Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

DIVERSI URIN : CONTINENT UROSTOMY

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sistem Perkemihan

Di Susun Oleh :

Iin Monalisa (R1801031)

Ilham Tri Prasetyo (R1801032)

Jumaroh (R1801039)

Khofifah Indar Parawangsa (R1801040)

Kris Ayu Damayanti (R1801041)

Lenny Kiyasatul Fikki (R1801042)

Lisah agustin (R1801043)

Martin Kuncoro Aji (R1801044)

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEEHATAN (STIKes) INDRAMAYU


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan Rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selawat
serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW.

Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Sistem Manajemen Keperawatan pada Sekolah Tinggi
Kesehatan (STIKes) Indramayu. Makalah ini di beri judul : “Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Diversi Urin : Continent Urostomy”.

Penulis juga merasakan tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang dihadapi,


namun berkat bantuan dan dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak baik
berupa bimbingan, sumbangan pemikiran, materi, dan tenaga serta dorongan
semangat yang tidak ternilai harganya, akhirnya penulis dapat menyelessaikan
makalah ini.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri untuk
menerima saran serta kritikan yang sifatnya membangun maupun masukan-
masukan lain yang amat berarti untuk perbaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan rasa terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. Turmin, BSc. Selaku Ketua Yayasan Indra Husada.


2. M. Saefulloh, M.Kep. Selaku Ketua STIKes Indramayu.
3. Wayunah, S.Kp., M.Kep. Selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
STIKes Indramayu.
4. Kitri Hikmawati, S.Kep., Ners., M.Kep. Selaku Wali Kelas Sarjana
Keperawatan Semester VI.
5. Titin Hidayatin, S.Kep., Ners., M.Kep. Selaku Dosen Mata Kuliah Sistem
Perkemihan Semester VI.

i
6. Orang tua dan keluarga tersayang, yang telah banyak memberikan
inspirasi dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Sistem Perkemihan.
7. Teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu, yang
telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT berkenan untuk membalas kebaikan tersebut dengan


pahala yang berlipat ganda. Hanya kepada Allah jua kita memohon keridhoan,
hanya kepada Allah kita berserah diri, tiada daya dan ekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Perkasa. Amin.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan


pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Indramayu, Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Pendahuluan........................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

A. Definisi................................................................................................. 3
B. Etiologi................................................................................................. 3
C. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................... 5
D. Penatalaksanaan................................................................................. 5
E. Komplikasi........................................................................................... 6
F. Istilah Pembedahan Dalam Sistem Perkemihan.............................. 7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 14

A. Pengkajian........................................................................................... 14
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................... 15
C. Intervensi Keperawatan..................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembuangan normal urine merupakan suatu fungsi dasar yang sering


dianggap enteng oleh kebanyakan orang. Apabila sistem perkemihan tidak dapat
berfungsi dengan baik, sebenarnya semua sistem organ pada akhirnya akan
terpengaruh. Klien yang mengalami perubahan eliminasi urine juga dapat
menderita secara emosional akibat perubahan citra tubuhnya. Perawat berusaha
memahami dan menunjukkan sikap yang peka terhadap kebutuhan klien. Perawat
harus memahami alasan terjadinya masalah dan berupaya mencari penyelesaian
yang dapat diterima.

Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami


gangguan dalam aktifitas berkemihnya. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan
fungsi kandung kemih, adanya obstruksi pada aliran urin yang mengalir keluar,
atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter. beberapa klien dapat
mengalami perubahan sementara atau permanen dalam jalur normal ekskresi
urine. Klien yang menjalani diversi urine memiliki masalah khusus karena urine
keluar melalui sebuah stoma.

Perubahan dalam eliminasi urine selain retensi urin bisa juga infeksi
saluran kemih, yaitu infeksi didapat (infeksi nosokomial) di rumah sakit yang
paling sering terjadi di Amerika Serikat. Infeksi ini bertanggung jawab untuk
lebih dari 5 juta kunjungan dokter per tahun (Johnson, 1991). Bakteri dalam urine
(Bakteriuria) dapat memicu penyebaran organisme ke dalam aliran darah dan
ginjal.

