Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERAWATAN KATETER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Disusun oleh :

Pinka Apriliyani

Dosen : Veronika Papo Bage. M.Kep.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


MAYAPADA NURSING ACADEMY
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perawatan kateter”

Ucapan terimakasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Dokumentasi
Keperawatan kami, yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah kami.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini, tetapi, kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Karena itu, kami mohon kritik dan saran yang kiranya dapat membangun bagi kam, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang lebih baik lagi.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya.

Tangerang, 01 desember 2022

Pinka Apriliyani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN.....................................................................................................................5
1. Tujuan Umum..........................................................................................................5
2. Tujuan Khusus.........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................5
A. DEFINISI KATETER URIN DAN PERAWATAN KATETER...............................5
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER.....................6
C. RESIKO KATETER URIN.........................................................................................7
D. JENIS JENIS DAN UKURAN KATETER URIN.....................................................8
E. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN KATETER
PADA PRIA...........................................................................................................................9
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN KATETER
PADA WANITA..................................................................................................................11
G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SPOOLING KATETER..........13
H. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELEPASAN KATETER........16
I. LATIHAN KANDUNG KEMIH ( BLADDER TRAINING)..................................17
BAB III....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN.........................................................................................................23
B. SARAN.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kateter urin adalah alat berbentuk tabung yang dimasukkan ke dalam kandung
kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih melalui uretra (Potter & Perry,
2013)
Kateter diindikasikan untuk beberapa alasan yaitu untuk menentukan jumlah
urin, sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil (Smelzter,
2008) .Pemasangannya pun dilakukan atas program dokter karena penggunaan kateter
tergantung dari kebutuhan dan indikasi. Selain itu digunakan untuk memantau
pengeluaran urin pada pasien yang mengalami gangguan hemodinamik (Brunner &
Suddarth, 2002).
Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan
jiwa,khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan
urinasi. Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada pasien dengan indikasi
lain, yaitu: untuk menentukan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien
buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk
menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat,
atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien
yang sakit berat (Smelzter, 2001)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Kateter urin dan perawatan kateter
2. Indikasi dan kontraindikasi
3. Resiko kateter urin
4. Jenis jenis kateter urin
5. SOP Pemasangan, pelepasan dan spooling kateter

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari ketrampilan perawatan kateter ini mahasiswa diharapkan
mampu melakukan perawatan pemasangan pelepasan dan spooling kateter
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pemasangan kateter urin dengan benar.
b. Mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan kateter
c. Melakukan perawatan kateter dan pelepasan kateter.
d. Melakukan spooling kateter
e. Mengetahui dan melakukan baldder training
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI KATETER URIN DAN PERAWATAN KATETER

Katerisasi urine adalah tindakan memasukkan alat berupa selang karet


atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine
( Hooton et al, 2010). Tindakan asepsis ketat diperlukan saat memasang kateter
kateter dan perawatan kateter. Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme pathogen
penyebab penyakit. Tindakan asepsis adalah prosedur yang membantu mengurangi
resiko terkena infeksi (Potter&Perry, 2009.)

Perawatan kateter urine adalah perawatan yang dilakukan menggunakan


teknik aseptik dengan membersihkan permukaan kateter urine dan daerah sekitarnya
agar bersih dari kotoran, smegma, dan krusta yang terbentuk dari garam urine
(Gilbert, 2006). Berdasarkan rekomendasi AACN, 2009 bahwa bagian dari perawatan
kateter indwelling adalah hygiene rutin 2 kali sehari didaerah perineal dan kateter
urine. Pembersihan dapat dilakukan pada saat mandi sehari - hari atau saat
pembersihan daerah perineum setelah pasien buang air besar. Bagian dari perawatan
kateter urine indwelling juga termasuk pembersihan daerah meatus uretral.
Pembersihan kateter urine yang rutin dapat menghilangkan krusta dari permukaan
kateter sebelah luar (Makic et al, 2011).
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER

Indikasi :
- pasien dengan kesulitan BAK
- pengambilan sampel untuk kultur urin (memeriksa bakteri dan jenis bakteri)
- membantu dalam pemeriksaan radiologi
- monitor produksi urin
- untuk irigasi kandung kemih
- untuk membantu proses penyembuhan luka di sakral dan perineum pada pasien
inkontinensia urin
- monitor keseimbangan cairan
- mengukur sisa atau residu urin, seperti pasien telah menjalani
- prosedur pembedahan, mengalami tumor, trauma sistem perkemihan, dan pasien kritis
dengan masalah komplit di mana
- terdapat masalah dengan sistem perkemihan (Gosnell, 2019).

Kontraindikasi :
- apabila pasien mengalami striktur uretra, ruptur uretra
- adanya infeksi pada saluran perkemihan (Nuari & Widayati, 2017).
- Pada pasien memiliki riwayat sulit dipasang kateter urin,
- Pasien dicurigai mengalami perdarahan
- Pasien mengalami prostitis akut, phymosis, suspek trauma urethral
C. RESIKO KATETER URIN

Chateter Assosiated Urinary Tract Infection (CAUTI) sering dianggap


sebagai efek samping yang harus diterima dari proses klinis, namun ada
berbagai hasil buruk yang terkait dengan penggunaan kateter urine (APIC,
2008 ).

1. Infeksi yang berhubungan dengan kateter urine meliputi:


a. Infeksi saluran kemih
b. Bakteremia sekunder / sepsis
c. Pielonefritis akut
d. Akhir sequellae onset, misalnya osteomyelitis metastasis dan meningitis
2. Hasil yang merugikan terkait dengan kateter urine meliputi:
a. Bakteremia sekunder / sepsis
b. Peningkatan mortalitas
c. Akhir sequellae onset, misalnya osteomyelitis metastasis dan meningitis
d. Seleksi untuk organisme resisten (MDROs)
e. Striktur uretra, prostatitis dan orchitis
f. Reservoir untuk MDROs

D. JENIS JENIS DAN UKURAN KATETER URIN

 Ukuran kateter : anak 8-10 French (Fr), Wanita14-16 Fr dan Lakilaki:16-18


Fr.
ukuran kateter ditandai menggunakan satuan French (Fr) dengan perbandingan 1 Fr
adalah sebesar ⅓ mm.
 Bahan kateter urin antara lain : silikon, latex, teflon, plastik, logam.
 Jenis: straight tip, coude, 3 way, 2 way, 1 way.
Menurut Hooton et al (2010), jenis - jenis kateter urine terdiri dari
1. Kateter indwelling
Kateter indwelling disebut juga retensi kateter atau folley kateter
indwelling yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari
kandung kemih. Kateter indwelling adalah alat medis yang biasanya
disertai penampungan urine yang berkelanjutan pada pasien yang
mengalami disfungsi bladder. Kateter jenis ini lebih banyak di gunakan
pada perawatan pasien akut di banding jenis lainnya (Newman, 2010).

2. Kateter intermitten
Kater intermitten digunakan dalam jangka waktu pendek (5 – 10 menit)
dan klien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri.

3. Kateter suprapubic/kateter kondom


Kateter suprapubik kadang - kadang di gunakan untuk pemakaian secara
permanen. Cara memasukan kateter dengan jenis ini dengan membuat
sayatan kecil diatas suprapubik.
E. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN
KATETER PADA PRIA

