg
b. Penulisan resep

3.8 Referensi

Papich, M. G. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs Small and Large


Animal : 4th Edition. Elsevier. USA.

Plumb, D. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 7th edition, p. 4053.

Ramsey, I. 2017. Small Animal Formulary Part A Canine and Feline : 9th Edition.
BSAVA. England.

Vijayakumar, G., Reddy, B. S., dan Ponnusamy, K. K. 2018. Echocardiographic


Diagnosis of Vegetative Endocarditis in a Dog – A Case Report. The Indian
Veterinary Journal. Vol. 95 (11) : 84-85.
Studi Kasus Urinaria
Cystitis Hemoragika dan Urolithiasis pada Kucing Lokal Jantan Peliharaan

4.1 Sinyalemen dan Anamnesa

a. Sinyalemen
kucing kasus merupakan jenis kucing lokal jantan yang berumur empat
tahun dengan bobot badan 5,4 kg. kucing kasus warna rambutnya coklat
(Riesta,2020).
b. Anamnesa
Kucing tidak mau makan dan terlihat tidak aktif seperti biasa, mengalami
kencing berdarah. Pada awalnya pemilik tidak mengetahui dengan pasti sejak
kapan kucing kasus menunjukkan gejala, namun tiga hari sebelum diperiksakan
kucing kasus terlihat mengalami disuria dan terkadang mengalami oliguria.
Selama pemeliharaan, kucing tersebut diberi pakan dry food. Pemberian pakan
kepada kucing dilakukan dua kali dalam satu hari dan untuk minum kucingnya
diberikan air keran secara ad libitum. Kucing dipelihara dengan cara dilepas
tetapi masih di lingkungan dalam rumah. Kucing kasus belum pernah diobati dan
dibawa ke dokter hewan (Riesta,2020).

4.2 Pemeriksaan Fisik


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan oleh Riesta (2020),
didapatkan hasil sebagai berikut:
- Frekuensi detak jantung 80 kali/menit
- Frekuensi pulsus 78 kali/menit
- Frekuensi respirasi 40 kali/menit
- Suhu tubuh 38,1oC
- CRT > 2 detik
- Tanda klinis terdapat adanya darah yang keluar Bersama dengan urin, kucing tidak
bisa defekasi, mukosa mulut pucat.

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Berdasarkan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh Riesta
(2020),dilakukan pemeriksaan seperti hematologi, ultrasonografi (USG), radiologi, dan
sedimentasi urin.
a. Hematologi
Kucing mengalami leukositosis yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih
(Riesta,2020).

b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan dengan USG menunjukkan terlihat adanya bentukan massa
bersifat hyperechoic (echo yang terang) yang terletak di dalam lumen VU dan adanya
sedimen pada VU. Berdasarkan hasil sonogram, sedimen yang didapatkan di dalam
VU didiagnosis sebagai partikel-partikel kristal. Hasil yang didapat belum mengarah
ke pembentukan batu atau kalkuli di dalam VU (urolith), akan tetapi lebih ke arah
pembentukan sedimen yang berupa partikel-partikel kristal dalam jumlah banyak
yang mengendap. Hal ini dibuktikan saat dilakukan penekanan dengan transducer
partikelpartikel kristal tersebut melayang di dalam lumen VU tapi kemudian segera
mengendap. Jika partikel-partikel kristal ini terus mengendap dalam waktu yang lama
maka nantinya akan mengarah ke pembentukan urolith (Riesta,2020).

c. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi terlihat bahwa VU membesar yang disebabkan
gangguan hewan tidak dapat atau sulit kencing disebabkan karena adanya
penyumbatan atau peradangan di saluran air kencing (Riesta,2020).
d. Pemeriksaan Sedimentasi Urin
Warna endapan merah pada urin menandakan adanya peradangan dan obstruksi
kandung kemih, ureter, dan uretra dengan air kemih yang mengandung hemoglobin.
Warna urin keruh disebabkan oleh terdapatnya epitel, lipid, leukosit, dan eritrosit
dalam jumlah banyak. Urin berbau pesing, hal ini disebabkan karena pemecahan urea
dan kadar eritrosit yang terdapat pada urin (Riesta,2020).
Pada pemeriksaan urin dengan mikroskop cahaya terlihat adanya kristal
magnesium ammonium phosphate (struvite) berbentuk seperti pyramid, berwarna abu-
abu muda.