1
B. Rumusan Masalah
Pada pembuatan makalah ini akan dibahas beberapa rumusan masalah di
antaranya :
1. Apa definisi dari diversi urin : continen urostomy ?
2. Apa etiologi dari diversi urin : continen urostomy ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari diversi urin : continen urostomy ?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari diversi urin : continen
urostomy ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari diversi urin : continen urostomy ?
6. Apa komplikasi dari diversi urin : continen urostomy ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan diversi urin : continen
urostomy ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui definisi dari diversi urin : continen urostomy.
2. Untuk mengetahui etiologi dari diversi urin : continen urostomy
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diversi urin : continen
urostomy
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari diversi urin : continen
urostomy
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diversi urin : continen
urostomy
6. Untuk mengetahui komplikasi dari diversi urin : continen urostomy
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan diversi urin :
continen urostomy

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diversi urinarius adalah stoma urinarius untuk mengalihkan aliran urin
dari ginjal secara langsung ke permukaan abdomen dilakukan karena beberapa
alasan. (Potter & Perry).
Diversi urinarius merupakan suatu metode yang dilakukan untuk
mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke tempat keluar yang baru, yang
biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada kulit (stoma).
(Smeltzer Bare).
Continent urostomy adalah salah satu prosedur bedah yang bisa dilakukan
saat kandung kemih diharuskan diangkat karena penyakit (seperti kanker
kandung kemih atau interstisial sisitis) atau karena tidak lagi berfungsi dengan
benar (seperti kondisi bawaan atau kandung kemih neurogenik).
Diversi kontinen adalah potongan usus digunakan untuk membentuk
kantung melalui stoma dan meniadakan kebutuhan terhadap alat penampung
eksternal. Pada beberapa pasien pria dengan kantung Kock (penggunaan wadah
usus halus), drainase dapat dicapai melalui uretra dan penis pada stoma
abdomen. (Doenges : ).
B. Etiologi
Prosedur diversi urine dilakukan untuk mengalihkan aliran urine dari
kandung kemih ke tempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang
yang dibuat lewat pembedahan pada kulit (stoma). Kelainan pada organ
perkemihan yang menimbulkan indikasi tindakan urinary stoma sebagian besar
diakibatkan oleh keganasan sel pada organ tersebut, adapun kelainan tersebut
antara lain :
a. Blader : pada bladder neoplasma sering terjadi hematuri disertai nyeri
merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana
sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik.
Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan

3
disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien
mencari pengobatan.
b. Saluran kemih : seorang yang menderita penyakit batu saluran kemih jika
terdapat faktor predisposisi, kurang minum sehingga konsentrasi zat
pembentuk dalam air seni menjadi lebih pekat mengakibatkan mudah
terbentuk batu. Faktor predisposisi lainnya : faktor batu saluran kemih /
infeksi saluran kemih sebelumnya, riwayat keluarga yang menderita batu
saluran kemih, penyakit gout (peningkatan kadar asam urat darah yang
tinggi), mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalsium atau
oxalat (coklat, cola, kacang, teh) dan sumbatan saluran kemih.
c. Ginjal : pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada
stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria
(adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air
kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih.
Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke
beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat
kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah. Polisitemia
sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropietin, yang
merangsang sumsung tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah
merah. Gejala lainnya yang mungkin terjadi berupa nyeri pada sisi ginjal
yang terkena, penurunan berat badan.
d. Kandung kemih : gejala pada pasien yang menderita Ca kandung kemih
dapat berupa hematuria (adanya darah dalam air kemih), rasa terbakar atau
rasa nyeri ketika berkemih, desakan untuk berkemih, sering berkemih.
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung
kemih (sisitis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut
dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi,
gejalanya tidak menghilang.
e. Pelvis renalis dan ureter : kanker pada pelvis renalis dan ureter dapat
terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter. Kanker pada
sel-sel yang melapisi pelvis renalis disebut karsinoma sel transisional.