STANDAR PEMASANGAN KATETER URIN PASIEN PRIA


OPERASIONAL
PROSEDUR
Memasukan selang kateter urine ke dalam kandung kemih melalui uretra
PENGERTIAN pada pasien laki laki
Pasien pada keadaan
INDIKASI 1. Gangguan eleminasi urine
2. Inkontensia urine
3. Retensi urine
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Kateter urine sesuai ukuran
2. Handscoon
3. Urine bag dan penggantungnya
4. Spuit berisi 20 mL aquades/NaCl atau sesuai anjuran pabrik
5. Jeli lidokain 2%
6. Cairan antiseptic
7. Pengalas
8. Kapas/kasa
9. Wadah sample urin jika perlu
10. Kom bersih
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Cek kebutuhan pasien dan kelengkapan alat
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas ( nama
lengkap & tanggal lahir )
B. Tahap Kerja
1. Cuci Tangan
2. Mengucapkan salam
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
4. Menjelaskan Langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Baringkan pasien terlentang dengan kaki abduksi
7. Letakkan pengalas dibawah bokong
8. Tutup area pinggang dengan selimut
9. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
10. Pasang sarung tangan bersih
11. Bersihkan area gentalia dengan kapas/kasa dan cairan antiseptic
12. Bilas dan keringkan , kemudian lepaskan sarung tangan bersih
13. Buka set kateter steril dan alat alat steril lainnya dan tempatkan di
alas steril dengan tetap mempertahankan Teknik aseptic
14. Pasang sarung tangan steril
15. Sambungkan kateter dengan urin bag
16. Pegang penis tegak lurus dengan tangan nondominant dan
masukan 10 mL jeli ke dalam meatur uretra dengan tangan
dominan
17. Tutup meatus uretra dengan jari telunjuk 1-2 menit
18. Masukan kateter ke dalam meatus uretra secara perlahan dengan
tangan dominan sampai pangkal kateter sambal menganjurkan
Tarik nafas dalam
19. Lakukan fiksasi internal dengan memasukan aquades/NaCl untuk
mengembangkan balon kateter
20. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk
memastikan kateter terfiksasi dengan baik dalam kandung kemih
21. Lepaskan sarung tangan steril
22. Lakukan fiksasi external dengan plester di are abdomen bawah
dengan penis mengarah ke dada
23. Gantung urin bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
24. Pasang sarung tangan bersih dan ambil segera sampel urin dari
urin bag jika perlu
25. Lepaskan sarung tangan bersih
26. Rapihkan pasien dan alat yang digunakan
27. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

C. Tahap Terminasi
 Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
D. Dokumentasi
 Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
 Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
 Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar, jumlah aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon 5-10 mL aquades/naCl )
E. Sikap
 Sistematis
 Hati-hati
 Berkomuunikasi
 Mandiri
 Teliti
 Tanggapan terhadap respon klien
 Menjaga privacy
 Sopan
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN
KATETER PADA WANITA

STANDAR PEMASANGAN KATETER URIN PASIEN PRIA


OPERASIONAL
PROSEDUR
Memasukan selang kateter urine ke dalam kandung kemih melalui uretra
PENGERTIAN pada pasien perempuan
Pasien pada keadaan
INDIKASI 1. Gangguan eleminasi urine
2. Inkontensia urine
3. Retensi urine
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Kateter urine sesuai ukuran
2. Handscoon
3. Urine bag dan penggantungnya
4. Spuit berisi 20 mL aquades/NaCl atau sesuai anjuran pabrik
5. Jeli lidokain 2%
6. Cairan antiseptic
7. Pengalas
8. Kapas/kasa
9. Wadah sample urin jika perlu
10. Kom bersih
PROSEDUR Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Cek kebutuhan pasien dan kelengkapan alat
2. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas ( nama
lengkap & tanggal lahir )
Tahap Kerja
1. Cuci Tangan
2. Mengucapkan salam
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
4. Menjelaskan Langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Baringkan pasien dengan posisi dorsal recumbent
7. Letakkan pengalas dibawah bokong
8. Tutup area pinggang dengan selimut
9. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
10. Pasang sarung tangan bersih
11. Bersihkan area parineum dengan kapas/kasa dan cairan antiseptic
12. Bilas dan keringkan , kemudian lepaskan sarung tangan bersih
13. Buka set kateter steril dan alat alat steril lainnya dan tempatkan di
alas steril dengan tetap mempertahankan Teknik aseptic
14. Pasang sarung tangan steril
15. Sambungkan kateter dengan urin bag
16. Lumasi ujung kateter 2,5-5 cm dengan jeli
17. Buka kedua labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan
nondominan
18. Masukan kateter 5-7,5 cm ke dalam meatus uretra secara perlahan
sambal menganjurkan Tarik napas dalam
19. Perhatikan adanya aliran urine dalam selang urine bag
20. Lakukan fiksasi internal dengan memasukan aquades/NaCl untuk
mengembangkan balon kateter
21. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk
memastikan kateter terfiksasi dengan baik dalam kandung kemih
22. Lepaskan sarung tangan steril
23. Lakukan fiksasi external dengan plester di area paha dalam
24. Gantung urin bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
25. Pasang sarung tangan bersih dan ambil segera sampel urin dari
urin bag jika perlu
26. Lepaskan sarung tangan bersih
27. Rapihkan pasien dan alat yang digunakan
28. Lakukan kebersihan tanmgan 6 langkah

