Anda di halaman 1dari 39

PENUNTUN PRAKTIKUM

ILMU BEDAH KHUSUS

Tim Penyusun:
drh. M. Arfan Lesmana, M.Sc
drh. Nofan Rickyawan, M.Sc
drh. Dian Vidiastuti, M.Si

SEMESTER GANJIL 2020


LABORATORIUM BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENUNTUN PRAKTIKUM
ILMU BEDAH KHUSUS

Tim Penyusun:
drh. M. Arfan Lesmana, M.Sc
drh. Nofan Rickyawan, M.Sc
drh. Dian Vidiastuti, M.Si

SEMESTER GANJIL 2020


LABORATORIUM BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ii
KATA PENGANTAR

Dalam upaya meningkatkan kompetensi ketrampilan mahasiswa


Kedokteran Hewan dalam bidang klinik, diperlukan pengetahuan tentang bedah.
Ketrampilan dan pengetahuan Ilmu Bedah Khusus ini diharapkan akan
bermanfaat dalam mendukung profesi Dokter Hewan sebagai tenaga medik
veteriner dalam melakukan pengobatan pada berbagai kasus penyakit hewan yang
membutuhkan tindakan operatif maupun kuratif.
Kegiatan praktikum Ilmu Bedah Khusus adalah suatu kegiatan akademik
yang wajib diikuti mahasiswa dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan mahasiswa dalam mata kuliah Ilmu Bedah Khusus. Dalam
praktikum Ilmu Bedah Khusus mempelajari definisi dan arti, kausa, predisposisi,
patogenesa, tata cara pemeriksaan klinis, diagnosa, diferensial diagnosa dan
melakukan terapi/teknik operasi penyakit bedah.
Untuk kelancaran kegiatan praktikum mata kuliah ini maka disusun buku
panduan praktikum ILMU BEDAH KHUSUS FKH-UB yang wajib dimiliki oleh
mahasiswa. Panduan ini diharapkan dapat memberikan dasar agar mahasiswa
mampu melakukan pemeriksaan umum, pemeriksaan klinis, pengamatan gejala
klinis dan menganalisa rangkuman yang sudah didapat sehingga mampu
melakukan terapi/teknik operasi penyakit bedah. Kritik dan saran kami harapkan
guna penyempurnaan materi dalam buku ini.

Malang, Oktober 2020

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... iii


Daftar Isi................................................................................................................ iv
Tata Tertib Praktikum ........................................................................................... v
Orchiectomy Kucing ............................................................................................. 1
Ovariohysterectomy Kucing ................................................................................. 6
Studi Kasus 1 ........................................................................................................ 10
Orchiectomy Kelinci ............................................................................................. 20
Ovariohysterectomy Kelinci ................................................................................. 24
Studi Kasus 2 ........................................................................................................ 27
Bedah Organ.......................................................................................................... 31

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM
ILMU BEDAH KHUSUS

1. Setiap praktikan wajib :


a. Hadir tepat waktu dan mengisi daftar hadir
b. Memakai jas lab, membawa stetoskop dan termometer
2. Setiap praktikan diharapkan dapat bekerja tertib dan teratur
3. Ketidakhadiran pada waktu praktikum harus dapat menunjukkan keterangan
yang sah dan TIDAK DIADAKAN praktikum susulan
4. Sebelum pelaksanaan praktikum dilakukan inventarisasi peminjaman alat
yang akan digunakan selama praktikum yang ditulis dalam nota peminjaman
alat.
5. Alat yang digunakan sebelum dan sesudah praktikum harus dalam kondisi
sama, jika terjadi kerusakan atau kehilangan alat, kelompok wajib mengganti
alat yang sama.
6. Mengisi nota pengambilan obat dan bahan habis pakai dan meminta
persetujuan pembimbing praktikum sebelum mengambil sediaan pada depo
7. Dilarang makan, minum dan merokok selama mengikuti acara praktikum
8. Membuat catatan data fisiologis pasien dan membuat laporan tertulis sesuai
waktu yang sudah ditentukan.

v
ORCHIECTOMY KUCING
A. PENGERTIAN
Orchiectomy (Kastrasi, Kebiri hewan jantan, orchidectomy) adalah prosedur
pembedahan untuk membuang testis dan spermatic cord (Cordaspermatica),
tujuan dilakukan pembedahan : Sterilisasi sexual, Neoplasma, Kerusakan-
kerusakan akibat traumatik.