4
Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang
mengalirkan air kemih ke ureter. Ureter adalah tabung atau saluran yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Gejala awal biasanya
berupa hematuria (darah di dalam air kemih). Jika aliran air kemih
tersumbat, bisa terjadi nyeri kram di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul, atau diperut bagian bawah.
f. Uretra : kanker uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang
ditemukan di dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air
kemih dari kandung kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah sekitar
3,75 cm dan ujungnya adalah berupa lubang yang terletak diatas vagina.
Pada pria, panjang uretra adalah sekitar 20 cm, menembus kelenjar prostat
dan berakhir sebagai sebuah lubang diujung penis. Gejala pertama
biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang mungkin
hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga
tampak sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa
tersumbat, sehingga penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau
aliran air kemih menjad lambat dan sedikit.
C. Pemeriksaan Diagnostik
a. IVP : memperlihatkan ukuran/lokasi ginjal dan ureter dan
mengesampingkan adanya tumor lain dalam saluran perkemihan.
b. Sitoskopi dengan biopsi : menentukan lokasi tumor/derajat keganasan.
Sitoskopi ultraviolet menggambarkan lesi kandung kemih.
c. Scan tulang : menentukan adanya penyakit metastatis.
d. Limpangiografi pedal bilateral : menentukan keterlibatan nodus pelvis,
dimana tumor kandung kemih dengan mudah ditempatkan karena dekat
proksimal.
e. CT Scan : mendefinisikan sel tumor dalam urine (untuk menentukan
adanya dan tipe tumor)

D. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Praoperatif

5
Sebagai bagian dari penatalaksanaan praoperatif, usus dibersihkan
untuk meminimalkan statis fekal, dekompresi usus, dan ileus
pascaoperatif. Diet rendah bisa diresepkan dan medikasi antimikrobial
diberikan untuk mengurangi flora patogenik di usus dan untuk
mengurangi resiko infeksi. Hidrasi praoperatif yang adekuat dilakukan
untuk menjamin aliran urin selama pembedahan dan untuk mencegah
hipovolemia selama prosedur pembedahan.
b. Penatalaksanaan Pascaoperatif
Penatalaksanaan pascaoperatif berfokus pada mempertahankan
fungsi urinarius, mencegah komplikasi pascaoperatif (komplikasi
pernafasan, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, sepsis, pembentukan
fistula, dan kebocoran urin), dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Kateter atau sistem drainase diobservasi dan haluaran urin dipantau
dengan ketat. Selang nasogastrik dimasukkan selama pembedahan untuk
menekan traktus gastrointestinal dan untuk mengurangi tekanan pada
anastomosis intestinal. Selang ini biasanya tetap dibiarkan untuk beberapa
hari setelah pembedahan. Segera setelah usus berfungsi kembali, yang
dimanifestasikan dengan bising usus, aliran flatus, dan abdomen lunak,
maka cairan dapat diberikan. Sampai dengan waktu tersebut, infus cairan
dan elektrolit diberikan. Pasien dibantu untuk ambulasi sesegera mungkin.
E. Komplikasi
Komplikasi umumnya terjadi mengingat kompleknya pembedahan.
Penyakit yang mendasari (kanker, trauma) prosedur diversi urinnarius, dan
status nutrisi yang sering kurang dari normal. Komplikasi dapat mencakup
komplikasi pascaoperatif yang umum terjadi (mis, atelektasis,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit), kerusakan anastomosis, epis
pembentukan fistula, kebocoran urin fekal, dan iritasi kulit. Jika komplikasi
ini terjadi, pasien tetap dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu yang lama
kemungkinan memerlukan nutrisi parenteral total, dekompresi gastrointestinal
melalui pengisap nasogatrik dan pembedahan lebih lanjut. Tujuan

6
penatalaksanaan adalah untuk memelihara drainase, meningkatkan nutrisi
yang adekuat untuk penyembuhan dari mencegah sepsis.

F. Istilah Pembedahan Dalam Sistem Perkemihan


1. Terminology medis terkait sistem perkemihan
Akar kata/ definisi
a. Cyst/O- : Bladder; Kantung, Kantung Kemih
b. Glomerul/O- : Glomerulus
c. Ginjalmeat/O- : Meatus (Opening)(Lobang)
d. Nephr/O- : Nephron
e. Kidney : Ginjal
f. Pyel/O- : Pelvis Renis
g. Ren/O- : Ginjal
h. Ur/O- : Urine (Urin)
i. Ureter/O- : Ureter (Saluran Ke Luar Ginjal)
j. Vesic/O- : Kandung Kemih
k. Urethr/O- : Uretra
l. Urina [L] : Urination, Berkemih
m. Hemat/o : Darah
n. Lith/o : Stone (batu)
o. Noct/o : Night
p. Olig/o : Few; Dimineshed (Sedikit Mengurang)
q. Py/o : Pus (Nanah)
r. Albumin/o : Albumin
s. Sigmoid/o : Sigmoid Colon
t. Azol/o : Urea
u. Col/o : Colon
v. Enter/o : Usus
w. Gastr/o : Perut
x. Haemat/o : Darah
y. Hydr/o : Air

