PERAWATAN KATETER
Disusun oleh :
Pinka Apriliyani
Ucapan terimakasih juga tak lupa kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Dokumentasi
Keperawatan kami, yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah kami.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya.
Pinka Apriliyani
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN.....................................................................................................................5
1. Tujuan Umum..........................................................................................................5
2. Tujuan Khusus.........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................5
A. DEFINISI KATETER URIN DAN PERAWATAN KATETER...............................5
B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER.....................6
C. RESIKO KATETER URIN.........................................................................................7
D. JENIS JENIS DAN UKURAN KATETER URIN.....................................................8
E. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN KATETER
PADA PRIA...........................................................................................................................9
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN KATETER
PADA WANITA..................................................................................................................11
G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SPOOLING KATETER..........13
H. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELEPASAN KATETER........16
I. LATIHAN KANDUNG KEMIH ( BLADDER TRAINING)..................................17
BAB III....................................................................................................................................23
PENUTUP................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN.........................................................................................................23
B. SARAN.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kateter urin adalah alat berbentuk tabung yang dimasukkan ke dalam kandung
kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih melalui uretra (Potter & Perry,
2013)
Kateter diindikasikan untuk beberapa alasan yaitu untuk menentukan jumlah
urin, sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air kecil (Smelzter,
2008) .Pemasangannya pun dilakukan atas program dokter karena penggunaan kateter
tergantung dari kebutuhan dan indikasi. Selain itu digunakan untuk memantau
pengeluaran urin pada pasien yang mengalami gangguan hemodinamik (Brunner &
Suddarth, 2002).
Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan
jiwa,khususnya bila traktus urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan
urinasi. Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada pasien dengan indikasi
lain, yaitu: untuk menentukan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien
buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang menyumbat aliran urin, untuk
menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat,
atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran urin setiap jam pada pasien
yang sakit berat (Smelzter, 2001)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi Kateter urin dan perawatan kateter
2. Indikasi dan kontraindikasi
3. Resiko kateter urin
4. Jenis jenis kateter urin
5. SOP Pemasangan, pelepasan dan spooling kateter
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari ketrampilan perawatan kateter ini mahasiswa diharapkan
mampu melakukan perawatan pemasangan pelepasan dan spooling kateter
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pemasangan kateter urin dengan benar.
b. Mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan kateter
c. Melakukan perawatan kateter dan pelepasan kateter.
d. Melakukan spooling kateter
e. Mengetahui dan melakukan baldder training
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indikasi :
- pasien dengan kesulitan BAK
- pengambilan sampel untuk kultur urin (memeriksa bakteri dan jenis bakteri)
- membantu dalam pemeriksaan radiologi
- monitor produksi urin
- untuk irigasi kandung kemih
- untuk membantu proses penyembuhan luka di sakral dan perineum pada pasien
inkontinensia urin
- monitor keseimbangan cairan
- mengukur sisa atau residu urin, seperti pasien telah menjalani
- prosedur pembedahan, mengalami tumor, trauma sistem perkemihan, dan pasien kritis
dengan masalah komplit di mana
- terdapat masalah dengan sistem perkemihan (Gosnell, 2019).
Kontraindikasi :
- apabila pasien mengalami striktur uretra, ruptur uretra
- adanya infeksi pada saluran perkemihan (Nuari & Widayati, 2017).
- Pada pasien memiliki riwayat sulit dipasang kateter urin,
- Pasien dicurigai mengalami perdarahan
- Pasien mengalami prostitis akut, phymosis, suspek trauma urethral
C. RESIKO KATETER URIN
2. Kateter intermitten
Kater intermitten digunakan dalam jangka waktu pendek (5 – 10 menit)
dan klien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri.