1. Tahap Terminasi
 Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
2. Dokumentasi
 Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
 Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
 Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar, jumlah aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon 5-10 mL aquades/naCl )
3. Sikap
 Sistematis
 Hati-hati
 Berkomuunikasi
 Mandiri
 Teliti
 Tanggapan terhadap respon klien
 Menjaga privacy
 Sopan
G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SPOOLING
KATETER

STANDAR SPOOLING KATETER


OPERASIONAL
PROSEDUR
Spooling DC Tindakan mengatasi sumbatan selang DC pada pasien
PENGERTIAN terpasang irigasi kandung kemih.

1. Mempertahankan kepatenan DC
INDIKASI 2. Membuang sumbatan pada selang DC
3. Membersihkan kandung kemih
4. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih
5. Mengngurangi/menghilangkan distensi kandung kemih
6. Mengurangi nyeri akibat distensi kandung kemih
7. Mencegah infeksi
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Sarung tangan steril
2. Sarung tangan bersih
3. Nacl 0,9 %
4. Kom steril
5. Bengkok
6. Gunting plester
7. Plester
8. Spuit 50 cc
9. Perlak
PROSEDUR Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 3. Cek kebutuhan pasien dan kelengkapan alat
4. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas ( nama
lengkap & tanggal lahir )
Tahap Kerja

1. Ucapkan salam
2. Lakukan identifikasi pada klien
3. Sampaikan tindakan yang akan dilakukan terhadap klien serta
tujuan
4. tindakan kepada klien dan atau keluarga, jaga privasi pasien.
5. Cuci tangan
6. Ajak pasien membaca basmalah
7. Bantu klien pada posisi telentang nyaman
8. Pakai sarung tangan bersih
9. Buka alat dengan prinsip steril
10. Klem Kateter di bagian proksimal dari persambungan dengan
selang urine bag
11. Lepas sarung tangan bersih
12. Pakai sarung tangan steril
13. Disinfeksi persambungan DC dengan Selang urine bag
14. Lepaskan selang urine bag dari DC dan meletakkan ujung DC
pada tempat steril (Bengkok steril)
15. Sambungkan spuit 50 cc kosong dengan DC pada sambungan
keluarnya urine
16. Buka klem pada DC dan menarik piston spuit.Jika tarikan
terasa berat dilanjutkan menarik dengan hati2
17. Jika sumbatan belum terlepas , Klem proksimal kateter
sambungkan spuit 50 cc yang diisi Nacl 0,9%, buka klem pada
kateter dan dorong piston syiring dengan hati-hati Dilanjutkan
menarik piston syiring dengan hati-hati .
18. Tindakan di hentikan jika sumbatan sudah lepas , bisa
diketahui
19. dengan hilangnya tahanan saat mendorong ataupun
mengaspirasi. (Jika sumbatan belum lepas/tahanan
masih/distensi vesika meningkat dan pasien kesakitan maka
segera laporkan ke DPJP).
20. Alirkan irigasi dengan membuka klem pada selang irigasi
secara perlahan, cek aliran cairan yang keluar melalui DC
yang di tampung
21. pada bengkok,jika aliran lancar maka klem DC dan diinfeksi
ujung DC serta ujung selang urine bag lalu sambungkan
keduanya, buka klem pada DC.
22. Posisikan kateter tetap lurus dan tidak tertekan
23. Tempel dan fiksasi DC pada salah satu femur untiuk menjaga
kepatenan kateter.
24. Tempatkan dan fiksasi urin bag di sisi tempat tidur
25. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula;
26. Lepas sarung tangan
27. Lakukan cuci tangan
28. Catat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
29. Dokumentasikan di catatan keperawatan
1. Tahap Terminasi
 Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
2. Dokumentasi
 Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
 Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
 Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar, jumlah aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon 5-10 mL aquades/naCl )
 Evaluasi perasaan klien
3. Sikap
 Sistematis
 Hati-hati
 Berkomuunikasi
 Mandiri
 Teliti
 Tanggapan terhadap respon klien
 Menjaga privacy
 Sopan

H. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELEPASAN


KATETER

STANDAR SPOOLING KATETER


OPERASIONAL
PROSEDUR
Melakukan tindakan pelepasan selang kateter dari kandung kemih
PENGERTIAN
1.Pasien yang tidak memerlukan pemasangan katetertetap.
INDIKASI 2. Pasien yang terpasang kateter yang lebih dari 7 hari
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1.Sarung tanganb.
2.Spuit 10cc.
3.Bengkok
4.Perlak.
5. Pispot
6.Tempat sampah medis
7.Bak klorin
8.Air klorin

PROSEDUR Tahap Pra-Interaksi


PELAKSANAAN 1.Cek kebutuhan pasien dan kelengkapan alat
2.Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas ( nama lengkap
& tanggal lahir )
Tahap Kerja
1.Ucapkan salam
2.Lakukan identifikasi pada klien
3.Sampaikan tindakan yang akan dilakukan terhadap klien serta tujuan
tindakan kepada klien dan atau keluarga, jaga privasi pasien.
4.Cuci tangan
5.Bantu klien pada posisi telentang nyaman
6.Pakai sarung tangan bersih
7.Buka alat dengan prinsip steril
8.Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbenb.
9.Memasang perlak
10.Membuang BAK ke pispote.
11.Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis.
12.Menarik kateter pelan pelan hingga lepas dengan pasien diminta
menarik nafas dalam dan rileks

4. Tahap Terminasi
 Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
 Cuci tangan
 Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
5. Dokumentasi
 Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
 Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
 Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar)
 Evaluasi perasaan klien
6. Sikap
 Sistematis
 Hati-hati
 Berkomuunikasi
 Mandiri
 Teliti
 Tanggapan terhadap respon klien
 Menjaga privacy
 Sopan
I. LATIHAN KANDUNG KEMIH ( BLADDER TRAINING)

1. Definisi

Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenik (Potter dan Perry, 2005). Bladder training digunakan untuk mencegah atau
mengurangi buang air kecil yang sering atau mendesak dan inkontinensia urin (tidak bisa
menahan pengeluaran urin). Bladder training adalah suatu terapi yang sering digunakan,
terutama pada pasien yang baru saja terlepas dari kateter urin, namun bisa juga dilakukan
oleh semua orang untuk lebih melatih kekuatan otot sfingter eksterna dalam menahan
pengeluran urin.

2. Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi bladder training :
1) Pasien yang mengalami retensi urin.
2) Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi sfingter
kandung kemih terganggu.
3) Pasien yang menderita inkontinensia urin (inkontinensia urin stres, inkontinensia
urin urgensi, atau kombinasi keduanya).
4) Klien post operasi pada daerah pelvik (Nababan, 2011).
5) Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter
6) Klien yang mengalami inkontenesia urin
7) Klien post operasi

Kontraindikasi bladder training :

1) Sistitis (infeksi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra) berat.
2) Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri).
3) Gangguan atau kelainan pada uretra.
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin di
saluran kemih bagian atas).
5) Vesicourethral reflux
6) Batu traktus urinarius (Maulida, 2011).
7) Gagal ginjal

3. Prosedur kerja dalam melakukan bladder training, yaitu:

1) Mengucapkan salam.
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan
(ciptakan privasi bagi klien).
4) Pelaksanaan.
a. Klien masih menggunakan kateter.
Prosedur 1 jam:
- Cuci tangan.
- Klien diberi mium setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00.
Setiap kali klien diberi minum, kateter diklem.
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-20.00
dengan cara klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 20.00) buka klem kateter dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
- prosedur terus diulang sampai berhasil.