7
z. Metr/o : Sebuah Pengukuran
aa. Proct/o : Anus/ rectum
bb. Trigon/o : Trigon dari kandung kemih

Suffix Arti Prefix Arti

Cyst/o Kandung kemih An- Tanpa

Glomerul/o Glomeruli Dys- Abnormal

Nephr/o Ginjal Painful (sakit)

Pyel/o Pelvis/melalui Difficult (sulit)

Ren/o Ginjal Poly- Many (banyak)

Sten/o Penyempitan Intra- Di dalam/dalam

Ureter/o Ureter Oligo- Kekurangan/


sedikit

Urethr/o Urethra Dia- Melalui

Ven/o Vein

Vesic/o Kandung kemih

-Al Tentang

-algia Kondisi sakit

-cele Hernia (burut) :


protrusion
(tonjolan)

-clysis Infus / injeksi/


irigasi

-dynia Kondisi sakit

-ectasis Melebar

-ectomy Eksis

-ferous Membawa

-genesis Menhgasilakan
atau
memproduksi

8
-gram Gambar/merekam

-graphy Gambar x-ray /


merekam

-ia Tentang

-lasis Kondisi abnormal

-ic Tentang

-it is Peradangan

-lapaxy Kosongkan / cuci/


evakuasi

-lithiasis Kondisi batu yang


tidak normal

-logist Seseorang yang


sedang
mempelajari
bidang tertentu

-lysis Menghancurkan/
melarutkan

-meter Instrument untuk


mengukur

-metry Proses
pengukuran

-osis Kondisi, penyakit,


meningkat

-ous Tentang

-pauty Penyakit

2. Istilah Medis Umum Terkait Sistem Kemih


a. Meatal : Terkait
b. Meatusurine : Produk Sampah Cair Dari Ginjal
c. Urologist : Ahli Sistem Perkemihan Dan Sistem
Reproduktif

9
d. Priaurology : Ilmu Sistem Perkemihan Dan Reproduktif
Pria
3. Istilah Penyakit & Gangguan Sistem Kemih Istilah Arti
a. Anuria : tidak ada
b. Urineazoturia : kadar urea urine meningkat
c. Cystitis : radang kandung kemih
d. Cystocele : hernia kandung kemih ke dinding
e. Urethrocele : vaginapada wanita / pada
f. Priadiuresis : mengeluarkan urine banyak
g. Diuretic : obat meningkatkan sekresi urine
h. Dysuria : sakit/sulit buang air seni
i. Enuresis : ngompol
j. Epispadia : gangguan kongenital, meatus tumbuh di
permukaan atas penis
k. Epispadia (female) (male) hypospadias : gangguan kongenital,
meatus tumbuh di permukaan bawah penis
l. Hematuria : ada darah di air seni
m. Glucosuria : ada gula dalam urine meningkat
n. Incontinence : kehilangan kontrol menahan urine
o. Glomerulonephritis : radang glomeruli ginjal
p. Hydronephrosis : distensi pelvis renis disebabkantertahannya
urine di ginjal.
q. Nephritis : radang pada ginjal
r. Nephrolithiasis : ada batu di ginjal (renal calculi)
s. Nephroma : tumor ginjal
t. Nephromegaly : pembesaran satu atau kedua ginjal
u. Nephroptosis : keadaan ginjal turun
v. Nocturia : pengeluaran urine malam
w. Harioliguria : tidak ada sekresi
x. Urinpyelitis : radang pyelum (pelvis) ginjal
y. Renal hypertension: hipertensi darah akibatgangguan ginjal

