Oleh:
NURSETA RAIS MAHENDRA, S.KH
NIM. 220130100111074
Oleh:
NURSETA RAIS MAHENDRA, S.KH
NIM. 220130100111074
Oleh:
Nurseta Rais Mahendra
NIM. 220130100111074
Menyetujui,
Koordinator
Rotasi Interna Hewan Kecil Pembimbing Kelompok
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Profesi Dokter Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
2.1.1 Etiologi
Canine Monocytotropic Ehrlichiosis merupakan tick-borne
disease yang juga dikenali dengan nama lain canine haemorrhagic
fever, canine typhus, tracker dog disease dan tropical canine
pancytopenia (Dubie et al., 2014). Canine Monocytotropic
Ehrlichiosis disebabkan oleh Ehrlichia canis yang merupakan bakteri
gram negatif kokus yang bersirkulasi didalam sel monosit dan dibawa
oleh vektor caplak pada anjing Rhipicephalus sanguineus. Ehrlichia
canis adalah bakteri yang tergolong dalam ordo Rickettsiales dan
famili Anaplasmataceae bersama dengan genus Anaplasma dan
Neorickettsia (Ganta, 2022).
2.1.2 Patogenesis
2.1.4 Diagnosa
Terdapat beberapa cara untuk mendiagnosis Canine
Monocytotropic Ehrlichiosis, antara lain adalah hematologi, rapid test
kit, test kimia darah, PCR, ulas darah, Indirect Immunofluorescence
Antibody (IFA) test (Harrus & Waner, 2011).
1. Hematologi
Trombositopenia merupakan temuan yang bersifat
patognomonik atau distinctive yang dapat ditemukan pada fase
akut infeksi, subklinis, dan juga kronis. Pada fase klinis
trombositopenia bersifat ringan disertai dengan sedikit
penurunan leukosit dan eritrosit, sedangkan pada fase kronis,
trombositopenia bersifat parah dan disertai dengan temuan
anemia dan leukopenia, sehingga pola pancytopenia ditemukan
karena terjadinya hipoplasia sumsum tulang (Harrus & Waner,
2011).
2. Rapid test kit
Screening infeksi Canine Monocytotropic Ehrlichiosis yang
dapat dilakukan secara tahunan, namun tes ini tidak dapat
digunakan sendiri untuk mendiagnosis, sehingga interpretasi
dari hasil rapid test harus dikombinasikan dengan jumlah
platelet dan hasil pemerksaan molekuler (Harrus & Waner,
2011).
3. Test Kimia Darah
Parameter yang terlihat dari hasil test kimia darah adalah adanya
hipoalbuminemia, hiperglobulinemia, hipergammaglobulinemia,
sedikit peningkatan ALT dan ALP (Harrus & Waner, 2011).
4. Polymerase-chain reation (PCR)
Deteksi DNA E. canis pada sampel, namun false positive dapat
terjadi apabila sampel terkontaminasi atau amplifikasi
nonspesifik terjadi. Hasil negatif PCR dapat mengartikan bahwa
tidak ada target DNA yang terdeteksi, namun hal tersebut tidak
selalu membuktikan tidak adanya DNA pada sampel. PCR
dengan sampel jaringan limpa dipertimbangkan lebih sensitif
untuk dievaluasi dibandingkan dengan sampel darah ataupun
sumsum tulang (Harrus & Waner, 2011).
5. Ulas Darah
Gambar 2. 3 Morula intrasitoplasmik pada sel monosit anjing
terinfeksi CME (Straube, 2010; Sykes dan Greene, 2013)
Temuan morula sitoplasmik pada sel darah monosit (Gambar 2.1)
merupakan temuan atau gambaran standar yang terlihat pada
mikroskop, morula merupakan bentukan vakuola yang terikat dengan
membran yang terisi dengan banyak bakteri dapat terlihat pada
mikroskop elektron. Temuan ini sering dikelirukan dengan platelet,
limfosit dengan granul azurofilik, dan materi nuklear yang
terfagositosit. Gambaran ulas darah pada anjing yang terinfeksi secara
umum meliputi monosit reaktif, eritrofagositosis, trombofagositosis,
fagositosis material nukleus, dan juga megaplatelet, namun sering kali
morfologi eritrosit tidak mengalami abnormalitas atau dalam beberapa
kasus dapat ditemukan infeksi patogen CVBD lain seperti Babesia,
Anaplasma, dan Hepatozoon canis (Straube, 2010; Sykes dan Greene,
2013).
6. Serologi Indirect Immunofluorescence Antibody (IFA) test terhadap
antibodi anti-E. canis IgG merupakan tes yang dipertimbangkan
menjadi gold standard dari CME yang mana apabila terjadi peningkatan
titer antibodi empat kali lipat dapat mengindikasikan terjadinya
inflamasi aktif dan antibodi IgG padat bertahan hingga beberapa bulan
atau tahun setekah pengobatan dan eleminasi dari Rickettsia (Harrus &
Waner, 2011).
2.1.5 Pengobatan
Obat yang paling umum digunakan pada kasus Canine
Monocytotropic Ehrlichiosis adalah antibiotik golongan tetrasiklin
yang diberikan minimal selama 3 minggu, yang mana kondisi
hipoalbuminemia pada anjing penderita akan mempercepat uptake
dari tetrasiklin untuk masuk ke dalam sel darah. Doxycycline
merupakan obat yang cukup sering digunakan pada kasus Canine
Monocytotropic Ehrlichiosis karena memiliki penetrasi dan
konsentrasi yang baik ketika masuk ke dalam sel (Jim & Jerry W.S,
2001).
Doxycycline merupakan antibiotic golongan tetrasiklin
semisintetik yang larut lemak dan siap diabsorpsi untuk menghasilkan
konsentrasi yang tinggi pada darah, jaringan, intraslular, dan sistem
saraf pusat serta memiliki half-life yang lebih lama dibandingkan
antibiotik golongan tetrasiklin lainnya (Sykes & Greene, 2013). Obat-
obatan alternatif seperti ekstrak pepaya (Carica papaya) dapat
digunakan sebagai thrombocyte enhancer untuk mengobati gejala
trombositopenia pada kasus ini (Kanatiwela de Silva et al., 2012).
Pada kasus dengan adanya anemia parah dapat dilakukan transfusi
darah agar tidak memperburuk kondisi fisiologis hewan (Kumar &
Ramakant, 2020).
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Sinyalemen
Nama Hewan : Skippy
Jenis Kelamin :Betina
Ras : Domestik mix
Berat Badan : 9,5 kg
Umur : 16 tahun
3.2 Anamnesa
Anjing Skippy dating ke klinik dengan riwayat adanya gangguan liver
dan ginjal yang sudah cukup lama, dengan riwayat pernah terinfeksi parasit
kutu (Riphicephalus sanguineus), sudah dilakukan USG di klinik lain
dengan temuan adanya penebalan dinding pada parenkim hepar.
3.3 Gejala Klinis
Gejala klinis yang tampak antara lain, hewan lesu, nafsu makan
menurun, adanya hemorrhage pada area bawah abdomen, adanya epistaksis
yang keluar dari hidung anjing dan ataxia .
3. 4 Pemeriksaan Fisik
Auskultasi
Suara Pernapasan : Rough
Suara Ikutan : Tidak ada
Jantung dan sistem sirkulasi
Auskultasi
Intensitas : Dangkal
Ritme : Ritmis
Suara Sistolik dan Diastolik : Terdengar
Sinkron Pulsus dan HR : Tidak sinkron
Suara Ekstrasistolik : Tidak terdengar
Abdomen
Inspeksi
Ukuran : Simetris
Bentuk : Cembung
Legok Lapar : Tidak terlihat
Palpasi
Epigastrikus : Tidak ada respon sakit dan abnormalitas
Mesogastrikus : Tidak ada respon sakit dan abnormalitas
Hipogastikus : Tidak ada respon sakit dan abnormalitas
Auskultasi
Peristaltik Usus : Terdengar
Anus
Sekitar Anus : Kotor
Refleks Sphincter ani : Nomal
Pembesaran Kolon : Tidak teraba
Sistem genital
Vulva : Sedikit kotor
Area sekitar vulva : Bersih
Extremitas
Inspeksi
Perorotan Ekstremitas Cranial : Tegang dan kaku
Perorotan Ekstremitas Caudal : Tegang dan kaku
Spasmus Otot : tidak ada tremor
Tremor : tidak ada
Sudut Persendian : Terlihat
Cara Berjalan / Gait : kaku dan tidak mau duduk/berbaring
Cara Berlari : Tidak dapat berlari
Palpasi
Ekstremitas Cranial Dexter : Perototan tegang
Ekstremitas Cranial Sinister : Perototan Tegang
Ekstremitas Caudal Dexter : Perototan Tegang
Ekstremitas Caudal Sinister : Perototan Tegang
Konsistensi Pertulangan : Kompak dan kokoh
Reaksi Palpasi : sedikit ada respon sakit
Panjang Ekstremitas Cranial : Simetris
Panjang Ekstremitas Caudal : Simetris
3.5 Temuan Klinis
c. Kimia darah
Hasil kimia darah tangga 20 April 2023 pada anjing Skippy
menunjukkan adanya hypoalbuminemia disertai dengan
hypoglobulinemia. Hasil analisis hematologi anjing Skippy
ditampilkan pada table 3.2.
