PERAWATAN KATETER
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
Unit : 3A
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan
medikal bedah 2 dengan judul Tindakan keperawatan pemasangan kateter dan perawatan
kateter. Tidak lupa pula kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan
makalah ini, baik disengaja maupun tidak disengaja kami mengucapkan terimakasih
kepada dosen pembimbing Ibu Ns.Fitriani agustina,M.Kep.,Sp.Kep.MB dan kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat
menerima kritik dan saran dari pembaca.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kateterisasi urine ?
2. Apa tujuan kateterisasi ?
3. Apa tipe,jenis dan ukuran kateter ?
4. Bagaimana pemasangan kateter ?
5. Bagaimana perawatan kateter ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi kateterisasi urine
2. Mengetahui tujuan kateterisasi
3. Mengetahui tipe,jenis dan ukuran kateter
4. Mengetahui cara pemsangan kateter
5. Mengetahui cara perawatan kateter
BAB II
PEMBAHASAN
Kateter merupakan sebuah alat berupa tabung kecil dan fleksibel yang terbuat dari
plastik atau karet dan biasa digunakan pasien untuk membantu mengosongkan kandung
kemih. Pemasangan alat ini dilakukan khusus untuk pasien yang tidak mampu buang air
kecil sendiri dengan normal. (Kusyati Eni.2006)
Tipe kateter :
Jenis kateter terdiri dari 2 bentuk yaitu kateter tetap dan kateter sementara.
1. Dengan kateter sementara menggunakan kateter lumen dan hanya memerlukan waktu 5-
10 menit sampai kandung kemih . Penggunaan kateter sementara dapat diulangi
penggunaannya tatapi penggunaan yang terus menerus akan meningkatkan resiko
infeksi dan trauma pada urethra.
2. Pemasangan kateter atau kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Akan lebih baik jika kateter diganti secara teratur sesuai
dengan batas waktu pemasangan dari setiap jenis kateter. Kateter tatap ada yang
mempunyai 2 atau 3 lumen.Lumen pertama adalah untuk pengeluaran urin.Lumen kedua
untuk memasukkan cairan steril untuk fiksasi kateter .Lumen yang ketiga untuk
memasukkan cairan atau obat ke dalam vesica urinaria. Penggunaan kateter tergantung
dari kebutuhan dan indikasi.( Kusyati Eni.2006)
Jenis kateter :
1. Kateter plastic :digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel.
2. Kateter latex/karet:digunakan untuk penggunaan /pemakaian dalam jangka waktu
sedang(kurang dari 3 minggu).
3. Kateter silicon murni/Teflon:untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena
bahan lebih lentur pada meathur urethra.
4. Kateter PVC :sangat mahal untuk penggunaan 4-6 minggu ,bahannya lembut,tidak panas
dan nyaman bagi urethra.
5. Kateter logam: digunakan untuk pemakaian sementara,biasanya pada pengosongan
kandung kemih pada ibu yang melahirkan.( Aziz, Alimul Hidayat dan Uliyah
Musrifatul.2008)
Ukuran kateter
Gambar kateter
D.Pemasangan kateter
Pemasangan kateter
1. Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter.
2. Prinsip pemasangan kateter menggunakan aseptic/steril.
3. Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada
kateter tetap difiksasi dengan balon.
4. Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan
resiko infeksi.
5. Urine bag dari plastik yang dapat menampung 1.000-1.500 ml urine. Urine bag harus
digantung pada tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan permah
menggantungkan urine baga pada posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan,
klien atau perawat membawa urine bag di bawah lutut klien. Hal ini karena urine di
dalam kantong dapat menjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan infeksi dapat
terjadi apabila urine dapat kembali (refluk) ke vesica urinaria. Sebagian urine bag
dirancang menjadi antirefluk untuk menjaga kembalinya urine pada vesica urinaria.