Prosedur 2 jam:
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00- 19.00.
Setiap kali diberi minum, kateter diklem .
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-21.00
dengan cara klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 21.00) buka klem kateter dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
- Prosedur terus diulang sampai berhasil.
b. Pada klien yang tidak menggunakan kateter.
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00,
lalu kandung kemih dikosongkan.
- Kateter dilepas.
- Monitor pengeluaran urin klien setiap 8 jam selama 1-2 hari setelah
pelepasan kateter.
- Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK,
kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan
pengosongan kandung kemih setiap 2 jam secara urinal.
- Berikan minum terakhir pukul 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi
minum sampai pukul 07.00 pagi untuk menghindari klien berkemih pada
malam hari.
- Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan
setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien
diharuskan untuk menahannya.
- Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung
kemih secara urinal.
- Anjurkan klien untuk menggunakan Kegel exercise dan teknik pengosongan
kandung kemih.
- Alat-alat dibereskan.
- Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam.

c. Prosedur bladder training yang dapat dilakukan secara mandiri, yaitu :


-Cobalah untuk buang air kecil pada waktu yang teratur. Mulailah dengan
memilih interval waktu (jumlah waktu), seperti satu jam.
-Selama satu hari, pergilah ke kamr mandi setiap jam toileting yang telah
dijadwalkan, terlepas dari apakah toileting atau tidak. Hal ini untuk melatih
kandung kemih mematuhi jadwal yang telah dibuat. Jumlah urin yang
dikeluarkan tidaklah penting.
-Jika selama 4 hari metode per jam ini berhasil, maka tingkatkan interval
toileting 15-30 menit selama 4 hari berikutnya.
-Jangan menambah interval waktu sampai interval waktu awal dipenuhi.
Tingkatkan interval waktu 15-30 menit sampai dapat menahan kencing selama
3-4 jam.
-Buatlah jadwal khusus untuk toileting dan jangan melanggar jadwal tersebut.
-Jika merasa ingin sekali toileting, maka cobalah tahan dan gunakan teknik
relaksasi (napas dalam). Jika terpaksa, maka diperbolehkan untuk toileting,
namun tetap mengikuti jadwal toileting yang dibuat sebelumnya

d. Cara untuk mengurangi urgensi:

Lakukan Kegel exercise selama 10 detik dan ulangi selama beberapa kali.
Beberapa macam teknik Kegel exercise yang dapat dilakukan:
1) Elevator
Bayangkan bahwa panggul Anda adalah lift. Ketika otot-otot rileks, Anda berada
di lantai dasar. Perlahan-lahan tarik otot Anda sampai lantai kedua, kemudian
berhenti. Kemudian tarik sekuat mungkin untuk mencapai lantai tiga, berhenti.
Kembali ke lantai dua, berhenti. Kemudian rileks sepenuhnya dan kembali ke
lantai dasar. Ambil napas dalam dan ulangi selama beberapa kali.
2) Teknik Cepat
Kontraksikan dan relaksasikan otot-otot pelvik secepat mungkin 5 kali secara
beraturan. Relaksasi 10 detik, kemudian ulangi.
3) Long Haul
Kontraksikan otot-otot pelvik sekuat yang klien bisa. Lakukan teknik ini 1
kali/hari untuk menghindari kelelahan otot.
4) Aktivitas mental juga dapat digunakan untuk menarik perhatian dari keinginan
untuk buang air kecil. Hal ini dapat digunakan sendiri atau bersama dengan
latihan otot panggul. Sebagai contoh, cobalah menghitung mundur dari seratus,
melakukan latihan pernapasan dalam, membaca puisi, atau menonton program
televisi untuk mengalihkan perhatian diri dari dorongan untuk berkemih

e. Cara untuk Mengoptimalkan Kerja Bladder Training


Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu mengoptimalkan
kerja dari bladder training, yaitu:
1) Batasi konsumsi kafein (kopi, teh, soda, dan cokelat) karena
kafein bersifat diuretik serta batasi atau hindari konsumsi
alkohol.
2) Batasi atau hindari konsumsi makanan yang mengandung
pemanis buatan yang dapat membuat penyakit pada kandung
kemih bertambah parah.
3) Jagalah IMT dalam batas normal
(http://kemh.health.wa.gov.au/).
4) Jangan mengurangi dengan drastis intake cairan untuk
menghindari toileting, minimal intake cairan adalah 5-6 gelas
per hari.
5) Minum hanya volume moderat cairan. Anjurkan klien untuk
intake cairan minimum (5-6 cangkir) non-kafein, non-karbonasi
setiap hari. Pengurangi cairan setelah pukul 18:00 harus
dilakukan apabila klien bangun lebih dari sekali di malam hari
untuk buang air kecil. Cara Jangan minum dalam jumlah
banyak sekaligus (lebih dari 8-10 gelas) karena dapat
membanjiri kandung kemih dan membuatnya lebih sulit untuk
menahan urin.
6) Kosongkan kandung kemih sebelum tidur. Hal ini bisa
dilakukan dengan tidak minum selama 2-3 jam sebelum tidur.
Metode ini dilakukan untuk menghindari toileting pada malam
hari. Hal ini juga dapat membantu agar bisa toileting tepat
waktu pada pagi hari.
7) Selalu kosongkan kandung kemih secara komplit. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberikan kontraksi ektra pada akhir
setiap kali berkemih.
8) Kosongkan kandung kemih sebelum dan sesudah melakukan
hubungan seksual.
9) Konsumsi jus apel, anggur, dan cranberry satu sampai dua
gelas sehari untuk membantu meningkatkan kerja kandung
kemih.
f. Schedule bathroom trips
-Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3
jam sepanjang siang dan sore hari sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam
hari.
-Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal
untuk berkemih
-Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika
rangsangan berkemihnya tidak dapat ditahan
-Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang
telah ditentukan 2-3 jam sekali
-30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan,
mintalah klien untuk memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.

g. Kegel Exercise
-Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
-Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
-Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan
otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
-Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
-Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
-Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk)
kepada klien

h. Delay Urination
-Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
-Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya Kembali
-Praktikan setiap kali berkemih
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Katerisasi urine adalah tindakan memasukkan alat berupa selang karet Tindakan
asepsis ketat diperlukan saat memasang kateter kateter dan perawatan kateter.
Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme pathogen penyebab penyakit.
Tindakan asepsis adalah prosedur yang membantu mengurangi resiko terkena
infeksi

2. Perawatan kateter urine adalah perawatan yang dilakukan menggunakan teknik


aseptik dengan membersihkan permukaan kateter urine dan daerah sekitarnya
agar bersih dari kotoran, smegma, dan krusta yang terbentuk dari garam urine
(Gilbert, 2006). Berdasarkan rekomendasi AACN, 2009 bahwa bagian dari
perawatan kateter indwelling adalah hygiene rutin 2 kali sehari didaerah perineal
dan kateter urine.

3. Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenic , Bladder training digunakan untuk mencegah atau mengurangi buang
air kecil yang sering atau mendesak dan inkontinensia urin

B. SARAN
Saya berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
juga dapat mengetahui cara pemasangan kateter ,pelepasan kateter dan spooling
kateter pada system perkemihan Saya berharap kritik dan saran yang bersifat sangat
kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth, 2002


2. Potter&Perry, 2009
3. Hooton et al, 2010
4. Nuari & Widayati, 2017
5. Gilbert, 2006
6. Makic et al, 2011
7. www. Womenbladderhealth.com
8. APIC, 2008
9. Maulida, 2011
10. Newman, 2010
11. Gosnell, 2019
12. Nababan, 2011

Anda mungkin juga menyukai