Tabel 3. 2 Hasil Kimia Darah Anjing Skippy (Dokumentasi Pibadi, 2023).
Kimia darah Hasil Satuan Kisaran interpretasi
normal
AST/SGOT 649 U/L 8.9 – 48.5 Tinggi
ALT/SGPT 146 U/L 8.2 – 57.3 Tinggi
Total protein 4 g/dL 5.4 – 7.5 Rendah
Albumin 2 g/dL 2.6 – 4.0 Hypoalbuminemia
Globulin 2 g/Dl 2.7 – 4.4 Hypoglobulinemia
Rasio A/G 1.00 0.6 – 1.1 Normal
Total Bilirubin 0.323 Mg/dL 0.07 – 0.61 Normal
ALP 363 U/L 10.6 – 100.7 Tinggi
Kolesterol 243.6 Mg/dL 115.6 – 252.7 Normal
Ureum (BUN) 288.9 Mg/dL 10 – 20 Tinggi
Kreatinin 8.3 Mg/dL 1–2 Tinggi
Hematologi,
coagulophaty kimia darah
Non y
invasif
Anamnesa, PE,
Trauma/cidera
X-ray
Hemoragi
Ektoparasit
Anamnesa, PE
(massive)
Invasif parasit
Parasit darah
Intraselular Ekstraselular
Rhinitis
Imunitas kronis PE, hematologi, X-Ray
Staphylococcus sp.
bakteri Sitologi, hematologi
Streptococcus sp.
Tidak ada
/Sedikit darah
Canine Herpesvirus Rapid test-kit, Hematologi,
Virus PCR test
Eksternal Trauma
Anamnesa, PE, X-Ray
Foreign body
Epistaksis
Hypertensi Sphygmomanometer
Sistemik
Imunologis
disorder
Ektremitas
caudal
Sensorik x-ray, CT-Scan, MRI
Ektremitas cranial
dan caudal
Ataxia
Tremor pada
kepala
x-ray, CT-Scan, MRI,
Cereberal lumbal pungsi
No tremor
pada kepala
meningitis
Cronic Canine
Monosit Ehrliciosis
Anjing Skippy memiliki gejala klinis berupa hilangnya koordinasi gerak,
inaktif atau tidak mau bergerak, dan ataksia. Anjing Skippy tidak menunjukkan
gejala tremor pada kepala dan berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan
rapid test kit yang hasilnya posistif Ehrlichiosis disingkronkan dengan gejala
klinis CME maka anjing didignosa sudah mengalami masalah neurologi akibat
dari infeksi canine monosit ehrlichiosis.
Ataksia merupakan suatu gangguan gerak tubuh yang disebabkan oleh
masalah pada sistem saraf pusat (Kaewmongkol,2016). Manifestasi neurologi
ehrliciosis disebabkan oleh meningitis atau perdarahan meningeal, gejala
yang sering tampak antara lain Kejang, ataksia, disfungsi vestibular sentral
atau perifer akut, tremor yang disengaja, dan hyperesthesia atau rasa nyeri
yang berlebihan terhadap suatu rangsangan. Dalam beberapa kasus, morula
ehrlichia sp. juga telah ditemukan dalam sel yang ada di cairan
cerebrospinal (Greene, 2012). Meningitis adalah peradangan yang terjadi
pada meningen atau selaput otak dan saraf tulang belakang, meningitis
biasanya terjadi akibat dari infeksi (Hoffman and Weber, 2009).
Pada kerusakan sistem saraf pusat, meningitis terjadi pada batang
otak, otak tengah, dan korteks serebral. Sebagian besar lesi terletak di
bagian ventral batang otak dan di sekitar periventrikular. Penderita
meningitis karena infeksi ehrlichia sp. juga mengalami gliosis. Pada
pemeriksaan bedah bangkai pasien dengan riwayat terkena CME, lesi
meningeal mikroskopis tampak pada hampir semua anjing yang di nekropsi,
dengan beberapa anjing yang menunjukkan tanda-tanda klinis meningitis
Ketika masih hidup (Greene, 2012). Defisit neurologis meningoencephalitis
ehrlichial dipengaruhi oleh infiltrasi sel plasma meninges atau perdarahan di
otak atau sumsum tulang belakang parenkim.
4.4 Problem Oriented Approach (POA) Hematologi