4.4 Diagnosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka dapat disimpulkan kucing kasus


didiagnosis mengalami cystitis haemoragika dan urolithiasis pada VU. Melihat hasil
pemeriksaan dan kondisi hewan secara umum dan umur dari kucing, maka prognosis
yang dapat diambil adalah dubius fausta.

4.5 Terapi

Terapi obat yang diberikan kepada pasien berupa Oksitetrasiklin dengan dosis 10
mg/kgBB secara injeksi subcutan dengan sediaan 50-100 mg/ml diberikan sebanyak 2
kali sehari selama 7 hari. Kemudian diberikan Asam Tolfenamate dengan dosis 2
mg/kgBB secara injeksi dengan sediaan 40 mg/ml diberikan sebanyak 2 kali sehari
selama 7 hari terapi. Diberikan Furosemide dengan dosis 10 mg/kgBB secara injeksi
intra vena dengan sediaan 10 mg/ml diberikan sebanyak 1 kali sehari selama 7 hari
terapi. Kemudian diberikan Aspirin dengan dosis 1 mg/kgBB secara oral dengan
sediaan 100 mg sebanyak 1 kali sehari selama 7 hari terapi. Kemudian diberikan
Chlorothiazide dengan dosis 2 mg/kgBB secara oral dengan sediaan 25 mg tablet
sebanyak 2 kali sehari selama 7 hari (Riesta,2020).

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan


Oksitetraciklin 10 mg/kgBB SC, q12h, selama 7 hari Injeksi 50-100 mg/ml
Asam Tolfenamat 2 mg/kgBB SC, q12h, selama 7 hari Injeksi 40 mg/ml
Furosemide 10 mg/kgBB IV, q24h, selama 7 hari Injeksi 10 mg/ml
Aspirin 1 mg/kgBB PO, q24h, selama 7 hari Tablet 100 mg
Chlorothiazide 2 mg/kgBB PO, q12h, selama 7 hari Tablet 25 mg

a. Perhitungan dosis
- Oksitetrasiklin = (5.4 kg x 10 mg/kg BB)/50 mg/ml
= 1,08 ml -> 1,1 ml
Daily dose = 1,1 ml x 2 = 2.2 ml
Total dose = 2.2 ml x 7 = 15,4 ml
1 vial = 50 ml

- Tolfenamate = (5.4 kg x 2 mg/kg BB)/40 mg/ml


= 0.27 ml -> 0.3 ml
Daily dose = 0.3 ml x 2 = 0.6 ml
Total dose = 0.6 ml x 7 = 4.2 ml
1 vial = 50 ml

- Furosemide = (5.4 kg x 10 mg/kg BB)/10 mg/ml


= 5.4 ml
Daily dose =5.4 ml x 1 = 5.4 ml
Total dose = 5.4 ml x 7 = 37.8 ml
1 vial = 10 ml

- Aspirin = 5.4 kg x 1 mg/kg BB


= 5,4 mg
Daily dose = 5.4 mg x 1 = 5.4 mg
Total dose = 5.4 mg x 7 = 37.8 mg

- Chlorothiazide = 5.4 kg x 2 mg/kg BB


= 10.8 mg
Daily dose = 10.8 mg x 2 = 21.6 mg
Total dose = 21.6 mg x 7 = 151.2 mg
b. Penulisan resep