C. Tahap Terminasi
Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
Cuci tangan
Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
D. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar, jumlah aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon 5-10 mL aquades/naCl )
E. Sikap
Sistematis
Hati-hati
Berkomuunikasi
Mandiri
Teliti
Tanggapan terhadap respon klien
Menjaga privacy
Sopan
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMASANGAN
KATETER PADA WANITA
1. Tahap Terminasi
Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
Cuci tangan
Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
2. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar, jumlah aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon 5-10 mL aquades/naCl )
3. Sikap
Sistematis
Hati-hati
Berkomuunikasi
Mandiri
Teliti
Tanggapan terhadap respon klien
Menjaga privacy
Sopan
G. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SPOOLING
KATETER
1. Mempertahankan kepatenan DC
INDIKASI 2. Membuang sumbatan pada selang DC
3. Membersihkan kandung kemih
4. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih
5. Mengngurangi/menghilangkan distensi kandung kemih
6. Mengurangi nyeri akibat distensi kandung kemih
7. Mencegah infeksi
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Sarung tangan steril
2. Sarung tangan bersih
3. Nacl 0,9 %
4. Kom steril
5. Bengkok
6. Gunting plester
7. Plester
8. Spuit 50 cc
9. Perlak
PROSEDUR Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 3. Cek kebutuhan pasien dan kelengkapan alat
4. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas ( nama
lengkap & tanggal lahir )
Tahap Kerja
1. Ucapkan salam
2. Lakukan identifikasi pada klien
3. Sampaikan tindakan yang akan dilakukan terhadap klien serta
tujuan
4. tindakan kepada klien dan atau keluarga, jaga privasi pasien.
5. Cuci tangan
6. Ajak pasien membaca basmalah
7. Bantu klien pada posisi telentang nyaman
8. Pakai sarung tangan bersih
9. Buka alat dengan prinsip steril
10. Klem Kateter di bagian proksimal dari persambungan dengan
selang urine bag
11. Lepas sarung tangan bersih
12. Pakai sarung tangan steril
13. Disinfeksi persambungan DC dengan Selang urine bag
14. Lepaskan selang urine bag dari DC dan meletakkan ujung DC
pada tempat steril (Bengkok steril)
15. Sambungkan spuit 50 cc kosong dengan DC pada sambungan
keluarnya urine
16. Buka klem pada DC dan menarik piston spuit.Jika tarikan
terasa berat dilanjutkan menarik dengan hati2
17. Jika sumbatan belum terlepas , Klem proksimal kateter
sambungkan spuit 50 cc yang diisi Nacl 0,9%, buka klem pada
kateter dan dorong piston syiring dengan hati-hati Dilanjutkan
menarik piston syiring dengan hati-hati .
18. Tindakan di hentikan jika sumbatan sudah lepas , bisa
diketahui
19. dengan hilangnya tahanan saat mendorong ataupun
mengaspirasi. (Jika sumbatan belum lepas/tahanan
masih/distensi vesika meningkat dan pasien kesakitan maka
segera laporkan ke DPJP).
20. Alirkan irigasi dengan membuka klem pada selang irigasi
secara perlahan, cek aliran cairan yang keluar melalui DC
yang di tampung
21. pada bengkok,jika aliran lancar maka klem DC dan diinfeksi
ujung DC serta ujung selang urine bag lalu sambungkan
keduanya, buka klem pada DC.
22. Posisikan kateter tetap lurus dan tidak tertekan
23. Tempel dan fiksasi DC pada salah satu femur untiuk menjaga
kepatenan kateter.
24. Tempatkan dan fiksasi urin bag di sisi tempat tidur
25. Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula;
26. Lepas sarung tangan
27. Lakukan cuci tangan
28. Catat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
29. Dokumentasikan di catatan keperawatan
1. Tahap Terminasi
Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
Cuci tangan
Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
2. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar, jumlah aquades/NaCl untuk mengembangkan
balon 5-10 mL aquades/naCl )
Evaluasi perasaan klien
3. Sikap
Sistematis
Hati-hati
Berkomuunikasi
Mandiri
Teliti
Tanggapan terhadap respon klien
Menjaga privacy
Sopan
4. Tahap Terminasi
Membuka sampiran dan membawa peralatan ke tempat
penyimpanan
Cuci tangan
Dokumentasikan Tindakan yang telah dilakukan
5. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pelaksanaan Tindakan.
Mencatat hasil observasi klien selama dan setelah Tindakan
Mencatat prosedur yang dilakukan ( warna urine, jumlah urin
yang keluar)
Evaluasi perasaan klien
6. Sikap
Sistematis
Hati-hati
Berkomuunikasi
Mandiri
Teliti
Tanggapan terhadap respon klien
Menjaga privacy
Sopan
I. LATIHAN KANDUNG KEMIH ( BLADDER TRAINING)
1. Definisi
Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenik (Potter dan Perry, 2005). Bladder training digunakan untuk mencegah atau
mengurangi buang air kecil yang sering atau mendesak dan inkontinensia urin (tidak bisa
menahan pengeluaran urin). Bladder training adalah suatu terapi yang sering digunakan,
terutama pada pasien yang baru saja terlepas dari kateter urin, namun bisa juga dilakukan
oleh semua orang untuk lebih melatih kekuatan otot sfingter eksterna dalam menahan
pengeluran urin.