10
z. Uremia : adanya urea dan produksampah lain di
darah
aa. Ureteritis : radang pada ureter
bb. Uretrocele : hernia ureter ke kandungkemih
cc. Ureterolithiasis : ada batu di ureter
dd. Ureterostenosis : ada striktura (penyempitan) ureter
ee. Urethrocystitis : radang ureter dan kandung kemih
ff. Urinary retention : tidak bisa buang air seni
gg. Urinary tract infection : infeksi tractus urinaria, bisa (uti)
meliputi infeksi pada urehtra,kandung kemih dan kedua ureter
hh. Oliguria :kekurang-mampuan mempro-duksi dan
membuang air
ii. Seniwilm’s tumor : tumor ganas ginjal (cancerous) 75% di
bawah usia 5th.
4. Istilah Tindakan Diagnostik Sistem Perkemihan
a. Blood urea nitrogen : test darah untuk mengukur ka-(BUN) dar
urea dan nitrogen di darah;urea dan nitrogen secara nor-mal
diangkat/dibersihkan ginjalcreatinine
b. Clearance : test darah untuk mengukurtest kadar creatinie
darah; creatininesecara normal dibersihkan ginjal
c. Cystography : proses pembuatan gambarx-ray kandung kemih
d. Cystometrography : proses pengukuran dan rekamantekanan
kandung kemih saatmengisi dan membuang urine
e. Cystoscopy : pemeriksaan secara visual bagian interior kandung
kemih dengan menggunakan cystoscope.
f. Hemodialysis : prosedur pengobatan untuk menya- ring
darah saat ginjal tidak berfungsi; darah dialirkan mesin dialisis,
disaring, dan dikembalikan ke dalam tubuh.
g. Intravenous pyelogram (IVP) : proses merekam struktur
internal (= intravenous ginjal, ureter, vesica urinaria,

11
danurography) urethra (KUB) setelah diberi intravenous
zat/media kontrast.
h. Kidneys, ureters : X-ray abdomen bawahand bladder (KUB)
yang menyajikan gambar= [scout film] tentang ukuran, bentuk
danlokasi ginjal, ureter dankandung kemih.
i. Peritoneal dialysis : dialisis yang menggunakanperitoneum
sebagai filter (padametode ini darah tidak keluardari tubuh)
j. Retrograde pyelography : proses perekaman strukturinternal
ureter, dan pelvis renis denganzat kontrast yang disuntikan ke
dalamureter dan jalan ke atas sampai pelvisrenis.
k. Urinary catherization : insersi kateter (selang kecil)ke
dalam kandung kemih untukmengumpulkan urine.
l. Voiding cystourethrography : merekam aktivitas dan
(vcug) kondisi internal kandung kemih dan urethra saat buang
air seni.
5. Istilah Terapi Dan Medis Bedah Dalam Sistem Perkemihan
a. Cystectomy : operasi pengangkatan (eksisi) kandung kemih
b. Cystolithrotomy : insisi ke dalam kandung kemih untuk
mengambil batu
c. Cystopexy : operasi fiksasi kandung kemih
d. Cystoplasty : operasi perbaikan (plastik) kandung kemih.
e. Cystorrhapy : menjahit kandung kemih
f. Cystostomy : mengkreasi lobang artifisial baru antara kandung
kemih dan permukaan tubuh.
g. Kidney transplant : transplantasi ginjal
h. Lithotripsy : memecah/menghancurkan batu untuk bisa
diangkat.
i. Meatotomy : insisi ke dalam meatus untuk melebarkan lubang
j. Nephrectomy : pengangkatan ginjal (eksisi)
k. Nephrolithotomy : insisi ke dalam ginjal untuk mengambil
batu.