6. Karena urine dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme ,maka pengosongan
urine bag dilakukan setiap 6-8 jam sekali.( Perry,Peterson,Potter,2005)
Persiapan alat
a. Bak instrumen
b. Spuit 10 ce
c. Bengkok
d. Handscoon
e. Aquadest
f. Gunting plaster
g. Perlak
h. Kateter
i. Kapas air
j. Kasa urine bag
k. Jelly/vaselin
l. Selimut
m. Obat : aquades, bethadine, alkohol 70%
1. Gunakan tangan non dominan untuk membuka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk,
sehingga tangan ini menjadi tidak steril dan dapat digunakan untuk mengekspos area
vulva selama prosedur
2. Gunakan tangan dominan untuk memegang penjepit steril dan kapas yang sudah dibasahi
antiseptik untuk melakukan desinfeksi area meatus uretra sampai ke vulva, dengan
gerakan memutar dari arah dalam ke luar dan diulang sebanyak 3 kali
3. Tanpa menggerakan tangan non dominan yang membuka labia, letakan kain duk steril
pada area meatus yang terbuka di sekitar vulva
4. Jika pasien setuju untuk menggunakan anestesi topikal, gunakan spuit tanpa jarum untuk
memasukan 5 ml gel lidokain 2% ke dalam uretra, kemudian tutup lubang uretra untuk
menahan gel selama 2‒3 menit
5. Ambil selang kateter dengan menggunakan tangan dominan atau tangan yang steril,
oleskan lubrikan atau gel lidokain di ujung selang kateter
6. Masukan selang kateter ke dalam uretra dengan perlahan dan lembut, minta pasien
menarik nafas dalam untuk mengurangi rasa sakit, lanjutkan memasukan selang kateter
sampai urin keluar sebagai tanda selang telah mencapai kandung kemih, kemudian
majukan lagi sekitar 5 cm dari titik tersebut
7. Pada indwelling urinary catheters, kembangkan balon pada ujung kateter foley dengan
memompa air steril dengan spuit melalui lubang inflasi (cuff inflation port), pastikan
pasien merasa nyaman dan tidak nyeri saat balon dikembangkan
8. Tarik sedikit selang kateter untuk memastikan balon kateter sudah memfiksasi posisi
selang kateter
9. Pasang ujung selang kateter tempat urin keluar ke penampung urin (urine bag)
10. Fiksasi selang kateter dengan menggunakan plester yang direkatkan ke paha pasien, atau
ke tempat khusus untuk kateter (catheter stand)
11. Bereskan peralatan, pastikan kembali pasien merasa nyaman, lepaskan sarung tangan,
dan lakukan prosedur cuci tangan[13-15]
1. Buka selang kateter dari bungkus, dan letakan di area steril diantara kedua kaki pasien
2. Siapkan cairan povidon iodin, dengan kapas steril. Buka aplikator lubrikan Lidokain 2%
dan letakan di area steril
3. Cuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir, lalu kenakan sarung
tangan steril
4. Pegang penis pasien dengan tangan nondominan dan tarik preputium ke arah belakang
(jika masih ada). Tangan ini adalah tangan nonsteril yang akan memegang penis selama
prosedur berlangsung
5. Dengan menggunakan forceps steril, lakukan asepsis dan antisepsis menggunakan paling
sedikit 3 kapas steril berbeda yang sudah diberikan povidon-iodin dengan gerakan
memutar ke arah luar mulai dari uretra, glans penis, batang penis dan kulit sekitarnya.