1) Sistitis (infeksi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra) berat.
2) Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan
karena adanya infeksi oleh bakteri).
3) Gangguan atau kelainan pada uretra.
4) Hidronefrosis (pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin di
saluran kemih bagian atas).
5) Vesicourethral reflux
6) Batu traktus urinarius (Maulida, 2011).
7) Gagal ginjal
1) Mengucapkan salam.
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan
(ciptakan privasi bagi klien).
4) Pelaksanaan.
a. Klien masih menggunakan kateter.
Prosedur 1 jam:
- Cuci tangan.
- Klien diberi mium setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00.
Setiap kali klien diberi minum, kateter diklem.
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-20.00
dengan cara klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 20.00) buka klem kateter dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
- prosedur terus diulang sampai berhasil.
Prosedur 2 jam:
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00- 19.00.
Setiap kali diberi minum, kateter diklem .
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-21.00
dengan cara klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 21.00) buka klem kateter dan klien boleh
minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
- Prosedur terus diulang sampai berhasil.
b. Pada klien yang tidak menggunakan kateter.
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00,
lalu kandung kemih dikosongkan.
- Kateter dilepas.
- Monitor pengeluaran urin klien setiap 8 jam selama 1-2 hari setelah
pelepasan kateter.
- Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK,
kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan
pengosongan kandung kemih setiap 2 jam secara urinal.
- Berikan minum terakhir pukul 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi
minum sampai pukul 07.00 pagi untuk menghindari klien berkemih pada
malam hari.
- Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan
setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien
diharuskan untuk menahannya.
- Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung
kemih secara urinal.
- Anjurkan klien untuk menggunakan Kegel exercise dan teknik pengosongan
kandung kemih.
- Alat-alat dibereskan.
- Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam.
Lakukan Kegel exercise selama 10 detik dan ulangi selama beberapa kali.
Beberapa macam teknik Kegel exercise yang dapat dilakukan:
1) Elevator
Bayangkan bahwa panggul Anda adalah lift. Ketika otot-otot rileks, Anda berada
di lantai dasar. Perlahan-lahan tarik otot Anda sampai lantai kedua, kemudian
berhenti. Kemudian tarik sekuat mungkin untuk mencapai lantai tiga, berhenti.
Kembali ke lantai dua, berhenti. Kemudian rileks sepenuhnya dan kembali ke
lantai dasar. Ambil napas dalam dan ulangi selama beberapa kali.
2) Teknik Cepat
Kontraksikan dan relaksasikan otot-otot pelvik secepat mungkin 5 kali secara
beraturan. Relaksasi 10 detik, kemudian ulangi.
3) Long Haul
Kontraksikan otot-otot pelvik sekuat yang klien bisa. Lakukan teknik ini 1
kali/hari untuk menghindari kelelahan otot.
4) Aktivitas mental juga dapat digunakan untuk menarik perhatian dari keinginan
untuk buang air kecil. Hal ini dapat digunakan sendiri atau bersama dengan
latihan otot panggul. Sebagai contoh, cobalah menghitung mundur dari seratus,
melakukan latihan pernapasan dalam, membaca puisi, atau menonton program
televisi untuk mengalihkan perhatian diri dari dorongan untuk berkemih
g. Kegel Exercise
-Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri
-Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
-Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan
otot anterior secara perlahan sampai hitungan ke empat
-Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
-Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
-Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk)
kepada klien
h. Delay Urination
-Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul
-Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian
memulainya Kembali
-Praktikan setiap kali berkemih
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Katerisasi urine adalah tindakan memasukkan alat berupa selang karet Tindakan
asepsis ketat diperlukan saat memasang kateter kateter dan perawatan kateter.
Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme pathogen penyebab penyakit.
Tindakan asepsis adalah prosedur yang membantu mengurangi resiko terkena
infeksi
3. Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung
kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal
neurogenic , Bladder training digunakan untuk mencegah atau mengurangi buang
air kecil yang sering atau mendesak dan inkontinensia urin
B. SARAN
Saya berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
juga dapat mengetahui cara pemasangan kateter ,pelepasan kateter dan spooling
kateter pada system perkemihan Saya berharap kritik dan saran yang bersifat sangat
kami butuhkan untuk kesempurnaan makalah kami
DAFTAR PUSTAKA