B. MANAJEMEN PRE-OPERASI
1. Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum pembedahan
2. Dilakukan pencukuran pada daerah sekitar skrotum
3. Untuk memudahkan pencukuran bisa dilakukan pengekangan sebelum
dilakukan pencukuran menggunakan Acepromazine (0,005-0,025 ml/kg BB
IM), yang berefek setelah 20-30 menit sejak penyuntikan
4. Pemberian sedativa menggunakan Atropine Sulfat ( 0,08-0,16 ml/kg BB SC
atau IM), 15 menit kemudian baru diberikan induksi anestesi
5. Induksi anestesi menggunakan Ketamine HCl (Anjing 0,06-0,22 ml/kg BB IV
atau IM, Kucing 0,02-0,25 ml/kg BB IV atau IM) dikombinasikan dengan
Xylazine dengan perbandingan 1:1
6. Memposisikan hewan pada rebah dorsal atau lateral dan keempat kakinya
difiksasi menggunakan tali
7. Pada lokasi pembedahan diolesi antiseptik alkohol (dibiarkan 10 menit) dan
povidone iodine (dibiarkan 15 menit)
8. Pemberian surgical drape

1
C. Teknik Orchiectomy Tertutup
Definisi : Tindakan bedah dimana testis dan spermatic cord dibuang tanpa
membuka tunica vaginalis, yang biasanya dilakukan pada anjing jenis kecil atau
masih muda, dan kucing. Keuntungan cara ini adalah dengan tidak dibukanya
tunica vaginalis, maka dapat menghindari kemungkinan terjadinya hernia
skrotalis.
Tehnik Pembedahan :
1. Dilakukan anestesi lokal (Infiltrasi) pada tempat yang akan diinsisi. Pada
hewan dewasa dapat dengan anestesi epidural atau general. Buat insisi
sepanjang kira-kira 3 cm yang cukup lebar untuk mengeluarkan testis
(tergantung ukuran hewan) melalui kulit pada raphe median (garis tengah)
skrotum sedikit di belakang bulbus penis (gambar 2. 1.).
2. Dengan menggunakan jari salah satu testis didorong ke luar insisi, dan irisan
dengan hati-hati diperdalam sampai tunica dartos dan fascia sehingga testis
menonjol melalui tempat insisi, dibantu dengan preparasi tumpul
menggunakan gagang skalpel (gambar 2.2.)
3. Dengan menggunakan tangan kiri testis ditarik keluar dari insisi, potong
ligamentum skrotum dan fascia dengan cara menusuk fascia dengan ujung
skalpel dilanjutkan ke caudal (gambar 2.3.)
4. Sisa-sisa ligamentum dan fascia didorong masuk ke dalam insisi
menggunakan gagang skalpel, dengan demikian yang masih tertinggal adalah
spermatic cord yang masih berada didalam tunica vaginalis yang sekarang
bebas terekspose (gambar 2.4.)
5. Tempatkan arteri klem pada spermatic cord bagian bawah, dan kemudian
dipotong sepanjang tepi arteri klem dengan menggunakan skalpel (gambar
2.5. dan 2.6.)
6. Buat ikatan fiksasi pada proksimal (dibawah) arteri klem. Ligasi dilakukan
dengan cara memasukkan benang ke bagian tengah potongan kemudian
disimpulkan di salah satu sisi potongan , kemudian diligasikan ke seluruh
potongan dan disimpulkan di tempat yang berseberangan menggunakan cat

2
gut chromic 2-0 (gambar 2.7.). Langkah 5 dan 6 dapat menggunakan metode
three forceps tie
7. Dilakukan pemeriksaan terhadap adanya perdarahan dan stabilitas ikatan,
baru kemudian arteri klem dilepas dan potongan dibiarkan masuk ke lubang
insisi (Gambar 2.8.)
8. Dorong testis lainnya ke insisi kulit dan dilakukan prosedur yang sama untuk
membuang testis seperti di atas (Gambar 2.9.)
9. Tutup insisi kulit menggunakan jahitan sederhana terputus menggunakan
benang non absorbable (Gambar 2.10.), jahitan kulit dibuka setelah 7 hari.

Gambar 2. : Tehnik Orchiectomy Tertutup (anjing)


D. Teknik Orchiectomy Terbuka

3
Prosedur kastrasi lainnya adalah tehnik Kastrasi Terbuka, yang biasanya
untuk anjing jenis besar dan dewasa. Pada metode ini semua jaringan skrotum
dan tunica vaginalis diinsisi dan testis serta spermatic cord dibuang tanpa
pembungkusnya (tunica vaginalis). Kerugian utama cara ini adalah dengan
terbukanya tunica vaginalis menyebabkan adanya hubungan dengan rongga
abdomen sehingga memungkinkan terjadinya hernia skrotalis yang terutama berisi
usus. Keuntungan cara ini adalah ikatan pembuluh darahnya lebih pasti
(terjamin).
Tehnik Kastrasi Terbuka
1. Dengan jari tangan dinding skrotum dipejet/ditekan secara halus dan hati-hati
di atas salah satu testis lalu didorong ke arah bagian cranial skrotum.
2. Setelah dilakukan insisi pada kulit skrotum, dan fascia spermatika lalu
dilanjutkan menginsisi tunica vaginalis tepat di atas testis pada daerah raphe
median (Gambar 3. A)
3. Insisi diperlebar sampai testis yang ditekan bagian belakangnya menyembul
keluar lubang insisi, kemudian dipegang dan lebih ditarik keluar (gambar 3.B
dan 3.C)
4. Mesorchium tipis yang menggantungkan testis dan epididymis mulai dari
spermatic cord di bagian cranial dan ekor epididymis di bagian caudal,
diinsisi (gambar 3.D) dan spermatic cord dipotong dan diligasi menggunakan
catgut chromic 3-0 metode three forceps tie (gambar 3.D-Ia, 3.D-Ib dan 3.D-
Ic)
5. Testis yang masih menempel di tunica vaginalis parietalis dengan ligamen
pada ekor epididymis kemudian dipotong. Kadang-kadang perdarahan kecil
pada ligament yang dipotong bila perlu diligasi (gambar 3D-IIa dan 3D-IIb)
6. Testis lainnya dibuang dengan cara yang sama melalui insisi kulit yang
sama. Bila diinginkan jaringan subkutan dijahit dengan benang catgut plain
3-0. Kulit ditutup dengan jahitan sederhana terputus menggunakan benang
non absorbable (Silk 3-0)

4
Gambar 3 : Kastrasi Terbuka
Terdapat metode lain tempat insisi skrotum untuk mengeluarkan testis
yaitu : Melalui insisi kulit yang dibuat diatas skrotum bagian ventral dan
melalui tunica vaginalis parietalis untuk mengekspose testis. Yang penting disini
adalah drainage bebas dari insisi pada tunica vaginalis dan kulit skrotum. Testis
lainnya diambil dengan cara yang sama melalui insisi terpisah. Jadi pada metode
ini testis dikeluarkan melalui dua insisi masing-masing di atas testis.

5
OVARIOHYSTERECTOMY KUCING

A. PENGERTIAN
Ovariohysterectomi merupakan prosedur pembedahan membuang uterus,
adnexa, dan ovarium. Tujuan dari pembedahan ini antara lain :
1. Sterilisasi sexual atau spaying
 untuk mencegah estrus dan kebuntingan
2. Koreksi penyakit ovarium dan uterus
 Mengatasi gangguan endokrin,
 Metriris
 Pyometra
 Torsio uteri
 Anomali kongenital
3. Memperkecil kemungkinan kejadian tumor mammae

B. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI BETINA

6
C. MANAJEMEN PREOPERASI
1. Diperlukan pemeriksaan darah meliputi Packed Cell Volume (PCV) dan
Total Protein Plasma (TPP). Untuk toy breed dan hewan yang merupakan
predisposisi hypoglicemia perlu dilakukan pemeriksaan gula darah. Pada
anjing yang bermasalah dengan pembekuan darah, seperti von Willebrand
disease, memerlukan transfusi Plasma beku atau cryoprecipitate dan
menghindari penyuntikan pada intramuskularis.
2. Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum pembedahan
3. Dilakukan pencukuran pada daerah abdomen dari daerah xiphoid ke arah
pubis
4. Untuk memudahkan pencukuran bisa dilakukan pengekangan sebelum
dilakukan pencukuran menggunakan Acepromazine (0,005-0,025 ml/kg BB
IM), yang berefek setelah 20-30 menit sejak penyuntikan
5. Pemberian premedikasi menggunakan Atropine Sulfat ( 0,08-0,16 ml/kg BB
SC atau IM), 15 menit setelah itu baru diberikan induksi anestesi
6. Induksi anestesi menggunakan Ketamine HCl (Anjing 0,06-0,22 ml/kg BB IV
atau IM, Kucing 0,02-0,25 ml/kg BB IV atau IM) dikombinasikan dengan
Xylazine dengan perbandingan 1:1
7. Memposisikan hewan pada rebah dorsal dan keempat kakinya difiksasi
menggunakan tali

7
8. Pemberian surgical drapes

9. Pada lokasi pembedahan diolesi antiseptik alkohol (dibiarkan 10


menit) dan povidone iodine (dibiarkan 15 menit)

D. TEKNIK OPERASI
Teknik Bedah Laparotomy Caudal

8
E. MANAJEMEN POST OPERASI
Terapi post operasi diberikan antibiotik dan antiinflamasi serta penggantian
bandage secara teratur. Antibiotik yang dapat diberikan Amoxycillin (kucing: 20
mg/kgBB) dengan konsentrasi 25 mg/ml (diberikan 2 kali sehari), dan injeksi
Tolfenamic acid (Kucing: 4 mg/KgBB) dengan konsentrasi 40 mg/ml.

9
STUDI KASUS 1

A. KASUS KASTRASI KUCING


No Kastrasi
1

Sinyalmen : Anjing jantan bernama bubu Umur 6 tahun


Anamnesa : Anjing dilakukan operasi kastrasi terbuka, namun pasca operasi
diketahui adanya pembengkakan akibat tumpukan cairan pada skrotum dan
tampak skrotum berwarna merah
1. Jelaskan diagnosa komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
2. Jelaskan penyebab terjadinya !
3. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
4. Jelaskan tindakan penanganan dan preventif !
Jawaban :

10
2

Sinyalmen : Anjing jantan bernama dudu Umur 4 tahun


Anamnesa : Anjing dilakukan operasi kastrasi, namun pasca operasi
diketahui adanya pendarahan dan bercak merah dan sebagian sudah
menghitam
1. Jelaskan diagnosa komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
2. Jelaskan penyebab terjadinya !
3. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
4. Jelaskan tindakan penanganan dan preventif !
Jawaban :

11
3

Sinyalment: Kucing jantan bernama tutu umur 2 tahun


Anamnesa : 4 hari yang lalu baru saja dilakukan kastrasi. Makan teratur,
skrotum berwarna kemerahan
1. Jelaskan diagnosa komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
2. Jelaskan penyebab terjadinya !
3. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
4. Jelaskan tindakan penanganan dan preventif !
Jawaban :

12
13
B. KASUS OH KUCING

OH KUCING
1.

Sinyalemen : Kucing betina bernama Shae berumur 2 tahun


Anamnesa : Seekor kucing dilakukan operasi ovariohisterektomi, namun
paska operasi, kucing tidak mau makan. Lalu pada luka post operasi terlihat
adanya lipatan lipatan inguinal pada jahitan abdominal. Mengeluarkan nanah
di sekitar jahitan.
1. Apakah istilah komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
2. Jelaskan penyebab terjadinya !
3. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
4. Jelaskan tindakan penanganan yang preventif !
Jawaban :

14
2.

Sinyalemen : Anjing betina bernama Bhubhu berumur 4 tahun


Anamnesa : Seekor anjing dilakukan operasi ovariohisterektomi. Lalu
pada 13 hari setelah operasi, luka post operasi timbul bintik bintik kemerahan
bengkak di sekitar jahitan individu atau garis jahitan. Setelah diamati,
pembengkakan terisolasi berisi cairan bening di sekitar simpul yang
ditempatkan di jaringan subkutan.
5. Jelaskan diagnosa komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
6. Jelaskan penyebab terjadinya !
7. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
8. Jelaskan tindakan penanganan yang preventif !
Jawaban :

15
3.

16
Sinyalemen : Kucing betina bernama Markonah berumur 1 tahun
Anamnesa : Seekor kucing dilakukan operasi ovariohisterektomi. Lalu
pada 2 hari setelah operasi, luka post operasi diinspeksi dan tampak adanya
benjolan. Setelah palpasi, terasa padat/berisi bentukan massa dan ada reaksi
mengeong kencang dari kucing.
1. Jelaskan diagnosa komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
2. Jelaskan penyebab terjadinya !
3. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
4. Jelaskan tindakan penanganan yang preventif !
Jawaban :

17
4.

18
Sinyalemen : Anjing betina bernama Markonah berumur 3,5 tahun
Anamnesa : Seekor anjing dilakukan operasi ovariohisterektomi 2 tahun
yang lalu. Lalu pada 2 tahun setelah operasi terdapat gejala pada vulva yang
tampak keras dan bengkak, seperti akan lebih sering terlihat selama fase
proestrus.
1. Jelaskan diagnosa komplikasi di atas ? Jelaskan pengertinannya!
2. Jelaskan penyebab terjadinya !
3. Jelaskan akibat yang dapat ditimbulkan oleh komplikasi tersebut !
4. Jelaskan tindakan penanganan yang preventif !

JAWAB :

19
ORCHIECTOMY KELINCI

A. PENGERTIAN
Sterilisasi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat atau
menghilangkan testis (jantan) atau ovarium (betina). Pada hewan jantan
dinamakan kastrasi/orchiectomy, sedangkan pada hewan betina dinamakan
ovariohysterectomy (OH). Sterilisasi pada hewan jantan atau biasa disebut dengan
kastrasi (Orchiectomy/Orchidectomy) adalah prosedur pembedahan untuk
membuang testis dan spermatic cord (cordaspermatica). Tujuan dilakukan
pembedahan ini diantaranya untuk sterilisasi seksual, adanya neoplasma, dan
kerusakan akibat traumatik.

Rabbit male reproductive system

Indikasi dilakukan kastrasi pada kelinci sama seperti anjing dan kucing.
Prosedur bedah ini biasa dilakukan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,
untuk mencegah dan menghentikan spraying, menghilangkan risiko kanker testis,

20
lebih tenang dan lebih mudah ditangani karena tidak mengalami stres akibat
frustrasi seksual.
Kelinci yang akan dikastrasi harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar
kelinci dikastrasi ketika berumur 5-8 bulan sebelum memasuki masa puber,
karena dapa mencegah munculnya sifat/perilaku kelinci yang tidak diinginkan.
Kelemahan operasi kastrasi kelinci mencakup meningkatnya kejadian
incontinance kandung kemih, termasuk keberadaan batu uretra dan obstruksi
saluran kemih pada kelinci yang sudah di kastrasi. Kelinci juga dapat memiliki
effect hormon–responsive alopecia (hair loss) akibat hypotiroid.
Metode kastrasi dibagi menjadi dua macam yaitu;
1. Metode terbuka Sayatan dilakukan sampai tunika vaginalis communis,
sehingga testis dan epididimis tidak lagi terbungkus.
2. Metode tertutup Sayatan hanya sampai pada tunika dartos, sehingga
testis masih terbungkus oleh tunika vaginalis communis. Pengikatan dan
penyayatan pada funiculus spermaticus.