Pasang duk steril yang sudah disiapkan
6. Dengan menggunakan spuit 5-10 mL (tanpa jarum) atau aplikator yang sudah berisi
Lidokain gel 2%, masukan gel ke dalam uretra dengan tangan non-steril menahan posisi
penis. Segera tutup lubang uretra dengan menggunakan ujung jari untuk menahan
keluarnya gel. Tunggu selama 2-3 menit sebelum pemasangan kateter dilakukan
7. Pegang kateter dengan tangan steril (kateter sudah dilepaskan dari bungkusnya), lalu
berikan lubrikan nonanestetik (biasanya sudah disediakan di set kateter) di sepanjang
selang kateter secukupnya. Perhatikan lubrikan yang diberikan jangan sampai menutupi
ujung distal dari selang kateter (akan menyumbat kateter)
8. Dengan menggenggam batang penis 90 derajat ke arah kepala pasien dan sedikit ditarik
ke arah atas untuk menjaga saluran uretra berada pada posisi lurus. Secara perlahan,
masukan selang kateter ke dalam lubang uretra. Masukan selang uretra hingga mencapai
bagian ujung kateter (bentuk Y)
9. Tunggu sejenak untuk melihat apakah urin dapat mengalir dari selang kateter, untuk
memastikan posisi ujung kateter sudah masuk ke dalam kandung kemih. Apabila urin
tidak keluar secara spontan, gunakan spuit 60 mL untuk mencoba menyedot urin melalui
selang kateter. Apabila urin masih tidak keluar, lepaskan kateter dan ulangi kembali
prosedur pemasangan (sebaiknya setelah dipastikan keberadaan urin di kandung kemih
dengan USG)
10. Ketika urin sudah terlihat mengalir keluar dari ujung selang kateter, hubungkan dengan
selang yang terhubung ke kantung urin.
11. Kembangkan balon ujung kateter dengan menyuntikkan 5-10 mL larutan normal
salin/NaCl 0,9% melalui katup pengembang yang berada di ujung kateter (ukuran
banyaknya larutan yang disuntikkan dapat dilihat pada katup ini). Pengembangan balon
kateter pada posisi masih berada di saluran uretra akan menyebabkan nyeri hebat,
perdarahan (gross hematuria), hingga robekan uretra
12. Secara perlahan, tarik selang kateter ke arah luar hingga terasa adanya tahanan. Posisikan
kateter ke paha pasien lalu fiksasi dengan menggunakan isolasi. Apabila pasien belum
disirkumsisi, posisikan kembali preputium ke posisi awal, dan perhatikan apakah terjadi
kesulitan untuk menghindari terjadinya parafimosis
13. Bereskan kembali alat dan bahan yang sudah digunakan, cuci tangan kembali dengan
sabun dan air mengalir
14. Dokumentasikan atau catat ukuran kateter yang digunakan, volume air yang diinjeksikan
ke dalam balon kateter, respon pasien selama pemasangan dilakukan, hingga pemeriksaan
awal terhadap urin yang keluar (Ariti Murwani,S.kep.2009)
E.Perawatan kateter
Klien yang terpasang kateter memerlukan perawatan khusus ditujukan terutama untuk
mencegah infeksi dan mempertahankan agar a unin tetap lancar (mencegah obstruksi).
Sekresi yang banyak dan timbulnya kerak di sekitar kateter merupakan sumber timbulnya
iritasi dan infeksi. Mempertan sistem drainase urine tertutup sangat penting untuk
mengontrol infeksi. Kerusakan pemasangan kateter dapat meningkatkan masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh.
Tempat-tempat yang beresiko untuk masuknya mikroorganisme:
1. Site of chateter insertion.
2. Drainage bag'urine bag.
3. Spigot
4. Tube juction
5. The juction of the tube and the bag.
Program perawatan kateter dilakukan 2-3 kali sehari dan setelah defekasi untuk
meminimalkan ketidaknyamanan dan infeksi.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kesimpulan Kateterisasi urine adalah tindakan memasukkan selang karet atau plasrtik,
melalui uretra atau kandung kemih dan dalam kateterisasi ada dua jenis kateterisasi yaitu
menetap dan intermiten, sedangkan alat untuk kateterisasi dinamakan selang kateter,
selang kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal
woven slik dan silicon yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau
mengeluarkan cairan
B.Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang
perawat profesional agar dapat lebih mengetahui dan menerapkan cara pemasangan
kateter sesuai dengan kompetensi dalam memberikan pelayanan kepada pasien
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Alimul Hidayat dan Uliyah Musrifatul.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik,