Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN KOMPREHENSIF I

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


DASAR MANUSIA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN
DENGAN DHF DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT DAERAH
BALUNG, JEMBER

OLEH:

IFTITAHUR ROHMAH
NIM 142310101107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus komprehensif I yang dibuat oleh:

Nama : IFTITAHUR ROHMAH


NIM : 142310101107
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA
PASIEN DENGAN DHF DI RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT DAERAH
BALUNG, JEMBER

telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Jember, ......................... 2016

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

__________________________ _________________________
NIP.............................................. NIP............................................

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit....................................................................................4
B. Epidemiologi..........................................................................................5
C. Etiologi...................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala...................................................................................7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.......................................................11
F. Penatalaksanaan Medis.........................................................................13
G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia................................................14
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)...................15
1.2 Perencanaan/Nursing Care Plan..................................................16
I. Daftar Referensi....................................................................................21

3
A. Definisi Penyakit

Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan infeksi akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albopictus dan Aedes Aegepty). Penyakit ini terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai leukopenia,
dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati, serta Trombocytopenia
ringan dan bintik-bintik perdarahan. Jadi demam berdarah dengue adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis
demam disertai gejala perdarahan dan bila timbul renjatan dapat menyebabkan
kematian.

B. Epidemiologi
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan
sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina
pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia
penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan
jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Semenjak
kejadian ini, penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke
seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan
insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat
kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan
semakin lancarnya hubungan transpotasi.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia
setelah Thailand (Depkes, 2010). Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD

4
di Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada tahun 2008, jumlah kasus
penyakit DBD adalah 136.339 kasus.
Menurut Word Health Organization (WHO) jumlah kematian oleh
penyakit DHF di dunia mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya (WHO, 2012). Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada tahun 2008 jumlah kematian
1.170 orang (CFR= 0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.

C. Etiologi
Etiologi Penyakit DBD :

1. Faktor Agent

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam


Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, akan tetapi berasal dari empat tipe
virus yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus yang berdiameter
40 nonometer dan dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam
kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kidney) maupun sel-sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu


nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah
di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan
genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu
pagi hari dan senja hari.

5
3. Faktor Host

Biasanya pada orang yang pertama terinfeksi dengue mendapatkan


imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulang
untuk kedua kalinya atau lebih.

4. Faktor Port of Entery and Exit

Permukaan kulit tubuh.

5. Faktor Envoronment

Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk jenis ini
adalah daerah tropis, dengan lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar
matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng
bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas.

6. Transmisi

Cara Penularan melalui nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus yang
betina setiap 2 hari sekali menggigit atau mengisap darah manusia untuk
memperoleh protein guna mematangkan telurnya agar tetap mampu
berkembang biak. Ketika menggigit orang yang darahnya mengandung virus
dengue, virus masuk dan berkembang biak dengan cara membelah diri dalam
tubuh nyamuk. Dalam waktu kurang dari 1 minggu virus sudah berada di
kelenjar liur dan siap untuk dipindahkan bersama air liur nyamuk kepada orang
sehat. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang itu dapat menderita penyakit
demam berdarah. Nyamuk demam berdarah ini memiliki siklus hidup yang
berbeda dari nyamuk biasa. Nyamuk ini aktif dari pagi sampai sekitar jam 3
sore untuk menghisap darah yang juga berarti dapat menyebarkan virus demam
berdarah. Sedangkan pada malam hari, nyamuk ini tidur.

6
D. Tanda dan Gejala
1. Sakit kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Mialgia
4. Artarglia
5. Ruam
6. Perdarahan
7. Leukopenia
8. Demam berlangsung 2-7 hari
9. Trombositopenia (100.000 sel per mm3)
10. Jika terjadi syok: nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menyempit,
kulit dingin dan lembab, serta gelisah
11. Nafsu makan berkurang
12. Mual muntah

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Patofisiologi
Ketika penderita DBD digigit nyamuk Aedes aegypti, maka virus yang
ada di dalam darah akan ikut terisap dan tersebar diberbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk kelenjar air liurnya. Setelah satu minggu setelah menghisap
darah, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus dengue
tersebut tetap berada pada tubuh nyamuk dan merupakan penularan (infektif)
sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena nyamuk menggigit dan belum
menghisap darah, maka nyamuk dapat mengeluarkan kelenjar air liur melalui
probosis, agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama dengar air liur virus
dengue dipindahkan dari nyamuk keorang lain.
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang
jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di
seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut, bintik-bintik merah pada

7
kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo endotel atau seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat
anafilaktoksin, histamin dan serotonin serta aktivitas dari sistem kalikrein
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstravaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibatnya terjadi pengurangan volume plasma yang
terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Selain itu sistem retikulo endotel bisa
terganggu sehingga menyebabkan reaksi antigen anti body yang akhirnya bisa
menyebabkan Anaphylaxia. Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran
darah akan menyebabkan depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi
trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan perdarahan karena
gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdarahan kelenjar adrenalin. Plasma merembas sejak permulaan demam dan
mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang
terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan
terjadi anoksia jaringan, 14 asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7.
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya
gangguan pada hemostasis yang mencakup perubahan vaskuler,
trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3), menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, IX, X dan fibrinogen).
Pembekuan yang meluas pada intravaskuler (DIC) juga bisa terjadi saat
renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis,
perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal
(Rampengan, 1997).

8
Faktor kurangnya pengetahuan orang tua
Pathways mengenai perawatan diri anak

Virus dengue
Defisit perawatan diri

Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti Penampilan pasien tidak rapi, pakaian kotor,
bau, serta kuku kotor
Viremia

Resiko gangguan integument:


gatal-gatal
Demam akut Nyeri otot, Stimuasi RES Permabilitas
tulang, dan sendi vaskuler meningkat

Keringat
Hepatomega
Hipertermi Nyeri akut Kebocoran plasma
li
Dehidrasi Penumpukan Hematokit Trombositopeni
Mendesak abdomen cairan ekstra dan
Dehidrasi Ht meningkat,
vaskuler dan Viskositas
Defisit Hipoproteinemia,
darah
Efusi serosa, rongga Fungsi trombosit
volume Kelemahan Mual muntah meningkat
Hiponatremi serosa menurun,
cairan dan
Pleura Faktor koagulasi
elektrolit Aliran darah
Tidak mampu melakukan menurun,
Nafsu makan menurun Hipovelemi lambat Hematokrit
aktivitas
Efusi menurun

Perubahan nutrisi Suplah O2 ke


Defisit perawatan diri Syok hipovolemik
kurang dari jaringan Resiko
Dispnea
kebutuhan tubuh menurun pendarahan
Gelisah, Takikardi, Akral 9
dingin, Hipotensi Pola nafas tidak
Gg perfusi jaringan
efektif
10
F. Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif

1. DHF tanpa renjatan

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi


dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2
liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau
lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang
tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini.

b. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres dingin.
Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti, maka luminal diberikan
lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diberi 50 mg, dan
dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.

c. Pemberian invus apabila:

1) Pasien terus-menerus muntah dan tidak dapat diberikan minum


2) Hamtokrit yang cenderung meningkat

2. DHF disertai renjatan (DSS)

a. Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus sebagai
penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran yang
diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan guyuran infus.

b. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar,
tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10

11
l/kgBB/jam. Maka pemberian infus harus dipertahankan sampai 1-2 hari
lagi walaupn tanda-tanda vital telah baik.

c. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP (Central
Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna
atau vena jugularis, dan pasien dirawat di ICU.

d. Trafusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang


berat, biasanya pada pasien ini nilai hemoglobin dan hematokrit menutun.

G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan akan personal hygiene

Pemeliharaan kebutuhan akan personal hygiene merupakan


tindakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Individu dikatakan memiliki personal
hygiene baik, apabila individu mampu menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga,
kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. (Menurut
Potter dan Perry (2005)). Tujuan pemeliharaan personal hygiene yaitu untuk
memelihara keamanan, kenyamanan, dan kesehatan individu. Pada kebutuhan
ini memerlukan adanya pengkajian mengenai maslah yang mendukung atau
menyebabkan ketidakterpenuhinya kebutuhan akan personal hygiene, sehingga
tindakan yang diberikan dapat disesuaikan. Sebagai perawat, harus mampu
memotivasi klien mengenai konsep-konsep kesehatan bahwa walaupun sakit
klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga
tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis

12
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat

1.2 Perencanaan/ Nursing Care Plan


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf
kriteria hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
b.d proses perawatan selama 2. Monitor penurunan
inveksi 4x 24 jam suhu kesadaran
virus tubuh pasien dalam 3. Monitoring TTV
dengue rentang normal 4. Monitor intake dan
yang ditandai output
dengan: 5. Kolaborasi pemberian
1. Suhu tubuh cairan intravena
normal 6. Kompres hangat
26,2-27,5°C 7. Kolaborasi pemberian
2. Nadi dalam obat
rentang
normal
(dewasa 60-
100x/menit,
anak-anak
70-
120x/menit)
3. RR dalam
rentang
normal
(dewasa 12-
20x/menit,
anak-anak
18-
30x/menit)

13
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
b.d cidera selama 3x24 jam nyeri menggunakan
biologis nyeri terkontrol PQRST
yang ditandai 2. Observasi reaksi verbal
dengan: dan non verrbal pasien
1. Mampu 3. Lakukan penanganan
mngontrol nyeri non farmakologis
nyeri (stimulasi kutaneus,
2. Mampu distraksi, Anticipatory
mengenali Guidance, relaksasi)
nyeri 4. Kolaborasi pemberian
3. Melaporkan analgesik
nyeri
berkurang
dengan
menejemen
nyeri

3. Ketidaksei Setelah dilakukan 1. kaji adanya alergi


mbangan perawatan selama makanan
nutrisi dari 3x24 jam intake 2. kolaborasi dengan ahli
kebutuhan nutrisi adekuat gizi tentang pemberian
tubuh b.d yang ditandai kalori dan nutrisi yang
intake nutri dengan: dibutuhkan
yang tidak 1. Peningkatan 3. monitor adnya
adekuat berat badan penurunan berat badan
sesuai 4. monitor tanda-tanda
dengan mal nutrisi (kurus, kulit
berat badal kering, mata cowong,
ideal turgor kulit jelek)

14
2. tidak ada 5. berikan informasi
tanda-tanda tentang kebutuhan
mal nutrisi nutrisi
(kwashiork
or,
marasmus,
kwashiorko
r-
marasmus)

I. Daftar Referensi
Nurlaila.Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Dengue
Hemoragic Fever[Serial
Online]http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikes
muhgo-gdl-nurlalia-209-1-deguehe-r.pdf [Akses pada 08 Mei
2016]
UNIMUS.Bab II Konsep Dasar[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
ronisubiya-5467-2-babiik-r.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
UNIMUS.Bab II Tinjauan Pustaka[Serial
Online]http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-
khoiriyahn-6972-3-babii.pdf [Akses pada 08 Mei 2016]
WHO.Demam Berdarah Dengue.Jakarta:EGC

15
B. PROBLEM LIST

NO HARI/ DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH PARAF &


TANGGAL/ NAMA
JAM
1. Rabu/04 DS: -Keluarga (ayah) Kurangnya Defisit perawatan
Mei pengetahuan
mengatakan, diri
2016/14.00 orang tua untuk
bahwa selama perawatan diri
anak
pasien MRS 5 hari

baru 1x dilakukan Defisit
perawatan diri
seka pada hari ke

2 oleh pamannya Resiko
gangguan
dan setelah itu
integument
belum diseka atau
dimandikan lagi
oleh keluarganya.
-Keluarganya
(ayah) juga
mengatakan
bahwa mereka
bingung dan takut
mengenai infus
pada saat melepas
pakaian pasien
ketika mau
memandikan atau
menyeka pasien.
DO:-Pasien tampak
lemah, banyak
tidur, Suhu: 37,6,
Nadi: 120, RR: 40.
-Kulit tampak
kering, kuku
pasien panjang
dan kotor, baju

16
pasien kotor dan
bau.
-Linen tampak kotor
dan berantahkan.

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (PROBLEM ETIOLOGI


SIMTOM/PES)
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai perawatan diri anak atau kebersihan diri yang ditandai
dengan DS dan DO.