4.6 Pembahasan

Anjing diketahui mengalami obstruksi pada bagian jantung. Dari sinyalemen,


anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka anjing dilakukan
pengobatan intensif untuk meredakan gejala klinis dan causa penyakit berupa Tanda
klinis terdapat adanya darah yang keluar Bersama dengan urin, kucing tidak bisa
defekasi, mukosa mulut pucat. Tetrasiklin umumnya bertindak sebagai antibiotik
bakteriostatik dan menghambat sintesis protein dengan mengikat secara reversibel ke
subunit ribosom 30S dari organisme yang rentan, mencegah pengikatan pada ribosom
aminoasil transfer-RNA tersebut. Tetrasiklin juga diyakini mengikat ribosom 50S
secara reversibel dan juga mengubah permeabilitas membran sitoplasma pada
organisme yang rentan. Dalam konsentrasi tinggi, tetrasiklin juga dapat menghambat
sintesis protein (Plumb, 2011).

Asam tolfenamic menunjukkan tindakan farmakologis yang mirip dengan aspirin.


Ini adalah penghambat kuat siklooksigenase, sehingga menghambat pelepasan
prostaglandin. Ia juga memiliki penghambatan langsung reseptor prostaglandin. Asam
tolfenamic memiliki aktivitas anti-tromboksan yang signifikan dan tidak dianjurkan
untuk digunakan sebelum pembedahan karena efeknya pada fungsi trombosit.
Furosemide mengurangi penyerapan elektrolit di bagian menaik dari lengkung Henle,
menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida dan meningkatkan ekskresi kalium di
tubulus ginjal distal, dan secara langsung mempengaruhi transpor elektrolit di tubulus
proksimal. Furosemide meningkatkan ekskresi ginjal air, natrium, kalium, klorida,
kalsium, magnesium, hydrogen, ammonium, dan bikarbonat (Plumb, 2011). Aspirin
menghambat siklooksigenase (COX-1, prostaglandin sintetase) sehingga mengurangi
sintesis prostaglandin dan tromboksan (TXA2). Sebagian besar sel dapat mensintesis
siklooksigenase baru, tetapi trombosit tidak. Oleh karena itu, aspirin dapat
menyebabkan efek ireversibel pada agregasi trombosit. Sebuah penelitian pada anjing
menyelidiki efek fungsi trombosit dari berbagai dosis aspirin, menunjukkan bahwa
dosis kurang dari 1 mg/kg/hari atau 10 mg/kg/hari PO tidak memiliki efek signifikan
secara statistik pada agregasi trombosit. Dosis 1 dan 2 mg/kg/hari menghambat fungsi
dan agregasi trombosit. Aspirin telah terbukti mengurangi tanda-tanda klinis anafilaksis
yang diinduksi secara eksperimental pada anak sapi dan kuda poni. Sementara aspirin
tidak secara langsung menghambat COX-2, ia dapat memodifikasinya untuk
menghasilkan, dengan lipoxygenase (LOX), senyawa yang dikenal sebagai aspirin-
triggered lipoxin (ATL), yang tampaknya memiliki tindakan pelindung mukosa
lambung (Plumb, 2011). Thiazide bekerja dengan menganggu pengangkutan ion
natrium melintasi epitel tubulus ginjal dengan mengubah metabolisme sel
tubulus.diawali dengan penebalan kortikal segmen dari nefron, peningkatan ekskresi
natrium, klorida, dan air. Thiazid juga meningkaakan ekskresi kalium, magnesium,
fosfat, iodide, dan bromide serta menurunkan laju filtrasi glomerulus. Renin plasma dan
kadar aldosterone yang dihasilkan meningkat yang menyebabkan terjadinya
hipokalemia thiazid. Pada anjing, hidroklorotiazid telah terbukti menurunkan ekskresi
kalsium urin, ekresi asam urat juga diturunkan (Plumb, 2011).
Obat alternatif yang diberikan berupa Nitrofurantoin adalah obat antibiotik yang
digunakan untuk mengatasi infeksi saluran kemih, termasuk radang kandung kemih
(cystitis) atau infeksi ginjal. Nitrofurantoin bekerja dengan cara menghambat
pembentukan protein penyusun dinding sel bakteri. Obat ini juga menghambat
pembentukan materi genetik dari sel bakteri. Dengan begitu, bakteri akan mati dan
infeksi bisa teratasi (Papich,2016). Torsemide termasuk dalam golongan diuretik loop.
Obat ini bekerja dengan menghambat penyerapan kembali dari natrium dan klorida di
ginjal. Dengan begitu, cairan dan natrium bisa lebih banyak dikeluarkan melalui urine
(Ramsey,2017). Clopidogrel adalah obat untuk mencegah penyumbatan pembuluh
darah dan membantu melancarkan peredaran darah, sehingga obat ini dapat
menurunkan risiko terjadinya stroke atau serangan jantung. Clopidogrel dapat
digunakan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain. Clopidogrel
adalah obat golongan antiplatelet yang bekerja dengan cara mencegah trombosit atau
sel keping darah saling menempel dan membentuk gumpalan darah (Plumb,2011).
Kejibeling adalah obat herbal yang dipercaya dapat membantu meluruhkan batu ginjal
dan batu kandung kemih. Kejibeling mengandung daun kejibeling, daun kumis kucing,
dan daun tempuyung. Kejibeling tersedia dalam bentuk kapsul dan pil. Kombinasi dari
berbagai bahan herbal di dalam Kejibeling dipercaya mampu meningkatkan jumlah
urine yang keluar, mengurangi peradangan, dan membantu meluruhkan batu di
ginjal dan kandung kemih secara alami (Papich,2016). Meloxicam (pengganti
Tramadol) merupakan obat antiinflamasi nonsteroid yang bekerja dengan cara
menghambat pembentukan prostaglandin, yaitu zat kimia yang akan menyebabkan
munculnya tanda dan gejala radang, termasuk bengkak dan nyeri, saat tubuh mengalami
cedera. Dengan dihambatnya pembentukan prostaglandin maka gejala radang akan
mereda (Plumb,2011).

4.7 Terapi Alternatif

Nama Obat Dosis Regimen Sediaan

Nitrofurantoin 5 mg/kgBB PO, q8h, selama 7 hari Kapsul 50 mg


Meloxicam 0.2 mg/kgBB IM, q24h, selama 7 hari Injeksi 2 mg/ml
Torsemide 0.3 mg/kgBB PO, q12h, selama 7 hari Tablet 3 mg
Clopidogrel 6.25 mg/kgBB PO, q24h, selama 7 hari Tablet 75 mg
a. Perhitungan dosis
- Nitrofurantoin
Single Dose = 27 mg
Daily dose = 81 mg
Total dose = 567 mg
- Meloxicam (Inject : 2 mg/ml Dosis : 0,2 mg/kg)
Single Dose = 1.08 ml
Daily dose = 1.08 ml
Total dose = 7.56 ml
- Torsemide (Sediaan : 3 mg Dosis : 0,3 mg/kg 2 kali sehari)
Single Dose = 1,62 mg
Daily dose = 3.24 mg
Total dose = 22.68 mg
- Clopidogrel (Sediaan : 75 mg tab. Dosis : 6.25 mg/kg sekali sehari selama 7 hari)
Single Dose = 33,75 mg
Daily dose = 33.75 mg
Total dose = 236.25 mg
b. Penulisan resep

4.8 Referensi

Papich, M. G. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs Small and Large


Animal : 4th Edition. Elsevier. USA.

Plumb, D. 2011. Plumb’s Veterinary Drug Handbook, 7th edition, p. 4053.

Ramsey, I. 2017. Small Animal Formulary Part A Canine and Feline : 9th Edition.
BSAVA. England.
Riesta, B.D.A. and Batan, I.W. 2020. Cystitis Haemoragics And Urolithiasis In
Domestic Male Local Cat: A Case Report’, Indonesia Medicus Veterinus,
9(6), pp. 1010–1023. doi:10.19087/imv.2020.9.6.1010.

Anda mungkin juga menyukai