12
l. Nephropexy : operasi memfiksasi ginjal yang prolaps atau jatuh.
m. Pyelolithotomy : insisi ke dalam pelvis renis untuk
mengangkat batu.
n. Ureterectomy : pengangkatan ureter (eksisi)
o. Urethropexy : memfiksasi urethra
p. Urethroplasty : operasi perbaikan urehra (operasi plastik)
q. Urethrostomy : kreasi pintu baru/artifisial antara urethra dan
permukaan badan.
r. vesicourethral suspension = suspensi (menyangga) kandung
kemih dan urethra yang proplapsed

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian Keperawatan Praoperatif


Pasien yang masuk rumah sakit untuk menjalani bedah diversi urin
dikaji secara keseluruhan. Pengkajian praoperatif yang cermat harus
dilakukan terhadap fungsi kardiopulmuner, karena pasien yang menjalani
sistektomi (eksisi kandung kemih) biasanya adalah lansia yang tidak
mampu mentoleransi prosedur pembedahan yang kompleks dan lama.
Pengkajian status nutrisi juga penting karena masukan nutrisi yang buruk
berhubungan dengan masalah kesehatan yang mendasari.
Pengkajian juga di fokuskan pada pemahaman pasien dan keluarga
mengenai fungsi dan prosedur serta perubahan struktur fisik setelah
pembedahan. Konsep diri dan harga diri pasien dievaluasi, selain metode
koping terhadap stress dan rasa kehilangan. Status mental pasien,
kordinasi dan ketangkasan tangan, serta metode pembelajaran yang di pilih
dicatat karena faktor-faktor ini akan mempengaruhi kemampuan
perawatan diri pada periode pascaoperatif.
2. Pengkajian Keperawatan Pascaoperatif
Peran perawat pada periode pascaoperatif adalah untuk mencegah
komplikasi dan untuk mengkaji pasien dengan cermat terhadap adanya
tanda dan gejala komplikasi. Kateter dan alat drainase dipantau dengan
katat. Volume urin, potensi sistem drainase, dan warna drainase dicatat.
Penurunan volume urin atau peningkatan drainase secara mendadak segera
dilaporkan ke dokter karena kondisi ini mungkin menunjukkan adanya
obstruksi traktus urinarius, volume darah yang tidak adekuat, atau
perdarahan.

14
Analgesik diberikan sesuai resep untuk meningkatkan kenyamanan
pasien dan meningkatkan kemampuan pasien untuk miring, batuk, dan
nafas dalam tanpa rasa nyeri dan tidak nyaman berlebihan.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tak


adanya sfingter stoma, karakter/aliran urin dari stoma.
2) Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan
kulit/jaringan (insiden/drein)
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi.

C.Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tak


adanya sfingter stoma, karakter/aliran urin dari stoma.
Kriteria hasil : mempertahankan integritas kulit, mengidentifikasi faktor
resiko individual, menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan
penyembuhan/ mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
1) Inspeksi stoma peristoma. Perhatikan iritasi, lebam (gelap, warna
lebam), kemerahan, status jahitan.
R/mengawasi proses penyembuhan/ketidakefektifan tindakan, dan
mengidentifikasi area, masalah, kebutuhan evaluasi lanjut/
intervensi.
Stoma harus kemerahmudaan atau kemerahan. Sama dengan
membran mukosa. Perubahan warna mungkin sementara, tetapi
perubahan menetap dapat memerlukan intervensi medik.
Identifikasi dini nekrosis stoma/iskemia atau infeksi jamur
memberikan waktu intervensi untuk mencegah nekrosis kulit.
2) Bersihkan dengan air dan lap kering (atau menggunakan pengering
rambut pada situasi dingin).

15
3) Pengukuran stoma secara periodik, contoh tiap penggantian alat
untuk 6 minggu pertama, kemudian sebulan 6 kali.
R/sesuai dengan membaiknya edema pascaoperasi (selama 6
minggu pertama), ukuran alat harus berubah untuk meyakinkan
kecocokan yang tepat sehingga urine tertampung sesuai aliran ke
stoma, dan kontak dengan kulit dicegah.
4) Berikan pelindung yang efektif, contoh skin prep atau produk
sejenis.
R/melindungi kulit dari perekat kantung, meningkatkan kerekatan
kantong, dan memudahkan pengangkatan kantong bila perlu.
Gunakan kantong transparan, tahan bau, dan dikeluarkan.
Pertahankan kasa segi empat diatas stoma sementara
membersihkan stoma dan biarkan pasien batuk atau mengejan
sebelum meletakkan kantong.
R/kantung transparan selama 4-6 minggu pertama memungkinkan
observasi mudah pada stoma dan stent (bila menggunakan) tanpa
perlu melepaskan kantong dan iritasi kulit. Penutupan stoma
mencegah urine membasahi area periostomal selama kantong
diganti. Batuk mengosongkan bagian distal saluran,
memungkinkan penghentian sebentar untuk memudahkan
pemasangan kantung.
5) Bersihkan ostomi kantung dengan rutin, gunakan cairan cuka.
R/penggantian kantong yang sering mengiritasi kulit dan harus
dihindari. Pengosongan dan pencucian kantong dengan cuka tidak
hanya menghilangkan bakteri tetapi juga menghilangkan bau
kantung.
6) Berikan sprei atau bedak anti jamur, sesuai indikasi.
R/membantu dalam penyembuhan bila iritasi periostoma
disebabkan oleh infeksi jamur. Produk ini dapat mempunyai efek
samping poten dan harus digunakan dengan campuran. Krim/salep
dihindari, karena mempengaruhi pelekatan alat.