17
D. PERENCANAAN/NURSING CARE PLAN

NO HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL PARAF


TANGGAL/ KEPERAWATAN KRITERIA &
JAM HASIL NAMA
1. Kamis/ 05 Defisit perawatan Setelah 1. Sediakan 1. menjaga
Mei 2016/ diri berhubungan dilakukan lingkungan privasi
20.00 dengan perawatan yang aman pasien
kurangnya selama 1x24 jam bagi pasien 2.
pengetahuan pasien tampak 2. Siapkan memudahka
anak mengenai segar dan mau semua n perawat
perawatan diri beraktivitas, peralatan di dan keluarga
anak atau yang ditandai dekat pasien dalam
kebersihan diri dengan: 3. Siapkan melakukan
anak yang 1. pasien perawatan
ditandai dengan 4. Lepaskan 3.
DS dan DO. baju dan memudahka
popok pasien n proses
5. Monitor perawatan
integritas kulit 4. untuk
6. Fasilitasi memudahka
keluarga untuk n proses
memandikan menyeka
pasien atau
7. Fasilitasi memandikan
keluarga untuk pasien
menyikat gigi 5. untuk
pasien dengan melihat
benar adanya
8. Fasilitasi dekubitus
keluarga untuk pada kulit
menyelesaikan pasien
perawatan 6.
9. Bersihkan mengajarkan
kuku pasien ke pada
keluarga

18
10. Bersihkan tentang
dan rapikan perawatan
linen pasien yang benar
11. Berikan 7. menjaga
penkes cuci kebersihan
tangan ke pada mulut
keluarga 8.
pasien mengajarkan
ke pada
keluarga
dalam
menyelesaik
an
perawatan
9. mencegah
kuman
menempel
pada kuku
10.
memberika
n
lingkungan
yang
nyaman
pada
pasien
11.
memberikan
pengetahuan
ke pada
keluarga
tentang cara
mencuci
tangan yang
benar

19
20
E. CATATAN KEPERAWATAN/NURSING NOTE

NO NO Dx HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF &


KEP FORMATIF NAMA
1. 1 Jum’at/ 06 Mei 1. Menutup pintu 1. Pasien tidak
2016/ 07.00
pasien menagis
2. Menyiapkan 2. Pasien masih
baskom berisi air, tenang
waslap, sabun 3. Pasien mulai
mandi, sikat gigi, menangis,
pasta gigi, baju keluarga
bersih, popok, menenangkan
handuk, gunting pasien
kuku, bedak, dan 4. Pasien menagis
lotion. dan keluarga
3. Memposisikan membantu
pasien terlentang memgang pasien
4. Melepas baju dan 5. Pasien mulai
membuang popok berhenti menangis
yang dipakai 6. Keluarga
5. Tidak ada tanda- mempraktekkan
tanda dekubitus tindakan dengan
6. Menyeka pasien baik
dan mengajarkan ke 7. Pasien agak
keluarga untuk rewel ketika
menyeka pasien digosok giginya
dengan benar 8. pasien masih
7. Menyikat gigi menagis dan
pasien sambil keluarga terus
mengajarkan ke membantu
keluarga cara melakukan
menyikat gigi yang tindakan
benar 9. pasien susah
8. Memakaikan diam dan menarik
popok, baju, bedak tangan dan kakinya
dan lotion ke pada

21
pasien sambil saat dipotong
mengajarkan ke kukunya
keluarga 10. pasien berhenti
9. Memotong kuku menangis saat
pasien digendong
10. Membersihkan 11. keluarga
dan merapikan linen antusias
pasien mendengarkan
11. Mengajarkan dan penjelasan perawat
mempraktekkan cara sambil
mencuci tangan yang mempraktikkan
benar dengan enam seperti yang
langkah dicontohkan
perawat

22
F. CATATAN PERKEMBANGAN/PROGRESS NOTE

NO HARI/TGL/ NO. Dx EVALUASI SUMATIF (SOAP) PARAF


JAM KEP & NAMA
1. Jum’at/ 06 1 S: Keluarga mengatakan sangat
Mei 2016/ senang karena sudah dibantu untuk
09.00 melakukan perawatan diri pasien
O: Pasien tampak sehat, segar,
harum, dan lebih ceria
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

23
24
25
J. Daftar Referensi
Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose
Medis Dan NANDA NIC NOC. Mediaction: Yogyakarta

Wilkinson. 2015. Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 9. Jakarta :


buku kedokteran EGC

Atmaja, deni. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Benigna


Prostat Hiperplasia Post Operasi Open Prostatectomy Di Ruang
Dahlia Rsu Banyudono Boyolali [serial online]
http://eprints.ums.ac.id/25919/9/naskah_publikasi.pdf [diakses pada
tanggal 7 Mei 2016]

[serial online] http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-


amandatama-6700-2-babii.pdf [diakses pada tanggal 8 Mei 2016]

26

Anda mungkin juga menyukai