PENDAHULUAN
1
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil serta dapat
menurunkan produktivitas kerja. 300-500 juta penduduk dunia menderita
malaria setiap tahunnya, 23 juta diantaranya tinggal di daerah endemis tinggi di
benua afrika. Sebanyak 1,5-2,7 juta jiwa meninggal setiap tahunnya terutama
terjadi pada anak-anak dan ibu hamil 3
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman
masyarakat di daerah tropis dan sub tropis terutama pada bayi, anak balita dan
ibu melahirkan. Diseluruh dunia setiap tahun ditemukan 500 juta kasus malaria
yang mengakibatkan 1 juta orang meninggal dunia. Di indonesia, menurut hasil
survai kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, 70 juta tinggal diendemik
malaria dan 56,3 juta penduduk diantaranya tinggal diendemi malaria sedang
sampai tinggi dengan 15 juta kasus malaria klinis 4
Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua yang paling melernahkan
yang dikenal di dunia. Penyakit filariasis lymfatik merupakan penyebab
kecacatan menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan
mental. Di Indonesia, mereka yang terinfeksi filariasis bisa terbaring di tempat
tidur selama lebih dari lima mingggu per tahun, karena gejala klinis akut dari
filariasis yang mewakili 11% dari masa usia produktif. 5
Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama
wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga
2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401
kabupaten/ kota. Hasil laporankasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/ lcota yang
ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat
337 kabupaten/ kota endemis dan 135 kabupaten/kota nonendemis.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu Permasalahan
sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang di maksud dengan penyakit DBD, Malaria, dan Filariasis ?
1.2.2 Bagaimana Manifestasi Klinik penyakit DBD, Malaria, dan Filariasis ?
1.2.3 Bagaimanakah Biomonik vector penyakit DBD, Malaria, Filariasis ?
1.2.4 Bagaimana Pengendalian Vektor Terpadu dari penyakit DBD, Malaria, dan
Filariasis ?
1.3 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah
2.1.1 Pengertian
Penyakit itu disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan
oleh serangga (arthropod borne virus = arbovirus). Virus tersebut mempunyai 4
serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Seseorang yang pernah
terinfeksi oleh salah satu serotypes virus tersebut biasanya kebal terhadap serotype
yang sama dalam jangka waktu tertentu,namun tidak kebal terhadap serotypes
lainnya, bahkan menjadi sensitif terhadap serangan demam berdarah Dengue.
4
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran
klinis lain yang tidak khas dijumpai pada penderita DBD adalah :
A. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu
menelan.
B. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi.
C. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh
tubuh, kemerahan pada kulit, muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola
mata terasa pegal.
5
kesenangan untuk mendapatkan darah, nyamuk aedes biasanya menggigit manusia
pada pukul 09.00-10.00 pagi dan antara pukul 16.00-17.00 petang,
6
bunga berair sudah dilakukan gerakan abatisasi. Secara konseptual gerakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M seminggu sekali cukup
memadai untuk memotong siklus hidup nyamuk tersebut. Walaupun demikian
secara factual kasus serangan penyakit masih mengikuti pola lama yaitu setiap
awal musim hujan ledakan populasi vector meningkat dan kasus serangan DBD
pun mencuat. Fenomena itu terjadi karena upaya PSN dengan 3M Plus itu belum
dilakukan secara sistematis, serentak, berkelanjutan.
Untuk penanganan kasus vector dan DBD tidak bisa lepas dari kegiatan
surveilens untuk mendapatkan informasi segar dalam penyusunan program
strategis selanjutnya baik berkaitan dengan penelitian, pengembangan teknologi,
advokasi, edukasi masyarakat maupun pengadaan bahan teknologi sebagai
antisipasi bila terjadi keadaan luar biasa (KLB). Berdasarkan hasil surveilen
tersebut, indicator angka bebas jentik (ABJ) dapat dekietahui peta penyebaran,
status Aedes hubungannya dengan kasus DBD. Apakah daerah tersebut endemis
atau bukan. Berdasaran indicator tersebut juga, strategi dan teknologi
pengendaliannya dapat dirancang dan dijadwalkan operasionalnya. Bila keadaan
7
serangan DBD luar biasa dan vector tinggi maka straegi dan teknologinya mesti
yang bekerja cepat seperti insektisida.
2.2 Malaria
2.2.1 Pengertian
8
2.2.3 Bionomik Vektor Malaria
A. Tempat Perindukan
9
An. Sundaicus di laguna. Di lokasi transmigrasi Manggala, Lampung Utara,
ditemukan Anopheles vagus, Anopheles barbirostris dan Annopheles annularis di
persawahan dengan tanaman air. 12
C. Tempat Istirahat
10
D. Jarak Terbang
E. Kepadatan Musiman
11
2.3 Filariasis
2.3.1 Pengertian
Penyakit Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang
hidup di saluran dan kelenjar getah bening (limfe) serta mengakibatkan gejala akut,
kronis dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.Gejala akut berupa peradangan
kelenjar dan saluran getah bening (adenomalimfangitis) terutama di daerah pangkal
paha dan ketiak tetapi dapat pula di daerah lain. Peradangan ini disertai demam yang
timbul berulang kali, dapat berlanjut menjadi abses yang dapat pecah dan
meninggalkan parut Dapat terjadi limfedema dan hidrokel yang berlanjut menjadi
stadium kronis yang berupa elefantiasis yang menetap dan sukar disembuhkan berupa
pembesaran pada kaki (seperti kaki gajah) lengan, payudara, buah zakar (scrotum)
dan kelamin wanita.14
Gejala klinis sangat bervariasi, mulai dari yang asimtomatis sampai yang
berat. Hal ini tergantung pada daerah geografi, spesies parasit, respons imun
penderita dan intensitas infeksi. Gejala biasanya tampak setelah 3 bulan infeksi,
tapi umumnya masa tunasnya antara 8-12 bulan. Pada fase akut terjadi gejala
radang saluran getah bening,m sedang pada fase kronis terjadi obstruksi. Fase
akut ditandai dengan demam atau serangkaian serangan demam selama beberapa
minggu. Demam biasanya tidak terlalu tinggi meskipunkadang - kadang tinggi
sampai 40,6°C, disertai menggigil dan berkeringat, nyerikepala,mual,muntah,dan
nyeri otot. Jika yang terkena saluran getah bening abdominal yang terkena terjadi
gejala"acute abdomen"
12
2.3.3 Bionomik Vektor Filarisasis
13
terbenamnya matahari hingga sebelum matahari terbit. Pada pukul 01.00-02.00
merupakan puncak dari aktivitas menggigit nyamuk Culex sp 17
Tempat yang biasanya digunakan oleh nyamuk Culex sp untuk berkembang biak adalah di
sembarang tempat seperti di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, selokan
terbuka, dan empang ikan. Dalam air yang mengandung pencemaran organik tinggi dan
letaknya tidak jauh dari tempat tinggal manusia biasanya dapat ditemukan larva. Nyamuk
cenderung memilih tempat perkembangbiakan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar
matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih, dan tenang 18
14