B. MANAJEMEN PREOPERASI
1. Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum pembedahan
2. Dilakukan pencukuran pada daerah sekitar skrotum
3. Pemberian premedikasi dengan ATS secara subkutan, ditunggu 10-15 menit
4. Induksi anastesi menggunakan ketamine+xylazine secara intramuscular,
ditunggu sampai hewan kehilangan kesadaran. Diberikan oxytetracyclin salep
mata pada kedua mata.
5. Memposisikan hewan pada rebah dorsal dan keempat kaki difiksasi
menggunakan tali
6. Pemberian surgical drape
7. Pada lokasi pembedahan diolesi antiseptik alkohol (dibiarkan 10 menit) dan
povidone iodine (dibiarkan 15 menit)

21
B. PROSEDUR OPERASI KASTRASI TERTUTUP
1. Buat incisi pada melalui kulit pada raphe median (garis tengah) skrotum
sedikit di belakang bulbus penis secara bertahap setiap lapisan kurang
lebih 1 cm
2. Dilakuakan pengeluaran testis dari scrotum menggunakan jari salah satu
testis didorong ke luar insisi, dan irisan dengan hati-hati diperdalam sampai
tunica dartos dan fascia sehingga testis menonjol melalui tempat insisi,
dibantu dengan preparasi tumpul menggunakan gagang scalpel
3. Teknik insisi
a. Metode tertutup: potong ligamentum skrotum dan fascia dengan cara
menusuk fascia dengan ujung skalpel dilanjutkan ke caudal
b. Metode terbuka: Insisi diperlebar sampai testis yang ditekan bagian
belakangnya menyembul keluar lubang insisi, kemudian dipegang dan
lebih ditarik keluar
4. Ligasi menggunakan forceps pada funikulus spermatikus. Ligasi pertama
pada bagian paling jauh dengan testis, ligasi kedua diletakan setelah
ligasi pertama dengan diberi jarak 1,5- 2cm. Ligasi juga dapat
menggunakan cat gut chromic pada bagian diatas ligasi pertama yang
mengarah kerongga abdomen.
5. Dilakukan pemeriksaan terhadap adanya perdarahan dan stabilitas ikatan,
baru kemudian arteri klem dilepas dan potongan dibiarkan masuk ke lubang
insisi
6. Tutup insisi kulit menggunakan jahitan sederhana terputus menggunakan
benang non absorbable, jahitan kulit dibuka setelah 7 hari.

22
Metode Kastrasi Terbuka Metode Kastrasi Tertutup

C. MANAJEMEN POST OPERASI


1. Diberikan tolfenamic acid secara subkutan, selanjutnya tolfen diberikan
setiap 2 hari sekali, Amoxicillin LA secara subkutan 2 kali sehari,
hematopan dan biodin secara subkutan 2 kali sehari
2. Dilakukan pengecekan suhu, pulsus, CRT dan respirasi kelinci setiap 15
menit sampai suhu kelinci normal dan dilakukan kontrol post operasi kepada
asisten pratikum seminggu setelah operasi

23
OVARIOHYSTERECTOMY KELINCI

A. PENGERTIAN
Ovariohysterectomy dilakukan untuk mencegah estrus dan sterilisasi pada
hewan. Selain itu, bertujuan pula untuk mencegah tumor mamae, neoplasia (
vagina, uterus, ovarium), cyst, trauma, torsio uteri, prolapsus uteri, prolapsus
vagina, dan mencegah gangguan keseimbangan endokrin dengan manifestasi
klinis seperti sterilisasi penyakit kulit, tumor mamae, dan nymphomania. Pada
kelinci sterilisasi terbaik dilakukan pada umur 4-6 bulan, dan baiknya dilakukan
pada masa anestrus.

B. TEKNIK OPERASI
Setelah anestesi dipersiapkan, hewan di baringkan dengan posisi dorsal
recumbency. Daerah ventral abdominal disiapkan sebagai daerah operasi, yaitu
xypoid sampai daerah pubis. Umbilikus perkirakan untuk mmbagi daerah
abdominal menjadi tiga bagian. Insisi dilakukan pada kulit subkutan sepanjang 4-
8 cm untuk membuka lina alba. Linea alba yang sudah dibuka di pegang dan
diangkat sedikit keluar agar dapat melakukan insisi. Linea alba di insisi dan
dilebarkan ke kranial dan caudal untuk membuka rongga abdomen.

24
Dinding abdominal kiri diakuakkan dan dimasukkan spy hook
(ovariectomy hook). Hook dimasukkan mnelusuri dinding bagian kiri abdominal,
2-3 cm di bagian caudal ginjal. Hook digerakkan ke medial untuk mengangkat
kornua uteri dan ligamentumnuya (gambar 12.3 a). Untuk mmastikan yang
diangkat adalah kornua uteri, ditelusuri ke kaudal untuk menemukan bifurkasio
uteri dan ke kranial unruk menemukan ovarium. Apabila kornua uteri tidak
ditemukan dengan menggunakan hook, dilakukan palpasi pada kandung kemih.
Corvus uteri berada diantara kandung kemih dan kolon. Setekah ovarium
ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum suspensarium oada ujung proksimal
ovarium (gambar 12.3b) Ligamentum ditelusuri dengan jari telunjuk, ditarik dan
dilakukan pemutusan di dekat ginjal tanpa merobek pembuluh darah (Gambar
12.3c). Dipasang dua sampai tiga clamp di dekat ovarium untuk persiapan
melakukan ligasi (12.3d)

Clamp paling proksimal (dalam) digunakan untuk tmpat ligasi, clam bagian
tegah digunakan untuk memegang saat melakukan ligasi, sedangkan clamp paling
distal (luar) digunakan untuk meencegah kembalinya aliran darah setelah
dilakukan pemotongan. Ligasi oada pembuluh darah ovarium menggunakan
bentuk "8" dengan benang absorbable (2,0-3,0 cromic catgut, polydioxanone,
polyglyconat, atau polyglatin) (gambar 12.4a).

25
Dibuat ikatan kedua diatas ikatan pertama untuk menvefah pendarahan.
Dilakukan pemotongan ovarium dan kontrol terjadinya pendarahan ( Gambar
12.4b) Ovarium diangkat, peenggantungnya dipotong dan dikontrol terjadinya
pendarahan (Gamba 12.4c) kornua uteri ditlusuri sampai pada bifurkasio uterus
untuk mendapatkan kornua dan ovarium sebelahnya. Diletakkan clamp dan
dilakukan ligasi seperti langkah yang telah dijelaskan diatas. Setelah kedua
ovarium terpotong, uterus ditarik keluar dan dilakukan ligasi pada pembuluh
darah dikiri dan kanan corpus uteri dengan 2-0 chromic catgut dan seluruh corpus
uteri juga diikat di denkat servik (12.4d). dilakukan pemotongan badan uterus dan
diamati terjadinya pendarahan. Dilakukan ligasi jika ada pendarahan. Sisa
pemotongan uterus dimasukkan ke dalam abdominal sebelum clamp dilepaskan.
Dinding abdominal ditutup dan dilakukan penjahitan dengan tiga lapisan ( linea
alba, peritonium degan pola jahitan terputus, subcutan dan fascia menerus dan
kulit dengan pola jahitan terputus).

26
STUDI KASUS 2

No Foto
1.

Sinyalemen : kelinci betina umur 2 tahun


Anamnesa : 3 hari yang lalu baru saja dilakukan ovariohisterektomi
1. Jelaskan diagnosa dari kasus di atas !
2. Jelaskan yang menjadi penyebab kasus di atas !
3. Jelaskan bagaimana penanganannya ?
Jawaban :

27
2.

Sinyalemen : Kelinci English betina umur 10 bulan


Anamnesa : lesu, penurunan jumlah feses 2 hari setelah dilakukan
ovariohisterektomi
1. Jelaskan apa diagnosa dari kasus di atas !
2. Jelaskan kausanya !
3. Jelaskan Penanganan dari kasus di atas !
Jawaban :

28
3.

Sinyalemen : kelinci jantan umur 1 tahun


Anamnesa : 4 hari yang lalu baru saja dilakukan kastrasi. Luka sering
dijilat, dan kelinci sering keluar ke halaman rumah
1. Jelaskan apa diagnosa dari kasus di atas !
2. Jelaskan kausanya !
3. Jelaskan Penanganan dari kasus di atas !
Jawaban :

29
4.

Sinyalmen : Kelinci domestic jantan umur 15 bulan


Anamnesa : baru saja dikastrasi 2 hari yang lalu, lemas, gusi pucat,
tidak nafsu makan, keluar darah dari jahitan.
1. Jelaskan apa diagnosa dari kasus di atas !
2. Jelaskan kausanya !
3. Jelaskan Penanganan dari kasus di atas !
Jawaban :

30
BEDAH ORGAN

A. THIRD EYELID GLAND PROLAPS (MATA)

Kondisi dimana keluarnya


kelenjar third eyelid.

ALAT OPERASI PADA MATA

MANAJEMEN PRE-OPERASI
1. Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum pembedahan
2. Pemberian premedikasi dan anestesi
3. Setelah hewan teranestesi, dibaringkan dengan posisi lateral dengan posisi
mata yang akan dioperasi di atas.
4. Oleskan salep mata antibiotik pada kedua mata sebagai lubrikasi.
5. Dibersihkan bagian mata dengan NaCl steril dan povidone iodine 5%
6. Pasang drape disekeliling mata dan eye speculum agar mata tetap terbuka.

31
TEKNIK BEDAH
1. Dibuat sayatan sejajar pada batas kelenjar (A kiri).
2. Dikembalikan posisi kelenjar ke dalam (B).
3. Ditutup sayatan pada third eyelid dengan simple continuous suture (A
kanan)

B. AURICULAR HEMATOMA/OTHEMATOMA (TELINGA)


Akumulasi darah pada daun telinga
ALAT OPERASI TELINGA
1. Small curettes
2. Rongeurs
3. Freer elevator
4. Retractors
5. Steinmann pin
6. hand chuck
7. Monofilament and absorbable suture
TEKNIK PREOPERASI DAN OPERASI
1. Hewan dipuasakan 8-12 jam sebelum pembedahan
2. Pemberian premedikasi dan anestesi
3. Ditutup saluran telinga dengan kapas steril, pencukuran rambut disekitar
telinga, dan mensterilkan area pembedahan dengan antiseptic
4. Insisi membentuk huruf S pada konkaf daun telinga yang mengalami
othematoma, ditekan hingga akumulasi darah keluar.
5. Setelah keluar, lubang dicuci dengan NaCl fisiologis

32
6. Diberikan terapi antibiotik topikal
7. Teknik jahitan dilakukan di sekitar lubang incisi guna mengaitkan kembali
cartilago dengan permukaan kulit dari convex telinga. Biarkan incisi tetap
terbuka untuk melanjutkan drainase cairan agar tidak terjadi akumulasi
kembali.
8. Kompres daun telinga yang telah selesai dijahit pada bagian rostral dan
caudal daun telinga dengan sedikit menekan menggunakan es untuk
menghentikan pendarahan.

C. VALVULOPLASTI
Tindakan pembedahan jantung untuk memperbaiki penyempitan valvula.
ALAT OPERASI JANTUNG

33
TAHAPAN OPERASI
1. Vena cava dan vena azygous dihentikan dengan menggunakan hemostat
2. Insisi dengan ketebalan parsial dibuat di saluran keluar ventrikel kanan
3. Patch perikardial sintetik atau autogenous berbentuk oval lebar dijahit ke
insisi ventrikulotomi ketebalan parsial dan aspek kranial arteri pulmonalis
4. Oklusi aliran vena dimulai, dan arteri pulmonalis dan ventrikel kanan diinsisi
dengan ketebalan penuh
5. Valvula displastik diiris atau dipotong seperlunya
6. Sayatan terbuka ditutup sementara dengan penjepit pembuluh darah
tangensial, dan oklusi aliran dihentikan. Jantung dibentuk dengan melepaskan
oklusi aliran saat penjepit vaskular dipasang. Waktu henti peredaran darah
idealnya kurang dari 2 menit. Jantung diresusitasi dengan pijat jantung
lembut jika perlu. Penutupan patch-graft dilakukan dengan menjahit bagian
patch yang tidak tertutup, dan penjepit vaskular dilepas

34

Anda mungkin juga menyukai