16
2. Nyeri akut berhubungan dengan faktor fisik, contoh gangguan
kulit/jaringan (insiden/drein)
Kriteria hasil : menyatakan/menunjukkan nyeri hilang, menunjukkan
kemampuan untuk membantu dalam tindakan kenyamanan umum dan
mamou untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)
R/membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesik atau menyatakan terjadinya komplikasi, contoh karena nyeri
abdomen biasanya ada secara bertahap pada hari ketiga atau keempat
pascaoperasi, berlanjut atau meningkatnya nyeri dapat menunjukkan
pelambatan penyembuhan, iritasi kulit periostomal, infeksi, obstruksi
usus.
2) Auskultasi bising usus : perhatikan pasase flatus.
R/mengidentifikasi kembalinya fungsi usus. Gangguan dalam
kembalinya bising/ fungsi usus dalam 72 jam dapat
mengidentifikasikan adanya komplikasi, contoh peritonitis,
hipokalemia, obstruksi mekanik.
3) Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, penguatan
posisi (penggunaan tindakan dukungan sesuai kebutuhan). Yakinkan
pasien bahwa pengubahan posisi tidak akan mencederai stoma.
R/menurunkan tegangan otot, meningatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
4) Berikan obat sesuai indikasi, contoh narkotik, analgesik, ADP
R/menghilangkan nyeri, meningkatkan kenyamanan dan peningkatan
istirahat. ADP dapat lebih menguntungkan daripada analgesik
intermitten, khususnya setelah reseksi radikal.

17
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/insisi.
Kriteria hasil : meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas
dari drainase purulen atau eritema, dan tidak demam, menyatakan
pemahaman penyebab individual/faktor resiko, menunjukkan teknik,
perubahan pola hidup untuk menurunkan resiko.
Intervensi :
1) Kosongkan kantong ostomi bila menjadi penuh sepertiga saat cairan
IV dan drainase kantung kontinu dilepaskan.
R/menurunkan risiko refluks urine dan mempertahankan integritas alat.
2) Catat karakteristik urine dan perhatikan apakah perubahan
berhubungan dengan keluhan nyeri panggul.
R/urine keruh dan bau menunjukkan infeksi (kemngkinan
pielonefritis); namun urine secara normal mengandung mukus setelah
prosedur pembuatan saluran.
3) Perhatikan kemerahan disekitar stoma
R/kemerahan paling umum disebabkan oleh jamur kebocoran urine
atau alergi pada alat atau produk dapat juga menyebabkan kemerahan,
area iritasi.
4) Inspeksi garis insisi sekitar stoma. Observasi dan catat drainase luka,
tanda inflamsi insisi, indikator sistemik sepsis.
R/memberikan pengetahuan dasar. Komplikasi dapat meliputi
terhambatnya anastomosis usus halus/besar atau saluran uretra, dengan
kebocoran isis usus kedalam abdomen atau urine kedalam rongga
peritoneal.
5) Ganti balutan sesuai indikasi, bisa memakai.
R/drainase basah bertindak sebagai sumbu untuk luka dan memberikan
media untuk pertumbuhan bakterial.
6) Gunakan kantong dengan katup antirefluks, bila ada.
R/mencegah aliran balik kedalam stoma, menurunkan resiko infeksi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes M,dkk. 1992. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 jakarta : EGC.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,

dan Praktik, E/4, Vol.2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddart,Ed.8. Jakarta : EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai